LAPORAN TAHUNAN 2016 Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung | 1 I. PENDAHULUAN BPTP Lampung dalam era desentralisasi dituntut harus selalu pro- aktif, responsif dan antisipatif dalam mendukung pembangunan pertanian, khususnya pembangunan sistem dan usaha agribisnis di daerah. Hal ini berarti BPTP Lampung harus dapat menjadi institusi yang mampu memberi- kan masukan dalam membantu mengarahkan pembangunan pertanian di daerah. BPTP juga harus dapat dengan segera merespon permasalahan- permasalahan di sektor pertanian yang muncul di daerah. Selama keberadaannya, BPTP Lampung tetap aktif melaksanakan peng- kajian, perakitan, pengembangan dan pendampingan teknologi pertanian tepat guna spesifik lokasi di Provinsi Lampung. Kegiatan-kegiatan tersebut antara lain Pendampingan Pengembangan Kawasan Tanaman Pangan, Tanaman Perkebunan, Tanaman Hortikultura, Kawasan Peternakan, Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP), Katam, Analisis Kebijakan, Sinkronisasi dan Koordinasi dalam Pendampingan Teknologi Program Utama Kementerian Pertanian, Pengkajian Inhouse, Diseminasi dan Advokasi Inovasi Pertanian, KBI dan KBD mendukung Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL), yang berdampak langsung maupun tidak langsung bagi kesejahteraan masyarakat petani di Lampung. Laporan Tahunan ini merupakan laporan kegiatan BPTP Lampung selama Tahun 2016 dalam mengisi dan mencapai misinya. Dokumentasi capaian kinerja BPTP Lampung yang dituangkan dalam bentuk laporan tahun- an ini, menggambarkan secara menyeluruh dari dua sudut pandang yaitu ke- berhasilan dan kegagalan. Hal ini dilakukan sebagai wahana evaluasi dan bahan pembelajaran ke depan, mulai dari perencanaan dan perumusan program sampai dengan implementasi kegiatan. Materi pokok yang disajikan dalam Laporan Tahunan ini meliputi sumberdaya manusia, sarana dan prasarana, program, anggaran serta sinopsis kegiatan litkaji yang dilakukan BPTP Lampung pada TA. 2016.
125
Embed
I. PENDAHULUAN - lampung.litbang.pertanian.go.idlampung.litbang.pertanian.go.id/ind/images/stories/ppid/laporan... · kajian, perakitan ... pertanian terkemuka di dunia dalam mewujudkan
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
LAPORAN TAHUNAN 2016
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung | 1
I. PENDAHULUAN
BPTP Lampung dalam era desentralisasi dituntut harus selalu pro-
aktif, responsif dan antisipatif dalam mendukung pembangunan pertanian,
khususnya pembangunan sistem dan usaha agribisnis di daerah. Hal ini
berarti BPTP Lampung harus dapat menjadi institusi yang mampu memberi-
kan masukan dalam membantu mengarahkan pembangunan pertanian di
daerah. BPTP juga harus dapat dengan segera merespon permasalahan-
permasalahan di sektor pertanian yang muncul di daerah.
Selama keberadaannya, BPTP Lampung tetap aktif melaksanakan peng-
kajian, perakitan, pengembangan dan pendampingan teknologi pertanian
tepat guna spesifik lokasi di Provinsi Lampung. Kegiatan-kegiatan tersebut
antara lain Pendampingan Pengembangan Kawasan Tanaman Pangan,
Tanaman Perkebunan, Tanaman Hortikultura, Kawasan Peternakan,
Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP), Katam, Analisis
Kebijakan, Sinkronisasi dan Koordinasi dalam Pendampingan Teknologi
Program Utama Kementerian Pertanian, Pengkajian Inhouse, Diseminasi dan
Advokasi Inovasi Pertanian, KBI dan KBD mendukung Kawasan Rumah
Pangan Lestari (KRPL), yang berdampak langsung maupun tidak langsung
bagi kesejahteraan masyarakat petani di Lampung.
Laporan Tahunan ini merupakan laporan kegiatan BPTP Lampung
selama Tahun 2016 dalam mengisi dan mencapai misinya. Dokumentasi
capaian kinerja BPTP Lampung yang dituangkan dalam bentuk laporan tahun-
an ini, menggambarkan secara menyeluruh dari dua sudut pandang yaitu ke-
berhasilan dan kegagalan. Hal ini dilakukan sebagai wahana evaluasi dan
bahan pembelajaran ke depan, mulai dari perencanaan dan perumusan
program sampai dengan implementasi kegiatan. Materi pokok yang disajikan
dalam Laporan Tahunan ini meliputi sumberdaya manusia, sarana dan
prasarana, program, anggaran serta sinopsis kegiatan litkaji yang dilakukan
BPTP Lampung pada TA. 2016.
LAPORAN TAHUNAN 2016
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung | 2
II. ORGANISASI
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Lampung adalah Unit
Pelaksana Teknis Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Badan
Litbang Pertanian) yang berada di bawah dan bertanggungjawab langsung
kepada Kepala Balai Besar Penelitian dan Pengkajian Teknologi Pertanian.
Berdasarkan Keputusan Menteri Pertanian Nomor: 16/Permentan/OT.140/3/
2006 tanggal 1 Maret 2006, BPTP Lampung mempunyai tugas melaksanakan
pengkajian dan perakitan teknologi pertanian tepat guna spesifik lokasi.
Dalam melaksanakan tugas tersebut BPTP Lampung menyelenggarakan
fungsi :
(1) Inventarisasi dan identifikasi kebutuhan teknologi pertanian tepat guna
spesifik lokasi.
(2) Penelitian, pengkajian dan perakitan teknologi pertanian tepat guna
spesifik lokasi.
(3) Pelaksanaan pengembangan teknologi dan diseminasi hasil pengkajian
serta perakitan materi penyuluhan.
(4) Penyiapan kerjasama, informasi, dokumentasi, serta penyebarluasan dan
pendayagunaan hasil pengkajian, perakitan dan pengembangan
teknologi pertanian tepat guna spesifik lokasi.
(5) Pelayanan teknik kegiatan pengkajian, perakitan dan pengembangan
teknologi pertanian tepat guna spesifik lokasi.
(6) Pelaksanaan Urusan Tata Usaha dan Rumah Tangga Balai.
Untuk melaksanakan tugas dan fungsi tersebut, Kepala Badan Litbang
Pertanian melalui keputusan No: OT.130.95.2003 tanggal 31 Desember 2003,
BPTP Lampung dilengkapi 4 kelompok pengkaji (Kelji) yaitu: Kelji Sumber-
daya, Kelji Budidaya, Kelji Mekanisasi dan Teknologi Hasil Pertanian (MTHP),
dan Kelji Sosial Ekonomi.
Susunan organisasi dan tata kerja BPTP Lampung terdiri dari :
a. Subbagian Tata Usaha
LAPORAN TAHUNAN 2016
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung | 3
Mempunyai tugas melakukan urusan kepegawaian, keuangan, per-
lengkapan, surat menyurat, dan kearsipan, serta rumah tangga.
b. Seksi Kerjasama dan Pelayanan Pengkajian (KSPP)
Seksi KSPP mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan penyusunan
rencana, program, anggaran, pemantauan, dan evaluasi serta laporan,
dan penyiapan bahan kerjasama, informasi, dokumentasi, serta penye-
barluasan dan pendayagunaan hasil, serta pelayanan sarana pengkajian,
perakitan, dan pengembangan teknologi pertanian tepat guna spesifik
lokasi.
c. Kelompok Jabatan Fungsional
Kelompok Jabatan Fungsional terdiri dari jabatan fungsional Peneliti,
Penyuluh Pertanian dan sejumlah jabatan fungsional lainnya yang terbagi
dalam berbagai kelompok jabatan fungsional berdasarkan bidang
masing-masing, sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang
berlaku.
Gambar 1. Struktur organisasi BPTP Lampung
KEPALA BPTP
Kasubbag Tata Usaha Kasie Kerjasama dan Pelayanan Pengkajian (KSPP)
Koordinator Kepegawaian
Koordinator Rumah Tangga Pelaporan
dan Sarana Pengkajian
Kerjasama dan
Pelayanan Pengkajian
Pendaya-gunaan
Hasil Pengkajian
Kepala KP. Natar
Kepala KP. Tegineneng
Kepala Lab Diseminasi
Masgar
Kelji Budidaya
Kelji Sumberdaya Kelji Sosial Ekonomi
Kelji MTHP
Koordinator Program dan Evaluasi
LAPORAN TAHUNAN 2016
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung | 4
III. KELEMBAGAAN
A. PROGRAM PENELITIAN DAN EVALUASI
Visi
Setiap organisasi perlu memiliki visi agar mampu eksis dan unggul
dalam persaingan yang semakin ketat dan perubahan lingkungan yang cepat.
Visi BPTP Lampung adalah “Pada Tahun 2015 Menjadi lembaga penelitian
dan pengembangan pertanian terkemuka di dunia dalam mewujudkan sistem
pertanian bio-industri tropika berkelanjutanl.”
Misi
Dalam rangka untuk mewujudkan visinya, BPTP Lampung menetapkan
misinya yakni merakit, menguji dan mengembangkan inovasi pertanian
tropika unggul berdaya saing mendukung pertanian bio-industri dan
mendiseminasikan inovasi pertanian tropika unggul dalam rangka
peningkatan scientific recognition dan impact recognition.
Tujuan
Penetapan tujuan pada umumnya didasarkan kepada faktor-faktor
kunci keberhasilan yang ditetapkan setelah penetapan visi dan misi. Tujuan
akan mengarahkan perumusan sasaran, kebijakan, program dan kegiatan
dalam rangka merealisasikan misi, yang menunjukkan suatu kondisi yang
ingin dicapai dimasa mendatang. Sasaran menggambarkan hal-hal yang ingin
dicapai melalui tindakan-tindakan yang dilakukan untuk mencapai tujuan.
Sasaran akan mem-berikan fokus pada penyusunan kegiatan, bersifat
spesifik, terinci, dapat diukur, dan dapat dicapai.
Dalam jangka menengah (2015-2019) visi dan misi BPTP Lampung
dijabarkan ke dalam tujuan dan sasaran perakitan, pengujian dan
pengembangan serta diseminasi teknologi pertanian tropika unggul berdaya
saing mendukung pertanian bio-industri. Untuk mencapai tujuan dan sasaran
LAPORAN TAHUNAN 2016
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung | 5
tersebut, maka disusun strategi yang disusun atas dasar evaluasi mendalam
terhadap faktor internal dan faktor eksternal yang telah diuraikan pada
perkembangan lingkungan strategis yang terkait dengan kinerja BPTP
Lampung ke depan.
Tujuan kegiatan pengkajian dan pengembangan teknologi di BPTP
Lampung dalam lima tahun ke depan (2015-2019) terdiri atas :
1. Menghasilkan dan mengembangkan inovasi pertanian tropika unggul
berdaya saing mendukung pertanian bio-industri berbasis advanced
technology dan bioscience, aplikasi IT, dan adaptif terhadap dinamika
iklim.
2. Mengoptimalkan pemanfaatan inovasi pertanian tropika unggul untuk
mendukung pengembangan iptek dan pembangunan pertanian nasional.
Sasaran
Sasaran 1: Tersedianya inovasi pertanian unggul spesifik lokasi
Strategi untuk mencapai sasaran tersebut adalah melalui
penyempurnaan sistem dan perbaikan fokus kegiatan pengkajian yang
didasarkan pada kebutuhan pengguna (petani dan pelaku usaha agribisnis
lainnya) dan potensi sumberdaya wilayah. Penyempurnaan sistem pengkajian
mencakup metode pelaksanaan pengkajian serta monitoring dan evaluasi.
Strategi ini diwujudkan ke dalam satu sub kegiatan yaitu: Pengkajian inovasi
pertanian spesifik lokasi.
Sasaran 2: Terdesiminasinya inovasi pertanian spesifik lokasi yang unggul serta terhimpunnya umpan balik dari implementasi program dan inovasi pertanian unggul spesifik lokasi
Strategi untuk mencapai sasaran tersebut adalah melalui peningkatan
kuantitas dan atau kualitas informasi, media dan lembaga diseminasi inovasi
pertanian. Strategi ini diwujudkan ke dalam satu sub kegiatan yaitu:
Penyediaan dan penyebarluasan inovasi pertanian.
LAPORAN TAHUNAN 2016
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung | 6
Sasaran 3: Tersedianya model-model pengembangan inovasi pertanian bioindustri spesifik lokasi
Strategi untuk mencapai sasaran tersebut adalah melalui peningkatan
efektivitas kegiatan tematik di BPTP yang disinergikan dengan UK/UPT
lingkup Balitbangtan, terutama dalam menerapkan hasil-hasil litbang
pertanian dalam super impose model pertanian bio-industri berbasis
sumberdaya lokal.
Sasaran 4: Rumusan rekomendasi kebijakan mendukung percepatan pembangunan pertanian wilayah berbasis inovasi pertanian spesifik lokasi
Strategi untuk mencapai sasaran tersebut adalah melalui peningkatan
kajian-kajian tematik terhadap berbagai isu dan permasalahan pembangunan
pertanian baik bersifat responsif terhadap dinamika kebijakan dan lingkungan
strategis maupun antisipatif terhadap pandangan futuristik kondisi pertanian
pada masa mendatang. Strategi ini diwujudkan ke dalam satu sub kegiatan
yaitu: analisis kebijakan mendukung empat sukses Kementerian Pertanian.
Sasaran 5: Terbangunnya sinergi operasional pengkajian dan pengembangan inovasi pertanian unggul spesifik lokasi
Strategi untuk mencapai sasaran tersebut adalah melalui peningkatan
efektivitas manajemen institusi. Strategi ini diwujudkan ke dalam delapan
sub kegiatan yaitu:
1. Penguatan kegiatan pendampingan model diseminasi dan program
strategis kementan serta program strategis Badan Litbang Pertanian
2. Penguatanmanajemen mencakup perencanaan dan evaluasi
kegiatanserta administrasi institusi
3. Pengembangan kompetensi SDM
4. Penguatan kapasitas kelembagaan melalui penerapan ISO 9001:2008
5. Peningkatan pengelolaan laboratorium
6. Peningkatan pengelolaan kebun percobaan
7. Peningkatan kapasitas instalasi UPBS
LAPORAN TAHUNAN 2016
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung | 7
8. Jumlah publikasi nasional dan internasional
9. Peningkatan pengelolaan data base dan website.
Kegiatan Manajemen dan Pengkajian BPTP Lampung
Kegiatan BPTP Lampung tahun anggaran 2016 mencakup kegiatan
manajemen BPTP Lampung dan kegiatan pengkajian serta diseminasi hasil
pengkajian.
Kegiatan manajemen BPTP Lampung tahun 2016 terdiri atas:
1) Penyusunan Program dan Rencana Kerja/Teknis/Program,
2) Dokumen Monitoring, Evaluasi, dan Pelaporan,
3) SPI dan WBK
4) Peningkatan Layanan Perkantoran,
5) Penyelenggaraan Operasional dan Pemeliharaan Perkantoran,
6) Pengelolaan Administrasi Satuan Kerja,
7) Pengelolaan Sekretariat UAPPA/B-W,
8) Peningkatan Kapasitas Sumberdaya Manusia dan Mutu Manajemen
Satuan Kerja BPTP Lampung,
9) Kerjasama Pengkajian, Pengembangan dan Pemanfaatan Hasil Litbang
(Pendampingan),
10) Pengelolaan Instalasi Pengkajian,
11) Koordinasi dan Sinkronisasi Pelaksanaan Kegiatan,
12) Pengelolaan website/database/kepustakaan.
Kegiatan penelitian, diseminasi hasil litkaji dan Model Bioindustri BPTP
Lampung tahun 2016 tercakup dalam 11 RPTP dan 20 RDHP sebagai berikut:
(1) Analisis Kebijakan Pembangunan Pertanian di Provinsi Lampung,
(2) Kajian Teknologi Penangkaran Padi Lokal Spesifik Lampung,
(3) Kajian Teknologi Perbaikan Kualitas Lahan dan Pengelolaan Air Pada
Laan Sub Optimal untuk Mendukung Swasembada Kedelai di Lampung,
(4) Kajian Sistem Usaha Tani Berbasis Mekanisasi Mendukung Pencapaian
Swasembada Padi,
LAPORAN TAHUNAN 2016
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung | 8
(5) Peningkatan Intensitas Panen Melalui Pengembangan Teknologi Padi
Sistem Ratun pada Lahan Pasang Surut Kabupaten Mesuji,
(6) Pengelolaan Sumber Daya Genetik (SDG),
(7) Tingkat Akurasi Teknologi Kalender Tanam Terpadu di Lampung,
(8) Pemetaan P dan K untuk Penetapan Rekomendasi Pemupukan Spesifik
pada Komoditas Unggul di Provinsi Lampung,
(9) Kajian Adaptasi Tiga Varietas Kedelai di Lahan Masam Lampung Selatan
yang di Phosfat,
(10) Kajian Pengembangan Lada dan Pengendalian HPT pada Lahan Kering
Masam di Lampung,
(11) Kajian Teknologi Adaptif Pengolahan Sirup Glukosa dari Pati Beberapa
Varietas Ubikayu
(12) Pendampingan Pengembangan Kawasan Pertanian Nasional Tanaman
Pangan,
(13) Pendampingan Pengembangan Kawasan Pertanian Nasional Tanaman
Perkebunan,
(14) Pendampingan Pengembangan Kawasan Pertanian Nasional Tanaman
Hortikultura,
(15) Pendampingan Pengembangan Kawasan Pertanian Nasional Peternakan
Sapi,
(16) Kalender Tanam,
(17) Identifikasi Calon Lokasi, Koordinasi, Bimbingan dan Dukungan Teknologi
UPSUS, PJK, ASP dan Komoditas Utama Kementan
(18) Pendampingan PUAP,
(19) Kebun Bibit Inti dan Kebun Bibit Desa
(20) Taman Agro Inovasi
(21) Taman Sain Pertanian
(22) Peningkatan Komunikasi Inovasi Teknologi dan Penyuluh,
(23) Visitor Plot,
(24) Perpustakaan, Majalah dan Pencetakan Buku,
(25) Taman Agro Inovasi,
LAPORAN TAHUNAN 2016
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung | 9
(26) Pengembangan Model Kawasan Mandiri Benih di Lampung
(27) Produksi Benih Padi
(28) Produksi Benih Kedelai,
(29) Model Pertanian Bioindustri Berbasis Integrasi Tanaman Ubi Kayu dan
Ternak Kambing,
(30) Model Pertanian Bioindustri Berbasis Integrasi Tanaman Padi dan Ternak
Sapi
(31) Model Pertanian Bio Industri Berbasis Integrasi Tanaman Lada dan
Ternak Terpadu LASA di Lampung
B. PENATAKELOLAAN PENELITIAN DAN PENGKAJIAN DI BPTP
LAMPUNG
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung telah menerapkan
Sistem Pengendalian Intern (SPI) dalam rangka mengendalikan pelaksanaan
kegiatan penelitian dan pengkajian serta pelaksanaan kepemerintahan yang
baik (good governance) serta memberikan keyakinan atas tercapainya tujuan
organisasi melalui kegiatan yang efektif dan efisien, keandalan pelaporan
keuangan, pengamanan asset negara dan ketaatan terhadap peraturan
perundang-undangan. Selain SPI ada juga Monitoring dan Evaluasi (Monev)
yang dilaksanakan secara bertahap mulai dari Monev Ex ante, On going dan
Ex post.
Selain telah menerapkan sistem pengendalian intern, BPTP Lampung
juga menerapkan sistem manajemen mutu berbasis ISO 9001:2008 dalam
rangka penerapan pelayanan prima kepada masyarakat. Sertifikat KAN telah
diperoleh pada tahun 2010 berdasarkan hasil penilaian lembaga sertifikasi
terhadap kepatuhan institusi dalam mengimplementasikan dokumen panduan
mutu yang telah disusun.
LAPORAN TAHUNAN 2016
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung | 10
C. PENGELOLAAN SUMBER DAYA
C.1. Anggaran Tahun 2016
Dalam melaksanakan tupoksinya, BPTP Lampung pada Tahun 2016 di-
dukung oleh sumber dana yang berasal dari dana APBN dalam bentuk Rupiah
Murni (RM) sebelum revisi anggaran adalah sebesar Rp. Rp. 22.931.274.000,-
(Dua puluh dua milyar sembilan ratus tiga puluh satu juta dua ratus tujuh
puluh empat ribu rupiah) setelah revisi selama 6 (enam) kali pagu anggaran
berubah menjadi Rp. 22.292.973.000,- (Dua puluh dua milyar dua ratus
sembilan puluh dua juta sembilan ratus tujuh puluh tiga ribu rupiah), karena
ada anggaran yang diblokir Rp. 877.201.000,- (Delapan ratus tujuh puluh
tujuh juta dua ratus satu ribu rupiah) sehingga pagu anggaran yang bisa
digunakan hanya Rp 21.415.772.000,- (Dua puluh satu milyar empat ratus
lima belas juta tujuh ratus tujuh puluh dua ribu rupiah) dengan rincian
sebagai berikut :
- Belanja pegawai Rp. 7.994.813.000,-
- Belanja barang operasional Rp. 1.577.800.000,-
- Belanja barang non operasional Rp. 8.619.169.000,-
- Belanja modal Rp. 3.223.990.000,-
Realisasi anggaran per 31 Desember 2016 adalah sebesar Rp.
20.630.222.426,- (Dua puluh milyar enam ratus tiga puluh juta dua ratus dua
puluh dua ribu empat ratus dua puluh enam rupiah) atau 96,33% dari pagu
anggaran, dengan rincian :
- Belanja pegawai Rp. 7.322.748.199,- (91,59%)
- Belanja barang operasional Rp. 1.546.341.152,- (98,01%)
- Belanja barang non operasional Rp. 8.577.295.475,- (99,51%)
- Belanja modal Rp. 3.183.837.600,- (98,75%)
LAPORAN TAHUNAN 2016
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung | 11
Tabel 1. Realisasi anggaran per 31 Desember 2016
Uraian Anggaran
(Rp)
Realisasi
(Rp) %
1. Realisasi Pendapatan Negara
- Penerimaan Pajak - - -
- Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP)
68.635.000,- 327.104.688 476,58
- Penerimaan hibah - - -
2. Realisasi Belanja Negara 21.415.772.000 20.630.222.426 96,33
A. Rupiah Murni
- Belanja Pegawai 7.994.813.000 7.322.748.199 91,59
- Belanja Barang Operasional 1.577.800.000 1.546.341.152 98,01
- Belanja Barang Non Operasional
8.619.169.000 8.577.295.475 99,51
- Belanja Modal 3.100.090.000 3.087.061.600 99,58
B. Pinjaman Luar Negeri (PLN)
- Belanja Modal 123.900.000 96.776.000 78,11
C.2. Pendapatan Negara Bukan Pajak (PNBP) Tahun 2016
Realisasi Pendapatan Negara Balai Pengkajian Teknologi Pertanian
Lampung per 31 Desember 2016 adalah sebesar Rp. 327.104.688,- atau
mencapai 394% dari perkiraan target penerimaan yang ditetapkan untuk
tahun 2016 yaitu sebesar Rp.83.000.000. Realisasi ini berasal dari
Pendapatan Negara Bukan Pajak lainnya yang berasal dari penjualan hasil
Pertanian, Kehutanan dan Perkebunan; pendapatan, gedung dan bangunan
berupa sewa mess; sewa rumah dinas/rumah negara; penerimaan kembali
ganti rugi atas kerugian negara; penerimaan jasa giro dan penerimaan
kembali belanja lainnya TAYL. BPTP Lampung tidak memiliki pendapatan
hibah. Rincian perkiraan target penerimaan dan realisasi PNBP lainnya tahun
2016 dapat dilihat dalam tabel berikut ini:
LAPORAN TAHUNAN 2016
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung | 12
Tabel 2. Perkiraan target penerimaan dan Realisasi PNBP Tahun 2016
URAIAN
Perkiraan
Target
Penerimaan
Realisasi %
Penerimaan Fungsional
Penjualan Hasil Pertanian, Kehutanan dan Perkebunan
53.000.000 256.050.000 483
Pendapatan Laboratorium 10.000.000 60.756.000 608
Pendapatan Sewa Mess 10.000.000 3.990.000 40
Jumlah Penerimaan 73.000.000 320.796.000 439
Penerimaan Umum
Sewa rumah dinas 8.000.000 4.884.688 61,06
Lelang 2.000.000 0 0,00
Pendapatan Jasa Lembaga Keuangan/ Jasa Giro
0 0 0,00
Penerimaan Kembali ganti rugi atas
kerugian Negara
0 0 0,00
Penerimaan Kembali Belanja lainnya
TAYL
0 1.424.000 100
Jumlah Penerimaan 10.000.000 6.308.688 63,09
Total Pendapatan dan Hibah 83.000.000 327.104.688 394
C.3. Sumber Daya Manusia (SDM)
Sumberdaya manusia (SDM) merupakan potensi dan kekuatan yang
tidak bisa diabaikan dalam suatu lembaga/instansi, termasuk bagi BPTP
Lampung. Ketersediaan SDM yang memadai dengan tingkat keahlian dan
kompetensi yang berimbang akan memberikan dampak yang cukup signifikan
bagi pencapaian misi dan visi lembaga. Untuk tahun 2016, PNS di BPTP
Lampung berjumlah 94 orang tidak termasuk tenaga kontrak sebanyak 14
orang, yang tersebar pada 4 unit kerja (Tabel 3).
Tabel 3. Jumlah PNS BPTP Lampung berdasarkan golongan kepangkatan dan unit kerja
No Unit kerja Golongan (orang)
Jumlah IV III II I
1. 2.
3. 4.
BPTP Lampung-Hajimena KP Natar
KP Tegineneng Lab Diseminasi Masgar
19 -
- -
37 3
- 3
17 10
3 1
1 -
- -
74 13
3 4
Jumlah 19 43 31 1 94
LAPORAN TAHUNAN 2016
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung | 13
PNS BPTP Lampung yang berpendidikan S3 berjumlah 5 orang, S2
berjumlah 19 orang, dan S1 berjumlah 24 orang (Tabel 4). Proporsi jumlah
tenaga berdasarkan kriteria pendidikan tersebut belum mencukupi
persyaratan critical mass. Untuk meningkatkan kualitas dan kompetensi
tenaga SDM perlu dilakukan pendidikan dan pelatihan sesuai bidang ilmu
yang dibutuhkan.
Tabel 4. Sebaran PNS BPTP Lampung berdasarkan golongan dan pendidikan per Desember 2016
No Gol/ruang Tingkat Pendidikan
JUMLAH S3 S2 S1 D4 SM D3 D2 D1 SLTA SLTP SD
1. IV/e - 1 - - - - - - - - - 1
1. IV/d 1 1 1 - - - - - - - - 3
2. IV/c 1 1 1 - - - - - - - - 3
3. IV/b - 6 1 - - - - - - - - 7
4. IV/a 3 2 - - - - - - - - - 5
5. III/d - 1 2 - - - - - - - - 3
6. III/c - 2 2 - - 2 - - - - - 6
7. III/b - 5 9 1 - 1 - - 4 - - 20
8. III/a - - 8 - - 1 1 - 4 - - 14
9. II/d - - - - - 1 - - 2 - - 3
10. II/c - - - 1 - 1 - - 9 - - 11
11. II/b - - - 1 - - - - 6 - - 7
12. II/a - - - - - - - - 4 2 3 9
13. I/d - - - - - - - - - 1 - 1
14. I/c - - - - - - - - - - 1 1
JUMLAH 5 19 24 3 - 6 1 - 29 3 4 94
Sampai dengan tahun 2015 BPTP Lampung memiliki 52 orang tenaga
fungsional, terdiri dari 33 orang peneliti, 12 orang penyuluh, 5 orang
litkayasa, dan 2 orang arsiparis (Tabel 5).
Tabel 5. Sebaran tenaga fungsional berdsarkan jabatan fungsional per Desember 2016
No. Jabatan Fungsional Jumlah
1. Peneliti:
Peneliti Utama 3
Peneliti Madya 10
Peneliti Muda 5
Peneliti Pertama 13
Jumlah 33
2. Penyuluh:
Penyuluh Pertanian Madya 3
Penyuluh Pertanian Muda 6
Penyuluh Pertanian Pertama 2
Calon Penyuluh Pertanian Pertama 1
LAPORAN TAHUNAN 2016
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung | 14
Jumlah 12
3. Litkayasa:
Teknisi Litkayasa Penyelia 0
Teknisi Litkayasa Pelaksana Lanjutan 2
Teknisi Litkayasa Pelaksana 1
Calon Litkayasa Pemula 2
Jumlah 5
4. Arsiparis:
Arsiparis Pertama 1
Arsiparis Terampil Pelaksana 1
Jumlah 2
TOTAL 52
C.4. Fasilitas
Seperti halnya dengan sumberdaya manusia, sarana dan prasarana
merupakan salah satu sumber energi utama untuk menjalankan roda
organisasi. Dukungan sarana dan prasarana yang memadai akan sangat
menunjang kelancaran pelaksanaan kegiatan di BPTP Lampung. Barang-
barang tidak bergerak yang dimiliki oleh BPTP Lampung meliputi tanah dan
bangunan. Keseluruhan tanah yang dimiliki oleh BPTP Lampung adalah seluas
738.217 m2, yang terdiri dari tanah bangunan rumah negara golongan III,
tanah bangunan kantor pemerintah, dan tanah kebun percobaan. Sedangkan
gedung dan bangunan yang dimiliki BPTP Lampung sebanyak 62 unit terdiri
atas 4 unit bangunan gedung kantor permanen, 7 unit bangunan gedung
tertutup permanen, 2 unit bangunan gedung laboratorium permanen, 2 unit
gedung garasi/pool, 1 unit bangunan lantai jemur permanen, 4 unit
bangunan gedung tempat kerja lainnya, 2 unit screen house, 1 unit gedung
display, 1unit gedung pelatihan, 1 unit gedung pasca panen, 40 unit rumah
negara golongan II, dan 3 unit mess permanen.
C.4.1. Kebun Percobaan (KP)
BPTP Lampung memiliki dua buah Kebun Percobaan dan satu buah lab
diseminasi yang masing-masing berlokasi di Kecamatan Natar, Tegineneng,
dan Masgar. Kebun Percobaan Natar yang sekarang berganti nama Taman
Sains Pertanian (TSP) merupakan salah satu dari 3 kebun milik BPTP
LAPORAN TAHUNAN 2016
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung | 15
Lampung yang mempunyai areal paling luas yaitu 60 ha. KP. Natar berada di
Desa Negara Ratu, Kecamatan Natar, Kabupaten Lampung Selatan, berjarak
sekitar 10 km dari kantor induk BPTP Lampung, di Bandar Lampung. Kebun
berada pada ketinggian 135 m dpl laut, mempunyai jenis tanah latosol dan
sebagian posolik merah kuning, bahan induk dari tuf vulkan, mempunyai
tingkat kesuburan sedang. Komoditas yang dikembangkan pada jenis tanah
ini antara lain untuk tanaman perkebunan (karet, kakao, kopi robusta, lada,
panili, lada perdu dan jarak pagar), tanaman pangan lahan kering (jagung,
ubikayu, kedelai dan kacang tanah), tanaman hortikultura (nanas, pepaya
dan cabai, buah naga), serta tanaman obat-obatan (temu-temuan,
solanaceae dan jahe). Implasement dan penggunaan lahan di KP. Natar
dapat dilihat pada Tabel 6.
Tabel 6. Luas Implasement dan Penggunaan Lahan KP Natar.
No. Penggunaan Luas 1. Implasement kantor/perumahan 75.000 m2 2. Lahan rumput pakan 10.000 m2 3. Lahan kandang ternak sapi 5.000 m2 4. Lahan kandang ternak ayam 2.500 m2 5. Tanaman Perkebunan 211.100 m2 6. Tanaman koleksi 19.250 m2 7. Tanaman Pangan Hortikultura 184.000 m2 8. Lahan kerjasama penelitian 17.500 m2 9. Lahan embung 20.000 m2 10. Lahan timbunan embung 30.000 m2 11. Jalan kebun dan parit 15.000 m2
KP. Tegineneng berada di Kampung Banyuwangi, Desa Mandah,
Kecamatan Tegineneng, Kabupaten Pesawaran mempunyai areal seluas ± 15
ha terdiri dari 7 ha digunakan untuk kegiatan penelitian dan pengkajian, 5 ha
untuk tanaman kedelai, 1 ha untuk kegiatan visitor plot, 0,32 ha untuk
tanaman karet, 0,14 ha koleksi tanaman jambu mete, 0,50 ha embung, 0,50
ha tanaman kacang hijau, 0,59 ha lahann kerjasama klon ubi kayu, o,66 jalan
kebun, 0,05 ha rumah dinas dan 0,20 ha implasement kantor dan gudang.
Kebun berada pada ketinggian 69 m dpl, jenis tanah pod solik merah kuning,
dan pH 4,5-5,5.
LAPORAN TAHUNAN 2016
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung | 16
Lab Diseminasi Masgar berlokasi di Desa Masgar, Kecamatan
Tegineneng, Kabupaten Pesawaran mempunyai areal seluas 18.056 m2 yang
digunakan untuk tanah dan bangunan, bangunan kantor seluas 7.881 m2,
dan kebun visitor plot seluas 5.690 m2.
C.4.2. Laboratorium Teknis
Laboratorium teknis BPTP Lampung bertugas untuk melayani
permintaan analisis dari peneliti lingkup BPTP Lampung, instansi pemerintah
lainnya, perusahaan swasta, para peneliti, mahasiswa, masyarakat umum dan
petani. Analisa yang dilayani adalah analisis tanah, analisis pupuk organik,
analisis pupuk anorganik, analisis jaringan tanaman, dan analisis air.
Tahun 2016 ini telah dilakukan penyusunan Dokumen Sistem Mutu
untuk Percepatan Akreditasi Laboratorium berdasarkan ISO/IEC 17025 :
2008, Dokumen Sistem Mutu Laboratorium yang telah disusun adalah
Perpustakaan BPTP Lampung merupakan salah satu unit pendukung
kegiatan Balai dalam mem-berikan layanan informasi hasil-hasil
penelitian/pengkajian yang dilakukan BPTP Lampung kepada masyarakat
pengguna. Layanan perpustakaan di-berikan kepada semua pengguna baik
karyawan di lingkup Balai mau-pun masyarakat luas.
Peningkatan kapasitas institusi BPTP melalui peningkatan pelayanan
jasa perpustakaan terhadap pengguna akhir, pengguna antara, dan penentu
kebijakan serta mendukung peningkatan adopsi dan difusi teknologi hasil
penelitian dan pengkajian secara digital melalui perpustakaan digital.
LAPORAN TAHUNAN 2016
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung | 17
C.4.4. Website
Peroses update dan Upload data paling banyak pada data Berita
sebanayak 69 berita. Pada data SDM professional telah diinput data
sebanyak 51 data SDM Profesional BPTP Lampung. Untuk info teknologi
telah diinput sebanyak 14 data info teknologi sepanjang 2016. Website BPTP
Lampung telah dimigrasi dari joomla versi 1.5 ke versi 3.4.1 dengan berbagai
module tambahan. Website BPTP Lampung telah responsive dan mobile
friendly. Berbagai media social BPTP Lampung berupa facebook, youtube,
tweeter, instagram telah dihubungkan dengan website BPTP lampung.
Gambar 2. Tampilan Facebook dan Tweeter BPTP Lampung
Gambar 3. Tampilan Youtube dan Instagram BPTP Lampung
C.4.5. Kendaraan dinas
Pada tahun 2016, kendaraan dinas yang dimiliki BPTP Lampung
sebanyak 9 unit kendaraan roda empat (minibus), 2 unit kendaraan bermotor
angkutan barang lainnya, dan 17 unit kendaraan roda dua, dengan kondisi
kendaraan masih berfungsi baik. Kendaraan roda dua dan roda empat ini di-
LAPORAN TAHUNAN 2016
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung | 18
gunakan untuk mendukung aktivitas kegiatan penelitian maupun administrasi
di BPTP Lampung. Inventaris kendaraan dinas dan kondisinya disajikan pada
Tabel 7.
Tabel 7. Daftar kendaraan roda empat BPTP Lampung, Desember 2016
No. Nama Kendaraan Tahun Perolehan Kondisi (Baik/Rusak)
1. Pick UP Grandmax 2013 Baik
2. Toyota Hilux Pick Up 2013 Baik
3. Nissan X-Trail 2013 Baik
4. Toyota Kijang Inova 2011 Baik
5. Toyota Hilux Double Cabin 2010 Baik
6. Daihatsu Espass 2005 Baik
7. Toyota Kapsul LGX 1999 Baik
8. Toyota Kapsul LSX 1998 Baik
9. Toyota Kapsul LX 1997 Baik
10. Toyota Kijang Super 1993 Baik
11. Suzuki Carry Pick Up Baik
12. Suzuki APV 2015 Baik
C.5. Pengadaan Peralatan C.5.1. Pengadaan peralatan dari APBN
Pada Tahun 2016 BPTP Lampung mengadakan 1 unit PC, 3 unit laptop,
3 unit printer, dan lain-lain. Pengadaan peralatan selengkapnya dapat dilihat
pada Tabel 8.
Tabel 8. Daftar pengadaan peralatan BPTP Lampung Tahun 2015
No. Nama Peralatan Volume
1. Komputer PC 1 unit
2. Laptop 3 unit
3. Printer 3 unit
4. AC 3 unit
5. Portable water pump 1 unit
6. Scanner 1 unit
7. Lemari Penyimpan 7 unit
8. Lemari kayu 15 unit
9. Filling cabinet besi 1 unit
10. Meja kerja kayu 13 unit
11. Kursi besi 16 unit
12. Kursi kayu 7 unit
LAPORAN TAHUNAN 2016
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung | 19
13. Sice 1 unit
14. Kasur/Springbed 7 buah
15. Lemari Es 1 buah
16. Sound system 1 buah
17. Dispenser 1 buah
18. Karpet 1 buah
19. Gordyn 1 buah
20. Meja gambar 7 buah
21. Kamera udara 1 unit
22. Microscope 1 unit
23. Water Distilling Apparatus 1 buah
24. Stabilizer/UPS 3 buah
25. Layar proyektor 2 buah
26. Jalan khusus lain 1 unit
27. Instalasi air sumber 1 unit
28. Instalasi lain-lain 1 unit
29. Jaringan listrik lainnya 1 unit
30. Hewan ternak (kambing) 30 ekor
31. Bangunan fasilitas umum lainnya 1 unit
32. Pagar permanen 2 unit
33. Bangunan gudang terttutup permanen 1 unit
34. Bangunan gedung instalasi lainnya 1 unit
35. Bangunan kandang 1 unit
36. Rumah negara golongan II Tipe permanen 1 unit
D. KERJASAMA HASIL PENELITIAN, PENGEMBANGAN, DAN PEMANFAATAN HASIL LITBANG Pada tahun 2016 telah dilakukan kerjasama penelitian antara BPTP
Lampung dengan instansi lain. Judul kegiatan kerjasama penelitian tahun
2016 dapat dilihat pada Tabel 9.
Tabel 9. Kerjasama penelitian dengan instansi lain, tahun 2016
No Judul Kerjasama Mitra Kerjasama
1. Uji Efektivitas Penggunaan Pupuk Kayabio terhadap pertumbuhan dan produksi pada tanaman padi di lahan sawah
PT Petrokimia Gresik
2. Pembinaan Pertanian dan Peternakan kepada peserta didik dan Guru
PT. ASTRA dan YP-Michael D Ruslim
3. Uji Efektivitas pupuk hayati Bioripah pada tiga varietas kedelai dalam memperbaiki pertumbuhan dan produksi kedelai di lahan sub-optima
PT. PUSRI
LAPORAN TAHUNAN 2016
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung | 20
IV. HASIL PENGKAJIAN
A. ANALISIS KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PERTANIAN DI PROVINSI LAMPUNG
1. Issue terhadap serangan hama wereng pada tanaman padi di
Lampung dan Rekomendasi Kebijakan Serangan hama wereng di Propinsi Lampung menjadi issue sangat
sensitif pada saat ini tahun 2016 dalam upaya mengejar peningkatan
produksi padi sawah di Lampung. Pada saat itu dirasakan serangan hama
tersebut menunjukkan tingkat serangan yang cukup mengkhawatirkan bagi
masyarakat petani padi. Serangan wereng pada tanaman padi di Lampung
meningkat dibanding masa tanam sebelumnya yaitu tahun 2014/2015.
Peningkatan serangan tersebut diidentifikasi karena (a) dampak pola
pemanfaatan lahan yang dilakukan secara terus-menerus tanpa jeda
(istirahat) sehingga penanaman padi di semua sentra produksi terus menerus
dilakukan, (b) penggunaan pestisida yang berlebihan atau berlangsung lama
pada lahan yang sama, (c) kondisi lingkungan yang mendukung berupa
kondisi lembab dan panas mendukung reproduksi hama.
Upaya-upaya yang dilakukan antara lain: (a) melakukan pengolahan
tanah lewat penggunaan bahan-bahan organik agar bisa menetralkan
kandungan pH (keasaman) tanah yang rata-rata sudah dalam ambang batas
tidak wajar sehingga memberikan lingkungan yang optimal untuk
perkembangan tanaman, (b) melakukan jeda tanam padi atau melakukan
pemutusan pola tanam yang sama secar terus menerus untuk memutus
perkembangan hama atau memperkecil ruang perkembangan hama, (c)
penggunaan musuh alami ataupun pestisida ramah lingkungan, (d)
melakukan pengendalian hama dan penyakit secara terpadu, (e) pada daerah
endemik hama wereng dilakukan pemberantasan secara masal dengan
tingkat penaggulangan secara ekstreem yaitu mengisolasi kemuadia
dilakukan penyemprotan menggunakan pestisida yang tepat dosis, tepat
sasaran, tepat waktu sehingga hama wereng langsung mati.
LAPORAN TAHUNAN 2016
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung | 21
Pihak-pihak yang dapat dilibatkan antara lain dengan memberdayakan
petugas lapangan yang ada, seperti penyuluh, KCD, POPT, dan staf
laboratorium hama penyakit secara maksimal serta peran aktif para petani.
Selain itu diperlukan rumusan kebijakan dari Pemerintah Daerah maupun
instansi yang berwenang di bidang pertanian seperti antara lain Dinas
Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura, Badan Penyuluhan Pertanian
Perkebunan Perikanan dan Kehutanan di wilayah Propinsi Lampung, badan
penelitian dan pengembangan Pertanian bersama dengan instansi yang
bergerak di bidang pertanian untuk merumuskan kebijakan yang mendukung
upaya tersebut.
Kedepan untuk mengendalikan hama tersebut perlu upaya kebijakan
antara lain: (a) Segera melakukan indentifikasi dan memetakan daerah-
daerah endemik hama wereng yang menyerang padi sawah, (b) Mengisolasi
daerah yang terkena serangan hama wereng untuk selanjutnya dilakukan
tindakan pemberantasan secara intensif dengan berbagai cara antara lain
penggunaan pestisida tepat sasaran agar kedepan tidak terjadi resurjensi
hama wereng, (c) Untuk daerah-daerah yang belum terkena serangan hama
wereng diupayakan untuk dilakukan antisipasi berupa penggunaan pestidia
nabati yang aman bagi lingkungan, (d) Perlu dibangkitkan dan diprogramkan
kembali sekolah lapangan pengendalian hama terpadu di wilayah Propinsi
Lampung, (e) Perlu keterpaduan koordinasi antar instansi pemerintah yang
bergerak pada bidang pertanian dalam upaya mengatasi hama wereng, (f)
Perlu digalakkan kembali kinerja satuan tugas pengamat hama dan penyakit
tanaman (POPT) secara intensif di seluruh wilayah Propinsi Lampung.
2. Issue tentang kondisi irigasi dan sumberdaya air di Lampung dan Rekomendasi Kebijakan. Saran Rekomendasi kebijakan dalam mengantisipasi permasalahan
kebutuhan pemenuhan air irigasi mendukung produksi padi di Provinsi
Lampung :
a. Identifikasi sumber air baru yang berpotensi lestari memberikan tambahan
sumber irigasi bagi pembukaan lahan pertanian.
LAPORAN TAHUNAN 2016
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung | 22
b. Revitalisasi saluran tersier, pembuatan talud, dan pembuatan saluran
drainasi oleh Pemerintah daerah khususnya Dinas Pengairan PU Propinsi
Lampung.
c. Pembuatan bangunan bendungan baru, embung dan atau sumber air
irigasi baru mampu mengairi minimal 500 ha oleh Kementerian Pekerjaan
Umum.
d. Pembuatan sumur dalam maupun sumur bor skala sedang untuk mengairi
sawah apabila kekurangan air dimusim gadu dengan biaya darin
pemerintah daerah dengan melibatkan tenaga swadaya masyarakat.
e. Penciptaan inovasi teknologi budidaya padi hemat air spesifik wilayah.
B. Kajian Teknologi Penangkaran Padi Lokal Spesifik Lampung
a. Penangkaran dengan media tanah sawah dalam pot besar.
Tabel 10. Rataan Pertumbuhan Tinggi Tanaman dan Jumlah anakan Pada pertanaman umur 2 bulan dalam pot.
Pertumbuhan tinggi tanaman yang ditanam dalam pot dengan media
tanah sawah (tersedia banyak air/terendam), dengan umur 2 bulan,
tanamannya tumbuh tinggi rata-rata di atas 100 cm baik pada tanaman yang
biasa ditanam di tegalan/lahan kering maupun yang biasa di sawah dan juga di
rawa.
b. Penangkaran dengan media lahan kering (langsung tanam di lahan kering)
Nama Padi Lokal Rataan Pertumbuhan
Tinggi Tanaman(cm)
Jumlah Anakan
Padi SiRenik-Tanggamus 124,50 15,50
Padi Hitam Lampung-Pringsewu 112,42 21,75
Padi Rawa -Mesuji 123,83 19,33
Padi Umbul-Umbul80 106,34 19,42
Padi Pandan Wangi-T.Bawang 140,58 18,10
Padi SiCantik-Pardasuka(P.sewu)
124,17 18,34
Padi Sumber Baru-L.Tengah 121,92 19,0
LAPORAN TAHUNAN 2016
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung | 23
Ada perbedaan pertumbuhan tinggi tanaman di tegalan/lahan kering.
Bagii pertanaman (materi padi lokal) yang biasa ditanam di sawah rata-rata
pertumbuhan tinggi tanaman lebih rendah seperti padi umbul-umbul (kurang
dari 60 cm) dibandingkan dengan tanaman padi lokal yang biasa ditanam di
tegalan /lahan kering seperti pandan wangi dan Sicantik,Si Renik,padi Sumber
Baru yang tumbuh lebih dari 80 cm.
Tabel 11. Rataan Pertumbuhan Tinggi Tanaman dan Jumlah anakan Pada
pertanaman umur 2 bulan di lahan kering
C. Kajian Teknologi Perbaikan Kualitas Lahan dan Pengelolaan Air
Pada Lahan Sub Optimal untuk mendukung Swasembada Kedelai di Lampung
a. Kajian Peningkatan produktivitas padi pada lahan rawa pasang surut dengan kombinasi pupuk anorganik dan pemanfaatan pembenah tanah (pupuk organik)
Rata-rata tanaman tertinggi diperoleh Varietas Inpara 2 dengan
Padi Sumber Baru-L.Tengah 84,60 19,30 Inpago 9 (Pembanding) 63,7 16,6
LAPORAN TAHUNAN 2016
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung | 24
Tabel 12. Pengaruh pupuk dan pembenah tanah terhadap pertumbuhan dan
komponen hasil padi varietas Inpari 30 dan Inpara 2
Varietas Pupuk Tinggi
(cm)
Jumlah
malai
Panjang
malai
Jumlah
gabah
Jumlah
Hampa
Inpari 30
Rekomendasi 109,5 21,3 25,2 157,8 15,3
Biochar 114,1 20,5 24,3 156,9 22,2
Dekomposer 115,3 21,3 25,2 176,2 15,3
Inpara 2
Rekomendasi 128,5 24,8 24,5 188,7 24,9
Biochar 129,1 20,6 25,2 190,5 22,8
Dekomposer 130,2 27,8 24,8 203,3 23,8
Ciherang Kontrol 102,9 13,6 22,8 150,5 28.7
Hasil analisis statistik pada petak utama (varietas) menunjukkan
Inpara 2 nyata lebih tinggi tanamannya dibandingkan dengan Inpari 30,
sementara terhadap komponen hasil jumlah malai dan panjang malai tidak
berbeda nyata. Rata-rata jumlah gabah/malai Inpara 2 nyata lebih banyak
(18,7 %) dibanding Inpari 30. Pengaruh varietas (Inpari 30 dan Inpara 2)
terhadap pertumbuhan dan komponen hasil padi disajikan pada tabel berikut
:
Tabel 13. Pengaruh varietas (Inpari 30 dan Inpara 2) terhadap pertumbuhan dan,
komponen hasil padi
Varietas Tinggi
(cm)
Jumlah
malai
Panjang
malai
Jumlah
gabah
Jumlah
Hampa
Inpari 30 112,96 b 21,03 a 24,9 a 163,63 b 17,6 b
Inpara 2 129,27 a 24,4 a 22,8 a 194,17 a 23,8 a
Perlakuan pupuk organik (dekomposer) nyata terhadap jumlah malai
dan jumlah gabah/malai, tetapi untuk parameter tinggi tanaman dan panjang
malai tidak nyata. Perlakuan dekomposer 4 l t/ha +
pupukanorganikrekomendasi 75 % nyata meningkatkan jumlah malai sekitar
20 % dibandingkan perlakuan biochar + pupukanorganikrekomendasi 75
%,dan nyata meningkatkan jumlah gabah/malai tanaman sekitar 10 %
dibandingkan perlakuan pupuk anorganik 100 %. Pengaruh pupuk dan
LAPORAN TAHUNAN 2016
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung | 25
pembenah tanah terhadap pertumbuhan dan komponen hasil padi disajikan
dalam tabel berikut.
Tabel 14. Pengaruh pupuk dan pembenah tanah terhadap pertumbuhan dan,
komponen hasil padi.
Perlakuan
Pupuk
Tinggi
(cm)
Jumlah
malai
Panjang
malai
Jumlah
gabah
Jumlah
Hampa
Rekomendasi 119,05 a 23,09 ab 24,85 a 173,25 b 20,1 a
Biochar 121,61 a 20,55b 24,75 a 173,71 b 22,5 a
Dekomposer 122,75 a 24,55 a 25,05 a 189,75 a 19,6 a
Perlakuan dekomposer 4 l t/ha + pupukanorganikrekomendasi 75 %
pada Varietas Inpara 2 memberikan hasil tertinggi(8,29 t/ha), dimana lebih
tinggi 9,4 % dibandingkan dengan hanya pupuk anorganik atau 29,1 %
dibandingkan produktivitas Ciherang.
b. Pengelolaan Hara Tanaman Kedelai Spesifik Lahan Rawa Pasang Surut. Pengaruh pengelolaan hara tanaman kedelai terhadap pertumbuhan
dan bobot brangkasan tanaman kedelai menunjukkan jumlah cabang dan
bobot brangkasan basah (BB) dan bobot brangkasan kering (BK) tanaman
berbeda nyata pada taraf 5% uji Duncan. Namun tinggi tanaman, dan
panjang akar tidak berbeda. Perlakuan NPK (45 kg N; 72 kg P2O5; 120 kg
K2O)/ha memberikan pertumbuhan vegetatif dan bobot brangkasan tertinggi,
disusul PHSL-1 (43 kg N; 50 kg P2O5; 100 kg K2O) tidak berbeda dengan
perlakuan PHSL-2 (30 kg N; 37 kg P2O5; 80 kg K2O)/ha dan PHSL-3 (22 kg
N; 28 kg P2O5; 60 kg K2O)/ha dan dosis pupuk rekomendasi umum (45 kg
N; 36 kg P2O5; 60 kg K2O)/ha.
LAPORAN TAHUNAN 2016
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung | 26
Tabel 15. Pengaruh Pengelolaan Hara Tanaman Kedelai terhadap Pertumbuhan
Vegetatif dan Bobot Brangkasan Kedelai
Perlakuan Tinggi
tanaman (cm)
Jumlah Cabang
Panjang Akar (cm)
BB (kg)
BK (g)
PK (72 kg P2O5; 72 kg K2O) 30,8 a 0,7 ab 18,7 a 44,0 a 9,4 a
NK (45 kg N; 120 kg K2O) 29,8 a 0,7ab 17,2 a 33,3 a 7,8 a
NP (45 kg N; 72 kg P2O5) 34,3 a 0,1 a 17,7 a 46,0 ab 10,0 ab
NPK (45 kg N; 72 kg P2O5; 120 kg K2O)
39,8 a 1,1 b 21,8 a 62,0 b 13,3 b
PHSL-1 (43 kg N; 50 kg P2O5; 100 kg K2O)
31,7 a 1,0 ab 17,6 a 50,7 ab 11,1 ab
PHSL-2 (30 kg N; 37 kg P2O5; 80 kg K2O)
31,8 a 0,6 ab 16,7 a 34,0 a 7,1 a
PHSL-3 (22 kg N; 28 kg P2O5; 60 kg K2O)
32,9 a 0,4 ab 17,1 a 42,7 a 9,8 a
Rekomendasi Umum (45 kg N; 36 kg P2O5; 60 kg K2O)
32,8 a 0,4 ab 19,9 a 40,7 a 9,7 a
c. Kajian Efisiensi Pemupukan Tanaman Kedelai pada Budidaya
Jenuh Air di Lahan Rawa pasang surut. Analisis statistik menunjukkan bahwa taraf pupuk pada kondisi jenuh air
hanya berpengaruh terhadap parameter tinggi tanaman, tapi tidak
berpengaruh terhadap parameter jumlah cabang, panjang akar dan bobot
brangkasan (Tabel 8). Perlakuan P1 (45 kg N; 36 kg P2O5; 60 kg K2O) dan
P4 (75% P1 + Kapur + Pupuk Hayati) menghasilkan pertumbuhan tanaman
tertinggi namun hanya berbeda dengan perlakuan P5 (50% P1 + Kapur +
Pupuk Hayati). Secara umum perlakuan P1; P4; dan P6 (43 kg N; 50 kg
P2O5; 100 kg K2O) + Kapur + Pupuk Hayati) menghasilkan pertumbuhan
vegetatif dan bobot brangkasan basah dan kering terbaik.
Tabel 16. Pengaruh Pemupukan pada kondisi Jenuh air terhadap pertumbuhan
vegetatif dan brangkasan tanaman Kedelai.
Perlakuan Tinggi
tanaman (cm)
Jumlah Cabang
Panjang Akar (cm)
BB (g) BK (g)
P1 (45 kg N; 36 kg P2O5; 60 kg K2O)
38,2 a 0,9 a 18,1 a 61,3 a 12,3 a
P2 (45 kg N; 36 kg P2O5; 60 kg K2O) + Kapur
34,2 ab 0,8 a 17,7 a 70,7 a 12,9 a
P3 (45 kg N; 36 kg P2O5; 60 kg K2O) + kapur + pupuk hayati
34,3 ab 0,8 a 18,0 a 46,7 a 9,4 a
P4 (75% P1 + Kapur + Pupuk Hayati)
38,2 a 0,6 a 22,8 a 62,7 a 12,2 a
P5 (50% P1 + Kapur + Pupuk 30,5 b 0,6 a 19,2 a 43,3 a 8,6 a
LAPORAN TAHUNAN 2016
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung | 27
Hayati)
P6 (43 kg N; 50 kg P2O5; 100 kg K2O) + Kapur + Pupuk Hayati)
36,4 ab 1,0 a 24,7 a 62,0 a 13,3 a
P7 (30 kg N; 37 kg P2O5; 80 kg K2O) + Kapur + Pupuk Hayati
33,1 ab 0,9 a 19,1 a 64,7 a 11,1 a
P8 (22 kg N; 28 kg P2O5; 60 kg K2O) + Kapur + Pupuk Hayati).
32,5 bc 0,8 a 24,0 a 56,0 a 9,7 a
Keterangan : BB = bobot bahan basah; BK= Bobot bahan kering
D. Peningkatan Intensitas Panen Melalui Pengembangan Teknologi Padi Sistem Ratun pada Lahan Pasang Surut Kabupaten Mesuji,
Pertumbuhan tanaman padi utama yang dikaji untuk selanjutnya akan
dilakukan ratunisasi yaitu varietas Banyuasin, Dendang, Inpara-2, dan
Cilamaya muncul pada musim Januari- April 2016 tidak optimal, dikarenakan
fluktuasinya musim yang cenderung berada pada kondisi air curah hujan
rendah dan kering (anomali iklim dan tidak normal) sehingga pertumbuhan
dan produksi tanaman tidak sesuai harapan atau tidak optimal. Pada saat
yang sama saat dilakukan ratunisasi terjadi ledakan serangan hama dan
penyakit yang mengakibatkan ratun tidak tumbuh atau mati dan kering
sehingga pada musim tersebut terjadi kegagalan (daya tumbuh ratun kurang
dari 60%). Untuk itu dilakukan penanaman padi utama pada musim
berikutnya yaitu periode Juni-September 2016 dengan varietas yang sama
yaitu Banyuasin, Dendang, Inpara-2, dan Cilamaya Muncul.
Titik kritis implementasi teknologi ratun di lahan rawa pasang surut
Kabupaten Mesuji adalah pada umur panen tanaman padi utama. Bahwa
pemotongan ratun harus segera dilakukan tepat disaat kondisi pertanaman
padi telah dalam kondisi masak fisiologis, batang masih hijau, 80% padi telah
berisi. Pemupukan dilakukan sebelum pemotongan ratun dengan dosis ½ dari
dosis tanaman utama. Pemotongan ratun dilakukan 3-7 hari setelah panen
padi utama. Panjang pemotongan ratun terbaik di lahan rawa pasang surut
Kabupaten Mesuji adalah 5-10 cm, karena adanya kondisi terjadinya
genangan di lahan rawa pasang surut.
LAPORAN TAHUNAN 2016
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung | 28
Varietas yang potensial digunakan untuk ratun di lahan rawa pasang
surut Kabupaten Mesuji adalah Inpara 2 dan Cilamaya Muncul. Preferensi dan
tanggapan petani terhadap kedua varietas padi tersebut juga sangat baik.
Teknologi ratun memberikan peningkatan indeks panen tambahan dan
produksi padi dalam kurun waktu 1,5 – 2 bulan setelah tanam padi utama
dilakukan. Teknologi tersebut sangat mungkin dan sesuai dicoba-terapkan di
lahan berpengairan terbatas pada musim tanam kedua. Di lahan rawa pasang
surut Kabupaten Mesuji, teknologi ratun memberikan rata-rata tambahan
produksi pada padi varietas Dendang sebesar 29,86% dan varietas Banyuasin
sebesar 37,78 %, sedangkan varietas Inpara-2 sebesar 75,53%.
Dimasa mendatang apabila para petani akan menerapkan teknologi
ratun disarankan untuk menghitung dengan tepat umur panen padi karena
ratun akan mempunyai daya tumbuh dengan baik apabila tidak terlambat
dalam melakukan panen. Pemotongan ratun yang baik adalah pada saat padi
telah dalam kondisi masak fisiologis, batang masih hijau, dan padi telah
berisi. Selain itu perlu memperhatikan kondisi lahan sawah harus tetap
lembab tetapi tidak tergenang.
E. Kajian Optimasi Pupuk Fosfat Pada Tiga Varietas Kedelai Di Lahan Masam Lampung Selatan, Secara umum kebutuhan tanaman akan pupuk ditentukan oleh jenis
bagian tanaman yang akan dipanen. Tanaman yang diambil bunga,buah,
atau bijinya disamping membutuhkan unsur N untuk pertumbuhan
vegetatifnya juga memerlukan banyak unsur P untuk pertumbuhan generatif
(pembentukan bunga, buah dan biji). Batas antara kecukupan dan defisiensi
unsur hara N untuk tanaman kedelai sebesar 4.2% dan untuk unsur hara P
sebanyak 0.26% (Sanchez, 1976). Pada Tabel 7, dapat dilihat bahwa untuk
kandungan hara N berdasarkan hasil analisis daun emnujukkan rata-rata
kandungan hara N adalah 3.41%, sedangkan untuk unsur P rata-rata 0.29%.
Berdasarkan hasil analisis kandungan hara N dan P pada tiga varietas
kedelai yang diuji (Grobogan, Anjasmoro dan Gepak Kuning) tidak terdapat
pengaruh tunggal varietas terhadap kandungan hara N dan P, akan tetapi
LAPORAN TAHUNAN 2016
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung | 29
pengaruh perlakuan dosis pupuk P dalam bentuk SP-36 dan Rock Phosfat
memberikan pengaruh yang nyata terhadap kandungan hara N dan P pada
analisis jaringan daun tamanan kedelai pada fase vegetatif maksimum
dibandingkan tanpa pemberian pupuk P. Pemberian 264 kg Rock Phosphate
menunjukkan kandungan hara N dan P pada daun kedelai lebih tinggi dan
berbeda nyata dibandingkan pemberian 222 kg SP-36, hal ini
mengindikasikan bahwa penyerapan unsur N dan P oleh tanaman dalam
bentuk batuan fosfat lebih banyak diserap oleh tanaman dibandingkan
penyerapan unsur P dalam bentuk SP-36. Batuan fosfat (Rock Phosphate)
dengan kadungan P205total sebesar 30,28% dengan ukuran partikel yang
lebih halus makin mudah digunakan oleh tanaman.
F. Kajian Teknologi Adaptif Pengolahan Sirup Glukosa dari Pati beberapa Varietas Ubi Kayu Sirup glukosa dapat dibuat dengan melalui dua tahap utama yaitu
likuifikasi dan sakarifikasi. Proses likuifikasi dan sakarifikasi untuk
mendapatkan glukosa dilakukan secara enzimatis, selanjutnya dilakukan
pemucatan dan penyaringan. Tahap pembuatan sirup glukosa disajikan pada
Gambar berikut
Gambar 4. Tahapan Pembuatan Sirup
Tapioka Air (perbandingan 1:3) Bubur pati
α amylase (1,5 ml/kg)
)pati)
Likuifikasi (90ºC, 60 menit)
Amiloglukosidase (1,5 ml/kg)
)pati)
Pendinginan
Sakarifikasi (60oC, 60 menit)
Arang aktif (1%) Pemanasan
Pendinginan dan penyaringan
Penguapan
Sirup glukosa
LAPORAN TAHUNAN 2016
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung | 30
Pembuatan sirup glukosa dari pati 4 varietas ubikayu yaitu; pati
ubikayu varietas kasetsart, pati ubikayu varietas Barokah, pati ubikayu
varietas Manado, dan pati ubikayu varietas campuran. Hasil pengkajian
menunjukkan bahwa penggunaan pati dari varietas ubikayu yang berbeda,
ternyata menghasilkan sirup glukosa yang berbeda, baik dari kuantitas
maupun kualitasnya. Secara visual sirup glukosa yang dihasilkan dari pati
ubikayu varietas barokah lebih jernih dan endapannya sedikit, sehingga
rendemennya lebih tinggi dibandingkan dengan varietas lainnya.
Gambar 5. Penampilan sirup glukosa dari pati 4 varietas ubikayu
Untuk mengetahui kualitas sirup glukosa yang dihasilkan telah dilakukan uji
mutu dan nilai gizi di laboratorium.
Tabel 17. Data rata-rata rendemen sirup glukosa dari pati beberapa varietas ubikayu
Kadar energi yang terendah justru terdapat pada sukrosa gula tebu
(41,41 kal/g) yang diencerkan dengan perbandingan 20 g gula tebu +80 ml
air, tapi angka ini tidak terlalu berbeda dengan sirup glukosa yang dibuat dari
pati ubikayu varietas Manado dan varietas campuran. Sementara sirup
glukosa dengan bahan baku pati ubikayu varietas kasetsart memiliki
kandungan energi yang sangat tinggi yaitu 97,71 kal/g.
G. Kajian Pengembangan Lada dan Pengendalian HPT Pada Lahan Kering Masam di Lampung Dengan penerapan komponen PTT lada ada penambahan jumlah
cabang 234% dibanding tanpa penerapan komponen PTT pada tanaman lada
umur 9 bulan. Penerapan komponen PTT lada dapat menurunkan serangan
hama penggerek batang lada sebesar 43,31% dibanding tanpa penerapan
komponen PTT pada tanaman lada yang berumur lebih dari 2 (dua) tahun.
Pengendalian HPT mampu menurunkan serangan hama penggerek batang
sebesar 78% dan busuk pangkal batang 82%, hama dan penyakit lainnya
berkisar 52-80%. Perkembangan dan pertumbuhan tinggi tanaman
meningkat 87% dari komponen petani dan proses pembungaan serta jumlah
bunga per malai meningkat 65%. Kendala yang dihadapai yaitu kondisi iklim
dan cuaca (mendung dan hujan) menghalangi pelaksanaan kegiatan di
lapangan.
H. Kajian Sistem Usahatani Berbasis Mekanisasi Mendukung Pencapaian Swasembada Padi Keberadaa alat dan mesin pertanian yang ada di daerah
survei/pengkajian telah sesuai dengan kemauan petani baik dari segi jenis
LAPORAN TAHUNAN 2016
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung | 34
dan macam alat, maupoun segi kegunaan atau manfaatnya. Penggunaan alat
dan mesin pertanian seperti traktor bajak, mesin tanam transplanter, mesin
pemanen power threser dan combine harvester nyata mudah dipelajari,
diamati, dipraktekkan dan diaplikasikan di lapangan oleh para petani.
Penggunaan alat dan mesin seperti traktor untuk pengolahan tanah,
mesin threser dan combine harvester untuk membantu panen, penggunaan
mesin tanam (transplanter) memberikan nilai kemudahan, efisien dan
efektifnya membantu usahatani yang dilakukan sehingga sebagain besar
petani memberikan penilaian bahwa penggunaan alat dan mesin tersebut
relatif menguntungkan petani. Penggunaan combine harvester dalam proses
panen padi dapat mengurangi susut sampai 50% dibandingkan manual (non
mekanisasi). Penggunaan full mekanisasi lebih menguntungkan dan layak
diaplikasikan pada usahatani padi.
I. Pemetaan P dan K untuk Penetapan Rekomendasi
Pemupukan Spesifik Pada Komoditas Unggul di provinsi Lampung
Hasil analisis tanah menunjukkan variasi perbedaan kandungan unsur
hara P dan K yang ada di lahan sawah di Kabupaten Pringsewu. Pada tiap-
tiap kecamatan memiliki perbedaan kelas status hara sehingga
mempengaruhi dosis rekomendasi pemupukan yang disarankan.
Tabel 22. Hasil analisis P potensial, kelas status hara dan dosis rekomendasi pemupukan P di Kabupaten Pringsewu
Kecamatan Desa Kadar P Potensial
(mg P2O5/100 g)
Kelas Status Hara
Dosis Rekomendasi Pemupukan P
(SP36/ha)
Pagelaran Lugusari 1 18.90 Rendah 100 kg Lugusari 2 19.44 Rendah 100 kg Pamenang 1 42.56 Tinggi 50 kg Pamenang 2 40.51 Tinggi 50 kg Gumukrejo 19.86 Rendah 100 kg Tanjung Dalam 55.22 Tinggi 50 kg
Ambarawa Kresno Mulyo 59.49 Tinggi 50 kg Sumber Agung 33.26 Sedang 75 kg Kresno Mulyo 34.79 Sedang 75 kg Ambarawa Barat
1
62.15 Tinggi 50 kg
LAPORAN TAHUNAN 2016
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung | 35
Ambarawa Barat
2
54.99 Tinggi 50 kg
Ambarawa Timur
1
17.73 Rendah 100 kg
Ambarawa Timur 2
26.22 Sedang 75 kg
Sukoharjo Sukoharjo 3 15.62 Rendah 100 kg Sukoharjo 3 barat 30.91 Sedang 75 kg Panggungrejo 8.66 Rendah 100 kg Sukoyoso 8.44 Rendah 100 kg Sukoharjo 1 11.72 Rendah 100 kg Sukoharjo 2 24.32 Sedang 75 kg
Banyumas Banyumas 1 21.16 Sedang 75 kg
Banyumas 2 15.03 Rendah 100 kg
Adi Luwih Sri Katon 37.61 Sedang 75 kg
Adi Luwih 37.82 Sedang 75 kg
Pringsewu Fajar Agung 29.79 Sedang 75 kg
Fajar Esuk 11.80 Rendah 100 kg
Bumi Ayu 14.54 Rendah 100 kg
Bumi Arum 49.45 Tinggi 50 kg
Pardasuka Pujodadi 36.64 Sedang 75 kg
Sukorejo 58.35 Tinggi 50 kg
Pardasuka Timur 24.79 Sedang 75 kg
Pardasuka Selatan 29.73 Sedang 75 kg
Pardasuka Induk 39.85 Sedang 75 kg
Gadingrejo Wonodadi 59.43 Tinggi 100 kg
Wonosari 61.91 Tinggi 100 kg
Tegalsari 66.93 Tinggi 100 kg
Blitarejo 90.65 Tinggi 100 kg
Bulukarto 29.31 Sedang 75 kg
Mataram 12.52 Rendah 50 kg
Tabel 23. Hasil analisis K potensial, kelas status hara dan dosis rekomendasi
pemupukan K di Kabupaten Pringsewu Kecamatan Desa Kadar P
Potensial (mg
P2O5/100 g)
Kelas Status Hara
Dosis Rekomendasi Pemupukan P
(SP36/ha)
Pagelaran Lugusari 1 8.20 Rendah 100 kg Lugusari 2 5.75 Rendah 100 kg Pamenang 1 4.11 Rendah 100 kg Pamenang 2 13.23 Sedang 50 kg Gumukrejo 7.68 Rendah 100 kg Tanjung Dalam 14.32 Sedang 50 kg
Ambarawa Kresno Mulyo 20.00 Sedang 50 kg Sumber Agung 19.99 Sedang 50 kg Kresno Mulyo 22.26 Tinggi 50 kg Ambarawa Barat 1 6.39 Rendah 100 kg Ambarawa Barat 2 17.40 Sedang 50 kg
LAPORAN TAHUNAN 2016
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung | 36
Ambarawa Timur 1 24.66 Tinggi 50 kg Ambarawa Timur 2 17.83 Sedang 50 kg
Sukoharjo Sukoharjo 3 7.88 Rendah 100 kg Sukoharjo 3 barat 19.90 Sedang 50 kg Panggungrejo 14.90 Sedang 50 kg Sukoyoso 10.18 Sedang 50 kg Sukoharjo 1 9.94 Rendah 100 kg Sukoharjo 2 17.86 Sedang 50 kg
Banyumas Banyumas 1 21.88 Tinggi 50 kg
Banyumas 2 12.72 Rendah 100 kg
Adi Luwih Sri Katon 6.08 Rendah 100 kg
Adi Luwih 15.53 Sedang 50 kg
Pringsewu Fajar Agung 11.40 Sedang 50 kg
Fajar Esuk 28.94 Tinggi 50 kg
Bumi Ayu 12.31 Sedang 50 kg
Bumi Arum 35.05 Tinggi 50 kg
Pardasuka Pujodadi 35.48 Tinggi 50 kg
Sukorejo 19.79 Sedang 50 kg
Pardasuka Timur 39.27 Tinggi 50 kg
Pardasuka Selatan 35.10 Tinggi 50 kg
Pardasuka Induk 38.89 Tinggi 50 kg
Gadingrejo Wonodadi 13.18 Sedang 50 kg
Wonosari 21.88 Tinggi 50 kg
Tegalsari 12.92 Sedang 50 kg
Blitarejo 38.13 Tinggi 50 kg
Bulukarto 23.39 Tinggi 50 kg
Mataram 11.67 Sedang 50 kg
J. Pengelolaan Sumber Daya Genetik (SDG) Hasil inventarisasi/pelaksanaan kegiatan diperoleh kurang lebih 130-
an jenis tanaman yang menyebar hampir di seluruh pekarangan petani
kooperator berupa tanaman pangan local (jenis umbi-umbian), jenis sayuran,
tanaman buah-buahan dan tanaman obat-obatan serta tanaman perkebunan.
Hasil ini menyebar di hampir seluruh Kabupaten terutama di dataran rendah.
Sedangkan di dataran tinggi lebih didominasi dengan tanaman sayuran dan
perkebunan terutama di luar pekarangan. Seperti di Lampung Barat yang
merupakan daerah dataran tinggi di Provinsi Lampung, lahan pekarangannya
lebih banyak ditanamani dengan tanaman hias atau malah dibiarkan kosong.
Di lokasi kebun koleksi sudah diidentifikasi dan karakterisasi beberapa
jenis tanaman pangan lokal berupa umbi-umbian (aneka jenis ubi jalar seperti
LAPORAN TAHUNAN 2016
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung | 37
Ubi Cilembu, Ubi Sablah Manohara, Ubi Toyota, Ubi Malang Hijau, Ubi Malang
Ungu, Ubi Tanggamus putih, Ubi Tanggamus ungu, Ubi Sekincau, Ubi local
Natar dan Ubi Papua, ganyong, garut, suwek, uwi biru, gadung, gembili dan
talas). Sementara tanaman buah berupa Alpokad, Durian, Manggis, Sirsak
juga sudah dilakukan karakterisasi sesuai dengan umur tanaman yang ada
(data informasi pertumbuhan vegetative). Tanaman perkebunan seperti Lada,
Kopi, Vanili masih dalam proses karakterisasi ulang. Juga sudah dilakukan
penelusuran keberadaan tanaman buah unggul lokal Manggis dan Durian di
Kabupaten Tanggamus.
Salah satu kegiatan yang agak sulit dilakukan adalah pemeliharaan
untuk evaluasi padi Ampai yang merupakan padi rawa, komoditas yang akan
didaftarkan sebagai salah satu tanaman yang spresifik loksi karena
diinformasikan kalau berasnya dapat atau bagus dikonsumsi oleh penderita
Penyakit kencing manis atau Diabetes dan mempunyai karakeristik khusus
karena ditanam hanya di rawa Kabupaten Mesuji. Hasil karakterisasi Padi
Ampai seperti pada Tabel berikut ini.
Tabel 24. Hasil Karakterisasi Padi Ampai Nama komoditas
Nama aksesi
Nama kolektor
Asal Status aksesi
Umur panen
Tipe budi daya
Tipe beras
Catatan
Padi
Lokal
Padi
ampai
Mulyadi Desa
Sungai
Badak
Kec.
Mesuji
Kab.
Mesuji
Lampu
ng
Kultifar
Lokal
6 bulan Padi
Rawa
Beras
Merah
Jumlah anakan 10-24
Panjang malai 29,3 cm
Jumlah gabah/malai 269,3 butir
Jumlah gabah hampa/ malai 16,3 butir
Persentase gabah isi/malai 94%
Tinggi tan. 110-190 cm
Umur panen 5-6 bulan
Potensi Hasil 10 ton/ha
Jenis beras pera
LAPORAN TAHUNAN 2016
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung | 38
V. DISEMINASI HASIL PENGKAJIAN
Keberhasilan kegiatan penelitian dan pengkajian di BPTP ditentukan
oleh tingkat pemanfaatan informasi dan penerapan teknologi yang digunakan
oleh masyarakat tani di wilayahnya. Agar hasil-hasil penelitian dan pengkajian
dapat dimanfaatkan oleh masyarakat tani dan pelaku agribisnis lainnya, maka
dilakukan upaya diseminasi inovasi teknologi hasil pengkajian. Dalam
pelaksanaannya di lapangan, kegiatan diseminasi tidak terpisah atau berdiri
sendiri, melainkan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari
pelaksanaan penelitian dan pengkajian. Kegiatan ini mencakup berbagai
kegiatan yang ditujukan untuk meningkatkan kapasitas institusi dari aspek
informasi dan komunikasi yang akan berdampak pada peningkatan adopsi
teknologi hasil litkaji dan dukungan dari pengguna terhadap institusi.
A. Peningkatan Komunikasi Inovasi Teknologi Penyuluhan
Dalam Rangka Percepatan Inovasi Pertanian Di Provinsi Lampung
1. Bimbingan Lanjut Petani, Penyuluh Dan Sosialisasi Inovasi Pertanian Mendukung Program Strategis Kementan Dan Balitbangtan Bimbingan penerapan teknologi budidaya bawang merah dengan
tujuan untuk perluasan adopsi teknologi dilakukan dengan tahapan kegiatan
diantaranya pelatihan petani dan penyuluh pendamping lapangan, sekolah
3. Pemupukan spesifik lokasi (BPTP Lampung, Balitkabi, PPL)
4. Pengendalian OPT (BPTP Lampung, Balitkabi, POPT Kecamatan
Ambarawa, PPL)
5. Pengendalian gulma (BPTP Lampung, Balitkabi, POPT Kecamatan
Ambarawa, PPL)
LAPORAN TAHUNAN 2016
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung | 68
6. Teknik produksi benih sumber kedelai (BPTP Lampung, BPSB Provinsi
Lampung, PPL)
7. Jabalsim, kelembagaan dan pemasaran benih kedelai (BPTP Lampung,
KUPT Kecamatan Ambarawa, PPL)
Teknologi Budidaya Kedelai Spesifik Agroekologi
Lokasi penangkaran kedelai di kedua lokasi merupakan lahan sawah.
Pada lahan sawah, kedelai umumnya ditanam pada musim kemarau pertama
(MK I) setelah panen padi pertama atau pada musim kemarau kedua (MK II)
setelah panen padi kedua. Kedelai MK I masa tanamnya antara Februari –
Juni, kedelai MK II antara Juni – September. Paket teknologi produksi
kedelai pada lahan sawah MK I dan MK II sebagai berikut:
1. Setelah panen padi, jerami dipotong dekat permukaan tanah, tanah tidak
perlu diolah, jerami dapat digunakan untuk pakan ternak, untuk mulsa
kedelai, atau dibakar sebagai tambahan hara bagi tanaman.
2. Saluran drainase dibuat dengan jarak antar saluran 1,5-5 m, bergantung
pada kemiringan lahan dan tekstur tanah, jarak antar saluran drainase
makin sempit dengan makin datar atau makin halusnya tekstur tanah.
Saluran drainase berukuran lebar sekitar 30 cm dan dalam sekitar 25 cm.
3. Kedelai ditanam 2-4 hari setelah padi dipanen, hal ini ditujukan untuk
memanfaatkan lengas tanah dan mengurangi gangguan gulma, hama dan
penyakit.
4. Varietas yang digunakan disesuaikan dengan kondisi agroekologi dan
preferensi pasar.
5. Benih yang baik mempunyai daya tumbuh >85%, murni, sehat dan
bersih. Kebutuhan benih kedelai per hektar berkisar antara 40-60 kg/ha,
bergantung pada ukuran biji, makin besar ukuran biji makin banyak benih
yang digunakan.
6. Gangguan lalat bibit dapat ditekan dengan perlakuan benih menggunakan
carbosulfan (10 g Marshal 25 ST/kg benih) atau fipronil (10 ml Regent/kg
benih).
LAPORAN TAHUNAN 2016
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung | 69
7. Perlakuan benih dengan pupuk hayati penambat benih (Rhizobium) hanya
dilakukan pada lahan yang belum pernah ditanami atau sangat jarang
ditanami kedelai dengan dosis 40 gram inokulan Rhizobium untuk 8 kg
benih.
8. Jenis dan takaran pupuk yang diberikan bergantung pada kondisi tingkat
kesuburan tanah. Jika tersedia pupuk organik atau pupuk kandang
dianjurkan menggunakannya dengan dosis sekitar 2 t/ha, diberikan
secara dicicir sebagai penutup lubang tanam atau diisi lubang tanam.
9. Irigasi diberikan jika kelembaban tanah tidak mencukupi terutama pada
periode awal pertumbuhan, berbunga dan pengisian polong.
10. Gulma dikendalikan secara intensif. Di daerah sulit tenaga kerja dapat
digunakan herbisida pra tumbuh yang dikombinasikan dengan herbisida
pasca tumbuh.
11. Pengendalian hama dan penyakit dilakukan berdasarkan petunjuk teknis
PHT (pengendalian hama dan penyakit terpadu).
12. Panen dilakukan apabila daun sudah luruh dan 95% polong sudah
berwarna kuning-kecoklatan atau coklat-kehitaman bergantung varietas
yang ditanam.
13. Pembijian kedelai dilakukan secara manual (sistem geblok) ataupun
secara mekanis dengan menggunakan mesin perontok.
Tabel 44. Data Hasil Panen SLMBK di Desa Margodadi – Kecamatan Ambarawa Kabupaten Pringsewu tahun 2016
No Nama Petani
Luas Lahan (ha)
Varietas Hasil
1. Roni 0,5 Anjasmoro gagal
2. Supono 0,25 (LL) Anjasmoro 489
3. Muryani 0,5 Anjasmoro gagal
4. Sukadi 0,25 Anjasmoro 225
5. Setioko 0,25 Anjasmoro 121
6. Masruddin 0,25 (LL) Lokon dan Gepak Ijo
375
7. Wardi 0,25 Lokal 323
8. Supono 0,5 (LL) Gepak Ijo 788
9. Wasiman 0,25 Lokom 215
10. Sukatman 0,25 Lokon Gagal (Terendam)
LAPORAN TAHUNAN 2016
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung | 70
11. Roni 0,5 Anjasmoro 625
12. Samingan 0,25 Anjasmoro 263
13. Muryani 0,25 Anjasmoro 217
4,5 Ha
Permasalahan yang dihadapi
- Kendala faktor cuaca/curah hujan yang tinggi pada di lokasi Desa
Margodadi, Kecamatan Ambarawa, Kabupaten Pringsewu. Curah hujan
yang tinggi menyebabkan sebagian besar petani yang semula akan ikut
serta dalam kegiatan SLMBK dengan menanam kedelai, beralih
menanam padi. Hal ini menyebabkan target luas tanam semula pada
MT I seluas 5 ha tidak terpenuhi dan hanya terealisasi seluas 2 ha.
Solusi (pemecahan masalah) yang dilakukan
- Kondisi lahan masing-masing petani berbeda- beda. Pada areal lahan
yang masih memungkinkan untuk ditanam, setelah terjadi genangan,
segera dilakukan pengeringan menggunakan pompa. Monitoring intensif
harus dilakukan untuk menghindari terhambatnya pertumbuhan.
E. Pendampingan Pengembangam Kawasan Pertanian Nasional
Tanaman Pangan
1. Pendampingan Kawasan Padi
Pendampingan pengembangan kawasan padi dilaksanakan di 2
kabupaten bersinergi dengan lokasi gerakan intensifikasi padi dengan
penerapan sistem tanam jajar legowo, yaitu di Kabupaten Lampung Tengah
meliputi Kecamatan Bandar Surabaya, Seputih Surabaya, Bumi Nabung,
Rumbia, Putra Rumbia dan Kabupaten Lampung Timur meliputi Kecamatan
Sekampung, Sukadana, Batanghari Nubang, Way Bungur, Raman Utara.
sebaran pendampingan pengembangan kawasan padi oleh BPTP Lampung
tahun 2016 berada di Kabupaten Lampung Tengah 5 kecamatan seluas 4.200
ha dengan melibatkan 181 kelompok tani agroekosistem rawa lebak dengan
pola tanam padi-padi dan bera-padi. Sedangkan di Kabupaten Lampung
LAPORAN TAHUNAN 2016
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung | 71
Timur meliputi 5 kecamatan seluas 3,825 ha melibatkan 153 kelompok tani,
agroekosistem sawah irigasi denagn pola tanam pasi-padi.
Pelatihan Petani dan Penyuluh Pendamping
Materi yang disampaikan dalam pelatihan meliputi kebijakan program
peningkatan produksi padi, budidaya padi melalui penerapan teknologi jajar
legowo super, kelender tanam terpadu (Katam). Metode pelatihan yang
digunakan adalah ceramah dan diskusi kemudian dilanjutkan dengan praktek
pembuatan persemaian sistem dapog/nampan
Penerapan Teknologi
Hasil pengamatan/survei menunjukkan bahwa, penerapan komponen
teknologi PTT, sebagaimana disajikan pada Tabel 45.
Tabel 45. Penerapan Komponen Teknologi PTT Padi di Lampung MT II, 2016
No Komponen Teknologi
Jumlah poktan yang
didampingi (poktan)
Jumlah total anggota poktan yang di
dampingi (orang)
Jumlah anggota
poktan yang menerapkan
teknologi (orang)
Persentasi yang
menerapkan teknologi
(%)
Komponen Dasar
1 Varietas unggul baru
334 8,350 1,670 20.00
2 Benih bermutu dan berlabel
334 8,350 8,350 100.00
3 Pengaturan cara tanam Jajar legowo (2:1, 4:1, lainnya)
334 8,350 2,875 34.43
4 Pemupukan berimbang dan efisien menggunakan BWD/PUTS/PUTR
334 8,350 1,250 14.97
5 Pengendalian OPT prinsip PHT
334 8,350 5,000 59.88
6 Pemberian Bahan Organik/pupuk 334 8,350 8,350 100.00
LAPORAN TAHUNAN 2016
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung | 72
kandang
Rata-rata
54.88
Komponen Pilihan
7 Pengolahan lahan yang baik
334 8,350 8,350 100.00
8 Penggunaan bibit muda (< 21 hari)
334 8,350 6,263 75.01
9 Tanam bibit 1 – 3 batang per rumpun
334 8,350 6,250 74.85
10 Pengairan secara efektif dan efisien (intermitten)
334 8,350 3,125 37.43
11 Penyiangan mekanis (bisa dgn bantuan alat gasrok, landak, dll)
334 8,350 2,500 29.94
12 Panen tepat waktu dan segera dirontok dan dikeringkan
334 8,350 8,350 100.00
Rata-rata
69.54
Keterangan:
Tingkat adopsi rendah (0 % – 33,33 %)
Tingkat Adopsi sedang ( 33,34 % – 66,67 %)
Tingkat adopsi tinggi (66,68 – 100 %)
Demfarm PTT
Lokasi demfarm diletakkan di dalam hamparan intensifikasi padi atau
di luar tetapi berhimpitan dengan hamparan intensifikasi padi. Demfarm
dilaksanakan di hamparan kelompok tani “Harapan Makmur I” Desa Sumber
Agung, Kecamatan Bandar Surabaya, Kabupaten Lampung Tengah seluas 3
ha dengan menggunakan VUB Inpari 22 dan Inpara 2 dan Kelompok Tani
“Ngudi Makmur” I, Desa Girikarto, Kecamatan Sekampung, Kabupaten
Lampung Tengah seluas 3 ha dengan memperkenalkan Inpari 22, Inpari 30,
Inpari 31 dan Inpari 33. Adapun teknologi yang diintroduksikan dalam
demfarm adalah komponen PTT secara lengkap spesifik lokasi seperti
LAPORAN TAHUNAN 2016
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung | 73
penggunaan VUB, dekomposer, pupuk organik 2 ton/ha, pupuk hayati, bibit
muda, jumlah bibit 1-3 batang per lubang, sistem tanam jejer legowo 2:1,
dan 4:1 secara manual dan atau dengan menggunakan mesin tanam Rice
Transplanter, pemupukan berimbang spesifik lokasi dengan BWD,
PUTS/PUTR, pengendalian OPT secara terpadu, penyiangan dengan gasrok
dan kombinasi dengan herbisida, panen tepat waktu dan gabah segera
dirontok dengan power tresher atau combine havester.
Produktivitas padi dalam demfarm dengan penerapan PTT lebih tinggi
dibandingkan di luar demfarm dengan teknologi yang biasa diterapkan oleh
petani, sebagaimana disajikan dalam Tabel 46.
Tabel 46. Produktivitas Padi di Dalam dan di Luar Demfarm PTT di Lampung MT II, 2016
No. Lokasi Demfarm Luas (Ha)
Paket teknologi
yang diterapkan1)
Produktivitas di dalam Demplot PTT
Produktivitas di luar Demplot (petani sekitar demplot)
Varietas (ku/ha) Varietas (ku/ha)
1 Klp Tani ” Harapan Makmur I” Desa Sumber Agung Kec. Bandar Surabaya, Kab. Lampung Tengah
3
1, 3, 4, 5, 6, 7,
8,9,10,11
Inpari 22 Inpara 2
64.0 82.0
Ciherang 57,0
2 Klp Tani “Ngudi Makmur I” Desa Girikarto Kec. Sekampung, Kab. Lampung Timur
3
1, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9,10,11
Inpari 22 Inpari 30 Inpari 31 Inpari 33
70.3 80.7 80.2 69.2
Mekongga IR 64
52.0 60.0
Rata-rata 74.40 56.33
Sumber: Tabulasi data primer, 2016
Materi teknologi yang diterapkan: 1. Benih/varietas VUB 2. Penyiapan lahan 3. Dekomposer 4. Tanam bibit muda dan 1-3 bibit 5. Pupuk hayati
LAPORAN TAHUNAN 2016
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung | 74
6. Pemupukan sesuai kebutuhan 7. Pemeliharaan tanaman/Penyiangan 8. Menerapkan PHT dalam pengendalian OPT 9. Pengairan yang efisien/intermiten 10. Panen dan pascapanen yang seuai 11. Katam
Temu Lapang
Temu Lapang penerapan PTT padi hanya dilaksanakan di Kabupaten
Lampung Timur pada tanggal 30 Agustus 2016. Temu Lapang dilaksanakan di
hamparan sawah Kelompok Tani ” Ngudi Makmur I” Desa Giri Karto
Kecamatan Sekampung Kabupaten Lampung Timur yang merupakan lokasi
demfarm/ percontohan penerapan PTT padi dengan teknologi jajar legowo
super. Jumlah peserta yang hadir kurang lebih 125 orang, berasal dari petani
internal dan eksternal Desa Giri Karto Kecamatan Sekampung dan petani dari
desa di luar Kecamatan Sekampung. Selain itu perangkat Desa Giri Karto,
Penyuluh Pertanian BP3K Sekampung dan BP3K tetangga, petugas
Kecamatan, Koramil/TNI, Polsek Kecamatan Sekampung, Media Masa
(Lampung Post) TVRI Bandar Lampung, Dinas Instansi lingkup pertanian
Kabupaten Lampung dan Provinsi Lampung.
Uji Adaptasi Varietas Unggul Baru
Pelaksanaan uji adaptasi varietas unggul baru (VUB) dalam
pendampingan pengembangan kawasan padi di Lampung diprioritaskan pada
komoditas padi Inbrida. Uji adaptasi VUB padi yang dilaksanakan di
Kabupaten Lampung Tengah dan Lampung Timur masing-masing 5 unit
(titik) @ 1 -1.5 ha. Lokasi uji adaptasi VUB dilaksanakan di dalam atau
berhimpitan dengan hamparan kelompok pelaksana gerakan intensifikasi
padi. VUB yang digunakan adalah Inpari 22, Inpari 30, Inpari 31, Inpari 33
dan Inpara 2 dengan luas setiap varietas 0.25 – 0.50 ha. Sedangkan varietas
pembandingnya adalah Ciherang dan Ciliwung. Teknologi yang diterapkan
dalam uji adaptasi pada umumnya dengan pendekatan komponen PTT.
LAPORAN TAHUNAN 2016
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung | 75
Adapaun produktivitas padi dalam uji adaptasi VUB, sebagaimana disajikan
dalam Tabel 47.
Tabel 47. Produktivitas Padi Uji Adaptasi VUB di Lampung MT II, 2016
No Lokasi Display
Varietas (Klp Tani Desa/Kec/Kab)
Produktivitas Varietas Pembanding (kg/ha) Ketera ngan Inpari
22 Inpari
30 Inpari
31 Inapri
33 Inpara 2
Ciherang
Ciliwung
1
Kel. Tani Sumber Rejeki I, Cempaka Putih, Bandar Surabaya, Lampung Tengah
2,400 2,380
Kurang air,
serangan WBC, Tikus,
Kepinding tanah
Kel. Tani Arum Dalu, Sidodadi, Bandar Surabaya, Lampung Tengah
2,080
2,340
Kel Tani Harapan Makmur, Sumber Agung, Bandar Surabaya, Lampung Tengah
2,880 2,520
Kel. Tani Sri Karya, Bandar Surabaya, Sumber Agung Lampung Tengah
3,200 4,000
2 Kel. Tani Sidodadi, Seputih Surabaya, Lampung Tengah
6,200 5,700 5,600 6,500 4,000 Kurang air
3
Kel.Tani Tambah Maju, Bumi Nabung Ilir, Bumi Nabung, Lampung Tengah
6,016
6,064 5,920 6,000 6,240 5,936 Kurang air
4
Kel. Tani Sumber Jaya, Bina Karya Buana, Rumbia, Lampung Tengah
5,840 5,920 5,760 6,080 4,960 5,120 Kurang air
5
Kel. Tani Tunas Jaya dan Subur Jaya, Putra Rumbia, Lampung Tengah
4,900 4,100 Kurang air
6
Kel. Tani Ngudi Makmur I, Girikarto, Sekampung, Lampung Timur
6,080 8,070 8,020 6,920
6,000 5,200
7
Kel. Tani Makmur I dan Makmur II, Sukadana, Lampung Timur
4,800 4,300 4,100 4,025
Serangan WBC
Kel. Tani Sidomulyo, Sukadana,
4,700 4,175 3,930
LAPORAN TAHUNAN 2016
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung | 76
Lampung Timur
8
Kel. Tani Makmur, Toto Projo, Way Bungur, Lampung Timur
Gagal panen karena serangan hama WBC
Kel. Tani Harapan, Toto Projo, Way Bungur, Lampung Timur
9
Kel. Tani Desa Rejo Katon I, Raman Utara, Lampung Timur
Adaptabilitas tinggi, jika produktivitas > 4,36 Adaptabilitas sedang, jika produktivitas 2,19 – 4,36 Adaptabilitas rendah, jika produktivitas < 2,19
*). Varietas pembanding
Berdasarkan Tabel 6, menunjukkan bahwa rata-rata produktivitas VUB
Inpari 22, Inpari 30, Inpari 31, Inpari 33 dan Inpara 2 cukup beragam secara
berurutan yakni 4,773 kg/ha, 5,405 kg/ha, 5,985 kg/ha, 5,060 kg/ha, dan
5,384 kg/ha. Adapun rata-rata produktivitas tertinggi dari beberapa VUB
tersebut adalah Inpari 31, kemudian diikuti Inpari 30 dan Inpara 2.
Sistem Tanam Jajar Legowo
Perkembangan tingkat adopsi teknologi jajar legowo di Lampung
berjalan lambat, dikarenakan menurut pendapat tenaga kerja tanam merasa
lebih sulit, rumit dan memerlukan waktu tanam lebih lama sehingga biaya
tanam lebih mahal 20 – 30 % dibandingkan cara tanam tegel. Hal ini tidak
beda dengan kondisi di lokasi gerakan intensifikasi padi pada lokasi
pendampingan pengembangan kawasan padi di Kabupaten Lampung Tengah
dan Lampung Timur yang tergolong masih rendah yaitu 2.885 ha (35.95 %)
dari luas total 8.025 ha. Adapun sistem tanam jajar legowo yang diterapkan
oleh petani belum semuanya sesuai anjuran (jarwo 2:1), melainkan cukup
LAPORAN TAHUNAN 2016
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung | 77
beragam yaitu jajar legowo 2:1, 4:1 dan 6:1, akan tetapi sebagian besar
yang terapkan adalah legowo 6:1. Hal ini penyebab utamanya adalah
keterbatasan tenaga kerja tanam, tingkat pemahaman petani terhadap sistem
tanam legowo jajar masih rendah/negatif dan biaya yang diperlukan relatif
tinggi dibandingkan dengan tanam jajar tegel.
Tabel 48. Luas Tanam Jajar Legowo dan Produktivitas Padi di Lampung MT II, 2016
Kabupaten Kecamatan Luas Jarwo (Ha)
Produktivitas (kg/ha GKP)
Jarwo Tegel Lainnya
Lampung Tengah
Rumbia 75 5,900 5,140
Bandar Surabaya 125 6,400 5,700
Bumi Nabung 150 6,150 5,900
Putra Rumbia 140 4,700 4,100
Seputih Surabaya 100 5,000 4,250
Lampung Timur
Sekampung 480 6,390 5,600
Sukadana 375 4,625 4,050
Batanghari Nuban 450 5,450 5,125
Way Bungur 540 5,725 5,200
Raman Utara 450 5,500 5,150
Jumlah / Rata-rata
2.885 5,584 5,022
Distribusi Materi Diseminasi
Materi diseminasi yang disebarluaskan untuk mendukung gerakan
intensifikasi padi dengan penerapan sistem tanam jajar legowo berupa media
informasi dalam bentuk media cetak dan elektronik. Peyebarluasan media
informasi dalam bentuk media cetak berupa leaflet, brosure, booklet dan
buku teknologi, dan media elektronik berupa CD teknologi, kalender tanam
terpadu. Perkembangan distribusi media informasi, sebagaimana disajikan
dalam Tabel 49.
LAPORAN TAHUNAN 2016
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung | 78
Tabel 49. Distribusi Media Informasi Mendukung Gerakan Intensifikasi Padi di Lampung, 2016
No Judul Publikasi Tiras (Expl)
Jenis publikasi
yang disebarkan
Penerima
1. Petunjuk Teknis Pengelolaan Tanaman Terpadu Padi Sawah Irigasi
80 Brusure Kab. Lampung Tengah (BP3K Seputih Surabaya, Bandar surabaya, Rumbia, Putra Rumbia, Bumi Nabung) dan Kab. Lampung Timur (BP3K Sekampung, Sukadana, way Bungur, Raman Utara dan Batanghari Nuban)
2. Petunjuk Teknis Menanam Padi Sawah Menggunakan Indo Jarwo Transplanter
20 Buku
3. Pengelolaan Tanaman Terpadu Padi Sawah Irigasi
100 Leaflet
4. Teknologi Kalender Tanam Terpadu
100 Leaflet
5. Persemaian Padi dengan Dapok untuk Indo Jarwo Transplanter
50 Leaflet
6. Mesin Tanam Padi Indo Jarwo Transplanter
50 Leflet
7. Mengenal Penyakit Blas dan Strategi Pengendaliannya
50 Leaflet
8. Meningkatkan Produksi Padi dengan Cara Tanam Jejer Legowo
50 Leaflet
9. Pengendalian Hama Wereng Batang Coklat Tanaman Padi
50 Leaflet
Produksi Benih
Dalam rangka memenuhi kebutuhan benih sesuai dengan yang
diminati oleh petani dengan tepat jumlah, tepat jenis, tepat waktu dan harga
lebih murah, maka kelompok tani pelaksana demfarm PTT padi dibina dan
difasilitasi menjadi calon penangkar sampai penangkar formal untuk
memproduksi benih padi yang berkualitas. Hal ini bertujuan untuk
mempercepat adopsi VUB spesifik lokasi dan meningkatkan kemampuan
kelompok tani untuk memproduksi benih varietas unggul baru yang diminati
secara mandiri. Adapun dampak dari pendampingan ini, Kelompok Tani
“Harapan Makmur I” Desa Sumber Agung Kec. Bandar Surabaya, Kab.
Lampung Tengah dan Kelompok Tani “Ngudi Makmur I” Desa Giri Karto,
LAPORAN TAHUNAN 2016
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung | 79
Kecamatan Sekampung Kabupaten Lampung Timur resmi menjadi Penangkar
Formal benih padi untuk memenuhi kebutuhan benih di desanya bahkan di
kawasan pengembangan padi wilayahnya. Adapun produksi benih padi
bersertifikat yang dihasilkan, sebagaimana disajikan pada Tabel 50.
Tabel 50. Produksi Benih Berserttifikat Kelompok Tani Pelaksana Demfarm PTT Padi di Lampung MT II, 2016
No Lokasi
Produksi Benih Tersalur
(kg)
Sisa /stok
(kg) Varieatas Jumlah
(kg)
Kelas
Benih
1. Klp Tani ” Harapan Makmur I” Desa Sumber Agung Kec. Bandar Surabaya, Kab. Lampung Tengah
Inpari 22 Inpara 2
2,000 6,000
ES ES
850 1,000
1,150 5,000
Jumlah 8,000 1,850 6,150
2 Klp Tani “Ngudi Makmur I” Desa Girikarto Kec. Sekampung, Kab. Lampung Timur
Inpari 30 Inpari 31
Inpari 22
2,335 1,400
650
ES ES
ES
1,335 100
250
1,000 1,300
400
Jumlah 4,385 1,685 2,700
Permasalahan
Beberapa permasalahan yang dihadapi dalam pelaksanaan
pendamping pengembangan kawasan padi mendukung program gerakan
intensifikasi padi padi antara lain:
Pada MT II 2016 sebagian sawah petani mengalami kekurangan air,
sehingga menimbulkan masalah pertumbuhan tanaman tidak optimal.
Pertanaman padi juga ada yang mengalami serangan hama penyakit seperti
wereng batang coklat, penggerek batang padi, kepinding tanah, penyakit blas
dan hawar daun bakteri. Selain itu petani juga terjadi kelangkaan pupuk pada
waktu diperlukan terutama NPK Phonska. Untuk mengatasi masalah
kekeringan yang dihadapi petani jika tersedia sumber air dengan melakukan
pompanisasi baik untuk mengairi lahan sehingga bisa diolah dan ditanam
maupun untuk mengairi pertanaman padi. Untuk mengatasi serangan hama
LAPORAN TAHUNAN 2016
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung | 80
wereng batang coklat, penggerek batang dan kepinding tanah sudah
dilakukan dengan pengendalian dengan prinsip pengendalian hama terpadu
(PHT) kombinasi dengan kimiawi. Kondisi kelangkaan pupuk NPK Phonska
telah diatasi dengan menggunakan pupuk alternatif yang tersedia atau pupuk
seadanya dengan dosis dan waktu pemupukan kurang/tidak sesuai anjuran
Benih yang diproduksi penangkar di lokasi pendampingan tersebut,
belum tersalurkan secara keseluruhan (sisa) yang disebabkan adanya
program bantuan benih oleh pemerintah yang tidak melibatkan penangkar
lokal sehingga bisa menjadi Kompetitor. Untuk mengatasi hal tersebut, sisa
benih yang ada untuk penyediaan kebutuhan benih pada MT II dan akan
disalurkan internal dan eksternal desa, dan selanjutnya untuk keberlanjutan
produksi benih oleh penangkar lokal, maka benih yang diproduksi dapat
digunakan untuk penyediaan program pengembangan kawasan padi seperti
UPSUS, benih berbantuan. Selanjutnya agar penangkar benih lokal dapat
berkelanjutan, maka perlu adanya mitra kerja dengan BUMN Perusahaan
benih yang difasilitasi oleh pemerintah.
2. Pendampingan kawasan ubi kayu
Pendampingan kawasan ubikayu ini dilakukan dengan 2 (dua)
metoda, yaitu pelatihan dan display atau demonstrasi plot. Pelatihan petani
dilaksanakan sebelum penanaman. Secara rinci tempat, tanggal pelaksanaan
,materi pelatihan yang disampaikan dan jumlah peserta dapat dilihat pada
tabel 51.
Tabel 51. Tempat, waktu, materi dan jumlah peserta pelatihan PTT ubi kayu
No Tempat Waktu Materi Jumlah
Peserta
(orang)
1. Desa Bandaragung 24 November
2016
PTT Ubikayu
Dinamika
Kelompok
30
LAPORAN TAHUNAN 2016
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung | 81
Pada tabel 51 dapat dilihat bahwa kegiatan pelatihan baru
dilaksanakan pada 24 November 2016, hal ini dikarenakan menunggu daftar
calon kelompok tani atau petani yang dibina oleh Dinas Pertanian Tanaman
Pangan Kabupaten Lampung Tengah yang sedang diproses. Disamping itu,
turunnya harga ubikayu yang sebelumnya mencapai Rp 1.450,- /kg menjadi
Rp 550,-/kg menyebabkan petani menunda waktu panen dan tanamnya.
Adapun materi pelatihan yang diberikan antara lain PTT Ubikayu dan
dinamika Kelompok. Nara sumber berasal dari BPTP Lampung, BP3K Terusan
Nunyai, Kabupaten Lampung Tengah.
Percontohan
Percontohan dilaksanakan dengan menerapkan budidaya ubikayu
dengan pendekatan PTT pada lahan seluas 1 (satu) hektar. Adapun
komponen teknologi yang dilakukan meliputi komponen dasar dan komponen
pilihan. Komponen dasar meliputi varietas unggul baru, bibit berkualitas,
penyiapan lahan, pengaturan populasi tanaman, dan pemupukan. Sementara
komponen pilihan meliputi waktu tanam, pengendalian opt, pengairan dan
pembuatan saluran drainase serta panen.
3. Pendampingan kawasan kedelai
Hasil koordinasi dan sinkronisasi meliputi penetapan lokasi
pendampingan kawasan tanaman kedele di Lampung Timur yaitu kecamatan
Labuhan Ratu dengan luas 3 ha, mencakup 3 desa yaitu Desa Raja basa
Lama, Labuhan Ratu dan labuhan Ratu 2 dengan melibatkan 3 kelompok
tani.
LAPORAN TAHUNAN 2016
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung | 82
Tabel 52. Lokasi kawasan kedele di kabupaten Lampung Timur yang didampingi
Kabupaten
Luas (ha)
Desa
Lua
s (ha
)
Jumlah
poktan
terlibat per desa
(poktan)
Jumlah
anggota per Poktan
(orang/poktan)
1.
Lampung Timur
Sekampung
Udik 211
Banjar Agung 65
2 25
Pugung
Raharjo 35
4 25
Sidorejo 30 2 25
Bumi Mulyo 55 3 25
Purwokencono 26 2 25
Labuhan
Maringai 28 Bumi Nabung
Udik 12
2 25
Sukadana 7 3 25
Bumi Ayu 4 2 25
Pakuan Aji 5 1 25
Bandar
sribawono 306
Bandar
Aagung 10
1 25
Sri Pendowo 25 2 25
Mekar Jaya 0 4 25
Waringin Jaya 0 2 25
Way Jepara 101 Braja Asri 45 2 25
Braja dewa 34 2 25
Jepara 10 2 25
Sri rejosari 12 2 25
Braja
Selebah 12
Gemilang 2
2 25
Mulya 4 2 25
Kencana 6 2 25
Labuhan Ratu
94 labuhan ratu
27 2 25
Labuhan Ratu
2 43
2 25
Raja basa
Lama 24
2 25
Sukadana 105 Bumi Ayu 25 2 25
Terbanggi
marga 60
2 25
LAPORAN TAHUNAN 2016
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung | 83
Penerapan Komponen Teknologi Budidaya Kedelai Spesifik Agroekologi a. Penerapan Teknologi
Komponen dasar penerapannya hampir sama di semua lokasi,
sedangkan komponen teknologi pilihan penerapannya spesifik lokasi sesuai
dengan kondisi agroekosistem setempat. Adapun Penerapan Teknologi yang
diterapkan adalah sebagai berikut :
1. Setelah panen padi, jerami dipotong dekat permukaan tanah, tanah tidak
perlu diolah, jerami dapat digunakan untuk pakan ternak, untuk mulsa
kedelai, atau dibakar sebagai tambahan hara bagi tanaman.
2. Saluran drainase dibuat dengan jarak antar saluran 1,5-5 m, bergantung
pada kemiringan lahan dan tekstur tanah, jarak antar saluran drainase
makin sempit dengan makin datar atau makin halusnya tekstur tanah.
Saluran drainase berukuran lebar sekitar 30 cm dan dalam sekitar 25 cm.
3. Kedelai ditanam 2-4 hari setelah padi dipanen, hal ini ditujukan untuk
memanfaatkan lengas tanah dan mengurangi gangguan gulma, hama dan
penyakit.
4. Varietas yang digunakan disesuaikan dengan kondisi agroekologi dan
preferensi pasar.
Muara jaya 20 2 25
batang Hari
nuban 306
Bumi Jawa 20
2 25
Tulung Balak 0 0 25
Trisno Mulya 0 0 25
Suka Cari 0 0 25
Raman
Utara 315
Rahayu 20
2 25
Raman Aji 0 0 25
Rejo Binangun 0 0 25
Rantau Fajar 0 0 25
Waybungur 36 Tanjung kecono
12 1 25
Toto projo 9 2 25
Tambah Subur 15 3 25
LAPORAN TAHUNAN 2016
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung | 84
5. Benih yang baik mempunyai daya tumbuh >85%, murni, sehat dan
bersih. Kebutuhan benih kedelai per hektar berkisar antara 40-60 kg/ha,
bergantung pada ukuran biji, makin besar ukuran biji makin banyak benih
yang digunakan.
6. Gangguan lalat bibit dapat ditekan dengan perlakuan benih menggunakan
carbosulfan (10 g Marshal 25 ST/kg benih) atau fipronil (10 ml Regent/kg
benih).
7. Perlakuan benih dengan pupuk hayati penambat benih (Rhizobium) hanya
dilakukan pada lahan yang belum pernah ditanami atau sangat jarang
ditanami kedelai dengan dosis 40 gram inokulan Rhizobium untuk 8 kg
benih.
8. Jenis dan takaran pupuk yang diberikan bergantung pada kondisi tingkat
kesuburan tanah. Jika tersedia pupuk organik atau pupuk kandang
dianjurkan menggunakannya dengan dosis sekitar 2 t/ha, diberikan
secara dicicir sebagai penutup lubang tanam atau diisi lubang tanam.
9. Irigasi diberikan jika kelembaban tanah tidak mencukupi terutama pada
periode awal pertumbuhan, berbunga dan pengisian polong.
10. Gulma dikendalikan secara intensif. Di daerah sulit tenaga kerja dapat
digunakan herbisida pra tumbuh yang dikombinasikan dengan herbisida
pasca tumbuh.
11. Pengendalian hama dan penyakit dilakukan berdasarkan petunjuk teknis
PHT (pengendalian hama dan penyakit terpadu).
12. Panen dilakukan apabila daun sudah luruh dan 95% polong sudah
berwarna kuning-kecoklatan atau coklat-kehitaman bergantung varietas
yang ditanam.
13. Pembijian kedelai dilakukan secara manual (sistem geblok) ataupun
secara mekanis dengan menggunakan mesin perontok.
LAPORAN TAHUNAN 2016
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung | 85
Tabel 53. Penyelenggaraan Uji Adaptasi VUB Kedele di Lampung Timur MT II 2016
No Desa Nama
Kelompo Tani
Luas Lahan (ha)
Varietas Produksi/ton/ha
1 Labuhan Ratu 2
Harapan Jaya
1,2 Anjasmoro 1.8
2 Raja Basa Lama
Tani Makmur
0.8 Anjasmoro Gagal Panen Terendam air
3 Labuhan Ratu Sri Rejeki 1 Anjasmoro Gagal Panen Terendam air
Jumlah 3
b. Distribusi Materi Diseminasi
Materi diseminasi yang disebarluaskan untuk mendukung gerakan
intensifikasi kedele berupa media informasi dalam bentuk media cetak dan
elektronik. Peyebarluasan media informasi dalam bentuk media cetak berupa
leaflet, brosure, booklet dan buku teknologi, dan media elektronik berupa CD
teknologi, kalender tanam terpadu. Sasaran pengguna media informasi
tersebut adalah petani dan penyuluh pendamping di lapangan, dengan
harapan dapat meningkatkan penegtahuan, sikap dan keterampilan,
khususnya komponen PTT kedele untuk digunakan sebagai bahan
penyuluhan dan praktek usahatani. Perkembangan distribusi media informasi,
sebagaimana disajikan dalam Tabel 54.
Tabel 54. Distribusi Media Informasi Mendukung Gerakan Intensifikasi Kedele
di Lampung, Tahun 2016
No. Judul Publikasi Tiras
(Expl)
Jenis
publikasi
yang
disebarkan
Penerima
1. Petunjuk Teknis
Pengelolaan Tanaman
Terpadu Kedele
80 Brusure Kab. Lampung
Timur
(BP3K Labuhan
Ratu ) 2. Petunjuk Teknis Menanam 20 Buku
LAPORAN TAHUNAN 2016
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung | 86
Kedele
3. Teknologi Kalender Tanam
Terpadu
100 Leaflet
4. Pengendalian Hama
Penyakit Pada Tanaman
Kedele
50 Leaflet
Permasalahan
Beberapa permasalahan yang dihadapi dalam pelaksanaan
pendamping pengembangan kawasan kedele mendukung program gerakan
intensifikasi kedele antara lain: Faktor cuaca/curah hujan yang tinggi di lokasi
tiga Desa Labuhan Ratu,Raja Basa Lama dan Labuhan Ratu 2 Kecamatan
Labuhan Ratu, Kabupaten Lampung Timur menyebabkan sebagian besar
lahan petani terendam air sehingga petani kedele yang semula akan tanam,
beralih menanam padi. Hal ini menyebabkan uji adaptasi varietas unggul Baru
varietas anjasmoro pada MT II tidak terpenuhi dan hanya terealisasi seluas
1,2 ha. Selain itu petani juga kesulitan untuk mendapatkan pupuk pada
waktu diperlukan terutama NPK Phonska.
Untuk mengatasi masalah banjir yang dihadapi petani juga
melakukan pengairan drainase akan tetapi tidak mampu membuang air
karena aliran sungai permukaan dengan areal tanam lebih tinggi hampir
sama. Untuk mengatasi serangan hama penyakit pada tanaman kedele
sudah dilakukan dengan pengendalian dengan prinsip pengendalian hama
terpadu (PHT) kombinasi dengan kimiawi. Kondisi kelangkaan pupuk NPK
Phonska telah diatasi dengan menggunakan pupuk alternatif yang tersedia
atau pupuk seadanya dengan dosis dan waktu pemupukan kurang/tidak
sesuai anjuran.
LAPORAN TAHUNAN 2016
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung | 87
F. Pendampingan Pengembangan Kawasan Pertanian Nasional Tanaman Hortikultura Demplot kegiatan cabai merah ditujukan untuk penanaman cabai
merah pada lahan kering. Kegiatan ini untuk mendampingi kegiatan Dinas
Tanaman Pangan dan Hortikultura yaitu gerakan tanam cabai di lahan kering
(GTCK) Luasan demplot 0,25 ha. Penanaman cabai merah dimulai pada
tanggal 23Oktober 2016. Teknologi eksisting dan teknologi perbaikan adalah
sebagai berikut:
Tabel 55. Hasil FGD untuk menentukan teknologi eksisting dan tekonologi yang perlu diperbaiki pada demplot cabai merah.
No Teknologi eksisting Teknologi perbaikan 1. Varietas yang digunakan adalah
varietas hibrida seperti Kitaro pada kios saprodi.
Introduksi varietas Balitbangtan
Varietas Kencana
2. Pengolahan tanah sempurna yaitu pembajakan sampai gembur, kemudian
pembuatan bedengan
3. Persemaian dilakukan dengan menyebar langsung bibit pada plastik
kantong plastik kecil.
Sebelum disemai, benih direndam dahulu dalam air hangat (50°C)
atau larutan Previcur N (1 cc/l)
selama satu jam. Benih disebar secara merata pada bedengan
persemaian dengan media berupa campuran tanah dan pupuk
kandang/kompos (1:1), kemudian
ditutup dengan daun pisang selama 2-3 hari. Bedengan
persemaian diberi naungan/atap dari screen/kasa/plastik transparan
kemudian persemaian ditutup dengan screen untuk menghindari
serangan OPT. Setelah berumur 7-
8 hari, bibit dipindahkan kedalam bumbunan daun pisang/pot plastik
dengan media yang sama (tanah dan pupuk kandang steril).
Penyiraman dilakukan setiap hari.
Bibit siap ditanam di lapangan setelah berumur 4-5 minggu.
4. Cara dan sistem tanam Jarak tanam yang digunakan 50x50 cm, tanaman
cabai ditanam secara tumpang sari
dengan tanaman sayuran lain seperti sawi. Budidaya dilakukan di lahan
kering dengan pola tanam cabai,
Cara dan sistem tanam Jarak tanam yang digunakan 70 x 60 cm,
tanaman cabai ditanam secara
tumpang sari dengan tanaman sayuran lain seperti sawi.
Budidaya dilakukan di lahan kering.
LAPORAN TAHUNAN 2016
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung | 88
jagung.
5. Pupuk yang digunakan, pupuk dasar yaitu pupuk kandang 7 ton/ha, urea
300 kg/ha pada umur 3 MST, SP36 400
kg umur 3 MST, dan NPK diberikan dua kali umur 6 MST sebanyak 70 kg dan
umur 9 MST sebanyak 50 kg/ha.
Pupuk kandang ayam 30 – 40 ton/ha dan NPK 15:15:15 sebanyak
700 kg/ha diberikan seminggu
sebelum tanam dengan cara disebar dan diaduk secara rata
dengan tanah. Pupuk susulan diberikan dalam bentuk pupuk NPK
15:15:15 yang dicairkan (1,5-2 g/l
air), dengan volume semprot 4000 l larutan/ha. Pupuk tersebut
diberikan mulai umur 6 minggu sebelum tanam dan diulang tiap
10-15 hari sekali.
6. Penyiangan gulma dilakukan dengan menggunakan Herbisida sebanyak 3 kali
yaitu umur 20, 40, dan 70 MST dengan herbisida Roundap. Pengendalian
hama penyakit dilakukan dengan
penyemprotan dengan pestisida antara lain Pastak, regen, dimolis, deger,
pegasus, dithan, victori. Belum menggunkan pestisida nabati.
Mulsa digunakan untuk menjaga kelembaban, kestabilan mikroba
tanah, mengurangi pencucian unsur hara oleh hujan dan
mengurangi serangan hama. Mulsa
dapat berupa jerami setebal 5 cm (10 ton/ha) pada musim kemarau,
yang diberikan dua minggu setelah tanam atau berupa mulsa plastik
hitam perak untuk musim kemarau
dan musim hujan. Penyulaman dilakukan paling
lambat 1–2 minggu setelah tanam untuk mengganti bibit yang mati
atau sakit. Pengairan diberikan dengan cara dileb (digenangi) atau
dengan disiram perlubang.
Penggemburan tanah atau pendangiran dilakukan bersamaan
dengan pemupukan kedua atau pemupukan susulan. Pemberian
ajir dilakukan untuk menopang
berdirinya tanaman. Tunas air yang tumbuh di bawah cabang utama
sebaiknya dipangkas. Pengendalian hama dan penyakit
sesuai dengan kaidah PHT.
Penanaman bawang merah dimulai pada tanggal akhir Nopember
2016. Teknologi eksisting dan teknologi perbaikan adalah sebagai berikut:
LAPORAN TAHUNAN 2016
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung | 89
Tabel 56. Hasil FGD untuk menentukan teknologi eksisting dan tekonolgi yang perlu diperbaiki pada demplot bawang merah.
No Teknologi eksisting Teknologi perbaikan
1. Belum ada Varietas yang di tanaman adalah
Bima Brebes yang bersertifikat.Umbi
yang baik untuk bibit harus berasal
dari tanaman yang sudah sukup tua
umurnya, yaitu sekitar 60-90 hari
setelah tanam (tergantung varietas).
Umbi sebaiknya berukuran sedang
(5-10 g). Penampilan umbi bibit
harus segar dan sehat, bernas
(padat, tidak keriput), dan warnanya
cerah (tidak kusam). Umbi bibit
sudah siap ditanam apabila telah
disimpan selama 2–4 bulan sejak
panen, dan tunasnya sudah sampai
ke ujung umbi. Cara penyimpanan
umbi bibit yang baik adalah
menyimpannya dalam bentuk ikatan
di atas para-para dapur atau
disimpan di gudang khusus dengan
pengasapan.
2. Belum ada
3. Belum ada Bibit yang siap tanam dirompes,
pemotongan ujung bibit hanya
dilakukan apabila bibit bawang
merah belum siap benar ditanam
(pertumbuhan tunas dalam umbi
80%). Tujuan pemotongan umbi
bibit adalah untuk memecahkan
masa dormansi dan mempercepat
pertumbuhan tunas tanaman.
4. Belum ada Pemupukan terdiri dari pupuk dasar
dan pupuk susulan. Pupuk dasar
berupa pupuk buatan TSP (90 kg
P2O
5/ha) disebar serta diaduk rata
dengan tanah satu sampai tiga hari
sebelum tanam. Pupuk susulan
berupa 180 kg N/ha (½ N Urea + ½
LAPORAN TAHUNAN 2016
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung | 90
N ZA) dan K2O (50-100 kg/ha).
Pemupukan susulan I dilakukan pada
umur 10-15 hari setelah tanam dan
susulan II pada umur 1 bulan
setelah tanam, masing-masing ½
dosis
5. Belum ada Pertanaman di lahan bekas sawah
memerlukan penyiraman yang cukup
dalam keadaan terik matahari. Di
musim kemarau, biasanya disiram
satu kali sehari pada pagi atau sore
hari sejak tanam sampai umur
menjelang panen. Penyiraman yang
dilakukan pada musim hujanhanya
ditujukan untuk membilas daun
tanaman, dari tanah yang menempel
pada daun bawang merah. Pada
bawang merah periode kritis karena
kekurangan air terjadi saat
pembentukan umbi, sehingga dapat
menurunkan produksi. Untuk
mengatasi masalah ini perlu
pengaturan ketinggian muka air
tanah (khusus pada lahan bekas
sawah) dan frekuensi pemberian air
pada tanaman bawang merah.
Pertumbuhan gulma pada
pertanaman bawang merah yang
masih muda sampai umur 2 minggu
sangat cepat. Oleh karena itu
penyiangan merupakan suatu
keharusan dan sangat efektif untuk
mengurangi kompetisi dengan
gulma.
Pengendalian hama dan penyakit
sesuai dengan kaidah PHT.
LAPORAN TAHUNAN 2016
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung | 91
Tabel 57. Pelatihan petani pada lokasi pengembangan kawasan hortikulktura
Waktu Tempat Peserta Bentuk Kegiatan (Nara sumber)
29 September 2016
Rumah ketua kelompok tani Karya Bakti, Desa Caringin Asri, Kecamatan Way Ratai, Kabupaten Pesawaran
Petugas/ Penyuluh Pertanian, Petani sentra Cabai Merah
Pelatihan petani Cabai Merah. Narasumber BPTP Lampung :
1. Dr. Nila Wardani dgn judul “ OPT Cabai Merah “
2. Dede Rohayana, SP “ Budiya Cabai Merah Spesifik Lokasi “
27 September 2016
Rumah ketua kelompok tani Karya Remaja, Desa Gisting Permai, Kecamatan Gisting Kabupaten Tanggamus
Petugas/ Penyuluh Pertanian, Petani sentra Cabai Merah
Pelatihan petani Cabai Merah. Narasumber BPTP Lampung :
1. Dr. Nila Wardani dgn judul “ OPT Cabai Merah “
2. Dede Rohayana, SP “ Budiya Cabai Merah Spesifik Lokasi “
14 Nopember 2016
Rumah ketua kelompok tani Desa Campang, Kecamatan Gisting Kabupaten Tanggamus
Petugas/ Penyuluh Pertanian, Petani sentra Bawang Merah
Pelatihan petani Bawang Merah. Narasumber BPTP Lampung :
1. Dr. Nila Wardani dgn judul “ OPT Bawang Merah “
2. Dra. Nina Mulyanti “Budidaya Bawang Merah)
LAPORAN TAHUNAN 2016
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung | 92
G. Pendampingan Pengembangan Kawasan Pertanian Nasional Tanaman Perkebunan Pendampingan pengembangan kawasan pertanian tanaman
perkebunan di Lampung Tengah dilaksanakan dengan mengadakan
pelatihan tentang teknologi budidaya tebu secara terpadu dan pembuatan
demplot tebu rawat ratoon dengan budidaya intensif.
a. Pelatihan
Pelatihan petani dilaksanakan di desa Bandar Sakti Kecamatan Terusan
Nunyai Kabupaten Lampung Tengah yang merupakan kawasan
pengembangan tanaman tebu. Secara rinci kegiatan pelatihan tersebut dapat
dilihat pada tabel 58.
Tabel 58. Kegiatan pelatihan petani tebu di Kecamatan Terusan Nunyai Lampung Tengah
No. Tempat Waktu Materi Jumlah Peserta
1. Desa Bandar Sakti Terusan Nunyai, Lampung Tengah