II-1 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Proyek Proyek dalam analisis jaringan kerja adalah serangkaian kegiatan-kegiatan yang bertujuan untuk menghasilkan produk yang unik dan hanya dilakukan dalam periode tertentu (temporer) (Maharesi dalam Dannyanti, 2010). Proyek dapat didefinisikan sebagai suatu rangkaian kegiatan yang hanya terjadi sekali, dimana pelaksanaannya sejak awal sampai akhir dibatasi oleh kurun waktu tertentu (Tampubolon dalam Dannyanti, 2010) Menurut Soeharto (1999): Kegiatan proyek dapat diartikan sebagai satu kegiatan sementara yang berlangsung dalam jangka waktu terbatas, dengan alokasi sumber daya tertentu dan dimaksudkan untuk menghasilkan produk atau deliverable yang kriteria mutunya telah digariskan dengan jelas. Munawaroh dalam Dannyanti (2010) menyatakan proyek merupakan bagian dari program kerja suatu organisasi yang sifatnya temporer untuk mendukung pencapaian tujuan organisasi, dengan memanfaatkan sumber daya manusia maupun non sumber daya manusia. Menurut Subagya dalam Dannyanti (2010) : Proyek adalah suatu pekerjaan yang memiliki tanda-tanda khusus sebagai berikut, yaitu, 1. Waktu mulai dan selesainya sudah direncanakan. 2. Merupakan suatu kesatuan pekerjaan yang dapat dipisahkan dari yang lain. 3. Biasanya volume pekerjaan besar dan hubungan antar aktifitas kompleks. Heizer dan Render dalam Dannyanti (2010) menjelaskan bahwa proyek dapat didefinisikan sebagai sederetan tugas yang diarahkan kepada suatu hasil utama. Menurut Akbar (2002): Kegiatan proyek dalam proses mencapai hasil akhirnya dibatasi oleh anggaran, jadwal, dan mutu yang harus dipenuhi dibedakan dari kegiatan operasional, hal tersebut karena sifatnya yang dinamis, non-rutin, multi kegiatan dengan intensitas yang berubah-ubah, serta memiliki siklus yang pendek. Dalam Meredith dan Mantel dalam Dannyanti (2010) dikatakan bahwa ”The project is complex enough that the subtasks require careful coordination and control in terms of timing, precedence, cost, and performance.”
21
Embed
II-1 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Proyek Proyek dalam ...
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
II-1
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Pengertian Proyek
Proyek dalam analisis jaringan kerja adalah serangkaian kegiatan-kegiatan yang
bertujuan untuk menghasilkan produk yang unik dan hanya dilakukan dalam periode tertentu
(temporer) (Maharesi dalam Dannyanti, 2010).
Proyek dapat didefinisikan sebagai suatu rangkaian kegiatan yang hanya terjadi sekali,
dimana pelaksanaannya sejak awal sampai akhir dibatasi oleh kurun waktu tertentu
(Tampubolon dalam Dannyanti, 2010)
Menurut Soeharto (1999): Kegiatan proyek dapat diartikan sebagai satu kegiatan
sementara yang berlangsung dalam jangka waktu terbatas, dengan alokasi sumber daya
tertentu dan dimaksudkan untuk menghasilkan produk atau deliverable yang kriteria mutunya
telah digariskan dengan jelas.
Munawaroh dalam Dannyanti (2010) menyatakan proyek merupakan bagian dari
program kerja suatu organisasi yang sifatnya temporer untuk mendukung pencapaian tujuan
organisasi, dengan memanfaatkan sumber daya manusia maupun non sumber daya manusia.
Menurut Subagya dalam Dannyanti (2010) : Proyek adalah suatu pekerjaan yang
memiliki tanda-tanda khusus sebagai berikut, yaitu,
1. Waktu mulai dan selesainya sudah direncanakan.
2. Merupakan suatu kesatuan pekerjaan yang dapat dipisahkan dari yang lain.
3. Biasanya volume pekerjaan besar dan hubungan antar aktifitas kompleks.
Heizer dan Render dalam Dannyanti (2010) menjelaskan bahwa proyek dapat
didefinisikan sebagai sederetan tugas yang diarahkan kepada suatu hasil utama.
Menurut Akbar (2002): Kegiatan proyek dalam proses mencapai hasil akhirnya
dibatasi oleh anggaran, jadwal, dan mutu yang harus dipenuhi dibedakan dari kegiatan
operasional, hal tersebut karena sifatnya yang dinamis, non-rutin, multi kegiatan dengan
intensitas yang berubah-ubah, serta memiliki siklus yang pendek.
Dalam Meredith dan Mantel dalam Dannyanti (2010) dikatakan bahwa ”The project is
complex enough that the subtasks require careful coordination and control in terms of timing,
precedence, cost, and performance.”
UNIVERSITAS WIDYATAMA LANDASAN TEORI
II-2
Menurut Yamit dalam Dannyanti (2010), setiap pekerjaan yang memiliki kegiatan
awal dan memiliki kegiatan akhir, dengan kata lain setiap pekerjaan yang dimulai pada waktu
tertentu dan direncanakan selesai atau berakhir pada waktu yang telah ditetapkan disebut
proyek.
2.2 Ciri-Ciri Proyek
Menurut Dannyanti (2010) Berdasarkan pengertian proyek di atas, ciri-ciri proyek antara
lain :
a. Memiliki tujuan tertentu berupa hasil kerja akhir.
b. Sifatnya sementara karena siklus proyek relatif pendek.
c. Dalam proses pelaksanaannya, proyek dibatasi oleh jadwal, anggaran biaya, dan mutu
hasil akhir.
d. Merupakan kegiatan nonrutin, tidak berulang-ulang.
e. Keperluan sumber daya berubah, baik macam maupun volumenya.
2.3 Jenis-jenis Proyek
Menurut Soeharto (1999), proyek dapat dikelompokkan menjadi :
a. Proyek Engineering-Konstruksi Terdiri dari pengkajian kelayakan, desain engineering,
pengadaan, dan konstruksi.
b. Proyek Engineering-Manufaktur Dimaksudkan untuk membuat produk baru, meliputi
pengembangan produk, manufaktur, perakitan, uji coba fungsi dan operasi produk
yang dihasilkan.
c. Proyek Penelitian dan Pengembangan Bertujuan untuk melakukan penelitian dan
pengembangan dalam rangka menghasilkan produk tertentu.
d. Proyek Pelayanan merupakan Manajemen Proyek pelayanan manajemen tidak
memberikan hasil dalam bentuk fisik, tetapi laporan akhir, misalnya merancang sistem
informasi manajemen.
e. Proyek Kapital, Proyek kapital merupakan proyek yang berkaitan dengan penggunaan
dana kapital untuk investasi.
f. Proyek Radio-Telekomunikasi Bertujuan untuk membangun jaringan telekomunikasi
yang dapat menjangkau area yang luas dengan biaya minimal.
g. Proyek Konservasi Bio-Diversity, Proyek konservasi bio-diversity merupakan proyek
yang berkaitan dengan usaha pelestarian lingkungan.
UNIVERSITAS WIDYATAMA LANDASAN TEORI
II-3
2.4 Tahap Siklus Proyek
Kegiatan-kegiatan dalam sebuah proyek berlangsung dari titik awal, kemudian jenis
dan intensitas kegiatannya meningkat hingga ke titik puncak, turun, dan berakhir, seperti
ditunjukkan dalam Gambar 2.1. Kegiatan-kegiatan tersebut memerlukan sumber daya yang
berupa jam-orang (man-hour), dana, material atau peralatan (Soeharto, 1999).
Gambar 2.1 Hubungan Keperluan Sumber Daya Terhadap Waktu dalam Siklus Proyek
(Sumber: Soeharto, 1999)
Menurut Soeharto (1999), salah satu sistematika penahapan yang disusun oleh Project
Management Institute (PMI) terdiri dari tahap-tahap konseptual, perencanaan dan
pengembangan (PP/Definisi), implementasi, dan terminasi.
a. Tahap Konseptual
Dalam tahap konseptual, dilakukan penyusunan dan perumusan gagasan, analisis
pendahuluan, dan pengkajian kelayakan. Deliverable akhir pada tahap ini adalah
dokumen hasil studi kelayakan.
b. Tahap PP/Definisi
Kegiatan utama dalam tahap PP/Definisi adalah melanjutkan evaluasi hasilkegiatan
tahap konseptual, menyiapkan perangkat (berupa data, spesifikasi teknik, engineering,
dan komersial), menyusun perencanaan dan membuat keputusan strategis, serta memilih
peserta proyek. Deliverable akhir pada tahap ini adalah dokumen hasil analisis lanjutan
kelayakan proyek, dokumen rencana strategis dan operasional proyek, dokumen
anggaran biaya, jadwal induk, dan garis besar kriteria mutu proyek.
UNIVERSITAS WIDYATAMA LANDASAN TEORI
II-4
c. Tahap Implementasi
Pada umumnya, tahap implementasi terdiri dari kegiatan desain-engineering yang rinci
dari fasilitas yang hendak dibangun, pengadaan material dan peralatan, manufaktur atau
pabrikasi, dan instalasi atau konstruksi. Deliverable akhir pada tahap ini adalah produk
atau instalasi proyek yang telah selesai.
d. Tahap Terminasi
Kegiatan pada tahap terminasi antara lain mempersiapkan instalasi atau produk
beroperasi (uji coba), penyelesaian administrasi dan keuangan lainnya. Deliverable
akhir pada tahap ini adalah instalasi atau produk yang siap beroperasi dan dokumen
pernyataan penyelesaian masalah asuransi, klaim, dan jaminan.
e. Tahap Operasi dan Utilitas
Dalam tahap ini, kegiatan proyek berhenti dan organisasi operasi mulai bertanggung
jawab atas operasi dan pemeliharaan instalasi atau produk hasil proyek.
2.5 Pengertian Manajemen Proyek
Menurut Kerzner dalam Soeharto (1999), manajemen proyek didefinisikan sebagai :
Project manajement is the planning, organizing, directing, and controlling of company
resources for a relatively short term objective that has been establish to complete specific
goals and objectives. Furthermore, project management utilizes the systems approach to
management by having functional personnel (the vertical hierarchy) assigned to a specific
project (the horizontal hierarchy).
“Manajemen proyek adalah merencanakan, mengorganisir, memimpin, dan
mengendalikan sumber daya perusahaan untuk mencapai sasaran jangka pendek yang telah
ditentukan. Lebih jauh, manajemen proyek menggunakan pendekatan sistem dan hierarki
(arus kegiatan) vertikal dan horisontal”.
Jelas di sini tidak terlihat diperlukannya unsur-unsur prasarana (dalam arti bangunan
dan jalan) untuk memulai sebuah proyek.
Lebih jauh O‟Brien dalam Soeharto (1999) mengatakan manajemen proyek adalah :
Project management accours when managemet gives emphasis and special attention to the
conduct of non repetitive activities for the purpose of meeting a single set of goals.
UNIVERSITAS WIDYATAMA LANDASAN TEORI
II-5
Sedang menurut Cleland berpendapat manajemen proyek adalah : Project is a
combination of human and non human resources pulled together in a “temporary”
organization to achieve a specific purpose.
Dari definisi tersebut terlihat bahwa konsep manajemen proyek mengandung hal-hal
pokok sebagai berikut :
Menggunakan pengertian manajemen berdasarkan fungsinya, yaitu merencanakan,
mengorganisir, memimpin, dan mengendalikan sumber daya perusahaan yang berupa
manusia, dan material.
Kegiatan yang dikelola berjangka pendek, dengan sasaran yang telah digariskan secara
spesifik. Ini memerlukan teknik dan metode pengelolaan yang khusus, terutama aspek
perencanaan dan pengendalian.
Memakai pendekatan sistem (System approach to management)
Mempunyai hierarki (arus kegiatan) horisontal disamping hierarki vertikal.
(Soeharto, 1999)
Manajemen proyek memiliki peran yang khusus dan berbeda dalam struktur organisasi
tradisional yang sangat birokratis dan tidak dapat dengan cepat merespon perubahan
lingkungan. Dalam sebuah studi dilaporkan bahwa dibandingkan dengan negara Barat,
kebanyakan perusahaan Indonesia masih menganggap manjemen proyek sebagai alat yang
baru; meskipun para manajer proyek sudah ada di Indonesia. Selama beberapa tahun, istilah
manajemen proyek masih membingungkan beberapa orang, banyak manajer proyek Indonesia
yang kurang memiliki pengetahuan dan pengalaman bila dibandingkan dengan manajer
proyek dari negara Barat.
Dalam pendefinisian manajemen proyek selalu terdapat unsur-unsur :
Dilaksanakan dalam waktu tertentu.
Mempunyai tujuan yang jelas.
Manajemen proyek mengelola kegiatan yang tidak biasa dan tidak rutin serta terasa
asing. (Soeharto, 1999)
2.6 Tujuan Manajemen Proyek
Menurut Soeharto (1999), Sistem manajemen proyek bertujuan untuk dapat
menjalankan setiap proyek secara efektif dan efisien sehingga dapat memberikan pelayanan
maksimal bagi semua pelanggan. Sistem manajemen proyek diterapkan karena didukung oleh
UNIVERSITAS WIDYATAMA LANDASAN TEORI
II-6
sumber daya manusia yang profesional di bidang - bidang yang dibutuhkan dalam
menjalankan setiap proyek. Manajer proyek secara aktif melakukan kegiatan - kegiatan
proyek dan bertanggung jawab dalam hal :
Melakukan konsolidasi dan integrasi rencana pelaksanaan proyek untuk menentukan
secara layak uraian kegiatan, penjadwalan, anggaran, alokasi sumber daya dan
pengendaliannya.
Melakukan koordinasi dengan semua pihak yang terkait baik internal maupun
eksternal perusahaan dalam merealisasikan kegiatan proyek menyangkut desain /
rekayasa sistem, pengembangan produk, operasi / produksi, instalasi / testing /
commissioning dan purna jual serta mengendalikan penyerahan hasil proyek agar
sesuai dengan permintaan baik dari aspek waktu, anggaran biaya dan tingkat kualitas
yang dibutuhkan.
Melaporkan status proyek dan proses kemajuannya secara berkala.
Melakukan pengendalian terhadap ketidaksesuaian pelaksanaan proyek dan
perubahan-perubahan rencana proyek serta melakukan koreksi dan pencegahan yang
diperlukan untuk menjaga tingkat keberhasilan proyek
(Soeharto, 1999).
2.7 Work Breakdown Structure (WBS)
Menurut Husen (2009) WBS adalah suatu metode pengorganisasian proyek menjadi
struktur pelaporan hierarkis. WBS digunakan untuk melakukan breakdown atau memecah tiap
proses pekerjaan menjadi lebih detail. Hal ini dimaksudkan agar proses perencanaan proyek
memiliki tingkat keakuratan yang lebih baik. WBS disusun berdasarkan dasar pembelajaran
seluruh dokumen proyek yang meliputi kontrak, gambar-gambar, dan spesifikasi. Proyek
kemudian diuraikan menjadi bagian-bagian dengan mengikuti pola struktur dan hirarki
tertentu menjadi item-item pekerjaan yang cukup terperinci, yang disebut sebagai Work
Breakdown Structure. Semakin sering kita melakukan breakdown, maka semakin detail
perencanaan yang akan dibuat. Tidak ada pedoman baku sampai sejauh mana WBS harus
dilakukan. Tetapi yang perlu diingat adalah terlalu sering breakdown dilakukan, maka
semakin rumit pembuatan schedule, sehingga waktu dan biaya tambahan yang dikeluarkan
semakin besar.
UNIVERSITAS WIDYATAMA LANDASAN TEORI
II-7
Menurut Husen (2009) WBS pada umumnya dibuat dalam bentuk grafis. Adapun
contoh dari pembuatan WBS dalam bentuk grafis dapat dilihat pada Gambar 2.1. berikut ini.
Gambar 2.2 WBS dalam Bentuk Grafis
(Sumber: Husen, 2009)
Menurut Husen (2009) Namun demikian pada beberapa periode terakhir ini banyak
manajer proyek yang meninggalkan representasi WBS dalam bentuk grafis. Sebagai gantinya,
WBS ditampilkan dalam bentuk baru yang dinamakan indented list format. Pembuatan WBS
dalam bentuk baru dapat dilihat pada Gambar 2.1 di bawah ini.
1. Pekerjaan Sipil
1.1. Pekerjaan Persiapan
1.2. Pekerjaan Tanah
1.3. Pekerjaan Pondasi
1.4. Pekerjaan Struktur
1.4.1. Pekerjaan Struktur Lantai 1
1.4.2. Pekerjaan Struktur Lantai 2
2. Pekerjaan Arsitektur
2.1. Pekerjaan Pasangan Lantai
2.2. Pekerjaan Plesteran Lantai
2.2.1. Plesteran Trassam
2.2.2. Plesteran Dinding
2.2.3. Plesteran Beton
2.2.4. Acian
2.2.5. Benangan
2.3. Pekerjaan Plafond
UNIVERSITAS WIDYATAMA LANDASAN TEORI
II-8
Menurut Husen (2009) Adapun tiga manfaat utama WBS dalam proses perencanaan
dan pengendalian proyek adalah sebagai berikut:
a. Analisis WBS yang melibatkan manajer fungsional dan personel yang lain dapat
membantu meningkatkan akurasi dan kelengkapan pendefinisian proyek.
b. Menjadi dasar anggaran dan penjadwalan.
c. Menjadi alat kontrol pelaksanaan proyek, karena penyimpangan biaya dan jadwal
paket kerja tertentu dapat dibandingkan dengan WBS.
2.8 Penyusunan Diagram Jaringan Kerja
Menurut Husen (2009) Hal pertama yang harus dipahami dalam menyusun diagram
jaringan kerja adalah memahami hubungan ketergantungan antar proses. Maksudnya adalah
apakah suatu proses tertentu baru dapat dimulai ketika proses pendahulunya telah selesai
dilaksanakan, atau proses tersebut dapat dilakukan ketika proses sebelumnya belum selesai
dilaksanakan. Pemahaman terhadap hubungan ketergantungan antar proses dapat
mempercepat waktu pelaksanaan proyek dan menghemat biaya pelaksanaan.
Menurut Husen (2009) Dalam penyusunan diagram jaringan kerja, dua hal yang perlu
dipahami adalah istilah predecessor dan successor. Predecessor adalah tugas yang pertama
kali muncul (tugas sebelumnya) dan successor adalah tugas yang mengikutinya (tugas
sesudahnya). Penjelasan terhadap istilah predecessor dan successor dapat dilihat pada
Gambar 2.3. di bawah ini.
Gambar 2.3 Penjelasan Predecessor dan Successor
(Sumber: Husen, 2009)
2.9 Metode Critical Path Method (CPM)
Menurut Levin dan Kirkpatrick dalam Dannyanti (2010), metode jalur kritis critical
path method (CPM), yakni metode untuk merencanakan dan mengawasi proyek merupakan
sistem yang paling banyak dipergunakan diantara semua sistem lain yang memakai prinsip
pembentukan jaringan. Dengan CPM, jumlah waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan
berbagai tahap suatu proyek dianggap diketahui dengan pasti, demikian pula hubungan antara
sumber yang digunakan dan waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan proyek. CPM
UNIVERSITAS WIDYATAMA LANDASAN TEORI
II-9
adalah model manajemen proyek yang mengutamakan biaya sebagai objek yang dianalisis
(Siswanto dalam Dannyanti 2010). CPM merupakan analisa jaringan kerja yang berusaha
mengoptimalkan biaya total proyek melalui pengurangan atau percepatan waktu penyelesaian
total proyek yang bersangkutan.
Menurut Heizer dan Render dalam Dannyanti (2010), ada dua pendekatan untuk
menggambarkan jaringan proyek, yaitu kegiatan-pada-titik activity-on-node (AON) dan
kegiatan-pada-panah activity-on-arrow (AOA). Pada pendekatan AON, titik menunjukkan
kegiatan, sedangkan pada AOA, panah menunjukkan kegiatan. Gambar 2.4 mengilustrasikan
kedua pendekatan tersebut.
Gambar 2.4 Perbandingan Dua Pendekatan Menggambarkan Jaringan Kerja
(Sumber : Dannyanti, 2010)
UNIVERSITAS WIDYATAMA LANDASAN TEORI
II-10
Lintasan Kritis
Heizer dan Render dalam Dannyanti (2010) menjelaskan bahwa dalam dalam
melakukan analisis jalur kritis, digunakan dua proses two-pass, terdiri atas forward pass dan
backward pass. ES dan EF ditentukan selama forward pass, LS dan LF ditentukan selama
backward pass. ES (earliest start) adalah waktu terdahulu suatu kegiatan dapat dimulai,
dengan asumsi semua pendahulu sudah selesai. EF (earliest finish) merupakan waktu
terdahulu suatu kegiatan dapat selesai. LS (latest start) adalah waktu terakhir suatu kegiatan
dapat dimulai sehingga tidak menunda waktu penyelesaian keseluruhan proyek. LF (latest
finish) adalah waktu terakhir suatu kegiatan dapat selesai sehingga tidak menunda waktu
penyelesaian keseluruhan proyek.
ES = Max {EF semua pendahulu langsung}
EF = ES + Waktu kegiatan
LF = Min {LS dari seluruh kegiatan yang langsung mengikutinya}
LS = LF – Waktu kegiatan
Setelah waktu terdahulu dan waktu terakhir dari semua kegiatan dihitung, kemudian
jumlah waktu slack (slack time) dapat ditentukan. Slack adalah waktu yang dimiliki oleh
sebuah kegiatan untuk bisa diundur, tanpa menyebabkan keterlambatan proyek keseluruhan
(Heizer dan Render dalam Dannyanti, 2010).
Slack = LS – ES
Slack = LF – EF
Menurut Husen, float adalah batas toleransi keterlambatan suatu kegiatan yang dapat
dimanfaatkan untuk optimasi waktu dan alokasi sumber daya. Jenis – jenis float adalah:
TF (Total Float)
Waktu tenggang maksimum dimana suatu kegiatan boleh terlambat tanpa menunda
waktu penyelesaian proyek, berguna untuk menentukan lintasan kritis, dimana nilai