BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tujuan pendidikan matematika pada kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) pada intinya adalah agar siswa mampu menggunakan atau menerapkan matematika yang dipelajari di kelas dalam kehidupan sehari-hari dan dalam belajar pengetahuan lain. Oleh sebab itu, dalam pembelajaran matematika hendaknya dimulai dengan pengenalan masalah yang sesuai dengan situasi dunia nyata (contextual problem). Dengan mengajukan masalah kontekstual, siswa secara bertahap dibimbing untuk menguasai konsep matematika (Depdiknas, 2006:93). Pembelajaran yang lebih menekankan pentingnya menghadirkan dunia nyata ke dalam kelas dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka 1
195
Embed
IDENTIFIKASI MASALAH PEMBELAJARANkaryatulisilmiah.com/wp-content/uploads/2016/05/SKRIPSI... · Web viewMelakukan operasi hitung campuran bilangan bulat. 3. Hasil Belajar a. Siswa
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tujuan pendidikan matematika pada kurikulum tingkat satuan pendidikan
(KTSP) pada intinya adalah agar siswa mampu menggunakan atau menerapkan
matematika yang dipelajari di kelas dalam kehidupan sehari-hari dan dalam
belajar pengetahuan lain. Oleh sebab itu, dalam pembelajaran matematika
hendaknya dimulai dengan pengenalan masalah yang sesuai dengan situasi dunia
nyata (contextual problem). Dengan mengajukan masalah kontekstual, siswa
secara bertahap dibimbing untuk menguasai konsep matematika (Depdiknas,
2006:93).
Pembelajaran yang lebih menekankan pentingnya menghadirkan dunia
nyata ke dalam kelas dan mendorong siswa membuat hubungan antara
pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka
selanjutnya disebut pembelajaran kontekstual (Contextual Teaching and
Learning). Terciptanya lingkungan alamiah dalam proses belajar, diharapkan
suasana kelas menjadi lebih ’hidup’ dan lebih ’bermakna’ karena siswa
mengalami sendiri apa yang dipelajarinya.
Sehubungan dengan tujuan pendidikan matematika tersebut, maka usaha
yang dapat dilakukan guru dalam pembelajaran matematika adalah memilih
pendekatan, model dan strategi pembelajaran yang dapat memberi perhatian yang
1
cukup terhadap pemahaman siswa pada konsep matematika. Pemahaman konsep
dapat dibangun oleh siswa melalui berbagai permasalahan dalam kehidupan
sehari-hari. Guru harus menyajikan situasi dunia nyata di dalam pembelajaran
dan mendorong siswa untuk membuat hubungan antara pengetahuan yang
dimilikinya dengan kehidupan mereka.
Mengacu pada pemahaman yang diharapkan, maka peneliti mengadakan
dialog dan diskusi intensif dengan guru matematika kelas V SD Inpres I Besusu
sebagai upaya untuk menggali secara mendalam tentang strategi pembelajaran
yang digunakan pada pembelajaran operasi hitung bilangan bulat. Hasil diskusi
tersebut diperoleh beberapa gambaran sebagai berikut:
1. Guru matematika SD Inpres I Besusu dalam menjelaskan konsep operasi
hitung bilangan bulat kepada siswa belum mengaitkan dengan situasi dan
kehidupan sehari-hari. Setelah memberikan contoh-contoh soal, guru
langsung memberi latihan soal-soal.
2. Perhatian dan motivasi siswa ketika belajar matematika agak kurang. Bahkan
beberapa siswa lebih senang bermain dibanding belajar.
3. Ada kalanya dalam melaksanakan pembelajaran matematika guru
memberikan contoh penerapan suatu konsep dalam kehidupan nyata. Namun,
dalam mengajarkan operasi hitung bilangan bulat guru tidak menghadirkan
situasi dunia nyata ke dalam kelas. Karena keterbatasan waktu dan tidak
adanya alat-alat peraga yang dapat digunakan.
2
4. Guru matematika kelas V SD Inpres I Besusu belum mengetahui
pembelajaran secara CTL.
5. Teknik penilaian yang digunakan oleh guru yaitu penilaian produk yang
dilaksanakan setiap akhir pokok bahasan dan akhir semester.
6. Tingkat pencapaian hasil belajar siswa terhadap operasi hitung bilangan bulat
menurut guru matematika kurang dari 40%. Hal ini didukung dari hasil tes
awal yang dilakukan oleh peneliti pada tanggal 24 Juli 2007, dari 24 orang
siswa yang dites, diperoleh informasi bahwa:
5 orang siswa tidak dapat menuliskan bilangan -25 dengan baik.
13 orang siswa tidak dapat menyelesaikan soal penjumlahan antara
bilangan bulat positif dengan bilangan bulat negatif dengan menggunakan
garis bilangan.
Contoh kesalahan jawaban siswa:
-2 + 4 = 6
Tidak ada seorangpun siswa yang dapat menyelesaikan soal pengurangan
antara bilangan bulat negatif dengan bilangan bulat positif dengan
menggunakan garis bilangan.
3
-4 -3 -2 -1 0 1 2 3 4 5 6
-2 4
6
Contoh kesalahan jawaban siswa:
(-3) – 4 = 1
7. Guru belum pernah menerapkan pembelajaran secara berkelompok dengan
alasan keterbatasan waktu, sedangkan siswa memiliki minat yang besar untuk
belajar secara berkelompok.
Dari uraian diatas, terlihat bahwa rendahnya pemahaman siswa pada
operasi hitung bilangan bulat diduga sebagai akibat dari kurang optimalnya
strategi pembelajaran yang digunakan oleh guru dalam mengajarkan operasi
hitung bilangan bulat.
Memperhatikan kondisi tersebut diperlukan suatu tindakan perbaikan
pembelajaran yang dapat menghadirkan situasi dunia nyata (contextual) yang ada
dalam kehidupan sehari-hari siswa dalam pembelajaran di kelas. Untuk itu
peneliti dan guru matematika kelas V SD Inpres I Besusu sepakat untuk
menerapkan pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan pendekatan kontekstual
dalam meningkatkan pemahaman siswa pada operasi hitung bilangan bulat.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang, maka rumusan masalah dalam
penelitian sebagai berikut: ”strategi pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan
4
5 4 3 2 1 0 1 2 3 4 5
-3 -4
pendekatan kontekstual yang bagaimana dapat meningkatkan pemahaman siswa
kelas V SD Inpres I Besusu pada operasi hitung bilangan bulat?”
C. Tujuan Penelitian
Dengan memperhatikan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian
ini adalah untuk mendeskripsikan strategi pembelajaran kooperatif tipe STAD
dengan pendekatan kontekstual yang dapat meningkatkan pemahaman siswa kelas
V SD Inpres I Besusu pada operasi hitung bilangan bulat.
D. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai
berikut:
1. Bagi siswa, diharapkan lebih aktif dalam pembelajaran dan dapat
membantu siswa dalam memahami operasi hitung bilangan bulat.
2. Memberi pengalaman dan alternatif lain bagi guru matematika yang
terlibat dalam penelitian ini baik dari segi teoritis maupun dari
pelaksanaan pembelajaran kontekstual.
3. Bagi sekolah, dapat memberikan masukan dalam rangka perbaikan dan
peningkatan mutu pengajaran matematika di kelas.
4. Bagi pihak lain, dapat menjadi referensi dalam melakukan penelitian
yang lebih lanjut.
5
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Pengertian Pemahaman
Hiebert dan Carpenter (Usman H.B., 2001:18) berpendapat bahwa
pemahaman merupakan aspek yang fundamental dalam belajar dan setiap
pembelajaran matematika seharusnya fokus utamanya adalah bagaimana
menanamkan konsep matematika berdasarkan pemahaman.
Pemahaman merupakan suatu proses pengetahuan atau informasi yang
baru diterima oleh seseorang dan dapat dihubungkan dengan pengetahuan yang
telah dimiliki atau ada pada diri orang tersebut. Lebih lanjut Perkin dan Blythe
(Usman H.B., 2004:3), menjelaskan pemahaman sebagai ”....Kemampuan
melakukan berbagai hal yang ada dalam pikiran terhadap sebuah topik tertentu-
seperti penjelasan, menemukan bukti dan contoh-contoh, generalisasi, penerapan,
analogi. Dan penyajian topik dengan cara baru”. Pertanyaan-pertanyaan guru
sangat menentukan sebagai awal dari proses pembelajaran.
Agar dapat menunjukkan pemahaman yang baik dalam pembelajaran
konsep bilangan bulat dan operasinya, guru harus dapat mengaitkan antara
informasi baru yang akan diterima oleh siswa dengan pengetahuan yang telah ada
didalam diri siswa melalui berbagai pertanyaan. Pemahaman yang baik juga
dapat dilihat melalui kemampuan siswa menghubungkan antara pengetahuan
konsep matematika dengan kehidupan sehari-hari.
6
B. Pembelajaran Kontekstual
Suatu pembelajaran hendaknya dapat mendorong siswa untuk membuat
hubungan dari apa yang dipelajari dengan penerapannya dalam kehidupan dunia
nyata yang ada di lingkungannya. Pendekatan kontekstual merupakan suatu
strategi pembelajaran yang dikembangkan dengan tujuan agar pembelajaran lebih
produktif dan bermakna. Nurhadi & Senduk (2003:13) menyatakan bahwa:
Pembelajaran kontekstual (Contextual Teaching and Learning) adalah konsep belajar dimana guru menghadirkan dunia nyata ke dalam kelas dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari; sementara siswa memperoleh pengetahuan dan keterampilan dari konteks yang terbatas, sedikit- demi sedikit, dan dari proses mengkonstruksi sendiri, sebagai bekal untuk memecahkan masalah dalam kehidupannya sebagai anggota masyarakat.
Pembelajaran kontekstual mengasumsikan bahwa siswa belajar tidak
dalam proses seketika. Pengetahuan dan keterampilan siswa diperoleh sedikit
demi sedikit, berangkat dari pengetahuan yang dimiliki sebelumnya. Sehingga
melalui pengajaran ini memungkinkan siswa untuk memperluas dan menerapkan
pengetahuan yang dimiliki dalam berbagai macam tatanan dalam-sekolah dan
luar-sekolah agar dapat memecahkan masalah-masalah dunia nyata (Nurhadi &
Senduk, 2003:13).
Nur (Depdiknas, 2004:11) menyatakan bahwa pembelajaran yang
kontekstual menekankan pada konteks sebagai awal pembelajaran, sebagai ganti
dari pengenalan konsep secara abstrak. Dalam pembelajaran matematika yang
7
kontekstual proses pengembangan konsep-konsep dan gagasan-gagasan
matematika bermula dari dunia nyata.
Pembelajaran kontekstual (CTL) memiliki dua peranan dalam pendidikan
yaitu sebagai filosofi pendidikan dan sebagai rangkaian kesatuan dari strategi
pendidikan. Sebagai filosofi pendidikan, CTL mengasumsikan bahwa peranan
pendidik adalah membantu peserta didik menemukan makna dalam pendidikan
dengan cara membuat hubungan antara apa yang mereka pelajari di sekolah dan
cara-cara menerapkan pengetahuan tersebut di dunia nyata. Hal ini dimaksudkan
untuk membantu peserta didik memahami mengapa yang mereka pelajari itu
penting. Sedang sebagai strategi, strategi pengajaran dengan CTL memadukan
teknik-teknik yang membantu peserta didik menjadi lebih aktif sebagai pebelajar
dan reflektif terhadap pengalamannya (Depdiknas, 2005:17).
Menurut Nurhadi & Senduk (2003:55), beberapa pengajaran yang
berasosiasi dengan pembelajaran kontekstual antara lain: pengajaran berbasis
masalah, pengajaran kooperatif, pengajaran berbasis inkuiri, pengajaran berbasis
proyek/tugas, pengajaran berbasis kerja, dan pengajaran berbasis jasa layanan.
Dalam penelitian ini, pengajaran yang akan digunakan adalah pengajaran
kooperatif. Pengajaran ini dipilih berdasarkan hasil wawancara dengan guru yang
menyatakan bahwa siswa memiliki minat yang besar jika belajar dalam
kelompok.
8
C. Komponen Utama Pembelajaran Kontekstual
Menurut Nurhadi & Senduk (2003:13), ada tujuh komponen utama
pembelajaran yang mendasari penerapan pembelajaran kontekstual di kelas.
Ketujuh komponen utama itu adalah konstruktivisme (constructivism), bertanya
(questioning), menemukan (inquiry), masyarakat belajar (learning community),
pemodelan (modeling), refleksi (reflection) dan penilaian sebenarnya (authentic
asessment). Berikut ini uraian masing-masing komponen secara singkat.
1) Konstruktivisme (Constructivism)
Konstruktivisme merupakan landasan berpikir (filosofi)
pembelajaran kontekstual, yaitu bahwa pengetahuan dibangun oleh
manusia sedikit demi sedikit, yang hasilnya diperluas melalui konteks
yang terbatas (sempit) dan tidak sekonyong-konyong. Dengan dasar itu,
pembelajaran harus dikemas menjadi proses ’mengkonstruksi’ bukan
’menerima’ pengetahuan. Dalam proses pembelajaran siswa membangun
sendiri pengetahuan mereka melalui keterlibatan aktif dalam proses
belajar mengajar. Siswa menjadi pusat kegiatan bukan guru.
2) Bertanya (Questioning)
Bertanya merupakan strategi utama pembelajaran yang berbasis
kontekstual. Bertanya adalah suatu strategi yang digunakan secara aktif
oleh siswa untuk menganalisis dan mengeksplorasi gagasan-gagasan.
Pertanyaan-pertanyaan spontan yang diajukan siswa dapat digunakan
untuk merangsang siswa berpikir, berdiskusi, dan berspekulasi. Guru
9
dapat menggunakan teknik bertanya dengan cara memodelkan
keingintahuan siswa dan mendorong siswa agar mengajukan pertanyaan-
pertanyaan.
3) Menemukan (Inquiry)
Pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh siswa diharapkan
bukan hasil mengingat seperangkat fakta-fakta, tetapi hasil dari
menemukan sendiri. Guru harus selalu merancang kegiatan yang merujuk
pada kegiatan menemukan. Kegiatan inkuiri sebenarnya sebuah siklus.
Siklus inkuiri adalah : observasi, bertanya, mengajukan dugaan,
pengumpulan data dan penyimpulan.
4) Masyarakat belajar (Learning Community)
Dalam kelas dengan pendekatan kontekstual, kegiatan
pembelajaran dilakukan dalam kelompok-kelompok belajar. Masyarakat
belajar bisa tercipta apabila ada proses komunikasi dua arah. Dalam
masyarakat belajar, anggota kelompok yang terlibat dalam komunikasi
pembelajaran dapat saling belajar.
5) Pemodelan (Modeling)
Pemodelan pada dasarnya membahasakan gagasan yang
dipikirkan, mendemonstrasikan bagaimana para guru menginginkan para
siswa untuk belajar, dan melakukan apa yang guru inginkan agar siswa-
siswanya melakukan. Pemodelan dapat berbentuk demonstrasi, pemberian
contoh tentang konsep atau aktivitas belajar.
10
6) Refleksi (Reflection)
Refleksi merupakan gambaran terhadap kegiatan atau pengetahuan
yang baru diterima. Siswa mengendapkan apa yang baru dipelajarinya
sebagai struktur pengetahuan yang baru, yang merupakan pengayaan atau
revisi dari pengetahuan sebelumnya. Refleksi merupakan respon terhadap
kejadian, aktivitas atau pengetahuan yang baru diterima.
7) Penilaian yang sebenarnya (Authentic Assessment)
Authentic assessment adalah prosedur penilaian pada
pembelajaran kontekstual. Prinsip utama asesmen dalam pembelajaran
kontekstual tidak hanya menilai apa yang diketahui siswa, tetapi juga
menilai apa yang dapat dilakukan siswa. Penilaian itu mengutamakan
penilaian kualitas hasil kerja siswa dalam menyelesaikan suatu tugas.
D. Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD
Pembelajaran kooperatif merupakan suatu pembelajaran yang secara
sistematis mengembangkan interaksi antar sesama siswa dan memaksimalkan
belajar siswa baik secara individu maupun secara kelompok. Menurut Johnson &
Johnson (Usman H.B., 2004:134), pembelajaran kooperatif tidak semata-mata
meminta siswa bekerja secara kelompok dengan cara mereka sendiri. Siswa yang
bekerja dalam kelompok mungkin akan menunjukkan hasil belajar yang rendah
karena hanya beberapa siswa saja yang bekerja keras dalam menyelesaikan materi
tugas sedangkan siswa lainnya bersikap pasif. Agar tidak terjadi hal demikian,
Abdurrahman & Bintoro (Nurhadi & Senduk, 2003:60) menyatakan bahwa
11
terdapat elemen dalam pembelajaran kooperatif yang harus diperhatikan oleh
seorang pengajar yaitu adanya saling ketergantungan positif, interaksi tatap muka,
akuntabilitas individual dan keterampilan menjalin hubungan antar individu.
Terdapat beberapa metode dalam pelaksanaan pembelajaran kooperatif
yaitu metode STAD (Student Teams Achievement Divisions), metode Jigsaw,
metode GI (Group Investigation) dan metode struktural. Dalam penelitian ini,
metode yang digunakan adalah metode STAD. Menurut Slavin (Zainuddin,
2002:9) bahwa: ”model pembelajaran kooperatif tipe STAD merupakan model
yang bersifat umum, sehingga dapat digunakan untuk bidang studi dan semua
tingkatan, serta merupakan model yang paling sederhana dan mudah
dilaksanakan”.
Para siswa di dalam kelas dibagi menjadi beberapa kelompok, masing-
masing terdiri atas 4 atau 5 anggota kelompok. Tiap kelompok memiliki anggota
yang heterogen, baik jenis kelamin, ras, etnik, maupun kemampuannya (tinggi,
sedang, rendah). Tiap anggota kelompok menggunakan lembar kerja siswa, dan
kemudian saling membantu untuk menguasai bahan ajar melalui tanya jawab atau
diskusi antar sesama anggota kelompok.
Menurut Slavin (Usman H.B., 2004:141) bahwa pembelajaran kooperatif
tipe STAD terdiri 5 komponen utama, yaitu (1) penyajian kelas, (2) belajar
kelompok, (3) tes, (4) skor peningkatan individu, dan (5) penghargaan kelompok.
Berikut uraian setiap komponen pembelajaran kooperatif tipe STAD (Usman
H.B., 2004: 141-149):
12
(1) Penyajian Kelas
Penyajian kelas maksudnya pemberian informasi pengetahuan dan
keterampilan dasar yang diperlukan siswa dalam mengembangkan konsep
materi yang dipelajari pada kegiatan aktivitas kelompok.
Beberapa hal-hal yang harus diperhatikan dalam penyajian materi
pembelajaran adalah sebagai berikut.
Materi pelajaran dikembangkan sesuai dengan apa yang dipelajari
siswa dalam kelompok.
Pemahaman siswa sesering mungkin dikontrol dengan mengajukan
pertanyaan-pertanyaan.
Memberitahukan kepada siswa bahwa pembelajaran kooperatif
menekankan belajar adalah memahami makna bukan hafalan.
(2) Belajar Kelompok
Agar implementasi pembelajaran model kooperatif berlangsung
efektif, maka tim atau kelompok harus dibentuk lebih awal. Anggota tim
terdiri atas empat atau lima orang yang memiliki kemampuan yang
heterogen dan etnis yang beragam. Ukuran kelompok yang ideal adalah
empat orang, karena sangat memudahkan ketika akan menerapkan strategi
berpasangan dan kegiatan pengamatan terhadap aktivitas kelompok akan
menjadi lebih ringan dan terpusat. Ketika siswa bekerja dalam kelompok
mereka masing-masing guru harus selalu memonitor kerja siswa untuk
13
memastikan bahwa kegiatan mereka berjalan lancar. Salah satu tujuan
belajar kooperatif adalah mengajari siswa untuk bekerja sama.
(3) Tes
Tes dilaksanakan setelah siswa bekerja dan berlatih dalam kelompok.
Tes yang diberikan adalah tes/kuis perorangan. Masing-masing siswa
berusaha dan bertanggung jawab secara individual untuk melakukan yang
terbaik sebagai hasil kerja kelompok. Siswa harus menyadari bahwa usaha
dan keberhasilan mereka nantinya akan memberi sumbangan yang sangat
berharga bagi kesuksesan kelompok dan juga menjadi indikator
perkembangan individu.
(4) Skor Peningkatan Individu
Ide poin peningkatan individu adalah memberi kesempatan bagi setiap
siswa untuk meraih prestasi maksimal dan melakukan yang terbaik untuk
diri dan kelompoknya. Setiap siswa diberikan poin perkembangan yang
ditentukan berdasarkan selisih perolehan skor kuis terdahulu (skor dasar)
dengan skor kuis terakhir. Dengan cara ini setiap siswa memiliki
kesempatan yang sama untuk menyumbangkan skor maksimal bagi
kelompoknya. Kriteria poin perkembangan sebagai berikut.
14
Tabel 2.1 Kriteria Pemberian Poin
Skor Siswa Poin Perkembangan
Lebih dari sepuluh poin di bawah skor dasar 510 poin hingga 1 poin di bawah skor dasar 10Skor dasar sampai 10 poin diatasnya 20Leboh 10 poin di atas skor dasar 30Nilai sempurna (tidak berdasarkan skor awal) 30
(5) Penghargaan Kelompok
Penghargaan kelompok diberikan berdasarkan poin perkembangan
kelompok yang diperoleh. Untuk menentukan poin pencapaian kelompok
digunakan rumus sebagai berikut.
Nk =
Berdasarkan poin perkembangan yang diperoleh terdapat tiga tingkat-
tingkat penghargaan yang diberikan untuk penghargaan kelompok yaitu:
Kelompok dengan poin rata-rata 15, sebagai kelompok baik,
Kelompok yang memperoleh poin rata-rata 20, sebagai kelompok hebat,
Kelompok yang memperoleh poin rata-rata 25, sebagai kelompok super.
Menurut Kagan (dalam Zainuddin, 2002:29) ada tiga keuntungan
penggunaan STAD yaitu: (1) semua siswa memiliki kesempatan untuk menerima
reward setelah menyelesaikan suatu materi pelajaran, (2) semua siswa
mempunyai kemungkinan untuk mencapai hasil belajar yang tinggi, dan (3)
15
reward yang diberikan kepada kelompok dapat digunakan untuk memberikan
motivasi berprestasi kepada semua siswa.
E. Teori-Teori yang Berkaitan dengan Pembelajaran Kontekstual
a. Teori Perkembangan Intelektual Piaget
Jean Piaget berpendapat bahwa proses berpikir manusia sebagai suatu
perkembangan yang bertahap dari berpikir intelektual konkrit ke abstrak
berurutan melalui empat periode. Periode berpikir yang dikemukakan Piaget
adalah sebagai berikut:
Periode sensori motor (0-2 tahun)
Periode pra-operasional (2-7 tahun)
Periode operasi konkrit (7-11 tahun)
Periode operasi formal (11 tahun keatas)
Siswa kelas V SD pada umumnya berusia antara 10 – 11 tahun,
sehingga menurut teori Piaget berada pada tahap operasi konkrit. Hal ini
sesuai dengan situasi pembelajaran kontekstual yang menghadirkan situasi
dunia nyata dalam hal ini dapat berupa benda-benda konkrit maupun situasi
konkrit yang ada di dunia siswa. Sehingga siswa dapat belajar dan berpikir
berdasarkan kemampuan intelektualnya.
Menurut Piaget (Hudojo, 1988:47), struktur kognitif yang dimiliki
seseorang itu karena proses asimilasi dan akomodasi. Asimilasi adalah proses
mendapatkan informasi dan pengalaman yang langsung menyatu dengan
struktur mental yang sudah dimiliki seseorang. Adapun akomodasi adalah
16
proses menstrukturkan kembali mental sebagai akibat adanya informasi dan
pengalaman baru tadi. Jadi belajar itu tidak hanya menerima informasi dan
pengalaman baru saja, tetapi juga terjadi penstrukturan kembali.
b. Teori Bruner
Jerome Bruner (Hudojo, 1988:56) berpendapat bahwa belajar
matematika ialah belajar tentang konsep-konsep dan struktur-struktur
matematika yang terdapat didalam materi yang dipelajari serta mencari
hubungan-hubungan. Lebih lanjut Bruner menjelaskan bahwa pemahaman
terhadap konsep dan struktur sesuatu materi menjadikan materi itu dipahami
secara lebih komprehensif. Lebih dari itu, peserta didik lebih mudah
mengingat materi itu bila yang dipelajari merupakan/mempunyai pola yang
berstruktur. Dengan memahami konsep dan struktur akan mempermudah
terjadinya transfer.
Menurut Bruner (Depdiknas, 2005:8), jika seseorang mempelajari
sesuatu pengetahuan, pengetahuan itu perlu dipelajari dalam tahap-tahap
tertentu agar pengetahuan itu dapat diinternalisasi dalam pikiran (struktur
kognitif) orang tersebut. Tahapan-tahapan tersebut adalah sebagai berikut:
Tahap enaktif, yaitu suatu tahap pembelajaran sesuatu pengetahuan
dimana pengetahuan itu dipelajari secara aktif, dengan menggunakan
benda-benda kongkrit atau menggunakan situasi yang nyata.
Tahap ikonik, yaitu suatu tahap pembelajaran dimana pengetahuan itu
direpresentasikan (diwujudkan) dalam bentuk bayangan visual, gambar,
17
atau diagram yang menggambarkan kegiatan kongkret atau situasi nyata
yang terdapat pada tahap enaktif.
Tahap simbolik, yaitu suatu tahap pembelajaran dimana pengetahuan itu
direpresentasikan dalam bentuk simbol-simbol abstrak, yaitu simbol-
simbol arbiter yang dipakai berdasarkan kesepakatan orang-orang dalam
bidang yang bersangkutan, baik simbol-simbol verbal, lambang-lambang
matematika, maupun lambang-lambang abstrak yang lain.
Dalam pembelajaran kontekstual, ketika siswa diperhadapkan pada
masalah yang berkaitan dengan dunia nyata di awal pembelajaran, berarti
siswa melalui tahap pembelajaran enaktif. Selanjutnya, siswa diminta untuk
menyelesaikan masalah tersebut dengan menggunakan simbol-simbol
matematika. Pada tahap ini siswa berada pada tahap ikonik dan simbolik.
c. Teori Bermakna Ausubel
D.P. Ausubel (Hudojo, 1988:61) mengemukakan bahwa belajar
dikatakan menjadi bermakna (meaningful) bila informasi yang akan dipelajari
peserta didik disusun sesuai dengan struktur kognitif yang dimiliki peserta
didik itu sehingga peserta didik itu dapat mengaitkan informasi barunya
dengan struktur kognitif.
Menurut Ausubel, belajar bermakna timbul jika siswa mencoba
menghubungkan pengetahuan baru dengan pengetahuan yang dimilikinya.
Jika pengetahuan baru tidak berhubungan dengan pengetahuan yang ada,
maka pengetahuan baru itu akan dipelajari siswa melalui belajar hafalan. Hal
18
ini disebabkan pengetahuan yang baru tidak diasosiasikan dengan
pengetahuan yang ada (Depdiknas, 2005:22).
Pada pembelajaran kontekstual, guru perlu mengembangkan
pengetahuan pra syarat siswa guna membentuk pemahaman awal siswa pada
operasi hitung bilangan bulat. Kemudian pemahaman awal tersebut
diintegrasikan dengan struktur kognitif yang telah dimiliki siswa, sehingga
dapat menghasilkan pengetahuan baru.
F. Tinjauan Materi Operasi Hitung Bilangan Bulat
Materi bilangan bulat merupakan salah satu materi yang esensial dalam
pembelajaran matematika. Karena dalam pembelajaran di tingkat yang lebih
tinggi, tidak terlepas dari penggunaan dan perhitungan bilangan bulat.
Bilangan bulat terdiri dari (Muhsetyo, 2007:1.8):
Bilangan-bilangan yang bertanda negatif (-1, -2, -3, -4, ...) yang
selanjutnya disebut bilangan bulat negatif.
Bilangan 0 (nol), dan
Bilangan-bilangan yang bertanda positif (1, 2, 3, 4, ..) yang
selanjutnya disebut bilangan bulat positif.
Lebih lanjut Khafid & Sayuti (2007:27) menyatakan bahwa himpunan
bilangan bulat dinyatakan dengan B = {...,-4, -3, -2, -1, 0, 1, 2, 3, 4, ...}. Jika
digambarkan pada garis bilangan adalah sebagai berikut:
19
0 -1 1 -2 -3 -4 2 3 4
Pada garis bilangan, tampak bilangan bulat positif terletak di sebelah kanan nol
dan bilangan bulat negatif terletak di sebelah kiri nol.
Salah satu alternatif strategi pembelajaran untuk mempermudah
pemahaman siswa terhadap operasi hitung bilangan bulat yang akan digunakan
dalam penelitian ini adalah menggunakan model siswa pada garis bilangan.
Prinsip-prinsip yang harus diperhatikan dalam penggunaan model siswa
pada penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat adalah sebagai berikut
(Muhsetyo, 2007:1.18-1.24):
Posisi awal setiap peragaan selalu dimulai dari skala 0 (nol).
Jika bilangan pertama bertanda positif, maka bagian muka model
menghadap ke bilangan positif dan kemudian melangkah ke skala yang
sesuai dengan besarnya bilangan pertama.
Jika bilangan pertama bertanda negatif, maka bagian muka model
menghadap ke bilangan negatif dan kemudian melangkah ke skala yang
sesuai dengan besarnya bilangan pertama.
Jika model melangkah maju, dalam prinsip operasi hitung, istilah maju
diartikan sebagai ”tambah (+)”.
Jika model melangkah mundur, dalam prinsip operasi hitung mundur
diartikan sebagai ”kurang (-)”.
Gerakan maju dan mundurnya model tergantung dari bilangan penambah
atau pengurangnya.
20
Gerakan maju: jika bilangan penambahnya merupakan bilangan positif,
maka model bergerak maju ke arah bilangan positif, dan sebaliknya jika
bilangan penambahnya merupakan bilangan negatif, maka model bergerak
maju ke arah bilangan negatif.
Gerakan mundur: jika bilangan pengurangnya merupakan bilangan positif,
maka model bergerak mundur dengan sisi muka menghadap ke bilangan
positif, dan sebaliknya jika bilangan pengurangnya merupakan bilangan
negatif, maka model bergerak mundur dengan sisi muka menghadap ke
bilangan negatif.
Perkalian bilangan bulat a x b diartikan sebagai penjumlahan berulang b +
b + b + ... sebanyak a kali. Berarti, mencari hasil dari a x b sama halnya dengan
cara menunjukkan penjumlahan b + b + b + ... sebanyak a kali. Sehingga
perkalian didefinisikan sebagai berikut (Negoro & Harahap, 2001:263): Jika a
dan b bilangan-bilangan cacah, maka a x b adalah penjumlahan berulang yang
mempunyai a suku, dan tiap suku sama dengan b.
Pembagian adalah operasi kebalikan perkalian. Operasi hitung yang
mencari suatu faktor jika hasil kali dan faktor-faktor lain diketahui, disebut
pembagian. Jika hasil kalinya c faktor yang diketahui a, maka c : a = n a x n =
c dinamakan pembagian, karena n merupakan faktor yang dicari. Pembagian juga
didefinisikan sebagai pengurangan berulang (Nugroho & Harahap, 2001:251).
BAB III
21
METODE PENELITIAN
A. Rancangan Penelitian
Rancangan pada penelitian ini meliputi tiga hal, yaitu: (1) Desain
penelitian, (2) Setting dan subyek penelitian, (3) Rencana tindakan. Untuk lebih
jelasnya diuraikan dibawah ini.
1. Desain Penelitian
Desain penelitian ini mengacu pada model Kemmis dan Mc. Taggart
(Wibawa, 2003: 18) yang terdiri dari empat komponen yaitu perencanaan,
pelaksanaan tindakan, observasi dan refleksi.
Gambar 3.1 Diagram Alur Desain Penelitian
2. Setting dan Subyek Penelitian
22
Keterangan:
0 = Refleksi awal1 = Rencana tindakan siklus I2 = Tindakan pada siklus I3 = Observasi pada siklus I4 = Refleksi pada siklus I5 = Rencana tindakan siklus II6 = Tindakan pada siklus II7 = Observasi pada siklus II8 = Refleksi pada siklus IIa = Siklus Ib = Siklus II
1
2
3
4
7 8
a
b 5
66
0
Penelitian ini akan dilaksanakan di kelas V SD Inpres I Besusu Jln.
Panglima Polem Kecamatan Palu Timur pada hari Kamis tanggal 26 Juli
2007. Banyaknya subyek penelitian terdiri atas 28 siswa, terdiri dari 16 siswa
perempuan dan 20 siswa laki-laki. Sedangkan sebagai informan sebanyak 4
siswa yang dipilih berdasarkan banyaknya kesalahan dalam menyelesaikan
soal pada tes awal atau berkemampuan rendah. Keseluruhan subyek belajar
dalam kelompok bersifat heterogen. Keheterogenan subyek dilihat dari hasil
tes awal atau kemampuan siswa, suku dan latar belakang pekerjaan orang tua
siswa. Keempat informan ditempatkan pada kelompok belajar yang berbeda-
beda.
3. Rencana Tindakan
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Penelitian
Tindakan Kelas. Sehingga, tindakan yang dilakukan dalam penelitian ini
adalah tindakan pembelajaran yang berlangsung sebanyak dua kali dalam dua
siklus dengan masing-masing siklus terdiri dari satu tindakan. Setiap tindakan
pembelajaran menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD
dengan pendekatan kontekstual. Kegiatan pembelajaran pada tiap siklus
berlangsung selama 3 jam pelajaran atau 3 x 35 menit. Adapun skenario
tindakan pembelajaran adalah sebagai berikut:
Tabel 3.1. Skema Tindakan Pembelajaran
23
Fase Pembelajaran
Kooperatif Tipe STAD
Kegiatan Guru Kegiatan Siswa Komponen Pembelajaran Kontekstual
Kegiatan Awal1. Menyampaikan
tujuan pembelajaran.2. Meng
ajukan pertanyaan untuk mengetahui pengetahuan pra syarat siswa
Memperhatikan penjelasan guru
Menjawab pertanyaan guru atau bertanya
● Konstruktivisme Refleksi● Bertanya
1. Penyajian kelas
Kegiatan Inti1. Menyajikan materi
pelajaran dan memberikan contoh penerapan prinsip kerja model siswa untuk menyelesaikan operasi hitung bilangan bulat.
2. Memberikan penjelasan tentang kegiatan yang akan dilakukan siswa dalam kelompok belajarnya.
3. Mengontrol pemahaman siswa dengan mengajukan pertanyaan dan memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya.
Mendengarkan penjelasan guru
Menjawab pertanyaan atau bertanya
Konstruktivisme
Pemodelan
Bertanya
2. Transisi ke Tim
4. Membagi siswa ke dalam kelompok belajar
5. Membagi LKS kepada setiap
Mencatat nama-nama kelompok dan bergabung dengan kelompoknya masing-masing
Menerima LKS
Masyarakat belajar
24
kelompok3. Tim Studi dan Monitoring
6. Meminta siswa untuk berdiskusi dengan rekan dalam kelompoknya untuk menyelesaikan soal yang ada di LKS dan guru berjalan mengelilingi siswa untuk memonitor pekerjaan siswa dan jika terdapat masalah, guru memberikan bantuan seperlunya yang sifatnya mengarahkan.
Berdiskusi dengan teman kelompok dan meminta bantuan kepada guru jika mengalami kesulitan
● Masyarakat belajar
● Bertanya● Penilaian
autentik
Inquiry
4. Pengujian 7. Memberikan tes individu kepada siswa
Mengerjakan tes yang diberikan
Penilaian autentik
Kegiatan PenutupMemberikan penghargaan kepada kelompok terbaik
Indikator keberhasilan tindakan pembelajaran pada setiap siklus yang
dilaksanakan pada penelitian ini dapat dilihat dari hasil observasi aktivitas
siswa dan poin peningkatan individu minimal siswa yaitu 20.
Adapun untuk menentukan poin peningkatan individu didasarkan pada selisih
antara skor pada tes akhir dengan skor dasar pada tes awal. Slavin (Usman
H.B., 2004:146) memberikan kriteria pemberian skor sebagai berikut.
Tabel 3.2 Kriteria Pemberian Poin
25
Skor Siswa Poin Perkembangan
Lebih dari sepuluh poin di bawah skor dasar 510 poin hingga 1 poin di bawah skor dasar 10Skor dasar sampai 10 poin diatasnya 20Leboh 10 poin di atas skor dasar 30Nilai sempurna (tidak berdasarkan skor awal) 30
B. Jenis Data dan Cara Pengumpulan Data
1. Jenis Data
Adapun jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data
kualitatif berupa hasil observasi, hasil wawancara, catatan lapangan, dan data
kuantitatif seperti hasil tes yang diperoleh siswa. Namun data-data yang
berupa angka-angka akan diberi makna dalam bentuk paparan naratif.
2. Cara Pengumpulan Data
Adapun cara pengumpulan data pada penelitian tindakan kelas ini
adalah sebagai berikut:
a. Tes
Tes awal tindakan dilaksanakan sebelum pelaksanaan tindakan
pembelajaran sedangkan tes akhir tindakan dilaksanakan setiap selesai
kegiatan pembelajaran. Tes digunakan untuk mengetahui sejauh mana
pemahaman siswa pada operasi hitung bilangan bulat. Selain itu, hasil tes
juga dijadikan sebagai pedoman untuk mewawancarai informan. Bentuk
tes yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes tertulis.
b. Wawancara
26
Wawancara dilaksanakan setelah pelaksanaan tes akhir. Hal ini
dimaksudkan untuk lebih menggali informasi dari siswa tentang proses
berpikir siswa tersebut. Pertanyaan yang diajukan pada saat wawancara
tidak terstruktur, artinya disesuaikan dengan kesalahan-kesalahan yang
muncul pada saat siswa diuji/dites. Pada saat wawancara, informan
diarahkan untuk menyadari dan memperbaiki kesalahan-kesalahan yang
dilakukan, sehingga dapat meningkatkan pemahaman siswa tersebut.
c. Observasi
Observasi dilaksanakan selama peneliti melakukan aktivitas pembelajaran
di kelas. Bertindak sebagai observer adalah teman sejawat dan guru
matematika kelas V SD Inpres I Besusu. Kegiatan observasi ini dilakukan
untuk mengamati aktivitas peneliti sebagai guru dan siswa selama proses
pembelajaran berlangsung. Data diambil dengan menggunakan lembar
observasi untuk guru dan lembar observasi untuk siswa.
d. Catatan Lapangan
Catatan lapangan digunakan sebagai data pelengkap untuk mencatat hal-
hal yang tidak terekam melalui lembar observasi dan wawancara.
Misalnya tentang respon dan partisipasi siswa dalam kegiatan
pembelajaran.
e. Penilaian Minat dan Sikap
Penilaian minat dan sikap ini digunakan untuk memperoleh data mengenai
minat dan sikap siswa dalam mempelajari operasi hitung bilangan bulat
27
dengan menggunakan pembelajaran kontekstual. Penilaian ini digunakan
sebagai bahan pertimbangan bagi guru untuk memperbaiki kinerjanya
dalam mengajar.
f. Penilaian Diri (Student Self-Assessment)
Penilaian diri ini dimaksudkan untuk memperoleh data tentang diri siswa
dan cara menilai dirinya sendiri yang berkaitan dengan proses pelaksanaan
pembelajaran dan kemampuan siswa pada operasi hitung bilangan bulat.
Hasil penilaian diri siswa ini selanjutnya dibandingkan dengan hasil
penilaian guru.
C. Teknik Analisis Data
Analisis data dalam penelitian ini mengacu pada proses analisis data
yang dikemukakan Moleong (1990:104) yang mengatakan bahwa “proses analisis
data dimulai dengan menelaah seluruh data yang tersedia dari berbagai sumber
data yaitu dari hasil tes, wawancara, hasil observasi, hasil catatan lapangan,
dokumen dan lain-lain”. Sedangkan data penelitian yang telah dikumpulkan
dianalisis dengan menggunakan model Alir Miler dan Huberman (Usman H.B.,
ini petikan penyampaian peneliti kepada seluruh siswa di awal
pembelajaran.
“Anak-anak sekalian, sekarang waktunya untuk belajar matematika. Jadi Ibu harap kalian menyimpan buku ataupun hal-hal yang tidak ada kaitannya dengan matematika. Tujuan dari pembelajaran kita
38
pada hari ini adalah kalian diharapkan mampu melakukan penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat dalam pemecahan masalah. Di kelas 4, kalian telah mempelajari bilangan bulat. Siapa yang bisa menyebutkan contoh bilangan bulat?”
Pada saat peneliti menggali pengetahuan pra syarat siswa
tentang bilangan bulat, peneliti telah menerapkan komponen
konstruktivisme, bertanya dan refleksi. Karena siswa membangun dan
mengingat kembali pengetahuan yang telah diperoleh siswa pada masa
lalu tentang bilangan bulat melalui pertanyaan-pertanyaan yang
diajukan oleh peneliti. Waktu yang digunakan pada kegiatan awal ini
adalah 15 menit.
Kegiatan pada fase 1 ini dimulai dengan penyajian masalah
dalam kehidupan sehari-hari yang terkait dengan penggunaan bilangan
bulat dan operasinya. Berikut permasalahan yang diajukan oleh
peneliti kepada siswa di awal pembelajaran.
Ryan sedang bermain monopoli.Karena bangkrut, Ryan meminjam uang sebesar $8 kepada Bank. Beberapa saat kemudian Ryan mendapatkan bonus dari dana umum sebesar 13$. Uang dari bonus tersebut digunakan Ryan untuk membayar hutangnya kepada Bank. Berapa sisa uang yang dimiliki Ryan saat ini?
Untuk menyelesaikan masalah tersebut, peneliti menyajikan teknik
dengan menggunakan alat peraga berupa model siswa yang berjalan
pada garis bilangan yang digambarkan di depan kelas. Peneliti
meminta seorang siswa untuk menggambarkan garis bilangan dan
39
seorang siswa lagi untuk menjadi model. Kemudian, peneliti
memberikan sebuah soal dan memberikan petunjuk kepada model
siswa tersebut untuk melakukan peragaan. Pada kegiatan ini, peneliti
menerapkan komponen pembelajaran kontekstual yaitu pemodelan,
dimana yang menjadi model adalah guru dan siswa.
Kegiatan peragaan dengan model siswa tersebut, kemudian
menjadi ilustrasi untuk selanjutnya digambarkan pada garis bilangan
dengan prinsip yang sama pada peragaan model siswa. Berikut
petikan penjelasan peneliti kepada seluruh siswa.
Guru : Anak-anak, apakah kalian sudah paham dengan prinsip penggunaan model siswa ini?
Siswa : Sudah bu..Guru : Perhatikan! Prinsip gerakan pada model siswa ini dapat
dilakukan pada garis bilangan untuk menentukan nilai dari penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat. Contoh, kita akan menentukan nilai dari( -2) + 5 = ....... (menuliskan di papan tulis).Langkah-langkah menentukan hasil dari penjumlahan itu:Langkah 1. Dari skala 0, anak panah melangkah ke arah bilangan negatif dan berhenti pada skala -2.Langkah 2. Karena bilangan penjumlahnya merupakan bilangan positif, maka ujung anak panah menghadap ke bilangan positif.Langkah 3. Karena ditambahkan dengan 5 maka maju sebanyak 5 langkah.Langkah 4. Posisi akhir ujung panah berada pada skala 3, dan ini menunjukkan hasil dari (-2) + 5 = 3
Selanjutnya, peneliti memberikan beberapa contoh tambahan
dan meminta beberapa orang siswa untuk menyelesaikan soal tersebut.
40
Waktu yang digunakan pada fase ini adalah 30 menit sesuai
perencanaan.
Fase 2: Transisi Tim
Kegiatan yang dilakukan pada fase ini adalah guru
membagikan Lembar Kerja Siswa (LKS) pada setiap kelompok dan
meminta kepada setiap siswa untuk duduk berdekatan berdasarkan
kelompoknya. Guru juga menjelaskan kegiatan yang harus dilakukan
siswa dalam kelompok belajarnya dan memberikan motivasi kepada
siswa untuk bekerja dengan baik karena pada akhir pembelajaran, guru
akan memberikan pengahrgaan kepada kelompok terbaik. Berikut
petikan uraian penjelasan guru kepada siswa.
Guru : Di tangan kalian sudah ada Lembar Kerja Siswa (LKS) yang harus kalian kerjakan secara berkelompok. Setiap siswa harus bertanggungjawab terhadap kelompoknya masing-masing. Jadi, semua anggota kelompok harus dapat bekerja sama dengan baik. Kelompok yang memiliki kerja sama paling baik akan memperoleh penghargaan sebagai kelompok paling kompak sedangkan untuk kelompok terbaik akan ditentukan berdasarkan perolehan nilai setiap anggota kelompok pada tes akhir nanti.
Siswa 1 : Berarti, nanti ada ujiannya Bu?Guru : Iya...di akhir pembelajaran akan ada tes . Oleh karena itu,
setiap anggota kelompok harus bisa menguasai materi pada LKS, agar nanti pada tes memperoleh nilai yang bagus dan kelompoknya dapat menjadi kelompok terbaik. Apa sudah dimengerti?
Siswa : Mengerti Bu......
Kemudian seluruh siswa bekerja secara kelompok untuk mengerjakan
soal-soal yang ada pada Lembar Kerja Siswa (LKS). Pada fase ini,
41
peneliti menerapkan komponen pembelajaran kontekstual yaitu
masyarakat belajar. Waktu yang digunakan untuk transisi tim ini
adalah 10 menit.
Fase 3: Tim Studi dan Monitoring
Kegiatan yang dilakukan pada fase ini adalah guru
memonitor kerja siswa untuk memastikan bahwa kegiatan mereka
berjalan lancar. Pada kegiatan ini, guru dibantu oleh teman sejawat
dan guru matematika kelas V SD Inpres I Besusu. Jika suatu
kelompok mengalami kesulitan, maka guru memberikan bantuan
kepada siswa berupa arahan-arahan untuk memperoleh jawaban yang
benar. Berikut contoh arahan yang diberikan guru ketika suatu
kelompok mengalami kesulitan dalam memahami dan menyelesaikan
soal yang diberikan.
Siswa : Bu, kita bingung dengan no.1 ini, apa maksudnya?Guru : Coba bacakan soal no.1 ? (meminta seorang siswa
membaca soal).Siswa 1 : Berikan contoh hal-hal yang ada disekitarmu yang
berkaitan dengan penjumlahan maupun pengurangan bilangan bulat!
Guru : Dari soal sudah jelas, kalian diminta menuliskan contoh dalam kehidupan sehari-hari yang berkaitan dengan penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat.
Siswa 1 : Maksudnya yang bagaimana Bu?Guru : Di awal pembelajaran Ibu sudah memberikan contoh.
Siapa yang ingat contoh apa yang Ibu berikan?Siswa 2 : Ibu berikan contoh soal kue. Jika Ibu memberikan kue
kepada Rifky 3 buah pada pagi hari tapi Rifky belum memakannya dan sorenya Ibu memberikan 5 buah kue lagi. Jadi berapa banyak kue yang Rifky punya?
42
Guru : Iya, betul sekali…..jadi sekarang kalian yang memberikan contoh sendiri. Sudah paham?
Siswa 1 : Paham Bu..Dari hasil analisis siswa, kelompok 2, 3, 4 dan 5 bekerja
sama dengan baik. Sedangkan kelompok 1 dan 6 belum dapat bekerja
sama dengan baik. Pada fase ini, peneliti menerapkan komponen
masyarakat belajar, inquiry dan bertanya. Karena pada fase ini, selain
siswa bekerja secara kelompok siswa juga menemukan dan mencari
jawaban dari masalah yang diberikan sendiri dengan bantuan arahan
dari anggota kelompoknya. Waktu yang digunakan pada fase ini
adalah 30 menit.
Fase 4: Pengujian
Setelah siswa selesai mengerjakan Lembar Kerja Siswa
secara berkelompok, selanjutnya guru memberikan tes individu kepada
siswa. Guru meminta siswa untuk mengerjakan tes secara jujur dan
tidak bekerja sama dengan teman. Berikut uraian penjelasan guru
kepada siswa sebelum melaksanakan tes.
”Anak-anak, setelah kalian bekerja dalam kelompok untuk menyelesaikan soal-soal yang ada pada LKS sekarang kalian akan dites apakah kalian benar-benar paham dan mengerti dengan pembelajaran kita pada hari ini. Oleh karena itu, Ibu minta kalian untuk tidak bekerja sama dengan orang lain. Jika ada soal yang kurang dimengerti, tanyakan pada Ibu”.
Pada fase ini, peneliti menerapkan komponen penilaian autentik.
Selain melalui tes akhir individu, penilaian juga diberikan melalui
43
pengamatan terhadap aktivitas siswa khususnya informan penelitian
yang dilakukan oleh teman sejawat dan penilaian terhadap minat,
sikap dan diri siswa melalui angket yang akan diberikan kepada siswa
sebagai penilaian terhadap ranah afektif siswa. Waktu yang digunakan
pada fase ini adalah 20 menit. Selanjutnya, pembelajaran ditutup
dengan mengumumkan dan memberikan penghargaan kepada
kelompok yang paling kompak yaitu kelompok 3.
3) Data Hasil Wawancara Siklus I
Dalam melakukan wawancara, peneliti tidak menggunakan
pertanyaan secara terstruktur. Wawancara terfokus untuk menjawab
pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut: (1) Apa yang menyebabkan
siswa mengalami kesalahan prinsip penggunaan garis bilangan yang
diterapkan siswa dalam mengerjakan tes, (2) Kesulitan apa yang
dirasakan oleh siswa dalam proses pembelajaran, (3) Apakah siswa
senang belajar secara berkelompok, dan (4) Kesulitan apa yang
dialami oleh siswa ketika mengerjakan soal penerapan penjumlahan
dan pengurangan bilangan bulat dalam kehidupan sehari-hari.
Pertanyaan diajukan kepada informan penelitian berdasarkan fokus
pertanyaan-pertanyan tersebut.
Banyaknya informan penelitian adalah 4 orang yang berada
pada kelompok-kelompok yang berbeda yaitu kelompok I, II, III dan
44
IV. Wawancara dilaksanakan selama 2 hari yaitu pada tanggal 28 &
30 Juli 2007 di ruang kantor SD Inpres I Besusu.
Dari hasil wawancara diperoleh gambaran sebagai berikut:
Informan belum menguasai dengan baik prinsip penggunaan
garis bilangan dalam menentukan hasil dari penjumlahan dan
pengurangan bilangan bulat.
Informan belum terbiasa dengan bekerja dalam kelompok.
Sehingga beberapa soal dalam pengerjaannya masih didominasi
oleh siswa yang berkemampuan tinggi dan kurang melibatkan
siswa yang berkemampuan rendah.
Informan senang belajar dalam kelompok karena dapat bekerja
sama dengan anggota kelompok yang lain dalam menyelesaikan
suatu masalah.
Informan NA dan AP mengalami kesulitan dalam menuliskan
masalah yang ada dalam soal.
4) Data Hasil Observasi Tindakan Siklus I
Observasi dilakukan oleh teman sejawat dan guru matematika
kelas V SD Inpres I Besusu dengan menggunakan lembar observasi
untuk mengetahui kegiatan dan aktivitas siswa selama proses
pembelajaran berlangsung, kendala-kendala siswa dalam pembelajaran
dan mengamati kegiatan guru dalam proses pelaksanaan pembelajaran
45
kooperatif tipe STAD. Selain itu, peneliti juga mengobservasi dan
menilai hasil kerja siswa baik pekerjaan kelompok maupun individu.
a. Hasil Observasi Pengamat Terhadap Aktivitas Siswa
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan oleh pengamat,
secara keseluruhan subyek penelitian memiliki antusias yang baik
dalam proses pembelajaran. Informan WI, IS, dan NA bekerja
dengan baik dalam kelompoknya. Sedangkan informan AP kurang
dapat bekerja sama dengan baik di dalam kelompoknya. Informan
AP lebih sering diam dan tidak memperhatikan penjelasan guru
dengan baik pula.
Secara keseluruhan, aktifitas siswa dalam pembelajaran
cukup baik. Ketika guru mengajukan pertanyaan untuk menggali
pengetahuan pra syarat siswa, dua orang siswa dapat menjawab
dengan baik. Demikian pula, pada saat guru meminta seorang
siswa untuk menggambar garis bilangan di depan kelas maupun
menjadi model secara berebutan siswa meminta giliran kepada
guru. Hal ini mengindikasikan minat yang besar dalam diri siswa
untuk belajar matematika dengan teknik yang berbeda dari yang
biasa mereka terima.
Dari 6 kelompok belajar yang terbentuk, setiap
kelompoknya dapat bekerja dengan baik. Meskipun kelompok I
dan VI dalam melaksanakan diskusi masih didominasi oleh siswa
46
yang berkemampuan tinggi, namun secara keseluruhan semua
siswa bekerja dengan aktif dan baik dalam kelompoknya masing-
masing.
b. Hasil Observasi Pengamat Terhadap Aktivitas Guru
Pengamatan terhadap aktivitas guru dilakukan oleh teman
sejawat dan guru matematika kelas V SD Inpres I Besusu dengan
menggunakan lembar observasi guru. Dari hasil observasi, secara
keseluruhan peneliti melaksanakan kegiatan pembelajaran dengan
baik. Adapun kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh peneliti pada
saat pembelajaran berlangsung adalah: (1) Menyampaikan tujuan
pembelajaran dan memotivasi siswa, (2) Mengajukan pertanyaan
untuk mengetahui pengetahuan pra syarat siswa dengan materi
yang akan dipelajari, (3) Menyajikan materi pelajaran dengan
mengajukan masalah sehari-hari yang terkait dengan penggunaan
bilangan bulat, (4) Mendemonstrasikan cara menyelesaikan
masalah yang berkaitan dengan penjumlahan dan pengurangan
bilangan bulat dengan menggunakan peragaan model siswa, (5)
Memberikan petunjuk kepada siswa kegiatan yang akan dilakukan
dalam kelompok, (6) Mengontrol pemahman siswa dengan
mengajukan pertanyaan dan memberi kesempatan kepada siswa
untuk bertanya, (7) Membagi dan mengorganisir siswa ke dalam
kelompok belajar, (8) Membagi Lembar Kerja Siswa kepada setiap
47
kelompok, (9) Meminta siswa untuk berdiskusi dan bekerja sama
dengan rekan sekelompoknya, (10) Membimbing siswa dalam
menyelesaikan LKS yang telah diberikan, (11) Memberikan tes
akhir individu kepada siswa, (12) Memberikan pengahrgaan
kepada kelompok yang bekerja dengan baik dan (13) Menutup
pelajaran dengan memberikan salam.
5) Refleksi Hasil Tindakan Siklus I
Refleksi dilakukan untuk mengetahui kekurangan dan
kelebihan yang terjadi selama tindakan siklus I berlangsung guna
merencanakan tindakan yang lebih efektif pada tindakan siklus II.
Pembelajaran pada siklus I difokuskan agar siswa dapat memberikan
contoh kejadian sehari-hari yang terkait dengan operasi hitung
bilangan bulat dan menentukan hasil dari penjumlahan dan
pengurangan bilangan bulat.
Berdasarkan pengamatan dari 2 orang pengamat yaitu teman
sejawat dan guru matemtika kelas V SD Inpres I Besusu terhadap
peneliti dan siswa selama proses pembelajaran berlangsung
menunjukkan bahwa aktivitas yang dilakukan oleh guru dan siswa
berjalan dengan baik. Kegiatan siswa dalam menyelesaikan Lembar
Kerja Siswa secara berkelompok berlangsung dengan baik. Meskipun
banyak waktu yang terbuang dalam pembagian kelompok yang
disebabkan oleh kegaduhan yang ditimbulkan siswa pada saat
48
berpindah tempat duduk, namun secara keseluruhan siswa dapat
bekerja dengan baik di dalam kelompok belajarnya masing-masing.
Siswa yang kurang mampu mulai terlihat aktif dalam pembelajaran,
meskipun kurang maksimal dalam memberikan kontribusi yang positif
terhadap kelompok belajarnya.
Dari analisis hasil tes akhir siswa pada siklus I, diperoleh
informasi bahwa indikator keberhasilan tindakan pembelajaran sudah
tercapai karena semua siswa sudah mengalami peningkatan individu
dari skor dasar mereka dengan poin perkembangan minimal 20.
Persentase siswa yang memperoleh nilai lebih dari 65 adalah 65,4%.
Dari kegiatan refleksi tersebut diputuskan untuk melanjutkan
penelitian tindakan selanjutnya dengan memperbaiki kekurangan-
kekurangan yang terjadi pada siklus I.
2. Hasil Pelaksanaan Tindakan Siklus II
1) Perencanaan Tindakan Siklus II
Kegiatan yang dilaksanakan pada siklus II ini telah dijelaskan
pada prosedur penelitian. Materi pelajaran yang diajarkan pada siklus
II ini adalah perkalian dan pembagian bilangan bulat. Untuk materi
perkalian dan pembagian bilangan bulat ini, SD Inpres I Besusu
memberikan indikator pencapaian hasil belajar yang harus dicapai oleh
siswa kelas V adalah mengalikan dengan cara bersusun pendek dan
membagi dengan cara bersusun pendek dengan materi bilangan bulat
49
yang disajikan adalah bilangan bulat positif. Sehingga untuk
perkalian dan pembagian bilangan bulat yang melibatkan bilangan
bulat negatif tidak diberikan oleh peneliti kepada siswa. Karena
peneliti harus menyesuaikan dengan kurikulum yang ada di SD Inpres
I Besusu.
2) Pelaksanaan Tindakan Siklus II
Pembelajaran dilaksanakan pada hari Kamis tanggal 2 Agustus
2007. Pembelajaran yang digunakan pada tindakan ini adalah
pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan pendekatan kontekstual.
Sehingga setiap fase pada pembelajaran kooperatif tipe STAD
diterapkan tujuh komponen utama pembelajaran kontekstual yaitu
konstruktivisme, bertanya, inquiry, masyarakat belajar, pemodelan,
refleksi dan penilaian autentik.
Sebelum masuk fase pembelajaran kooperatif tipe STAD, guru
terlebih dahulu membuka pelajaran dengan memberi salam,
memotivasi siswa, menyampaikan indikator keberhasilan belajar siswa
dan menggali pengetahuan pra syarat siswa yaitu penjumlahan dan
pengurangan bilangan bulat. Karena perkalian merupakan
penjumlahan berulang dan pembagian merupakan pengurangan
berulang. Berikut petikan penyampaian guru kepada seluruh siswa:
”Anak-anak sekalian, hari ini kita akan belajar matematika dan materi yang akan kita pelajari adalah perkalian dan pembagian bilangan bulat. Jadi setelah pembelajaran selesai Ibu harap kalian
50
dapat melakukan perkalian dan pembagian bilangan bulat dengan cara bersusun pendek. Oleh karena itu, kalian harus berusaha untuk mencapai tujuan belajar kita pada hari ini. Ingat, yang ada diatas meja kalian hanya ada buku matematika dan alat tulis menulis.”
Selanjutnya guru menyajikan materi pra syarat yaitu
penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat. Untuk membangkitkan
pengetahuan pra syarat siswa, guru mengajukan pertanyaan-
pertanyaan lisan. Pada tahap ini, guru telah menerapkan komponen
konstruktivisme. Karena siswa diajak untuk membangun kembali
pengetahuan yang telah diperoleh siswa. Selain itu, guru juga
menerapkan komponen bertanya dan refleksi. Waktu yang digunakan
pada tahap pendahuluan ini dalah 10 menit.
Fase 1: Penyajian Kelas
Pada fase ini guru memberikan contoh masalah dalam
kehidupan sehari-hari yang terkait dengan perkalian dan pembagian
bilangan bulat. Untuk menyelesaikan masalah tersebut, guru
menyajikan model berupa gula-gula dan siswa. Beriktu petikan
penjelasan guru kepada seluruh siswa:
”Anak-anak, tolong perhatikan gula-gula yang ada di meja Ibu. Ibu ingin membagi gula-gula ini sama banyak kepada anggota kelompok I. Jadi Ibu minta kelompok I untuk maju ke depan kelas dan mengambil gula-gula yang ada di atas meja Ibu. Sekarang kita akan menghitung dan melihat bersama-sama berapa banyak gula-gula yang diambil oleh kelaompok I.”
Setelah guru dan siswa menghitung bersama-sama banyaknya
gula-gula yang diambil kelompok I, kemudian siswa menyelidiki
51
bahwa perkalian merupakan penjumlahan berulang. Pada tahap ini
siswa telah mengkonstruksi sendiri pemahamannya terhadap makna
perkalian. Selanjutnya untuk menyelesaikan soal perkalian, guru
memberikan contoh penyelesaian dengan menggunakan cara bersusun
pendek.
Untuk pembagian bilangan bulat, guru juga kembali
mengahdirkan suatu contoh masalah yang terkait dengan kehidupan
sehari-hari siswa dengan menghadirkan model berupa gula-gula dan
meminta siswa untuk membagi secara merata gula-gula tersebut
kepada rekan sekelompoknya. Kemudian siswa diminta untuk
menyelidiki bahwa pembagian merupakan bentuk pengurangan
berulang. Selanjutnya, untuk menyelesaikan soal yang berkaitan
dengan pembagian sampai pada ribuan maka digunakan pembagian
dengan cara bersusun pendek.
Pada fase ini terdapat beberapa penerapan dari komponen
pembelajaran kontekstual yaitu konstruktivisme, bertanya, inquiry dan
pemodelan. Waktu yang digunakan pada fase ini adalah 35 menit.
Fase 2: Transisi Tim
Kegiatan yang dilakukan pada fase ini adalah guru
menjelaskan kepada siswa apa yang akan dikerjakan oleh siswa dalam
kelompok belajarnya dan membagikan Lembar Kerja Siswa. Untuk
lebih mengefisienkan waktu, sehari sebelum pelaksanaan tindakan
52
pembelajaran, guru sudah menginformasikan kepada siswa untuk
duduk berdekatan berdasarkan kelompoknya masing-masing.
Sehingga siswa tidak perlu menimbulkan kegaduhan dan hal-hal yang
dapat membuang waktu (memindahkan meja maupun kursi untuk
duduk dengan kelompoknya masing-maing) seperti yang terjadi pada
siklus I. Waktu yang digunakan pada fase ini adalah 5 menit.
Fase 3: Tim Studi dan Monitoring
Kegiatan yang dilakukan pada fase ini adalah guru memonitor
aktivitas siswa dalam kelompokny agar berjalan lancar dan sesuai
dengan prinsip-prinsip pembelajaran kooperatif tipe STAD dan
komponen masyarakat belajar dalam pembelajaran kontekstual.
Sehingga kerja kelompok tidak hanya didominasi oleh siswa-siswa
yang berkemampuan tinggi dan setiap anggota kelompok bertanggung
jawab terhadap kelompoknya. Guru berperan sebagai pembimbing,
jika terdapat kelompok yang mengalami kesulitan maka guru
memberikan bantuan yang sifatnya mengarahkan siswa untuk
memperoleh jawaban. Berikut petikan penjelasan guru kepada
kelompok IV dalam membimbing siswa untuk mengatasi kesulitan
yang dialami dalam mengerjakan Lembar Kerja Siswa:
Siswa 1 : Ibu saya mau bertanya?Guru : Silahkan...bagian mana yang akan ditanyakan?
53
Siswa 1 : Apa maksud dari soal no.1 ini Bu? Tuliskan bentuk perkalian berikut sebagai suatu bentuk penjumlahan berulang dan tentukan hasil dari penjumlahan tersebut.a. 5 x 23 = ....................b. 7 x 52 = ....................
Guru : Baik, sekarang kita lihat untuk soal no.1 bagian a yaitu 5 x 23. Masih ingat tidak penjelasan Ibu di awal pembelajarn ketika setiap anggota kelompok I mengambil gula-gula dengan jumlah yang sama. Bagaimana kita menghitung berapa banyak gula-gula yang diambil oleh kelompok I?
Siswa 2 : Karena kelompok I ada 5 orang dan setiap orang mengambil 3 gula-gula jadi jumlah gula-gula yang diambil kelompok I yaitu 3 + 3 + 3 + 3 + 3 =...ehm...15. Ya kan Bu?
Guru : Ya, bagus sekali. Terus penjumlahan berulang seperti itu kita tuliskan dengan bentuk perkalian seperti apa?
Siswa 2 : 3 + 3 + 3 + 3 + 3 itu sama dengan 5 x 3, iya kan Bu?Guru : Iya bagus sekali...jadi bentuk soal no. 1 kita tuliskan
bentuk perkalian itu sebagai bentuk penjumlahan berulang.
Siswa 3 : Jadi Bu, untuk bagian a. 5 x 23 = 23 + 23 + 23 + 23 + 23. ya kan Bu....Trus kita jumlahkan untuk mendapatkan hasilnya?
Guru : Ya, bagus sekali.........
Dalam kegiatan diskusi kelompok ini, umumnya seluruh siswa
lebih antusias daripada siklus I. Karena siswa sudah paham dan
mengerti apa yang akan dijelaskan dan bagaimana mereka bersikap
dalam kelompoknya. Beberapa siswa yang berkemampuan rendah
nampak aktif dalam kegiatan kelompok.
Pada fase ini, peneliti menerapkan komponen bertanya, inquiry
dan masyarakat belajar. Melalui pertanyaan-pertanyaan yang sifatnya
mengarahkan, peneliti juga menerapkan komponen konstruktivisme
dimana siswa diajak untuk mengkonstruksikan sendiri pemahamannya
54
terhadap perkalian dan pembagian bilangan bulat. Waktu yang
digunakan pada fase ini adalah 40 menit.
Fase 4: Pengujian
Kegiatan yang dilakukan pada fase ini aadalah guru
memberikan tes akhir kepada siswa. Guru juga meminta kepada siswa
untuk menyelesaikan soal dengan jujur dan tidak bekerja sama dengan
teman yang lain. Waktu yang digunakan pada fase ini adalah 10
menit.
Setelah pelaksanaan pembelajaran selesai, kemudian guru
mengumumkan dan memberikan penghargaan kepada kelompok yang
memiliki kerja sama yang paling baik dan kelompok yang memperoleh
nilai terbaik pada siklus I. Dan pada akhirnya guru mengakhiri
pelajaran dengan memberikan salam.
3) Data Hasil Wawancara Siklus II
Wawancara dilaksanakan pada hari Senin tanggal 6 Agustus
2007. Banyaknya siswa yang diwawancarai ada 4 orang. Wawancara
berlangsung di ruang dewan guru SD Inpres I Besusu. Hasil
wawancara ini dapat dilihat pada lampiran 20.
Kegiatan wawancara ini dilaksanakan untuk menemukan
jawaban terhadap penyebab kesalahan-kesalahan yang dilakukan oleh
siswa dalam menyelesaikan tes akhir. Pertanyaan-pertanyaan pada
wawancara ini terfokus pada: (1) Apakah siswa senang menyelesaikan
55
tugas secara kelompok, (2) Mengapa informan masih salah dalam
menentukan hasil perkalian antara dua buah bilangan, (3) Kesulitan
yang dihadapi siswa dalam menyelesaikan soal penerapan yang terkait
dengan perkalian dan pembagian bilangan bulat, (4) Bagaimana
tanggapan siswa terhadap proses pembelajaran.
Berdasarkan fokus pertanyaan tersebut, diperoleh gambaran
informasi sebagai berikut:
1. Siswa senang menyelesaikan tugas secara kelompok karena
mereka dapat bekerja sama dan saling membantu antar anggota
kelompok untuk memahami materi pelajaran.
2. Untuk perkalian bilangan diatas 5 informan NA dan AP kurang
dapat menentukan hasilnya. Karena menurut informan sulit
menghafal perkalian tersebut dan jika dikerjakan dengan
menjumlahkan bilangan yang sama akan memakan waktu yang
lama.
3. Untuk soal penerapan, siswa mengalami kesulitan untuk memulai
pengerjaan soal mereka. Karena mereka bingung dengan apa yang
harus mereka kerjakan.
4. Siswa merasa senang dengan proses pembelajaran yang telah
diterapkan oleh peneliti, karena berbeda dengan situasi
pembelajaran yang selama ini mereka terima.
4) Data Hasil Observasi Siklus II
56
Secara keseluruhan hasil observasi yang dikemukakan oleh
teman sejawat dan guru matematika kelas V SD Inpres I Besusu
menunjukkan bahwa proses pembelajaran pada siklus II lebih baik dari
pada pembelajaran siklus I. Hal ini terlihat dari meningkatnya
keaktifan siswa dalam proses pembelajaran. Berikut uraian hasil
observasi tersebut:
a. Hasil observasi pengamat terhadap aktivitas siswa
Selama kegiatan pembelajaran berlangsung, semua siswa
terlihat aktif dan sangat antusias untuk bekerja sama dan belajar
bersama rekan sekelompoknya. Bila terdapat siswa yang belum
memahami materi pelajaran, siswa yang lain membantu
memberikan arahan. Sehingga pembelajaran tidak hanya di
dominasi oleh siswa-siswa yang berkemampuan tinggi. Untuk
informan NA dan AP yang pada siklus I masih terlihat pasif dan
kurang aktif, pada siklus II ini sudah menunjukkan keaktifan
dalam proses pembelajaran. Hasil observasi pengamat terhadap
aktivitas siswa ini dapat dilihat pada lampiran 19.
b. Hasil observasi pengamat terhadap aktivitas guru
Selama kegiatan pembelajaran pada siklus II ini
berlangsung, berdasarkan hasil obervasi dari dua pengamat
menunjukkan bahwa guru telah melaksanakan prosedur
57
pembelajaran sesuai dengan rencana pembelajaran yang telah
disusun (lampiran 18).
5) Data Penilaian Sikap
Sikap siswa terhadap pelajaran matematika menyangkut
perbuatan, perasaan, pikiran siswa yang didasarkan pada pendapat atau
keyakinan pribadi (Depdiknas, 2004: 22).
Penilaian sikap dilaksanakan pada hari Rabu tanggal 8 Agustus
2007. Penilaian ini berpa angket dengan 10 pernyataan yang diisi
oleh seluruh subyek penelitian. Skala yang digunakan adalah skala
likert dengan skor tertinggi setiap butir adalah 5 dan yang terendah
adalah 1. Kategori hasil pengukuran penilaian sikap adalah tinggi,
sedang dan rendah. Kategori hasil pengukuran sikap dapat dilihat
pada tabel di bawah ini.
Tabel 4.1. Kategori Hasil Pengukuran Penilaian Sikap
No. Skor Siswa Kategori Sikap123
39 – 5027 – 3810 – 26
TinggiSedangRendah
Sumber: Depdiknas, 2004.
Berdasarkan hasil analisis penilaian sikap, dari 28 subyek
penelitian hanya 25 siswa yang mengikuti penilaian sikap. Yang
dikategorikan mempunyai sikap yang tinggi ada 18 siswa (72%), yang
dikategorikan mempunyai sikap sedang ada 7 siswa (28%) dan tidak
58
ada (0%) yang dikategorikan mempunyai sikap yang rendah. Siswa
yang dikategorikan mempunyai sikap yang tinggi pada umumnya
memperoleh hasil yang baik pada sat tes akhir sedangkan siswa yang
dikategorikan mempunyai sikap yang sedang umumnya tidak
memperoleh hasil yang baik pada saat tes akhir. Hal ini berarti bahwa
siswa yang mempunyai sikap yang tinggi terhadap materi pelajaran
maka siswa tersebut memperoleh nilai yang baik pada pelajaran
tersebut.
6) Data Penilaian Minat
Minat siswa terhadap pelajaran matematika berhubungan
dengan keingintahuan, kecenderungan (hati) siswa yang tinggi, gairah
atau keinginan terhadap pelajaran matematika. Siswa yang memiliki
minat terhadap pelajaran matematika bisa diharapkan prestasi belajar
matematikanya akan meningkat dan bagi yang tidak berminat biasanya
sulit untuk meningkatkan prestasi belajar matemtikanya (Depdiknas,
2004:22).
Penilaian minat dilaksanakan pada hari Rabu tanggal 8
Agustus 2007. Penilaian ini berupa angket dengan 10 pernyataan yang
diisi oleh seluruh siswa. Skala yang digunakan adalah skala likert
dengan kategori hasil pengukuran dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
59
Tabel 4.1. Kategori Hasil Pengukuran Penilaian Minat
No. Skor Siswa Kategori Minat123
39 – 5027 – 3810 – 26
TinggiSedangRendah
Sumber: Depdiknas, 2004.
Dari 28 subyek penelitian, hanya 25 siswa yang mengikuti
penilaian minat. Yang dikategorikan mempunyai minat yang tinggi
sebanyak 12 siswa (48%), yang dikategorikan mempunyai minat yang
sedang ada 13 siswa (25%) dan tidak ada (0%) yang dikategorikan
mempunyai minat yang rendah.
Jika dikaitkan dengan hasil tes akhir siswa, diperoleh
hubungan bahwa siswa yang memiliki minat yang besar terhadap
materi pelajaran memperoleh hasil pembelajaran yang lebih optimal
dibandingkan dengan siswa yang memiliki minat yang sedang. Hal ini
dikarenakan siswa yang memiliki minat yang tinggi akan merasa
senang terhadap materi pelajaran sehingga diharapkan dapat
meningkatkan prestasi belajarnya.
7) Data Penilaian Diri Siswa
Penilaian diri siswa terhadap pelajaran matematika
berhubungan dengan pandangan terhadap kemampuan diri dalam
belajar matemtika (Depdiknas, 2004:22).
60
Penilaian diri dilaksanakan pada hari Selasa tanggal 7 Agustus
2007. Penilaian ini berupa angket dengan 10 pernyatan yang harus
ditanggapi oleh seluruh subyek penelitian. Dari 28 siswa, hanya 26
siswa yang mengikuti tes penilaian diri karena terdapat 2 siswa yang
tidak hadir karena sakit.
Dari hasil penilaian diri terlihat bahwa siswa yang menilai
dirinya memiliki kemampuan di dalam pelajaran matematika ternyata
memperoleh nilai yang lebih optimal dibanding siswa yang menilai
dirinya memiliki kemampuan yang rendah. Ini mengindikasikan
bahwa siswa sudah mampu memberikan penilaian terhadap dirinya
sendiri secara obyektif.
8) Refleksi Hasil Tindakan Siklus II
Setelah pelaksanaan pembelajaran pada siklus II ini selesai,
guru bersama pengamat mendiskusikan hasil pembelajaran.
Dari hasil observasi diperoleh informasi bahwa dalam
pelaksanaan siklus II ini guru dan siswa terlihat sangat aktif dan
antusias. Guru telah melaksanakan rencana pembelajaran
sebagaimana yang diharapkan. Kegiatan kelompok belajar siswa juga
berlangsung sangat baik.
Pembelajaran pada siklus II diarahkan agar siswa dapat
melakukan perkalian dan pembagian bilangan bulat dengan baik. Dari
hasil tes akhir tindakan dan Lembar Kerja Siswa, diperoleh informasi
61
bahwa indikator keberhasilan tindakan pembelajaran telah tercapai
yaitu minimal poin perkembangan siswa adalah 20. Hal yang
mendukung keberhasilan ini selain keaktifan siswa dalam proses
pembelajaran juga pemberian materi perkalian dan pembagian
bilangan bulat di Sekolah Dasar telah dilakukan secara kontinu dari
siswa duduk di kelas I. Sehingga, setiap tahunnya siswa mempelajari
perkalian dan pembagian bilangan bulat positif dengan nilai dari
bilangan pembagi maupun bilangan yang dibagi semakin besar.
Berdasarkan hasil tes akhir, hasil wawancara, hasil observasi
dan mengacu pada indikator keberhasilan tindakan maka pembelajaran
pada siklus II ini dari segit ”hasil” dan ”proses” telah berhasil dan
kemampuan seluruh siswa pada penelitian ini telah meningkat.
B. Pembahasan
Berdasarkan data dan hasil penelitian yang telah dikemukakan
sebelumnya, maka pembahasan pada penelitian meliputi pelaksanaan 4 fase
pembelajaran kooperatif tiep STAD dan penerapan 7 komponen utama
pembelajaran kontekstual pada setiap fase pembelajaran kooperatif tipe STAD.
Namun sebelumnya akan dibahas beberapa hal yang terkait dengan pelaksanaan
proses pembelajaran.
Pelaksanaan pembelajaran pada penelitian ini teridir dari kegiatan awal,
kegiatan inti dan kegiatan penutup. Fase-fase pada pembelajaran kooperatif tipe
62
STAD termuat pada kegiatan inti. Seangkan komponen-komponen pembelajaran
kontekstual telah terlihat sejak kegiatan awal.
Sebelum melaksanakan fase-fase pembelajaran kooperatif tipe STAD,
kegiatan yang dilakukan oleha guru adalah (1) menyampaikan tujaun
pembelajaran dan memotivasi siswa, dan (2) menggali pengetahuan pra syarat
siswa.
Tujuan pembelajaran yang harus dicapai siswa adalah melakukan operasi
hitung bilangan bulat dalam pemecahan masalah. Selain itu, guru juga
menyampaikan indikator keberhasilan pembelajaran kepada seluruh siswa.
Melalui penyampaian tujuan pembelajaran dan indikator keberhasilan
pembelajaran diharapkan siswa dapat termotivasi dan terfokus pada tujuan yang
harus dicapai.
Materi pelajaran yang akan diterima oleh siswa pada prinsipnya
merupakan materi yang telah dipelajari siswa di kelas sebelumnya. Karena materi
yang ada di Sekolah Dasar pada setiap jenjang kelasnya hampir sebagian besar
sama, hanya mengalami perluasan materi. Oleh karena itu, untuk mencapai
indikator keberhasilan tindakan maka diperlukan materi pra syarat. Materi pra
syarat yang diajukan merupakan materi sama yang telah dipelajari oleh siswa di
kelas sebelumnya. Dengan membangkitkan pengetahuan pra syarat siswa, akan
membentuk pemahaman aal siswa tentang operasi hitung bilangan bulat.
63
a. Pelaksanaan Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD
Model pembelajaran yang diterapkan pada penelitian ini adalah
pembelajaran kooperatif tipe STAD. Peneliti mencoba menerapkan
pembelajaran kooperatif tipe STAD dimana pembelajaran ini merupakan
suatu model pembelajaran yang dapat diterapkan untuk semua mata pelajaran
dan semua tingkatan umur. Berikut uraian pelaksanaan setiap fase
pembelajaran kooperatif tipe STAD.
1. Penyajian Kelas
Pada fase ini guru menyajikan materi pelajaran dengan dimulai
pengajuan masalah yang terkait dengan kehidupan sehari-hari.
Selanjutnya memberikan alternatif cara penyelesaian masalah tersebut
dengan teknik pembelajaran yang telah direncanakan yaitu peragaan
model siswa. Pada peragan ini selain guru menjadi model, siswa juga
dilibatkan untuk menjadi model. Setelah siswa mengerti prinsip
penggunaan model siswa ini, guru memberikan gambaran bahwa kegiatan
tersebut menjadi ilustrasi yang digunakan pada operasi abstrak. Hal ini
sesuai dengan aplikasi dari teori belajar Bruner yang dimulai dari tahap
kongkrit, semi kongkrit dan abstrak. Pada siklus I, materi yang diajarkan
adalah penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat. Penggunaan alat
peraga model siswa ini sangat membantu siswa dalam menentukan hasil
dari penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat. Sehingga pada tes
64
akhir tindakan pada umumnya siswa memperoleh nilai yang baik
dibandingkan tes awal.
Pada siklus II, materi yang diajarkan adalah perkalian dan
pembagian bilangan bulat positif. Untuk materi ini, selain menggunakan
model siswa guru juga menggnakan alat peraga lain (gula-gula). Pada
fase ini juga, guru sering mengontrol pemahaman siswa dengan
mengajukan pertanyan-pertanyaan. Setelah seluruh siswa dapat
memahami pokok materi maka selanjutnya kegiatan pembelajaran masuk
pada fase 2.
2. Transisi Tim
Pada fase ini, guru mengorganisir seluruh siswa ke dalam
kelompok-kelompok belajar. Guru juga membagikan Lembar Kerja
Siswa dan memberikan petunjuk hal-hal yang harus dilakukan oleh siswa
di dalam kelompok belajarnya. Guru juga menyampaikan bahwa
keberhasilan dan kegagalan anggota kelompok akan sangat mempengaruhi
kesuksesan kelompok. Sehingga setiap anggota kelompok harus
bertanggung jawab terhadap keberhasilan kelompoknya. Karena siswa
belum terbiasa dengan belajar kelompok, maka pada siklus I fase ini
menggunakan waktu yang lama dan kurang efektif. Hal ini dipengaruhi
proses berpindah tempat duduk siswa dan penentuan tempat belajar
kelompok. Sehingga pada siklus II, guru telah mengkoordinir tempat
65
yang akan digunakan kelompok belajar siswa sehari sebelum pelaksanaan
tindakan.
3. Tim Studi dan Monitoring
Setelah siswa berada dalam kelompok belajarnya masing-masing,
selanjutnya guru memonitoring aktifitas siswa. Dalam memonitor
aktifitas siswa ini, guru dibantu oleh dua pengamat agar semua kelompok
dapat bekerja dengan baik. Dalam memonitor kerja siswa, selain
memberikan arahan terhadap kesulitan yang dihadapi siswa dalam
menyelesaikan Lembar Kerja Siswa, guru juga mengawasi dan
mengarahkan kerja sama antar anggota kelompok. Dengan tujuan, di
dalam kerja kelompok tidak didominasi oleh seorang siswa atau terdapat
siswa yang tidak berpartisipasi dalam kelompok. Setelah seluruh
kelompok telah menyelesaikan tugasnya, maka kegiatan pembelajaran
masuk pada fase 4.
4. Pengujian
Pada fase ini guru memberikan tes akhir tindakan. Masing-masing
siswa berusaha dan bertanggung jawab secara individual untuk melakukan
yang terbaik sebagai hasil kerja kelompok. Dalam hal ini siswa tidak
dibenarkan sama sekali untuk bekerja sama dengan anggota kelompok
yang lain. Guru memberikan pengertian kepada siswa untuk menyadari
bahwa usaha dan keberhasilan mereka nantinya akan memberi sumbangan
66
yang sangat berharga bagi kesuksesan kelompok dan juga menjadi
indikator perkembangan individu.
b. Penerapan Komponen Pembelajaran Kontekstual
Pembelajaran yang dilaksnakan pada penelitian ini menggunakan
model pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan pendekatan kontekstual.
Penedekatan kontekstual ini memuat komponen-komponen utama yaitu
konstruktivisme, bertanya, inquiry, masyarakat belajar, pemodelan, refleksi
dan penilaian autentik. Berikut uraian penjelasan masing-masing komponen.
1. Konstruktivisme
Konstruktivisme merupakan landasan berpikir (filosofi)
pembelajaran kontekstual, yaitu bahwa pengetahuan dibangun oleh siswa
dengan cara mencoba memberi arti pada pengetahuan sesuai
pengalamannya. Konstruktivisme sudah muncul sejak awal pembelajaran
pada saat guru menggali pengetahuan pra syarat siswa. Karena gru
mengajak siswa untuk menggali pengetahuan yang telah dimiliki dan
membangunnya.
Konstruktivisme juga muncul pada saat guru menyajikan materi
(pada fase 1). Selain itu, konstruktivisme juga muncul pada saat siswa
bekerja dalam kelompok belajarnya masing-masing. Dengan demikian
jelas bahwa pada kegiatan pembelajaran komponen konstruktivisme telah
diterapkan.
67
2. Bertanya
Bertanya adalah induk dari strategi pembelajaran kontekstual, awal
dari pengetahuan, jantung dari pengetahuan dan aspek penting dari
pembelajaran. Komponen bertanya ini diterapkan oleh peneliti mulai dari
awal pembelajaran sampai akhir pembelajaran. Selain itu, bertanya
merupakan awal dari kegiatan inquiry. Dalam sebuah pembelajaran,
kegiatan bertanya berguna untuk: menggali informasi, mengecek
pemahaman siswa, memecahkan persoalan yang dihadapi,
membangkitkan respon kepada siswa, mengetahui sejauh mana
keingintahuan siswa, mengetahui hal-hal yang sudah diketahui oleh siswa,
memfokuskan perhatian siswa pada sesuatu yang dikehendaki guru,
membangkitkan lebih banyak lagi pertanyaan dari siswa, dan
menyegarkan kembali pengetahuan siswa.
3. Inquiry
Kegiatan inquiry merupakan bagian inti dari kegiatan
pembelajaran berbasis kontekstual. Pengetahuan dan keterampilan yang
diperoleh siswa diharapkan bukan hasil mengingat seperangkat fakta-
fakta, tetapi hasil dari menemukan sendiri.
Pada sat pembelajaran, peneliti menerapkan komponen inquiry
mulai pada saat menyajikan materi pelajaran (fase 1) dan pada saat siswa
bekerja dalam kelompok belajarnya masing-masing.
68
4. Masyarakat Belajar
Dalam masyarakat belajar, hasil pembelajaran dapat diperoleh dari
kerja sama dengan orang lain. Pada penelitian ini jelas bahwa peneliti
menerapkan komponen masyarakat belajar ini karena model pembelajaran
yang digunakan adalah pembelajaran kooperatif tipe STAD. Siswa dibagi
dalam kelompok yang anggotanya heterogen. Yang pandai mengajari
yang lemah, yang tahu memberi tahu yang belum tahu, yang cepat
menangkap mendorong temannya yang lambat, dan seterusnya.
Masyarakat belajar ini bisa terjadi apabila ada proses komunikasi
dua arah. Oleh karena itu, guru harus selalu mengawasi dan
memonitoring kerja siswa dalam kelompok agar tidak terdapat dominasi
beberapa orang siswa.
5. Pemodelan
Komponen pembelajaran kontekstual selanjutnya adalah
pemodelan. Maksudnya, dalam sebuah pembelajaran keterampilan atau
pengetahuan tertentu, ada model yang bisa ditiru. Pemodelan dapat
berbentuk demonstrasi, pemberian contoh tentang konsep atau aktivitas
belajar. Pada sat pembelajaran berlangsung, peneliti menyediakan model
berupa guru sendiri, siswa dan benda-benda yang telah disiapkan oleh
guru yaitu gula-gula. Kegiatan pemodelan ini terjadi pada saat fase 1
penyajian kelas. Penggunaan model dari benda-benda kongkrit ini sejalan
dengan teori belajar Bruner yang menjelaskan bahwa pelaksanaan
69
pembelajaran dimulai pada tahap enaktif dimana pengetahuan diperoleh
secara aktif melalui benda-benda kongkrit.
6. Refleksi
Refleksi merupakan cara berpikir tentang apa yang baru dipelajari
atau berpikir ke belakang tentang apa-apa yang sudah dilakukan di masa
yang lalu. Kegiatan refleksi ini telah diterapkan oleh peneliti pada awal
pembelajaran yaitu pada saat guru menggali pengetahuan pra syarat siswa
dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan terkait dengan pengetahuan
yang telah dimiliki siswa sebelumnya. Sehingga diharapkan siswa dapat
memperoleh hubungan antara pengetahuan yang dimiliki sebelumnya
dengan pengetahuan yang baru.
7. Penilaian Autentik
Kegiatan penilaian merupakan pengumpulan berbagai data yang
bisa memberikan gambaran perkembangan belajar siswa. Kegiatan
penilaian dilakukan selama proses pembelajaran berlangsung. Sehingga
bukan hanya hasil belajar yang dinilai tapi juga prosesnya. Instrumen
penilaian yang digunakan berupa tes, observasi, wawancara, lembar
penilaian minat dan sikap serta lembar penilaian diri. Melalui instrumen
penilaian yang bervariasi tersebut, bentuk penilaian tidak hanya terfokus
pada penilaian ranah kognitif tapi juga penilaian ranah afektif dan
psikomotor.
70
c. Peningkatan Pemahaman Siswa Terhadap Operasi Hitung Bilangan Bulat
Berdasarkan hasil paparan data penelitian di temukan bahwa
penggunaan pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan pendekatan
kontekstual dapat meningkatkan pemahaman siswa pada operasi hitung
bilangan bulat. Hal ini dapat dilihat dari rata-rata perolehan nilai siswa pada
setiap siklusnya dan keaktifan siswa dalam proses pembelajaran.
Pembelajaran pada siklus I difokuskan kepada penjumlahan dan
pengurangan bilangan bulat. Dilihat dari hasil tes awal, pada penjumlahan
dan pengurangan bilangan bulat siswa mengalami banyak kesalahan dalam
penggunaan prinsip garis bilangan dalam menentukan hasil dari penjumlahan
dan pengurangan bilangan bulat. Khususnya prinsip pengurangan. Sehingga
untuk soal pengurangan pada tes awal, tidak seorangpun siswa yang memiliki
jawaban yang benar. Namun, setelah diberikan tindakan pada siklus I hampir
sebagian besar siswa sudah memberikan jawaban yang benar pada soal
pengurangan.
Pembelajaran pada siklus II difokuskan agar siswa dapat menentukan
perkalian dan pembagian bilangan bulat positif dengan menggunakan
perkalian dan pembagian cara bersusun pendek. Untuk materi perkalian dan
pembagian bilangan bulat merupakan perluasan dari materi yang sama pada
kelas IV. Karena materi operasi hitung bilangan bulat sudah dipelajari oleh
subyek mulai dari kelas I Sekolah Dasar dengan angka atau nominal yang
semakin besar untuk setiap jenjang kelasnya. Sehingga peneliti hanya
71
memperbaiki kekurangan yang dimiliki siswa pada saat menyelesaikan tes
awal bentuk perkalian dan pembagian. Dan berdasarkan jawaban siswa pada
tes akhir tindakan menunjukkan peningkatan pemahaman.
72
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan, maka dapat disimpulkan beberapa hal
sebagai berikut:
1. Strategi pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan pendekatan kontekstual
yang dapat meningkatkan pemahaman siswa pada operasi hitung bilangan
bulat didalamnya termuat 4 fase pembelajaran kooperatif tipe STAD yaitu (1)
penyajian kelas, (2) transisi tim, (3) tim studi dan monitoring dan (4)
pengujian, dengan setiap fase pembelajarannya diterapkan 7 komponen
pembelajaran kontekstual yaitu konstruktivisme, bertanya, inquiry,
masyarakat belajar, pemodelan, refleksi dan penilaian autentik.
2. Penerapan pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan pendekatan
kontekstual juga dapat meningkatkan aktivitas dan motivasi siswa dalam
belajar.
B. Saran
1. Strategi pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan pendekatan kontekstual
layak dipertimbangkan sebagai suatu strategi pembelajaran yang dapat
diterapkan dalam mengajarkan operasi hitung bilangan bulat dan pokok
bahasan lainnya.
73
2. Penerapan pembelajaran kooperatif tipe STAD perlu memperhatikan efisiensi
waktu dan perencanaan yang matang agar pembelajaran lebih efektif.
74
DAFTAR PUSTAKA
Departemen Pendidikan Nasional. 2004. Pembelajaran Matematika Yang Kontekstual, Jakarta: Direktorat Tenaga Kependidikan Depdiknas.
Departemen Pendidikan Nasional. 2004. Operasi Bilangan Bulat. Jakarta: Dirjen Pendidikan Dasar dan Menengah.
Departemen Pendidikan Nasional. 2005. Materi Pelatihan Terintegrasi Matematika Pendekatan Pembelajaran Matematika, Jakarta: Dirjen Pendidikan Dasar dan Menengah Depdiknas.
Departemen Pendidikan Nasional. 2006. Standar Isi Untuk Satuan Kurikulum Pendidikan Dasar dan Menengah, Jakarta: Pusat Kurikulum Balitbang Depdiknas.
Khafid, M. & Suyati. 2007. Pelajaran Matematika Untuk Sekolah Dasar Kelas V Semester 1. Jakarta: Penerbit Erlangga.
Kurniawaty, Rini Eka. 2007. Meningkatkan Pemahaman Siswa Kelas VIID SMP Negeri 2 Palu Pada Konsep Persegi, Persegi Panjang dan Belah Ketupat Melalui Model Pembelajaran Integratif. Skripsi tidak diterbitkan. Palu: FKIP Universitas Tadulako.
Hudojo, Herman. 1988. Mengajar Belajar Matematika, Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Maleong, L.J. 1990. Metode Penelitian Kualitatif, Bandung: Remaja Rosdakarya.
Muhsetyo, Gatot. 2007. Pembelajaran Matematika SD. Jakarta: Universitas Terbuka.
Nurhadi & Senduk. A.G. 2003. Pembelajaran Kontekstual dan Penerapannya dalam KBK, Malang: Universitas Negeri Malang.
Negoro & Harahap. 2001. Ensiklopedi Matematika, Jakarta: Ghalia Indonesia.
Usman H.B. 2001. Aplikasi Belajar Kooperatif Untuk Memahami Konsep Limit Fungsi Satu Variabel. Tesis tidak diterbitkan. Malang Program Pasca Sarjana Universitas Negeri Malang.
Usman H.B. dkk. 2005. Pedoman Penyusunan dan Penilaian Karya Ilmiah. Palu: FKIP UNTAD.
Wibawa, Basuki. 2003. Penelitian Tindakan Kelas, Jakarta: Direktorat Tenaga Kependidikan Depdiknas.
Zainuddin. 2002. Studi Tentang Penerapan Belajar Kooperatif Tipe STAD dengan Konsentrasi Gaya Kognitif F1 dan FD Siswa pada Pembelajaran Fungsi di Kelas II Madrasah Aliyah Negeri I Palu. Tesis tidak diterbitkan. Malang: Program Pasca Sarjana Pendidikan Matematika Universitas Negeri Malang.
76
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN SIKLUS I
Satuan Pendidikan : SDMata Pelajaran : MatematikaKelas / Semester : V / 1Pokok Bahasan : Bilangan BulatSub Pokok Bahasan : Operasi Hitung Bilangan BulatAlokasi Waktu : 3 x 35 menit
1. Standar KompetensiMelakukan operasi hitung bilangan bulat dalam pemecahan masalah.
2. Kompetensi DasarMelakukan operasi hitung campuran bilangan bulat.
3. Hasil Belajara. Siswa dapat menunjukkan kemampuan mengenal bilangan bulat.b. Siswa dapat menunjukkan kemampuan menyelesaikan penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat.
4. IndikatorSetelah selesai pembelajaran ini siswa diharapkan mampu:1. Memberikan contoh penggunaan bilangan bulat dalam kehidupan sehari-hari.2. Membaca dan menuliskan bilangan bulat dengan baik sebagai bentuk
pengenalan terhadap bilangan bulat.3. Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan penjumlahan dan pengurangan
bilangan bulat.
5. Kegiatan Belajar MengajarModel Pembelajaran : Pembelajaran kooperatif tipe STADMetode : Diskusi, tanya jawab dan pemberian tugasPendekatan : Kontekstual
77
Fase Pembelajaran
Kooperatif Tipe STAD
Kegiatan Guru Kegiatan Siswa Komponen Pembelajaran Kontekstual
Waktu
Kegiatan AwalMenyampaikan tujuan pembelajaran.Mengajukan pertanyaan untuk mengetahui pengetahuan pra syarat siswa
● Memperhatikan penjelasan guru
● Menjawab pertanyaan guru atau bertanya
● Konstruktivisme● Refleksi● Bertanya
15’
1. Penyajian kelas
Kegiatan Inti1. Menyajikan materi
pelajaran dengan mengajukan masalah sehari-hari yang terkait dengan penggunaan bilangan bulat yang tertuang dalam bahan ajar Siklus I (hal. 80) dan mengenalkan bentuk bilangan bulat positif dan bilangan bulat negatif.
2. Mendemonstrasikan cara menyelesaikan soal penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat dengan menggunakan model siswa
3. Memberikan petunjuk kepada siswa kegiatan yang akan dipelajari dalam kelompok
4. Mengontrol pemahaman siswa dengan mengajukan pertanyaan dan memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya.
● Memperhatikan, memahami dan mendengarkan penjelasan guru dengan baik dan seksama
● Memperhatikan penjelasan guru
dan mengajukan pertanyaan jika ada yang danggap belum dimengerti.
● Menjawab pertanyaan atau bertanya
● Konstruktivisme● Pemodelan
● Bertanya
30’
2. Transisi ke Tim
5. Membagi siswa ke dalam kelompok belajar
● Mencatat nama-nama kelompok
● Masyarakat belajar
10’
78
6. Membagi LKS Siklus I kepada setiap kelompok
dan bergabung dengan kelompoknya masing-masing
● Menerima LKS
3. Tim Studi dan Monitoring
7. Meminta siswa untuk berdiskusi dengan rekan dalam kelompoknya untuk menyelesaikan soal yang ada di LKS dan guru berjalan mengelilingi siswa untuk memonitor pekerjaan siswa dan jika terdapat masalah, guru memberikan bantuan seperlunya yang sifatnya mengarahkan.
● Berdiskusi dengan teman kelompok dan meminta bantuan lepada guru jika mengalami kesulitan
P : NA, Ibu boleh bertanya tentang pembelajaran yang telah kita lakukan
kemarin?
NA : Boleh Bu.
P : Bagaimana menurutmu belajar matematika kemarin?
NA : Enak Bu. Asyik.....soalnya beda dari biasanya.
P : Trus, bagaimana dengan soal tesnya?
NA : Agak sulit Bu....dan saya kekurangan waktu buat kerja tesnya.
P : Baik, sekarang kita lihat jawaban tes kamu (sambil memperlihatkan hasil
tes subyek NA). Yang no.1 sudah benar, hanya kenapa penulisan anak
panah yang pertama di pakai simbol melangkah?
NA : Oh Bu, waktu Ibu mengajar kan Ibu bilang langkah pertama itu maju
sebanyak 4 langkah dari skala 0. Makanya saya gambarkan seperti itu Bu.
P : Bagus, tapi kemudian kita harus gambarkan anak panahnya tidak setelah
melangkah sebanyak 4 langkah?
NA : Ehmmmmm....iya Bu. Jadi saya punya salah Bu? Karena tidak
digambarkan anak panah dari titik 0 ke 4.
P : Iya betul sekali....jadi setelah kita menggambar langkah maka kita
gambarkan anak panahnya. Trus, sekarang yang no. 2
NA : Anak panah untuk langkah pertama juga saya tidak gambarkan Bu.
P : Iya betul sekali. Selain itu, ada lagi tidak kesalahan kamu?
NA : Apa ya Bu?
P : Perhatikan langkah selanjutnya! Bentuk operasinya apa?
NA : Pengurangan Bu.
P : Jadi, kalau pengurangan prinsipnya seperti apa? Maju atau mundur?
NA : Mundur Bu.
89
P : Sekarang kita perhatikan jawaban kamu. Setelah ujung anak panah ada di
titik negatif 4, ini melangkah maju atau mundur?
NA : Oh ya, saya punya salah Bu. Soalnya itu melangkah maju.
P : Sebelum melangkah mundur, apa yang harus diperhatikan?
NA : Bilangan pengurangnya Bu. Kalau bilangan pengurangnya bilangan
positif, maka ujung anak panah menghadap ke bilangan positif, sedangkan
kalau bilangan pengurangnya bilangan negatif maka ujung anak panahnya
menghadap ke bilangan negatif.
P : Bagus sekali....sekarang perhatikan soalnya. Bilangan pengurangnya
bilangan positif atau bilangan negatif?
NA : Bilangan negatif Bu. Jadi, seharusnya ujung anak panahnya menghadap
ke bilangan negatif ya Bu.
P : Iya, jadi sudah tahu kesalahannya dimana kan? Sekarang untuk soal
ceritanya, kenapa belum selesai?
NA : Bu, saya agak bingung dengan soal ceritanya....mau diapakan. Maknya
saya lambat kerjanya Bu. Trus, waktunya juga cuma sedikit.
P : Jadi, kalau sekarang dilanjutkan pekerjaanya bisa tidak? Ini sudah benar,
jadi awalnya kita hitung berapa semua cicilan yang sudah dibayar oleh
Pak Dedi. Caranya ya...dijumlahkan.
NA : Oh Bu, berarti kita jumlahkan Rp. 125.000,00 sebanyak lima kali. Trus
kalau sudah begitu bagaimana Bu?
P : Berapa utangnya Pak Dedi kita kurangi dengan cicilan yang sudah
dibayar. Mengerti?
NA : Oh...kalau begitu saya tahu Bu untuk mengerjakannya.
P : Tadi, waktu belajar ada kesulitan tidak?
NA : Saya masih bingung-bingung dengan prinsip penggunaan garis bilangan
itu Bu.
P : Senang tidak belajar kelompoknya?
90
NA : Senang Bu...Cuma tadi agak rame sekali jadi belajarnya tidak terlalu
serius.
2. Dengan IS
P : Bagaimana belajar matemtika kemarin IS?
IS : Bagus Bu, saya suka sekali.....
P : Senang belajar kelompoknya?
IS : Iya Bu. Soalnya kita bisa belajar bersama-sama teman-teman dan teman-
teman yang pintar juga mengajar teman yang tidak bisa.
P : Soal-soalnya bagaimana?
IS : Ada yang susah Bu...
P : Baik, sekarang kita lihat jawaban tes kamu (sambl memperlihatkan hasil
tes kepada subyek). Yang no. 1 sudah benar, sekarang perhatikan yang
no. 2. Bentuk operasinya apa?
IS : Pengurangan Bu.
P : Masih ingat prinsipnya? Kalau penjumlahan seharusnya bagaimana dan
kalau pengurangan seharusnya bagaimana?
IS : Iya Bu....kalau penjumlahan itu maju dan kalau pengurangan itu mundur.
P : Bagus sekali...sekarang perhatikan jawaban kamu. Dari skala 0 maju
sebanyak 4 langkah ke bilangan negatif dan berhenti di skala -4. Sebelum
melangkah maju atau mundur, apa yang harus diperhatikan?
IS : Bilangan sesudahnya?
P : Biasa juga disebut apa?
IS : Ehmmmmm.....apa ya Bu?
P : Bilangan pengurang. Perhatikan soal, bilangan pengurangnya bilangan
negatif atau bilangan positif?
IS : Bilangan pengurangnya bilangan negatif.
P : Jadi kesimpulannya bagaimana kalau bilangan pengurangnya bilangan
negatif?
IS : Ujung anak panah menghadap ke bilangan negatif.
91
P : Iya, terus langkah selanjutnya apa?
IS : Berarti mundur Bu.
P : Bagus sekali, sekarang coba gambarkan yang namanya melangkah
mundur itu seperti apa?
IS : (menggambar di kertas yang telah disediakan peneliti dan ternyata
jawabannya salah, sehingga peneliti memberikan jawaban yang benar
kepada subyek IS).
P : Ingat ya! Maju itu berarti bergerak dari pangkal anak panah ke ujung anak
panah, sedangkan mundur berarti bergerak dari ujung anak panah ke
pangkal panah.
IS : Iya Bu, sekarang saya sudah mengerti.
P : Sekarang soal no.3. kok tidak selesai dijawab?
IS : Saya bingung bagian terakhir itu Bu. Bagaimana mencari sisa utang Pak
Dedi?
P : Sekarang perhatikan, utang Pak Dedi Rp. 750.000,00 terus berapa cicilan
yang sudah dibayar Pak Dedi selama 5 bulan?
IS : Jawaban say Bu Rp 625.000,00
P : Mana yang lebih besar, utang Pak Dedi atau cicilan yang yang sudah
dibayar Pak Dedi?
IS : Utang Pak Dedi Bu.
P : Berarti masih ada cicilan lagi yang harus dibayar Pak dedi kan? (subyek
mengangguk). Untuk menentukan sisa cicilan yang harus dibayar Pak
Dedi bagaimana?
(subyek terdiam)
P : Berarti kita kurangi antara Rp. 750.000,00 dengan Rp. 625.000,00 Kalau
sudah seperti itu bisa tidak?
IS : Bisa Bu.
3. Dengan WI
P : Bagaimana belajar matemtika kemarin? Senang tidak?
92
WI : Saya senag Bu, soalnya belajarnya bersama-sama jadi saya tidak takut
bertanya sama teman. Kebetulan teman satu kelompok saya orangnya
baik-baik jadi saya senang belajar.
P : Ada kesultan tidak?
WI : Tidak ada Bu. Cuma soal tes kemarin kayaknya banyak salahnya Bu.
Soalnya saya agak bingung.
P : Baik sekarang kita perhatikan hasil tes kamu. (sambil memperlihatkan
hasil tes subyek kepada subyek). Yang no. 1 sudah benar, sekarang
perhatikan yang no. 2. Ingat tidak bagaimana bedanya melangkah maju
dan mundur pada anak panah?
WI : Lupa Bu.
P : Baik, sekarang Ibu ingatkan! Melangkah maju itu berarti bergerak dari
pangkal anak panah ke ujung naka panah, sedangkan melangkah mundur
itu berarti bergerak dari ujung anak panah ke pangkal anak panah (sambil
menggambarkan contohnya di scarik kertas). Tahu yang mana namanya
ujung dan pangkal anak panah?
WI : Iya Bu. Yang ini namanya pangkal anak panah dan yang ini namanya
ujung anak panah (sambil menunjukkan pada gambar yang telah dibuat
peneliti tadi).
P : Iya bagus sekali.
WI : Jadi, saya punya salah ya Bu, solanya yang saya kerja berarti bukan
mundur tapi maju.
P : Iya, terus yang no. 3 kok tidak selesai kasih jawabannya?
WI : Saya tahu Bu, Cuma saya kehabisan waktu Bu.
P : Jadi kalau diselesaikan sekarang bisa kan?
WI : Berarti tinggal di cari sisa utang Pak Dedi kan Bu?
P : Iya, caranya bagaimana?
93
WI : Ehmm...karena utang yang sudah dibayar itu Rp. 625.000,00 dan utangnya
Pak Dedi itu Rp. 750.000,00 jadi tinggal dikurangkan saja Bu, Rp.
750.000,00 – Rp. 625.000,00
P : Iya, bagus sekali.
4. Dengan AP
P : Ibu ingin tanya beberapa hal tentang belajar matemtika kemarin. Gimana
belajar matematika kemarin, senang tidak?
AP : Senang Bu.
P : Ada kesulitan tidak?
AP : Teman-teman satu kelompok saya ribut sekali Bu, terus kadang mereka
tidak bisa ajar saya dengan baik.
P : Maksudnya bagaimana? Teman-temanmu tidak mengajarimu?
AP : Diajar Bu, tapi kadang saya tidak paham dengan apa yang mereka bilang
dan pas saya minta diulang, mereka sudah tidak mau kasih tahu saya Bu.
P : Berarti kelompokmu belum bisa bekerja sama dengan baik. Terus,
bagaimana tesnya? Bisa jawab kan?
AP : Susah soalnya Bu.
P : Baik, sekarang kita perhatikan jawaban kamu. Untuk soal no. 1 sudah
benar, cuma gambar garis bilangannya tolong diperbaiki ya supaya Ibu
mengerti. Sekarang perhatikan no. 2. Bentuk operasinya apa?
AP : Pengurangan Bu.
P : Kalau pengurangan, kita harus melangkah maju atau mundur?
AP : Ehm...lupa Bu.
P : Sekarang tolng perhatikan ya, kalau pengurangan kita melangkah mundur,
begitu juga sebaliknya kalau penjumlahan kita melangkah mundur. Yang
dimaksud melangkah maju atau mundur itu seperti apa?
AP : Kalu maju, berarti dari belakang maju ke depan dan kalau mundur berarti
dari depan mundur ke belakang.
94
P : Baik bagus sekali. Sekarang kalau dalam gambar anak panah, yang maju
itu bagaimana yang mundur itu bagaimana?
AP : Tidak tahu Bu.
P : Sekarang Ibu gambarkan anak panah (sambil menggambarkan sebuah
anak panah di secarik kertas). Yang mana ujung anak panah dan yang
mana pangkal anak panah?
(Subyek AP menunjukkan pada gambar ujung anak panah dan pangkal anak
panah).
P : Ya, bagus sekali. Sekarang kalau kita sebut depan sebagai ujung anak
panah dan belakang sebagai pangkal anak panah. Jadi bagaimana yang
disebut melangkah maju atau mundur itu?
AP : Maju berarti dari ujung anak panah k pangkal anak panah sedangkan
mundur berarti dari pangkal anak panah ke ujung anak panah.
P : Ya bagus sekali. Sekarang kalau kita akan melangkah mundur atau maju
berdasarkan bentuk operasi pada soal, apa yang harus diperhatikan
terlebih dahulu?
AP : Tidak tahu Bu.
P : Yang harus diperhatikan adalah bilangan pengurangnya. Kalau bilangan
pengurangnya bilangan positif maka ujung anak panah ke bilangan positif
sedangkan kalau bilangan pengurangnya bilangan negatif maka ujung
anak panahnya menghadap ke bilangan negatif. Sekarang perhatikan,
bilangan pengurangnya bilangan positif atau bilangan negatif?
AP : Bilangan negatif Bu. Jadi ujung anak panahnya menghadap bilangan
negatif dong Bu.
P : Ya betul sekali. Jadi langkah selanjutnya adalah mundur sebanyak berapa
langkah?
AP : Tujuh langkah Bu.
P : Ujung anak menghadap kemana?
AP : Ke bilangan negatif Bu.
95
P : Jadi sekarang sudah tahu dimana kesalahan jawabanmu dan sudah bisa
diperbaiki kan?
AP : Iya Bu.
P : Untuk soal ceritanya bagaimana?
AP : Saya bingung Bu mau diapakan?
P : Bagaimana menghitung cicilan utang Pak Dedi selama 5 bulan?
AP : Tidak tahu Bu.
P : Tiap bulannya Pak Dedi harus membayar berapa?
AP : Rp. 125.000,00 jadi kalau lima bulan dikali lima dong Bu.
P : Iya boleh, sekarang bisa dikerja tidak?
(subyek mencoba mengalikan Rp. 125.000,00 x 5 di scarik kertas)
AP : Hasilnya Rp. 625.000,00
P : Terus masih ada tidak utangnya Pak Dedi?
AP : Masih Bu.
P : Berapa?
AP : Tidak tahu Bu.
P : Karena utang Pak Dedi Rp. 750.000,00 sedangkan cicilan yang sudah
dibayar itu Rp. 625.000,00 jadi mencari sisanya itu?
AP : Dikurangi Bu.
P : Ya betul sekali. Hasilnya sudah bisa ditentukan kan?
(subyek mencoba mengerjakan di secarik kertas)
AP : Hasilnya Rp. 125.000,00
P : Ya, bagus sekali. Sekarang kamu sudah mengerti. Oh ya, jangan lupa
dengan prinsip-prinsip pengerjaan penjumlahan dan pengurangan bilangan
bulat yang tadi Ibu sudah ajarkan ya!
AP : Iya Bu.
96
LEMBAR KERJA SISWA (LKS)
Siklus I
Indikator pencapaian hasil belajar:
a. Siswa dapat membaca dan menulis lambang bilangan bulat
b. Siswa dapat melakukan penjumlahan dua buah bilangan bulat
c. Siswa dapat melakukan pengurangan dua buah bilangan bulat
Kelompok :
Anggota : 1.
2.
3.
4.
5.
1. Berikut diberikan pernyataan, tulislah bilangan bulat yang dimaksud dalam setiap
pernyataan berikut!
No. Pernyataan Bilangan Bulat1.2.3.4.5.
Suhu tubuhnya naik 5oCMundur tujuh puluh dua langkahUntungnya dua puluh lima ribu rupiahBerhasil naik seribu enam ratus dua belas tanggaMeluncur ke bawah tujuh ratus sembilan tangga
2. Tuliskan contoh hal-hal yang ada di sekitarmu yang berkenaan dengan
penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat.
3. Dengan memperhatikan langkah-langkah prinsip penggunaan garis bilangan dalam
menentukan penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat, tentukan hasil dari
penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat berikut dengan menggunakan garis
bilangan.
a) (-3) + 7 = ........
b) (-3) + (-7) = ........
c) 2 – 8 = .......
97
d) (-2) – 8 = .......
e) (-2) – (-8) = ........
3. Citra sedang bermain monopoli. Citra berhasil mengumpulkan modal sebesar Rp.
45.000,00. Citra membeliu perumahan seharga Rp. 37.000,00 tetapi ia juga
terkena pajak dan asuransi sebesar Rp. 1.500,00. Berapa sisa modal citra
sekarang?
98
LEMBAR TES AKHIR SIKLUS I
Nama :
Kelas :
Kerjakan soal berikut dengan baik dan benar!
1. Selesaikan penjumlahan berikut dengan menggunakan garis bilangan.
4 + (-10) = ................
2. Selesaikan pengurangan berikut dengan menggunakan garis bilangan.
-4 – (-7) = .................
3. Pak Dedi meminjam uang dari Pak Isak sebesar Rp. 750.000,00. Setiap bulannya
Pak Dedi meminjam cicilan sebesar Rp. 125.000,00. Bulan ini Pak Dedi telah
membayar cicilan yang kelima. Berapa sisa utang Pak Dedi?
99
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN SIKLUS II
Satuan Pendidikan : SDMata Pelajaran : MatematikaKelas / Semester : V / 1Pokok Bahasan : Bilangan BulatSub Pokok Bahasan : Operasi Hitung Bilangan BulatAlokasi Waktu : 3 x 35 menit
1. Standar KompetensiMelakukan operasi hitung bilangan bulat dalam pemecahan masalah.
2. Kompetensi DasarMelakukan operasi hitung campuran bilangan bulat.
3. Hasil Belajara. Siswa dapat menunjukkan kemampuan menyelesaikan perkalian dan
pembagian bilangan bulat dengan cara bersusun pendek.b. Siswa dapat menunjukkan kemampuan menyelesaikan masalah dalam
kehidupan sehari-hari yang melibatkan bilangan bulat dan operasi campurannya.
4. IndikatorSetelah selesai pembelajaran ini siswa diharapkan mampu:1. Mengalikan dengan cara bersusun pendek.2. Membagi dengan cara bersusun pendek.3. menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan perkalian dan pembagian
bilangan bulat.4. Menyelesaikan soal terkait masalah sehari-hari yang melibatkan operasi
hitung campuran bilangan bulat.
5. Kegiatan Belajar MengajarModel Pembelajaran : Pembelajaran kooperatif tipe STADMetode : Diskusi, tanya jawab dan pemberian tugasPendekatan : Kontekstual
100
Fase Pembelajaran
Kooperatif Tipe STAD
Kegiatan Guru Kegiatan Siswa Komponen Pembelajaran Kontekstual
Waktu
Kegiatan Awal● Menyampaikan tujuan
pembelajaran.● Mengajukan pertanyaan
untuk mengetahui pengetahuan pra syarat siswa
● Memperhatikan penjelasan guru
● Menjawab pertanyaan guru atau bertanya
● Konstruktivisme● Refleksi● Bertanya
15’
2. Penyajian kelas
Kegiatan Inti1. Menyajikan materi
pelajaran dengan mengajukan masalah sehari-hari yang terkait dengan perkalian dan pembagian bilangan bulat yang tertuang dalam bahan ajar Siklus II (lampiran )
2. Mendemonstrasikan cara menyelesaikan soal perkalian dan pembagian bilangan bulat dengan cara bersusun pendek
3. Memberikan petunjuk kepada siswa kegiatan yang akan dipelajari dalam kelompok
4. Mengontrol pemahaman siswa dengan mengajukan pertanyaan dan memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya.
● Memperhatikan, memahami dan mendengarkan penjelasan guru dengan baik dan seksama
● Memperhatikan penjelasan guru
dan mengajukan pertanyaan jika ada yang danggap belum dimengerti.
● Menjawab pertanyaan atau bertanya
● Konstruktivisme● Pemodelan
● Bertanya
30’
2. Transisi ke Tim
5. Membagi siswa ke dalam kelompok belajar
● Mencatat nama-nama kelompok dan bergabung dengan kelompoknya masing-masing
● Masyarakat belajar
10’
101
6. Membagi LKS Siklus I kepada setiap kelompok
● Menerima LKS
3. Tim Studi dan Monitoring
7. Meminta siswa untuk berdiskusi dengan rekan dalam kelompoknya untuk menyelesaikan soal yang ada di LKS dan guru berjalan mengelilingi siswa untuk memonitor pekerjaan siswa dan jika terdapat masalah, guru memberikan bantuan seperlunya yang sifatnya mengarahkan.
● Berdiskusi dengan teman kelompok dan meminta bantuan lepada guru jika mengalami kesulitan
4. Pengujian 8. Memberikan tes individu kepada siswa
● Mengerjakan tes individu
● Penilaian autentik 20’
Kegiatan PenutupMemberikan penghargaan kepada kelompok yang bekerja dengan baik
102
LEMBAR KERJA SISWA (LKS)
SIKLUS II
Indikator pencapaian hasil belajar:
a. Siswa mampu mengalikan dengan cara bersusun pendek
b. Siswa mampu membagi dengan cara bersusun pendek
c. Siswa mampu menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan perkalian dan
pembagian bilangan bulat.
d. Menyelesaikan soal terkait masalah sehari-hari yang melibatkan operasi hitung
campuran bilangan bulat.
Kelompok :
Anggota : 1.
2.
3.
4.
5.
1. Jabarkan perkalian berikut ini dalam bentuk penjumlahan berulang kemudian
tentukan hasilnya.
a. 5 x 23 = ........ + ....... + ....... + ....... + ........
b. 7 x 52 = .........
c. 16 x 15 = .........
2. Tentukan hasil dari perkalian berikut dengan cara bersusun pendek.
a. 5730 x 35 = ...........
b. 14730 x 43 = ...........
3. Seorang pedagang menjual satu kilogram mangganya dengan harga Rp. 6.500,00.
Jika banyaknya mengga yang akan di jual adalah 65 kg. Berapa jumlah
penghasilan yang diperoleh pedagang tersebut?
103
4. Paman mempunyai 5 kandang, masing-masing berisi 35 ekor ayam. Kemarin 12
ekor ayam Paman mati. Hari ini Paman membeli lagi 27 ekor ayam, berapa
jumlah ayam Paman sekarang?
5. Tentukan hasil dari pembagian berikut dengan cara bersusun pendek.
a. 27296 : 8 = ..........
b. 55360 : 16 = ........
6. Sebuah rumah makan memiliki 7 ruangan. Tiap ruangan memiliki 5 meja. Hari
ini jumlah pengunjung 315 orang, berapa banyak orang yang menempati tiap
meja?
104
LEMBAR TES AKHIR SIKLUS II
Nama :
Kelas :
Kerjakan soal berikut dengan baik dan benar!
1. Selesaikan perkalian berikut dengan cara bersusun pendek.
46382 x 31 = .......
2. Selesaikan pembagian berikut dengan cara bersusun pendek.
6804 : 12 = .......
3. Bu Teja memiliki usaha cenderamata. Dalam satu minggu Bu Teja berhasil
menjual 136 buah cenderamata. Jika harga satu cenderamata Rp. 6.300,00
berapa pendapatan Bu Teja selama satu minggu?
105
Transkrip Wawancara Siklus II
1. Dengan NA
P : Assalammua’laikum NA.
NA : Waa’laikumussalam Bu.
P : Ibu mau tanya soal pelajaran matematika kita kemarin. NA senang tidak
belajar secara kelompok?
NA : Senang Bu.
P : Kenapa?
NA : Soalnya kita bisa bertanya dengan teman satu kelompok dan belajar sama-
sama dengan teman yang lain.
P : Sekarang kita bahas soal tesnya. Sekarang tolong perhatikan jawaban
kamu (sambil memperlihatkan hasil tes siswa kepada subyek). Untuk
nomor 1 jawaban kamu sudah benar. Sekarang untuk nomor 2, kenapa
setelah kamu kalikan antara 12 dengan 5 hasilnya kamu tulis di bawah
angka 04?
NA : Saya kira memang begitu Bu.
P : Sekarang tolong perhatikan. Untuk memperoleh nilai 5 kamu membagi
berapa 12?
NA : Dengan 68 Bu. Dua angka pertama.
P : Iya bagus sekali. Jadi setelah kita kalikan antara 12 dengan 5 hasilnya
juga kita letakkan di bawah angka 68. Sekarang coba kamu selesaikan
soal ini.
(Subyek menyelesaikan soal tersebut dengan arahan peneliti)
P : Jadi sekarang Ibu harap kamu sudah bisa menentukan pembagian dengan
cara bersusun pendek yang benar.
NA : Iya Bu.
P : Sekarang perhatikan soal nomor 3, kenapa jawaban kamu tidak selesai?
NA : Saya bingung Bu, bagaimana langkah selanjutnya?
106
P : Langkah awal yang kamu kerjakan ini sudah benar, jadi kamu tinggal
melanjutkannya saja.
NA : Jadi Bu, caranya kita kalikan 6300 dengan 136?
P : Iya, sekarang coba kamu tentukan hasilnya!
(Subyek menyelesaikan soal tersebut dengan arahan dari peneliti)
NA : Bu, waktu kerjakan soal itu saya banyak makan waktu jadi saya kehabisan
waktu dan tidak selesai mengerjakannya.
P : Baik, sekarang kamu bisa selesaikan. Ibu juga ingin tanya apa kamu
mengalami kesulitan pada saat kita belajar secara berkelompok?
NA : Tidak Bu. Saya senang bisa belajar kelompok apalagi kalau Ibu juga
mengawasi jadi kita tidak bermain waktu belajar.
P : Baik NA, terima kasih buat waktunya.
2. Dengan IS
P : Ibu mau tanya pendapat kamu tentang belajar matemtika kita kemarin.
Apa IS senang belajar secara berkelompok?
IS : Iya Bu. Soalnya kita bisa kerja sama dengan teman yang lain.
P : Sekarang Ibu mau tanya tesnya? Perhatikan jawaban kamu (sambil
memperlihatkan hasil tes subyek). Untuk soal nomor 1 dan 2 sudah benar
dan lengkap jawaban kamu. Perhatikan jawaban nomor 3. Tidak selesai
ya?
IS : Iya Bu. Soalnya saya bingung mau diapakan lagi.
P : Perhatikan soalnya. Dalam satu minggu Bu Teja berhasil menjual 136
buah cenderamata. Jadi yang dimaksud berhasil menjual 136 buah
cenderamata itu dalam satu minggu atau dalam satu hari?
IS : Ehm....satu minggu Bu.
P : Jadi, apa perlu kita mengubah satu minggu itu ke dalam hari?
IS : Kayaknya tidak Bu.
P : Iya bagus sekali. Jadi tidak perlu kamu mengalikan 7 hari dengan 136
buah cenderamata, karena 136 buah cenderamata itu yang berhasil di jual
107
Bu Teja dalam satu minggu bukan satu hari. Terus, untuk mencari
pendapatan Bu Teja jika harga satu buah cenderamata itu Rp. 6.300,00
bagaimana?
IS : Tidak tahu Bu. Saya bingung.
P : Perhatikan satu cenderamata harganya Rp. 6.300,00 sedangkan
cenderamata yang terjual dalam satu minggu itu 136 buah. Jadi
menentukan banyaknya pendapatan yang diperoleh Bu nTeja adalah
dengan mengalikan.
IS : Jadi, 6300 dikali dengan 136 BU?
P : Iya betul sekali. Bisa menyelesaikannya?
IS : Bisa Bu. (sambil menyelesaikan soal tersebut di secarik kertas yang
disediakan oleh peneliti). Jawabannya 856.800
P : Iya, jadi lain kali kalau menjawab soal penerapan seperti ini baca berulang
kali pertanyaanya supaya paham apa yang dimaksud dalam soal.
IS : Iya Bu.
3. Dengan WI
P : Ibu mau tanya apa WI senang belajar secara berkelompok seperti yang
telah kita lakukan?
WI : Iya Bu, saya senang sekali.
P : Kenapa?
WI : Soalnya saya bisa belajar bersama-sama teman yang lain dan saya bisa
bertanya dengan teman yang tahu Bu.
P : Sekarang kita periksa hasil tes kamu. Untuk soal nomor 1 dan 2 sudah
benar dan baik sekali kamu mengerjakannya. Tapi untuk soal nomor 3
kenapa tidak selesai?
WI : Saya bingung Bu.
P : Bingungnya dimana?
WI : Saya tidak tahu cara menjawabnya, dimulai dari mana?
108
P : Baik sekarang tolong perhatikan soalnya. Bu Teja memiliki usaha
cenderamata. Dalam satu minggu Bu Teja berhasil menjual 136 buah
cenderamata. Jika harga satu cenderamata Rp. 6.300,00 berapa
pendapatan Bu Teja selama satu minggu? Perhatikan dalam jangka waktu
berapa lama Bu Teja berhasil menjual 136 buah cenderamata?
WI : Satu minggu Bu. Berarti tujuh hari.
P : Betul sekali. Tapi sekarang pertanyaannya berapa pendapatan Bu Teja
selama satu minggu atau satu hari?
WI : satu minggu Bu.
P : Jadi, apa perlu kita mengubah satu minggu itu ke dalam hari untuk
menyelesaikan soal ini WI?
WI : Ehmmmmm.....tidak Bu.
P : Iya betul sekali. Perhatikan dalam satu minggu terjual 136 buah
cenderamata dan satu buah cenderamata itu harganya Rp. 6.300,00 jadi
berapa pendapatan Bu Teja dari menjual cenderamata selama satu
minggu?
WI : Berarti dikalikan Bu.
P : Iya betul. Jadi, Rp. 6.300,00 dikali dengan 136. Sekarang coba kamu
selesaikan soal ini, bisa kan?
WI : Bisa Bu (sambil menyelesaikan soal tersebut) hasilnya Rp. 856.800,00
P : Iya bagus sekali. Sekarang Ibu mau tanya selama kita belajar dengan
berkelompok ada kesulitan yang dihadapi WI?
WI : Tidak Bu. Saya senang belajar kelompok seperti ini. Karena ada Ibu
yang mengawasi, jadinya teman-teman kurang bermain.
P : Baik WI, terima kasih buat waktunya.
4. Dengan AP
P : Baik AP, sekarang Ibu mau bertanya tentang belajar matematika kita
kemarin. Apa kamu senang belajar secara berkelompok?
109
AP : Saya senang Bu. Asalkan ada Ibu yang selalu mengawasi supaya teman-
teman tidak bermain. Dengan belajar kelompok kita bisa bekerja sama
dengan teman yang lain buat jawab latihan soal.
P : Sekarang Ibu mau tanya hasil tes kamu (sambil memperlihatkan hasil tes
subyek). Untuk soal no.1 kamu sudah mengerjakannya dengan baik dan
benar. Sekarang perhatikan no. 2, di hasil pembagiannya dari mana kamu
mendapatkan nilai 5?
AP : Kan di ambil dua angka jadi 68 dibagi 12 itu dapat 5 Bu.
P : Iya betul sekali. Sekarang langkah selanjutnya setelah kita dapat hasil dari
pembagian 68 dengan 12, apa AP?
AP : Terus kita kalikan 5 dengan 12 Bu.
P : Iya, hasilnya berapa?
AP : 60 Bu.
P : Bagus sekali. Terus dimana kita meletakkan angka 60 itu?
AP : Paling ujung Bu. Ini saya punya saya taruh diujung Bu.
P : Betul paling ujung, tapi ujung yang kamu maksud itu belum tepat. Iangat,
tadi untuk mendapatkan nilai 5 di hasil pembagian kita membagi angka
berapa dengan 12?
AP : 68 Bu.
P : jadi, hasil perkalian antara 12 dengan 5 juga harus diletakkan di bawah
angka yang kita ambil tadi.
AP : Jadi, saya punya salah dong Bu, berarti seharusnya angka 60 ditaruh di
bawah angka 68 Bu baru dikurangi.
P : Iya betul sekali, sekarang coba kamu perbaiki. (Subyek memperbaiki
jawabannya)
P : Jadi sudah tahu dimana letak kesalahannya?
AP : Iya Bu.
110
P : Sekarang perhatikan no. 3. Cara kerjanya sudah betul, hanya saja kenapa
tidak selesai jawabannya dan kenapa 6 x6 hasilnya 32? (sambil
menunjukkan letak kesalahan subyek pada kertas jawabannya).
AP : Saya kehabisan waktu Bu, dan saya juga agak bingung kalau perkaliannya
sudah tiga susun seperti itu Bu. Terus 6 x6 bukan 32 ya Bu?
P : Sekarang coba kamu hitung dengan cara penjumlahan berulang untuk
menentukan hasil dari 6 x 6.
(Subyek melakukan penjumlahan angka 6 sebanyak 6 kali dan menghitung
hasilnya)
AP : Hasilnya 36 Bu. Jadi salah saya punya ya Bu.
P : Iya. Kalau kamu kurang yakin dengan hasil dari perkalian dua buah
bilangan gunakan saja definisi perkalian itu sendiri yaitu penjumlahan
berulang.
AP : Malas Bu, lama sekali terus hafalan perkalian saya kalau sudah di atas 5
agak lupa-lupa Bu.
P : Hilangkan sifat malas kamu. Dan untuk perkalian antara 4 angka dengan
3 angka yang kamu kerjakan itu sudah benar caranya. Jadi untuk langkah
yang ketiga, setiap angka dari 6300 dikalikan dengan angka 1 dan
letaknya maju satu langkah dari angka diatasnya, sama seperti langkah 1
dan 2. Sekarang tolong kamu selesaikan jawaban kamu ini!
(Subyek mengerjakan soal tersebut dengan baik).
P : Baik AP, terima kasih buat waktunya.
111
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
Yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Daiyatushalihah
No. Stb : A 231 03 012
Jurusan : Pendidikan MIPA
Program Studi : Pendidikan Matematika
Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Menyatakan dengan benar bahwa skripsi yang saya tulis ini benar-benar
merupakan hasil karya saya sendiri, bukan merupakan pengambilalihan tulisan atau
pikiran orang yang saya akui sebagai tulisan atau pemikiran saya sendiri.
Apabila di kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan skripsi ini hasil
jiplakan maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut.
Palu, November 2007
Yang Membuat Pernyataan
Daiyatushalihah
112
RIWAYAT HIDUP
Daiyatushalihah, dilahirkan di Palu pada tanggal 24 Oktober 1985, anak
pertama dari empat bersaudara dari pasangan Mukhlis Kosasih, S.Ag. dengan Endang
Darinih, B.A. Dikarenakan kepindahan tempat tugas orang tua maka pendidikan
sekolah dasar di tempuh di dua sekolah yaitu dari kelas 1 sampai kelas di MIN Sausu
dan kelas 6 di SD Negeri 1 Kali Kabupaten Buol dan tamat pada tahun 1997.
Sekolah lanjutan pertama diselesaikan di MTs Al-Istiqamah Desa Ngata Baru
Kecamatan Sigi Biromaru dan selesai pada tahun 2000. Pada tahun yang sama,
melanjutkan studi di MAN 2 Model Palu dan tamat pada tahun 2003.
Karena dorongan yang besar untuk menjadi seorang pendidik ilmu
Matematika, maka penulis melanjutkan studi ke Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan. Mulanya diterima melalui Jalur Penelusuran Minat dan Kemampuan
(PMDK) di Program Studi Pendidikan Kimia, namun karena tidak sesuai dengan
keinginan penulis maka penulis mengikuti Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru
(SPMB) dan diterima di Program Studi pendidikan Matemtika sesuai harapan
penulis.
113
7. Hasil Observasi Aktivitas Guru Siklus I
LEMBAR OBSERVASIPEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD DENGAN PENDEKATAN
KONTEKSTUAL
Nama Sekolah : SD Inpres I BesusuMata pelajaran: MatematikaSub Pokok Bahasan : Penjumlahan dan pengurangan bilangan bulatNama Peneliti : DaiyatushalihahHari/Tanggal : Kamis, 26 Juli 2007
Petunjuk.Berikut ini daftar pengelolaan kegiatan belajar berdasarkan pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan pendekatan kontekstual yang dilaksanakan oleh guru di dalam kelas. Berikan penilaian anda dengan membubuhkan tanda cek () pada kolom yang tersedia.
No Aspek Yang Diamati Penilaian1 2 3 4
I KEGIATAN AWAL
Menyampaikan tujuan pembelajaran dan memotivasi siswa
Mengajukan pertanyaan untuk mengetahui pengetahuan
prasyarat siswa dengan materi yang akan dipelajari
II KEGIATAN INTI
Penyajian Kelas
a. Menyajikan materi pelajaran dengan mengajukan masalah
sehari-hari yang terkait dengan penggunaan bilangan bulat.
b. Mendemonstrasikan cara menyelesaikan masalah yang
berkaitan dengan penjumlahan dan pengurangan bilangan
bulat dengan menggunakan peragaan model siswa.
c. Memberikan petunjuk kepada siswa kegiatan yang akan
dilakukan dalam kelompok
d. Mengontrol pemahaman siswa dengan mengajukan
pertanyaan dan memberi kesempatan kepada siswa untuk
114
bertanya.
Transisi ke Tim
a. Membagi dan mengorganisir siswa ke dalam kelompok
belajar.
b. Membagi Lembar Kerja Siswa kepada setiap kelompok.
Tim Studi dan Monitoring
a. Meminta siswa untuk berdiskusi dan bekerja sama dengan
rekan sekelompoknya.
b. Membimbing siswa dalam menyelesaikan LKS yang telah
diberikan
Pengujian
Meminta siswa untuk melakukan peragaan dalam menentukan
hasil penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat.
KEGIATAN AKHIR
Memberikan pengahargaan kepada kelompok yang bekerja
dengan baik
PENGELOLAAN WAKTU
PENGAMATAN SUASANA KELAS
Siswa antusias
Guru antusias
Keterangan:1 = Tidak baik2 = Kurang baik3 = Cukup baik4 = Baik
115
Pengamat
Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus I
LEMBAR OBSERVASIAKTIVITAS SISWA SIKLUS I
Nama Sekolah : SD Inpres I BesusuMata pelajaran: MatematikaSub Pokok Bahasan : Penjumlahan dan pengurangan bilangan bulatNama Peneliti : DaiyatushalihahHari/Tanggal : Kamis, 26 Juli 2007Informan :
Petunjuk.Berilah tanda cek () pada kolom yang tersedia sesuai dengan pendapat anda.No Aspek Yang diamati Penilaian
1 2 3 4I Kegiatan Awal
1. Memperhatikan penjelasan guru2. Menjawab pertanyaan guru atau bertanya
II Kegiatan Inti1. Memperhatikan dan mendengarkan penjelasan guru
dengan baik dan seksama.2. Berdiskusi dengan kelompok3. Meminta bantuan pada teman kelompok atau guru4. Menjawab pertanyaan guru5. Melakukan peragaan model siswa dalam
menentukan hasil penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat.
III Kegiatan akhirMemperhatiakn penjelasan guru
IV Suasana kelas (antusias siswa)Keterangan:1 = Tidak baik2 = Kurang baik3 = Cukup baik4 = Baik
116
Pengamat
LEMBAR KERJA SISWA
Kelompok :Anggota : 1.
2. 3. 4.
1. Tuliskan contoh hal-hal yang ada disekitarmu yang berkenaan dengan
penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat.
2. Perhatikan langkah-langkah yang harus dilakukan dalam melakukan setiap
peragaan untuk menentukan hasil penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat
berikut.
Langkah 1. Posisi awal model harus berada pada skala nol.
Langkah 2. Jika bilangan pertama bertanda positif, maka model harus
menghadap ke bilangan positif. Sebaliknya, jika bilangan pertama bertanda
negatif, maka model harus menghadap ke bilangan negatif.
Langkah 3. Model melangkah satu demi satu langkah ke skala yang sesuai
dengan bilangan pertama.
117
Langkah 4. Perhatikan bilangan penjumlah atau pengurangnya. Jika bilangan
penjumlah atau pengurang merupakan bilangan positif, maka model harus
menghadap ke bilangan positif. Sebaliknya, jika bilangan penjumlah atau
pengurang merupakan bilangan negatif, maka model harus menghadap ke
bilangan negatif.
Langkah 5. Jika operasi hitungnya adalah penjumlahan, maka model melangkah
maju sesuai dengan skala bilangan penjumlahnya. Sebaliknya jika operasi
hitungnya adalah pengurangan, maka model melangkah mundur sesuai dengan
skala bilangan pengurangnya.
Langkah 6. Posisi terakhir dari model menunjukkan hasil dari penjumlahan atau
pengurangan.
Lakukan peragaan untuk tiap soal penjumlahan berikut dan tentukan hasil
penjumlahannya.
Ingat: Setiap anggota kelompok harus melakukan peragaan, jika ada anggota
kelompok yang mengalami kesulitan dapat bertanya kepada anggota kelompok
yang lain atau kepada guru.
a. 3 + 5 = ................
b. (-3) + 5 = ................
c. (-3) + (-5) = ..............
d. 3 + (-5) = .................
e. 2 - 5 = .................
f. (-2) - 5 = ..................
g. 2 - (-5) = ..................
h. (-2) - (-5) =................
118
119
Lembar Penilaian Diri (Student Self-Assesment)
Nama : Hari/Tgl :
Petunjuk :Untuk setiap pertanyaan dibawah ini jawab ya, tidak atau tidak yakin. Jawablah sejujur mungkin. Tambahkan komentar jika Anda menginginkan.
1. Saya sulit mengikuti pelajaran matematika
2. Saya memerlukan waktu yang lama untuk memahami pelajaran matematika
3. Saya mengalami kesulitan pada pokok bahasan Sstem Persamaan Linear Dua
Variabel
4. Kadang-kadang saya tidak tahu apa yang harus saya lakukan ketika saya memulai
sebuah soal
5. Semakin sulit sebuah soal, semakin suka saya mengerjakannya
6. Saya biasanya menyerah apabila sebuah soal benar-benar sulit.
7. Rasanya saya lebih suka bekerja sendiri dari pada dengan kelompok.
8. Saya paling suka menghafal bagian dari matematika.
120
9. Saya rasa matematika sesungguhnya tidak bermanfaat dalam kehidupan sehari-
hari.
10. Ada yang lebih dari matematika daripada hanya mendapat jawaban yang benar
Bubuhi X pada skala ini sesuai dengan posisi Anda.
Saya tidak pintar matematika
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Saya pintar matematika
121
Lembar Penilaian Minat
Nama : Hari/Tgl :
Petunjuk :
Bubuhi cek () pada pernyataan-pernyataan di bawah ini sesuai dengan pendapat anda, dengan SS=Sangat Setuju, S=Setuju, N=Netral/tidak berpendapat, TS=Tidak Setuju dan STS=Sangat Tidak Setuju. Jawablah sejujur mungkin.
No Pernyataan SS S N TS STS1 Saya berusaha hadir pada pelajaran matematika2 Saya selalu mengerjakan tugas matematika sebaik-
baiknya3 Saya berusaha memiliki buku matematika4 Saya tidak pernah menyontek saat mengerjakan
tugas matematika5 Jika saya ke toko buku yang pertama kali menarik
perhatian saya adalah buku matematika6 Waktu luang saya gunakan untuk membaca dan
mempelajari buku matematika 7 Jika saya berhalangan hadir pada pelajaran
matematika, saya selalu meminjam catatan teman 8 Saya senang membaca buku matematika 9 Saya lebih senang mengerjakan tugas matematika
dibandingkan membaca komik10 Saya senang mengerjakan tugas matematika
122
Lembar Penilaian SikapNama : Hari/Tgl :
Petunjuk :
Bubuhi cek () pada pernyataan-pernyataan di bawah ini sesuai dengan pendapat anda, dengan SS=Sangat Setuju, S=Setuju, N=Netral/tidak berpendapat, TS=Tidak Setuju dan STS=Sangat Tidak Setuju. Jawablah sejujur mungkin.
No Pernyataan SS S N TS STS1 Pelajaran matematika bermanfaat2 Saya berusaha memahami pelajaran matematika3 Saya selalu menjawab pertanyaan guru tentang
pelajaran matematika4 Pada saat pelajaran matematika berlangsung,
rasanya saya mudah berkonsentrasi untuk menyimak.
5 Saya senang menyelesaikan soal matematika karena memudahkan saya dalam mempelajari matematika
6 Saya selalu menanyakan materi yang kurang saya pahami
7 Guru matematika saya selalu menyajikan materi dengan jelas sehingga mudah dipahami
8 Saya senang jika ditunjuk guru untuk mengerjakan soal matematika di papan tulis
9 Catatan matematika saya lengkap dan rapi10 Saya berusaha dapat memperoleh nilai bagus pada
setiap tes matematika
Bubuhi X pada skala ini sesuai dengan posisi anda.