III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian deskriptif kuantitatif, karena peneliti ingin menggambarkan keadaan yang terjadi dalam lingkungan peserta didik di SMP Negeri 2 Talangpadang mengenai proses internalisasi nilai Pancasila dan pengaruhnya pada sikap nasionalisme peserta didik. “Metode deskriptif merupakan penyelidikan yang menuturkan, menganalisis dan mengklasifikasikan penyelidikan dengan metode survey yaitu dengan teknik interview, angket, observasi, tes, studi kasus, studi komparatif, studi gerak dan waktu, analisis kualitatif dan studi kooperatif atau operasional”. (Winarno Surakhmad, 1984: 139). Penjelasan lain tentang metode deskriptif adalah “prosedur pemecahan masalah yang diselidiki dengan menggambarkan/melukiskan keadaan suatu subjek dan objek penelitian (seseorang, lembaga, masyarakat dan lain-lain) pada saat sekarang berdasarkan fakta-fakta yang tampak sebagaimana adanya”. (Hadari Nawawi, 1991:63). Pendapat lain juga mengemukakan bahwa metode deskriptif adalah “metode yang digunakan untuk memecahkan masalah yang sedang dihadapi pada situasi sekarang, yang dilakukan dengan menempuh langkah- langkah pengumpulan, klasifikasi dan analisis pengolahan data, membuat
14
Embed
III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Penelitiandigilib.unila.ac.id/11525/16/BAB III.pdfdidik. “Metode deskriptif merupakan penyelidikan yang menuturkan, menganalisis dan mengklasifikasikan
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
51
III. METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian deskriptif
kuantitatif, karena peneliti ingin menggambarkan keadaan yang terjadi dalam
lingkungan peserta didik di SMP Negeri 2 Talangpadang mengenai proses
internalisasi nilai Pancasila dan pengaruhnya pada sikap nasionalisme peserta
didik. “Metode deskriptif merupakan penyelidikan yang menuturkan,
menganalisis dan mengklasifikasikan penyelidikan dengan metode survey yaitu
dengan teknik interview, angket, observasi, tes, studi kasus, studi komparatif,
studi gerak dan waktu, analisis kualitatif dan studi kooperatif atau operasional”.
(Winarno Surakhmad, 1984: 139).
Penjelasan lain tentang metode deskriptif adalah “prosedur pemecahan masalah
yang diselidiki dengan menggambarkan/melukiskan keadaan suatu subjek dan
objek penelitian (seseorang, lembaga, masyarakat dan lain-lain) pada saat
sekarang berdasarkan fakta-fakta yang tampak sebagaimana adanya”. (Hadari
Nawawi, 1991:63). Pendapat lain juga mengemukakan bahwa metode deskriptif
adalah “metode yang digunakan untuk memecahkan masalah yang sedang
dihadapi pada situasi sekarang, yang dilakukan dengan menempuh langkah-
langkah pengumpulan, klasifikasi dan analisis pengolahan data, membuat
52
gambaran tentang suatu keadaan secara objektif dalam suatu deskriptif” (Moh.
Ali, 1985:131).
Berdasarkan pendapat-pendapat ahli diatas, maka dapat disimpulkan metode
deskriptif adalah suatu metode yang digunakan untuk melakukan penelitian ilmiah
dengan tujuan untuk pemecahan masalah yang ada sekarang, melalui suatu cara
penggambaran keadaan secara objektif berdasarkan fakta-fakta sebagaimana
adanya dengan penafsiran data yang ada.
3.2 Populasi dan Sampel
3.2.1 Populasi
Populasi merupakan salah satu komponen terpenting dalam sebuah
penelitianmengingat populasi akan menentukan validitas data dalam
penelitian. Populasi dalam penelitian ini ialah peserta didik SMP Negeri 2
Talangpadangtahun pelajaran 2014/2015 kelas VIII yang berjumlah 210
peserta didik.
Tabel 2: Jumlah peserta didik kelas VIIISMP Negeri 2 Talangpadang Tahun
Pelajaran 2014/2015.
No. Kelas Laik-laki Perempuan Jumlah
1. VIII A 10 21 31
2. VIII B 13 20 33
3. VIII C 14 20 34
4. VIII D 16 20 36
5. VIII E 18 20 38
53
6. VIII F 18 20 38
Jumlah 210
Sumber: Tata Usaha SMP Negeri 2 Talangpadangtahun
pelajaran 2014/2015.
3.2.2 Sampel
Menurut Suharsimi Arikunto (2008:104) bahwa apabila subjeknya kurang dari
100 lebih baik diambil semua sehingga penelitian ini merupakan penelitian
populasi. Selanjutnya bila subjeknya lebih besar dari 100, dapat diambil 10%-12%
atau 20%-25% atau lebih, tergantung setidak-tidaknya dari:
a) Kemampuan peneliti dilihat dari segi waktu, tenaga, dan dana.
b) Sempitnya wilayah pengamatan dari setiap subjek karena menyangkut hal
banyak sedikitnya data.
c) Besar kecilnya resiko yang ditanggung peneliti.
Berdasarkan teori di atas, maka sampel dalam penelitian ini diambil
sebanyak 10% sehingga sampelnya 10% X 210 = 21.Agar lebih jelas lihat
tabel rincian sampel perkelas di bawah ini:
Tabel 3: Jumlah dansebaransampel peserta didik kelasVIII SMP Negeri2
Talangpadang tahun pelajaran 2014/2015.
No Kelas Perhitungan Pembulatan
1. VIII A 31 siswa x 10% = 3,1 3
2. VIII B 33 siswa x 10% = 3,3 3
3. VIII C 34 siswa x 10% = 3,4 3
54
4. VIII D 36 siswa x 10% = 3,6 4
5. VIII E 38 siswa x 10% = 3,8 4
6. VIII F 38 siswa x 10% = 3,8 4
210 siswa x 10%= 21 52 (21)
Sumber : Hasil Perhitungan proposional random sampling.
Menurut Nazir (2004:77) populasi merupakan kumpulan dari individu-individu
dengan kualitas dan ciri-ciri yang telah ditetapkan. Berdasarkan pengertian itu,
dalam penelitian ini yang menjadi subjek penelitian adalah peserta didikSMP
Negeri 2Talangpadang tahun ajaran 2014/2015 berjumlah 21 peserta didik.
3.3 Variabel Penelitian
Penelitian ini menggunakan dua variabel, yakni variabel bebas dan variabel
terikat, meliputi :
a) Variabel bebas adalah Internalisasi Nilai dalam Konsep Hierarkial Pancasila (X)
b) Variabel terikat adalah Sikap Nasionalisme ( Y )
3.4 Definisi Konseptual dan Definisi Operasional
3.4.1 Definisi Konseptual
1) Pengertian Internalisasi
Secara terminologis dijelaskan dalam kamus besar bahasa Indonesia bahwa
definisi internalisasi yakni merupakan penghayatan atau proses pemahaman
terhadap ajaran, doktrin, atau nilai sehingga menyadari keyakinan akan kebenaran
doktrin atau nilai yang diwujudkan dalam sikap dan perilaku.
55
Menurut Muhaimin (1996:53) dalam proses kegiatan belajar mengajar di sekolah,
terdapat tahapan prosesi yang harus dilakukan oleh guru dalam menginternalisasi
suatu nilai kepada anak asuh atau peserta didik.
Dalam proses internalisasi yang dikaitkan dengan pembinaan peserta didik atau
anak asuh, ada tiga tahap yang mewakili proses atau tahap terjadinya internalisasi,
yaitu:
a) Tahap Transformasi Nilai : Tahap ini merupakan suatu proses yang dilakukan
oleh pendidik dalam menginformasikan nilai-nilai yang baik dan kurang baik.
Pada tahap ini hanya terjadi komunikasi verbal antara pendidik dan peserta
didik atau anak asuh.
b) Tahap Transaksi Nilai : Suatu tahap pendidikan nilai dengan jalan melakukan
komunikasi dua arah, atau interaksi antara peserta didik dengan pendidik
yang bersifat interaksi timbal-balik.
c) Tahap Transinternalisasi : Tahap ini jauh lebih mendalam dari tahap
transaksi. Pada tahap ini bukan hanya dilakukan dengan komunikasi verbal
tapi juga sikap mental dan kepribadian. Jadi pada tahap ini komunikasi
kepribadian yang berperan secara aktif.
2) Pengertian Nilai
Nilai adalah kemampuan yang dipercayai yang ada pada suatu benda untuk
memuaskan manusia, sifat dari suatu benda yang menyebabkan menarik minat
seseorang atau kelompok. Pada dasarnya nilai merupakan sifat atau kualitas yang
melekat pada sesuatu subjek, bukan objek itu sendiri. Sesuatu yang mengandung
nilai berarti ada sifat atau kualitas yang melekat pada sesuatu tersebut. Dengan