FTIP001645/017 [2] [3] [1] HAK CIPTA DILINDUNGI UNDANG-UNDANG Tidak diperkenankan mengumumkan, memublikasikan, memperbanyak sebagian atau seluruh karya ini dalam bentuk apapun tanpa izin tertulis Tidak diperkenankan mengutip sebagian atau seluruh karya ini tanpa menyebut dan mencantumkan sumbe Pengutipan hanya diberikan bagi kepentingan akademik, penelitian, penulisan karya ilmiah dan penyusunan 5 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Lebah Trigona sp Lebah merupakan hewan yang dapat menghasilkan berbagai produk yang berkhasiat bagi kesehatan salah satunya adalah propolis. Propolis yang dihasilkan tergantung dari jenis lebah dan tanaman sumber pakannya. Salah satu genus spesialis penghasil propolis adalah lebah Trigona sp (Siregar, Asnanth, dan Yuke, 2011). Menurut Mahani, Rokim, dan Nunung (2011), lebah Trigona sp merupakan lebah yang tidak berbahaya dan merupakan lebah asli Asia. Trigona sp termasuk ke dalam Kingdom Animalia, Filum Arthropoda, Kelas Insecta, Ordo Hymenoptera, Famili Apidae, Tribe Meliponini, Genus Trigona, dan Spesies Trigona sp. Jenis lebah Trigona sp di dunia tercatat sebanyaj 150 jenis. Indonesia paling tidak mempunyai 37 spesies Trigona sp yang tersebar di berbagai pulau diantaranya di pulau jawa sekitar sembilan spesies, Sumatera 18 spesies, Kalimantan 31 spesies, dan Sulawesi dua spesies (Siregar et al., 2011). Ukuran Trigona sp rata-rata 3 mm – 5 mm dan sangat lincah bergerak karena sepasang sayap yang berukuran lebih panjang dari badannya. Lebah ini memiliki tiga pasang kaki beruas dan berduri sehingga mampu memegang erat polen yang dipetiknya dari tanaman. Lebah Trigona sp dapat dilihat pada gambar 1.
25
Embed
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Lebah Trigona Menurut Mahani ...media.unpad.ac.id/thesis/240210/2008/240210080017_2_4845.pdf · Senyawa kimia yang terdapat dalam propolis dipengaruhi oleh
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
FTIP001645/017
[2]
[3]
[1]
HA
K C
IPTA
DIL
IND
UN
GI U
ND
AN
G-U
ND
AN
G
Tidak diperkenankan m
engumum
kan, mem
ublikasikan, mem
perbanyak sebagian atau seluruh karya inidalam
bentuk apapun tanpa izin tertulis
Tidak diperkenankan m
engutip sebagian atau seluruh karya ini tanpa menyebut dan m
encantumkan sum
ber tulisan
Pengutipan hanya diberikan bagi kepentingan akadem
ik, penelitian, penulisan karya ilmiah dan penyusunan laporan
5
5
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Lebah Trigona sp
Lebah merupakan hewan yang dapat menghasilkan berbagai produk yang
berkhasiat bagi kesehatan salah satunya adalah propolis. Propolis yang dihasilkan
tergantung dari jenis lebah dan tanaman sumber pakannya. Salah satu genus spesialis
penghasil propolis adalah lebah Trigona sp (Siregar, Asnanth, dan Yuke, 2011).
Menurut Mahani, Rokim, dan Nunung (2011), lebah Trigona sp merupakan lebah
yang tidak berbahaya dan merupakan lebah asli Asia. Trigona sp termasuk ke dalam
Kingdom Animalia, Filum Arthropoda, Kelas Insecta, Ordo Hymenoptera, Famili
Apidae, Tribe Meliponini, Genus Trigona, dan Spesies Trigona sp.
Jenis lebah Trigona sp di dunia tercatat sebanyaj 150 jenis. Indonesia paling
tidak mempunyai 37 spesies Trigona sp yang tersebar di berbagai pulau diantaranya
di pulau jawa sekitar sembilan spesies, Sumatera 18 spesies, Kalimantan 31 spesies,
dan Sulawesi dua spesies (Siregar et al., 2011). Ukuran Trigona sp rata-rata 3 mm –
5 mm dan sangat lincah bergerak karena sepasang sayap yang berukuran lebih
panjang dari badannya. Lebah ini memiliki tiga pasang kaki beruas dan berduri
sehingga mampu memegang erat polen yang dipetiknya dari tanaman. Lebah
Trigona sp dapat dilihat pada gambar 1.
FTIP001645/018
[2]
[3]
[1]
HA
K C
IPTA
DIL
IND
UN
GI U
ND
AN
G-U
ND
AN
G
Tidak diperkenankan m
engumum
kan, mem
ublikasikan, mem
perbanyak sebagian atau seluruh karya inidalam
bentuk apapun tanpa izin tertulis
Tidak diperkenankan m
engutip sebagian atau seluruh karya ini tanpa menyebut dan m
encantumkan sum
ber tulisan
Pengutipan hanya diberikan bagi kepentingan akadem
ik, penelitian, penulisan karya ilmiah dan penyusunan laporan
6
a bGambar 1. a) Lebah Trigona sp; b) Kiri Trigona sp, Kanan Apis mellifera
(sumber: www.aussiebee.com.au)
Menurut Departemen Kehutanan (1985), Trigona sp banyak ditemui di
Daerah Jawa Barat karena memiliki lingkungan yang mendukung (vegetasi sumber
nektar dan polen) dan cukup memadai. Menurut Mahani et al., (2011), pada
umumnya, lebah menyukai daerah-daerah dengan suhu 26oC - 34oC. Pada suhu
dibawah 10oC, lebah tidak bisa terbang dan sebaliknya pada suhu lebih tinggi lebah
merasa tidak nyaman sehingga lebih agresif. Lebah Trigona sp relatif tahan terhadap
hama penyakit yang biasaya ditemukan pada lebah lain.
Menurut Siregar et al., (2011), lebah Trigona sp sangat menyukai tempat
teduh dengan berbagai jenis tanaman. Semakin banyak jenis tanaman semakin banyak
populasi lebah yang akan berkembang. Sarang Trigona sp banyak ditemukan pada
batang pohon yang besar dan bergetah. Sarang trigona ditandai dengan adanya lubang
kecil berukuran 3-5 cm yang berfungsi sebagai pintu keluar masuk koloni dalam
rangka mengumpulkan makanan. Satu koloni lebah Trigona sp dapat mencapai
100.000 ekor.
Budidaya lebah Trigona sp tidak sama dengan budidaya lebah lainnya (Apis
mellifera atau Apis cerena) yang memerlukan perhatian khusus dari pemiliknya.
FTIP001645/019
[2]
[3]
[1]
HA
K C
IPTA
DIL
IND
UN
GI U
ND
AN
G-U
ND
AN
G
Tidak diperkenankan m
engumum
kan, mem
ublikasikan, mem
perbanyak sebagian atau seluruh karya inidalam
bentuk apapun tanpa izin tertulis
Tidak diperkenankan m
engutip sebagian atau seluruh karya ini tanpa menyebut dan m
encantumkan sum
ber tulisan
Pengutipan hanya diberikan bagi kepentingan akadem
ik, penelitian, penulisan karya ilmiah dan penyusunan laporan
7
Lebah trigona lebih terbiasa hidup bebas dan liar yang mengurus seluruh
kebutuhannya sendiri. Satu hal yang perlu diperhatikan dalam budidaya propolis
adalah ketersediaan pohon penghasil getah, karena Trigona sp lebih banyak
menghasilkan propolis dibandingkan dengan madu. Propolis yang dihasilkan
digunakan sebagai bentuk pertahanan diri, karena lebah ini tidak memiliki sengat
(Mahani et al., 2011). Menurut Siregar et al. (2011), pembudidayaan lebah Trigona
sp dapat dilakukan dengan memindahkan sarang ke tempat-tempat lain seperti kotak
kayu, bambu, dan lainnya, kemudian sarang diletakan di gantung pada tempat yang
teduh. Pemanenan propolis dapat dilakukan setelah 2-5 bulan pemeliharaan. Sarang
yang sudah penuh dengan madu dan propolis ditandai dengan prilaku lebah Trigona
sp lebih agresif, seperti menyerang manusia. Keterlambatan panen dapat
menyebabkan kaburnya koloni Trigona sp.
Pemanenan propolis lebah Trigona sp dilakukan dengan mengambil
sarangnya, karena propolis menyatu atau dekat dengan sarang. Bagian yang diambil
adalah bagian yang banyak mengandung propolis, yaitu sarang pembungkus madu.
Bagian yang tersisa tetap dibiarkan dalam bendala agar Trigona sp tidak kabur.
Usahakan bagian yang tersisa mengandung pakan lebah, seperti madu, royal jelly,
dan polen. Sarang kemudian dipotong-potong dan diperas untuk mengambil
madunya, setelah madu habis dan sarang (propolis) dikumpulkan. Propolis ini disebut
propolis mentah (Mahani et al., 2011).
FTIP001645/020
[2]
[3]
[1]
HA
K C
IPTA
DIL
IND
UN
GI U
ND
AN
G-U
ND
AN
G
Tidak diperkenankan m
engumum
kan, mem
ublikasikan, mem
perbanyak sebagian atau seluruh karya inidalam
bentuk apapun tanpa izin tertulis
Tidak diperkenankan m
engutip sebagian atau seluruh karya ini tanpa menyebut dan m
encantumkan sum
ber tulisan
Pengutipan hanya diberikan bagi kepentingan akadem
ik, penelitian, penulisan karya ilmiah dan penyusunan laporan
8
2.2. Propolis
Propolis merupakan campuran dari sejumlah lilin lebah dan resin yang berasal
dari getah tanaman, terutama bunga dan pucuk daun (Krell, 1996). Propolis adalah
bentuk pertahanan diri lebah untuk melindungi sarangnya dari berbagai ancaman,
baik ancaman lingkungan yang tidak menguntungkan ataupun serangan organisme
lainnya. Propolis berasal dari bahasa yunani, yakni pro yang artinya ‘di depan’ dan
polis yang artinya ‘kota’. Istilah ini diberikan untuk menggambarkan kegunaan
propolis sebagai zat pelindung di pintu masuk sarang lebah, baik terhadap invansi
serangga lain maupun terhadap cuaca (Suranto, 2010).
Menurut Siregar et al., (2011), propolis memiliki fungsi yang unik bagi lebah.
Propolis dapat memperkuat stabilitas struktural sarang lebah, mengurangi getaran
yang berasal dari luar sarang, melindungi sarang lebah dengan cara menambal celah-
celah yang rusak, mencegah parasit dan penyakit masuk ke dalam sarang, serta
mencegah pembusukan dalam sarang.
Propolis bisa ditemukan dengan mudah di pintu-pintu masuk sarang lebah dan di
seluruh tepian sarang lebahyang biasanya tersimpan dengan pola zig-zag. Pola zig-
zag ini memungkinkan penyimpanan propolis lebih efektif, sehingga dapat digunakan
untuk mengisi celah, menyumbat jalan masuk sarang, atau untuk dicairkan kembali
jika harus digunakan di tempat lain di dalam sarang (Suranto, 2010).
2.2.1. Sifat Fisik Propolis
Menurut Coggshall dan Morse (1984) dalam Krell (1996), warna propolis
berkisar dari kuning sampai coklat tua tergantung pada asal resin. Propolis dapat
berbentuk cair maupun padat tergantung dari suhu penyimpanan propolis tersebut
FTIP001645/021
[2]
[3]
[1]
HA
K C
IPTA
DIL
IND
UN
GI U
ND
AN
G-U
ND
AN
G
Tidak diperkenankan m
engumum
kan, mem
ublikasikan, mem
perbanyak sebagian atau seluruh karya inidalam
bentuk apapun tanpa izin tertulis
Tidak diperkenankan m
engutip sebagian atau seluruh karya ini tanpa menyebut dan m
encantumkan sum
ber tulisan
Pengutipan hanya diberikan bagi kepentingan akadem
ik, penelitian, penulisan karya ilmiah dan penyusunan laporan
9
seperti pada tabel 1. Semakin tinggi temperatur penyimpanan, propolis akaan
semakin cair.
Tabel 1. Bentuk Propolis pada Berbagai TemperaturTemperatur ( OC ) Bentuk Propolis
< 15 Keras dan brittle (rapuh). Tetap brittle meskipundisimpan pada temperatur lebih tinggi.
25 – 45 Lunak, pliable, sangat lengket>45 Semakin lengket dan gummy (seperti karet)
60-70 Cair100 Titik cair beberapa jenis propolis
Sumber: Siregar et al. (2011)
2.2.2. Komposisi Kimia Propolis
Senyawa kimia yang terdapat dalam propolis dipengaruhi oleh jenis getah
yang diambil lebah dalam pembuatan propolis. Menurut Krell (2006), banyak
penelitian yang telah menguji komponen kimia propolis, pada tahun 1990 Greenaway
et al dari Oxford menemukan sekitar 150 mikroelemen. Senyawa utama propolis
yang menyusun 50% bahan adalah resin yang terdiri dari flavonoid dan ikatan fenol.
Komposisi kimia propolis dapat dilihat pada tabel 2.
FTIP001645/022
[2]
[3]
[1]
HA
K C
IPTA
DIL
IND
UN
GI U
ND
AN
G-U
ND
AN
G
Tidak diperkenankan m
engumum
kan, mem
ublikasikan, mem
perbanyak sebagian atau seluruh karya inidalam
bentuk apapun tanpa izin tertulis
Tidak diperkenankan m
engutip sebagian atau seluruh karya ini tanpa menyebut dan m
encantumkan sum
ber tulisan
Pengutipan hanya diberikan bagi kepentingan akadem
ik, penelitian, penulisan karya ilmiah dan penyusunan laporan
10
Tabel 2. Komposisi Kimia Propolis
Kelas Komponen Presentase dalambahan (%)
Komponen
Resin 45 -55 Flavonoid, asam fenolat, danester
Lilin dan asam lemak 25 -35 Sebagian besar dari lilin lebahdan beberapa dari tanaman
Minyak esensial 10 Senyawa folatilPollen 5 Protein kemungkinan berasal
dari polen dan amino bebasMineral, vitamin, dan zatorganik lain
5 14 macam mineral yang palingterkenal adalah Fe dan Zn.Sisanya seperti Au, Ag, Cs, Hg,La, dan Sb. Senyawa organiklain, seperti keton, asambenzoat, dan esternya, gula, sertavitamin B3
Sumber: Krell (1996)
a. Resin
Lebah dapat menghasilkan propolis dengan cara mencampurkan enzim
dengan resin-resin dari berbagai macam tanaman sehingga resin yang dihasilkan resin
yang berbeda dengan resin asalnya. Resin tersebut mengandung flavonoid, fenol dan
berbagai asam (Siregar et al., 2011). Menurut Suranto (2010), resin merupakan
sistem daya tahan tubuh bagi tumbuhan. Enzim yang digunakan untuk membuat
propolis menghasilkan elemen-elemen baru, seperti gula.
b. Flavonoid
Propolis paling banyak mengandung flavonoid dibandingkan dengan produk
lebah lainnya. Flavonoid banyak ditemukan pada tanaman buah dan sayuran.
Menurut Harbone (1987), flavonoid terdapat dalam tumbuhan sebagai campuran dan
jarang sekali dijumpai berupa flavonoid tunggal. Penggolongan jenis flavonoid
FTIP001645/023
[2]
[3]
[1]
HA
K C
IPTA
DIL
IND
UN
GI U
ND
AN
G-U
ND
AN
G
Tidak diperkenankan m
engumum
kan, mem
ublikasikan, mem
perbanyak sebagian atau seluruh karya inidalam
bentuk apapun tanpa izin tertulis
Tidak diperkenankan m
engutip sebagian atau seluruh karya ini tanpa menyebut dan m
encantumkan sum
ber tulisan
Pengutipan hanya diberikan bagi kepentingan akadem
ik, penelitian, penulisan karya ilmiah dan penyusunan laporan
11
didasarkan pada sifat kelarutan dan warnanya. Bebarapa jenis flavonoid bersifat polar
dan beberapa jenis lainnya bersifat kurang polar atau nonpolar. Menurut Suranto
(2010), flavonoid yang terkandung dalam propolis selain bersifat sebagai antioksidan
yang dapat mencegah infeksi, juga bersifat menumbuhkan jaringan. Flavonoid
merupakan zat yang sangat baik untuk lebah dan untuk manusia. Semakin tinggi
kandungan flavonoid akan semakin tinggi kecepatan penyembuhan penyakit.
c. Ikatan fenol
Ikatan fenol adalah bagian terpenting dalam resin yang juga berfungsi sebagai
antibiotik. Aktivitas antibiotik dari phytochemicals yang ada dalam propolis antara
lain disebabkan oleh berbagai turunan asam organik seperti cinnamic, ferrulic,
benzoic, caffeic, coumaric, terpenes, dan turunan-turunan berikutya seperti limonene,
p-cymene, eugenol, galangin, dan quercetin (Siregar et al., 2011).
d. Lilin dan asam lemak
Lilin yang terkandung dalam propolis sebagian besar merupakan turunan dari
lilin lebah. Menurut Suranto (2010), lilin lebah yang terkandung di dalam propolis
umumnya mengandung ikatan ester, asam lemak, dan rantai alkohol hidrokarbon
yang sebagian besar tidak aktif secara kimia.
e. Minyak esensial
Menurut Siregar et al., (2011), minyak esensial pada propolis sangat beragam
tergantung pada jenis bunga sumbernya. Minyak esensial memberikan aroma yang
khas dan bersifat mudah menguap (volatile).
FTIP001645/024
[2]
[3]
[1]
HA
K C
IPTA
DIL
IND
UN
GI U
ND
AN
G-U
ND
AN
G
Tidak diperkenankan m
engumum
kan, mem
ublikasikan, mem
perbanyak sebagian atau seluruh karya inidalam
bentuk apapun tanpa izin tertulis
Tidak diperkenankan m
engutip sebagian atau seluruh karya ini tanpa menyebut dan m
encantumkan sum
ber tulisan
Pengutipan hanya diberikan bagi kepentingan akadem
ik, penelitian, penulisan karya ilmiah dan penyusunan laporan
12
f. Polen
Menurut Siregar et al., (2011), polen merupakan penyumbang protein yang
terkandung di dalam propolis. Kandungan asam amino yang terbanyak dalam
propolis yaitu arginin dan prolin sebanyak 45,8 %. Kandungan arginin di dalam
propolis dapat menstimulasi regenerasi jaringan karena arginin memiliki peran dalam
produksi asam nukleat (DHA).
g. Mineral dan vitamin
Komposisi mineral pada propolis cukup lengkap. Mineral yang dominan di
dalam propolis adalah zat besi (Fe) dan seng (Zn) yang sangat dibutuhkan dalam
sistem ketahanan tubuh. Resin juga memiliki afinitas terhadap beberapa jenis logam
berat, seperti timba; atau merkuri (Suranto, 2010).
2.2.3. Pemanfaatan Propolis
Propolis telah banyak digunakan sejak zaman purba karena memiliki banyak
manfaat. Pada zaman Mesir kuno yaitu beberapa ribu tahun SM, propolis sangat
dikenal oleh para imam yang memonopoli ilmu kedokteran, kimia, dan seni
pemumian. Penggunaan propolis di Yunani ditandai dengan penamaan propolis yang
merupakan bahasa yunani (Makashvili, 1978 dalam Lotfy, 2006).
Pemanfaatan propolis sekarang telah meluas ke beberapa bidang diantaranya
dalam bidang kesehatan dan kecantikan, serta sebagai bahan pengawet. Pada bidang
kesehatan dan kecantikan propolis sangat baik untuk kesehatan kulit karena
kandungan antibakteri, antivirus, antifungi, dan antioksidannya mampu menjaga kulit
dari segala macam radikal bebas yang dapat merusak kulit (Krell, 1996). Salah satu
sifat propolis yang tidak dimiliki oleh obat penyembuhan lainya adalah sifatnya
FTIP001645/025
[2]
[3]
[1]
HA
K C
IPTA
DIL
IND
UN
GI U
ND
AN
G-U
ND
AN
G
Tidak diperkenankan m
engumum
kan, mem
ublikasikan, mem
perbanyak sebagian atau seluruh karya inidalam
bentuk apapun tanpa izin tertulis
Tidak diperkenankan m
engutip sebagian atau seluruh karya ini tanpa menyebut dan m
encantumkan sum
ber tulisan
Pengutipan hanya diberikan bagi kepentingan akadem
ik, penelitian, penulisan karya ilmiah dan penyusunan laporan
13
sebagai anti virus. Di Brazil, propolis telah digunakan untuk pengobatan AIDS
karena terbukti menghambat replikasi virus HIV. Propolis merangsang sistem
kekebalan tubuh sehingga dapat meruntuhkan segala penyakit (Siregar, 2011).
Sifat antibakteri dan antifungi yang terkandung di dalam propolis membuat
propolis dapat digunakan sebagai pengawet. Propolis juga digunakan dalam industri
perhiasan untuk mengilapkan emas dan perak sehingga tampak lebih indah. Menurut
Mahani et al (2011), produk-produk propolis yang terdapat di pasaran terdapat dalam
berbagai bentuk diantaranya:
1. Propolis cair merupakam hasil ekstraksi propolis mentah dengan menggunakan
pelarut seperti air, minyak nabati, atau propilen glikol. Propolis cair lebih bersifat
fleksibel, artinya dapat dipakai di dalam dan di luar tubuh.
2. Tablet merupakan sediaan obat bentuk padat yang dibuat dengan menggempa
atau mencetak obat atau campuran obat dengan atau tanpa tambahan.
3. Kapsul propolis merupakan bentuk sediaan obat berbentuk powder yang
terbungkus dalam suatu cangkang atau selongsong. Jenis selongsong yang
digunakan terbagi menjadi hard dan soft capsule.
4. Propolis juga dikemas di dalam bentuk spray dengan kemasan aerosol.
5. Propolis losion digunakan untuk perawatan kecantikan tubuh.
6. Krim propolis pada pembuatanya ditambahkan vaselin serta zat pengemulsi,
sedangkan pada salep pembuatanya dicampurkan lemak nabati atau lemak
hewani dengan perbandingan tertentu.
FTIP001645/026
[2]
[3]
[1]
HA
K C
IPTA
DIL
IND
UN
GI U
ND
AN
G-U
ND
AN
G
Tidak diperkenankan m
engumum
kan, mem
ublikasikan, mem
perbanyak sebagian atau seluruh karya inidalam
bentuk apapun tanpa izin tertulis
Tidak diperkenankan m
engutip sebagian atau seluruh karya ini tanpa menyebut dan m
encantumkan sum
ber tulisan
Pengutipan hanya diberikan bagi kepentingan akadem
ik, penelitian, penulisan karya ilmiah dan penyusunan laporan
14
2.3. Ekstraksi Propolis
Ekstraksi merupakan salah satu cara pemisahan satu atau lebih komponen dari
suatu bahan. Hasil ekstraksi yang didapat biasanya adalah berupa ekstrak dan ampas.
Ektraksi dapat dilakukan secara mekanis maupun kimiawi.
2.3.1. Metode Ekstraksi Propolis
Metode ekstraksi yang paling umum dilakukan untuk mengekstraksi propolis
mentah menjadi propolis cair adalah ekstraksi secara kimia yaitu menggunakan
pelarut. Pemilihan pelarut merupakan aspek yang penting dalam proses ekstraksi
secara kimiawi. Pelarut yang digunakan harus dapat menarik keluar senyawa yang
ingin dipisahkan dari bahan.
Menurut (Krell, 1996) metode ekstrasi propolis menggunakan ratio antara
berat propolis dengan berat atau volume pelarut yang digunakannya. Pada proses
ekstraksi standarisasi perlu dilakukan antara lain yaitu pada konsentrasi, deskripsi
pelarut yang digunakan, suhu dan lamanya waktu ekstraksi. Menurut Mahani et al.,
(2011) metode ekstraksi yang digunakan dalam ekstraksi propolis adalah metode
maserasi. Metode maserasi sangat cocok digunakan untuk ekstraksi bahan yang tidak
tahan panas, seperti propolis. Metode maserasi diiringin dengan proses pengadukan
yang dilakukan sesekali ataupun dilakukan secara terus menerus dapat meningkatkan
kecepatan bahan terekstrak. Ekstraksi berhenti bila sudah terjadi keseimbangan
antara konsentrasi ekstrak dengan bahan yang diekstrak
Terdapat tiga metode yang menggunakan prinsip maserasi pada proses
ekstraksi propolis yaitu metode Hasan (2006), metode Matienzo dan Lamorena
(2004), serta metode Modifikasi Hasan (2011). Maserasi bertujuan untuk
FTIP001645/027
[2]
[3]
[1]
HA
K C
IPTA
DIL
IND
UN
GI U
ND
AN
G-U
ND
AN
G
Tidak diperkenankan m
engumum
kan, mem
ublikasikan, mem
perbanyak sebagian atau seluruh karya inidalam
bentuk apapun tanpa izin tertulis
Tidak diperkenankan m
engutip sebagian atau seluruh karya ini tanpa menyebut dan m
encantumkan sum
ber tulisan
Pengutipan hanya diberikan bagi kepentingan akadem
ik, penelitian, penulisan karya ilmiah dan penyusunan laporan
15
memberikan waktu pelarut dan propolis berinteraksi sehingga pelarut dapat
melarutkan propolis yang akan diekstrak.
Metode Hasan merupakan ekstraksi yang dilakuan dengan proses maserasi
selama 16 hari serta menggunakan pelarut etanol sebagai pelarut ekstraknya. Metode
yang dilakukan Hasan dianggap terlalu lama karena menghabiskan waktu selama 16
hari untuk ekstraksi. Oleh karena itu akan dilakukan modifikasi metode tersebut agar
waktu yang dibutuhkan untuk ekstraksi lebih singkat yaitu metode Modifikasi
(Mahani et al., 2011).
Menurut Hasan (2006) ekstraksi propolis dilakukan dengan merendam
potongan propolis mentah pada etanol 70% dengan perbandingan 1:3 (b/v) selama 7
hari, dengan pengocokan setiap hari sekitar 30 menit. Setelah perendaman selama 7
hari, filtrat diambil dan residu yang tersisa diekstrak kembali dengan etanol 70%
dengan perbandingan 1:3 (b/v), rendam selama 5 hari, setiap hari kocok sekitar 30
menit, dan filtrat diambil kembali. Ekstraksi residu diulang sampai empat kali,
sehingga total waktu maserasi 16 hari. Filtrat dikumpulkan dalam wadah yang gelap.
Filtrat yang telah dikumpulkan dipekatkan dengan menggunakan rotavapor
pada suhu 40°C sampai terbentuk pasta ekstrak propolis. Ekstrak pekat propolis
ditimbang untuk mendapatkan nilai rendemennya kemudian ditambahkan dengan
filler (bahan pengisi) yaitu propilen glikol sebanyak 2 kali volume ekstrak pekat
propolis. Ekstrak pekat propolis yang ditambahkan dengan 2 kali volume propilen
glikol merupakan ekstrak propolis 50% atau 100% ekstrak propolis komersial
(Mahani et al., 2011). Tujuan penambahan propilen glikol adalah untuk
FTIP001645/028
[2]
[3]
[1]
HA
K C
IPTA
DIL
IND
UN
GI U
ND
AN
G-U
ND
AN
G
Tidak diperkenankan m
engumum
kan, mem
ublikasikan, mem
perbanyak sebagian atau seluruh karya inidalam
bentuk apapun tanpa izin tertulis
Tidak diperkenankan m
engutip sebagian atau seluruh karya ini tanpa menyebut dan m
encantumkan sum
ber tulisan
Pengutipan hanya diberikan bagi kepentingan akadem
ik, penelitian, penulisan karya ilmiah dan penyusunan laporan
16
mempermudah pengonsumsian propolis serta sebagai penstabil propolis selama masa
penyimpanan.
Metode Matienzo dan Lamorena (2004) memiliki prosedur yang hampir sama
dengan metode Hasan, hanya berbeda pada masa maserasinya yaitu maserasi selama
seminggu dan diambil filtratnya serta residu atau ampas dimaserasi kembali selama
seminggu dan diambil filtratnya setiap hari.
Metode ekstraksi propolis Modifikasi Hasan merupakan salah satu alternatif
atau modifikasi dari metode Hasan dengan cara mempersingkat waktu maserasi
menjadi 3 hari dengan hasil akhir rendemen yang tidak berbanding jauh dengan
metoda Hasan. Bankova et al. (2002) melakukan ekstraksi selama 24 jam, suhu
ruang, perbandingan pelarut dengan propolis mentah yaitu 30 g : 100 ml. Savickas et
al. (2005) dan Trusheva et al. (2006) mengekstrak propolis selama 24 jam, suhu
ruang dan perbandingan pelarut : propolis mentah yaitu 1 : 10. Beberapa metode ini
dijadikan pertimbangan untuk memodifikasi metode Hasan (2006).
Menurut Mahani et al. (2011) potongan propolis mentah dimasukkan ke
dalam blender lalu ditambahkan etanol 70% dengan perbandingan 1:3 (b/v), lalu
diblender selama 5 menit hingga membentuk seperti bubur propolis encer. Bubur ini
segera dimasukkan ke dalam beaker glass dan dibiarkan selama 1 hari dalam keadaan
tertutup rapat dan kedap cahaya. Filtrat yang terbentuk ditampung dalam wadah
tertutup dan kedap cahaya, sedangkan sisa ampas diblender kembali menggunakan
etanol 70% dengan perbandingan 1:1,5 (b/v). Langkah ini diulang terus sampai 3 kali
atau hingga menghasilkan filtrat bening sebagai pertanda seluruh propolis telah
terekstrak.
FTIP001645/029
[2]
[3]
[1]
HA
K C
IPTA
DIL
IND
UN
GI U
ND
AN
G-U
ND
AN
G
Tidak diperkenankan m
engumum
kan, mem
ublikasikan, mem
perbanyak sebagian atau seluruh karya inidalam
bentuk apapun tanpa izin tertulis
Tidak diperkenankan m
engutip sebagian atau seluruh karya ini tanpa menyebut dan m
encantumkan sum
ber tulisan
Pengutipan hanya diberikan bagi kepentingan akadem
ik, penelitian, penulisan karya ilmiah dan penyusunan laporan
17
Filtrat dipekatkan dengan menggunakan rotavapor pada suhu 40°C sampai
terbentuk pasta ekstrak propolis. Ekstrak pekat propolis ditimbang untuk
mendapatkan nilai rendemennya kemudian ditambahkan dengan filler (bahan pengisi)
yaitu propilen glikol sebanyak 2 kali volume ekstrak pekat propolis. Ekstrak pekat
propolis yang ditambahkan dengan 2 kali volume propilen glikol merupakan ekstrak
propolis 50% atau 100% ekstrak propolis komersial (Mahani et al., 2011).
Menurut Martin dan Frank (2006), propilen glikol disebut juga 1,2-propanadiol
atau propana-1 ,2-diol adalah senyawa organik berupa alkohol diol atau ganda dengan
rumus C3H8O2 atau HO-CH2-CHOH-CH3. Propilen Glikol berdasarkan komposisi
kimianya dapat digolongkan menjadi monopropilen glikol (PG), dipropilen glikol
(DPG) dan tripropilen glikol (TPG). PG bersifat tidak berwarna, tidak berbau, jernih,
cairan kental dengan sedikit rasa manis, dan higroskopis. PG larut dalan air, aseton,
dan kloroform. PG merupakan hasil dari hidrasi propilen oksida. Sifat fisik PG dapat
dilihat pada tabel 4.
Tabel 4. Beberapa Sifat Fisik Propilen GlikolSifat Jumlah
Titik didih, oCDensitas, pada 25oC (g/ml)Viskositas cairan pada 25o C (cP)Berat molekul (g/g mol)Panas spesifik, pada 25oC (J/(g.K))
187,41,03248,676,12,51
Sumber: Martin dan Frank (2006)
PG memiliki sifat yang unik dibandingkan dengan jenis glikol lainnya,
dimana PG biasa digunakan dalam kosmetik, bidang farmasi, makanan dan bidang
FTIP001645/030
[2]
[3]
[1]
HA
K C
IPTA
DIL
IND
UN
GI U
ND
AN
G-U
ND
AN
G
Tidak diperkenankan m
engumum
kan, mem
ublikasikan, mem
perbanyak sebagian atau seluruh karya inidalam
bentuk apapun tanpa izin tertulis
Tidak diperkenankan m
engutip sebagian atau seluruh karya ini tanpa menyebut dan m
encantumkan sum
ber tulisan
Pengutipan hanya diberikan bagi kepentingan akadem
ik, penelitian, penulisan karya ilmiah dan penyusunan laporan
18
lainnya yang mungkin dikonsumsi atau diserap oleh kulit . Penggunaan PG dalam
industri di Amerika dapat dilihat pada tabel 5.
Tabel 5. Penggunaan PG dalam Industri di AmerikaAplikasi Jumlah Pemakaian (%)
Unsaturated polyester resinsKosmetik, farmasi dan makanan atau pakanHumektan tembakauMinuman fungsionalCat dan coatingsDetergen cairLainnya
371734
165
11Sumber: Martin dan Frank (2006)
.
DPG dan TPG memiliki sifat yang sama dengan PG, hanya berbeda pada
viskositas dan penggunaannya. DPG memiliki viskositas yang lebih tinggi dan
digunakan sebagai komponen formulasi cairan rem dan pelarut berbagai minyak
wangi atau deodoran, sedangkan TPG memiliki viskositas yang lebih rendah dan
digunakan sebagai pelarut resin tinta serta komponen penyusun minyak pelumas dan
sabun (Martin dan Frank, 2006).
Menurut Siregar et al (2011), PG dapat digunakan sebagai filer propolis
karena aman dikonsumsi dan dapat melarutkan resin propolis dengan baik.
Pengonsumsian PG sebaiknya tidak lebihl tidak lebih dari 1,5 gram per hari.
2.3.2. Pelarut Organik
Menurut Brady (1987), pelarut umumnya adalah zat yang berada pada larutan
dalam jumlah yang besar, sedangkan zat lainnya dianggap sebagai zat terlarut. Pada
FTIP001645/031
[2]
[3]
[1]
HA
K C
IPTA
DIL
IND
UN
GI U
ND
AN
G-U
ND
AN
G
Tidak diperkenankan m
engumum
kan, mem
ublikasikan, mem
perbanyak sebagian atau seluruh karya inidalam
bentuk apapun tanpa izin tertulis
Tidak diperkenankan m
engutip sebagian atau seluruh karya ini tanpa menyebut dan m
encantumkan sum
ber tulisan
Pengutipan hanya diberikan bagi kepentingan akadem
ik, penelitian, penulisan karya ilmiah dan penyusunan laporan
19
umumnya pelarut yang baik untuk pengolahan pangan memiliki kriteria sebagai
berikut:
1. Pelarut harus tidak reaktif (inert) terhadap kondisi reaksi.
2. Pelarut harus dapat melarutkan reaktan dan reagen.
3. Pelarut harus memiliki titik didih yang tepat.
4. Pelarut harus mudah dihilangkan pada saat akhir dari reaksi.
Penentuan pelarut yang digunakan juga dapat dilakukan dengan prinsip “Like
dissolves like”, dimana reaktan yang nonpolar akan larut dalam pelarut nonpolar,
sedangkan reaktan yang polar akan larut dalam pelarut polar. Terdapat tiga hal yang
menunjukkan kepolaran suatu pelarut yaitu momen dipol, konstanta dielektrik, dan
kelarutan dalam air. Semakin tinggi nilai momen dipol dan konstanta dielektrik maka
pelarut semakin polar. Pelarut yang larut air termasuk pelarut polar, sedangkan yang
larut air bersifat nonpolar. Nilai konstanta dielektrik beberapa pelarut dapat ilihat
pada tabel 5.
Tabel 5. Tingkat Kepolaran Berbagai PelarutPelarut Indeks Kepolaran* Konstanta Dielektrik **
engutip sebagian atau seluruh karya ini tanpa menyebut dan m
encantumkan sum
ber tulisan
Pengutipan hanya diberikan bagi kepentingan akadem
ik, penelitian, penulisan karya ilmiah dan penyusunan laporan
20
Menurut Anonim (2004) berdasarkan kepolarannya, pelarut dapat dibagi
menjadi tiga yaitu:
A. Pelarut protik polar
Protik menunjukkan atom hidrogen yang menyerang atom elektronegatif yang
dalam hal ini adalah oksigen. Dengan kata lain pelarut protik polar adalah senyawa
yang memiliki rumus umum ROH. Contoh dari pelarut protik polar ini adalah air
H2O, metanol CH3OH, dan asam asetat (CH3COOH).
B. Pelarut aprotik polar
Aprotik menunjukkan molekul yang tidak mengandung ikatan O-H. Pelarut
dalam kategori ini, semuanya memiliki ikatan yang memilki ikata dipol besar.
Biasanya ikatannya merupakan ikatan ganda antara karbon dengan oksigen atau
nitorgen. Contoh dari pelarut yang termasuk kategori ini adalah aseton [(CH3)2C=O]
dan etil asetat (CH3CO2CH2CH3).
C. Pelarut nonpolar.
Pelarut nonpolar merupakan senyawa yang memilki konstanta dielektrik yang
rendah dan tidak larut dalam air. Contoh pelarut dari kategori ini adalah benzena
(C6H6), karbon tetraklorida (CCl4) dan dietil eter (CH3CH2OCH2CH3).
Propolis mengandung komponen bioaktif yang bersifat polar. Pelarut yang dapat
digunakan untuk ekstraksi propolis adalah etanol 70%, metanol, isopropil alkohol,
dan etil asetat.
1. Etanol
Etanol atau etilalkohol (C2H5OH) telah lama diketahui manusia, berkat
pembentukannya pada peragian buah yang mengandung sakar. Etanol adalah cairan
FTIP001645/033
[2]
[3]
[1]
HA
K C
IPTA
DIL
IND
UN
GI U
ND
AN
G-U
ND
AN
G
Tidak diperkenankan m
engumum
kan, mem
ublikasikan, mem
perbanyak sebagian atau seluruh karya inidalam
bentuk apapun tanpa izin tertulis
Tidak diperkenankan m
engutip sebagian atau seluruh karya ini tanpa menyebut dan m
encantumkan sum
ber tulisan
Pengutipan hanya diberikan bagi kepentingan akadem
ik, penelitian, penulisan karya ilmiah dan penyusunan laporan
21
jernih yang larut dalam air dan berbau khas, nyalanya berwarna biru. Etanol banyak
dibuat dengan peragian sakar, misalnya glukosa. Etanol digunakan di laboratorium
dan teknik sebagai pelarut, untuk membuat persenyawaan organik, untuk membuat
karet sintesis, sebagai bahan bakar, untuk membuat cuka, chloroform, iodoform, dan
untuk campuran minuman.
Etanol merupakan cairan yang mudah menguap , mudah terbakar, encer. Sifat
kimia dan fisik etanol terutama bergantung pada gugus hidroksilnya. Gugus hidroksil
ini memberi polaritas terhadap molekul dan meningkatkan ikatan hidrogen antar
molekul. Etanol pada dasarnya bersifat polar, namun jika konsentrasi etanol kurang
dari 100%, maka etanol akan bersifat semipolar. Sifat fisik etanol dapat dilihat pada
tabel 6.
Tabel 6. Beberapa Sifat Fisik EtanolSifat Jumlah
Titik beku, oCTitik didih, oCDensitas, pada 25oC (g/ml)Viskositas cairan pada 20o C (cP)Berat molekul (g/g mol)Panas penguapan (kal/g)Konstanta fielektrik, pada 20oC
-11278,4
0,78930,54146,07200,625,7
Sumber: Perry (1999)
2. Metanol
Metanol merupakan pelarut yang kuat dan memiliki nilai kepolaran yang
tinggi yaitu sebesar 0,762. Metanol sangat mudah terbakar karena memiliki titik didih
65oC. Metanol secara alami dihasilkan dalam proses matabolisme anaerob dari
beberapa jenis bakteri dengan jumlah yang sangat sedikit dari uap metanol di
FTIP001645/034
[2]
[3]
[1]
HA
K C
IPTA
DIL
IND
UN
GI U
ND
AN
G-U
ND
AN
G
Tidak diperkenankan m
engumum
kan, mem
ublikasikan, mem
perbanyak sebagian atau seluruh karya inidalam
bentuk apapun tanpa izin tertulis
Tidak diperkenankan m
engutip sebagian atau seluruh karya ini tanpa menyebut dan m
encantumkan sum
ber tulisan
Pengutipan hanya diberikan bagi kepentingan akadem
ik, penelitian, penulisan karya ilmiah dan penyusunan laporan
22
atmosfer. Metanol dikenal dengan alkohol kayu karena diperoleh dari proses destilasi
destruksi yang berasal dari kayu. Secara komersial, metanol diperoleh dengan reaksi
antara karbon dan gas hidrogen dengan logam (nikel) dan suhu (250oC) sebagai
katalis pada tekanan 50-100 atm.
Metanol pertama kali diisolasi pada tahun 1661 oleh Robert Boyle, dikenal
dengan nama spirit box, karena dihasilkan dari proses destilasi yang melewati
boxwood, kemudian namanya berubah menjadi pyroxylic spirit. Pada tahun 1834,
Jean-Baptiste Dumas dan Euge Peligigot mengenalkan kata metylen ke dalam kimia
organik. Metylen berasal dari kata metu yang artinya “anggur” dan hyle yang berarti
“kayu” (wikipedia, 2004). Sifat fisik metanol dapat dilihat pada tabel 7.
Tabel 7. Beberapa Sifat Fisik dari MetanolSifat Jumlah
Titik beku, oCTitik didih, oCPanas spesifik uap pada 25o C (J/(g.K)Panas spesifik cairan basa 25o C (J/(g.K)Densitas, pada 25oC (g/ml)Viskositas cairan pada 25o C (cP)Momen dipol (D)Konstanta dielektrik pada 25o CKonduktivitas termal pada 25o C (W(m.K))
-9864,701,3702,533
0,78660,5411,7032,7
0,202Sumber: Novak dan Patricia (1995) dalam Kirk-Othmer (1995)
Menurut Novak dan Patricia (1995) dalam Kirk-Othmer (1995), metanol tidak
berwarna dan berbau alkohol. Metanol tidak bersifat karsinogenik, akan tetapi
memiliki sifat toksik apabila pemakaiannya sekitar 100 - 250 ml yang mengakibatkan
CO +2H2
katalisCH2OH
FTIP001645/035
[2]
[3]
[1]
HA
K C
IPTA
DIL
IND
UN
GI U
ND
AN
G-U
ND
AN
G
Tidak diperkenankan m
engumum
kan, mem
ublikasikan, mem
perbanyak sebagian atau seluruh karya inidalam
bentuk apapun tanpa izin tertulis
Tidak diperkenankan m
engutip sebagian atau seluruh karya ini tanpa menyebut dan m
encantumkan sum
ber tulisan
Pengutipan hanya diberikan bagi kepentingan akadem
ik, penelitian, penulisan karya ilmiah dan penyusunan laporan
23
kebutaan. Meskipun bersifat toksik metanol banyak digunakan dalam berbagai
industi, diantaranya untuk:
a. Mengubah formaldehid (metanal) primer untuk digunakan dalam industri
polimer.
b. Sebagai bahan baku larutan dalam pembuatan bahan kimia lainnya terutama
untuk berbagai macam ester.
c. Sebagai alat anti beku (antifreezer) sementara yang murah untuk radiator (bukan
anti beku permanen yang memuaskan, karena titik didihnya lebih rendah
daripada air).
d. Sebagai pelarut dalam indudtri, termasuk industri pangan.
Metanol merupakan pelarut yang umum digunakan sebagai pelarut dalam
industri pangan. Walaupun bersifat toksik, penggunaan metanol dalam produk
pangan masih diizinkan dalam batas tertentu dan dapat dihilangkan dengan cara
evaporasi vakum (Jackman dan Smith, 1996 dalam Hendry dan Houghton, 1996).
Kadar maksimum beberapa jenis pelarut dalam bahan pangan dapat dilihat pada tabel
8. Penggunaan metanol sebagai pelarut pada proses ekstraksi propolis akan menarik
komponen-komponen dalam propolis mentah, terutama komponen polar yang
terdapat dalam propolis.
Tabel 8. Kadar Maksimum Beberapa Jenis Pelarut dalam Bahan PanganPelarut Kadar Maksimum (ppm)
AsetonMetanolIsopropanolHeksan
30505025
Sumber: Hendry dan Houghton (1996)
FTIP001645/036
[2]
[3]
[1]
HA
K C
IPTA
DIL
IND
UN
GI U
ND
AN
G-U
ND
AN
G
Tidak diperkenankan m
engumum
kan, mem
ublikasikan, mem
perbanyak sebagian atau seluruh karya inidalam
bentuk apapun tanpa izin tertulis
Tidak diperkenankan m
engutip sebagian atau seluruh karya ini tanpa menyebut dan m
encantumkan sum
ber tulisan
Pengutipan hanya diberikan bagi kepentingan akadem
ik, penelitian, penulisan karya ilmiah dan penyusunan laporan
24
3. Etil Asetat
Etil asetat merupakan senyawa ester organik dengan rumus kimia
CH2COOC2H5. Sifat-sifat fisik dari senyawa ester organik bervariasi didasarkan pada
berat molekulnya, dimana senyawa ester dengan berat molekul yang rendah
merupakan cairan yang tidak berwarna, encer, dan sangat mudah menguap, serta
memiliki aroma yang tajam. Etil asetat biasanya digunakan sebagai pelarut tinta,
perekat, resin.Sifat-sifat fisik etil asetat dapat dilihat pada tabel 9.
Tabel 9. Beberapa Sifat Fisik Etil AsetatSifat Jumlah
Berat molekulTitik beku, oCTitik didih, oCDensitas (g/mL)Viskositas cairan pada 25o C (cP)
88,1-83,677,1
0,8940,4303
Sumber: Kirk-Othmer (1995)
Etil asetat adalah pelarut polar menengah yang volatil (mudah menguap),
tidak beracun, dan tidak higroskopis. Etil asetat dapat melarutkan air hingga 3%, dan
larut dalam air hingga kelarutan 8% pada suhu kamar. Kelarutannya meningkat pada
suhu yang lebih tinggi. Etil asetat tidak stabil dalam air yang mengandung basa
atau asam (wikipedia, 2010). Penggunaan etil asetat diantaranya adalah sebagai
berikut:
Pelarut berbagai jenis resin dalam melindungi lapisan.
Digunakan secara ekstensif dalam memformulasikan tinta cetak dan bahan
perekat.
Pelarut dalam industri farmasi.
FTIP001645/037
[2]
[3]
[1]
HA
K C
IPTA
DIL
IND
UN
GI U
ND
AN
G-U
ND
AN
G
Tidak diperkenankan m
engumum
kan, mem
ublikasikan, mem
perbanyak sebagian atau seluruh karya inidalam
bentuk apapun tanpa izin tertulis
Tidak diperkenankan m
engutip sebagian atau seluruh karya ini tanpa menyebut dan m
encantumkan sum
ber tulisan
Pengutipan hanya diberikan bagi kepentingan akadem
ik, penelitian, penulisan karya ilmiah dan penyusunan laporan
25
Pelarut pada proses ekstraksi dalam pengolahan pangan.
Bahan pengganti metil etil keton (MEK) pada berbagai aplikasi.
Penggunaan etil asetat sebagai pelarut resin menyebabkan etil asetat sangat cocok
digunakan sebagai pelarut propolis yang mengandung resin dalam jumlah yang relatif
besar.
4. Isopropil Alkohol (IPA)
Isopropil alkohol merupakan solven yang penggunaanya cukup besar di
industri. Isopropil alkohol dikenal juga sebagai alkohol gosok, isopropanol, propan-
2-ol, 2-propanol atau IPA. IPA merupakan senyawa alkohol sekunder dengan rumus
kimia C3H7OH. Senyawa ini merupakan turunan kedua setelah propilen dari propana.
Isopropil alkohol dapat membentuk azeotrop dengan air pada 87,4% isopropanol. IPA
telah digunakan secara luas sebagai pelarut dan sebagai cairan pembersih, terutama
untuk melarutkan minyak, namun harga IPA relatif lebih mahal dibandingkan dengan
pelarut lainnya (wikipedia, 2011). Sifat-sifat fisik IPA dapat dilihat pada tabel 10.
Tabel 10. Beberapa Sifat Fisik Isopropil AlkoholSifat Jumlah
Berat molekulTitik beku, oCTitik didih, oCDensitas (g/cm3)Viskositas cairan pada 20o C (cP)
60,1-88,582,3
0,78542,4
Sumber: Kirk-Othmer (1995)
2.4. Antioksidan
Antioksidan didefinisikan sebagai inhibitor yang bekerja menghambat oksidasi
yaitu bereaksi dengan radikal bebas reaktif membentuk radikal bebas tak reaktif yang
FTIP001645/038
[2]
[3]
[1]
HA
K C
IPTA
DIL
IND
UN
GI U
ND
AN
G-U
ND
AN
G
Tidak diperkenankan m
engumum
kan, mem
ublikasikan, mem
perbanyak sebagian atau seluruh karya inidalam
bentuk apapun tanpa izin tertulis
Tidak diperkenankan m
engutip sebagian atau seluruh karya ini tanpa menyebut dan m
encantumkan sum
ber tulisan
Pengutipan hanya diberikan bagi kepentingan akadem
ik, penelitian, penulisan karya ilmiah dan penyusunan laporan
26
relatif stabil, sehingga dapat melindungi sel dari efek berbahaya radikal bebas
oksigen reaktif (Wong, Lai dan Koh, 2005). Secara alami antioksidan terdapat dalam
hampir semua bahan pangan.
Menurut Winarno (1997), antioksidan dibagi menjadi dua kategori yaitu
antioksidan primer dan antioksidan sekunder. Antioksidan primer merupakan zat
yang dapat bereaksi dengan radikal bebas atau mengubahnya menjadi produk yang
stabil, sedangkan antioksidan sekunder atau antioksidan preventif dapat mengurangi
laju awal reaksi.
Saat ini ditemukan bahwa ternyata radikal bebas berperan dalam terjadinya
berbagai penyakit . Radikal bebas merupakan senyawa kimia yang memiliki pasangan
elektron bebas dibagian terluar sehingga sangat reaktif dan mampu bereaksi dengan
molekul lain seperti protein, lipid, karbohidrat, atau DNA. Reaksi ini dapat
menyebabkan timbulnya berbagai penyakit di dalam tubuh manusia. Pengonsumsi
antioksidan setiap hari dapat mengurangi peluang munculnya penyakit degeneratif
dan memperlambat penuaan. Antioksidan dalam tubuh bekerja dengan merangsang
respon imun tubuh sehingga mampu menghancurkan radikal bebas.
Antioksidan dapat dikelompokan menjadi dua yaitu antioksidan alami dan
antioksidan sintetis. Atioksidan alami di dalam makanan dapat berasal dari senyawa
antioksidan yang sudah ada dari satu atau dua komponen makanan, senyawa
antioksidan yang terbentuk dari reaksi-reaksi selama proses pengolahan, serta
senyawa antioksidan yang diisolasi dari sumber alami dan ditambahkan ke makanan
sebagai bahan tambahan pangan (Trilaksani, 2003). Antioksidan alami tidak bersifat
toksik dan aman dikonsumsi, namun ada keterbatasan dalam aplikasinya pada produk
FTIP001645/039
[2]
[3]
[1]
HA
K C
IPTA
DIL
IND
UN
GI U
ND
AN
G-U
ND
AN
G
Tidak diperkenankan m
engumum
kan, mem
ublikasikan, mem
perbanyak sebagian atau seluruh karya inidalam
bentuk apapun tanpa izin tertulis
Tidak diperkenankan m
engutip sebagian atau seluruh karya ini tanpa menyebut dan m
encantumkan sum
ber tulisan
Pengutipan hanya diberikan bagi kepentingan akadem
ik, penelitian, penulisan karya ilmiah dan penyusunan laporan
27
pangan terutama masalah kestabilan, serta kesulitan dalam proses ekstraksinya
sehingga sangat jarang digunakan dalam industri pangan. Faktor-faktor yang
mempengaruhi stabilitas antioksidan alami adalah suhu, pH, oksigen, cahaya dan
kelembaban.
Antioksidan sintetik diperoleh dari hasil sintesa reaksi kimia dan telah banyak
diperjualbelikan. Penggunaan antioksidan sintetik lebih digemari oleh para produsen
makanan karena lebih stabil. Penggunaan antioksidan sintetis seperti propyl gallate,
butylated hydroxyanisole (BHA), butylated hydroxytoluene (BHT) dan tersier butyl
hydroquinone (TBHQ) telah digunakan secara luas oleh industri untuk menghambat
reaksi oksidasi lemak di dalam produk pangan. Penggunaan antioksidan buatan
sangat beresiko merusak kesehatan dan mengandung racun, sehingga peneliti dan
industri, yang berupaya mengidentifikasi komponen yang dapat berfungsi sebagai
antioksidan untuk menggantikan antioksidan sintetis (Abu Bakar et al, 2010).
Antioksidan alami yang diperoleh dari bahan pangan diantaranya adalah
vitamin A, C, E, karotenoid. Kelompok lain dari antioksidan alami yaitu komponen
flavonoid dan fenol. Komponen flavonoid dan fenol merupakan komponen yang
banyak terdapat di dalam propolis. Flavonoids merupakan suatu komponen besar
yang memiliki struktur diphenylpropane (C6C3C6) dengan perbedaan tingkat derajat
hydroxylation, oksidasi dan substitusi. Flavonoid terdapat pada hampir seluruh
tanaman tingkat tinggi sebagai metabolit sekunder dengan fungsi proteksi yang tinggi
dalam melindungi jaringan tanaman dari kerusakan akibat radiasi ultraviolet,
melindungi tanaman dari infeksi, serta berperan penting pada fotosintesis, transfer
energi, respirasi, dan biosintesis komponen toksik. Sebagai antioksidan, flavonoid
FTIP001645/040
[2]
[3]
[1]
HA
K C
IPTA
DIL
IND
UN
GI U
ND
AN
G-U
ND
AN
G
Tidak diperkenankan m
engumum
kan, mem
ublikasikan, mem
perbanyak sebagian atau seluruh karya inidalam
bentuk apapun tanpa izin tertulis
Tidak diperkenankan m
engutip sebagian atau seluruh karya ini tanpa menyebut dan m
encantumkan sum
ber tulisan
Pengutipan hanya diberikan bagi kepentingan akadem
ik, penelitian, penulisan karya ilmiah dan penyusunan laporan
28
memiliki aktivitas yang bertentangan dengan aktivitas enzim pada senyawa oksigen
reaktif, penghambat radikal bebas, mengkelat transisi logam dan menempatkannya
dalam redox non-aktif pada reaksi Fenton. Fenol sebagai antioksidan berperan
melindungi sel tubuh dari kerusakan akibat radikal bebas dengan cara mengikat
radikal bebas sehingga mencegah proses inflamasi dan peradangan pada sel tubuh.
Aktivitas antioksidan dari suatu bahan dapat dihitung dengan menggunakan
berbagai metode. Metode-metode yang paling umum digunakan adalah metode
scavenging DPPH (2,2-difenil-1-pikrilhidrazil), metode DPPH, metode TBA
(Tiobarbaturic Acid) menggunakan peroksida, metode spektroskopi IR (Infra Red),
metode ORAC (Oxygen Radical Absorbance Capacity), dan metode Hansch.
Pengukuran antioksidan secara umum didasarkan pada kemampuan senyawa
antioksidan untuk menyumbangkan atom hidrogen, mereduksi spesies aktif, mengikat
radikal bebas, dan mengkelat logam.
Metode pengukuran aktivitas antioksidan yang digunakan dalam penelitian ini
adalah Metode scavenging DPPH (2,2-difenil-1-pikrilhidrazil). Prinsip dasar
pengukurannya yaitu kemampuan antioksidan dalam sampel untuk menangkap
hidrogen dari DPPH dan mengubahnya menjadi 1,1-difenil-2-pikrilhidrazin
(Windono et al, 2001). Reaksi Radikal DPPH adalah suatu senyawa organik yang
mengandung nitrogen tidak stabil dengan absorbansi kuat pada panjang gelombang
517 nm dan berwarna ungu gelap. Setelah bereaksi dengan senyawa antioksidan,
DPPH tersebut akan tereduksi dan akan berubah warna menjadi kuning. Perubahan
tersebut dapat diukur dengan spektrofotometer, dan diplotkan terhadap konsentrasi
dalam ppm (Windono et al, 2001). Perubahan warna yang terjadi disebabkan karena
FTIP001645/041
[2]
[3]
[1]
HA
K C
IPTA
DIL
IND
UN
GI U
ND
AN
G-U
ND
AN
G
Tidak diperkenankan m
engumum
kan, mem
ublikasikan, mem
perbanyak sebagian atau seluruh karya inidalam
bentuk apapun tanpa izin tertulis
Tidak diperkenankan m
engutip sebagian atau seluruh karya ini tanpa menyebut dan m
encantumkan sum
ber tulisan
Pengutipan hanya diberikan bagi kepentingan akadem
ik, penelitian, penulisan karya ilmiah dan penyusunan laporan
29
terjadinya pengurangan ikatan rangkap terkonjugasi dalam DPPH sebagai akibat dari
penangkapan satu elektron oleh zat antioksidan yang menyebabkan tidak adanya
kesempatan elektron tersebut untuk beresonansi. Reaksi senyawa DPPH dengan