BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Salah satu kegagalan dunia usaha di Indonesia dalam menciptakan kehidupan bisnis yang sehat, bersih dan bertanggung jawab adalah manajemen laba. Upaya untuk merekayasa informasi ini telah menjadi faktor yang menyebabkan laporan keuangan tidak lagi mencerminkan nilai fundamental suatu perusahaan. Akhir-akhir ini laporan keuangan telah menjadi isu sentral sebagai sumber penyalahgunaan informasi yang merugikan pihak-pihak yang berkepentingan. Akan tetapi informasi yang disampaikan terkadang diterima tidak sesuai dengan kondisi perusahaan sebenarnya. Kondisi ini dikenal sebagai asimetri informasi (information asymetric) yaitu kondisi dimana ada ketidakseimbangan perolehan
183
Embed
I · Web view... (1)Titik-titik data menyebar di atas dan di bawah atau di sekitar angka 0, (2) Titik-titik data tidak mengumpul hanya diatas atau di bawah saja, dan (3) Titik-titik
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Penelitian
Salah satu kegagalan dunia usaha di Indonesia dalam menciptakan
kehidupan bisnis yang sehat, bersih dan bertanggung jawab adalah
manajemen laba. Upaya untuk merekayasa informasi ini telah menjadi faktor
yang menyebabkan laporan keuangan tidak lagi mencerminkan nilai
fundamental suatu perusahaan.
Akhir-akhir ini laporan keuangan telah menjadi isu sentral sebagai
sumber penyalahgunaan informasi yang merugikan pihak-pihak yang
berkepentingan. Akan tetapi informasi yang disampaikan terkadang diterima
tidak sesuai dengan kondisi perusahaan sebenarnya. Kondisi ini dikenal
sebagai asimetri informasi (information asymetric) yaitu kondisi dimana ada
ketidakseimbangan perolehan informasi antara pihak manajemen sebagai
penyedia informasi dengan pemegang saham dan stakeholders.
Ada tuntutan publik yang berkembang sejalan dengan maraknya
kasus-kasus penyimpangan korporasi, publik semakin menyadari kasus
penyimpangan korporasi sebenarnya tidak hanya dilakukan oleh manajer
perusahaan tetapi melibatkan pemilik (owner), auditor internal, komisaris,
regulator (pemerintah dan asosiasi profesi).
1
1
Kasus-kasus penyimpangan itu seolah merupakan ajang konspirasi
dari semua pihak yang mempunyai hubungan dengan perusahaan itu.
Auditor internal dan komisaris yang seharusnya mengarahkan manajer agar
berjalan sesuai dengan aturan, justru merestui manajer melanggar aturan
yang ada untuk mengamankan posisi dan rejekinya. Publik pun tetap akan
menuntut dunia usaha sebagai pihak yang harus berperan aktif untuk
mewujudkan bisnis yang adil (fairness), transparansi (transparency),
akuntabilitas (accountability), dan responsibilitas (responsibility).
Dalam prinsip good corporate governance ditekankan pentingnya
keberadaan komite audit dan komisaris independen sebagai pengawas dan
pengendali sebuah perusahaan agar berjalan efektif dan efisien. Untuk itu
kunci utama untuk mewujudkan bisnis yang bersih, sehat, dan bertanggung
jawab adalah dengan membangun system pengawasan dan pengendalian.
Komite audit dan komisaris independen harus merupakan orang-orang yang
bebas dari tekanan dan intervensi manajerial.
Penelitian yang akan dilakukan merupakan replikasi dari penelitian
sebelumnya yang dilakukan oleh Nurna Aziza dkk. Untuk itu penulis mencoba
mengembangkan permasalahan dalam skripsi dengan judul “HUBUNGAN
ANTARA MANAJEMEN LABA, GOOD CORPORATE GOVERNANCE, DAN
STRUKTUR PENGENDALIAN INTERN TERHADAP PERENCANAAN
AUDIT“.
2
1.2. Identifikasi dan Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang dari penjelasan sebelumnya, masalah-
masalah penelitian yang dapat dirumuskan dan dibatasi permasalahannya
adalah sebagai berikut:
1. Bagaimanakah penerapan perencanaan auditing yang dipengaruhi
oleh adanya manajemen laba dan good corporate governance, serta
mengetahui struktur pengendalian intern perusahaan tersebut.
2. Bagaimana penerapan good corporate governance, dan struktur
pengendalian intern yang baik serta adanya intervensi auditor.
3. Bagaimanakah melakukan pemahaman dan evaluasi atas struktur
pengendalian internal yang diterapkan di perusahaan yang akan
diaudit.
Berdasarkan identifikasi masalah diatas, penulis membatasi masalah
dalam hal ini adalah pemahaman tentang hubungan antara manajemen laba,
good corporate governance, dan struktur pengendalian intern terhadap
perencanaan audit hanya pada data survey pendapat dari kantor akuntan
publik yang akan diteliti. maka perumusan masalah dalam penelitian ini
adalah :
1. Apakah ada hubungan antara manajemen laba, secara signifikan
terhadap good corporate governance ?.
2. Apakah struktur pengendalian intern berpengaruh signifikan terhadap
praktik perencanaan audit ?.
3
1.3. Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup penelitian dalam skripsi ini dilaksanakan pada
pendapat-pendapat auditor dari beberapa kantor akuntan publik diperoleh
dari :
1. Survey beberapa kantor akuntan publik melalui kuesioner yang
dibagikan
2. Bukti audit yang mendukung laporan keuangan terdiri dari data
akuntansi dan semua informasi penguat yang tersedia bagi auditor.
3. Serta Literatur perusahaan lainnya yang mendukung penelitian.
1.4. Maksud dan Tujuan Penelitian
Berdasarkan permasalahan yang ada, maka dapat dirumuskan bahwa
penelitian skripsi ini adalah:
1. Untuk membuat langkah-langkah dalam perencanaan audit yang
sistematis, efektif dan efisien, apakah sesuai dengan Standar Auditing
(SA) yang ditetapkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia (IAI).
2. Untuk mempelajari dan mengevaluasi struktur pengendalian intern
sebelum melakukan substansif dan compliance test.
3. Untuk dapat memberikan informasi atau masukan yang berguna bagi
Kantor Akuntan Publik lainnya mengenai permasalahan yang dibahas
atau diteliti.
4
4. Penelitian ini merupakan kesempatan untuk menambah dan
mengembangkan ilmu pengetahuan yang didapat dari bangku kuliah,
sehingga dapat melatih cara berpikir logis dan menginterpretasikan
teori-teori yang ada untuk diterapkan dalam penelitian.
Sedangkan tujuan dari penelitian skripsi ini adalah :
1. Untuk mengetahui hubungan antara manajemen laba dengan good
corporate governance.
2. Untuk mengetahui hubungan sistem pengendalian intern perusahaan
dengan ruang lingkup pemeriksaan.
3. Sebagai salah satu syarat dalam rangka menyelesaikan program
pendidikan S1 (Strata Satu) jurusan Akuntansi pada Universitas
Timbul Nusantara-IBEK, dan untuk mengembangkan ilmu ekonomi,
khususnya Akuntansi keuangan.
1.5. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah :
1. Untuk dapat memberikan kontribusi pada pengembangan literature
dibidang auditing dan akuntansi perilaku, khususnya yang berkaitan
dengan hubungan antara manajemen laba, good corporate
governance, dan struktur pengendalian intern terhadap perencanaan
audit.
5
2. Untuk dapat menyempurnakan langkah-langkah dalam perencanaan
audit yang efektif dan efisien, sebagai bahan masukan dan sumber
pemikiran untuk auditor dalam menjalankan tugasnya, juga
meningkatkan kinerja pegawai atau staf-staf yang bekerja di Kantor
Akuntan Publik.
3. Hasil penelitian ini dapat dijadikan referensi dalam penulisan karya-
karya ilmiah yang sejenis.
4. Untuk dapat menambah pengalaman dan wawasan atau pengetahuan
penulis dalam disiplin ilmu yang penulis miliki, khususnya masalah
topik penelitian yang dibahas.
1.6. Metodologi Penelitian
Dalam penyusunan karya ilmiah ini, penulis tidak lupa untuk
menggunakan metode penelitian, karena dengan adanya metodologi
penelitan ini, maka penulis mudah untuk melakukan penelitian ini dengan
menjabarkan langkah-langkah apa saja yang dilakukan oleh penulis dalam
hal pengumpulan data-data, dimana antara lain terdapat sumber-sumber data
yang diperoleh penulis, metode pengumpulan data, data terakhir adalah
metode analisis dan hasil penelitian
6
1.7. Sistematika Penulisan
Dalam penulisan skripsi ini, akan diberikan pembahasan yang terdiri
dari lima pembahasan:
BAB I PENDAHULUAN
Pendahuluan dalam skripsi ini mencakup latar belakang,
identifikasi, pembatasan, dan perumusan masalah, ruang
lingkup penelitian, maksud dan tujuan penelitian, manfaat
penelitian, dan sistematika penulisan.
BAB II LANDASAN TEORI
Dalam bab ini menguraikan teori-teori yang dijadikan sebagai
pedoman dalam melakukan penelitian dan teori-teori tersebut
tercakup dalam tinjauan pustaka serta dikaitkan dengan
masalah yang akan diteliti, yaitu pengertian manajemen laba,
good corporate governance, struktur pengendalian intern,
perencanaan audit, dan penelitian sebelumnya, dan kerangka
penelitian.
BAB III METODE PENELITIAN
Dalam bab ini menguraikan populasi dan sampel penelitian,
jenis dan sumber data, operasional variabel, teknik
pengumpulan data, dan metode analisa data yang digunakan
dalam penyusunan skripsi ini.
7
BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN
Dalam bab ini terdiri dari deskripsi objek penelitian yang
menerangkan tentang gambaran umum hubungan antara
manajemen laba, good corporate governance, dan struktur
pengendalian intern terhadap perencanaan audit, analisa dan
pembahasan hasil temuan penelitian, uji hipotesis, dan
interprestasi hasil penelitian.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
Dalam bab ini penulis mencoba menarik kesimpulan dari hasil
penelitian dan memberikan saran yang bermanfaat bagi
perkembangan kinerja perusahaan.
8
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1. Perencanaan Audit
2.1.1 Pengertian Perencanaan Audit
Perencanaan audit adalah total lamanya waktu yang dibutuhkan oleh
auditor untuk melakukan perencanaan audit awal sampai pada
pengembangan rencana audit dan program audit menyeluruh Variabel ini
diukur dengan menggunakan jam perencanaan audit. Keberhasilan
penyelesaian perikatan audit sangat ditentukan oleh kualitas perencanaan
audit yang dibuat oleh auditor.
1. Menurut Standar pekerjaan lapangan pertama Profesional Akuntan
Publik (SPAP) mensyaratkan adanya perencanaan yang memadai
yaitu:
”Pekerjaan harus direncanakan sebaik-baiknya dan jika digunakan
asisten harus disupervisi dengan semestinya.” (IAI, 2001).
2. Menurut Sukrisno Agoes dalam bukunya “Auditing”, menerangkan
bahwa:
“Perencanaan dan supervise berlangsung terus menerus selama audit, auditor sebagai penanggung jawab akhir atas audit dapat mendelegasikan sebagian fungsi perencanaan dan supervise auditnya dalam kantor akuntannya (asisten)”.
9
8
3. Menurut Standar Auditing 316 dalam Standar Profesional Akuntan
Publik (Ikatan Akuntan Indonesia, 2001) mensyaratkan agar
“audit dirancang untuk memberikan keyakinan memadai atas
pendeteksian salah saji yang material dalam laporan keuangan”.
4. Menurut SA Seksi 326 (PSA No. 07), Paragraf Audit No. 20
menyatakan bahwa:
“ Auditor pada hakikatnya harus dirumuskan dalam jangka waktu
dan biaya yang wajar “.
2.1.2. Prosedur Perencanaan Audit
Prosedur yang dapat dipertimbangkan oleh auditor dalam
perencanaan dan supervise biasanya mencakup review terhadap catatan
auditor yang berkaitan dengan satuan usaha dan diskusi dengan staf lain
dalam kantor akuntan dan pegawai satuan usaha tersebut. Contoh prosedur
tersebut meliputi :
a. Mereview arsip korespondensi, kertas kerja, arsip permanent,
laporan keuangan, dan laporan audit tahun lalu.
b. Membahas masalah-masalah yang berdampak terhadap audit
dengan staf kantor akuntan yang bertanggung jawab atas jasa non
audit bagi satuan usaha.
10
8
c. Mengajukan pertanyaan tentang perkembangan bisnis saat ini
yang berdampak terhadap satuan usaha.
d. Membaca laporan keuangan interim tahun berjalan.
e. Membicarakan type, luas, dan waktu audit dengan manajemen,
dewan komisaris, atau komite audit.
f. Mempetimbangkan dampak diterapkanya pernyataan standar
akuntansi dan standar auditing yang ditetapkan Ikatan Akuntan
Indonesia, terutama yang baru.
g. Mengkoordinasikan bantuan dari pegawai satuan usaha dalam
penyiapan data.
h. Menentukan luasnya keterlibatan, jika ada, konsultan, spesialis,
dan auditor intern
i. Membuat jadwal pekerjaan audit (time schedule)
j. Menentukan dan mengkoordinasikan kebutuhan staf audit.
k. Melaksanakan diskusi dengan pihak pemberi tugas untuk
memperoleh tambahan informasi tentang tujuan audit yang akan
dilaksanakan sehingga auditor dapat mengantisipasi dan
11
memberikan perhatian terhadap hal-hal yang berkaitan yang
dipandang perlu.
Isi dari Audit Plan mencakup
1. Hal-hal mengenai klien
Pengetahuan tentang bisnis klien, membantu auditor dalam :
a. Mengindentifikasi bidang yang memerlukan pertimbangan khusus.
b. Menilai kondisi yang didalamnya data akuntansi yang dihasilkan, diolah, direview dan dikumpulkan dalam organisasi.
c. Menilai kewajaran estimasi, seperti penilaian atas persediaan, depresiasi, penyisihan piutang ragu-ragu, persentase penyelesaian kontrak jangka panjang.
d. Menilai kewajaran representasi manajemen
e. Mempertimbangkan kesesuaian prinsip akuntansi yang diterapkan dan kecukupan pengungkapannya.
2. Hal–hal yang mempengaruhi klien
Bisa didapat dari majalah–majalah ekonomi / surat kabar, antara lain : Business News, Ekonomi Keuangan Indonesia. Contoh : adanya peraturan-peraturan baru yang dapat mempengaruhi klien.
3. Rencana kerja auditor, hal–hal penting antara lain:
a.Staffing
b. Waktu pemeriksaan,
1. Waktu dimulainya suatu pemeriksaan
12
2. Berapa lama waktu pemeriksaan
3. Dead Line
4. Budget, baik dalam jumlah jam kerja maupun biaya pemeriksaan
c. Jenis jasa yang diberikan
1. General Audit
2. Special Audit.
3. Bantuan Adminstrasi
4. Menyusun Neraca / Laba Rugi
5. Perpajakan
Hal–hal tambahan :
b. Bantuan–bantuan yang dapat diberikan klien.
1. Mengisi formulir konfirmasi piutang, utang
2. Membuat schedule-schedule
c. Time Schedule
2.1.3. Elemen-elemen Perencanaan Audit
Ruang lingkup dari perencanaan pemeriksaan ini adalah bervariasi
sesuai dengan besarnya dan kompleksitas permasalahan objek yang
diperiksa dan pengetahuan mengenai jenis usaha objek yang diperiksa.
Adapun elemen-elemen perencanaan audit menurut Arens and Loebbecke
(2000:219) adalah :
13
1. Praplan 2. Memperoleh latar belakang informasi 3. Memperoleh informasi tentang kewajiban sah/tentang undang- undang klien 4. Melaksanakan prosedur menurut penelitian persiapan 5. Materialitas yang diset dan auditor bisa mengambil risiko dan tidak
bisa dipisahkan 6. Memahami struktur pengawasan intern dan menilai risiko kendali 7. Mengembangkan program audit dan rencana audit.
2.1.4. Perencanaan Awal
Beberapa hal penting yang terdapat dalam perencanaan awal ini
adalah menyangkut informasi mengenai alasan klien untuk diaudit,
menerima atau menolak klien baru maupun klien lama, mengidentifikasi
alasan klien untuk diaudit, menentukan staf untuk penugasan dan
memperoleh surat penugasan. Perencanaan awal itu terdiri dari hal-hal
berikut ini :
o Menyelidiki klien baru
Menyelidiki klien baru adalah hal yang penting bagi auditor sebelum
mereka memutuskan untuk menerima atau menolak klien tersebut. Hal itu
dilakukan dengan cara mengevaluasi prospek klien dalam lingkungan
usaha, stabilitas keuangan dan hubungan klien dengan kantor akuntan
terdahulu. Auditor pengganti diwajibkan untuk berhubungan dengan
auditor sebelumnya dan harus mendapatkan izin dari klien sebelum
komunikasi dilakukan.
14
o Melanjutkan klien lama
Untuk melanjutkan klien lama juga harus di evaluasi untuk memutuskan
apakah diterima atau tidak dapat dilanjutkan, penyebab tidak bisa
dilanjutkannya pemeriksaan karena perselisihan sebelumnya, jika terjadi
tuntutan hukum terhadap Kantor Akuntan Publik oleh klien.
o Mengidentifikasi alasan klien untuk diaudit
Dua faktor utama yang mempengaruhi bahan bukti audit yang akan
dikumpulkan adalah siapa pemakai laporan dan maksud penggunaan
laporan. Auditor mungkin akan mengumpulkan lebih banyak bahan bukti
audit jika laporan digunakan secara luas.
o Staf untuk penugasan
Menentukan staf yang pantes untuk penugasan adalah penting untuk
memenuhi standar auditing yang telah ditetapkan dan meningkatkan
efisiensi audit. Pertimbangan yang mempengaruhi penyusunan staf
adalah orang-orang yang diserahi tugas harus akrab dengan bidang
usaha klien.
o Memperoleh surat penugasan
Tujuan dibuatnya surat penugasan adalah untuk mengurangi salah
pengertian sehingga harus dibuat secara tertulis. Surat penugasan adalah
15
kesepakatan antara KAP dengan klien, isi dari surat tersebut adalah
menyatakan batasan dari penugasan, batas waktu, bantuan akan
diberikan atau daftar rincian yang perlu disiapkan untuk auditor, serta
honorariuran.
2.1.5. Memperoleh informasi mengenai latar belakang klien
Auditor harus memiliki tentang ciri-ciri lingkungan kegiatan perusahaan
klien yang akan diaudit yang berguna sebagai acuan dalam menentukan
surat penugasan atau perlu tidaknya prosedur-prosedur audit khusus. Hal-hal
yang harus dilakukan untuk memperoleh informasi sehingga dapat
memahami latar belakang klien adalah dengan cara : meninjau lokasi pabrik
dan kantor, menelaah kebijakan-kebijakan penting perusahaan,
mengidentifikasi pihak-pihak yang mempunyai hubungan istimewa serta
mengevaluasi kebutuhan akan spesialis dari luar.
2.1.6. Memperoleh informasi mengenai kewajiban hukum klien
Faktor-faktor yang menyangkut lingkungan hukum industri klien
mempunyai dampak besar terhadap hasil audit. Pengetahuan auditor untuk
menafsirkan fakta yang berkaitan selama pekerjaan berlangsung akan
meyakinkan bahwa pengungkapan yang semestinya telah dilaksanakan
dalam laporan keuangan. Dalam hal ini dokumen-dokumen hukum yang
penting untuk diperiksa oleh auditor adalah Akta Pendirian Perusahaan,
16
anggaran dasar perusahaan, masalah rapat dewan komisaris, para
pemegang saham, komite audit dan para pejabat eksekutif termasuk
didalamnya adalah ringkasan pokok mengenai keputusan yang dibuat oleh
direksi dan pemegang saham serta dokumen mengenai kontrak penjualan
maupun pembelian.
2.1.7. Melaksanakan prosedur analitis pendahuluan
Melakukan analisis ini sangat penting artinya karena dengan demikian
keseluruhan kegiatan pemeiksaan dapat tergambar didalamnya. Prosedur
analitis ini diantaranya : Memahami bidang usaha klien, penetapan
kemampuan satuan usaha untuk menjaga kelangsungan hidupnya, indikasi
adanya kemungkinan kekeliruan dalam laporan keuangan dan mengurangi
pengujian yang terinci.
2.1.8. Menentukan materialitas dan menetapkan risiko audit yang dapat diterima.
Besarnya salah saji dalam informasi akuntansi dapat membuat
pertimbangan pengambilan keputusan terpengaruh. Tanggung jawab auditor
adalah menetapkan apakah suatu laporan keuangan terdapat salah saji
material, apabila auditor berpendapat adanya salah saji yang material ia
harus memberitahukan hal ini pada klien, sehingga koreksi dapat dilakukan.
17
Jika klien menolak untuk mengoreksi laporan keuangan tersebut maka
auditor dapat memberikan pendapat dengan pengecualian.
Ada lima langkah dalam menetapkan materialitas dua langkah
pertama diperlukan untuk merencanakan luas pengujian, sedangkan tiga
langkah berikutnya untuk mengevaluasi hasil atau melaksanakan pengujian
audit, langkah-langkah tersebut adalah:
1. Menentukan pertimbangan awal mengenai materialitas
2. Mengalokasikan pertimbangan awal mengenai materialitas kedalam
segmen.
3. Mengestimasikan total salah saji dalam segmen
4. Mengestimasikan salah saji gabungan.
5. Membandingkan estimasi gabungan dengan pertimbangan awal
mengenai materialitas.
2.1.9. Mengembangkan rencana dan program audit menyeluruh
Untuk melaporkan serta memberikan pendapat yang tepat maka
auditor harus melakukan wawancara, melakukan pemeriksaan dan meneliti
keaslian bukti-bukti. Guna mempermudah pelaksanaan maka auditor harus
menyusun program yang direncanakan secara logis untuk prosedur-prosedur
18
audit bagi setiap pemeriksaan. Program pemeriksaan juga merupakan suatu
alat pengendalian dimana pemeriksa dapat menyesuaikan pemeriksaannya
dengan anggaran dan jadwal yang telah ditetapkan dalam Standar
Profesional Akuntan Publik (SPAP) dalam hal ini Ikatan Akuntansi Indonesia
(2001:311.3) menyatakan bahwa:
“Dalam perencanaan auditnya, auditor harus mempertimbangkan sifat, luas, dan saat pekerjaan yang harus dilaksanakan dan harus membuat suatu program audit secara tertulis. Program audit membantu auditor dalam memberikan perintah kepada asisten mengenai pekerjaan yang harus dilakukan. Bentuk program audit dan tingkat kerinciannya sangat bervariasi”.
2.1.10. Proses Audit
Proses audit adalah metodologi penyelenggaraan audit yang jelas
untuk membantu auditor dalam mengumpulkan bahan bukti pendukung yang
kompeten. Ada empat tahap dalam proses audit, keempat tahap tersebut
digambarkan sebagai berikut :
Gambar 2.1
Empat tahap Audit
19
Tahap I : Merencanakan dan merancang pendekatan audit
Tahap II : Melakukan pengujian pengendalian dan transaksi
Sumber : Arens and Loebbecke, yang diterjemahkan oleh Amir Abadi Jusuf ( 1996:132)
2.2. Manajemen laba
2.2.1. Pengertian Manajemen Laba
Manajemen laba adalah tindakan yang ditujukan untuk
memaksimumkan utilitas manajer dan cenderung untuk menguntungkan diri
mereka (manajer) sendiri dengan cara mempengaruhi proses pelaporan
keuangan. Manajemen laba adalah campur tangan manajemen dalam proses
pelaporan keuangan eksternal dengan tujuan untuk menguntungkan diri
sendiri.
Beberapa ahli mengajukan teori mengenai manajemen laba yaitu :
1. Menurut H. Sri Sulistyanto dalam bukunya “ Manajemen Laba”,
menerangkan bahwa:
“Manajemen laba adalah upaya untuk mengubah, menyembunyikan, dan merekayasa angka-angka dalam laporan keuangan dengan mempermainkan metode dan prosedur akuntansi yang digunakan perusahaan”.
20
Tahap III : Melaksanakan prosedur analisis dan pengujian terinci atas saldo
Tahap IV : Menyelesaikan audit dan menerbitkan laporan audit
2. Menurut Davidson, Stickney, dan Weil (1987) ,mengartikan
“Manajemen Laba” yaitu :
“Manajemen laba merupakan proses untuk mengambil eng tertentu yang disengaja dalam batas-batas prinsip akuntansi berterima umum untuk menghasilkan tingkat yang diinginkan e laba yang dilaporkan”.
3. Menurut Schipper (1989) mengartikan “Manajemen Laba” sebagai :
“Penyusunan. laporan keuangan eksternal, dengan tujuan untuk memperoleh keuntungan pribadi (pihak yang tidak setuju mengatakan bahwa hal ini hanyalah upaya untuk memfasilitasi operasi yang tidak memihak dari sebuah proses)”.
4. Menurut National Association of Certified Fraud Examiners (1993)
mengartikan “Manajemen Laba” yaitu :
“Manajemen laba adalah kesalahan atau kelalaian yang disengaja dalam membuat laporan mengenai fakta material atau data akuntansi sehingga menyesatkan ketika semua informasi itu dipakai untuk membuat pertimbangan yang akhirnya akan menyebabkan orang yang membacanya akan mengganti atau mengubah pendapat atau keputusannya”.
5. Menurut Fisher dan Rosenzweig (1995) mengartikan “Manajemen
Laba” sebagai :
“Manajeman laba adalah tindakan-tindakan manajer untuk menaikkan (menurunkan) laba periode berjalan dari sebuah perusahaan yang dikelolanya tanpa menyebabkan kenaikkan (penurunan) keuntungan ekonomi perusahaan jangka panjang”.
6 Menurut Lewitt (1998) mengartikan “Manajemen Laba” yaitu :
“Manajemen laba adalah fleksibilitas akuntansi untuk menyetarafkan diri dengan inovasi bisnis. Penyalahgunaan laba ketika publik memanfaatkan hasilnya. Penipuan mengaburkan volatilitas keuangan sesungguhnya. Itu semua untuk menutupi konsekuensi dari keputusan-keputusan manajer”.
21
7. Menurut Healy dan Wahlen (1999), berpendapat tentang “Manajemen
Laba” yaitu :
“Manajemen laba terjadi ketika manajer menggunakan pertimbangan (judgment) dalam pelaporan keuangan dan penyusunan transaksi untuk merubah laporan keuangan, dengan tujuan untuk memanipulasi besaran (magnitude) laba kepada beberapa stakeholders tentang kinerja ekonomi perusahaan atau untuk mempengaruhi hasil perjanjian (kontrak) yang tergantung pada angka-angka akuntansi yang dilaporkan”.
8. Menurut Scott (1997:369) yang menyatakan bahwa :
“ manajemen laba adalah cara yang digunakan oleh manajer untuk mempengaruhi angka laba secara sistematis dan sengaja dengan cara memilih kebijakan akuntansi dan prosedur akuntansi tertentu yang bertujuan untuk memaksimumkan utilitas manajer dan atau nilai pasar dari perusahaan”.
2.2.2. Pola Manajemen Laba
Pola manajemen laba menurut Scott (2000) dilakukan dengan cara :
1. Taking a bath adalah pola manajemen laba yang dilakukan dengan cara menjadikan laba perusahaan pada periode berjalan menjadi sangat ekstrim rendah (bahkan rugi) atau sangat ekstrim tinggi dibandingkan dengan laba pada periode sebelumnya atau sesudahnya.
2. Minimisasi laba (income minimization) adalah pola manajemen laba yang dilakukan dengan cara menjadikan laba pada laporan keuangan periode berjalan lebih rendah daripada laba sesungguhnya.
3. Maksimisasi laba (income maximization) adalah pola manajemen laba yang dilakukan dengan cara menjadikan laba pada laporan keuangan periode berjalan lebih tinggi dari pada laba sesungguhnya.
4. Perataan laba (income smoothing) adalah pola manajemen laba yang dilakukan dengan cara menjadikan laba pada laporan keuangan
22
periode-periode tertentu menunjukkan fluktuasi yang normal dalam rangka mencapai kecenderungan atau tingkat laba yang diinginkan.
2.2.3. Faktor – faktor Munculnya Praktik Manajemen Laba
Ada tiga faktor yang bisa dikaitkan dengan munculnya praktik-praktik
manajemen laba yaitu :
1. Manajemen Akrual
Manajemen akrual yang biasanya dikaitkan dengan segala aktivitas
yang dapat mempengaruhi aliran kas dan juga keuntungan yang
secara pribadi merupakan wewenang dari para manajer. Contoh
manajemen akrual antara lain adalah dengan mempercepat
pengakuan atau menunda pengakuan pendapatan (revenue).
2. Penerapan suatu kebijakan akuntansi yang wajib (adoption of
management accounting changes)
Terkait dengan keputusan manajer untuk menerapkan suatu kebijakan
akuntansi yang wajib diterapkan oleh perusahaan, manajemen
perusahaan mempunyai dua pilihan, yaitu apakah perusahaan akan
menetapkannya lebih awal dari waktu yang ditetapkan atau
menundanya sampai saat berlakunya kebijakan akuntansi baru yang
wajib (mandatory accounting policy).
3. Perubahan akuntansi secara sukarela (voluntary accounting changes)
23
Perubahan metode akuntansi secara sukarela, biasanya berkaitan
dengan upaya manajer untuk mengganti atau mengubah suatu metode
akuntansi tertentu di antara sekian banyak metode yang dapat dipilih
yang tersedia dan diakui oleh badan akuntansi yang ada.
Unsur-unsur laporan keuangan yang sering dijadikan sasaran
perekayasaan atau manipulasi oleh manajemen yaitu :
Unsur Penjualan
1. Saat penjualan faktur. Misalnya, penjualan yang sebenarnya untuk
periode yang akan datang, fakturnya dibuat pada periode ini akan
dilaporkan sebagai penjualan periode ini.
2. Pembuatan pesanan atau penjualan fiktif
3. Penurunan produk, misalnya dengan cara mengklasifikasikan
produk yang belum rusak ke dalam kelompok produk rusak dan
selanjutnya dilaporkan telah terjual dengan harga yang lebih
rendah
Unsur Biaya
1. Memecah-mecah faktur, misalnya faktur untuk suatu pembelian
atau pesanan dipecah menjadi beberapa pembelian atau pesanan
dan selanjutnya dibuatkan beberapa faktur dan tanggal yang
berbeda dan kemudian melaporkannya ke dalam beberapa periode
akuntansi yang berbeda
24
2. Mencatat prepayment (biaya dibayar di muka) sebagai biaya.
Misalnya melaporkan biaya iklan dibayar di muka untuk tahun
depan sebagai biaya iklan tahun ini.
Berbagai perubahan kebijakan akuntansi yang sering dijadikan alat
perekayasaan laba antara lain :
1. Perubahan metode pencatatan persediaan ke metode LIFO
2. Perubahan metode pencatatan biaya jaminan hari tua
3. Perubahan metode depresiasi aktiva tetap, amortisasi aktiva tidak
berwujud dan konsolidasi
4. Perubahan dalam penaksiran atau estimasi masa manfaat aktiva
tetap maupun aktiva tidak berwujud
5. Perubahan kebijakan terhadap pembebanan atau
pengkapitalisasian.
2.2.4. Motivasi Manajemen Laba
Scott (2000:302) mengemukakan beberapa motivasi terjadinya
manajemen laba, yaitu:
1. Bonus PurposesManajer yang memiliki informasi atas laba bersih perusahaan akan bertindak secara oportunistik untuk melakukan manajemen laba dengan memaksimalkan laba saat ini.
2. Political MotivationManajemen laba digunakan untuk mengurangi laba yang dilaporkan pada perusahaan publik. Perusahaan cenderung mengurangi laba
25
yang dilaporkan karena adanya tekanan publik yang mengakibatkan pemerintah menetapkan peraturan yang lebih ketat.
3. Taxation MotivationMotivasi penghematan pajak menjadi motivasi manajemen laba yang paling nyata. Berbagai metode akuntansi digunakan dengan tujuan untuk penghematan pajak pendapatan.
4. Pergantian CEOCEO yang mendekati masa pensiun akan cenderung menaikkan pendapatan untuk meningkatkan bonus mereka. Dan jika kinerja perusahaan buruk, mereka akan memaksimalkan pendapatan agar tidak diberhentikan.
5. Initial Public Offering (IPO)Perusahaan yang akan go public belum memiliki nilai pasar, dan menyebabkan manajer perusahaan yang akan go public melakukan manajemen laba dengan harapan dapat menaikkan harga saham perusahaan.
6. Pentingnya Memberi Informasi Kepada Investor Informasi mengenai kinerja perusahaan harus disampaikan kepada investor sehingga pelaporan laba perlu disajikan agar investor tetap menilai bahwa perusahaan tersebut dalam kinerja yang baik.
2.2.5. Pengaruh Asimetri Informasi Terhadap Manajemen Laba
Keberadaan asimetri informasi dianggap sebagai penyebab
manajemen laba. Fleksibilitas manajemen untuk memanajemeni laba dapat
dikurangi dengan menyediakan informasi yang lebih berkualitas bagi pihak
luar. Kualitas laporan keuangan akan mencerminkan tingkat manajemen
laba.
Ada dua tipe asimetri informasi : adverse selection dan moral hazard.
1. Adverse Selection
Adverse selection adalah jenis asimetri informasi dalam mana satu
pihak atau lebih yang melangsungkan atau akan melangsungkan
26
suatu transaksi usaha, atau transaksi usaha potensial memiliki
informasi lebih atas pihak-pihak lain.
2. Moral Hazard
Moral hazard adalah jenis asimetri informasi dalam mana satu
pihak yang melangsungkan atau akan melangsungkan suatu
transaksi usaha atau transaksi usaha potensial dapat mengamati
tindakan-tindakan mereka dalam penyelesaian transaksi-transaksi
mereka sedangkan pihak-pihak lainnya tidak.
2.3. Good Corporate Governance
2.3.1. Pengertian Good Corporate Governance
Corporate governanace merupakan salah satu elemen kunci dalam
meningkatkan efesiensi ekonomis, yang meliputi serangkaian hubungan
antara manajemen perusahaan, dewan direksi, para pemegang saham dan
stakeholders lainnya. Salah satu cara yang di gunakan untuk memonitor
masalah kontrak dan membatasi perilaku opportunistic manajemen adalah
corporate governance.
Berkaitan dengan masalah keagenan, corporate governance yang
merupakan konsep yang didasarkan pada teori keagenan, diharapkan bisa
berfungsi sebagai alat untuk memberikan keyakinan kepada para investor
bahwa mereka akan menerima return atas dana yang telah mereka
investasikan.
27
Beberapa ahli mengajukan teori mengenai manajemen laba yaitu :
1. Menurut Shleifer dan Vishny (1997), dijelaskan bahwa :
“corporate governance sebagai bagian dari cara atau mekanisme
untuk meyakinkan para pemilik modal dalam memperoleh imbal
hasil (return) yang sesuai dengan investasi yang telah
ditanamkan”.
2. Prowsen (1998) mengatakan bahwa:
“corporate governance merupakan alat untuk menjamin direksi
atau manajer bertindak yang terbaik menurut kepentingan investor
luar (kreditor dan investor publik)”.
3. Dalam Forum of Corporate Governance for Indonesia (FCGI) 2001,
diuraikan bahwa:
“corporate governance adalah seperangkat peraturan yang mengatur hubungan (dengan kata lain sebagai sistem yang mengendalikan perusahaan) antara pemegang saham, pengurus (pengelola) perusahaan, pihak kreditur, pemerintah, karyawan serta pemegang kepentingan internal dan eksternal lainya yang berkaitan dengan hak-hak dan kewajiban mereka”.
”suatu sistem yang dibangun untuk mengarahkan dan mengendalikan perusahaan sehingga tercipta tata hubungan yang baik, adil dan transparan diantara berbagai pihak yang terkait dan memiliki kepentingan (stakeholder) dalam perusahaan”.
28
2.3.2. Prinsip dasar good governance
Pada organisasi Kantor Akuntan Publik meliputi:
1. Fairness (keadilan) : akuntan publik dalam memberikan pendapat
mengenai kewajaran laporan keuangan yang diperiksa, harus bersikap
independen dan menegakkan keadilan terhadap kepentingan klien,
pemakai laporan keuangan, maupun terhadap kepentingan akuntan
publik itu sendiri.
2. Transparency/tranparansi : hendaknya berusaha untuk selalu
transparan terhadap informasi laporan keuangan klien yang diaudit.
3. Accountability : menjelaskan peran dan tanggungjawabnya dalam
melaksanakan pemeriksaan dan kedisiplinan dalam melengkapi
akuntansi yang berlaku umum dan standar profesional akuntan publik
selama menjalankan profesinya.
2.3.3. Teori Keagenan2.3.3. Teori Keagenan
Teori keagenan dapat dipandang sebagai suatu versi dari game
theory, yang membuat suatu model kontraktual antara dua atau lebih orang
(pihak), dimana salah satu pihak disebut agent dan pihak yang lain disebut
principal. Principal mendelegasikan pertanggungjawaban atas decision
29
making kepada agent, hal ini dapat pula dikatakan bahwa principal
memberikan suatu amanah kepada agent untuk melaksanakan tugas tertentu
sesuai dengan kontrak kerja yang telah disepakati.
Wewenang dan tanggungjawab agent maupun principal diatur dalam
kontrak kerja atas persetujuan bersama. Cara untuk mengatasi masalah
ketidakselarasan kepentingan adalah melalui pengelolaan perusahaan yang
baik (good corporate governance). Tiga bentuk hubungan keagenan, yaitu
antara pemilik dengan manajemen (bonus plan hypothesis), kreditur dengan
manajemen (debt/equity hypothesis), dan pemerintah dengan manajemen
(political cost hypothesis).
2.3.4. Teori Bid-Ask Spread
Teori keagenan menggunakan tiga asumsi manusia yaitu: 1) manusia
pada umumnya mementingkan diri sendiri (self interest); 2) manusia memiliki
daya pikir terbatas mengenai persepsi masa datang (bounded-rationality);
dan 3) manusia selalu menghindari resiko (risk averse).
2.4. Struktur Pengendalian Intern
2.4.1. Pengertian Struktur Pengendalian Intern
Alasan perusahaan untuk menyusun struktur pengendalian intern
adalah dalam rangka pencapaian tujuan perusahaan tersebut. Sistem terdiri
dari kebijakan-kebijakan dan prosedur-prosedur yang dirancang untuk
30
memberi keyakinan kepada pihak manajemen bahwa tujuan dan sasaran
perusahaan dapat dicapai.
Beberapa ahli mengajukan teori mengenai struktur pengendalian
intern yaitu:
1. Menurut SPAP SA seksi 150, (IAI 2001:312.2) menyebabkan bahwa :
”Pemahaman yang memadai atas struktur pengendalian intern
harus diperoleh untuk merencanakan audit dan menentukan sifat,
saat ini dan lingkup pengujian yang akan ditentukan”.
2. Menurut IAI (2001:319.2) mendefinisikan pengendalian intern sebagai:
“suatu proses yang dijalankan oleh dewan komisaris, manajemen dan personel lain entitas yang didesain untuk memberikan keyakinan memadai tentang pencapaian tiga golongan tujuan berikut ini : a. Keadalan pelaporan keuangan, b. Efektifitas dan efisien operasi, dan c. Kepatuhan terhadap hukum dan peraturan yang berlaku.
3. Menurut Mulyadi dalam bukunya “Sistem Akuntansi”, menerangkan
bahwa:
“Sistem pengendalian intern meliputi struktur organisasi, metode dan ukuran-ukuran yang dikoordinir untuk menjaga kekayaan organisasi, mengecek ketelitian dan keandalan data akuntansi, mendorong efisiensi dan mendorong dipatuhinya kebijakan manajemen “.
4. Menurut Zaki Baridwan dalam bukunya “Sistem Akuntansi“ yang
dikutip dari AICPA, pengendalian intern didefinisikan sebagai berikut :
“Pengendalian intern itu meliputi struktur organisasi dan semua cara-cara serta alat-alat yang dikoordinasikan yang digunakan di dalam perusahaan dengan tujuan untuk menjaga keamanan harta
31
milik perusahaan, memeriksa ketelitian dan kebenaran data akuntansi, memajukan efisiensi di dalam operasi dan membantu menjaga dipatuhinya kebijakan-kebijakan manajemen yang telah ditetapkan lebih dahulu “
5. Menurut Sofyan Syafri Harahap dalam bukunya “Auditing Kontemporer“ yang dikutip dari “Committee on Auditing Procedure“, yang dipublikasikan tahun 1949 dengan judul “Internal Control Elements of Coordinate System and its Importance to Management and the Independent Public Accountant “, berbunyi sebagai berikut :
“Pengawasan intern mencakup struktur organisasi dan seluruh metode serta prosedur yang terkoordinir yang diterapkan oleh perusahaan untuk mengamankan hartanya, mencek ketelitian dan kepercayaan terhadap data akuntansi, mendorong kegiatan agar efisien, dan mengajak untuk mentaati kebijakan perusahaan”.
6. Menurut Anies S.M Basmalah, dalam bukunya “Auditing PDE”
menerangkan bahwa :
“Pengendalian intern adalah seluruh kebijakan, prosedur, dan praktik akuntansi yang dibuat oleh manajemen untuk membantu mereka melindungi organisasi dari kesalahan (error) dan penyalahgunaan (fraud)”
7. Menurut Dr. Slamet Sugiri, M. B. A. Akuntan dalam bukunya “Pengantar Akuntansi “, menerangkan bahwa :
“Pengendalian intern dapat dipandang dari 2 (dua) arti yaitu :a. Pandangan yang sempit menyatakan bahwa pengendalian
intern adalah pengecekan penjumlahan, baik mendatar (cross footing) maupun penjumlahan menurun (footing).
b. Pandangan yang luas menyatakan bahwa pengendalian intern lebih luas dari pada pengecekan, yaitu meliputi semua alat yang digunakan manajemen untuk melakukan pengendalian (pengawasan)”.
8. Menurut Bambang Hartadi dalam bukunya “Sistem Pengendalian
Intern dalam hubungan dengan Manajemen dan Audit“, pengendalian
intern merupakan :
32
“Semua metode dan ketaatan-ketaatan yang terkoordinasi yang dianut dalam perusahaan untuk melindungi harta kekayaan, memeriksa ketelitian dan seberapa jauh data akuntansi dapat dipercaya meningkatkan efisiensi usaha dan menolong ditaatinya kebijakan perusahaan yang telah ditetapkan”.
9. Menurut James D. Wilson dan John B. Campbell dalam bukunya
“Controllership”, menerangkan bahwa :
“Pengendalian intern mencakup rencana organisasi dan semua metode serta tindakan yang digunakan dalam perusahan untuk mengamankan harta, mengecek kecermatan dan keandalan dari data akuntansinya, memajukan efisiensi operasi, dan memastikan pentaatan pada kebijaksanaan yang telah ditetapkan manajemen”.
2.4.2. Tujuan Pengendalian Intern
Tujuan pengendalian diklasifikasikan menjadi tiga kelompok berikut :
a. Pengendalian Preventif
Bertujuan sama dengan pengendalian pra tindak, disamping untuk
mengarahkan kegiatan-kegiatan agar sesuai dengan yang
direncanakan, pengendalian ini sering dikatakan lebih baik
dibandingkan dengan pengendalian detektif dan korektif karena
alasan-alasan sebagai berikut :
1. Pengendalian preventif sifatnya lebih murah
2. Biaya Pelaksanaanya lebih murah
3. Lebih baik mencegah sebelum suatu masalah timbul daripada
mendeteksi atau memperbaiki persoalan setelah hal tersebut
terjadi.
b. Pengendalian Detektif
33
Dimaksudkan untuk menentukan dan mengidentifikasi adanya
kesalahan yang terjadi dalam pelaksanaan aktivitas tertentu,
disamping itu untuk mengurangi frekuensi terjadinya kesalahan.
Keterbatasan pengendalian ini adalah bahwa pengendalian detektif
hanya dapat memberitahukan mengenai masalah yang timbul saja.
c. Pengendalian Korektif
Tujuan pengendalian korektif adalah untuk memberikan informasi
yang diperlukan oleh personil-personil yang terlibat dalam
penyelidikan dan perbaikan kesalahan yang telah terdeteksi oleh
pengendalian detektif. Meskipun namanya korektif, pengendalian ini
hanya mengumpulkan bukti saja dan komputer tidak memperbaiki
sendiri kesalahan yang terjadi.
2.4.3. Unsur-unsur Pengendalian Intern
Unsur-unsur pengendalian intern dijelaskan lebih lanjut sebagai
berikut:
1. Lingkungan pengendalian
Lingkungan pengendalian menetapkan corak suatu organisasi dan
mempengaruhi kesadaran orang-orangnya. Lingkungan pengendalian
merupakan dasar untuk semua komponen pengendalian intern yang
lain, menyediakan disiplin dan struktur. Lingkungan pengendalian
mencakup hal-hal berikut ini :
a.Integritas dan nilai etika
34
b. Komitmen terhadap kompetensi
c. Partisipasi dewan komisaris atau komite audit
d. Struktur organisasi
e. Pemberian wewenang dan tanggung jawab
f. Kebijakan dan praktik sumber daya manusia
2. Penaksiran Risiko
Risiko yang relevan dengan pelaporan keuangan mencakup peristiwa
dan keadaan intern maupun ekstern yang dapat terjadi dan secara
negatif mempengaruhi kemampuan entitas untuk mencatat, mengolah,
meringkas dan melaporkan data keuangan konsisten dengan asersi
manajemen dalam laporan keuangan, risiko dapat timbul atau berubah
karena keadaan berikut ini :
a. Perubahan dalam lingkungan operasi
b. Personel baru
c. Sistem informasi yang baru atau yang diperbaiki
d. Teknologi baru
e. Lini produk, produk, atau aktivitas baru
f. Restrukturisasi korporasi
g. Operasi luar negeri
h. Standar Akuntansi baru
3. Aktivitas Pengendalian
35
Aktivitas pengendalian adalah kebijakan dan prosedur yang membantu
memastikan bahwa arahan manajemen dilaksanakan. Umumnya
aktivitas pengendalian yang mungkin relevan dengan audit dapat
digolongkan sebagai kebijakan dan prosedur yang berkaitan dengan
hal-hal berikut ini :
a. Review terhadap kinerja
b. Pengolahan informasi
c. Pengendalian fisik
d. Pemisahan tugas
4. Informasi dan Komunikasi
Sistem informasi yang relevan dengan tujuan pelaporan keuangan, yang
meliputi sistem akuntansi, terdiri dari metode dan catatan yang dibangun
untuk mencatat, mengolah, meringkas, dan melaporkan transaksi entitas
(baik peristiwa maupun kondisi) dan untuk memelihara akuntabilitas bagi
aktiva, utang, dan ekuitas yang bersangkutan.
5. Pemantauan
Pemantauan adalah proses penentuan kualitas kinerja pengendalian
intern sepanjang waktu. Pemantauan ini mencakup penentuan desain
dan operasi pengendalian tepat waktu dan pengambilan tindakan
koreksi. Proses ini dilaksanakan melalui kegiatan yang berlangsung
secara terus menerus, evaluasi secara terpisah, atau dengan berbagai
kombinasi dari keduanya.
36
2.4.4. Hubungan Pengendalian Intern dengan Ruang Lingkup (scope)
Pemeriksaan
Jika pengendalian intern suatu satuan usaha lemah, maka
kemungkinan terjadinya kesalahan, ketidakakuratan ataupun kecurangan
dalam perusahaan sangat besar. Bagi akuntan publik hal tersebut
menumbuhkan risiko yang besar, dalam arti risiko untuk memberikan opini
tidak sesuai dengan kenyataan, jika auditor kurang hati-hati dalam
melakukan pemeriksaan dan tidak cukup banyak mengumpulkan bukti-bukti
yang mendukung pendapat yang diberikannya.
Untuk mencegah kemungkinan tersebut, jika dari hasil pemahaman
dan evaluasi atas pengendalian intern perusahaan, auditor menyimpulkan
bahwa pengendalian intern tidak berjalan efektif, maka auditor harus
memperluas scope pemeriksaannya pada waktu melakukan substantive test,
sebaliknya jika auditor menyimpulkan bahwa pengendalian intern berjalan
efektif, maka scope pemeriksaan pada waktu melakukan substantive test
bisa dipersempit.
Gambar 2.2
Komponen Internal Control
37
RISK ASSESSMENT
CONTROL ACTIVITIES
INFORMATION AND COMMUNICATION
CONTROL ENVIRONMENT(Foundation)
Infrastructure
MONITORING(Ongoing)
Sumber : Konrath (2002 : 207)
2.4.5. Melakukan Pemahaman dan Evaluasi atas Pengendalian Intern
Auditor harus mendokumentasikan pemahamanya tentang komponen
pengendalian intern entitas yang diperoleh untuk merencanakan audit.
Bentuk dan isi dokumen dipengaruhi oleh ukuran dan kompleksitas entitas,
serta sifat pengendalian intern entitas. Sebagai contoh dokumentasi
pemahaman tentang pengendalian intern entitas yang besar dn kompleks
dapat mencakup bagan alir (flowchart), kuesioner, atau tabel keputusan.
Namun untuk entitas yang kecil, dokumentasi dalam bentuk
memorandum sudah memadai. Umumnya semakin komleks pengendalian
intern dan semakin luas prosedur yang dilaksanakan, seharusnya semakin
luas dokumentasi yang dilakukan oleh auditor.
Karena baik buruknya pengendalian intern akan memberikan
pengaruh yang besar terhadap :
Keamanan harta perusahaan
38
Dapat dipercayai atau tidaknya laporan keuangan perusahaan
Lama atau cepatnya proses pemeriksaan akuntan
Tinggi rendahnya audit fee
Jenis opini yang akan diberikan akuntan publik
Ada tiga cara yang bisa digunakan akuntan publik, yaitu :
1. Internal Control Questionnaires
Cara ini banyak digunakan oleh Kantor Akuntan Publik (KAP), karena
diaggap lebih sederhana dan praktis. Biasanya KAP sudah memiliki satu
set ICQ yang standar, yang bisa digunakan untuk memahami dan
mengevaluasi pengendalian intern diberbagai jenis perusahaan. Yang
perlu diperhatikan adalah :
a. Auditor harus menanyakan langsung pertanyaan-pertanyaan di ICQ
kepada staf klien dan kemudian mengisi sendiri jawabanya, jangan
sekedar menyerahkan ICQ kepada klien untuk diisi.
b. Untuk repeat engagement (penugasan yang berikutnya) ICQ tersebut
harus dimutakhirkan berdasarkan hasil tanya jawab dengan klien.
c. Ada kecendrungan bahwa klien akan memberikan jawaban seakan-
akan pengendalian intern sangat baik.
Karena itu auditor harus melakukan compliance test untuk membuktikan
efektifitas dari pengendalian intern klien.
2. Flow Chart (bagan arus)
39
Flow chart menggambarkan arus dokumen dalam sistem dan prosedur di
suatu unit usaha, untuk auditor yang terlatih baik, penggunaan flow chart
lebih disukai, karena auditor bisa lebih cepat melihat apa saja kelemahan
dan kebaikan dari suatu sistem dan prosedur.
Setelah flow chart dibuat, auditor harus melakukan walk through, yaitu
mengambil dua atau tiga dokumen untuk mentest, apakah prosedur yang
dijalankan sesuai dengan apa yang digambarkan dalam flow chart.
3. Narrative
Dalam hal ini auditor menceritakan dalam bentuk memo, sistem dan
prosedur akuntansi yang berlaku di perusahaan, cara ini biasa digunakan
untuk klien kecil yang pembukuannya sederhana.
2.4.6. Keterbatasan Pengendalian Intern Entitas
Terlepas dari bagaimana bagusnya desain dan operasinya,
pengendalian intern hanya dapat memberikan keyakinan memadai bagi
manajemen dan dewan komisaris berkaitan dengan pencapaian tujuan
pengendalian intern entitas. Hal ini mencakup kenyataan bahwa
pertimbangan manusia dalam pengambilan keputusan dapat salah dan rusak
karena kegagalan yang bersifat manusiawi tersebut.
Disamping itu pengendalian dapat tidak efektif karena adanya kolusi di
antara dua orang atau lebih atau manajemen mengesampingkan
pengendalian intern. Faktor lain yang membatasi pengendalian intern adalah
40
biaya pengendalian intern entitas tidak boleh melebihi manfaat yang
diharapkan dari pengendalian tersebut.
2.5. Kerangka Pemikiran
Maraknya kasus-kasus penyimpangan korporasi yang terjadi dalam
dunia usaha di Indonesia, seolah merupakan ajang konspirasi antara
manajemen dan semua pihak yang berkepentingan dalam perusahaan
tersebut, karena telah gagal dalam menciptakan kehidupan bisnis yang
sehat, bersih, dan bertanggung jawab. Dengan menjalankan manajemen laba
dan mengabaikan konsep good corporate governance.
Dalam prinsip good corporate governance pentingnya sistem
pengawasan dan pengendalian yang baik sebuah perusahaan agar efektif
dan efisien, harus melibatkan Komite Audit dan Komisaris Independen yang
merupakan orang-orang yang bebas dari tekanan dan intervensi manajerial,
serta mengadakan evaluasi terhadap struktur pengendalian intern
perusahaan tersebut.
41
Tabel 2.5
Kerangka Pemikiran
42
Fenomena: Maraknya kasus-kasus penyimpangan yang terjadi dalam dunia usaha, seolah merupakan ajang konspirasi antara manajemen dan semua pihak yang mempunyai kepentingan dalam perusahaan. Gagal dalam menciptakan kehidupan bisnis yang sehat, bersih, dan bertanggung jawab dikarenakan perusahaan tersebut menjalankan praktik manajemen laba, dan mengabaikan konsep good corporate governance. Dalam prinsip good corporate governance pentingnya ditekankan system pengawasan dan pengendalian yang baik sebuah perusahaan agar efektif dan efisien, harus melibatkan komite audit dan komisaris independen yang merupakan orang-orang yang bebas dari tekanan dan intervensi manajerial Berdasarkan fenomena ini, penulis ingin meneliti sejauh mana hubungan manajemen laba, good corporate governance, struktur pengendalian intern terhadap perencanaan audit...
Middle Theory: Standar Auditing, SPAP
Grand Theory:Perencanaan Audit
Diimplikasikan pada beberapa Kantor Akuntan Publik
Hubungan antara manajemen laba, good corporate governance, dan struktur pengendalian intern terhadap perencanaan audit
Variabel dependen (Y):
Perencanaan audit
Variabel independent (X): Manajemen laba, Good
corporate governance, struktur Pengendalian intern
Model: PA = α + β1 ML+ β2 GCG+ β3 SPI + ε
Uji asumsi: Uji Validitas(ketepatan) dan Uji Reliabilitas(keandalan)
Uji hipotesis: Menggunakan model analisis regresi untuk mengetahui pengaruh/tidak
manajemen laba, good corporate governance, struktur Pengendalian intern terhadap
perencanaan audit
Hasil analisis yang diperoleh mengenai pengaruh atau tidak manajemen laba, good corporate governance, dan struktur pengendalian intern terhadap perencanaan audit
Keterangan:ML : Manajemen Laba SPI : Struktur Pengendalian InternGCG : Good Corporate Governance PA : Perencanaan Audit2.6. Tinjauan Penelitian Sebelumnya
Tabel 2.6.
Matrik Penelitian SebelumnyaNo Nama Peneliti Sampel Penelitian Hasil Penelitian
1 Bedard & Johnstone
(2004)
Tidak diketahui Perencanaan audit adalah total lamanya waktu yang dibutuhkan oleh auditor untuk melakukan perencanaan audit awal, sampai pada pengembangan rencana audit dan program audit menyeluruh.
2 Wallace & Koplan (1984) Tidak diketahui Auditor meningkatkan upaya perikatan dengan pengendalian internal secara signifikan lemah
3 Nelson et.al (2002) Tidak diketahui Manajemen laba dapat dikurangi dengan adanya campur tangan auditor
4 Dechow et al (1996) Tidak diketahui Hubungan positif antara kualitas corporate governance dengan kehandalan laporan keuangan.
5 Richardson (1998) Tidak diketahui Keberadaan asimetris informasi dianggap sebagai penyebab manajemen laba.
6 Nurna Aziza, dkk (2006) Tidak diketahui Manajemen laba tidak berhubungan positif dengan perencanaan audit, good corporate governance, tidak berhubungan positif
7 Ayres (1994) Tidak diketahui Ada tiga faktor yang dikaitkan dengan munculnya praktik-praktik tersebut, yaitu manajemen akrual, penerapan suatu perubahan yang wajib, perubahan akuntansi yang tidak diwajibkan
2.7. Hipotesis Penelitian
43
Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap masalah penelitian
yang kebenarannya masih harus diuji secara empiris. Berdasarkan pada
latar belakang penelitian dan teori yang telah dijelaskan maka penelitian ini
dilakukan untuk mengetahui apakah dengan manajemen laba, good
corporate governance, dan struktur pengendalian intern memiliki pengaruh
atau tidak terhadap perencanaan audit yang akan dinyatakan dalam
rumusan hipotesis sebagai berikut:
1. Manajemen Laba, Good Corporate Governance, dan Struktur
Pengendalian Intern berpengaruh signifikan terhadap Perencanaan
Audit, baik secara parsial maupun secara simultan.
.
44
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian dilaksanakan di beberapa Kantor Akuntan Publik yang
berlokasi di Jakarta. Waktu penelitian dilaksanakan pada bulan April 2009
sampai dengan Mei 2009.
3.2. Objek Penelitian
Objek penelitian atau apa yang menjadi titik perhatian suatu penelitian,
sedangkan tempat dimana variable melekat merupakan subjek penelitian.
Merujuk pada pendapat tersebut maka yang menjadi objek dari penelitian ini
adalah hubungan antara manajemen laba, good corporate governance, dan
struktur pengendalian intern dengan perencanaan audit, untuk itu meneliti
45
objek tersebut penulis melakukan studi pada beberapa Kantor Akuntan Publik
yang ada di Jakarta yang terdaftar di Ikatan Akuntan Indonesia (IAI).
Pemilihan objek tersebut didasarkan pada pertimbangan bahwa
manajemen laba, good corporate governance, dan struktur pengendalian
intern adalah faktor penentu bagi suatu KAP untuk mengetahui ada tidaknya
hubungan terhadap perencanaan audit. Sedangkan penulis memilih
perencanaan audit adalah karena perencanaan audit merupakan langkah
awal dari suatu proses pemeriksaan yang menentukan baik atau tidaknya
proses selanjutnya.
3.3. Metode Penelitian
Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode penelitian deskriptif
dengan pendekatan survey. Metode penelitian deskriptif adalah metode
dalam melakukan penelitian atas suatu kelompok manusia, suatu objek,
suatu kondisi, system pemikiran ataupun suatu kelas peristiwa pada masa
sekarang. Data yang diperoleh selama penelitian akan diolah, dianalisa, dan
diproses lebih lanjut dengan dasar teori yang telah dipelajari untuk kemudian
ditarik kesimpulan.
Sedangkan penelitian survey adalah penelitian yang dilakukan pada
populasi besar maupun kecil, tetapi data yang dipelajari adalah data dari
sample yang diambil dari populasi tersebut, sehingga ditemukan kejadian-
46
45
kejadian relative, distribusi, dan hubungan-hubungan antar variable
sosiologis dan psikologis.
3.4. Populasi dan Teknik Pengambilan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah auditor yang bekerja pada Kantor
Akuntan Publik (KAP) di Jakarta sebanyak 50 orang. Metode pengambilan
sampel dilakukan dengan teknik purposive sampling (judgmental sampling).
Kriteria sampel adalah pertama, auditor yang berpartisipasi/menjadi auditor
eksternal pada perusahaan (klien) selama dua tahun berturut-turut yaitu
tahun 2007-2008.
Kedua, auditor mengaudit klien yang telah membentuk dewan
komisaris atau/dan komite audit. Sampel penelitian ini ditentukan minimum
sebesar 30 responden.
Dasar penentuannya adalah Central Limit Theorem (Mendenhall dan Beaver, 1992) yang menyatakan bahwa jumlah minimum sampel untuk mencapai kurva normal setidaknya adalah dengan mencapai nilai responden minimum 30.
3.5. Teknik Pengumpulan DataTeknik pengumpulan data yang digunakan oleh penulis dalam
melakukan penelitian ini adalah menggunakan data primer, yaitu:
a). Observasi
Merupakan teknik pengumpulan data langsung dilapangan dimana
penulis mengadakan penelitian ke perusahaan untuk memperoleh data
47
yang berhubungan dengan, seperti mengumpulkan data identitas para
responden yang diberikan kuesioner.
b). Angket atau Questioner
Merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara
memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada
responden untuk dijawabnya.
Selanjutnya untuk pertanyaan-pertanyaan yang telah dibuat
ditentukan skornya. Salah satu cara yang sering digunakan dalam
menentukan skor adalah dengan menggunakan skala Likert. Bentuk
skala Likert memiliki lima kategori. Apabila dirangking maka susunannya
akan dimulai dari sangat tidak setuju (strongly disagree) sampai kepada
sangat setuju (strongly agree)”.
Maka dari itu jawaban dari setiap item dalam variabel penelitian
yang menggunakan skala Likert mempunyai tingkatan dari sangat positif
sampai sangat negatif yang dapat berupa kata-kata dan akan diberi skor
1 sampai 5. Untuk lebih jelasnya akan diberikan contoh sebagai berikut :
Apabila responden menjawab (sangat setuju) diberi nilai 5
Apabila responden menjawab (setuju) diberi nilai 4
Apabila responden menjawab (netral) diberi nilai 3
Apabila responden menjawab (tidak setuju) diberi nilai 2
Apabila responden menjawab (sangat tidak setuju) diberi nilai 1
48
3.6. Defenisi Operasional dan Pengukuran Variabel
Dalam hal ini penulis menggunakan dua jenis variable, yaitu variable
bebas (independent), dan variable terikat (dependen) atau variable yang
dipengaruhi oleh variable bebas. Sesuai dengan judul yang diajukan penulis,
yaitu hubungan antara manajemen laba, good corporate governance, dan
struktur pengendalian intern terhadap perencanaan audit, maka variable -
variabelnya sebagai berikut :
1. Perencanaan Audit (Y)
Perencanaan audit adalah total lamanya waktu yang dibutuhkan oleh
auditor untuk melakukan perencanaan audit awal sampai pada. Variabel
ini diukur dengan menggunakan jam. Diukur dengan menjabarkannya
dalam dimensi dan indikator, perencanaan awal merupakan langkah awal
dari setiap kegiatan, perencanaan audit merupakan suatu keharusan
apabila kita menghendaki pemeriksaan yang efektif, dimensi dan indikator
terdapat pada lampiran.
2. Manajemen laba (X1)
Manajemen laba yang dimaksud dalam penelitian ini adalah risiko
yang akan ditanggung auditor atas tindakan manajemen (klien) terhadap
laba yang diciptakan. Variabel ini diukur dengan menggunakan instrumen
yang telah digunakan oleh Bedard dan Johnstone (2004) dan dimodifikasi
49
dengan skala likert satu sampai lima yaitu dari sangat tidak berisiko =1
sampai dengan sangat berisiko =5. Instrumen ini terdiri dari delapan item
yang mengukur adanya manajemen laba. dimensi dan indikatornya
terdapat pada lampiran.
3. Good Corporate Governance (X2)
Good corporate governance merupakan risiko yang ditanggung
auditor atas baik buruknya tata kelola dalam perusahaan klien, diukur
dengan menggunakan instrumen. Instrumen terdiri dari instrumen tentang
dewan komisaris ada empat item dengan skala likert satu sampai lima
yaitu dari sangat setuju =5 sampai dengan sangat tidak setuju =1, dimensi
dan indikatornya terdapat pada lampiran.
4. Struktur Pengendalian Intern (x4)
Variabel ini merupakan penerapan di perusahaan untuk menyusun
struktur pengendalian intern adalah dalam rangka pencapaian tujuan
perusahaan tersebut. Diukur dengan menjabarkannya dalam dimensi dan
indikator yang terdiri dari kebijakan-kebijakan dan prosedur-prosedur
yang dirancang untuk memberi keyakinan kepada pihak manajemen
bahwa tujuan dan sasaran perusahaan dapat dicapai, kebijakan dan
prosedur ini disebut pengendalian intern. Instrumen terdiri dari instrumen
tentang dewan komisaris ada empat item dengan skala likert satu sampai
lima yaitu dari sangat setuju =5 sampai dengan sangat tidak setuju =1,
dimensi dan indikatornya terdapat pada lampiran.
50
Tabel 3.1.
Operasionalisasi variable
No Variabel Dimensi Indikator No. Pertany
aan
Skala Sumber Data
1 Perencanaan Audit (Y)
- Perencanaan Awal
- - Memperoleh Informasi mengenai latar belakang klien
- Memperoleh informasi mengenai kewajiban hukum klien
-Melaksanakan prosedur analisis pendahuluan
-Menentukan materialitas dan menetapkan risiko audit yang dapat diterima
-Mengembangkan rencana audit dan program audit menyeluruh
(Sumber : Soekrisno Agus, “Auditing”)
- Evaluasi alasan klien untuk diaudit
- Mutu lingkungan pekerja sesuai dengan ditentukan pekerja
- Mutu dan integritas
- Memahami bidang industri klien untuk mempekerjakan orang yang tepat
- Memahami Akte Pendirian, Anggaran dasar Perusahaan, meneliti dokumen rapat, dan kontrak-kontrak
- Pelaksanaan prosedur analitis dengan baik.
- Evaluasi laporan keuangan secara keseluruhan, memberikan pendapat sesuai PABU
- Penetapan materialitas dan risiko audit perlu untuk merencanakan luas pengujian serta mengevaluasi laporan keuangan.
- Penyusunan rencana dan program audit dengan baik
1
2
3
4
5
6
7
8
9
Likert
Likert
Likert
Likert
Likert
Likert
Likert
Likert
Likert
Kuesioner
Kuesioner
Kuesioner
Kuesioner
Kuesioner
Kuesioner
Kuesioner
Kuesioner
Kuesioner
51
2 Manajemen Laba (X1)
- Pola manajemen laba
- Motivasi manajemen laba
(Sumber : H. Sri Sulistyanto :2008, “Manajemen Laba” )
- Taking bath- Minimalisasi laba- Maksimalisasi laba- Perataan laba
- Bonus purposes- Political motivation- Taxation motivation- Pergantian CEO- Initial public offering
(IPO)
10111213
1415161718
LikertLikertLikertLikert
LikertLikertLikertLikertLikert
KuesionerKuesionerKuesionerKuesioner
KuesionerKuesionerKuesionerKuesionerKuesioner
3 Good Corporate Go (x2)
- Keadilan (fairness)
- Transparansi (transparency)
- Akuntabilitas (accountability)
- Pertanggung jawaban (responsibility)
(Sumber :Prinsip GCG Organization for Economic Corporation and Development (OECD) dalam Surya dan Yustiavandana (2006:68)
- terhadap kepentingan klien, pemakai laporan keuangan, kepentingan akuntan publik
- pembagian tugas antar rekan kerja seprofesi
- terhadap informasi laporan keuangan klien
- pembagian fee
- mempertahankan integritas, objektivitas, dan independensi
- mematuhi prinsip akuntansi yang berlaku umum dan berpedoman pada SPAP
tidak setuju, 7 responden menjawab sangat setuju dan 6 responden
menjawab netral. Jawaban mayoritas adalah setuju sebesar 56%.
4.3 Pembahasan atau Temuan penelitian
4.3.1 Uji Validitas
Validitas menunjukkan sejauh mana ketepatan dan kecermatan suatu
alat ukur dalam melakukan tugasnya sebagai alat ukur. Dengan uji validitas
dapat diketahui kelayakan butir-butir dalam suatu daftar pertanyaan dalam
mendefinisikan suatu variabel. Validitas suatu butir pertanyaan dapat dilihat
pada hasil output spss pada tabel dengan judul Item-Total Statistics. Melihat
kevalidan masing-masing pertanyaan dapat dilihat dari nilai Corrected Item-
Total Correlation. Dapat dikatakan valid apabila nilai dari Corrected Item-
Total Correlation (r-hitiung) > dari pada r-tabel. Hasil output masing-masing
pertanyaan dapat dilihat pada penjelasan dibawah ini.
86
a. Uji Validitas Terhadap Y (Perencanaan Audit)
Tabel 4.38.
Sumber: Output SPSSNilai r-tabel dapat diperoleh melalui df (degree of freedom) = n – k,
dimana k merupakan jumlah butir pertanyaan dalam suatu variabel, dan n
merupakan jumlah responden. Maka df = 50 - 9 = 41. Tabel r product –
moment (two tailed test) menunjukkan bahwa pada df 41 dengan alpha 5%,
diperoleh r table sebesar 0,301 .
Dari hasil diatas dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. r hitung P1 sebesar 0.409 > r table 0.301, kesimpulan valid.2. r hitung P2 sebesar 0.444 > r table 0,301, kesimpulan valid.3. r hitung P3 sebesar 0.435 > r table 0.301, kesimpulan valid.4. r hitung P4 sebesar 0.298 < r table 0.301, kesimpulan tidak valid.5. r hitung P5 sebesar 0.215 < r table 0.301, kesimpulan tidak valid.6. r hitung P6 sebesar 0.394 > r table 0.301, kesimpulan valid.7. r hitung P7 sebesar 0.291 < r table 0.301, kesimpulan tidak valid.8. r hitung P8 sebesar 0.089 < r table 0.301, kesimpulan tidak valid.9. r hitung P9 sebesar 0.255 < r table 0.301, kesimpulan tidak valid.
87
Berdasarkan hasil perhitungan ini, dapat disimpulkan 4 indikator
pertanyaan variabel perencanaan audit dalam riset akuntansi memiliki r hitung
yang lebih besar dari nilai r table, telah valid. Sedangkan 5 indikator
pertanyaan variabel perencanaan audit dalam riset akuntansi memiliki r hitung
yang lebih kecil dari nilai r table dinyatakan tidak valid, maka dari itu di uji lagi 4
indikator pertanyaan yang hasilnya dapat dilihat dibawah ini :
Tabel 4.39.
Sumber: Output SPSS
Maka df = 50 - 4 = 46. Tabel r product – moment (two tailed test)
menunjukkan bahwa pada df 46 dengan alpha 5%, diperoleh r table sebesar
0,285.
Dari hasil diatas dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. r hitung P1 sebesar 0.469 > r table 0.285, kesimpulan valid.2. r hitung P2 sebesar 0.363 > r table 0.285, kesimpulan valid.3. r hitung P3 sebesar 0.376 > r table 0.285, kesimpulan valid.4. r hitung P6 sebesar 0.408 > r table 0.285, kesimpulan valid.
Berdasarkan hasil perhitungan ini, dapat disimpulkan 4 indikator
pertanyaan variabel perencanaan audit dalam riset akuntansi memiliki r hitung
yang lebih besar dari nilai r table, telah valid.
88
b. Uji Validitas Terhadap X1 (Manajemen Laba)
Tabel 4.40.
Sumber: Output SPSS
Maka df = 50 - 9 = 41. Tabel r product – moment (two tailed test)
menunjukkan bahwa pada df 41 dengan alpha 5%, diperoleh r table sebesar
0,301.
Dari hasil diatas dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. r hitung P10 sebesar 0.121 < r table 0.301, kesimpulan tidak valid.2. r hitung P11 sebesar 0.389 > r table 0,301, kesimpulan valid.3. r hitung P12 sebesar 0.374 > r table 0.301, kesimpulan valid.4. r hitung P13 sebesar 0.408 > r table 0.301, kesimpulan valid.5. r hitung P14 sebesar 0.279 < r table 0.301, kesimpulan tidak valid.6. r hitung P15 sebesar 0.266 < r table 0.301, kesimpulan tidak valid.7. r hitung P16 sebesar 0.025 < r table 0.301, kesimpulan tidak valid.8. r hitung P17 sebesar 0.333 > r table 0.301, kesimpulan valid.9. r hitung P18 sebesar 0.067 < r table 0.301, kesimpulan tidak valid.
Berdasarkan hasil perhitungan ini, dapat disimpulkan 4 indikator
pertanyaan variabel manajemen laba dalam riset akuntansi memiliki r hitung
89
yang lebih besar dari nilai r table, telah valid. Sedangkan 5 indikator
pertanyaan variabel manajemen laba dalam riset akuntansi memiliki r hitung
yang lebih kecil dari nilai r table, dinyatakan tidak valid, maka dari itu di uji lagi 4
indikator pertanyaan yang hasilnya dapat dilihat dibawah ini:
Tabel 4.41.
Sumber: Output SPSS
Maka df = 50 - 4 = 46. Tabel r product – moment (two tailed test)
menunjukkan bahwa pada df 46 dengan alpha 5%, diperoleh r table sebesar
0,285.
Dari hasil diatas dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. r hitung P11 sebesar 0.518 > r table 0.285, kesimpulan valid.2. r hitung P12 sebesar 0.511 > r table 0.285, kesimpulan valid.3. r hitung P13 sebesar 0.554 > r table 0.285, kesimpulan valid.4. r hitung P17 sebesar 0.298 > r table 0.285, kesimpulan valid.
Berdasarkan hasil perhitungan ini, dapat disimpulkan 4 indikator
pertanyaan variabel manajemen laba dalam riset akuntansi memiliki r hitung
yang lebih besar dari nilai r table, telah valid.
90
c. Uji Validitas Terhadap X2 (Good Corporate Governance)
Tabel 4.42.
Maka df = 50 - 7 = 43. Tabel r product – moment (two tailed test)
menunjukkan bahwa pada df 43 dengan alpha 5%, diperoleh r table sebesar
0,294.
Dari hasil diatas dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. r hitung P19 sebesar 0.406 > r table 0. 294, kesimpulan valid.2. r hitung P20 sebesar 0.139 < r table 0. 294, kesimpulan tidak valid.3. r hitung P21 sebesar 0.243 < r table 0. 294, kesimpulan tidak valid.4. r hitung P22 sebesar 0.325 > r table 0. 294, kesimpulan valid.5. r hitung P23 sebesar 0.563 > r table 0. 294, kesimpulan valid.6. r hitung P24 sebesar 0.608 > r table 0. 294, kesimpulan valid.7. r hitung P25 sebesar 0.298 > r table 0. 294, kesimpulan valid.
Berdasarkan hasil perhitungan ini, dapat disimpulkan 5 indikator
pertanyaan variabel good corporate governance dalam riset akuntansi
memiliki r hitung yang lebih besar dari nilai r table, telah valid. Sedangkan 2
indikator pertanyaan variabel good corporate governance dalam riset
akuntansi memiliki r hitung lebih kecil dari nilai r table, dikatakan tidak valid. maka
91
dari itu di uji lagi 5 indikator pertanyaan yang hasilnya dapat dilihat dibawah
ini :
Tabel 4.43
Maka df = 50 - 5 = 45. Tabel r product – moment (two tailed test)
menunjukkan bahwa pada df 45 dengan alpha 5%, diperoleh r table sebesar
0,288.
Dari hasil diatas dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. r hitung P19 sebesar 0.350 > r table 0.288, kesimpulan valid.2. r hitung P22 sebesar 0.330 > r table 0.288, kesimpulan valid.3. r hitung P23 sebesar 0.554 > r table 0.288, kesimpulan valid.4. r hitung P24 sebesar 0.596 > r table 0.288, kesimpulan valid.5. r hitung P25 sebesar 0.351 > r table 0.288, kesimpulan valid.
Berdasarkan hasil perhitungan ini, dapat disimpulkan 5 indikator
pertanyaan variabel good corporate governance dalam riset akuntansi
memiliki r hitung yang lebih besar dari nilai r table, telah valid.
92
d. Uji Validitas Terhadap X3 (Struktur Pengendalian Intern)
Tabel 4.44.
Maka df = 50-7 = 43. Tabel r product – moment (two tailed test)
menunjukkan bahwa pada df 43 dengan alpha 5%, diperoleh r table sebesar
0,294.
Dari hasil diatas dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. r hitung P26 sebesar 0.483 > r table 0.294, kesimpulan valid.2. r hitung P27 sebesar 0.197 < r table 0.294, kesimpulan tidak valid.3. r hitung P28 sebesar 0.186 < r table 0.294, kesimpulan tidak valid.4. r hitung P29 sebesar 0.540 > r table 0.294, kesimpulan valid.5. r hitung P30 sebesar 0.313 > r table 0.294, kesimpulan valid.6. r hitung P31 sebesar 0.265 < r table 0.294, kesimpulan tidak valid.7. r hitung P32 sebesar 0.311 > r table 0.294, kesimpulan valid.
Berdasarkan hasil perhitungan ini, dapat disimpulkan 4 indikator
pertanyaan variabel struktur pengendalian intern dalam riset akuntansi
memiliki r hitung yang lebih besar dari nilai r table, telah valid. Sedangkan 3
indikator pertanyaan variabel struktur pengendalian intern dalam riset
akuntansi memiliki r hitung yang lebih kecil dari nilai r table, dikatakan tidak valid.
93
maka dari itu di uji lagi 4 indikator pertanyaan yang hasilnya dapat dilihat
dibawah ini:
Tabel 4.45.
Maka df = 50 - 4 = 46. Tabel r product – moment (two tailed test)
menunjukkan bahwa pada df 46 dengan alpha 5%, diperoleh r table sebesar
0,285.
Dari hasil diatas dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. r hitung P26 sebesar 0.281 < r table 0.285, kesimpulan tidak valid.2. r hitung P29 sebesar 0.541 > r table 0.285, kesimpulan valid.3. r hitung P30 sebesar 0.526 > r table 0.285, kesimpulan valid.4. r hitung P32 sebesar 0.326 > r table 0.285, kesimpulan valid.
Berdasarkan hasil perhitungan ini, dapat disimpulkan 3 indikator
pertanyaan variabel struktur pengendalian intern dalam riset akuntansi
memiliki r hitung yang lebih besar dari nilai r table, telah valid. Sedangkan 1
indikator pertanyaan variabel struktur pengendalian intern dalam riset
akuntansi memiliki r hitung yang lebih kecil dari nilai r table, dikatakan tidak valid.
maka dari itu di uji lagi 3 indikator pertanyaan yang hasilnya dapat dilihat
dibawah ini:
94
Tabel 4.46.
Maka df = 50 - 3 = 47. Tabel r product – moment (two tailed test)
menunjukkan bahwa pada df 47 dengan alpha 5%, diperoleh r table sebesar
0,285.
Dari hasil diatas dapat disimpulkan sebagai berikut:
1 r hitung P29 sebesar 0.532 > r table 0.285, kesimpulan valid.2 r hitung P30 sebesar 0.533 > r table 0.285, kesimpulan valid.3 r hitung P32 sebesar 0.330 > r table 0.285, kesimpulan valid.
Berdasarkan hasil perhitungan ini, dapat disimpulkan 3 indikator
pertanyaan variabel struktur pengendalian intern dalam riset akuntansi
memiliki r hitung yang lebih besar dari nilai r table, telah valid.
4.3.2 Uji Reliabilitas
Uji reliabilitas (kehandalan) ditujukan untuk mengetahui sejauhmana
hasil suatu pengukuran dapat dipercaya (reliabel). Uji reliabilitas dapat
dilakukan secara bersama-sama terhadap seluruh butir pertanyaan untuk
lebih dari satu variabel. Hasilnya output spss dapat dilihat dibawah ini
95
a. Uji Reliabilitas Terhadap Y (Perencanaan Audit)
Tabel 4.47.
Reabilitas suatu konstruk variabel dikatakan baik jika memiliki nilai
Cronbach’s Alpha > dari 0,60. Maka berdasarkan hasil ini dapat dilihat bahwa
Cronbach’s Alpha 0.621 > dari 0,60. Hal ini berarti jawaban responden untuk
variabel Y sudah reliabel.
b. Uji Reliabilitas Terhadap X1 (Manajemen Laba)
Tabel 4.48.
Reabilitas suatu konstruk variabel dikatakan baik jika memiliki nilai
Cronbach’s Alpha > dari 0,60. Maka berdasarkan hasil ini dapat dilihat bahwa
Cronbach’s Alpha 0.679 > dari 0,60. Hal ini berarti jawaban responden untuk
variabel X1 sudah reliabel.
96
c. Uji Reliabilitas Terhadap X2 (Good Corporate Governance)
Tabel 4.49.
Reabilitas suatu konstruk variabel dikatakan baik jika memiliki nilai
Cronbach’s Alpha > dari 0,60. Maka berdasarkan hasil ini dapat dilihat bahwa
Cronbach’s Alpha 0.677 > dari 0,60. Hal ini berarti jawaban responden untuk
variabel X2 sudah reliabel.
d. Uji Reliabilitas Terhadap X3 (Struktur Pengendalian Intern)
Tabel 4.50.
Reabilitas suatu konstruk variabel dikatakan baik jika memiliki nilai
Cronbach’s Alpha > dari 0,60. Maka berdasarkan hasil ini dapat dilihat bahwa
Cronbach’s Alpha 0.43 > dari 0,60. Hal ini berarti jawaban responden untuk
variabel X3 sudah reliabel.
4.3.3 Uji Regresi Linear Berganda
Analisis regresi dilakukan untuk menguji apakah ada atau tidaknya
pengaruh dari variabel manajemen laba, good corporate governance, dan
struktur pengendalian intern terhadap perencanaan audit.
97
Dengan rumus:
Y = α + β1 X1 + β2 X2 + β 3 X3 + ε
Uji regresi dapat dilakukan setelah mentranformasikan data hasil
kuesioner dengan rumus yang telah dijelaskan sebelumnya. Dengan hasil
output spss dapat dilihat dibawah ini
Tabel 4.51.
Dari tabel 4.51 diatas menunjukkan bahwa tidak ada variabel yang
dikeluarkan (removed) dalam penelitian ini, atau dapat dikatakan bahwa
variabel manajemen laba, good corporate governance, dan struktur
pengendalian intern sebagai variabel bebas dimasukkan dalam perhitungan
regresi
Tabel 4.52.
98
Pada tabel 4.52 didapat R sebesar 0,285 menunjukkan bahwa
hubungan perencanaan audit (Variabel Y) dalam mempengaruhi manajemen
laba, good corporate governance, dan struktur pengendalian intern (Variabel
X) kuat. Adjusted R Square sebesar 0,021 yang menunjukkan bahwa 21 %
perencanaan audit dipengaruhi oleh manajemen laba, good corporate
governance, dan struktur pengendalian intern. Sedangkan sisanya 79 %
dijelaskan oleh variabel lain yang tidak terdapat dalam penelitian ini.
Pada tabel diatas, dapat dilihat standar deviasi perencanaan audit
adalah 81,80 yang jauh lebih besar dari standar error of estimate hanya
1.364. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa model regresi lebih bagus
dalam bertindak sebagai prediktor perencanaan audit terhadap manajemen
laba, good corporate governance, dan struktur pengendalian intern.
Tabel 4.53.
Analisis pada tabel 4.3.3.3 terlihat uji ANOVA (F test) atau F hitung
sebesar 15,417 dengan tingkat signifikansi 0,000, probabilitas jauh dibawah
0,05, yang berarti bahwa perspektif keuangan, perspektif pelanggan,
99
perspektif proses bisnis internal dan perspektif pembelajaran dan
pertumbuhan secara bersama-sama mempengaruhi kinerja perusahaan.
Tabel 4.54.
Besarnya kontribusi Perspektif Keuangan (X1) yang secara
langsung mempengaruhi kinerja perusahaan (Y) adalah 0,351.
Besarnya kontribusi Perspektif Konsumen (X2) yang secara
langsung mempengaruhi kinerja perusahaan (Y) adalah 0,468
Besarnya kontribusi Perspektif Proses Bisnis Intrernal (X3)
yang secata langsung mempengaruhi kinerja perusahaan (Y)
adalah 0,253
Besarnya kontribusi Perspektif Pembelajaran dan
pertumbuhan (X4) yang secara langsung mempengaruhi
Kinerja Perusahaan (Y) adalah -0,117
100
Gambar Histogram diatas dengan variabel independent :perspektif
keuangan, perspektif konsumen, perspektif proses bisnis internal dan
perspektif pembelajaran dan pertumbuhan dan variabel dependent yaitu
kinerja keuangan, menunjukan hasil nilai skewness 0. artinya data yang baik
memiliki nilai skewness mendekati 0.
101
Hasil dari output spss normal p-p plots diatas untuk perspektif
keuangan, perspektif konsumen, perspektif proses bisnis internal dan
perspektif pembelajaran dan pertumbuhan terhadap kinerja perusahaan
menunjukan bahwa distribusi dari titik-titik data perspektif keuangan,
perspektif konsumen, perspektif proses bisnis internal dan perspektif
pembelajaran dan pertumbuhan menyebar disekitar garis diagonal, dan
penyebaran titik searah dengan garis diagonal.
Output spss pada gambar Scatterplot meunjukan penyebaran titik-titik
data yaitu (1)Titik-titik data menyebar di atas dan di bawah atau di sekitar
angka 0, (2) Titik-titik data tidak mengumpul hanya diatas atau di bawah
saja, dan (3) Titik-titik data tidak membentuk pola.
4.4 Uji Hipotesis
4.4.1Uji t
102
Peneliti menggunakan uji-t test untuk mengetahui apakah
terdapat pengaruh secara parsial antara Perspektif yang ada
pada Balance Scorecard terhadap kinerja perusahaan, signifikan
apabila nilai probabilitas < 0,05. Uji t ini dilihat dari tabel 4.3.20
yaitu tabel Coefficients. Dengan hasil output spss sebagai
berikut:
1. Variabel Perspektif Keuangan memiliki nilai t hitung sebesar
2.962 dengan nilai Sig 0,005 ≤ 0,05, artinya signifikan.
Signifikan disini berarti Ha1 dierima dan Ho1 ditolak. Artinya,
perspektif keuangan secara parsial berpengaruh terhadap
kinerja perusahaan.
2. Variabel Perspektif Pelanggan memiliki nilai t hitung sebesar
3.673 dengan nilai Sig 0,001 < 0,05, artinya signifikan.
Signifikan disini berarti Ho2 ditolak dan Ha2 diterima. Artinya,
Perspektif Pelanggan secara parsial berpengaruh langsung
ternadap kinerja perusahaan.
3. Variabel Perspektif Proses Bisnis Internal memiliki nilai nilai t
hitung sebesar 1.803 dengan nilai Sig 0,080 > 0,05, artinya
tidak signifikan. Tidak signifikan disini berarti Ho3 diterima
dan Ha3 ditolak. Artinya, Perspektif Proses Bisnis Internal
103
secara parsial tidak berpengaruh langsung ternadap kinerja
perusahaan.
4. Variabel Perspektif Proses Bisnis Internal memiliki nilai nilai t
hitung sebesar -0.958 dengan nilai Sig 0,344 > 0,05, artinya
tidak signifikan. Tidak signifikan disini berarti Ho4 diterima
dan Ha4 ditolak. Artinya, Perspektif Pembelajaran dan
Pertumbuhan secara parsial tidak berpengaruh langsung
ternadap kinerja perusahaan.
Uji F
Peneliti menggunakan uji-F test untuk mengetahui apakah
terdapat pengaruh secara simultan antara variabel Perspektif
keuangan, perspektif konsumen, perspektif proses bisnis internal
dan perspektik pembelajaran adan pertumbuhan terhadap
kinerja perusahaan. Berdasarkan Tabel 4.3.19 yaitu tabel ANOVA
menunjukkan nilai Sig. 0,000<0,05, artinya signifikan. Signifikan
disini artinya Ha1,Ha2,Ha3, dan Ha4 diterima dan Ho, Ho2, Ho3
dan Ho4 ditolak.
4.5 Interprestasi
4.5.1 Interprestasi hasil Jawaban Kuesioner/Pertanyaan dilihat dari
Indikator Utama dari setiap Variabel
1. Kinerja Perusahaan (Y)
104
Indikator/tolak ukur dari kinerja perusahaan disini yaitu dilihat dari
SDM/Tenaga kerja, lingkungan kerja, dan kepemimpinan eksekutif. Dilihat
dari hasil jaawaban kuesioner, mayoritas menjawab sangat setuju.
Dimana kinerja perusahaan didukung oleh SDM yang bermutu,
lingkungan kerja yang mendukung, dan kepemimpinan eksekutif yang
berpotensi/berkualitas.
2. Perspektif Keuangan (X)
Perusahaan yang melakukan pengukuran keuangan harus
mendeteksi keberadaan industri yang dimilikinya. Ada tiga tahap dalam
kehidupan bisnis yaitu tahap berkembang (growth), tahap bertahan
(sustain), dan tahap panen (harvest). Sesuai dengan siklus kehidupan
bisnis tersebut PT. Inhutani III berada pada tahap bertahan menuju pada
tahap panen, ini dilihat dari hasil jawaban kuesioner yang telah dibagikan
kepada karyawan PT. Inhutani III.Tahap bertahan menuju pada tahap
panen, dimana produk/jasa yang dihasilkan perusahaan mulai pada
tingkat kejenuhan. Hal tersebut dilihat dari pertanyaan kuesioner dengan
dan meminimalkan biaya. Perusahaan berusaha meningkatkan persentasi
penjualan, meningkatkan pangsa pasar, meningkatkan pelanggan,
meningkatkan efesiensi operasi dan pemantauan besarnya pengeluaran,
itu dilihat dari jawaban responden atas pertanyaan tersebut banyak
menjawab sangat setuju. Akan tetapi tidak ada aplikasi baru dari
105
produk/barang yang dihasilkan perusahaan dan tingkat pengembalian
investasi perusahaan, kecuali pengeluaran untuk pendapatan karyawan,
pemeliharaan dan perbaikan fasilitas (aktiva perusahaan), itu dilihat dari
jawaban pertanyaan tersebut mayoritas responden menjawab tidak
setuju.
2. Perspektif Pelanggan
Pelanggan merupakan salah satu faktor yang penting dalam bisnis
perusahaan. Sesuai dengan misi PT. Inhutani III (Persero) yaitu selalu
berusaha memuaskan pelanggan, oleh sebab itu untuk dapat memuaskan
pelanggan (dilihat dari hasil kuesioner responden), dengan indikator
pertanyaan yaitu atribut produk/jasa, citra perusahaan, dan hubungan
dengan pelanggan, perusahaan berusaha membuat produk kayu yang
berkualitas, dan prosedur pendistribusian kayu yang cepat serta
memberikan layanan yang terbaik bagi pelanggan.
3. Perspekti Proses Bisnis Internal
Pengukuran kinerja pada perspektif proses bisnis internal yang
menjadi tolak ukur adalah:
Proses Inovasi
Dilihat dari hasil kuesioner responden, mayoritas jawaban pertanyaan
sangat setuju dan setuju bahwa PT. Inhutani III (persero) selalu
melakukan proses inovasi dengan cara mengidentifikasi pasar,
membangun keahlian dalam teknologi dan mengidentifikasi kebutuhan
106
pelanggan. Hal ini dilakukan perusahaan mungkin agar selalu dapat
memenuhi kepuasan pelanggan. Proses inovasi ini khususnya dilakukan
perusahaan mungkin untuk mengutamakan efektifitas dan ke efisiensian
dalam menciptakan niali tambah bagi pelanggan. Tetapi ada beberapa
responden menjawab netral atas pertanyaan dengan indikator ini mungkin
dikarena responden ini ragu-ragu atau tidak mengetahui proses inovasi
yang dijalankan perusahaan.
Proses Operasi
Proses operasi menunjukan kegiatan perusahaan dalam membuat produk
sampai mendistribusikan produk ke pelanggan. Dilihat dari hasil kuesioner
responden, mayoritas menjawab setuju bahwa perusahaan menjamin
produk yang diproduksi, perusahaan mengukur fleksibelitas dan
karakteristik biaya/non biaya untuk produk, dan perusahaan mengukur
waktu yang diperlukan untuk pengembangan produk.
Layanan Purna Jual
Dilihat dari hasil kuesioner responden, mayoritas yang menjawab sangat
setuju. Dimana perusahaan berusaha memberikan layanan inovatif, cepat
dan tepat kepada pelanggan.
4. Perspektif Pembelajaran dan Pertumbuhan
Tolak ukur perspekti pembelajaran dan pertumbuhan terdiri dari
kepuasan karyawan, kemampuan sistem informasi, dan motivasi,
107
pemberdayaan serta pensejajaran. Penulis melakukan survei melalui
kuesioner yang dibagikan kepada 40 karyawan PT. Inhutani III (Persero).
Kepuasan karyawan
Kepuasan karyawan, dalam hal ini tolak ukurnya adalah tingkat kepuasan
karyawan, tingkat perputaran karyawan, besarnya pendapatan, dan nilai
tambah. Rata-rata dari hasi kuesioner karyawan menjawab puas dengan
perusahaan, disebabkan kjarena perusahaan memperhatikan
kenyamanan untuk karyawan.
kemampuan sistem informasi
Kemampuan sistem informasi dilihat dari segi komunikasi yaitu
komunikasi dan kerjasama yang terjalin antara karyawan dangan atasan,
kesempatan memberikan pendapat, dan kesempatan mengambil
keputusan. Perusahaan Inhutani merupakan perusahaan BUMN yang
segala keputusannya berada pada pemengang saham, baik menejer atau
staff tidak bisa begitu saja mengambil keputusan. Namun karyawan
merasa puas terhadap kemampuan sistem informasi yang diberikan
perusahaan.
motivasi, pemberdayaan serta pensejajaran
Motivasi, pemberdayaan dan pensejajaran dinilai dari tolak ukur loyalitas
dan kesetiaan, program pendidikan dan pembagian tugas. Dilihat dari
hasil jawaban kuesioner, mayoritas responden menjawab tidak setuju.
108
Gambar 4.5.1
Peta Balanced Scorecard PT Inhutani IIIVISI
Menjadi perusahaan pengelola hutan dan hasil hutan yang terbaik di IndonesiaTUJUAN
Pertumbuhan Laba
Jasa Unggul Teknologi Unggul
SDM Profesional
dan Berkomitnen
Kepuasan Pelangaan
Perspektif Strategi Harvert
Keuangan
Pelanggan
Proses Bisnis Internal
Pembelajaran dan Perumbuhan
Sumber: diolah sendiri
4.5.2 Interprestasi Hasil Penelitian dari Hasil Uji
1. Adjsuted R Square, yang diperoleh adalah sebesar 0,597 atau 59,7%.
Hal ini berarti bahwa, variabel X1, X2, X3, dan X4 hanya mampu
menjelaskan 59,7% Kinerja Perusahaan (Y), sisanya (dihitung dengan
rumus 1 - 0,597) yaitu sebesar 0,403 atau 40,3%, dijelaskan oleh
109
Kepuasan terhadap atribut
produk/jasa
Penurunan Modal Kerja
Arus kas operasional yang
maksimum
Quality relationship
dengan customer
Citra Perusahaan
Proses Inovasi
Kendali mutu hutan
Proses operasi yang efektif
Ketepatan waktu
Kepuasan Karyawan
Kemampuan system informasi
Motivasi pembelajaran, pensejajaran
variabel lain yang tidak ada dalam penelitian ini. Data adjusted R
Square dapat dilihat pada gambar dibawah ini:
2. Hasil Uji Regresi Berganda secara Simultan (Uji F):
Hasilnya ada pengaruh secara bersama sama dari seluruh
variabel X (Perspektif keuangan, perspektif konsumen, perspektif
proses bisnis internal dan perspektif pembelajran dan pertumbuhan)
terhadap Y (kinerja perusahaan). Hal ini dapat dilihat dari kolom sig.
yang berada dibawah 0.05 atau tepatnya 0.000, hal ini berarti Ha
diterima, sedangkan Ho ditolak. Dengan nilai F atau F hitung 15.417.
3. Hasil Uji Regresi Berganda secara Parsial (Uji t):
Hasilnya pengaruh yang signipikan ada pada variabel X1 yaitu
Perspektif Keuangan sebesar 0.005, hal ini berarti Ha diterima,
110
sedangkan Ho ditolak untuk X1 dan pada variabel X2 yaitu Perspektif
Pelanggan sebesar 0.001, hal ini berarti Ha diterima, sedangkan Ho
ditolak untuk X2. sedangkan variabel X3 (Perspektif Proses bisnis
internal) dan X4 (Perspektif Pembelajaran dan pertumbuhan) tidak
signifikan. Pada X4(perspektif pembelajaran dan pertumbuhan)
mempunyai nilai signifikan yang besar 0.344 dan mempunyai pengaruh
negatif yaitu – 0,117, mungkin karena rata-rata lama bekerja responden
7 sampai 10 tahun dimana selama mereka bekerja di perusahaan tidak
ada program pendidikan dan pelatihan untuk karyawan ini dilihat dari
indikator pertanyaan kuesioner, jadi tentang penerapan metode
Balanced Scorecard pada perspektif pembelajaran dan pertumbuhan
pada perusahaan belum sepenuhnya diterapkan.
4. Hubungan yang ada dalam pengaruh tersebut dapat dilihat pada tabel
diatas yaitu:
a. Perspektif Keuangan menghasilkan beta 0,351 (positif), hal ini
berarti terdapat pengaruh yang positif dari perspektif keuangan
111
terhadap kinerja perusahaan. Peningkatan perspektif keuangan
maka mempengaruhi peningkatkan kinerja perusahaan.
b. Perspektif Pelanggan/konsumen menghasilkan beta 0,468 (positif),
hal ini berarti terdapat pengaruh yang positif dari perspektif
konsumen terhadap kinerja perusahaan. Peningkatan pelanggan
maka mempengaruhi peningkatkan penurunan kinerja pelanggan.
c. Perspektif proses bisnis internal menghasilkan beta 0,344 (positif),
hal ini berarti terdapat pengaruh yang positif dari perspektif proses
bisnis internal terhadap kinerja perusahaan. Peningkatan
Perspektif proses bisnis internal maka mempengaruhi peningktan
terhadap kinerja perusahaan.
d. Perspektif pembelajaran dan pertumbuhan menghasilkan beta -
0,117(negatif), hal ini berarti terdapat pengaruh yang negatif dari
perspektif pembelajaran dan pertumbuhan terhadap kinerja
perusahaan. Penurunan Perspektif Pembelajaran dan
pertumbuhan maka mempengaruhi penurunan terhadap kinerja
perusahaan.
e. Persamaan Regresi yang dibentuk adalah Y= -8,261 + 0,494X1 +
0,502X2 + 0,304X3 - 0,137X4 + ε
4.6 Matrik Hasil Penelitian dan Implikasi Ekonomi
Tabel 4.6
Matriks Penelitian Sebelumnya
112
No Nama Peneliti dan Tahun
Hasil Penelitian Heny Wahyuni 2008
1 Elkington (2001) Kinerja bisnis memerlukan monitoring ukuran keuangan dan lingkungan sosial
Konsisten Terdapat pengaruh yang signifikan secara bersama-sama antara perspektif keuangan, perspektif pelanggan, perspektif proses bisnis internal dan perspektif pembelajaran dan pertumbuhan terhadap kinerja perusahaan, dengan nilai sig.0.000
2 Mulyadi (2001) Balanced Scorecard merupakan alat untuk melipatgandakan kinerja keuangan.
KonsistenTerdapat pengaruh (positif) yang signifikan perspektif keuangan terhadap kinerja perusahaan dengan nilai sig. 0.005. artinya peningkatan perspektif keuangan berpengaruh terhadap peningkatan kinerja perusahaan
3 Ratna Safriliana (2002)
Kinerja tidak dapat diukur dengan keuangan saja tetapi juga dengan non keuangan
KonsistenPerspektif pelanggan memiliki pengaruh yang positif terhadap kinerja perusahaan. Dengan nilai 0.253
4 Herlina (2003) Menunjukan perbedaan antara pengukuran kinerja tradisional dengan pengukuran kinerja Balanced Scorecard
Tidak KonsistenTerdapat pengaruh (negatif) perspektif pembelajaran dan pertumbuhan terhadap kinerja perusahaan, dengan nilai beta -0.117
113
Jakarta, 20 April 2009
Kepada Yth:
Bapak/Ibu Responden
Hal : Permohonan untukmenjadi responden
Bapak/Ibu yang terhormat,
Saya, pengirim kuisioner ini :
Nama : Hairu Ningsih
Status : Mahasiswa fakultas Ekonomi Jurusan Akuntansi UTIRA-IBEK
Jakarta Barat
Alamat : Jl. Semanan Raya No. 38, Kalideres. Jakarta Barat
No. Telp : 0812 1980 5088
114
Dalam rangka melakukan penelitian ilmiah ini untuk skripsi (S1) UTIRA-IBEK
Jakarta, saya membutuhkan informasi untuk mendukung penelitian yang sedang
saya lakukan ini. Adapun penelitian ini menganalisa tentang “Hubungan antara Manajemen Laba, Good Corporate Governance,dan Struktur Pengendalian Intern terhadap Perencanaan Audit”. Penelitian ini dibimbing oleh Bapak Narumi
Lapoliwa. MBA. MM. Ak, dan Ibu Riris R. S. SE. Ak.
Sehubungan dengan hal diatas, saya mohon partisipasi bapak/ibu untuk
memberikan informasi melalui kuisioner ini. Mengingat kesibukan dan pentingnya
waktu bapak / ibu, saya berusaha membuat kuisioner ini seefisien mungkin. Semua
informasi yang terkumpul melalui kuisioner ini hanya digunakan untuk kepentingan
akedemis saja dan saya akan jaga kerahasiaannya.
Partisipasi bapak/ibu merupakan kunci keberhasilan penelitian ilmiah ini.
Atas kesediaan bapak/ibu meluangkan waktu untuk mengisi kuisioner ini, saya
ucapkan terima kasih.
Hormat saya,
Hairu Ningsih
Penelitian
DATA RESPONDEN No :
Berilah tanda silang ( X ) pada alternative yang Bapak/Ibu pilih
1. Jenis Kelamin : Laki-laki Perempuan
2. Usia responden : < 26 th 36 – 45 th
26 – 35 th ≥ 45 th
3. Lama bekerja : < 2 th 5 – 6 th
2 – 4 th 7 – 10 th
4. Pendidikan : S3
115
S2
S1
D3
116
Responden Yth,
Dimohon untuk membaca pertanyaan pertanyaan secara hati- hati
dan menjawab dengan lengkap. Apabila terdapat salah satu nomor yang
tidak disi maka kuisioner dianggap tidak berlaku. Tidak ada jawaban yang
benar/ Salah dalam pilihan anda.
Contoh Jawaban:Fasilitas yang diberikan perusahaan kepada karyawan perusahaan ?
□ Sangat setuju□ Setuju□ Netral□ Tidak Setuju□ Sangat Tidak Setuju
117
Variabel (Y) Perencanaan Audit8. Perencanaan audit di KAP ini, seorang Auditor lebih dahulu
mengevaluasi apa alasan klien untuk diaudit.
□ Sangat setuju □ Tidak Setuju
□ Setuju □ Sangat Tidak Setuju
□ Netral
9. Untuk meningkatkan efisiensi audit dan memenuhi Standar Auditing
yang telah ditetapkan, staf-staf yang ditugaskan harus yang familiar
dengan bidang usaha klien.
□ Sangat setuju □ Tidak Setuju
□ Setuju □ Sangat Tidak Setuju
□ Netral
10.Agar tidak terjadi salah pengertian Auditor harus membuat
kesepakatan tertulis antara KAP dengan klien secara jelas, tegas dan
termuat dalam perencanaan audit.
□ Sangat setuju □ Tidak Setuju□ Setuju □ Sangat Tidak Setuju□ Netral
11.Staf-staf yang ditugaskan lebih baik yang akrab dengan bidang usaha
klien, oleh karena itu, pertama kali harus memahami bidang usaha
klien.
□ Sangat setuju □ Tidak Setuju□ Setuju □ Sangat Tidak Setuju□ Netral
118
12.Akte Pendirian, dan anggaran perusahaan klien, notulen rapat, dan
kontrak-kontrak perusahaan diperhitungkan oleh auditor dalam
membuat perencanaan audit.
□ Sangat setuju □ Tidak Setuju□ Setuju □ Sangat Tidak Setuju□ Netral
13.Keseluruhan kegiatan pemeriksaan tidak harus tergambar dalam
prosedur analitis pendahuluan.
□ Sangat setuju □ Tidak Setuju□ Setuju □ Sangat Tidak Setuju□ Netral
14.Dalam menentukan materialitas dan risiko audit, auditor tidak perlu
mengevaluasi laporan keuangan secara keseluruhan.
□ Sangat setuju □ Tidak Setuju□ Setuju □ Sangat Tidak Setuju□ Netral
15.Penetapan materialitas dan risiko audit perlu untuk merencanakan
luas pengujian, mengevaluasi hasil dan melaksanakan pengujian
audit.
□ Sangat setuju □ Tidak Setuju□ Setuju □ Sangat Tidak Setuju
119
□ Netral
16.Penyusunan rencana dan program audit yang baik harus dilaksanakan
oleh auditor, agar auditor dapat memahami petunjuk mengenai
langkah-langkah apa yang harus dilakukan.
□ Sangat setuju □ Tidak Setuju□ Setuju □ Sangat Tidak Setuju□ Netral
Variabel (X1) Manajemen Laba
17.Auditor dalam mengevaluasi laporan keuangan harus memeriksa
laporan keuangan periode sebelumnya, apalagi jika sangat ekstrim
terhadap periode lalu.
□ Sangat setuju □ Tidak Setuju□ Setuju □ Sangat Tidak Setuju□ Netral
18.Pada laporan keuangan klien, auditor harus dapat melihat dan
menganalisis apakah ada kecendrungan melakukan manajemen laba.
□ Sangat setuju □ Tidak Setuju□ Setuju □ Sangat Tidak Setuju□ Netral
120
19.Menurut anda, apakah auditor harus dapat mengetahui apa saja
tindakan manajemen laba tersebut. Apabila diketahui mengapa
laporan laba lebih tinggi dari periode sebelumnya.
□ Sangat setuju □ Tidak Setuju□ Setuju □ Sangat Tidak Setuju□ Netral
20.Sebagai Auditor tidak perlu memahami mengapa laporan laba
mengalami fluktuasi yang sama hampir setiap bulannya.
□ Sangat setuju □ Tidak Setuju□ Setuju □ Sangat Tidak Setuju□ Netral
21.Auditor harus mengetahui apa saja motivasi yang dilakukan manajer
sebagai orang yang mempunyai andil besar dalam laporan keuangan.
□ Sangat setuju □ Tidak Setuju□ Setuju □ Sangat Tidak Setuju□ Netral
22.Political motivasion menyebabkan perusahaan melakukan manajeman
laba, sebagai auditor harus dapat memberikan kelonggaran karena
adanya peraturan pemerintah yang ketat
□ Sangat setuju □ Tidak Setuju□ Setuju □ Sangat Tidak Setuju□ Netral
121
23.Penghematan pajak menjadi motivasi perusahaan melakukan
manajemen laba, sebagai auditor harus lebih detail lagi melihat bukti-
bukti pendapatan perusahaan.
□ Sangat setuju □ Tidak Setuju□ Setuju □ Sangat Tidak Setuju□ Netral
24.Auditor harus dapat mengetahui mengapa bonus yang diterima CEO
meningkat, bersamaan dengan pergantian CEO.
□ Sangat setuju □ Tidak Setuju□ Setuju □ Sangat Tidak Setuju□ Netral
25.Untuk menaikan harga saham, perusahaan yang akan go public
cenderung melakukan manajeman laba, tetapi dalam hal itu auditor
tidak perlu melihat peningkatan laba tersebut.
□ Sangat setuju □ Tidak Setuju□ Setuju □ Sangat Tidak Setuju□ Netral
Variabel (X1) Good corporate governance
26.Anda sebagai auditor, ketika memberi pendapat mengenai kewajaran
laporan keuangan, hendaklah bersikap independent, adil terhadap
keputusan klien, pemakai, dan akuntan public.
122
□ Sangat setuju □ Tidak Setuju□ Setuju □ Sangat Tidak Setuju□ Netral
27.Auditor selama melaksanakan pemeriksaan harus adil dalam
pembagian tugas sesame rekan kerja seprofesi.
□ Sangat setuju □ Tidak Setuju□ Setuju □ Sangat Tidak Setuju□ Netral
28.Good corporate governance harus selalu transparansi terhadap
informasi dalam laporan keuangan yang diaudit.
□ Sangat setuju □ Tidak Setuju□ Setuju □ Sangat Tidak Setuju□ Netral
29.Antara rekan kerja seprofesi haruslah transparans dalam hal
pembagian fee antara partner, senior, junior auditor.
□ Sangat setuju □ Tidak Setuju□ Setuju □ Sangat Tidak Setuju□ Netral
30.Anda sebagai auditor dalam bertugas mempertahankan integritas,
objektivitas, dan independensi
□ Sangat setuju □ Tidak Setuju□ Setuju □ Sangat Tidak Setuju□ Netral
123
31.Sebagai Auditor, anda tidak menjelaskan peran dan tanggung jawab
dalam melaksanakan pemeriksaan.
□ Sangat setuju □ Tidak Setuju□ Setuju □ Sangat Tidak Setuju□ Netral
32.Selama menjalankan profesi auditor, bertanggung jawab bahwa PABU
& SAK menjadi pedoman yang selalu dipetahui auditor.
□ Sangat setuju □ Tidak Setuju□ Setuju □ Sangat Tidak Setuju□ Netral
Variabel (X1) Struktur Pengendalian Intern
33.Untuk mencegah sebelum masalah timbul sebaiknya auditor dapat
membuat pengendalian preventif, yang mempunyai tujuan sebagai pra
tindak agar sesuai dengan yang direncanakan.
□ Sangat setuju □ Tidak Setuju□ Setuju □ Sangat Tidak Setuju□ Netral
124
34.Jika ada kesalahan yang terjadi dalam pelaksanaan aktivitas auditor
tidak perlu membuat pengendalian detektif yang tujuannya untuk
mengidentifikasi masalah
□ Sangat setuju □ Tidak Setuju□ Setuju □ Sangat Tidak Setuju□ Netral
35. Informasi yang diperlukan oleh personil-personil dalam penyelidikan
dan perbaikan kesalahan, auditor harus mengetahui tujuan dari
pengendalian korektif.
□ Sangat setuju □ Tidak Setuju□ Setuju □ Sangat Tidak Setuju□ Netral
36.Sebagai auditor dalam mengevaluasi struktur pengendalian intern
harus mengetahui lingkungan pengendalian, yang merupakan
landasan komponen pengendalian lainnya.
□ Sangat setuju □ Tidak Setuju□ Setuju □ Sangat Tidak Setuju□ Netral
37.Apakah perhitungan risiko perlu diidentifikasi untuk mengetahui
laporan keuangan telah disajikan secara wajar.
□ Sangat setuju □ Tidak Setuju□ Setuju □ Sangat Tidak Setuju□ Netral
125
38.Untuk menyakinkan apakah kebijakan-kebijakan dan prosedur telah
dijalankan sebagai auditor tidak perlu mengetahui aktivitas
pengendalian perusahaan tersebut.
□ Sangat setuju □ Tidak Setuju□ Setuju □ Sangat Tidak Setuju□ Netral
39.Pemantauan adalah suatu proses penilaian kualitas kerja dalam
struktur pengendalian inten apakah auditor perlu untuk mengadakan
pemantauan tersebut.
□ Sangat setuju □ Tidak Setuju□ Setuju □ Sangat Tidak Setuju□ Netral
126
SURAT PERNYATAAN
Saya yang bertanda tangan dibawah ini :
Nama : Heny Wahyuni
NIM : 141.030.184
Program Studi : Akuntansi
Dengan ini menyatakan bahwa untuk memenuhi sebagian persyaratan guna
mencapai gelar Sarjana Ekonomi Strata 1 (S-1) di UTIRA–IBEK Jakarta,
maka saya telah menulis skripsi berjudul :
Analisa Kinerja PT. Inhutani III (Persero) dengan Balanced Scorecard
Penyusunan dan penulisan skripsi ini merupakan buah karya saya sendiri
yang diperoleh sebagai hasil studi pada program S–1 Akuntansi di UTIRA–
IBEK Jakarta. Oleh karenanya saya menyatakan bertanggung jawab penuh
atas skripsi tersebut.
Demikianlah surat pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya, agar semua
pihak maklum.
Jakarta, 1 Juli 2008
Yang membuat pernyataan
127
(Heny Wahyuni)
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama lengkap : Heny Wahyuni
Tempat/Tgl Lahir : Sampit, 12 Austus 1985
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Alamat : Jl. Gelong Baru Utara IIC NO 3, RT 01 RW 07,
Tomang Jakarta Barat
Telepon : 081314333385
Pendidikan Formal:
Tahun 1992 - 1997 : SDN 2 KAL-TENG.
Tahun 1997 - 2000 : SLTP N 1 KALTENG.
128
Tahun 2000 - 2003 : SLTA N 1 KALTENG.
Tahun 2004-sekarang :Fakultas Ekonomi UTIRA-IBEK
Jakarta, 20 Juni 2008
Saya yang bersangkutan,
Heny Wahyuni
129
Heny WahyuniDengan indikator pertanyaan sebagai berikut:
130
Kuesioner
1) Akuntan publik dalam memberikan pendapat mengenai kewajaran laporan
keuangan yang diperiksa, harus bersikap independen dan menegakkan
keadilan terhadap kepentinga klien, pemakai laporan keuangan, maupun
terhadap kepentingan akuntan publik itu sendiri.
2) Akuntan publik yang berprofesi sebagai auditor, selama melaksanakan
pemeriksaan hendaknya bersikap adil dalam hal pembagian tugas antar
sesama rekan kerja seprofesi.
3) Akuntan publik hendaknya berusaha untuk selalu transparansi terhadap
informasi laporan keuangan klien yang diaudit.
4) Akuntan publik hendaknya transparansi dalam hal pembagian fee antara
partner, senior auditor dan auditor yunior.
5) Akuntan publik senantiasa menjelaskan peran dan tanggungjawannya
dalam pelaksanaan pemeriksaan dan kedisiplinan dalam melengkapi
pekerjaan, juga pelaporan.
6) Akuntan publik dalam menjalankan tugasnya harus mempertahankan
integritas, objektivitas dan independensi.
7) Akuntan publik selama menjalankan profesinya memastikan dipatuhinya
prinsip akuntansi yang berlaku umum dan berpedoman pada Standar
Profesi Akuntan Publik (SPAP).
8) Akuntan publik dalam menjalankan profesinya sebagai auditor, harus