Top Banner
Epidemiology and control diseases Epidemiology and control diseases Airborne diseases: Airborne diseases: Varicella, variola, diphteria, influenza, measles, Varicella, variola, diphteria, influenza, measles, mumps, rubella, tuberculosis, pertussis mumps, rubella, tuberculosis, pertussis Contact diseases: Contact diseases: Sexually transmitted diseases, leprosy, trachoma, Sexually transmitted diseases, leprosy, trachoma, schistosomiasis, tetanus, scabies, fungal infection schistosomiasis, tetanus, scabies, fungal infection Water and food borne diseases: Water and food borne diseases: Typhoid and paratyphoid, cholera, hepatitis, Typhoid and paratyphoid, cholera, hepatitis, poliomyelitis, intestinal helminths poliomyelitis, intestinal helminths Vector-borne diseases; Vector-borne diseases; Malaria, filariasis, dengue hemorrhagic fever Malaria, filariasis, dengue hemorrhagic fever Zoonoses ; leptospirosis, rabies, yellow feverh Zoonoses ; leptospirosis, rabies, yellow feverh
31

ILMU PENYAKIT MENULAR: TUBERKULOSIS

Dec 31, 2016

Download

Documents

danglien
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: ILMU PENYAKIT MENULAR: TUBERKULOSIS

Epidemiology and control diseasesEpidemiology and control diseases

Airborne diseases:Airborne diseases:Varicella, variola, diphteria, influenza, measles, mumps, rubella, Varicella, variola, diphteria, influenza, measles, mumps, rubella, tuberculosis, pertussistuberculosis, pertussis

Contact diseases:Contact diseases:Sexually transmitted diseases, leprosy, trachoma, Sexually transmitted diseases, leprosy, trachoma, schistosomiasis, tetanus, scabies, fungal infectionschistosomiasis, tetanus, scabies, fungal infection

Water and food borne diseases:Water and food borne diseases:Typhoid and paratyphoid, cholera, hepatitis, poliomyelitis, Typhoid and paratyphoid, cholera, hepatitis, poliomyelitis, intestinal helminthsintestinal helminths

Vector-borne diseases;Vector-borne diseases;Malaria, filariasis, dengue hemorrhagic feverMalaria, filariasis, dengue hemorrhagic fever

Zoonoses ; leptospirosis, rabies, yellow feverhZoonoses ; leptospirosis, rabies, yellow feverh

Page 2: ILMU PENYAKIT MENULAR: TUBERKULOSIS

TUBERKULOSISTUBERKULOSISPada thn 1882 ditemukan penyebabnya oleh Robert Koch

Penyebab tuberkulosis: mikobakterium tuberkulosis, mikobakterium bovis dan mikobakterium Africanum

Mikobakterium tuberkulosis: merupakan bakteri bersifat tahan asam, berbentuk ramping, tidak bergerak, dan sangat kecil (1-5 mikron)Tidak mempunyai spora dan kapsul, mempunyai lapisan sel yang sangat tebal seperti lilin (40% berisi lipid).Bakteri mati ok kekeringan dan sinar uv.-- menyebabkan kuman mempunyai resistensi yang tinggi thd desinfektan dan antibiotik

Page 3: ILMU PENYAKIT MENULAR: TUBERKULOSIS

PatogenesisPatogenesis

- Kuman sangat lambat bereproduksi, membutuhkan waktu 24 jam utk melakukan pembelahan

- Koloni kuman yang tumbuh pada kultur dapat dilihat setelah 3-5 minggu

- Tuberkulosis paru terjadi apabila droplet nuklei (kurang dari 10 mikron) terinhalasi

- Melalui alveoli paru menginfeksi makrofag alveoler melalui mekanisme fagositosis

- Hal ini terjadi pada paru bagian distal- Apabila makrofag dapat melakukan eliminasi, proses

berhenti disini, infeksi dapat dihentikan- Apabila tidak terjadi kalsifikasi tuberkel atau

pembentukan granuloma, basil2 akan menuju hilus limfatikus dan seterusnya dapat menyebar keseluruh tubuh.

- Terdapat 2 bentuk penyakit yaitu: tuberkulosis laten dan tuberkulosis aktif

Page 4: ILMU PENYAKIT MENULAR: TUBERKULOSIS

• Prevalensi tbc di jateng 2012: 106,42 per 100.000 penduduk, tertinggi di Tegal 358,91, terendah di Magelang 44,04• Capaian CDR 2012 (dibawah target 100%, 58,45%)• CDR tertinggi di Kota Magelang 292,91%, terendah Kab Magelang 21,82%

• Angka kesembuhan (Cure rate ), tahun 2011 sebesar 82, 90 ( target 90%)• Cure rate tertinggi di Kab Karang anyar 98,84%, terendah di di Kota Tegal 58,05%

EpidemiologiEpidemiologi

Page 5: ILMU PENYAKIT MENULAR: TUBERKULOSIS

Kasus sumberpenularan Contact persons

infeksi Tidak terjadi infeksi

Penyakitprimer

Infeksi laten

TidakTerjadi

penyakit

Terjadi penyakit(reaktivasi)

Page 6: ILMU PENYAKIT MENULAR: TUBERKULOSIS

Gejala klinisGejala klinisTuberkulosis primerTuberkulosis primer

- Biasanya asimptomatik- pada beberapa orang dapat ditemukan gejala

panas, batuk tidak produktif, dyspneu, kadang2 terdapat eritema nodusum

- Kadang2 terjadi krepitasi- Lebih sering terjadi pada anak2 d/p orang

dewasa- Foto torak: terdapat gambaran lesi pada paru

bercak2 kecil pada bagian tengah dan distal paru

- Kadang2 tidak terdeteksi

Page 7: ILMU PENYAKIT MENULAR: TUBERKULOSIS
Page 8: ILMU PENYAKIT MENULAR: TUBERKULOSIS
Page 9: ILMU PENYAKIT MENULAR: TUBERKULOSIS

Progressive primary TBCProgressive primary TBC Terjadi pada individu yg tidak dpt membangun

respon imun pada tuberkulosis primer Biasanya terjadi pada anak2, penderita

immunocompromised dan orang2 lanjut usia Apabila terjadi penyebaran hematogenous -

TBC meningeal Gambaran klinis sering tidak spesifik, hanya

terdapat gejala malaise, fatique, panas yg tdk jelas penyebabnya

Pada org dws muda: panas, batuk tdk produktif, berkeringat pada waktu malam, BB badan menurun

Cavitary lesi pada lobus apex paru

Page 10: ILMU PENYAKIT MENULAR: TUBERKULOSIS

Reaktivasi post primary TBCReaktivasi post primary TBC Terjadi pada individu yg dpt membangun respon imun

ttp tidak dpt secara penuh melakukan eradikasi thd basilus yang menginfeksi.

Paru merupakan tempat tersering terjadinya TBC Batuk kronis produktif dgn sputum purulen 2-3

minggu Berkeringat pada waktu malam Berat badan menurun, tidak mau makan 20% mengalami panas Dapat terjadi batuk darah Gambaran torak bervariasi Karakteristik lesi berada pada apex, dan posterior

segmen pada lobus atas paru dan segmen dorsal lobus bawah

Pada bagian lain paru dpt terjadi

Page 11: ILMU PENYAKIT MENULAR: TUBERKULOSIS
Page 12: ILMU PENYAKIT MENULAR: TUBERKULOSIS

Extra pulmonary TBCExtra pulmonary TBC

Dapat menyerang seluruh sistem organ tubuh Limfadenitis merupakan bentuk tersering

yang didapatkan Bentuk lain adalah: Bone and joint/ tulang dan sendi Miliary TBC/ TBC milier Meningitis TBC Renal and genital TBC Pericarditis TBC Abdominal TBC Bentuk2 lain yang jarang: ocular TBC, TBC

laryng, para nasal sinus, salivary glands , oral cavityy..

Page 13: ILMU PENYAKIT MENULAR: TUBERKULOSIS
Page 14: ILMU PENYAKIT MENULAR: TUBERKULOSIS
Page 15: ILMU PENYAKIT MENULAR: TUBERKULOSIS
Page 16: ILMU PENYAKIT MENULAR: TUBERKULOSIS
Page 17: ILMU PENYAKIT MENULAR: TUBERKULOSIS
Page 18: ILMU PENYAKIT MENULAR: TUBERKULOSIS
Page 19: ILMU PENYAKIT MENULAR: TUBERKULOSIS
Page 20: ILMU PENYAKIT MENULAR: TUBERKULOSIS
Page 22: ILMU PENYAKIT MENULAR: TUBERKULOSIS

Mengacu pada strategi DOTS

• Komitmen politis dari para pengambil kptsan• Diagnosis ditegakkan dgn. pemeriks. BTA dalam dahak•Terjaminnya persediaan obat antituberkulosis (OAT)• Pengobatan dengan paduan OAT jangka pendek dengan pengawasan langsung oleh PMO• Pencatatan dan pelaporan secara baku utk memantau dan mengevaluasi program penanggulangan TBC

Page 23: ILMU PENYAKIT MENULAR: TUBERKULOSIS
Page 24: ILMU PENYAKIT MENULAR: TUBERKULOSIS
Page 25: ILMU PENYAKIT MENULAR: TUBERKULOSIS

Upaya Pengendalian TB

mengembangkan strategi pengendalian TB yang dikenal sebagai strategi DOTS

(DirectlyObserved Treatment Short-course). Strategi DOTS terdiri

dari 5 komponen kunci

Page 26: ILMU PENYAKIT MENULAR: TUBERKULOSIS

“Strategi Stop TB”, yaitu:

1.1. Mencapai, mengoptimalkan 2.dan mempertahankan mutu DOTS3.2. Merespon masalah TB-HIV, MDR-TB dan tantangan lainnya4.3. Berkontribusi dalam penguatan system kesehatan5.4. Melibatkan semua pemberi pelayanan kesehatan baik pemerintah maupun swasta.6.5. Memberdayakan pasien dan masyarakat7.6. Melaksanakan dan mengembangkan penelitian

Page 27: ILMU PENYAKIT MENULAR: TUBERKULOSIS

Kebijakan Pengendalian TB di Indonesia.

1. Pengendalian TB di Indonesia dilaksanakan sesuai dengan azas desentralisasi, ketersediaan sumber daya (dana, tenaga, sarana dan prasarana).2. Pengendalian TB dilaksanakan dengan menggunakan strategi DOTS3. Penguatan kebijakan ditujukan untuk meningkatkan komitmen 4. Penguatan pengendalian TB dan pengembangannya ditujukan terhadap peningkatanmutu pelayanan akses untuk penemuan dan pengobatan sehingga mampu memutuskan rantai penularan dan mencegah terjadinya TB resistan obat.5. Penemuan dan pengobatan dilaksanakan oleh seluruhFasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP) dan Fasilitas Kesehatan Rujukan 6. Pengobatan untuk TB tanpa penyulit dilaksanakan di FKTP. Pengobatan

Page 28: ILMU PENYAKIT MENULAR: TUBERKULOSIS

7. Pengendalian TB dilaksanakan melalui penggalangan kerja sama dan kemitraan Gerakan Terpadu Nasional Pengendalian TB (Gerdunas TB).8. Peningkatan kemampuan laboratorium diberbagai tingkat pelayanan ditujukan untuk9. Obat Anti Tuberkulosis (OAT) untuk pengendalian TB diberikan secara cuma-Cuma10. Ketersediaan tenaga yang kompeten dalam jumlah yang memadai 11. Pengendalian TB lebih diprioritaskan kepada kelompok miskin dan kelompok rentan12. Pasien TB tidak dijauhkan dari keluarga, masyarakat dan pekerjaannya.13. Memperhatikan komitmen terhadap pencapaian target strategi global pengendalian TB.

Page 29: ILMU PENYAKIT MENULAR: TUBERKULOSIS

TANTANGAN INTERNAL PENGENDALIAN TB

1. Fasilitas Pelayanan Kesehatan (belum semua RS menerapkan strategi DOTS)

2. Ketenagaan ( baru 24% staf RS dilatih)3. OAT ( kemampuan SDM dan system manajemen belum

optimal)4. Pembiayaan (ketergantungan kepada donor internasional)5. Kepatuhan Penyedia Pelayanan Kesehatan Pemerintah

maupun swasta terhadap Pedoman Nasional Pengendalian TB kurang)

Page 30: ILMU PENYAKIT MENULAR: TUBERKULOSIS

MASALAH DI LUAR PROGRAM

1. SIstem Jaminan Kesehatan2. Pertumbuhan ekonomi tanpa disparitas3. Meningkatnya kerentanan terhadap TB akibat

masalah kesehatan lain.

Page 31: ILMU PENYAKIT MENULAR: TUBERKULOSIS