II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustaka 1. Usahatani a. Pola Tanam Pola tanam adalah usaha penanaman pada sebidang lahan dengan mengatur susunan tata letak dan urutan tanaman selama periode waktu tertentu termasuk masa pengolahan tanah dan masa tidak ditanami selama periode tertentu. Pola tanam ada tiga macam, yaitu : monokultur, rotasi tanaman dan polikultur (Anwar, 2012). Macam Jenis Pola Tanam 1) Monokultur Pertanian monokultur adalah pertanian dengan menanam tanaman sejenis. Misalnya sawah ditanami padi saja, jagung saja, atau kedelai saja. Penanaman monokultur menyebabkan terbentuknya lingkungan pertanian yang tidak mantap. Hal ini terbukti dari tanah pertanian harus selalu diolah, dipupuk dan disemprot dengan insektisida sehingga resisten terhadap hama.
33
Embed
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustaka 1. a.digilib.unila.ac.id/7586/10/BAB II.pdf · ... dan tanaman tersebut semisal tanaman jagung, padi, dan ... penanaman padi ladang pada lahan
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
11
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Pustaka
1. Usahatani
a. Pola Tanam
Pola tanam adalah usaha penanaman pada sebidang lahan dengan
mengatur susunan tata letak dan urutan tanaman selama periode waktu
tertentu termasuk masa pengolahan tanah dan masa tidak ditanami selama
periode tertentu. Pola tanam ada tiga macam, yaitu : monokultur, rotasi
tanaman dan polikultur (Anwar, 2012).
Macam Jenis Pola Tanam
1) Monokultur
Pertanian monokultur adalah pertanian dengan menanam tanaman
sejenis. Misalnya sawah ditanami padi saja, jagung saja, atau kedelai
saja. Penanaman monokultur menyebabkan terbentuknya lingkungan
pertanian yang tidak mantap. Hal ini terbukti dari tanah pertanian
harus selalu diolah, dipupuk dan disemprot dengan insektisida
sehingga resisten terhadap hama.
12
2) Rotasi Tanaman (crop rotation)
Rotasi tanaman atau pergiliran tanaman adalah penanaman dua jenis
atau lebih secara bergiliran pada lahan penanaman yang sama dalam
periode waktu tertentu. Seperti tanaman semusim yang ditanam secara
bergilir dalam satu tahun, dan tanaman tersebut semisal tanaman
jagung, padi, dan ubi kayu.
Rotasi tanam dilakukan secara beruntun sepanjang tahun dengan
mempertimbangkan faktor-faktor lain untuk mendapat keuntungan
maksimum. Faktor-faktor tersebut adalah :
a) Pengolahan yang bisa dilakukan dengan menghemat tenaga kerja,
biaya pengolahan tanah dapat ditekan, dan kerusakan tanah sebagai
akibat terlalu sering diolah dapat dihindari
b) Hasil panen secara beruntun dapat memperlancar penggunaan
modal dan meningkatkan produktivitas lahan
c) Dapat mencegah serangan hama dan penyakit yang meluas
d) Kondisi lahan yang selalu tertutup tanaman, sangat membantu
mencegah terjadinya erosi
e) Sisa komoditi tanaman yang diusahakan dapat dimanfaatkan
sebagai pupuk hijau
3) Polikultur
Tanaman polikultur terbagi menjadi beberapa pola tanam, pola tanam
tersebut adalah:
13
a) Tumpang sari (Intercropping)
Tumpangsari adalah penanaman lebih dari satu tanaman pada waktu
atau periode tanam yang bersamaan pada lahan yang sama (Thahir,
1999).
b) Tanaman Bersisipan ( Relay Cropping )
Merupakan pola tanam dengan menyisipkan satu atau beberapa
jenis tanaman selain tanaman pokok (dalam waktu tanam yang
bersamaan atau waktu yang berbeda). Kegunaan dari sistem ini
yaitu pada tanaman yang ke dua dapat melindungi lahan yang
mudah longsor dari hujan sampai selesai panen pada tahun itu.
c) Tanaman Campuran ( Mixed Cropping )
Merupakan penanaman jenis tanaman campuran yang ditanam pada
lahan dan waktu yang sama atau jarak waktu tanam yang singkat,
tanpa pengaturan jarak tanam dan penentuan jumlah populasi.
Kegunaan sistem ini dapat melawan atau menekan kegagalan panen
total (Kustantini, 2012).
Dari berbagai pola tanam tersebut, pola rotasi tanam merupakan pola
tanam yang paling sesuai dengan kondisi lahan sawah. Hal ini
dikarenakan pemilihan komoditas untuk dirotasikan dengan tanaman
padi sebagai tanaman pokok dapat disesuaikan dengan kebutuhan dan
ketersediaan air komoditas lain seperti jagung dan ubi kayu. Pola
rotasi juga dapat menekan perkembangan hama dan penyakit yang
14
mengganggu tanaman yang berakibat pada penurunan produktivitas
tanaman.
Pola tanam digunakan sebagai landasan untuk meningkatkan
produktivitas lahan. Hanya saja, dalam pengelolaannya diperlukan
pemahaman kaedah teoritis dan keterampilan yang baik tentang semua
faktor yang menentukan produktivitas lahan tersebut. Biasanya,
pengelolaan lahan sempit untuk mendapatkan hasil atau pendapatan
yang optimal maka pendekatan pertanian terpadu, ramah lingkungan,
dan semua hasil tanaman merupakan produk utama adalah pendekatan
yang bijak (Handoko, 2008).
b. Agronomis Tanaman Pangan
1) Tanaman padi
Usaha pengembangan tanaman padi, selain untuk memenuhi kebutuhan
pangan masyarakat juga diarahkan untuk meningkatkan rata-rata
pendapatan per kapita para petani. Tanaman padi ditanam pada dua
jenis lahan yang yaitu lahan basah (sawah) dan lahan kering (ladang).
Di Indonesia penanaman padi lebih dominan dilakukan di lahan basah
(sawah). Akan tetapi ada beberapa daerah di Indonesia yang tidak
potensial untuk tanaman padi sawah, sehingga untuk memenuhi
kebutuhan masyarakat akan bahan makanan pokok, maka dilakukan
penanaman padi ladang pada lahan kering (Sari, 2010).
Petani tradisional umumnya menanam padi hanya berdasarkan
pengalaman. Karena pengetahuan yang terbatas itulah satu jenis padi
15
sering ditanam terus menerus dalam suatu lahan. Pola tanam demikian
bukan cara yang baik, terutama terhadap kemungkinan besar serangan
hama dan penyakit.
Padi dapat dikelompokkan dalam 2 jenis, yaitu:
a) Padi sawah
Padi sawah ditanam disawah, yaitu lahan yang cukup memperoleh
air. Padi sawah pada waktu-waktu tertentu memerlukan genangan
air, terutama sejak musim tanam sampai mulai berbuah. Kekurangan
dan kelebihan air akan mengurangi hasil produksi, sehingga
diperlukan saluran irigasi yang baik untuk mengatur keluar
masuknya air ke dalam lahan persawahan yang akan di tanami padi
sawah.
b) Padi gogo
Padi gogo, yaitu sejenis padi yang tidak membutuhkan banyak air
sebagaimana padi sawah. Bahkan padi kering ini dapat tumbuh
hanya mengandalkan curah hujan. Ditinjau dari segi hasilnya, padi
sawah jelas dapat menghasilkan lebih banyak paripada padi kering.
Padi tumbuh baik di daerah tropis maupun sub- tropis. Untuk padi sawah,
ketersediaan air yang mampu menggenangi lahan tempat penanaman
sangat penting. Oleh karena air menggenang terus- menerus maka tanah
sawah harus memiliki kemampuan menahan air yang tinggi, seperti tanah
yang lempung. Untuk kebutuhan air tersebut, diperlukan sumber mata air
yang besar kemudian ditampung dalam bentuk waduk (danau). Dari
16
waduk inilah sewaktu- waktu air dapat dialirkan selama periode
pertumbuhan padi sawah (Suparyono dan Setyono, 1997).
Belum optimalnya produktivitas padi di lahan sawah, antara lain
disebabkan oleh; rendahnya efisiensi pemupukan, belum efektifnya
pengendalian hama penyakit, penggunaan benih kurang bermutu dan
varietas yang dipilih kurang adaptif, kahat hara K dan unsur mikro, sifat
fisik tanah tidak optimal, pengendalian gulma kurang optimal (Makarim
et al. 2000).
Tanaman padi tumbuh dengan baik pada tanah sawah yang mempunyai
ketebalan lapisan atasnya antara 18-22 cm, terutama tanah dengan pH
antara 4-7, sedangkan olah tanah sawah ialah dengan kedalaman 18 cm.
Pada iklim dan suhu tertentu, tanaman padi dapat tumbuh dengan
maksimal. Padi sawah dapat tumbuh pada iklim yang beragam,
terutama di daerah dengan cuaca panas, kelembaban tinggi dengan
curah hujan 200 mm/bulan atau 1.500-2.000 mm/tahun.
Daerah untuk tanaman padi agar tumbuh baik yaitu antara 0-650 meter
dengan suhu antara 22,5ºC -26,5ºC. angin akan berpengaruh terhadap
proses penyerbukan bunga padi, karena itu lokasi sawah harus terbuka
dan tidak terhalang sehingga angin dapat bertiup dengan bebas (AAK,
1990). Tanah yang baik untuk areal persawahan ialah tanah yang
memberikan kondisi tumbuh tanaman padi. Kondisi yang baik untuk
perumbuhan tanaman padi sangat ditentukan oleh beberapa faktor, yaitu
posisi topografi yang berkaitan dengan kondisi hidrologi, porositas
17
tanah yang rendah dan tingkat kemasaman tanah yang netral, sumber air
alam, serta kanopinas modifikasi sistem alam oleh kegiatan manusia.
2) Tanaman Jagung
Jagung merupakan tanaman semusim dan satu siklus hidupnya
diselesaikan dalam 80-150 hari. Paruh pertama dari siklus merupakan
tahap pertumbuhan vegetatif dan paruh kedua untuk pertumbuhan
generatif. Tanaman jagung merupakan tanaman tingkat tinggi dengan
klasifikasi sebagai berikut:
Kingdom : Plantae
Divisio : Spermatophyta
Sub divisio : Angiospermae
Class : Monocotyledoneae
O r d o : Poales
Familia : Poaceae
Genus : Zea
Spesies : Zea mays L.
Jenis jagung dapat diklasifikasikan berdasarkan: sifat biji dan
endosperm, warna biji, lingkungan tempat tumbuh, umur panen, dan
kegunaan. Jenis jagung berdasarkan lingkungan tempat tumbuh
meliputi: dataran rendah tropik (<1.000 m dpl), dataran rendah
subtropik dan mid-altitude (1.000-1.600 m dpl), dan dataran tinggi
tropik (>1.600 m dpl). Jenis jagung berdasarkan umur panen
dikelompokkan menjadi dua yaitu jagung umur genjah dan umur dalam.
18
Jagung umur genjah adalah jagung yang dipanen pada umur kurang dari
90 hari, jagung umur dalam dipanen pada umur lebih dari 90 hari.
Tanaman jagung dapat tumbuh didataran rendah dan didataran tinggi,
secara umum tanaman ini toleran dan mampu beradaptasi dengan iklim
indonesia. Lahan tanam yang baik untuk budidaya jagung adalah lahan
kering yang berpengairan cukup, lahan tadah hujan, lahan terasering,
lahan gambut yang telah diperbaiki, atau lahan basah bekas menanam
padi. Agar tumbuh dan berproduksi dengan baik, tanaman jagung harus
ditanam di lahan terbuka yang terkena sinar matahari penuh selama 8
jam sehari.
Sejalan dengan perkembangan pemuliaan tanaman jagung, jenis jagung
dapat dibedakan berdasarkan komposisi genetiknya, yaitu jagung
hibrida dan jagung bersari bebas. Jagung hibrida mempunyai
komposisi genetik yang heterosigot homogenus, sedangkan jagung
bersari bebas memiliki komposisi genetik heterosigot heterogenus.
Kelompok genotipe dengan karakteristik yang spesifik (distinct),
seragam (uniform), dan stabil disebut sebagai varietas atau kultivar,
yaitu kelompok genotipe dengan sifat-sifat tertentu yang dirakit oleh
pemulia jagung. Diperkirakan di seluruh dunia terdapat lebih dari
50.000 varietas jagung (Iriyani, et. al, 2007)..
3) Tanaman Ubi kayu
Ubi kayu atau singkong merupakan salah satu sumber karbohidrat yang
berasal dari umbi. Ubi kayu atau ketela pohon merupakan tanaman
19
perdu. Ubi kayu berasal dari benua Amerika, tepatnya dari Brasil.
Penyebarannya hampir ke seluruh dunia, antara lain Afrika,
Madagaskar, India, dan Tiongkok. Ubi kayu berkembang di negara-
negara yang terkenal dengan wilayah pertaniannya (Rukmana, 1997).
Penyebaran tanaman ubi kayu di Nusantara, terjadi pada sekitar tahun
1914 – 1918, yaitu saat terjadi kekurangan atau sulit pangan. Tanaman
ubi kayu dapat tumbuh dengan baik pada daerah yang memiliki
ketinggian sampai dengan 2.500 m dari permukaan laut. Demikian
pesatnya tanaman ubi kayu berkembang di daerah tropis, sehingga ubi
kayu dijadikan sebagai bahan makanan pokok ketiga setelah padi dan
jagung. Pada daerah yang kekurangan pangan tanaman ini merupakan
makanan pengganti ( subtitusi ) serta dapat pula dijadikan sebagai
sumber kabohidrat utama. Adapun sentra produksi ubi kayu di
Indonesia adalah Jawa, Lampung, dan NTT (Sunarto, 2002).
Umumnya tanaman ini dibudidayakan oleh manusia terutama adalah
untuk diambil umbinya, sehingga segala upaya yang selama ini
dilakukan adalah untuk mempertinggi hasil umbinya. Menurut Suprapti
(2005), dalam sistematika ( taksonomi ) tanaman ubi kayu
diklasifikasikan sebagai berikut :
Kingdom : Plantae ( tumbuh – tumbuhan )
Divisio : Spermatophyta ( tumbuhan berbiji )
Subdivisio : Angiospermae
Kelas : Dicotyledonae ( biji bekeping dua )
20
Ordo : Euphorbiales
Famili : Euphorbiaceae
Genus : Manihot
Species : Manihot glaziovii muell
4) Kacang Tanah
Kacang tanah merupakan tanaman pangan berupa semak yang berasal
dari Amerika Selatan, tepatnya berasal dari Brazilia. Penanaman
pertama kali dilakukan oleh orang Indian (suku asli bangsa Amerika).
Di Benua Amerika penanaman berkembang yang dilakukan oleh
pendatang dari Eropa. Kacang tanah ini pertama kali masuk ke
Indonesia pada awal abad ke-17, dibawa oleh pedagang Cina dan
Portugis. Nama lain dari kacang tanah adalah kacang una, suuk, kacang
jebrol, kacang bandung, kacang tuban, kacang kole, kacang banggala.
Bahasa Inggrisnya kacang tanah adalah peanut atau groundnut.
Klasifikasi tanaman kacang tanah adalah sebagai berikut:
Kingdom : Plantae atau tumbuh-tumbuhan
Divisi : Spermatophyta atau tumbuhan berbiji
Sub Divisi : Angiospermae atau berbiji tertutup
Klas : Dicotyledoneae atau biji berkeping dua
Ordo : Leguminales
Famili : Papilionaceae
Genus : Arachis
Spesies : Arachis hypogeae L.
21
Varietas unggul kacang tanah ditandai dengan karakteristik daya hasil
tinggi, umur pendek (genjah) antara 85-90 hari, hasilnya stabil, tahan
terhadap penyakit utama (karat dan bercak daun), toleran terhadap
kekeringan atau tanah becek. Varietas kacang tanah di Indonesia yang