Haedar Akib, Orasi Ilmiah | 1 Reaktualisasi Gaya Developmental Leadership Dalam Organisasi Berbasis Pengetahuan ORASI ILMIAH Disampaikan pada Wisuda Sarjana Institut Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Yayasan Pendidikan Islam Biak, di Auditorium IISIP Biak, Sabtu, 11 Oktober 2014
41
Embed
IMPLEMENTASI KEBIJAKAN (POLICY … · Web viewMenurut ketiganya, kepemimpinan merupakan salah satu aspek yang paling banyak diamati dan sebagai fenomena yang ‘kurang dipahami’
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
H a e d a r A k i b , O r a s i I l m i a h | 1
Reaktualisasi Gaya Developmental Leadership Dalam Organisasi Berbasis
Pengetahuan
ORASI ILMIAHDisampaikan pada
Wisuda Sarjana Institut Ilmu Sosial dan Ilmu Politik,
Yayasan Pendidikan Islam Biak,di Auditorium IISIP Biak, Sabtu, 11 Oktober 2014
Marilah kita memanjatkan puji-syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, atas Berkah dan Karunia yang diberikan, sehingga kita dapat berkumpul di Auditorium IISIP YAPIS Biak. Pada kesempatan yang berbahagia ini perkenankanlah saya menyampaikan orasi ilmiah dengan judul: Reaktualisasi Gaya Developmental Leadership Dalam Organisasi Berbasis Pengetahuan.
Hadirin yang Saya HormatiSaya memulai orasi ilmiah ini dengan mengutip
hadits Rasulullah Muhammad SAW., yang meskipun telah diajarkan lima belas abad yang lalu, namun esensi dan orientasi nilainya sangat sesuai dengan
H a e d a r A k i b , O r a s i I l m i a h | 6
gaya kepemimpinan kontemporer saat ini yaitu gaya “kepemimpinan pengembangan” (developmental leadership) menurut Gilley dan Maycunich (2000) dan gaya kepemimpinan super (superleadership) menurut Charles Manz dan Sims (tahun 2001). Kedua pakar tersebut pada dasarnya sepaham bahwa manusia sejatinya menjadi pemimpin bagi dirinya, kelompoknya, dan organisasinya (self-leader), karena gaya kepemimpinan memiliki multi-orientasi ketika diterapkan kembali (di-re-aktualisasi) pada locus yang berbeda. Di samping itu, saya juga mengutip petuah orang Bugis-Makassar, karena menurut saya bersesuaian dengan nilai-nilai budaya lokal yang dianut oleh masyarakat di Tanah Papua tercinta ini. Makna pernyataan normatif-aksiomatis dan petuah tersebut mengajak kita untuk berefleksi dan menyadari tanggung jawab (internal) dan akuntabilitas (eksternal) kita sebagai pemimpin dan peran yang diemban di dalam organisasi dan di tengah masyarakat.
H a e d a r A k i b , O r a s i I l m i a h | 7
Hadirin yang Saya MuliakanSebagai (calon) ilmuwan, pemimpin, atau
pemerhati administrasi dan manajemen, kita sama memahami bahwa inti manajemen adalah kepemimpinan, karena definisi populer manajemen sebagai seni (art) dan pengetahuan (explicit, tacit, and cultural) untuk mencapai tujuan melalui kegiatan bersama dengan orang lain (Mary Parker Follet, 1868–1933), semuanya didasarkan pada kapabilitas manajemen dalam menerapkan model, tipe atau gaya kepemimpinan yang sesuai dengan konteks dan bawahan yang dipimpin (Akib, 2011). Oleh karena itu, upaya pemimpin mereaktualisasikan gaya developmental leadership yang multi-orientasi itu merupakan suatu keniscayaan dan dapat dilakukan oleh pemimpin, mulai dari pemimpin dalam rumah tangga di rumah, rumah tangga organisasi tempat kita bekerja, sampai pada rumah tangga negara dan dunia, sejak dulu, saat ini, dan mungkin pula di masa akan datang.
Optimisme pemimpin tersebut dikuatkan dengan kalimat pengantar John J. Corson yang dikutip
H a e d a r A k i b , O r a s i I l m i a h | 8
oleh Ward dan Dicke (2008: 56) dalam artikelnya berjudul Leaders and Leadership bahwa, para filosof seperti Confusius, Plato, dan Plutarch telah menulis banyak artikel mengenai arti penting dan daya tarik membicarakan masalah pemimpin dan fungsi kepemimpinan. Menurut ketiganya, kepemimpinan merupakan salah satu aspek yang paling banyak diamati dan sebagai fenomena yang ‘kurang dipahami’ di muka bumi. Selanjutnya dikatakan bahwa sifat kepemimpinan yang diperlukan sejatinya berbeda-beda menurut waktu dan konteksnya. Meskipun demikian, mereka mengakui bahwa salah satu tuntutan yang paling universal saat ini adalah rasa lapar yang memaksa (kemiskinan) dan kepemimpinan kreatif – kreatif adaptif dan inovatif menurut Akib (2005).
Secara akademis, pentingnya kepemimpinan didasarkan pada beberapa alasan. Pertama, kepemimpinan merupakan topik yang paling banyak menarik perhatian para akademisi, praktisi, dan masyarakat pada umumnya. Kedua, kualitas kepemimpinan membuat adanya perbedaan, karena
H a e d a r A k i b , O r a s i I l m i a h | 9
seringkali pemimpin menerapkan gaya kepemimpinan yang khas atau berbeda pada situasi dan kondisi berbeda. Ketiga, studi tentang kepemimpinan dianggap penting karena gaya kepemimpinan sifatnya kompleks (Bass, 1990; Wart dan Dicke, 2008: 3). Keempat, menurut saya, kepemimpinan merupakan seni yang ada ilmunya (artistic science) dan sebaliknya kepemimpinan merupakan ilmu yang ada seninya (scientific art) manakala diterapkan pada konteks atau lokus yang berbeda, khususnya dalam organisasi berbasis pengetahuan. Organisasi berbasis pengetahuan dapat dipahami sebagai wadah kerjasama yang di dalamnya berbagai jenis pengetahuan (tacit, explicit, cultural) menjadi basis pekerjaan bagi setiap orang yang tergabung di dalamnya (Nonaka dan Takeuchi, 1990; Tsoukas, 2002: 419; Ruggles dan Holthouse, 1999: 1; Davenport dan Prusak, 1998: 108).
Hadirin yang Saya HormatiLiteratur modern mengenai administrasi
(publik, private) menjelaskan bahwa kepemimpinan
H a e d a r A k i b , O r a s i I l m i a h | 10
merupakan kunci sukses bagi keefektifan setiap organisasi (Appleby 1987: 156; Henry, 1987) dan bagi perubahan organisasi (Stephen A. Cohen dalam Wart dan Dicke 2008: 333; H. George Frederickson dan David S.T. Matkin dalam Morse et al 2007: 34; Yulk 2006: 11; Sadler 2003). Oleh karena itu, direkomedasikan agar mereaktualisasi gaya developmental leadership ini. Hal tersebut dikuatkan dengan pendapat Jerry W. Gilley and Ann Maycunich (2000: 10) dalam bukunya yang berjudul Beyond the Learning Organization, bahwa dalam evolusi suatu organisasi, termasuk organisasi negara dan pemerintah lokal (daerah) senantiasa mensyaratkan gaya kepemimpinan yang sesuai diterapkan mulai dari organisasi tradisional, organisasi pembelajar, sampai pada organisasi pengembangan.
Mencermati latar belakang urgensi dan signifikansi, serta esensi dan orientasi gaya developmental leadership diterapkan maka pertanyaan utamanya (big problem) adalah mengapa gaya developmental leadership perlu di-re-aktualisasi dalam organisasi berbasis pengetahuan, seiring
H a e d a r A k i b , O r a s i I l m i a h | 11
dengan begitu beragamnya gaya kepemimpinan pasca-modern yang selama ini diakui aplicable dalam berbagai konteks. Berdasarkan permasalahan tersebut disajikan jawaban teoritis mengenai urgensi kepemimpinan dan reaktualisasi gaya developmental leadership menurut kata kunci pertanyaan dari Rudyard Kipling (1865-1936), dengan formula 5W+1H yaitu apa (What), mengapa (Why), Siapa (Who), kapan, (When), dan dimana (Where), serta bagaimana (How) caranya.
Hadirin yang Saya HormatiUrgensi Mereaktualisasi Gaya Developmental Leadership
Menurut David M. Walker yang dikutip oleh Morse et al. 2007: ix) bahwa saat ini diperlukan lebih banyak pemimpin publik yang mampu memahami perlunya mentransformasi pemerintahan untuk menjadikan daerah yang dipimpinnya lebih maju dan berdaya saing di masa akan datang. Walker lebih jauh menyatakan, kita memerlukan pemimpin dalam
H a e d a r A k i b , O r a s i I l m i a h | 12
pemerintahan yang mampu berpikir strategis, berorientasi jangka panjang, dan berwawasan luas, serta berfokus pada pencapaian hasil saat ini, dengan penuh kepercayaan dan rasa tangung jawab. Sementara itu, menurut Morse dan Burs (2007: 6) bahwa pada dekade terakhir para pakar administrasi publik mengangkat kasus yang menandai adanya perubahan ekologi administrasi dalam bentuk kajian “pemerintahan” (government) menjadi “pengaturan” (governance). Pengaturan dipahami lebih daripada sekedar apa yang dilakukan pemerintah, melainkan pula mencakup tindakan kolektif untuk memecahkan berbagai permasalahan publik. Pengaturan baru ini dapat mengubah penekanan peran agen-agen perubahan ke arah penggunaan “instrumen” yang mencakup kontrak kerjasama dengan institusi lain, kemitraan (kolaborasi) antar agen dan antar sektor, dan sebagainya (Salamon 2002: 1). Oleh karena itu, menurut saya, upaya transformasi pengaturan baru ini perlu diarahkan dengan gaya developmental leadership.
H a e d a r A k i b , O r a s i I l m i a h | 13
Hadirin yang Saya MuliakanPotret Gaya Developmental Leader
Mengacu pada kata kunci pertanyaan Rudyald Kipling dengan formula 5W+1H, maka potret developmental leader dapat dipahami sebagai berikut. Pertama, seperti apa (what) gaya developmental leader. Pemimpin di era organisasi berbasis pengetahuan yang dapat dianggap memiliki potret developmental leader adalah pemimpin-pemimpin yang mampu mensinergikan karakteristik baik dari gaya-gaya kepemimpinan modern seperti gaya kepemimpinan kharismatik, visioner, transformasional, dan transaksional.
Kedua, mengapa (why) diperlukan developmental leader. Pakar motivasi, Abraham Maslow (1998) menyatakan bahwa developmental leader memiliki motivasi dasar dan asumsi untuk mengarahkan kinerjanya sendiri dan kinerja orang-orang yang dipimpin. Developmental leader membuat asumsi tentang orang lain yang meliputi harapan agar dapat dipercaya dan didukung untuk memerankan keahlian dan kemampuan terbaik (best
H a e d a r A k i b , O r a s i I l m i a h | 14
practices) yang dimiliki; berusaha memeroleh informasi sebagai dasar keputusan, misi dan strategi organisasinya; ingin menjadi kontributor utama lebih daripada sekedar pengamat pasif; mengatasi risiko ketika organisasi membangun jaring pengaman; menikmati kerjasama tim dan harmonisasi kelompok; memahami bahwa kemampuan orang-orang yang dipimpin dapat ditingkatkan; ingin berkembang seiring dengan tuntutan zaman; ingin dianggap penting, dibutuhkan, berguna, sukses, dihargai dan direspek; ingin mengembangkan hubungan yang baik dengan sesama pemimpin dan orang-orang yang dipimpin termasuk dengan pesaing; mengharapkan pekerjaan yang bermakna; ingin memeroleh penghargaan dan pengakuan atas prestasi yang diraih; menginginkan pendekatan kepemimpinan yang diarahkan oleh dirinya; menginginkan organisasinya berhasil dan mencapai tujuan yang ditetapkan; dan sebagainya.
Ketiga, kapan (when) dibutuhkan developmental leader. Menurut Brian Hackett, yang dikutip oleh Chun Wei Choo and Nick Bontis (2002:
H a e d a r A k i b , O r a s i I l m i a h | 15
734) dalam bukunya berjudul The Strategic Management of Intellectual Capital and Organizational Knowledge, bahwa individu yang terpilih untuk memegang jabatan sebagai developmental leader diarahkan oleh tantangan perubahan cara organisasi berpikir tentang pembelajaran dan pengembangan dalam konteks organisasi berbasis pengetahuan di era modern.
Keempat, dimana (where) lokus yang tepat bagi developmental leader. Orang yang berkarakter developmental leader dibutuhkan dalam organisasi pengembangan. Filosofi yang mendasari adalah perkiraan mengenai organisasi tempatnya bekerja memiliki potensi dan kompetensi, bakat tersembunyi, solusi kreatif, serta kapabilitas untuk berkompetisi dan berubah ke arah yang lebih baik.
Kelima, siapa (who) aktor yang berkarakter developmental leader. Orang-orang yang memiliki potensi dan kompetensi pengetahuan (Knowledge), kecakapan atau keahlian (Skill), kemampuan (Ability), and Others disingkat KSAOS (Bernardin dan Joyce, 2013) yang layak dikembangkan secara sistematis
H a e d a r A k i b , O r a s i I l m i a h | 16
dan berkelanjutan dalam organisasi pembelajar dapat dianggap berkarakter developmental leader.
Keenam, bagaimana (how) unjuk kerja orang yang berciri developmental leader. Menurut Gilley dan Maycunich (2000) bahwa developmental leader memerankan minimal sepuluh prinsip kepemimpinan pengembangan yang dikelompokkan ke dalam empat kategori orientasi sebagai berikut.
Prinsip berorientasi aspek intrinsik. Akuntabilitas dan kepercayaan personal merupakan dua prinsip pemimpin yang berorientasi pada aspek intrinsik. Prinsip ini menekankan pada hubungan interpersonal, kepercayaan dan respek, kolaborasi, dan pengembangan kerjasama tim. Developmental leader memiliki akuntabilitas atas perilaku, tindakan dan hasil usahanya. Selain itu, developmental leader memahami bahwa tanpa kepercayaan orang tidak akan mau menangani risiko dan berpartisipasi dalam kegiatan bersama untuk meningkatkan kompetensinya.
Prinsip berorientasi orang. Pemimpin yang berorientasi orang memahami sumber daya manusia
H a e d a r A k i b , O r a s i I l m i a h | 17
(SDM) sebagai aset organisasi yang terpenting. Selain itu, pemimpin mengapresiasi keberadaan orang dan kontribusinya dalam organisasi, karena tanpa SDM, organisasi tidak dapat mencapai tujuannya. Prinsip ini mengajarkan agar pemimpin mendukung dan menyalurkan aktualisasi diri orang-orang yang dipimpin.
Developmental leader memahami perkembangan SDM sebagai wujud kesuksesan dan kemajuan kariernya sendiri dalam jangka panjang. Mencapai hasil melalui kerjasama dengan orang lain, sebagai esensi manajemen menurut Mary Parker Follet (1868–1933), adalah tugas pemimpin dan bukan menggunakan orang lain sebagai batu loncatan untuk mencapai keinginannya sendiri. Developmental leader meningkatkan harga diri bawahan melalui interaksi yang dilakukan pada berbagai kegiatan formal dan informal.
Prinsip berorientasi kinerja. Developmental leader menganut prinsip berorientasi kinerja untuk membantu organisasi mencapai hasil usaha yang diharapkan dan untuk memperbaiki kinerja dan
H a e d a r A k i b , O r a s i I l m i a h | 18
produktivitas SDM melalui pengembangan berkelanjutan. Tiga prinsipnya – kemitraan, perbaikan kinerja, dan komunikasi yang efektif – merupakan dasar bagi kesuksesan pemimpin dengan cara memberikan kesempatan kepada orang lain dan bawahan menyampaikan harapannya secara jelas, memotivasi, dan menginspirasi.
Prinsip berorientasi organisasi. Prinsip ini membantu pemimpin mengkreasi lingkungan kerja dan budaya organisasi yang mempercepat perkembangannya. Tiga prinsip yang mendasari adalah konsistensi organisasi, berpikir holistik, dan subordinasi organisasi. Prinsip konsistensi organisasi meliputi upaya pimpinan menyamakan dan menyatukan nilai-nilai yang dianut dalam organisasi. Berpikir holistik terdiri dari tiga tipe pemikiran, yakni visioner, strategis, dan reflektif-kritis. Sedangkan subordinasi organisasi bermakna mengutamakan kepentingan organisasi di atas kepentingan individu atau kelompok tertentu.
Hadirin yang Saya Banggakan
H a e d a r A k i b , O r a s i I l m i a h | 19
Agar orasi ilmiah ini bermakna sebagai acuan kita dalam mereaktualisasi gaya developmental leadership dalam organisasi berbasis pengetahuan di era “glokalisasi” (global yang melokal atau berpikir global dan bertindak lokal) dewasa ini, maka para pemimpin publik, termasuk kita selaku pemimpin bagi diri sendiri, kelompok, dan organisasi, perlu mengadaptasikan gaya dan perilaku kepemimpinan tersebut. Kemudian, berdasarkan jawaban pertanyaan 5W+1H mengenai gambaran gaya developmental leader, dapat dibuat “sketsa potret diri” sendiri dan pemimpin-pemimpin yang hadir pada acara ini, termasuk para kepala kampung, camat, bupati atau walikota, gubernur, sampai presiden pilihan rakyat, apakah kinerjanya secara personal dan institusional bersesuaian dengan gaya developmental leader. Tentu saja potretnya akan kelihatan, karena sejatinya presiden pilihan rakyat dalam konteks membangun Indonesia Hebat untuk Bangkit dari keterpurukan minimal berciri developmental leader.
H a e d a r A k i b , O r a s i I l m i a h | 20
Hadirin yang Saya MuliakanSebagai penutup orasi ilmiah ini,
perkenankanlah saya mengucapkan terima kasih yang tulus kepada Pimpinan Institut Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (IISIP) dan Yayasan Pendidikan Islam (YAPIS) Biak beserta segenap Civitas Akademikanya yang memberikan kehormamtan kepada saya menyampaikan orasi ilmiah. Terima kasih kepada Bapak/Ibu Pimpinan Lembaga (organisasi) Pemerintah dan Swasta yang hadir pada acara terhormat ini. Terima kasih kepada semua pihak yang tidak sempat saya sebutkan namanya satu persatu. Terima kasih kepada seluruh hadirin yang antusias mengikuti acara ini hingga selesai. Selamat Kepada para Wisudawan-Wisudawati yang telah menyelesaikan tugas akademiknya dan diinaugurasi sebagai Sarjana dan Ahli Madya (Amd.), semoga sukses selalu menyertai langkah kita untuk meraih cita-cita.
H a e d a r A k i b , O r a s i I l m i a h | 21
Akhirnya, hanya kepada Tuhan Yang Maha Kuasa kita berserah diri atas segala niat baik dan jerih payah yang dilakukan. Fastabiqul Khaerat. Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh. Selamat siang dan Salam Sejahtera untuk Kita Semua. Syalom....
Daftar BacaanAkib, Haedar. 2005. Kreativitas Dalam Organisasi,
Ringkasan Disertasi Ilmu Administrasi FISIP Univesitas Indonesia.
___________. “Merambah Belantara Manajemen Pengetahuan,” Jurnal Manajemen USAHAWAN Indonesia, Nomor 04/TH. XXXII April 2003.
___________. “Mengembangkan Kapabilitas Organisasi Berbasis Pengetahuan”. Orasi Ilmiah pada Wisuda Sarjana Sekolah Tinggi Ilmu Administrasi (STIA) Bina Taruna Gorontalo, di Gedung Graha Misfalah, 02 Pebruari 2012.
___________. “Transformasi Kepemimpinan Publik pada Era Globalisasi” Orasi Ilmiah pada Wisuda Sarjana IISIP, YAPIS Biak, di Auditorium IISIP Biak, Sabtu 22 September 2012.
H a e d a r A k i b , O r a s i I l m i a h | 22
___________. “Artikulasi Simbolik “Pemimpin Jempolan”. Orasi Ilmiah pada Wisuda Sarjana dan Dies Natalis IV Universitas Tomakaka Yayasan Tanratupattanabali, di d’Maleo Hotel and Convention Mamuju, Sabtu, 23 Agustus 2014.
Appleby, Robert C. 1987. Modern Business Administration, Pitman Publishing, London.
Bass, B.M. 1985. Leadership and Performance Beyond the Expectations, Pree Press New York.
Bernardin, H. John and Joyce E. A. Russell. 2013. Human Resource Management, An Experiential Approach. New York NY: the McGraw-Hill Companies, Inc.
Choo, Chun Wei and Nick Bontis (editor). 2002. The Strategic Management of Intellectual Capital and Organizational Knowledge, Oxford University Press, Inc., New York.
Davenport, Thomas H dan Laurence Prusak. 1998. Working Knowledge, Harvard Business School Press, Boston Massachussetts.
Denhardt, Robert B and Janet V Denhardt. 2006. Public Administration, Thomson Wadsworth, USA.
French, Wendell L et al, (ed.) 2000. Organization Development and Transformation, Irwin McGrall-Hill Singapore.
Giley, Jerry W and Ann Maycunich. 2000. Beyond the Learning Organization, Perseus Books Cambridge, Massachusetts.
H a e d a r A k i b , O r a s i I l m i a h | 23
Henry, Nicholas. 1989. Public Administration and Public Affairs, fouth edition, Prentice Hall, Englewood Cliffs, New Jersey.
Hesselbein, Frances and Marshall Goldsmith (ed.). 2009. The Organization of the Future, Jossey-Bass San Francisco.
Leemans, Arne F. (ed.). 1976. The Management of Change in Government, Martinus Nijhoff, The Hague Netherland.
Leonard-Barton, Dorothy. 1995. Wellsprings of Knowledge, Harvard Business School Press.
Manz, Charles C and Henry P. Sims. 2001. The New Leadership, Berrett-Koehler Publishers, Inc, San Francisco.
Maslow, Abraham. 1998. Towards a Psychology of Being. John Wiley and Sons.
Morgan, Gareth. 1986. Images of Organization, Sage Publications, London.
Morse, Richardo S, Terry F. Buss and C Morgan Kinghorn. 2007. Transforming Public Leadership for the 21st Century, M.E. Sharpe, Armonk New York.
Nonaka, Ikujiro and Hirotaka Takeuchi. 1995. The Knowledge-Creating Company, Oxford University Press.
Olsen, Johan P. 2004 “Citizen, Public Administration and the Search for Theoretical Foundations,” PS: Political Science and Politics 37, pp. 69-73.
Peters, B. Guy and John Pierre. 2007. The Handbook of Public Administration. Sage Publications Ltd, London.
Rainey. The Change of Effective Public Organization and Management, Revised 16
H a e d a r A k i b , O r a s i I l m i a h | 24
July 2003, http://www.media.wiley.pdf, diakses 17 Oktober 2003.
Ruggles, Rudi and Dan Holthouse. 1999. The Knowledge Advantage, Ernst & Young LLP USA.
Salamon, Lester M. 2002. The Tools of Government, Oxford University Press, New York.
Scharmer, C Otto. 2009. Theory U: Leading from the Future as It Emerges, Berrett Koehler Publishers, Inc. San Francisco.
Schein, Edgar. 2004. Organizational Culture and Leadership, Jossey-Bass, San Francisco.
Suarjaya, I. Wayan dan Haedar Akib. “Gaya Kepemimpinan yang Terlupakan: Developmental Leadersip”. Usahawan, November/11, 2003 FE-UI, Jakarta.
Szanton, Peter L. 1981. Federal Reorganization: What Have We Learned? Chatham House, New York.
Tsoukas, Haridimos. “Introduction Knowledge-Based Perspectives on Organization, Management Learning,” the Journal for Managerial and Organizational Learning, Vol. 33 No. 4 December 2002.
Wart, Montgomery van and Lisa A. Dicke. 2008. Administrative Leadership in the Public Sector, M.E. Sharpe. Armonk, New York.
Yulk, Gary. 2006. Leadership in Organizations, Pearson Education Inc., New Jersey.
A. Identitas Diri Nama : Prof. Dr. Haedar Akib, M.Si. Tempat tgl lahir : Pangkep, 22 Mei 1965 Pekerjaan : Dosen UNM Pangkat/Jabatan : Pembina Tkt. I/IV.B Agama : Islam Status : Menikah Alamat rumah : Jalan Sunu, Kompleks UNHAS
Baraya Blok A. 12 Makassar No HP/Tel./Fax : 08128023594/0411-456879 Istri : Hj. Sukmawaty Ismail, S.S. Anak : Ahmad Wahidiyat Haedar (FT-
UNM)Khairil Asnan Haedar (SMA 2 Andalan Malino)
Orang Tua : Bapak: H. Muhammad Akib (alm.)Ibu: Hj. Marwah Yusuf
B. Riwayat Pendidikan1. SD Negeri 12 Biraeng Minasa Te’ne, Pangkep (1971-76)2. SMP Negeri 1 Pangkajene, Pangkep (1977-79/80)3. SMEA Negeri 13 Pangkep, TERBAIK JURUSAN, (1980-83)4. Diploma Satu/D1, TERBAIK, FPIPS IKIP Ujungpandang
(1983-84), Ikatan Dinas5. Strata Satu/S1, JALUR TESIS, FPIPS IKIP Ujungpandang
(1984-88), Beasiswa Supersemar.6. Strata Dua/S2, FISIP Universitas Indonesia (1994-97),
Beasiswa TMPD7. Strata Tiga/S3, FISIP Universitas Indonesia (2000-05),
Beasiswa Sasakawa Jepang.
C. Riwayat Pekerjaan1988-92 Guru Ekonomi dan Guru Sejarah (SMA Ahmad
2002-05 Peneliti, CODES (Center for Organization Development Studies)
2004-09 Dosen STIAMI Jakarta2007-11. Ketua Prodi Pendidikan Adm. Perkantoran
UNM2006-sek. Dosen PPs UNM2007-sek. Dosen PPs STIA LAN Makassar, Program MM
dan Administrasi Publik PPs UNISMUH Makassar, PPs UNHAS, PPs UIT, PPS STIEM Bongaya, PPS AMKOP, IPDN Sulawesi Selatan, PPS STIE Nobel, Dosen/Tutor UT, dan Dosen Tamu di Program Doktor UNCEN Papua dan UNDANA Kupang.
2007-sek. Asesor Sertifikasi Guru Rayon 24 UNM2009-sek. Asesor Sertifikasi Dosen UNM2010 Konsultan World Bank untuk LPMP Sulawesi
Selatan2010-13 Team Leader, Konsultan Manajemen Program
BERMUTU Indonesia Timur2011-sek Ketua Program Doktor (S3) Ilmu Administrasi
Publik PPS UNM. 2013-sek Anggota Senat Guru Besar UVRI Makassar
D. Pengalaman Diklat di Luar Negeri, antara lain:1. Intensive Course in English Language, LaTrobe
University, Victoria Australia, 1998.2. Reading Course, Univ. Malaya dan Univ. Islam
Internasional, Malaysia, 2002.3. Research Methodology and Practice and New
Developments in Public and Management, Flinders University, Adelaide Australia, 2002.
4. Orientasi Studi, Univ. Nangyang, Singapura, 2006.5. Short Course, Thesis Writing and Research Skills at the
University of Canberra (UC), conducted from 4 to 15 February 2013.
H a e d a r A k i b , O r a s i I l m i a h | 28
6. Short Course on on Social Science Research Methodology, held from May 29 – June 13, 2013, at Northern Illinois University (NIU), DeKalb, Illinois, USA.
E. Pengalaman Sebagai Trainer/Expert/Narasumber, antara lain:1. Narasumber, “Strategi Pengembangan Daerah Berbasis
Kompetensi Lokal”, Program Need Assessment dalam Rangka Pengembagan Kompetensi Lokal, Ditjen Otoda Bappenas 2006.
2. Narasumber, BIMTEK Kepala Sekolah, dengan materi 1) Kewirausahaan Sekolah dan 2) Manajemen Perubahan dan Pengembangan Sekolah Sebagai Organisasi Pembelajar, 3) Instructional Leadership”, Direktorat Tenaga Kependidikan, Depdiknas, 2007-sekarang.
3. Pemakalah di berbagai Pertemuan Ilmiah Nasional dan lokal, 2005 - sekarang.
4. Penilai Kompetensi dan Best Practices Pengawas Tingkat Nasional, pada Direktorat Tenaga Kependidikan Menengah Kemendikbud, Jakarta, 2012 – sekarang.
5. Tim Ahli pada sejumlah Instansi, al., pada Inspektorat Provinsi Sulawesi Selatan, Kabupaten Takalar, dll.