Idulfitri tanpa Kor • pSI pengirimnya. Memang KPKmengkhawatir- kan parsel "tingkat tinggi" yang isinya bukan hanya makanan dan minuman ringan, tetapi yang nilainya puluhan hingga ratusan juta rupiah. Ukuran parselnya boleh jadi keeil, tetapi isinya bisa BPKB mobil atau kunei rumah atau apartemen. Seharusnya larangan itu bu- kan hanya bagi pejabat BUMN atau pejabat tinggi lainnya, teta- pi juga terlarang bagi seluruh aparat publik yang memiliki oto- ritas kebijakan. Mengapa? Se- bab parsel yang dikirimkan ber- keeenderungan mengarah ke gratifikasi yang dapat memeng- aruhi kebijakan dan pelayanan terhadap masyarakat. Selama ini, sorotan terhadap fenomena parsel yang berkono- tasi gratifikasi selalu berfokus kepada pejabat tinggi atau pe- megang otoritas di level atas. Padahal, di level bawah juga sa- ma-sama menggelisahkan ba- nyak orang. Misalnya orang tua siswa yang prestasi anaknyajeb- lok harus mengirim parsel kepa- da guru kelas anaknya agar pe- ringkat si anak di kelas diharap- kan meningkat. Inijelas merugi- kan murid lain yang peringkat- nya tergeser oleh si anak pem- beri parsel tadi. Parsel juga mungkin dikirimkan oleh maha- siswa yang akan sidang skripsi kepada dosen calon pengujinya. Ada pula anggota masyarakat yang memberikan hadiah kepa- da pegawai di tingkat kelurahan atau kecamatan agar proses pengurusan administrasi menja- di mudah dan cepat. ~----------~------------~--~----~----~--- Oleh ACENG ABDULLAH M ENJELANG Lebar- an tahun ini, sejum- lah badan usaha mi- lik negara (BUMN) dan badan usaha milik daerah (BUMD) memasang iklan di beberapa media massa cetak berisi larang- an pemberian parsel dari siapa pun bagi para pejabatnya. La- rangan ini menyusul imbauan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) dalam upaya meningkat- kan pemerintahan yang bersih dari korupsi, di samping sebagai perwujudan penerapan prinsip good corporate governance. Iklan tersebut ditanggapi beragam oleh masyarakat. Ada yang setuju, ada juga yang me- nyatakan iklan itu hanya imbau- an kosong yang "hangat-hangat tahi ayam", Pasalnya, parsel ma- sa kini sudah semakin canggih bukan sekadar bingkisan Lebar- an konvensional yang dikirim via kurir biasa. Kirim-mengirim bingkisan Lebaran bagi masyarakat kita sejak lama menjadi tradisi. Dulu orang saling mengirim bingkis- an (biasanya makanan) dengan tulus tanpa pamrih. Semua dila- kukan dalam upaya menjalin re- lasi sosial di antara kerabat de- kat. Antropolog Praneis Mareel Mauss melontarkan teori gift exchange atau gift-giving, yaitu masyarakat tradisional yang me- miliki relasi sosial antarwarga yang hangat dan selalu memba- ngun hubungan sosial secarafa- ce-to:face memiliki kebiasaan bertukar bingkisan (gift ex- change) dan memberikan bing- kisan (gift giving). Kebiasaan seperti ini dilangsungkan dalam peristiwa tertentu, seperti hajat- an atau pada hari raya. Namun, dalam masyarakat modem, pengiriman bingkisan atau kado itu maknanya sudah bergeser. Pengiriman kado atau parsel bagi pihak tertentu, khu- susnya bagi pejabat atau penen- tu kebijakan bukan sebatas ucapan selamat tanpa pamrih, justru sebaliknya. Ketulusan mereka mengirim kado menjadi semakin semu. Parsel pun men- jadi simbol komunikasi yang tu- juannya gampang ditebak, ken- dati dalam kartu Lebaran yang ditempelkan pada parsel itu sa- ma sekali tidak menyebutkan embel-embellain selain ucapan selamat Idulfitri dan identitas Kliping Humas Unpad 2010