ILEUS OBSTRUKTIF
I. KASUS
No. Rekam Medik: 692462
Nama Pasien:Ny. L
Umur:64 tahun, 6 bulan, 11 hari
Jenis Kelamin:Perempuan
Alamat: Desa Meko,Poso
Tempat/Tanggal lahir:Poso, 02 Juni 1950
Agama:Kristen Protestan
Kebangsaan:Indonesia
Tanggal Pemeriksaan:11-12-2014
Perawatan Bagian :Lontara 2 Atas depan kamar 2/B4 RS. Wahidin
Sudirohusodo
1.1 Anamnesis :
a. Keluhan utama: Perut kembung
b. Anamnesis terpimpin:
Dialami sejak 1 minggu yang lalu sebelum masuk rumah sakit. Pada
awalnya pasien sering merasakan nyeri perut disertai mual dan
muntah. Tetapi sejak 1 minggu ini mual muntah memberat. Tidak ada
penurunan nafsu makan. Pasien juga tidak bisa BAB dan kentut sejak
1 minggu terakhir ini. Tidak ada penurunan nafsu makan. Riwayat
trauma tidak ada, riwayat demam tidak ada.
c. Riwayat penyakit sebelumnya:
1. Riwayat hipertensi tidak ada
2. Diabetes mellitus tidak ada
3. Riwayat pengobatan : Tidak mengkonsumsi obat-obatan
4. Riwayat penyakit yang sama dalam keluarga disangkal
1.2 Pemeriksaan Fisis
a. Status Generalis
Keadaan umum: Keadaan sakit sedang
Kesadaran: Compos mentis (GCS 15)
Status Gizi: Gizi kurang
b. Tanda Vital
Tekanan darah: 120/80 mmHg
Nadi: 72 kali/menit
Pernafasan: 20 kali/menit
Suhu: 36,2oC
c. Mata
Kelopak mata: Edema (-)
Konjungtiva: Anemia (-)
Sclera: Ikterus (-)
Kornea: Jernih
Pupil: Bulat, isokor
d. THT: Pemeriksan kelenjar getah bening (-), Massa tumor
(-)
e. Mulut
Bibir: Pucat (-), Kering (-)
Lidah: Kotor (-), hiperemis (-), kandidiasis oral (-)
Faring: Hiperemis (-)
Tonsil: T1 T1, Hiperemis (-)
f. Leher
Pembesaran kelenjar getah bening (-)
Massa tumor (-)
Nyeri tekan (-)
Pembesaran thyroid (-/-)
g. Paru paru
a. Inspeksi: simetris (ka=ki), tidak menggunakan otot-otot
bantuan pernapasan, hematom (-), luka (-), jaringan sikatrik
(-).
b. Palpasi: massa tumor (-), nyeri tekan (-),vocal fremitus
(ka=ki), krepitasi (-)
c. Perkusi: sonor, batas paru hepar ICS VI dextra, bunyi: pekak
ke timpani.
d. Auskultasi: BP = bronchovesicular
BT = Wheezing (-/-)Ronchi (-/-)
e. Jantung
Inspeksi: Iktus kordis tidak tampak
Palpasi: Iktus kordis tidak teraba
Perkusi: Pekak
Auskultasi :Bunyi jantung I/II murni regular, bunyi tambahan
tidak ada
f. Abdomen
Inspeksi: Tampak cembung, ikut gerak nafas, distensi abdomen
(+), meteorismus (+)
Palpasi: Nyeri tekan (+), massa tumor (-),hepar (tidak teraba),
lien (tidak teraba)
Perkusi: Timpani
Auskultasi: Peristaltik (+) kesan meningkat
g. Pemeriksaan Rectal Touche
Pada pemeriksaan rectal touche didapatkan hasil sfingter
mencekik, ampulla kosong, mukosa licin, massa tumor (-). Fases
warna kuning, lendir dan darah tidak ada.
1.3 Laboratorium
Laboratorium (15-12-2014)
Parameter
Hasil
Range
Unit
WBC
12.30
4.00 10.0
103/mm3
RBC
3.46
4.50 6.50
106/dL
HGB
9.2
14.0 18.0
g/dL
HCT
28.0
40.0 54.0
%
MCV
80.9
80 100
m3
MCH
26.6
27.0 32.0
Pg
MCHC
32.9
32.0 36.0
g/dL
RDW-SD
46.9
37.0 - 54.0
fL
RDW-CV
16.4 +
10.0 15.0
%
PLT
302
150 400
103/mm3
MPV
10.4
6.0 11.0
m3
PCT
0.31
0.150 0.500
%
PDW
11.4
11.0 18.0
%
P-LCR
26.8
13.0 43.0
%
Range
%
#
%
#
NEU
10.51+
[10^3/uL]
85.4 %
52.0 75.0
LYM
1.01
[10^3/uL]
8.2 %
20.0 40.0
MON
0.63
[10^3/uL]
5.1 %
2.0 8.0
EOS
0.13
[10^3/uL]
1.1 %
1.00 3.00
BAS
0.02
[10^3/uL]
0.2 %
0.00 0.10
Nama Pemeriksaan
Hasil
Satuan
Nilai Rujukan
KIMIA KLINIK
Fungsi ginjal
Ureum
51
Mg/dL
10 50
Kreatinin
0.80
Mg/dL
< 1.1
Elektrolit
Natrium (Na)
138
mmol/L
136 145
Kalium (K)
3.3
mmol/L
3.5 5.1
Clorida (Cl)
117
mmol/L
97 111
Kesan : -Anemia Normositik Normokrom
-Leukositosis
1.4 Radiologi
a. Foto BNO 3 posisi (11-12-2014)
Hasil pemeriksaan:
Udara tidak terdistribusi sampai ke distal colon
Tampak dilatasi loop-loop usus yang memberikan gambaran herring
bone dan air fluid level yang bertingkat.
Tidak tampak udara bebas subdiafragma
Kedua psoas line tidak tervisualisasi
Prepreritoneal fat line kiri intak, preperitoneal fat line kanan
tidak tervisualisasi
Tulang-tulang intak
Kesan: Ileus obstruksi
b. Foto Thoraks AP
Hasil pemeriksaan:
Corakan bronchovaskuler dalam batas normal
Tidak tampak proses spesifikasi aktif pada kedua paru
Cor : Cardio Thoracic Index sulit dinilai kesan membesar, aorta
dilatasi dan elongasi
Kedua sinus baik, kedua diafragma letak tinggi
Tulang-tulang intak
Kesan: - Pulmo dalam batas normal
- Cardiomegaly dengan dilatatio et elongatio aortae
- Elevasi diafragma bilateral (proses intraabdomen?)
1.5 Diagnosis
Ileus Obstruksi
1.6 Terapi
1. IVFD NaCL 0.9% 500cc/24 jam
2. Oksigen 4 L/menit
3. NGT (dekompresi)
4. Pemasangan kateter urin
5. Ceftriaxon 1gr /12jam/IV (antibiotik)
6. Ranitidin 50 mg/8jam/IV (antagonis H2)
7. Metronidazole 500 mg/8 jam/IV (antibiotik)
8. Tindakan operasi : Laparotomi Eksplorasi
1.7 Diagnosis Post Operatif
Telah dilakukan Laparotomi ekplorasi pada tanggal 11 Desember
2014, pukul : 21.10 WITA s/d 00.10 WITA (durasi 3 jam ) dan
didapatkan Ileus Obstruksi e.c Tumor Colon Transversum.
II. Tinjauan Pustaka
a. Definisi
Ileus adalah gangguan/hambatan pasase isi usus yang merupakan
tanda adanya obstruksi usus akut. Obstruksi usus akut didefinisikan
sebagai hambatan terhadap progresi isi usus akibat masalah mekanik.
Keadaan ini menyebabkan 20% pasien menjalani operasi untuk kondisi
abdominal akut, dengan obstruksi usus halus sekitar 80% dari
obstruksi dan15% obstruksi usus besar.2,3
Ileus obstruktif adalah hambatan pasase isi usus yang disebabkan
oleh sumbatan mekanik misalnya oleh strangulasi, invaginasi, atau
sumbatan di dalam lumen usus. Terdapat dua jenis obstruksi yaitu,
obstruksi sederhana dan obstruksi strangulasi. Obstruksi sederhana
adalah obstruksi yang tidak disertai terjepitnya pembuluh darah.
Pada obstruksi strangulasi ada pembuluh darah yang terjepit
sehingga bisa terjadi iskemia yang akan berakhir dengan nekrosis
atau ganggren yang ditandai dengan gejala umum berat yang
disebabkan oleh toksin dari jaringan ganggren.1
Foto polos abdomen adalah modalitas pencitraan klasik yang
dipakai untuk mengkonfirmasi diagnosis dari obstruksi usus; namun,
sekitar 1/3 dari pasien yang diperkirakan mempunyai obstruksi
mekanik pada penemuan klinis, foto polos abdomen tidak ditemukan
obstruksi. Sebaliknya, sekitar 20 % pasien tersangka pseudobstruksi
colon mempunyai obstruksi usus mekanik2.
Ileus obstruktif atau disebut juga ileus mekanik adalah keadaan
dimana isi lumen saluran cerna tidak bisa disalurkan ke distal atau
anus karena adanya sumbatan/hambatan mekanik yang disebabkan
kelainan dalam lumen usus, dinding usus atau luar usus yang menekan
atau kelainan vaskularisasi pada suatu segmen usus yang dapat
menyebabkan nekrosis segmen usus tersebut.4
b. Anatomi
Gambar 2 Sistem saluran pencernaan5
Usus halus merupakan tabung yang kompleks, berlipat-lipat yang
membentang dari pilorus sampai katup ileosekal. Pada orang hidup
panjang usus halus sekitar 12 kaki. Usus ini mengisi bagian tengah
dan bawah abdomen. Ujung proksimalnya bergaris tengah sekitar 3,8
cm, tetapi semakin kebawah lambat laun garis tengahnya berkurang
sampai menjadi sekitar 2,5 cm.4
Gambar 3 Sistem saluran pencerna
Gambar 4 Colon dan ileocaecalis5
Usus besar merupakan tabung muskular berongga dengan panjang
sekitar 5 kaki (sekitar 1,5 m) yang terbentang dari sekum sampai
kanalis ani. Diameter usus besar sudah pasti lebih besar daripada
usus kecil. Rata-rata sekitar 2,5 inci (sekitar 6,5 cm), tetapi
makin dekat anus semakin kecil.5
Usus besar dibagi menjadi sekum, kolon dan rektum. Pada sekum
terdapat katup ileocaecaal dan apendiks yang melekat pada ujung
sekum. Sekum menempati dekitar dua atau tiga inci pertama dari usus
besar. Katup ileocaecaal mengontrol aliran kimus dari ileum ke
sekum. Kolon dibagi lagi menjadi kolon asendens, transversum,
desendens dan sigmoid. Kolon ascendens berjalan ke atas dari sekum
ke permukaan inferior lobus kanan hati, menduduki regio iliaca dan
lumbalis kanan. Setelah mencapai hati, kolon ascendens membelok ke
kiri membentuk fleksura koli dekstra (fleksura hepatik). Kolon
transversum menyilang abdomen pada regio umbilikalis dari fleksura
koli dekstra sampai fleksura koli sinistra.4
Kolon transversum, waktu mencapai daerah limpa, membengkok ke
bawah, membentuk fleksura kolisinistra (fleksura lienalis) untuk
kemudian menjadi kolon descendens. Kolon sigmoid mulai pada pintu
atas panggul. Kolon sigmoid merupakan lanjutan kolon descendens. Ia
tergantung kebawah dalam rongga pelvis dalam bentuk lengkungan.
Kolon sigmoid bersatu dengan rektum di depan sakrum. Rektum
menduduki bagian posterior rongga pelvis. Rektum ke atas
dilanjutkan oleh kolon sigmoid dan berjalan turun di depan sekum,
meninggalkan pelvis dengan menembus dasar pelvis. Di sini rektum
melanjutkan diri sebagai anus dalan perineum.4
c. Etiologi
Faktor intrinsik ileus obstruktif :6
1) Crohn Disease.
Ada 3 cara dari penyakit Crohn dapat menyebabkan ileus
obstruktif. ditandai oleh penyempitan usus akibat proses inflamasi
akut. manifestasi dari penyakit lama, yang biasanya menghasilkan
stenosis sikatriks segmen yang terkena. Dan yang terakhir, dapat
disebabkan karena proses adhesi, hernia insisional, atau striktur
pasca operasi pada pasien yang telah menjalani operasi usus
sebelumnya.
2) Penyebab neoplastik Neoplasia (jarang terjadi)
3) Radiasi Enteritis.
Radiasi enteritis menyebabkan obstruksi pada fase akhir setelah
1 tahun terapi radiasi pada panggul. Oleh karena itu, loop ileum
adalah yang paling sering terkena. Radiasi enteritis menyebabkan
obstruksi terutama kanera memproduksi perubahan adhwesive dan
fibrosis dalam mesenterium. Ada juga perubahan yang dihasilkan
dalam usus, seperti penyempitan lumen dan dismotilitas yang
disebabkan oleh serositis radiasi. CT menunjukkan penyempitan
lumen. Kemungkinan juga ada penebalan dinding usus abnormal di
daerah yang telah terkena radiasi.
4) Hematoma
Hematoma usus halus dapat terjadi oleh karena terapi
antikoagulan, intervensi iatrogenik, atau trauma. Obstruksi
biasanya terjadi karena penyempitan lumen. Jika kondisi ini diduga,
CT harus dilakukan, karena akan menunjukkan bekuan.
5) Vascular Oklusi.
Vascular Oklusi atau stenosis arteri mesenterika atau pasokan
pembuluh darah vena ke usus biasanya menghasilkan iskemia usus,
yang kemudian menyebabkan penebalan dinding, sehingga menyebaban
obstruksi usus halus. CT menunjukkan trombosis atau oklusi pembuluh
mesenterika dan juga penebalan dari dinding usus.
Faktor ekstrinsik ileus obstruktif :6
1) Adhesi
Adhesi merupakan penyebab utama dari obstruksi, mulai dari 50%
-80% dari semua kasus. hampir semua dari mereka adalah pasca
operasi, dengan minoritas yang disebabkan oleh peritonitis.
Diagnosis obstruksi yang disebabkan oleh adhesi tidak dapat
terlihat di CT konvensional; hanya perubahan spontan dalam lumen
usus terlihat, signifikan peradangan, atau penebalan usus. Temuan
ini didapat dengan riwayat operasi di abdomen biasanya menunjukkan
diagnosis.
2) Hernia
Hernia dianggap penyebab kedua obstruksi. Di Negara berkembang
hernia masih dianggap penyebab paling utama obstruksi. Hernia
diklasifikasikan menurut anatomi lokasi lubang yang melalui usus.
Mereka secara luas diklasifikasikan sebagai eksternal atau
internal. Hernia eksternal terjadi karena adanya kelainan pada
dinding perut dan panggul yang disebabkan oleh kelemahan bawaan
atau operasi sebelumnya Diagnosis hernia internal hampir selalu
radiologis, sedangkan hernia eksternal dalam banyak kasus yang
jelas pada pemeriksaan klinis.
Obstruksi mekanik terhitung kira-kira 20 % dari tindakan bedah,
kurang lebih 2/3 dari kasusnya adalah kausa dari usus halus (small
bowel). Penyebabnya dapat dibagi secara umum yaitu ekstrinsik dan
intrinsik. Penyebab ekstrinsik adalah adhesi (setelah operasi atau
inflamasi peritoneal), hernia (inguinalis, femoralis), dan adanya
massa, biasa ditemukan disseminated peritoneal malignancy.
Penyebab dari obstruksi usus halus pada negara berkembang adalah
adhesi post-operasi (60%iikuti oleh keganasan, penyakit Crohn, batu
empedu, dan hernia, walaupun beberapa studi melaporkan penyakit
Crohn mempunyai faktor etiologik yang lebih tinggi dibandingkan
dengan neoplasma.6
Penyebab tersering dari obstruksi usus besar (large bowel
obstruction) adalah karsinoma, kurang lebih 60 % terjadi pada colon
sigmoid.Frekuensi penyakit diverticular sebagai penyebab obstruksi
sudah menurun sejak diterapkannya diet tinggi serat.Volvulus dari
colon terhitung 10 % dari kasus obstruksi usus besar tapi pada
beberapa negara berkembang terhitung 85 % dari keseluruhan
kasus.8
Obstruksi usus besar paling sering merupakan komplikasi dari
keganasan colo-rectal. Satu studi menemukan insidensinya sebanyak
16%.Pasien rata-rata berumur 70 tahun keatas. Resiko dari obstruksi
meningkat jika posisi lesi lebih ke distal dan konsistensinya
solid.25% dari tumor dapat berlanjut menjadi metastasis jauh.
Etiologi dari obstruksi usus besar adalah tergantung dari umur.Ada
perbedaan yang mungkin antara etiologi obstruksi usus pada beberapa
negara karena perbedaan pola makan, cuaca, dan faktor lain.6
d. Gejala Klinik
Diagnosis klinis dari obstruksi usus tergantung pada 4 temuan
kardinal, yaitu : nyeri perut, muntah, konstipasi atau obstipasi,
dan distensi abdominal. Meskipun demikian terkadang diagnosis sulit
untuk ditegakkan karena penemuan klinis yang ditemukan biasa
bervariasi tergantung derajat dan level dari obstruksi yang terjadi
serta status vaskuler dari segmen yang mengalami obstruksi.1
Pada obstruksi mekanik tipikal, nyeri abdomen bermanifestasi
seperti kram dan intensitasnya meningkat secara bertahap. Seiring
waktu meningkatnya distensi usus menghambat motilitas dan nyeri
menjadi mereda. Selanjutnya, pada pasien dengan pasien obstruksi
usus disebabkan oleh kanker, Pasien biasanya orang tua dan
mempunyai gejala yang berhubungan dengan lokasi tumor, dengan
gejala akut yang lebih kurang dari obstruksi usus halus. Nyeri
abdomen bermanifestasi seperti kram dapat muncul dengan penyebab
lain dari akut abdomen seperti kolik renal. Muntah atau konstipasi
tidak spesifik untuk obstruksi mekanik.1
e. Radiologi
Untuk mendiagnosis pasien Ileus Obstruktif , perlu dilakukan
pemeriksaan radiologi sebagai berikut :
1. Konvensional
Pada pemeriksaan konvensional, dapat dilakukan pemeriksaan BNO 3
Posisi (supine, erect, LLD) dan akan didapatkan hasil sebagai
berikut2,10 :
a) Small Bowel Obstruction
Obstruksi usus halus menyebabkan dilatasi usus halus dan
akumulasi dari udara dan cairan pada bagian proksimal dari titik
terjadinya obstruksi. Sedangkan bagian distal dari titik terjadinya
obstruksi tidak mengalami dilatasi/kolaps. Perubahan foto
radiografi polos biasanya mulai muncul tiga sampai lima jam dari
onset terjadinya obstruksi total. Pada obstruksi yang belum total,
kelainan radiologik baru dapat muncul beberapa jam hingga beberapa
hari . Loop loop usus halus yang dilatasi (diameter maksimal dari
usus halus 3 cm) struktur ini akan terlihat memberikan gambaran
seperti herring bone appearance. Gambaran air-fluid level
menunjukkan adanya tingkat udara yang berdensitas lusen diatas
cairan yang berdensitas intermediat. Adanya obstruksi menunjukkan
udara usus tidak sampai ke distal.5 Beberapa dengan lebar lebih
dari 2,5 cm. pada kondisi ini, ada perbedaan tinggi vertikal lebih
dari 2 cm antara air-fluid level dalam loop usus yang sama (area
dilingkari). Ada juga distensi dari diameter usus halus lebih dari
2,5 cm dan rasio usus halus usus besar lebih dari 0,5.11
Gambar 8 Ileus Obstruktif Konvensional
Gambar kiri menunjukkan beberapa dilatasi loop usus kecil di
perut bagian atas. Usus kecil tidak proporsional melebar
dibandingkan usus besar. Gambar kanan menunjukkan tingkat
udara-cairan di loop melebar khas dari obstruksi usus halus.
Gambar 9 Ileus Obstruktif Foto BNO
Pada posisi supine: distensi usus halus (> 3 cm) dengan
sejumlah valvula koniventes memberikan gambaran stack of coins atau
herring bone appearance
Gambar 10 Foto Polos Abdomen Posisi Erect menunjukkan air-fluid
levels multiple dengan ketinggian berbeda, memberi gambaran step
ladder di dalam loop-loop usus halus yang dilatasi . 13
b) Large Bowel Obstruction
Large bowel Obstruksi merupakan obstruksi yang terjadi di colon.
Large bowel obstruksi lebih jarang terjadi dibanding dengan small
bowel obstruksi. Hanya 20% dari angka kejadian obstruksi usus.
Penyebab tersering dari large bowel obstruction adalah keganasan
50-6%. Gambaran radiologik yang bisa didapatkan pada large bowel
obstruksi adalah distensi colon pada proksimal hingga pada lokasi
obstruksi dan kolaps pada bagian distal, seperti pada gambar
berikut :
Gambar 11 Foto Polos Abdomen. posisi supine, tampak gambaran
dilatasi loop-loop usus besar daerah perifer dengan diameter usus
> 5cm dan terlihat haustra yang tebal (a).6 Foto polos abdomen
posisi erect, tampak dilatasi loop-loop usus besar dan gambaran air
fluid level bertingkat-tingkat/ step ladder appearance(6)
Gambar 13 (a) Air fluid level dengan ketinggian berbeda dalam
loop usus yang sama step ladder sign dan (b) posisi tegak string of
pearls sign (panah)2
2. USG Abdomen
USG Abdomen dapat dilakukan pada pasien dengan curiga small
bowel obstruksi. USG dapat mendeteksi adanya air fluid level,
dilatasi usus proksimal dan kolaps distal. USG bersifat operator
dependent yaitu sangat bergantung pada ketelitian dan pengalaman
operator. Gambaran radiologi yang didapatkan dari pemeriksaan USG
pada pasien dengan ileus obstruksi adalah sebagai berikut :
Gambar14 Ileus Obstruktif Foto USG. Dinding usus menebal dengan
pola bertingkat echo (panah) dan ascites (A)
Gambar 15 obstruksi usus a. Loop loop usus berisi cairan dengan
keyboard sign. b. Step ladder sign. potongan transversal (A) dan
longitudinal (B) menunjukkan dilatsi multiple loop loop usus halus
pada pasien dengan obstruksi pada distal usus halus 2
3. CT Scan Abdomen
Pemeriksaan ini dikerjakan jika secara klinis dan foto polos
abdomen dicurigai adanya strangulasi. CTScan akan mempertunjukkan
secara lebih teliti adanya kelainan-kelainan dinding usus,
mesenterikus, dan peritoneum. CTScan harus dilakukan dengan
memasukkan zat kontras kedalam pembuluh darah. Pada pemeriksaan ini
dapat diketahui derajat dan lokasi dari obstruksi. Berikut gambaran
yang didapatkan pada pasien ileus obstruksi dengan pemeriksaan CT
Scan Abdomen :
Gambar 16 CT scan axial dari obstruksi usus (CT scan axial
menunjukkan adanya cairan dan dilatasi loop usus kecil ( panah
putih ) dan runtuh usus ( panah merah ) konsisten dengan obstruksi
usus kecil mekanik.)
f. Diagnosis Banding
1. Ileus Paralitik2,8
Ileus Paralitik merupakan gangguan aktivitas motorikus sehingga
udara dan cairan berkumpul dalam usus yang data mengakibatkan
distensi abdomen. Ditemukan dilatasi usus (usus halus > 3 cm,
usus besar > 8 cm) tanpa titik transisi, terlihat air-fluid
level. Bersifat akut, kronik, atau intermitten. Dengan etiologi
seperti gangguan neural, humoral, metabolik, trauma, pendarahan
retroperitoneal, dan fraktur spinal atau pelvis. Adapun gambaran
radiologis yang bisa didapatkan pada ileus paralitik adalah sebagai
berikut:
Gambar 17. Foto Polos Abdomen. Dilatasi usus halus dan usus
besar sampai rektum disertai retensi udara dan cairan yang banyak.
Air-fluid level yang panjang-panjang dan cenderung tidak
bertingkat. Tidak tampak herring-bone appearance
Yang membedakan Ileus Obstruksi dan Ileus Paralitik adalah
gambaran air fluid level. Pada ileus obstruksi ditemukan air fluid
level yang bertingkat, sedangkan pada Ileus Paralitik air fluid
level yang memanjang. Selain itu, pada Ileus Obstruksi juga
ditemukan Herring Bone appereance. Dilatasi pada Ileus Obstruksi
tidak merata pada semua loop usus, hanya dilatasi padda proksimal
hingga lokasi obstruksi dan kolaps pada bagia distalnya, seangkan
pada Ileus Paralitik dilatasi ditemukan pada semua loop loop
usus.
g. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan obstruksi ileus adalah pembedahan dan
dekompresi. Ketepatan waktu pada penanganan dengan jelas telah
menurunkan angka morbiditas dan mortalitas. Hal ini terutama
disebabkan telah dipahaminya dengan tepat patogenesis penyakit
serta perubahan homeostasis sebagai akibat obstruksi usus.12
h. Komplikasi
Komplikasi ileus obstruktif sebagai berikut:12
1. Nekrosis usus
2. Perforasi usus
Merupakan komplikasi yang paling sering terjadi pada pasien
Ileus Obstruksi. Pemeriksaan Radiologi yang dapat dilakukan untuk
mendapatkan gambaran radiologi pada perforasi usus, salah satunya
adalah foto polos abdomen, dengan posisi LLD (left lateral
decubitus) dapat dilakukan jika posisi erect tidak dapat
dilakukan.
Gambaran udara bebas berada di tepi lateral dari hati. Ketika
terdapat udara bebas dalam abdomen, usus menjadi lebih jelas
terlihat dengan adanya udara pada kedua sisi dinding usus. Ini
disebut sebagai Rigglers sign/double wall sign.13
Gambar 18. Gambaran Perforasi Usus
Tanda-tanda pneumoperitoneum pada terlentang. Film polos abdomen
(panah): "Wind tanda" atau "berkilau tanda hati ", subhepatic udara
bebas sebagai paralel linear pengumpulan, tanda ligamen bengkok
"kubah".
3. Sepsis
4. Syok-dehidrasi
5. Abses
6. Sindrom usus pendek dengan malabsorpsi dan malnutrisi
7. Pneumonia aspirasi dari proses muntah
8. Gangguan elektrolit
9. Meninggal
i. Prognosis
Mortalitas obstruksi tanpa strangulata adalah 5% sampai 8%
asalkan operasi dapat segera dilakukan. Keterlambatan dalam
melakukan pembedahan atau jika terjadi strangulasi atau komplikasi
lainnya akan meningkatkan mortalitas sampai sekitar 35% atau 40%.
Prognosisnya baik bila diagnosis dan tindakan dilakukan dengan
cepat.12
II. DISKUSI
Seorang wanita, 64 tahun MRS dengan keluhan utama perut kembung.
Dialami sejak 1 minggu yang lalu sebelum masuk rumah sakit. Pada
awalnya pasien sering merasakan nyeri perut disertai mual dan
muntah. Tetapi sejak 1 minggu ini mual muntah memberat. Tidak ada
penurunan nafsu makan. Pasien juga tidak bisa BAB dan kentut sejak
1 minggu terakhir ini. Tidak ada penurunan nafsu makan. Riwayat
trauma tidak ada, riwayat demam tidak ada. Riwayat penyakit
sebelumnya tidak ada, riwayat penyakit yang sama dalam keluarga
disangkal. Dari status generalis, pasien dalam keadaan sakit
sedang, composmentis, dan status gizi kurang.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan tekanan darah 120/80 mmHg,
nadi 72 kali/menit, pernafasan 20 kali/menit, dan suhu 36,2oC.
Didapatkan juga distensi pada perut dan peristaltik kesan
meningkat.Pada pemeriksaan fisis mata, THT, leher, dada, paru paru
dan jantung dalam batas normal. Hal ini sesuai dengan teori yang
mengatakan bahwa pada obstruksi usus halus didapatkan pengeluaran
banyak cairan dan elektrolit baik di dalam lumen usus bagian oral
dari obstruksi,maupun oleh muntah.
Gejala penyumbatan usus meliputi nyeri kram pada perut, disertai
kembung. Tanda vital normal pada tahap awal, namun akan berlanjut
dengan dehidrasi akibat kehilangan cairan dan elektrolit. Suhu
tubuh bisa normal sampai demam. Distensi abdomen dapat minimal atau
tidak ada pada obstruksi proksimal dan semakin jelas pada sumbatan
di daerah distal. Bising usus yang meningkat dan metallic sound
dapat didengar sesuai dengan timbulnya nyeri pada obstruksi di
daerah distal.
Dari hasil pemeriksaan laboratorium didapatkan kesan
leukositosis dan belum ada penurunan fungsi ginjal maupun
kesembangan elektrolit yang terganggu. Hal ini sesuai dengan teori
yang mengatakan bahwa nilai laboratorium pada awalnya normal,
kemudian akan terjadi hemokonsentrasi, leukositosis, dan gangguan
elektrolit.
Dari hasil pemeriksaan foto abdomen 3 posisi ditemukan udara
usus tidak terdistribusi sampai ke distal colon, tampak dilatasi
loop-loop usus disertai gambaran herring bone dan tampak air fluid
level yang bertingkat-tingkat dan memberikan gambaran step-ladder,
tidak tampak udara bebas subdiafragma, kedua psoas line tidak
tervisualisasi, prepreritoneal fat line intak kanan tidak
tervisualisasi, dan tulang-tulang lainnya intak dengan kesan
gambaran ileus obstruktif. Hal ini sesuai dengan teori yang
mengatakan bahwa gambaran radiologi ileus obstruksi berupa dilatasi
usus dengan air fluid levels. Pada posisi supine distensi usus
halus memberikan gambaran stack of coins atau herring bone
appearance. Pada posis tegak/lateral decubitus tampak multiple air
fluid levels dengan ketinggian berbeda pada loop usus yang sama
memberikan gambaran step ladder.
Dari hasil anamnesa, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan
radiologi serta laboratorium didapatkan hasil yang mengarah ke
Ileus Obstruksi dan dibuktikan dengan tindakan Laparotomi
eksplorasi. Didapatkan penyebab obstruksi pada pasien ini adalah
Tumor Colon Transversum
DAFTAR PUSTAKA
1. Marincek, Borut dan Robert F. Dondelinger. Emergency
Radiology Imaging and Intervention. New York: Springer; 2007.p.
435, 438, 436-437.
2. Bactiar Murtala. Editor. Ileus obstruktif dan ileus paralitik
dalam Radiologi Trauma dan Emergensi. Bogor: IPB Press; 2012.
H.159-168.
3. Indrayani Margaretha N. Diagnosis dan Tatalaksana Ileus
Obstruktif. Bali: Bagian Ilmu Bedah Fakultas Kedokteran Universitas
Udayana Press:2013. P. 3-5.
4. R. Putz dan R. Pabst. Editor. Anatomi sistem pencernaan dalam
Atlas Anatomi Manusia, Sobotta Jilid 1 Edisi 21. Jakarta: EGC;
2007.h.14.
5. Silva, Ana Catarina et al. Small Bowel Obstruction: What to
Look for. RadioGraphic 2009; 423-439.
6. Peyvasteh, Mehran et al. Ileus and Intestinal Obstruction
Comparison Between Children and Adults. Polski Przeglad
Chirurgiczny 2011. 83, 7, 367-371.
7. Jonen, James. Riglers triad. [online]. 2014 [cited 2014 Juny
18]; Available from: URL:
http://radiopaedia.org/articles/riglers-triad
8. Sutton, David. Textbook of Radiology and Imaging Seventh
Edition Volume 1. United Kingdom: Churchill Livingstone; 2003.p.
1539-1540, 1597.
9. Sjahriar Rasad. Editor. Radiologi Diagnostik. Edisi kedua.
Jakarta: FK UI; h. 411.
10. Ahuja, Anil T et al. Case Studies in Medical Imaging. New
York: Cambridge University Press; 2006.p. 276-277.
11. Mullan, Charles P. et al. Small Bowel Obstruction. AJR: 198,
February 2012.
12. Raini. Ileus Obstruktif. Jakarta: Bagian Ilmu Bedah Fakultas
Kedokteran Universitas Trisakti: 2012. h. 21-23.
13. Soetikno D. Ristaniah. Radiologi Emergensi. Cetakan pertama.
2011. Hal.148