Top Banner
IDENTIFIKASI SENYAWA ANTIOKSIDAN DARI TANAMAN KEMANGI DAERAH BOGOR DAN PANDEGLANG DENGAN PENDEKATAN METABOLOMIK SKRIPSI NIKKO PRASETYO UTOMO PROGRAM STUDI KIMIA FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2021 M / 1442 H
102

IDENTIFIKASI SENYAWA ANTIOKSIDAN DARI TANAMAN …

Oct 16, 2021

Download

Documents

dariahiddleston
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: IDENTIFIKASI SENYAWA ANTIOKSIDAN DARI TANAMAN …

IDENTIFIKASI SENYAWA ANTIOKSIDAN DARI

TANAMAN KEMANGI DAERAH BOGOR DAN

PANDEGLANG DENGAN PENDEKATAN METABOLOMIK

SKRIPSI

NIKKO PRASETYO UTOMO

PROGRAM STUDI KIMIA

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2021 M / 1442 H

Page 2: IDENTIFIKASI SENYAWA ANTIOKSIDAN DARI TANAMAN …

IDENTIFIKASI SENYAWA ANTIOKSIDAN DARI TANAMAN

KEMANGI DAERAH BOGOR DAN PANDEGLANG DENGAN

PENDEKATAN METABOLOMIK

SKRIPSI

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sains

Program Studi Kimia

Fakultas Sains dan Teknologi

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

Oleh

NIKKO PRASETYO UTOMO

NIM : 11160960000034

PROGRAM STUDI KIMIA

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2021 M / 1442 H

Page 3: IDENTIFIKASI SENYAWA ANTIOKSIDAN DARI TANAMAN …

IDENTIFIKASI SENYAWA ANTIOKSIDAN DARI TANAMAN

KEMANGI DAERAH BOGOR DAN PANDEGLANG DENGAN

PENDEKATAN METABOLOMIK

SKRIPSI

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sains

Program Studi Kimia

Fakultas Sains dan Teknologi

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

Oleh

NIKKO PRASETYO UTOMO

NIM : 11160960000034

Menyetujui,

Pembimbing I Pembimbing II

Tarso Rudiana, M.Si. Rudi Heryanto, M.Si

NIDN. 0425028704 NIP. 19760428 200501 1 002

Mengetahui,

Ketua Program Studi Kimia

Dr. La Ode Sumarlin, M.Si.

NIP. 19750918 200801 1 007

Page 4: IDENTIFIKASI SENYAWA ANTIOKSIDAN DARI TANAMAN …

PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI

Skripsi yang berjudul “Identifikasi Senyawa Antioksidan dari Tanaman

Kemangi Daerah Bogor dan Pandeglang dengan Pendekatan Metabolomik”

telah diuji dan dinyatakan LULUS pada Sidang Munaqosah Fakultas Sains dan

Teknologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta pada Senin, 1

Febuari 2021. Skripsi ini telah diterima untuk memenuhi salah satu syarat untuk

memperoleh gelar Sarjana Sains Program Studi Kimia.

Menyetujui,

Penguji I Penguji II

Dr. Sandra Hermanto, M.Si. Ahmad Fathoni, M.Si

NIP. 19750810 200501 1 005 NIP. 19911113 201801 1 002

Pembimbing I Pembimbing II

Tarso Rudiana, M.Si. Rudi Heryanto, M.Si

NIDN. 0425028704 NIP. 19760428 200501 1 002

Mengetahui,

Dekan Fakultas Sain dan Teknologi Ketua Program Studi Kimia

Prof. Dr. Lily Surayya Eka Putri, M.Env.Stud Dr. La Ode Sumarlin, M.Si.

NIP. 19690404 200501 2 005 NIP. 19750918 200801 1 007

Page 5: IDENTIFIKASI SENYAWA ANTIOKSIDAN DARI TANAMAN …

PENYATAAN

DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI ADALAH

HASIL KARYA SENDIRI DAN BELUM PERNAH DIAJUKAN SEBAGAI

SKRIPSI ATAU KARYA ILMIAH PADA PERGURUAN TINGGI ATAU

LEMBAGA MANAPUN

Jakarta, 6 Febuari 2021

Nikko Prasetyo Utomo

11160960000034

Page 6: IDENTIFIKASI SENYAWA ANTIOKSIDAN DARI TANAMAN …

i

ABSTRAK

NIKKO PRASETYO UTOMO. Identifikasi Senyawa Antioksidan dari

Tanaman Kemangi Daerah Bogor dan Pandeglang dengan Pendekatan

Metabolomik. Dibimbing oleh TARSO RUDIANA dan RUDI HERYANTO.

Kemangi (Ocimum basilicum) merupakan salah satu tanaman fungsional

yang popular di masyarakat Jawa Barat dan Banten. Tanaman tersebut memiliki

potensi sebagai antioksidan. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi

senyawa aktif antioksidan dan menentukan senyawa penciri (biomarker) dari

tanaman kemangi asal Jawa Barat dan Banten melalui pendekatan metabolomik.

Sampel diperoleh dari tujuh pohon yang berbeda pada suatu lahan di daerah

Kabupaten Bogor (Jawa Barat) dan Kabupaten Pandeglang (Banten). Kemangi

diekstraksi dengan teknik maserasi menggunakan pelarut metanol selama 24

jam, diukur aktivitas antioksidan dengan metode 2,2-difenil-1-pikrilhidrazil

(DPPH). Analisis kandungan metabolit sekunder menggunakan liquid

chromatography-mass spectrometry (LC-MS/MS) dan penentuan senyawa

penciri (biomarker) menggunakan aplikasi Unscramble X melalui analisis PCA.

Hasil Penelitian menunjukkan bahwa kemangi memiliki 24 senyawa metabolit

sekunder yang terdiri dari golongan terpenoid, fenolik hidrokuinon, flavonoid,

dan fenil propanoid. Sampel asal Kabupaten Pandeglang (Pandeglang 7)

memiliki nilai aktivitas antioksidan tertinggi dengan IC50 sebesar 43,35 ppm.

Berdasarkan hasil analisis PCA, senyawa penciri kemangi Pandeglang adalah

nevadensin dan kemangi Bogor adalah salvigenin. Aktivitas antioksidan dari

tanaman ini kemungkinan dipengaruhi oleh senyawa pencirinya.

Kata kunci : Antioksidan, kemangi, metabolomik, pangan fungsional

Page 7: IDENTIFIKASI SENYAWA ANTIOKSIDAN DARI TANAMAN …

ii

ABSTRACT

NIKKO PRASETYO UTOMO. Identification of Antioxidant Compounds

from the Basil Plant in Bogor and Pandeglang with a Metabolomic Approach.

Supervised by TARSO RUDIANA and RUDI HERYANTO.

Basil (Ocimum basilicum) is a functional plant that is popular in the people

of West Java and Banten. These plants have potential as antioxidants. This study

aims to identify active antioxidant compounds and determine biomarkers of basil

from West Java and Banten through a metabolomic approach. Samples were

obtained from seven different trees on land in Bogor Regency (West Java) and

Pandeglang Regency (Banten). Basil was extracted by maceration technique

using methanol solvent for 24 hours, measured the antioxidant activity by the

2,2-diphenyl-1-picrylhydrazyl (DPPH) method. Analysis of the content of

secondary metabolites using liquid chromatography-mass spectrometry (LC-

MS/MS) and determination of biomarkers using the Unscramble X application

through PCA analysis. The results showed that basil has 24 secondary

metabolites consisting of terpenoids, phenolic hydroquinone, flavonoids, and

phenyl propanoid. Samples from Pandeglang Regency (Pandeglang 7) had the

highest value of antioxidant activity with an IC50 of 43.35 ppm. Based on the

results of PCA analysis, the characteristic compound for Pandeglang basil is

nevadensin and for Bogor basil is salvigenin. The antioxidant activity of this

plant is likely influenced by its compound.

Keywords: Antioxidant, basil, functional food, metabolomic

Page 8: IDENTIFIKASI SENYAWA ANTIOKSIDAN DARI TANAMAN …

iii

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum warohmatullahi wabarokatuh

Segala puji hanya milik Allah Taala, karena atas izin-Nya penulis dapat

menyelesaikan skripsi ini. Shalawat dan salam semoga selalu tercurah kepada

Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi Wasallam, beserta keluarganya dan para

sahabatnya yang setia mengorbankan jiwa raga dan lainnya untuk tegaknya syiar

Islam yang pengaruh dan manfaatnya kini masih terasa.

Skripsi yang berjudul IDENTIFIKASI SENYAWA ANTIOKSIDAN

DARI TANAMAN KEMANGI DAERAH BOGOR DAN PANDEGLANG

DENGAN PENDEKATAN METABOLOMIK ini disusun di Fakultas Sains

dan Teknologi Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

Skripsi ini tidak mungkin selesai tanpa pihak-pihak yang terus memberikan

bimbingan dan dukungannya, sehingga ucapan terimakasih penulis sampaikan

kepada :

1. Tarso Rudiana, M.Si, selaku Pembimbing I yang telah memberikan

bimbingan dan pengarahan kepada penulis selama berlangsungnya penelitian

serta meluangkan waktunya untuk berdiskusi.

2. Rudy Heryanto, M.Si selaku Pembimbing II yang telah memberikan

pengarahan, pengetahuan, serta bimbingannya sehingga banyak membantu

penulis dalam melaksanakan penelitian dan menyelesaikan penulisan skripsi

ini.

3. Dr. Sandra Hermanto, M.Si dan Ahmad Fathoni, M.Si, selaku penguji yang

memberikan kritik dan saran sehingga skripsi ini menjadi lebih baik.

4. Dr. La Ode Sumarlin, M.Si, selaku Ketua Program Studi Kimia Fakultas

Sains dan Teknologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

5. Nurhasni, M.Si selaku Sekretaris Program Studi Kimia Fakultas Sains dan

Teknologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

6. Prof. Dr. Lily Surayya Eka Putri, M.Env. Stud selaku Dekan Fakultas Sains

dan Teknologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

7. Anna Muawanah, M.Si selaku dosen pembimbing akademik.

8. Ayah dan ibu yang selalu mendoakan, menasehati, dan memotivasi penulis

dalam proses penyusunan skripsi ini.

Page 9: IDENTIFIKASI SENYAWA ANTIOKSIDAN DARI TANAMAN …

iv

9. Dosen-dosen yang selalu memotivasi dan memberi saran penulis dalam

proses penyusunan skripsi ini.

10. Analis Laboratorium IPB yang senantiasa memberikan arahan dan bantuan

kepada penulis.

11. Teman-teman Mahasiswa/i Program Studi Kimia Angkatan 2016 yang selalu

mendukung dan memotivasi penulis.

12. Serta semua pihak yang telah membantu secara langsung dan tidak langsung,

yang tidak dapat disebutkan satu persatu.

Penulis menyadari dalam penyusunan ini tidak lepas dari kekurangan. Oleh

karena itu, kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan. Semoga

skripsi ini memiliki suatu nilai manfaat.

Wassalamualaikum Warohmatullahi Wabarokatuh

Ciputat, Januari 2021

Nikko Prasetyo Utomo

Page 10: IDENTIFIKASI SENYAWA ANTIOKSIDAN DARI TANAMAN …

v

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK .......................................................................................................................... i

ABSTRACT ....................................................................................................................... ii

KATA PENGANTAR ...................................................................................................... iii

DAFTAR ISI...................................................................................................................... v

DAFTAR GAMBAR ....................................................................................................... vii

DAFTAR TABEL .......................................................................................................... viii

DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................................... ix

BAB I PENDAHULUAN .................................................................................................. 1

1.1 Latar Belakang ........................................................................................................ 1

1.2 Rumusan Masalah ................................................................................................... 4

1.3 Hipotesis Penelitian ................................................................................................ 4

1.4 Tujuan Penelitian .................................................................................................... 4

1.5 Manfaat Penelitian .................................................................................................. 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA....................................................................................... 6

2.1 Kemangi (Ocimum basilicum) ................................................................................ 6

2.1.1 Kandungan Kimia dan Manfaat Kemangi ....................................................... 7

2.2 Antioksidan ............................................................................................................. 8

2.3 Metode Pengukuran Antioksidan............................................................................ 9

2.4 Maserasi ................................................................................................................ 11

2.5 Liquid Chromatography Mass Spectrometry (LC-MS/MS) ................................. 12

2.6 Metabolomik ......................................................................................................... 13

BAB III METODE PENELITIAN ................................................................................ 15

3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ............................................................................... 15

3.2 Alat dan Bahan ..................................................................................................... 15

3.2.1 Alat ................................................................................................................ 15

Page 11: IDENTIFIKASI SENYAWA ANTIOKSIDAN DARI TANAMAN …

vi

3.2.2 Bahan ............................................................................................................. 15

3.3 Diagram Alir Penelitian ........................................................................................ 16

3.4 Prosedur Kerja ...................................................................................................... 17

3.4.1 Sampling Tanaman Kemangi ......................................................................... 17

3.4.2 Ekstraksi Sampel ........................................................................................... 17

3.4.3 Uji Aktivitas Antioksidan .............................................................................. 18

3.4.4 Analisis Senyawa Kimia dengan LC-MS/MS ............................................... 19

3.4.5 Pengolahan Data LC-MS/MS dengan Pendekatan Metabolomik .................. 20

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ........................................................................ 21

4.1 Ekstraksi Metabolit Sekunder Sampel Daun Kemangi ......................................... 21

4.2 Identifikasi Profil Metabolit Kemangi .................................................................. 23

4.3 Uji Antioksidan Ekstrak Metanol Kemangi .......................................................... 30

4.4 Pengenalan Pola Metabolit Kemangi dengan Teknik PCA .................................. 33

4.4.1 Analisis Plot Skor PCA ................................................................................. 33

4.4.2 Analisis Plot Loading PCA ............................................................................ 36

4.4.3 Analisis Biplot PCA ...................................................................................... 37

BAB V PENUTUP ........................................................................................................... 39

5.1 Simpulan ............................................................................................................... 39

5.2 Saran ..................................................................................................................... 39

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................... 40

LAMPIRAN..................................................................................................................... 46

Page 12: IDENTIFIKASI SENYAWA ANTIOKSIDAN DARI TANAMAN …

vii

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1. Tanaman kemangi............................................................................................ 6

Gambar 2. Struktur senyawa metabolit sekunder tanaman kemangi ................................. 7

Gambar 3. Reaksi uji aktivitas antioksidan dengan DPPH ............................................. 10

Gambar 4. Instrumentasi LC-MS/MS ............................................................................. 12

Gambar 5. Ilustrasi pengambilan sampel tanaman kemangi Bogor dan Pandeglang ...... 17

Gambar 6. Ekstrak kemangi Bogor dan Pandeglang hasil maserasi ............................... 22

Gambar 7. Kromatogram kemangi Bogor 1 .................................................................... 24

Gambar 8. Kromatogram kemangi Pandeglang 1 ........................................................... 24

Gambar 9. Struktur senyawa salvigenin .......................................................................... 32

Gambar 10. Struktur senyawa nevadensin ...................................................................... 32

Gambar 11. Analisis plot skor PCA ................................................................................ 34

Gambar 12. Pengelompokkan sampel kemangi Bogor dan Pandeglang ......................... 35

Gambar 13. Analisis plot loading PCA ........................................................................... 36

Gambar 14. Penentuan senyawa penciri (biomarker) kemangi Bogor dan Pandeglang . 37

Gambar 15. Analisis biplot PCA kemangi Bogor dan Pandeglang ................................. 38

Page 13: IDENTIFIKASI SENYAWA ANTIOKSIDAN DARI TANAMAN …

viii

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1. Kondisi topografi daerah sampel ........................................................................ 21

Tabel 2. Hasil maserasi kemangi asal Bogor dan Pandeglang ......................................... 23

Tabel 3. Area (max) metabolit sekunder kemangi asal Bogor dan Pandeglang ............... 26

Tabel 4. Area (max) metabolit sekunder kemangi asal Bogor dan Pandeglang (lanjutan)

.............................................................................................................................. 27

Tabel 5.Area (max) metabolit sekunder kemangi asal Bogor dan Pandeglang (lanjutan) 28

Tabel 6. Kandungan metabolit sekunder kemangi asal Bogor dan Pandeglang ............... 28

Tabel 7. Kandungan metabolit sekunder kemangi asal Bogor dan Pandeglang (lanjutan)

.............................................................................................................................. 29

Tabel 8. Nilai IC50 kemangi asal Bogor dan Pandeglang ................................................. 30

Tabel 9. Nilai IC50 kemangi asal Bogor dan Pandeglang (lanjutan) ............................... 31

Page 14: IDENTIFIKASI SENYAWA ANTIOKSIDAN DARI TANAMAN …

ix

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. Uji antioksidan daun kemangi Bogor dan Pandeglang…………………… 46

Lampiran 2. Kromatogram LC-MS/MS kemangi Bogor dan Pandeglang……………...55

Lampiran 3. Hasil interpretasi data LC-MS/MS……………………………………….. 70

Lampiran 4. Data spektrum fragmentasi senyawa metabolit sekunder kemangi Bogor

dan Pandeglang…………………………………………………………... 74

Lampiran 5. Pola fragmentasi MS2 senyawa biomarker kemangi……………………...86

Page 15: IDENTIFIKASI SENYAWA ANTIOKSIDAN DARI TANAMAN …

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Tanaman diciptakan oleh Allah SWT berfungsi sebagai bahan makanan agar

dapat bermanfaat untuk keberlangsungan hidup manusia. Manfaat tumbuhan

tersebut sesuai dengan firman Allah SWT dalam Al-Quran surat Abasa ayat 24-32

sebagai berikut :

Artinya: “Maka hendaklah manusia itu memperhatikan makanannya.

Sesungguhnya Kami benar-benar telah mencurahkan air (dari langit),

kemudian Kami belah bumi dengan sebaik-baiknya, lalu Kami

tumbuhkan biji-bijian di bumi itu, anggur dan sayur-sayuran, zaitun

dan kurma, kebun-kebun (yang) lebat, dan buah-buahan serta rumput-

rumputan, untuk kesenanganmu dan untuk hewan- hewan ternakmu”

(Q.S. Abasa: 24-32).

Berdasarkan ayat di atas, dalam Q.S Abasa ayat 24-32 menjelaskan bahwa

tanaman itu sangat berguna dan kaya manfaat bagi manusia. Selain itu, keduanya

pun juga saling membutuhkan. Berdasarkan tafsir Ilmi Kementrian Agama

menafsirkan ayat-ayat ini memberitahukan bahwa Allah menciptakan tumbuhan

sebagai sumber makanan bagi manusia dan hewan (Kemenag, 2014). Melalui

tumbuhan, tubuh manusia dan hewan mendapat semua elemen yang diperlukan

bagi eksistensi biologisnya. Selanjutnya, Allah menciptakan beragam rasa pada

Page 16: IDENTIFIKASI SENYAWA ANTIOKSIDAN DARI TANAMAN …

2

hasil tumbuhan yang dimakan itu agar manusia dapat bersyukur. Kecenderungan

masyarakat Indonesia untuk mengkonsumsi makanan fungsional sebagai sumber

nutrisi semakin meningkat. Kemangi biasanya digunakan sebagai lalapan

makanan dan bahan produk olahan berupa minuman. (Winarti dan Nurdjanah,

2005).

Provinsi Jawa Barat dan Banten dikenal memiliki berbagai jenis tanaman

yang berpotensi untuk dikembangkan sebagai bahan pangan fungsional. Kemangi

(Ocimum basilicum) memiliki bioaktivitas sebagai antioksidan, antibakteri, dan

antidiabetes. Golongan senyawa metabolit sekunder yang terkandung dalam

tanaman kemangi, yaitu saponin, flavonoid, tanin, dan alkaloid (Sukandar et al.,

2015). Kemangi memiliki kandungan senyawa aktif seperti flavonoid, tanin,

saponin, steroid, triterpenoid, dan minyak atsiri (Sudarsono et al., 2002).

Martiningsih dan Suryanti (2017) telah mengidentifikasi fitokimia daun kemangi

yang berasal dari daerah Bali mengandung senyawa metabolit sekunder flavonoid,

saponin, steroid dan tanin. Sementara itu Restiyani et al, (2015), telah

mengidentifikasi senyawa fitokimia daun kemangi yang berasal dari daerah

Bandung mengandung senyawa metabolit sekunder flavonoid, kuinon, tanin, dan

polifenol. Berdasarkan penelitian tersebut diduga bahwa perbedaan topografi dari

suatu wilayah dapat mempengaruhi kandungan senyawa metabolit sekunder yang

terdapat pada suatu tanaman.

Tanaman ini telah terbukti memiliki aktivitas antibakteri, antioksidan, dan

antikanker. Kandungan senyawa metabolit sekunder di dalam tanaman kemangi

memiliki aktivitas biologis (Evelyne, 2008). Tatiana dan Ria (2020), telah

Page 17: IDENTIFIKASI SENYAWA ANTIOKSIDAN DARI TANAMAN …

3

menguji aktivitas antioksidan dari ekstrak daun kemangi dan mendapatkan nilai

IC50 sebesar 39,77 ppm.

Metabolomik merupakan bidang ilmu yang melibatkan pengukuran metabolit

secara komprehensif dan merupakan ilmu yang menggabungkan ilmu biologi,

kimia analitik dan bioinformatik. Ada tiga pendekatan utama yang digunakan

dalam metabolomik: (i) Targeted approach yakni analisis yang ditargetkan

komponen metabolitnya (pengukuran kuantitatif dan tepat dari konsentrasi

metabolit yang diketahui), (ii) Untargeted approach (pengukuran metabolomik

secara komprehensif melalui analisis PCA), dan (iii) Metabolite fingerprinting

(pengukuran cepat, total evaluation biochemical fingerprint untuk diskriminasi

sampel yang berbeda dimana identifikasi metabolit tidak diperlukan) (Putri et al.,

2017). Humrawali dan ali (2012), telah melakukan pencarian biomarker lipid dan

pengelompokkan lipid di Muara Sungai Selangor dengan menggunakan analisi

metabolomik PCA. Evaluasi metabolit berdasarkan penelitian yang telah

dilakukan menyimpulkan adanya penemuan biomarker kemotaksonomikal

dari variasi genus dan spesies tanaman yang berdekatan. Senyawa penciri

yang diperoleh merupakan senyawa penanda untuk sampel tanaman yang diuji

(Farag et al., 2013).

Penelitian ini mengidentifikasi senyawa yang memiliki aktivitas antioksidan

dari tanaman kemangi daerah Bogor dan Pandeglang melalui analisis liquid

chromatography-mass spectroscometry (LC-MS/MS) menggunakan pendekatan

untargeted metabolomik.

Page 18: IDENTIFIKASI SENYAWA ANTIOKSIDAN DARI TANAMAN …

4

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian di atas, rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimanakah aktivitas antioksidan pada ekstrak metanol daun kemangi

yang berasal dari Bogor dan Pandeglang?

2. Senyawa apa saja yang terkandung pada ekstrak metanol daun kemangi yang

berasal dari Bogor dan Pandeglang?

3. Bagaimanakah senyawa penciri (biomarker) dan profil senyawa kimia pada

ekstrak metanol daun kemangi dari Bogor dan Pandeglang menggunakan

pendekatan metabolomik?

1.3 Hipotesis Penelitian

Hipotesis penelitian ini adalah:

1. Aktivitas antioksidan pada ekstrak metanol daun kemangi yang berasal dari

Bogor dan Pandeglang sangat kuat.

2. Senyawa metabolit sekunder yang terdapat pada ekstrak metanol daun

kemangi Bogor dan Pandeglang, yaitu alkaloid, polifenol, triterpenoid,

flavonoid, saponin, steroid, kuinon, dan tanin.

3. Senyawa penciri (biomarker) dan profil senyawa kimia dipengaruhi oleh

kondisi topografi dari tanaman kemangi.

1.4 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah :

1. Mengetahui aktivitas antioksidan pada ekstrak metanol daun kemangi yang

berasal dari Bogor dan Pandeglang.

Page 19: IDENTIFIKASI SENYAWA ANTIOKSIDAN DARI TANAMAN …

5

2. Mengetahui senyawa metabolit sekunder yang terkandung pada ekstrak

metanol daun kemangi yang berasal dari Bogor dan Pandeglang.

3. Mengetahui senyawa penciri (biomarker) dan profil senyawa kimia pada

ekstrak metanol daun kemangi dari Bogor dan Pandeglang menggunakan

pendekatan metabolomik.

1.5 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan beberapa manfaat, diantaranya

yaitu :

1. Memberi informasi mengenai biomarker dan profil senyawa kima melalui

pendekatan metabolomik yang selanjutnya dapat digunakan sebagai dasar

pengembangan pemanfaatan kemangi sebagai tanaman pangan fungsional.

2. Memberi informasi mengenai jenis tumbuhan kemangi yang memiliki

kandungan antioksidan tertinggi sehingga dapat digunakan dasar untuk

pemilihan pengembangbiakan tanaman kemangi.

Page 20: IDENTIFIKASI SENYAWA ANTIOKSIDAN DARI TANAMAN …

6

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kemangi (Ocimum basilicum)

Kemangi merupakan tanaman yang tumbuhnya tegak dengan cabang yang

banyak. Tanaman ini berbentuk perdu dengan tinggi 0,3 hingga 1 meter. Ciri dari

tanaman ini, yaitu daunnya sederhana, berwarna hijau dan berbau harum. Bagian

tangkai daun mempunyai panjang 2,5 cm, daun berbentuk elips dengan ukuran 2,5

- 5 cm x 1-2,5 cm (Siemonsma dan Piluek, 1994). Morfologi tanaman kemangi

dapat dilihat pada Gambar 1.

Gambar 1. Tanaman kemangi (Siemonsma dan Piluek, 1994)

Klasifikasi tanaman (Baseer dan Jain, 2016)

Kingdom : Plantae

Divisi : Magnoliophyta

Kelas : Magnoliopsida

Ordo : Lamiales

Family : Lamiaceae

Genus : Ocimum

Spesies : Ocimum sanctum L.

Kemangi memiliki rasa yang lebih tajam dan lebih pedas dibandingkan

dengan tanaman lain dengan genus yang sama. Tanaman ini

Page 21: IDENTIFIKASI SENYAWA ANTIOKSIDAN DARI TANAMAN …

7

biasanya dimanfaatkan sebagai sayuran terutama bagian daunnya. Kemangi

dikembangbiakkan dengan bijinya. Kemangi dapat hidup pada ketinggian 450-

1100 mdpl dan tersebar hampir diseluruh daerah di Indonesia, seperti Jawa,

Madura, Bali, dan Ternate (Heyne, 1987).

Kemangi memiliki nama yang berbeda disetiap tempatnya, seperti kemangen

(Jawa), kamangi (Makassar), lampes (Jawa Tengah), uku-uku (Bali), lufe-lufe

(Ternate), suraung (Sunda), kemanghi (Madura), lemon basil (Inggris), basilic

citron (Perancis), dan maenglak (Thailand) (Heyne, 1987).

2.1.1 Kandungan Kimia dan Manfaat Kemangi

Kemangi mengandung vitamin A, vitamin C, lemak, karbohidrat, fosfor,

kalsium, besi, protein dan senyawa metabolit sekunder. Senyawa metabolit

sekunder yang umumnya terdapat di dalam tanaman kemangi, yaitu geranial,

neral, linalool, butyl stearat dan eugenol (Zabka et al., 2014). Struktur senyawa

tersebut dapat dilihat pada Gambar 2.

O

O

OH OH

O

O

O

Geranial Neral Linalool Eugenol

Butyl Stearat

Gambar 2. Struktur senyawa metabolit sekunder tanaman kemangi (Zabka et al., 2014)

Page 22: IDENTIFIKASI SENYAWA ANTIOKSIDAN DARI TANAMAN …

8

Kemangi mengandung tanin, flavonoid, alkaloid, terpenoid, saponin,

glikosida, serta asam amino primer dan sekunder (Sarah dan Lamia, 2015).

Dorothee et al. (2014), telah melakukan isolasi senyawa butil stearat dari tanaman

kemangi yang memiliki aktivitas antisickling. Secara tradisional, kemangi

dimanfaatkan sebagai lalapan makanan, minuman, serta obat tetes mata yang

digunakan untuk pengobatan penyakit katarak, glaukoma, dan kronis

konjungtivitis (Dadang dan Prijono, 2008).

2.2 Antioksidan

Antioksidan merupakan senyawa inhibitor yang berfungsi untuk menghambat

oksidasi dengan cara mendonorkan atom hidrogen membentuk radikal bebas tak

reaktif yang relatif stabil. Antioksidan dapat dibagi menjadi dua kelompok, yaitu

antioksidan alami dan antioksidan sintetik. Antioksidan alami berasal dari

tumbuhan yang dapat dikonsumsi. Antioksidan alami tersebar dibeberapa bagian

tanaman, seperti akar, batang, daun, dan buah (Pratt dan Hudson, 1992). Senyawa

antioksidan alami pada tumbuhan umumnya adalah vitamin E, vitamin C dan

senyawa fenolik atau polifenolik seperti flavonol dan asam-asam organik

polifungsional (Ardiansyah, 2007). Antioksidan sintetik berasal dari zat kimia

yang dapat berperan sebagai antioksidan didalam tubuh. Antioksidan sintetik yang

biasa ditambahkan dalam makanan, yaitu BHA, BHT, TBHQ, dan hidroksi anisol

(Ardiansyah, 2007).

Menurut Karyadi (1997), penggolongan antioksidan berdasarkan mekanisme

kerjanya dapat dibedakan menjadi 3 kelompok, yaitu :

Page 23: IDENTIFIKASI SENYAWA ANTIOKSIDAN DARI TANAMAN …

9

1. Antioksidan primer

Antioksidan primer berfungsi untuk mencegah pembentukan senyawa radikal

bebas baru. Antioksidan primer mengubah suatu senyawa radikal bebas baru

sebelum bereaksi dengan senyawa lain. Contoh dari antioksidan primer adalah

SOD (superokside dismutase).

2. Antioksidan sekunder

Antioksidan sekunder berfungsi mencegah terjadinya reaksi berantai dari

senyawa radikal bebas dengan senyawa lain. Contoh: flavonoid, vitamin C, dan

vitamin E.

3. Antioksidan tersier

Antioksidan tersier berfungsi memperbaiki kerusakan sel-sel yang

disebabkan oleh senyawa radikal bebas. Contoh : metionin reduktase.

Senyawa radikal bebas yang bereaksi di dalam tubuh mengakibatkan

disfungsional sistem metabolisme tubuh sehingga keberadaan antioksidan

diharapkan dapat mengimbangi reaksi radikal bebas (Ivanova dan Ivanov, 2000).

2.3 Metode Pengukuran Antioksidan

Pengukuran aktivitas antioksidan dapat dilakukan dengan beberapa metode,

yaitu ORAC (Oxygen Radical Absorbance Capacity), FRAP (Ferric Reducing

Antioxidant Power), ABTS (2,2-azino-bis (3-ethylbenzothiazoline-6-sulfonic acid)

), DPPH (1,1- diphenyl-2-picrylhydrazyl), FCR (Feed Convertion Ratio), TEAC

(Trolox equivalent antioxidant capacity), dan TRAP (Trapping Antioxidant

Parameter). Metode DPPH merupakan metode yang paling sering digunakan

untuk menguji aktivitas antioksidan. Metode DPPH sering digunakan karena hasil

Page 24: IDENTIFIKASI SENYAWA ANTIOKSIDAN DARI TANAMAN …

10

yang diperoleh akurat, cepat, reliable, sederhana, dan hanya membutuhkan sampel

dalam jumlah yang sedikit (Huang et al., 2005).

Tujuan metode DPPH adalah mengetahui konsentrasi yang memberikan

50% efek aktivitas antioksidan (IC50) (Molyneux, 2004). Prinsip dari metode

DPPH adalah pengukuran secara kuantitatif dengan melakukan penangkapan

radikal DPPH oleh suatu senyawa yang mempunyai aktivitas antioksidan. Reaksi

antara radikal bebas DPPH dengan suatu antioksidan fenolik ditampilkan pada

Gambar 3 (Molyneux, 2004).

Gambar 3. Reaksi uji aktivitas antioksidan dengan DPPH (Molyneux, 2004)

DPPH berwarna ungu dalam larutan dan dapat bereaksi dengan radikal lain

membentuk suatu senyawa yang bersifat stabil (Gambar 3). DPPH dapat bereaksi

dengan atom hidrogen (berasal dari suatu antioksidan) membentuk DPPH

tereduksi (DPPH Hidrazin) yang stabil (Pourmorad et al., 2006). Interaksi

antioksidan dengan DPPH baik secara transfer elektron atau radikal hidrogen pada

DPPH akan menetralkan karakter radikal bebas dari DPPH. Semua elektron pada

radikal bebas DPPH menjadi berpasangan sehingga warna larutan berubah dari

ungu tua menjadi kuning terang (Osman et al., 2004; dan Gurav et al., 2007).

Nilai IC50 didefinisikan sebagai besarnya konsentrasi senyawa uji yang dapat

meredam radikal bebas sebanyak 50%. Nilai IC50 dihitung dari persamaan regresi

linear yang menyatakan hubungan antara konsentrasi ekstrak (pada sumbu x) dan

Page 25: IDENTIFIKASI SENYAWA ANTIOKSIDAN DARI TANAMAN …

11

persen inhibisi (pada sumbu y) yang menunjukkan aktivitas peredaman DPPH.

Semakin kecil nilai IC50 maka aktivitas peredaman radikal bebas semakin tinggi

(Molyneux, 2004).

2.4 Maserasi

Maserasi adalah salah satu jenis metode ekstraksi dengan sistem tanpa

pemanasan atau lebih dikenal dengan istilah ekstraksi dingin. Metode maserasi

sangat menguntungkan untuk senyawa yang tidak termostabil karena struktur

senyawa tidak mudah rusak dan alat yang digunakan sederhana (Khopkar, 2002).

Prinsip maserasi adalah pengikatan/pelarutan senyawa metabolit sekunder

berdasarkan sifat kelarutannya dalam suatu pelarut (like dissolved like). Senyawa

yang polar atom-atom penyusunnya mempunyai perbedaan keelektronegatifan

yang tinggi. Sebaliknya senyawa yang nonpolar, atom-atom penyusunnya

mempunyai perbedaan keelektronegatifan yang rendah. Oleh karena itu senyawa

polar akan mempunyai dua kutub yang berbeda sehingga sering disebut sebagai

dipol, di mana kutub pertama akan bermuatan parsial positif dan kutub lain akan

bermuatan parsial negatif. Adanya perbedaan tersebut menyebabkan senyawa

polar hanya akan larut dengan senyawa polar dan senyawa non polar akan larut

dengan senyawa non polar (Ronald dan Paul, 2001).

Maserasi dilakukan dengan cara merendam sampel pada pelarut organik

dalam waktu yang relatif lama, pada suhu ruang, dan terlindungi dari cahaya.

Pelarut yang digunakan pada maserasi seperti metanol, etil asetat, n-heksana, dan

aseton. Pelarut yang digunakan pada maserasi akan masuk ke dalam sel melewati

dinding sel. Isi sel akan larut karena adanya perbedaan konsentrasi antara larutan

Page 26: IDENTIFIKASI SENYAWA ANTIOKSIDAN DARI TANAMAN …

12

di dalam dan di luar sel. Larutan yang memiliki konsentrasi tinggi akan terdesak

keluar dan diganti oleh pelarut yang memiliki konsentrasi rendah (Harbone,

1996).

2.5 Liquid Chromatography Mass Spectrometry (LC-MS/MS)

Liquid Chromatography Mass Spectrometry (LC-MS/MS) merupakan teknik

kromatografi cair dengan detektor spektrometer massa. Penggunaan LC-MS/MS

untuk penelitian dibidang bio-analisis dimulai pada akhir 1980-an (Bowers,

1989). LC-MS/MS berfungsi untuk memisahkan campuran senyawa berdasarkan

kepolarannya, setelah senyawa terpisah akan diidentifikasi berat molekulnya

melalui detektor massa. Data yang diperoleh adalah berat molekul ditambah

muatan ion (Audrey, 2003). Gambar instrumentasi LC-MS/MS dapat dilihat pada

Gambar 4.

Gambar 4. Instrumentasi LC-MS/MS (Audrey, 2003)

Metode LC-MS/MS telah banyak digunakan sebagai metode pemisahan dan

identifikasi bagi kebanyakan senyawa obat atau organik. Metode ini sangat

Page 27: IDENTIFIKASI SENYAWA ANTIOKSIDAN DARI TANAMAN …

13

sensitif dan selektif dibandingkan metode deteksi dengan detektor UV (Ortelli dan

Rudaz, 2000). Setelah pemisahan analit pada kolom HPLC, analit akan masuk ke

detektor massa. Pada detektor ini, analit akan mengalami ionisasi menjadi ion

dalam fase gas. Ion-ion tersebut akan terpisah berdasarkan rasio mass to charge

(m/z) dan akan terdeteksi berdasarkan kelimpahan masing-masing ion.

2.6 Metabolomik

Metabolomik adalah salah satu bagian penelitian omik yang berfokus pada

mengidentifikasi molekul metabolit pada suatu tanaman (Krastanov, 2011).

Metabolomik dapat diaplikasikan untuk mempelajari korelasi antara bioaktivitas

dan profil kimia yang pada akhirnya dapat digunakan untuk mengidentifikasi

komponen bioaktif pada tanaman (Yuliana et al., 2011).

Banyaknya data yang dihasilkan dari profil kimia menyebabkan analisis

statistik pada studi metabolomik harus menggunakan data multivariat. Salah satu

analisis data multivariat yang dapat digunakan untuk melihat korelasinya adalah

dengan orthogonal projection to letan structure (OPLS) (Maser et al., 2017).

Aplikasi analisis data multivariat yang umunya digunakan adalah SIMCA dan

Unscramble. Aplikasi ini digunakan untuk mengelompokkan senyawa metabolit

sekunder hasil fraksinasi menggunakan alat bantu seperti Liquid Chromatography

Mass Spectrometry (LC-MS/MS) dan Gas Chromatography Mass Spectrometry

(GC-MS).

Terdapat 2 model analisa multivariat dalam metabolomik, yaitu :

1. Metabolomik Prediktif

Page 28: IDENTIFIKASI SENYAWA ANTIOKSIDAN DARI TANAMAN …

14

Prinsip dari metabolomik prediktif adalah pemodelan statistic dimana profil

metabolit berperan sebagai variabel penjelas dan aktivitas fungsionalnya berperan

sebagai variabel respon. Analisis multivariate yang paling umum digunakan untuk

analisis prediktif adalah pendekatan berbasis Projection to Latent Structure (PLS)

(Putri et al., 2013).

2. Metabolomik Diskriminatif

Metatabolomik diskriminatif merupakan anilisi yang digunakan untuk

membedakan sampel tanpa memanfaatkan model statistik ataupun evaluasi

pathway hipotetik (Cevallos dan Reyes, 2012). PCA merupakan metode analisis

multi-variat yang paling umum digunakan dalam mengidentifikasi besarnya

signifikansi perbedaan antar marker secara statistik (Kobayashi et al., 2012).

Perhitungan analisis dengan menggunakan metode PCA adalah pemecahan

masalah persamaan Eigen. Adapun algoritma PCA secara umum sebagai berikut

(Johnson dan Wichern, 2007):

1. Rumus matriks kovarian dengan persamaan berikut:

𝐶𝑜𝑣 (𝑥𝑦) = ∑ 𝑥𝑦

𝑛− (x̄)(ȳ)

2. Rumus nilai eigen dengan persamaan berikut:

(𝐴 − 𝜆𝜄) = 0

Dimana A merupakan matriks data, 𝜆 merupakan nilai eigen, dan 𝜄 adalah

matriks identitas.

3. Rumus vektor dengan menyelesaikan persamaan berikut:

[𝐴 − 𝜆𝜄][𝑋] = 0

4. Variabel baru (PCA) dengan mengalikan variable asli dengan vektor eigen.

Page 29: IDENTIFIKASI SENYAWA ANTIOKSIDAN DARI TANAMAN …

15

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan September 2019 sampai dengan bulan

Maret 2020. Penelitian ini dilaksanakan di Pusat Laboratorium Terpadu UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta (Jl. Ir. H. Juanda, No. 95, Jl. Ciputat Raya No.15412,

Cempaka Putih, Kecamatan Ciputat Timur, Kota Tangerang Selatan, Banten

15412) dan Laboratorium Riset Unggulan IPB (Jl. Raya Dramaga, Babakan,

Dramaga, Bogor, West Java 16680).

3.2 Alat dan Bahan

3.2.1 Alat

Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah mortar, alat-alat gelas, botol

vial, pipet tetes, corong, pipet mikro, timbangan analitik, vaccum rotary

evaporator Heidolph, Liquid Chromatography Mass Spectrometry (LC-

MS/MS)(UHPLC Vanquish Tandem Q Exactive Plus Orbitrap HRMS Thermo

Scientific), Spektrofotometer UV-Vis (Perkin Elmer Lambda 25), Compound

Discoverer dan Unscramble X.

3.2.2 Bahan

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah kemangi yang berasal dari

daerah Bogor dan Pandeglang, metanol, asetonitril (LC-MS grade), metanol (LC–

MS grade) dan 1,1-difenil-2-pikrilhidrazil (DPPH) (MUG).

Page 30: IDENTIFIKASI SENYAWA ANTIOKSIDAN DARI TANAMAN …

16

3.3 Diagram Alir Penelitian

Maserasi dengan

metanol

Evaporasi pelarut

Ekstrak Pekat

Uji Antioksidan

dengan metode

DPPH

Analisis LC-MS/MS

Analisis profiling

dengan Unscramble

Maserat

Daun Kemangi

Pemilihan sampel dan

penentuan titik lokasi

sampling

Page 31: IDENTIFIKASI SENYAWA ANTIOKSIDAN DARI TANAMAN …

17

3.4 Prosedur Kerja

3.4.1 Sampling Tanaman Kemangi

Sampel kemangi yang digunakan dalam penelitian ini adalah daunnya yang

diambil dari pertanian daerah Kecamatan Leuwiliang (Kabupaten Bogor) dan

Kecamatan Saketi (Kabupaten Pandeglang). Masing – masing daerah dilakukan

pengambilan sampel sebanyak 7 daun dari tanaman kemangi. Pengambilan

sampel dilakukan pada suatu lahan pada waktu pagi hari. Sampel diambil pada

secara acak dan harus ada jarak antara satu sampel tanaman dengan sampel

tanaman lainnya seperti pada Gambar 5.

Gambar 5. Ilustrasi pengambilan sampel tanaman kemangi Bogor dan Pandeglang

3.4.2 Ekstraksi Sampel

Masing - masing sampel daun kemangi basah sebanyak 8 g dibersihkan dan

dihaluskan. Sampel halus daun kemangi dimaserasi selama 1 x 24 jam

menggunakan pelarut metanol sebanyak 100 mL terhadap seluruh sampel dan

dilakukan pada waktu yang bersamaan. Maserat dipisahkan dengan cara disaring

Page 32: IDENTIFIKASI SENYAWA ANTIOKSIDAN DARI TANAMAN …

18

kemudian dipekatkan dengan menggunakan vaccum rotary evaporator hingga

sampel berbentuk pasta. Ekstrak pekat metanol daun kemangi kemudian

dilakukan uji aktivitas antioksidan dengan metode DPPH dan dianalisis profil

senyawa kimianya dengan LC-MS/MS.

3.4.3 Uji Aktivitas Antioksidan

Aktivitas antioksidan diukur dengan metode DPPH dari kemampuannya

menstabilkan senyawa radikal DPPH menjadi DPPH non-radikal. Uji aktivitas

antioksidan diperlukan beberapa tahap diantaranya yaitu:

3.4.3.1. Pembuatan Larutan DPPH 0,002%

Pembuatan larutan DPPH 0,002% dilakukan dengan cara melarutkan 2 mg

DPPH bubuk dengan 100 mL metanol. Proses pembuatan larutan DPPH 0,002%

dilakukan ditempat gelap.

3.4.3.2. Pembuatan Larutan Sampel Uji

Larutan induk ekstrak metanol daun kemangi dibuat dengan konsentrasi 1000

ppm dengan cara sebanyak 2,5 mg ekstrak metanol ditambahkan dengan 250 mL

metanol kemudian dibuat deret dengan konsetrasi 800; 400; 200; 100; 50; 25;

12,5; dan 6,25 ppm.

3.4.3.3. Pemindaian Nilai Panjang Gelombang Maksimum

Larutan DPPH 0,002% dilakukan scanning panjang gelombang yang

menghasilkan nilai absorbansi paling tinggi pada rentang panjang gelombang 200-

Page 33: IDENTIFIKASI SENYAWA ANTIOKSIDAN DARI TANAMAN …

19

700 nm menggunakan spektrofotometer UV-Vis (Perkin Elmer Lambda 25).

3.4.3.4. Pengukuran % Inhibisi dan Nilai IC50 dengan Spektrofotometer UV

– Vis

Larutan sampel ekstrak daun kemangi Bogor dan Pandeglang dengan

berbagai konsentrasi sebanyak 2 mL ditambah 2 mL larutan DPPH 0,002%,

campuran divorteks kemudian didiamkan selama 30 menit di ruangan gelap.

Penentuan absorbansi diukur menggunakan panjang gelombang hasil scanning

dan dilakukan secara duplo. Sebagai blanko digunakan 2 mL metanol yang

ditambahkan dengan 2 mL DPPH 0,002%. Aktivitas antioksidan dihitung

menggunakan rumus berdasarkan Zhao et al. (2011) yang dinyatakan dalam

persentase inhibisinya terhadap radikal DPPH:

% Inhibisi = A. blanko − A. sampel

A. blanko x 100 %

% inhibisi sebagai ordinat (y) dan konsentrasi ekstrak sebagai absis (x) dan

persamaan regresi linier. Nilai IC50 ditentukan menggunakan persamaan regresi

linier yaitu y = ax + b, dimana y adalah absorbansi dan x adalah konsentrasi.

3.4.4 Analisis Senyawa Kimia dengan LC-MS/MS

Sebanyak 1 mg ekstrak pekat daun kemangi Bogor dan Pandeglang

dilarutkan dalam pelarut metanol. Sampel kemudian diinjeksikan sebanyak 20 μL

ke dalam LC-MS/MS (UltiMate 3000 RSLCnano) fase gerak asetonitril:metanol

(1:1) (isokratik), kolom C18 (RP18) superco, panjang kolom 50 mm, diameter

Page 34: IDENTIFIKASI SENYAWA ANTIOKSIDAN DARI TANAMAN …

20

dalam kolom 2,1 mm, ukuran partikel 1,8 μm dengan kecepatan alir diatur 0,2

mL/menit, suhu kolom 40 oC. Hasil pengukuran disajikan dalam bentuk

kromatogram, spektrum MS1, dan spectrum MS2 (Cuyckens dan Claeys, 2004).

3.4.5 Pengolahan Data LC-MS/MS dengan Pendekatan Metabolomik

Data kromatogram LC-MS/MS selanjutnya diolah menjadi data statistik

dengan bantuan aplikasi Compound Discoverer. Data statistik berupa group area

yang diperoleh tersebut kemudian diolah menjadi score plot dan loading plot

berbentuk Principal Component Analysis (PCA) dengan bantuan aplikasi

Unscramble untuk profiling senyawa kimia.

Page 35: IDENTIFIKASI SENYAWA ANTIOKSIDAN DARI TANAMAN …

21

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

Sampel kemangi pada penelitian ini diperoleh dari dua daerah, yaitu Bogor

dan Pandeglang yang memiliki kondisi geografis dan lingkungan yang berbeda.

Sampel dihaluskan terlebih dahulu dengan metode cacah sebelum masuk ke tahap

ekstraksi. Sampel dibersihkan dengan cara dicuci untuk menghilangkan pengotor

yang terdapat pada sampel, sementara penghalusan dilakukan untuk meningkatkan

luas permukaan sampel agar proses ekstrasi dapat berlangsung maksimal.

Tabel 1. Kondisi topografi daerah sampel (Website Resmi Provinsi Banten, 2012 ; Portal

Resmi Kabupaten Bogor, 2019)

Nama daerah

sampel

Ketinggian

(mdpl)

Suhu

(°C)

Curah Hujan

(mm/tahun)

Bogor 500 - 1000 20 – 30 2500 - 5000

Pandeglang 0 - 200 22 – 32 833 - 2712

Komposisi metabolit sekunder yang terdapat di dalam suatu tanaman

dipengaruhi oleh kondisi geografis dari daerah tanaman tersebut. Pada Tabel 1

dapat dilihat bahwa kondisi geografis dari daerah Bogor dan Pandeglang memiliki

perbedaan. Perbedaan geografis dari suatu daerah mempengaruhi kandungan

unsur hara yang terdapat di dalam tanah (Maser et al., 2017).

4.1 Ekstraksi Metabolit Sekunder Sampel Daun Kemangi

Sampel diekstraksi menggunakan metode maserasi, yaitu perendaman sampel

dengan pelarut dalam kurun waktu tertentu. Metode maserasi memungkinkan

pelarut mengambil kandungan senyawa metabolit yang terdapat di dalam sampel

(Prasetyorini et al., 2011). Maserasi juga tidak menggunakan pemanasan atau

Page 36: IDENTIFIKASI SENYAWA ANTIOKSIDAN DARI TANAMAN …

22

suhu tinggi, sehingga dapat mencegah terjadinya denaturasi senyawa metabolit

sekunder yang terdapat pada sampel.

Pelarut yang digunakan untuk maserasi daun kemangi, yaitu metanol yang

bersifat polar. Metanol dipilih sebagai pelarut karena besifat universal dan dapat

menarik seluruh senyawa yang bersifat nonpolar maupun polar. Metanol memiliki

struktur kimia yang kecil dan kepolaran yang tinggi sehingga mudah masuk ke

dalam sel yang akhirnya bisa melisiskan sel dan melarutkan seluruh kandungan

metabolit yang terdapat di dalam sitoplasma.

Gambar 6. Ekstrak kemangi Bogor dan Pandeglang hasil maserasi

Maserasi sampel kemangi dilakukan dalam keadaan tertutup agar pelarut

yang digunakan tidak menguap. Maserat seluruh sampel kemangi memiliki warna

hijau kehitaman dengan aroma yang segar dan pedas (Gambar 6). Ekstrak metanol

kemangi kemudian dipekatkan dengan menggunakan vaccum rotary evaporator.

Pemekatan bertujuan menghilangkan pelarut yang terdapat dalam ekstrak.

Page 37: IDENTIFIKASI SENYAWA ANTIOKSIDAN DARI TANAMAN …

23

Tabel 2. Hasil maserasi kemangi asal Bogor dan Pandeglang

Sampel Massa

Sampel (g)

Massa

Ekstrak (g)

Kemangi Bogor 1 8 0,83

Kemangi Bogor 2 8 0,88

Kemangi Bogor 3 8 1,33

Kemangi Bogor 4 8 0,76

Kemangi Bogor 5 8 0,99

Kemangi Bogor 6 8 0,59

Kemangi Bogor 7 8 0,77

Kemangi Pandeglang 1 8 1,63

Kemangi Pandeglang 2 8 1,18

Kemangi Pandeglang 3 8 0,82

Kemangi Pandeglang 4 8 0,7

Kemangi Pandeglang 5 8 0,67

Kemangi Pandeglang 6 8 1,43

Kemangi Pandeglang 7 8 2,01

Pada Tabel 2, ekstrak kemangi Pandeglang 7 memiliki massa ekstrak paling

tinggi yaitu sebesar 2,01 gram. Hasil ekstraksi daun kemangi pada setiap sampel

memiliki massa ekstrak yang berbeda-beda.

4.2 Identifikasi Profil Metabolit Kemangi

Pencarian mengenai banyaknya senyawa kimia yang terdapat dalam ekstrak

metanol kemangi dilakukan menggunakan LC-MS/MS. Informasi tersebut

digunakan untuk mengidentifikasi kandungan metabolit sekunder dari kemangi

yang diperoleh dari dua daerah yang berbeda. Gambar 7 dan 8 menunjukkan

kromatogram ion total dari kemangi Bogor 1 dan Pandeglang 1, dengan intensitas

ion sebagai sumbu y dan waktu retensi sebagai sumbu x. Kromatogram yang

dihasilkan oleh masing-masing sampel memiliki kemiripan pola dan secara umum

ditunjukkan pada Lampiran 4.

Page 38: IDENTIFIKASI SENYAWA ANTIOKSIDAN DARI TANAMAN …

24

Gambar 7. Kromatogram kemangi Bogor 1

Gambar 8. Kromatogram kemangi Pandeglang 1

Data hasil analisis LC-MS/MS memiliki beberapa puncak kromatogram pada

waktu retensi tertentu. Satu puncak kromatogram dapat mewakili ion molekul dari

berbagai senyawa akibat terjadinya koelusi pada saat proses pemisahan. Profilling

metabolit sekunder kemangi dengan LC-MS/MS menghasilkan tiga data yang

berukuran sangat besar dan kompleks, diantaranya intensitas puncak, waktu

retensi, dan nilai rasio massa terhadap muatan (m/z). Data tersebut dapat diperoleh

dengan pemrosesan data menggunakan perangkat lunak Compound Discoverer

RT: 0.00 - 15.01

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15

Time (min)

0

10

20

30

40

50

60

70

80

90

100

Re

lative

Ab

un

da

nce

14.22

6.91

1.13

5.89

9.07

12.9012.64

11.527.61

12.09 13.974.093.25 9.778.584.230.25 10.765.371.54 6.241.80 7.92 13.7910.304.032.87

NL:9.80E8

Base Peak F: FTMS + p ESI Full ms [100.0000-1500.0000] MS Bogor_1

RT: 0.00 - 15.01

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15

Time (min)

0

5

10

15

20

25

30

35

40

45

50

55

60

65

70

75

80

85

90

95

100

Re

lativ

e A

bu

nd

an

ce

6.90

1.13

5.90

12.92

12.66

12.07

7.61

5.4513.986.21 11.82 13.068.273.26 5.28 11.4910.764.400.31 13.291.56 4.230.90 7.88 10.518.56 14.098.84 9.205.171.80 3.852.952.56

NL: 1.04E9

Base Peak F: FTMS + p ESI Full ms [100.0000-1500.0000] MS Pandeglang_1

Page 39: IDENTIFIKASI SENYAWA ANTIOKSIDAN DARI TANAMAN …

25

yang menghasilkan tabel mass array (Theodoridis et al., 2008). Tujuan

dilakukannya pemrosesan data adalah untuk mengurangi derau (noise) dan

geseran pada garis dasar (background) pada kromatogram, sehingga dapat

meningkatkan hasil analisis kemometrik (Darusman et al. 2007).

Kromatogram LC-MS/MS yang diperoleh diubah menjadi data dalam bentuk

RAW File agar lebih mudah diolah. Selanjutnya, kumpulan data tersebut diproses

lebih lanjut untuk memisahkan puncak kromatogram yang berupa sinyal dan noise

(pengganggu) dengan melakukan koreksi baseline. Tahap berikutnya, yaitu

deteksi puncak untuk mengidentifikasi dan kuantifikasi sinyal yang terkait dengan

molekul dalam sampel, serta mereduksi kompleksitas data, sehingga analisis data

tersebut menjadi lebih mudah. Tahap deisotop bertujuan menyederhanakan

matriks data untuk tahap analisis berikutnya, dengan cara menyederhanakan

informasi yang melimpah. Tahap alignment merupakan tahap yang penting untuk

membandingkan sifat metabolit sekunder dari sampel yang dianalisis dengan cara

mencocokkan dan mengelompokkan puncak yang dihasilkan sampel, sebelum

memasuki tahap analisis secara statistika. Tahap gap filling diperlukan untuk

mendeteksi puncak dengan intensitas yang sangat rendah, kualitas bentuk yang

kurang baik, atau adanya kesalahan dalam mendeteksi puncak, sehingga dapat

mencegah terjadinya penarikan simpulan yang kurang tepat. Data yang telah

diidentifikasi mengalami normalisasi untuk mengoreksi dan menyempurnakan

data. Normalisasi dapat dilakukan melalui menghilangkan bias sistematik yang

tidak diinginkan dalam pengukuran (Castillo et al., 2011).

Hasil pemrosesan kromatogram LC-MS/MS yang diperoleh berupa tabel

mass array yang mengandung informasi mengenai intensitas puncak

Page 40: IDENTIFIKASI SENYAWA ANTIOKSIDAN DARI TANAMAN …

26

ternormalisasi, waktu retensi, dan massa akurat dari puncak yang terdeteksi.

Penggunaan perangkat lunak untuk menentukan puncak merupakan langkah

penting karena sangat berpengaruh terhadap hasil akhir analisis. Perlakuan

perangkat lunak berbeda untuk kumpulan data yang sama dapat menyebabkan

hasil akhir analisis yang berbeda pula (Theodoridis, 2008).

Dalam penelitian ini diperoleh data spektrum MS2 yang merupakan fragmen

spesifik dari suatu senyawa (Lampiran 4). Pendugaan komposisi senyawa

metabolit sekunder yang terdapat pada ekstrak metanol kemangi dilakukan dengan

mencocokkan nilai m/z dan pola fragmentasi metabolit sekunder pada database

MassBank (mona.fiehnlab.ucdavis.edu).

Tabel 3. Area (max) metabolit sekunder kemangi asal Bogor dan Pandeglang

Senyawa

Area (Max)

BGR

1

BGR

2

BGR

3

BGR

4

BGR

5

BGR

6

BGR

7

PDL

G 1

PDL

G 2

PDL

G 3

PDL

G 4

PDL

G 5

PDL

G 6

PDL

G 7

trans-

beta-

Ocime

ne

209

976

6.0

97

274

589

8.9

84

143

105

9.7

36

250

378

7.5

8

122

331

1.3

93

200

760

3.8

37

161

877

3.3

92

179

082

2.8

53

170

321

0.0

05

193

521

5.2

25

247

124

6.3

19

252

974

7.1

1

161

201

6.8

19

227

317

2.4

53

Thym

ol

493

170

.03

83

0 0

401

764

.78

46

0

356

543

.48

22

0

353

100

.05

88

385

417

.46

34

540

153

.84

8

710

152

.91

92

229

143

2.8

29

323

153

.75

07

245

998

3.9

19

Salvig

enin

864

327

12.

31

158

179

200

.1

899

445

18.

25

140

448

198

.7

794

613

37.

12

100

221

148

.6

893

696

84.

55

117

675

192

.5

793

240

58.

16

807

817

82.

02

129

661

065

.4

148

898

016

.9

621

182

21.

12

130

487

426

.4

p-

Cimen

e

399

425

8.5

48

309

848

4.1

44

167

151

6.5

98

330

880

1.5

91

853

748

.65

69

130

702

4.9

42

544

662

.59

29

224

838

9.5

61

308

940

3.0

49

333

143

5.6

43

523

497

0.1

9

699

703

1.0

85

328

058

6.6

98

808

986

8.0

68

Nevad

ensin

510

049

56.

42

844

013

93.

94

353

014

61.

33

814

649

06.

45

319

431

14.

59

557

892

37.

4

390

215

83.

34

636

457

29.

17

511

556

46.

75

579

710

34.

26

800

648

88.

48

112

289

852

.9

400

022

03.

18

993

800

17.

54

Nepet

oidin

A

536

074

1.2

25

135

469

6.3

99

427

513

.10

52

197

328

4.4

18

443

540

.01

9

816

969

.36

12

295

000

.37

45

161

321

8.5

39

359

062

4.1

63

617

573

7.7

63

714

465

2.0

7

123

522

85.

46

554

368

7.8

03

190

566

54.

13

Luteol

in

103

271

0.3

22

103

144

1.6

88

740

935

.52

82

137

992

5.6

7

564

549

.94

63

119

179

7.1

04

553

662

.83

37

145

015

4.7

11

126

099

7.4

46

111

292

0.4

9

227

023

6.0

76

125

211

6.7

39

612

386

.95

41

936

708

.18

57

Page 41: IDENTIFIKASI SENYAWA ANTIOKSIDAN DARI TANAMAN …

27

Tabel 4. Area (max) metabolit sekunder kemangi asal Bogor dan Pandeglang (lanjutan)

Hidro

morfo

n

221

384

2.1

12

114

146

58.

51

0

525

459

0.8

15

0

166

718

95.

28

0

515

936

9.0

12

0

192

251

5.6

31

670

402

9.1

64

273

499

4.6

36

0 0

Germa

kren-

D

0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

413

853

.61

79

0

339

350

.80

74

Gerani

l

asetat

0 0 0 0 0 0 0 0 0

757

69.

862

12

0

378

067

.82

02

0

448

704

.15

39

Gerani

al

279

653

7.8

75

477

463

.23

34

116

698

0.6

08

192

787

9.6

93

605

622

.39

91

110

418

2.2

74

529

276

.82

7

171

956

2.0

03

199

660

6.0

62

236

694

9.4

04

421

307

6.6

64

585

147

6.9

54

217

429

2.3

95

585

770

8.8

26

Genk

wanin

216

669

4.0

55

495

901

0.1

84

364

900

9.5

01

501

702

0.8

193

050

8.8

63

354

427

0.6

03

444

419

7.2

59

285

260

5.8

35

195

642

2.7

21

194

389

8.9

25

323

801

4.3

15

425

750

7.9

28

288

607

8.1

72

302

432

5.0

55

Garde

nin B

137

063

15.

94

268

733

66.

8

768

609

6.8

3

222

337

05.

2

878

534

1.3

147

592

16.

7

121

537

76.

67

153

109

99.

94

100

654

55.

89

108

864

11.

8

188

955

54.

45

281

649

65.

64

680

445

2.7

63

224

765

73.

02

Eugen

ol

275

881

.34

41

0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

210

197

.73

34

102

834

.64

2

118

214

.74

Asam

D-

Manur

onat

0

463

170

.70

62

350

469

.83

36

368

904

.78

79

0

460

430

.23

36

0

599

981

.69

98

333

624

.98

65

0

707

452

.46

73

0 0

358

432

.36

59

Dekstr

ometo

rfan

260

311

5.6

02

0 0 0 0 0 0 0 0

133

582

.56

38

0

168

804

9.8

16

889

446

.28

12

770

310

.79

37

Asam

Betuli

nat

123

080

0.4

67

986

934

.51

31

527

325

.19

46

903

444

.56

47

786

361

.36

9

814

937

.34

24

791

527

.99

56

901

021

.63

72

106

895

9.8

38

141

853

1.2

79

206

148

0.1

88

333

307

3.3

06

118

441

4.9

38

336

305

6.5

9

Basilo

l

180

815

.29

86

0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

Apige

nin

7,4'-

dimeti

l eter

997

910

0.6

09

165

199

13.

87

0

623

453

3.7

79

461

910

7.4

68

135

075

67.

98

114

296

86.

44

572

452

0.6

29

160

909

1.7

29

379

242

8.8

45

416

398

6.6

82

140

690

17.

91

0

566

066

0.5

29

Page 42: IDENTIFIKASI SENYAWA ANTIOKSIDAN DARI TANAMAN …

28

Tabel 5.Area (max) metabolit sekunder kemangi asal Bogor dan Pandeglang (lanjutan)

4-

Metok

si

sinam

aldehi

d

105

265

.64

5

0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

363

233

.75

48

0

321

169

.80

32

1-epi-

bisiklo

seskui

feland

rena

661

771

4.7

13

197

475

6.7

39

472

263

.25

59

0

979

926

.97

52

122

196

1.9

59

134

333

9.9

95

183

562

6.0

73

279

369

1.5

36

381

959

1.7

51

805

206

6.6

19

877

549

2.9

36

385

862

9.8

24

644

921

2.8

39

1,8-

Cineol

e

358

164

.04

27

227

052

.47

17

0

222

662

.66

79

0 0 0

159

598

.03

18

223

638

.77

79

313

363

.60

57

539

789

.04

97

592

670

.11

98

298

660

.91

47

485

009

.33

74

Murol

ene

141

977

4.2

2

161

839

2.8

61

484

056

.61

73

103

891

6.6

54

287

597

.11

01

715

905

.50

59

227

053

.70

45

785

866

.79

05

775

367

.74

37

105

157

0.0

39

157

455

2.5

72

187

883

6.2

79

107

614

7.7

1

164

995

6.2

06

Hasil identifikasi menunjukkan sekitar 23 senyawa metabolit sekunder yang

terdapat pada ekstrak metanol kemangi (Tabel 6). Terdapat kemiripan komposisi

metabolit sekunder pada masing-masing sampel, akan tetapi memiliki Area (max)

yang bervariasi. Hal ini diduga karena adanya perbedaan geografis dan faktor

lingkungan tumbuh tanaman dapat berpengaruh terhadap komposisi kimianya.

Tabel 6. Kandungan metabolit sekunder kemangi asal Bogor dan Pandeglang

Kode Gambar

(Lampiran 5) Senyawa

Rumus

Molekul m/z

RT

(min)

Area

(Max)

MS

2

Sumber

Sitasi

Senyawa 1 trans-beta-

Ocimene C10H16

136.1

249 6.079

26287

3.5 22

Klimank

ova et al,

2008

Senyawa 2 Thymol C10H14O 150.1

042 3.651

25229

97 7

Bunrathe

p et al,

2007

Senyawa 3 Salvigenin C18H16O6 328.0

935 6.956

1.78E

+08 15

Roberto

et al,

2003

Senyawa 4 p-Cimene C10H14 134.1

093 1.819

80898

68 8

Bunrathe

p et al,

2007

Senyawa 5 Nevadensin C18H16O7 344.0

883 5.93

1.23E

+08 2

Roberto

et al,

2003

Page 43: IDENTIFIKASI SENYAWA ANTIOKSIDAN DARI TANAMAN …

29

Tabel 7. Kandungan metabolit sekunder kemangi asal Bogor dan Pandeglang (lanjutan)

Senyawa 6 Nepetoidin A C17H14O6 314.0

786 4.892

36672

188 18

Lee et al,

2005

Senyawa 7 Luteolin C15H10O6 286.0

473 4.175

40289

20 16

Renee et

al, 2004

Senyawa 8 Hidromorfon C17H19NO3 285.1

357 6.47

18170

640 25

Klimank

ova et al,

2008

Senyawa 9 Germakren-D C15H18O2 230.1

304 1.729

41385

3.6 10

Oliveira

et al,

2009

Senyawa 10 Geranil asetat C12H20O2 196.1

461

5.751 44870

4.2

0 Oliveira

et al,

2009

Senyawa 11 Geranial C10H16O 152.1

199

1.819 14889

587

2 Bunrathe

p et al,

2007

Senyawa 12 Genkwanin C16H12O5 284.0

68

6.024 11229

464

18 Renee et

al, 1996

Senyawa 13 Gardenin B C19H18O7 358.1

042

7.627 30369

773

27 Renee et

al, 1996

Senyawa 14 Eugenol C10H12O2 164.0

836

7.166 27588

1.3

11 Lee et al,

2005

Senyawa 15 Asam D-

Manuronat

C6H10O7 194.0

42

1.224 70745

2.5

3 Klimank

ova et al,

2008

Senyawa 16 Dekstrometorfan C18H25NO 271.1

93

7.576 26031

16

1 Oliveira

et al,

2009

Senyawa 17 Asam Betulinat C30H48O3 456.3

593

10.37

6

59894

10

5 Lee et al,

2005

Senyawa 18 Basilol C37H52O4 560.3

875

10.62

9

20716

3.2

18 Bunrathe

p et al,

2007

Senyawa 19 Apigenin 7,4'-

dimetil eter

C17H14O5 298.0

833

8.272 16519

914

0 Renee et

al, 1996

Senyawa 20 4-Metoksi

sinamaldehid

C10H10O2 162.0

678

2.229 36323

3.8

11 Oliveira

et al,

2009

Senyawa 21 1-epi-

bisikloseskuifela

ndrena

C15H24 204.1

874

8.641 91154

34

1 Lee et al,

2005

Senyawa 22 1,8-Cineole C10H18O 154.1

354

2.005 83915

4.3

6 Bunrathe

p et al,

2007

Senyawa 23 Murolene C15H24O 220.1

824

4.152 27251

63

5 Oliveira

et al,

2009

Page 44: IDENTIFIKASI SENYAWA ANTIOKSIDAN DARI TANAMAN …

30

Secara keseluruhan, kemangi asal Bogor dan Pandeglang memiliki jumlah

metabolit sekunder yang cukup bervariasi dan intensitas yang berbeda (Tabel 3).

Perbedaan intensitas kandungan metabolit sekunder pada sampel tersebut

kemungkinan diakibatkan dari perbedaan topografi daerah sampel. Kemangi

Bogor dan Pandeglang memiliki Area (Max) yang cukup besar pada sinyal

metabolit dominan. Kandungan metabolit sekunder paling tinggi dimiliki oleh

sampel tersebut adalah salvigenin dan nevadensin. Keduanya masing masing

memiliki m/z 328.0935 dan 344.0883.

4.3 Uji Antioksidan Ekstrak Metanol Kemangi

Uji bioaktivitas ekstrak metanol daun kemangi dengan metode DPPH

bertujuan untuk menunjukkan adanya keragaman senyawa metabolit daun

kemangi dari dua daerah yang berbeda berdasarkan aktivitas antioksidannya.

Aktivitas antioksidan ekstrak metanol daun kemangi dinyatakan dengan nilai IC50

pada Tabel 8. Nilai IC50 dapat ditentukan dengan menggunakan metode regresi

linier antara nilai absorbansi dan konsentrasi sampel (Lampiran 3).

Tabel 8. Nilai IC50 kemangi asal Bogor dan Pandeglang

Sampel IC50

(ppm)

Kemangi Bogor 1 88.65

Kemangi Bogor 2 44.35

Kemangi Bogor 3 47.25

Kemangi Bogor 4 82.33

Kemangi Bogor 5 44.35

Kemangi Bogor 6 45.16

Kemangi Bogor 7 88.11

Kemangi Pandeglang 1 46.81

Kemangi Pandeglang 2 44.22

Page 45: IDENTIFIKASI SENYAWA ANTIOKSIDAN DARI TANAMAN …

31

Tabel 9. Nilai IC50 kemangi asal Bogor dan Pandeglang (lanjutan)

Kemangi Pandeglang 3 46.14

Kemangi Pandeglang 4 45.29

Kemangi Pandeglang 5 44.37

Kemangi Pandeglang 6 86.61

Kemangi Pandeglang 7 43.35

Menurut Molyneux (2004), suatu senyawa dikatakan sebagai antioksidan

sangat kuat jika nilai IC50 (< 50 μg/mL), kuat (50-100 μg/mL), sedang (100-150

μg/mL), dan lemah (151-200 μg/mL). Ekstrak metanol daun kemangi yang diuji

pada penelitian ini memiliki aktivitas antioksidan yang sangat kuat kecuali pada

ekstrak Kemangi Bogor 1, Kemangi Bogor 4, Kemangi Bogor 7, dan Kemangi

Pandeglang 6 yang memiliki nilai IC50 80 ppm. Hal ini diduga karena adanya

perbedaan intensitas dan variasi senyawa yang terdapat pada sampel kemangi

(Tabel 8).

Kemangi Bogor dan Pandeglang memiliki aktivitas antioksidan yang sangat

kuat, seperti kemangi Bogor 5 dan Pandeglang 7 serta sampel yang mempunyai

nilai IC50 yang kurang dari 50 ppm. Golongan senyawa metabolit sekunder yang

dapat berperan sebagai antioksidan, yaitu senyawa fenolik hidrokuinon, flavonoid,

dan fenil propanoid merupakan senyawa yang dapat mendonorkan proton yang

dapat menstabilkan radikal bebas seperti halnya DPPH. Senyawa pada kemangi

seperti timol, salvigenin, nevadensin, genkwanin, luteolin, dan eugenol

merupakan senyawa antioksidan karena memiliki gugus proton OH yang dapat

mereduksi senyawa radikal bebas. Reaksi senyawa antioksidan dengan DPPH

pada Gambar 3.

Page 46: IDENTIFIKASI SENYAWA ANTIOKSIDAN DARI TANAMAN …

32

Antioksidan diperlukan untuk mencegah stres oksidatif, yaitu suatu keadaaan

dimana jumlah radikal bebas dan antioksidan di dalam tubuh tidak seimbang.

Stres oksidatif berperan penting dalam patofisiologis terjadinya proses penuaan

dan berbagai penyakit degeneratif. Sehingga untuk mencegah hal tersebut,

antioksidan sangat diperlukan oleh tubuh (Werdhasari, 2014).

O

O

O

OH

O

O

Gambar 9. Struktur senyawa salvigenin (Bernhardt et al., 2015)

O

O

O

OH

O

HO

O

Gambar 10. Struktur senyawa nevadensin (Bernhardt et al., 2015)

Pada sampel kemangi Bogor dan Pandeglang diketahui memiliki 2 senyawa

dominan, yaitu salvigenin (Gambar 9) dan nevadensin (Gambar 10). Salvigenin

dan nevadensin merupakan senyawa golongan flavonoid. Menurut Heim et al.

(2002), senyawa flavonoid dapat bertindak sebagai antioksidan karena memiliki

Page 47: IDENTIFIKASI SENYAWA ANTIOKSIDAN DARI TANAMAN …

33

gugus OH yang dapat menyumbangkan proton kepada senyawa radikal seperti

DPPH. Oleh karena itu diduga nilai aktivitas antioksidan yang tinggi pada sampel

kemangi Bogor dan Pandeglang disebabkan senyawa dominan salvigenin dan

nevadensin.

4.4 Pengenalan Pola Metabolit Kemangi dengan Teknik PCA

Perbedaan kandungan metabolit sekunder yang signifikan dari sampel daun

kemangi berdasarkan letak geografisnya dilakukan dengan teknik analisis

multivariat Principal Component Analysis (PCA). Teknik PCA merupakan suatu

metode analisis peubah ganda yang diamati dengan cara mereduksi dimensinya

dengan teknik diferensiasi sehingga visualisasi pengelompokkan data antar

kelompok menjadi lebih mudah. Data yang digunakan untuk melakukan analisis

PCA dapat berupa luas area (Area Max) dari suatu sampel (Maslakhah, 2018).

Pendekatan kemometrik PCA diaplikasikan terhadap tabel mass array ekstrak

metanol daun kemangi. Teknik PCA ditujukan untuk mereduksi dimensi data

menjadi lebih mudah dan memberi gambaran pengelompokkan data melalui

komponen utama (PC) yaitu PC 1, PC 2, PC 3, dan seterusnya (Theodoridis et al.,

2012).

4.4.1 Analisis Plot Skor PCA

Hasil analisis PCA ditampilkan sebagai plot skor yang menggambarkan

penyebaran sampel. Plot skor PCA digunakan untuk menentukan keunikan profil

metabolit masing-masing sampel daun kemangi berdasarkan letak geografisnya.

Setiap titik yang berada di skor plot (Gambar 11) mewakili sampel tunggal, dan

Page 48: IDENTIFIKASI SENYAWA ANTIOKSIDAN DARI TANAMAN …

34

sampel yang menunjukkan kemiripan akan berkelompok menjadi satu (Kim et al.,

2010). Sampel kemangi Bogor diberi kode BGR dan sampel kemangi Pandeglang

diberi kode PDLG. Hasil analisis PCA dapat dikatakan baik apabila dengan

jumlah komponen utama yang sedikit mampu menggambarkan total variasi yang

banyak. Plot skor yang diperoleh dari data mass array hasil analisis dengan LC-

MS/MS menjelaskan 98% keragaman total (PC 1 = 90% dan PC 2 = 8%). Pada

plot skor PCA terdapat nilai intensitas yang digunakan untuk mengelompokkan

sampel berdasarkan nilai dari Area (Max) yang dimiliki sampel tersebut. Sampel

dengan label yang sama dikelompokkan dengan posisi berdekatan. Sampel

tunggal yang tidak memberikan gambaran yang baik (berjauhan dari yang lain)

disebut sebagai data outlier, seperti Bogor 2.

Gambar 11. Analisis plot skor PCA

Reduksi data outlier pada Gambar 12 ditujukkan agar visualisasi

pengelompokkan data menjadi lebih baik. Pengelompokkan sampel kemangi

didasarkan pada nilai Area (Max) yang dimiliki oleh masing masing sampel,

sehingga dapat dikatakan sampel yang berada di dalam 1 kelompok memiliki

kemiripan nilai Area (Max). Hasil reduksi plot skor diperoleh pada gambar yang

Page 49: IDENTIFIKASI SENYAWA ANTIOKSIDAN DARI TANAMAN …

35

menjelaskan bahwa profil metabolit daun kemangi dibedakan menjadi empat

kelompok berdasarkan kemiripan senyawa metabolit sekunder yang terkandung di

dalam sampel (Gambar 12). Pengelompokkan ini didukung oleh data hasil analisis

antioksidan ekstrak metanol daun kemangi (Tabel 5).

Gambar 12. Pengelompokkan sampel kemangi Bogor dan Pandeglang

Pada Gambar 12 hasil analisis plot skor PCA kemangi Bogor dan Pandeglang

dibagi menjadi 4 kelompok. Kelompok 1 terdiri dari kemangi Bogor 4, Bogor 6,

Pandeglang 1 dan Pandeglang 4. Kelompok 2 terdiri dari kemangi Bogor 3, Bogor

5, dan Bogor 7. Kelompok 3 terdiri dari kemangi Bogor 1, Pandeglang 2,

Pandeglang 3, dan Pandeglang 6. Kelompok 4 terdiri dari kemangi Pandeglang 5

dan Pandeglang 7. Adanya jarak antar sampel di dalam 1 kelompok disebabkan

karena pada setiap sampel memiliki Area (Max) yang berbeda.

Karakteristik metabolit daun kemangi Bogor dan Pandeglang memiliki

kemiripan (Gambar 12). Adanya proses pengelompokkan ini bertujuan untuk

memberikan informasi mengenai senyawa penciri (biomarker) dengan bantuan

analisis plot loading PCA. Apabila analisis kemometrik memiliki puncak-puncak

Page 50: IDENTIFIKASI SENYAWA ANTIOKSIDAN DARI TANAMAN …

36

nilai yang besar, maka nilai tersebut dapat digunakan dalam menentukan senyawa

penciri yang berperan dalam mengklasifikasikan sampel dengan PCA

(Theodoridis, 2008).

4.4.2 Analisis Plot Loading PCA

Analisis PCA digunakan dalam mengelompokkan senyawa metabolit sekuder

yang dimiliki oleh suatu sampel yang dikenal sebagai plot loading. Plot loading

juga digunakan untuk menentukan pemetaan senyawa yang terdapat di dalam

suatu sampel (Gambar 13).

Gambar 13. Analisis plot loading PCA

Page 51: IDENTIFIKASI SENYAWA ANTIOKSIDAN DARI TANAMAN …

37

Gambar 14. Penentuan senyawa penciri (biomarker) kemangi Bogor dan

Pandeglang

Dalam plot loading (Gambar 14) menggambarkan bahwa senyawa metabolit

sekunder terletak pada suatu titik pada kuadran tertentu. Penempatan senyawa

metabolit sekunder pada suatu kuadran didasarkan oleh besarnya area max.

Senyawa metabolit sekunder yang memiliki area max tinggi cenderung terpisah

dengan senyawa metabolit sekunder lainnya. Pemisahan tersebut digunakan untuk

mencari suatu senyawa penciri (biomarker) yang terdapat pada sampel.

4.4.3 Analisis Biplot PCA

Analisis biplot PCA merupakan suatu teknik statistika yang digunakan untuk

melihat senyawa penciri yang terdapat pada suatu sampel. Analisis ini

menggabungkan antara plot skor dan plot loading menjadi satu dimensi. Tujuan

dari analisis biplot PCA adalah untuk mengetahui senyawa penciri (biomarker)

yang terdapat pada sampel yang diuji (Theodoridis, 2008).

Page 52: IDENTIFIKASI SENYAWA ANTIOKSIDAN DARI TANAMAN …

38

Gambar 15. Analisis biplot PCA kemangi Bogor dan Pandeglang

Data loading plot menunjukkan dugaan senyawa penciri (biomarker) dari

sampel yang terdapat pada plot skor (Maslakhah, 2018). Dalam biplot (Gambar

15) menggambarkan bahwa klasifikasi daun kemangi berdasarkan letak

geografisnya dipengaruhi oleh variasi kandungan senyawa metabolit yang

terdapat dalam masing-masing sampel. Menurut Saifudin et al. (2011), senyawa

penciri dari suatu sampel dapat berupa senyawa dominan secara kuantitatif

meskipun senyawa tersebut belum tentu bertanggung jawab langsung terhadap

aktivitas farmakologi. Kelompok daun kemangi 1 teridentifikasi memiliki

senyawa penciri yaitu salvigenin yang mempunyai nilai m/z sebesar 328.09346.

Kelompok daun kemangi 4 (Pandeglang 5 dan 7) memiliki senyawa penciri

nevadensin yang memiliki nilai m/z sebesar 344.08833.

Page 53: IDENTIFIKASI SENYAWA ANTIOKSIDAN DARI TANAMAN …

39

BAB V

PENUTUP

5.1 Simpulan

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dapat ditarik simpulan sebagai

berikut :

1. Nilai IC50 uji antioksidan pada sampel daun kemangi asal Bogor dan

Pandeglang memiliki aktivitas yang sangat kuat dengan range nilai IC50, yaitu

43,35 ppm – 88,65 ppm. Nilai IC50 tertinggi terdapat pada sampel kemangi

Pandeglang 7 sebesar 43,35 ppm.

2. Senyawa metabolit sekunder yang teridentifikasi pada daun kemangi daerah

Bogor dan Pandeglang berjumlah 24 senyawa. Diantara senyawa tersebut

terdapat golongan senyawa terpenoid, fenolik, flavonoid, dan fenilpropanoid.

3. Senyawa penciri (biomarker) yang terdapat pada sampel kemangi asal Bogor

adalah salvigenin dan kemangi asal Pandeglang adalah nevadensin.

5.2 Saran

Perlu dikaji lebih lanjut mengenai hubungan antara senyawa penciri

(biomarker) dan nilai aktivitas antioksidan. Membandingkan hasil aktivitas

antioksidan dengan metode lain seperti ABTS dan FRAP, serta mengisolasi

senyawa penciri (biomarker) dari daun kemangi Bogor dan Pandeglang untuk

mengetahui nilai IC50 dari senyawa tersebut.

Page 54: IDENTIFIKASI SENYAWA ANTIOKSIDAN DARI TANAMAN …

40

DAFTAR PUSTAKA

Ardiansyah. 2007. Artikel Iptek: Antioksidan dan Peranannya Bagi Kesehatan.

http: www.beritaiptek.com. Akses 18 November 2007

Audrey R.E. 2003. Liquid Chromatoghraphy–Mass Spectrometry: an

Introduction, New York (USA) : John Wiley & Sons.

Baseer M dan Jain K. 2016. Review of Botany, Phytochemistry, Pharmacology,

Contemporary applications and Toxicology of Ocimum sanctum. Int. J.

Pharm. Life Sci. 7 (2) : 4918-4929.

Bernhardt B, Bernáth J, Gere A, Kókai Z, Komáromi B, Tavaszi-Sárosi S, Varga

L, Sipos L, Szabó K. 2015. The Influence of Cultivars and Phenological

Phases on the Accumulation of Nevadensin and Salvigenin in Basil

(Ocimum basilicum). Nat Prod Commun. 10 (10) : 1699-702.

Bowers L.D. 1989. High-Performance Liquid Chromatography/Mass

Spectrometry : State of The Art for The Drug Analysis Laboratory. Clin

Chem. 35: 1282–7.

Bunrathep S, Palauvej C, Ruangrungsi N. 2007. Chemical compositions and

antioxidative activities of essential oils from four Ocimum species

endemic to Thailand. J Health Res. 21 : 201–6.

Castillo S, Gopalacharyulu P, Yetukuri L, Oresic M. 2011. Algorithms and tools

for the preprocessing of LC-MS metabolomics data. Chemometrics and

Intelligent Laboratory Systems. 108 : 23-32.

Cevallos-Cevallos J.M dan Reyes-De-Corcuera J.I. 2012. Metabolomics in food

science. Advance in Food and Nutrition Research. 67 : 1–24.

Cuyckens F dan Claeys M. 2004. Mass spectrometry in the structural analysis of

flavonoids. Journal of Mass Spectrometry. 39: 1–15.

Dadang dan Prijono. 2008. Insektisida Nabati: Prinsip, Pemanfaatan, dan

Pengembangan. Departemen Proteksi Tanaman. Bogor: IPB.

Darusman L.K, Heryanto R, Rafi M, Wahyuni WT. 2007. Potensi daerah sidik jari

spektrum inframerah sebagai penanda bioaktivitas ekstrak tanaman obat.

Jurnal Ilmu Pertanian Indonesia. 12 (3) : 154-162.

Page 55: IDENTIFIKASI SENYAWA ANTIOKSIDAN DARI TANAMAN …

41

Dorothée D.T, Pius T.M, Damase N.V.O, Blaise M.M, Koto-te-Nyiwa N, Damien

S.T.T, Matthieu K.B, Kalulu M.T, Teddy K.K. 2014. Antisickling

activity of butyl stearate isolated from Ocimum basilicum (Lamiaceae).

Asian Pac J Trop Biomed. 4 (5) : 393-398

Evelyn C.P. 2008. Anatomi dan fisiologi untuk para medis. Jakarta: PT

Gramedia.

Farag M, Weigned M, Luebert F, Brokamp G, Wassjohann L. 2013.

Phytochemical, Phylogenetic, and Anti-inflammatory evaluation of 43

Urtica accessions (stinging nettle) Based on UPLC-Q-TOF-MS

Metabolomic Profiles. Phytochemistry. 170-183.

Gurav S, Deshkar N, Gulkari V. 2007. Free Radical Scavenging Activity of

Poligala chinensis Linn. Pharmacology. 2 : 245-253.

Harbone J.B. 1996. Metode Fitokimia Penuntun Cara Modern Menganalisis

Tumbuhan Edisi I : 9 – 10. Bandung : ITB.

Heyne K. 1987. Tumbuhan Berguna Indonesia Jilid II. Jakarta : Badan Litbang

Kehutanan.

Heim K.E, Tagliaferro A.R, Bobilya D.J. 2002. Flavonoid antioxidant: Chemistry,

Metabolism and Structure – Activity Relationship. J.NutrBiochem. 10 :

572-584.

Huang D, Ou B, Prior R.L. 2005. The Chemistry behind Antioxidant Capacity

Assays. Journal of Agricultural and Food Chemistry. 53 : 1841-1856.

Humrawali H dan Ali M.M. 2012. Penunjuk Biolipid di Muara Sungai Selangor,

Selangor: Analisis Prinsip Komponen (PCA) Sterol dan Alkohol Lemak.

Journal of Tropical Marine Ecosystem. 2 : 13-28.

Ivanova E dan Ivanov B. 2000. Mechanisms of extracellular antioxidant defend.

Exp Pathol and Parasitol. 4 : 49-59.

Johnson dan Wichern. 2007. Applied Multivariate Statistical Analysis Edisi

Keenam. Pearson Pretice Hall.

Karyadi E. 1997. Antioksidan: Resep Awet Mudat dan Umur PanjangFrom

Uji Aktivitas Antiradikal Dengan Metode DPPH dan Penetapan

Kadar Fenol Total Ekstrak Daun Keladi Tikus (Thyponium divaricatum

(Linn) Decne). Pharmacon. 2 : 51-56.

Page 56: IDENTIFIKASI SENYAWA ANTIOKSIDAN DARI TANAMAN …

42

Kemenag. 2014. Tafsir Ilmi Qur’an Surah Abasa: 24-32.

https://quran.kemenag.go.id/index.php/sura/80. Akses 8 November 2019.

Kim J.Y, Park J.Y, Kim O.Y, Ham B.M, Kim H.J, Kwon D.Y, Jang Y, Lee J.H.

2010. Metabolic profiling of plasma in overweight/obese and lean men

using ultra performance liquid chromatography and Q-TOF mass

spectrometry (UPLC-Q-TOF MS). J. Proteome Res. 9 : 4368–4375.

Klimankova E, Holadova K, Hajslova J, Cajka T, Poustka J, Koudela M. 2008.

Aroma profiles of five basil (Ocimum basilicum L.) cultivars grown

under conventional and organic conditions. Food Chem. 107 : 464–72.

Khopkar S.M. 2002. Konsep Dasar Kimia Analitik. Jakarta : UI Press.

Kobayashi S, Putri, S.P, Yamamoto Y, Donghyo K, Bamba T, Fukusaki E. 2012.

Gas chroma-tography-mass spectrometry based metabolic profiling for

the identification of discrimina-tion markers of Angelicae Radix and its

application to gas chromatography–flame ionization detector system.

Journal of Bioscience and Bioengineering. 114: 232–236.

Krastanov A. 2011. Metabolomics the state of art. Biotecnol & Biotechnol. 24:

1537-1543

Lee S.J, Umano K, Shibamoto T, Lee K.G. 2005. Identification of volatile

components in basil (Ocimum basilicum L.) and thyme leaves (Thymus

vulgaris L) and their antioxidant properties. Food Chem. 91:131–7.

Martiningsih N.W dan Suryanti I.A.P. 2017. Skrining Fitokimia dan Aktivitas

Antijamur Minyak Atsiri Daun Kemangi (Ocimum sp.). Seminar

Nasional Riset Inovatif. ISBN: 978-602-6428-11-0.

Maser W.H, Rusmarilis H, Yuliana N.D. 2017. Aplikasi Metabolomik Berbasis

HPLC Untuk Mengidentifikasi Waktu Retensi Komponen Antibakteri

Stapylococcus aureus Pada Ekstral Bunga Kecombrang (Etlingera

elatior). Alchemy : 241-251.

Maslakhah N.F. 2018. Metabolite Profiling Bagian Akar, Batang, Daun, dan Biji

Helianthus annuus L. Menggunakan Instrumen UPLC-MS. Skripsi.

Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan. Universitas Islam Negeri

Maulana Malik Ibrahim : Malang.

Page 57: IDENTIFIKASI SENYAWA ANTIOKSIDAN DARI TANAMAN …

43

Molyneux P. 2004. The use of the stable free radical diphenylpicrylhydrazyl

(DPPH) for estimating antioxidant activity. Songklanakarin Journal

of Science and Technology. 26 (2) : 211-219.

Oliveira J.S, Porto L.A, Estevam C.S, Siqueira R.S, Alves P.B, Niculau E.S,

Blank F.A. 2009. Phytochemical screening and anticonvulsant property

of Ocimum basilicum leaf essential oil. Boletin Latinoamericano Caribe.

Plant Med Aromat. 8 : 195–202.

Ortelli D dan Rudaz S. 2000. Enantioselective Analysis of Methadone in Saliva

by Liqued Chromatography-Mass Spectrometry. Journal of

Chromatography. 271 (1-2) : 163-72.

Osman H, Nasarudin R, Lee S.L. 2004. Extracts of Cocoa (Theobroma cacao l.)

Leaves an Their Antioxidation Potential. Food Chem. 86 : 41-86.

Portal Resmi Kabupaten Bogor. 2019. Letak Geografis Kabupaten Bogor.

https://bogorkab.go.id/pages/letak-geografis. Akses 20 Oktober 2020.

Pourmorad F, Hosseinimehr SJ, Shahabimajd N. 2006. Antioxidant activity,

phenol and flavonoid contents of some selected Iranian medicinal

plants. African Journal of Biotechnology. 5 (11) : 1142-1145.

Prasetyorini, Wiendarlina I.Y, Peron A.B. 2011. Toksisitas beberapa ekstrak

rimpang cabang temu lawak (Curcuma xanthorrhiza Roxb.) pada larva

udang (Artemia salina Leach.). Fitofarmaka. 1 (2) : 14-21.

Pratt D.E dan Hudson.1992. Natural Antioxidant Not Exploited Commercially.

Food Antioxidant, Elsevier Applied Science. London : 99-170.

Putri S.P, Yasumune N, Fumio M, Takato U, Shizu K, Atsuki M, Fukusaki E.

2013. Current metabolomics: practical applications. Journal Bioscience

and Bioengineering. 115 (6) : 579-589.

Putri S.P, Nusantara F.J.P, Fumio M, Putri S.E. 2017. Aplikasi Pendekatan

Metabolomik untuk Ilmu Pangan dan Mikrobiologi. Review Article.

Bunga Rampai Forum Peneliti Muda Indonesia.

Renee J.G, Roberto F.V, Anna M.P, Geoffrey C.K, James E.S, Alan J.P. 2004.

Characterization of cultivars within species of Ocimum by exudate

flavonoid profiles. Biochemical Systematics and Ecology. 32 : 901–913

Page 58: IDENTIFIKASI SENYAWA ANTIOKSIDAN DARI TANAMAN …

44

Renee J.G, Sarah E.B, Nigel C.V, Fiona J.G, Alan P, Eckhard W. 1996. External

Flavones in Sweet Basil, Ocimum Basilicum, and Related Taxa.

Phytocheraistry. 43 (5) : 1041-1047.

Restiyani A, Yuniarni U, Hazar S. 2015. Uji Aktivitas Antiinflamasi dari Ekstrak

Etanol Kemangi (Ocimum Americanum L.) Terhadap Tikus Jantan

Wistar. Prosiding SPeSIA. 2460-6472.

Roberto F.V, Renee J.G, Alan J.P. 2003. Chemical profiling of Ocimum

americanum using external flavonoids. Phytochemistry 63 : 555 – 567.

Ronald J.G dan Paul L.A.P. (2001). Chemical Bonding and Molecular Geometry.

New York: Oxford University Press.

Saifudin A, Rahayu V, Teruma H.Y. 2011. Standarisasi Bahan Obat Alam.

Yogyakarta: Graha Ilmu.

Sarah S.M dan Lamia A.M. 2015. Estimation of the phitochemical constituens

and biological activity of iraqi Ocimum sanctum L .extracts. Int J Pharm

Bio Science. 6 (1) : (B) 999 –1007.

Siemonsma J.S dan Piluek K. 1994. Plant Resources of South-East Asia

(PROSEA) Vegetables. Bogor : Prosea Foundation.

Sudarsono, Gunawan D, Wahyuono S, Donatus I.A, Purnomo. 2002.

Tumbuhan Obat II (Hasil Penelitian, Sifat-sifat dan Penggunaan).

Yogyakarta : Pusat Studi Obat Tradisional-Universitas Gadjah Mada.

Sukandar D, Hermanto S, Amelia, E.R. 2015. Penapisan Bioaktivitas Tabnaman

Pangan Fungsional Masyarakat Jawa Barat dan Banten. Jakarta : Cinta

Buku Media.

Tatiana S.W dan Ria S. 2020. Uji Aktivitas Antioksidan dengan Metode DPPH

dan Uji Sitotoksik Terhadap Sel Kanker Payudara T47D Pada Ekstrak

Daun Kemangi. Jurnal Farmasetis. 9 (1) : 51 – 64.

Theodoridis G.A, Gika H.G, Wilson I.D. 2008. LC-MS-based methodology for

global metabolite profiling in metabonomics/metabolomics. Trends in

Analytical Chemistry. 27 (3) : 251-260.

Theodoridis G.A, Gika H.G, Want E.J, Wilson I.D. 2012. Liquid

chromatography-mass spectrometry based global metabolite profiling: a

review. Analytica Chimica Acta . 711 : 7-16.

Page 59: IDENTIFIKASI SENYAWA ANTIOKSIDAN DARI TANAMAN …

45

Website Resmi Provinsi Banten. 2012. Letak Geografi Provinsi Banten.

https://www.bantenprov.go.id/profil-provinsi/geografi. Akses 20

Oktober 2020

Werdhasari A. 2014. Peran antioksidan bagi kesehatan. Jurnal Biotek Medisiana

Indonesia. 3 : 59-68.

Winarti C. dan Nurdjanah N. 2005. Peluang Tanaman Rempah dan Obat Sebagai

Sumber Pangan Fungsional, Balai Besar Penelitian dan Pengembangan

Pascapanen Pertanian. J. Litbang Pertanian. 24 (2) : 47-55.

Yuliana N.D, Khatib A, Choi Y.H, Verpoort R. 2011. Metabolomic for

Bioactivity Assesment of Natural Products. Phytother Res. 25 (2) : 157-

169.

Zabka M, Roman P, Evzenie P. 2014. Antifungal Activity and Chemical

Composition of Twenty Essential Oils against Significant Indoor and

Outdoor Toxigenic and Aeroallergenic Fungi. Chemosphere. 112 : 443–

48.

Zhao H, Wang Z, Cheng C, Yao L, Wang L, Lu W, Yang X, Ma F. 2011. In-Vitro

Free Radical Scavenging Activities of Anthocyanins from Three Berries

Journal of Medicinal Plants Research. 5 (32) : 7036-7042.

Page 60: IDENTIFIKASI SENYAWA ANTIOKSIDAN DARI TANAMAN …

46

LAMPIRAN

Lampiran 1. Uji antioksidan daun kemangi Bogor dan Pandeglang

Data Uji Antioksidan Daun Kemangi Bogor 1

konsentrasi simplo duplo rata - rata % inhibisi IC50

0 0.237 0.238 0.2375 0

88.64849

6.25 0.225 0.218 0.2215 6.736842

12.5 0.211 0.205 0.208 12.42105

25 0.181 0.188 0.1845 22.31579

50 0.141 0.15 0.1455 38.73684

100 0.086 0.094 0.09 62.10526

200 0.005 0.003 0.004 98.31579

Data Uji Antioksidan Daun Kemangi Bogor 2

konsentrasi simplo duplo rata - rata % inhibisi IC50

0 0.242 0.244 0.243 0

44.34771

6.25 0.212 0.225 0.2185 10.0823

12.5 0.176 0.193 0.1845 24.07407

25 0.142 0.15 0.146 39.9177

50 0.093 0.101 0.097 60.0823

100 0.002 0.009 0.0055 97.73663

y = 0.4822x + 7.2537

R² = 0.9729

0

20

40

60

80

100

120

0 50 100 150 200 250

Axis

Tit

le

Axis Title

Kemangi Bogor 1

Series1

Linear (Series1)

Page 61: IDENTIFIKASI SENYAWA ANTIOKSIDAN DARI TANAMAN …

47

Data Uji Antioksidan Daun Kemangi Bogor 3

konsentrasi simplo duplo rata - rata % inhibisi IC50

0 0.289 0.293 0.291 0

47.24498

6.25 0.281 0.278 0.2795 3.95189

12.5 0.243 0.233 0.238 18.21306

25 0.199 0.202 0.2005 31.09966

50 0.111 0.115 0.113 61.16838

100 0.013 0.004 0.0085 97.07904

y = 0.9416x + 8.2422

R² = 0.9673

0

20

40

60

80

100

120

0 50 100 150

Axis

Tit

le

Axis Title

Kemangi Bogor 2

Series1

Linear (Series1)

y = 0.9862x + 3.407

R² = 0.978

0

20

40

60

80

100

120

0 50 100 150

Axis

Tit

le

Axis Title

Kemangi Bogor 3

Series1

Linear (Series1)

Page 62: IDENTIFIKASI SENYAWA ANTIOKSIDAN DARI TANAMAN …

48

Data Uji Antioksidan Daun Kemangi Bogor 4

konsentrasi simplo duplo rata -

rata % inhibisi IC50

0 0.243 0.246 0.2445 0

82.32759

6.25 0.228 0.221 0.2245 8.179959

12.5 0.206 0.201 0.2035 16.76892

25 0.188 0.183 0.1855 24.13088

50 0.136 0.141 0.1385 43.35378

100 0.078 0.076 0.077 68.50716

200 0.002 -0.002 0 100

Data Uji Antioksidan Daun Kemangi Bogor 5

konsentrasi simplo duplo rata - rata % inhibisi IC50

0 0.236 0.235 0.2355 0

44.34771

6.25 0.203 0.191 0.197 16.3482

12.5 0.173 0.188 0.1805 23.35456

25 0.144 0.153 0.1485 36.94268

50 0.088 0.073 0.0805 65.81741

100 0.01 0.003 0.0065 97.23992

y = 0.4878x + 9.8406

R² = 0.9537

0

20

40

60

80

100

120

0 50 100 150 200 250

Axis

Tit

le

Axis Title

Kemangi Bogor 4

Series1

Linear (Series1)

Page 63: IDENTIFIKASI SENYAWA ANTIOKSIDAN DARI TANAMAN …

49

Data Uji Antioksidan Daun Kemangi Bogor 6

konsentrasi simplo duplo rata - rata % inhibisi IC50

0 0.244 0.245 0.2445 0

45.15576

6.25 0.212 0.221 0.2165 11.45194

12.5 0.188 0.193 0.1905 22.08589

25 0.165 0.173 0.169 30.87935

50 0.089 0.093 0.091 62.78119

100 0.002 0.006 0.004 98.36401

y = 0.9332x + 9.815

R² = 0.9629

0

20

40

60

80

100

120

0 50 100 150

Axis

Tit

le

Axis Title

Kemangi Bogor 5

Series1

Linear (Series1)

y = 0.9643x + 6.4563

R² = 0.9789

0

20

40

60

80

100

120

0 50 100 150

Axis

Tit

le

Axis Title

Kemangi Bogor 6

Series1

Linear (Series1)

Page 64: IDENTIFIKASI SENYAWA ANTIOKSIDAN DARI TANAMAN …

50

Data Uji Antioksidan Daun Kemangi Bogor 7

konsentrasi simplo duplo rata - rata % inhibisi IC50

0 0.237 0.238 0.2375 0

88.10905

6.25 0.229 0.222 0.2255 5.052632

12.5 0.202 0.191 0.1965 17.26316

25 0.179 0.171 0.175 26.31579

50 0.142 0.141 0.1415 40.42105

100 0.088 0.095 0.0915 61.47368

200 0.013 0.005 0.009 96.21053

Data Uji Antioksidan Daun Kemangi Pandeglang 1

konsentrasi simplo duplo rata - rata % inhibisi IC50

0 0.273 0.275 0.274 0

46.80736

6.25 0.259 0.263 0.261 4.744526

12.5 0.235 0.228 0.2315 15.51095

25 0.185 0.183 0.184 32.84672

50 0.093 0.101 0.097 64.59854

100 0.014 0.007 0.0105 96.16788

y = 0.4631x + 9.1967

R² = 0.9568

0

20

40

60

80

100

120

0 50 100 150 200 250

Axis

Tit

le

Axis Title

Kemangi Bogor 7

Series1

Linear (Series1)

Page 65: IDENTIFIKASI SENYAWA ANTIOKSIDAN DARI TANAMAN …

51

Data Uji Antioksidan Daun Kemangi Pandeglang 2

konsentrasi simplo duplo rata - rata % inhibisi IC50

0 0.277 0.276 0.2765 0

44.22026

6.25 0.251 0.248 0.2495 9.764919

12.5 0.218 0.202 0.21 24.05063

25 0.169 0.177 0.173 37.43219

50 0.101 0.098 0.0995 64.01447

100 0.006 0.011 0.0085 96.92586

y = 0.9889x + 3.7122

R² = 0.9675

0

20

40

60

80

100

120

0 50 100 150

Axis

Tit

le

Axis Title

Kemangi Pandeglang 1

Series1

Linear (Series1)

y = 0.9475x + 8.1013

R² = 0.9635

0

20

40

60

80

100

120

0 50 100 150

Axis

Tit

le

Axis Title

Kemangi Pandeglang 2

Series1

Linear (Series1)

Page 66: IDENTIFIKASI SENYAWA ANTIOKSIDAN DARI TANAMAN …

52

Data Uji Antioksidan Daun Kemangi Pandeglang 3

konsentrasi simplo duplo rata - rata % inhibisi IC50

0 0.268 0.275 0.2715 0

46.14081

6.25 0.255 0.257 0.256 5.709024

12.5 0.233 0.228 0.2305 15.10129

25 0.181 0.178 0.1795 33.88582

50 0.089 0.091 0.09 66.85083

100 0.012 0.009 0.0105 96.1326

Data Uji Antioksidan Daun Kemangi Pandeglang 4

konsentrasi simplo duplo rata - rata % inhibisi IC50

0 0.243 0.255 0.249 0

45.29035

6.25 0.229 0.231 0.23 7.630522

12.5 0.208 0.215 0.2115 15.06024

25 0.166 0.175 0.1705 31.5261

50 0.083 0.077 0.08 67.87149

100 0.002 0.004 0.003 98.79518

y = 0.9907x + 4.2883

R² = 0.96

0

20

40

60

80

100

120

0 50 100 150

Axis

Tit

le

Axis Title

Kemangi Pandeglang 3

Series1

Linear (Series1)

Page 67: IDENTIFIKASI SENYAWA ANTIOKSIDAN DARI TANAMAN …

53

Data Uji Antioksidan Daun Kemangi Pandeglang 5

konsentrasi simplo duplo rata - rata % inhibisi IC50

0 0.249 0.245 0.247 0

44.37408

6.25 0.233 0.229 0.231 6.477733

12.5 0.211 0.202 0.2065 16.39676

25 0.177 0.165 0.171 30.76923

50 0.066 0.073 0.0695 71.86235

100 0.003 -

0.001 0.001 99.59514

y = 1.0143x + 4.062

R² = 0.967

0

20

40

60

80

100

120

0 50 100 150

Axis

Tit

le

Axis Title

Kemangi Pandeglang 4

Series1

Linear (Series1)

y = 1.0332x + 4.1527

R² = 0.955

0

20

40

60

80

100

120

0 50 100 150

Axis

Tit

le

Axis Title

Kemangi Pandeglang 5

Series1

Linear (Series1)

Page 68: IDENTIFIKASI SENYAWA ANTIOKSIDAN DARI TANAMAN …

54

Data Uji Antioksidan Daun Kemangi Pandeglang 6

konsentrasi simplo duplo rata - rata % inhibisi IC50

0 0.245 0.247 0.246 0

86.60628

6.25 0.236 0.239 0.2375 3.455285

12.5 0.218 0.215 0.2165 11.99187

25 0.191 0.188 0.1895 22.96748

50 0.148 0.137 0.1425 42.07317

100 0.088 0.079 0.0835 66.05691

200 0.002 0.005 0.0035 98.57724

Data Uji Antioksidan Daun Kemangi Pandeglang 7

konsentrasi simplo duplo rata - rata % inhibisi IC50

0 0.236 0.235 0.2355 0

43.35266

6.25 0.218 0.203 0.2105 10.61571

12.5 0.188 0.199 0.1935 17.83439

25 0.135 0.143 0.139 40.97665

50 0.087 0.077 0.082 65.18047

100 -0.002 0.003 0.0005 99.78769

y = 0.4935x + 7.2598

R² = 0.9547

0

20

40

60

80

100

120

0 50 100 150 200 250

Axis

Tit

le

Axis Title

Kemangi Pandeglang 6

Series1

Linear (Series1)

Page 69: IDENTIFIKASI SENYAWA ANTIOKSIDAN DARI TANAMAN …

55

Lampiran 2. Kromatogram LC-MS/MS kemangi Bogor dan Pandeglang

Ion negatif

Blanko

y = 0.9885x + 7.1459

R² = 0.9641

0

20

40

60

80

100

120

0 50 100 150

Axis

Tit

le

Axis Title

Kemangi Pandeglang 7

Series1

Linear (Series1)

RT: 0.00 - 15.01

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15

Time (min)

0

5

10

15

20

25

30

35

40

45

50

55

60

65

70

75

80

85

90

95

100

Re

lative

Ab

un

da

nce

9.419.24

10.23

8.64

9.59

7.72

8.42

7.93

1.12

11.681.26 11.834.754.68 4.86 5.63 5.84 6.73 6.974.193.593.321.61 2.720.47 10.87 12.8712.99 13.47 14.88

NL:2.49E8

Base Peak F: FTMS - p ESI Full ms [100.0000-1500.0000] MS blanko

Page 70: IDENTIFIKASI SENYAWA ANTIOKSIDAN DARI TANAMAN …

56

Bogor 1

Bogor 2

RT: 0.00 - 15.01

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15

Time (min)

0

5

10

15

20

25

30

35

40

45

50

55

60

65

70

75

80

85

90

95

100

Re

lative

Ab

un

da

nce

8.35

9.16

9.96

1.55

8.56

9.37

4.24 7.527.66

1.92

3.06 4.111.223.66 4.41

7.764.83 5.875.36

6.9214.93

0.30 0.54 11.36 11.646.502.40 11.21 11.97 14.0312.70 13.25

NL:3.80E8

Base Peak F: FTMS - p ESI Full ms [100.0000-1500.0000] MS Bogor_1

RT: 0.00 - 15.01

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15

Time (min)

0

5

10

15

20

25

30

35

40

45

50

55

60

65

70

75

80

85

90

95

100

Re

lative

Ab

un

da

nce

1.55

4.42

8.47

9.24

1.28

4.25 9.107.494.11 10.051.85

1.22

5.906.90

9.38

5.39

4.69

14.7710.473.625.97 6.76

7.702.966.38

7.8010.75 13.860.37 4.750.57 11.61 11.72

11.473.382.23 14.4812.33 12.77 12.95

NL:2.57E8

Base Peak F: FTMS - p ESI Full ms [100.0000-1500.0000] MS Bogor_2

Page 71: IDENTIFIKASI SENYAWA ANTIOKSIDAN DARI TANAMAN …

57

Bogor 3

Bogor 4

RT: 0.00 - 15.01

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15

Time (min)

0

5

10

15

20

25

30

35

40

45

50

55

60

65

70

75

80

85

90

95

100

Re

lative

Ab

un

da

nce

8.35

9.11

8.94 9.927.47

1.55 8.52

1.287.64

4.4110.701.22

7.75

4.241.82 4.10

5.895.15

6.91 11.134.66 11.313.650.57 6.592.42 3.54 11.99 12.14 12.84 13.39 14.75

NL:3.70E8

Base Peak F: FTMS - p ESI Full ms [100.0000-1500.0000] MS Bogor_3

RT: 0.00 - 15.01

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15

Time (min)

0

5

10

15

20

25

30

35

40

45

50

55

60

65

70

75

80

85

90

95

100

Re

lative

Ab

un

da

nce

1.55

4.42

1.28

4.25

4.08 9.29

9.115.90

7.536.94 8.51 10.11

5.359.43

4.69 8.621.82 11.93

3.63 14.861.928.23 10.46

2.96 6.804.831.027.740.57 7.143.522.09 2.51 10.99 11.39 13.9312.44 12.62

NL:3.04E8

Base Peak F: FTMS - p ESI Full ms [100.0000-1500.0000] MS Bogor_4

Page 72: IDENTIFIKASI SENYAWA ANTIOKSIDAN DARI TANAMAN …

58

Bogor 5

Bogor 6

RT: 0.00 - 15.00

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15

Time (min)

0

5

10

15

20

25

30

35

40

45

50

55

60

65

70

75

80

85

90

95

100

Re

lative

Ab

un

da

nce

1.53

9.30

9.12

8.5210.08

7.53

9.40

1.33

1.225.91 8.62

4.406.92

4.09

1.81

5.35

11.338.27 11.5511.19

0.50 7.704.68 6.79 11.947.062.02 6.40 8.093.632.12 4.782.61 12.02 14.03

12.68 12.82 14.66

NL:1.08E8

Base Peak F: FTMS - p ESI Full ms [100.0000-1500.0000] MS Bogor_5

RT: 0.00 - 15.00

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15

Time (min)

0

5

10

15

20

25

30

35

40

45

50

55

60

65

70

75

80

85

90

95

100

Re

lative

Ab

un

da

nce

9.29

9.11

4.431.84

1.56

8.51 10.07

7.53

4.251.29 4.09

5.89

1.228.626.93

4.67

14.915.37

6.79

10.453.62 7.70

1.09 8.306.410.33 0.75 11.92

11.672.962.46 14.005.09 12.033.41 10.77

12.36 12.58 14.5813.13

NL:1.16E8

Base Peak F: FTMS - p ESI Full ms [100.0000-1500.0000] MS Bogor_6

Page 73: IDENTIFIKASI SENYAWA ANTIOKSIDAN DARI TANAMAN …

59

Bogor 7

Pandeglang 1

RT: 0.00 - 15.00

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15

Time (min)

0

5

10

15

20

25

30

35

40

45

50

55

60

65

70

75

80

85

90

95

100

Re

lative

Ab

un

da

nce

9.299.11

8.51

10.07

7.53

8.61

9.435.91

1.54

6.96

4.124.40

1.33 1.82

14.891.19

5.36

7.70 10.461.12

11.936.79 8.26 11.436.430.26 0.754.512.13 3.952.27 12.033.56 14.04

10.78

12.25 12.62 14.63

NL: 1.10E8

Base Peak m/z= 50.00-1530.00 F: FTMS - p ESI Full ms [100.0000-1500.0000] MS Bogor_7

RT: 0.00 - 15.01

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15

Time (min)

0

5

10

15

20

25

30

35

40

45

50

55

60

65

70

75

80

85

90

95

100

Re

lative

Ab

un

da

nce

1.55

1.28

4.42

9.464.25 9.25

7.664.11

8.64 10.285.88

9.571.85 6.89

5.36 8.754.661.92

3.66 10.498.251.022.96

14.156.364.830.37 7.13 11.9510.563.55 11.032.862.44 14.7912.12 12.64 13.97

NL: 2.68E8

Base Peak F: FTMS - p ESI Full ms [100.0000-1500.0000] MS Pandeglang_1

Page 74: IDENTIFIKASI SENYAWA ANTIOKSIDAN DARI TANAMAN …

60

Pandeglang 2

Pandeglang 3

RT: 0.00 - 15.00

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15

Time (min)

0

5

10

15

20

25

30

35

40

45

50

55

60

65

70

75

80

85

90

95

100

Re

lative

Ab

un

da

nce

1.55

1.31

9.40

9.224.41

4.24 7.63 10.228.58

1.213.06 4.10

1.919.54

8.72

5.875.383.65 6.88

10.364.86

8.37 11.951.05 12.237.800.40 10.507.496.53 14.18

2.50 11.0012.67 13.96 14.79

NL: 2.22E8

Base Peak F: FTMS - p ESI Full ms [100.0000-1500.0000] MS Pandeglang_2

RT: 0.00 - 15.01

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15

Time (min)

0

5

10

15

20

25

30

35

40

45

50

55

60

65

70

75

80

85

90

95

100

Re

lative

Ab

un

da

nce

1.55

3.06

9.371.91 8.56

4.231.31

10.169.20

4.10

7.614.401.22

9.528.704.85

3.655.89

5.37 6.90

10.378.35

2.430.5412.156.48 7.26 11.97 12.26

14.1310.6612.74 13.95 14.77

NL: 1.71E8

Base Peak F: FTMS - p ESI Full ms [100.0000-1500.0000] MS Pandeglang_3

Page 75: IDENTIFIKASI SENYAWA ANTIOKSIDAN DARI TANAMAN …

61

Pandeglang 4

Pandeglang 5

RT: 0.00 - 15.01

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15

Time (min)

0

5

10

15

20

25

30

35

40

45

50

55

60

65

70

75

80

85

90

95

100

Re

lative

Ab

un

da

nce

1.54

9.314.24

8.54

9.173.04 10.134.411.31 1.90 7.56

4.08

9.455.893.66

5.376.89

4.85

14.95

7.76

10.372.411.02 10.840.53 6.3711.897.10 14.0812.1710.94

13.9712.69

NL: 2.60E8

Base Peak F: FTMS - p ESI Full ms [100.0000-1500.0000] MS Pandeglang_4

RT: 0.00 - 15.00

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15

Time (min)

0

5

10

15

20

25

30

35

40

45

50

55

60

65

70

75

80

85

90

95

100

Re

lative

Ab

un

da

nce

8.44

9.23

1.9210.04

1.54

1.214.24

8.58 9.419.10

3.04

4.847.53

4.11

7.703.66

5.906.90

5.39

4.412.42 7.84

14.9111.61 11.790.40 10.396.28 7.0013.9812.18 12.40 13.17

NL: 3.09E8

Base Peak F: FTMS - p ESI Full ms [100.0000-1500.0000] MS Pandeglang_5

Page 76: IDENTIFIKASI SENYAWA ANTIOKSIDAN DARI TANAMAN …

62

Pandeglang 6

Pandeglang 7

RT: 0.00 - 15.00

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15

Time (min)

0

5

10

15

20

25

30

35

40

45

50

55

60

65

70

75

80

85

90

95

100

Re

lative

Ab

un

da

nce

8.47

9.24

1.5510.06

8.61

9.429.101.924.25

7.55

3.074.08

1.31 7.69

1.214.843.66

5.37

5.897.83

4.42 6.91

0.4711.562.40 7.27 11.42 11.676.07 6.42

12.17 12.62 14.1313.10 14.89

NL: 2.13E8

Base Peak F: FTMS - p ESI Full ms [100.0000-1500.0000] MS Pandeglang_6

RT: 0.00 - 15.00

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15

Time (min)

0

5

10

15

20

25

30

35

40

45

50

55

60

65

70

75

80

85

90

95

100

Re

lative

Ab

un

da

nce

1.55

1.93

9.23

8.47

10.043.05 4.86

1.21

4.25

8.60

9.417.525.89

4.093.67

6.895.38

7.69

2.40

4.4214.87

7.80

1.02

0.710.36 6.75 11.977.10 10.39 11.29 13.9912.11 12.52 12.96

NL: 2.46E8

Base Peak F: FTMS - p ESI Full ms [100.0000-1500.0000] MS Pandeglang_7

Page 77: IDENTIFIKASI SENYAWA ANTIOKSIDAN DARI TANAMAN …

63

Ion positif

Blanko

Bogor 1

RT: 0.00 - 15.01

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15

Time (min)

0

5

10

15

20

25

30

35

40

45

50

55

60

65

70

75

80

85

90

95

100

Re

lative

Ab

un

da

nce

7.206.99

7.356.786.465.75

7.459.677.635.61

8.120.210.31

8.27 8.411.11 5.369.01

0.93 5.298.515.121.56 9.15

4.87

4.734.52

4.459.85

4.353.96

3.75 10.0713.3010.78

3.61 10.173.47

1.73 2.42 3.19

2.15

10.89

11.08

11.22

14.28

14.6011.44 14.18

13.9311.59

11.92 13.08

NL:4.58E7

Base Peak F: FTMS + p ESI Full ms [100.0000-1500.0000] MS blanko

RT: 0.00 - 15.01

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15

Time (min)

0

10

20

30

40

50

60

70

80

90

100

Re

lative

Ab

un

da

nce

14.22

6.91

1.13

5.89

9.07

12.9012.64

11.527.61

12.09 13.974.093.25 9.778.584.230.25 10.765.371.54 6.241.80 7.92 13.7910.304.032.87

NL:9.80E8

Base Peak F: FTMS + p ESI Full ms [100.0000-1500.0000] MS Bogor_1

Page 78: IDENTIFIKASI SENYAWA ANTIOKSIDAN DARI TANAMAN …

64

Bogor 2

Bogor 3

RT: 0.00 - 15.01

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15

Time (min)

0

10

20

30

40

50

60

70

80

90

100

Re

lative

Ab

un

da

nce

6.92

5.88

1.17

1.10

12.6412.9312.06

7.58 11.77

6.23 13.08 14.975.44 13.8110.775.37 10.498.241.530.31 4.26 4.403.05 4.101.80 8.70 9.19 9.36

NL:1.33E9

Base Peak F: FTMS + p ESI Full ms [100.0000-1500.0000] MS Bogor_2

RT: 0.00 - 15.01

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15

Time (min)

0

10

20

30

40

50

60

70

80

90

100

Re

lative

Ab

un

da

nce

6.92

1.13

5.87

12.64

5.17

12.08 13.5614.8811.76

7.590.28 10.751.54 6.68 7.73 8.085.07 8.82 10.504.57 9.553.803.202.02

NL:7.69E8

Base Peak F: FTMS + p ESI Full ms [100.0000-1500.0000] MS Bogor_3

Page 79: IDENTIFIKASI SENYAWA ANTIOKSIDAN DARI TANAMAN …

65

Bogor 4

Bogor 5

RT: 0.00 - 15.01

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15

Time (min)

0

10

20

30

40

50

60

70

80

90

100

Re

lative

Ab

un

da

nce

6.92

1.175.89

1.10

12.6012.05

12.90

7.59

6.235.44 8.25 11.815.30 13.0410.47 13.951.540.28 3.26 4.40 11.481.80 8.425.20 8.95 9.56 14.542.81

NL:1.25E9

Base Peak F: FTMS + p ESI Full ms [100.0000-1500.0000] MS Bogor_4

RT: 0.00 - 15.00

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15

Time (min)

0

10

20

30

40

50

60

70

80

90

100

Re

lative

Ab

un

da

nce

6.91

1.171.10

5.86

12.07

12.62

12.88

11.75

7.58 13.0610.74 13.760.35 10.496.495.61 7.75 8.254.87 8.754.774.041.55 3.582.32 14.16

NL:7.03E8

Base Peak F: FTMS + p ESI Full ms [100.0000-1500.0000] MS Bogor_5

Page 80: IDENTIFIKASI SENYAWA ANTIOKSIDAN DARI TANAMAN …

66

Bogor 6

Bogor 7

RT: 0.00 - 15.00

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15

Time (min)

0

10

20

30

40

50

60

70

80

90

100

Re

lative

Ab

un

da

nce

6.88

5.88

1.17

12.0512.59

12.896.43 7.58 14.0213.5111.76

5.291.54 11.48 14.170.31 8.254.31 10.474.24 8.855.00 8.953.05 9.482.802.13

NL:8.37E8

Base Peak F: FTMS + p ESI Full ms [100.0000-1500.0000] MS Bogor_6

RT: 0.00 - 15.00

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15

Time (min)

0

10

20

30

40

50

60

70

80

90

100

Re

lative

Ab

un

da

nce

6.91

5.86

12.60

12.051.14

13.9513.55

11.807.58

6.70

0.31 10.7610.478.255.445.163.02 8.741.55 9.204.522.11 3.86 9.70

NL: 7.47E8

Base Peak m/z= 50.00-1530.00 F: FTMS + p ESI Full ms [100.0000-1500.0000] MS Bogor_7

Page 81: IDENTIFIKASI SENYAWA ANTIOKSIDAN DARI TANAMAN …

67

Pandeglang 1

Pandeglang 2

RT: 0.00 - 15.01

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15

Time (min)

0

5

10

15

20

25

30

35

40

45

50

55

60

65

70

75

80

85

90

95

100

Re

lative

Ab

un

da

nce

6.90

1.13

5.90

12.92

12.66

12.07

7.61

5.4513.986.21 11.82 13.068.273.26 5.28 11.4910.764.400.31 13.291.56 4.230.90 7.88 10.518.56 14.098.84 9.205.171.80 3.852.952.56

NL: 1.04E9

Base Peak F: FTMS + p ESI Full ms [100.0000-1500.0000] MS Pandeglang_1

RT: 0.00 - 15.00

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15

Time (min)

0

5

10

15

20

25

30

35

40

45

50

55

60

65

70

75

80

85

90

95

100

Re

lative

Ab

un

da

nce

6.941.16

5.89

12.91

12.69

10.7712.078.677.61

13.9811.970.246.234.53 11.4910.484.12 5.431.56 3.25 7.335.37 8.00 13.091.80 9.13 9.20 9.63 14.233.952.702.21

NL: 6.85E8

Base Peak F: FTMS + p ESI Full ms [100.0000-1500.0000] MS Pandeglang_2

Page 82: IDENTIFIKASI SENYAWA ANTIOKSIDAN DARI TANAMAN …

68

Pandeglang 3

Pandeglang 4

RT: 0.00 - 15.01

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15

Time (min)

0

5

10

15

20

25

30

35

40

45

50

55

60

65

70

75

80

85

90

95

100

Re

lative

Ab

un

da

nce

6.92

1.17

5.87

12.90

12.68

14.22

8.657.59

12.09 13.97

4.12 4.25 11.996.220.38 10.783.25 5.461.57 1.80 7.35 10.505.39 13.087.73 8.58 8.90 10.939.22 11.489.893.08 3.872.662.31 14.79

NL: 8.02E8

Base Peak F: FTMS + p ESI Full ms [100.0000-1500.0000] MS Pandeglang_3

RT: 0.00 - 15.01

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15

Time (min)

0

5

10

15

20

25

30

35

40

45

50

55

60

65

70

75

80

85

90

95

100

Re

lative

Ab

un

da

nce

6.91

5.87

1.131.20

12.89

12.63

7.58 12.088.66

13.994.133.26 6.21 8.59 11.985.46 10.781.56 5.354.23 10.50 13.070.25 11.761.79 11.510.45 8.27 13.295.29 9.09 10.299.43 14.243.05 3.892.57

NL: 1.08E9

Base Peak F: FTMS + p ESI Full ms [100.0000-1500.0000] MS Pandeglang_4

Page 83: IDENTIFIKASI SENYAWA ANTIOKSIDAN DARI TANAMAN …

69

Pandeglang 5

Pandeglang 6

RT: 0.00 - 15.00

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15

Time (min)

0

5

10

15

20

25

30

35

40

45

50

55

60

65

70

75

80

85

90

95

100

Re

lative

Ab

un

da

nce

6.92

5.89

1.16

14.24

12.899.05

7.58 12.64

12.093.266.235.37 13.96

4.128.59 11.52

10.761.55 4.251.81 13.074.520.310.86 9.78 10.946.57 8.212.24 2.96 14.855.17 10.483.61

NL: 1.32E9

Base Peak F: FTMS + p ESI Full ms [100.0000-1500.0000] MS Pandeglang_5

RT: 0.00 - 15.00

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15

Time (min)

0

5

10

15

20

25

30

35

40

45

50

55

60

65

70

75

80

85

90

95

100

Re

lative

Ab

un

da

nce

1.17

14.226.93

5.87

12.63

12.89

9.05

10.7812.08

0.35 7.60 13.9710.9311.511.54 4.230.86 7.296.79 8.59 13.304.101.80 7.814.513.26 5.745.28 9.76 9.904.03 14.8713.782.742.28

NL: 5.84E8

Base Peak F: FTMS + p ESI Full ms [100.0000-1500.0000] MS Pandeglang_6

Page 84: IDENTIFIKASI SENYAWA ANTIOKSIDAN DARI TANAMAN …

70

Pandeglang 7

Lampiran 3. Hasil interpretasi data LC-MS/MS

Kode Gambar Struktur Senyawa Senyawa Golongan

Senyawa 1 H

trans-beta-Ocimene Terpenoid

Senyawa 2

OH

Timol Fenolik

Senyawa 3

O

O

O

OH

O

O

Salvigenin Flavonoid

RT: 0.00 - 15.00

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15

Time (min)

0

5

10

15

20

25

30

35

40

45

50

55

60

65

70

75

80

85

90

95

100

Re

lative

Ab

un

da

nce

6.91

5.88

1.16

14.22

12.90

12.64

7.61

3.27 9.04 12.10 14.004.244.10 6.225.36

10.7611.991.56 1.82 13.3111.498.590.25 4.51 4.570.97 6.81 13.832.18 2.25 7.96 9.78 10.485.154.00

14.85

NL: 1.11E9

Base Peak F: FTMS + p ESI Full ms [100.0000-1500.0000] MS Pandeglang_7

Page 85: IDENTIFIKASI SENYAWA ANTIOKSIDAN DARI TANAMAN …

71

Senyawa 4

p-Cimene Terpenoid

Senyawa 5

O

O

O

OH

O

HO

O

Nevadensin Flavonoid

Senyawa 6

O

O

O

H

H

H

H

O

H

H

O

O

H

H

Nepetoidin A

Fenilpropan

oid

Senyawa 7

O

O

OH

OH

HO

OH

Luteolin Flavonoid

Senyawa 8 OH

O

H

O

NH

H

Hidromorfon Fenantrena

Senyawa 9

H

H

H

Germakren-D Terpenoid

Senyawa 10

O

O

H

Geranil asetat Terpenoid

Senyawa 11

O

H

H

Geranial Terpenoid

Page 86: IDENTIFIKASI SENYAWA ANTIOKSIDAN DARI TANAMAN …

72

Senyawa 12

O

OH

OOH

O

Genkwanin Flavonoid

Senyawa 13

O

OH

OOH

O

O

O

Gardenin B Flavonoid

Senyawa 14 OH

O

Eugenol Fenolik

Senyawa 15

O

OH

HO

HO

OH

O

OH

Asam D-Manuronat Karbohidrat

Senyawa 16

HO

H

HN

Dekstrometorfan fenantrena

Senyawa 17

O

H

H

H

HH

O

O

H

Asam Betulinat Terpenoid

Senyawa 18

HO

H

H

O

O

H

O

Basilol Terpenoid

Senyawa 19

O

O

OOH

O

Apigenin 7,4'-dimetil

eter Flavonoid

Page 87: IDENTIFIKASI SENYAWA ANTIOKSIDAN DARI TANAMAN …

73

Senyawa 20 O

H

H

HO

4-Metoksi

sinamaldehid

Fenilpropan

oid

Senyawa 21

1-epi-

bisikloseskuifelandre

na

Terpenoid

Senyawa 22

O

1,8-Cineole Terpenoid

Senyawa 23

H

H

Murolene Cadinene

Page 88: IDENTIFIKASI SENYAWA ANTIOKSIDAN DARI TANAMAN …

74

Lampiran 4. Data spektrum fragmentasi senyawa metabolit sekunder kemangi Bogor dan Pandeglang

trans-beta-Ocimene

Timol

Page 89: IDENTIFIKASI SENYAWA ANTIOKSIDAN DARI TANAMAN …

75

Salvigenin

p-Cimene

Page 90: IDENTIFIKASI SENYAWA ANTIOKSIDAN DARI TANAMAN …

76

Nevadensin

Nepetoidin A

Page 91: IDENTIFIKASI SENYAWA ANTIOKSIDAN DARI TANAMAN …

77

Luteolin

Hidromorfon

Page 92: IDENTIFIKASI SENYAWA ANTIOKSIDAN DARI TANAMAN …

78

Germakren-D

Geranil asetat

Page 93: IDENTIFIKASI SENYAWA ANTIOKSIDAN DARI TANAMAN …

79

Geranial

Genkwanin

Page 94: IDENTIFIKASI SENYAWA ANTIOKSIDAN DARI TANAMAN …

80

Gardenin B

Eugenol

Page 95: IDENTIFIKASI SENYAWA ANTIOKSIDAN DARI TANAMAN …

81

Asam D-Manuronat

Dekstrometorfan

Page 96: IDENTIFIKASI SENYAWA ANTIOKSIDAN DARI TANAMAN …

82

Asam Betulinat

Basilol

Page 97: IDENTIFIKASI SENYAWA ANTIOKSIDAN DARI TANAMAN …

83

Apigenin 7,4'-dimetil eter

4-Metoksi sinamaldehid

Page 98: IDENTIFIKASI SENYAWA ANTIOKSIDAN DARI TANAMAN …

84

1-epi-bisikloseskuifelandrena

1,8-Cineole

Page 99: IDENTIFIKASI SENYAWA ANTIOKSIDAN DARI TANAMAN …

85

Murolene

Page 100: IDENTIFIKASI SENYAWA ANTIOKSIDAN DARI TANAMAN …

86

Lampiran 5. Pola fragmentasi MS2 senyawa biomarker kemangi

Pola Fragmentasi Senyawa Salvigenin

O

OOH

H3CO

H3CO

OCH3

+H

[M+H] m/z 329.1016

O

OOH

H3CO

-O

OCH3

+H

[M+H] m/z 314.0780

O

OOH

-O

H3CO

OCH3

O

OOH

H3CO

H3CO

O-

atau

atauO

OOH

HO

-O

OH+H

[M+H] m/z 296.0676

- CH3

- 2CH2

O

OOH

-O

HO

OH

O

OOH

HO

HO

O-

atau

atau

Page 101: IDENTIFIKASI SENYAWA ANTIOKSIDAN DARI TANAMAN …

87

O

OOH

HO

-O

OH+H

[M+H] m/z 296.0676

O

OOH

-O

HO

OH

O

OOH

HO

HO

O-

atau

atau

O

OH

HO

-O

OH+H

[M+H] m/z 268,0726

O

OH

-O

HO

OH

O

OH

HO

HO

O-

atau

atau

- CO

Page 102: IDENTIFIKASI SENYAWA ANTIOKSIDAN DARI TANAMAN …

88

Pola Fragmentasi Senyawa Nevadensin

O

OOH

H3CO

HO

OCH3

OCH3

+H

[M+H] m/z 345.0960

O

OOH

H3CO

HO

OCH3

OH

+H

[M+H] m/z 331.0757

O

OOH

H3CO

HO

OHOCH3

O

OOH

HO

HO

OCH3

OCH3

atau

atauO

OOH

H3CO

HO

O-O-

+H

[M+H] m/z 315.0492

- CH2

- 2CH3

O

OOH

-O

HO

O-OCH3

O

OOH

-O

HO

OCH3

O-

atau

atau