JURNAL STUDI MANAJEMEN & ORGANISASI Volume 10, Nomor 1, Januari, Tahun 2013, Halaman 49 http://ejournal.undip.ac.id/index.php/smo IMPLEMENTASI OUTSOURCING STRATEGY PADA INDUSTRI ROKOK SIGARET KRETEK MESIN Idris Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Diponegoro Jl. Prof. Soedharto SH Tembalang, Semarang 50239, Phone: +622476486851 ABSTRACT Many concepts and methods of efficiency have been developed recently. Ones is outsourcing strategy. It gives strategic benefit, however outsourcing have strategic risk. To be survive in global competition, Ciggarete Industry must make its production efficiently by outsourcing. Its uses the strategy to keep its machine and equipment. This research uses qualitative approach and case study Ciggarete Industry. By analyzing value chain at first, the research continue to identifying internal and external factor and making outsourcing decision. There are three type of outsourcing sequentially which can be used to make decision i.e. : (1) Strategic Vulnerability and Control Consideration Model, (2) Make or Buy Cost Analysis, and (3) Strategic Sourcing Model. Keywords :Outsourcing PENDAHULUAN Dalam usaha mencapai efisiensi, banyak metoda dan konsep yang telah dikembangkan. Salah satunya adalah outsourcing. Dengan konsep outsourcing, efisiensi dapat dicapai apabila : (1) Perusahaan memusatkan aktivitasnya pada bidang yang memiliki kompetensi yang tinggi, (2) Memfokuskan investasi dan perhatian manajemen ke bidang-bidang tersebut, (3) Melimpahkan (outsource) kegiatan bidang lainnya, yang mana perusahaan tidak mempunyai kepentingan strategis, sehingga perusahaan tidak perlu atau tidak dapat melakukannya lebih baik dari perusahaan lain (Quinn & Hilmer, 1994 : 54-55). Walaupun telah banyak perusahaan di Amerika yang telah melakukan praktek outsourcing, kondisi obyektif di Indonesia menyatakan bahwa outsourcing belum berkembang dan populer (Taufik, 1995 : 32). Sementara kecenderungan banyak perusahaan di Indonesia untuk melakukan integrasi secara vertikal pada area bisnisnya, justru menghasilkan praktek monopoli. Oleh karena itu, praktek outsourcing diharapkan dapat menjadi solusi yang bersifat ‘win-win solution’ dalam upaya menghilangkan distorsi pasar yang kini terjadi di Indonesia. Bertitik tolak dari uraian pada latar belakang masalah, maka dirasa perlu untuk mengangkat suatu penelitian tentang penggunaan outsourcing strategy dalam suatu kajian berupa studi kasus di Industri rokok SKM, sebagai upaya untuk mencari suatu format pengambilan keputusan strategis pada praktek outsourcing, yang diharapkan dapat melahirkan suatu pandangan baru dan alternatif strategi untuk meningkatkan daya saing bagi perusahaan di Indonesia dalam menghadapi tantangan globalisasi. Implementasi outsourcing strategy pada Industri Rokok selain membahas faktor- faktor yang dibutuhkan dalam penggunaan outsourcing strategy, juga harus memperhitungkan dampak potensial yang muncul. Misalnya dampak yang akan dirasakan karyawan. Karena esensi dari outsourcing strategy ini adalah perampingan organisasi dan perampingan biaya, maka akan timbul kasus pemberhentian atau pemindahan karyawan yang perlu dilakukan dengan cermat. Begitu pula dengan faktor-faktor yang diperhitungkan dalam pemilihan partner supplier, tidak hanya membahas masalah biaya, namun juga harus memperhatikan faktor kesesuaian partner dengan visi dan misi perusahaan serta nilai- nilai perusahaan. METODE Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, dengan obyek
11
Embed
implementasi outsourcing strategy pada industri rokok sigaret ...
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
JURNAL STUDI MANAJEMEN & ORGANISASI Volume 10, Nomor 1, Januari, Tahun 2013, Halaman 49
http://ejournal.undip.ac.id/index.php/smo
IMPLEMENTASI OUTSOURCING STRATEGY
PADA INDUSTRI ROKOK SIGARET KRETEK MESIN
Idris
Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Diponegoro
Jl. Prof. Soedharto SH Tembalang, Semarang 50239, Phone: +622476486851
ABSTRACT
Many concepts and methods of efficiency have been developed recently. Ones is
outsourcing strategy. It gives strategic benefit, however outsourcing have strategic risk. To be
survive in global competition, Ciggarete Industry must make its production efficiently by
outsourcing. Its uses the strategy to keep its machine and equipment.
This research uses qualitative approach and case study Ciggarete Industry. By analyzing
value chain at first, the research continue to identifying internal and external factor and
making outsourcing decision. There are three type of outsourcing sequentially which can be used
to make decision i.e. : (1) Strategic Vulnerability and Control Consideration Model, (2) Make or
Buy Cost Analysis, and (3) Strategic Sourcing Model.
Keywords :Outsourcing
PENDAHULUAN
Dalam usaha mencapai efisiensi,
banyak metoda dan konsep yang telah
dikembangkan. Salah satunya adalah
outsourcing. Dengan konsep outsourcing,
efisiensi dapat dicapai apabila : (1)
Perusahaan memusatkan aktivitasnya pada
bidang yang memiliki kompetensi yang
tinggi, (2) Memfokuskan investasi dan
perhatian manajemen ke bidang-bidang
tersebut, (3) Melimpahkan (outsource)
kegiatan bidang lainnya, yang mana
perusahaan tidak mempunyai kepentingan
strategis, sehingga perusahaan tidak perlu
atau tidak dapat melakukannya lebih baik
dari perusahaan lain (Quinn & Hilmer, 1994 :
54-55). Walaupun telah banyak perusahaan
di Amerika yang telah melakukan praktek
outsourcing, kondisi obyektif di Indonesia
menyatakan bahwa outsourcing belum
berkembang dan populer (Taufik, 1995 :
32). Sementara kecenderungan banyak
perusahaan di Indonesia untuk melakukan
integrasi secara vertikal pada area bisnisnya,
justru menghasilkan praktek monopoli. Oleh
karena itu, praktek outsourcing diharapkan
dapat menjadi solusi yang bersifat ‘win-win
solution’ dalam upaya menghilangkan
distorsi pasar yang kini terjadi di Indonesia.
Bertitik tolak dari uraian pada latar
belakang masalah, maka dirasa perlu untuk
mengangkat suatu penelitian tentang
penggunaan outsourcing strategy dalam
suatu kajian berupa studi kasus di Industri
rokok SKM, sebagai upaya untuk mencari
suatu format pengambilan keputusan strategis
pada praktek outsourcing, yang diharapkan
dapat melahirkan suatu pandangan baru dan
alternatif strategi untuk meningkatkan daya
saing bagi perusahaan di Indonesia dalam
menghadapi tantangan globalisasi.
Implementasi outsourcing strategy
pada Industri Rokok selain membahas faktor-
faktor yang dibutuhkan dalam penggunaan
outsourcing strategy, juga harus
memperhitungkan dampak potensial yang
muncul. Misalnya dampak yang akan
dirasakan karyawan. Karena esensi dari
outsourcing strategy ini adalah perampingan
organisasi dan perampingan biaya, maka
akan timbul kasus pemberhentian atau
pemindahan karyawan yang perlu dilakukan
dengan cermat.
Begitu pula dengan faktor-faktor
yang diperhitungkan dalam pemilihan
partner supplier, tidak hanya membahas
masalah biaya, namun juga harus
memperhatikan faktor kesesuaian partner
dengan visi dan misi perusahaan serta nilai-
nilai perusahaan.
METODE
Penelitian ini menggunakan
pendekatan kualitatif, dengan obyek
JURNAL STUDI MANAJEMEN & ORGANISASI Volume 10, Nomor 1, Januari, Tahun 2013, Halaman 50
http://ejournal.undip.ac.id/index.php/smo
penelitian adalah penggunaan outsourcing
strategy pada bagian perawatan mesin dan
fasilitas pada dalam rangka mencapai
efisiensi.
Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini dibatasi pada aktivitas
pemeliharaan mesin dan fasilitas produksi di
bagian SKM pada Industri Rokok, sebagai
salah satu aktivitas penunjang produksi yang
penting bagi perusahaan manufaktur. Selain
itu, hasil penelitian ini juga tidak dibuatkan
suatu simpulan yang mengarah pada
generalisasi tentang kelayakan penggunaan
outsourcing strategy, mengingat penelitian
ini tidak diarahkan untuk membuat suatu
generalisasi.
Unit Analisis
Unit analisis pada penelitian ini
adalah penggunaan outsourcing strategy
dalam bidang perawatan mesin dan fasilitas
Industri Rokok SKM. Dengan demikian
maka rancangan studi kasus dalam penelitian
ini merupakan rancangan studi kasus
tunggal holistik.
Logika yang mengaitkan data dengan
proposisi tersebut
Data tentang penggunaan
outsourcing dibandingkan dengan data
tentang penggunaan outsourcing strategy
yang diperoleh dalam penelitian ini. Data
tersebut terkait dengan proposisi yang telah
ditetapkan. Perbandingan dilakukan dengan
berpedoman pada model yang digunakan
dalam proses keputusan penggunaan
outsourcing strategy
Kriteria untuk menginterpretasi temuan.
Temuan dari hasil penelitian di
interpretasikan dalam suatu analisis
interpretasi alternatif kualitatif, dengan
menggunakan tiga model proses keputusan
penggunaan outsourcing strategy. Secara
konseptual, tahapan proses pengambilan
keputusan penggunaan outsourcing strategy
yang digunakan dalam penelitian ini terdiri
dari beberapa tahapan, yaitu :
Gambar 1.
Pola pikir penggunaan Outsourcing Strategy pada Industri Rokok SKM
HASIL DAN PEMBAHASAN
Value Chain Analysis
Analisis value chain pada penelitian
ini dibatasi pada potensi dijalinnya vertical
linkages pada aktivitas pemeliharaan
mesin dan fasilitas. Aktivitas produksi
rokok SKM berkarakteristik: (1)
menggunakan teknologi (cukup) modern, (2)
VALUE CHAI N
ANALYSIS
Identify Activities
Activities
No
Internal Consideration
Part of Core Strategy ?Part of Core Competence ?
Absolute of controlnecessary
Yes
External Consideration
Is Service availableexternally ?
Part of Core Competence ?
Are Suppliers promisingpotential strategic benefit ?
PRODUCEINTERNALLY
(INSOURCING)
Outsourcing Decision Process
STRATEGIC VULNERABILITY & RELATIONSHIPCONTROL CONSIDERATION MODEL
MAKE or BUY COST ANALYSIS
STRATEGIC SOURCING MODEL
1. Selected Suppliers (Who providing services)2. Sourcing Decisions : Buy / Marginal Buy / Develop Suplliers3. Contract Relationship (Degree of Sourcing Control)4. Term of Contractual Relationship (long / short term)
OUTSOURCING DECISION
NOT FEASIBLE TOOUTSOURCING
No
No
Yes
Yes
Yes
Yes No
No
JURNAL STUDI MANAJEMEN & ORGANISASI Volume 10, Nomor 1, Januari, Tahun 2013, Halaman 51
http://ejournal.undip.ac.id/index.php/smo
melibatkan mesin-mesin, dan (3) memiliki
standar higienis yang ketat. Hal ini membuat
aktivitas produksi sangat menentukan
relative cost position perusahaan dengan
perusahaan lain. Dengan demikian, dapat
menjadi dasar diferensiasi dalam persaingan.
Masih lemahnya aktivitas penelitian dan
pengembangan industri rokok membuat
perusahaan-perusahaan pada industri ini lebih
memilih strategi low cost producer.
Demikian pula dengan Industri Rokok SKM
yang saat ini berusaha mengefisienkan proses
produksinya. Belum kuatnya sumber daya
manusia di perusahaan untuk menjadikan
aktivitas penelitian dan pengembangan
sebagai tulang punggung, di siasati dengan
menjalin kerjasama dalam bentuk lisensi
dengan prinsipal asing untuk mencari sumber
competitive advantage di masa mendatang.
Rokok hasil produksi dari industri
rokok SKM merupakan produk yang
menggunakan teknologi modern dan
mempunyai standar higienis yang tinggi
dalam proses produksi menuntut perusahaan
untuk memperhatikan aktivitas pemeliharaan
dan pengelolaan mesin-mesin tersebut.
Sedangkan untuk merespon kebutuhan pasar
yang berubah-ubah, perusahaan harus
memiliki kompetensi khusus dalam
technology know-how mengenai produk
rokok ini. Untuk itu, dibutuhkan suatu divisi
penelitian dan pengembangan yang sanggup
melakukan aktivitas penelitian yang
diharapkan dapat menjawab kebutuhan pasar
tersebut. Selain aktivitas-aktivitas
utama tersebut, industri rokok juga
mempunyai aktivitas lain seperti pengelolaan
SDM ataupun administrasi keuangan
menunjukkan value chain industri rokok.
Identifikasi Aktivitas yang akan di-
Outsource Secara umum, hasil analisis
lingkungan menunjukkan bahwa aktivitas
yang akan dilimpahkan dari industri rokok
SKM bukan merupakan core competence
perusahaan termasuk bukan sebagai aktivitas
yang mempengaruhi core strategy
perusahaan secara signifikan. Pengujian
terhadap core competence dilakukan dengan
melihat diferensiasi dan menghasilkan
distinctive value and benefit bagi pelanggan.
Ada dua dasar diferensiasi dalam industri
rokok di Indonesia, yaitu : (1) Diferensiasi
dengan biaya rendah yang ditentukan oleh
efisiennya proses produksi (pengolahan
bahan mentah sampai ke aktivitas produksi
rokok, aktivitas penggudangan rokok) yang
dilakukan perusahaan. Sehingga sangat
mempengaruhi harga akhir produk (cost of
goods). (2) Diferensiasi dengan basis inovasi
produk, sangat tergantung pada SDM yang
dimiliki perusahaan, khususnya dalam
mengerjakan aktivitas-aktivitas yang terkait
dengan aktivitas R & D untuk menghasilkan
lini produk yang baru untuk menjawab
kebutuhan pasar. Juga dalam aktivitas
peningkatan kualitas produk dan perbaikan
teknik produksi, manajemen Industri Rokok
SKM sangat memperhatikan hal ini. Terbukti
dengan dibentuknya suatu bagian khusus
dalam perusahaan yang menangani masalah
pengawasan mutu, penelitian dan
pengembangan. Dengan komitmen untuk
berkonsentarasi pada aktivitas-aktivitas ini,
Industri rokok SKM juga sanggup
menghasilkan distinct value dan benefits
kepada para pelanggan, dengan
menghasilkan produk yang sesuai dengan
tuntutan pelanggan.
Analisis value chain menunjukkan
bahwa ada perusahaan penyedia jasa aktivitas
pemeliharaan mesin dan fasilitas. Untuk
mengetahui apakah perusahaan tersebut
menjanjikan sejumlah potential strategic
benefits bagi indutri rokok SKM maka perlu
dilihat dari
a) Efisiensi Biaya
Perusahaan tersebut mempunyai
spesialisasi operasi di bidang konsultasi
teknik, termasuk di dalamnya adalah jasa
pemeliharaaan mesin dan fasilitas. Dengan
terspesialisasinya maka akan lebih efisien
struktur biayanya daripada struktur biaya
yang dialami oleh seksi teknik industri rokok
SKM. Hal ini dimungkinkan karena harga
jasa akhir yang terjadi pada aktivitas
pemeliharaan adalah sumbangan dari biaya
variabel ditambah biaya tetap ditambah
margin. Beban tetap yang terjadi di
perusahaan penyedia jasa dapat dialokasikan
pada berbagai macam kontrak kerja yang
didapatkan dari berbagai perusahaan.
Sehingga beban tetap tersebut akan tertutupi
oleh pendapatan yang mereka dapatkan dari
berbagai kontrak kerja. Sedangkan seksi
teknik perusahaan rokok tetap menanggung
fixed cost dalam pekerjaan mereka, karena
hanya melakukan aktivitas di dalam
perusahaan mereka sendiri. Dengan
demikian, beban tetap pada perusahaan rokok
JURNAL STUDI MANAJEMEN & ORGANISASI Volume 10, Nomor 1, Januari, Tahun 2013, Halaman 52
http://ejournal.undip.ac.id/index.php/smo
tidak dapat didistribusikan, sehingga
mengakibatkan besarnya biaya tetap yang
dialami.
b) Peningkatan Kualitas
Terspesialisanya aktivitas bisnis
penyedia jasa di bidang konsultasi teknik,
juga menyebabkan perusahaan tersebut
memfokuskan investasi dan perhatian
manajemen ke dalam aktivitas tersebut.
Sehingga penyedia jasa mampu berkembang
dengan memiliki sejumlah karyawan yang
profesional, memiliki pengetahuan mutakhir
akan aspek teknis dari area spesifiknya, dan
memiliki fasilitas-fasilitas khusus yang
mendukung aktivitas bisnisnya. Selain itu,
pengalaman dalam penanganan urusan
mesin, membuat perusahaan penyedia jsa
mampu melakukan aktivitas pemeliharaan
mesin dan fasilitas yang jauh lebih baik, dan
tidak mungkin di duplikasikan secara internal
oleh perusahaan rokok SKM.
c) Fleksibilitas
Dalam menghadapi tuntutan pasar
yang berubah-ubah dan customized, serta
untuk dapat menyesuaikan diri dengan proses
produksi yang lebih modern, perusahaan
rokok SKM selalu melakukan investasi
penambahan mesin-mesin baru maupun
penggantian mesin-mesin lama. Dampaknya
perusahaan rokok SKM selalu mendatangkan
ahli (teknisi) dari luar negeri (RRC, Austria,
Bulgaria, Jepang, Jerman, Perancis dan
Belanda), untuk mengadakan transfer
knowledge antar ahli (teknisi) tersebut
dengan karyawan yang terkait, terutama
karyawan seksi teknik. Dengan kondisi
tersebut, perusahaan rokok SKM harus
mengeluarkan biaya pelatihan dan konsultasi
yang cukup besar, karena pengoperasian
mesin baru tersebut tidak dilakukan sebelum
terjadinya transfer knowledge yang memadai
pada diri karyawan perusahaan rokok SKM.
Pemilihan perusahaan jasa yang
memiliki banyak tenaga ahli di bidang
permesinan dan senantiasa menyesuaikan diri
dengan perkembangan teknologi akan lebih
sanggup dan lebih cepat mengadaptasi proses
perubahan yang terjadi, sehingga mesin baru
akan lebih cepat dioperasikan. Keuntungan
lain yang dinikmati oleh perushaaan rokok
SKM adalah tidak dikeluarkannya lagi biaya
pelatihan dan konsultasi tiap kali melakukan
investasi mesin baru. Karena aktivitas
pemeliharaan akan dilimpahkan pada
perusahaan penyedia jasa, sehingga
perusahaan tersebut yang harus menyiapkan
karyawannya.
d) Akses pada teknologi terbaru
Dari hasil pengamatan di lapangan,
perusahaan penyedia jasa memiliki peralatan
maupun ketrampilan yang lebih memadai
daripada tenaga kerja di seksi teknik
perusahaan rokok. Kebijakan untuk investasi
pada peralatan terbaru dan mengadakan
pelatihan bagi karyawannya menjadikannya
lebih maju dalam hal penguasaan teknologi
dibandingkan dengan karyawan seksi teknik
perusahaan rokok. Hal ini dimungkinkan
karena langkah ini sebagai upaya untuk
meningkatkan kemampuan mereka dalam
bersaing dengan pihak penyedia jasa yang
lain, selain mencari competitive edge ini
dengan berada pada barisan terdepan dalam
hal penguasaan teknologi. Sehingga
perusahan rokok SKM dapat menikmati
benefits dari akses teknologi terbaru dengan
cara demikian.
Analisis Kelayakan Penggunaan
Outsourcing Strategy
a. Strategic Vulnerability and Relationship
Control Consideration Model
Aktivitas pemeliharaan mesin dan
fasilitas bukanlah merupakan core
competence dari perusahaan rokok SKM,
tidak seperti aktivitas produksi, ataupun
aktivitas penelitian dan pengembangan, yang
dapat membawa perusahaan rokok bersaing
dengan basis menjadi low cost producer,
ataupun diferensiasi. Namun, apabila
aktivitas pemeliharaan mesin dan fasilitas ini
dikerjakan secara periodik, profesional dan
teliti, aktivitas ini akan membawa
keuntungan bagi perusahaan dalam jangka
panjang yaitu peningkatan efisiensi produksi
dan menurunnya total biaya melalui
Penurunan frekwensi terjadinya breakdown,
karena sering rusaknya mesin-mesin, atau
macetnya fasilitas. Selain itu, dengan
memperpanjang usia Mesin-mesin dan
fasilitas yang terawat baik maka akan dapat
lebih lama di utilisasi-kan. Hal ini tentu akan
mampu menurunkan frekuensi investasi
penggantian mesin ataupun fasilitas.
Sehingga akan mengurangi biaya depresiasi
yang terbebankan pada dan mengarah pada
penurunan total biaya.
JURNAL STUDI MANAJEMEN & ORGANISASI Volume 10, Nomor 1, Januari, Tahun 2013, Halaman 53
http://ejournal.undip.ac.id/index.php/smo
Tabel 1.
Matrik Strategic Vulnerability, untuk mendapatkan competitive advantage Potensi untuk mendapatkan competetvive advantage
(1) Rating*)
(2) Weight
(3) Score
(2) x (3)
Pengaruh terhadap core competence perusahaan 3 0,20 0,56 Pengaruh terhadap core strategy perusahaan 3 0,20 0,52 Meningkatnya tingkat kompetensi yang beraneka ragam 2 0,20 0,44 Banyaknya kegiatan dalam value chain perusahaan 3 0,20 0,53 Tingkat pengawasan kegiatan yang di-outsource 2 0,20 0,48
Perubahan harga suku cadang di pasar 2 0,16 0,39 Perubahan permintaan 3 0,17 0,45 Adanya tuntutan kualitas pekerjaan 3 0,17 0,49 Munculnya mesin atau peralatan lain dengan teknologi baru 3 0,17 0,45 Waktu yang dibutuhkan 3 0,16 0,44 Ketersediaan mesin dan fasilitas 2 0,16 0,32
Total 1,00 2,54
Rating*) = 1 sampai dengan 4
Berdasarkan analisis di atas dapat
dipetakan posisi aktivitas pemeliharaan
mesin dan fasilitas yang berada pada posisi
moderat. Pada tingkat moderat tersebut
menunjukkan bahwa perusahaan mempunyai
kesempatan untuk mengembangkan insentif
khusus ataupun kontrak yang lebih komplek
untuk menyeimbangkan intermediate level
dari vulnerability dan prospek moderat dari
competitive edge. Hal ini dapat dilakukan
dengan adanya mekanisme pengawasan dari
perusahaan rokok SKM terhadap aktivitas
yang dilakukan oleh perusahaan penyedia
jasa. Keberhasilan perusahaan penyedia jasa
dalam melakukan aktivitas pemeliharaan
mesin dan fasilitas di perusahaan rokok SKM
diukur berdasarkan critical succes factor.
Gambar 2.
Pemetaan Posisi Aktivitas Pemeliharaan Mesin dan Fasilitas pada Strategic Vulnerability and
Relationship Control Conideration Model
Apabila availability mesin tidak dapat
dipenuhi, maka dampak pada operasional
perusahaan rokok SKM diantaranya adalah :
(1) terhenti, apabila proses produksi macet
JURNAL STUDI MANAJEMEN & ORGANISASI Volume 10, Nomor 1, Januari, Tahun 2013, Halaman 54
http://ejournal.undip.ac.id/index.php/smo
total karena kerusakan fatal pada beberapa
mesin atau tidak adanya daya untuk
menggerakkan mesin; atau (2) terganggu,
apabila terdapat beberapa mesin yang
dihentikan untuk diperbaiki (unscheduled
repair, bukan perbaikan sesuai jadwal
perawatan mesin yang telah ditetapkan).
Terjadi kegagalan pasar dalam
quality, dimana dapat berdampak : (1) Tidak
efisien dan terganggu, apabila aktivitas
pemeliharaan mesin dan fasilitas mengalami
pengerjaan ulang, sehingga proses produksi
kembali terganggu dan memboroskan sumber
daya yang telah terlanjur digunakan; (2)
Tidak efisien, apabila aktivitas pemeliharaan
mesin dan fasilitas tidak dilakukan dengan
sempurna, sehingga mengarah pada anomali
kerja mesin dan berdampak pada tidak
efisiennya konsumsi daya mesin (misalnya
boros solar pada mesin diesel, atau
mengkonsumsi daya (watt) besar pada mesin
mixing).
Apabila melihat dampak yang terjadi
pada operasional perusahaan seperti pada
Tabel 3, operasional perusahaan hanya
terhenti apabila terdapat total breakdown,
sedangkan untuk kegagalan pasar yang lain,
perusahaan rokok SKM masih dapat
melanjutkan operasi, meskipun ada gangguan
ataupun inefisiensi di dalam kegiatan
operasional perusahaan. Hal ini menunjukkan
derajat vulnerability yang tidak fatal apabila
terjadi kegagalan pasar supplier.
Tabel 3.
Critical Success Factors dari Aktivitas Pemeliharaan mesin dan fasilitas dan dampaknya pada
operasional perusahaan ketika terjadi kegagalan pasar Critical Success
Factors Measures
Dampak pada operasional perusahaan bila terjadi kegagalan pasar
Availability (1) Total Breakdown Terhenti (2) Unscheduled Repair Terganggu (3) Machine / Facilities Breakdown Terganggu Timeliness (1) Time need to repair Terganggu (2) On time machines / facilities delivery Terganggu Flexibility Turnaround time for unscheduled repairs Terganggu Quality (1) Rework Tidak efisien dan terganggu (2) Power efficiency Tidak efisien (3) Internal Customer satisfaction Terganggu (4) Frequency of Unscheduled Repairs Terganggu Cost Reduction
(1) Cost per service operation Tidak efisien
(2) Demonstrated process Improvements Tidak efisien
Kendati demikian, hal-hal yang
menyebabkan inefisiensi dan atau
terganggunya operasional perusahaan harus
dapat dikendalikan. Karena apabila hal-hal
ini berlangsung terus, tidak mustahil
perusahaan akan kehilangan kemampuan
untuk bersaing.
Permasalahannya, besarnya tingkat
pengawasan memiliki trade off terhadap
fleksibilitas (Quinn dan Hilmer, 1994 : 54).
Semakin tinggi tingkat pengawasan yang di
inginkan, maka semakin rendah fleksibilitas
yang dapat dicapai oleh perusahaan. Karena
perusahaan terpaksa kembali berinvestasi,
antara lain dengan membentuk seksi
pengawasan, inspection cost dan lain-lainnya.
Hal ini tentu saja mengurangi benefits yang
akan diraih oleh perusahaan dari outsourcing
itu sendiri. Untuk itu perusahaan rokok SKM
harus lebih dahulu mengetahui seberapa jauh
tingkat pengawasan dan seberapa besar
tingkat fleksibilitas yang dibutuhkan. Setelah
itu, jenis kontrak kerja yang akan dibutuhkan
dapat ditentukan, dengan melakukan
beberapa pilihan. Analisis dilkaukan dengan
melihat: (1) Tingkat Pengawasan, meski
dapat menyebabkan terhentinya operasional
perusahaan, karena akumulasi kesalahan
yang dilakukan oleh perusahaan penyedia
jasa, maka dibutuhkan suatu pengawasan
dengan menunjuk beberapa karyawan
sebagai pencatat (record keeping) aktivitas
JURNAL STUDI MANAJEMEN & ORGANISASI Volume 10, Nomor 1, Januari, Tahun 2013, Halaman 55
http://ejournal.undip.ac.id/index.php/smo
yang dilakukan. (2) Tingkat Fleksibilitas,
perusahaan rokok SKM harus dihindarkan
dari terikatnya kontrak jangka panjang dan
terlibat secara intensif pada akivitas yang
dilimpahkan. Karena akan mengurangi
benefit dari praktek outsourcing. Teknologi
industri rokok sudah berada pada tahap
mature, dan kemajuan teknologi yang ada
dalam derajat marginal yang kecil, sehingga
fleksibilitas yang dituntut bukan dalam arti
perubahan radikal, tetapi hanya penyesuaian
dalam usaha copying-up dengan kemajuan
teknologi. (Bound, et all; 1994:215).
Gambar 3.
Pemetaan Jenis Kesepakatan Kontrak Kerja yang dimung kinkan pada Strategic Vulnerability and
Relationship Control Consideration Model
b. Make or Buy Cost Analysis
Analisis ini diperlukan untuk
pengambilan keputusan dengan
pertimbangan perspektif biaya. Biaya
transaksi total dari aktivitas yang akan di-
outsource dibandingkan dengan harga jual
yang dipatok oleh supplier.
Tabel 4.
Ringkasan Perhitungan Make or Buy Cost Analysis
Tahun Rerata
Make Option Rerata
Buy Option Differential Cost to Outsource
df
NPV PV kumulatif r = 20 %
n = 10 th
(1) (2) (3) = (1) – (2) (4) (5) = (3) x (4) (6)
2002 Rp 120.316.000.000 Rp 116.620.000.000 Rp 3.696.000.000 0,833 Rp 3.080.000.000 Rp 3.080.000.000
2003 Rp 120.316.000.000 Rp 116.620.000.000 Rp 3.696.000.000 0,694 Rp 2.566.666.667 Rp 5.646.666.667
2004 Rp 120.316.000.000 Rp 116.620.000.000 Rp 3.696.000.000 0,579 Rp 2.138.888.889 Rp 7.785.555.556
2005 Rp 130.571.000.000 Rp 127.120.000.000 Rp 3.451.000.000 0,482 Rp 1.664.255.401 Rp 9.449.810.957
2006 Rp 126.196.000.000 Rp 127.120.000.000 Rp (924.000.000) 0,402 Rp (371.334.877) Rp 9.078.476.080
2007 Rp 126.196.000.000 Rp 127.120.000.000 Rp (924.000.000) 0,335 Rp (309.445.730) Rp 8.769.030.350
2008 Rp 126.196.000.000 Rp 127.120.000.000 Rp (924.000.000) 0,279 Rp (257.871.442) Rp 8.511.158.908
2009 Rp 128.296.000.000 Rp 131.600.000.000 Rp (3.304.000.000) 0,233 Rp (768.404.802) Rp 7.742.754.106
2010 Rp 128.296.000.000 Rp 131.600.000.000 Rp (3.304.000.000) 0,194 Rp (640.337.335) Rp 7.102.416.771
2011 Rp 128.296.000.000 Rp 131.600.000.000 Rp (3.304.000.000) 0,162 Rp (533.614.446) Rp 6.568.802.325
Rp 1.254.995.000.000 Rp 1.253.140.000.000 Rp 1.855.000.000 Rp 6.568.802.325
Sumber : Data primer diolah
Dari hasil perhitungan menunjukkan
bahwa NPV dengan melakukan outsourcing
dalam planning horizon selama 10 tahun
adalah positif sebesar Rp 6.568.802.325,-.
PV kumulatif terbesar adalah senilai Rp
9.449.810.957,- yang tercapai pada akhir
tahun ke-4, (tahun 2003). Hal ini
mengandung dua implikasi, yaitu : (1) Demi
alasan ekonomis, perusahaan rokok SKM
sebaiknya menjalin kerjasama dengan
FullOwner-
ship
PartialOwner-
ship
JointDevelop-
ment
Retainer
LongTerm
Contract
CallOption
ShortTerm
Contract
High
Low
FlexibilityNeed
High LowControl Need
JURNAL STUDI MANAJEMEN & ORGANISASI Volume 10, Nomor 1, Januari, Tahun 2013, Halaman 56
http://ejournal.undip.ac.id/index.php/smo
perusahaan penyedia jasa melalui
outsourcing dengan jangka waktu kontrak
selama 4 tahun. (2) Setelah tahun ke-4, biaya
diferensial yang terjadi semakin meningkat,
maka seiring meningkatnya jumlah mesin
dan luas bangunan yang dirawat. Sebaiknya
aktivitas pemeliharaan mesin dan fasilitas
dikerjakan secara internal, karena perusahaan
menikmati skala ekonomis.
Analisis Sensitivitas
Luas bangunan yang digunakan
untuk melakukan aktivitas produksi dan di-
outsource kepada penyedia jasa secara rata-
rata seluas 8.000 m2. Namun bila perusahaan
rokok memperluas areal produksi dan meng-
outsource aktivitas pemeliharaan mesin
kepada penyedia jasa, maka PV dari
perusahaan rokok yang justru akan menurun.
Tabel 5
Analisis Sensitivitas Luas Bangunan dengan Present Value Luas
Bangunan
(m2)
PV % LB % PV
6.000 Rp 25.473.460.392 75,00 164,39
7.000 Rp 20.484.418.610 87,50 132,20
8.000 Rp 15.495.376.828 100,00 100,00 10.000 Rp 5.517.293.265 125,00 35,61
11.000 Rp 528.251.483 137,50 3,41
Sumber : Data primer diolah, 2011.
Hasil perhitungan terlihat bahwa
ketika jumlah mesin bertambah, maka PV
yang diterima oleh perusahaan rokok SKM
ketika aktivitas pemeliharaan mesin tersebut
di-outsource semakin berkurang. Bahkan
ketika jumlah mesin lebih dari 45 unit, dari
perusahaan rokok justru menjadi negatif (-Rp
3.3873.844.207,-).
Tabel 6.
Analisis Sensitivitas Jumlah Mesin yang digunakan dengan Present Value Mesin yang
digunakan (unit)
PV % Mesin % PV
37 Rp 30.990.753.656 90,24 200,00 39 Rp 23.243.065.242 95,12 150,00 41 Rp 15.495.376.828 100,00 100,00 43 Rp 7.747.688.414 104,88 50,00 45 Rp - 109,76 0,00 46 Rp (3.873.844.207) 112,20 -25,00
Sumber : Data Primer diolah, 2011
Analisis sensitivitas tersebut menunjukkan
adanya keterbatasan sumber daya yang
dimiliki perusahaan penyedia jasa selaku
supplier dalam men-supply aktivitas
pemeliharaan mesin dan fasilitas pada
perusahaan rokok, ketika luas bangunan dan
atau unit mesin yang digunakan semakin
bertambah.
c. Strategic Sourcing Model
Model ini lebih memperhatikan aspek-aspek
teknologi yang terkandung di dalam aktivitas
yang di-outsource secara strategis.
Perkembangan aktivitas pemeliharaan mesin
dan fasiltas pada perusahaan rokok SKM
cenderung mengikuti perkembangan mesin
industri rokok, meskipun ditransfer dan
diaplikasikan dengan asistensi pembuat
mesin. Namun beberapa mesin, teknologi
yang digunakan masih konvensional.
Sehingga lebih mengutamakan ketrampilan
karyawan daripada technolgy know-how.
Dengan demikian, maka teknologi aktivitas
pemeliharaan mesin dan fasilitas ini
cenderung Mature.
Meski perusahaan rokok SKM
mampu mendapatkan keunggulan kompetitif
secara tidak langsung dari penurunan biaya
seiring dengan menurunnya biaya perawatan
jangka panjang, maka pengaruh terhadap
0
2 0
4 0
6 0
8 0
1 0 0
1 2 0
1 4 0
1 6 0
1 8 0
1 2 3 4 5
% P
V
% L B
% L B
% P V
- 5 0
0
5 0
1 0 0
1 5 0
2 0 0
2 5 0
1 2 3 4 5 6
% M e s in
% P
V
% M e s in
% P V
JURNAL STUDI MANAJEMEN & ORGANISASI Volume 10, Nomor 1, Januari, Tahun 2013, Halaman 57
http://ejournal.undip.ac.id/index.php/smo
competitive advantage dapat dikatakan Low
Today. Hasil penelitian
menunjukkan : (1) Mesin-mesin yang
digunakan perusahaan rokok SKM cukup
modern untuk ukuran industri rokok di
Indonesia; (2) Untuk perawatan mesin-mesin
impor perusahaan rokok masih sering
berkonsultasi dengan pihak pabrik
pembuatnya. Bahkan kadang perusahaan
mendatangkan ahli (teknisi) dari negara asal
mesin untuk melakukan perbaikan yang tidak
dapat di kerjakan oleh karyawan seksi teknik;
(3) Perusahaan rokok SKM selalu
mengganggarkan biaya pelatihan bagi
karyawannya sebagai media transfer
teknologi dari pabrik-pabrik mesin tersebut;
dan (4) Karyawan pada seksi teknik
umumnya “enggan belajar” terhadap
perkembangan dan perubahan teknologi.
Dengan pertimbangan perusahaan
rokok SKM adalah termasuk pelaku utama
bisnis di Indonesia (yang berarti kemampuan
perusahaan lain tidak begitu jauh berbeda),
maka hal ini mengarahkan pada kesimpulan
sementara bahwa posisi penguasaan
teknologi perusahaan rokok SKM relatif
terhadap pesaingnya adalah Tanabel atau
Average. Dengan demikian maka aktivitas
pemeliharaan mesin dan fasilitas sebaiknya
di-outsourcing sepenuhnya oleh perushaaan
rokok SKM (terletak pada bujursangkar
Buy).
Gambar 4.
Pemetaan Hasil Analisis pada Strategic Sourcing Model
KESIMPULAN
Analisis Value Chain, menunjukkan
ada potensi dijalinya vertical lingkages
antara perusahaan rokok SKM dengan
perusahaan penyedia jasa. Begitu pula
dengan analisis lingkungan secara internal
dan ekternal. Secara internal implementasi
outsourcing dilakukan karena Bukan
merupakan aktivitas yang menjadi core
competence, tidak mempengaruhi core
strategy perusahaan rokok SKM dan tidak
dibutuhkan pengawasan absolut. Sedangkan
dari sisi eksternal layak karena tersedia
perusahaan jasa yang memiliki sejumlah
potential strategic benefit berupa: efisiensi
biaya, peningkatan kualitas, fleksibilitas dan
akses pada teknologi baru. Hasil outsourcing
Decision Process, menunjukkan potensi
untuk mendapatkan competitive advantage
dan vulnerablity berada pada tahap moderat
dan Kontak kerja outsourcing dilakukan
dalam bentuk long term contract.
Outsourcing strategy dinyatakan layak secara
finasial, karena NPV positif. sebesar Rp
6.568.802.325,-. Dengan janka waktu
kontrak sekitar 4 tahun. Peranan teknologi
aktivitas berada pada tahap mature dan
Signifikansi pengaruh keunggulan kompetitif
perusahaan rokok SKM terhadap aktivitas
yang di-outsource berada pada tahap Low
Today. Penguasaan teknologi aktivitas
perusahaan rokok SKM secara relatif
terhadap pesaing adalah Tanabel atau
Average.
Buy
Marginal Make
Marginal Buy
Make Develop Internal
Capability
Develop Supplier
Weak Tenable Superior Weak Tenable Superior Weak Tenable Superior
Low Today High Today High in the future
Emerging /
embrionic
Growth
Mature
Mature of Activity
Technology across
Industries
Company’s activity technology relative to competitors
Significance of activity technology for competitive advantage
Posisi hasil analisis pada model
JURNAL STUDI MANAJEMEN & ORGANISASI Volume 10, Nomor 1, Januari, Tahun 2013, Halaman 58
http://ejournal.undip.ac.id/index.php/smo
DAFTAR PUSTAKA
Avery, Susan, Outsourcing Helps Cut Forms
Purchasing Cost, Office Product &
Business System, May, 20, 1999
Bounds, Greg; Yorks, Lyle; Adams, Mel;
Gipsie, Ranney; Beyond Total Quality
Management : Toward The Emerging
Paradigm, Mc Graw Hill Singapore,
1994.
Collis, David J., dan Cynthia A
Montgomery., Competing on Resources :
Strategy in the 1990s, Harvard Business
Review, July-August, 1995.
Drtina, Ralph E., The Outsourcing Decision,
Management Accounting, Issues 9, p. 56-
62, March, 1994.
, The Outsourcing Decision
of Sun Companies, Harvard Business
Review, October, 1994.
Gupta, Mahesh, dan Dana Zhender,
Outsourcing and Its Impact on Operations
Strategy, Production and Inventory
Mangement Journal, Third Quarter, p.70-
76, 1994.
Hill, Charles W. L., dan Gareth R Jones,,
Strategic Management : An Integrated
Approach, Fourth Edition, Houghton
Mifflin Company, USA, 1998.
Lacity, Mary C., Leslie P Wilcocks, dan,
David F Feeny., It Outsourcing :
Maximixe Flexibility and Control,
Harvard Business Review, May-June,
1995.
Moleong, Lexy. J, Metodologi Penelitian
Kualitatif, PT Remaja Rodakarya,
Bandung, 1995.
Mulyadi, Akuntansi Manajemen : Konsep,
Manfaat dan Rekayasa, Edisi Kedua,
Badan Penerbitan STIE YKPN,
Yogyakarta, 1993.
Murray, Janet Y, dan Masaaki Kotabe,
Sourcing Strategies of US Service
Companies : A Modified Transaction Cost
Analysis, Strategic Management Journal,
p.791-809, January, 1999.
Mu’thi, Fahmi, Outsourcing untuk
Meningkatkan Efisiensi, Manajemen dan
Usahawan, No.7, Th XXIV,Jakarta, Juli,
1995.
Peak, Martha H, Corporations Prepare for
Change, AMA Report, Management
Review, p.42-47, Jullly, 1993.
Porter, Michael E., Strategi Bersaing :
Teknik Menganalisis Industri dan
Pesaing, Terjemahan, Penerbit Erlangga,
Jakarta, 1996.
,Keuggulan Bersaing :
Menciptakan dan Mempertahankan
Kinerja Unggul., Terjemahan , Penerbit
Binarupa Aksara, Jakarta, 1994.
Prahalad C.K., dan Gary Hamel, The Core
Competence of The Corporation, Harvard
Business Review, May-June, 1990.
Prahalad, C.K., Fahey, Liam., dan Randall,
Robert, M., A Strategy for Growth : The
Role of Core Competencies in The
Corporation, 1994.
Quinn, James Brian, Intellegent Enterprise,
Free Press, 1992, Ch 1- Ch 3, pp 3 – 97
Quinn, James Brian. dan Frederick G
Hilmer., Strategic Outsourcing, Sloan
Management Review, p.43-55, Summer,
1994.
Schnaars, Stephen P., Marketing Strategy, A
Customer Driven Approach., The Free
Press. A Division of Macmillan Inc, New
York, 1991.
Shank, John K, dan Vijay Govindarajan.,
Strategic Cost Management and The
Value Chain, Journal of Cost
Management, p.5-21, Winter, 1992.
.,
Strategic Cost Management : The New
Tools for Competetive Advantage, Free
Press, New York, 1993.
Taufik, Meraih Keunggulan melalui
Outsourcing , Manajemen dan Usahawan,
No.7, Th XXIV, Jakarta, Juli, 1995.
Utomo, Hargo; Strategi Outsourcing Dalam
Era Persaingan Global, Manajemen dan
Usahawan, No.7, Th XXIV, Jakarta, Juli,
1995.
JURNAL STUDI MANAJEMEN & ORGANISASI Volume 10, Nomor 1, Januari, Tahun 2013, Halaman 59