1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Komunikasi merupakan suatu kegiatan yang sangat penting dalam kehidupan manusia yang mempunyai peran sebagai makhluk sosial. Untuk berkomunikasi, dibutuhkan alat berupa bahasa untuk menyampaikan pesan, keinginan, harapan, perasaan, permohonan, perintah dan sebagainya. Untuk mengetahui pesan atau maksud dalam bahasa dibutuhkan ilmu pragmatik. Ilmu pragmatik adalah studi tentang maksud penutur bahasa yang dihubungkan dengan konteks (Yule, 2006:3). Keinginan, harapan, perasaan, permohonan, larangan dan perintah merupakan bagian dari ilmu pragmatik yang disebut tindak tutur, yaitu tindakan-tindakan yang ditampilkan lewat tuturan (Yule, 2006:82). Dari beberapa jenis tindak tutur, tindak tutur direktif merupakan tindak tutur yang sering digunakan dalam berkomunikasi. Tindak tutur direktif adalah tindak tutur yang digunakan penutur untuk mengekspresikan maksud penutur yang dijadikan alasan bagi petutur untuk bertindak (Bach dan Harnish, 1979:47). Tindak tutur direktif mempunyai beberapa maksud, yaitu perintah, larangan, nasehat, permohonan, permintaan, berdoa, dan lain-lain. Bahasa Arab merupakan bahasa asing yang banyak dipakai dan diserap ke dalam bahasa Indonesia. Hal tersebut tidaklah mengherankan, karena mayoritas bangsa Indonesia beragama Islam yang berasal dari negara Arab, sehingga bahasa Arab merupakan bahasa Agama Islam. Banyak kegiatan ibadah yang mengharuskan pelaksananya untuk memakai bahasa Arab, contohnya ketika melakukan shalat,
25
Embed
PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/88424/potongan/s2-2015...2 berdo’a, menunaikan ibadah haji dan sebagainya, pelaksanaannya harus menuturkan kalimat-kalimat
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Komunikasi merupakan suatu kegiatan yang sangat penting dalam kehidupan
manusia yang mempunyai peran sebagai makhluk sosial. Untuk berkomunikasi,
dibutuhkan alat berupa bahasa untuk menyampaikan pesan, keinginan, harapan,
perasaan, permohonan, perintah dan sebagainya. Untuk mengetahui pesan atau
maksud dalam bahasa dibutuhkan ilmu pragmatik. Ilmu pragmatik adalah studi
tentang maksud penutur bahasa yang dihubungkan dengan konteks (Yule, 2006:3).
Keinginan, harapan, perasaan, permohonan, larangan dan perintah merupakan bagian
dari ilmu pragmatik yang disebut tindak tutur, yaitu tindakan-tindakan yang
ditampilkan lewat tuturan (Yule, 2006:82). Dari beberapa jenis tindak tutur, tindak
tutur direktif merupakan tindak tutur yang sering digunakan dalam berkomunikasi.
Tindak tutur direktif adalah tindak tutur yang digunakan penutur untuk
mengekspresikan maksud penutur yang dijadikan alasan bagi petutur untuk bertindak
(Bach dan Harnish, 1979:47). Tindak tutur direktif mempunyai beberapa maksud,
yaitu perintah, larangan, nasehat, permohonan, permintaan, berdoa, dan lain-lain.
Bahasa Arab merupakan bahasa asing yang banyak dipakai dan diserap ke
dalam bahasa Indonesia. Hal tersebut tidaklah mengherankan, karena mayoritas
bangsa Indonesia beragama Islam yang berasal dari negara Arab, sehingga bahasa
Arab merupakan bahasa Agama Islam. Banyak kegiatan ibadah yang mengharuskan
pelaksananya untuk memakai bahasa Arab, contohnya ketika melakukan shalat,
2
berdo’a, menunaikan ibadah haji dan sebagainya, pelaksanaannya harus menuturkan
kalimat-kalimat berbahasa Arab. Selain itu, bahasa Arab juga merupakan bahasa al-
Qur’an dan Hadis yang menjadi pedoman umat Islam. Hal itu membuat pemeluk
agama Islam banyak yang belajar bahasa Arab. Karena itulah, penting melakukan
penelitian tentang bahasa Arab ini.
Umat Islam mempunyai dua pedoman hidup yang keduanya berbahasa Arab,
yaitu al-Qur’an dan Hadis. Al-Qur’an merupakan firman Allah yang diwahyukan
kepada Nabi Muhammad sebagai utusan Allah, sedangkan Hadis adalah perkataan,
perbuatan, dan ketetapan Nabi Muhammad sebagai utusan Allah yang membawa
ajaran Islam untuk disampaikan kepada manusia. Hadis dibagi menjadi tiga sesuai
bentuknya, yaitu hadis qauliy yang berupa tuturan, hadis fi’liy yang berupa perbuatan,
dan hadis taqririy yang berupa ketetapan. Diantara ketiga bentuk hadis tersebut, hadis
qauliy yang berupa tuturan Nabi Muhammad merupakan hadis yang mempunyai
kedudukan paling kuat daripada bentuk hadis lainnya. Tuturan dalam hadis itu berisi
ajaran yang sebagian besar berbentuk tindak tutur Direktif yang berupa nasehat,
permintaan, doa, perintah, dan larangan. Selain tindak tutur direktif, tuturan dalam
hadis juga menggunakan bentuk lain seperti tindak tutur asertif, tindak tutur
ekspresif, tindak tutur deklarasi dan tindak tutur komisif. Karena penggunaan tindak
tutur direktif banyak digunakan dalam hadis, maka menarik untuk diteliti. Penelitian
akan difokuskan lagi pada tindak tutur direktif yang berupa perintah dan larangan
karena dua tindak tutur tersebut menjadi dominan dalam hadis.
3
Agar perintah dan larangan yang disampaikan itu diterima dengan baik,
tentunya Nabi Muhammad menggunakan bentuk dan strategi tertentu dalam
tuturannya yang patut untuk diketahui. Kesuksesan strategi tersebut sudah terbukti
dengan menyebarnya Islam ke seluruh dunia. Hal itulah yang membuat penelitian
tentang hadis dari segi tindak tutur yang berupa perintah dan larangan menarik untuk
dilakukan, sehingga dapat diketahui karakteristik tuturan Nabi Muhammad.
Dalam Hadis, banyak tuturan yang mengandung perintah dan larangan dengan
berbagai variasi cara penyampaian, sehingga ditemukan berbagai bentuk dan strategi
tindak tutur perintah dan larangan. Contoh tuturan dalam Hadis yang mengandung
perintah dan larangan adalah sebagai berikut.
(1) ارم سعد فداك أيب و أميIrmi sa’ad fadaka abi wa ummi
‘Panahlah sa’ad, tebusanmu adalah ayah dan ibuku’
(Hadis ke-85, hal: 372)
Konteks: tuturan Rasulullah kepada sa’ad ketika melihat ada seorang laki-
laki musyrik yang membakar amarah orang Islam dalam perang Uhud.
(2) اللحد لنا و الشق لغريناAl-lahdu lana wasy-syaqqu ligairina
‘Lahad untuk kita dan syaq untuk selain kita’
(Hadis ke-24, hal: 194)
Konteks: tuturan Rasulullah kepada para sahabatnya ketika akan
menguburkan seseorang yang baru saja masuk Islam.
(3) ال جتمعوا بني الرطب و البسر و بني الزبيب و التمر نبيذاLa tajma‘u bainar-rutabi wal-busri wa bainaz-zabibi wat-tamri nabizan
4
‘Janganlah kalian mengumpulkan antara kurma matang dengan kurma
yang belum matang dan antara anggur kering dengan kurma kering
sebagai minuman’
(Hadis ke-50, hal: 276)
Konteks: tuturan nabi kepada orang-orang yang sedang bersamanya
karena ada seorang laki-laki yang mabuk karena minum campuran kurma
dan anggur.
(4) من حيرم الرفق حيرم اخلريMan yuharrimur-rifqa yuharrimul-khaira
‘Barangsiapa mengharamkan kelembutan maka dia mengharamkan
kebaikan’
(Hadis ke-64, hal: 320)
Konteks: tuturan Rasulullah kepada ‘Aisyah ketika ‘Aisyah memaki-maki
unta yang dinaikinya karena sulit dikendarai.
Pada contoh (1), tuturan tersebut dituturkan oleh Nabi Muhammad kepada
Sa’ad bin Abi Waqas. Tuturan tersebut adalah tuturan yang berbentuk kalimat
imperatif yang ditandai oleh fi’il Amr ‘irmi’ yang bermaksud memerintahkan Sa’ad
untuk memanah laki-laki musyrik yang sedang membakar amarah muslimin. Adapun
contoh (2), dituturkan oleh Nabi Muhammad kepada para sahabat yang akan
mengubur orang yang baru masuk Islam. Tuturan tersebut berbentuk kalimat
deklaratif yang bermaksud perintah untuk membuatkan lahad untuk mengubur mayat
orang yang baru masuk Islam. Pada contoh (3), tuturan tersebut dituturkan kepada
orang-orang yang sedang bersamanya. Tuturan itu berbentuk kalimat imperatif yang
ditandai dengan la an-nahiyah la tajma‘u yang bermaksud larangan untuk mencampur
kurma matang dengan kurma yang belum matang dan mencampur anggur kering
5
dengan kurma kering. pada. Pada contoh (4),tuturan dituturkan kepada Aisyah ketika
dia memaki-maki unta yang ditunganginya.
Pada contoh-contoh di atas, dapat dilihat bahwa penyampaian perintah dan
larangan tidak hanya menggunakan bentuk kalimat imperatif, namun juga dapat
menggunakan kalimat deklaratif. Perintah dan larangan juga tidak hanya disampaikan
dengan tindak tutur langsung, tetapi bisa juga disampaikan dengan tindak tutur tidak
langsung. Oleh karena itu, penelitian ini penting untuk mengetahui bentuk dan
strategi yang dipakai dalam penyampaian perintah dan larangan dalam hadis.
Hadis nabi sangatlah banyak dan dikodifikasikan dalam banyak buku hadis,
seperti buku Shahih Bukhari, Shahih Muslim, sunan Abu Dawud, Sunan Nasai,
Musnad Ahmad, dan lain-lain. Karakter buku-buku Hadis itu sebagian besar hanya
mengumpulkan matan dan rawinya saja sehinga susah untuk melihat konteks dari
masing-masing hadis. Karena itulah, Imam Suyuthi menaruh perhatian besar terhadap
konteks dalam tiap hadis, sehingga dia menyusun buku hadis yang dilengkapi dengan
konteks masing-masing hadis yang berjudul Asbabul-Wurud Al-Hadis. Kitab ini
memiliki beberapa kelebihan dibanding kitab-kitab hadis yang lain, yaitu praktis,
disertai dengan konteks hadis, klasifikasinya berdasarkan ilmu fiqih sehingga lebih
aplikatif, kompilasi dari banyak kitab hadis, dan dapat mewakili hadis-hadis dalam
kitab hadis lain. Karena kelebihan itulah, kitab ini dijadikan objek kajian dalam
penelitian ini.
6
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah disebutkan di atas, maka disusunlah
beberapa rumusan masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana tindak tutur perintah dan larangan dalam Hadis dilihat dari modus
kalimatnya?
2. Bagaimana strategi tindak tutur perintah dan larangan dalam Hadis?
1.3 Tujuan Penelitian
Sesuai dengan rumusan masalah yang ada, maka penelitian ini mempunyai
tujuan sebagai berikut:
1. Mendeskripsikan perintah dan larangan Hadis dilihat dari modus kalimatnya.
2. Menjelaskan strategi tindak tutur perintah dan larangan dalam Hadis.
1.4 Manfaat Penelitian
Ada dua manfaat yang diharapkan bisa diperoleh dari penelitian ini, yaitu: (1)
manfaat teoritis, dan (2) manfaat praktis.
1. Manfaat teoritis
Penelitian ini diharapkan memberikan kontribusi untuk bidang
linguistik dalam mengungkap bentuk variasi tindak tutur perintah dan
larangan dalam bahasa Arab, serta memahami lebih dalam alasan dari
pembentukan perintah dan larangan itu dari sudut pandang konteks dalam
tuturan itu. Selain itu, penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi
7
dalam mengungkap alasan penggunaan strategi tindak tutur dari sudut
pandang konteks dalam tuturan.
2. Manfaat praktis
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat membantu para pembelajar
bahasa Arab dalam merangkai dan memilah kata-kata untuk membentuk
sebuah perintah maupun larangan dalam bahasa Arab yang disesuaikan
dengan konteks yang ada, sehingga perintah dan larangan itu tersampaikan
dengan cara yang baik dan benar.
1.5 Tinjauan Pustaka
Penelitian tentang pragmatik telah banyak dilakukan, terutama mengenai
konsep tindak tutur bahasa Arab yang berkaitan dengan penelitian ini. Penelitian
pragmatik tentang tindak tutur telah dilakukan pada media cetak maupun media
elektronik. Media cetak yang dimaksud berbentuk iklan, komentar pembaca pada
sebuah koran, pamflet peringatan, naskah drama, dan al-Qur’an, sedangkan media
elektronik yang dimaksud berbentuk video khutbah, video pengajaran bahasa, dan
film. Penelitian Pragmatik tindak tutur direktif pada iklan diantaranya dilakukan oleh
Aminah (2006) dengan judul “Iklan dalam Surat Kabar Al-Ittihad” dan Rakhmatika
(2009) dengan judul “Iklan pada Majalah Ekonomi Al-Iqtisad Wal-Amal”. Mereka
menemukan beberapa macam strategi tindak tutur dalam iklan berbahasa Arab, yaitu
tindak tutur langsung literal, langsung tidak literal, tidak langsung literal, dan tidak
langsung tidak literal.
8
Penelitian pragmatik tindak tutur direktif pada komentar pembaca pada sebuah
koran dilakukan oleh Lailiyah (2013), dalam tesisnya yang berjudul “Tindak Tutur
Direktif dalam Rubrik Reader’s Forum di The Jakarta Post” menyatakan bahwa,
pertama, berdasarkan struktur dan modus kalimat, jenis tindak tutur direktif dalam
rubrik reader’s forum pada surat kabar “The Jakarta Post” terdiri dari tindak tutur
langsung yang berupa kalimat imperatif; tindak tutur tidak langsung yang terdiri dari
kalimat deklaratif dan kalimat tanya; sedangkan berdasarkan makna kata-kata yang
menyusunnya hanya terdapat tindak tutur literal karena penutur dalam rubrik tersebut
cenderung memberikan komentar dan tanggapan dengan mengatakan maksudnya
secara langsung dan jelas. Kedua, ada beberapa maksud yang ditemukan dalam
tuturan direktif pada rubrik tersebut, yaitu: 1) maksud memerintah ditemukan dengan
bentuk kalimat imperatif dan kalimat deklaratif; 2) maksud melarang yang ditandai
dengan pemarkah negatif not pada kata kerja bantu, bentuk kalimat imperatif, dan
dengan kalimat deklaratif; 3) maksud meminta yang ditandai dengan hadirnya kata
please dalam kalimat imperatif dan penggunaan kata can/could dalam kalimat
interogratif; 4) maksud menyarankan yang ditemukan dalam bentuk kalimat
deklaratif, kata kerja performatif, kalimat interogratif, dan dalam bentuk impersonal;
5) maksud mengajak yang ditandai dengan kata let’s; 6) maksud memperingatkan
dengan kalimat imperatif dan kalimat deklaratif; 7) maksud mengharapkan yang
ditandai dengan kata hope dan expect; 8) maksud membiarkan yang ditandai dengan
kata let yang diikuti objek ketiga. Ketiga, berdasarkan strategi kesopanan yang
diterapkan penutur untuk mencegah tindakan mengancam muka petutur, ditemukan
9
strategi kesopanan positif yang berupa 1) menggunakan penanda yang menunjukkan
kesamaan jati diri atau kelompok, 2) berusaha melibatkan petutur dalam suatu
kegiatan tertentu, 3) memberikan dan meminta alasan; dan strategi kesopanan negatif
yang berupa 1) mengungkapkan secara tidak langsung, 2) melakukan secara hati-hati
dan tidak terlalu optimistik, 3) memberikan penghormatan, 4) tidak menyebutkan
penutur dan petutur, dan 5) menyatakan tindakan mengancam wajah sebagai
ketentuan sosial yang umum berlaku.
Penelitian pragmatik tindak tutur direktif pada pamflet dilakukan oleh Maulani
(2010), dalam skripsinya yang berjudul “Jenis tindak tutur perintah mematikan
handphone dalam pamflet-pamflet pada masjid-masjid di kota Isma’iliyyah” juga
membahas tindak tutur. Dalam penelitian tersebut disimpulkan bahwa penutur pada
pamflet dalam menyampaikan maksudnya menggunakan lima macam tindak tutur,