-
i
IMPLEMENTASI PROGAM BIMBINGAN KONSELING
DENGAN METODE HOME VISIT DALAM
MENANGGULANGI KENAKALAN DAN MEMANTAU
PERILAKU AGAMA SISWA DI SMK SARASWATI
SALATIGA 2017
SKRIPSI
Diajukan Guna Memenuhi Kewajiban dan Syarat untuk
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Oleh:
TRI PUJI LESTARI
NIM: 111-13-146
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI)
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN (FTIK)
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
SALATIGA
2017
-
ii
-
iii
-
iv
-
v
-
vi
MOTTO
Artinya:
“Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan”.
(QS. Al Insyirah ayat 6)
Dimana Bumi dipijak disitulah langit dijunjung
-
vii
PERSEMBAHAN
Skripsi sederhanaku ini saya persembahkan untuk:
1. Kedua orangtuaku, Bapak Hadi Wiyono dan Ibu Sutiyem yang
tiada henti
mendoakanku dan banyak pengorbanan yang tak tergantikan hingga
aku
selalu kuat menjalani segala rintangan hidup di perantauan.
2. Kakak-kakakku tersayang, Mbak Martini, Mas Agus, Mas Tono,
Mbak
Erna yang selalu memberiku semangat, motivasi, dorongan, dan
membantu biaya sehingga saya mampu bertholabul ilmi sampai detik
ini,
serta adik-adiku keponakan Faris, Luthfi, dan Gilang yang
selalu
memberiku canda tawa selama ini sehingga saya dapat
menghilangkan
kegalauan dalam hidup ini.
3. Abah KH. Mahfudz Ridwan, Lc. (Alm.), Ibu Hj. Nafisah, Gus
Muhammad
Hanif M.Hum. dan Bu Rosyidah, Lc. Beliau orangtua keduaku
yang
senantiasa memberikan petuah dan doanya hingga aku dapat
menemukan
ketentraman hidup di Pondok Pesantren Edi Mancoro.
4. Ustadz-ustadzahku yang mulia dari SD sampai sekarang yang
telah
memberikan ilmu yang insyaallah sangat bermanfaat di dunia dan
akhirat,
serta guru-guruku terhebat yang saya hormati yang telah
membimbing
saya dengan penuh kesabaran.
-
viii
5. Keluarga besar YAA BISMILLAH dan pemerintah yang telah
mengadakan program Bidik Misi sehingga saya dapat melanjutkan
studi
saya di IAIN Salatiga sampai selesai.
6. Seseorang yang selalu menguatkan saya dengan cara yang
berbeda dan
unik sehingga saya dapat melawan kemalasan, putus asa, dan
kegalauan
dalam menyelesaikan skripsi sederhana ini.
7. Sahabat-sahabatku yang saya sayangi Adzkia, Wirda, Faiq,
Mar’ah, Dian,
Fatin, Anggun, dan Bastia yang kami sering menyebutnya grup
“Wanita
Karier” , semoga nama itu tidak hanya menjadi nama grup
semata,
melainkan doa semoga kita semua menjadi wanita karir yang
sholihah dan
berwibawa. Terimakasih atas semua dukungan dan motovasi dari
sahabat-
sahabat.
8. Saudara-saudaraku Pengurus Demisioner Periode 2016/2017 mb
Dina,
Hesti, Bred, Us, Puri, Marin, Indi, Bugeng, Isma, Hiday, Anida,
Nopita
yang selalu menghiburku disetiap saat dengan kekocakan dan
kelucuan
kalian.
9. Teman-teman PPL, KKN, serta teman-teman PAI angkatan 2013
yang
telah menjadi teman seperjuangan dalam menuntut ilmu selama
kurang
lebih empat tahun ini.
-
ix
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrohim
Puji syukur alhamdulillahi robbil’alamin, penulis panjatkan
kepada Allah
Swt yang selalu memberikan nikmat, kaunia, taufik, serta
hidayah-Nya kepada
penulis sehinggap penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan
judul
Implementasi Program Bimbingan dan Konseling dengan Metode Home
Visit
dalam Menanggulangi Kenakalan dan Memantau Perilaku Agama Siswa
di SMK
Saraswati Salatiga 2017.
Tidak lupa shalawat serta salam semoga senantiasa tercurahkan
kepada
Nabi Muhammad SAW, kepada keluarga, sahabat, serta para
pengikutnya yang
selalu setia dan menjadikannya suri tauladan yang mana beliaulah
satu-satunya
umat manusia yang dapat mereformasi umat manusia dari zaman
kegelapan
menuju zaman terang benerang yakni dengan ajarannya agama
Islam.
Penulisan skripsi ini pun tidak akan terselesaikan tanpa bantuan
dari
berbagai pihak yang telah berkenan membantu penulis
menyelesaikan skripsi ini.
Oleh karena itu penulis mengucapkan banyak terimakasih
kepada:
1. Bapak Dr. H. Rahmat Hariyadi, M.Pd., selaku Rektor IAIN
Salatiga
2. Bapak Suwardi, M.Pd., selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu
Keguruan.
3. Ibu Siti Rukhayati, M.Ag., selaku Ketua Jurusan Pendidikan
Agama Islam.
4. Ibu Dr. Muna Erawati, M.Si, selaku pembimbing skripsi yang
telah
membimbing dengan ikhlas, tulus, mengarahkan, dan meluangkan
waktunya
untuk penulis sehingga skripsi ini terselesaikan.
-
x
-
xi
ABSTRAK
Lestari, Tri Puji. 2017. Implementasi Progam Bimbingan Konseling
dengan
Metode Home Visit dalam Menanggulangi Kenakalan dan Memantau
Perilaku Agama Siswa di SMK Saraswati Salatiga 2017. Skripsi,
Salatiga:
Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Tarbiyah dan Ilmu
Keguruan
Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Dr. Muna
Erawati
M.Si.
Kata Kunci: bimbingan konseling, home visit, kenakalan siswa,
dan perilaku
agama.
Penelitian ini membahas tentang implementasi program
bimbingan
konseling dengan metode home visit dalam menanggulangi kenakalan
dan
memantau perilaku agama siswa di SMK Saraswati Salatiga. Rumusan
masalah
yang dikaji dalam penelitian ini adalah bagaimana implementasi
program
bimbingan dan konseling dengan metode home visit, apa saja
faktor pendukung
dan faktor penghambat program bimbingan dan konseling dengan
metode home
visit, dan apa saja hasil dari program bimbingan dan konseling
dengan metode
home visit dalam menanggulangi kenakalan dan memantau perilaku
agama siswa
di SMK Saraswati Salatiga.
Penelitian ini termasuk dalam jenis penelitian kualitatif.
Keseluruhan data
diperoleh dari observasi, wawancara dan dokumentasi. Proses
penyajian data
dilakukan dengan pendekatan deskriptif-kualitatif, yaitu dengan
cara analisis
menggunakan kata-kata untuk menangkap fakta, variabel dan
keadaan yang
didapat ketika penelitian berlangsung dan menjelaskan data yang
didapatkan.
Hasil penelitian ini menunjukan bahwa metode home visit
sudah
diterapkan dalam layanan BK di SMK Saraswati Salatiga.
Implementasi program
BK dengan metode Home visit yaitu dilakukan pada siswa yang
melanggar
dengan kriteria seperti membolos 3 kali berturut-turut,
penurunan prestasi secara
drastis, dan sakit berhari-hari. Prosedur home visit meliputi
rapat guru BK untuk
menentukan hari dilakukan home visit, mengkomunikasikan dan
koordinasi
dengan guru lain, evaluasi, dan tindak lanjut. Sekolah juga
mengalokasikan
anggaran home visit. Faktor pendukung dalam pelaksanaan home
visit meliputi
adanya pembinaan BK, kerja sama yang baik antara guru BK, guru
agama, guru
mata pelajaran yang lain, kepala sekolah, dan orangtua, selain
itu juga adanya
upaya-upaya dari guru agama serta sarana prasarana yang cukup.
Faktor
penghambatnya seperti cuaca buruk, ketidaksesuaian alamat, dan
orangtua yang
sulit untuk ditemui. Hasil Program BK dengan metode home visit
di SMK
Saraswati Salatiga yaitu perubahan perilaku siswa meningkat
lebih baik, siswa
lebih aktif dalam kegiatan keagamaan, tanggapan orangtua sangat
posotif dan
mendukung, metode home visit juga dapat mempererat dan
menyatukan hubungan
keluarga yang kurang harmonis, dan reputasi sekolah tentang
program BK sangat
positif.
-
xii
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL
....................................................................................
i
HALAMAN BERLOGO
.................................................................................
ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING
....................................................................
iii
PENGESAHAN KELULUSAN
......................................................................
iv
PERNYATAAN KEASLIAN
TULISAN........................................................
v
MOTO
..............................................................................................................
vi
PERSEMBAHAN
............................................................................................
vii
KATA PENGANTAR
.....................................................................................
ix
ABSTRAK
.......................................................................................................
xi
DAFTAR ISI
....................................................................................................
xii
DAFTAR TABEL DAN DAFTAR BAGAN
.................................................. xvi
DAFTAR LAMPIRAN
....................................................................................
xvii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
.......................................................................
1
B. Rumusan Masalah
................................................................................
6
C. Tujuan Penelitian
..................................................................................
6
D. Manfaat Penelitian
................................................................................
7
E. Penegasan Istilah
..................................................................................
7
F. Metode Penelitian
.................................................................................
13
G. Sistematika Penulisan
...........................................................................
21
-
xiii
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Teori Bimbingan Konseling
1. Pengertian Bimbingan Konseling
.................................................... 23
2. Tujuan Bimbingan Konseling
.......................................................... 25
3. Fungsi-fungsi Bimbingan Konseling
............................................... 28
4. Relevansi Tujuan dan Fungsi BK dengan Islam
............................. 30
5. Prinsip-prinsip Bimbingan Konseling
............................................. 34
6. Asas Bimbingan Konseling
.............................................................
34
7. Faktor Penunjang Kegiatan BK di Sekolah
..................................... 41
B. Teori Metode Home Visit
1. Pengertian Metode Home Visit
........................................................ 43
2. Tujuan Metode Home Visit
..............................................................
45
C. Teori Kenakalan Siswa
1. Pengertian
Siswa..............................................................................
48
2. Fakta-fakta Siswa
............................................................................
48
3. Pengertian Kenakalan Siswa
........................................................... 50
4. Masalah Siswa di Sekolah
...............................................................
51
5. Upaya Pencegahan Kenakalan Siswa
.............................................. 53
6. Penyebab Terjadinya Kenakalan Siswa
........................................... 57
7. Problem Solving
..............................................................................
58
D. Teori Perilaku Agama
1. Pengertian Perilaku Agama
.............................................................
63
2. Macam-macam Perilaku Agama
..................................................... 65
-
xiv
3. Hal-hal yang Merusak Perilaku
Agama........................................... 78
4. Cara Meningkatkan Perilaku Agama
............................................... 84
5. Nasihat Al-Ghazali kepada Generasi Muda dalam Kitab
Ayuhal
Walad
...............................................................................................
86
BAB III PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN
A. Paparan Data dan Lokasi Penelitian
1. Sejarah dan Profil SMK Saraswati Salatiga
.................................... 89
2. Identitas
Sekolah..............................................................................
89
3. Visi, Misi dan Tujuan Sekolah
........................................................ 90
4. Tata Tertib Siswa
.............................................................................
91
5. Kurikulum
........................................................................................
95
6. Sistem
Pembelajaran........................................................................
95
7. Tempat Pembelajaran
......................................................................
95
8. Daftar Jumlah Guru dan Mata Pelajaran SMK Saraswati
............... 95
B. Program Bimbingan Konseling di SMK Saraswati Salatiga
1. Visi dan Misi Bimbingan Konseling
............................................... 97
2. Bagan dan Tabel Program Bimbingan Konseling
........................... 98
C. Upaya Guru Agama Meningkatkan Moral Siswa
................................ 104
D. Profil Subjek Penelitian
........................................................................
106
E. Latar Belakang Subjek Penelitian
........................................................ 109
-
xv
BAB IV PEMBAHASAN
A. Analisis Implementasi Program BK dengan Metode Home Visit
1. Analisis Program BK di SMK Saraswati
Salatiga........................... 126
2. Analisis Implementasi Home Visit
.................................................. 142
a. Pelaksanaan BK dengan metode Home Visit
.............................. 142
b. Metode Home Visit
.....................................................................
143
c. Anggaran Home Visit
..................................................................
145
d. Kategori Siswa yang dilakukan Home Visit
............................... 146
e. Tindak Lanjut Setelah Home Visit
.............................................. 147
B. Analisis Faktor Pendukung dan Faktor Penghambat Program
Bimbingan Konseling dengan Metode Home Visit
1. Faktor Pendukung
............................................................................
150
2. Faktor Penghambat
..........................................................................
157
C. Analisis Hasil Program Bimbingan Konseling dengan Metode
Home Visit
............................................................................................
160
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan
..........................................................................................
172
B. Saran
.....................................................................................................
175
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
DAFTAR RIWAYAT HIDUP PENULIS
-
xvi
DAFTAR TABEL DAN BAGAN
Tabel 3.1 Daftar Jumlah Guru dan Mata Pelajaran
.......................................... 95
Bagan 3.1 Struktur Organisasi BK
...................................................................
98
Tabel 3.2 Pembagian Tugas Guru Pembimbing
.............................................. 99
Bagan 3.2 Mekanisme Kerja Bimbingan Konseling
........................................ 101
Tabel 3.3 Identifikasi Kebutuhan dan Permasalahan Siswa
........................... 101
Tabel 3.4 Tabulasi Data Siswa
.........................................................................
107
-
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran I : Gambar Selama Proses Penelitian
Lampiran II : Instrumen Penelitian
Lampiran III : Verbatim Wawancara
Lampiran IV : Surat Penunjukan Pembimbing
Lampiran V : Surat Ijin Penelitian
Lampiran VI : Surat Keterangan Selesai Penelitian
Lampiran VII : Lembar Konsultasi
Lampiran VIII : Nilai SKK
Lampiran IX : Riwayat Hidup Penulis
-
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Ilmu dan teknologi terus berkembang sejalan dengan
perkembangan
kehidupan manusia. Pola kehidupan semakin bergeser pada pola
yang
semakin universal. Suatu permasalahan yang sering muncul di
masayarakat
adalah berkisar pada permasalahan remaja, pendidikan, dan
pergaulan
masyarakat. Bila melihat dunia remaja sekarang, kita merasa
khawatir dan
kengerian yang luar biasa, terutama bila kita melihat sekumpulan
remaja yang
masih berseragam sekolah di pusat-pusat keramaian yang tidak
jelas
tujuannya. Salah satu masalah yang dihadapi remaja adalah
semakin
menurunnya tata krama kehidupan sosial dan etika moral remaja
dalam
praktik kehidupan, baik di rumah, sekolah, maupun lingkungan
sekitarnya.
Perubahan zaman telah mengubah gaya hidup para remaja, sangat
diperlukan
adanya pemahaman, pendalaman, serta ketaatan terhadap
ajaran-ajaran agama
yang dianut. Kenyataan sehari-hari menunjukan bahwa remaja
yang
melakukan penyimpangan sebagian besar kurang memahami
norma-norma
agama, bahkan mungkin lalai menunaikan perintah-perintah agama
(Syafaat,
2008 :1-3).
Perilaku remaja dewasa ini merupakan masalah yang harus
mendapatkan
perhatian yang serius. Dikatakan demikian karena masalah sosial
ini dapat
memberikan dampak yang buruk bagi perkembangan remaja. Realitas
sosial
yang terjadi saat sekarang ini dimana para remaja sering
melakukan tindakan-
-
2
tindakan penyimpangan yang pada dasarnya melanggar norma-norma
yang
berlaku dalam masyarakat (Ael-Hakim, 2014: 82).
Tindakan-tindakan tersebut
sering terjadi di kalangan remaja yang masih berstatus siswa
misalnya
tawuran antar sekolah, berkelahi dengan teman, bolos sekolah,
pacaran
berlebihan bahkan sampai ada yang minum-minuman keras. Hal-hal
seperti
itu bisa terjadi karena dipengaruhi oleh berbagai faktor, yaitu
faktor internal
misalnya dia hidup di keluarga yang broken home, orang tua yang
sering
bertengkar, ketidakharmonisan dalam keluarga, ataupun
tekanan-tekanan dari
orang tua yang sifatnya memaksakan. Sedangkan faktor eksternal
misalnya
pergaulan bebas, pengaruh teman sebaya, lingkungan masyarakat,
tayangan-
tanyangan televisi, efek media masa dan lain sebagainya
(Ael-Hakim, 2014:
83-85).
Banyak faktor yang mempengaruhi munculnya perilaku kekerasan
pada
remaja, tetapi yang paling banyak berpengaruh yaitu keluarga.
Seperti
pendapat Furhmann dalam Munandar (2004: 76), keluarga adalah
lembaga
yang mempunyai pengaruh paling banyak pada perkembangan anak
dan
remaja. Timbulnya konflik dalam keluarga akan berakibat negatif
terhadap
anak, keluarga juga mempunyai pengaruh mendalam karena kemudian
akan
diterima, dipahami, diproses dan nantinya akan ditiru dengan
melakukan hal
yang sama dalam menghadapi masalah. Adapun proses meniru dan
memahami suatu permasalahan di dalam keluarga disebabkan adanya
proses
belajar sosial. Sebagai contoh: dalam keluarga, menjadi saksi
kekerasan dapat
mempengaruhi persepsi anak muda tentang kekerasan dimana
mereka
-
3
menganggap kekerasan sebagai cara yang sah atau lebih baik
untuk
menyelesaikan konflik.
Namun banyak para ahli yang menyatakan bahwa tidak semua anak
yang
nakal itu buruk, akan tetapi mereka sedang mencari jati diri dan
mempunyai
banyak kekreativitasan. Menurut Munandar (2004: 35), “Biasanya
anak yang
kreatif selalu ingin tahu, memiliki minat yang luas, dan
menyukai kegemaran
serta aktifitas yang kreatif, anak dan remaja kreatif biasanya
cukup mandiri
dan memiliki percaya diri. Mereka lebih berani mengambil resiko
daripada
anak-anak pada umumnya. Merekapun tidak takut membuat kesalahan
dan
mengemukakan pendapat mereka walaupun mungkin tidak disetujui
orang
lain”. Namun meskipun begitu pada masa-masa inilah remaja
perlu
pendampingan dan arahan dari orang-orang terdekatnya, baik itu
dari
keluarga, guru, sahabat ataupun saudara-saudaranya. Ketika pada
masa ini
remaja dapat melalui dengan sempurna tanpa perilaku abnormal,
maka bisa
diharapkan remaja tersebut tidak terjerumus pada perilaku yang
menyimpang
atau yang dikenal dengan istilah kenakalan remaja. Namun
pada
kenyataannya banyak di masyarakat ditemukan remaja-remaja yang
tidak
dapat melalui dengan sempurna sehingga banyak remaja sering
melakukan
hal-hal yang menyimpang terutama remaja-remaja yang masih
berstatus siswa
dimana tingkat emosianalnya labil, mempunyai sifat yang hanya
menuruti
hawa nafsunya. Salah satu bentuk persoalan remaja adalah
kenakalan remaja
dalam dunia pendidikan, dalam hal ini mayoritas terjadi pada
remaja laki-laki.
-
4
Islam secara tegas mengungkapakan apabila orang tua memikul
amanah
dunia akhirat terkait dengan anak. Islam memerintahkan agar
orang tua
berlaku sebagai kepala dan pemimpin dalam keluarganya serta
berkewajiban
untuk memelihara keluarganya dari api neraka sebagaimana firman
Allah swt
dalam QS. At- Tahrim ayat 6 yang artinya :“Hai orang-orang yang
beriman,
peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan
bakarnya
adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang
kasar, keras,
dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya
kepada
mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan”
Jadi dengan melihat fenomena-fenomena yang terjadi sekarang
di
kalangan remaja menjadi PR kita semua dalam mengatasi hal
tersebut. Tidak
hanya orang tua saja yang bertanggung jawab akan penyimpangan
anak-
anaknya yang masih duduk di bangku sekolah, namun sekolah juga
harus
bertanggungjawab dalam mengatasi hal tersebut, terutama pada
guru agama
yang mengajarkan tentang perilaku agama yang baik, dimana pasti
akan
dimintai pertanggungjawabannya. Pihak Selain itu di
sekolah-sekolah pasti
banyak dijumpai yang namanya guru BK yang memberikan dorongan
dan
motivasi kepada siswa untuk membuat perubahan-perubahan
dengan
memanfaatkan potensi secara maksimal sehingga dapat mewujudkan
diri
(Ael-Hakim, 2014: 249). Selain itu salah satu tugas guru BK
yaitu mengatasi
siswa-siswa yang perilakunya kurang baik atau menyimpang,
mengarahkan
jalan yang benar.
-
5
Pembinaan secara formal dalam proses belajar mengajar bukan
semata-
mata menghasilkan hal yang positif, akan tetapi ada pula dampak
negatif yang
tidak dapat dihindari. Oleh karena itu perlu adanya
tindakan-tindakan/
perilaku khusus dari para guru agar kondisi lingkungan sekolah
tercipta
lingkungan yang sehat baik itu fisik maupun psikis (Sudarsono,
2004: 7-9). Di
SMK Saraswati Salatiga terdapat salah satu program yang mana
jarang
ditemukan di sekolah-sekolah lainnya yaitu program BK dengan
metode
home visit. Dimana guru agama, guru BK, dan wali kelas
mendatangi rumah
siswa yang berperilaku tidak seperti siswa pada umumnya seperti
halnya
siswa yang sering bolos, tawuran di sekolah, berkelahi antar
teman dan lain
sebagainya, home visit mempunyai tujuan untuk memantau perilaku
agama
siswa dan menanggulangi kenakalan siswa. Maka dengan adanya hal
ini
diperlukan penelitian yang lebih lanjut mengenai program BK
dengan metode
home visit di SMK Saraswati Salatiga dan nantinya dapat
dijadikan bahan
refleksi diri dan dapat memberikan suatu manfaat. Dengan
demikian peneliti
mengambil judul “IMPLEMENTASI PROGAM BIMBINGAN
KONSELING DENGAN METODE HOME VISIT DALAM
MENANGGULANGI KENAKALAN DAN MEMANTAU PERILAKU
AGAMA SISWA DI SMK SARASWATI SALATIGA 2017”.
-
6
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah peneliti paparkan
di
atas, maka permasalahan dalam penelitian ini dapat dirumuskan
dalam bentuk
pertanyaan sebagai berikut :
1. Bagaimana implementasi program bimbingan konseling dengan
metode
home visit dalam menanggulangi kenakalan dan memantau perilaku
agama
siswa di SMK Saraswati Salatiga?
2. Apa yang menjadi faktor pendukung dan faktor penghambat
progam
bimbingan konseling dengan metode home visit di SMK
Saraswati
Salatiga?
3. Apa saja hasil dari program bimbingan konseling dengan metode
home
visit di SMK Saraswati Salatiga?
C. Tujuan Rumusan Masalah
Berdasarkan rumusan masalah yang telah dikemukakan di atas,
maka
secara umum penelitian ini bertujuan untuk memberikan informasi
mengenai
implementasi program bimbingan konseling dengan metode home
visit dalam
menanggulangi kenakalan dan memantau perilaku agama siswa di
SMK
Saraswati Salatiga. Secara spesifik tujuan yang ingin dicapai
adalah:
1. Untuk mengetahui implementasi program bimbingan konseling
dengan
home visit dalam menanggulangi kenakalan dan memantau perilaku
agama
siswa di SMK Saraswati Salatiga.
-
7
2. Untuk mengetahui faktor pendukung dan faktor penghambat
progam
bimbingan konseling dengan metode home visit di SMK
Saraswati
Salatiga.
3. Untuk mengetahui hasil dari program bimbingan konseling
dengan metode
home visit di SMK Saraswati Salatiga.
D. Manfaat Penelitian
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi
yang
jelas bagi pembaca. Terdapat 2 manfaaat yakni manfaat teoritis
dan manfaat
praktis.
1. Manfaat Teoretis
Penelitian ini diharapkan dapat memperkaya segala bidang
kegiatan
Pendidikan Agama Islam, khususnya bentuk kolaborasi anatara guru
PAI
dengan guru-guru BK dan guru-guru lainnya.
2. Manfaat Praktis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan landasan penekanan
atau
penguatan keagamaan pada siswa-siswi di sekolah umum.
E. Penegasan Istilah
Agar tidak menimbulkan kesalahan pemahaman terhadap pokok
masalah
yang dimaksud maka sebelumnya peneliti menguraikan tentang
batasan
pengertian yang dimaksud dalam judul “IMPLEMENTASI PROGRAM
BIMBINGAN KONSELING DENGAN METODE HOME VISIT DALAM
MENANGGULANGI KENAKALAN DAN MEMANTAU PERILAKU
-
8
AGAMA SISWA DI SMK SARASWATI SALATIGA 2016” ialah sebagai
berikut :
1. Program Bimbingan Konseling
Program didefinisikan sebagai suatu unit atau satuan kegiatan
yang
merupakan implementasi dari suatu kebijakan berlangsung dalam
proses
yang berkesinambungan dan terjadi dalam suatu organisasi
yang
melibatkan sekelompok orang.
Program juga bisa diartikan suatu kesatuan kegiatan dan
dapat
disebut dengan sistem, yaitu rangkaan kegiatan yang dilakukan
bukan
hanya satu kali tetapi berkesinambungan. Pelaksanaan program
selalu
terjadi di dalam subuah organisasi yang artinya harus
melibatkan
sekelompok orang (Arikunto, 2004: 3)
Bimbingan konseling merupakan terjemahan dari “guidance” dan
“counseling” dalam bahasa Inggris yang berarti mengarahkan
dan
mengelola. Sunaryo Kartadinata mengartikan sebagai proses
membantu
individu untuk mencapai perkembangan optimal. Bimbingan
merupakan
bantuan atau pertolongan. Makna bantuan dalam bimbingan
menunjukan
bahwa yang aktif dalam mengembangkan diri, mengatasi masalah,
atau
mengambil keputusan adalah individu atau peserta didik sendiri.
Dalam
proses bimbingan, pembimbing tidak memaksakan kehendaknya
sendiri,
tetapi berperan sebagai fasilitator (Yusuf, 2014: 5-6).
Konseling merupakan salah satu bentuk hubungan yang bersifat
membantu. Maka bantuan disini yaitu sebagai upaya untuk
membantu
-
9
orang lain agar ia mampu tumbuh ke arah yang dipilihnya sendiri,
mampu
memecahkan masalah yang yang dihadapinya dan mampu
menghadapi
krisis-krisis yang dialami dalam kehidupannya. Dalam pengertian
tersebut
yang menjadi tujuan konseling adalah mengadakan perubahan
perilaku
pada diri klien sehingga memungkinkan hidupnya lebih produktif
dan
memuaskan (Yusuf, 2014: 9).
Dalam penelitian ini yang dimaksud program bimbingan
konseling
adalah suatu program yang sangat penting yang ada di
sekolah-sekolah
baik itu di sekolah swasta ataupun negeri. Dengan adanya
program
bimbingan konseling dapat mengarahkan siswa ke jalan yang lebih
baik
terutama psikisnya. Dalam membimbing, konselor tidak memaksakan
dan
menuntut siswa untuk mengikuti kehendaknya, akan tetapi
konselor
hanya mendampingi dan mengarahkan siswa dalam memecahkan
masalah
atau memilih kehidupannya sendiri. Diarahkan kepada hal yang
positif,
supaya siswa dapat terhindar dari berbagai bentuk penyimpangan
dan
kenakalan yang ada, sehingga sekolah dapat melaksanakan
pembelajaran
yang efektif, nyaman dan damai.
2. Metode home visit
Kata metode secara umum sering diartikan sebagai “cara yang
tepat”.
Secara etimologi kata metode berasal dari kata meta dan hodos,
yang
artinya melalui dan jalan. Pengertian yang lebih khusus lagi
yaitu cara
yang tepat dan cepat dalam mengerjakan sesuatu. Sedangkan
dalam
kamus bahasa Arab, metode dikenal dengan istilah thariqah
jamaknya
-
10
thuruq, yang berarti langkah-langkah strategis untuk melakukan
suatu
pekerjaan (Ramayulis, 2004: 155).
Kata home visit berasal dari bahasa inggris, home artinya
rumah,
dan visit artinya mengunjungi. home visit merupakan salah satu
metode
dalam menjembatani komunikasi antara sekolah dengan orang tua
peserta
didik dan masyarakat. Adanya home visit membantu sekolah
dalam
menyelesaikan berbagai masalah yang berkaitan dengan peserta
didik di
sekolah. Partisipasi orangtua peserta didik sangat penting
sekali bagi
sekolah dalam rangka mengatasi berbagai masalah yang terjadi
antara
sekolah dengan peserta didik (Yaqien, 2012: 06).
Jadi metode home visit dalam penelitian ini adalah suatu cara
yang
tepat dimana pelaksanaannya mengunjungi rumah-rumah siswa
yang
dilakukan oleh guru BK, guru agama, dan wali kelas. Melalui
metode
home visit atau kunjungan rumah tersebut guru dapat
mengetahui
masalah-masalah yang dihadapi peserta didik di rumahnya.
Dengan
mengetahui problema anak secara totalitas maka akan sangat
membantu
sekolah dalam merencanakan program yang sesuai dengan minat
peserta
didik serta dapat memantau perilaku peserta didik tersebut.
3. Kenakalan Remaja
a. Pengertian remaja
Istilah remaja berasal dari kata adolescere yang berati
tumbuh
menjadi dewasa. Istilah adolescere mempunyai arti yang lebih
luas,
yaitu mencakup kematangan mental, emosional, sosial, dan
fisik.
-
11
Remaja adalah suatu masa dimana individu dalam proses
pertumbuhannya (terutama fisik) telah mencapai kematangan.
Dengan
kata lain remaja merupakan transisi peralihan dari masa
kanak-kanak
kemasa dewasa. Pada masa ini terjadi perubahan yang sangat
berarti
dalam segi psikologis, emosional, sosial, dan intelektual. Pada
masa
ini juga remaja mempunyai kesenangan-kesenangan, misalnya
ingin
tau hal yang belum diketahuinya, berkeinginan mencoba hal
yang
belum diketahuinya, ingin tahu segala peristiwa yang terjadi
di
lingkungan luas dan lain sebagainya (Luqman el-Hakim, 2014:
87).
Menurut WHO (Organisasi Kesehatan Dunia) definisi remaja
yaitu individu yang sedang mengalami masa peralihan, yang dari
segi
kematangan biologis seksual sedang berangsur-angsur
mempertunjukan karakteristik seks yang sekunder sampai
mencapai
kematangan seks, yang dari segi perkembangan kejiwaan,
jiwanya
sedang berkembang dari sifat kekanak-kanakan menjadi dewasa,
yang
dari segi sosial ekonomi ia adalah yang beralih dari
ketergantungan
menjadi relatif bebas (Ael-Hakim, 2014: 69).
Jadi dalam penelitian ini, yang dimaksud remaja adalah
seorang
siswa, yaitu siswa SMK yang mengalami masa peralihan dari
masa
kanak-kanak menuju masa dewasa, dimana pada masa ini penuh
dengan berbagai perubahan baik itu fisik, psikis, perilaku, dan
pola
pikir. Pada masa ini pula penuh dengan kontradiksi yang ada.
-
12
b. Pengertian kenakalan remaja
Kenakalan remaja adalah perbuatan/ kejahatan/ pelanggaran
yang
dilakukan oleh anak remaja yang bersifat melawan hukum,
norma,
anti sosial, anti susila, dan menyalahi norma-norma agama. Dalam
arti
luas meliputi perbuatan-perbuatan anak remaja yang
bertentangan
dengan kaidah-kaidah hukum, yang bersifat anti sosial yang
menimbulkan keresahan masyarakat pada umumnya (Sudarsono,
2004: 11-12).
Dalam penelitian ini yang dimaksud kenakalan remaja atau
siswa
adalah perilaku atau tingkah laku yang dilakukan oleh seorang
siswa,
dimana perilaku tersebut bertentangan dengan kaidah
norma-norma
yang ada, baik itu norma yang ada di masyarakat, norma agama
Islam, terutama norma yang ada di sekolah atau tata tertib
sekolah.
4. Perilaku Agama
Perilaku agama dapat dikatakan sebagai akhlak Islami yaitu
akhlak
yang bersumber pada ajaran Allah dan Rasul-Nya. Akhlak islami
ini
merupakan amal perbuatan yang sifatnya terbuka sehingga dapat
menjadi
indikator seseorang apakah seseorang Muslim yang baik atau yang
buruk
(Makbuloh, 2011: 139).
Perilaku agama adalah perilaku bagi umat manusia yang sudah
ditentukan dan dikomunikasikan oleh Allah melalui utusannya.
Perilaku
agama merupakan perilaku yang diatur oleh agama mempunyai
fungsi
untuk mengatur kehidupan manusia, baik hubungan manusia dengan
Sang
-
13
Pencipta maupun hubungan antar sesama, untuk mencapai
kebahagiaan,
kemaslahatan, hidup baik di dunia maupun di akhirat (Syafaat,
2008: 15).
Jadi yang dimaksud perilaku agama dalam penelitian ini adalah
segala
tingkah laku baik itu berbentuk motorik seperti berjalan,
berbicara dan
lain-lain, maupun fungsinya seperti melihat, mendengar, berfikir
yang
sesuai dengan ajaran agama. Pada intinya peilaku agama
merupakan
perbuatan yang baik dalam tingkah laku maupun dalam berbicara
dengan
guru, teman, dan seluruh waraga yang ada di sekolah sesuai
dengan ajaran
dan norma agama Islam.
F. Metode Penelitian
1. Jenis dan Pendekatan Penelitian
Pendekatan ini merupakan field research dengan menggunakan
pendekatan kualitatif. Menurut Milles dan Michael (1992: 2)
penelitian
kualitatif akan mendapatkan data kualitatif yang sangat menarik,
memiliki
sumber dari deskripsi yang luas berlandaskan kokoh, serta
memuat
penjelasan tentang proses-proses yang terjadi dalam lingkup
setempat.
Peneliti dapat memahami alur peristiwa secara kronologis,
menilai sebab
akibat dalam lingkup pikiran orang-orang setempat, dan
memperoleh
penjelasan yang banyak dan bermanfaat serta dapat memperoleh
penemuan-penemuan yang tidak diduga sebelumnya untuk
membentuk
kerangka teoritis baru.
-
14
2. Subjek dan Informan Penelitian
Menurut Mulyana (2004: 187) subjek penelitian yang biasa
digunakan dalam penelitian kualitatif adalah dengan
nonprobability
sampling yaitu teknik purposive sampling. Purposive Sampling
yaitu
dilakukan dengan mengambil orang-orang terpilih betul oleh
peneliti
menurut ciri-ciri spesifik yang dimiliki oleh sampel itu.
Tentang jumlah
subjek penelitian menurut Mulyana (2004: 182) bahwa peneliti
yang
menggunakan penentuan sampel purposive sampling dengan
mewawancarai sampel acak dari suatu kelompok yang diteliti,
tidak ada
kriteria baku mengenai berapa jumlah responden yang harus
diwawancarai. Berdasarkan teori di atas maka peneliti menentukan
subjek
penelitian yaitu siswa siswi SMK Saraswati Salatiga. Informan
yang
terlibat dalam penelitian ini adalah:
a. Kepala Sekolah SMK Saraswati Salatiga.
b. Guru BK SMK Saraswati Salatiga.
c. Guru agama SMK Saraswati Salatiga.
d. Wali dari subjek home visit.
3. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di SMK Saraswati Salatiga.
4. Sumber Data
Adapun jenis sumber data yang digunakan dalam penelitian ini
adalah data primer dan sekunder yaitu :
-
15
a. Sumber data utama (primer) yaitu data yang dikumpulkan,
diolah,
dan disajikan peneliti dari sumber pertama. Adapun sumber data
yang
diambil dari penelitian ini adalah hasil dari wawancara dengan
kepala
sekolah, guru BK, guru agama, dan wali siswa SMK Saraswati
Salatiga.
b. Sumber data tambahan (sekunder) yaitu data yang
dikumpulkan,
diolah, dan disajikan oleh pihak lain biasanya dalam bentuk
publikasi,
jurnal, atau lainnya. Adapun data yang diambil dalam penelitian
ini
adalah berasal dari dokumen-dokumen berupa catatan-catatan
yang
diperoleh dari siswa-siswa SMK Saraswati Salatiga.
5. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah sebagai berikut
:
a. Metode Wawancara
Wawancara adalah bentuk komunikasi antar dua orang
melibatkan seseorang yang ingin memperoleh informasi dari
seorang
lainnya dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan berdasarkan
tujuan tertentu (Mulyana, 2004: 180). Wawancara yang akan
dilakukan dengan menggunakan dua tahap, pertama peneliti
melakukan deskripsi dan orientasi awal tentang masalah dan
subyek
yang dikaji. Kedua melakukan wawancara mendalam sehingga
menemukan informasi yang lebih banyak dan penting. Wawancara
yang digunakan dengan model wawancara terbuka artinya
seorang
-
16
informan dapat mengungkapkan beberapa upaya, gagasan,
strategi
yang akan dilaksanakan serta hambatan yang diprediksikan.
Dalam penelitian ini peneliti melakukan wawancara kepada,
kepala sekolah, guru BK, guru agama, dan wali siswa SMK
Saraswati
Salatiga.
b. Metode Observasi
Observasi yaitu dengan pengamatan dan pencatatan suatu objek
dengan sistematika fenomena yang akan diselidiki. Metode ini
digunakan untuk membantu dalam pengumpulan data kondisi
secara
umum yaitu dengan mendatangi secara langsung objek yang
diteliti.
Dalam penelitian ini terdapat tiga pedoman observasi yaitu
observasi implementasi program bimbingan dan konseling
dengan
metode home visit, observasi faktor penghambat dan faktor
pendukung program bimbingan dan konseling dengan metode home
visit, dan observasi hasil program bimbingan dan konseling
dengan
metode home visit dalam menanggulangi kenakalan dan memantau
perilaku agama siswa di SMK Saraswati Salatiga.
c. Metode Dokumentasi
Dokumentasi merupakan teknik pengumpulan data dengan
menelusuri berbagai macam dokumen (Sandjaya, 2006: 144).
Dalam
penelitian kali ini metode dokumentasi digunakan untuk
mengetahui
teknik pengumpulan data dengan menghimpun dan menganalisis
-
17
dokumen-dokumen, baik dokumen tertulis, gambar, maupun
elektronik.
6. Instrumen Penelitian
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan instrumen
penelitian
berupa pedoman wawancara, lembar observasi, serta lembar
daftar
pertanyaan.
7. Analisis Data
Menurut Patton analisis data adalah proses mengatur urutan
data,
mengorganisasikannya kedalam suatu pola kategori dan satuan
uraian
dasar (Moeleong, 2002: 103). Analisis data juga dapat diartikan
sebagai
proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang
diperoleh dari
hasil wawancara, catatan lapangan, dan bahan-bahan lain,
sehingga
mudah dipahami, dan temuannya dapat diinformasikan kepada orang
lain.
Penelitian ini akan dianalisis secara kualitatif untuk mengolah
data dari
lapangan:
a. Pengumpulan data
Proses analisis data dimulai dari menelaah seluruh data yang
diperoleh dengan menggunakan beberapa teknik, seperti
wawancara
mendalam, observasi, dan dokumentasi.
b. Reduksi Data
Suatu proses pemilihan, pemusatan perhatian untuk
menyederhanakan data kasar yang diperoleh di lapangan.
Kegiatan
dilakukan secara berkesinambungan sejak awal kegiatan hingga
akhir
-
18
pengumulan data. Proses analisis data dimulai dari menelaah
seluruh
sumber data yang diperoleh dilakukan dengan jalan membuat
abstraksi, abstraksi merupakan usaha membuat rangkuman yang
inti,
proses, dan pertanyaan-pertanyaan yang perlu dijaga dalam
penelitian.
Data yang diperoleh dari laporan jumlahnya cukup bayak,
untuk
itu perlu dicatat dan rinci. Mereduksi data berarti
merangkum,
memilih hal-hal pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting,
dan
kemudian dicari tema dan polanya.
c. Penyajian Data
Dengan menggambarkan fenomena-fenomena atau keadaan sesuai
dengan data yang telah direduksi terlebih dahulu. Penyajian
data
penelitian kualitatif bisa dilakukan dalam bentuk uraian
singkat,
bagan, hubungan antar kategori, dan sejenisnya.
Yang dimaksud penyajian data dalam penelitian ini adalah
menyajikan sekumpulan informasi yang tersusun yang memberi
kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan
tindakan.
d. Kesimpulan
Kegiatan analisa terakhir adalah menarik kesimpulan yakni
merumuskan kesimpulan setelah melakukan tahap pengumpulan
data,
reduksi data dan penyajian data. Penarikan kesimpulan
dilakukan
secara induktif. Dalam penelitian ini kesimpulan merupakan
mengkaji
-
19
sejumlah data spesifik mengenai masalah yang menjadi objek
penelitian, kemudian membuat kesimpulan secara umum.
8. Keabsahan data
Pengambilan data-data melalui tiga tahapan diantaranya yaitu
tahapan
pendahuluan, tahap penyaringan, dan tahap melengkapi data yang
masih
kurang. Dari ketiga tahap itu, untuk pengecekan keabsahan data
banyak
terjadi pada tahap penyaringan data. Oleh sebab itu jika
terdapat data
yang tidak relevan dan kurang memadai maka akan dilakukan
penyaringan data sekali lagi di lapangan sehingga data tersebut
memiliki
kadar validitas yang tinggi.
Adapun tekhnik pemeriksaan keabsahan data yang akan dipakai
dalam
penelitian ini adalah triangulasi data yaitu dengan cara
membandingkan
data hasil pengamatan dengan hasil wawancara. Triangulasi
meruapakan
teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang
lain
di luar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai
pembanding
data itu. Dalam penelitian ini, peneliti memanfaatkan teknik
triangulasi
dengan sumber dan triangulasi dengan metode.
9. Tahap-tahap Penelitian
Desain penelitian kualitatif ini dibagi dalam empat tahap,
yaitu:
a. Perencanaan
Perencanaan meliputi perumusan dan pembatasan masalah serta
merumuskan pertanyaan-pertanyaan penelitian yang diarahkan
pada
kegiatan pengumpulan data, kemudian merumuskan situasi
penelitian,
-
20
satuan dan lokasi yang dipilih serta informan-informan
sebagai
sumber data.
b. Pelaksanaan
Pada tahap ini peneliti sebagai pelaksana penelitian
sekaligus
sebagai human instrument mencari informasi data, yaitu
wawancara
mendalam dengan kepala sekolah, guru BK, guru agama, dan
wali
siswa di SMK Saraswati Salatiga. Melakukan pengamatan dan
pengumpulan dokumen yang lebih intensif.
c. Analisis Data
Analisis data dilakukan setelah peneliti melakukan wawancara
mendalam dengan narasumber, melakukan pengamatan, serta
mengumpulkan dokumen-dokumen penelitian.
d. Evaluasi
Semua data yang terkumpul, baik data dari hasil wawancara,
observasi, maupun pengumpulan dokumen-dokumen yang telah
dianalisis kemudian dievaluasi sehingga diketahui
implementasi
program bimbingan konseling dengan metode home visit dalam
menanggulangi kenakalan dan memantau perilaku agama siswa di
SMK Saraswati Salatiga 2017.
-
21
G. Sistematika Penulisan
Untuk mempermudah pembahasan penulisan ini maka disusun
sistematika
penulisan sebagai berikut :
BAB I PENDAHULUAN bab ini menjelaskan tentang pokok
permasalahan yang menjadi landasan awal penelitian yaitu
membahas tentang
latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian,
kegunaan
penelitian, penegasan istilah, metode penelitian, serta
sistematika penulisan.
Pada bagian ini merupakan kerangka dasar dan mengarah aktivitas
penelitian.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA, pada bab ini lebih banyak
menyajikan
landasan teoritis dalam menunjang permasalahan tentang program
bimbingan
konseling, metode home visit, kenakalan remaja, dan perilaku
agama.
BAB III PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN pada bab ini
berisi tentang gambaran umum sejarah SMK Saraswati Salatiga,
visi dan misi
dari bimbingan konseling di sekolah, daftar guru dan karyawan,
pembagian
tugas BK, keunggulan sekolah dan data hasil wawancara yang
meliputi profil
dan latar belakang subjek penelitian.
BAB IV ANALISIS DATA pada bab ini peneliti akan menjelaskan
tentang analisis data yang terkumpul dalam klasifikasi data.
Selain itu untuk
menjawab rumusan masalah tentang implementasi, faktor pendukung
dan
faktor penghambat, serta hasil program bimbingan konseling
dengan metode
home visit dalam menanggulangi kenakalan dan memantau perilaku
agama
siswa di SMK Saraswati Salatiga.
-
22
BAB V PENUTUP penulis menjabarkan pada bab ini dengan
mengurutkan kesimpulan dari hasil penelitian, saran-saran, dan
penutup.
-
23
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Teori Bimbingan Konseling
1. Pengertian Program Bimbingan Konseling
Program didefinisikan sebagai suatu unit atau satuan kegiatan
yang
merupakan implementasi dari suatu kebijakan berlangsung
dalam
proses yang berkesinambungan dan terjadi dalam suatu
organisasi
yang melibatkan sekelompok orang. Program juga bisa diartikan
suatu
kesatuan kegiatan dan dapat disebut dengan sistem, yaitu
rangkaian
kegiatan yang dilakukan bukan hanya satu kali tetapi
berkesinambungan. Pelaksanaan program selalu terjadi di
dalam
subuah organisasi yang artinya harus melibatkan sekelompok
orang
(Arikunto, 2004: 3).
Bimbingan konseling merupakan terjemahan dari “guidance” dan
“counseling” dalam bahasa Inggris yang berarti mengarahkan
dan
mengelola. Sunaryo Kartadinata mengartikan sebagai proses
membantu individu untuk mencapai perkembangan optimal.
Bimbingan merupakan bantuan atau pertolongan. Makna bantuan
dalam bimbingan menunjukan bahwa yang aktif dalam
mengembangkan diri, mengatasi masalah, atau mengambil
keputusan
adalah individu atau peserta didik sendiri. Dalam proses
bimbingan,
pembimbing tidak memaksakan kehendaknya sendiri, tetapi
berperan
sebagai fasilitator (Yusuf, 2014: 5-6).
-
24
Bimbingan juga dapat diartikan sebagai bagian dari
keseluruhan
pendidikan yang membantu menyediakan kesempetan-kesempatan
pribadi dan layanan staf ahli dengan cara yang mana setiap
individu
dapat mengembangkan kemampuan-kemampuan dan kesanggupannya
(Prayitno, 2013: 94).
Konseling merupakan salah satu bentuk hubungan yang bersifat
membantu. Maka bantuan disini yaitu sebagai upaya untuk
membantu
orang lain agar ia mampu tumbuh ke arah yang dipilihnya
sendiri,
mampu memecahkan masalah yang yang dihadapinya dan mampu
menghadapi krisis-krisis yang dialami dalam kehidupannya.
Dalam
pengertian tersebut yang menjadi tujuan konseling adalah
mengadakan perubahan perilaku pada diri klien sehingga
memungkinkan hidupnya lebih produktif dan memuaskan (Yusuf,
2014: 9).
Program Bimbingan konseling merupakan proses bantuan atau
pertolongan yang diberikan oleh pembimbing kepada individu
melalui
pertemuan atau hubungan timbal balik antara keduanya, agar
individu
memiliki kemampuan atau kecakapan melihat dan menemukan
masalahnya serta mampu memecahkan masalahnya sendiri. Proses
pemberian bantuan atau pertolongan yang sistematis dari
pembimbing
kepada siswa melalui pertemuan tatap muka atau hubungan
timbal
balik antara keduanya untuk mengungkapkan masalah siswa
sehingga
siswa mampu melihat masalahnya sendiri, mampu menerima
dirinya
-
25
sendiri sesuai dengan potensinya, dan mampu memecahkan
sendiri
masalah yang dihadapinya (Tohirin, 2007: 26).
Kesimpulan penulis merangkum pendapat yang dirujuk dari
beberapa pendapat di atas bahwa program bimbingan konseling
adalah
suatu program yang sangat penting yang ada di sekolah-sekolah,
baik
itu sekolah swasta ataupun negeri. Dengan adanya program
bimbingan
konseling dapat mengarahkan siswa ke jalan yang lebih baik
terutama
psikisnya. Dalam membimbing, konselor tidak memaksakan dan
menuntut siswa untuk mengikuti kehendaknya, akan tetapi
konselor
hanya mendampingi dan mengarahkan siswa dalam memecahkan
masalah atau memilih kehidupannya sendiri. Diarahkan kepada
hal
yang positif, supaya siswa dapat terhindar dari berbagai
bentuk
penyimpangan dan kenakalan yang ada, sehingga sekolah dapat
melaksanakan pembelajaran yang efektif, nyaman dan damai.
2. Tujuan bimbingan konseling
Bimbingan konseling bertujuan membantu peserta didik
mencapai
tugas-tugas perkembangan secara optimal sebagai makhluk
Tuhan,
sosial, dan pribadi. Bimbingan konseling juga membantu
individu
dalam mencapai kebahagiaan hidup pribadi sebagai makhluk
Tuhan,
kehidupan yang produktif dan efektif dalam masyarakat, hidup
bersama individu-individu lain, serta menciptakan harmoni antara
cita-
cita dengan kemampuan yang mereka miliki (Sukitman, 2015:
20).
-
26
Secara khusus bimbingan konseling bertujuan untuk membantu
peserta didik agar dapat mencapai tujuan-tujuan
perkembangannya.
Berikut adalah tujuan bimbingan dan konseling yang terkait
dengan
aspek akademik (belajar) yaitu agar siswa:
a. Memiliki sikap dan kebiasaan belajar yang positif,
seperti
kebiasaan membaca buku, disiplin dalam belajar, mempunyai
perhatian terhadap semua pelajaran dan aktif mengikuti semua
kegiatan belajar yang diprogramkan.
b. Memiliki motif yang tinggi untuk belajar sepanjang hayat.
c. Memiliki keterampilan atau teknik belajar yang efektif
seperti
keterampilan membaca buku, menggunakan kamus, mencatat
pelajaran, dan mempersiapkan diri menghadapi ujian.
d. Memiliki keterampilan untuk menetapkan tujuan dan
perencanaan
pendidikan, seperti membuat jadwal belajar, mengerjakan
tugas-
tugas, menetapkan diri dalam memperdalam pelajaran tertentu,
dan
berusaha memperoleh informasi tentang berbagai hal dalam
rangka
mengembangkan wawasan yang lebih luas.
e. Memiliki kesiapan mental dan kemampuan untuk menghadapi
ujian (Yusuf, 2014: 14-15).
Tujuan bimbingan konseling dalam Islam, menurut M. Hamdan
Bakran, dalam bukunya Tohirin (2007: 37-38), yang pertama
adalah
untuk menghasilkan suatu perubahan, perbaikan, kesehatan,
dan
kebersihan jiwa dan mental. Jiwa menjadi tenang, jinak dan
damai
-
27
(muthmainah), bersikap lapang dada dan mendapatkan taufik
serta
inayah Nya. Kedua, untuk menghasilkan suatu perubahan,
perbaikan,
dan kesopanan tingkah laku yang dapat memberikan manfaat
baik
pada diri sendiri maupun orang lain. Ketiga, untuk
menghasilkan
kecerdasan rasa (emosi) pada individu sehingga muncul dan
berkembang rasa toleransi (tasamuh), kesetiakawanan, rasa
tolong
menolong dan kasih sayang. Keempat, untuk menghasilkan
kecerdasan
spiritual pada diri individu sehingga muncul dan berkembang
keinginan untuk berbuat taat kepada Nya, ketulusan mematuhi
segala
perintah Nya, serta ketabahan menerima ujian Nya. Kelima,
untuk
menghasilkan potensi Ilahiyah, sehingga dengan potensi itu
individu
dapat melakukan tugas-tugasnya sebagai khalifah dengan baik
dan
benar dapat dengan baik menanggulangi berbagai persoalan hidup,
dan
dapat memberikan kemanfaatan dan keselamatan bagi
lingkungannya
dalam berbagai aspek kehidupan.
Tujuan bimbingan konseling dalam Islam merupakan tujuan yang
ideal dalam rangka mengembangkan kepribadian muslim yang
sempurna atau optimal (kaffah dan insan kamil). Pencapaian
tujuan
bimbingan konseling dalam layanan di sekolah atau madrasah
berbeda
setiap tingkatannya. Artinya melihat perkembangan yang optimal
pada
anak SD tentu tidak sama dengan melihat siswa SMP atau SMA.
Begitu juga melihat kemandirian murid-murid SD tentu tidak
sama
dengan melihat kemandirian siswa SMP dan seterusnya. Dengan
kata
-
28
lain penjabaran tujuan bimbingan konseling di atas di
sekolah-sekolah
dan madrasah, disesuaikan dengan tingkat sekolah dan madrasah
yang
bersangkutan. Lebih khusus lagi, pencapaian tujuan bimbingan
konseling harus didasarkan atas pencapaian visi, misi, dan
tujuan
sekolah dan madrasah yang bersangkutan (Tohirin, 2007:
38-39).
Kesimpulan penulis merangkum pendapat yang dirujuk dari
beberapa pendapat di atas bahwa tujuan bimbingan konseling
adalah
membantu siswa agar memiliki kompetensi mengembangkan
potensi
dirinya semaksimal mungkin. Selain itu supaya dapat
menghasilkan
suatu perubahan, perbaikan, kesehatan, dan kebersihan jiwa
dan
mental. Perubahan tingkah laku yang dapat memberikan manfaat
bagi
diri sendiri maupun orang lain.
3. Fungsi-fungsi bimbingan konseling
Dalam kelangsungan perkembangan dan kehidupan manusia,
berbagai pelayanan diciptakan dan diselenggarakan.
Masing-masing
pelayanan itu berguna dan memberikan manfaat untuk
memperlancar
dan memberikan dampak positif terhadap kelangsungan
perkembangan
dan kehidupan itu, khusunya dalam bidang tertentu. Kegunann,
manfaat, keuntungan ataupun jasa yang diperoleh dari adanya
suatu
pelayanan, merupakan hasil dari terlaksananya fungsi pelayanan
yang
dimaksud. Dengan demikian, fungsi suatu pelayanan dapat
diketahui
dengan melihat kegunaan, manfaat, ataupun keuntungan dan
dapat
diberikan oleh pelayanan yang dimaksud, suatu layanan
dikatakan
-
29
tidak berfungsi apabila ia tidak memperlihatkan kegunann
ataupun
tidak memberikan manfaat atau keuntungan tertentu (Prayitno,
2013:
196-197).
Pelayanan bimbingan konseling mengemban sejumlah fungsi yang
hendak dipenuhi melalui kegiatan bimbingan konseling.
Fungsi-fungsi
tersebut adalah:
a. Fungsi pemahaman, yaitu fungsi bimbingan konseling yang
akan
menghasilkan pemahaman tentang sesuatu oleh pihak-pihak
tertentu sesuai dengan kepentingan pengembangan peserta
didik.
b. Fungsi pencegahan, yaitu fungsi bimbingan konseling yang
akan
menghasilkan tercegahnya atau terhindarnya peserta didik
dari
berbagai permasalahan yang mungkin timbul dapat mengganggu,
menghambat ataupun menimbulkan kesulitan, kerugian-kerugian
tertentu dalam proses perkembangannya.
c. Fungsi pengentasan, fungsi ini sebagai pengganti istilah
fungsi
kuratif yang artinya pengobatan atau penyembuhan. Melalui
fungsi
pengentasan ini pelayanan bimbingan konseling akan
menghasilakan teratasinya berbagai permasalahan yang dialami
peserta didik.
d. Fungsi pemeliharaan dan pengembangan adalah fungsi
bimbingan
konseling yang akan menghasilkan terpeliharanya dan
terkembangkannya berbagai potensi dan kondisi positif
peserta
-
30
didik dalam rangka perkembangan dirinya secara terarah,
mantap
dan berkelanjutan.
e. Fungsi advokasi yaitu fungsi bimbingan konseling yang
akan
menghasilkan teradvokasi atau pembelaan terhadap peserta
didik
dalam rangka upaya pengembangan seluruh potensi secara
optimal
(Hallen A, 2005: 55-58).
Kesimpulan penulis merangkum pendapat yang dirujuk dari
beberapa pendapat di atas bahwa fungsi bimbingan konseling
diarahkan kepada terselenggaranya dan terpenuhinya keperluan
akan
bantuan dalam hal pendataan, informasi, konsultasi, dan
komunikasi
kepada siswa atau pihak-pihak lain yang berkepentingan.
4. Relevansi tujuan dan fungsi bimbingan konseling dengan
Islam
Fokus pelayanan bimbingan konseling adalah manusia. Oleh
karena itu, melihat relevansi tujuan dan fungsi bimbingan
konseling
dengan ajaran Islam juga harus melihat bagaimana Islam
memandang
manusia, tujuan penciptaannya, dan tugas atau tanggung
jawabnya
serta penjelasan-penjelasan lain yang berkenaan dengan syari’at
Islam.
Islam adalah agama wahyu yang langsung dari Dzat yang Maha
Kuasa, Maha Sempurna, oleh sebab itu, ajaran-Nya tidak akan
mungkin bertentangan dengan fitrah (potensi) manusia. Ajaran
Islam
justru akan membimbing manusia ke arah fitrahnya dalam rel
yang
benar. Pemahaman tentang ajaran Islam (melalui Al Qur’an dan
Hadis)
secara prefentif akan dapat mencegah individu dari segala
sesuatu yang
-
31
bisa merugikan esensi dan eksistensi dirinya. Relevan dengan
penjelasan ini, Allah SWT berfirman dalam QS. Al Ankabut ayat
45
yang berbunyi:
Artinya: “ Bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu, Yaitu
Al
kitab (Al Quran) dan dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat
itu
mencegah dari (perbuatan- perbuatan) keji dan mungkar. dan
Sesungguhnya mengingat Allah (shalat) adalah lebih besar
(keutamaannya dari ibadat-ibadat yang lain). dan Allah
mengetahui
apa yang kamu kerjakan”. (Al-Ankabut: 45)
Setelah manusia dapat memahami dirinya sebagai makhluk
ciptaan
Allah yang dibekali dengan (fitrah) dan diserahi tugas dan
tanggung
jawab mengabdi beribadah kepada Allah, hendaknya manusia
dapat
menerima diri ia diharapkan mampu mewujudkan sikap positif
seperti
berperilaku baik dan berbuat insan baik kepada semuanya
maupun
kepada lingkungannya. Secara lebih khusus siswa di sekolah atau
di
madrasah juga demikian, artinya setelah siswa memahami dan
menyadari serta dapat menerima diri apa adanya sebagai
makhluk
ciptaan Allah SWT dengan segala potensi fitrah dan tugas
serta
tanggung jawab kemanusiaannya, selanjutnya siswa dapat
mewujudkan sikap positif seperti berperilaku baik (berbuat
ikhsan)
kepada sesamanya dan kepada lingkungannya.
-
32
Fungsi pemahaman juga memberikan pengertian kepada siswa
tentang manusia dan problematikanya dalam hidup dan
kehidupan
serta bagaimana mencari alternatif solusi terhadap
problematika
tertentu seperti gangguan mental ringan, spiritual dan moral,
dan
problematika lain yang bersifat lahiriah dan batiniah pada
umumnya
secara benar dan baik. Fungsi pemahaman juga akan memberikan
pengertian bahwa ajaran Islam merupakan sumber yang paling
lengkap, benar dan suci untuk berbagi problematika yang
berkaitan
dengan pribadi manusia dengan Tuhannya, pribadi manusia
dengan
dirinya sendiri, pribadi manusia dengan lingkungan keluarga
atau
sosialnya. Penjelasan ini relevan dengan QS. Al Baqarah ayat
185
yang artinya:
…
Artinya:
“Bulan Ramadhan adalah bulan yang di dalamnya telah
diturunkan
Al Quran sebagai petunjuk bagi manusia dan
penjelasan-penjelasan
tentang petunjuk itu dan pembeda”. (Al-Baqarah: 185)
Ajaran Islam melalui Al Qur’an dan hadis juga berfungsi
pengendalian, yakni memberikan potensi yang dapat
mengarahkan
aktivitas setiap hamba Allah SWT, siswa agar tetap terjaga
dalam
pengendalian dan pengawasan-Nya. Dengan fungsi ini perilaku
-
33
individu (siswa) sebagai hamba-Nya tidak akan menyimpang
dari
ajaran Islam sehingga terwujud perilaku yang benar, baik,
dan
bermanfaat baik bagi dirinya maupun orang lain
(lingkungannya).
Melalui pengendalian diri yang baik, cita-cita dan tujuan hidup
dan
kehidupannya akan dapat tercapai dengan sukses dan eksistensi
serta
esensi diri senantiasa mengalami kemajuan. Demikian juga
akan
terwujud perkembangan yang positif, terjadinya keselarasan
dan
keharmonisan, dalam kehidupan, bersosialisasi, baik secara
vertikal
maupun horisontal (hablum minallah dan hablum minannas)
(Tohirin, 2007: 51-57).
Kesimpulan penulis merangkum pendapat yang dirujuk dari
beberapa pendapat di atas bahwa relevansi tujuan dan fungsi
bimbingan konseling dengan Islam yaitu sangat relevan, hal
tersebut
dapat dibuktikan apabila tujuan dan fungsi tersebut dapat
tercapai,
maka akan terwujud manusia yang bahagia berkepribadian yang
sehat,
yaitu individu yang mampu menerima apa adanya dan mampu
mewujudkan hal-hal yang positif sehubungan dengan penerimaan
dirinya.
5. Prinsip-prinsip bimbingan konseling
Prinsip merupakan paduan hasil kajian teoritik dan telaah
lapangan
yang digunakan sebagai pedoman pelaksanaan sesuatu yang
dimaksudkan. Dalam pelayanan bimbingan konseling
prinsip-prinsip
yang digunakan bersumber dari kajian filosofis, hasil-hasil
penelitian
-
34
dan penglaman praktis tentang hakikat manusia. Rumusan
prinsip-
prinsip bimbingan konseling pada umumnya berkenaan dengan
sasaran
pelaksanaan, masalah klien, tujuan dan proses penanganan
masalah,
program pelayanan, penyelenggaraan pelayanan.
Dalam layanan bimbingan konseling, perlu diperhatikan
sejumlah
prinsip yaitu prinsip berkenaan dengan sasaran layanan,
permasalahan
individu, tujuan pelaksanaan pelayanan (Prayitno, 2013:
218).
Kesimpulan penulis merangkum pendapat yang dirujuk dari
beberapa pendapat di atas bahwa prinsip digunakan sebagai
pedoman
pelaksanaan sesuatu layanan yaitu pedoman program bimbingan
konseling yang bersumber dari kajian filosofis, hasil-hasil
penelitian
dan penglaman praktis tentang hakikat manusia yang berkaitan
dengan
layanan, masalah siswa, dan tujuan layanan.
6. Asas bimbingan konseling
Pelayanan bimbingan konseling adalah pekerjaan profesional
sesuai
dengan makna uraian tentang pemahaman, penanganan, dan
penyikapan (yang meliputi unsur-unsur kognisi, afeksi, dan
perlakuan)
konselor terhadap kasus, pekerjaan profesional itu harus
dilaksanakan
dengan mengikuti kaidah-kaidah yang menjamin efisien dan
efektivitas proses dan lain-lainnya. Dalam penyelenggaraan
pelayanan
bimbingan kaidah-kaidah tersebut dikenal dengan asas-asas
bimbingan
konseling, yaitu ketentuan-ketentuan yang harus diterapkan
dalam
-
35
penyelenggaraan pelayanan tersebut (Prayitno, 2013: 144-145).
Asas-
asas bimbingan dan konseling meliputi:
a. Asas kerahasiaan
Asas kerahasiaan merupakan asas kunci dalam bimbingan
konseling. Jika asas ini benar-benar diterapkan maka petugas
BK
akan mendapat kepercayaan dari peserta didik, karena dalam
asas
ini mengandung pengertian bahwa segala sesuatu yang
dibicarakan
individu dalam proses bimbingan konseling tidak boleh
disampaikan kepada orang lain yang tidak berkepentingan
(Sukitman, 2015: 25).
b. Asas kesukarelaan
Asas kesukarelaan mengandung pengertian bahwa pelayanan
bimbingan konseling berlangsung atas dasar kesukarelaan dan
ketulusan, baik dari pihak konselor maupun klien. Dalam hal
ini
sikap kesukarelaan harus ditumbuhkan pada diri peserta
didik,
sehingga tidak merasa terpaksa berada dalam suasana
bimbingan
konseling tersebut. Asas kesukarelaan ini sangat erat
hubungannya
dengan asas kerahasiaan. Jika peserta didik telah meyakini
bahwa
kerahasiaan masalahnya akan dijaga oleh gurunya, diharapkan
ia
akan mendatangi gurunya secara sukarela (Sukitman, 2015:
26).
c. Asas keterbukaan
Dalam pelaksanaan bimbingan konseling sangat diperlukan
suasana keterbukaan, baik keterbukaan dari konselor maupun
dari
-
36
klien. Keterbukaan ini bukan hanya sekedar bersedia menerima
saran-saran dari luar, malahan lebih dari itu, diharapkan
masing-
masing pihak yang bersangkutan bersedia membuka diri untuk
kepentingan pemecahan masalah. Individu yang membutuhkan
bimbingan diharapkan dapat berbicara sejujur mungkin dan
berterus terang tentang dirinya sendiri sehingga dengan
keterbukaan ini penelaahan serta pengkajian berbagai kekuatan
dan
kelemahan klien dapat dilaksanakan (Prayitno, 2013: 116).
d. Asas kekinian
Masalah yang perlu ditanggulangi dalam bimbingan konseling
adalah masalah yang dihadapi oleh klien pada saat sekarang,
bukan
masalah yang dihadapi pada masa lampau atau masalah yang
dihadapi pada masa yang akan datang. Dengan demikian,
pembimbing tidak akan membahas masalah yang dihadapi pada
masa lampau yang sama sekali tidak ada kaitannya dengan
keadaan
sekarang. Begitu pula pembimbing juga tidak akan menangani
masalah yang dialami pada masa yang akan datang bila keadaan
tersebut tidak berkaitan dengan masalah klien sekarang. Asas
kekinian menghendaki permasalahan klien yang bersifat baru
(Sukitman, 2015: 27).
Asas kekinian juga mengandung pengertian bahwa konselor
tidak boleh menunda-nunda pemberian bantuan. Jika diminta
bantuan oleh klien misalnya ada siswa yang mengalami
masalah,
-
37
maka konselor hendaklah segera memberikan bantuan. Konselor
tidak selayaknya menunda-nunda memberi bantuan dengan
berbagai dalih. Dia harus mendahuluan kepentingan klien dari
pada
yang lain (Prayitno, 2013: 117).
e. Asas kemandirian
Pelayanan bimbingan konseling menjadikan klien dapat berdiri
sendiri, tidak bergantung pada orang lain atau konselor.
Seseorang
yang dibimbing setelah dibantu diharapkan dapat mandiri
dengan
ciri-ciri pokok yaitu:
1) Mengenal diri sendiri dan lingkungan sebagaimana adanya.
2) Menerima diri sendiri dan lingkungan secara positif dan
dinamis.
3) Mengambil keputusan untuk dan oleh diri sendiri.
4) Mengarahkan diri sesuai dengan keputusan itu.
5) Mewujudkan diri secara optimaal sesuai dengan potensi,
minat
dan kemampuan-kemampuan yang dimilikinya.
Kemandirian dengan ciri-ciri umum di atas haruslah
disesuaikan dengan tingkat perkembangan dan peranan klien
dalam
kehidupannya sehari-hari. Kemandirian sebagai hasil
konseling
menjadi arah dari keseluruhan proses konseling, dan hal itu
didasari baik oleh konselor maupun klien (Prayitno, 2013:
117).
-
38
f. Asas kegiatan
Usaha bimbingan konseling tidak akan memberikan buah yang
berarti bila klien tidak melakukan sendiri kegiatan dalam
mencapai
tujuan bimbingan konseling. Hasil usaha bimbingan konseling
tidak akan tercapai dengan sendirinya, melainkan harus
dengan
kerja giat dari klien sendiri. Konselor hendaknya
membangkitkan
semangat klien sehingga ia mampu dan mau melaksanakan
kegiatan yang diperlukan dalam penyelesaian masalah yang
menjadi pokok pembicaraan dalam konseling (Prayitno, 2013:
118).
g. Asas kedinamisan
Usaha pelayanan bimbingan konseling menghendaki terjadinya
perubahan diri klien, yaitu perubahan tingkah laku ke arah
yang
lebih baik. Perubahan ini tidaklah sekedar mengulang hal
yang
lama, yang bersifat monoton, melainkan perubahan yang selalu
menuju ke suatu pembaruan, sesuatu yang lebih maju, dinamis
sesuai dengan arah perkembangan klien yang dikehendaki
(Prayitno, 2013: 118).
h. Asas keterpaduan
Pelayanan bimbingan konseling berusaha memadukan sebagai
aspek kepribadian klien. Sebagaimana diketahui individu
memiliki
-
39
berbagai aspek kepribadian yang kalau keadaannya tidak
seimbang, serasi dan terpadu justru akan menimbulkan masalah.
Di
samping keterpaduan pada diri klien, juga harus diperhatikan
keterpanduan isi dan proses layanan yang diberikan. Jangan
hendaknya aspek layanan yang satu tidak serasi dengan aspek
layanan yang lain.
Untuk terselenggaranya asas keterpaduan, konselor perlu
memiliki wawasan yang luas tentang perkembangan klien dan
aspek-aspek lingkungan klien, serta berbagai sumber yang
dapat
diaktifkan untuk menangani masalah klien. Kesemuanya itu
dipadukan dalam keadaan serasi dan saling menunjang dalam
upaya bimbingan konseling (Prayitno, 2013: 118).
i. Asas kenormatifan
Pelayanan bimbingan konseling di sekolah dilaksanakan
menurut norma-norma yang berlaku, baik norma agama, adat,
hukum, maupun kebiasaan sehari-hari (Sukitman, 2015: 29).
j. Asas keahlian
Asas keahlian mengandung pengertian bahwa pelayanan
bimbingan konseling hendaklah dilakukan secara teratur,
sistematik, dan menggunakan teknik serta peralatan yang
memadai.
Agar dapat melakukan berdasarkan keahlian, petugas
pembimbing
perlu mendapatkan latihan yang memadai sehigga layanan
tersebut
mencapai hasil yang sebaik-baiknya. Asas keahlian
menghendaki
-
40
supaya layanan yang diberikan kepada klien berdasarkan atas
kaidah-kaidah profesional, baik dalam layanan itu sendiri
maupun
penegakan kode etik (Sukitman, 2015: 29-30).
k. Asas alih tangan kasus
Jika guru mengerahkan segenap kemampuannya untuk
membantu peserta didik namun peserta didik itu belum juga
mampu menyelesaikan masalah yang dihadapinya, maka guru
harus mengalihtangankan kasus itu kepada petugas atau badan
lain
yang lebih ahli. Di samping itu, asas ini juga
mengisyaratkan
bahwa guru melayani masalah-masalah sesuai dengan
kewenangannya. Jika masalah yang ditangani berada di luar
kewenangannya, guru harus melimpahkannnya kepada petugas
atau badan yang lebih berwenang untuk mengatasi masalah
tersebut (Sukitman, 2015: 30).
Kesimpulan penulis merangkum pendapat yang dirujuk dari
beberapa pendapat di atas bahwa asas bimbingan konseling yaitu
suatu
kaidah tentang ketentuan-ketentuan yang harus diterapkan
dalam
penyelenggaraan pelayanan program bimbingan konseling.
Beberapa
asas tersebut meliputi asas kerahasiaan, kesukarelaan,
keterbukaan,
kekinian, kemandirian, kegiatan, kedinamisan, keterpaduan,
kenormatifan, keahlian, dan asas alih tangan kasus.
7. Faktor penunjang kegiatan BK di sekolah
a. Faktor eksternal
-
41
Faktor ini meliputi aspek-aspek soaial dan non sosial.
Faktor
sosial adalah faktor manusia, baik yang hadir secara
langsung
maupun tidak langsung, seperti media yang sesuai dengan
tuntutan teknologi pendidikan, maka media pendidikan ini
sangat
penting. Media pendidikan yang baik berupa hardware maupun
softwerenya sudah mendapat perhatian.
Adapun yang dimaksud faktor nonsosial adalah keadaan suhu
udara (panas, dingin), waktu (pagi, siang, malam), suasana
(sepi,
bising, atau rame), keadaan tempat (kualitas gedung, luas
ruangan,
kebersihan, ventilasi, dan kelengkapan alat-alat atau
fasilitas
belajar). Di sinilah penting dan perlunya program bimbingan
dan
konseling untuk membantu agar mereka berhasil dalam belajar.
Layanan bantuan yang seyogyanya diberikan kepada para siswa
adalah bimbingan belajar. Bimbingan belajar ini meliputi
kegiatan
layanan, baik yang bersifat preventif maupun kuratif.
Layanan
yang bersifat preventif di antaranya dengan memberikan
layanan
informasi sebagai berikut:
1) Sikap dan kebiasaan belajar yang positif;
2) Cara membaca buku yang efektif;
3) Cara membuat catatan pelajaran;
4) Cara mengikuti kegiatan belajar di dalam dan di luar
kelas;
5) Cara belajar kelompok;
b. Faktor internal
-
42
Ada beberapa faktor yang hendaknya dipenuhi agar belajar
dapat berhasil, yakni meliputi fisik dan psikis. Menurut
W.H.
Burton faktor faktor internal yang mengakibatkan kesulitan
belajar
adalah sebagai berikut:
1) Ketidakseimbangan mental atau gangguan fungsi mental: (1)
kurangnya kemampuan mental yang bersifat potensional; (2)
kurangnya kemampuan mental, seperti kurang perhatian,
adanya kelainan, lemah dalam berusaha, menunjukn kegiatan
yang berlawanan; dan (3) kesiapan diri yang kurang matang.
2) Gangguan fisik: (1) kurang berfungsinya organ-organ
perasaan, alat-alat bicara; (2) gangguan kesehatan atau
sakit-
sakitan. Gangguan emosi: (1) merasa tidak aman; (2) kurang
bisa menyesuaikan diri, baik dengan orang, situasi maupun
kebutuhan; (3) adanya perasaan yang kompleks (tidak karuan),
perasaan takut tidak karuan, perasaan ingin melarikan diri
dari
masalah yang dialami; dan (4) ketidakmatangan emosi
(Hikmawati, 2012: 35-38).
Kesimpulan penulis merangkum pendapat yang dirujuk dari
beberapa pendapat di atas bahwa ada beberapa faktor yang
bisa
menunjang kegiatan bimbingan konseling, faktor tersebut
meliputi
faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal yaitu
faktor yang
berasal dari dalam meliputi fisik dan psikis pada diri siswa
atau klien,
-
43
sedangkan faktor eksternal yaitu faktor yang berasal dari luar
meliputi
suasana, sarana prasarana, dan lingkungan sekitar.
B. Teori Metode Home Visit
1. Pengertian Metode Home Visit
Kata metode secara umum sering diartikan sebagai “cara yang
tepat”. Secara etimologi kata metode berasal dari kata meta dan
hodos,
yang artinya melalui dan jalan. Pengertian yang lebih khusus
lagi
yaitu cara yang tepat dan cepat dalam mengerjakan sesuatu.
Sedangkan dalam kamus bahasa Arab, metode dikenal dengan
istilah
thariqah jamaknya thuruq, yang berarti langkah-langkah
strategis
untuk melakukan suatu pekerjaan (Ramayulis, 2004: 155).
Dalam KBBI kata home visit berasal dari bahasa inggris, home
artinya rumah, dan visit artinya mengunjungi. Jadi program home
visit
adalah suatu program yang pelaksanaannya mengunjungi rumah-
rumah siswa yang dilakukan oleh pihak sekolah. Program home
visit
merupakan kunjungan ke rumah siswa yang dilakukan oleh para
guru
atau pembimbing.
Rumayulis (2004: 156) mengatakan bahwa metode home visit
merupakan salah satu metode dalam menjembatani komunikasi
antara sekolah dengan orangtua peserta didik dan masyarakat.
Adanya metode home visit dalam bimbingan dan konseling akan
membantu sekolah dalam menyelesaikan berbagai masalah yang
berkaitan dengan peserta didik di sekolah. Partisipasi
orangtua
peserta didik sangat penting sekali bagi sekolah dalam
rangka
mengatasi berbagai masalah yang terjadi antara sekolah
dengan
peserta didik.
-
44
Pada hakekatnya metode home visit ini adalah salah satu
usaha
menciptakan suasana pendidikan yang kondusif, harmonis
antara
pihak sekolah dan peserta didik. Dengan adanya metode home
visit
ini, maka tindakan pendidikan terhadap peserta didik akan
memiliki
arah yang sama antara pendidikan yang ada di sekolah dengan
kehidupan peserta didik sehari-hari di rumah. Arah pendidikan
yang
sama ini akan menjadikan pendidikan di sekolah selalu
terdukung
dengan kondisi peserta didik di rumah. Seandainya pendidikan
di
sekolah tidak searah dengan kebiasaan kehidupan peserta didik
di
rumah, maka pendidikan akan “bertepuk sebelah tangan”. Misalnya
di
sekolah diajarkan bagaimana cara berpakain muslimah yang
baik,
akan tetapi setelah peserta didik pulang ke rumah apa yang telah
di
pelajari di sekolah tidak sesuai dengan kenyataan yang ada di
rumah.
Seperti orang tua membelikan baju putrinya sesuai dengan
model
masa kini yang dapat dikatakan “you can see” atau pakaian orang
tua
peserta didik yang tidak mendukung terhadap apa yang telah
diajarakan di bangku sekolah. Jika pendidikan semacam ini
(tidak
searah) terjadi, maka yang akan terjadi adalah ketimpangan
dalam
dunia pendidikan (Ramayulis, 2004: 157).
Kesimpulan penulis merangkum pendapat yang dirujuk dari
beberapa pendapat di atas bahwa metode home visit merupakan
suatu
cara yang tepat dimana pelaksanaannya mengunjungi
rumah-rumah
siswa yang dilakukan oleh guru BK, guru agama, dan wali kelas
hal
-
45
tersebut untuk mengetahui permasalahan-permasalan yang ada
pada
siswa tersebut dan merupakan bentuk kerja sama antara orang tua
dan
sekolah.
2. Tujuan Metode Home Visit
Metode home visit memiliki fungsi dan tujuan dalam
menyelesaikan masalah-masalah yang terjadi pada peserta
didik.
Kemudian masalah tersebut dikomunikasikan kepada orangtua
peserta
didik di rumah. Komunikasi ini akan sangat membantu dalam
pemantauan perkembangan peserta didik terhadap proses
pendidikannya di sekolah. Di samping metode home visit akan
membantu sekolah dalam menyelesaikan berbagai masalah yang
berkaitan dengan peserta didik di sekolah (Fachrudi;
1994:55).
Pada awalnya home visit ini dimaknai hanya sebatas kunjungan
sekolah kepada orangtua peserta didik semata, dalam arti lain
hanya
digunakan untuk tujuan silaturahim seperti pemaknaan
kunjungan
keluarga dalam konteks keagamaan. Pada perkembangan
selanjutnya
home visit bukan hanya bermakna silaturahim saja akan tetapi
lebih
dari silaturahim yaitu memiliki berbagai tujuan yang tercakup
dalam
usaha peningkatan mutu sekolah, baik dalam hal peningkatan
mutu
peserta didiknya dan keterlibatan orangtua dalam dukungannya
terhadap berbagai kegiatan program-program sekolah.
Pemaparan
tentang program sekolah yang berupa home visit di atas maka
dapat
diketahui ada beberapa tujuan home visit yaitu untuk:
-
46
a. Meningkatkan hubungan harmonis antara sekolah dengan
orangtua peserta didik.
b. Memperkenalkan program-program sekolah kepada orangtua.
c. Menyelesaikan masalah-masalah peserta didik di sekolah.
d. Memberdayakan atau keterlibatan orang tua peserta didik
terhadap
pengembangan sekolah (Ramayulis, 2004: 160).
Ditambahkan menurut Fachrudi (1994:58) bahwasannya tujuan
adanya hubungan antara sekolah dengan orangtua peserta didik
yaitu, memupuk pengertian, pengetahuan tentang pertumbuhan
dan perkembangan pribadi anak dan memupuk pengertian dan
cara mendidik anak yang baik, agar anak memperoleh
pengalaman yang kaya dan bimbingan yang tepat, sehingga anak
dapat berkembang secara maksimal.
Searah dengan adanya home visit ini yaitu untuk tujuan
mengakrabkan antara sekolah dengan orang tua peserta didik,
Leslie
merumuskan ada lima tujuan yang ingin dicapai dari kegiatan
pengakraban sekolah yaitu untuk:
a. Mengembangkan pengertian orangtua tentang tujuan dan
kegiatan
pendidikan di sekolah.
b. Memperlihatkan bahwa rumah dan sekolah bekerja sama dalam
rangka mencapai tujuan pendidikan anak di sekolah.
c. Memberi fasilitas pertukaran informasi antara orang tua dan
guru
yang kemudian mempunyai dampak terhadap pemecahan
pendidikan anak.
-
47
d. Memperoleh opini masyarakat dijadikan perencanaan untuk
pertemuan dengan orangtua dalam rangka untuk kebutuhan
murid-
murid.
e. Membantu pertumbuhan dan perkembangan pribadi anak
(Fachrudi; 1994:59).
Keseluruhan dari tujuan diadakannya home visit di atas
secara
umum adalah untuk mengakrabkan sekolah dengan orangtua
peserta
didik dan masyarakat pada umumnya. Pelibatan orangtua secara
aktif
bagi sekolah tujuan utamanya yaitu berorientasi pada
pemberdayaan
sekolah bukan untuk mendikte pengelolaan sekolah, (Pontianak
Post;
2003:1).
Kesimpulan penulis merangkum pendapat yang dirujuk dari
beberapa pendapat di atas bahwa tujuan metode home visit
atau
kunjungan rumah adalah untuk mengetahui masalah-masalah yang
dihadapi peserta didik di rumahnya. Dengan mengetahui
problema
anak, secara totalitas maka akan sangat membantu sekolah
dalam
merencanakan program yang sesuai dengan minat peserta didik
serta
dapat memantau perilaku peserta didik tersebut. Hal tersebut
merupakan bentuk kerja sama antara pihak orang tua dan
sekolah.
-
48
C. Teori Kenakalan Siswa
1. Pengertian Siswa
Siswa atau peserta didik adalah anggota masyarakat yang
berusaha
mengembangkan potensi diri melalui proses pembelajaran yang
tersedia pada jalur, jenjang, dan jenis pendidikan tertentu.
Dasar
hakiki diperlukannya pendidikan bagi peserta didik adalah
karena
manusia adalah makhluk susila yang dapat dibina dan diarahkan
untuk
mencapai derajat kesusilaan. Peserta didik menurut sifatnya
dapat
dididik, karena mereka mempunyai bakat dan disposisi-disposisi
yang
memungkinkan untuk diberi pendidikan (Suwarno, 2006: 36).
Kesimpulan penulis merangkum pendapat yang dirujuk dari
kutipan di atas bahwa siswa adalah seorang remaja yang
mengalami
masa peralihan dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa,
dimana
pada masa ini penuh dengan berbagai perubahan baik itu fisik,
psikis,
perilaku, dan pola pikir serta masih berada dalam bangku
sekolah
untuk proses belajar mencari ilmu.
2. Fakta-fakta siswa
Hubungan antara kematangan dan belajar merupakan penyebab
dari
perkembangan siswa
a. Permulaan perkembangan adalah masa kritis
Sering sikap, kebiasaan dan perilaku siswa tidak sesuai
dengan
harapan gurunya. Tetapi sering pula gurunya gagal
mengubahnya,
justru perilaku tersebut menjadi-jadi, dan gurunya sendiri
-
49
ditentangnya. Bila ini terjadi, masa kritis perkembangan
siswa
berubah menjadi negatif, guru pembimbing perlu memberikan
jalan keluar. Perlakukanlah mereka berbeda dengan yang lain,
terima dia apa adanya dan teguhkan hasratnya untuk berubah,
siapkan dia untuk menghadapi apa yang akan terjadi
kedepannya
(Ridwan, 2004: 112).
b. Perkembangan siswa mengikuti pola tertentu dan yang dapat
diramalkan
Misalnya pola-pola teratur dari perkembangan fisik, bicara
dan
intelektualnya. Jika kondisi lingkungan tidak menghambat,
perkembangan siswa akan mengikuti pola yang berlaku umum.
Hal ini guru pembimbing bertugas untuk mengkaji pola
perkembangan siswa tertentu (Ridwan, 2004: 112).
c. Setiap individu siswa berbeda
Seseorang tidak dapat mengharapkan hasil yang sama dari
orang
lain dengan perkembangan usia dan intelektual yang sama.
Perbedaan individu justru berarti karena perbedaan
diperlukan
bagi individualitas dalam pembentukan kepribadian (Ridwan,
2004: 113).
d. Perkembangan siswa memiliki karakteristik perilaku
Siswa sekolah sering dikenal sebagai masa puber atau masa
remaja, masa ini dicirikan dengan perilaku-perilaku yang
spesifik
-
50
e. Perkembangan siswa dipengaruhi oleh perubahan budaya
Perkembangan siswa dibentuk untuk menyesuaikan diri dengan
standar budaya dan segala hal yang ideal. Misalnya siswa
yang
dibesarkan oleh satu orang tua (bapak atau ibu) belajar
menyesuaikan dengan standar perilaku yang dapat diterima
secara
budaya bagi keluarga, akan berbeda dengan siswa yang
dibesarkan dengan ke dua orang tua (Ridwan, 2004: 114).
3. Pengertian Kenakalan Siswa
Kenakalan remaja adalah perbuatan/ kejahatan/ pelanggaran
yang
dilakukan oleh anak remaja yang bersifat melawan hukum,
norma,
anti sosial, anti susila, dan menyalahi norma-norma agama. Dalam
arti
luas meliputi perbuatan-perbuatan anak remaja yang
bertentangan
dengan kaidah-kaidah hukum, yang bersifat anti sosial yang
menimbulkan keresahan masyarakat pada umumnya (Sudarsono,
2004: 11-12).
Kesimpulan penulis merangkum pendapat yang dirujuk dari
kutipan di atas bahwa kenakalan siswa adalah perilaku atau
tingkah
laku yang dilakukan oleh seorang siswa, dimana perilaku
tersebut
bertentangan dengan kaidah norma-norma yang ada, baik itu
norma
yang ada di masyarakat, norma agama Islam, terutama norma
yang
ada di sekolah atau tata tertib sekolah.
-
51
4. Masalah Siswa di Sekolah
Siswa di sekolah dan madrasah sebagai manusia dapat
dipastikan
memiliki masalah, tetapi kompleksitas masalah-masalah yang
dihadapi oleh individu yang satu dengan yang lainnya
berbeda-beda.
M. Hamdan Bakran dalam bukunya Tahirin (2007: 112),
mengklasifiksikan masalah individu termasuk siswa sebagai
berikut:
a. Masalah individu yang berhubungan dengan Tuhannya
Kegagalan individu melakukan hubungan secara vertikal
dengan Tuhannya seperti sulit menghadirkan rasa takut,
memiliki
rasa tidak bersalah atas dosa yang dilakukan, sulit
menghadirkan
rasa taat, merasa bahwa Tuhan senantiasa mengawasi
perilakunya
sehingga individu merasa tidak memiliki kebebasan. Dampak
semuanya itu adalah timbulnya rasa malas atau enggan
melaksanakan ibadah dan sulit untuk meninggalkan perbuatan-
perbuatan yang dilarang Tuhan.
b. Masalah individu berhubungan dengan dirinya sendiri.
Kegagalan bersikap disiplin dan bersahabat dengan hati
nurani yaang selalu mengajak atau menyeru daan membimbing
kepada kebaikan dan kebenaran Tuhan-nya. Dampaknya adalah
muncul sikap was-was, ragu-ragu, berprasangka buruk
(su’udzon), rendah motivasi, dan dalam banyak hal tidak
mampu
bersikap mandiri.
-
52
c. Masalah individu berhubungan dengan lingkungan keluarga
Keluarga misalnya kesulitan atau ketidakm