Page 1
IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH
KABUPATEN TANGERANG NO 13 TAHUN 2011
TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH
KABUPATEN TANGERANG TAHUN 2011-2031
(STUDI KASUS SISTEM PENGENDALIAN BANJIR DI
KEC.KRESEK TAHUN 2015)
Skripsi
Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat ujian sarjana strata-1
Pada Program Studi Ilmu Adminstrasi Negara
SEPTIAN PRASETIA MAHAGUNA
6661120216
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA
SERANG, Juni 2017
Page 5
i
ABSTRAK
Septian Prasetia Mahaguna. 6661120216. 2017. Implementasi Peraturan Daerah
Kabupaten Tangerang No 13 Tahun 2011 Tentang Rencana Tata Ruang
Wilayah Kabupaten Tangerang Tahun 2011-2031 (Studi Kasus Sistem
Pengendalian Banjir Di Kec.Kresek Tahun 2015). Program Studi Ilmu
Administrasi Negara. Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik. Universitas Sultan
Ageng Tirtayasa. Pembimbing I : Abdul Hamid, Ph.D dan Pembimbing II : Anis
Fuad, S.Sos, M.Si.
Penelitian ini di dasari oleh bencana banjir yang terjadi di wilayah Kabupaten
Tangerang dan khususnya di kecamatan kresek. Dengan disahkanya Perda RTRW
sistem pengendalian banjir di harapkan bencana banjir yang terjadi dapat berkurang
dengan pengendalian banjir yang di laksanakan oleh para stakeholder pelaksana
sistem pengendalian banjir. Masalah penelitian ini terkait proses dan kerja sama
diantara para stakeholder pelaksana. Pelaksanaan sistem pengendalian banjir
melibatkan beberapa pihak terdiri dari Dinas Bina Marga & SDA Kab.Tangerang,
BBWS Ciliwung-cisadane, BBWS Cidanun-ciujung-cidurian dan UPT III Dinas Bina
Marga Kab.Tangerang. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui bagaimana
pelaksanaan sistem pengendalian banjir di kecamatan kresek. Teori yang di gunakan
dalam penelitian ini teori implementasi kebijakan publik menurut Van Metter & Van
Horn dalam buku Agustino (2016:124). Metode penelitian menggunakan penelitian
kualitatif dengan pendekatan deskriptif. Teknik pengumpulan data menggunakan
wawancara, observasi & studi dokumentasi. Temuan di lapangan menunjukan bahwa
pelaksanaan sistem pengendalian banjir di kecamatan kresek belum optimal terbukti
dengan masih kurangnya anggaran yang tersedia dalam pengendalian banjir,
kurangya sumberdaya manusia yang ada dan proses komunikasi dan koordinasi yang
kurang efekif diantara para pelaksana serta usulan masyarakat yang mengajukan tidak
semua dapat terealisasikan oleh para pelaksana sistem pengendalian banjir.
Kata Kunci : Implementasi, Perda Tata Ruang Wilayah, Sistem
Pengendalian banjir.
Page 6
ii
ABSTRACT
Septian Prasetia Mahaguna. 6661120216. 2017. Implementation of Regional
Regulation of Tangerang Regency No 13 Year 2011 About Tangerang Regional
Spatial Plan Year 2011-2031 (Case Study Flood Control System in Kresek
Subdistrict Year 2015). Public Administration Department Faculty of Social and
Political Science University of Sultan Ageng Tirtayasa. Advisors I Abdul Hamid,
Ph.D and Advisors II : Anis Fuad, S.Sos, M.Si.
This research is based on the flood disaster that occurred in Tangerang Regency and
especially in Kresek Subdistrict. With the enactment of local regulations on the
RTRW flood control system, it is expected that flood disasters can be reduced by
flood controls implemented by the stakeholders of the flood control system. This
research problem is related to the process and cooperation among stakeholders. The
implementation of flood control system involves several parties consisting of Bina
Marga Official & SDA Tangerang Regency, BBWS Ciliwung-Cisadane, BBWS
Cidanau-Ciujung-Cidurian and UPT III Highway Official Tangerang Regency. The
purpose of this research is to know how the applications of flood control system in
Kresek Subdistrict. The theory used in this research is the implementation of public
policy according to Van Metter & Van Horn in the book Agustino (2016: 124). The
research method used is qualitative research with descriptive approach. Technique of
collecting data using interview, observation & documentation study. Field findings
indicate that the implementation of the flood control system in Kresek Subdistrict has
not been proven optimally in the absence of the budget available in flood control,
lack of human resources and existing communication processes and lack of effective
coordination between implementers and the proposed community. The Proposals all
can not be realized by the implementers of the flood control system.
Keywords: Implementation, Legal Regional Regulation, Flood Control Sistem
Page 7
iii
KATA PENGANTAR
Saya ucapkan Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
berkah rahmat dan hidayah-NYA, beserta ijin-NYA, saya dapat menyelesaikan
Penelitian Skripsi dengan judul “Implementasi Peraturan Daerah Kabupaten
Tangerang No 13 Tahun 2011 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten
Tangerang Tahun 2011-2031 (studi kasus system pengendalian banjir di kecamatan
kresek tahun 2015)” sebagai salah satu syarat untuk memperoleh Gelar Sarjana Ilmu
Sosial pada Konsentrasi Kebijakan Publik Program Studi Ilmu Administrasi Negara
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik.
Penelitian skripsi ini mungkin jauh dari kata sempurna. Sehingga penulis juga
mengharapkan kritik dan saran untuk memotivasi penulis dalam penyempurnaan
lebih lanjut, demikian penelitian skripsi ini saya ajukan.
Pada Kesempatan ini penyusun mengucapkan Terima kasih yang sebesar-
besarnya Kepada :
1. Bapak Prof. Dr. H. Sholeh Hidayat, M.Pd., Rektor Universitas Sultan Ageng
Tirtayasa.
2. Bapak Dr. Agus Sjafari, S.Sos., M.Si., Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.
3. Ibu Listyaningsih, S.Sos.,M.Si., Kepala Program Studi Ilmu Administrasi Negara.
4. Bapak Dr. Riswanda, MPA., Sekretaris Program Studi Ilmu Administrasi Negara.
5. Bapak Abdul Hamid, Ph.D., Selaku dosen pembimbing I yang mengarahkan dan
memberikan masukan dalam penelitian ini.
Page 8
iv
6. Bapak Anis Fuad, S.Sos.,M.Si., Selaku pembimbing Akademik dan dosen
pembimbing II yang mengarahkan dan memberikan masukan dalam perkuliahan
maupun penelitian ini.
7. Para Dosen-Dosen Program Studi Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial
dan Ilmu Politik yang telah memberikan Ilmu-Ilmu serta Bimbingannya.
8. Staff Tata Usaha Program Studi Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial
dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa yang telah memberikan
pelayanan terbaiknya kepada Mahasiswa.
9. Seluruh Pegawai Dinas Bina Marga & SDA Kabupaten Tangerang Dan para
Stackholder yang terkait, Yang telah membantu proses observasi awal hingga
akhir penelitian.
10. Kepada Kedua Orang Tuaku yang telah memberikan dukungan dan doanya.
11. Serta kawan-kawan dan sahabat-sahabat yang telah membantu dan member
dukungan dalam penelitian ini.
Tangerang, Juni 2017
Penyusun
Septian Prasetia Mahaguna
NIM. 6661120216
Page 9
v
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL
COVER
LEMBAR PERSETUJUAN
ABSTRAK……………………………………………………………........................ i
ABSTRACT…………………………………………………………………………. ii
KATA PENGANTAR……………………………………………………………… iii
DAFTAR ISI…………………………………………………………………………v
DAFTAR TABEL……………………………………………………………..…...viii
DAFTAR GAMBAR………………………………………………………………..ix
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang Masalah ……………………............................................1
1.2.Identifikasi Masalah……………………………………………………..20
1.3.Pembatasan Masalah……………………………………….................... 21
1.4.Perumusan Masalah…………………………………………………..... 22
1.5.Tujuan Penelitian………………………………………………………. 22
1.6.Manfaat Penelitian……………………………………………………... 23
1.7.Sistematika Penulisan Penelitian ……………………………………… 23
Page 10
vi
BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN ASUMSI
DASAR PENELITIAN
2.1 Tinjauan Pustaka…………………………………………...................... 27
2.1.1 Tinjauan Tentang Teori..……………………………………... 27
2.1.2 Pengertian Kebijakan Publik..……..…………………………. 28
2.1.3 Implementasi Kebijakan Publik..…………………………….. 30
2.1.4 Model-Model Implementasi Kebijakan Publik..……………... 32
2.1.5 Deskripsi Perda RTRW No 13 Thn 2011...……...................... 46
2.1.6 Teori Perencanaan...…...………………………....................... 47
2.1.7 Pengertian Ruang ……...…………………………………... 52
2.1.8 Pengertian Rencana Tata Ruang Wilayah.…………………… 53
2.2 Sistem Pengendali Banjir.……..……………………………………….. 58
2.2.1 Pengendali Banjir Metode Struktur…..……………………….60
2.2.2 Pengendali Banjir Metode Non Struktur……………………....67
2.3 Penelitian Terdahulu………………………………………………….... 70
2.3 Kerangka Pemikiran Penelitian………………………………………… 72
2.4 Asumsi Dasar Penelitian……………………………………………….. 75
BAB III METODELOGI PENELITIAN
3.1 Metode Penelitian………………………………..……………………...76
3.2 Fokus Penelitian…..……………...………………..................................77
3.3 Lokasi Penelitian………….…..………………………………………. 77
3.4 Variabel Penelitian…………………………………………………….. 78
Page 11
vii
3.4.1 Definisi Konsep...…………..……………………………….. 78
3.4.2 Definisi Operasional……..………………………………….. 79
3.5 Instrumen Penelitian…..……………………………………………….. 80
3.6 Informan Penelitian…..…..……………………………………………. 81
3.7 Teknik Pengumpulan Data dan Analisis Data………………………… 83
3.7.1 Teknik Pengumpulan Data…………………………………... 83
3.7.2 Teknik Analisis Data.……...………………………………….89
3.7.3 Uji Keabsahan Data…………………………………………...92
3.8 Jadwal Penelitian………………………………………………………. 93
BAB IV HASIL PENELITIAN
4.1 Deskripsi Objek Penelitian…………………………………………….. 95
4.1.1 Gambaran Umum Kab.Tangerang…………………………... 95
4.1.2 Gambaran Umum Dinas Bina Marga..…………………….. 105
4.1.3 Gambaran umum Kec.Kresek………………………………. 115
4.2 Deskripsi Data………………………………………………………… 119
4.2.1 Deskripsi Informan Penelitian…………………………...…. 122
4.2.2 Analisis Data……………………………………………….. 124
4.3 Sistem Pengendalia Banjir di Kec.Kresek Kab.Tangerang………….. 126
4.4 Deskripsi Hasil Penelitian…………………………………………….. 136
4.4.1 Implementasi Perda Kab.Tangerang tentang RTRW
terkait system pengendalian banjir di Kec.Kresek……….. 138
4.4.2 Ukuran Dan Tujuan Kebijakan……………………………... 138
Page 12
viii
4.4.3 Sumberdaya………………………………………………… 147
4.4.4 Karakteristik Agen Pelaksana………………………………. 155
4.4.5 Sikap Kecenderungan Para Pelaksana……………………… 163
4.4.6 Komunikasi Antara Organisai dan Aktivitas Pelaksana……. 172
4.4.7 Lingkungan Ekonomi, Sosial dan Politik……………………180
4.4.8 Rekapitulasi Hasil Temuan Lapangan.....................................183
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan…………………………………………………………….188
5.2 Saran………………………………………………………………….. 190
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
Page 13
ix
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1.1 Wilayah Rawan Banjir Provinsi Banten Tahun 2015………………...4
Tabel 1.2 Bencana Banjir Kab.Tangerang Tahun 2012-2015………..………... 5
Tabel 1.3 Wilayah Banjir Perkecamatan Kab.Tangerang Tahun 2015..………..7
Tabel 1.4 Bencana Banjir Kec.Kresek Tahun 2012-2015……….......................9
Tabel 3.1 Daftar Informan Penelitian……………….………………………….82
Tabel 3.2 Pedoman Wawancara………………………………………………..85
Tabel 3.3 Jadwal Penelitian…………………………………………………… 93
Tabel 4.1 Informan Penelitian...........................................................................123
Tabel 4.2 Tabel Banjir Kec.Kresek Tahun 2013-2017.....................................145
Tabel 4.3 Rekapitulasi Hasil Temuan Lapangan..............................................184
Page 14
x
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1 Unsur Perencanaan…………………………………………………..50
Gambar 2.2 Alur Proses Perencanaan…...………………………………………..51
Gambar 2.3 Perencanaan Tata Ruang Daerah…………………………………....58
Gambar 2.4 Pengendali Banjir……………………………………………………59
Gambar 2.5 Kerangka Berpikir…………………………………………………...74
Gambar 3.1 Aktifitas Dalam Analisis Data………………………………………90
Gambar 4.1 Grafik Jumlah Penduduk Tahun 2008-2012 Kab.Tangerang………101
Gambar 4.2 Grafik Laju Pertumbuhan Penduduk (LPE) Tahun 2008-2012
Kab.Tangerang……………………………………………………..102
Gambar 4.3 Grafik Peranan sektoral terhadap PDRB Kab.Tangerang Tahun
2011………………………………………………………………...103
Gambar 4.4 Gambar Peta Kec.Kresek Rawan banjir............................................116
Page 15
1
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 latar belakang
Bencana alam merupakan masalah utama yang dihadapi sebuah Negara
maupun daerah yang ada dalam sebuah bangsa. Bencana alam dapat sangat
merugikan bagi pemerintah maupun masyarakat sendiri karena dampak yang
di timbulkan dapat merusak roda perekonomian, sosial dan lingkungan,
kerusakan sarana prasana infrstuktur yang telah ada dapat mengganggu
aktivitas sosial masyarakat,dapat menimbulkan korban jiwa seperti luka-luka,
kematian, maupun hilangnya harta benda, rusaknya tempat tinggal dan
dampak psikolgis yang sangat buruk bagi korban.bencana alam rutin datang
pada setiap tahun yang di pengaruhi oleh alam. Seperti tingginya intensitas
curah hujan yang mengakibatkan bencana alam seperti longsor maupun banjir.
Banjir merupakan bencana alam yang datang rutin setiap tahunnya pada
sebuah bangsa atau daerah. Banjir dapat merugikan bagi pemerintah dan
masyarakat seperti rusaknya sarana prasarana umum yang biasanya di
gunakan oleh masyarakat seperti jalan, tempat ibadah dan fasilitas pendidikan.
Banjir juga dapat merusak lahan pertanian masyarakat dan sangat merugikan
para petani serta mengganggu perekonomian Negara, hilangnya harta benda
masyarakat akibat banjir yang cukup besar dapat menghanyutkan benda-
Page 16
2
benda baik itu mobil, pakaian dan fasilitas yang berada didalam rumah
masyarakat, dampak yang cukup tinggi karena bencana banjir menimbulkan
korban jiwa karena arus yang cukup kuat dapat menghanyutkan seseorang dan
menimbulkan jenis-jens penyakit.
Oleh karena itu masalah banjir adalah masalah besar bagi setiap bangsa.
Seharusnya masyarakat maupun para elit politik dapat memberikan kontribusi
yang nyata terhadap masalah banjir agar dapat memperkecil jumlah bencana
banjir yang ada di Indonesia.
Kondisi banjir yang terjadi di Indonesia menuntut pemerintah untuk
menanggulangi, mengurangi bahkan memberantas permasalahan yang sudah
ada. Pemerintah harus mampu mengatasi permasalahan kebanjiran dengan
memberikan kebijakan/program yang berorientasi kepada masyarakat agar
angka masyarakat atau wilayah yang terkena banjir di Indonesia dapat
berkurang karena pada hakikatnya masalah banjir ini menjadi masalah
nasional bangsa yang setiap tahunnya mengakibatkan kerusakan lingkungan
maupun infrastuktur yang ada dan mengakibatkan korban jiwa. Maka
pemerintah mempunyai kewajiban dalam menanggulangi bencana banjir.
Sebagaimana diamanatkan dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945 Yang Isinya :
Bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia bertanggung jawab
melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia
dengan tujuan untuk memberikan perlindungan terhadap kehidupan dan
Page 17
3
penghidupan termasuk perlindungan atas bencana, dalam rangka mewujudkan
kesejahteraan umum yang berlandaskan Pancasila.
Tertanam jelas bahwa perlindungan atas bencana merupakan tanggung
jawab dan wewenang pemerintah. Hal tersebut diperkuat oleh Undang-undang
No 24 Tahun 2007 Tentang Penanggulangan Bencana, dimana dalam Pasal 8
diatur, bahwa Tanggung jawab pemerintah daerah dalam penyelanggaraan
bencana meliputi : (a) Penjaminan pemenuhan hak masyarakat dan pengungsi
sesuai dengan standar pelayanan minimum, (b) Perlindungan masyarakat dari
dampak bencana, (c) pengurangan resiko bencana dan pemaduan pengurangan
risiko dengan program pembangunan, (d) pengalokasian dana
penanggulangan bencana dalam anggaran pendapatan belanja daerah yang
memadai.
Berdasarkan dasar hukum tersebut maka pemerintah pusat, provinsi
maupun kabupaten/kota dituntut untuk melakukan tanggung jawab terhadap
bencana yang ditimbulkan oleh daya rusak air atau banjir dengan memulihkan
kembali fungsi lingkungan hidup dan sistem prasarana sumber daya air.
Adapun peraturaan lain yang mengatur pelaksanaan pengendali banjir
ialah peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 38 Tahun 2011 tentang
Sungai Pasal 39 ayat (1) Yang menyatakan bahwa:
Pembangunan prasarana yang berfungsi sebagai pengendali banjir
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 36 ayat (2) huruf a sampai dengan huruf d
Page 18
4
dilaksanakan oleh Menteri, gubernur, dan/atau bupati/walikota sesuai
kewenangannya.
Pemerintah memegang peranan penting dalam menanggulangi banjir
untuk itu, pemerintah wajib memberikan pelayanan berupa kebijakan atau
program yang mengutamakan masyarakat agar dapat mengurangi bencana
banjir dan dampak negatif yang ditimbulkan dari bencana banjir. Untuk itu
diperlukkan langkah-langkah dalam menangani permasalahan banjir dari
pemerintah. Karena dalam pengendalian dan penanggulangan bencana banjir
memerlukan keterlibatan berbagai pihak yang berkepentingan. Pemerintah
pusat, pemerintah daerah serta masyarakat merupakan pihak-pihak yang
memiliki tanggung jawab yang sama terhadap pengendalian dan
penanggulangan bencana banjir, dibawah ini adalah data yang peneliti
dapatkan terkait wilayah rawan bencana banjir perkabupaten/kota di provinsi
banten pada tahun 2015.
Tabel 1.1
Wilayah Rawan Banjir Provinsi Banten Tahun 2015
Kabupaten/kota Jumlah Perkecamatan
Kab.Serang 16
Kota Serang 4
Kab.Cilegon 8
Kab.Tangerang 19
Page 19
5
Kota Tangerang 13
Tangerang Selatan 4
Kab.Pandegelang 12
Kab.Lebak 16
(Sumber: Badan Penanggulangan Bencana Daerah Prov.Banten 2015)
Bencana banjir Kabupaten Tangerang menjadi peringkat pertama di
provinsi Banten dengan wilayah rawan banjir sebanyak 19 Kecamatan,
menyusul Kab.Serang dan Kab.Lebak dengan 16 kecamatan, Kota Tangerang
13 kecamatan, Kab.Pandegelang dengan 12 Kecamatan,kab.cilegon 8
kecamatan serta Kota Serang dan Kota Tangerang Selatan Dengan jumlah 4
kecamatan daerah rawan banjir.Untuk wilayah Kabupaten Tangerang sendiri
bencana banjir sering terjadi pada musim penghujan dengan wilayah yang
tersebar di setiap kecamatan di Kabupaten Tangerang. Untuk lebih jelasnya,
hal tersebut dapat dilihat pada tabel dibawah ini;
Tabel 1.2
Bencana Banjir Kabupaten Tangerang Tahun 2012-2015
No
Tahun Kecamatan Desa Penyebab Jumlah
korban (KK)
1 2012 15 30 Luapan aliran sungai cidurian,
cimanceuri & cisadane
11.390 (KK)
2 2013 19 49 Luapan aliran sungai cidurian,
cimanceuri & pendangkalan
14.680 (KK)
Page 20
6
irigasi
3 2014 15 29 Hujan deras, luapan sungai
cisadane, sabi & penyempitan
saluran air
7.646 (KK)
4 2015 10 44 Luapan sungai cimanceuri,
cidurian,rob air laut &
pendangkalan saluran air
7.726 (KK)
(Sumber: Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kab.Tangerang 2015)
Tabel diatas menunjukan keseluruhan jumlah bencana banjir setiap tahun
dari tahun 2012-2015, dengan daerah yang luas dan jumlah korban yang
banyak pada setiap tahunnya yang dampaknya sangat merugikan masyarakat
yang terkena bencana banjir tersebut, mulai dari kesehatan yang menurun,
harta benda yang rusak maupun hilangnya korban jiwa. Tahun 2012 jumlah
korban kepala keluarga (KK) kecamatan kosambi mencapai 2.600 Kepala
Keluarga jumlah tersebut merupak jumlah paling besar dari kecamatan yang
lain yang terkena banjir hal tersebut di karenakan oleh air laut yang pasang.
Dan pada tahun 2013 kecamatan kosambi menjadi kecamatan yang terbanyak
dari kecamatan lain, karena banjir rob air laut ini jumlah kepala keluarga yang
terkena banjir sebanyak 6.622 kepala keluarga (KK).
Pada tahun 2014 kecamatan sepatan menjadi daerah yang paling besar
terkena dampak banjir 1.775 kepala kelurga yang diakibatkan luapan sungai
kali sabi dan penyempitan saluran air. Pada tahun 2015 kecamatan kresek
Page 21
7
menjadi kecamatan terbesar dari kecamatan lainnya, jumlah korban kepala
keluarga yang terkena banjir dikecamatan kresek 2.262 kepala keluarga (KK)
diakibatkan sungai cidurian meluap ke pemukiman masyarakat.
Untuk bencana banjir terparah pada Tahun 2013 tersebar di 19
kecamatan dan 49 desa yang mengakibatkan 14.680 korban Kepala Keluarga
(KK) terkena bencana banjir. Hal tersebut sangat merugikan masyarakat, dan
pada tahun 2016 ini jumlah yang terkena bencana banjir ini sebanyak 6
Kecamatan dan 9 Desa.
Peneliti memusatkan tempat penelitian di Kecamatan Kresek Kabupaten
Tangerang, dimana Kecamatan Kresek merupakan wilayah langganan terkena
bencana banjir di wilayah Kabupaten Tangerang.
Tabel 1.3
Jumlah Wilayah Banjir Perkecamatan Kab.Tangerang Tahun 2015
No Kecamatan Jumlah Korban (KK)
1 kronjo 1.132
2 Sindang Jaya 373
3 Rajeg 226
4 Mauk 435
5 Gunung kaler 263
6 Sepatan 144
7 Kosambi 107
Page 22
8
8 Kresek 2.262
9 Pakuhaji 1.213
10 Jayanti 212
11 Teluk Naga 712
12 Sukamulya 542
13 Pasar Kemis 870
14 Sepatan Timur 245
15 Kemiri 835
16 Sindang Jaya 342
17 Tigaraksa 249
(sumber: Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kab.Tangerang 2015)
Kecamatan Kresek merupakan kecamatan yang paling banyak terdapat
Jumlah Korban Kepala Keluarga diantara kecamatan yang lainnya di
Kabupaten Tangerang, yaitu sebanyak 2.262 jumlah korban kepala keluarga
(KK) maka dari itu peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dikecamatan
kresek, dalam peta rencana pola ruang kab.tangerang wilayah kecamatan
kresek difokuskan sebagai kawasan pertanian jadi tidak terpengaruh oleh
pembangunan-pembangunan yang menggunakan lahan yang cukup besar dan
mengurangnya lahan resapan air.
Kecamatan Kresek adalah sebuah kecamatan di bagian utara Kabupaten
Tangerang dan secara administratif terdiri dari Sembilan desa dengan luas
wilayah 29,970 Kilometer Persegi, luas kecamatan kresek hanya 2,91 persen
Page 23
9
dari luas wilayah kabupaten tangerang. Desa-desa yang berada dalam wilayah
kecamatan kresek meliputi desa koper, desa patrasana, desa pasirampo, desa
renged, desa jengkol, desa kemuning, desa rancailat, desa talok dan desa
kresek. Desa kemuning adalah desa yang terluas di kecamatan kresek dengan
luas wilayah 4,480 kilometer persegi atau 16,02 persen dari luas wilayah
kecamatan kresek. Sedangkan desa koper memiliki luas wilayah yang terkecil
yaitu sebesar 2,290 kilometer persegi atau 8,19 persen dari wilayah kecamatan
kresek.(sumber: Badan Pusat Statistik Kab.Tangerang 2015, 15 Mei 2016)
Bencana banjir kecamatan kresek ini sering datang setiap tahunnya dengan
kondisi daerah banjir yang wilayahnya samadan jumlah kepala keluarga yang
samapada setiap tahunnya, hal tersebut dapat di lihat pada tabel berikut ini.
Tabel 1.4
Bencana Banjir Kecamatan Kresek Tahun 2012-2015
No
Tahun Desa Penyebab Jumlah
korban
(KK)
1 2012 Ds.pasirampo, Ds. Koper,
Ds.Patrasana, Ds.Renged,
Ds.Talok
Luapan aliran sungai
cidurian dan tanggul
jebol
1.081
(KK)
2 2013 Ds.Pasisampo, Ds.Renged,
Ds,Koper, Ds.Patrasana,
Ds.Talok
Tanggul sungai
cidurian jebol
1.210
(KK)
3 2014 Ds.Koper dan Ds.pasirampo Hujan deras, &
penyempitan saluran
air
156
(KK)
Page 24
10
4 2015 Ds.pasir ampo, Ds.koper,
Ds.Patrasana, Ds.Renged,
Ds.Kresek, Ds.Talok
Luapan sungai
cidurian
2.262
(KK)
(Sumber: Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kab.Tangerang 2015)
Banjir terparah di kecamatan kresek terjadi pada tahun 2015 dengan
jumlah korban kepala keluarga sebesar 2.262, walau pada tahun 2014 telah
mengalami penurunan akan tetapi pada tahun 2015 mengalami kenaikan
jumlah daerah maupun jumlah korban kepala keluarga hal tersebut di
akibatkan karena pada awal tahun 2014 prakiraan curah hujan untuk wilayah
Kab.Tangerang dan daerah perbatasan seperti kab.serang dan kab.lebak curah
hujan berada dilevel menengah antara 101-300 milimeter menurut
perhitungan rata-rata curah hujan, wilayah Kab.Tangerang sendiri curah hujan
berada di level menengah antara 201-300 milimeter dan untuk sifat hujannya
adalah normal 85%-115% .
Dan pada awal tahun 2015 prakiraan curah hujan untuk wilayah
Kab.Tangerang dan daerah perbatasan seperti kab.serang dan kab.lebak curah
hujan berada dilevel tinggi antara 301-400 milimeter menurut perhitungan
rata-rata curah hujan, wilayah Kab.Tangerang sendiri curah hujan berada di
level tinggi antara 301-400 milimeter dan untuk sifat hujannya adalah normal
85%-115%. terjadi peningkatan curah hujan pada tahun 2014 ke 2015 berada
di level menengah 201-300 milimeter dan pada tahun 2015 berada dilevel
Page 25
11
tinggi antara 301-400 milimeter (Sumber:staklimpondokbetuk2015, dikutif
pada 2 Desember 2017)
Dari informasi yang didapat tersebut maka terjadi peningkatan jumlah
kepala keluarga dari 156 pada tahun 2014 yang merendam dua desa
dikecamatan kresek meningkat menjadi 2.262 pada tahun 2015 yang
merendam enam desa di kecamatan kresek terkena banjir, penyebab banjir
yang menimbulkan jumlah Korban kepala keluarga yang banyak tersebut
dikarenakan meluapnya sungai cidurian, karena memang wilayah pemukiman
masyarakat sangat berdekatan dengan wilayah sungai cidurian sehingga
jumlah kepala keluarga meningkat dari tahun 2014 ke tahun 2015.
Upaya Pemerintah Daerah Kabupaten Tangerang untuk mengatasi
masalah banjir ini telah di buat dan di sahkan dalam bentuk peraturan daerah
tentang rencana tata ruang wilayah, hal tersebut tertulis jelasdalam Peraturan
Daerah Kabupaten Tangerang Nomor 13 Tahun 2011 tentang Rencana Tata
Ruang Wilayah Kabupaten Tangerang Tahun 2011-2031 pasal 35
sebagaimana dimaksud dalam pasal 29 huruf f tersebut poin-poin yang
tercantum dalam peraturan daerah tersebut kewenangannya berada di
pemerintah daerah Kabupaten Tangerang dan ada pula kewenangan dari
pemerintah pusat, kewenangan pemerintah daerah Kabupaten Tangerang itu
meliputi poin berikut ini :
Page 26
12
a. Rehabilitasi saluran drainase dengan memperbesar saluran drainase serta
membongkar dan / atau mengganti utilitas yang dapat mengganggu sistem
drainase;
c. Operasi dan pemeliharaan yang optimal dan efesien;
d. Memperluas daerah pelayanan yaitu dengan membuat dan memperbaiki
saluran drainase khususnya dilokasi banjir;
f. Pembangunan kolam tandon air direncanakan di 16 wilayah kecamatan
rawan banjir; dan kewenangan pemerintah pusat meliputi poin b dan e
berikut ini:
b. Normalisasi Sungai Cisadane, Sungai Cidurian dan Sungai Cimanceuri
berupa pengerukan, pelurusan, penyayatan bagian sungai yang sempit
serta pembuatan tebing penguat di tepi sungai, serta pengembangan fungsi
bantaran sungai;
e. Penerapan manajemen daerah pengaliran sungai, situ dan pantai dengan
membentuk badan pengelola
Poin b dan e merupakan tanggung jawab dan wewenang pemerintah pusat
melalui direktorat jenderal sumber daya kementerian pekerjaan umum melalui
balai besar wilayah sungai cisadane-cimanceuri (D II), balai besar wilayah
sungai cidanau-ciujung-cidurian (D III). Adapun peraturan lain yang mengatur
pelaksanaan pengendalian banjir ialah Peraturan Daerah Kabupaten
Tangerang No.03 Tahun 2010 Tentang Pengelolaan Sungai Dan Drainase
dimana dalam pasal 5 Diatur bahwa : (1) Wewenang dan tanggung jawab
Page 27
13
pengelolaan sungai dan drainase berdasarkankesatuan sungai di Daerah
berada pada Pemerintahan Daerah yangpelaksanaannya dilakukan oleh
Dinas.(2) Selain wewenang dan tanggung jawab pengelolaan sungai dan
drainasesebagaimana dimaksud pada ayat (1), Pemerintah Daerah melakukan
tugaspembantuan yang dilimpahkan oleh Pemerintah dan/atau Pemerintah
Provinsi.
Dalam pelasanaan terkait pengendalian banjir dinas bina marga dan
sumber daya air Kab.Tangerang maupun balai besar wilayah sungai ciliwung-
cisadanedan balai besar wilayah sungai cidanau-ciujung-cidurian maupun unit
pelayanan teknis yang terkait dalam bidang sumber daya air mengacu kepada
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum : 09/PRT/M/2009 huruf (h) Pengendalian
daya rusak air yaitu (1) Pengendalian banjir mengutamkan pendekatan non-
struktur melalui konservasi sumber daya air dan pengelolaaan daerah aliran
sungai dengan memperhatikan keterpaduan dengan ruang wilayah, (2)
Peningkatan partisipasi masyarakat dan kemitraan diantara pemangku
kepentingan terus diupayakan tidak hanya pada saat kejadian banjir. (3)
Pengendalian banjir diutamakan pada wilayah berpenduduk padat dan
strategis.Dan untuk pelaksanaan pembangunan kegiatan sendiri
pembiayaannya di keluarkan dari Anggaran Pendapatan Belanja Negara
(APBN), Anggaran Pendapatan Pendapatan Belanja Daerah (APBD) dan
sumber dana lain yang sah dan tidak mengikat.
Page 28
14
Berdasarkan dasar hukum tersebut, maka instansi yang memiliki
wewenang dalam pengendalian banjir haruslah melaksanakan kewenangan
yang telah ditugaskan oleh peraturan yang terkait sumber daya air untuk
meminimalisir daya rusak air yang mengakibatkan banjir, namun didalam
pelaksanaan Peraturan Daerah Kabupaten Tangerang No 13 Tahun 2011
Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Tangerang Tahun 2011-
2031 terkait pengendalian banjir belum berjalan dengan baik dan masih
terdapat persoalan-persoalan :
Pertama, Kurangnya respon para pelaksana dalam penanganan
pengendalian banjir, baik dari pemerintah daerah maupun pemerintah pusat,
pemerintah daerah terkendala oleh kewenangan yang tidak bisa mereka
lakukan di karenakan penyebab utama banjir di kec.kresek yaitu sungai
cidurian yang merupakan tanggung jawab Balai Besar Wilayah Sungai
Cidanau-Ciujung-Cidurian di bawah Kementerian PUPR, karena usulan
masyarakat yang di berikan kepada Pemerintah Daerah Kabupaten Tangerang
dalam hal ini Dinas Bina Marga & SDA Kab.Tangerang bukan kewenangan
Pemerintah Kabupaten Tangerang, maupun usulan yang di berikan kepada
Balai Besar Wilayah Sungai Cidanau-Ciujung-Cidurian penanganan belum
berjalan dengan baik karena pengendalian banjir yang di harapkan oleh
masyarakat di wilayah Kec.Kresek kepada Dinas Bina Marga & SDA
Kab.Tangerang serta kepada Balai Besar Wilayah Sungai Cidanau-Ciujung-
Page 29
15
Cidurian keinginan dan harapan dari masyarakat di Kec.Kresek tidak
terselesaikan oleh para pelaksana. (Wawancara dengan Kepala Upt III Dinas
Bina Marga & SDA Kab.Tangerang. Edwin saidi. ST, selasa 29 November
2016, di Kantor UPT III).
Kedua, Lemahnya koordinasi antara instansi pemerintah daerah
dengan pemerintah pusat. Padahal koordinasi adalah cara terbaik untuk
menyelaraskan dari tujuan yang ingin dicapi bersama, akan tetapi koordinasi
antar stakeholder terkait di dalam ini Dinas Bina Marga, Upt III maupun
BBWSCC II dan BBWSCC III belum berjalan maksimal di karenakan
kewenangan dan tugas pokok dan fungsinya berbeda-beda maka koordinasi
yang ingin dicapai untuk pengendalian dan penanganan daya rusak air sulit
untuk dilakukan hal tersebut di pengaruhi oleh tidak intensifnya melakukan
komunikasi kepada instansi diatas seperti BBWSCC II maupun BBWSCC III
maupun UPT di bawah Dinas Bina Marga & Sumber Daya Air, dan bila ada
kepentingan atau program yang harus dibahas bersama terkait penanganan
yang memang perlu dan mendesak baru adanya koordinasi walaupun tidak
berkesinambungan kordinasi diantara instansi dengan UPT dan instansi di atas
Bina Marga & Sumber Daya Air yang peranananya lebih luas dari dinas Bina
Marga & Sumber Daya Air(Wawancara dengan Bidang Perencanaan Dinas
Bina Marga dan Sumber Daya Air Kab.Tangerang,Nana Priyatna, Jumat 2
Page 30
16
Desember 2016, di Kantor Dinas Bina Marga dan Sumber Daya Air
Kab.Tangerang)
Ketiga, Badan pengelola manajemen daerah aliran sungai, situ dan
pantai belum berjalan secara optimal. Karena sungai seperti sungai cidurian
wewenannya berada di balai besar wilayah sungai cidanau-ciujung-cidurian
yang melewati kecamatan kresek dan ke empat situ yang berada di kecamatan
kresek seperti situ patrasana, situ garukgak, situ gabus dan situ genggong
wewenang pengelolaannya berada di Balai Besar Wilayah Sungai Ciliwung-
Cisadane, Pemerintah Daerah melalui Dinas Bina Marga & SDA maupun
UPT III yang fungsi kewenangnya hanya lingkup yang paling kecil, maka dari
itu penerapan manajemen pengelolaan daerah aliran sungai, situ dan pantai
sulit diterapkan, sedangkan masalah banjir sering terjadi dikarenakan sungai
cidurian yang meluap dan keempat situ yang tidak bisa menampung air hujan
yang turun akibat fungsinya sendiri kurang baik dan akhirnya meluap
kepemukiman masyarakat.(Wawancara dengan Bidang Perencanaan Dinas
Bina Marga dan Sumber Daya Air Kab.Tangerang, Nana Priyatna, Jumat, 25
April 2016, di Kantor Dinas Bina Marga dan Sumber Daya Air
Kab.Tangerang, dan wawancara dengan Kepala UPT III Dinas Bina Marga &
SDA Edwin, kamis 21 Juni 2016, di kantor UPT III).
Keempat, Partsipasi masyarakat sendiri dalam perawatan sungai-
sungai linear ini masih kurang sekali. Padahal masyarakat sekitarpun dapat
Page 31
17
berperan aktif dalam perawatan dan pembersihan areal aliran sungai baik
bantaran sungai maupun sungainya sendiri.Kesadaran masyarakat dalam
menjaga kebersihan pun masih cukup rendah, banyak sekali drainase-drainase
yang telah di bangun tetapi tidak terawat membuktikan bahwa masyarakat
sendiri belum menyadari pentingnya perawatan drainase tersebut. (Observasi
Lapangan pada Jumat 20 Mei 2016 di wilayah Kec.Kresek)
Kelima, Sedimentasi terhadap sungai cidurian yang berada di dasar
sungai maupun bantaran sungai cidurian, kondisi sungai cidurian bagian
permukaan tepi sungai yang sudah di turap tetutupi oleh tanah yang cukup
besar anatara 30-45 Cm dan tumbuh rumput di atas tanah yang menutupi turab
di bantaran sungai cidurian, serta sampah-sampah seperti kayu-kayu yang
hanyut terbawa air banyak sekali berada di tepian sungai.
Kondisi sungai turap sungai cidurian yang penuh dengan sedimentasi
Page 32
18
(Wawancara dengan Sekertaris Kec.Kresek, Rabu 18 Mei, di kantor
Kec.Kresek dan Observasi Lapangan pada Jumat 20 Mei 2018 di wilayah
sungai cidurian Kec.Kresek)
Keenam, Kondisi tanggul sungai cidurian yang telah rusak, menjadi
penyebab utama banjir sering terjadi di wilayah desa di Kec.Kresek, tanggul
yang kondisinya sudah terlalu lama mengakibatkan tanggul sudah tidak kuat
menahan air luapan sungai cidurian yang kemudian meresap ke sela-sela
tanggul maupun ke bawah tanggul cidurian yang lambat laun merusak
infrastuktur pengendali banjir yang telah pemerintah pusat bangun yang
kemudian mengancam terjadinya banjir yang akan merugikan masyarakat dan
pemerintah sendiri.
Kondis tanggul cidurian yang telah rusak
Page 33
19
(Wawancara dengan Kepala Desa Pasirampo, Jumat 10 Maret 2017, di
kantor Desa Pasirampo Kec.Kresek dan Observasi Lapangan selama
penelitian pada 20 Mei 2016-27 Maret 2017)
Ketujuh, situ yang ada di Kec.Kresek belum tersentuh revitaliasi, di
Kec.Kresek terdapat empat situ / rawa yang kondisinya mengalami
pendangkalan dan penyempitan fungsinya belum di manfaatkan untuk
kepentingan bersama, di samping situ / rawa terda[at sawah-sawah yang di
buat oleh masyarakat yang mengakibatkan situ menjadi mengecil jumlah
arealnya dan ketika musim hujan situ / rawa tidak dapat menampung air yang
mengalir dari aliran-aliran sungai dan akhirnya membanjiri wilayah-wilayah
yang datranya rendah, pemrintah pusat belum melakukan revitalisasi terhadap
situ yang ada di Kec.Kresek. Padahal jika fungsi titu tersebut di manfaatkan
akan bermanfaat ketika musim hujan sebagai penampung musim hujan dan
musim kemarau sebagai pengakir utama persawahan masyarakat.
Page 34
20
Situ / Rawa yang belum tersentuh revitalisasi di Kec.Kresek
(Wawancara dengan Sekdes Patrasana , Jumat 10 Maret 2017, di
kantor Desa Patrasana Kec.Kresek dan Observasi Lapangan selama penelitian
pada 20 Mei 2016-27 Maret 2017)
Berangkat dari permasalahan yang telah di paparkan di atas, maka
peneliti tertarik meneliti sebagai bahan skripsi dengan judul “Implementasi
Peraturan Daerah Kabupaten Tangerang No 13 Tahun 2011 Tentang Rencana
Tata Ruang Wilayah Kabupaten Tangerang Tahun 2011-2031 (Studi Kasus
Sistem Pengendalian Banjir Di Kecamatan Kresek).
1.2 Identifikasi Masalah
Bencana banjir sering terjadi karena curah hujan yang tinggi
mengakibtkan meluapnya sungai dan situ ataupun daerah aliran sungai yang
Page 35
21
melebihi kapasitas normal sungai dan situ sehingga menjadi meluap ke daerah
yang lebih rendah.
Berdasarkan uraian latar belakang masalah diatas, maka penulis
mengidentifikasi masalah-masalah sebagai berikut:
1. Kurangnya respon para pelaksana dalam penanganan pengendalian
banjir.
2. Lemahnya koordinasi antara instansi pemerintah daerah dengan
pemerintah pusat.
3. Badan pengelola manajemen daerah aliran sungai,situ dan pantai
belumberjalan secara optimal.
4. Kesadaran masyarakat dalam partisipasi kebersihan dan perawatan
sungai-sungai drainase masih kurang.
5. Sedimentasi terhadap sungai cidurian.
6. Kondisi tanggul sungai cidurian yang telah rusak.
7. Situ / rawa di Kec.Kresek yang belum tersentuh revitalisasi.
1.3 Batasan Masalah
Agar permasalahan yang diteliti tidak terlalu luas, maka peneliti
membatasi ruang lingkup permasalahan ini pada Implementasi Peraturan
Daerah Kabupaten Tangerang No.13 Tahun 2011 Tentang Rencana Tata
Page 36
22
Ruang Wilayah Kabupaten Tangerang Tahun 2011-2031 (Studi Kasus Sistem
Pengendalian Banjir Di Kecamatan Kresek Pada Tahun 2015).
1.4 Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang masalah diatas, terdapat beberapa
permasalahan yang telah terangkum dalam identifikasi masalah, untuk itu
penulis merumuskan masalah sebagai berikut:
Bagaimana Pelaksanaan Peraturan Daerah Kabupaten Tangerang No.13
Tahun 2011 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten
Tangerang Tahun 2011-2031 (Studi Kasus Sistem Pengendalian Banjir Di
Kec.Kresek Pada Tahun 2015).?
1.5 Tujuan Penelitian
Berdasarkan permasalahan yang telah dirumuskan dalam perumusan
masalah, maka dapat ditentukan tujuan penelitian yaitu, untuk mengetahui
Pelaksanaan Peraturan Daerah Kabupaten Tangerang No.13 Tahun 2011
Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Tangerang Tahun 2011-
2031 (Studi Kasus Sistem Pengendalian Banjir Di Kec.Kresek Pada Tahun
2015).
Page 37
23
1.6 Manfaat Penelitian
1.6.1 Manfaat Teoritis
a. Untuk dapat mengembangkan Ilmu Adminisitrasi Negara, khususnya
dalam implementasi kebijakan publik.
b. Untuk memperoleh tambahan pengetahuan mengenai Pelaksanaan
Peraturan Daerah Kabupaten Tangerang No.13 Tahun 2011 Tentang
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Tangerang Tahun 2011-2031
(Studi Kasus Sistem Pengendalian Banjir Di Kec.Kresek Pada Tahun
201).
1.6.2 Manfaat Praktis
Untuk memberikan saran sebagai masukan bagi pihak-pihak yang
berkepentingan seperti Dinas Bina Marga dan Sumber Daya Air,
Kementerian Direktorat Jendral Pekerjaan Umum Dan Perumahan
Rakyat, Balai Besar Wilayah Sungai Cidanau-Ciujung-Cidurian
(BBWSC III), BPBD Kab.Tangerang dan Kec.Kresek.
1.7 Sistematika Penulisan Penelitian
Berikut merupakan sistematika penulisan dalam penelitian ini yang
terdiri dari beberapa Bab dan lengkap dengan penjelasannya adalah
sebegai berikut:
1. BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Page 38
24
Latar belakang masalah menjelaskan ruang lingkup dan kedudukan
masalah yang akan diteliti. Bentuk penjelasan diuraikan secara
deduktif, artinya dimulai dari penjelasan yang berbentuk umum hingga
menukik ke masalah yang spesifik dan relevan dengan judul
penelitian.
Sumber penjelasan latar belakang masalah dapat berasal dari hasil
penelitian sebelumnya, seminar ilmiah, pengamatan atau pengalaman
pribadi.Latar belakang masalah harus diuraikan secara jelas, faktual
dan logis dengan didukung oleh data-data lapangan.Data yang ditulis
dapat berbentuk data kuantitatif maupun data kualitatif.
1.2 Identifikasi Masalah
Identifikasi masalah bertujuan untuk mengidentifikasi masalah yang
akan diteliti dan dikaitkan dengan tema/judul atau variabel penelitian.
1.3 Batasan Masalah
Batasan masalah bertujuan untuk membatasi masalah yang akan
diteliti oleh peneliti sesuai dengan judul penelitian.
1.4 Perumusan Masalah
Perumusan masalah bertujuan untuk menetapkan masalah yang paling
berkaitan dengan judul penelitian.Perumusan masalah adalah
mendefinisikan permasalahan yang telah diterapkan dalam bentuk
definisi konsep dan definisi operasional. Kalimat yang digunakan
dalam perumusan masalah adalah kalimat tanya.
Page 39
25
1.5 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian mengungkapkan tentang sasaran yang ingin dicapai
dalam penelitian.
1.6 Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian menjelaskan mengenai manfaat dari temuan
penelitian.
1.7 Sistematika Penulisan Penelitian
Sistematika penulisan penelitian menjelaskan beberapa poin penulisan
penelitian secara rinci.
2. BAB II STUDI KEPUSTAKAAN
Bab ini berisi tentang beberapa teori yang digunakan sebagai rujukan dan
studi kepustakaan, kerangka berpikir dan hipotesis guna menunjang dalam
kegiatan penelitian.
3. BAB III METODOLOGI PENELITIAN
Bab ini menjelaskan metode penelitian yang akan digunakan dalam
penelitian.
4. BAB IV HASIL PENELITIAN
Bab ini berisi tentang paparan data-data dari penelitian yang telah
dilakukan oleh peneliti.
5. BAB V PENUTUP
Bab ini berisi tentang kesimpulan penelitian serta saran dari peneliti.
6. DAFTAR PUSTAKA
Page 40
26
Berisi daftar referensi yang digunakan dalam penelitianya
7. LAMPIRAN-LAMPIRAN
Berisi lampiran-lampiran yang menunjung dalam penelitian serta
dokumentasi yang telah dilakukan oleh peneliti maupun diambil dari
referensi.
Page 41
27
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA BERFIKIR DAN ASUMSI
DASAR PENELITIAN
2.1 Tinjauan Pustaka
2.1.1 Tinjauan Tentang Teori
Sugiyono (2012: 43) mendefinisikan bahwa teori adalah seperangkat konsep,
asumsi dan generalisasi yang dapat digunakan untuk mengungkapkan dan
menjelaskan perilaku dalan berbagai organisasi, baik organisasi formal maupun
organisasi informal. Berdasarkan defenisi tersebut dapat dikemukakan ada empat
kegunaan teori di dalam penelitian yaitu:
1. Teori berkenaan dengan konsep, asumsi dan generalisasi yang logis.
2. Teori berfungsi untuk mengungkapkan, menjelaskan dan memprediksi
perilaku yang memiliki keteraturan.
3. Teori sebagai stimulant dan panduan untuk mengembangkan pengetahuan.
4. Teori sebagai pisau bedah untuk suatu penelitian.
Dalam penelitian mengenai implementasi Peraturan Daerah Kabupaten
Tangerang No.13 Tahun 2011 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten
Tangerang Tahun 2011-2031 (studi kasus sistem pengendalian banjir di Kec.Kresek
tahun 2015), peneliti menggunakan beberapa istilah yang berkaitan dengan masalah
dengan mengklasifikasikan kedalam teori. Adapun penjelasan mengenai teori-teori
yang berkaitan dengan masalah penelitian, yaitu sebagai berikut:
Page 42
28
2.1.2 Pengertian Kebijakan Publik
Kebijakan publik pada dasarnya terdiri dari dua kata yaitu kebijakan dan
publik. Secara etimologis istilah policy(kebijakan) berasal dari bahasa Yunani,
Sansakerta dan Latin. Akar kata policydalam Bahasa Yunani dan Sansakerta yaitu
polis(Negara-kota) dan mur(kota), yang kemudian dikembangkan dalam Bahasa Latin
menjadi politia(negara) dan pada akhirnya dalam bahasa Ingrris pertengahan policie,
yang berarti menangani masalah-massalah publik atau administrasi (Dunn, 2005:51).
Lain dengan kebijakan publik menurut Richard Rose (dalam Agustino 2016:7)
adalah sebagai berikut:
Kebijakan publik sebagai sebuah rangkaian panjang dan atau sedikit yang
saling berhubungan dan memiliki konsentarsi bagi yang berkepentingan sebagai
keputusan yang berlinan. Rose memberikan catatan yang berguna bagi kita
bahwa kebijakan publik merupakan bagian mozaik atau pola kegiatan dari
bukan hanya suatu kegiatan pola regulasi.
Pengertian lain mengenai kebijakan dikemukakan oleh Carl Friedrech (dalam
Agustino 2016:7) yang menyatakan bahwa :
“Kebijakan adalah serangkaian tindakan kegiatan yang diusulkan oleh
seseorang, kelompok atau pemerintah dalam suatu lingkungan tertentu dimana
terdapat hambatan-hambatan dan kemungkinan-kemungkinan dimana kebijakan
tersebut diusulkan agar berguna dalam mengatasinya untuk mencapai tujuan
yang dimaksud”.
Adapun pengertian publik dalam rangkaian kata publik policy memiliki tiga
konotasi, yaitu pemerintah, masyarakat, dan umum (dalam Abidin 2012:7). Hal ini
dapat dilihat dalam dimensi subjek, objek, dan lingkungan dari kebijakan. Dalam
dimensi subjek, kebijakan publik adalah kebijakan dari pemerintah, sehingga salah
Page 43
29
satu ciri kebijakan adalah “what government do or not to do”. Kebijakan dari
pemerintahlah yang dapat dianggap sebagai kebijakan yang resmi, sehingga
mempunyai kewenangan yang dapat memaksa masyarakat untuk mematuhinya.
Berdasarkan uraian diatas peneliti menyimpulkan sementara bahwa kebijakan
publik ialah serangkaian tindakan kegiatan yang diusulkan oleh seseorang, kelompok
atau pemerintah dalam menyelesaikan masalah-masalah yang ada untuk kepentingan
orang banyak.
William N. Dunn menyebut istilah kebijakan publik dalam bukunya yang
berjudul analisis kebijakan publik, pengertiannya sebagai berikut:
“Kebijakan publik (public policy) adalah pola ketergantungan yang kompleks dari
pilihan-pilihan kolektif yang saling bergantung, termasuk keputusan-keputusan
untuk tidak bertindak yang dibuat oleh badan atau kantor pemerintah.” (Dunn,
2003:132).
Pengertian lain mengenai kebijakan public dikemukakan oleh Thomas R Dye.
Menurut Thomas R Dye (dalam Agustino 2016:7) mengatakan bahwa “kebijakan
publik adalah apa yang dipilih oleh pemerintah untuk dikerjakan atau tidak di
kerjakan.” Berdasarkan pengertian Tomas R Dye ini, apapun yang dipilih pemerintah
untuk dikerjakan ataupun tidak dikerjakan itu adalah suatu kebijakan publik.
Selanjutnya James Anderson dalam bukunya publik policy making memberikan
pengertian atas kebijakan publik, sebagai berikut: “Serangkaian kegiatan yang
mempunyai maksud / tujuan tertentu yang diikuti dan dilaksanakan oleh seorang
Page 44
30
aktor atau sekelompok aktor yang berhubungan dengan suatu permasalahan atau
suatu hal yang diperhatikan.” (Agustino, 2006:7)
Berdasarkan beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa kebijakan
publik adalah suatu keputusan, tindakan / kegiatan pemerintah dan lembaga Negara
yang bertujuan untuk memecahkan masalah publik yang ada dan mempengaruhi
sebagian besar masyarakat dalam kurun waktu tertentu.
2.1.3 Pengertian Implementasi Kebijakan Publik
Dalam praktiknya sebuah kebijakan publik tidak akan ada manfaatnya jika
tidak dilaksanakan dan diimplementasikan oleh badan-badan lembaga Negara yang
mempunyai wewenang dan tanggung jawab penuh terhadap masalah bangsa yang
dihadapi. Implementasi kebijakan merupakan tahapan yang krusial dalam proses
kebijakan publik. Suatu program harus diimplementasikan agar mempunyai dampak
dan tujuan yang di inginkan (Winarno, 2014:146).
Beberapa pengertian implementasi menurut para ahli politik mendeskripsikan
sebagai berikut:
Lester dan Steward (dalam Winarno 2014:147) yaitu:
Impelentasi kebijakan dipandang dalam pengertian yang luas, merupakan
tahap dari proses kebijakan segera setelah penetapan Undang-Undang. Implementasi
dipandang secara luas mempunyai makna pelaksanaan Undang-Undang dimana
berbagai actor, organisasi, prosedur dan teknik bekerja sama untuk menjalankan
kegiatan dalam untuk meraih tujuan-tujuan kebijakan atau program-program.
Page 45
31
Selain itu Rifley dan Franklin juga berpendapat sebagaiman dikutip (dalam
Winarno 2014:148) sebagi berikut:
Implementasi adalah apa yang terjadi setelah undang-undang ditetapkan yang
memberikan otoritas program, kebijakan, keuntungan (benefit) atau suatu jenis
keluaran yang nyata (tangible output). Istilah implementasi menunjuk pada sejumlah
kegiatan yang mengikuti pernyataan magsud tentang tujuan-tujuan program dan hasil-
hasil yang diinginkan oleh pejabat pemerintah. Implementasi mencangkup
mencangkup tindakan-tindakan (tanpa tindakan-tindakan) oleh beberapa aktor,
khusunya para birokrat, yang dimaksudkan untuk membuat program berjalan.
Sementara itu menurut Grindle (dalam Winarno 2014:149) sebagai berikut:
Tugas implementasi adalah membentuk suatu kaitan (linkage) yang
memudahkan tujuan-tujuan kegiatan kebijakan bisa direalisasikan sebagai dampak
suatu kegiatan pemerintah. Oleh karena itu, tugas implementasi mencangkup
terbentuknya “a policy delivery system,” dimana sarana-sarana tertentu dirancang dan
dijalankan dengan harapan sampai pada tujuan-tujuan yang inginkan.
Selanjutnya Van Metter dan Van Horn yang dikutip (dalam Winarno
2014:149-150) memaparkan pendapatnya dalam implementasi sebagi berikut:
“Implementasi kebijakan adalah sebagai tindakan-tindakan oleh individu-
individu (atau kelompok) pemerintah maupun swasta yang diarahkan untuk mencapai
tujuan-tujuan yang telah ditetapkan dalam keputusan-keputusan kebijakan
sebelumnya. Tindakan-tindakan ini mencangkup usaha-usaha untuk mengubah
keputusan-keputusan menjadi tindakan-tindakan operasional dalam kurun waktu
tertentu maupun dalam rangka melanjutkan usaha-usaha untuk mencapai perubahan-
perubahan besar dan kecil yang ditetapkan oleh keputusan-keputusan kebijakan”.
Page 46
32
Sedangkan menurut kamus Webster (Wahab,2012:139) meumuskan
bahwa :
“istilahto implement (mengimplementasikan) itu berarti to provide the
means for carrying out (menydiakan sarana untuk melaksanakan sesuatu),
to give practical effect to (menimbulkan dampak/akibat terhadap
sesuatu)”.
Dari uraian diatas dapat diketahui bahwa implementasi kebijakan
menyangkut 3 hal, yaitu (1) adanya tujuan atau sasaran kebijakan: (2) adanya
aktivitas atau kegiatan pencapaian tujuan: (3) adanya hasil kegiatan.
Berdasarkan berbagai pengertian yang telah dipaparkan diatas dapat
disimpulkan bahwa implementasi kebijakan merupakan suatu tindakan pelaksanakan
kebijakan guna memecahkan masalah yang dihadapi dan mendapatkan hasil yang
ingin dicapai dalam peraturan atau program yang telah disahkan sebelumnya.
2.1.4 Model-Model Implementasi Kebijakan Publik
Dalam studi kebijakan publik terdapat, terdapat beberapa model implementasi
kebijakan publik yang dikemukakan oleh ahli yang melihat variable-varabel apa saja
yang dapat memepengaruhi kinerja implementasi suatu kebijakan publik. Adapun ahli
tersebut ialah Van Meter dan Van Horn, Daniel Mazmanian dan Paul Sabatier,
Goerge Edward III, ,Marilee S. Grindle dan Hoogwood beserta Gun.
Menurut Model Implementasi kebijakan yang diutarakan Van Meter dan Van
Horn (Agustino,2016:142) terdapat 6 variabel yang dapat mempengaruhi kinerja
impelementasi kebijakan publik, yaitu:
1. Standard dan Sasaran Kebijakan/Ukuruan dan Tujuan Kebijakan.
Page 47
33
Kinerja implementasi kebijakan dapat diukur tingkat keberhasilannya
jika dan hanya jika ukuran dan tujuan dari kebijakan memang realiistis
dengan sosio-kultur yang mengada di level pelaksanaan kebijakan.
2. Sumberdaya
Keberhasilan proses implementasi kebijakan sangat tergantung dari
kemampuan memenfaatkan sumberdaya yang tersedia. Manusia, waktu dan
sumberadaya financial merupakan bentuk sumberdaya tersebut.
3. Karakteristik Agen Pelaksana
Pusat perhatian pada agen pelaksana meliputi organisasi formal dan
informal yang akan terlibat pengimplementasian kebijakan publik. Hal ini
sangat penting banyak dipengarahi oleh ciri-ciri yang tepat serta cocok
dengan para agen pelaksananya
4. Sikap/Kecendrungan (Disposition) para Pelaksana
Sikap penerimaan atau penolakan dari agen pelaksana akan sangat
banyak mempengaruhi keberhasilan atau tidaknya kinerja implementasi
kebijakan publik.
5. Komunikasi Antar Organisasi dan Aktivitas Agen Pelakasana
Koordinasi merupakan mekanisme yang ampuh dalam implementasi
kebijakan publik. Semakin baik koordinasi komunikasi diantara pihak-pihak
yang terlibat dalam suatu proses implementasi, maka asumsinya kesalahan-
kesalahanakan sangat kecil untuk terjadi.
Page 48
34
6. Lingkungan Ekonomi, Sosial, dan Politik.
Kondisi Ekonomi, sosial dan politik yang kondusif akan sangat
mempengaruhi keberhasilan suatu implementasi kebijakan. Begitupun
sebaliknya.
Sedangankan Menurut Model Implementasi Kebijakan yang di
utarakan Mazmanian dan Paul Sabatier (Subarsono,2005:94) terdapat 3 variabel
yangdapat mempengaruhi kinerja impelementasi kebijakan publik, yaitu :
8. Karakteristik dari Masalah
1. Tingkat kesulitan teknis dari masalah yang bersangkutan.
Di satu pihak ada beberapa masalah social secarateknis mudah
dipecahkan, seperti kekurangan air minum bagi penduduk atau harga
beras tiba-tiba naik. Di pihak lain terdapat masalah-masalah sosial yang
relatif sulit dipecahkan.
2. Tingkat kemajemukan dari kelompok sasaran.
Ini berarti bahwa suatu program akan relative mudah
diimplementasikan apabila kelompok sasarannya adalah homogen.
3. Proporsi kelompok sasaran terhadap total populasi.
Sebuah program akan sulit diimpelementasikan apabila sasarannya
mencakup semua populasi. Begitupun sebaliknya.
4. Cakupan perubahan perilak yang di harapkan.
Page 49
35
Sebuah program yang bertujuan memberikan pengetahuan atau
bersifat kognitif akan relative lebih mudah diimplementasikan daripada
program yang bertujuan unutk mngubah sikap dan perilaku masyarakat.
9. Karakteristik Kebijakan
1. Kejelasan isi kebijakan
Ini berarti semakin jelas dan rinci sebuah kebijakan akan mudah
diiplementasikan karena implementor mudah memahami dan
menterjemahkan dalam tindakannya.
2. Seberapa jauh kebijakan tersebut memiliki dukungan teoritis.
Kebijakan yang memiliki dasarteoritis memiliki sifat lebih mantao
karena sudah teruji, walaupun untuk beberapa lingkungan social tertentu
perlu ada modifikasi.
3. Besarnya alokasi sumberdaya finansial terhadap kebijakan tersebut.
Sumber daya keuangan adalahfaktor krusial untuk setiap program
sosial.
4. Seberapa besar adanya keterpautan dan dukungan antar berbagai institusi
pelaksana.
Kegagalan program sering disebabkan kurangnya koordinasi
vertical dan horizontal antara instansi yang terlibat dalam implementasi
program.
5. Kejelasan dan konsistensi aturan yangadapada badan pelaksana.
6. Tingkat komitmen aparat terhadap tujuan kebijakan.
Page 50
36
Rendahnya komitmen aparat untuk melaksanakan tugas dan
pekerjaan atau program dapat menyebabkan gagal suatu kebijakan
diimplementasikan.
7. Seberapa luas akses kelompok-kelompok luar untuk berpartisipasi dalam
implementasi kebijakan.
Suatu program yang memberikan peluang luas bagi masyarakat
untuk terlibat akanrelatif mendapat dukungan daripada program yang
tidak melibatkan masyarakat.
10. Variabel Lingkungan
1. Kondisi sosial ekonomi masyarakat dan tingkat kemajuan teknologi.
Masyarakat yang sudah terbuka dan terdidik akan relative mudah
menerima program-program pembaharuan disbanding dengan masyarakat
yang masih tertutup dan tradisional. Demikian juga, kemajuan teknologi
akan membantu dalam proses keberhasilan implementasi program.
2. Dukungan publik terhadap sebuah kebijakan.
Kebijakan yang berpihakterhadap publik tentunya akanmendapat
dukungan yang lebih banyak di bandingkan kebijakan yang tidak
berpihak pada publik.
3. Sikap dari kelompok pemilih.
Kelompok pemilih yang ada dalam masyarakat dapat
mempengaruhi implementasi kebijakan melalui berbagai cara lain, (1)
kelompok pemilih dapat melakukan intervensi terhadap keputusan yang
Page 51
37
dibuat badan-badan pelaksana melalui berbagai komentar dengan maksud
untukmengubah keputusan (2) kelompok pemilih dapat memiliki
kemampuan untuk mempengaruhi badan-badan pelaksana secara tidak
langsun melalui kritik yang dipublikasikan terhadap kinerja badan-badan
pelaksana.
4. Tingkat komitmen dan keterampilan dari aparat dan implementor.
Aparat badan pelaksana harus memiliki keterampilan dalam
membuat prioritas tujuan dan selanjutnya merealisasikan prioritas tujuan
tersebut.
Adapun menurut Model Impelementasi Kebijakan yang diberikan oleh
George C. Edward III (Agustino, 2016:149) terdapat 4 variabel yang
mempengaruhi kinerja implementasi kebijakan publik, yaitu ;
1. Komunikasi
Variabel pertama yang mempengaruhi keberhasilan implementasi
suatu kebijakan menurut George C. Eward III, adalah
komunikasi.Komunikasi menurutnya lebih lanjut sangat menentukan
keberhasilan pencapaian tujuan dari implementasi kebijakan publik.
Implementasi yang efektif terjadi apabila para pembuat keputusan sudah
mengetahui apa yang akan mereka kerjakan.
Terdapat tiga indikator yang dapat dipakai (atau digunakan) dalam
mengukur keberhasilan variabel komunikasi tersebut di atas, yaitu:
Page 52
38
a. Transmisi; penyaluran komunikasi yang baik akan dapat menghasilkan
suatu implementasi yang baik pula. Seringkali yang terjadi dalam
penyaluran komunikasi adalah adanya salah pengertian (miskomunikasi),
hal tersebut disebagiankan karena komunikasi telah melalui beberapa
tingkatan birokrasi, sehingga apa yang diharapkan terdistorsi di tengah
jalan.
b. Kejelasan; komunikasi yang diterima oleh para pelaksana kebijakan
(street-level-bureuacrats) haruslah jelas dan tidak membingungkan (tidak
ambigu/mendua). Ketidakjelasan pesan kebijakan tidak selalu
menghalangi implementasi, pada tataran tertentu, para pelaksana
membutuhkan fleksibilitas dalam melaksanakan kebijakan. Tetapi pada
tataran yang lain hal tersebut justru akan menyelewengkan tujuan yang
hendak dicapai oleh kebijakan yang telah ditetapkan.
c. Konsistensi; perintah yang diberikan dalam pelaksanaan suatu
komunikasi haruslah konsisten dan jelas (untuk diterapkan atau
dijalankan). Karena jika perintah yang diberikan sering berubah-ubah,
maka dapat menimbulkan kebingungan bagi pelaksana di lapangan.
2. Sumberdaya
Variabel atau faktor kedua yang mempengaruhi keberhasilan
implementasi suatu kebijakan adalah sumberdaya. Indikator sumber-
sumberdaya terdiri dari beberapa elemen, yaitu:
Page 53
39
a. Staf; sumberdaya utama dalam implementasi kebijakan adalah staf.
Kegagalan yang sering terjadi dalam implementasi kebijakan salah
satunya disebagiankan oleh karena staf yang tidak mencukupi, memadai,
ataupun tidak kompeten dibidangnya. Penambahan jumlah staf dan
implementor saja tidak mencukupi, tetapi diperlukan pula kecukupan staf
dengan keahlian dan kemampuan yang diperlukan (kompeten dan
kapabel) dalam meng-implementasikan kebijakan atau melaksanakan
tugas yang diinginkan oleh kebijakan itu sendiri.
b. Informasi; dalam implementasi kebijakan, informasi mempunyai dua
bentuk, yaitu pertama informasi yang berhubungan dengan cara
melaksanakan kebijakan. Implementor harus mengetahui apa yang harus
mereka lakukan disaat mereka diberi perintah untuk melakukan tindakan.
Kedua informasi mengenai data kepatuhan dari para pelaksana terhadap
peraturan dan regulasi pemerintah yang telah ditetapkan. Implementor
harus mengetahui apakah orang lain yang terlibat di dalam pelaksanaan
kebijakan tersebut patuh terhadap hukum.
c. Wewenang; pada umumnya kewenangan harus bersifat formal agar
perintah dapat dilaksanakan. Kewenangan merupakan otoritas atau
legitimasi bagi para pelaksana dalam melaksanakan kebijakan yang
ditetapkan secara politik. Ketika wewenang itu nihil, maka kekuatan para
implementor dimata publik tidak terlegitimasi, sehingga dapat
menggagalkan proses implementasi kebijakan. Tetapi, dalam konteks
Page 54
40
yang lain, ketika wewenang formal tersebut ada, maka sering terjadi
kesalahan dalam melihat efektivitas kewenangan. Di satu pihak,
efektivitas kewenangan diperlukan dalam pelaksanaan implementasi
kebijakan tetapi di sisi lain, efektivitas akan menyurut manakala
wewenang diselewengkan oleh para pelaksana demi kepentingannya
sendiri atau demi kepentingan ke-lompoknya.
d. Fasilitas; fasilitas fisik juga merupakan faktor penting dalam
implementasi kebijakan. Implementor mungkin memiliki staf yang
mencukupi, mengerti apa yang harus dilakukannya, dan memiliki
wewenang untuk melaksanakan tugasnya, tetapi tanpa adanya fasilitas
pendukung (sarana dan prasarana) maka implementasi kebijakan tersebut
tidak akan berhasil.
3. Disposisi;
Disposisi atau sikap dari pelaksana kebijakan adalah faktor penting
ketiga dalam pendekatan mengenai pelaksanaan suatu kebijakan publik. Jika
pelaksanaan suatu kebijakan ingin efektif, maka para pelaksana kebijakan
tidak hanya harus mengetahui apa yang akan dilakukan tetapi juga harus
memiliki kemampuan untuk melaksanakannya, sehingga dalam praktiknya
tidak terjadi bias. Hal-hal penting yang perlu dicermati pada variabel
disposisi ini adalah :
a. Pengangkatan birokrat; disposisi atau sikap para pelaksana akan
menimbulkan hambatan-hambatan yang nyata terhadap implementasi
Page 55
41
kebijakan bila personil yang ada tidak melaksanakan kebijakan-kebijakan
yang diinginkan oleh pejabat-pejabat tinggi. Karena itu, pemilihan dan
pengangkatan personil pelaksana kebijakan haruslah orang-orang yang
memiliki dedikasi pada kebijakan yang telah ditetapkan; lebih khusus lagi
pada kepentingan warga.
b. Insentif; Edward menyatakan bahwa salah satu teknik yang disarankan
untuk mengatasi masalah kecenderungan para pelaksana adalah dengan
memanipulasi insentif. Oleh karena itu, pada umumnya orang bertindak
menurut kepentingan mereka sendiri, maka memanipulasi insentif oleh
para pembuat kebijakan mempengaruhi tindakan para pelaksana
kebijakan. Dengan cara menambah keuntungan atau biaya tertentu
mungkin akan menjadi faktor pendukung yang membuat para pelaksana
kebijakan melaksanakan perintah dengan baik. Hal ini dilakukan sebagai
upaya memenuhi kepentingan pribadi (self interest) atau organisasi.
4. Struktur Birokrasi
Variabel keempat yang mempengaruhi tingkat keberhasilan
implementasi kebijakan publik adalah struktur birokrasi. Kebijakan yang
begitu kompleks menuntut adanya kerjasama banyak orang, ketika struktur
birokrasi tidak kondusif pada kebijakan yang tersedia, maka hal ini akan
menyebagiankan sumberdaya-sumberdaya menjadi tidak efektif dan
menghambat jalannya kebijakan. Birokrasi sebagai pelaksana sebuah
Page 56
42
kebijakan harus dapat mendukung kebijakan yang telah diputuskan secara
politik dengan jalan melakukan koordinasi dengan baik.
Dua karakteristik yang dapat mendongkrak kinerja struktur
birokrasi/organisasi ke arah yang lebih baik, adalah: melakukan Standar
Operating Prosedures (SOPs) dan melaksanakan Fragmentasi. SOPs adalah
suatu kegiatan rutin yang memungkinkan para pegawai (atau pelaksana
kebijakan/administratur/birokrat) untuk melaksanakan kegiatan-kegiatannya
pada tiap harinya sesuai dengan standar yang ditetapkan (atau standar
minimum yang dibutuhkan warga).Sedangkan pelaksanaan fragmentasi
adalah upaya peyebaran tanggungjawab kegiatan-kegiatan atau aktivitas-
aktiuvitas pegawai diantara beberapa unit kerja.
Dan menurut Model Impelemntasi Kebijakan yang di berikan oleh
Marielee S. Grindle (Agustino, 2016:154) terdapat 2 varibel besar yang
mempengaruhi kinerja implementasi kebijakan publik , yaitu :
7. Content of Policy, meliputi :
a. Interest Affected (kepentingan-kepentingan yang mem-pengaruhi)
Indikator ini berargumen bahwa suatu kebijakan dalam
pelaksanaanya pasti melibatkan banyak kepentingan, dan sejauh mana
kepentingan-kepentingan tersebut membawa pengaruh terhadap
implementasinya.
b. Type of benefit
Page 57
43
Pada poin ini content of policy berupaya untuk menunjukkan atau
menjelaskan bahwa dalam suatu kebijakan harus terdapat beberapa jenis
manfaat yang menunjukkan dampak positif yang dihasilkan oleh
pengimplementasian kebijakan yang hendak dilaksanakan.
c. Extent of change Envision (derajat perubahan yang ingin dicapai)
Setiap kebijakan mempunyai target yang hendak dan ingin dicapai.
Pada poin ini ingin dijelaskan bahwa seberapa berapa besar perubahan
yang hendak atau ingin dicapai melalui suatu implementasi kebijakan
harus mempunyai skala yang jelas ukuran yang jelas dalam penerapanya,
perubahan yang ingin dicapai harus melihat kondisi dilapangan.
d. Site of Decision Making
Pengambilan keputusan dalam suatu kebijakan memegang peranan
penting dalam pelaksanaan suatu kebijakan, maka pada bagian ini harus
dijelaskan dimana letak pengambilan keputusan dari suatu kebijakan yang
akan diimplementasikan.
e. Program Implementer
Dalam menjalankan suatu kebijakan atau program harus di dukung
dengan adanya pelaksana kebijakan yang kompeten dan kapabel demi
keberhasilan suatu kebijakan.
f. Resource Commited
Pelaksanaan suatu kebijakan harus di dukung oleh sumberdaya-
sumberdaya yang mendukung agar pelaksanaan-nya berjalan dengan baik.
Page 58
44
8. Context Of Policy, meliputi :
a. Power, Interest, and Strategy of Actor involved
Dalam suatu kebijakan perlu diperhitungkan pula kekuatan atau
keuaaan, kepentingan, serta strategi yang digunakan oleh para actor yang
terlibat guna memperlancar jalannya pelaksanaansuatu implementasi
kebijakan.
b. Institusion and Regime Charateristic
Lingkungan dimana suatu kebijakan tersebut dilaksanakan juga
berpengaruh terhadap keberhasilannya, maka pada bagian ini ingin
dijelaskan karakteristik dari suatu lembaga yang akan turut
mempengaruhi suatu kebijakan.
c. Compliance and Responsiveness
Hal lain yang diras pening dalam proses pelaksanaan suatu
kebijakan adalah kepatuhan dan respon dari parapelaksana, maka hendak
dijelaskan pada poin ini adalah sejauhmana kepatuhan dan respon
pelaksana dalam menangggapi suatu kebijakan.
Selanjutnya Implementasi kebijakan publik model Hoogwood dan Gun
(1978:20). Menurut kedua pakar ini, untuk melakukan implementasi
kebijakan diperlukan beberapa syarat:
1. Jaminan bahwa kondisi eksternal yang dihadapi oleh lembaga/ badan
tidak akan menimbulkan masalah yang besar.
Page 59
45
2. Apakah untuk melaksanakannya tersedia sumberdaya yang memadai,
termasuk sumberdaya waktu.
3. Apakah keterpaduan sumber-sumber yang diperlukan benar-benar ada.
4. Apakah kebijakan yang diimplementasikan didasari hubungan kausal
yang andal.
5. Seberapa banyak hubungan kausalitas yang terjadi
6. Apakah hubungan saling ketergantungan kecil.
7. Pemahaman yang mendalam dan kesepakatan terhadap tujuan.
8. Bahwa tugas-tugas telah dirinci dan diurutkan dalam urutan yang
benar.
Berdasarkan beberapa teori dan model pendekatan implementasi kebijakan publik
yang telah dipaparkan oleh beberapa tokoh di atas, maka peneliti menggunakan teori
dan model pendekatan kebijakan publik yang diungkapkan oleh Van Metter dan Van
Horn (Agustino, 2016:142). Peneliti memilih model Van Metter dan Van Horn
dengan alasan karena peneliti merasa cocok untuk membedah masalah penelitian
dengan menggunakan teori Van Metter dan Van Horn karena variable yang ada
dalam teori Van Metter dan Van Horn dapat menjawab masalah penelitian dan proses
penelitian di lapangan dengan kategori informan stakeholder yang berbeda-beda,
peneliti meyakini bahwa model teori Van Metter dan Van Horn dapat di gunakan
sebagai alat bantu penelitian untuk menjawab masalah penelitian di lapangan -
berdasarkan variable yang terdapat dalam model pendekatan ini yaitu standard dan
sasaran program, sumberdaya, karakteristik agen pelaksana, sikap para pelaksana,
komunikasi antar organisasi dan lingkungan ekonomi, sosial dan politik.
Kelebihan teori Van Metter dan Van Horn dalam penelitian ini dari setiap
variabel yang ada dan kemudian jadi pedoman wawancara yang peneliti yakini dapat
Page 60
46
menjawab segala permasalahan yang ada dan dapat menjawab pertanyaan peneliti di
lapangan terkait penelitian terhadap para informan dari stakeholder yang ada dalapm
penelitian ini seperti pemerintah daerah dengan pemerintah pusat dan pemerintah
daerah dan pemerintah pusat dengan masyarakat, kategorisasi informan dengan teori
pun menurut peneliti saling berkaitan maka dari itu peneliti memilih dan meyakini
bahwa teori Van Metter dan Van Horn dapat menjawab masalah yang ada yang
berkaitan dengan pelaksanaan yang berhubungan dengan judul penelitian, yaitu
Implementasi Peraturan Daerah Kabupaten Tangerang No 13 Tahun 2011 Tentang
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Tangerang Tahun 2011-2031 (studi kasus
sistem pengendalian banjir dikecamatan kresek tahun 2015). Dandari model
implementasi kebijakan menurut Van Meter dan Van Horn dapat mengetahui tujuan
dari suatu kebijakan maupun program tersebut, kemampuan sumberdaya yang ada,
agen pelaksana yang terlibat, sikap dari para pelaksana program, komunikasi diantara
pihak-pihak yang terlibat dalam program dan kondisi eksternal yang dapat
mempengaruhi jalannya suatu program.
2.1.5 Deskripsi Peraturan Daerah No 13 Tahun 2011 Tentang Rencana Tata
Ruang Wilayah Kabuapeten Tangerang
Peraturan daerah merupakan penjabaran lebih lanjut dari peraturan perundang-
undangan yang lebih tinggi dengan memperhatikan ciri khas masing-masing daerah.
Peratuan daerah di tetapkan oleh kepala daerah yang mendapat persetujuan bersama
DPRD. Peraturan daerah dibentuk dalam rangka penyelenggaraan otonomi daerah
Page 61
47
provinsi/kabupaten/kota dan tugas pembantunya. Peraturan daerah dilarang
beretentangan dengan kepentingan umum dan/atau peraturan perundang-undangan
yang lebih tinggi. Bertentangan dengan kepentingan umum maksudnya adalah yang
berakibat terganggunya kerukunan antar warga masyarakat, terganggunya pelayanan
umum dan ketentraman dan ketertiban umum serta kebijakan yang bersifat
administrarif. Peraturan daerah berlaku setelah di undangkan dalam bentuk lembaran
daerah.
2.1.6 Teori Perencanaan
Dalam setiap pembuatan kebijakan perlu adanya perencanaan, dengan
perencanaan akan lebih akan lebih memudahkan dalam menyelesaikan setiap
kegiatan yang akan dilakukan. Kegiatan jika tanpa adanya perecanaan tidak akan
berjalan dengan baik, terutama dalam evaluasi perencanaan.
Perencanaan menurut Newman dama Manullang (2004:39) adalah “penentuan
terlebih dahulu apa yang akan dikerjakan”. Menurut Louis A. Allen dalam Manullang
(2004:39) perencanaan adalah “penemuan serangkaian tindakan untuk mencapai hasil
yang diinginkan”. Perencanaan menentukan apa yang harus dicapai (penentuan waktu
secara kualitatif dan bila itu harus dicapai), dimana hal itu harus dicapai, bagaimana
hal itu harus dicapai siapa yang bertanggung jawab dan mengapa hal itu harus
dicapai.
Bagian lain perencanaan menurut Sujarto (2002:4) adalah sebagai berikut:
Page 62
48
Perencanaan merupakan produk perumusan keinginan atau cita-cita masa
datang yang lebih terbatas-mikro, yaitu yang merupakan hasil penguraian bagian-
bagian dari produk perencanaan (planning) yaitu yang akan merupakan pedoman dan
arahan untuk mencapai keinginan atau cita-cita yang sasaran jangkauannya telah
digariskan terlebih dahulu. Rencana merupakan rumusan-rumusan keinginan atau
cita-cita yang lingkupnya luas.
Sedangkan perencanaan menurut Robinson (2006:1) adalah sebagai berikut:
Perencanaan adalah menetapkan suatu tujuan dan memilih langkah yang
diperlukan untuk tujuan tersebut. Perencanaan adalah menetapkan suatu tujuan yang
dicapai setelah memperhatikan factor-faktor pembatas dan mencapai tujuan tersebut
memilih serta menetapka langkah-langkah untuk mencapai tujuan tersebut.
Menurut Moekijat dalam Robinson (2006:4) perencanaan dapat didefenisikan
sebagai berikut:
1. Perencanaan adalah hal memilih dan menghubungkan factor-faktor serta dan
menggunakan dugaan-dugaan mengenai masa yang akan datang dalam hal
menggambarkan dalam merumuskan kegiatan yang diusulkan yang dianggap
perlu untuk mencapai hasil yang diinginkan.
2. Perencanaan adalah suatu usaha untuk membuat suatu rencana tindakan,
artinya menentukan apa yang dilakukan, siapa yang melakukan, dan dimana
hal itu dilakukan.
3. Perencanaan adalah penentuan suatu arah tindakan untuk mencapai suatu hasil
yang diinginkan.
4. Perencanaan adalah suatu penentuan sebelumnya dari tujuan-tujuan yang
diinginkan dan bagaimana tujuan tersebut harus dicapai.
Dalam definisi perencanaan diatas terdapat empat elemen dasar perencanaan,
yaitu sebagai berikut:
1. Perencanaan berarti memilih
2. Perencanaan merupakan alat pengalokasian sumber daya
3. Perencanaan merupakan alat untuk mencapai tujuan, dan
4. Perencanaan berorientasi ke masa depan.
a. Unsur-unsur dan sifat suatu rencana
Page 63
49
Menurut Manullang (2002:42) suatu rencana terdapat unsur-unsur sebagai
berikut:
1. Tujuan ; unsur pertama dari suatu rencana adalah tujuan. Tujuan harus jelas
pada setiap rencana apa yang menjadi tujuan. Tujuan itu dapat bersifat
materiil, dapat pula bersifat moral.
2. Politik ; politik merupakan salah satu unsur yang ada dalam suatu unsur
rencana. Politik itu merupakan peraturan atau pedoman yang harys
digariskan bagi tindakan, untuk mencapai tujuan dengan hasil yang baik.
3. Prosedur ; suru rencana harus memuat prosedur, yakni urutan pelaksanaan
yang harus dituruti oleh seseorang dalam melakukan sesuatu tindakan
untuk mencapai suatu tujuan tertentu.
4. Budget ; merupakan suatu anggaran, yakni ikhtiar dari hasil-hasil yang
diharapkan untuk dicapai, dan pengeluaran yang diperlukan untuk
mencapai hasil tersebut, yakni dinyatakan dalam angka.
5. Program ; program adalah campuran dari politik yang Budget, yang
dimaksudkan untuk menetaptkan suatu rangkaian tindakan untuk waktu
yang akan datang.
Menurut Sujarto (2002:5), perencanaan dapat mempunyai arti dan makna
mulai kehidupan individu, kehidupan keluarga, kehidupan kelompok
masyarakat sampai kepada lingkup masyarakat yang lebih luas seperti kota,
wlayah, negara dan bahkan antar Negara. Tetapi dari sudut manapun
planningatau perencanaan itu akandidefenisikan akan terdafat unsur-unsur
yang memberikan arti dan makna yang sama yaitu bahwa perencanaan
merupakan kegiatan merumuskan keinginan dan cita-cita yang lebih baik
atau lebih berkembang dimasa yang akan datang. Jadi dalam hal ini akan
selalu terkandung unsur-unsur yang terdiri dari : unsur kegiatan ; unsur
cita-cita ;unsur tujuan dan motivasi, unsur sumber daya (alam, manusia,
modal dan informasi), unsur upaya “hasil guna”dan “daya guna”, unsur
ruang dan waktu.
Page 64
50
Jadi dari manapun akan mengartikan dan memaknakan perencanaan
maka seharusnya mengandung unsur-unsur tersebut :
Gambar 2.1
Unsur Perencanaan
Sumber: Sujarto (2002:6)
Menurut Sujarto (2002:9) dari uraian diatas dapat dikemukakan bahwa
factor-faktor yang sangat menentukan dalam perencanaan dan perancangan akan
meliputi:
1. Landasan filsafat dan teknologi,
2. Motivasi dan tujuan yang merupakan dasar kebijaksanaan,
3. Sumber daya alam, manusia, modal dan informasi,
4. Teknologi dan ilmu pengetahuan,
5. Personil trampil, dan
6. Ruang dan waktu.
a. ...Proses suatu rencana
proses untuk membuat rencana ada beberapa tindakan yang harus dilalui,
tingkatan-tingkatan atau langkah-langkah tersebut sebagai berikut:
1. Menetapkan tugas dan tujuan,
Keinginan
Cita-Cita
Keadaan Masa
Datang
Keadaaan
Masa Kini
Dimensi Waktu
Page 65
51
2. Mengobservasi dan menganalisis,
3. Mengadakan kemungkinan-kemungkinan,
4. Membuat sitesis, dan
5. menyusun rencana.
Sesunggunhya dalam penyusunan rencana itu dapat dikerjakan oleh berbagai
pihak, namun karena suatu hal para ahli berpendapat bahwa supaya rencana benar-
benar dapat diramalkan haruslah ada joint participationdalam pembuatan rencana
tersebut.
Menurut Sujarto (2002:12) proses perencanaan akan berlangsung terus menuju
upaya penyelesaian masalah selanjutnya sesuai dengan perkembangan permasalahan
yang baru. Proses perencanaan akan selalu tanggap san menyesuaikan diri dengan
perkembangan di dalam masyarakat maupun berbagai sumber daya yang
menunjangnya. Jadi, suatu permasalahan secara sistematik dan berencana. Proses
perencanaan dapat berkembang sesuai dengan kendala dan batasan yang ada sehingga
rangkaian kegiatan itu dapat dilaksanakan secara efektif dan efesien. Secara skematik
suatu alur proses dapat digambarkan sebagai berikut:
Gambar 2.2
Alur Proses Perencanaan
Proses Analisa Rencana Data
Evaluasi
Page 66
52
Sumber : Sujarto (2002:12)
Proses perencanaan hanya menyangkut satu macam kegiatan saja do dalam
rangkaian kegiatan perencanaan tetapi juga kemudian akan berkembang mencangkup
serbagai rangkaian proses seperti teknik penyusunan rencananya ; proses legalitas
rencana ; proses pengembangan lanjut dari rencana menjadi rencana yang leboh rinci
; proses evaluasi alternative ; proses pemprograman implementasi dan proses evaluasi
program dan proyek hasil pelaksanaan.
2.1.7 Pengertian Ruang
Menurut peraturan daerah Kabupaten Tangerang No 13 Tahun 2011 tentang
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Tangerang dan Undang-undang No 26
Tahun 2007 tentang Penataan Ruang
Ruang adalah wadah yang meliputi ruang darat, ruang lau, dan ruang udara,
termasuk di dalam bumi sebagai satu kesatuan wilayah, tempat manusia dn makhluk
lain hidup, melakukan kegiatan, dan memelihara kelangsungan hidupnya.
Sedangkan ruang menurut Robinson (2006:110) adalah sebagai berikut:
Ruang adalah suatu tempat untuk suatu kegiatan atau apabila kosong bias diisi
dengan suatu benda atau kegiatan. Dalam hal ini kata “Tempat” adalah berdimensi
tiga kata benda atau kegiatan dalam benda atau kegiatan apa saja tanpa batas.
Kegunaan menjadi terbatas apabila ciri atau karakter tambahan.
Page 67
53
Dan ruang menurut Random House dalam Robinson (2006:110) adalah
sebagai tempat bedimensi tiga tanpa konotasi yang tegas atas batas dan lokasinya
yang dapat menampung atau ditujukan untuk menampung benda apa saja.
2.1.8 Pengertian Rencana Tata Ruang Wilayah
Menurut Peraturan Daerah Kabupaten Tangerang No 13 Tahun 2011, Tentang
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Tangerang adalah:
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten yang selanjutnya disebut RTRW
Kabupaten adalah Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Tangerang.
Dalam Peraturan Daerah No 13 Tahun 2011 Tentang Rencana Tata Ruang
Wilayah Kabupaten Tangerang dan Undang-Undang No 26 Tahun 2007, Tentang
Penataan Ruang yang dimaksudkan dengan:
1. Perencanaan tata ruang adalah suatu proses untuk menentukan struktur ruang
dan pola ruang yang meliputi penyusunan dan penetapan rencana tata ruang.
2. Tata ruang adalah wujud struktur ruang dan pola ruang.
3. Struktur ruang adalah susunan pusat-pusat permukiman dan sistem jaringan
prasarana dan sarana yang berfungsi sebagai pendukung kegiatan sosial
ekonomi masyarakat yang secara hierarkis memiliki hubungan fungsional.
4. Pola ruang adalah distribusi peruntukan ruang dalam suatu wilayah yang
meliputi peruntukan ruang untuk fungsi lindung dan peruntukan ruang untuk
fungsi budi daya.
5. Penataan ruang adalah proses perencanaan tata ruang, pemanfaatan ruang dan
pengendalian pemanfaatan ruang.
6. Penyelenggaraan penataan ruang adalah kegiatan yang meliputi pengaturan,
pembinaan, pelaksanaan dan pengawasan penataan ruang.
7. Wilayah adalah ruang yang merupakan kesatuan geografis beserta segenap
unsur terkait yang batas dan sistemnya ditentukan berdasarkan aspek
administratif dan/atau aspek fungsional.
8. Sistem wilayah adalah struktur ruang dan pola ruang yang mempunyai
jangkauan pelayanan pada tngkat wilayah.
Page 68
54
Sedangkan tujuan tata ruang wilayah dalam peraturan daerah no 13 tahun
2011 tentang rencana tata ruang wilayah kabupaten tangerang, adalah sebagai
berikut:
a. penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah;
b. pemanfaatan ruang dan pengendalian pemanfaatan ruang Kabupaten;
c. mewujudkan keterpaduan, keterkaitan, dan keseimbangan antarsektor;
d..penetapan lokasi dan fungsi ruang untuk lokasi investasi yangdilaksanakan
pemerintah daerah dan/atau masyarakat; dan
e. penyusunan rencana perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup.
Bagian lain Rencana Tata Ruang Wilayah Menurut Sujarto (2002:21) adalah
sebagai berikut:
Rencana tata ruang wilayah merupakan suatu bagian dari serangkaian
proses pembangunan yang berkesinambungan sesuai dengan perkembangan
dan perubahan di dalam masyarakat. Rencana tata ruang wilayah tiyujukan
untuk mencapai suatu pembangunan daerah yang sesuai dengan kebutuhan
yang nyata maka perlu ada pola piker yang melandasi oleh suatu konsep yang
rasional (Sudarjo,2002:21).
Kemudia menurut Glasson dalam Robinson (2006:111), ada dua pandangan
yang berbeda tentang wilayah, yaitu:
1. Cara pandang subjektif, yaitu wilayah adalah alat untuk
mengidentifikasikan suatu lokasi yang didasarkan atas kriteria tertentu atau
tujuan tertentu. Dengan demikian banyaknya wilayah tergantung kepada
kriteria yang digunakan. Wilayah hanyalah suatu model agar kita dapat
membedakan lokasi yang satu dari lokasi lainnya.
2. Cara pandang objektif, menyatakan wilayah itu benar-benar ada dan dapat
dibedakan dari ciri-ciri atau gejala alam disetiap musim wilayaha. Wilayah
dapat dibedakan berdasarkan musim atau temperature yang dimilikinya
atau berdasarkan konfigurasi lahan, jenis tumbuh-tumbuhan, kepadatan
penduduk.
Pandangan subjektif menyatakan bahwa pengelompokan ruang berdasarkan
kriteria yang digunakan. Jadi mudah tidaknya menetapkan batas ruang itu sangat
Page 69
55
dipengaruhi oleh kriteria yang digunakan. Batas ruang wilayah dilapangan seringkali
bukan kasat mata, perhitungan, bantuan peralatan tertentu kita masih bisa menyatakan
sesuatu lokasi itu masuk kedalam wilayah mana dari pengelompokan yang dibuat.
Sedangkan menurut Hanafiah dalam Robinson (2006:112), ruang terdapat unsur-
unsur yang terpenting, yaitu: Jarak, Lokasi, Bentuk, Ukuran dan Skala.
Dan menurut Glasson dalam Robinson (2006:112), menyatakan bahwa wilayah
dapat dibendakan berdasarkan kondisi atau berdasarkan fungsinya. Wilayah
berdasarkan konisinya, dimaksudkan wilayah dapat dikelompokan atas keseragaman
isinya (homogen), misalnya : wilayah perkebunan, wilayah peternakan, wilayah
industry. Sedangkan wilayah berdasarkan fungsinya, wilayah dapat dibedakan seperti,
kota dengan wilayah belakangnya tidak produksi dengan wilayah pemasarannya
susunan orde perkotaan, hirarki jalur transportasi. Selain wilayah berdasarkan dari
kondisi dan fungsi wilayah sendiri, wilayah juga terdapat jenis perwilayahan. Yang
mana terdiri dari beberapa cara untuk menetapkan suatu perwilayahan dasar dari
perwilayahan dapat dibedakan menjadi sebagai berikut:
1. Berdasarkan wilayah administrasi pemerintah.
2. Berdasarkan kesamaan kondisi, yang paling umum adalah kesamaan kondisi
fisik
3. Berdasarkan ruang lingkup pengaruh ekonomi, perlu ditetapkan terlebih
dahulu beberapa pusat pertumbuhan yang kira-kira sama besarnya atau
rangkingnya, kemudian ditetapkan batas-batas pengaruh dari pusat
pertumbuhan.
4. Berdasarkan wilayah perencanaan atau program, dalam hal ini ditetapkan
batas ataupun daerah yang terkena suatu program atau proyek dimana wilayah
tersebut termasuk dalam suatu perencanaan untuk tujuan khusus.
Page 70
56
Dalam hal ini perencanaan wilayah sangat penting, karena perencanaan
dikuatkan oleh berbagai factor yang dikemukan sebagai berikut:
1. Banyak diantaranya potensi wilayah selain terbatasi juga tidak mungkin lagi
diperbanyak atau dipengaruhi.
2. Kemampuan teknologi dan cepatnya perubahan dalam kehidupan manusia.
3. Kesalahan perencanaan yang sudah dieksekusi dilapangan sering tidak dapat
diubah atau diperbaiki kembali.
4. Lahan dibutuhkan oleh setiap manusia untuk menopang kehidupannya pada
sisi lain, kemampuan manusia untuk mendapatkan lahan tidak sama.
5. Tahapan wilayah sekaligus menggambarkan kepribadian atau masyarakat
yang berdominan diwilayah tersebut, dimana kedua hal tersebut adalah saling
mempengaruhi.
6. Potensi wilayah berupa pemberian alam taupun hasil kerja manusia dimasa
lalu adalah asset yang harus dimanfaatkan untuk sebesar-besarnya
kemakmuran rakyat dalam jangka panjang dan bersifat langgeng.
Sifat perencanaan wilayah yang sekaligus menunjukan manfaatnya Antara
lain dapat dikemukakan sebagai berikut:
1. Perencanaan wilayah haruslah mampu menggambarkan proyeksi dari
berbagai kegiatan ekonomi dan penggunaan lahan di wilayah tersebut
dimasa yang akan datang.
2. Dapat membantu atau memandu para pelaku ekonomi untuk memilih
kegiatan apa yang perlu dikembangkan dimasa yang akan datang dan
dimana lokasi kegiatan seperti itu masih diizinkan.
3. Sebagai bahan acuan bagi pemerintah untuk mengenalkan atau mengawasi
acuan pertumbuhan kegiatan ekomoni dan arah penggunaan lahan.
4. Sebagai landasan bagi rencana lainnya yang lebih sempit tetapi lebih
detail, misalnya perencanaan sektoral dan prasarana.
Dalam perencanaan wilayah terdapat bidang-bidag yang mencangkup di
dalam perencanaan wilayah tersebut. Perencanaan wilayah tersebut dibagi
terdiri dari beberapa sub bidang dalam perencanaan wilayah tersebut,
yaitu sebagai berikut:
Page 71
57
1. Sub bidang perencanaan ekonomi-sosial wilayah dapat diperinci lagi
terdiri atas:
1. Ekonomi-sosial wilayah (mencangkup hal-hal berdasar dan berlaku
umum)
2. Ekonomi-sosial perkotaan (mencangkup butir a plus masaah spesifik
perkotaan)
3. Ekonomi-sosial pedesaan (mencangkup butir a plus masalah spesifik
pedesaan)
2. Sub bidang tata ruang atau tata ruang lahan dapat diperinci atas:
1. Tata ruang tingkat Nasional
2. Tata ruang tingkat Provinsi
3. Tata ruang Kabupaten/Kota
4. Tata ruang Kecamatan/Desa.
3. Sub bidang perencanaan Khusus seperti:
a. Perencanaan lingkungan
b. Perencanaan permukiman/perumahan
c. Perencanaan transportasi.
4. Sub bidang perencaaan proyek seperti:
a. Perencanaan lokasi proyeksi pasar
b. Perencanaan lokasi proyeksi pendidikan
c. Perencanaan lokasi proyeksi rumak sakit
d. Perencanaan lokasi proyeksi real estate
e. Perencanaan lokasi proyeksi pertanian.
Seperti yang tercantum pada Permendagri No 28 Tahun 2008 Tentang
Tata Cara Evaluasi Rancangan Peraturan Daerah, Tentang Rencana Tata
Ruang Daerah.Bahwa dalam evaluasi perencanaan tersebut terlebih dahulu
dievaluasi oleh Menteri Dalam Negeri untuk Raperda Rencana Tata Ruang
Wilayah Provinsi, dan oleh Gubernur untuk Raperda Rencana Tata Ruang
Wilayah Kabupaten/Kota. Untuk itu perencanaan tata ruang daerah dapat
digambarkan seperti dibawah ini.
Page 72
58
Gambar 2.3
Perencanaan Tata Ruang Daerah
Sumber : Permendagri No 28 Tahun 2008 (Pasal 2 s/d 5)
2.2 Sistem Pengendalian Banjir (Flood Control System)
Sistem pengendalian banjir pada suatu daerah perlu dibuat dengan baik dan
efisien, memperhatikan kondisi yang ada dan pengembangan pemanfaatan sumber
air mendatang. Pada penyusunan sistem pengendalian banjir perlu adanya
evaluasi dan analisis atau memperhatikan hal-hal yang meliputi antara lain :
1).Analisis cara pengendalian banjir yang ada pada daerah tersebut yang
sedang berjalan.
PERENCANAAN
TATA RUANG
DAERAH
RENCANA UMUM
TATA RUANG (RUTR)
RENCANA RINCI
TATA RUANG (RRTR)
RTRV Provinsi
(Perda Provinsi)
RTRW Kab/Kota
(Perda Kab/Kota)
RTR Kawasan
Strategi Prov
(Perda Prov)
RDTR Kab/Kota
(Perda Kab/Kota
RTR Kawasan Strategis
Kab/Kota (Perda)
Page 73
59
2) Evaluasi dan analisis daerah genangan banjir, termasuk data kerugianaki
akibat banjir.
3) Evaluasi dan analisis tata guna tanah di daerah studi, terutama di daerah
bawah / dataran banjir.
4).Evaluasi dan analisis daerah pemukiman yang ada maupun
perkembanganyang akan datang.
5) Memperhatikan potensi & pengembangan sumber daya air mendatang.
6).Memperhatikan pemanfaatan sumber daya air yang ada termasukbangunan
yang ada.Dengan memperhatikan hal-hal tersebut di atas dapat
direncanakan sistem pengendalian banjir dengan menyesuaikan kondisi
yang ada, dengan berbagai caramulai dari dari hulu sampai hilir yang
mungkin dapat dilaksanakan. Cara pengendalian banjir dapat dilakukan
secara struktur dan non struktur. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada
Gambar 2.1. (Robert J.Kodoatie,”Banjir”, 2002).
Gambar 2.4
Pengendali Banjir
Metode Struktur
Perbaikan &
Pengaturan
Sistem Sungai
1 Sistem jaringan
sungai
2 Normalisasi
sungai
3 Tanggul banjir
4 Sudetan
5 Pembuatan alur
pengendali Banjir
Bangunan Pengendali
Banjir
1 Bendungan
2 Kolam Retensi
3 Pembuatan Check Dam
(penangkap sedimen)
3 Bangunan Pengurang
Kemiringan Sungai
4 Groundsill
5 Retarding Basin
6 Pembuatan Polder
1 Pengelolaan Das
2 Pengaturan Tata Guna Lahan
3 Pengembangan Daerah
Banjir
4 Penanganan Kondisi Darurat
5 Peramalan Banjir
Peringatan Bahaya Banjir
7 Asuransi
8 Law Enforcement
Pengendali Banjir
Metode non Struktur
Page 74
60
Gambar 2.1 Pengendalian banjir metode struktur dan non struktur.
(Sumber : Robert J. Kodoatie, Sugiyanto, “Banjir”,2002)
2.2.1 Pengendalian Banjir Metode Struktur
Cara-cara pengendalian banjir dalam metode struktur dapat di bagi
menjadi 2 yaitu:
A.……Perbaikan dan Pengaturan Sistem Sungai
1. Sistem Jaringan Sungai
Apabila beberapa sungai yang berbeda baik ukuran maupun sifatnya
mengalir berdampingan dan akhirnya bertemu, maka pada titik pertemuannya,
dasarnya akan berubah dengan sangat intensif. Akibat perubahan tersebut,
maka aliran banjir pada salah satu atau semua sungai mungkin akan terhalang.
Sedangkan jika anak sungai yang arusnya deras dan membawa banyak
sedimen mengalir ke sungai utama, maka terjadi pengendapan berbentuk
kipas. Sungaiutama akan terdesak oleh anak sungai tersebut. Bentuk
pertemuannya akancenderung bergeser ke arah hulu.Karena itu arus anak
sungai dapat merusak tanggul sungai utama di seberang muara anak sungai
atau memberikan pengaruh yang kurang menguntungkan bagi bangunan
sungai yang terdapat di sebelah hilir pertemuan yang tidak deras arusnya.
Lebar sungai utama pada pertemuan dengan anak sungai cenderung untuk
bertambah sehingga sering berbentuk gosong – gosong pasir dan berubah arah
Page 75
61
arus sungai. Guna mencegah terjadinya hal – hal di atas, maka pada
pertemuan sungai dilakukan penanganan sebagai berikut :
a. Pada pertemuan 2 (dua) buah sungai yang resimnya berlainan, maka pada
kedua sungai tersebut diadakan perbaikan sedemikian, agar resimnya
menjadi hampir sama. Adapun perbaikannya adalah dengan pembuatan
tanggul pemisah diantara kedua sungai tersebut dan pertemuannya digeser
agak ke hilir apabila sebuah anak sungai yang kemiringannya curam
bertemu dengan sungai utamanya, maka dekatpertemuannya dapat
dibuatkan ambang bertangga.
b. Pada lokasi pertemuan 2 (dua) buah sungai diusahakan supaya formasi
pertemuannya membentuk garis singgung.
2. Normalisasi alur sungai dan tanggul
Usaha pengendalian banjir dengan normalisasi alur sungai dimaksudkan untuk
memperbesar kapasitas pengaliran saluran. Kegiatan tersebut meliputi :
a. Normalisasi cross section
b. Perbaikan kemiringan dasar saluran
c. Memperkecil kekasaran dinding alur saluran
d. Melakukan rekonstruksi bangunan di sepanjang saluran yang tidak sesuai
dan menggangu pengairan banjir.
e. Menstabilkan alur saluran
f. Pembuatan tanggul banjir
Page 76
62
Faktor –faktor yang perlu diperhatikan pada cara ini adalah
penggunaan penanmpang ganda dengan debit dominan untuk penampang
bawah, perencanaan alur stabil terhadap proses erosi dan sedimentasi dasar
saluran maupun erosi tebing dan elevasi muka air banjir. Pada pengendalian
banjir dengan caraini dapat dilakukan pada hampir seluruh sungai-sungai di
bagian hilir. Pada pekerjaan ini diharapkan dapat menambah kapasitas
pengaliran dan memperbaiki alur sungai. Faktor-faktor yang perlu
diperhatikan pada cara ini adalah penggunaan penampang ganda dengan debit
dominan untuk penampang bawah, perencanaan alur stabilterhadap proses
erosi dan sedimentasi dasar sungai maupun erosi tebing dan elevasi muka
banjir.
1. Pembuatan alur pengendali banjir (Floodway)
Apabila debit banjir terlalu besar dan tidak dimungkinkan peningkatan
kapasitas tamping saluran diatas kapasitas yang sudah ada, maka
penambahankapasitasnya dapat dilakukan dengan pembuatan saluran baru
langsung kelaut, danau atau saluran lain. Saluran baru ini disebut saluran
banjir(floodway). Saluran banjir adalah saluran baru yang dibuat untuk
mengalirkan air secara terpisah dari saluran utamanya. Saluran banjir dapat
mengalirkan sebagian atau bahkan seluruh debit banjir. Saluran banjir ini
dibuat dengan berbagai tujuan antara lain menghindarkan pekerjaan saluran
pada dareah pemukiman yang padat atau untuk memperpendek salah satu ruas
Page 77
63
saluran. Biasanya saluran banjir dilengkapi dengan pintu atau bendung untuk
membagi debit sesuai dengan rencana. Perencanaan floodway meliputi :
pembagian jalur floodway, jalur floodway, normalisasi floodway, dan
bangunan pembagi banjir.
Faktor – faktor yang perlu diperhatikan dalam perencanaan suatu
saluran banjir (floodway) adalah :
a. Normalisasi alur alam biasanya mengalami kesulitan lahan.
b.Head alur lama tidak menguntungkan, alur jauh dan berkelok – kelok
c. Terdapat alur alam untuk jalur floodway
d. Floodway mempunyai head yang cukup
e. Tidak menggangu pemanfaatan sumber daya alam
f. Dampak negatif sosial ekonomi.
4. Pembuataan sudetan (shortcut)
Pada ruas sungai yang belok – belokanya (meander) tajam atau
sangatkritis, maka tanggul yang akan dibangun biasanya akan lebih panjang.
Selain itu pada ruas sungai yang demikian terjadi peningkatan gerusan pada
belokan luar dan menyebabakan kerusakan tebing sungai yang pada akhirnya
mengancam kaki tanggul. Pada belokan bagian dalam terjadi pengendapan
yang intensif pula. Alur sungai yang panjang dan menpunyai kondisi seperti
di atas menyebabkan kelancaran air banjir menjadi terganggu. Untuk
mengurangikeadaan yang kurang menguntungkan tersebut perlu
dipertimbangkanpembuatan alur baru, agar pada ruas tersebut alur sungai
Page 78
64
mendekati garislurus dan lebih pendek. Sungai baru seperti itu disebut
sudetan. Sudetan ini akan menurunkan muka air di sebelah hulunya tetapi
muka air di sebelah hilirnya biasanya naik sedikit. Tujuan dilakukannya
sudetan ini antara lain :
a. Perbaikan alur sungai yang pada mulanya panjang berbelok –belok dan
tidak stabil menjadi lebih pendek dan lebih lurus.
b. Dengan adanya sudetan akan terjadi hidrograf banjir antara di bagianhulu
dan hilir sudetan, sehingga akan menguntungkan daerah dibagian hulunya.
5. Groyne (Tanggul Tangkis)
Tanggul tangkis sering juga disebut groyne atau krib. Krib
adalahbangunan yang dibuat mulai dari tebing sampai ke arah tengah
untukmengatur arus sungai dan tujuan utamanya adalah sebagai berikut :
a. Mengatur arah arus sungai
b..Mengurangi kecepatan arus sungai sepanjang tebing sungai,mempercepat
sedimentasi, dan menjamin keamanan tanggul / tebingterhadap gerusan.
c. Mempertahankan lebar dan kedalaman air pada alur sungai.
d.Mengkonsentrasikan arus sungai dan memudahkan penyadapan.
Page 79
65
B. Bangunan Pengendali Banjir
1. Bendungan
Bendungan digunakan untuk menampung dan mengelola distribusi
aliransungai. Pengendalian diarahkan untuk mengatur debit air sungai di
sebelah hilir bendungan.
2. Pembuatan Check Dam ( Penangkap Sedimen )
Check Dam (Penangkap Sedimen) atau disebut juga bendung
penahanberfungsi untuk memperlambat proses sedimentasi dengan
mengendalikan gerakan sedimen menuju bagian sungai sebelah hilirnya.
Adapun fungsi chekdam antara lain :
a. Menampung sebagian angkutan sedimen dalam suatu kolampenampung
b. Mengatur jumlah sedimen yang bergerak secara fluvial dalam kepekaan
yang tinggi, sehingga jumlah sedimen yang meluap ke hilir tidak
berlebihan. Dengan demikian besarnya sedimen yang masuk akan
seimbang dengan daya angkut aliran air sungainya. Sehinggasedimentasi
pada lepas pengendapan terhindarkan.
c. Membentuk suatu kemiringan dasar alur sungai baru pada alur sungai hulu.
Check dam baru akan nampak manfaatnya jika dibangun dalam jumlah
yang banyak di alur sungai yang sama.
3. Groundsill
Groundsill merupakan suatu konstruksi untuk perkuatan dasar
sungaiuntuk mencegah erosi pada dasar sungai, dengan maksimal drop 2
Page 80
66
meter.Groundsill diperlukan karena dengan dibangunnya saluran baru
(shortcut) maka panjang sungai lebih curam sehingga akan terjadi degradasi
pada waktu yang akan datang.
4. Pembuatan Retarding Pond
Pengendalian banjir dengan cara ini adalah dengan membuat
kolampenampungan air saluran atau saluran yang akan meluap. Retarding
ponddibuat dengan cara menggali suatu daerah/area dengan tujuan
menampung air limpasan dan pada saat banjir surut, air tersebut dapat
dikeluarkan ke saluran pembuangan. Berkaitan dengan bangunan pengendali
banjir ini maka diperlukan bangunan – bangunan air lainnya sebagai
pelengkap antara lain :pintu air, pompa, saluran pengambilan, saluran
pembuangan, dan lain sebagainya.
5. Pembuatan Polder
Drainase sistem polder adalah sistem penanganan drainase
perkotaandengan cara mengisolasi daerah yang dilayani (catchment area)
terhadap masuknya air dari luar sistem berupa limpasan (overflow) maupun
aliran di bawah permukaan tanah (gorong-gorong dan rembesan), serta
mengendalikan ketinggian muka air banjir di dalam sistem sesuai dengan
rencana. Drainase sistem polder digunakan apabila penggunaan drainase
sistem gravitasi sudah tidak memungkinkan lagi, walaupun biaya investasi
dan operasinya lebih mahal.
Page 81
67
2.2.2 Pengendalian Banjir Metode Non Struktur
Analisis pengendalian banjir dengan tidak menggunakan
bangunanpengendali akan memberikan pengaruh cukup baik terhadap regim
sungai.
Contoh aktivitas penanganan tanpa bangunan adalah sebagai berikut :
1. Pengelolaan DAS
Pengelolaan DAS berhubungan erat dengan peraturan, pelaksanaan
danpelatihan. Kegiatan penggunaan lahan dimaksudkan untuk menghemat dan
menyimpan air dan konservasi tanah. Pengelolaan DAS mencakup
aktifitasaktifitas berikut ini :
1) Pemeliharaan vegetasi di bagian hulu DAS
2) Penanaman vegetasi untuk mengendalikan kecepaatan aliran air dan
erosi tanah.erosi tanah.
3) Pemeliharaan vegetasi alam, atau penanaman vegetasi tahan air yang tepat,
sepanjang tanggul drainasi, saluran-saluran dan daerah lain untuk
pengendalian aliran yang berlebihan atau erosi tanah.
4) Mengatur secara khusus bangunan-bangunan pengendali banjir (missal
chek dam) sepanjang dasar aliran yang mudah tererosi.
5) Pengelolaan khusus untuk mengatisipasi aliran sedimen yang
dihasilkandari kegiatan gunung berapi.
2. Pengaturan Tata Guna Lahan
Page 82
68
Pengaturan tata guna tanah di daerah aliran sungai, ditujukan
untukmengatur penggunaan lahan, sesuai dengan rencana pola tata ruang
wilayah yang ada. Hal ini untuk menghindari penggunaan lahan yang tidak
terkendali, sehingga mengakibatkan kerusakan daerah aliran sungai yang
merupakan daerah tadah hujan. Pada dasarnya pengaturan penggunaan lahan
di daerah aliran sungai dimaksudkan untuk :
a. Untuk memperbaiki kondisi hidrologis DAS, sehingga tidakmenimbulkan
banjir pada musim hujan dan kekeringan pada musimkemarau.
b. Untuk menekan laju erosi DAS yang berlebihan, sehingga dapatmenekan
laju sedimentasi pada alur sungai di bagian hilir.
3. Pengendalian Erosi
Sedimen di suatu potongan melintang sungai merupakan hasil erosi di
daerah aliran di hulu potongan tersebut dan sedimen tersebut terbawa oleh
aliran dari tempat erosi terjadi menuju penampang melintang itu. Oleh karena
itu kajian pengendalian erosi dan sedimen juga berdasarkan kedua hal tersebut
di atas, yaitu berdasarkan kajian supply limited dari DAS atau kapasitas
transport dari sungai. Faktor pengelolaan penanaman memberikan andil yang
paling besar dalam mengurangi laju erosi. Jenis dan kondisi semak (bush) dan
tanaman pelindung yang bisa memberikan peneduh (canopy) untuk tanaman
di bawahnya cukup besar dampaknya terhadap laju erosi. Pengertian ini secara
lebih spesifik menyatakan bahwa dengan pengelolaan tanaman yang benar
sesuai kaidah teknis berarti dapat menekan laju erosi yang signifikan.
Page 83
69
4. Pengembangan Daerah Banjir
Ada 4 strategi dasar untuk pengembangan daerah banjir yang meliputi
:
1)Modifikasi kerentanan dan kerugian banjir (penentuan zona atau pengaturan
tata guna lahan).
2) Pengaturan peningkatan kapasitas alam untuk dijaga kelestariannya seperti
pesepereti penghijauan.
3) Modifikasi dampak banjir dengan penggunaan teknik mitigasi
sepertiasuransi, penghindaran banjir (flood proofing).
4) Modifikasi banjir yang terjadi (pengurangan) dengan bangunan pengontrol
(waduk) atau normalisasi sungai.
5. Pengaturan Daerah Banjir
Pada kegiatan ini dapat meliputi seluruh kegiatan dalam perencanaan
dantindakan yang diperlukan untuk menentukan kegiatan, implementasi,
revisi perbaikan rencana, pelaksanaan dan pengawasan secara keseluruhan
aktivitas di daerah dataran banjir yang diharapkan berguna dan bermanfaat
untuk masyarakat di daerah tersebut, dalam rangka menekan kerugian
akibat banjir. Kadang - kadang kita dikaburkan adanya istilah flood plain
management dan flood control, bahwa manajemen di sini dimaksudkan
hanya untuk pengaturan penggunaan lahan (land use) sehubungan dengan
banjir dan flood controluntuk pengendalian mengatasi secara keseluruhan.
Demikian pula antara floodplain zoning dan flood plain regulation, zoning
Page 84
70
hanya merupakan salah satu cara pengaturan dan merupakan bagian dari
manajemen daerah dataran banjir. Manajemen daerah dataran banjir pada
dasarnya bertujuan untuk :
a. Meminimumkan korban jiwa, kerugian maupun kesulitan yang diakibatkan
oleh banjir yang akan terjadi.
b. Merupakan suatu usaha untuk mengoptimalkan penggunaan lahan di daerah
dataran banjir dimasa mendatang, yaitu memperhatikan
keuntunganindividu ataupun masyarakat sehubungan dengan biaya yang
dikeluarkan.(Robert J. Kodoatie,”Penanganan Bencana Terpadu”)
2.3 Penelitian Terdahulu
Sebagai bahan pertimbangan dalam penelitian ini, dicantumkan hasil
penelitian terdahulu yang pernah peneliti baca sebelumnya yang tentunya sejenis
dengan penelitian ini. Penelitian terdahulu ini bermanfaat dalam mengolah atau
memecahkan masalah yang timbul dalam Implementasi Peraturan Daerah
Kabupaten Tangerang No 13 Tahun 2011 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah
Kabupaten Tangerang Tahun 2011-2031 (studi kasus sistem pengendalian banjir
di kecamatan kresek tahun 2015). Walaupun lokusnya dan masalahnya tidak sama
persis tapi sangat membantu peneliti menemukan sumber-sumber pemecahan
masalah penelitian ini. Berikut ini adalah hasil penelitian yang peneliti baca:
Pertama, penelitian yang dilakukan oleh Adhitia Listiawati Universitas Sultan
Ageng Tirtayasa Tahun 2016. Skripsi berjudul Implementasi Peraturan Daerah
Page 85
71
Kota Serang No. 6 Tahun 2011 Tentang RTRW Kota Serang Tahun 2010-2030
(studi kasus pasal 17 sistem prasarana drainase dan pedestarian). Tujuan
penelitian ini untuk mengetahui pelaksanaan kebijakan pemerintah mengenai
penyediaan dan pemeliharaan drainase. Hasil dari penelitian ini adalah
Implementasi terhadap Perda No 6 tahun 2016 tentang Rencana Tata Ruang
Wilayah belum berjalan dengan baik. Pemeliharaan yang dilakukan oleh dinas
terkait untuk drainase yang telah di bangun kurang optimal, bila hujan turun
beberapa wilayah di kota serang tergenang hujan serta drainase yang terdapat
sampah dapat menghambat air. Persamaan penelitian dengan Adhitia Listiawati
dengan penelitian yang di teliti adalah penelitian ini terkait dengan implemetasi
peraturan daerah tentang rencana tata ruang wilayah Metodelogi Kualitatif
deskriptif. Perbedaannya pada, lokus dan fokus dari penelitian yang dilakukan
oleh peneliti. Metodelogi yang digunakan dalam skripsi ini menggunakan
Metodelogi Kualitatif, Lokus dalam penelitian skripsi ini adalah di wilayah
administratif kota serang dan fokusnya adalah tentangImplementasi Peraturan
Daerah Kota Serang No. 6 Tahun 2011 Tentang RTRW Kota Serang Tahun
2010-2030 (studi kasus pasal 17 sistem prasarana drainase dan pedestarian).Teori
yang digunakan oleh Adhitia Listiawatisama dengan peneliti yaitu teori
implementasi Van Metter dan Van Horn dengan enam indikator seperti ukuran
dan tujuan kebijakan, sumberdaya, karakteristik agen pelaksana, sikap para
pelaksana, aktifitas pelaksana dan lingkungan ekonomi sosial dan politik.
Page 86
72
Kedua, penelitian yang dilakukan oleh Agung Tri Cahyono Institute
Teknologi Sepuluh November yang Berjudul Perencanaan Pengendalian Banjir
Kali Kemuning, Sampang. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengadakan
normalisasi pada kali kemuning, sudetan dan cek sistem drainase daerah
genangan. Kekurangan dari penelitian ini adalah sangat sedikit sekali . Kelebihan
penelitian ini teori-teori dan data-data yang disajikan cukup detail dalam
membahas Perencanaan Pengendalian Banjir Kali Kemuning, Sampang.Hasil dari
penelitian ini adalah Perencanaan Pengendalian Banjir Kali Kemuning, sudah
berjalan dengan baik, Ini terlihat dari hitungan perencanaan yang dihasilkan dari
teori-teori yang digunakan. Tetapi masih terdapat beberapa masalah yang
ditemukan. Persamaan penelitian Tri Cahyo dengan penelitian yang peneliti teliti
adalah terkait sistem pengendalian banjir. menggunakan Metodelogi yang tidak
sama yaitu skripsi tri cahyo menggunakan Metodelogi kuantitatif sedangkan
peneliti menggunakan Metodelogi Kualitatif deskriptif. Perbedaannya lokus
penelitian tri cahyo di sampang, madura. Sedangkan fokus penelitiannya adalah
perencanaan pengendalian banjir kali kemuning, sampang yang dilakukan oleh
peneliti. Kemudian teori yang digunakan oleh peneliti tidak sama.
2.4 Kerangka Pemikiran Penelitian
Kerangka berpikir menggambarkan alur pikiran peneliti sebagai lanjutan dari
kajian teori untuk memberikan penjelasan kepada pembaca. Dalam penelitian ini
yang menjadi fokus penelitian adalah Implementasi Peraturan Daerah Kabupaten
Page 87
73
Tangerang No 13 Tahun 2011 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten
Tangerang Tahun 2011-2031 (Studi Kasus Sistem Pengengendalian Banjir Di
Kecamatan Kresek Tahun 2015). dengan menggunakan indikator pengukuran
berdasarkan kriteria implementasi menurut Van Metter dan Van
Horn(Agustino,2006:142), yaitu:
1. Ukuran dan tujuan kebijakan
2. Sumberdaya
3. Karakteristik agen pelaksana
4. Komunikasi antar organisasi dan aktivitas pelaksana
5. Sikap atau kecenderungan (disposition) para pelaksana
6. Lingkungan ekonomi, sosial dan politik.
Page 88
74
Gambar 2.5
Kerangka Berpikir
Implementasi Peraturan Daerah Kabupaten Tangerang No 13
Tahun 2011 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah
Kabupaten Tangerang Tahun 2011-2031 (Studi Kasus Sistem
Pengendalian Banjir Di Kecamatan Kresek Tahun 2015).
Teori Van Metter dan Van Horn Mengenai Implementasi
(Agustino,2016:142) :
1. Ukuran dan tujuan kebijakan
2. Sumberdaya
3. Karakteristik agen pelaksana
4. Komunikasi antar organisasi dan aktivitas
pelaksana
5. Sikap atau kecenderungan (disposition) para
pelaksana
6. Lingkungan ekonomi, sosial dan politik
Teratasinya Banjir Di Kecamatan Kresek Kab.Tangerang.
(Sumber:Peneliti, 2016)
Masalah Penelitian:
Kurangnya respon para pelaksana dalam penanganan
pengendalian banjir.
Lemahnya koordinasi antara instansi pemerintah daerah
dengan pemerintah pusat.
Badan pengelola manajemen daerah aliran sungai,situ dan
pantai belumberjalan secara optimal.
Kesadaran masyarakat dalam partisipasi kebersihan dan
perawatan sungai-sungai drainase masih kurang.
Sedimentasi terhadap sungai cidurian.
Kondisi tanggul sungai cidurian yang telah rusak.
Situ / rawa di Kec.Kresek yang belum tersentuh revitalisasi.
Page 89
75
2.4 Asumsi Dasar
Pada penelitian ini peneliti memiliki asumsi dasar sebagai bahan untuk
menilai Implementasi Peraturan Daerah Kabupaten Tangerang No 13 Tahun 2011
Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Tangerang Tahun 2011-2031
(Studi Kasus Sistem Pengendalian Banjir Di Kecamatan Kresek Tahun
2015).Melalui tahap awal penelitian maka peneliti berasumsi bahwa sistem
pengendalian banjir di Kecamatan Kresek Kabupaten Tangerang tidak optimal.
Page 90
76
BAB III
METODELOGI PENELITIAN
3.1 Metode Penelitian
Metode penelitian ilmiah adalah suatu cara yang logis, sistematis, objektif,
untuk menemukan kebenaran secara keilmuan. Metode penelitian pada dasarnya
merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu.
Berdasarkan hal tersebutterdapat empat kata kunci yang perlu diperhatikan yaitu, cara
ilmiah, data, tujuan, dan kegunaan. Cara ilmiah berarti kegiatan penelitian itu
didasarkan pada ciri-ciri keilmuan, yaitu rasional, empiris, dan sistematis. Rasional
berarti kegiatan penelitian itu dilakukan dengan cara-cara yang masuk akal, sehingga
terjangkau oleh penalaran manusia. Empiris berarti cara-cara yang dilakukan itu dapat
diamati oleh indera manusia, sehingga orang lain dapat mengamati dan mengetahui
cara-cara yang digunakan. Sistematis artinya, proses yang digunakan dalam penelitian
itu menggunakan langkah-langkah tertentu yang bersifat logis (Sugiyono 2012: 2).
Dalam penelitian mengenai Implementasi Peraturan Daerah Kabupaten
Tangerang No 13 Tahun 2011 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten
Tangerang Tahun 2011-2031 (studi kasus sistem pengendalian Banjir Di Kecamatan
Kresek Tahun 2015) berdasarkan rumusan masalah dan tujuan penelitian, maka
penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif deskriptif. Bogdan dan
Taylor (dalam Moleong 2006:3) mendefinisikan metodologi kualitatif sebagai
prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau
Page 91
77
lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati. Pendekatan ini diarahkan
pada latar dan individu tersebut secara holistik (utuh).
3.2 Fokus Penelitian
Dengan memperhatikan identifikasi masalah yang sudah dikemukakan
sebelumnya, maka fokus penelitian ini adalah Implementasi Peraturan Daerah
Kabupaten Tangerang No 13 Tahun 2011 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah
Kabupaten Tangerang Tahun 2011-2031 (Studi Kasus Sistem Pengendalian Banjir Di
Kecamatan Kresek Tahun 2015).
3.3 Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian yang peneliti pilih yaitu Kecamatan Kresek Kabupaten
Tangerang. Dimana Kabupaten Tangerang merupakan wilayah dengan tingginya
jumlah pembangunan industri dan pemukiman di provinsi Banten yang
mengakibatkan menurunnya jumlah ruang resapan air hujan yang setiap tahunnya
rutin terjadi banjir di wilayah Kabupaten Tangerang. Fokus lokasi penelitian peneliti
Memilih kecamatan kresek karena dalam peta rencana pola ruang Kab,Tangerang
sendiri wilayah kecamatan kresek di fokuskan pada kawasan pertanian,
namunKecamatan Kresek pun merupakan kecamatan yang paling banyak
menimbulkan korban kepala keluarga pada tahun 2015 sebanyak 2.262 jumlah kepala
keluarga di Antara kecamatan lainnya di Kabupaten Tangerang. Sehingga peneliti
pun tertarik untuk melakukan penelitian di Kecamatan Kresek.
Page 92
78
3.4 Variabel Penelitian
3.4.1 Definisi Konsep
Adapun teori yang digunakan dalam penelitian ini menurutModelDonald Van
Metter dan Carl Van Horn (Agustino, 2016: 142). Ada enam variabel yang
mempengaruhi kinerja kebijakan publikyaitu:
1. Ukuran dan Tujuan Kebijakan
2. Sumber Daya
3. Karakteristik Agen Pelaksana
4. Sikap/ Kecenderungan (Disposition) Para Pelaksana
5. Komunikasi Antar organisasi dan Aktivitas Pelaksana
6. Lingkungan Ekonomi, Sosial dan Politik
Dalam penelitian ini tidak dapat dilepaskan dari aturan yang menjadi
pedoman yaitu Peraturan Daerah Kab.Tangerang No 13 Tahun 2011 Tentang
Rencana Tata Ruang Wilayah Kab.Tangerang tahun 2011-2031(studi kasus
sistem pengendalian banjir di kec.kresek tahun 2015). Isi dari Peraturan
tersebut merupakan pedoman yang harus diperhatikan dalam implementasi
peraturan daerah yang terkait dengan sistem pengendalian banjir pasal 35.
3.4.2 Definisi Operasional
Page 93
79
Definisi operasional merupakan penjabaran dari konsep atau variable
penelitian dalam rincian yang terukur atau disebut juga indikator penelitian.
Dalam penjelasan definisi operasional akan dikemukakan fenomena-
fenomena penelitian yang tentunya dikaitkan dengan konsep teori yang
digunakan seperti yang telah dijelaskan didalam definisi konsep sebelumnya.
Donald Van Metter dan Carl Van Horn ( Agustino, 2016: 142). Ada enam
variabel yang mempengaruhi kinerja kebijakan publikyaitu:
1. Standard dan Sasaran Kebijakan/Ukuruan dan Tujuan Kebijakan
Kinerja implementasi kebijakan dapat diukur tingkat keberhasilannya
jika dan hanya jika ukuran dan tujuan dari kebijakan memang realiistis
dengan sosio-kultur yang mengada di level pelaksanaan kebijakan.
2. Sumberdaya
Keberhasilan proses implementasi kebijakan sangat tergantung dari
kemampuan memenfaatkan sumber daya yang tersedia. Manusia, waktu dan
sumbera daya financial merupakan bentuk sumber daya tersebut.
3. Karakteristik Agen Pelaksana
Pusat perhatian pada agen pelaksana meliputi organisasi formal dan
informal yang akan terlibat pengimplementasian kebijakan publik. Hal ini
sangat penting banyak dipengarahi oleh ciri-ciri yang tepat serta cocok
dengan para agen pelaksananya
4. Sikap/Kecendrungan (Disposition) para Pelaksana
Page 94
80
Sikap penerimaan atau penolakan dari agen pelaksana akan sangat
banyak mempengaruhi keberhasilan atau tidaknya kinerja implementasi
kebijakan publik.
5. Komunikasi Antar Organisasi dan Aktivitas Agen Pelakasana
Koordinasi merupakan mekanisme yang ampuh dalam implementasi
kebijakan publik. Semakin baik koordinasi komunikasi diantara pihak-pihak
yang terlibat dalam suatu proses implementasi, maka asumsinya kesalahan-
kesalahan akan sangat kecil untuk terjadi.
6. Lingkungan Ekonomi, Sosial, dan Politik
Kondisi Ekonomi, sosial dan politik yang kondusif akan sangat
mempengaruhi keberhasilan suatu implementasi kebijakan. Begitupun
sebaliknya.
3.5 Instrumen Penelitian
Dalam penelitian tentang Implementasi Peraturan Daerah Kabupaten
Tangerang No 13 Tahun 2011 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten
Tangerang Tahun 2011-2031 (Studi Kasus Sistem Pengendalian Banjir Di Kecamatan
Kresek Tahun 2015) yang menjadi instrumen utama penelitian adalah peneliti
sendiri.Menurut Sugiyono dalam bukunya Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif
dan R&D hal 199, menjelaskan bahwa Instrumen penelitian adalah suatu alat yang
digunakan untuk mengukur fenomena alam atau sosial yang diamati. Dalam
penelitian kualitatif, yang menjadi instrument penelitian adalah peneliti sendiri.
Page 95
81
Nasution dalam Sugiyono (2005:60), Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan
R&D menyatakan, bahwa dalam penelitian kualitatif tidak ada pilihan lain daripada
menjadikan manusia sebagai instrumen peneliti utama. Alasannya ialah bahwa, segala
sesuatunya belum mempunyai bentuk yang pasti. Masalah, fokus penelitian, bahan
hasil yang diharapkan, itu semuanya tidak dapat ditentukan secara pasti dan jelas
sebelumnya. Segala sesuatu masih perlu dikembangkan sepanjang penelitian itu.
Dalam keadaan yang serba tidak pasti dan tidak jelas itu, tidak ada pilihan lain dan
hanya peneliti itu sendiri sebagai alat satu-satunya yang dapat mencapainya.
Berdasarkan pernyataan tersebut dapat dipahami bahwa, dalam penelitian
kualitatif pada awalnya di mana permasalahan belum jelas dan fokus belum pasti,
maka yang menjadi instrumen adalah peneliti itu sendiri. Tetapi, setelah masalah
yang akan dipelajari itu jelas, maka dapat dikembangkan satu instrumen.
3.6 Informan Penelitian
Sugiyono (2012 :5 53) dalam penelitian kualitatif, pengambilan sampel
sumber data berkaitan dengan siapa yang hendak dijadikan informan dalam
penelitian. Teknik pengambilan sumber data yang sering digunakan pada peneliian
kualitatif adalah purposive dan snowball adalah teknik pengambilan informan sumber
data dengan pertimbangan tertentu. Dalam menentukan data yang akurat, maka
peneliti memilih informan dengan teknik purposive atau dipilih secara sengaja,
dimana peneliti sudah menentukan siapa saja yangakan diwawancarai dengan
pertimbangan tertentu. Dimana informan tersebut peneliti anggap sebagai pihak-pihak
Page 96
82
yang paling mengetahui situasi dan kondisi objek penelitian. Dalam hal ini yang
dijadikan informan oleh peneliti, antara lain sebagai berikut:
Tabel 3.1
Daftar Informan Penelitian
No Jenis
Informan
Katagori Informan Spesifikasi
Informan
Keterangan
& Kode
Informan
1 Pemerintah Kasie Pembangunan dan
Pemeliharaan Sumber Daya
Air Dinas Bina Marga &
SDA
Selaku penanggung
jawab
pembangunan dan
pemeliharaan
Sumber Daya Air
Key
Informan
I1-1
Kepala Bidang
pembangunan Dinas Bina
Marga dan Sumber Daya
Air Kab.Tangerang.
Selaku penanggung
jawab pelaksanaan
pembangunan
Sumber Daya Air
Key
Informan
I1-2
Kepala (UPT) III Unit
Pelayanan Teknis Sumber
Daya Air Dinas Binamarga
dan Sumber Daya Air
Kab.Tangerang.
Selaku penanggung
jawab pelayanan
wilayah sungai
cidurian hilir
Key
Informan
I1-3
Kepala Balai Besar Wilayah
Sungai Cidanau-ciujung-
cidurian.
Selaku penanggung
jawab BBWSCC
III Cidurian
Key
Informan
I1-4
Kepala Balai Besar Wilayah
Sungai Ciliwung-cisadane
Selaku
Penanggung jawab
Situ/rawa wilayah
Kab.Tangerang
Key
Informan
I1-5
Page 97
83
2
Penerima
Kebijakan
Penerima kebijakan terkait
sistem pengendalian banjir
wilayah administratif Kec
Kresek (Ds.pasir ampo,
Ds.koper, Ds.Patrasana,
Ds.Renged, Ds.Kresek,
Ds.Talok dan masyarakat
yang terkena banjir
Kelompok
sasaran/target
group
Key
Informan
I2,1 I2,2 I2,3
I2,4 I3,1 I3,2 I3,3
(Sumber:Peneliti, 2016)
3.7 Teknik Pengumpulan Data dan Analisi Data
3.7.1 Teknik Pengumpulan Data
Teknik yang digunakan peneliti dalam pengumpulan data dalam
penelitian ini adalah :
1. Observasi
Menurut Hadi (Prastowo, 2011:22), pengamatan (observasi) diartikan sebagai
pengamatan dan pencatatan secara sistematis terhadap suatu gejala yang tampak pada
objek penelitian. Pengamatan dapat diklasifikasikan atas pengamatan melalui cara
berperan serta (partisipan) dan yang tidak berperan serta (non partisipan). Pada
pengamatan tanpa peran serta pengamat hanya melakukan satu fungsi, yaitu
mengadakan pengamatan saja, sedangkan pengamat berperan serta melakukan dua
peranan sekaligus, yaitu sebagai pengamat dan sekaligus menjadi anggota resmi dari
kelompok yang di amati (Moleong, 2006:176).
Page 98
84
Pada penelitian ini, peneliti tidak terlibat untuk membantu pekerjaan dinas bina
marga dan sumber daya air dalam melaksanakan Program pembangunan terkait
sistem pengendalian banjir. Serta tidak terlibat dalam aktivitas pelaksanaan program
pembangunan terkait sistem pengendalian banjir. Peneliti hanya melakukan observasi
saja untuk mengetahui kondisi objek penelitian.
2. Wawancara
Menurut Sugiyono (2005:72) wawancara adalah merupakan pertemuan dua
orang untuk bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab, sehingga dapat
dikonstruksikan makna dalam suatu topik tertentu.
Wawancara dalam penelitian kualitatif bersifat mendalam (indepth interview).
Pada penelitian ini, peneliti menggunakan wawancara semiterstuktur, dimana
wawancara dilakukan secara bebas untuk menggali informasi lebih dalam dan bersifat
dinamis, namun tetap terkait dengan pokok-pokok wawancara yang telah peneliti buat
terlebih dahulu dan tidak menyimpang dari konteks yang akan dibahas dalam fokus
penelitian.
Dalam sebuah wawancara tentu dibutuhkan suatu pedoman. Pedoman
wawancara digunakan peneliti dalam mencari data dari para informan dan
memudahkan peneliti dalam menggali sumber informan untuk mendapatkan
informasi. Adapun pedoman wawancara yang telah disusun yaitu sebagai berikut.
Page 99
85
Tabel 3.2
Pedoman Wawancara
No Dimensi Kisi-Kisi Pertanyaan Informan
1
Ukuran dan tujuan
kebijakan
1. Apa tujuan dari Perda
RTRW tersebut terkait
sistem pengendalian banjir
di Kab.Tangerang
khususnya di Kecamatan
Kresek?
I1-1, I1-2, I1-3, I1-4,
I1-5
2. Apa standar keberhasilan
dari Perda RTRW terkait
sistem pengendalian banjir
di Kab.Tangerang
khususnya di kecamatan
kresek?
I1, I1-2, I1-3,I1-4,
I1-5
3. Sejauh mana tingkat
keberhasilan Peda RTRW
terkait sistem
pengendalian banjir di
Kab.Tangerang khususnya
di kecamatan kresek?
I1-1, I1-2, I1-3, I1-4,
I1-5
2
Sumber Daya
1. Bagaimana kesiapan
aparatur dari Perda RTRW
terkait sistem
pengendalian banjir di
Kab.Tangerang khususnya
di kecamatan kresek?
I1-1, I1-2, I1-3, I1-4,
I1-5, I2,1 I2,2 I2,3
2. Bagaimana sarana
prasarana yang ada
sebagai penunjang
pengendali banjir di
Kab.Tangerang khusunya
di kecamatan kresek?
I1-1, I1-2, I1-3, I1-4,
I1-5, I2,1 I2,2 I2,3
3. Bagaimana anggaran
dalam menunjang Perda
RTRW terkait sistem
pengendalian banjir di
Kab.Tangerang khususnya
I1-1, I1-2, I1-3, I1-4,
I1-5,I2-1
Page 100
86
di kecamatan kresek?
4. Bagaimana waktu yang
diperlukan untuk
mengatasi banjir di
Kab.Tangerang khususnya
di kecamatan kresek
dimulai?
I1-1, I1-2, I1-3, I1-4,
I1-5, I2,1, I2,3
3
Karakteristik Agen
Pelaksana
1. Apa saja peran aparatur
dalam Perda RTRW
terkait sistem
pengendalian banjir di
Kab.Tangerang khususnya
di kecamatan kresek?
I1-1, I1-2, I1-3, I1-4,
I1-5,I2-1
2. Sejauh ini bagaimana
pelaksanaan dari Perda
RTRW terkait sistem
pengendalian banjir di
Kab.Tangerang khususnya
di kecamatan kresek?
I1-1, I1-2, I1-3, I1-4,
I1-5, I2,1 I2,2 I2,3 I2-4, I3-1, I3-3
3. Bagaimana mekanisme
sistem pengajuan dan
penerimaan program dari
Perda RTRW terkait
sistem pengendalian banjir
di Kab.Tangerang
khusunya di kecamatan
kresek?
I1-1, I1-2, I1-3, I1-4,
I1-5, I2-1
4
Sikap/kencerungan
(disposisi) para
implementator
1. Bagaimana sikap
Impementator terhadap
Perda RTRW terkait
sistem pengendalian banjir
di Kab.Tangerang
khususnya di kecamatan
kresek?
I1-1, I1-2, I1-3, I1-4,
I1-5, I2-1 , I2-2, I2-3
2. Bagaimana respon
implementator dalam
menerima dan menolak
perda RTRW terkait
dengan sistem
pengendalian banjir di
Kab.Tangerang khususnya
I1-1, I1-2, I1-3, I1-4,
I1-5I2-1, I2-2I2-3
Page 101
87
pelaksana di kecamatan kresek?
3. Bagaimana bentuk
dukungan dan persetujuan
dari para pelaksana
terhadap perda maupun
program sistem
pengendalian banjir di
kecamatan kresek?
I1-1, I1-2, I1-3, I1-4,
I1-5I2-1, I2-2 I2-3
5
Komunikasi Antar
Kab.Tangerang-Dinas
Bina Magra-
Kecamatan Kresek-
BBWSCC-UPT III
Sumber Daya Air-
Kepala Desa-
Masyarakat setempat-
Dan Aktivitas
Pelaksana
1. Bagaimana koordinasi
yang dilakukan terhadap
Implementasi Perda
RTRW terkait sistem
pengendalian banjir di
Kab.Tangerang khusunya
di kecamatan kresek?
I1-1, I1-2, I1-3, I1-4,
I1-5,I2-1, I2-2,I2-3
2. Bagaimana proses
komunikasi yang di
lakukan terhadap
Implementasi Perda
RTRW terkait sistem
pengendalian banjir di
Kab.Tangerang khususnya
di Kecamatan kresek?
I1-1, I1-2, I1-3, I1-4,
I1-5,I2-2, I2-3I2-4
3. Bagaimana pembagian
tugas yang di lakukan
dalam Implementasi Perda
RTRW terkait sistem
pengendalian banjir di
Kab.Tangerang khususnya
di Kecamatan kresek?
I1-1, I1-2, I1-3, I1-4,
I1-5,I2, I3I4
6
1...Bagaimana kondisi
ekonomi dari wilayah yang
mendapatkan kebijakan
maupun program terkait
sistem pengendalian banjir
di Kab.Tangerang
khususnya di Kecamatan
Kresek?
I1-1, I1-2, I1-3, I1-4,
I1-5,I2-1, I2-2,I2-3I2-
4
2. Bagaimana kondisi sosial
dari wilayah yang
mendapatkan kebijakan
I1-1, I1-2, I1-3, I1-4,
Page 102
88
Lingkungan Ekonomi,
Sosial dan Politik
maupun program terkait
sistem pengendalian banjir
di Kab.Tangerang
Khususnya di Kecamatan
Kresek?.
I1-5,I2-1, I2-2,I2-3I2-
4
3. Bagaimana kondisi politik
dari wilayah yang
mendapatkan kebijakan
maupun program terkait
sistem pengendalian banjir
di Kab.Tangerang
khususnya di Kecamatan
Kresek?
I1-1, I1-2, I1-3, I1-4,
I1-5,I2-1, I2-2,I2-3I2-
4
(Sumber: Peneliti, 2016)
4. Study kepustakaan
Istilah studi kepustakaan digunakan dalam ragam istilah oleh para ahli,
diantaranya yang dikenal adalah: kajian pustaka, tinjauan pustaka, kajian teoritis, dan
tinjauan teoritis. Penggunaan istilah-istilah tersebut, pada dasarnya merujuk pada
upaya umum yang harus dilalui untuk mendapatkan teori-teori yang relevan dengan
topik penelitian. Oleh karena itu studi kepustakaan meliputi proses umum seperti:
mengidentifikasi teori secara sistematis, penemuan pustaka, analis dokumen yang
memuat informasi yang berkaitan dengan topik penelitian. Dalam hal ini peneliti
melakukan studi kepustakaan melalui hasil penelitian sejenis yang pernah dilakukan,
buku-buku, maupun artikel atau yang memuat konsep atau teori yang dibutuhkan
terkait dengan penelitian.
5. Study dokumentasi
Page 103
89
Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen bisa
berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari seseorang. Dokumen
yang berbentuk tulisan misalnya catatan harian, sejarah kehidupan (life histories),
cerita, biografi, peraturan, kebijakan. Dokumen yang berbentuk gambar, misalnya
foto, gambar hidup, sketsa, dan lain-lain. Dokumen yang berbentuk karya misalnya
karya seni, yang dapat berupa gambar, patung, film, dan lain-lain. Studi dokumen
merupakan pelengkap dari penggunaan metode observasi dan wawancara dalam
penelitian kualitatif (Sugiyono, 2005:240).
3.7.2 Teknik Analisis Data
Dalam penelitian kualitatif teknik analisis data yang digunakan sudah jelas,
yaitu diarahkan untuk menjawab rumusan masalah. Analisis data dalam penelitian
kualitatif, dilakukan pada saat pengumpulan data berlangsung dan setelah selesei
dilapangan. Teknik analisis data yang digunakan dalan penelitian adalah dengan
menggunakan teknik analisis data mengikuti konsep yang diberikan oleh Miles dan
Huberman. Menurut kedua tokoh tersebut, bahwa aktifitas dalam analisa data
kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus menerus pada
setiap tahapan penelitian sehingga sampai tuntas dan datanya jenuh.
Page 104
90
Gambar 3.1
Aktifitas Dalam Analisis Data
Sumber: Miles dan Huberman.
Berdasarkan gambar diatas, analisis data kualitatif merupakan upaya yang
berkelanjutan, berulang dan terus menerus. Masalah reduksi data dan penarikan
kesimpulan atau verifikasi menjadi gambaran dari keberhasilan secara berurutan
sebagai rangkaian kegaiatan analisis yang saling susul menyusul. Namun dua hal
lainnya itu senantiasa merupakan bagian dari lapangan.
Untuk lebih jelasnya, maka kegiatan analisis data dapat dijelaskan sebagai
berikut:
1. Reduksi Data
Reduksi data dapat diartikan sebagai proses pemilihan, pemusatan perhatian
pada penyederhanaan, pengabstarakan, dan transformasi data „kasar‟ yang muncul
dari catatan-catatan tertulis dilapangan. Reduksi data berarti merangkum, memilih
Pengumpulan
Data
Reduksi
Data
Penarikan
Kesimpulan
Penyajian
Data
Page 105
91
hal-hal pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya.
Dengan demikian data yang telah direduksi akan memberikan gambaran yang lebih
jelas, dan mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya
dan mencarinya kembali bila diperlukan.
2. Penyajian Data
Alur penting yang kedua dari kegiatan analisis adalah penyajian data, penyajian
data, penyajian data yang paling sering dilakukan dalam penelitian kualitatif pada
masa lalu adalah bentuk teks naratif. Tetapi ada beberapa bentuk penyajian data
dengan menggunakan grafik, matriks, jaringan dan bagan.Maka dalam penelitian ini,
peneliti menyajikan data dalam bentuk naratif.
Mendisplaykan data maka akan memudahkan untuk memahami apa yang
terjadi, merencanakan kerja selanjutnya berdasarkan apa yang telah difahami
tersebut.
3. Penarikan Kesimpulan/ Verifikasi
Langkah ini yaitu menyimpulkan dari temuan-temuan peneliti untuk dijadikan
suatu kesimpulan penelitian yang dikemukakan diawal masih bersifat sementara, dan
akan berubah bila tidak ditemukan bukti-bukti yang kuat yang mendukung pada tahap
pengumpulan data berikutnya.
Tetapi apabila kesimpulan yang dikemukakan pada tahap awal didukung oleh
bukti-bukti didukung oleh bukti-bukti yang valid dan konsisten saat peneliti kembali
kelapangan untuk mengumpulkan data, maka kesimpulan yang dikemukakan
merupakan kesimpulan yang kredibel.
Page 106
92
Oleh karena itu, kesimpulan harus diverifikasi selama penelitian berlangsung.
3.7.3 Uji Keabsahan Data
Uji keabsahan data atau bisaa juga disebut uji validitas dan realiabilitas data
memiliki keterkaitan antara deskripsi dan eksplanasi. Tedapat dua macam validitas,
yaitu validitas internal dan validitas eksternal.
Validitas internal adalah penelitian kualitatif disebut kredibilitas, yaitu hasil
penelitian memiliki tingkat kepercayaan tinggi yang sesuai dengan fakta
dilapangan.Kemudian validitas eksternal dalam penelitian kualitatif disebut
transferabilitas.Hasil penelitian kualitatif memilikistandar transferabilitas tinggi
bilamana pembaca memperoleh gambaran/ pemahaman yang jelas tentang konteks
dan fokus penelitian.
Adapun untuk pengujian keabsahan datanya, penelitian ini menggunakan dua cara
sebagai berikut :
1. Triangulasi
a. Triangulasi Teknik
Suatu teknik pengecekan kredibilitas dilakukan dengan cara mengecek data
kepada sumber yang sama dengan teknik yang berbeda yaitu melalui
wawancara, observasi dan studi dokumentasi.
b. Triangulasi Sumber
Suatu teknis pengecekan kredibelitas data yang dilakukan dengan
memeriksa data yang didapatkan melalui beberapa sumber. Triangulasi
sumber berarti membandingkan dan mengecek kembali tingkat
kepercayaan atau informasi yang diperoleh.
2. member check
Page 107
93
Peneliti juga menggunakan teknik pengujian reliabilitas data melalui member
check, tujuannya untuk mengetahui sejauhmana kesesuaian data yang peneliti
dapatkan dari pemberi data. Jika data yang diberikan kepada
penellitimendapatkan kesepakatan bersama antara peneliti dengan pemberi
data, maka data tersebut dianggap valid dan semakin kredibel (dapat
dipercaya).
3.8 Jadwal Penelitian
Ada pun waktu pelaksanaan penelitian ditunjukkan pada tabel 3.3
Tabel 3.3
Jadwal Penelitian
Nama
Kegiatan
Waktu Penelitian
02
03
04
05
06
07
08
09
10 11 12 01 02
03
04
05
‘16 ‘16 ‘16 ‘16 ‘16 ‘16 ‘16 ‘16 ‘16 ‘16 ‘16 ‘17 ‘17 ‘17 ‘17 ‘17
Pengajuan Judul
Acc Judul
Penelitian
Observasi Awal
Penyusunan
Proposal
Bimbingan dan
Perbaikan
Proposal
Penyerahan
Proposal
Seminar
Proposal
Revisi Proposal
Wawancara
Penyusunan
Hasil
Penelitian
Sidang Skripsi
Page 108
94
Revisi Skripsi
Wisuda
(Sumber: Data diolah Peneliti, 2017)
Page 109
95
BAB IV
PEMBAHASAN
4.1 Deskripsi Objek Penelitian
Deskripsi objek penelitian merupakan penjelasan tentang objek penelitian
yang meliputi penjelasan tentang lokasi penelitian yang diteliti dengan memberikan
gambaran umum tentang lokasi penenlitian, gambaran umum Kabupaten Tangerang,
gambaran umum Dinas Bina Marga & Sumber Daya Air Kab.Tangerang dan
gambaran umum Kec.Kresek hal tersebut dijelaskan di bawah ini:
4.1.1 Gambaran Umum Kabupaten Tangerang
Pemerintah Kabupaten Tangerang Berdasarkan Po No. 34/2604 yang
menyangkut pemindahan Jakarta Ken Yaskusyo ke Tangerang, maka Panitia Hari
Jadi Kabupaten Tangerang menetapkan terbentuknya pemerintahan di Kabupaten
Tangerang. Sebab itu, kelahiran pemerintahan daerah ini adalah pada tanggal 27
Desember 1943. Selanjutnya penetapan ini dikukuhkan dengan Peraturan Daerah
Tingkat II Kabupaten Tangerang Nomor 18 Tahun 1984 tertanggal 25 Oktober
1984. Maka, secara resmi Kabupaten Tangerang terbentuk pada tanggal 27
Desember 1943.
Pertumbuhan perekonomian Kabupaten Tangerang sebagai daerah lintasan
dan berdekatan dengan Ibukota Negara Jakarta melesat pesat. Apalagi setelah
Page 110
96
diterbitkannya Inpres No.13 Tahun 1976 tentang pengembangan Jabotabek, di
mana kabupaten Tangerang menjadi daerah penyangga DKI Jakarta.
Secara astronomis Kabupaten Tangerang terletak dibagian timur Provinsi
Banten pada koordinat 106º20‟-106º43‟ Bujur Timur dan 6º00‟-6º20‟ Lintang
Selatan. Tanggal 28 Pebruari 1993 terbit UU No. 2 Tahun 1993 tentang
Pembentukan Kota Tangerang. Berdasarkan UU ini wilayah Kota Administratif
Tangerang dibentuk menjadi daerah otonomi Kota Tangerang, yang lepas dari
Kabupaten Tangerang.
Berkaitan itu terbit pula Peraturan Pemerintah No. 14 Tahun 1995 tentang
pemindahan Ibu Kota Kabupaten Dati II Tangerang dari Wilayah Kotamadya Dati
II Tangerang ke Kecamatan Tigaraksa. Luas wilayah Kabupaten Tangerang
setelah pemekaran dengan terbentuknya Kota Tangerang Selatan berdasarkan UU
Nomor 51 Tahun 2008 Tanggal 26 nopember 2008 menjadi 959,61 km².
Kabupaten Tangerang memiliki wilayah yang cukup luas secara Administratif
Kabupaten Tangerang mempunyai 29 Kecamatan, 28 Kelurahan dan 246 Desa
dengan luas mencapai 95.961 Ha atau 959,61 Km². wilayah administrasi
Kabupaten Tangerang sendiri berbatasan dengan beberapa Kabupaten/Kota dan
bentangan laut yang ada disekitarnya, yaitu:
Sebelah utara berbatasan dengan laut jawa
Sebelah timur berbatasan dengan Kota Tangerang selatan, Kota Tangerang
dan DKI Jakarta
Sebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten Bogor dan Lebak
Sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Serang dan Lebak.
Page 111
97
Berdasarkan Data Badan Pusat Statistik kecamatan dengan luas terbesar adalah
Kecamatan Rajeg yaitu sebesar 53,70 km² atau 5,60% dari luas wilayah Kabupaten
Tangerang, sedangkan luas Kecamatan Yang paling kecil, yaitu Kecamatan Sepatan
dengan Luas wilayah 17,32 km² atau 1,80% dari luas wilayah Kabupaten Tangerang.
Berdasarkan suhu udara 24.2-28.4°C Dengan kelembapan udara 85-115% Data
BMKG Stasiun Klimatologi Pondok Betung tahun 2015 Menjelaskan bahwa curah
hujan rata-rata di kondisi menengah 101-300 mm rata-rata 19 hari hujan dengan
kecepatan angin 2.0-4.0 knot.
Melihat pada kondisi saat ini, dan tantangan yang dihadapi tahun2016 serta
mempertimbangkan potensi dan harapan dari masyarakat Kabupaten Tangerang,
maka “Visi pembangunan Kab.Tangerang tahun 2013-2018 “ adalah sebagai berikut :
“Mewujudkan Masyarakat Kabupaten Tangerang Yang Cerdas, Makmur, Religius,
Dan Berwawasan Lingkungan”.
Visi diharapkan menjadi pijakan pencapain Visi pembangunan Kabupaten
Tangerang tahun 2005-2025 sebagaimana yang tertuang dalam Rencana
Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Kab.Tangerang tahun 2005-2025
Page 112
98
yaitu: “ Menuju Masyarakat Kabupaten Tangerang yang Beriman , Sejahtera,
Berorientasi Industri dan Berwawasan Lingkungan”.
Makna dan harapan yang terkandung dalam visi pembangunan Kabupaten
Tangerang tahun 2013-2018 adalah tercapainya masyarakat yang Cerdas terhadap
ilmu pengetahuan dan teknologi yang didukung oleh terpenuhinya kebutuhan
sandang, pangan dan papan secara merata dan memiliki nilai-nilai agama dan
perilaku yang baik dalam kehidupan bermasyarakat serta berwawasan lingkungan.
Untuk lebih jelas makna dari Visi Kab.Tangerang tahun 2013-2018 yaitu sebagai
berikut :
1. Cerdas yang mengandung makna memiliki wawasan, kemampuan, dan
keterampilan yang cukup terhadap ilmu pengetahuan dan teknologi
melalui pencapaian tingkat pendidikan formal sehingga mendukung
kualitas sumber daya masyarakat sebagai subyek pembangunan.
2. Makmur mengandung makna memiliki tingkat kesejahteraan tertentu yang
didukung oleh terpenuhinya kebutuhan sandang, pangan dan papan secara
merata serta memiliki daya beli yang memadai sehingga mampu
mewujudkan kemandirian.
3. Religius mengandung bahwa nilai-nilai agama mendasari sikap dan
perilaku dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara sesuai
dengan prinsip-prinsip keagamaan yang di anut.
Page 113
99
4. Berwawasan lingkungan mengandung makna bahwa kelestarian, daya
dukung dan keseimbangan lingkungan mendasari setiap kebijakan
pemerintah dan aktifitas masyarakat sehingga terciptanya lingkungan yang
sinergi guna keberlanjutan pembangunan.
Dalam konteks keterpaduan provinsi dan nasional, visi pembangunan Kabupaten
Tangerang tahun 2013-2018 merupakan wujud komitmen seluruh masyarakat
Kabupaten Tangerang untuk mendukung terwujudnya visi Provinsi Banten Visi
Pembangunan Nasional.
Bertitik tolak dari pembangunan Kabupaten Tangerang 2013-2018 maka di
rumuskan “Misi Pembangunan Kab.Tangerang tahun 2013-2018” yaitu sebagai
berikut :
1. Peningkatan pemerataan akses dan fasilitas pelayanan pendidikan dan
kesehatan bagi masyarakat.
2. Peningkatan pengembangan perekonomian daerah dan perekonomian
masyarakat menju peningkatan daya saing derah dan daya saing
masyarakat.
3. Peningkatan dan pengembangan nilai-nilai agama dalam penyelenggaraan
pemerintahan serta kehidupan bermasyarakat menuju masyarakat yang
relegius.
4. Penciptaan iklim investasi dan usaha yang kondusif yang didukung oleh
peningkatan pembangunan infrastuktur dasar yang merujuk pada
keseimbangan ruang dan lingkungan.
Page 114
100
5. Peningkatan pelayanan publik yang didukung oleh birokrasi yang bersih,
profesional,berwibawa,transfaran dan bertanggung jawab.
Dalam kerangka keterpaduan kerangka pembangunan Provinsi dan Nasional misi
pembangunan Kab.Tangerang tahun 2013-2018 merupakan wujud komitmen dari
seluruh masyarakat Kab.Tangerang untuk mendukung pencapaian misi pembangunan
Provinsi Banten dan misi pembangunan Nasional. Untuk pendanaan pembangunan
daerah berasal dari anggaran pendapatan dan belanja Negara (APBN) serta anggaran
pendapatan belanja daerah (APBD) alokasi APBN untuk Kab.Tangerang melelaui
dana perimbangan tahun 2013 mencapai Rp.2.534.721.860.350 Triliyun rupiah,
alokasi Provinsi Banten untuk Kab.Tangerang melalui lain-lain pendapatan daerah
yang sah sebesar Rp 535.128.973.604 Milyar rupiah.
Disisi lain tak luput juga terdapat beberapa potensi yang ada di Kabupaten
Tangerang yang harus dikelola dan dikembangkan sehingga menjadi potensi Daerah
Kabupaten Tangerang, yaitu sebagai beikut:
7. Tinjauan Segi Kependudukan
Berdasarkan hasil Survey Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) Tahun 2011
menunjukkan bahwa penduduk Kabupaten Tangerang mencapai 2.960.474 orang
Page 115
101
terdiri dari 1.516.873 laki-laki dan 1.443.601 orang perempuan. Jumlah penduduk
pada tahun 2012 diperkirakan sebesar 3.113.179 orang. Laju pertumbuhan penduduk
pertahun dalam kurun waktu satu tahun terakhir sebesar 3,03%. Perkembangan
jumlah penduduk dari tahun 2008-2012 dapat dilihat sebagaimana grafik berikut:
Gambar 4.2
Grafik Jumlah Penduduk Kab. Tangerang Tahun 2008 –2012, Sumber Survey Sosial Ekonomi Nasional Tahun 2011
Jika dibandingkan dengan luas wilayah Kabupaten Tangerang yang luasnya
959,61 km2, maka kepadatan penduduk mencapai 3.085 jiwa/km. Hasil Susenas
Tahun 2011 menunjukkan rasio jenis kelamin (sex ratio) penduduk Kabupaten
Tangerang adalah 105,08 artinya komposisi penduduk laki-laki 5,08 persen lebih
banyak dibanding penduduk perempuan. Kecenderungan sex rasio diatas 100
dimungkinkan dengan banyaknya pendatang yang terserap di lapangan pekerjaan
Page 116
102
khususnya sektor industri dan perdagangan/jasa masih didominasi dari kalangan laki-
laki, potensi tersebut dapat berdampak positif bagi laju pertumbuhan ekonomi
Kabupaten Tangerang dengan adanya pendatang yang datang dari wilayah lain
menandakan wilayah Kabupaten Tangerang dinilai dapat mengurani pengangguran
yang ada.
Laju Pertumbuhan Ekonomi (LPE) adalah indikator yang menunjukkan naik
tidaknya produk yang dihasilkan oleh seluruh kegiatan ekonomi pada suatu daerah.
Dengan demikian semakin meningkatnya laju pertumbuhan ekonomi di Kabupaten
Tangerang akan meningkatkan pula daya beli masyarakat yang tentunya akan
berimbas kepada kesejahteraan masyarakat itu sendiri. Laju Pertumbuhan Ekonomi
(LPE) Kabupaten Tangerang pada tahun 2008-2012, adalah sebagai berikut.
Gambar 4.3.
Grafik Laju Pertumbuhan Ekonomi (LPE) Tahun 2008 – 2012, Sumber Badan Pusat Statistik
Kab.Tangerang Tahun 2014.
Page 117
103
Berdasarkan data di atas secara umum pertumbuhan ekonomi Kabupaten
Tangerang mengalami kenaikan yang di pengaruhi oleh faktor-faktor seperti semakin
terbukanya kesempatan kerja, adanya investasi masuk ke Kabupaten Tangerang,
peningkatan kualitas sumber daya manusia serta naiknya produktifitas dari proses
industri dan perdagangan yang dijalankan. Pertumbuhan ekonomi erat kaitannya
dengan PDRB Kabupaten Tangerang.
Gambar. 4.3.
Grafik Persentase Peranan Sektoral Terhadap PembentukanPDRB Kabupaten Tangerang Tahun 2011,
Sumber Badan Pusat Statistik Kab.Tangerang Tahun 2014.
Page 118
104
Berdasarkan Data Diatas Pembentukan PDRB Kabupaten Tangerang sendiri
tetap didominasi oleh sektor industri pengolahan yaitu sebesar 54,81 % lebih dari
setengah nilai PDRB Kabupaten Tangerang. Kemudian diikuti sektor pengangkutan
dan komunikasi yang mempunyai peranan sebesar 11,41 %. Sektor pertanian
menduduki peringkat ketiga dalam memberikan kontribusinya terhadap PDRB
Kabupaten Tangerang yakni menyumbang 10,56 %. Lalu diperingkat ke empat
adalah sektor perdagangan, hotel, dan restoran sebesar 9,48 %. Dibawahnya ada
sektor listrik, gas dan air bersih sebesar 8,86 %. Sektor jasa-jasa ada di posisi ke
enam yang pada tahun 2011 sebesar 3,55 %. Lalu setelah itu ada sektor bangunan
sebesar 0,92 %. Sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan ada di urutan dua
dari yang terkecil di sembilan sektor yaitu sebesar 0,33 %. Dan yang mempunyai
peranan terkecil berada di sektor pertambangan dan penggalian hanya menyumbang
sebesar 0,09 %.
2. Tinjauan Pengggunaan Lahan
Penggunaan lahan di wilayah Kabupaten Tangerang bermacam-macam, mulai
dari pertanian, perternakan, perumahan dan industri. Lahan pertanian produktif seluas
70 hektar setiap tahun di kawasan pantai utara Kabupaten Tangerang lahan pertanian
beralih fungsi karena dijadikan perumahan dan pabrik, dampak positif dari
penggunaan lahan yang di jadikan perusahaan dan pemukiman menjadikan
terciptanya lapangan pekerjaan yang luas di wilayah Kabupaten Tangerang serta
Page 119
105
berputarnya roda perekomian di wilayah Kabupaten Tangerang, akan tetapi lahan
yang pertanian tersebar di 29 kecamatan dengan luas 41.000 Ha luas lahan pertanian
setiap tahun menyusut karena tidak adanya pengendalian alih fungsi lahan produktif
menjadi bangunan perusahaan serta kawasan pemukiman, dari penggunaan lahan
produktif yang ada berdampak negative yaitu berkurangnya resapan air hujan yang
kemudian menjadikan banjir ketika musim penghujan di wilayah-wilayah kabupaten
Tangerang termasuk di wilayah Kecamatan Kresek.
4.1.2 Gambaran Umum Dinas Bina Marga
Bina Marga & SDA Kab.Tangerang dibentuk ketetapan Peraturan Daerah
Kab.Tangerang No. 08 Tahun 2010 Tentang Struktur Organisasi Perangkat Daerah
Kab.Tangerang dan Surat Keputusan Bupati Nomor 42 Tahun 2010 Tentang Tugas
Pokok Dan Fungsi Dari Tata Kerja Dinas Bina Marga Kab.Tangerang, sebagai tindak
lanjut dari otonomi daerah telah membentuk Dinas Bina Marga dan Pengairan
Kabupaten Tangerang sebagai instansi teknis yang mempunyai tugas perencanaan,
melaksanakan dan mengendalikan pembangunan, peningkatan, pemeliharaan jalan,
jembatan dan pengairan.
Dinas Bina Marga & SDA Kab.Tangerang merupakan unsur pelaksana bidang
pemerintah, pembangunan dan kemasyarakatan di pimpin oleh Kepala Dinas yang
berkedudukan dibawah dan bertanggung jawab kepada bupati melalui sekertaris
daerah. Dinas Bina Marga & SDA Kab.Tangerang tugas pokok melaksanakan urusan
pemerintah daerah berdasarkan tugas otonomi dan tugas pembantuan di bidang Bina
Page 120
106
Marga SDA Kab.Tangerang sesuai dengan kewenangan dan kebijakan pemerintah
daerah. Tugas pokok dan fungsi Dinas Bina Marga & SDA Kab.Tangerang mengacu
kepada Peraturan Bupati Tangerang No 43 Tahun 2010 Tentang Tugas Pokok dan
Fungsi Tata Kerja Dinas Bina Marga dan Pengairan Kab.Tangerang mempunyai
fungsi:
a. Perencanaan program pembangunan, peningkatan, pemeliharaan jalan,
jembatan dan pengairan.
b. Pelaksanaan survey, pengolahan data, penyusunan program, evaluasi dan
pemantauan standarisasi.
c. Pelaksanaan pengawasan dan pengendalian pembangunan, pemeliharaan
jalan, jembatan dan pengairan.
d. Pelaksanaan kordinasi dengan isntansi / lembaga lain terkait program kerja
Dinas.
e. Pelaksanakan pengeolaan Unit Pelaksana Teknis Dinas.
f. Pelayanan teknis administratif ketatausahaan yang meliputi kepegawaian,
keuangan dan urusan umum dan perencanaan.
g. Pelaksanaan monitoring dan evaluasi serta pelaporan program kegiatan dinas.
Visi Dinas Bina Marga & SDA Kabupaten Tangerang yaitu:
“Tersedianya Infrastruktur Jalan dan Sumber Daya Air yang Andal untuk
Mendukung Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Tangerang”.
Page 121
107
Pernyataan Visi diatas mempunyai makna mewujudkan pembanguanan jalan
sebagai penghubung dan pembangunan pengairan yang baik dalam mendukung
pertumbuhan ekonomi Kab.Tangerang sejalan dengan arah dan tujuan Visi Dinas
Bina Marga & SDA Kab.Tangerang berupayan mewujudkan visinya untuk mencapai
infrastuktur jalan dan pengairan yang baik sebagai dukunagan untuk pertumbuhan
perekonomian Kabupaten Tangerang.
Dalam rangka mewujudkan Visi Dinas Bina Marga & SDA Kab.Tangerang
2013-2018 maka perlu ditetapkan misi sebagai upaya-upaya umum yang akan
dilaksanakan untuk mewujudkan visi, misinya yaitu:
1. Mewujudkan aksesibilitas dan mobilitas wilayah dalam mendukung
pertumbuhan ekonomi dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat
dengan penyediaan jaringan jalan yang andal, terpadu dan
berkelanjutan ;
2. Mewujudkan pengelolaan SDA secara efektif dan optimal untuk
meningkatkan kelestarian fungsi dan keberlanjutan pemanfaatan
SDA serta mengurangi resiko daya rusak air.
3. Mewujudkan dukungan manajemen sumber daya manusia serta
sarana dan prasarana.
Stuktur organisasi Dinas Bina Marga & SDA Kabupaten Tangerang
berdasarkan Bupati Tangerang Nomor 43 Tahun 2010 tentang Uraian
Tugad Fungsi dan Tata Kerja Dinas Bina Marga & SDA Kabupaten
Tangerang terdiri dari :
Page 122
108
1. Kepala Dinas
Kepala Dinas bertugas membina, memipin, mengkoordinasikan dan
mengendalikan dinas dalam melaksanakan tugas dan fungsi Dinas
sebagaimana dimaksud dalam tugas pokok dan fungsi diatas, memimpin dan
mengkoordinasikan kegiatan staff, pelaksana dan kelompok jabatan
fungsional.
2. Sekretariat
Sekretariat dinas mempunyai tugas merencanakan, melaksanakan,
pembinaan koordinasi serta pengawasan dan pengendalian bidang
perencanaan umum dan kepegawaian serta keuangan Dinas.
Untuk melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud diatas Sekretariat
mempunyai fungsi:
a. Perencanan dan Pengelolan Bahan Perumusan Kebijakan yang
berkaitan dengan Perencanan, Umum dan Kepegawaian serta
Keuangan Dinas.
b. Pelaksanaan Pemberian Fasilitas dan Dukungan Pelayanan Teknis
Administrasi dilingkungan Dinas.
c. Pelaksanaan Penyusunan Program Kegiatan bidang Perencanaan,
Umum dan Kepegawaian serta Keuangan Dinas.
d. Pelaksanaan Pengelolaan surat menyurat, tata naskah dinas
Kearsipan, Perlengkapan, Rumah Tangga dan Pemeliharaan Sarana
dan Prasarana Dinas.
e. Pelaksanaan Tertib administrasi Pengelolaan Inventarisasi Barang,
Pemeliharaan Sarana dan Prasarana, Perlengkapan dan Aset Dinas.
f. Pelaksanaan dan Pengelolaan Administrasi dan Penatausahaan
Keuangan.
g. Pelaksanaan dan Pembinaan Organisasi dan Tatalaksana dilingkup
Dinas.
h. Pelaksanaan Koordinasi dengan Instansi/lembaga lainnya yang
terkait Dinas.
i. Pelaksanaan Monitoring dan evaluasi serta Pelaporan Kegiatan
Dinas.
j. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan atasan sesuai bidang tugasnya.
Page 123
109
A. Sub Bagian Perencanaan Umum
Sub Bagian Perencanaan mempunyai tugas merencanakan,
melaksanakan pembinaan dan Koordinasi serta Pengawasan dan
Pengendalian Kegiatan Dinas meliputi Inventarisasi data,
Perumusan dan Penyusunan Program dan evaluasi Kegiatan
Dinas.
B. Sub Bagian Umum dan Kepegawaian
Sub Bagian Umum dan Kepegawaian mempunyi tugas
merencanakan, melaksanakan pembinaan dan Koordinasi serta
pengawasan dan pengendalian kegitn bidang umum dan
kepegawaian meliputi Inventirasisasi dan identifikasi data,
perumusan dan penyusunan program pengendalian surat
menyurat, kearsipan dan urusan rumah tangga dan perlengkapan,
penyusunan rencana kebutuhan serta pengelolaan Administrasi
Kepegawaian dan evaluasi Kegiatan Dinas.
C. Sub Bagian Keuangan
Sub Bagian Keuangan mempunyai tugas merencanakan,
melaksanakan pembinaan dan koordinasi serta pengawasan dan
pengendalian penyusunan rencana anggaran dan belanja dinas,
pembukuan, perhitungan anggaran dan verifikasi serta
pengurusan keuangan dinas.
3. Bidang Perencanaan Teknis
Bidang Perencanaan mempunyai tugas merencanakan, melaksanakan
pembinaan dan koordinasi program bidang perencanaan jalan, jembatan dan
SDA. Untuk melaksanakan tugas tersebut, bidang perencanaan mempunyai
fungsi:
a. Perencanaan kegiatan pengumpulan data bahan perumusan
program bimbingan perencanaan teknis jalan dan jembatan,
perencanaan peningkatan jalan, jembatan dan sumber daya air,
analisis dan penentuan pengembangan jaringan jalan, jembatan
dan sumber daya lain, penilaian, kinerja pelaksanaan pekerjaan,
kegiatan studi kelayakan, penelitian dan pendataan lapangan
Page 124
110
serta perencanaan teknis jalan, jembatan dan sumber daya air,
leger standarisasi dan dokumentasi.
b. Pelaksanaan pengumpulan, pengolahan, penganalisisan data
program bimbingan perencanaan teknis jalan dan jembatan,
analisis dan penentuan pengembangan jaringan jalan, jembatan
dan sumber daya lain, penilaian kinerja pelaksanaan pekerjaan,
kegiatan studi kelayakan, penelitian dan pendataan lapangan
serta perencanaan teknis, jembatan dan sumber daya air, leger
standarisasi dan dokumentasi.
c. Pelaksanaan kegiatan program teknis jalan dan jembatan, analisis
dan penentuan pengembangan jaringan jalan, jembatan dan
sumber daya lain, penilaian kinerja pelaksanaan pekerjaan,
kegiatan studi kelayakan, penelitian dan pendataan lapangan
serta perencanaan teknis, jembatan dan sumber daya air, leger
standarisasi dan dokumentasi.
d. Pelaksanaan koordinasi dengan instansi/lembaga lainnya terkait
program perencanaan teknis jalan dan jembatan perencanaan
peningkatan jalan, jembatan sumberdaya air, analisis dan
penentuan pengembangan jaringan jalan, jembatan dan sumber
daya lain, penilaian kinerja pelaksanaan pekerjaan, kegiatan studi
kelayakan, penelitian dan pendataan lapangan serta perencanaan
teknis, jembatan dan sumber daya air, leger standarisasi dan
dokumentasi.
e. Pelaksanaan Monitoring dan evaluasi serta Pelaporan Kegiatan
Dinas.
a. Seksi Perencanan Jalan dan Jembatan
Seksi Perencanan Jalan dan Jembatan mempunyai tugas
merencanakn, melaksankan pembinaan dan koordinasi kegiatan
perencanaan Jalan dan jembatan.
b. Seksi Perencanaan Sumber Day Air
Seksi Perencanaan Sumber Day Air mempunyai tugas merencanakan,
melaksanakan pembinaan dan koordinasi kegiatan perencanaan SDA.
c. Seksi Leger, Standarisasi dan Dokumentasi
Seksi Leger, Standarisasi dan Dokumentasi mempunyai tugas,
melaksanakan pembinaan, koordinasi serta pengawasan dan
pengendalian kegiatan perencanaan dan pemeliharaan jalan, jembatan
Page 125
111
dan sumber daya air.
4. Bidang Pembangunan dan Pemeliharaan
Bidang Pembangunan dan Pemeliharaan mempunyai tugas merencanakan,
melaksanakan pembinan dan koordinasi program pembangunan dan
pemeliharaan jalan dan jembaran.
Untuk melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud diatas bidang
pembangunan dan pemeliharaan mempunyai fungsi:
a. Perencanaan kegiatan pengumpulan data bahan perumusan
program bimbingan teknis pembangunan dan pemeliharaan jalan
dan jembatan, analisis pembangunan dan pemeliharaan jalan dan
jembatan untuk dikoordinasikan ke bidang perencanaan.
b. Pelaksanaan pengumpulan, pengolahan, pengolahan
penganalisisan data program bimbingan teknis pembangunan dan
pemeliharaan jalan dan jembatan, analisis pembangunan dan
pemeliharaan jalan dan jembatan dan jembatan untuk
dikoordinasikan ke bidang perencanaan.
c. Pelaksanaan kegiatn program bimbingan teknis pembangunan
dan pemeliharaan jalan dan jembatan, analisis pembangunan dan
pemeliharaan jalan dan jembatan dan jembatan untuk
dikoordinasikan ke bidang perencanaan.
d. Pelaksanaan koordinasi dengan instansi/lembaga lainnya terkait
program bimbingan teknis pembangunan dan pemeliharaan jalan
dan jembatan, analisis pembangunan dan pemeliharaan jalan dan
jembatan dan jembatan untuk dikoordinasikan ke bidang
perencanaan.
e. Pelaksanaan monitoring dan evaluasi serta pelaporan kegiatan
dinas.
A. Seksi pembangunan dan pemeliharaan Jalan
Seksi pembangunan dan pemeliharaan jalan mempunyai tugas
pembinan dan koordinasi kegiatan pembngunan dan pemeliharaan
jalan.
B. Seksi pembangunan dan Pemeliharaan Jembatan
Seksi pembangunan dan Pemeliharaan jembatan mempunyai tugas
Page 126
112
pembinaan dan koordinasi kegiatan pembangunan dan pemeliharaan
jembatan
C. Seksi Pembangunan dan Pemeliharan Sumber Daya Air
Seksi pembangunan dan pemeliharan SDA mempunyai tugas
pembinaan dan koordinasi kegiatan pembangunan dan pemeliharaan
SD.
5. Bidang Pengawasan dan Pengendalian
Bidang Pengawasan dan Pengendalian mempunyai tugas
melaksanakan pengawasan dan pengendalian perencanaan, pembangunan
dan pemeliharaaan jalan dan jembatan.
Untuk melaksanakan tugas tersebut, Bidang Pengawasan dan
Pengendalian mempunyai fungsi:
a. Perencanaan kegiatan pengumpulan data bahan perumusan
program dan petunjuk teknis pengawasan dan pemeliharaan
perencanaan, pembangunan dan pemeliharaan jalan, jembatan
dan sumber daya air, perijinan pemanfaatan ruang milik jalan
(RUMIJA) dan jembatan, penyuluhan, pemantauan rutin kondisi
jalan, jembatan dan sumber daya air sebagai input perencanaan,
penelaahan, penyusunan dan pengkajian serta Bina Marg dan
Pengairan dibidang teknis konstruksi jalan, jembatan dan sumber
daya air.
b. Pelaksanaan pengumpulan, pengolahan, penganalisisan data
program dan petunjuk teknis pengawasan dan pemeliharaan
perencanaan, pembangunan dan pemeliharaan jalan, jembatan
dan sumber daya air, perijinan pemanfaatan ruang milik jalan
(RUMIJA) dan jembatan, penyuluhan, pemantauan rutin kondisi
jalan, jembatan dan sumber daya air sebagai input perencanaan,
penelaahan, penyusunan dan pengkajian serta Bina Marg dan
Pengairan dibidang teknis konstruksi jalan, jembatan dan sumber
daya air.
c. Pelaksanaan kegiatan pengawasan dan pemeliharaan perencanaan
dan pemeliharaan jalan, jembatan dan sumber daya air, perijinan
pemanfaatan ruang milik jalan (RUMIJA) dan jembatan,
penyuluhan, pemantauan rutin kondisi jalan, jembatan dan
Page 127
113
sumber daya air sebagai input perencanaan, penelaahan,
penyusunan dan pengkajian serta Bina Marg dan Pengairan
dibidang teknis konstruksi jalan, jembatan dan sumber daya air.
d. Pelaksanaan koordinasi dengan instansi/lembaga lainnya terkait
dengan kegiatan pengawasan dan pemeliharaan perencanaan dan
pemeliharaan jalan, jembatan dan sumber daya air, perijinan
pemanfaatan ruang milik jalan (RUMIJA) dan jembatan,
penyuluhan, pemantauan rutin kondisi jalan, jembatan dan
sumber daya air sebagai input perencanaan, penelaahan,
penyusunan dan pengkajian serta Bina Marg dan Pengairan
dibidang teknis konstruksi jalan, jembatan dan sumber daya air.
e. Pelaksanaan Monitoring dan evaluasi serta pelaporan kegiatan
dinas.
a. Seksi pengawasan dan pengendalian Jalan dan Jembatan
Seksi pengawasan dan pengendalian jalan mempunyai tugas
melaksanakan pembinaan, koordinasi serta pengawasan dan
pengendalian kegiatan perencanaan, pembangunan dan
pemeliharaan jalan dan jembatan.
b. Seksi Pengawasan dan Pengendalian SDA
Seksi Pengawasan dan Pengendalian SDA mempunyai tugas
melaksanakan pembinaan, koordinasi serta pengawasan dan
pengendalian kegiatan perencanaan, pembangunan dan
pemeliharaan SDA.
6. Bidang Monitoring dan Evaluasi
Bidang Monitoring dan Evaluasi mempunyai tugas merencankn,
melaksanakan pengawasan dan evaluasi perencanaan,
pembangunan/pemeliharaan dan pemanfaatan.
Untuk melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud diatas, bidang
monitoring dan evaluasi dan evaluasi mempunyai fungsi:
a. Perencanaan kegiatan pengumpulan data bahan perumusan
program dan petunjuk teknis pengawasan dan pemeliharaan
perencanaan, pembangunan dan pemeliharaan jalan, jembatan
dan sumber daya air, perijinan pemanfataan ruang milik jalan
Page 128
114
(RUMIJ) dan jembatan, penyuluhan, pemantauan rutin kondisi
jalan, jembatan dan sumber daya air sebagai input perencanan,
penelaahan, penyusunan dan pengkajian serta Bina Marga dan
Pengairan dibidang teknis konstruksi jalan, jembatan dan sumber
daya air.
b. Pelaksanaan, pengumpulan, pengolahan, penganalisaan data
program dan petunjuk teknis pengawasan dan pemeliharaan
perencanaan, pembangunan dan pemeliharaan jalan, jembatan
dan sumber daya air, perijinan pemanfataan ruang milik jalan
(RUMIJ) dan jembatan, penyuluhan, pemantauan rutin kondisi
jalan, jembatan dan sumber daya air sebagai input perencanan,
penelaahan, penyusunan dan pengkajian serta Bina Marga dan
Pengairan dibidang teknis konstruksi jalan, jembatan dan sumber
daya air.
c. Pelaksanaan program dan petunjuk teknis pengawasan dan
pemeliharaan perencanaan, pembangunan dan pemeliharaan
jalan, jembatan dan sumber daya air, perijinan pemanfataan
ruang milik jalan (RUMIJ) dan jembatan, penyuluhan,
pemantauan rutin kondisi jalan, jembatan dan sumber daya air
sebagai input perencanan, penelaahan, penyusunan dan
pengkajian serta Bina Marga dan Pengairan dibidang teknis
konstruksi jalan, jembatan dan sumber daya air.
d. Pelaksanaan Koordinasi dengan instansi/lembaga lainnya terkait
program dan petunjuk teknis pengawasan dan pemeliharaan
perencanaan, pembangunan dan pemeliharaan jalan, jembatan
dan sumber daya air, perijinan pemanfataan ruang milik jalan
(RUMIJ) dan jembatan, penyuluhan, pemantauan rutin kondisi
jalan, jembatan dan sumber daya air sebagai input perencanan,
penelaahan, penyusunan dan pengkajian serta Bina Marga dan
Pengairan dibidang teknis konstruksi jalan, jembatan dan sumber
daya air.
e. Pelaksanaan Monitoring dan evaluasi serta Pelaporan Kegiatan
Dinas.
7. Unit Pelaksanaan Teknis
UPT dibentuk berdasarkan kriteria adanya pekerjaan yang bersifat
teknis, operasional dan pemeliharaan tertentu karena wilayah kerja dan
Page 129
115
bersifat darurat.
4.1.3 Gambaran Umum Kecamatan Kresek
Kecamatan Kresek adalah sebuah kecamatan di bagian utara Kabupaten
Tangerang dan secara administratif terdiri dari Sembilan desa dengan luas
wilayah 29,970 Kilometer Persegi, luas kecamatan kresek hanya 2,91 persen dari
luas wilayah kabupaten tangerang. Desa-desa yang berada dalam wilayah
kecamatan kresek meliputi Desa Koper, Desa Patrasana, Desa Pasirampo, Desa
Renged, Desa Jengkol, Desa Kemuning, Desa Rancailat, Desa Talok Dan ,Desa
Kresek.
Desa Kemuning Adalah Desa Yang Terluas Di Kecamatan Kresek dengan
luas wilayah 4,480 kilometer persegi atau 16,02 persen dari luas wilayah
kecamatan kresek. Sedangkan desa koper memiliki luas wilayah yang terkecil
yaitu sebesar 2,290 kilometer persegi atau 8,19 persen dari wilayah kecamatan
kresek.(sumber: Badan Pusat Statistik Kab.Tangerang 2015, 15 Mei 2016).
Secara geografis, Kecamatan Kresek berada di ujung Barat sebelah utara dari
Kabupaten Tangerang. Wilayahnya berbatasan dengan kecamatan Sukamulya di
sebelah timur, Gunung Kaler (pemekaran kecamatan Kresek) sebelah Utara.
Sedangkan sungai Cidurian di sebelah barat menjadi batas antara Kresek dan
kecamatan Binuang yang masuk wilayah Kabupaten Serangdalam rencana Tata
Ruang Wilayah Kab.Tangerang Bahwa Kec.Kresek di fokuskan sebagi area
pertanian.
Page 130
116
Gambar 4.4
Peta Daerah Kec.Kresek
Dari peta diatas peneliti menunjukan sungai cidurian yang melewati
Kec.Kresek yang melewati empat desa yang pertama melewati Desa Koper, Desa
Pasirampo, Desa Patrasana dan Desa Renged. Ke empat daerah tersebut wilayah
rawan banjir di Kec.Kresek yang di akibatkan meluapnya sungai cidurian tersebut,
karena pemukiman masyarakat berdekatan dengan sungai cidurian menjadi daerah
rawan banjir di setiap tahunya, untuk banjir pada tahun 2017 berada di Desa Koper
dengan jumlah 200 kepala Keluarga, banjir tersebut di karenakan meluapnya sungai
cidurian.
Rawan banjir Ds.Koper
Rawan Banjir Ds.Renged
Rawan banjir Ds.
Patrasana
Sungai
cidurian
Rawan banjir
Ds.Pasirampo
Rawan
banjir
Ds.Jengkol
Hulu sungai Cidurian di Kec.Kresek
Hilir sungai cidurian di Kec.Kresek
Page 131
117
Pengaturan penyelenggaraan Kecamatan baik dari sisi pembentukan,
kedudukan, tugas dan fungsinya secara legalistik diatur dengan Peraturan
Pemerintah. Kecamatan mengemban pula penyelenggaraan tugas-tugas umum
pemerintahan yang dilimpahkan oleh Bupati untuk menangani sebagian urusan
otonomi daerah.
Kecamatan selain melaksanakan tugas diatas menyelenggarakan fungsi:
a. Mengkoordinasikan kegiatan pemberdayaan masyarakat,
b. Mengkoordinasikan upaya penyelenggaraan ketentraman dan ketertiban
umum,
c. Mengkoordinasikan penerapan dan penegakan peraturan perundang-
undangan,
d. Mengkoordinasikan pemeliharaan sarana dan fasilitas pelayanan umum,
e. Mengkoordinasikan penyelenggaraan kegiatan pemerintah di tingkat
kecamatan,
f. Membina penyelenggaraan pemerintah desa dan / atau Kelurahan,
g. Melaksanakan pelayanan masyarakat yang menjadi ruang lingkup
tugasnya dan / atau yang belum dapat dilaksanakan Pemerintah Desa atau
Kelurahan.
Kecamatan kresek, sebagai lembaga pada Pemerintahan Kab.Tangerang yang
bertanggung jawab dan bertugas mengelola bidang pemerintahan umum,
pembangunan dan kemasyarakatan serta mempunyai fungsi seperti diatas, dan akan
Page 132
118
terus menjembatani setiap langkah dan kegiatan dalam rangka peningkatan
pelayanan pada masyarakat di Kecamatan Kresek.
Dalam menjalankan tugas dan fungsinya, Kecamatan Kresek memiliki Visi
dan Misi sebagai berikut:
a) Visi Kecamatan Kresek
Melihat pada kondisi dan tantangan yang dihadapi tahun 2016 serta
mempertingbangkan potensi dan harapan dari masyarakat kecamatan
kresek maka visi kecamatan kresek adalah“Mewujudkan Masyarakat
Kresek Yang Cerdas, Makmur, Religius Berwawasan Lingkungan dan
Berorientasi pada Kualitas Pelayanan Publik”
b) Misi Kecamatan Kresek:
1. Mewujudkan Birokrasi Pemerintahan yang bersih, profesional,
berwibawa, amanah, transparan, dan bertanggungjawab serta
akuntabel
2. Meningkatkan Infrastruktur Dasar yang merujuk pada pengembangan
tata ruang dan lingkungan pemukiman yang lestari, hijau, indah,
nyaman dan sehat
3. Peningkatan kualitas SDM yang maju, cerdas, sehat, produktif,
partisipatif dan kompetitip
4. Memelihara ketentraman dan ketertiban masyarakat
Kemudian susunan organisasi Kecamatan Kresek menurut Peraturan Bupati
Kab.Tangerang Nomor 61 Tahun 2010 tentang Rincian Tugas, Fungsi dan Tata Kerja
Kecamatan Dilingkungan Pemerintah Kabupaten Tangerang. Organisasi Perangkat
Daerah Tugas Pokok Dan Fungsi Kecamatan dan Kelurahan Kab.Tangerang,terdiri
dari:
Page 133
119
a) Unsur pimpinan adalah Camat
b) Unsur pembantu pimpinan adalah Sekretariat Kecamatan
1. Sub Bagian Keuangan
2. Sub Bagian Umum dan Kepegawaian
3. Sub Bagian Program, Evaluasi dan Pelaporan
c) Unsur pelaksana adalah Seksi, terdiri dari:
1. Seksi Kesejahteraan Sosial
2. Seksi Pemberdayaan Masyarakat dan Desa/ Kelurahan
3. Seksi Pemerintahan
4. Seksi Ekonomi dan Pembangunan
5. Seksi Ketentraman dan Ketertiban
Hasil proyeksi penduduk pertengahan 2015 menunjukan peningkatan jumlah
penduduk di Kec.Kresek. Jumlah penduduk Kec.Kresek 64.782 jiwa. Terdiri dari
32.833 jiwa laki-laki dan 31.899 jiwa perempuan. Persentase penduduk Kec.Kresek
pada tahun 2014 mencapai 2.008 persen dari total penduduk Kab.Tangerang yang
berjumlah 3.226.842 jiwa.
Dengan luas wilayah Kec.Kresek sekitar 27.290 Kilometer persegi yang
didiami oleh 64.782 jiwa maka rata-rata tingkat kepadatan penduduk Kec.Kresek
sebanyak 2.316 kilometer persegi.
4.2 Deskripsi Data
Deskripsi data penelitian merupakan penjelasan mengenai data yang telah
didapatkan dari hasil observasi yang telah dilakukan oleh peneliti, selama proses
Page 134
120
penelitian berlangsung. Dalam penelitian mengenai Implementasi Peraturan Daerah
Kab.Tangerang no 13 Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang wilayah
Kab.Tangerang Tahun 2001-2031 (studi kasus sistem pengendalian banjir di
kec.kresek). Menggunakan teori Implementasi Kebijakan Publik menurut Van Metter
dan Van Horn, meliputi:
1. Ukuran dan tujuan kebijakan
2. Sumberdaya
3. Karakteristik agen pelaksana
4. Komunikasi antara organisasi dan aktivitas pelaksana
5. Sikap atau kecenderungan (disposition) para pelaksana
6. Lingkungan ekonomi, sosial dan politik
Adapun data yang peneliti dapatkan lebih banyak berupa kata-kata, kalimat
dari kebijakan pemerintah Kab.Tangerang tentang Rencana Tata Ruang Wilayah
Kab.Tangerang terkait system pengendali banjir di Kec.Kresek, baik dari hasil
wawancara dengan informan penelitian, hasil observasi lapangan, catatan lapangan
penelitian, atau hasil dokumentasi lainnya, yang relevan dengan fokus penelitian ini.
Proses pencarian dan pengumpulan data yang dilakukan peneliti secara investigasi di
mana peneliti melakukan wawancara dengan sejumlah informan yang berkaitan
dengan masalah dalam penelitian ini, sehingga peneliti mendapatkan informasi yang
sesuai dengan yang diharapkan. Informan dalam penelitian ini, peneliti telah
Page 135
121
menentukan informan dari awal dengan menggunakan teknik purposive.Teknik
Purposiveadalah teknik pengambilan sumber data langsung pada sasaran atau tujuan.
Data-data yang peneliti dapatkan adalah data yang berkaitan dengan kebijakan
pemerintah Kab.Tangerang tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kab.Tangerang
terkait system pengendali banjir di Kec.Kresekyang ada. Hasil yang diperoleh dari
wawancara, observasi lapangan dan kajian pustaka kemudian dibentuk secara tertulis
dengan dibentuk pola serta dibuat kode-kode pada aspek tertentu berdasarkan
jawaban-jawaban yang sama dan berkaitan dengan pembahasan permasalahan
penelitian serta dilakukan kategorisasi. Dalam menyusun jawaban hasil wawancara,
peneliti memberikan kode-kode sebagai berikut:
1. Kode Q1,2,3 dan seterusnya untuk menunjukan item pertanyaan
2. Kode A untuk menunjukan item jawaban
3. Kode I1.1 untuk menunjukanKasie Pembangunan dan Pemeliharaan Sumber
Daya Air Dinas Bina Marga & SDA Kab.Tangerang
4. Kode I1.2 untuk menunjukanMantan Kepala UPT Pelayanan Terpadu III
Kab.Tangerang (Cidurian Hilir) periode 2015-2017
5. Kode I1.3 untuk menunjukan Kepala UPT Pelayanan Terpadu III
Kab.Tangerang (Cidurian Hilir)
6. Kode I1.4untuk menunjukan Kasie Perencanaan Umum Balai Besar Wilayah
Sungai Cidanau-Ciujung-Cidurian
7. Kode I1.5 untuk menunjukan Pelaksana Teknis PPK Perencanaan Balai Besar
Wilayah Sungai Ciliwung-Cisadane
8. Kode I2.1untuk menunjukan Sekretaris Kecamatan Kresek
9. Kode I2.2 untuk menunjukan Sekretaris Desa Patrasana
10. Kode I2.3 untuk menunjukan Kepala Desa Pasirampo
11. Kode I2.4 untuk menunjukan Sekertaris Desa Koper
12. Kode I3.1untuk menunjukan Tokoh Masyarakat/ Ketua RT 01
Ds.Pasirampo
13. Kode I3.2untuk menunjukan Masyarakat Ds.Pasirampo yang terkena
dampak banjir
Page 136
122
14. Kode I3.3untuk menunjukan Masyarakat Ds.Patrasana Kp. Asemuda Rt
013/005yang terkena dampak banjir
4.2.1. Deskripsi Informan Penelitian
Pada penelitian mengenai ImplementasiPeraturan Daerah Kab.Tangerang no
13 Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang wilayah Kab.Tangerang Tahun 2001-
2031 (studi kasus sistem pengendalian banjir di kec.kresek), dalam menentukan
informan peneliti menggunakan teknik purposive merupakan teknik penentuan
informan dengan berdasarkan pada kriteria-kriteria tertentu yang disesuaikan dengan
informasi yang dibutuhkan. Adapun informan-informan yang peneliti tentukan,
merupakan orang-orang yang menurut peneliti ahli atau mengetahui banyak mengenai
pelaksanaan system pengendali banjir. Dalam penelitian mereka (informan) adalah
orang-orang yang kesehariannya berurusan dengan permasalahan yang sedang peneliti
teliti.
Informan dalam penelitian ini adalah orang-orang yang terikat dalam
kebijakan Peraturan Daerah Kab.Tangerang no 13 Tahun 2011 tentang Rencana Tata
Ruang wilayah Kab.Tangerang Tahun 2001-2031 (studi kasus sistem pengendalian
banjir di kec.kresek) diantaranya, sebagai objek penerima Kecamatan Kresek,Desa
yang terdampak banjir dan subjek pelaksana Dinas Bina Marga & Sumber Daya Air
Kab.Tangerang, Balai Besar wilayah sungai Ciliwung-cisadane, Balai besar wilayah
sungai cidanau-ciujung-cidurian dan Unit Pelayanan Terpadu III Dinas Bina Marga &
SDA Kab.Tangerang dan pihak-pihak lain yang terlibat. Untuk keabsahan data dan
Page 137
123
untuk menggali secara mendalam mengenai penelitian ini, maka peneliti mengambil
informan dari beberapa masyarakat yang terdampak banjir tokoh masyarakat terkait
yang telah peneliti tentukan sebelumnya yang peneliti temui. Berikut informan yang
telah bersedia diwawancarai adalah:
Tabel 4.1
Informan Penelitian
NO Informan Penelitian Kode
Informan Keterangan
1 Agung Rumedi, ST I.1.1
Kasie Pembangunan dan
Pemeliharaan Sumber
Daya Air Dinas Bina
Marga & SDA
Kab.Tangerang
2 Edwin Saidi, ST I.1.2
Mantan Kepala UPT
Pelayanan Terpadu III
Kab.Tangerang (Cidurian
Hilir) periode 2015-2017
3 Rasidi Evendi, ST I..1 3
Kepala UPT Pelayanan
Terpadu III
Kab.Tangerang (Cidurian
Hilir)
4 Santi Marhni, ST I.1 4
Kasie Perencanaan Umum
Balai Besar Wilayah
Sungai Cidanau-Ciujung-
Cidurian
5 Vicie Puspasari, ST I.1 5 Pelaksana Teknis PPK
Page 138
124
(Sumber: Peneliti, 2016)
4.2.2. Analisis Data
Analisis data yang digunakan dalam penelitian Implementasi Peraturan Daerah
Kab.Tangerang no 13 Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang wilayah
Kab.Tangerang Tahun 2001-2031 (studi kasus sistem pengendalian banjir di
kec.kresek) menggunakan Model analisis data menurut Miles dan Huberman, yang
mana prosesnya mencakup beberapa langkah, yaitu yang pertama data collection
(pengumpulan data). Pada penelitian mengenai Implementasi Peraturan Daerah
Kab.Tangerang no 13 Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang wilayah
Kab.Tangerang Tahun 2001-2031 (studi kasus sistem pengendalian banjir di
kec.kresek), dalam tahap pengumpulan data dilakukan dengan reviewkegiatan yang
Perencanaan Balai Besar
Wilayah Sungai Ciliwung-
Cisadane
6 Dadan Sudrajat I.2 1
Sekretaris Kecamatan
Kresek
7 Nuryaman, SE I.2 2 Sekertaris Desa Patrasana
8 Janta I.2 3 Kepala Desa Pasirampo
9 Suhada I.2 4 Sekertaris Desa Koper
10 Samsuri I.3 1 Ketua Rw 01 Desa
Pasirampo
11 Ahmadi I.3 2 Masyarakat Pasirampo
12 Risman I.3 3
Masyarakat Ds.Patrasana
Kp. Asemuda Rt 013/005
Page 139
125
ada, wawancara, observasi, pengumpulan data melalui kajian pustaka dan
dokumentasi. Hal ini dilakukan agar data yang didapatkan dalam penelitian ini valid
dan dapat dipertanggungjawabkan.
Langkah selanjutnya yaitu data reduction (reduksi data). Reduksi data artinya
merangkum atau memilih hal-hal yang pokok dan memfokuskan hal yang sama
penting. Dalam penelitian mengenai Implementasi Peraturan Daerah Kab.Tangerang
no 13 Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang wilayah Kab.Tangerang Tahun 2001-
2031 (studi kasus sistem pengendalian banjir di kec.kresek), pada tahap reduksi data
dilakukan dengan cara membaca ulang data-data yang didapatkan saat pengumpulan
data, dan memilih data-data yang sesuai dengan fokus penelitian untuk kemudian
disajikan.
Kemudian langkah selanjutnya adalah data display (penyajian data). Penelitian
mengenai Implementasi Peraturan Daerah Kab.Tangerang no 13 Tahun 2011 tentang
Rencana Tata Ruang wilayah Kab.Tangerang Tahun 2001-2031 (studi kasus sistem
pengendalian banjir di kec.kresek), dalam tahap penyajian data dalam penelitian
kualitatif dilakukan secara sistematis dan dalam bentuk uraian singkat, bagan, kategori
dan disajikan berupa teks naratif. Dengan mendisplay data dapat mudah memahami
masalah apa yang terjadi.
Langkah keempat yakni melakukan penarikan kesimpulan dan verifikasi.
Dalam penarikan kesimpulan didukung dengan bukti-bukti yang kuat berupa data
yang valid dan temuan di lapangan. Dengan menghubungkan hasil observasi,
Page 140
126
wawancara, studi dokumentasi dan data-data yang ada kemudian dapat ditarik sebuah
kesimpulan yang dapat dipertangungjawabkan.
4.3 Sistem Pengendali Banjir di Kec.Kresek Kabupaten Tangerang
Dalam sistem pengendalian banjir Di Kec.Kresek Kab.Tangerang yang
dilakukan oleh para stakeholder pelaksana mengacu kepada Peraturan Menteri PU no
9/PRT/M/2009 huruf h, yang disesuaikan dengan kondisi yang ada di Kec.Kresek
khususnya di desa-desa yang sering terkena dampak banjir seperti Desa pasirampo,
Desa koper, Desa patrasana dan Desa renged. peneliti menyesuikan dengan isi Perda
Kab.Tangerang tentang Rencana Tata Ruang Wilayah terkait sistem pengendalian
banjir di Kec.Kresek upaya yang di lakukan Dinas Bina Marga & SDA
Kab.Tangerang selaku pemilik wilayah pemilik kewenangan terkait rehabilitasi
sungai-sungai tersier dalam hal ini drainase dan pembuang dan (BBWSC-2) balai
besar wilayah sungai ciliwung-cisadaneselaku pemilik kewenangan yang mengelola
situ yang ada di Kab.Tangerang dan di wilayah Kec.Kresek sedangkan (BBWSC-3)
balai besar wilayah sungai cidanau-ciujung-cidurian,selaku pemilik kewenangan
pengelolaan sungai cidurian dan UPT III cidurian hilir memiliki wewenang sebagai
pemelihara sungai cidurian hilir para stakeholder pelaksana tersebut melaksanakan
Peraturan Daerah Kab.Tangerang Tentang Rencana Tata Ruang wilayah terkait
sistem pengendalian banjir mengacu kepada Peraturan Menteri PU no
09/PRT/M/2009 huruf h pengendalian daya rusak air.
Page 141
127
1. Pengendalian banjir mengutamakan pendekatan non-struktur melalaui
konservasi sumber daya air dan pengelolaan daerah aliran sungai dengan
memperhatikan keterpaduan dengan ruang wilayah.
2. Peningkatan partisipasi masyarakat dan kemitraan di antara pemangku
kepentingan terus di upayakan tidak hanya pada saat banjir.
3. Pengendalian banjir di utamakan pada wilayah padat dan strategis.
Poin pertama peraturan menteri PU 09/PRT/M/2009 huruf h
pengendalian daya rusak air, dilakukan oleh pengelola sumber daya air sungai
cidurian yaitu (BBWSC-3) balai besar wilayah sungai cidanau-ciujung-
cidurian, dalam mengendalikan banjir BBWSC-3 menggunakan metode non-
struktur melalui konservasi sumber daya air di wilayah hulu hingga hilir
sungai cidurian. Metode non-struktur dilakukan di wilayah sungai cidurian
untuk menjaga kelestarian alam dan lingkungan dengan cara yaitu:Analisis
pengendalian banjir dengan tidak menggunakan bangunanpengendali akan
memberikan pengaruh cukup baik terhadap regim sungai.
Contoh aktivitas penanganan tanpa bangunan adalah sebagai berikut :
1. Pengelolaan DAS
Pengelolaan DAS berhubungan erat dengan peraturan, pelaksanaan
danpelatihan. Kegiatan penggunaan lahan dimaksudkan untuk menghemat dan
menyimpan air dan konservasi tanah. Pengelolaan DAS mencakup
aktifitasaktifitas berikut ini :
1) Pemeliharaan vegetasi di bagian hulu DAS
Page 142
128
2) Penanganan vegetasi untuk mengendalikan kecepatan aliran air dan erosi
tanah.
3) Pemeliharaan vegetasi alam, atau penanaman vegetasi tahan air yang tepat,
sepanjang tanggul drainasi, saluran-saluran dan daerah lain untuk
pengendalian aliran yang berlebihan atau erosi tanah.
4) Mengatur secara khusus bangunan-bangunan pengendali banjir (missal
chek dam) sepanjang dasar aliran yang mudah tererosi.
5) Pengelolaan khusus untuk mengatisipasi aliran sedimen yang
dihasilkandari kegiatan gunung berapi.
2. Pengaturan Tata Guna Lahan
Pengaturan tata guna tanah di daerah aliran sungai, ditujukan
untukmengatur penggunaan lahan, sesuai dengan rencana pola tata ruang
wilayah yang ada. Hal ini untuk menghindari penggunaan lahan yang tidak
terkendali, sehingga mengakibatkan kerusakan daerah aliran sungai yang
merupakan daerah tadah hujan. Pada dasarnya pengaturan penggunaan lahan
di daerah aliran sungai dimaksudkan untuk :
a. Untuk memperbaiki kondisi hidrologis DAS, sehingga tidakmenimbulkan
banjir pada musim hujan dan kekeringan pada musimkemarau.
b. Untuk menekan laju erosi DAS yang berlebihan, sehingga dapatmenekan
laju sedimentasi pada alur sungai di bagian hilir.
3. Pengendalian Erosi
Page 143
129
Sedimen di suatu potongan melintang sungai merupakan hasil erosi di
daerah aliran di hulu potongan tersebut dan sedimen tersebut terbawa oleh
aliran dari tempat erosi terjadi menuju penampang melintang itu. Oleh karena
itu kajian pengendalian erosi dan sedimen juga berdasarkan kedua hal tersebut
di atas, yaitu berdasarkan kajian supply limited dari DAS atau kapasitas
transport dari sungai. Faktor pengelolaan penanaman memberikan andil yang
paling besar dalam mengurangi laju erosi. Jenis dan kondisi semak (bush) dan
tanaman pelindung yang bisa memberikan peneduh (canopy) untuk tanaman
di bawahnya cukup besar dampaknya terhadap laju erosi. Pengertian ini secara
lebih spesifik menyatakan bahwa dengan pengelolaan tanaman yang benar
sesuai kaidah teknis berarti dapat menekan laju erosi yang signifikan.
4. Pengembangan Daerah Banjir
Ada 4 strategi dasar untuk pengembangan daerah banjir yang meliputi
:
1) Modifikasi kerentanan dan kerugian banjir (penentuan zona atau
pengaturan tata guna lahan).
2) Pengaturan peningkatan kapasitas alam untuk dijaga kelestariannyaeperti
pe sepereti penghijauan.
3) Modifikasi dampak banjir dengan penggunaan teknik mitigasi
sepertiasuransi, penghindaran banjir (flood proofing).
4) Modifikasi banjir yang terjadi (pengurangan) dengan bangunan pengontrol
(waduk) atau normalisasi sungai.
Page 144
130
5. Pengaturan Daerah Banjir
Pada kegiatan ini dapat meliputi seluruh kegiatan dalam perencanaan
dantindakan yang diperlukan untuk menentukan kegiatan, implementasi,
revisi perbaikan rencana, pelaksanaan dan pengawasan secara keseluruhan
aktivitas di daerah dataran banjir yang diharapkan berguna dan bermanfaat
untuk masyarakat di daerah tersebut, dalam rangka menekan kerugian
akibat banjir. Kadang - kadang kita dikaburkan adanya istilah flood plain
management dan flood control, bahwa manajemen di sini dimaksudkan
hanya untuk pengaturan penggunaan lahan (land use) sehubungan dengan
banjir dan flood controluntuk pengendalian mengatasi secara keseluruhan.
Demikian pula antara floodplain zoning dan flood plain regulation, zoning
hanya merupakan salah satu cara pengaturan dan merupakan bagian dari
manajemen daerah dataran banjir. Manajemen daerah dataran banjir pada
dasarnya bertujuan untuk :
a. Meminimumkan korban jiwa, kerugian maupun kesulitan yang diakibatkan
oleh banjir yang akan terjadi.
b. Merupakan suatu usaha untuk mengoptimalkan penggunaan lahan di daerah
dataran banjir dimasa mendatang, yaitu memperhatikan
keuntunganindividu ataupun masyarakat sehubungan dengan biaya yang
dikeluarkan.(Robert J. Kodoatie,”Penanganan Bencana Terpadu”)
Point kedua peraturan menteri PU 09/PRT/M/2009 huruf h pengendalian daya
rusak air, meningkatkan partisipasi masyarakat dalam mengurangi penyebab banjir
Page 145
131
memang kesadaran masyarakat belum menyadari betapa pentingnya menjaga
lingungan sungai dari sampah rumah tangga ataupun rumput yang ada di areal sungai,
masih terlihat perilaku masyarakat di wilayah kec.kresek yang terken banjir masih
membuang sampah ke sungai kecil dan sungai cidurian.
Tanggal 19 Mei 2017, Pukul 10:31
Wib, Kp.Gangsa Desa Pasirampo
Tanggal 22 April 2017, Pukul 14:19
Wib, Kp .Sepang Desa Pasirampo
Tanggal 15 Mei 2017, Pukul 09:45
Wib Kp.Songgom Desa Koper
Tanggal 22 April 2017, Pukul 14:19
Wib, Kp.Sepang Desa Pasirampo
Sumber Peneliti 2017
Page 146
132
Di lihat dari Kondisi di lapangan partisipasi masyarakat dalam membersihkan
kondisi sungai adapun tidak terlihat karena peneliti melihat secara langsung dan
kondisi yang ada bahwa tidak ada pembersihan dari rumput-rumput yang dapat
mengganggu aliran air dan merawat kondisi sungai yang telah di rehabilitasi karena
masyarakat tidak menyaari pentingnya menjaga kebersihan lingkunganya sendiri dan
dari informasi yang di dapat seharusnya pemeliharaan drainase yang telah dibuat
sebagaian besar mengandalkan pihak pemerintah untuk menjaga dan merawat
drainase tersebut, serta adanya kerjabakti yang dilakukan oleh masyarakat itu sendiri.
Seharusnya masyarakat sekitar yang harus menjaga dan merawat drainase yang telah
diperbaiki, itu merupakan hal yang paling utama karena ketika kondisi drainase
terawat dengan baik air hujan tidak tergenang terlalu lama dan langsung ke sungai
besar itu yang diharapkan dari rehabilitasi drainase sebagai pengendali banjir, walau
tidak semua masyarakat yang tidak menyadari pentingnya menjaga lingkungan
kondisi sungai yang ada.
Terkait kemitraan diantara kepentingan terus di upayakan tidak hanya pada saat
banjir, dalam pengendalian banjir di Kec.Kresek Kab.Tangerang ada empat
stakeholder pelaksana pengendalian banjir yang pertama pihak Pemerintah
Kab.Tangerang selaku pemilik wilayah yang mempunyai kewenangan mengelola Das
di bawah 1000 Ha dan sungai-sungai tersier yang kedua BBWSC-2 ciliwung-
cisadane yang mempunyai kewenangan mengelola Das dan situ 3000 Ha keatas yang
berada di wilayah administatif Kab.Tangerang selaku pemilik wilayah termasuk situ
Page 147
133
yang berada di Kec.Kresek seperti situ patrasana, situ situ garukgak, situ gabus dan
situ tamiang sedangkan BBWSC-3 cidanau-ciujung-cidurian yang mempunyai
kewenangan mengelola sungai cidurian hulu hingga hilir yang melewati
Kab.Tangerang seperti Kec.Kresek Kec.Gunung Kaler, Kec.Kronjo dan UPT III
Dinas Bina Marga & SDA Kab.Tangerang bertugas memelihara kondisi sungai yang
berada di cidurian hilir.
Tanggal 27 Maret 2017, Pukul 17:39 Tanggal 27 Maret 2017,Pukul 17:39
Tanggl 13 Februari 2017, Pukul 14:52 Tanggal 13 Februari 2017,Pukul 14:52
Page 148
134
Sumber Peneliti 2017
Dokumentasi diambil pada tanggal 13 Februari 2017, pukul 14:52 wib di
Kp.asemuda Desa Patrasana Kec.Kresek. Gambar tersebut menunjukan bahwa air
sungai cidurian telah mengakibatkan abrasi di samping sungai cidurian akibatnya
jalan penghubung Desa tersebut runtuh karena tanah tidak dapat menahan air sungai
cidurian yang meluap, dari informasi yang peneliti dapat dari Sekertaris Desa
Patrasana bahwa sepanjang 5 Km samping atau pinggiran sungai cidurian di wilayah
Desa Patrasana belum di tanggul. Pihak Desa Patrasana pun telah mengajukan perihal
kondisi tersebut dalam musrenbang kecamatan yang di hadiri pihak pemerintah
seperti badan perencanaan pembangunan daerah Kab.Tangerang dan para anggota
DPRD Kab.Tangerang, dari informasi yang peneliti dapatkan bahwa usulan dari
pihak desa belum ada realisasi karena menurut Sekertaris Desa Patrasana kondisi
tersebut kewenangan Balai Besar Wilayah Sungai Cidanau-ciujung-cidurian.
Seharusnya keempat stakeholder pelaksana tersebut bekerja sama dan saling
berkoordinasi untuk mengurangi daya rusak air yang mengakibatkan banjir di
wilayah Kec.Kresek Kab.Tangerang,
Point ketiga peraturan menteri PU 09/PRT/M/2009 huruf h pengendalian daya
rusak air, pengendalian banjir di utamakan pada wilayah padat dan stategis
pengendalian banjir di wilayah yang padat di wilayah Kec.Kresek Khususnya Di
Desa-Desa Yang Sering Terkena Banjir Dilakukan Oleh Dinas Bina Marga& SDA
Kab.Tangerang dengan merehabilitasi saluran drainase di wilayah Desa yang padat
Page 149
135
dan sering terkena banjir karena wilayah tersebut menjadi prioritas utama dalam
pengendalian banjir di wilayah Kec.Kresek Kab.Tangerang bisa dilihat secara
langsung oleh peneliti bahwa kondisi drainase yang ada sudah di rehabilitasi.
Tanggal 22 April 2017, Pukul 14:19 Wib, Kp.Sepang Desa Pasirampo
Sumber Peneliti 2017
Untuk wilayah strategis yang sering terdampak banjir adalah wilayah yang
padat di sekitar wilayah sungai cidurian dan wilayah strategis kec.kresek seperti
wilayah pusat perekonomian dan administrasi wilayah Desa Kresek tidak terkena
banjir karena wilayah tersebut berada di dataran yang tinggi dan jauh dari sungai
cidurian, untuk keseluruhan wilayah strategis wilayah Kecamatan Kresek di fokuskan
pertanian bukan industri dan perumahan. para pelaksana sistem pengendalian banjir
Page 150
136
di Kecamatan Kresek Kabupaten Tangerang mengacu kepada Peraturan Menteri PU
09/PRT/M/2009 huruf h pengendalian daya rusak air dan melaksanakan amanat yang
telah di buat dalan Peraturan Daerah No 13 Tahun 2011 Tentang Rencana Tata Ruang
Wilayah Kab.Tangerang Tahun 2011-2031 Pasal 35 Sistem Pengendalian Banjir
Khususnya Di Kec.Kresek implementasi perda tersebut belum semuanya di
laksanakan karena perbedaan kewenangan, kurangnya anggaran dan perlu adanya
pengkajian ulang serta sulitnya realisasi program pembangunan yang diusulkan oleh
masyarakat maupun pihak Desa dan Kecamatan Kresek sendiri.
Temuan lapangan yang peneliti temukan dalam penelitian, bahwa pelaksanaan
pembangunan sarana prasarana infrastuktur pengendalian banjir di Kec.Kresek yang
peneliti dapatkan dari hasil wawancara dengan salah satu informan, bahwa
pelaksanaan pembangunan pengendalian banjir pembuatan tanggul cidurian terdapat
hal yang menyimpang dari seharusnya, seperti pelaksaan pembagunan tanggul
cidurian yang di tender kan oleh pihak pemerintah pusat untuk pembangunan tanggul
cidurian pihak pemborong proyek yang menerima atau yang memenangkan tender
perbaikan tanggul cidurian dari hasil wawancara dengan salah satu perangkat desa
bahwa pemborong proyek pertama yang menerima perintah langsung dari pemerintah
pusat/Balai besar wilayah sungai cidanau-ciujung-cidurian sering di limpahkan atau
di jual kembali tender tersebut ke pemborong lain untuk pelaksanaan
pembangunanya, sehingga kualitas dari bahan-bahan perbaikan tanggul cidurian pun
berkurang, karena pihak ketiga atau pemborong tersebut meminimalisir bahan-bahan
Page 151
137
pembangunan tersebut agar keuntungan yang di dapatkan pemborong lebih besar,
sehingga kualitas kekuatan tanggul cidurian menjadi menurun daya tahanya pun di
ragukan, mungkin hal tersebut yang menjadikan tanggul cidurian yang telah
pemerintah anggarkan dengan cara tender tersebut di manfaatkan oleh pihak yang
ingin mengambil keuntungan sehingga tanggul cidurian mudah rusak karena jumlah
kualitas yang di inginkan pihak pemerintah tidak terlaksana, informan tersebut
mengatakan bahwa jumlah dua sak semen digunakan untuk pasir satu mobil pick up
untuk pembangunan perbaikan tanggul cidurian yang mengakibatkan daya tahan
tanggul kurang baik dan mudah rusak, informan tersebut pun menambahkan bahwa
pembangunan tanggul lebih baik ketika program ABRI masuk desa pada tahun 2000,
tanggul yang di buat oleh ABRI pada saat ini daya tahan dan kualitasnya lebih kuat
dan terjamin.
4.4 Deskripsi Hasil Penelitian
Pembahasan dan analisis dalam penelitian merupakan data dan fakta yang
peneliti dapatkan langsung dari lapangan dan disesuaikan dengan teori yang peneliti
gunakan. Dalam pemaparan hasil penelitian, peneliti menuliskannya dalam bentuk
deskriptif berupa uraian dan kutipan langsung dari narasumber. Untuk mengetahui
bagaimana mengenai Implementasi Peraturan Daerah Kab.Tangerang no 13 Tahun
2011 tentang Rencana Tata Ruang wilayah Kab.Tangerang Tahun 2001-2031 (studi
kasus sistem pengendalian banjir di kec.kresek tahun 2015), dengan menggunakan
Page 152
138
model teori Implementasi kebijakan Van Metter dan Van Horn dalam implementasi
kebijakan meliputi enam (6) tahapan, yaitu:
1. Ukuran dan Tujuan Kebijakan
2. Sumberdaya
3. Karakteristik Agen Pelaksana
4. Sikap atau Kecenderungan (disposition) Para Pelaksana.
5. Komunikasi Antara Organsasi dan Aktivitas Pelaksana.
6. Lingkungan Ekonomi, Sosial dan Politik
4.4.1 Implementasi Perda Kab.Tangerang tentang Rencana Tata Ruang Wilayah
terkait Sistem Pengendali Banjir Di Kec.Kresek
Analisis data dan temuan di lapangan yang peneliti lakukan dengan
menggunakan model implementasi kebijakan menurut Van Metter dan Van Horn di
mana untuk mengimplementasi kebijakan meliputi enam (6) indikator, yaitu Ukuran
dan Tujuan Kebijakan, Sumberdaya, Krakteristik Agen Pelaksana, Sikap atau
Kecenderungan (disposition) para pelaksana, Komunikasi Antar Organisasi dan
Aktivitas Pelaksana, Lingkungan Ekonomis, Sosial dan Politik. Berikut penjabarannya
yang telah peneliti paparkan:
4.4.2 Ukuran dan Tujuan Kebijakan
Implementasi kebijakan dapat di ukuran dan tujuan kebijakan melalui sebuah
program.Dimana ukuran keberhasilan dan tujuan kebijakan menurut Van Metter dan
Van Horn mengemukakan implementasi kebijakan kebijakan tentunyamenegaskan
standar dan sasaran yang harus di capai oleh para pelaksana kebijakan program
Page 153
139
Kab.Tangerang bebas banjir merupakan program pemerintah yangharus dilaksanakan
demi mencapai tujuan yang telah di tetapkan dalamperda Peraturan Daerah
Kab.Tangerang no 13 Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang wilayah
Kab.Tangerang Tahun 2001-2031 (studi kasus sistem pengendalian banjir di
kec.kresek).
Sebagaimana yang telah di ungkapkan oleh I.1.1
"Yang pertama menormalisasi sungai yang khususnya saluran-saluran
pembuang yang adadi wilayah kecamatan kresek, khususnya di dinas bina
marga & SDA kita membuat tandon air atau penampung air dimana disaat
musim hujan dapat menampung air hujan dan disaat musim kemarau kita
mempunyai kelebihan air untuk persediaan air pada saat
kekeringan"(wawancara dengan I.1.1, 09 januari 2017, pukul 10.00 wib, di
Kantor Dinas Bina Marga & SDA Kab.Tangerang)
Berdasarkan hasil wawancara di atas, dapat peneliti ketahui bahwa normalisasi
sungai-sungai pembuang dan pembangunan kolam tandon halyang perlu dilakukan
sebagi pengendali banjir dan untuk menyimpan airketika musim kemarau.
Hal serupa di ungkapkan oleh I.1.3
"Memperbaiki kondisi sungai yang ada sebagai penyebab banjir di
kec.kresek, pemerintah kabupaten dan pusat di berikan tanggung
jawab untuk mengurangi banjir dengan cara yang telah di atur oleh
perda tersebut.(Wawancara Dengani I.1.3, 18 Januari 2017,Pukul 11.00
Wib di Kantor UPT Sumber Daya AirWilayah III Dinas Bina Marga
&SDA Kab.Tangerang).
Berdasarkan hasil wawancara di atas, dapat peneliti ketahui bahwa
memperbaiki sungai yang mengakibatkan banjir menjadi tanggung jawab pemerintah
Kabupaten dan Pemerintah pusat.
Page 154
140
Hal serupa di ungkapkan secara umum oleh I.1.2
"Tujuannya untuk program selambat-lambatnya pada tahun 2019
kab.tangerang bebas banjir.(Wawancara DenganI.1.2, 30 Januari
2017,Pukul 10.30 Wib, Dikantor UPT Sumber Daya Air II Dinas Bina
Marga &SDA Kab.Tangerang).
Berdasarkan hasil wawancara di atas bahwa secara umum selambat-lambatnya
Kab.Tangerang bebas banjir pada tahun 2019.
Hal yang sama di ungkapkan oleh I.2.1
"Satu yang jelas kedepan wilayah kresek tidak banjir,ketika pun banjir
disitu ada tingkat kesadaran masyarakat juga, bukan hanya karena
meluap itu air, lewat sampah kebersihan ini yang kecilkan, ketika
berhasil masyarakat menyadari betapa pentingnya infrastruktur di
pelihara di rawat bukanhanya di bangun seperti pembuang rumah
tangga kalau tidak di rawat dipelihara dan banyak sampah bisa
menyumbat sedikit tapi bila banyakakan besar, ketika sarana prasarana
yang kita bangun dapat dipelihara dengan baik,kita jago membangun
tetapi tidak jago memelihara.(Wawancara Dengan I.2.1, 17 Maret 2017,
Pukul 09:00 Dikantor Kecamatan Kresek Kab.Tangerang).
Berdasarkan hasil dari wawancara dengan I.2.1 dapat peneliti ketahui yang
pertama kec.kresek di waktu mendatang tidakbanjir lagi dan masyarakat di harapkan
tidak membuang sampahsembarangan serta infrastuktur pengendali banjir telah di
bangun dapadi pelihara.
Ukuran Keberhasilan dari Perda No 13 Tahun 2011 TentangRencana Tata
Ruang Wilayah Kab.Tangerang Tahun 2011-2031 Terkait Sistem Pengendalian
Banjir dapat dilihat dari yang diungkapkan oleh I.1.1
Page 155
141
"Program Kab.tangerang tahun 2019 bebas banjir, berarti tidak
adatarget khusus yang penting dimana ada saluran kita normalisasi
kita perbaiki kita sempurnakan dan kita manfaatkan lagi sebagai
penampung air, dimana masyarakat Kab.Tangerang prioritas bebas
banjir dan mempunyai persediaan air di musim kemarau”"(wawancara
dengan I.1.1, 09 januari 2017, pukul 10.00 wib, di Kantor Dinas
Binamarga & SDA Kab.Tangerang)
Berdasarkan wawancara di atas, bahwa ukuran keberhasilan dari Peraturan
Daerah Kab.Tangerang no 13 Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang wilayah
Kab.Tangerang Tahun 2001-2031 Terkait Sistem Pengendalian Banjir Khususnya Di
kec.kresek). Bahwa tidak ada target khusus yang terpenting pada tahun 2019 wilayah
kab.tangerang bebasbanjir dan memperbaiki saluran pembuang yang rusak dan di
manfaatkan fungsinya.
Hal yang sama di ungkapkan oleh I.1.3
"Dapat mengurangi jumlah ataupunarea banjir di kec.kresek dan lebih
cepatnya air yang meluap langsungkembali ke sungai yang terdekat
dari pemukiman masyarakat dengan dinormalisasinya sungai-sungai
linear oleh bina marga dan kami sebagai unit pelayanan teknis
merawat dan memelihara sungai yang telah dibangun atau di perbaiki
fungsinya".(Wawancara Dengan I.1.3, 18 Januari2017, Pukul 11.00
Wib Di Kantor Upt III Sumber Daya Air Dinas Binamarga &SDA
Kab.Tangerang)
Berdasarkan hasil wawancara di atas, dapat peneliti ketahuibahwa ukuran
keberhasilan sistem pengendalian banjir ini adalah dapatmengurangi jumlah dan area
banjir dengan menormalisasi sungai linearoleh Dinas Bina Marga dan UPT bertugas
merawat dan memelihara sungai yang telah di rehabilitasi.
Page 156
142
Tanggal 13 Februari 2017, Pukul 14:24 Wib diperbatasan Desa Koper dengan
Desa Pasirampo Kec.Kresek.
Tanggal 27 Maret 2017, Pukul 14:24 Wib diperbatasan Desa Koper dengan
Desa Pasirampo Kec.Kresek
Sumber Peneliti 2017
Berdasarkan wawancara tersebut sangat jelas bahwa ukuran dan tujuan
kebijakan sistem pengendalian banjir selambat-lambatnya pada tahun 2019
Kabupaten Tangerang bebas banjir dan saluran drainase yang telah rusak kondisinya
dapat di rehabilitasi di wilayah Kecamatan Kresek.
Page 157
143
Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti dapat disimpulkan
bahwa tujuan dan ukuran kebijakanyang berkaitan dengan perda RTWR system
pengendalian banjir di Kec.Kresek,peneliti dapat menyimpulkan bahwa tidak semua
keberhasilan ukuran tujuan kebijakan sistem pengendalian banjir dapat terlaksana,
seperti:
A. Rehabilitasi saluran drainase dengan memperbesar saluran drainase serta
membongkar dan/atau mengganti utilitas yang dapat mengganggu sistem drainase.
Kondisi saluran drainase di wilayah kec kresek dan desa-desa rawan banjir di
kec.kresek kondisinya dalam keadaan yang baik. Drainase-drainase telah di
rehabilitasi oleh Pemerintah Kab.Tangerang Melalui Dinas Bina Marga & SDA
Kab.Tangerang.
B. Normalisasi sungai cisadane sungai cidurian dan sungai cimanceuri berupa
pengerukan, Pelurusan, penyataan bagian sungai yang sempit serta pembuatan tebing
penguat di tepi sungai, serta pengembangan fungsi bantaran sungai.
Di kec.kresek sungai yang melewati wilayah teresebut adalah sungai cidurian
yang kewenangan menormalisasi pihak pemerintah pusat dalam hal ini Kementerian
PUPR, kondisi sungai cidurian dari observasi dan wawancara peneliti dapat
mengetahui bahwa sungai cidurian tidak sama sekali tersentuh pembangunan
normalisasi sehingga sungai cidurian ketika musim penghujan menjadi penyebab
utama banjir di wilayah kec.kresek seperti di desa koper, desa pasirampo, desa
patrasana dan desa jengkol.
Page 158
144
C. Operasi dan pemeliharaan yang optimal dan efisien.
Dalam pemeliharaan infrastuktur pengendali banjir di kec.kresek yang telah
dibangun pemerintah, pemeliharaan tersebut di tugaskan kepada UPT III Dinas Bina
Marga & SDA Kab.Tangerang, dari hasil wawancara serta observasi, infrastuktur
pengendali banjir ini tidak berjalan dengan baik karena para petugas yang di tugaskan
tidak rutin melakukan pemeliharaan dengan baik.
D. Memperluas daerah pelayanan yaitu dengan membuat dan memperbaiki saluran
drainase khususnya di lokasi banjir.
Dilakukan oleh Dinas Bina Marga & SDA Kab.Tangerang berdasarkan
observasi dan wawancara, daerah yang rawan terkena banjir di kec.kresek, kondisi
drainse sebagai pengalir aliran air agar cepat ke sungai besar, bentuk pelayanan yang
di berikan kepada masyarakat yang terkena banjir sudah baik hal tersebut bisa di lihat
dengan banyaknya drainase yang telah di bangun sebagai pengendali banjir di
wilayah tersebut.
E. Penerapan manajemen daerah aliran sungai, situ dan pantai dengan membentuk
badan pengelola.
Dari hasil wawancara badan pengelola das cidurian, situ hingga pantai yang
ada dari para pelaksana seperti Dinas Bina Marga & SDA Kab.Tangerang, (BBWSC-
2)balai besar wilayah sungai ciliwung-cisadane (BBWSC-3) balai besar wilayah
sungai cidanau-ciujung-cidurian tidak berjalan dengan baik karena para stakeholder
tersebut bekerja dengan tugas masing-masing dan bentuk perintah atau komando
tidak jelas.
Page 159
145
F. Pembangunan kolam tandon air di rencanakan di wilayah kecamatan rawan banjir.
Kec.kresek termasuk daerah yang direncanakan membuat kolam tandon air
oleh Pemerintah Daerah Kab.Tangerang dengan memanfaatkan situ atau rawa yang
telah ada di wiliyah kec.kresek seperti situ gabus, situ genggong, situ garukgak dan
situ patrasana ,namun bentuk realisasi dari revitalisasi situ tersebut tidak ada.
Dari ke enam point sub-pasal 35 sistem pengendalian banjir ukuran dan tujuan
kebijakan, bahwa ukuran keberhasilan kebijkan tidak optimal karena dari ke enam
point sub-pasal 35 sistem pengendalian banjir hanya dua point sub-pasal 35 sistem
pengendalian banjir yang dapat terlaksana seperti saluran drainase dengan
memperluas saluran drainase serta membongkar dan/atau mengganti utilitas yang
dapat mengganggu sistem drainase dan memperluas daerah pelayanan yaitu dengan
membuat dan memperbaiki drainase khususnya di lokasi banjir, akan tetapi hal
tersebut tidak cukup untuk mengatasi banjir.
Tabel 4.2
Banjir Kec.Kresek Tahun 2013-2017
No
Tahun Desa Penyebab Jumlah
korban
(KK)
1 2013 Ds.Pasisampo, Ds.Renged,
Ds,Koper, Ds.Patrasana,
Ds.Talok
Tanggul sungai
cidurian jebol
1.210
(KK)
2 2014 Ds.Koper dan Ds.pasirampo Hujan deras, &
penyempitan saluran
air
156
(KK)
3 2015 Ds.Pasirampo, Ds.Koper,
Ds.Patrasana, Ds.Renged,
Luapan sungai
cidurian
2.262
Page 160
146
Ds.Kresek, Ds.Talok (KK)
4 2016 Ds.Jengkol Luapan anak sungai
situ patrasana
68 (KK)
5 2017 Ds.Koper Luapan sungai
cidurian
200
(KK)
Karena aktivitas pelaksanaan pembangunan sistem pengendalian banjir yang
lain seperti : (b) Normalisasi sungai cisadane sungai cidurian dan sungai cimanceuri
berupa pengerukan, Pelurusan, penyataan bagian sungai yang sempit serta pembuatan
tebing penguat di tepi sungai, serta pengembangan fungsi bantaran sungai, (c)
Operasi dan pemeliharaan yang optimal dan efisien, (e) Penerapan manajemen daerah
aliran sungai, situ dan pantai dengan membentuk badan pengelola, dan (f)
Pembangunan kolam tandon air di rencanakan di wilayah kecamatan rawan banjir,
yang belum terlaksana sehingga aktivitas pelaksanaan pembangunan pengendalian
banjir tidak berjalan secara simultan sehingga menyebabkan banjir masih saja terjadi
sampai saat ini pada tahun 2016 & 2017 yang di akibatkan oleh meluapnya situ
garukgak dan luapan sungai cidurian maka keberhasilan kebijakan belum tercapai.
Artinya jika sebuah kebijakan belum terlaksana apa yang telah di tetapkan
sebelumnya maka pelaksanaan kebijakan tersebut tidak optimal, karena ukuran dan
tujuan kebijkan terkait system pengendalian banjir ini masih belum jelas, bahwa
ukuran keberhasilanya yaitu tidak adanya target khusus yang terpenting kondisi yang
menjadi penyebab banjir dapat di perbaiki serta setiap tahun tidak banjir kembali.
Page 161
147
4.4.3 Sumberdaya
Keberhasilan implementasi kebijakan publik sangat tergantung dari kemapuan
memanfaatkan sumberdaya, sumber daya manusia merupakan yang terpenting dalam
menentukan suatu keberhasilan proses implementasi, tetapi di luar sumberdaya
manusia, sumberdaya sumberdaya yang perlu diperhitungankan juga ialah
sumberdaya finansial dan sumberdaya sarana prasarana menjadi perhitungan penting
dalam keberhasilan implementasi kebijakan.
Selain Dinas Bina Marga & SDA Kab.Tangerang Sebagai Pelaksana Peraturan
Daerah Kab.Tangerang No 13 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kab.Tangerang
Tahun 2011-2031 terkait sistem pengendalian banjir studi kasus sistem pengendalian
banjir di Kecamatan Kresek ada juga pihak lainyang terlibat seperti Balai Besar
Wilayah Sungai Ciliwung-Cisadane,Balai Besar Wilayah Sungai Cidanau-Ciujung-
Cidurian dan Upt III Sebagai Unit Pelaksana Teknis Sungai Cidurian Hilir
dikarenakan ada kewenangan pengelolaan oleh Pusat sebesar 3000 Ha keatas, 1000
Ha-3000 Ha Propinsi dan 1000 Ha kebawah Kewenangan Kabupaten/Kota yang
tercantum dalam Keputusan Menteri PU no 12 tahun 2012 tentang wilayah sungai.
Untuk sumberdaya manusia sendiri yang ada sebagai pengendali banjir dirasa
kurang, sesuai apa yang di katakana oleh I.1.1 Kasie Pembangunan Dan Pemeliharaan
Sumber Daya Air Dinas Bina Marga & SDA Kab.Tangerang, beliau mengatakan
sebagai berikut:
Page 162
148
"Pada saat ini masih kebutuhan pekerja, karena hampir rata-rata baik
irigasi, situ maupun sungai kita hanya kebagian dari lintas-lintas
propinsi kabupaten dimana irigasi yang di bawah 1000 Ha
masihkewenangan pusat, situ-situ masih kewenangan pusat, saluran-
saluranyang kita tangani sekarang hanya saluran pembuang, jadi untuk
sumberdaya manusia kita meminta ditambahkan aja".(Wawancara
Dengan I.1.1, 09 Januari 2017, Pukul 10.00 Wib, di Kantor Dinas Bina
Marga & SDA Kab.Tangerang)
Berdasarkan wawancara di atas dapat peneliti ketahui bahwa untuk sumber
daya manusia meminta untuk di tambahkan karena masih kekurangan pekerja.
Hal yang sama di ucapkan oleh I.1.3
“Aparatur yang ada sebetulnya masih kekurangan jumlahnya dan sulit
melakukan pekerjaan karena wilayah pemeliharaanya luas
".(Wawancara Dengan I.1.3, 18 Januari2017, Pukul 11.00 Wib Di
Kantor Upt III Sumber Daya Air Dinas Binamarga & SDA
Kab.Tangerang)
Berdasarkan wawancara di atas peneliti ketahui bahwa sebenarnya jumlah
aparatur masih kekurangan karena wilayah pemeliharaan terlalu luas.
Hal yang berbeda di ucapkan oleh I.1.2
"Aparatur sebetulnya sudah siapcuma tinggal membiasakan saja
danhanya perlu di stimultankan saja,aparatur sebetulnya
siap".(Wawancara DenganI.1.2, 30 Januari 2017,Pukul 10.30 Wib,
Dikantor UPT Sumber Daya Air II Dinas Bina Marga & SDA
Kab.Tangerang).
Berdasarkan wawancara di atas dapat peneliti ketahui bahwa aparatur
sebenarnya sudah siap dan perlu di stimultankan saja.
Selain sumber daya manusia, sumber daya finansial yang cukup juga sangat
berpengaruh dalam menunjang kebijakan Peraturan Daerah Kab.Tangerang no 13
Page 163
149
Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang wilayah Kab.Tangerang Tahun 2001-2031
Terkait Sistem Pengendalian Banjir Khususnya Di kec.kresek).
Seperti peneliti kutip dari media elektronik Koran Tempo
“Penundaan pencairan Dana Alokasi Umum (DAU) untuk pemerintah
daerah oleh Kementerian Keuangan berdampak terhadap rencana
pembangunan infrastruktur di Kabupaten Tangerang sebanyak 182
proyek infrastuktur dan pengendali banjir diwilayah Kab.Tangerang
ditunda, penundaan DAU membuat dinas Bina Marga memangkas 60
persen usul dalam APBD Perubahan 2016."Dari Rp 178 miliar
menjadi Rp 30 miliar, Pemangkasan usul anggaran meliputi anggaran
untuk peningkatan jalan dan jembatan serta normalisasi sungai dan
saluran irigasi. Sebagian besar program pengendalian banjir," 1.
Pembangunan saluran drainase dan gorong-gorong sebanyak tujuh
kegiatan dengan nilai Rp 7,7 miliar, 2. Pembangunan turab, talud, atau
brojong sebanyak tujuh kegiatan dengan nilai Rp 808 juta, 3.
Peningkatan sarana dan prasarana kebinaragaan tiga kegiatan Rp 2,2
Miliar, 4. Pengembangan dan pengelolaan irigasi, rawa, dan jaringan
pengairan 17 kegiatan Rp 29,4 miliar, 5. Pengembangan pengelolaan
konservasi sungai dan danau 14 kegiatan Rp 9,6 miliar
JONIANSYAHHARDJON (Sumber:tempo.co, di kutip 2 Maret 2017)
Berdasarkan berita diatas Penundaan DAU Dana Alokasi Umum dari
kementerian keuangan tersebut mengakibatkan mengurangnya pembangunan
pengendali banjir di Kab.Tangeang ternasuk Di Kec.Kresek seperti ;1. Pembangunan
saluran drainase dangorong-gorong sebanyak tujuh kegiatan dengan nilai Rp 7,7
miliar, 2. Pembangunan turab, talud, atau brojong sebanyak tujuh kegiatan dengan
nilai Rp 808 miliar, 3. Peningkatan sarana dan prasarana kebinamargaan tiga
kegiatan, Rp 2,2 miliar;8. Pengembangan dan pengelolaanjaringan irigasi, rawa, dan
jaringanpengairan, 17 kegiatan, Rp 29,4 miliar;9. Pengembangan pengelolaan
konsevasi sungai dan danau, 14 kegiatan, Rp 9,6 miliar.
Page 164
150
Diperkuat sebagaimana yang di ungkapkan oleh I.1.1
"Untuk anggaran kita masih sangat kurang dan terbentur olehpersoalan
kewenangan, kita ada kegiatan tetapi tidak ada anggaran karena
kewenangan, kita meminta tolong kepusat tetapi sulit".(Wawancara
Dengan I.1.1, 09 Januari 2017, Pukul 10.00 Wib, Di Kantor Dinas Bina
Marga & SDAKab.Tangerang)
Berdasarkan hasil dari wawancara di atas dapat peneliti ketahui bahwa
anggaran yang di perlukan masih kurang dan terbentur oleh kewenangan dan
birokrasi yang sulit ketika meminta bantuan anggaran.
Hal yang serupa di ungkapkan oleh I.1.3
"Anggaran sebetulnya kurang tetapi kita menyiasati agar anggaran
yang sedikit tersebut dapat kita gunakan dengan kebutuhan dilapangan
yang penting dan harus dilakukanoleh kita".(Wawancara Dengan I.1.3,
18 Januari2017, Pukul 11.00 Wib Di Kantor Upt III Sumber Daya Air
Dinas Bina Marga & SDA Kab.Tangerang).
Berdasarkan hasil wawancara di atas peneliti ketahui bahwaanggaran dirasa
kurang akan tetapi di siasati agar kebutuhandilapangan berjalan.
Hal berbeda di ungkapkan oleh pelaksana Teknis PPK Perencanaan BBWSCC
ciliwung-cisadane I.1.5.
"Kita di sini menganggarkan berdasarkan renstra PU berdasarkan itu
kalau misalkan ada yang urgent, mungkin bisa diubah ketahun yang
urgent, misalnya di dalam anggaran tahun 2016 ada yang urgent pada
tahun 2017 pelaksanaan tersebut bisa di ubah ketahun
2017".(Wawancara DenganI.1.5, 11 Januari 2017,Pukul 10.30 Di
KantorBBWSCCCiliwung-Cisadane).
Page 165
151
Berdasarkan hasil wawancara di atas dapat peneliti ketahui bahwa anggaran
yang dikeluarkan berdasarkan rencana strategis Kementerian Pekerjaan Umum, dan
apabila ada ugernt bisa di ubah ketahun yang akan dating.
Hal yang sama di ungkapkan oleh Kasie Perencanaan Umum Balai Besar
Wilayah Sungai Cidanau-Diujung-Cidurian Beliau mengungkapkan.
"Sesuai usulan dan pelaksanaan berdasarkan pola dan renstra tahun
2016".(Wawancara DenganI.1.4, 24 Februari 2017,Pukul 13.30 Wib,
Dikantor Balai Besar Wilayah Sungai Cidanau-Ciujung-Cidurian)
Berdasarkan hasil wawancara di atas dapat peneliti ketahui bahwa anggaran
yang di kelurkan bedasarkan usulan dan rencana strategis tahun 2016.
Selain sumber daya manusia dan finansial dalam pelaksanaan perda rtrwterkait
sistem pengendalian banjir di kec.kresek perlu adanya saranaprasarana yang dapat
membantu pelaksaan pengendalian banjir yang harusmendukung.
Seperti yang di ungkapkan oleh I.1.2
"Sarana ada di Dinas Bina Margasudah menyiapkan eskapator baik
yanglong'am, mini maupun yang ampibius, ampibius 2, long'am
2,mini 6 darisarana prasarana yang ada menurut saya memadai untuk
wilayahkab.tangerang".(Wawancara DenganI.1.2, 30 Januari
2017,Pukul 10.30 Wib, Dikantor UPT Sumber Daya Air II Dinas Bina
Marga & SDA Kab.Tangerang).
Berdasarkan hasil wawancara di atas dapat peneliti ketahui bahwa sarana
prasarana yang ada memadai untuk wilayah Kab.Tangerang bila dibutuhkan untuk
pengendalian banjir di Kabupaten Tangerang umumnya dan bisa di gunakan di
Page 166
152
Kec.Kresek khususnya, dan pihak Pemerintah Kab.Tangerang menerima Dana hibah
sebesar Rp 17 Milyar dari pemerintah Provinsi Dki Jakarta sebagai penanggulangan
sampah dan banjir yang di gunakan sebagai tambahan alat berat untuk mengatasi
masalah banjir di Kabupaten Tangerang.
Seperti peneliti kutip dari media elektronik NERACA
“Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Tangerang, Banten, menerima
hibah sebesarRp17 miliar dari Pemerintah Provinsi DKIJakarta untuk
penanggulangan masalah sampah dan banjir."Dana hibah tersebut
berupa enam unit alat berat pengeruk dan delapan unit truk sampah,
hibah tersebut merupakan anggaran tahun 2015 tapi dapat
direalisasikan awal tahun 2016.Dia mengatakan, alat berat tersebut
diserahkan kepada aparat Dinas BinaMarga dan Sumber Daya Air
untuk mengeruk sampah disungai.(Sumber:Neraca.co.id, di kutip 2
Maret 2017)
Berdasarkan berita yang peneliti kutip dari NERACA, Pemerintah Kabupaten
Tangerang, Banten, menerima hibah sebesar Rp17 miliar dari Pemerintah Provinsi
DKI Jakarta untuk penanggulangan masalah sampah dan banjir. Dana hibah tersebut
berupa enam unit alat berat pengeruk dan delapan unit truk sampah, Hibah tersebut
merupakan anggaran tahun 2015 tapi dapat direalisasikan awal tahun 2016. Alat berat
tersebut diserahkan kepada aparat Dinas Bina Marga dan Sumber Daya Air
Kabupaten Tangerang untuk tambahan sarana prasarana pengendali banjir.
Hal tersebut diperkuat oleh Kasie Perencanaan dan Pemeliharaan Sumber Daya
Air Dinas Bina Marga & SDA Kab.Tangerang I.1.1,
"Sarana prasarana termasuk ke alat berat dua tahun kebelakang ini
kitatelah membeli alat berat seperti ampibi resepator, memang kondisi
Page 167
153
perbengkelan dan alat kita yang di worshop di bitung alat berat
kitamasih kurang maka dua tahun ini kita belanja terus untuk alat
berat, kalau kita kekurangan alat berat kita meminjam ke
balai(BBWSCC)".(Wawancara Dengan I.1.1, 09Januari 2017, Pukul
10.00 Wib, Di Kantor Dinas Bina Marga & SDAKab.Tangerang)
Berdasarkan wawancara di atas dapat peneliti ketahui bahwa Dinas Bina Marga
&SDA Kab.Tangerang dua tahun ini telah membeli bebarapa alat berat untuk
mendukung pelaksanaan pengendalian banjir karena alat berat yang berada di
workshop masih kurang dan ketika kekurangan dapat meminjam ke balai
(BBWSCC).
Hal serupa di ungkapkan oleh I.1.4
"BBWSC-3 mempunyai beberapapersedian berupa pompa air, karung,
perahu karet dan alat berat yang dapat di gunakan oleh dinas lain
dengan cara meminjam kepada kami bila memang di perlukan kami
pasti membantu".(Wawancara DenganI.1.4, 24 Februari 2017,Pukul
13.30 Wib, Dikantor Balai Besar Wilayah Sungai Cidanau-Ciujung-
Cidurian)
Berdasarkan wawancara di atas dapat peneliti ketahui bahwa alat berat yang ada
dapat di gunakan oleh dinas bila di perlukan dan pihak BBWSC-3 pasti membantu.
Berdasarkan hasil peryataan di atas dari beberapa informan yang peneliti wawancarai
dan informasi tambahan dari media masa elektronik NERACA terkait dengan sarana
prasarana dalam pelaksanaan pengendalian banjir di kec.kresek dapat ditarik
kesimpulan sementera bahwa sarana prasarana pendukung dalam pelaksanaan
peraturan daerah rencana tata ruang wilayah terkait sistem pengendalian banjir di
kec.kresek sudah bisa dikatakan cukup memadai.Hal ini di karenakan sarana
Page 168
154
prasarana yang ada di Dinas Bina Marga &SDA Kab.Tangerang sudah memadai dan
bila kurangBalai Besar Wilayah Sungai Cidanau-Ciujung-Cidurian dapat memberi
pinjaman alat berat untuk di gunakan sebagai pengendali banjir.
Berdasarkan hasil wawancara dan observasi lapangan penelitian yang
dilakukan oleh peneliti dapat disimpulkan bahwa sumberdaya yang berkaitan dengan
perda RTRW system pengendalian banjir di kec.kresek tidak semua sumberdaya yang
ada dalam sistem pengendalian banjir di kec.kresek memperlancar proses
pelaksanaan sistem pengedalian banjir di kec.kresek, seperti
A. Rehabilitasi saluran drainase dengan memperbesar saluran drainase serta
membongkar dan/atau mengganti utilitas yang dapat mengganggu sistem drainase.
Sumberdaya finansial sangat berpengaruh terhadap pelaksanaan pembangunan
drainase untuk memperluas jalanya air ketika musim penghujan, anggaran yang
terbatas yang dimiliki Dinas Bina Marga & SDA Kab.Tangerang
melakukan Pembangunan dengan cara bertahap, memilih yang paling mendesak dan
paling prioritas untuk pengendalian banjir di kec.kresek.
B. Normalisasi sungai cisadane sungai cidurian dan sungai cimanceuri berupa
pengerukan, Pelurusan, penyataan bagian sungai yang sempit serta pembuatan tebing
penguat di tepi sungai, serta pengembangan fungsi bantaran sungai.
Di kec.kresek sungai yang melewati kec.kresek dan yang menjadi penyebab
utama banjir di wilayah kec kresek. Sumberdaya finansial sangat berpengaruh dalam
melakukan pelaksanaan normalisasi sungai cidurian. Pihak Pemerintah Daerah
Page 169
155
Kab.Tangerang yang terkendala anggaran dan kewenangan tidak dapat melakukan
normalisasi sungai cidurian, pihak Pemerintah Pusat dalam hal ini kementerian PUPR
yang bertanggung jawab dalam menormalisasi sungai cidurian, namun pihak
pemerintah pusat pun masih terkendala terkait anggaran yang di butuhkan. Terbukti
dengan sulitnya realisasi yang telah di ajukan pihak Pemerintah Daerah
Kab.Tangerang ke Pemerintah Pusat melalui Kementerian PUPR.
C. Operasi dan pemeliharaan yang optimal dan efisien.
Pemerintah daerah dalam hal ini masih kekurangan sumberdaya manusia
dalam operasi dan pemeliharaan aset-aset pemerintah pusat maupun aset pemerintah
daerah Kab.Tangerang sendiri seperti sungai wilayah cidurian hilir, situ maupun
drainase yang telah di bangun di kec.kresek karena luasnya jangkauan operasi
pemeliharaan pihak Dinas Bina Marga & SDA Kab.Tangerang dan UPT III Dinas
Bina Marga & SDA Kab.Tangerang masih kekurangan jumlah sumberdaya manusia,
maka dari itu pihak Dinas Bina Marga & SDA Kab.Tangerang dan UPT III Dinas
Bina Marga & SDA Kab.Tangerang merasa perlu adanya tambahan pegawai agar
operasi dan pemeliharaan bisa berjalan dengan baik.
D. Memperluas daerah pelayanan yaitu dengan membuat dan memperbaiki saluran
drainase khususnya di lokasi banjir.
Pihak pemerintah daerah dalam hal ini Dinas Bina Marga & SDA
Kab.Tangerang bertanggung jawab memperluas daerah layanan dengan membuat dan
memperbaiki drainase di lokasi banjir masih membutuhkan anggaran. Pihak
Pemerintah mensiasati hal tersebut dengan memilih wilayah rawan banjir yang paling
Page 170
156
mendesak dan prioritas utama di wilayah Kec.Kresek dari tahun ketahun kondisi
drainase di wilayah Kec.Kresek yang daerahnya rawan banjir kondisinya sudah baik.
E. Penerapan manajemen daerah aliran sungai, situ dan pantai dengan membentuk
badan pengelola.
Dari hasil wawancara manajemen daerah aliran sungai cidurian situ hingga
pantai sulit diterapkan karena luasnya jangkauan dan SDM yang tersedia tidak dapat
melakukan operasi pemeliharaan sungai situ dan pantai karena luasnya jangkauan
banyaknya aset yang perlu di pelihara sebagai pengendalian banjir di wilayah
kec.kresek.
F. Pembangunan kolam tandon air di rencanakan di wilayah kecamatan rawan banjir.
Di kec.kresek terdapat empat situ atau rawa yang fungsinya sebagai
penampung air ketika musim hujan untuk mengurangi dampak banjir dan penyalur air
ketika musim kemarau, namun ke empat situ tersebut fungsinya belum di manfaatkan
secara maksimal, belum di revitalisasi karena situ-situ tersebut kewenangan
Pemerintah Pusat dalam pengelolaan dan anggaran yang dibutuhkan untuk revitalisasi
situ tersebut membutuhkan biaya yang besar, pihak pemerintah pusat dalam hal ini
Kementerian PUPR dan Pemerintah Kab.Tangerang masih membutuhkan anggaran
yang besar untuk revitalisasi ke empat situ tersebut dan hasil wawancara serta berita
yang peneliti dapat bahwa penundaan dana alokasi umum oleh Kementerian
Keuangan RI, sehingga pihak pemerintah pusat dan pemerintah daerah menunda
pelaksanaan sistem pengendalian banjir termasuk penundaan pelaksanaan revitalisasi
situ patrasana yang ada di Kec.Kresek agar fungsi dan luas situ yang ada tidak
Page 171
157
menyusut dan ketika musim hujan dapat menampung air dan mengurangi banjir serta
musim kemarau dapat menjadi penyalur utama irigasi dan persawahan masyarakat.
Berdasarkan hal tersebut peneliti dapat menyimpulkan bahwa dari ke enam
sub-pasal 35 sistem pengendalian banjir, sumberdaya yang ada untuk memperlancar
pelaksanaan sistem pengendali banjir di Kec.Kresek tidak optimal karena dari ke
enam point tersebut, indikator sumberdaya baik sumberdaya finansial, maupun
sumberdaya manusia menjadi faktor penghambat pelaksanaan sistem pengendalian
banjir di kec.kresek. Karena sumberdaya finansial yang ada masih kekurangan
jumlahnya yang menjadikan terhambatnya pelaksanan sistem pengendalian banjir di
Kec.Kresek sehingga aktivitas pelaksanaan pengendalian banjir di Kec.Kresek tidak
berjalan secara simultan dan jumlah sumberdaya manusia masih dibutuhkan dalam
pemeliharaan infrastuktur pengendali banjir di Kec.Kresek, sehingga hambatan dari
kurangnya jumlah anggaran dan kurangnya sumberdaya manusia yang tersedia
menjadi penghambat pelaksanaan sistem pengendalian banjir di kec.kresek tidak
optimal.
4.4.4 Karakteristik Agen Pelaksana
Dalam karakteristik agen pelaksana adalah mencakup struktur birokrasi, norma-
norma dan pola-pola hubungan yang terjadi dalam birokrasi, yang semuanya akan
mempengaruhi implementasi program, selain itu cakupan atau luasan wilayah
implementasi kebijakan perlu diperhitungkan manakala hendak menentukan agen
pelaksana, semakin luas cakupan implementasi kebijakan, maka seharusnya semakin
Page 172
158
besar pula agen yang di libatkan. dalam hal ini selain dinas bina marga & SDA
Kab.Tangerang sebagai pelaksana pengendalian banjir, peran aparatur lain juga
sangat penting dalam jalannya peraturan daerah rtrw terkait sistem pengendalian
banjir.
Sebagaimana yang di ungkapkan oleh I.1.2
"Sesuai tugas pokok bersama pemprov dan pemkab Tangerang dan
fungsi masing-masing baik BBWS-2 (ciliwung-cisadane),BBWS-
3(Cidanau-ciujung-cidurian) sampai saat ini sudah semakin solid
dalam melakukan pengamanan area-area banjir".(Wawancara
DenganI.1.2, 30 Januari 2017,Pukul 10.30 Wib, Dikantor UPT Sumber
Daya Air II Dinas Bina Marga & SDA Kab.Tangerang).
Berdasarkan wawancara di atas peneliti ketahui bahwa peran pelaksana sesuai
dengan tugas dan fungsi masing-masing ddengan sampai saat ini stakeholder
pelaksana sudah semakin solid dalam penanganan banjir.
Hal serupa di ungkapkan oleh I.1.5
"Peran kita sesuai tupoksi mengacu itu pertama, ya kalau bina marga
& SDA melihat RTRW juga terus di sesuaikan dan di
sinkronisasikan".(Wawancara DenganI.1.5, 11 Januari 2017,Pukul
10.30 Di KantorBBWSCCCiliwung-Cisadane).
Berdasarkan hasil wawancara di atas dapat peneliti ketahui bahwa peran BBWS
Ciliwung-Cisadane sesuai dengan tugas pokok dan fungsi kemudian di sesuaikan dan
di sinkronisasikan dengan Dinas Bina Marga &SDA Kab Tangerang Dengan Melihat
Rencana Tata Ruang Wilayah.
Sebagaimana di ungkapkan oleh I.1.1
Page 173
159
"Peran aparatur kalau kita lihat di dinas bina marga & SDA ini ada
UPT unit pelayanan terpadu wilayah perwilayah, tindakan mereka
memang sudah action, anggaran sudah di anggarkan, tetapi kembali
lagi itu kebentur persoalan kewenangan kita tidak bisa menyentuh
pekerjaan yang masih wewenang pusat, UPT hanya mengerjakan
pekerjaan pemeliharaan seperti memberishkan gulma membersihkan
saluran yang milik kita kewenangan kita, sementara yang bersentuhan
dengan kewenangan pusat kita tinggalkan".(Wawancara Dengan I.1.1,
09Januari 2017, Pukul 10.00 Wib, Di Kantor Dinas Bina Marga &
SDAKab.Tangerang)
Berdasarkan hasil wawancara di atas peneliti ketahui bahwa peran aparatur
sudah ada unit pelayanan terpadu yang memelihara kondisi sungai yang wilayah
kewenangan pemkab.tangerang saja, sementara kewenangan pusat di tinggalkan.
Hal serupa di ungkapkan oleh I.1.4
"BBWS-3 mempunyai peran sebagai pengelola SDA, tentunya sungai
cidurian harus seimbang antara kuantitas dan kualitas sumber air
cidurian".(Wawancara DenganI.1.4, 24 Februari 2017,Pukul 13.30 Wib,
Dikantor Balai Besar Wilayah Sungai Cidanau-Ciujung-Cidurian)
Berdasarkan pernyataan keempat narasumber tersebut, bisa diketahui bahwa
para stakeholder pelaksana melakukan pelaksanaan pengendalian banjir berdasarkan
tugas pokok dan fungsi masing-masing yang sesuai dengan rencana kerja dan rencana
stategis masing-masing yang telah diatur dalam keputusan Menteri Pekerjaan Umum
no 12 tentang wilayah sungai yang kemudian disesuaikan dan disinkronisasikan
dengan rencana tata ruang wilayah Kabupaten Tangerang.
Berdasarkan hasil wawancara dan observasi lapangan penelitian oleh peneliti
yang berkaitan dengan perda RTRW sistem pengendalian banjir di kec.kresek peneliti
Page 174
160
dapat menyimpulkan bahwa karakteristik agen pelaksana mendukung dan melakukan
pengendali banjir berdasarkan tugas pokok dan fungsi masing-masing, Seperti:
A. Rehabilitasi saluran drainase dengan memperbesar saluran drainase serta
membongkar dan/atau mengganti utilitas yang dapat mengganggu sistem drainase.
Peran pemerintah daerah melalui Dinas Bina Marga & SDA Kab.Tangerang
dalam pelaksanaan rehabilitasi drainase yang ada sebagai pengendali banjir sudah
baik, terbukti dari hasil wawancara dan observasi bahwa keseluruhan kondisi drainase
sudah dalam pembangunan dan pelaksanaan sudah merata di wilayah rawan banjir di
Kec.Kresek.
B. Normalisasi sungai cisadane sungai cidurian dan sungai cimanceuri berupa
pengerukan, Pelurusan, penyataan bagian sungai yang sempit serta pembuatan tebing
penguat di tepi sungai, serta pengembangan fungsi bantaran sungai.
Dalam pelaksanaan ini kewenangan menormalisasi sungai cidurian adalah
Kementerian PUPR, peran Pemerintah Pusat dalam pelaksanaan normalisasi sungai
cidurian tidak pernah dilakukan, kondisi sungai cidurian masih seperti semula dengan
di tambah masalah-masalah seperti sedimentasi di bagian bantaran sungai maupun di
dalam sungai cidurian, untuk pembuatan tebing penguat belum ada lagi, bahwa
normalisasi sungai cidurian sebagai pengendali banjir di kec.kresek belum ada
pelaksanaan normalisasi.
C. Operasi dan pemeliharaan yang optimal dan efisien.
Terkait pelaksanaan dan pemeliharaan yang optimal dan efisien peran UPT III
Dinas Bina Marga & SDA Kab.Tangerang selaku penanggung jawab tidak dapat
Page 175
161
melakukan pelaksanaan pemeliharaan infrastuktur pengendalian banjir yang
kewenangan pemerintah pusat dikarenakan kewenangan terkait pemeliharan pusat
begitu luas jangkauanya jadi peran pihak pemerintah daerah dalam hal UPT III Dinas
Bina Marga & SDA Kab.Tangerang ini masih kurang maksimal.
D. Memperluas daerah pelayanan yaitu dengan membuat dan memperbaiki saluran
drainase khususnya di lokasi banjir.
Peran pemerintah daerah dalam memperluas pelayanan dengan membentuk
dan memperbaiki drainase di lokasi banjir sudah di lakukan dengan baik dan merata
di wilayah Kec.Kresek yang rawan banjir hal tersebut bisa di dapat dari observasi dan
wawancara.
E. Penerapan manajemen daerah aliran sungai, situ dan pantai dengan membentuk
badan pengelola.
Peran manajemen daerah aliran sungai cidurian situ dan pantai peran para
stakeholder pelaksana tersebut tidak berjalan dengan baik, karena penerapan
manajemen das cidurian, situ dan pantai bentuk pelaksanaan sebagai pengendalian
banjir di Kec.Kresek tidak ada karena kewenangan yang berbeda-beda antara Balai
Besar Wilayah Sungai Ciliwung-Cisadane, Balai Besar Wilayah Sungai Cidanau-
Ciujung-Cidurian dan Dinas Bina Marga & SDA Kab.Tangerang serta UPT III Dinas
Bina Marga & SDA Kab.Tangerang setiap pelaksana bekerja bedasarkan tugas pokok
dan fungsi.
F. Pembangunan kolam tandon air di rencanakan di wilayah kecamatan rawan banjir.
Page 176
162
Peran Dinas Bina Marga & SDA Kab.Tangerang dalam perencanaan
pembangunan kolam tandon air di Kec.Kresek dengan cara mengajukan kepada
Pemerintah Pusat yaitu Kementerian PUPR agar situ yang ada di Kec.Kresek dapat di
revitalisasi, namun sampai sekarang pelaksanaan revitalisasi situ yang ada belum
terealisaiskan oleh Pemerintah Pusat.
Dari ke enam sub-pasal 35 sistem pengendalian banjir di Kec.Kresek peran
para pelaksana yang masih kurang adalah peran pihak UPT III Dinas Bina Marga
Kab.Tangerang dengan peran pihak Pemerintah Pusat. Peran pihak Dinas Bina Marga
& SDA Kab.Tangerang hanya dapat mengusulkan usulan yang kewenangan pusat
agar aset Pemerintah Pusat yang ada di Kab.Tangerang khususnya di kec.kresek dapat
dilakukan pelaksanaan pembangunan sistem pengendalian banjir, peran Pemerintah
Pusat dalam hal ini Kementerian PUPR yang lebih besar kewewenanganya dalam
pembagunan pengendali banjir di Kec.Kresek karena mempunyai kewenangan yang
lebih besar dari Dinas Bina Marga & SDA Kab.Tangerang, pihak pemerintah
Kabupaten Tangerang terkendala oleh kewenangan yang tidak bisa menyentuh
pekerjaan yang masih wewenang Pemerintah Pusat, karena masalah banjir
diakibatkan oleh kewenangan Pemerintah Pusat yang belum terlaksana sehingga
sungai-sungai besar maupun situ yang ada di Kec.Kresek yang kewenangan berada di
Pemerintah Pusat menjadi penyebab utama banjir di Kec.Kresek.
Page 177
163
4.4.5 Sikap/ Kecenderungan Para Pelaksana
Sikap penerimaan atau penolakan dari (agen) pelaksana akan sangat banyak
memperngaruhi keberhasilan atau tidaknya kinerja implementasi kebijakan publik.
hal ini sangat mungkin terjadi oleh karena kebijakan yang di laksanakan bukanlah
hasil formulasi warga setempat yang mengenal betul persoalan dan permasalahan
yang mereka rasakan.tetapi kebijakan yang akan implementator pelaksana adalah
kebijakan dari atas (top down) yang sangat mungkin para pengambil keputusanya
tidak pernah mengetahui (bahkan tidak menyentuh) kebutuhan, keinginan atau
permasalah yang warga ingin selesaikan.
Dalam pelaksanaan kebijakan Peraturan Daerah Kab.Tangerang no 13 Tahun
2011 tentang Rencana Tata Ruang wilayah Kab.Tangerang Tahun 2001-2031 Terkait
Sistem Pengendalian Banjir Khususnya Di kec.kresek). Pemerintah di tuntut
mendukung pelaksanaan kebijakan tersebut.
Seperti yang di ungkapkan oleh I.1.1
"Harus mendukung karena itu bagian dari tugas yang diberikan kita
sebagai pelaksana harus menjalankan tugas tersebut dengan di
sesuikan dengan rencana strategis kita dalam mengurangi banjir ketika
musim penghujan dan menyediakan air ketika musim kemarau, saya
rasa sikap para pelaksana pasti menjalankan sesuai tugasnya masing-
masing".(Wawancara Dengan I.1.1, 09Januari 2017, Pukul 10.00 Wib,
Di Kantor Dinas Bina Marga & SDAKab.Tangerang)
Page 178
164
Berdasarkan hasil wawancara di atas dapat peneliti ketahui bahwa pelaksana
harus mendukung karena hal tersebut sudah menjadi tugas dan tanggung jawab
dengan menyesuaikan kepada rencana strategis dalam mengurangi dampak banjir.
Hal yang sama di ungkapkan oleh I.1.2
"Mendukung dan tugas mereka harus mendukung".(Wawancara
DenganI.1.2, 30 Januari 2017,Pukul 10.30 Wib, Dikantor UPT Sumber
Daya Air II Dinas Bina Marga & SDA Kab.Tangerang).
Berdasarkan hasil wawancara di atas dapat peneliti ketahui bahwa harus saling
mendukung.
Hal yang sama di ungkapkan oleh I.1.3
"Sikap pasti bagus itu karena tugas mereka sebagai pelaksana untuk
mengurangi banjir yang ada".(Wawancara Dengan I.1.3, 18
Januari2017, Pukul 11.00 Wib Di Kantor Upt III Sumber Daya Air
Dinas Binamarga & SDA Kab.Tangerang).
Berdasarkan hasil wawancara di atas dapat peneliti ketahui
bahwa sikap pelaksana pasti bagus karena tugas mereka sebagai pelaksana harus
mendukung.
Selain sikap yang harus mendukung dalam pelaksanan kebijakan Peraturan
Daerah Kab.Tangerang no 13 Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang wilayah
Kab.Tangerang Tahun 2001-2031 Terkait Sistem Pengendalian Banjir Di kec.kresek
hal yang terpenting adalah respon dari stakeholder yang terlibat dalam pelaksanaan.
Seperti yang di ungkapkan oleh sekertaris kecamatan kresek beliau mengatakan
"Untuk pengajuan yang di berikan kepada dinas yang terkait seperti
dinas bina marga ataupun balai cidurian responnya baik karena kita
pernah mengusulkan beberapa kali pengajuan pembangunan untuk
mengurangi dampak banjir, usulan kita di terima dengan baik, tapi
usulan yang di inginkan tidak langsung di dapat karena dinas-dinas
tersebut mempunyai rencana-rencana pembangunan yang telah mereka
buat dalam renja, paling bila mendesak dan sangat perlu paling ada jug
Page 179
165
bentuknya sementara saja".(Wawancara Dengan I.2.117 Maret 2017,
Pukul 09.30 Wib, Di Kantor Kecamatan Kresek).
Berdasarkan hasil wawancara di atas dapat peneliti ketahui bahwa untuk
pengajuan program pembangunan pengendalian banjir pihak kecamatan memberikan
usulan pembangunan Kepada Dinas Bina Marga &SDA Kab.Tangerang Dan Ke
Balai Besar Wilayah Sungai Cidanau-Ciujung-Cidurian respon dari kedua
stakeholder tersebut baik, tetapi usulan tidak langsung di dapat karena dinas-dinas
tersebut mempunyai rencana kerja yang telah ada dalam perencanaan.
Hal yang sama di ungkapkan Oleh Kasie Pembangunan Dan Pemeliharaan
Sumber Daya Air Dinas Bina Marga & SDA Kab.Tangerang I.1.1,
"Respon sangat bagus, tetapi kembali lagi kewenangan kita
mengusulkan kegiatan tetapi birokrasinya panjang dan tidak mungkin
dengan cepat mendapatkan anggaran dari pusat, untuk respon dengan
C II,C III maupun UPT yang ada sangat bagus,terkait perjanjian KSO
kita pernah mengusulkan tapi sampai sekarang masih di godok dan
sampai sekarang masih belum final MOU pemerintah daerah dengan
balai C II sudah di tanda tangan, tindak lanjut dari MOU adalah (PKS)
perjanjian kerja sama, memang sampai detik ini belum final dan kita
telah beberapa kali membuat draf namun belum final antara pak bupati
dengam kepala balai C II".(Wawancara Dengan I.1.1, 09Januari 2017,
Pukul 10.00 Wib, Di Kantor Dinas Bina Marga & SDA
Kab.Tangerang)
Berdasarkan wawancara di atas dapat peneliti ketahui bahwa respon sangat baik
tetapi kendala oleh kewenangan dan birokrasinya panjang dan tidak mungkin dengan
cepat mendapatkan anggaran dari pusat dan perjanjian yang belum final sampai
sekarang.
Diperkuat oleh media elektronik TANGERANGRAYAONLINE
Page 180
166
“Pihak Pemerintah Kabupaten Tangerang sudah berkali- kali
mengajukan anggaran normalisasi untuk DAS bagian hilir Kabupaten
Tangerang. Pengajuan tersebut mendapat respons dari Kementerian
Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, yang menjanjikan
Kabupaten Tangerang akan mendapat kucuran dana untuk
menormalisasi Sungai yang kewenangan pemerintah pusat pada 2014.
Namun, hingga kini tak kunjung terealisasi, tapi justru Kota
Tangerang, yang tiap tahun mendapat prioritas anggaran, pihak
Pemerintah Kabupaten Tangerang telah menagih dan dijanjikan pada
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara 2015. Ketika Kami cek di
APBN, ternyata anggaran itu tidak ada, Kementerian PU yang
terkesan mengabaikan dan menganaktirikan Kabupaten Tangerang.
Akibat pemerintah pusat yang belum memprioritaskan penanganan
sungai- sungai di Kabupaten Tangerang yang kondisinya mengalami
pendangkalan dan penyempitan yang parah, 22 dari 29 kecamatan di
kabupaten tersebut kerap kebanjiran. usulan yang disampaikan
Kabupaten Tangerang ini memang merupakan kewenangan dan
tanggung jawab Balai Besar Sungai Ciliwung-Cisadane serta Balai
Besar Sungai Ciujung, Cidanau, dan Cidurian Direktorat Sumber Daya
Air Kementerian PU. (Sumber:tangerangrayaonline, dikutif 2 Maret
2017)
Berdasarkan informasi yang peneliti dapatkan dari media elektronik tangerang
raya online, pihak pemerintah daerah sudah berkali- kali mengajukan anggaran
normalisasi untuk DAS bagian hilir Kabupaten Tangerang. Dari informasi yang di
dapat dalam tangerang raya online, pengajuan tersebut mendapat respons dari
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, Namun. Hingga kini tak
kunjung terealisasi, tetapi justru Kota Tangerang, yang setiap tahun mendapat
prioritas anggaran. Pihak Pemerintah Kabupaten Tangerang telah menagih dan
dijanjikan pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara 2015. Akan tetapi ketika di
cek di APBN, ternyata anggaran itu tidak ada, Pemerintah Kabupaten Tangerang pun
kecewa atas sikap Kementerian PU yang terkesan mengabaikan dan menganaktirikan
Kabupaten Tangerang. Akibat pemerintah pusat yang belum memprioritaskan
Page 181
167
penanganan sungai- sungai yang kewenangan Direktorat Jenderal Sumber Daya Air
Kementerian Pekerjaan Umum di Kabupaten Tangerang yang kondisinya mengalami
pendangkalan dan penyempitan yang parah, 22 dari 29 kecamatan di kabupaten
tersebut kerap kebanjiran.
Hal yang sama di ungkapkan oleh I.1.3
"Respon itu baik tetapi kewenangan itu sering jadi kendala pihak
kabupaten untuk melakukan perbaikan, biasanya kalau pihak
kabupaten ingin memperbaiki kondisi sungai yang perlu di perbaiki
terbentur oleh kewenangan dan kerja sama prosesnya cukup lama
karena harus menyesuaikan tugas-tugas yang perlu disetujui,terkecuali
memang mendesak".(Wawancara Dengan I.1.3, 18 Januari2017, Pukul
11.00 Wib Di Kantor Upt III Sumber Daya Air Dinas Binamarga &
SDA Kab.Tangerang).
Berdasarkan hasil wawancara di atas dapat peneliti ketahui bahwa respon yang
di dapat baik tetapi terkendala kewenangan dalam memperbaiki kondisi sungai yang
kewenangannya berada Di Pemerintah Pusat Direktorat Jenderal Sumber Daya Air
Kementerian Pekerjaan Umum dalam hal ini Balai Besar Wilayah Sungai Cidanau-
Ciujung-Cidurian.
Hal yang sama di ungkapkan oleh kepala desa pasirampo I.2.3,
"Setiap ada rapat di tigaraksa lalu di kecamatan sama orang kabupaten
sama dewan kemarin juga musrenbang saya bahas masalah ini, tapi
sampai sekarang belum di laksakan realisasinya ga ada itu kan, itu kan
anggaran bukan dari kabupaten, anggaran dari provinsi tapi sekarang
karena kemarin saya sudah usul ada satu orang kesini dari balai besar
cidurian, kemarin saya sudah buat pernyataan minta bantuan untuk
tanggul yang jebol,bantuannya sementara doang ada untuk pengurukan
tanggul".(wawancara dengan I.2.3, 10 Maret 2017, Pukul 10.30 Wib,
Dikantor Desa Pasirampo).
Page 182
168
Berdasarkan wawancara diatas dapat peneliti ketahui bahwa respon pasti baik
karena itu usulan dari pihak desa yang merasakan dampak banjir dari tanggul yang
selalu jebol dan pihak desa sudah meminta bantuan untuk perbaikan kepada balai
besar wilayah sungai cidanau-ciujung-cidurian sebagai pengelola sungai cidurian,
bantuan yang di dapat dari Balai Besar Wilayah Sungai Cidanau-Ciujung-Cidurian
bentuknya sementara menunggu tahun anggaran selanjutnya.
Dari semua yang peneliti wawancarai, sepenuhnya respon dari pihak desa
maupun kecamatan kresek usulannya di tampung terlebih dahulu dan di godok oleh
pihak Dinas Bina Marga &SDA Kab.Tangerang untuk dilakukan pembangunan
pengendalian banjir, dari respon yang di dapat oleh Dinas Bina Marga & SDA
Kab.Tangerang kepada BBWS-2 ataupun BBWS-3 respon yang di dapat baik namun
realisasi dari usulan pemerintah Kabupaten Tangerang tidak mudah mendapatkan
anggaran untuk pelaksanaan pembangunan pengendali banjir karena BBWS-2
BBWS-3 dalam pelaksanaan pembangunan mengacu kepada rencana stategis yang
telah di buat sebelumnya.
Berdasarkan hasil wawancara dan observasi penelitian oleh peneliti yang
berkaitan dengan perda RTRW system pengendalian banjir di Kec.Kresek peneliti
dapat menyimpulkan bahwa sikap/kecenderungan para pelaksana merespon dengan
baik akan tetapi program pengendali banjir yang sulit terealisasikan, seperti:
A. Rehabilitasi saluran drainase dengan memperbesar saluran drainase serta
membongkar dan/atau mengganti utilitas yang dapat mengganggu sistem drainase.
Page 183
169
Usulan masyarakat atau pihak desa maupun pihak kec.kresek yang menginkan
rehabilitasi terhadap saluran drainase, mengusulkan kepada pihak Dinas Bina Marga
& SDA Kab.Tangerang, menurut hasil wawancara bahwa usulan yang di berikan
kepada pihak Dinas Bina Marga & SDA Kab.Tangerang respon yang di dapat cukup
baik akan tetapi untuk realisasi rehabilitasi drainase pihak Dinas Bina Marga dan
SDA Kab.Tangerang melihat skala prioritas terlebih dahulu apabila di rasa mendesak,
pihak Pemerintah Kab.Tangerang dalam hal ini Dinas Bina Marga & SDA
Kab.Tangerang baru dapat merealisasikan segala usulan masyarakat di tahun tersebut
ataupun tahun yang akan datang.
B. Normalisasi sungai cisadane sungai cidurian dan sungai cimanceuri berupa
pengerukan, Pelurusan, penyataan bagian sungai yang sempit serta pembuatan tebing
penguat di tepi sungai, serta pengembangan fungsi bantaran sungai.
Untuk usulan terkait normalisasi sungai cidurian pihak Dinas Bina Marga &
SDA Kab.Tangerang mendapat respon yang baik dari pemerintah pusat yaitu
kementerian PUPR dalam usulan sungai yang ada di Kab.Tangerang termasuk sungai
cidurian, akan tetapi usulan yang di berikan pihak Dinas Bina Marga & SDA
Kab.Tangerang kepada Kementerian PUPR sulit terealisasikan, begitu pun pihak desa
dan Kec.Kresek sudah beberapa kali mengajukan usulan perbaikan tanggul atau
tebing penguat dan normalisasi sungai cidurian respon dari pihak Balai Besar
Wilayah Sungai Cidanau-Ciujung-Cidurian baik akan tetapi realisasi sulit di dapatkan
pihak desa dan kec.kresek.
C. Operasi dan pemeliharaan yang optimal dan efisien.
Page 184
170
Pihak UPT III Dinas Bina Marga & SDA Kab.Kangerang yang bertanggung
jawab atas infrastuktur pengendali banjir di wilayah kec.kresek dan sungai cidurian
hilir yang bertugas melakukan operasi dan pemeliharaan biasa mengusulkan
pembiayaan untuk pemeliharaan infrastuktur pengendali banjir mendapat respon yang
baik dari Dinas Bina Marga dan mendapat anggran yang di inginkan untuk
pemeliharaan dan kegiatan operasional sarana prasarana pengendali banjir, biasa
usulan tersebut di berikan ketika rencana kerja yang akan dilakukan pada tahun yang
akan datang.
D. Memperluas daerah pelayanan yaitu dengan membuat dan memperbaiki saluran
drainase khususnya di lokasi banjir.
Usulan masyarakat seperti desa yang terkena banjir dan pihak kec.kresek
mengusulkan adanya pembangunan saluran drainase di wilayah yang rawan banjir di
respon dengan baik oleh Dinas Bina Marga & SDA Kab.tangerang, badan
perencanaan pembangunan daerah kab.tangerang usulan tersebut di terima dengan
baik dan dapat di realisasikan oleh Dinas Bina Marga & SDA Kab.Tangerang karena
hal tersebut termasuk hal yang mendesak dan prioritas utama untuk di lakukan.
E. Penerapan manajemen daerah aliran sungai, situ dan pantai dengan membentuk
badan pengelola.
Badan pengelolaan das cidurian, situ dan pantai menerima usulan dari dinas
yang berada pada wilayah administratif mereka seperti UPT III Dinas Bina Marga &
SDA Kab.Tangerang dan Dinas Bina Marga & SDA Kab.Tangerang yang
mengharapkan das cidurian situ sampai pantai di kelola dengan baik dengan
Page 185
171
perbaikan-perbaikan kondisi sungai cidurian seperti normalisasi dan revitalisasi situ
sebagai pengendali banjir yang akhirnya ketika air hujan yang mengalir dari drainase-
drainase yang mengalir ke sungai dan ke situ dan selanjutnya kepantai dapat mengalir
dengan baik tanpa ada luapan-luapan ke pemukiman masyarakat. Dari hasil
wawancara bahwa manajemen daerah aliran sungai cidurian situ hingga pantai respon
yang di berikan pihak pemerintah Kab.Tangerang sulit terealisasikan karena sering
terjadi tarik ulur kepentingan ataupun kewenangan, rencana strategis yang berbeda-
beda antara pengelola das cidurian pengelola situ dan pengelola pesisir pantai.
F. Pembangunan kolam tandon air di rencanakan di wilayah kecamatan rawan banjir.
Terkait dalam pembangunan kolam tandon air di Kec.Kresek, pihak
Pemerintah Kab.Tangerang lebih memilih merevatilisasi situ yang ada di Kec.Kresek,
dari hasil wawancara usulan untuk merevatilisasi situ yang ada di Kec.Kresek telah di
usulkan dari tahun 2013 namun sampai sekarang tidak ada pelaksanaan, respon yang
di terima baik akan tetapi realisasi untuk memperbaiki kondisi situ dari pemerintah
pusat dalam hal ini Kementerian PUPR belum terlaksana, akan tetapi data disain
sudah ada tinggal menunggu pembangunan situ patrasana agar fungsinya dapat di
manfaatkan ketika musim hujan dan musim kemarau.
Berdasarkan dari usulan yang di berikan oleh masyarakat, pihak desa dan
Kec.Kresek respon yang di dapat cukup baik oleh Dinas Bina Marga & SDA
Kab.Tangerang maupun Balai Besar Wilayah Sungai Cidanau-Ciujung-
Cidurian,begitu pula usulan pihak Pemerintah Daerah Kab.Tangerang ke Pemerintah
Pusat yaitu Kementerian PUPR selaku pengelola aset pemerintah yang ada di wilayah
Page 186
172
Kab.Tangerang memang di terima denga baik akan tetapi realisasi usulan sulit di
dapat.
4.4.6 Komunikasi Antar Organisasi Dan Aktivitas Agen Pelaksana
Koordinasi merupakan mekanisme yang ampuh dalam implementasi kebijakan
publik. Semakin baik koordinasi komunikasi diantara pihak-pihak yang terlibat dalam
suatu proses implementasi, maka asumsinya kesalahan-kesalaham akan sangat kecil
untuk terjadi. Dan, begitu pula sebaliknya, dalam pelaksanan kebijakan Peraturan
Daerah Kab.Tangerang no 13 Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang wilayah
Kab.Tangerang Tahun 2001-2031 terkait sistem pengendalian banjir di kec.kresekini
terdapat dinas-dinas terkait di antaranya Dinas Bina Marga & SDA Kab.Tangerang,
BBWS-2 dan BBWS-3 serta Unit Pelayana Terpadu III Dinas Bina Marga & SDA
Kab. Tangerang Wilayah Cidurian Hilir komunikasi yang di lakukan antara pelaksana
sudah baik seperti yang di katakan Oleh Kasie Pembangunan Dan Pemeliharaan
Sumber Daya Air Dinas Bina Marga & SDA Kab.Tangerang beliau mengatakan.
"Terkait komunikasi stakeholder pelaksana antara Dinas Bina Marga
& SDA dan balai C II, contohnya sungai cilongok yang sudah di keruk
, apa yang di inginkan dinas bina marga dan SDA seperti pengerukan
situ apa yang kurang kita kirimkan jadi kebutuham dinas bina marga
akan di tutupi balai C II dan apa yang di butuhkan balai akan di tutupi
dinas bina marga, sementara itu sampai dengan kebutuhan untuk
normalisasi slauran pembuang dan lain-laib untuk saat ini proses
komunikasi bagus tidak ada masalah itu, tetapi batasan kewenangan
ada di masing-masing SKPD baik pemerintah pusat maupun
pemerintah daerah".(Wawancara Dengan I.1.1,09Januari 2017, Pukul
10.00 Wib, Di Kantor Dinas Bina Marga & SDAKab.Tangerang)
Page 187
173
Berdasarkan hasil wawancara di atas dapat peneliti ketahui bahwa komunikasi
sudah bagus di antara stakeholder saling melengkapi dalam pelaksanaan
pengendalian banjir atau menormalisasi sungai dan situ.
Hal yang sama di ungkapkan oleh I.1.5
"Proses komunikasi baik setiap tahun ada pemeliharaan terkait situ-
situ". (Wawancara DenganI.1.5, 11 Januari 2017,Pukul 10.30 Di
KantorBBWSCC Ciliwung-Cisadane).
Berdasarkan wawancara di atas proses komunikasi baik setiap tahun ada
pemeliharaan situ.
Hal serupa juga di ungkapkan oleh I.1.3
"Ya prosesnya baik tidak ada kendala dari komunikasi paling
kendalanya itu realisasi dari kerja sama atau usulan dari pemerintah
kabupaten yang sulit terealisasi karena harus banyak yang di berikan
dokumen-dokumen tertentu dan rencana strategisnya beda-beda itu
yang menjadi kendala".(Wawancara Dengan I.1.3, 18 Januari2017,
Pukul 11.00 Wib Di Kantor Upt III Sumber Daya Air Dinas
Binamarga & SDA Kab.Tangerang).
Berdasarkan hasil wawancara denganI.1.3 dapat di ketahui bahwa proses
komunikasi baik tidak ada kendala yang menjadi kendala ialah realisasi dari kerja
sama atau usulan dari pemerintah kab.tangerang yang sulit terealsiasi olehPemerintah
pusat dan rencana strategis yang berbeda-beda itu menjadi kendala pemerintah daerah
untuk menyamakan program terkait sistem pengendalian banjir.
Hal berbeda di ungkapkan oleh I.1.2
Page 188
174
"Kita mengirim surat jawaban mereka bagaimana, kita sama-sama
lembaga negara instansi negara harusnya komunikasi tidak
sulit".(Wawancara DenganI.1.2, 30 Januari 2017,Pukul 10.30 Wib,
Dikantor UPT Sumber Daya Air II Dinas Bina Marga & SDA
Kab.Tangerang).
Berdasarkan hasil wawancara diatas dapat peneliti ketahui bahwa proses
komunikasi sulit.
Selain komunikasi koordinasi yang dilakukan dalam pelaksanaan pelaksanan
kebijakan Peraturan Daerah Kab.Tangerang no 13 Tahun 2011 tentang Rencana Tata
Ruang wilayah Kab.Tangerang Tahun 2001-2031 Terkait Sistem Pengendalian Banjir
Di kec.kresekinidiharpakan dapat berjalan dengan baik.
Seperti yang di ungkapkan oleh I.1.1
"Sebetulnyakoordinasi sudah baik, ambil contoh apel hari senin tgl 09-
01-2017 yang biasa di pimpin pak bupati, pak bupati dengan tegas
menyatakan bahwa dinas-dinas terkait masalah bencana seperti Dinas
Bina Marga & SDA, BPBD sudah harus menindak Lanjuti perkiraan
hujan yang meningkat
di januari, disebutkan oleh pak bupati ketika apel tadi kerja sama
dengan balai terkait kebijakan apabila posisi wilayah banjir sudah
didata maka harus segera disikapi".(Wawancara Dengan I.1.1, 09Januari
2017, Pukul 10.00 Wib, Di Kantor Dinas Bina Marga &
SDAKab.Tangerang)
Berdasarkan hasil wawancara di atas dapat peneliti ketahui bahwa koordinasi di
antara stakeholder pemerintah Kabupaten Tangerang dalam masalah bencana sudah
harus menindak lanjuti perkiraan hujan dan berkerja sama dengan Balai Besar
Wilayah Sungai Ciliwung-Cisadane maupun Balai Besar Wilayah Sungai Cidanau-
ciujung-cidurian apabila ada data-data posisi wilayah banjir harus segera di sikapi.
Page 189
175
Hal yangsama di ungkapkan oleh I.1.4
"Saling koordinasi sesuai tupoksinya. Koordinasi untuk keterangan
debit dapat di dapat di BBWSC-3".(Wawancara DenganI.1.4, 24
Februari 2017,Pukul 13.30 Wib, Dikantor Balai Besar Wilayah Sungai
Cidanau-Ciujung-Cidurian).
Berdasarkan hasil wawancara diatas dapat peneliti ketahui bahwa saling
koordinasi sesuai tupoksi dan untuk keterangan debit air dapat di dapat di balai
BBWSC-3.
Hal yang sama di ungkapkan oleh I.1.3
"Baik selalu ada komunikasi antar dinas yang terkait kalau ada
kerjasama yang perlu di lakukan".(Wawancara Dengan I.1.3, 18
Januari2017, Pukul 11.00 Wib Di Kantor Upt III Sumber Daya Air
Dinas Binamarga & SDA Kab.Tangerang).
Berdasarkan hasil wawancara di atas dapat peneliti ketahui bahwa koordinasi
baik selalu ada komunikasi antar dinas yang terkait.
Hal yang sama di ungkapkan olehI.1.2
"Jadi koordinasi sekarang sudah lebih mudah formatnya jadi sebelum
PKS ada MOU dulu di refifikasi di teliti masing-masing bila
memungkinkan baik pemda, C 2 ciliwung-cisadane, C 3 cidanau-
ciujung-cidurian menguji coba namun untuk saat ini sulit, tetapi bila
untuk menormalisasi sungai pembuang saja itu bisa yang di contohkan
tadi itu formatnya meminta izin ke pemilik wewenang, seperti untuk
menormalisasi sungai yang kewenangan pusat, kami selaku pemda
kab.tangerang meminta izin untuk kita lakukan normalisasi dengan
menggunakan APBD Kab.Tangerang dan setelah selesai pelaksanaan
pembangunan kita kembalikan lagi asset mereka, karena pakai MOU
nanti ke PKS itu sulit, makan waktu berbelit-belit dan belum tentu
jadi"(Wawancara DenganI.1.2, 30 Januari 2017,Pukul 10.30 Wib,
Page 190
176
Dikantor UPT Sumber Daya Air II Dinas Bina Marga & SDA
Kab.Tangerang).
Berdasarkan hasil wawancara diatas, dapat peneliti ketahui jadi sekarang
koordinasi sudah lebih mudah dengan di banding dengan menggunakan koordinasi
MOU dan menjadi PKS itu sulit memakan waktu yang panjang dan belum tentu jadi.
Berdasarkan hasil wawancara dan observasi penelitian yang berkaitan dengan
perda RTRW sistem pengendalian banjir di kec.kresek peneliti dapat menyimpulkan
bahwa komunikasi antara organisasi dan aktivitas pelaksana yang ada dalam
pelaksanaan sitem pengendali bajir di kec kresek proses komunikasi dan koordinasi
tidak berjalan dengan baik, seperti:
A. Rehabilitasi saluran drainase dengan memperbesar saluran drainase serta
membongkar dan/atau mengganti utilitas yang dapat mengganggu sistem drainase.
Untuk komunikasi dan koordinasi terkait rehabilitasi drainase di Kec. Kresek,
pihak desa dan pihak kec.kresek biasa membawakan usulan mereka dalam
musrenbang kecamata koordinasi antara desa dan kecamatan kepada Dinas Bina
Marga dan SDA Kab.Tangerang tidak ada masalah, pihak Dinas Bina Marga dan
SDA Kab.Tangerang akan menerima usulan yang telah di lakukan melaui koordinasi
tersebut dengan melihat prioritas utama, apakah perlu atau sangat mendesak untuk di
lakukan rehabilitasi drainase sebagai pengendalian banjir di Kec.Kresek.
B. Normalisasi sungai cisadane sungai cidurian dan sungai cimanceuri berupa
pengerukan, Pelurusan, penyataan bagian sungai yang sempit serta pembuatan tebing
penguat di tepi sungai, serta pengembangan fungsi bantaran sungai.
Page 191
177
Dalam komunikasi dan koordinasi antara pemerintah Kab.Tangerang dengan
Kementerian PUPR terkait normalisasi sungai yang ada di Kab.Tangerang termasuk
sungai cidurian proses komunikasi dan koordinasi sulit terjalin, membutuhkan proses
yang panjang. Karena terjadi konflik kepentingan dan konflik kewenangan antara
pihak Pemerintah Daerah Kab.Tangerang yang mendesak agar sungai-sungai besar
yang tanggung jawab Pemerintah Pusat yang berada di wilayah administratif
Kab.Tangerang segara di normalisasi, namun pihak Pemerintah Pusat tidak
menormalisasi sungai cidurian karena bukan prioritas utama dan bukan wilayah
strategis yang padat seperti daerah perkotaan.
C. Operasi dan pemeliharaan yang optimal dan efisien.
Terkait operasi dan pemeliharaan infrastuktur pengendali banjir yang ada di
Kec.Kresek sangat baik karena masih dalam satu perintah atau komando kepala Dinas
Bina Marga & SDA Kab.Tangerang kepada kepala UPT III Dinas Bina Marga &
SDA Kab.Tangerang, operasi sarana prasarana pengendali banjir dilakukan dalam
dua minggu sekali walau memang sarana prasarana pengendali banjir tidak semua
tersentuh, akan tetapi proses komunikasi dan koordinasi di antara dua Dinas
Kab.Tangerang ini baik karena kepala Dinas Bina Marga & SDA Kab.Tangerang
langsung memberikan perintah ke pada kepala UPT III Dinas Bina Marga & SDA
Kab.Tangerang para pegawai dan staff.
D. Memperluas daerah pelayanan yaitu dengan membuat dan memperbaiki saluran
drainase khususnya di lokasi banjir.
Page 192
178
Komunikasi dan koordinasi antara pihak desa dan kec.kresek dalam usulan
pembangunan drainase di wilayah kec.kresek yang terkena banjir, koordinasi tersebut
biasa dilakukan pada musrenbang kecamatan ke pihak DPRD Kab.Tangerang, Dinas
Bina Marga & SDA Kab.Tangerang dan Badan Perencanaan Pembangunan Daerah
Kab.Tangerang menerima usulan pihak desa dan usulan pihak Kec.Kresek yang
kemudian di tampung lalu di godok di pilih-pilih hal yang paling mendesak yang
akan mendapatkan realisasi pembangunan drainase sebagai pengendali banjir di
Kec.Kresek
E. Penerapan manajemen daerah aliran sungai, situ dan pantai dengan membentuk
badan pengelola.
Proses komunikasi dan koordinasi di antara Dinas Bina Marga & SDA
Kab.tangerang, UPT III Dinas Bina Marga & SDA Kab.Tangerang, balai besar
wilayah sungai ciliwung-cisadane dan balai besar wilayah sungai cidanau-ciujung-
cidurian terkait penerapan manajemen das cidurian situ hingga pantai sulit dilakukan
karena setiap stakeholder pelaksana bertugas berdasarkan tugas pokok dan fungsi
masing-masing, hirarki perintah sehingga perintah yang di dapatkan pun hanya dari
kepala dinas kepala balai tanpa ada koordinasi di ke empat stakeholder tersebut.
F. Pembangunan kolam tandon air di rencanakan di wilayah kecamatan rawan banjir.
Untuk pembangunan kolam tandon air pemerintah daerah Kab.Tangerang
berkoordinasi dengan pemerintah pusat yaitu Kementerian PUPR untuk segara
melakukan revitalisasi situ yang ada di wilayah kec.kresek. Koordinasi yang panjang
dari tahun 2013 sampai saat ini belum Terealisasikan karena Pemerintah Pusat
Page 193
179
terkendala anggaran yang sangat besar dan skala prioritas utama dalam sistem
pengendalian banjir di kec.kresek khususnya merevatilisasi situ di wilayah
kec.kresek.
Proses komunikasi dan koordinasi di antara para stakeholder pelaksana sistem
pengendalian banjir di kec.kresek membutuhkan waktu yang panjang baik pihak desa,
pihak kec.kresek kepada Dinas Bina Marga & SDA Kab.Tangerang maupun kepada
Balai Besar Wilayah Sungai Cidanau-Ciujung-Cidurian sebagai pengelola das
cidurian maupun pihak Dinas Bina Marga kepada Pemerintah Pusat Kementerian
PUPR. Proses komunikasi dan koordinasi tersebut dilakukan dengan cara MOU
(Memorandum Of Understanding) sebuah ringkasan pernyataan tertulis yang
menguraikan persyaratan sebuah perjanjian yang dilihat dan diteliti oleh masing-
masing para stakeholder, dan bila MOU dirasa memenuhi persyaratan maka akan
ditindak lanjuti menjadi PKS (Perjanjian Kerja Sama) anatara pemerintah Kabupaten
Tangerang dengan pemilik kewenangan terkait sungai besar yang ada di kabupaten
Tangerang akan tetapi perjanjian MOU (Memorandum Of Understanding) dan PKS
(Perjanjian Kerja Sama) itu sulit memakan waktu panjang dan belum tentu perjanjian
yang telah disepakati terlaksana dan terealisasi usulan dari pemerintah Kabupaten
Tangerang oleh pemerintah pusat dalam hal ini Kementerian PUPR. Dari hasil
wawancara dan berita yang peneliti dapat bahwa proses komunikasi dan koordinasi
tidak efektif karena adanya tarik ulur kewenangan dan tarik ulur kepentingan
merupakan salah satu faktor tidak tertatanya sungai dan situ yang ada di
Kab.Tangerang khususnya di Kec.Kresek, padahal pihak pemerintah daerah
Page 194
180
Kab.Tangerang sudah lama dan sering melaporkan masalah tersebut kepada
pemerintah pusat.
4.4.7 Lingkungan Ekonomi, Sosial dan Politik.
Upaya implementasi kebijakan mensyaratkan kondisi lingkungan eksternal
yang kondusif. Diantaranya lingkungan ekonomi,sosial dan politik.ketiga lingkungan
tersebut haruslah mendukung sebuah program yang akan di keluarkan.
Sebagaimana yang di ungkapkan oleh I.1.4
"Sangat mendukung kegiatan yang di lakukan oleh BBWSC-
3".(Wawancara DenganI.1.4, 24 Februari 2017,Pukul 13.30 Wib,
Dikantor Balai Besar Wilayah Sungai Cidanau-Ciujung-Cidurian).
Berdasarkan hasil wawancara diatas dapat peneliti ketahui bahwa masyarakat
kec.kresek mendukung kegiatan Balai besar wilayah sungai cidanau-ciujung-cidurian
sebagai pengendali banjir.
Hal serupa diungkapkan olehI.1.3
"Kondisi masyarakat hanya bertani kalau di wilayah kec.kresek
khususnya yang kena banjir kalau. Kalau banjir masyarakat tidak bisa
melakukan aktivitas apa-apa dan buruknya ketika padi akan di panen
tetapi kena banjir itu biasa terjadi masyarakat yang kena rugi, bila ada
pembangunan pengendali banjir masyarakat pasti mendukung karena
mereka juga ingin terbebas dari banjir".(Wawancara Dengan I.1.3, 18
Januari2017, Pukul 11.00 Wib Di Kantor Upt III Sumber Daya Air
Dinas Binamarga & SDA Kab.Tangerang).
Page 195
181
Berdasarkan hasil wawancara diatas dapat peneliti ketahui bahwa masyarakat
hanya bertani dan apabila banjir masyarakat tidak bisa beraktivitas apabila ada
pembangunan pengendali banjir masyarakat pasti mendukung.
Hal yang sama di ungkapkan oleh I.1.1,
"Sangat tertinggal, kita pernah survey di desa patrsana baik dari segi
pendapatan dari SDM kita pikiriti masih sangat tertinggal
seumpamanya ada program terkait mengurangi banjir kita pikir
masyarakat sangat mendukung dan mengharapkan".(Wawancara
Dengan I.1.1, 09Januari 2017, Pukul 10.00 Wib, Di Kantor Dinas Bina
Marga & SDAKab.Tangerang)
Berdasarkan hasil wawancara diatas dapat peneliti ketahui bahwa kondisi
ekonomi masyarakat dan SDM masih tertinggal dan bila ada program terkait dalam
mengurangi banjir masyarakat mendukung dan mengharapkan.
Hal serupa di ungkapkan oleh I.2.2
"Kondisi masyarakat yang terkena banjir warga tidak bisa beraktivitas
seperti biasanya dan masyarakat hanya bisa menunggu bantuan ketika
banjir, dan mengharapkan action dari pemerintah dan dinas-dinas yang
tugasnya untuk mengurangi banjir kalau musim hujan datang
lagi”.(Wawancara Dengan I.2.2 ,16 Maret 2017, Pukul 09.30 Wib, Di
Depan Sekolah Paud Melati Ds.Patrasana)
Berdasarkan hasil wawancara dengan semua informan terkait lingkungan
ekonomi, sosial dan politik, peneliti menarik kesimpulan bahwa implementasi
Peraturan Daerah Kabupaten Tangerang no 13 Tahun 2011 tentang Rencana Tata
Ruang wilayah Kabupaten Tangerang Tahun 2001-2031 Terkait Sistem Pengendalian
Banjir, di Kecamatan Kresek kondisi ekonomi masyarakat yang terkena banjir
Page 196
182
terganggu karena jalan penghubung desa terkena banjir mengakibatkan roda
perekonomian masyarakat teranggu karena banjir akibatnya masyarakat tidak dapat
beraktifitas seperti biasa, seperti pekerja yang tidak bisa bekerja, petani yang tidak
bisa bertani Karena sawah mereka tergenang banjir hingga terputusnya roda
perekonomian masyarakat.
Dampak kondisi social masyarakat Kecamatan Kresek yang terkena banjir,
masyarakat tidak dapat beraktifitas secara normal terganggunya aktitas masyarakat
seperti terganggunya pendidikan karena sekolah tergenang banjir, dan jumlah
penyakit bertambah seperti diare dan gatal-gatal serta rusaknya fasilitas umum
maupun rusak masyarakat itu sendiri. Serta dampak banjir secara politik di kecamatan
kresek khususnya diwilayah yang sering terjadi banjir ini mendukung adanya
pelaksanaan pembangunan pengendali banjir di kecamatan kresek, karena masyarakat
tidak ingin banjir yang datang kondisinya lebih buruk dari banjir sebelumnya, dari
segi politik kekondusifan masyarakat yang terkena banjir sangat mengharapkan dan
mendukung adanya kebijakan peraturan daerah Kabupaten Tangerang tentang
rencana tata ruang wilayah terkait sistem pengendalian banjir demi terlaksananya
kebijakan ini dengan baik.
Secara keseluruhan pembangunan sistem pengendali banjir di kec.kresek seperti
dalam isi perda RTRW sistem pengendalian banjir sangat di harapkan oleh
masyarakat Kec.Kresek khususnya masyarakat yang terkena banjir, seperti:
Page 197
183
Rehabilitasi saluran drainase dengan memperbesar saluran drainase serta
membongkar dan / atau mengganti utilitas yang dapat mengganggu sistem
drainase;
Operasi dan pemeliharaan yang optimal dan efesien;
Memperluas daerah pelayanan yaitu dengan membuat dan memperbaiki
saluran drainase khususnya dilokasi banjir;
Pembangunan kolam tandon air direncanakan di kecamatan rawan banjir;
Normalisasi Sungai Cisadane, Sungai Cidurian dan Sungai Cimanceuri berupa
pengerukan, pelurusan, penyayatan bagian sungai yang sempit serta
pembuatan tebing penguat di tepi sungai, serta pengembangan fungsi bantaran
sungai;
Penerapan manajemen daerah pengaliran sungai, situ dan pantai dengan
membentuk badan pengelola;
Sangat di perlukan bagi masyarakat kec.kresek, karena masyarakat kresek tidak
ingin lagi terkena banjir, khususnya untuk normalisasi sungai cidurian dan revitalisasi
situ yang ada sangat di harapkan masyarakat karena penyebab utama banjir di
kec.kresek diakibatkan meluapnya das cidurian dan situ yang tidak bisa menampung
das cidurian sehingga menyebabkan banjir setiap tahun di wilayah kec.kresek yang
dampaknya sangat merugikan masyarakat maupun pemerintah sendiri.
4.1.8 Rekapitulasi Hasil Temuan Lapangan Sistem Pengendalian banjir di
Kec.Kresek Kab.Tangerang
Berdasarkan hasil dari wawancara serta observasi yang dilakukan oleh peneliti
di lapangan dapat disimpulkan mengenai pemaparan Peraturan Daerah
Kab.Tangerang No 13 Tahun 2011 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah
Kab.Tangerang Tahun 2011-2031(Studi Kasus Sistem Pengendalian Banjir Di
Kec.Kresek tahun 2015)
Page 198
184
Tabel 4.3 Rekapitulasi Hasil Temuan Lapangan
No Indikator Temuan Lapangan Hasil
Optimal/Tidak
Optimal
1 Ukuran dan Tujuan
Kebijakan
1. Tidak adanya ukuran
yang jelas terhadaap
keberhasilan Perda
RTRW sistem
pengendalian banjir
2. Tujuan kebijikan masih
rancu karena isi
kebijkan terkait sistem
pengendalian banjir
tumpang tindih anata
aturan dengan
kewenangan di
pemerintah daerah
dengan pemerintah
pusat
Tidak Optimal
2 Sumberdaya 1. Jumlah SDM yang masih
kurang terhadap
pemeliharaan
infrastuktur sistem
pengendali banjir.
2. Jumlah anggaran
pemerintah daerah &
Tidak Optimal
Page 199
185
pemerintah pusat masih
kurang.
3. Jumlah anggaran tidak di
informasikan pihak
Dinas Bina Marga
terkait besaran
pembangunan sistem
pengendalian banjir di
Kab.Tangerang
Khusunys di
Kec.Kresek
4. Sarana prasarana alat
bantu sistem
pengendalian banjir
dapat di andalkan
3 Karakteristik Agen
Pelaksana
1. Pihak BBWS Cidanau-
Ciujung-Cidurian
Tidak memberikan
informasi terhadap
rencana strategis.
2. Kegiatan berdasarkan
tugas pokok & fungsi
masing-masing
sehingga
komando/perintah antar
pelaksana tidak saling
sinkron.
Tidak Optimal
4 Sikap/Kecenderungan 1. Respon diterima Tidak Optimal
Page 200
186
Para Pelaksana menurut skala prioritas
utama
2. Usulan
masyarakat/pihak desa
kepada BBWS
Cidanau-Ciujung-
Cidurian Sulit di
realisasikan.
3. Pihak pemerintah Daerah
Kab.Tangerang
terkendala kewenangan
dan aturan.
4. Respon pelaksana
menerima dengan baik
usulan yang dierikan
kepada mereka
5 Komunikasi Antara
Organisasi &
Aktivitas Pelaksana
1. Tarik ulur kepentingan
antara pemda
Kab.Tangerang dengan
Pemerintah Pusat.
2. Koordinasi berjalan
panjang tanpa realisasi.
3. Kesepakatan perjanjian
kerjasama belum tentu
mendapat hasil.
Tidak Optimal
6 Lingkungan
Ekonomi, Sosial &
Politik
1. Masyarakat mendukung
dengan baik
pembangunan
Optimal
Page 201
187
infrastuktur pengendali
banjir
2. Masyarakat berperang
aktif mengajukan
usulan kepada
pemerintah daerah &
pusat.
3. Masih ada masyarakat
yang tidak menyadari
pentingnya menjaga
kebersihan lingkungan
(Sumber:Peneliti 2017)
Page 202
188
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah peneliti paparkan sebelumnya
mengenai implementasi kebijakan Peraturan Daerah Kab.Tangerang No 13 Tahun
2011 tentang Rencana Tata Tuang Wilayah Kab.Tangerang Tahun2011-2031 (studi
kasus sistem pengendalian banjir di kec.kresek). Pelaksanaan masih kurang
maksimal, dikarenakan dari hasil peneliti temukan di lapangan bahwa belum mampu
memenuhi enam indikator dari implementasi kebijakan publik menurut Van Metter
dan Van Horn bahwa implementasi kebijakan dapat berjalan dengan baik jika ukuran
dan tujuan kebijakan, sumberdaya, karakteristik agen pelaksana, sikap/kecenderungan
para pelaksana, komunikasi antar organisasi dan aktifitas pelaksana, lingkungan
ekonomi, sosial dan politik sudah di jalankan dengan baik oleh para implementator
kebijakan.
Faktor penghambat yang peneliti temukan melalui wawancara dengan para
informan dan observasi dilapangan terkait sistem pegendalian banjir di Kec.Krseek
yaitu:
Pertama, bahwa ukuran dan tujuan kebijakan sistem pengendalian banjir di
kec.kresek tidak optimal, karena pemerintah sendiri tidak mengetahui secara jelas dan
pasti ukuran keberhasilan dari berhasilya perda RTRW sistem pengendalian banjir,
Page 203
189
berkurangnya daerah banjir setiap tahun menjadi acuan keberhasilanya akan tetapi
banjir di kec.kresek masih tetap ada walau jumlah kepala keluarga tidak terlalu
banyak.
Kedua, bahwa sumberdaya sistem pengendalian banjir di kec.kresek tidak
optimal, karena sumber daya manusia yang ada untuk pemeliharaan infrastuktur
pengendali banjir masih ke kurangan sedangkan area pemeliharaan jangkaunya cukup
luas, dan sumberdaya finansial yang ada di pemerintah daerah Kab.Tangerang &
pemerintah Pusat masih kurang dan membutuhkan biaya yang cukup besar dalam
pembangunan pengedalian banjir di kec.kresek, seperti normalisasi sungai cidurian
dan revitalisasi situ yang ada di kec.kresek.
Ketiga, bahwa karakteristik agen pelaksana dalam pelaksanaan sistem
pengendali banjir di kec.kresek tidak optimal, karena para pelaksana bekerja
berdasarkan tugas pokok & fungsi masing-masing sehingga komando/perintah antar
pelaksana yang terlibat tidak saling sinkron.
Keemapat, bahwa sikap/ kecenderungan para pelaksana kurang optimal karena
usulan masyarakat/pihak desa yang diajukan kepada BBWS Cidanau-Ciujung-
Cidurian Sulit di realisasikan, terkait usulan normalisasi sungai cidurian, pihak
pemerintah Daerah Kab.Tangerang terkendala kewenangan dan aturan sehingga
menyulitkan pihak Dinas Bina Marga melakukan pembangunan pengendalian banjir
yang kewenangan pusat dan respon yang akan diterima berdasarkan skala prioritas
utama yang paling mendesak menurut para pelaksana sistem pengendalian banjir.
Page 204
190
Kelima, bahwa komunikasi antara organisasi & aktivitas pelaksana tidak
optimal, dikarenakan Tarik ulur kepentingan antara pemda Kab.Tangerang dengan
Pemerintah Pusat yang di karenakan kewenangan yang berada di pemerintah pusat
menyulitkan pihak pemerintah daerah bertindak dalam penanganan banjir di
kec.kresek, pihak pemerintah daerah hanya dapat mengajukan segala permasalahan
dan keinginan dari pihak masyarakat dan pihak Dinas Bina Marga sendiri agar
penyebab banjir di kab.Tangerang dan khususnya di Kec.Kresek dapat di lakukan
pembangunan sistem pengendalian banjir akan tetapi Koordinasi yang berjalan
panjang tanpa ada realisasi yang pasti.
Keenam, bahwa lingkungan ekonomi, sosial dan politik berjalan optimal karena
masyarakat yang terkena banjir diwilayah Kecamatan Kresek mengharapkan adanya
pembangunan pengendali banjir yang mengakibatkan mereka tidak dapat beraktifitas
secara normal karena banjir yang terjadi memutus jalan penghubung antar desa dari
segi ekonomi roda perekonomian masyarakat seperti terbengkalainya industri
rumahan, walau memang peneliti menemukan peran masyarakat dalam pemeliharaan
infrastuktur yang telah di bangun masih kurang dan tidak menjaga lingkungan.
5.2 Saran
Berdasarkan kesimpulan yang di peroleh dari hasil penelitian di atas maka
peneliti memberikan beberapa saran yang dapat dijadikan masukan dalam
Implementasi Peraturan Daerah Kab.Tangerang No 13 Tahun 2011 tentang Rencana
Page 205
191
Tata Tuang Wilayah Kab.Tangerang Tahun2011-2031 (Studi Kasus Sistem
Pengendalian Banjir Di Kec.Kresek tahun 2015) adapun saran-saran sebagai berikut:
1. Seharusnya, sumberdaya finansial lebih ditingkatkan lagi sehingga seluruh
masalah yang menjadi penyebab banjir di Kec.Kresek dapat di lakukan
pelaksanaan pembangunan sistem pengendalian banjir ini dapat berjalan
khususnya di Kec.Kresek, dan dapat terealisasi segala usulan masyarakat yang
terkena dampak banjir agar banjir bisa berkurang jumlah dan areanya di
Kab.Tangerang dan khususnya di Wilayah Kec.Kresek.
2. Seharusnya,komunikasi yang dilakulan di diantara para pelaksana sistem
pengendalian banjir tidak sulit dan koordinasi yang dilakukan lebih efektif
dan efisien prosesnya di permudah dengan kerjasama yang dapat
menghasilkan realiasi yang di inginkan karena hal tersebut dapat
memperlancar kerjasama yang telah dilakukan demi kepentingan bersama
3. Seharusnya, pihak kecamatan kresek dan pihak desa di kecamatan kresek
mengajukan usulan kepada Pemerintah Kab.Tangerang maupun pihak
pengelolaan Das cidurian melakukan komunikasi koordinasi secara terus
menerus agar segala usulan yang di inginkan dan di harapkan dapat di
realisasikan oleh para stakeholder pelaksana sistem pengendalian banjir di
Kec.Kresek Kab.Tangerang agar dampak dan area banjir bisa berkurang di
wilayah kec.kresek.
Page 206
192
4. Seharusnya, masyarakat berperan aktif dalam partisipasi menjaga lingkungan,
merawat dan menjaga sarana prasarana pengendali banjir yang telah di
bangun oleh pihak Pemerintah Pusat dalam hal ini Direktorat Jenderal Sumber
Daya Air Kementrian Pekerjaan umum, maupun pihak Pemerintah Daerah
Kabupaten Tangerang melalui Dinas Bina Marga & SDA Kab.Tangerang,
agar sarana prasarana yang telah ada dapat tetap terjaga dan anggaran yang
dikeluarkan selanjutnya untuk sarana prasarana pengendali banjir yang belum
pemerintah perbaiki.
Page 207
193
DAFTAR PUSTAKA
Sumber Buku:
Agustino, Leo. 2016. Dasar-dasar Kebijakan Publik. Bandung: Alfabeta.
Sujarto, Ir. 2002. Metode Pendekatan Penataan Ruang Kota. Bandung : Indo Kindo
Irawan, Prasetya. 2006. Penelitian Kualitatif & Kuantitatif untuk Ilmu-ilmu Sosial.
Jakarta: FISIP UI.
Moleong, Lexy J. 2006. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja
Rosdakarya.
____________. 2011. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja
Rosdakarya.
Nugroho D, Riant. 2003. KEBIJAKAN PUBLIK Formulasi, Implementasi dan
Evaluasi. Jakarta: Elex Media Komputindo
Sugiyono. 2005. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: ALFABETA
____________. 2012. Metode Penelitian Kuantitaif Kualitatif dan R&D.
Bandung: Alfabeta.
Subarsono. 2005. ANALISIS KEBIJAKAN PUBLIK KONSEP, TEORI DAN
APLIKASI. Yogyakarta: Pustaka Belajar.
Wahab. 2012. ANALISIS KEBIJAKAN dari Formulasi ke Penyusunan Model-model
Implementasi Kebijakan Publik. Jakarta: Bumi Aksara.
Winarno, Budi. 2014. Teori dan Proses Kebijakan Publik. Yogyakarta: Center Of
Academic Publishing Service.
Sugiyanto, Ir. 2002. Pengendali banjir metode struktur non struktur. Yogyakarta:
Pustaka Belajar
Dokumen :
Lembaran Negara. Undang-undang No 24 Tahun 2007 Tentang Penanggulangan
Bencana
Lembaran Negara. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 38 Tahun 2011
Tentang Sungai
Page 208
194
Lembaran Negara. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2012
Tentang Penetapan Wilayah Sungai
Lembaran Negara. Peraturan menteri pekerjaan umum Nomor 09/PRT/M/2009
tentang kebijakan pelaksanaan kegiatan
Lembaran Daerah Kabupaten Tangerang. Peraturan Daerah Kabupaten Tangerang
Nomor03 Tahun 2010 Tentang Pengelolaan Sungai Dan Drainase
Lembaran Daerah Kabupaten Tangerang. Peraturan Daerah Kabupaten Tangerang
Nomor 5 Tahun 2013 Tentang Rencana Jangka Menengah Daearah Kabupaten
Tangerang Tahun 2013-2018
Lembaran Daerah Kabupaten Tangerang. Peraturan Daerah Kabupaten Tangerang
Nomor 08 Tahun 2010 Tentang Struktur Organisasi Perangkat Daerah
Kabupaten Tangerang
Lembaran Daerah Kabupaten Tangerang. Peraturan Daerah Kabupaten Tangerang
Nomor 61 Tahun 2010 Tentang Rincian Tugas dan Tata Kerja Kecamatan
dilingkungan Pemerintah Kabupaten Tangerang
Lembaran Daerah Kabupaten Tangerang. Peraturan BupatiKabupaten Tangerang
Nomor 43 Tahun 2010 Tentang Tugas Pokok dan Fungsi Tata Kerja Dinas Bina
Marga dan Pengairan
Lembaran Daerah Kabupaten Tangerang. SuratKeputusan Bupati Nomor 42 Tahun
2010 Tentang Tugas Pokok dan Fungsi Dari Tata Kerja Dinas Bina Marga dan
Pengairan
Sumber Lain :
http://www.tangerangnews.com/kabupaten-tangerang/read/17048/8-Kecamatan-di-
Kabupaten-Tangerang Diterjang-Banjir
http://www.staklimpondokbetung.net/publikasi/App%20PRAK&ANAL-2014-01.pdf
http://www.staklimpondokbetung.net/publikasi/App%20PRAK&ANAL-2015-02.pdf
https://m.tempo.co/read/news/2016/09/05/083801646/182-proyek-infrastruktur-
kabupaten-tangerang-tertunda
www.neraca.co.id/article/64697/kabupaten-tangerang-pemkab-terima-hibah-rp17-
miliar-dari-dk
tangerangrayaonline.com/2015/11/24/dbmsda-kabupaten-tangerang-dianaktirikan/
Page 209
195
Skripsi :
Listiawati, Adhitia. 2016. Implementasi Peraturan Daerah Kota Serang No 6 Tahun
2011 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Serang Tahun 2010-2030 (Studi
kasus pasal 17 sistem prasarana dranase dan pedestarian). Fakultas Ilmu Sosial dan
Ilmu Politik. Universitas Sultan Ageng Tirtayasa :Skripsi
Tri Cahyo, Agung. Perencanaan Pengendalian Banjir Kali Kemuning, Sampang.
Fakultas Teknik. Institute Teknologi Sepuluh November :Skripsi
Page 210
MATRIKS HASIL WAWANCARA SEBELUM REDUKSI DATA
Keterangan : I1.1
Kasie Pembangunan dan Pemeliharaan Sumber Daya Air
Dinas Bina Marga & SDA Kab.Tangerang
Catatan Lapangan :Wawancara dilakukan pada hariSenin, tanggal 09 Januari
2017 di kantor Dinas Bina Marga & SDA Kab.Tangerang
Q I I1
Q1
Apa tujuan dari Perda RTRW tersebut terkait sistem
pengendalian banjir di Kab.Tangerang khususnya di
Kecamatan Kresek?
“yang pertama menormalisasi sungai yang khususnya saluran-
saluran pembuang yang ada di wilayah kecamatan kresek,
khususnya di Dinas Bina Marga dan SDA kita membuat tandon
air atau penampung air dimana disaat musim hujan dapat
menampung air hujan dan disaat musim kemarau kita
mempunyai kelebihan air untuk persediaan air pada saat
kekeringan”
Q2
Apa standar keberhasilan dari Perda RTRW terkait sistem
pengendalian banjir di Kab.Tangerang khususnya di
kecamatan kresek?
“program Kab.Tangerang tahun 2019 bebas banjir, berarti
tidak ada target khusus yang penting dimana ada saluran kita
normalisasi kita perbaiki kita sempurnakan dan kita
manfaatkan lagi sebagai penampungan air, dimana
Masyarakat Kab.Tangerang prioritas bebas banjir dan
mempunyai persediaan air saat musim kemarau untuk tahun
kemarin kita telah melakukan empat titik lokasi normalisasi
yaitu pembuang lontar,pembuang cileles, pembuang cimane
dan pembuang limbung”
Page 211
Q3
Sejauh mana tingkat keberhasilan dari Perda RTRW terkait
sistem pengendalian banjir di Kab.Tangerang khususnya di
kecamatan kresek?
“ada kemajuan karena lama banjir sekarang tidak lama karena
air yang meluap langsung ke sungai besar, air tidak ada
hambatan karena sungsi kecilnya sekrang sudah banyak yang
di bangun dinormalisasi, memang belum signifikan tetapi ada
hal fositifnya bisa dilihat sendiri sekarang areal wilayah desa
yang sering kena banjir sungai pembuangnya kondisinya baik,
tinggal dilakukan kerjasama dengan C3 untuk perbaikan
tanggul yang sering jebol atau meminta ijin pada C3 sebagai
pengelola sungai cidurian, tapi dilihat juga anggaran yang kita
punya ,bisa atau tidak.
Q4
Bagaimana kesiapan aparatur dari Perda RTRW terkait
sistem pengendalian banjir di Kab.Tangerang khususnya di
kecamatan kresek?
“pada saat ini masih kebutuhan pekerja, Karena hamper rata-
rata baik irigasi, situ,rawa maupun sungai kita hanya kebagian
dari lintas-lintas provinsi kabupaten dimana irigasi yang di
bawah 1000 Ha masih kewenangan pusat, situ-situ masih
kewenangan pusat, saluran-saluran yang kita tangani sekarang
hanya saluran pembuang, jadi untuk sumber daya manusia kita
meminta ditambahkan aja”
Q5
Bagaimana sarana prasarana yang ada sebagai penunjang
pengendali banjir di Kab.Tangerang khusunya di
kecamatan kresek?
“sarana prasarana termasuk ke alat berat dua tahun belakang
ini kita telah membeli alat berat seperti ampibi resepator,
memang kondisi perbengkelan dan alat kita yang di workshop
di bitung untuk alat berat kita masih kurang maka dua tahun
ini kita belanja terus untuk alat berat, kalau kita kekurangan
alat berat kita meminjam ke balai(bbwscc)”
Q6
Bagaimana anggaran dalam menunjang Perda RTRW
terkait sistem pengendalian banjir di Kab.Tangerang
khususnya di kecamatan kresek?
“untuk anggaran kita masih sangat kurang dan terbentur oleh
persoalan kewenangan, kita ada kegiatan tetapi tidak ada
anggaran karena kewenangan, kita meminta tolong kepusat
akan tetapi birokrasinya yang sulit”
Page 212
Q7
Bagaimana waktu yang diperlukan untuk mengatasi banjir
di Kab.Tangerang khususnya di kecamatan kresek?
“cukup, tetapi yang harus digaris bawahi itu masalah kerja
sama pengelolaan kewenangan pusat di daerah, untuk masalah
waktu antara 2011-2031 itu cukup 20 tahun untuk mengatasi
banjir, artinya masalah perpisahan kewenangan jadi
Kab.Tangerang ini ketempatan daerah, contoh situ yang
berada di wilayah kabupaten Tangerang tetapi kewenangan
masih di pusat sedangkan kita untuk ambil fisiknya kita ingin
lestarikan masih terbentur kewenangan pusat, bila di
limpahkan ke Kab.tangerang in sha Allah baik situ-situ dan
irigasi di Kab.Tangerang kita akan perbaiki kita akan
lestarikan fungsinya sebagaimana itu untuk saluran air demi
kepentingan masyarakat”
Q8
Apa saja peran aparatur dalam Perda RTRW terkait
sistem pengendalian banjir di Kab.Tangerang khususnya di
kecamatan kresek?
“peran aparatur kalau kita lihat di Dinas Bina Marga dan SDA
ini ada UPT Unit pelayanan Terpadu wilayah perwilayah,
tindakan mereka memang sudah action, anggaran sudah di
anggarkan, tetapi kembali lagi itu kebentur persoalan
kewenangan kita tidak bisa menyentuh pekerjaan yang masih
wewenang pusat UPT hanya mengerjakan pekerjaan
pemeliharaan seperti membersihkan gulma membersihkan
saluran yang miliik kita di kewenangan kita, sementara yang
bersentuhan dengan kewenangan pusat kita tinggalkan”
Q9
Sejauh ini bagaimana pelaksanaan dari Perda RTRW
terkait sistem pengendalian banjir di Kab.Tangerang
khususnya di kecamatan kresek?
“rencana tahun iniada enam titik tambahan normalisasi
saluran pembuang mungkin kec.kresek masuk ke tahun
anggaran 2017 Cuma data belum diperoleh, untuk dampak dari
Perda ini rencana untuk mengadakan normalisasai sudah ada
dalam perencanaan, untuk kecamatan kresek sendiri belum ada
pergerakan terkait sistem pengendali banjir karena kecamatan
kresek baru ada data desain situ patrasana yang akan di
Page 213
perbaiki, karena situ patrasana harapan wilayah kecamatan
kresek dengan luas 160 Ha bila itu di tata dengan rapi mungkin
itu dapat mengatasi masalah banjir di kecamatan kresek”
Q10
Bagaimana mekanisme sistem pengajuan dan penerimaan
program dari Perda RTRW terkait sistem pengendalian
banjir di Kab.Tangerang khusunya di kecamatan kresek?
“itu ada di dalam musrenbang, tetapi kembali lagi warga tidak
bisa mengusulkan lokasi yang kewenangan pusat, harga
setempat hanya bisa mengusulkan yang wewenang kita yang
masuk ke anggaran Kab.Tangerang”
Q11
Bagaimana sikap Implementator terhadap Perda RTRW
terkait sistem pengendalian banjir di Kab.Tangerang
khususnya di kecamatan kresek?
“harus mendukung karena itu bagian dari tugas yang diberikan
kita sebagai pelaksana harus menjalamkan tugas tersebut
dengan disesuikan dengan rencana strategi kita dalam
mengurangi banjir ketika musim penghujan dan menyediakan
air ketika musim kemarau, saya rasa sikap para pelaksana
pasti menjalankan sesuai tugasnya masing-masing”
Q12
Bagaimana respon implementator dalam menerima dan
menolak perda RTRW terkait dengan sistem pengendalian
banjir di Kab.Tangerang khususnya di kecamatan kresek?
“respon sangat bagus, tetapi kesulitan kita kembali lagi ke
kewenangan kita mengusulkan kegiatan tetapi birokrasinya
panjang dan tidak mungkin dengan cepat mendapatkan
anggaran dari pusat, untuk respon dengan C II atau C III
maupun UPT yang ada sangat bagus, terkait perjanjian KSO
kita pernah mengusulkan tapi sampai sekarang masih di godok
dan sampai sekarang masih belum final, MOU pemerintah
daerah dengan balai C II sudah di tanda tangan, tindak lanjut
dari MOU adalah (PKS) perjanjian kerja sama, memang
sampai detik ini belum final dan kita telah beberapa kali
membuat draf namun belum final antara pak bupati dengan
kepala balai C II”
Q13
Bagaimana bentuk dukungan dan persetujuan dari para
pelaksana terhadap perda maupun program sistem
pengendalian banjir di kecamatan kresek?
“dukungan sangat baik terbukti dengan kita mengajukan
peminjaman alat berat mereka dengan cepat mengirimkan alat
berat yang dibutuhkan, kalau misalkan alat berat ada di tempat
dan juga petugasnya saat kita butuh bantuan terkait data,
Page 214
sebagai contoh situ cilongok respon terkait dengan pengukuran
ulang dan desain ulang”
Q14
Bagaimana koordinasi yang dilakukan terhadap
Implementasi Perda RTRW terkait sistem pengendalian
banjir di Kab.Tangerang khusunya di kecamatan kresek?
“sebetulnya koordinasi sudah baik, ambil contoh apel hari
senin tgl 09-01-2017 yang biasa di pimpin pak bupati, pak
bupati dengan tegas meyatakan bahwa dinas-dinas terkait
masalah bencana seperti Dinas Bina Marga & SDA, BPBD
sudah harus menindaklanjuti perkiraan curah hujan yang
meningkat di januari, disebutkan oleh pak bupati ketika apel
tadi kerja sama dengan balai terkait kebijakan apabila posisi
wilayah banjir sudah didata maka harus segera di sikapi”
Q15
Bagaimana proses komunikasi yang di lakukan terhadap
Implementasi Perda RTRW terkait sistem pengendalian
banjir di Kab.Tangerang khususnya di Kecamatan kresek?
“terkait komunikasi stakeholder pelaksana antara Dinas Bina
Marga & SDA dan Balai C II, contohnya sungai cilongok yang
sudah di keruk , apa yang di inginkan Dinas Bina Marga dan
SDA seperti pengerukan situ apa yang kurang kita kirimkan
jadi kebutuhan Dinas Bina Marga akan ditutupi Balai C II dan
apa yang dibutuhkan Balai akan ditutupi Dinas Bina Marga,
sementara itu sampai dengan kebutuhan untuk normalisasi
saluran pembuang dan lain-lain untuk saat ini proses
komunikasi bagus tidak ada masalah Cuma itu, tetapi batasan
kewenangan ada di masing-masing SKPD baik Pemerintah
Pusat maupun Pemerintah Daerah”
Q16
Bagaimana pembagian tugas yang di lakukan dalam
Implementasi Perda RTRW terkait sistem pengendalian
banjir di Kab.Tangerang khususnya di Kecamatan kresek?
“untuk pembangian tugas, pembagian tugas daerah dengan
pusat berbeda, misalkan kita ingin mengerjakan areal di atas
1000 Ha itu kewenangan propinsi, untuk kewenangan wilayah
Kab.Tangerang kita menugaskan mantri-mantri unit pelaksana
terpadu kita yang melaksanakan dari 1000 Ha kebawah kita
yang mengurus baik pembabatan rumput, pengecetan pintu air,
intinya yang di bawah 1000 Ha karena kita sudah mempunyai
tugas masing2”
Page 215
Q17
Bagaimana kondisi ekonomi dari wilayah yang mendapatkan
kebijakan maupun program terkait sistem pengendalian
banjir di Kab.Tangerang khususnya di Kecamatan Kresek?
“sangat tertinggal, kita pernah survey di desa patrasana baik
dari segi pendapatan dari SDM kita pikir itu masih sangat
tertinggal”
Q18
Ba Bagaimana kondisi sosial dari wilayah yang mendapatkan
kebijakan maupun program terkait system pengendali
banjir di Kab.Tangerang khususnya di Kecamatan
Kresek?
“masih will be better, tadinya masyakat butuhkan sedangkan
air tidak ada karena air di kec.kresek masih langka dan air di
kec.kresek masih payau karena dari segi social masyarakat
masih sangat prihatin karena hamper satu rumah pun mereka
tidak memiliki sanitasi, jadi kita sebagai pemerintah tidak
hanya bagaimana pengendalian banjir bagaimana caranya
kelayakan hidup mereka”
Q19
Baga Bagaimana respon masyarakat terhadap perda RTRW
terkait sistem pengendalian banjir di kec.kresek?
“masyarakat pasti senang karena masyarakat tidak mau
kesusahan dalm arti mereka kebanjiran, mereka ingin
kehidupan yang layak anak istri mereka ingin memiliki tempat
tinggal yang layak, memiliki sanitasi sendiri, bila memang
pemerintah punya program pengendalian banjir saya pikir
masyarakat akan mendukung kalau kebijakan dan arahannya
benar”
Page 216
Q20
Secara umum, masalah system pengendalian banjir apa
yang menjadi prioritas utama untuk mengatasi banjir di
Kec.Kresek?
“yang pertama sungai cidurian karena sungai cidurian bila
debit airnya besar karena curah hujan bisa meluap kemana-
mana, yang pertama sungai cidurianya kalau kita ingin
menormalisasi kewenangannya berada di C III, terus saluran
pembuang sungai ciduriannya sampai ke situ, intinya satu,
koordinasi dengan baik dari pemerintah pusat pemerintah
propinsi dan kabupaten itu harus bisa selaras”
Q21
Faktor apa saja di Kec.Kresek yang berpotensi menjadikan
banjir dan mengurangi dampak banjir?
“pemeliharaan harus rutin”
Q22
Apa hambatan dalam implementasi Perda RTRW terkait
system Pengendali banjir di Kec.Kresek?
“hambatanny selain kewenangan, masyarakat harus bisa
saling jaga kebersihan, misalnya saluran yang sudah di
perbaiki pemerintah masyarakat harus menjaga, jadi
masyarakat harus berpartisipasi menjaga saluran-saluran yang
sudah di perbaiki seperti jangan membuang sampah
sembarangan baik pemerintah di bantu masyarakat”
Q23
Bagaimana kondisi masyarakat sebelum adanya kebijakan
perda RTRW terkait system pengendalian banjir di
kec.Kresek? dan bagaimana kondisi setelah diadakannya
perda RTRW terkait system pengendalian banjir di
kec.Kresek? apakah jumlah korban dan area wilayah
banjir menurun?
“kondisi masyarakat terkait banjir ini mulai berkurang, karena
pemerintah sudah melakukan sedikit normalisasi disungai-
sungai pembuang yang ada biasanya terkena banjir,
dampaknya sudah mulai terlihat berkurang daerah banjir”
Page 217
MATRIKS HASIL WAWANCARA SEBELUM REDUKSI DATA
Keterangan : I1.2
Mantan Kepala UPT III Kab.Tangerang (Cidurian Hilir)
periode 2015- Januari 2017
Catatan Lapangan :Wawancara dilakukan pada hari Senin, tanggal 30
Januari 2017 di kantor UPT Sumber Daya Air II Dinas
Bina Marga & SDA Kab.Tangerang
Q I I1.2
Q1
Apa tujuan dari Perda RTRW tersebut terkait sistem
pengendalian banjir di Kab.Tangerang khususnya di
Kecamatan Kresek?
“Tujuannya untuk program selambat-lambatnya pada tahun
2019 Kab.Tangerang bebas banjir”
Q2
Apa ukuran keberhasilan dari Perda RTRW terkait sistem
pengendalian banjir di Kab.Tangerang khususnya di
kecamatan kresek?
“ukuran keberhasilannya adalah satu tercapainya koordinasi
di keempat stakeholder yang lebih mudah, dua lebih terfokunya
program kerja dan realisasinya di antara ke empat stakeholder,
tiga berkurangnya titik banjir itu bisa dipastikan”
Q3
Sejauh mana tingkat keberhasilan dari Perda RTRW
terkait sistem pengendalian banjir di Kab.Tangerang
khususnya di kecamatan kresek?
“sudah berjalan tapi belum maksima, ada progres keberhasilan
tetapi belum maksimal”
Page 218
Q4
Bagaimana kesiapan aparatur dari Perda RTRW terkait
sistem pengendalian banjir di Kab.Tangerang khususnya di
kecamatan kresek?
“aparatur sebetulnya sudah cukup siap Cuma tinggal
membiasakan saja dan hanya perlu di stimultankan saja,
aparatur sebetulnya siap”
Q5
Bagaimana sarana prasarana yang ada sebagai penunjang
pengendali banjir di Kab.Tangerang khusunya di
kecamatan kresek?
“sarana ada Dinas Bina Marga sudah menyiapkan eskapator
baik yang longam,mini ataupun yang ampibius, ampibius
2,longam 2,mini 6, dari sarana prasarana yang ada menurut
saya memadai untuk wilayah Kab.Tangerang”
Q6
Bagaimana anggaran dalam menunjang Perda RTRW
terkait sistem pengendalian banjir di Kab.Tangerang
khususnya di kecamatan kresek?
“cukup di penuhi”
Q7
Bagaimana waktu yang diperlukan untuk mengatasi banjir
di Kab.Tangerang khususnya di kecamatan kresek?
“antara iya dan tidak kalau menurut saya, kaalau dari segi
usaha bisa dijamin pelaksanaanya, tetapi dari pelaksanaan
rekayasa teknis belum tahu untuk daerah pesisir bisa atau tidak
jangkaun antara 2 sampai 3 km maksimal 5 km dari pantai,
karena hambatan kita berada di drainase-drainase alam dan
untuk wilayah kresek yang di akibatkan sungai cidurian yang
belum”
Q8
Apa saja peran aparatur dalam Perda RTRW terkait sistem
pengendalian banjir di Kab.Tangerang khususnya di
kecamatan kresek?
“sesuai tugas pokok dan fungsi masing-masing baik CII
Ciliwung-Cisadane CIII Cidanau-Ciujung-Cidurian sempai
saat ini sudah semakin solid dalam melakukan pengamanan
area-area banjir”
Page 219
Q9
Sejauh ini bagaimana pelaksanaan dari Perda RTRW
terkait sistem pengendalian banjir di Kab.Tangerang
khususnya di kecamatan kresek?
“intinya itu mulai dari semenjak tahun 2016, artinya bukan
pada tahun 2015 tidak ada pelaksanaan,namun mulai pada
tahun 2016 kemarin komunikasi antar lini stakeholder ke empat
itu makin jelas, makin nyata dan makin simple dan nantinya
untuk masyarakat juga”
Q10
Bagaimana mekanisme sistem pengajuan dan penerimaan
program dari Perda RTRW terkait sistem pengendalian
banjir di Kab.Tangerang khusunya di kecamatan kresek?
“langsung ke Dinas atau ke Kecamatan kemanapun yang
arahnya ke Kab.Tangerang nanti di arahkan dan akhirnya tetap
ke Dinas Bina Marga & SDA, dan dapat langsung ke Dinas
Bina Marga & SDA nanti di setujui tidaknya kita melihat
kondisi yang ada”
Q11
Bagaimana sikap Implementator terhadap Perda RTRW
terkait sistem pengendalian banjir di Kab.Tangerang
khususnya di kecamatan kresek?
“mendukung dan tugas mereka harus mendukung”
Q12
Bagaimana respon implementator dalam menerima dan
menolak perda RTRW terkait dengan sistem pengendalian
banjir di Kab.Tangerang khususnya di kecamatan kresek?
“menerima dengan catatan, kalau ada yang perlu di Tanya,
tanyakan tapi sementara ini menyetujui RTRW ini terkait
pengendali banjir artinya meneria karena perda ini produk
hokum yang legalitasnya kuat”
Page 220
Q13
Bagaimana bentuk dukungan dan persetujuan dari para
pelaksana terhadap perda maupun program sistem
pengendalian banjir di kecamatan kresek?
“dukungan sangat baik terbukti dengan kita mengajukan
peminjaman alat berat mereka dengan cepat mengirimkan alat
berat yang dibutuhkan, kalau misalkan alat berat ada di tempat
dan juga petugasnya saat kita butuh bantuan terkait data,
sebagai contoh situ cilongok respon terkait dengan pengukuran
ulang dan desain ulang”
Q14
Bagaimana koordinasi yang dilakukan terhadap
Implementasi Perda RTRW terkait sistem pengendalian
banjir di Kab.Tangerang khusunya di kecamatan kresek?
“jadi koordinasi sekarang sudah gampang formatnya jadi
sebelum PKS kita ada MOU dulu di retifikasi di teliti masing-
masing nanti meningkat jadi PKS bila memungkinkan ,baik
pemda CII Ciliwug-Cisadane CIII Cidanau-Ciujung-Cidurian
menuji coba namun untuk saat ini sulit, tetapi bila untuk
menormalisasi sungai pembuang saja itu bisa yang dicontohkan
tadi itu formatnya meminta ijin ke pemilik wewenang, seperti
untuk menormalisasi sungai yang kewenangan pusat, kami
selaku pemda Kab.Tangerangmeminta ijin untuk kita lakukan
normalisasi dengan menggunakan APBD Kab.Tangerang dan
setelah selesai pelaksanaan pembangunan kita kembalikan lagi
asset mereka, karena pakai yang MOU nanti ke PKS itu sulit,
makan waktu berbelit-belit panjang dan belum tentu jadi”
Q15
Bagaimana proses komunikasi yang di lakukan terhadap
Implementasi Perda RTRW terkait sistem pengendalian
banjir di Kab.Tangerang khususnya di Kecamatan kresek?
“kita mengirim surat jawaban mereka bagaimana, kita sama-
sama lembaga Negara instansi Negara harusnya komunikasi
tidak sulit”
Page 221
Q16
Bagaimana pembagian tugas yang di lakukan dalam
Implementasi Perda RTRW terkait sistem pengendalian
banjir di Kab.Tangerang khususnya di Kecamatan kresek?
"pembagian tugas tetap dengan masing-masing, pusat
mempunyai kewenangan yang harus di tangani akan tetapi
mereka tangannya jauh untuk melakukan tugas kewilayah
yang menjadi tanggung jawab pusat, UPT ikut membantu
seharusnya pemerintah sebelah mana dan pemilik kewenangan
sebelah mana”
Q17
Bagaimana kondisi ekonomi dari wilayah yang
mendapatkan kebijakan maupun program terkait sistem
pengendalian banjir di Kab.Tangerang khususnya di
Kecamatan Kresek?
“pasti ada pengaruhnya tetapi belum signifikan, karena
kaitanya kita tidak langsung”
Page 222
MATRIKS HASIL WAWANCARA SEBELUM REDUKSI DATA
Keterangan : I1.3
Kepala UPT III Kab.Tangerang (Cidurian Hilir)
Catatan Lapangan :Wawancara dilakukan pada hari Rabu, tanggal 18 Januari
2017 di kantor UPT III Sumber Daya Air Dinas Bina
Marga & SDA Kab.Tangerang
Q I I1.3
Q1
Apa tujuan dari Perda RTRW tersebut terkait sistem
pengendalian banjir di Kab.Tangerang khususnya di
Kecamatan Kresek?
“memperbaiki kondisi sungai yang ada sebagai penyebab
banjir di kec.kresek, pemerintah kabupaten dan pusat di
berikan tanggung jawab untuk mengurangi banjir dengan cara
yang telah di atur Perda tersebut”
Q2
Apa ukuran keberhasilan dari Perda RTRW terkait sistem
pengendalian banjir di Kab.Tangerang khususnya di
kecamatan kresek?
“dapat mengurangi jumlah atau pun area banjir di kec.kresek
dan lebih cepatnya air yg meluap langsung kembali ke sungai
yang terdekat dari pemukiman masyarakat dengan di
normalisasinya sungai-sungai linier oleh bina marga dan kami
sebagai unit pelayanan teknis merwat dan memelihara sungai
yang telah di bangun atau di perbaiki fungsinya”
Q3
Sejauh mana tingkat keberhasilan dari Perda RTRW
terkait sistem pengendalian banjir di Kab.Tangerang
khususnya di kecamatan kresek?
“tahun ini tidak terjadi banjir di kec.kresek”
Q4
Bagaimana kesiapan aparatur dari Perda RTRW terkait
sistem pengendalian banjir di Kab.Tangerang khususnya di
kecamatan Kresek?
“aparatur yang ada sebetulnya masih kekurangan jumlahnya
dan sulit melakukan pekerjaan karena wilayah pemeliharaan
Page 223
terlalu luas”
Q5
Bagaimana sarana prasarana yang ada sebagai penunjang
pengendali banjir di Kab.Tangerang khusunya di
kecamatan kresek?
“sarana prasarana sudah ada tetapi masih kurang dari apa
yang di harapkan termasuk alat berat kita tidak ada”
Q6
Bagaimana anggaran dalam menunjang Perda RTRW
terkait sistem pengendalian banjir di Kab.Tangerang
khususnya di kecamatan kresek?
“jawaban:untuk anggaran sebenarnya kurang tetapi kita
menyiasati agar anggaran yang sedikit tersebut dapat kita
gunakan dengan kebutuhan di lapangan yg penting dan harus
di lakukan oleh kita”
Q7
Apa saja peran aparatur dalam Perda RTRW terkait
sistem pengendalian banjir di Kab.Tangerang khususnya di
kecamatan kresek?
“peran kita sesuai tugas yang di beban kan pada kita
sebagai, ya kita tugasnya membersihkan kondisi sungai yg
wewenangnya milik kabupaten dan wilayah tugas kita di
pemerintah pusat, karena pusat itu wilayahnya luas dan jauh
maka tugas pemeliharaan di serahkan kepada kita di wilayah-
wilayah sungai yg kewenangan pusat”
Q8
Sejauh ini bagaimana pelaksanaan dari Perda RTRW
terkait sistem pengendalian banjir di Kab.Tangerang
khususnya di kecamatan kresek?
“pelaksanaan bisa di lihat sendiri sekarang kondisinya yang
wewenang kabupaten sungai-sungai ke sungai-sungai kecil di
wilayah yang rawan banjir sudah banyak yg di bangun walau
tidak semuanya, tapi prospek sudah terlihat, untuk wewenang
pusat kita rasa belum cukup karena masalah di sini itu di
kec.kresek khususnya di wilayah samping sungai cidurian kalau
air hujan meluap ke tanggul, tanggul yg ada tidak bisa
berfungsi dengan baik karena air masuk dalam bawah tanggul
mungkin itu penyebab air selalu meluap, saya harap harus ada
kerja sama antara kabupaten dengan pusat agar tanggul
Page 224
segera di perbaiki dan sungai di normalisasi.”
Q9
Bagaimana mekanisme sistem pengajuan dan penerimaan
program dari Perda RTRW terkait sistem pengendalian
banjir di Kab.Tangerang khusunya di kecamatan kresek?
“bisa di usulkan dalam musrenbang dan bisa juga langsung ke
balai yang ada di serang”
Q10
Bagaimana sikap Implementator terhadap Perda RTRW
terkait sistem pengendalian banjir di Kab.Tangerang
khususnya di kecamatan kresek?
“sikap pasti bagus itu karena tugas mereka sebagai pelaksana
untuk mengurangi banjir yg ada”
Q11
Bagaimana respon implementator dalam menerima dan
menolak perda RTRW terkait dengan sistem pengendalian
banjir di Kab.Tangerang khususnya di kecamatan kresek?
“respon itu baik tetapi kewenangan itu sering jadi kendala
pihak kabupaten untuk melakukan perbaikan,biasanya kalau
pihak kabupaten ingin memperbaiki kondisi sungai yang perlu
di perbaiki terbentur oleh kewenangan dan kerjasama
prosesnya cukup lama karena harus menyesuaikan tugas-tugas
yang perlu di setujui, terkecuali kalau memang mendesak”
Q12
Bagaimana bentuk dukungan dan persetujuan dari para
pelaksana terhadap perda maupun program sistem
pengendalian banjir di kecamatan kresek?
“baik selalu ada respon, ya paling kita sebagi upt kesulitannya
kalau ingin memperbaiki sulit di peralatan alat berat”
Q13
Bagaimana koordinasi yang dilakukan terhadap
Implementasi Perda RTRW terkait sistem pengendalian
banjir di Kab.Tangerang khusunya di kecamatan kresek?
“koordinasi baik selalu ada komunikasi antar dinas yang
terkait kalau ada kerjasama yang perlu di lakukan”
Page 225
Q14
Bagaimana proses komunikasi yang di lakukan terhadap
Implementasi Perda RTRW terkait sistem pengendalian
banjir di Kab.Tangerang khususnya di Kecamatan kresek?
“ya prosesnya baik tidak ada kendala kalau dari komunikasi,
paling kendalanya itu realisasi dari kerja sama atau usulan
dari pemerintah kabupaten yang sulit terealisasi karena harus
banyak yang diberikan dokumen-dokumen tertentu dan rencana
strategisnya berbeda-beda itu yg menjadi kendala”
Q15
Bagaimana pembagian tugas yang di lakukan dalam
Implementasi Perda RTRW terkait sistem pengendalian
banjir di Kab.Tangerang khususnya di Kecamatan kresek?
“untuk pembagian tugas ya terkait tupoksi, ya kalau tugas
kami membersihkan sungai-sungai yang banyak rumputnya
terus mencat pintu air memperbaiki sungai yang rusak ga
semuanya itu juga hanya yang luasnya luas milik kabupaten
1000 ha kebawah”
Q16
Bagaimana kondisi ekonomi dari wilayah yang
mendapatkan kebijakan maupun program terkait sistem
pengendalian banjir di Kab.Tangerang khususnya di
Kecamatan Kresek?
“kondisi masyarakat hanya bertani kalau di wilayaj
kec.kresek khususnya yang sering banjir. kalau banjir
masyarakat tidak bisa melakukan aktivitas apa-apa dan
buruknya ketika padi akan di panen keburu kena banjir itu
biasa terjadi, masyarakat yang kena rugi, bila ada
pembangunan pengendali banjir masyarakat pasti mendukung
karena mereka juga ingin terbebas dari banjir”
Q17
Bagaimana kondisi sosial dari wilayah yang mendapatkan
kebijakan maupun program terkait sistem pengendalian
banjir di Kab.Tangerang Khususnya di Kecamatan
Kresek?
“ya namanya hidup di desa, mungkin sebagian masyarakat
desa juga sma kondisi sosialnya. tetapi di sini bedanya kan
sering kena banjir kalau musim hujan yang jelas mereka
terganggu bukan hanya aktivitasnya tetapi sehabis banjir juga
masyarakat sering kena sakit kaya diare dan gatel-gatel, dan
masyarakat menginginkan keadaan yang lebih baik pastinya,
karena pas musim penghujan pun mereka merasa terganggu
karena takut banjir”
Page 226
MATRIKS HASIL WAWANCARA SEBELUM REDUKSI DATA
Keterangan : 11.4
Kasie Perencanaan Umum Balai Besar Wilayah Sungai
Cidanau-ciujung-cidurian
Catatan Lapangan :Wawancara dilakukan pada hari
Jumat, tanggal 24 Februari 2017 di kantor Balai Besar
Wilayah Sungai Cidanau-ciujung-cidurian
Q I I1.4
Q1
Apa tujuan dari Perda RTRW tersebut terkait sistem
pengendalian banjir di Kab.Tangerang khususnya di
Kecamatan Kresek?
“secara fisik ditangani dengan pelaksanaan pekerjaan
tanggul,atau pemasangan bronjong, secara non fisik
sosialisasi, kerjasama denagan BPBD”
Q2
Bagaimana kesiapan aparatur dari Perda RTRW terkait
sistem pengendalian banjir di Kab.Tangerang khususnya di
kecamatan Kresek?
“Pengendalian banjir oleh BBWSC-3 dengan siap siaganya
pas posco dan membantu evakuasi jika terjadi banjir”
Q3
Bagaimana sarana prasarana yang ada sebagai penunjang
pengendali banjir di Kab.Tangerang khusunya di
kecamatan kresek?
“BBWSC-3 mempunyai beberapa persediaan berupa pompa
air, karung, perahu karet, alat berat, yang dapat digunakan
oleh dinas lain dengan cara meminjam kepada kami bila
memang diperlukan kami pasti membantu”
Q4
Bagaimana anggaran dalam menunjang Perda RTRW
terkait sistem pengendalian banjir di Kab.Tangerang
khususnya di kecamatan kresek?
“sesuai usulan dan pelaksanaan berdasaran pola dan renstra
tahun 2016”
Page 227
Q5
Apa saja peran BBWSC-3 dalam menjaga dan
memperbaiki Das Cidurian?
“BBWSC-3 mempunyai peran sebagai pengelola SDA, tentunya
sungai cidurian harus sesuai seimbang antara kuantitas dan
kualitas dari pada sumber air cidurian”
Q6
Bagaimana mekanisme pengajuan dari Dinas Bina Marga
& SDA Kab.Tangerang untuk di adakanya normalisasi
sungai ciduran di wilayah administrative Kab.Tangerang?
“propinsi selalu mengajak koordnasi”
Q7
Bagaimana koordinasi yang dilalukan antara BBWSC-3,
BBWSC-2, Dinas Bina Marga dan UPT Dinas Bina Marga
SDA Kab.Tangerang dalam pengendalian banjir di
kec.kresek?
“saling kordinasi sesuai tupoksinya, koordinasi untuk
keterangan debit dapat didapat di BBWSC-3”
Q8
Bagaimana proses komunikasi yang dilakukan antara
BBWSC-3, BBWSC-2, Dinas Bina Marga dan UPT Dinas
Bina Marga SDA Kab.Tangerang dalam pengendalian
banjir di kec.kresek?
“BPBD mengundang stakeholder yang terkait dengan
pengendalian banjir”
Q9
Bagaimana bentuk pembagian tugas yang dilakukan antar
stakeholder yang terkait dalam pengendalian banjir di
kec.kresek?
“Tugas BBWSC-3 adalah membangun infrastuktur dan
sosialisai pembangunan pengendalian banjir”
Q10
Bagaimana kondisi ekonomi masyarakat kec.kresek yang
mendapatkan program pengendali banjir dari BBWSC-3?
“Sangat Mendukung kegiatan yang dilakukan BBWSC-3”
Page 228
Q11
Bagaimana kondisi sosial masyarakat kec.kresek yang
mendapatkan program pengendali banjir dari BBWSC-3?
“kondisi sosial masyarakat harus lebih mendapat arahan, dan
bimbingan mengenai bagaimana jika banjir tiba-tiba datang”
Page 229
MATRIKS HASIL WAWANCARA SEBELUM REDUKSI DATA
Keterangan : I1.5
Pelaksana Teknis PPK Perencanaan BBWSCC
Catatan Lapangan :Wawancara dilakukan pada hari Kamis, tanggal 11
Januari 2017 di kantor BBWS Ciliwung-cisadane
Q I I1.5
Q1
Bagaimana kesiapan aparatur dari Perda RTRW terkait
sistem pengendalian banjir di Kab.Tangerang khususnya di
kecamatan kresek?
“koordinasi dengan Dinas Bina Marga & SDA Kab.Tangerang
terkiat sungai kewenangan Balai BBWSCC, kalau terkait
kewenangan Bina Marga & SDA kita support juga, kita bantu-
bantu dalam bentuk peralatan untuk anggaran masing-masing”
Q2
Bagaimana sarana prasarana yang ada sebagai penunjang
pengendali banjir di Kab.Tangerang khusunya di
kecamatan kresek?
“saat ini masih terus disempurnakan, kan kalau sungai tidak
bias langsung di normalisasi harus dari huluke hilir ada
anggaranya tiap tahun, jadi tiap tahun ada anggaranya, jadi
tidak bias langsung setahun selesai bisa di normalisasi bisanya
pertahun, karena normalisasi tidak hanya kontruksi tapi juga
permasalahan pembebasan lahan dan social ekonomi
masyarakat”
Q3
Bagaimana anggaran dalam menunjang Perda RTRW
terkait sistem pengendalian banjir di Kab.Tangerang
khususnya di kecamatan kresek?
“kita disini menganggarkan berdasarkan renstra PU
berdasarkan itu kalau misalkan ada yang urgent, mungkin
nanti bisa diubah ketahun yang urgent, misalnya di dalam
anggaran di tahun 2019 ada yang urgent pada tahun 2017
pelaksanaan tersebut bisa di ubah ke tahun 2017”
Page 230
Q4
Apa saja peran aparatur dalam Perda RTRW terkait
sistem pengendalian banjir di Kab.Tangerang khususnya di
kecamatan kresek?
“peran kita sesuai tupoksi mengacu itu pertama, ya kalau Bina
Marga & SDA melihat RTRW juga terus di sesuaikan dan di
sinkronisasikan”
Q5
Sejauh ini bagaimana pelaksanaan dari Perda RTRW
terkait sistem pengendalian banjir di Kab.Tangerang
khususnya di kecamatan kresek?
“kita cisadane aja, kan cisadane tahun ini ada pekerjaan
normalisasi wilayah hilir dari bendung pintu 10 ke hilir, untuk
yang cirarab sudah pernah di kontruksi juga, tetapi masih di
bangun yang dekat dengan perumahan pasar kemis yang selalu
kena banjir, yang lain masih desain, untuk situ patrasana dan
garukgak tahun ini desain nya sudah selesai, kemungkinan
untuk pelaksanaan tahun ini 2017”
Q6
Bagaimana mekanisme sistem pengajuan dan penerimaan
program dari Perda RTRW terkait sistem pengendalian
banjir di Kab.Tangerang khusunya di kecamatan kresek?
“rencana keja, seperti raker setiap tahun untuk sinkronisasi
pekerjaan, Kab.Tangerang juga mempunyai implementasi
program biasanya kita di undang, nanti pas raker di tanyakan
terkait program misalkan program ini, nah terus dari Balai
programnya seperti apa tahun ini dan tahun depan seperti apa,
biasanya kita tampung terlebih dahulu program yang di ajukan
Dinas Bina Marga dan dilihat dari roadmap kita dan bila
urgent baru kita lakukan”
Q7
Bagaimana sikap Implementator terhadap Perda RTRW
terkait sistem pengendalian banjir di Kab.Tangerang
khususnya di kecamatan kresek?
“kita lihat maksud RTRW itu jadi pedoman pelaksanaan,
misalkan di situ disekitarnya diperuntukan untuk apa dan kita
Page 231
juga meminta pertimbangan kepada pejabat daerah, RTRW ada
peninjauan setiap berapa tahun sekali dan biasanya kita di
undang oleh stakeholder terkait”
Q9
Bagaimana respon implementator dalam menerima dan
menolak perda RTRW terkait dengan sistem pengendalian
banjir di Kab.Tangerang khususnya di kecamatan kresek?
“cukup cepat, untuk situ biasa kita ke operasional
pemeliharaan setiap tahun ada team, untuk kontruksi harus ada
desain terlebih dulu, untuk pemeliharaan-pemeliharaan ada
setiap tahun ada bagian-bagian bentuknya satuan kerja“
Q10
Bagaimana koordinasi yang dilakukan terhadap
Implementasi Perda RTRW terkait sistem pengendalian
banjir di Kab.Tangerang khusunya di kecamatan kresek?
“koordinasi dengan Pemerintah Daerah Kab.Tangerang Balai
BBWSCC terkait situ dan Dinas Bina Marga & SDA terkait
pendekatan kepada masyarakat karena mereka yang
mempunytai daerahnya, dan terkait pendekatan penentuan luas
petak situ-situ kita bersama-sama berkoordinasi dengan Dinas
Bina Marga & SDA Kab.Tangerang, BPN dan masyarakat”
Q11
Bagaimana proses komunikasi yang di lakukan terhadap
Implementasi Perda RTRW terkait sistem pengendalian
banjir di Kab.Tangerang khususnya di Kecamatan
kresek?
“proses komunikasi baik setiap tahun ada pemeliharaan terkait
situ-situ”
Q12
Bagaimana pembagian tugas yang di lakukan dalam
Implementasi Perda RTRW terkait sistem pengendalian
banjir di Kab.Tangerang khususnya di Kecamatan
kresek?
“sesuai tupoksi masing-masing, sama kewenangan sesuai
dengan peraturan”
Q13
Apa yang harus di optimalisasikan dalam pengelolaan situ
agar fungsi situ lebih baik?
“sebenarnya melalui operasi pemeliharaan kita harus sudah
Page 232
bisa sedikit banyak memperbaiki seperti kita keruk, kita ambil
gulmanya itu kan bisa buat situ lebih baik, tetapi ka nada
masalah eskternal seperti lahankosong yang di bangun
perumahan atau persawahan yang di buat oleh masyarakat dan
kondisi situ jadi kecil dan mulai dari tahun kemarin bersama
dengan Dias Bina Marga dan BPN mendata kondisi situ”
Q14
Apa hambatan dan kendala dalam merevalitalisasi situ
yang rusak ?
“untuk dari segi anggaran kita cukup, permasalahannya di
lapangan jalan menuju tempat sulit untuk membawa alat berat,
seperti tahap desain saja dari sekitarnya banyak masalah
social dari masyarakat, kalau terkait teknisnya bisa kalau
terkait sosialnya memang sulit”
Page 233
MATRIKS HASIL WAWANCARA SEBELUM REDUKSI DATA
Keterangan : I2.1
Sekretaris Kecamatan Kresek Kab.Tangerang
Catatan Lapangan :Wawancara dilakukan pada hari Jumat, tanggal 17 Maret
2017 kantor Kecamatan Kresek
Q I I2.1
Q1
Apa ukuran keberhasilan dari Perda RTRW tersebut
terkait system pengendalian banjir di kec.kresek?
“satu yang jelas kedepan wilayah kresek tidak banjir lagi,
tetapi ketika pun banjir disitu ada tingkat kesadaran
masyarakat juga, bukan hanya meluap itu air, lewat sampah
kebersihan ini yang kecil kan, ketika berhasil mayarakat
menyadari betapa pentingnya infrastuktur dipelihara dirawat
bukan hanya di bangun seperti pembuang rumah tangga kalau
tidak di rawat dan banyak sampah bisa menyumbat sedikit tapi
bila banyak akan besar, ketika sarana prasarana yang kita
bangun dapat dipelihara dengan baik, kita jago membangun
tetapi tidak jago memelihara”
Q2
Sejauhmana tingkat keberhasilan Perd RTRW tersebut
terkait system pengendalian banjir di Kec.Kresek?
“perda RTRW itu kan peraturan yang ditetapkan yang
diusulkan seacara yuridis, yang penting membangun rasa
memliki bersama, pemahaman masyarakat bukan ketika banjir
yang disalahkan pemerintah, kemudian kesadaran masyarakat
terhadap tata ruang harus dimiliki dan dipahami, dan
kemudian peran pemerintah menstabilkan tujuan ketetapan
antisipasi dengan dibuat regulasi baru jangan sampai aturan
tata ruang ditabrak sehinga mengakbitkan ruang terbuka hijau
menyempit dan terjadi kebanjiran, akan tetapi untuk wilayah
kresek sendiri focus dan daerah sendiri pertanian untuk
keberhasilan dari tahun ketahun banjir berkurang jumlah
arealnya seperti tahun kemarin dan tahun ini Cuma terjadi
banjir-banjir kecil”
Q3
Bagaimana kesiapan aparatur dari Perda RTRW terkait
system pengendalian banjir di Kec.Kresek?
“ya kalau didalam SKPD teknis oasti mereka juga tetap
Page 234
menjalankan dari regulasi itu, karena mereka juga mempunyai
koordinator wilayah wilayah sebagai fungs pengawasnya
disitu ada interaksi, harapanya bukan hanya memonitor tetapi
ikut memalporkan dari tingkat desa, UPT-UPT pun melalukan
kounikasi sehingga apa saja yang terjadi secara berjenjang
akan terinformasikan dengan catatan, bagaimana penanganan
yang dilakukan oleh orang-orang dinas terkait dalam
pengendalian banjir di Tangerang maupun di Kec.Kresek
sendiri”
Q4
Bagaimana sarana prasarana sebagai penunjang
pengendalian banjir di Kec.Kreseek?
“pasti untuk sarana-sarana tidak akan cukup, masih banyak
tanggul yang harus di bangun di sepanjang sungai, sebagai
contoh wilayah Desa Patrasana itu sebenarnya harus di buat
tanggul karean pemakaman dan rumah warga sangat dekat
sekali dengan bibir sungai, dan di Desa Pasirampo tanggul
kalau air meluap pas musim hujan, air muncul dari bawah
tanggul yang mulai rusak karena sudah lama sekali di
bangunnya ketika abri masuk Desa”
Q5
Bagaimana peran aparatur dalam Perda RTRW terkait
system pengendali banjir di Kec.Kresek?
“ya mungkin sesuai tugas dan kewenangan mereka, seperti
Balai Cidurian ya pasti menangani cidurian, UPT yang
memelihara dan mengatur jalannya air dan Bina Marga paling
yang skupnya kecil kaya bangun-bangun sungai pembuang
maupun aliran rumah tangga, tidak bisa di ukur sudah baik
atau belum karena yang terpenting banjir kalau musim
penghujan bisa berkurang jumlahnya di wilayah kami”
Q6
Sejauh ini bagaimana pelaksanaan dari Perda RTRW
terkait system pengendalian banjir di Kec.Kresek?
“dari pelaksanaan seperti sudah mulai terlihat nyatanya,
seperti yang saya bilang tasi seperti Balai Ciliwung yang
dipusat ingin membuat tendon air situ Patrasana rapat-
rapatnya sudah ada dan ada pemberitahuan kepada
masyarakat sekitar, mungkin tahun ini akan di bangun soalnya
pas pebruari alat berat sudah ada yang di datangkan ke
wilayah situ patrasana, namun sekarang alat berat tersebut
tidak ada, saya juga tidak mengetahui mungkin ada masalah
yang diselesaikan terlebih dahulu, sungai-sungai pembuang
kondisinya masih baru dan kendala hanya jebolnya tanggul
cidurian”
Page 235
Q7
Bagimana sikap implementator pelaksana terhadap Perda
RTRW terkait system pengendalian banjir di Kec.Kresek?
“pasti mendukung karena itu sudah jadi tanggung jawab
mereka sebagai pelaksana yang diberi amanat oleh peraturan
tersebut”
Q8
Bagaimana respon implementator pelaksana terhadap
Perda RTRW terkait system pengendalian banjir di
Kec.Kresek?
“Untuk pengajuan yang diberikan kepada dinas yang terkait
seperti Dinas Bina Marga atau pun Balai Cidurian responya
baik karena kita pernah mengusulkan beberapa kali pengajuan
pembangunan umtuk mengurangi dampak banjir, usulan kita
diterima dengan baik, tapi usulan yang diinginkan tiddak
langsung di dapat karena Dinas-dinas tersebut mempunyai
rencana-rencana pembangunan yang telah mereka buat dalam
renja, paling bila mendesak dan sangat perlu paling ada juga
bentuknya sementara saja”
Q9
Bagaimana koordinasi implementator pelaksana terhadap
Perda RTRW terkait system pengendalian banjir di
Kec.Kresek?
“sebenarnya pemerintah tidak membantasi akses yang
berjenjang saja, misalkan pihak desa ingin langsung
memberikan usulanya, bisa langsung ke Dinas terkait, asalkan
ada komunikasi terlebih dahulu ke kecamatan, seperti contoh
ketika ada rapat bersama antara masyarakat dengan pegawai
Balai ciliwung untuk pembangunan tandon patrasana,
masyakarat dengan Dinas Bina Marga, Dinas Bina Marga
memfasilitasi pertemuan tersebut untuk mengambil keputusan
atau mendengar aspirasi masyarakat diwilayah situ patrasana,
saya melihat bahwa koordinasi yang dilakukan tidak ada
masalah yang dapat merugikan kedua belah pihak stakeholder
pemerintah tersebut, itu dilakukan di ruang aulu kecamatan
kresek sendiri kalau tidak salah pas bulan 10/11 tahun 2016”
Q10
Bagaiman proses komunikasi yang dilakukukan terhadap
implementator pelaksana terhadap Perda RTRW terkait
system pengendalian banjir di Kec.Kresek?
“proses komunikasi baik karena dinas yang terkait sendiri
memiliki tanggung jawab yang sama dalam skup kewenangan
yang berbda-beda, ya karena saling mendukung tugasnya
Page 236
masing-masing seharusnya seperti itu yang kami harapkan
karena intinya komunikasi, integrasi, koordinasi bisa berjaan
dengan baik”
Q11
Bagimana kondisi sosial dan ekonomi masyaraat yang
terkena banjir?
“yang paling kerasa kalau pas banjir masyarakat tidak bisa
beraktifitas seperti biasanya, biasanya ada yang kerja tau
kesawah kalu pas banjir atau sesudah banjir masyarakat tidak
bisa apa-apa, sekolah pada libur dan pemasukan tidak ada
hanya bisa menerima bantuan, tetapi alhamdulilahnya tahun-
tahun sekarang banjir tidak terlalu parah, bisa dikatakan 20%
saja yang terkena banjir itu pun kecil hanya RW 01 Desa
Pasirampo”
Q12
Apa penyebab utama dari banjir di wilayah Kec.Kresek,
berapa Desa yang sering terkena banjir setiap tahuya ?
“kiriman air dari wilayah bogor jasinga terus di barengi oleh
hujan deras yang berada di wilayah sungai cidurian sendiri ait
tak tertapung dan meluas, mengikis dibawah tanggul, air
biasanya masuk lewt bawah tanggul dan sedikit-sedikit keluar
desa yang pertama karena Desa Pasirampo di RW 01 terus
meluap esawah ke rawa dan kedaerah-daerah lain kaya Desa
Patrasana, Desa Koper terus sampai, Desa Renged intinya
kalau hujanya, ga kaya pas tahun 2013, 2014, 2015 yang
lumayan sering intensitasnya ga bakalan banjir dan tanggul ga
ikut jebol ke bawah air sungai cidurian bisa diliat sendiri ke
wilayah tersebut”
Q13
Bagaimana peran dari Kec.Kresek dalam pengendalian
banjir di Kec.Kresek?
“peran kami yang jelas menguslkan ke pihak Dinas yang
terkait dari aspirasi desa dan masyarakat untuk segera
memperbaiki infrastuktut pengendali banjir yang rusak kaya
tanggul yang sering jebol”
Q14
Bagaiamana peran Dinas Bina Marga & SDA
Kab.Tangerang terkait pengendalian banjir di Kec.Kresek?
“kalau bina marga skup kewenanganya kecil yang saya tahu,
Bina Marga itu kewenanganya hanya sungai-sungai pembuang
terus kalau utuk teknis sepertinya mereka pun melakukan
komunikasi dan koordinasi dengan pemerintah pusat maupun
Page 237
propinsi,pasti ada saling komunikasi”
Q15
Apakah pada tahun 2015 sistem pengendalian banjir yang
dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten dan Provinsi serta
Pusat sudah ada kemajuan pelaksanaan?
“diliat dari kabupaten alhamdulilah sebagian besar wilayah
kresek yang rawan banjir sungai-sungai ataupun aliran rumah
tangga sudah dibangun dan dihubungkan kesuangai cidurian
walau memang sekarang kondisinya sudah mulai rusak dan tak
terawatt, untuk provinsi kaya balai cidurian kendalanya
tanggul yang sering jebol dan perlu dilakukan normalisasi
serta tadi yang saya bilang perlu dibuat tanggul yang
sungainya dekat sekali dengan pemukiman, kalau pusat yaitu
Balai ciliwung cisadane aka nada pembangunan tendon air situ
patrasana akan irevitalisasi di manfaatkan fungsinya, semoga
tahun-tahun mendatang pemerintah lebih serius itu harapan
kami”
Q16
Bagaimana cara dan proses pengajuan kepada pemerintah
terkait perbaikan sungai pembuang, sungai cidurian situ
yang ada di Kec.Kresek?
“itu cara yang dijelaskan tadi, pemerinta sebenarnya
menerima keinginan kita baik masyarakat atau desa asalkan
keluhanya disertai dokumen keadaan dan kondisi sebenarnya,
untuk pembangunan tidak langsung di bangun, biasanya
menunggu dan menyesuikan agenda-agenda mereka sendiri
pokoknya jangan cape-cape mengusulkan”
Q17
Apa kendala yang dihadapi pihak Kec.Kresek dalam
pengajuan program terkait system pengendalian banjir?
”yang jelas kendala tidak ada, pasti kalau di bilang kendala
selh-olah tidak ada aspirasi, artinya semua usulan di tamping,
tetapi kan ada pembatasan biaya anggaran ada prioritas
utama, kalau biaya mungkin bisa diantispasi banyak program
di provinsi, pusat. Tetapi ada fungsi kewenangan juga,
kendalanya fungsi kewenangan, kalau pun itu ada di wilayah
Kabupatenkalau kewenanganya ada dari provinsi atau pusat
tidak bisa di bangun, kita yang kena hokum, yang lain
kendalanya kita tidak terpadu jadi antara wilayah dan
kewenangan yang dimiliki dan skala prioritas kan gak sama”
Page 238
Q18
Berapa persen jumlah realisasi dari program yang
diajukan pihak Kec.Kresek kepada Pemerintah / Dinas
Bina Marga & SDA Kab.Tangerang?
“untuk perhitungan persen saya tidak bisa berikan jawaban
yang jelas, ketika banjir ait ridak terlalu lama dan langsung ke
sungai cidurian, artinya sungai-sungai pembuang yang telah di
bangun di normalisasi dampaknya sudah terasa, dengan
catatan itu khusus desa-desa yang sering terkena banjir”
Q19
Apakah jumlah sungai pembuang yang di normalisasi
sudah mengurangi jumlah banjir dan bagaimana kondisi
sungai pembuang saat ini?
“yang saya bilang tadi tampaknya mulai terasa jadi pas banjir
air bisa langsung ke sungai tidak mengendap terlebih dahulu,
utuk kondisinya sudah ada yang mulai rusak, sebaiknya
masyarakat ikut andil bersama-sama merawat dan memlihara,
jago membangun tak jago memelihara”
Q20
Bagaimana kondisi sungai cidurian dan situ yang ada di
Kec.Kresek pada tahun-tahun sebelumnya dan pada saat
kondisi sekarang?
“harus di normalisasi kayanya kan kalau diliat bronjong-
bronjong yang pernah di pasang Balai cidurian, tahu kapan
dan bagaimana mengelola sungai tersebut, agar fungsinya
dapat di manfaatkan dan ketika musim hujan tidak merusak”
Q21
Apakah dari Desa dan Kecamatan ada koordinasi kepada
Pemerintah Kabupaten dan Provinsi?
“yaitu dengan memberikan dokumen kepada pemerintah, kami
melalukan koordinasi, kami ingin mereka mengetahui kondisi
yang terjadi sebenarnya diwilayah kita ini kalu pas banjir agar
nanti kalau musim hujan lagi, ga kena banjir lagi”
Q22
Apa peran masyarakat agar lingkungan tempat tinggalnya
tidak terkena banjir kembali?
“yang tadi saya bilang masyarakat jangan membuang sampah
kesungai dan sebisa mungkin melakukan gotong royong
membersihkan lingkunganya dan merawat apa yang telah di
bangun pemerintah”
Page 239
Q23
Apa peran desa agar wilayahnya tidak terkena banjir
kembali?
“bersama-sama dengan masyarakat merawat infrastuktur yang
ada dan sebisa mungkin mengajak masyarakat membersihkan
sungai-sungai pembuang apabila banyak sampah atau rumput”
Q24
Apakah pemeliharaan sungai pembuang, sunagi cidurian
dan situ oleh pemerintah sudah maksimal?
“kalau pemeliharaan seharusnya masyarakat saja kan mereka
yang berada di situ untuk pemeliharaan ada dua minggu sekali
oleh UPT bersh-bersih rumput dan gulma”
Q25
Apakah system pengendalian banir yang dilakukan
pemerintah sudah terasa dampak positifnya?
“sama dengan yang saya biang tadi, ka untuk banjir yang
sering terjadi di akibatkan meluapnya sungai cidurian seperti
tanggul jebol paling itu masalahnya, kalau tanggul tidak jebol
atau air tidak masuk dari bawah tanggul banjir tidak aka nada,
intinya sebenarnya tanggul itu di buat pancang kebawah di
perkuat lagi tanggulnya”
Q26
Sejauhmana tingkat keberhasilan system pengendalian
banjir dari tahun 2012-2015 di Kec.Kresek?
“makin tidak besar berarti ada sebuah dampak fositif tentu
saja dengan pengembangan-pengembangan tadi, tanggul di
buat seharusnya di tata lagi itu akan mengurangi jadi air
langsung ke sungai cidurian, dampak fositif sudah kelihatan,
walau banjir sekarang air tidak lama, langsung kering dan
untuk wilayah yang kena banjir lahanya berada di bawah tidak
diatas, jadi itu factor utamanya seperti rawa-rawanya harus
lebih banyak perawatan”
Page 240
MATRIKS HASIL WAWANCARA SEBELUM REDUKSI DATA
Keterangan : I2.2
Sekretaris Desa Patrasana, Kecamatan Kresek
Catatan Lapangan :Wawancara dilakukan pada hari Kamis, tanggal 16 Maret
2017 di depan sekolah Paud Melati Ds.Patrasana
Q I I2.2
Q1
Apa ukuran keberhasilan dari Perda RTRW tersebut
terkait system pengendalian banjir di kec.kresek?
“wilayah desa saya tidak terkena banjir khususnya yang
berdekatan dengan sungai cidurian, sungai itukan yang
meluap”
Q2
Sejauhmana tingkat keberhasilan Perd RTRW tersebut
terkait system pengendalian banjir di Kec.Kresek?
“banjir ini kan musim-musiman kadang banjir parah kadang
juga tidak, alhamdulilah, semoga saja pemerintah lebih berniat
menghilangkan banjir dengan program-programnya”
Q3
Bagaimana peran aparatur dalam Perda RTRW terkait
system pengendali banjir di Kec.Kresek?
Yang saya lihat peran dari dinas memang sudah baik, mereka
memiliki tanggung jawab untuk mengurangi banjir ini yang
sering terjadi di musim hujan”
Q4
Sejauh ini bagaimana pelaksanaan dari Perda RTRW
terkait system pengendalian banjir di Kec.Kresek?
“Untuk dinas kabupaten sudah terlihat dampak fositif
pelaksanaanya kalau provinsi belum solanya sepanjang sungai
ciduran wilayah desa patrasana 5 Km belum ditanggul, itu
yang menjadi keresahan saya soalnya daerah situ rawan
luapan sungai cidurian”
Q5
Bagimana sikap implementator pelaksana terhadap Perda
RTRW terkait system pengendalian banjir di Kec.Kresek?
“”yang nanganin banjir biar ga terjadi baik, menerima
usualan kami yang selalu kena banjir, namun yang diusulkan
Page 241
ga semuanya terlaksana di lapangan”
Q6
Bagimana kondisi sosial dan ekonomi masyaraat yang
terkena banjir?
“Kondisi masyarakat yang terkena banjir, warga tidak bisa
beraktifitas seperti biasanya, dan masyarakat hanya bisa
menungggu bantuan ketika banjir dan mengharapkan action
dari pemerintah dan dinas-dinas yang tugasnya untuk
mengurangi banjir, kalau musim hujan datang lagi”
Q7
Apa penyebab utama dari banjir di wilayah desa ini,
berapa banyak wilayah yang sering terkena banjir di desa
ini?
“banjir di patrasana itu mulanya tanggul yang jebol dari desa
pasirampo masuk ke sawah dan terusnya air ke desa
patrasana, dan sebagai besar di wilayah yang bersampingan
dengan sungai cidurian kalau kiriman dari bogor dan wilayah
cisoka hujan”
Q8
Bagaimana peran desa dalam pengendalian banjir di
Kec.Kresek?
Kami sekarang dengan desa yang lain yang rawan banjir suka
ada pembicaraan untuk usulan ke provinsi, supaya ada
tindakan nyata buat sungai cidurian itu"
Q9
Apakah pada tahun 2015 sistem pengendalian banjir yang
dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten dan Provinsi serta
Pusat sudah ada kemajuan pelaksanaan?
“tidak ada karena di 2015 hujan dan menjadikan banir parah
hampir sama dengan tahun 2012”
Q10
Bagaimana cara dan proses pengajuan kepada pemerintah
terkait perbaikan sungai pembuang, sungai cidurian situ
yang ada di Kec.Kresek?
“saya dengan kepala desa biasanya membahas di
musrenbang”
Q11
Apa kendala yang dihadapi pihak Kec.Kresek dalam
pengajuan program terkait system pengendalian banjir?
“baik-baik saja tidak ada kendala, tapi pelaksanaan dari
usulan kita jarang terealisasikan, mungkin karena kekurangan
Page 242
anggaran dan bukan prioritas utama”
Q12
Apakah jumlah sungai pembuang yang di normalisasi
sudah mengurangi jumlah banjir dan bagaimana kondisi
sungai pembuang saat ini?
“sudah karena sekarang air langsung mengalir, ga kaya dulu
lama dan banyak rumput-rumput airnya lama ke situ
patrasana”
Q13
Bagaimana bentuk koordinasi pihak Desa dan Kecamatan
kepada pemerintah terkait system pengendalian banjir?
“lewat musrenbang di kecamatan kita selalu bawa, mumpung
ada para dewan, semoga dewan yang hadir bisa membantu”
Q14
Apa peran masyarakat agar lingkungan tempat tinggalnya
tidak terkena banjir kembali?
“tidak membuang sampah kesungai”
Q15
Apa peran pihak Kecamatn dalam pengendalian banjir?
“mengajukan usulan yang diusulkan pihak desa ke dinas
kabupaten dan provinsi supaya tidak ada banjir lagi”
Q16
Apakah pemeliharaan sungai pembuang, sungai cidurian
dan situ oleh pemerintah sudah maksimal?
“tidak ada pemeliharaan oleh pihak dinas sungai cidurian situ
dan pembuang, masyarakat yangbharus menjagakarena berada
di lingkunganya sendiri”
Q17
Apakah system pengendalian banir yang dilakukan
pemerintah sudah terasa dampak positifnya?
“belum karena wilayah saya sering terkena banjir walau
jumlahnya tidak banyak”
Page 243
MATRIKS HASIL WAWANCARA SEBELUM REDUKSI DATA
Keterangan : I2.3
Kepala Desa Pasirampo Kec.Kresek
Catatan Lapangan :Wawancara dilakukan pada hari Jumat, tanggal 10 Maret
2017 di Kantor Desa Pasirampo.
Q I I2.3
Q1
Apa ukuran keberhasilan dari Perda RTRW tersebut
terkait system pengendalian banjir di kec.kresek?
“belum, belum dilaksanakan, banjir kan satu tahun sekali, dulu
mah 5 tahun 3 tahun baru banjir, sekarang mah kalau musim
hujn tiap tahun banjir karena apa,karena tanggul ini yang ga
kuat, desa saya kan desa patrasana, tanggulkan, tanggul ini ga
baguslah, kurang kuat kalau air datang udah pada jebol, belum
emang kemarin juga orang kecamatan sama orang kabupaten
waktu musrenbang, dibahas sama saya, kemarin kan banjir
sebelum pilkada, tanggulnya jebol sekitar 30 cm, tapi sekarang
ada di timpah tanah sama balai”
Q2
Sejauhmana tingkat keberhasilan Perd RTRW tersebut
terkait system pengendalian banjir di Kec.Kresek?
“dari keberhasilan disini belum, intinya di desa pasirampo
kalau banjir yang kena dampaknya itu semua, petani kena
dampak orang baru nanam, baru panen kena air kan habis
semua padi-padi pada kopong”
Q3
Bagaimana kesiapan aparatur dari Perda RTRW terkait
system pengendalian banjir di Kec.Kresek?
“soal aparatur buat banjir ya baik, intinya paling kalau orang-
orang dinas mah ga ada masalah, terus kompeten juga, ga
akan jadi orang dinas kalau ga pinter mah dan ngerti masalah-
masalah”
Q4
Bagaimana sarana prasarana sebagai penunjang
pengendali banjir?
“untuk sarana pasti punyalah pasti ada dan siap kalau
dibutuhkan buat ngeruk lumpur mah, soalnya keamarin juga
ada alat-alat berat yang di datangkan disitu patrasana, tapi
Page 244
sekarang udah ga ada lagi”
Q5
Sejauh ini bagaimana pelaksanaan dari Perda RTRW
terkait system pengendalian banjir di Kec.Kresek?
“ya kalau dari desa udah berapa kali, ya bukan dari saya saja
sekdes dan kepala desa yang terdahukupun mengajukan tapi
sampai sekarang itu tetep begitu-begitu aja, saya udah empat
tahun menjabat, baru saya menjabat udah di usulkan sama
kepala desa yang dulu, ada dilaksanakan Cuma tanggulnya ga
sampai bawah ada yang jebol di perbaiki lagi, ada yang jebol
di perbaiki lagi Cuma begitu-begitu doing”
Q6
Bagimana sikap implementator pelaksana terhadap Perda
RTRW terkait system pengendalian banjir di Kec.Kresek?
Sikap pasti baik ya namanya juga kita membutuhkn mereka
juga memaklumi ya kalu di kenyatanya memang perlu
dilakukan perbaikan, walau usulan jarang semua di
laksanakan, saya juga tau mungkin belum turun”
Q7
Bagaimana respon implementator pelaksana terhadap
Perda RTRW terkait system pengendalian banjir di
Kec.Kresek?
“yang saya tadi bilang respon, sikap orang Dinas selalu
menerima usulan, tapi mereka juga terbentur anggaran, belum,
belum ada pelaksanaan”
Q8
Bagimana kondisi sosial dan ekonomi masyaraat yang
terkena banjir?
“ya pasti terganggu udah jelas soal itu mah, banjir itu bikim
masyarakat ga bisa beraktifitas, masyarakat rumahnya
kerendam, sawah-sawah petani banjir hampir tiap tahun,
masyarakat susah lewat kalau mau kemana-mana, kan jalan
nya kepotong sama air banjir itu yang di depan sawah kalau
pas banjir sawah sama jalan udah kaya danau air semua”
Q9
Apa penyebab utama dari banjir di wilayah desa ini,
berapa banyak wilayah yang sering terkena banjir di desa
ini?
“tanggul jebol kemarinada 30 kk yang kena saya juga sampai
kesana laporan ke Bina Marga, ya alhamdulilah saya di kasih
bantuan walau ga banyak dan udah di salurin, jadi intinya mah
sekarang itu di desa pasirampo ini kalau tanggulnya jebol ga di
perbaikin tetap aja banjir, dampaknya satu masyarakat
rumahnya ke rendam dua masyarakat mau kerja susah
Page 245
lewatnya tiga sawah-sawah petani itu kena dampak hampir tiap
tahun”
Q10
Bagaimana peran desa dalam pengendalian banjir di
Kec.Kresek?
“setiap ada rapat di kecamatan lalu di tigaraksa sama orang
kabupaten sama dewan kemarin di musrenbang saya bahas
masalah ini tapi sampai sekarang belum di laksanakan
normalisasi ga ada itu kan, itu kan anggaran bukan daru
kabupaten, anggaran dari provinsi”
Q11
Bagaimana peran Dinas Bina Marga & SDA
Kab.Tangerang terkait pengendalian banjir di Kec.Krese?
“yang saya tau kalau dinas bina marga itu sungai-sungai kecil
kaya pembuang aja dan buat-buat jalan”
Q12
Apakah pada tahun 2015 sistem pengendalian banjir yang
dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten dan Provinsi serta
Pusat sudah ada kemajuan pelaksanaan?
“belum, tadi pas pertama saya udah bilang belum di
laksanakan, belum ada perbaikan tanggul yang rusak, kalau
kabupaten rata sungai-sungai pembuang di desa ini sama jalan
sudah baik keadaanya”
Q13
Bagaimana cara dan proses pengajuan kepada pemerintah
terkait perbaikan sungai pembuang, sungai cidurian situ
yang ada di Kec.Kresek?
“biasanya kita lewat musrenbang, desa-desa yang lain juga
sama pas di musrenbang mengajukan karena di situ ada dewan
dan orang-orang dinas banyak yang datang”
Q14
Apa kendala yang dihadapi pihak Kec.Kresek dalam
pengajuan program terkait system pengendalian banjir?
“kalau di bilang kendala si tidak ada, paling ajuanya di
tamping dulu, tidak langsung ada pelaksanaan, kan nanti ada
pas tahun yang akan datang”
Q15
Berapa persen jumlah realisasi dari program yang
diajukan pihak desa kepada pemerintah / Dinas Bina
Marga & SDA Kab.Tangerang?
“saya tidak bisa bilang berapa persen, tetapi bila di lihat di
desa saya saluran-saluran pembuang ataupun rumah tangga
sudah di bangun, namun sudah ada yang rusak, karena
Page 246
masyarakat ga merawatnya”
Q16
Apakah jumlah sungai pembuang yang di normalisasi
sudah mengurangi jumlah banjir dan bagaimana kondisi
sungai pembuang saat ini?
“sudah soalnya sekarang saluran sudah bagus semua, tapi
sayangnya masyarakat ga bisa memelihara atau membersihkan
dari rumput-rumput”
Q17
Bagaimana kondisi sungai cidurian dan situ yang ada di
Desa ini pada tahun-tahun sebelumnya dan pada saat
kondisi sekarang?
“situ begitu-gitu aja ga ada perubahan, kalau sungai makin
dangkal sekarang”
Q18
Bagaimana bentuk koordinasi pihak Desa dan Kecamatan
kepada pemerintah terkait system pengendalian banjir?
“tadi itu lewat musrenbang kecamatan”
Q19
Apa peran masyarakat agar lingkungan tempat tinggalnya
tidak terkena banjir kembali?
“warga harus sadar lingkunganya sendiri, kalau bisa yang
sudah di bangun pemerintah bisa di jaga,biar ga cepat rusak”
Q20
Apakah pemeliharaan sungai pembuang, sungai cidurian
dan situ oleh pemerintah suah maksimal?
“tidak ada pemeliharaan, saya kan sudah empat tahun
menjabat jarang melihat ada orang dinas bersih-bersih sungai
cidurian atau situ patrasana”
Q21
Apakah system pengendalian banir yang dilakukan
pemerintah sudah terasa dampak positifnya?
“sudah ada, tapi belum signifikan, semoga untuk tahun-tahun
nanti semua yang jadi keinginan desa dan warga segera ada
pembangunan supaya pas musim hujan kami tidak was-was
kena banjir”
Page 247
MATRIKS HASIL WAWANCARA SEBELUM REDUKSI DATA
Keterangan : I2.4
Sekertaris Desa Koper Kec.Kresek
Catatan Lapangan :Wawancara dilakukan pada hari Jumat, tanggal 10 Maret
2017 di Kantor Desa Koper Kec.Kresek.
Q I I2.4
Q1
Apa ukuran keberhasilan dari Perda RTRW tersebut
terkait system pengendalian banjir di kec.kresek?
“dapat berkuarangnya areal banjir di kecamatan kresek terus
ditahun-tahun yang selanjutnya tidak banjir lagi”
Q2
Sejauhmana tingkat keberhasilan Perda RTRW tersebut
terkait system pengendalian banjir di Kecamatan Kresek?
“biasa-biasa saja karena sekarang sudah jarang, paling kalau
tanggulnya jebol atau meluapnya sungai cidurian, banyak
rumah warga yang berdekatan dengan sungai, jadi pertama
yang terkena banjir wilayah yang dekat dengan sungai, jumlah
KK nya pun banyak karena padat”
Q3
Bagaimana kesiapan aparatur dari Perda RTRW terkait
system pengendalian banjir di kecamatan kresek?
“kesiapan aparatur dinas cukup baik karena kan pas banjir
tahun 2015 di desa kami, berkomunikasi dengan pihak dinas
dan mereka membantu kami seperti bantuan perbaikan tanggul
dengan di tutup tanah dan bantuan untuk warga yang terkena
banjir”
Q4
Bagaimana sarana prasarana yang ada sebagai penunjang
pengendalian banjir di kecamatan kresek?
“saya belum melihat adanya sarana prasarana yang ada, tapi
kayanya dinas mempunyai alat berat, karena sudah lama belum
ada normalisasi sungai cidurian itu”
Q5
Bagaimana peran aparatur dalam Perda RTRW terkait
system pengendalian banjir di Kec.kresek?
“peran aparatur orang-orang dinas baik”
Page 248
Q6
Sejauh ini bagaimana pelaksanaan dari Perda RTRW
terkait system pengendalian banjir di Kec.Kresek?
“sama kaya yang ade wanwancara di desa-desa lainya”
Q7
Bagaimana sikap implementator / para stakeholder
pelaksana terhadap Perda RTRW terkait system
pengendalian banjir di Kec.Kresek?
“orang dinas pasti menerima aspirasi kami,tapi jarang ada
realisasi, kalau penyebab utama banjir kaya sungai cidurian
itu sering meluap dan tanggul sudah ada yang jebol”
Q8
Bagaimana respon implementator / para stakeholder
pelaksana terhadap Perda RTRW terkait system
pengendalian banjir di Kec.Kresek?
“respon mereka baik kepada kami, usulan yang diberikan pun
tidak jarang di tindak lanjuti oleh mereka, dan pelaksanaanya
ada walau harus menunggu lama, mungkin karena anggaran
baru bisa di anggarkan”
Q9
Bagimana kondisi sosial dan ekonomi masyarakat yang
terkena banjir?
“kalau sekarang kan banjirnya jarang parah, ya kalau banjir
parah kaya 1012 sama 2015, warga tidak bisa beraktifitas,tapi
sekarang alhamdulilah banjir sekarang tidak sebesar dulu-
dulu”
Q10
Apa penyebab utama dari banjir di wilayah Desa ini,
berapa banyak wilayah yang sering terkena banjir di Desa
ini?
“kalau di desa koper sendiri tidak banyak yang kena banjir
paling di wilayah bibir-bibir sungai cidurian, soalnya air
Page 249
jarang meluap , kalau ada banjir itu perbatasan desa koper
sama pasirampo di situ ada tanggul yang rusak lumayan parah,
kalau air nya kuat pasti jebol, terus air baru menyebar ke desa
koper, ke desa pasirampo terus ke desa patrasana”
Q11
Bagaimana peran Desa dalam pengendalian banjir di
kec.kresek?
“kita kompak dengan desa lain di kec.kresek yang kena banjir
kaya patrasana sama pasirampo, renged di bahasnya di
musrenbang”
Q12
Bagaimana peran Dinas Bina Marga & SDA
Kab.Tangerang terkait pengendalian banjir di kec.kresek?
“untuk teknis saya kurang paham, bisa jadi dengan balai
cidurian berkoordinasi yang di serang itu kantornya, tapi untuk
jelasnya peran bina marga itu bangun-bangun saluran sungai-
sungai kecil”
Q13
Apakah pada tahun 2015 sistem pengendalian banjir yang
dilakukan oleh pemerintah kabupaten dan provinsi serta
pusat sudah ada kemajuan pelaksanaanya?
“belum ada solanya pas 2015 malah banjir lumayan besar di
dekat sungai cidurian yang meluap, kalau soal banjir sulit
karena soal alam dan cuaca musim hujan”
Q14
Bagaimana cara dan proses pengajuan kepada pemerintah
terkait perbaikan sungai pembuang di Desa ini ?
“bisa langsung ke dinas bina marga, bisa juga kecamatan, tapi
kalau mau ke dinas langsung harus ada pemberitahuan ke
pihak kecamatan, saya sekdes tahu karena sering komunikasi di
kecamatan soal banjir itu harus bagaimana”
Apa kendala yang dihadapi pihak Desa dalam pengajuan
program terkait system pengendalian banjir?
Page 250
“untuk kendala tidak ada, soalnya kan kita juga butuh program
buat desa kita, untuk realisasi sulit”
Q15
Apakah jumlah sungai pembuang yang di bangun /
normalisasi sudah mengurangi jumlah banjir dan
bagaimana kondisi sungai pembuang saat ini?
“sudah banyak sungai pembuang yang bagus di desa koper,
hampir keseluruhan sudah baik”
Q16
Bagaimana bentuk Kordinasi pihak Desa dan pihak
Kecamatan kepada pemerintah terkait system
pengendalian banjir?
“yaitu pas musrenbang saja koordinasikanya, karena kalau
langsung ke dinas kami harus mengerti tahapanya, harus
menyertakan dokumen-dokumen fhoto-fhoto kejadian supaya
percaya pihak dinasnya kalau memang benar kenyataanya
seperti itu”
Q17
Apa peran masyarakat agar lingkungan tempat tinggalnya
tidak terkena banjir kembali?
“merawat saluran yang udah di buat pemerintah dan kalau
bisa jangan buang sampahnya kesungai kalau bisa di bakar
kalau tidak di daur ulang di buat pupuk”
Q18
Apa peran pihak Kecamatan dalam pengendalian banjir?
“berkomunikasi dengan orang dinas yang bertugas
mengurangi banjir di wilayah kresek dan mensosialisasikan
agar masyarakat menjaga lingkungan dan tidak membuang
sampah ke sungai”
Q19
Apakah pemeliharaan sungai pembuang, sungai cidurian
dan situ oleh pemerintah sudah maksimal?
“tidak maksimal, karena tidak ada pemeliharaan oleh pihak
dinas yang tugasnya memelihara, menurut saya yang harus
menjaga, ya masyarakat yang dekat dengan itu, seperti kerja
bakti”
Page 251
Q20
Apakah sistem pengendalian banjir yang dilakukan
pemerintah sudah terasa dampak positifnya?
“sudah walaupun sedikit tetapi itu sudah mengurangi banjir
sekarang khususnya di desa koper”
Page 252
MATRIKS HASIL WAWANCARA SEBELUM REDUKSI DATA
Keterangan : I3.1
Ketua Rw 01 Desa Pasirampo
Catatan Lapangan :Wawancara dilakukan pada hari Selasa, tanggal 14 Maret
2017 di Kediaman Bpk Samsuri
Q I I3.1
Q1
Apa penyebab utama dari banjir di Desa ini?
“kiriman air hujan dari bogor yang meluap, terus merusak
tanggul dan akhirnya jebol, kan jebolnya tetapi air yang keluar
dari bawah tanggul bisa buat banjir, dan wilayah sungai
banyak rumah-rumah warga”
Q2
Berapa banyak wilayah yang sering terkena banjir di Desa
ini?
“ada emapat Rt untuk wilayah samping sungai, itu yang
terkena banjir dari air yang tanggul jebol di depan rumah
saya, saya juga was-was kalau air sudah di wilayah tanggul,
takut jebol kan air masuk dari bawah tanggul merembes terus
banjir”
Q3
Apakah sungai pembuang yang di bangun / normalisai
sudah dapat mengurangi jumlah banjir?
“membantu sekali kan aie bisa langsung ke rawa-rawa kalau
itu kesawah”
Q4
Bagaimana peran Desa dan Kecamatan kresek serta
pemerintah dalam mengurangi dampak banjir?
“wah, bapak bingung kan bapak taunya yang di desa saja,
kalau kecamatan sama pemerintah kurang tahun”
Q5
Apa hambatan bapak / ibu sebagai masyarakat terkait
pengendalian banjir
“tidak ada hambatan, malahan kita bersyukur dan senang ada
kegiatan yang mengurangi banjir, soalnya saya sendiri bosan
sama banjir dari tahun 2000,2001,2010,2012, sampai sekarang
Page 253
banjir terus tpi tak separah dulu, tanggul yang ada sekarang
cukup mengurangi banjir kalau pas air meluap walau suka
takut soalnya tanggulnya sudah mulai rusak”
Q6
Apa yang bapak / ibu rasakan setelah adanya pelaksanaan
pembangunan terkait system pengendalian banjir?
“lebih merasa aman banjir tidak datang lagi, suka repot kalau
udah banjir, untuk sekarang saya rasain masih kurang, soalnya
saya tahu daerah sini orang dari dulu ngerasain banjir
terus,walau sekarang mah Cuma jalan doing depan rumah
yang kena banjir”
Q7
Apa peran masyarakat dalam mengurangi dampak banjir?
“bersih-bersih lah itu yang baik, jangan buang sampahnya
kesungai kerja bakti kalau bisa bareng-bareng warga gotong
royong bersihkan sungai pembuang yang kecil-kecil“
Q8
Bagaimana kondisi sungai dan situ pada tahun-tahun
sebelumnya dan tahun sekarang?
“kalau as dulu itu sungai bersih bisa diambil pasirnya, tapi
sekarang keadanya sudah banyak limbah dari pabrik-pabrik di
cikande sama jayanti”
Q9
Bagaimana kondisi soial ekonomi masyarakat yang terkena
banjir?
“susah banyak orang yang dirumah kalau pas banjir tak bisa
kemana-mana saya juga kalau banjir bingung, mau beres-beres
rumah takut banjir ada lagi ga di beresin ga enak di litany de,
kalau banjir sawah di belakang rumah saya kena banjir yang
punya sawah mah udah pasti pusinf, ngeluh liat sawahnya
kebanjiran”
Q10
Bagaimana kondisi sungai cidurian dan situ yang ada pada
tahun-tahun sebelunya dan tahun sekarang?
“sekarang air cidurian itu kotor banyak limbah pabrik dari
jayanti, gembong, cikande ga bisa di pake, terus kali itu
sekarang sudah dangkal banyak lumpur samping-sampingnya
sudah banyak yang abrasi ke bawa air kalau musim hujan,
pohon bambu warga juga kalau musim hujan ke bawa air”
Page 254
Q11
Apakah system pengendalian banjir yang dilakukan
pemerintah sudah terasa dampak positifnya bagi
masyarakat?
“ada tapi tidak benar-benar kerasa kalau sekarang-sekarang,
tuh contohnya tanggul depan rumah saya bisa di liat sendiri
sudah rusak kalau air nya besar bisa-bisa rumah saya kena
lagi, kaya pas tahun 2012, dapur ruah saya ambrul kebawa air,
jalan yang coran juga kebawa putus”
Page 255
MATRIKS HASIL WAWANCARA SEBELUM REDUKSI DATA
Keterangan : I3.2
Masyarakat Desa Pasirampo
Catatan Lapangan :Wawancara dilakukan pada hari Selasa, tanggal 14 Maret
2017 di Kediaman Bpk Ahmadi
Q I I3.2
Q1
Apa penyebab utama dari banjir di Desa ini?
“tanggul kan suka jebol air suka merembes dari celah-celah
tanggul tidak begitu parah kalau jumlah air di bantaran
tanggul jumlahnya sedikit”
Q2
Berapa banyak wilayah yang sering terkena banjir di Desa
ini?
“wilayah sini sih tidak paling sawahnya saja yang terendam
banjir, tapi di wilayah Kp.sepang SD Koper pasti banjir kalau
tanggulnya retak, air masuknya lewat bawah tanggul, sedikit-
sedikit itu bisa banjir”
Q3
Apakah sungai pembuang yang di bangun / normalisai
sudah dapat mengurangi jumlah banjir?
“iya, air lebih cepat mengalir ke sunga yag lebih besar”
Q4
Bagaimana peran Desa dan Kecamatan kresek serta
pemerintah dalam mengurangi dampak banjir?
“saya kan masyarakat biasa ya de, jadi saya tidak tahu,
harapan saya sih semoga ada perbaikan buat yang masih-
masih rusak itu”
Q5
Apa hambatan bapak / ibu sebagai masyarakat terkait
pengendalian banjir
“tidak ada, say amah orang biasa warga biasa harapanya ada
pembangunan pokoknya, biar tidak banjir terus”
Page 256
Q6
Apa yang bapak / ibu rasakan setelah adanya pelaksanaan
pembangunan terkait system pengendalian banjir?
“ya alhamdulilah, artinya sekarang pemerintah mulai
memperhatikan kami-kami ini yang wilayahnya rawan banjir,
tiap tahun banjir”
Q7
Apa peran masyarakat dalam mengurangi dampak banjir?
“menjaga dan memelihara yang sudah pemerintah bangun,
sayangkan kalau sudah di perbaiki tetapi rusak lagi, saying
duitnya, tenagany“
Q8
Bagaimana kondisi sungai dan situ pada tahun-tahun
sebelumnya dan tahun sekarang?
“tadinya lebar sungai itu jauh, tetapi sekarang ga kaya dulu,
kalau pas dulu lempar batu mau ke sebrang sungai pasti
jatuhnya ke air”
Q9
Bagaimana kondisi soial ekonomi masyarakat yang terkena
banjir?
“ya kaya yang di Jakarta kalau banjir mah susah ngapa-
ngapain, saya juga kalau banjir di wilayah bantaran sungai
suka bantuin soalnya saya juga suka bantu-bantu di desa sudah
lama tapi bukan pegawai desa”
Q10
Apakah system pengendalian banjir yang dilakukan
pemerintah sudah terasa dampak positifnya bagi
masyarakat?
“sudah, buktinya tahun sekarang banjirnya Cuma 10 Centi
meter itu juga rembesan air dari tanggul yang retak”
Page 257
MATRIKS HASIL WAWANCARA SEBELUM REDUKSI DATA
Keterangan : I3.3
Masyarakat Desa Patrasana Kp. Asemuda Rt 013/005
Catatan Lapangan :Wawancara dilakukan pada hari Rabu, tanggal 15 Maret
2017 di Kediaman Bpk Risman Riswandi
Q I I3.1
Q1
Apa penyebab utama dari banjir di Desa ini?
“kalau disini luapan sungai cidurian soalnya dekat sekali
dengan bibir sungai cidurian, itu jalan yang rusak terus
pemakaman yang hiang gara-gara air yang banyak naik ke
atas terus longsor, harusnya di tanggul kami takutnya kalau
musm hujan air makin merusak makin besar”
Q2
Berapa banyak wilayah yang sering terkena banjir di Desa
ini?
“di desa patrasana banyak pas 2013 aja ada 10 Rt yang kena
banjir, kalau pas tahun 2017 ini tidak banjir alhamdulilah air
tidak naik ke atas, kalau sudah naik pasti kebanjiran apa lagi
Kampung kita Cuma 5 meter dari sungai cidurian”
Q3
Apakah sungai pembuang yang di bangun / normalisai
sudah dapat mengurangi jumlah banjir?
“iyh air sekarang cepat turun ke rawa patrasana dari aliran
pembuang rumah tangga aja, soalnya sungai yang lumayan
besar disini mah gak ada paling ke sawah terus kesungai lagi”
Q4
Bagaimana peran Desa dan Kecamatan kresek serta
pemerintah dalam mengurangi dampak banjir?
“belum ada kayanya, banjir banjir aja kalau musim penghujan
tapi sekarang mah banjir tidak ada”
Q5
Apa hambatan bapak / ibu sebagai masyarakat terkait
pengendalian banjir?
“tidak ada hambatan, saya mengharapkan bahwa ada
pembangunan infrastuktur untuk ngurangin banjir kalau musim
Page 258
penghujan, ya kalau ada saya dan masyarakat lain pun pasti
mendukung”
Q6
Apa yang bapak / ibu rasakan setelah adanya pelaksanaan
pembangunan terkait system pengendalian banjir?
“di kampong ini kalau banjir paling air langsung ke rawa
patrasana langsung ngalir, untuk pelaksanaan masih perlu
soalnya kami kawatir kalau musim penghujan selalu was-was
takut air yang di sungai naik ketas soalnya di kampong kami ga
ada tanggul buat jaga air”
Q7
Apa peran masyarakat dalam mengurangi dampak banjir?
“seharusnya masyarakat tidak buang sampah ke sungai
cidurian terus rawan apa yang sudah di bangun kaya
pembuang rumah tangga,seharusnya bisa masyarakat rawat
dengan digali pakai cangkul,kan Cuma 30 Cm besarnya juga”
Q8
Bagaimana kondisi sungai dan situ pada tahun-tahun
sebelumnya dan tahun sekarang?
“kalau sungai kondisinya bak dari dulu juga, ya paling kalau
pas banyak air kawatir banjir, ya susah kalau banjir mah
akrifitasnya, sawah rusak rumah juga rusak walau tidak parah-
parah amat, kalau situ dia meluap kalau tanggul di desa
pasirampo jebol terunya ke rawa itu”
Q9
Bagaimana kondisi soial ekonomi masyarakat yang terkena
banjir?
“parah soalnya pas banjir kita tidak bisa bekerja dan
pemasukan untuk belanja tidak ada, paling menunggu bantuan,
kalau bantuan pasti ada setiap banjir”
Q10
Bagaimana kondisi sungai cidurian dan situ yang ada pada
tahun-tahun sebelunya dan tahun sekarang?
“kondisinya baik tapi kalau pas airnya besar suka merusak,
bikin tanah-tanah bantaran sungainya longsor, mending bukan
di wilayah pemukiman tidak masalah, ya kalau di kampong kita
ini, kalau situ rawa kondisinya gitu-gitu aja tidak ada
masalah”
Page 259
Q11
Apakah system pengendalian banjir yang dilakukan
pemerintah sudah terasa dampak positifnya bagi
masyarakat?
“Ada sedikit, tapi belum benar-benar terasa dampaknya ,
soalnya di daerah ini kalau banjir bisa sampai se dada, mana
di daerah sini gak ada sungai pembuang jadi lama banjir air
paling ke sawah terus balik lagi ke kali cidurian”
Page 260
MATRIKS HASIL WAWANCARA SESUDAH REDUKSI DATA
Ukuran dan Tujuan Kebijakan
Q I PERTANYAAN/JAWABAN
I1.1
Apa tujuan dari Perda RTRW terkait sistem pengendalian banjir
di Kab.Tangerang Khususnya di Kec.Kresek?
"Yang pertama menormalisasi sungai yang khususnya saluran-
saluran pembuang yang ada di wilayah kecamatan kresek,
khususnya di dinas bina marga & SDA kita membuat tandon air
atau penampung air dimana disaat musim hujan dapat
menampung air hujan dan disaat musim kemarau kita
mempunyai kelebihan air untuk persediaan air pada saat
kekeringan"
Apa standar keberhasilan dari Perda RTRW terkait sistem
pengendalian banjir di Kab.Tangerang khususnya di
Kec.Kresek?
"Program Kab.tangerang tahun 2019 bebas banjir, berarti
tidak ada target khusus yang penting dimana ada saluran kita
normalisasi kita perbaiki kita sempurnakan dan kita
manfaatkan lagi sebagai penampung air, dimana masyarakat
kab.tangerang prioritas bebas banjir dan mempunyai
persediaan air di musim kemarau"
I1.3
Apa tujuan dari Perda RTRW terkait sistem pengendalian banjir
di Kab.Tangerang Khususnya di Kec.Kresek?
"Memperbaiki kondisi sungai yang ada sebagai penyebab
banjir di kec.kresek, pemerintah kabupaten dan pusat di
berikan tanggung jawab untuk mengurangi banjir dengan cara
yang telah di atur oleh perda tersebut.
Apa standar keberhasilan dari Perda RTRW terkait sistem
pengendalian banjir di Kab.Tangerang khususnya di
Kec.Kresek?
"Dapat mengurangi jumlah atau punarea banjir di kec.kresek
dan lebih cepatnya air yang meluap langsungkembali ke sungai
Page 261
yang terdekat dari pemukiman masyarakat dengan
dinormalisasinya sungai-sungai linear oleh bina marga dan
kami sebagai unit pelayanan teknis merawat dan memelihara
sungai yang telah dibangun atau di perbaiki fungsinya".
I1.2
Apa tujuan dari Perda RTRW terkait sistem pengendalian banjir
di Kab.Tangerang Khususnya di Kec.Kresek?
"Tujuannya untuk program selambat-lambatnya pada tahun
2019 kab.tangerang bebas banjir"
I2.1
Apa tujuan dari Perda RTRW terkait sistem pengendalian banjir
di Kab.Tangerang Khususnya di Kec.Kresek?
"Satu yang jelas kedepan wilayah kresek tidak banjir ,ketika
pun banjir disitu ada tingkat kesadaran masyarakat juga, bukan
hanya karena meluap itu air, lewat sampah kebersihan ini yang
kecilkan, ketika berhasil masyarakat menyadari betapa
pentingnya infrastruktur di pelihara di rawat bukan hanya di
bangun seperti pembuang rumah tangga kalau tidak di rawat
dipelihara dan banyak sampah bisa menyumbat sedikit tapi bila
banyakakan besar, ketika sarana prasarana yang kita bangun
dapat dipelihara dengan baik,kita jago membangun tetapi tidak
jago memelihara"
Sumber Daya
Q I PERTANYAAN/JAWABAN
I1.1
Bagaimana Kesiapan aparatur dari Perda RTRW terkait sistem
pengendali banjir di Kab.Tangerang khususnya di Kec.Kresek?
"Pada saat ini masih kebutuhan pekerja, karena hampir rata-
rata baik irigasi, situ maupun sungai kita hanya kebagian dari
lintas-lintas propinsi kabupaten dimana irigasi yang di bawah
1000 Ha masih kewenangan pusat, situ-situ masih kewenangan
pusat, saluran-saluranyang kita tangani sekarang hanya
saluran pembuang, jadi untuk sumberdaya manusia kita
meminta ditambahkan aja"
Page 262
Bagaimana anggaran dalam menunjang Perda RTRW terkait
sistem pengendalian banjir di Kab.Tangerang khususnya di
Kec.Kresek?
"Untuk anggaran kita masih sangat kurang dan terbentur
olehpersoalan kewenangan, kita ada kegiatan tetapi tidak ada
anggaran karena kewenangan, kita meminta tolong kepusat
tetapi sulit"
Bagaimana sarana prasarana yang ada sebagai penunjang
pengendali banjir di Kab.Tangerang khususnya di Kec.Kresek?
"Sarana prasarana termasuk ke alat berat dua tahun
kebelakang ini kita telah membeli alat berat seperti ampibi
resepator, memang kondisi perbengkelan dan alat kita yang di
workshop di bitung alat berat kita masih kurang maka dua
tahun ini kita belanja terus untuk alat berat, kalau kita
kekurangan alat berat kita meminjam ke balai (BBWSCC)"
I1.3
Bagaimana Kesiapan aparatur dari Perda RTRW terkait sistem
pengendali banjir di Kab.Tangerang khususnya di Kec.Kresek?
“Aparatur yang ada sebetulnya masih kekurangan jumlahnya
dan sulit melakukan pekerjaan karena wilayah pemeliharaanya
luas"
Bagaimana anggaran dalam menunjang Perda RTRW terkait
sistem pengendalian banjir di Kab.Tangerang khususnya di
Kec.Kresek?
"Anggaran sebetulnya kurang tetapi kita menyiasati agar
anggaran yang sedikit tersebut dapat kita gunakan dengan
kebutuhan dilapangan yang penting dan harus dilakukan oleh
kita"
I1.2
Bagaimana Kesiapan aparatur dari Perda RTRW terkait sistem
pengendali banjir di Kab.Tangerang khususnya di Kec.Kresek?
"Aparatur sebetulnya sudah siapcuma tinggal membiasakan
saja da hanya perlu di stimultankan saja, aparatur sebetulnya
siap"
Bagaimana sarana prasarana yang ada sebagai penunjang
pengendali banjir di Kab.Tangerang khususnya di Kec.Kresek?
"Sarana ada di dinas bina marga sudah menyiapkan eskapator
baik yanglong'am, mini maupun yang ampibius, ampibius 2,
long'am 2,mini 6 darisarana prasarana yang ada menurut saya
Page 263
memadai untuk wilayah Kab.Tangerang"
I1.5
Bagaimana anggaran dalam menunjang Perda RTRW terkait
sistem pengendalian banjir di Kab.Tangerang khususnya di
Kec.Kresek?
"Kita di sini menganggarkan berdasarkan renstra PU
berdasarkan itu kalau misalkan ada yang urgent, mungkin bisa
diubah ketahun yang urgent, misalnya di dalam anggaran
tahun 2016 ada yang urgent pada tahun 2017 pelaksanaan
tersebut bisa di ubah ketahun 2017"
I1.4
Bagaimana anggaran dalam menunjang Perda RTRW terkait
sistem pengendalian banjir di Kab.Tangerang khususnya di
Kec.Kresek?
"Sesuai usulan dan pelaksanaan berdasarkan pola dan renstra
tahun 2016"
Bagaimana anggaran dalam menunjang Perda RTRW terkait
sistem pengendalian banjir di Kab.Tangerang khususnya di
Kec.Kresek?
"BBWSC-3 mempunyai beberapa persedian berupa pompa air,
karung, perahu karet dan alat berat yang dapat di gunakan oleh
dinas lain dengan cara meminjam kepada kami bila memang di
perlukan kami pasti membantu"
Karakteristik Agen Pelaksana
Q I PERTANYAAN/JAWABAN
I1.2
Apa saja peran aparatur dalam Perda RTRW terkait sistem
pengendali banjir di Kab.Tangerang khususnya di Kec.Kresek?
"Sesuai tugas pokok bersama pemprov dan Pemkab Tangerang
dan fungsi masing-masing baik BBWS-2 (ciliwung-
cisadane),BBWS-3(Cidanau-ciujung-cidurian) sampai saat ini
sudah semakin solid dalam melakukan pengamanan area-area
banjir"
Page 264
I1.5
Apa saja peran aparatur dalam Perda RTRW terkait sistem
pengendali banjir di Kab.Tangerang khususnya di Kec.Kresek?
"Peran kita sesuai tupoksi mengacu itu pertama, ya kalau bina
marga & SDA melihat RTRW juga terus di sesuaikan dan di
sinkronisasikan"
I1.1
Apa saja peran aparatur dalam Perda RTRW terkait sistem
pengendali banjir di Kab.Tangerang khususnya di Kec.Kresek?
"Peran aparatur kalau kita lihat di dinas bina marga & SDA ini
ada UPT unit pelayanan terpadu wilayah perwilayah, tindakan
mereka memang sudah action, anggaran sudah di anggarkan,
tetapi kembali lagi itu kebentur persoalan kewenangan kita
tidak bisa menyentuh pekerjaan yang masih wewenang pusat,
UPT hanya mengerjakan pekerjaan pemeliharaan seperti
memberishkan gulma membersihkan saluran yang milik kita
kewenangan kita, sementara yang bersentuhan dengan
kewenangan pusat kita tinggalkan"
I1.4
Apa saja peran aparatur dalam Perda RTRW terkait sistem
pengendali banjir di Kab.Tangerang khususnya di Kec.Kresek?
"BBWS-3 mempunyai peran sebagai pengelola SDA, tentunya
sungai cidurian harus seimbang antara kuantitas dan kualitas
sumber air cidurian"
Sikap/ Kecenderungan Para Pelaksana
Q I PERTANYAAN/JAWABAN
I1.1
Bagaimana sikap Implementator terhadap Perda RTRW terkait
sistem Pengendali banjir di Kab.Tangerang khususnya di
Kec.Kresek?
"Harus mendukung karena itu bagian dari tugas yang diberikan
kita sebagai pelaksana harus menjalankan tugas tersebut
dengan di sesuikan dengan rencana strategis kita dalam
mengurangi banjir ketika musim penghujan dan menyediakan
air ketika musim kemarau, saya rasa sikap para pelaksana
pasti menjalankan sesuai tugasnya masing-masing"
Bagimana respon implementator dalam menerima dan menolak
Perda RTRW terakit sistem pengendali banjir di Kab.Tangerang
khususnya di Kec.Kresek?
Page 265
"Respon sangat bagus, tetapi kembali lagi kewenangan kita
mengusulkan kegiatan tetapi birokrasinya panjang dan tidak
mungkin dengan cepat mendapatkan anggaran dari pusat,
untuk respon dengan C II,C III maupun UPT yang ada sangat
bagus,terkait perjanjian KSO kita pernah mengusulkan tapi
sampai sekarang masih di godok dan sampai sekarang masih
belum final MOU pemerintah daerah dengan balai C II sudah
di tanda tangan, tindak lanjut dari MOU adalah (PKS)
perjanjian kerja sama, memang sampai detik ini belum final
dan kita telah beberapa kali membuat draf namun belum final
antara pak bupati dengam kepala balai C II"
I1.2
Bagaimana sikap Implementator terhadap Perda RTRW terkait
sistem Pengendali banjir di Kab.Tangerang khususnya di
Kec.Kresek?
"Mendukung dan tugas mereka harus mendukung"
I1.3
Bagaimana sikap Implementator terhadap Perda RTRW terkait
sistem Pengendali banjir di Kab.Tangerang khususnya di
Kec.Kresek?
"Sikap pasti bagus itu karena tugas mereka sebagai pelaksana
untuk mengurangi banjir yang ada"
Bagimana respon implementator dalam menerima dan menolak
Perda RTRW terakit sistem pengendali banjir di Kab.Tangerang
khususnya di Kec.Kresek?
"Respon itu baik tetapi kewenangan itu sering jadi kendala
pihak kabupaten untuk melakukan perbaikan, biasanya kalau
pihak kabupaten ingin memperbaiki kondisi sungai yang perlu
di perbaiki terbentur oleh kewenangan dan kerja sama
prosesnya cukup lama karena harus menyesuaikan tugas-tugas
yang perlu disetujui,terkecuali memang mendesak"
I2.1
Bagimana respon implementator dalam menerima dan menolak
Perda RTRW terakit sistem pengendali banjir di Kab.Tangerang
khususnya di Kec.Kresek?
"Untuk pengajuan yang di berikan kepada dinas yang terkait
seperti dinas bina marga ataupun balai cidurian responnya
baik karena kita pernah mengusulkan beberapa kali pengajuan
pembangunan untuk mengurangi dampak banjir, usulan kita di
terima dengan baik, tapi usulan yang di inginkan tidak
langsung di dapat karena dinas-dinas tersebut mempunyai
rencana-rencana pembangunan yang telah mereka buat dalam
renja, paling bila mendesak dan sangat perlu paling ada juga
Page 266
bentuknya sementara saja"
I2.3
Bagimana respon implementator dalam menerima dan menolak
Perda RTRW terakit sistem pengendali banjir di Kab.Tangerang
khususnya di Kec.Kresek?
"Setiap ada rapat di tigaraksa lalu di kecamatan sama orang
kabupaten sama dewan kemarin juga musrenbang saya bahas
masalah ini, tapi sampai sekarang belum di laksakan
realisasinya ga ada itu kan, itu kan anggaran bukan dari
kabupaten, anggaran dari provinsi tapi sekarang karena
kemarin saya sudah usul ada satu orang kesini dari balai besar
cidurian, kemarin saya sudah buat pernyataan minta bantuan
untuk tanggul yang jebol,bantuannya sementara doang ada
untuk pengurukan tanggul"
Komunikasi Antar Organisasi dan Aktivitas Agen Pelaksana
Q I PERTANYAAN/JAWABAN
I1.1
Bagaimana Proses komunikasi yang dilakukan terhadap
implementasi Perda RTRW terkait sistem pengendali banjir di
Kab.Tangerang khususnya di Kec.Kresek?
"Terkait komunikasi stakeholder pelaksana antara dinas bina
marga & SDA dan balai C II, contohnya sungai cilongok yang
sudah di keruk , apa yang di inginkan dinas bina marga dan
SDA seperti pengerukan situ apa yang kurang kita kirimkan jadi
kebutuham dinas bina marga akan di tutupi balai C II dan apa
yang di butuhkan balai akan di tutupi dinas bina marga,
sementara itu sampai dengan kebutuhan untuk normalisasi
slauran pembuang dan lain-laib untuk saat ini proses
komunikasi bagus tidak ada masalah itu, tetapi batasan
kewenangan ada di masing-masing SKPD baik pemerintah
pusat maupun pemerintah daerah"
Bagaimana koordinasi yang dilakukan terhadap
implementator Perda RTRW terkait sistem pengendali
banjir banjir di Kab.Tangerang Khususnya di Kec.Kresek?
"Sebetulnya koordinasi sudah baik, ambil contoh apel hari
senin tgl 09-01-2017 yang biasa di pimpin pak bupati, pak
Page 267
bupati dengan tegas menyatakan bahwa dinas-dinas terkait
masalah bencana seperti dinas bina marga & SDA, BPBD
sudah harus menindak lanjuti perkiraan hujan yang meningkat
di januari, disebutkan oleh pak bupati ketika apel tadi kerja
sama dengan balai terkait kebijakan apabila posisi wilayah
banjir sudah didata maka harus segera disikapi"
I1.5
Bagaimana Proses komunikasi yang dilakukan terhadap
implementasi Perda RTRW terkait sistem pengendali banjir di
Kab.Tangerang khususnya di Kec.Kresek?
"Proses komunikasi baik setiap tahun ada pemeliharaan terkait
situ-situ".
I1.3
Bagaimana Proses komunikasi yang dilakukan terhadap
implementasi Perda RTRW terkait sistem pengendali banjir di
Kab.Tangerang khususnya di Kec.Kresek?
"Ya prosesnya baik tidak ada kendala dari komunikasi paling
kendalanya itu realisasi dari kerja sama atau usulan dari pemerintah kabupaten yang sulit terealisasi karena harus
banyak yang di berikan dokumen-dokumen tertentu dan rencana
strategisnya beda-beda itu yang menjadi kendala"
Bagaimana koordinasi yang dilakukan terhadap
implementator Perda RTRW terkait sistem pengendali
banjir banjir di Kab.Tangerang Khususnya di Kec.Kresek?
"Baik selalu ada komunikasi antar dinas yang terkait kalau ada
kerjasama yang perlu di lakukan"
I1.2
Bagaimana Proses komunikasi yang dilakukan terhadap
implementasi Perda RTRW terkait sistem pengendali banjir di
Kab.Tangerang khususnya di Kec.Kresek?
"Kita mengirim surat jawaban mereka bagaimana, kita sama-
sama lembaga negara instansi negara harusnya komunikasi
tidak sulit"
Bagaimana koordinasi yang dilakukan terhadap
implementator Perda RTRW terkait sistem pengendali
banjir banjir di Kab.Tangerang Khususnya di Kec.Kresek?
"Jadi koordinasi sekarang sudah lebih mudah formatnya jadi
sebelum PKS ada MOU dulu di refifikasi di teliti masing-
masing bila memungkinkan baik pemda, C 2 ciliwung-cisadane,
C 3 cidanau-ciujung-cidurian menguji coba namun untuk saat
ini sulit, tetapi bila untuk menormalisasi sungai pembuang saja
itu bisa yang di contohkan tadi itu formatnya meminta izin ke
pemilik wewenang, seperti untuk menormalisasi sungai yang
Page 268
kewenangan pusat, kami selaku pemda kab.tangerang meminta
izin untuk kita lakukan normalisasi dengan menggunakan
APBD Kab.Tangerang dan setelah selesai pelaksanaan
pembangunan kita kembalikan lagi asset mereka, karena pakai
MOU nanti ke PKS itu sulit, makan waktu berbelit-belit dan
belum tentu jadi"
I1.4
Bagaimana koordinasi yang dilakukan terhadap
implementator Perda RTRW terkait sistem pengendali
banjir banjir di Kab.Tangerang Khususnya di Kec.Kresek?
"Saling koordinasi sesuai tupoksinya. Koordinasi untuk
keterangan debit dapat di dapat di BBWSC-3
Lingkungan Ekonomi, Sosial dan Politik
Q I PERTANYAAN/JAWABAN
I1.4
Bagaimana Kodisi ekonomi masyarakat dari wilayah yang
mendapatkan kebijakan maupun program terkait sistem
pengendali banjir di Kab.Tangerang khususnya di Kec.Kresek?
"Sangat mendukung kegiatan yang di lakukan oleh BBWSC-3"
I1.3
Bagaimana Kodisi ekonomi masyarakat dari wilayah yang
mendapatkan kebijakan maupun program terkait sistem
pengendali banjir di Kab.Tangerang khususnya di Kec.Kresek?
"Kondisi masyarakat hanya bertani kalau di wilayah kec.kresek
khususnya yang kena banjir kalau. Kalau banjir masyarakat
tidak bisa melakukan aktivitas apa-apa dan buruknya ketika
padi akan di panen tetapi kena banjir itu biasa terjadi
masyarakat yang kena rugi, bila ada pembangunan pengendali
banjir masyarakat pasti mendukung karena mereka juga ingin
terbebas dari banjir"
I1.1
Bagaimana Kodisi ekonomi masyarakat dari wilayah yang
mendapatkan kebijakan maupun program terkait sistem
pengendali banjir di Kab.Tangerang khususnya di Kec.Kresek?
"Sangat tertinggal, kita pernah survey di desa patrsana baik
dari segi pendapatan dari SDM kita pikiriti masih sangat
tertinggal seumpamanya ada program terkait mengurangi
banjir kita pikir masyarakat sangat mendukung dan
Page 269
mengharapkan"
I2.2
Bagimana Kondisi social dan eknomi masyarakat yang
terkena banjir?
"Kondisi masyarakat yang terkena banjir warga tidak bisa
beraktivitas seperti biasanya dan masyarakat hanya bisa
menunggu bantuan ketika banjir, dan mengharapkan action
dari pemerintah dan dinas-dinas yang tugasnya untuk
mengurangi banjir kalau musim hujan datang lagi”
Page 270
- 1 -
DOKUMENTASI
Irigasi Yang Sudah Rusak Kondisi Rawa Di Kec.Kresek
Pembangunan Tanggul Disungai
Cidurian
Kondisi Sedimentasi Sungai Cidurian
Kondisi Irigasi Yang telah Rusak Kondisi Turap Sungai Cidurian Yang
Tertutup Sedimentasi
Page 271
- 2 -
Kondisi SituGarukgak Kondisi Situ Patrasana
KondisiSaluranPembuang di Desa
Pasirampo
KondisiSaluranPembuang di Kampung
Songgom Desa Koper
Kondisi Sungai Cidurian Kondisi drainase rusak
Page 272
- 3 -
Kondisi Tanggul Cidurian Jalan yang terkena abrasi air sungai Cidurian
Drainase yang tidak di rawat masyarakat Drainase yang selesai di bangun
Kondisi sungai pembuang Jalan kena abrasi sungai Cidurian
Page 273
- 4 -
I1.1 Kasie Pembangunan dan Pemeliharaan
Sumber Daya Air Dinas Bina Marga & SDA
Kab.Tangerang
I1.2 Mantan Kepala UPT III Kab.Tangerang (Cidurian Hilir) periode 2015- Januari 2017
I1.3 Kepala UPT III Kab.Tangerang (Cidurian
Hilir)
11.4 Kasie Perencanaan Umum Balai Besar
Wilayah Sungai Cidanau-ciujung-cidurian
I1.5 Pelaksana Teknis PPK Perencanaan
BBWSCC
I2.1 Sekretaris Kecamatan Kresek
Kab.Tangerang
Page 274
- 5 -
I2.2 Sekdes Desa Patrasana I2.3 Kepala Desa Pasirampo
I2.4 Sekdes Desa Koper I3.1 Ketua RW 05 Desa Pasirampo
Page 275
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
DATA PRIBADI
Nama : Septian Prasetia Mahaguna
Tempat & Tanggal Lahir : Tangerang, 15 September 1993
Alamat : Kp.Kebon Kalapa RT 004 RW 003 Desa Parahu
Kecamatan Sukamulya Kab.Tangerang
No. HP : 0895322149246
Jenis Kelamin : Laki-laki
Kewarganegaraan : Indonesia
Status : Mahasiswa
Email : [email protected]
Hoby : Sepakbola
PENDIDIKAN FORMAL
2001 – 2006 : SDN Merak 1
2006 – 2009 : SMP Negeri 2 Balaraja
2009 – 2012 : SMAN 19 Kab.Tangerang
2012 – 2017 : Program S1 Administrasi Negara Universitas Sultan Ageng
Tirtayasa