1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Rencana kegiatan FEATI BPTP Banten pada tahun 2011 adalah (1). Dukungan pengembangan FMA model dan penerapan VCA, (2). Demonstrasi/ Ujicoba (3). Workshop sinergi dan koordinasi untuk keberlanjutan program dan sinkronisasi dengan program strategis Kemtan , (4). Workshop dalam rangka penyiapan materi untuk E-petani, (5). Workshop pendampingan pelaksanaan ARF dalam rangka mendukung FMA, (6). Demonstrasi dan pembuatan, perbanyakan materi Informasi dan pengadaan bahan demonstrasi/ujicoba dalam rangka mendukung FMA, (7). Workshop inisiasi pemberdayaan komisi teknologi, (8). Temu tugas dalam pelaksanaan aktivitas FMA di Kabupaten, (9). Koordinasi perencanaan dan evaluasi kegiatan tingkat Provinsi, (10). Dukungan Administrasi Manajemen dalam bentuk pembuatan SK Tim Pengelola FEATI, honorarium pelaksana Kegiatan, alat tulis kantor, pelaporan dan konsolidasi audit (Triwulan I,II dan III). Kegiatan yang telah dilaksanakan sampai Juni 2011 adalah (1). Koordinasi perencanaan dan Evaluasi kegiatan Tingkat Provinsi (2). Demonstrasi/ Ujicoba sedang berjalan (3). Workshop dalam rangka Penyiapan Materi untuk E-petani, (4). Pertemuan perencanaan dan koordinasi persiapan temu tugas, (5).Pertemuan perencanaan workshop inisiasi komisi teknologi, (6). Workshop inisiasi pemberdayaan komisi teknologi, (7). Penyusunan Kuesioner indikator keberhasilan program FEATI, pengambilan data dan analisis data indikator keberhasilan. (8). Penyusunan draff laporan progres kegiatan FEATI 2008- 2010, (9). Dukungan Administrasi Manajemen adalah pengadaan ATK, fotocopy, monitoring dan evaluasi berupa rekap data kegiatan FEATI BPTP Banten 2008-2010 , konsolidasi audit (TW IV TA 2010 dan TW I TA 2011). Kegiatan-kegiatan FEATI BPTP yang belum dilaksanakan maka telah diadakan rapat pertemuan antara Tim Teknis FEATI, LO dan Kepala Balai BPTP Banten untuk penentuan jadwal workshop/temu tugas, dan kegiatan teknis lainnya seperti demonstrasi bersama FMA, dan pembuatan materi diseminasi. Pada tahun 2011 UP-FMA melakukan proses pembelajaran setelah proposal pembelajaran disetujui oleh tim Verifikator. Adapun judul pembelajaran UP-FMA dapat dilihat pada tabel berikut :
64
Embed
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangbanten.litbang.pertanian.go.id/new/images/pdf/feati-2011-pdf.pdf · Nama Desa Jenis Usaha FMA berdasar proposal 1 Bojonegara 1 Pengarengan Penggemukan
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
1
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Rencana kegiatan FEATI BPTP Banten pada tahun 2011 adalah (1). Dukungan
pengembangan FMA model dan penerapan VCA, (2). Demonstrasi/ Ujicoba (3). Workshop
sinergi dan koordinasi untuk keberlanjutan program dan sinkronisasi dengan program
strategis Kemtan , (4). Workshop dalam rangka penyiapan materi untuk E-petani, (5).
Workshop pendampingan pelaksanaan ARF dalam rangka mendukung FMA, (6).
Demonstrasi dan pembuatan, perbanyakan materi Informasi dan pengadaan bahan
demonstrasi/ujicoba dalam rangka mendukung FMA, (7). Workshop inisiasi pemberdayaan
komisi teknologi, (8). Temu tugas dalam pelaksanaan aktivitas FMA di Kabupaten, (9).
Koordinasi perencanaan dan evaluasi kegiatan tingkat Provinsi, (10). Dukungan Administrasi
Manajemen dalam bentuk pembuatan SK Tim Pengelola FEATI, honorarium pelaksana
Kegiatan, alat tulis kantor, pelaporan dan konsolidasi audit (Triwulan I,II dan III).
Kegiatan yang telah dilaksanakan sampai Juni 2011 adalah (1). Koordinasi
perencanaan dan Evaluasi kegiatan Tingkat Provinsi (2). Demonstrasi/ Ujicoba sedang
berjalan (3). Workshop dalam rangka Penyiapan Materi untuk E-petani, (4). Pertemuan
perencanaan dan koordinasi persiapan temu tugas, (5).Pertemuan perencanaan workshop
2 Luwuk Budidaya tanaman pisang 15 Cikeusal 1 Katulisan Budidaya mentimun 2 Sukamaju Budidaya Kacang Panjang 3 Cimaung Perbanyakan benih kacang tanah
3
Jika jenis usaha UP-FMA yang ada di kabupaten Serang dipetakan berdasarkan
jenis komoditasnya, maka akan terlihat komoditas yang paling dominan. Adapun peta
komoditas usaha UP-FMA dapat dilihat pada Gambar 1. Berikut ini.
Gambar 1. Pemetaan Jenis Usaha UP-FMA di Kabupaten Serang.
1.2. Tujuan
Memberdayakan Petani melalui :
1. Pelaksanaan Administrasi Kegiatan FEATI
2. Dukungan pengembangan FMA Model untuk penerapan VCA
3. Penyelenggaraan penyebaran informasi teknologi dan meningkatkan pengetahuan
petani melalui demonstrasil, workshop ARF, Temu lapang, dan Temu Tugas
4. Penyelenggaraan dan menyebarkan media informasi teknologi melalui media tercetak.
5. Inisiasi pemberdayaan komisi teknologi dalam rangka mempermudah diseminasi
teknologi sampai pada petani/kelompok tani.
6. Penyelenggaraan perencanaan dan evaluasi terhadap pelaksanaan dan dampak
kegiatan FEATI.
1.3. Keluaran
1. Terlaksanannya Administrasi Kegiatan FEATI selama 12 bulan
2. Tersedianya teknologi untuk FMA Model yang menerapkan VCA ( 1-2 FMA )
3. Terlaksananya 2 demonstrasi teknologi petani FMA Model dan petani FMA lainnya/
poktan dari desa lainnya (40 FMA dan 75-100 orang petani),
4
4. Tersedianya media informasi tercetak berupa folder/leaflet, poster, brosur ( 5 judul )
5. Terlaksananya Koordinasi inisiasi pembentukan /pemberdayaan Komisi Teknologi di
provinsi Banten (1 kali )
6. Terlaksananya koordinasi dan evaluasi kegiatan tingkat provinsi (1 kali )
1.4. Perkiraan Manfaat dan Dampak
1. Minimal 60 % Anggota poktan mengadopsi teknologi yang telah didiseminasikan oleh
BPTP. Dan 80 % meningkat pendapatannya.
2. Minimal 60 % teknologi yang didiseminasikan oleh BPTP diadopsi oleh anggota Poktan
melalui workshop, temu tugas, demonstrasi teknologi, dan penyebaran materi
diseminasi.
3. Minimal 70 % anggota poktan puas terhadap jasa penelitian/pengkajian.
4. Pengetahuan petani, Penyuluh pendamping, Penyuluh Swadaya akan bertambah melalui
workshop, pelatihan, dan demonstrasi
5
II. PROSES PERENCANAAN KEGIATAN TAHUN 2011
Proses perencanaan kegiatan FEATI dilakukan dengan penyusunan RDHP dan
RODHP yang pada awal tahun 2011. Adapun beberapa kegiatan yang sangat memerlukan
sinergi dengan pemerintah daerah dilakukan dengan mengadakan pertemuan evaluasi
kegiatan, yang membahas mengenai kegiatan yang telah dilakukan, dan perencanaan
kegiatan yang akan di lakukan tahun 2011. Adapun kegiatan BPTP Banten tahun 2011
adalah sbb :
2.1. Dukungan Pengembangan FMA Model dan Penerapan VCA
Kegiatan ini diawali dengan pelaksanaaan survey atau penilaian kepada FMA terpilih
untuk dapat menjadikan 1-2 FMA model. Pemilihan FMA ini didasarkan pada komoditas
unggulan yang dapat dijadikan model untuk ujicoba dan workshop pendampingan
pelaksanaan ARF dalam rangka mendukung FMA model. Komoditas unggulan pada FMA
model adalah komoditas yang sudah menjadi bahan pembelajaran di FMA model pada tahun
sebelumnya. Pembelajaran tersebut bahkan masih terus dilakukan oleh anggota FMA
model, sehingga dapat dibandingkan dengan uji coba yang akan dilakukan. FMA model
yang akan menjadi tempat pelaksanaan ujicoba hendaknya memenuhi kriteria sebagai
berikut :
1. Mempunyai laporan pembelajaran yang lengkap dari tahun ke tahun.
2. Mempunyai catatan komoditas unggulan yang selalu dijadikan bahan pembelajaran.
3. Mempunyai anggota yang semakin bertambah setiap tahun.
4. Mempunyai data mengenai analisa usaha tani pada pembelajaran yang dilakukan
5. Mempunyai data dan laporan serta arsip yang lengkap terkait dengan pembelajaran
yang telah dilakukan.
FMA model diharapkan dapat menjadi percontohan bagi FMA yang mempunyai produk
unggulan yang sejenis. Kelembagaan dalam FMA model juga dapat menjadi salah satu
inspirasi baik bagi FMA yang lain maupun bagi kelompok tani yang lain.
2.2. Demonstrasi /Ujicoba
Pada tahun 2011 lokasi ujicoba adalah FMA model yang telah terpilih. Salah satu
FMA model yang akan dipilih adalah untuk komoditas unggulan itik. Dalam ujicoba ini akan
disediakan bahan utama bahan bantu. FMA model dapat menjadi tempat belajar bagi FMA
yang lain atau kelompok tani dari wilayah lain. Dalam ujicoba ini terlebih dahulu akan
diidentifikasi teknologi yang sudah eksis di FMA. Kemudian dicari permasalahan yang masih
dihadapi.
6
Penetapan komoditas dilakukan berdasarkan hasil survey dan diskusi dengan FMA
model. Apabila produk tersebut merupakan produk dominan di suatu wilayah ini akan lebih
baik, karena diharapkan FMA lain dan kelompok tani lain dapat memanfaatkan ujicoba yang
dilakukan di FMA Model. Ujicoba yang dilakukan adalah yang bersifat realistis dengan
kondisi FMA namun dapat memberikan nilai tambah bagi produk pertanian tersebut. Nilai
tambah yang diberikan dengan mengaplikasikan sentuhan teknologi dalam usaha
penggemukan itik. Ujicoba yang dilakukan bersifat aplikatif, sehingga FMA model tetap
mampu melakukan teknologi yang telah diujicobakan meskipun sudah tidak ada
pendampingan. Hal ini akan terjadi bila FMA model sudah yakin dan membuktikan sendiri
adanya nilai tambah produk dengan perlakukan tertentu.
Kegiatan demonstrasi FSA meliputi pelatihan petani 1 kali dengan peserta 50-100
orang, demonstrasi penggemukan itik. Melalui kegiatan ini akan terjadi penyebarluasan
informasi teknologi pemeliharaan itik, teknologi pakan, dan perkandangan untuk
meningkatkan pengetahuan anggota poktan/ Gapoktan dari luar desa FMA model sehingga
mau dan mampu menerapkannya, sehingga meningkatkan produktivitas dan pendapatannya
serta puas terhadap jasa penelitian tersebut.
2.3. Workshop Sinergi dan Koordinasi untuk Keberlanjutan Program dengan
Program Strategis Kemtan
Workshop ini akan dilakukan oleh Tim FEATI Pusat, BPTP akan mengikuti workshop
ini sesuai dengan jadwal yang ditentukan oleh Tim FEATI Pusat.
2.4. Workshop dalam rangka Penyiapan Materi untuk E-Information
Workshop ini akan dilakukan oleh Tim FEATI Pusat, BPTP akan mengikuti workshop
ini sesuai dengan jadwal yang ditentukan oleh Tim FEATI BBP2TP.
2.5. Workshop pendampingan pelaksanaan ARF dalam rangka mendukung FMA
Workshop tentang pelaksanaan Action Research Facility (ARF) bertujuan untuk
mengenalkan konsep ARF bagi kelompok tani yang belum pernah melaksanakan, dan
melakukan evaluasi pelaksanaan ARF untuk kelompok tani yang telah melaksanakan ARF.
Pada tahun 2011 Lokakarya ini dilaksanakan oleh BPTP, bertempat di FMA model dan
ditentukan sesuai produk unggulan FMA dengan peserta : petani/anggota
poktan/Gapoktan/FMA, penyuluh (penyuluh pendamping dan penyuluh swadaya, penyuluh
kabupaten), peneliti. Petani FMA berperan sebagai perencana dan pelaku studi (uji coba),
penyuluh pendamping dan penyuluh swadaya mengkoordinir dan menjadi fasilitor kegiatan
sedangkan peneliti dan penyuluh membantu dalam bidang teknis pelaksanaan dan
penyebarluasan informasi (Rivaie dkk, 2008). Kegiatan workshop ini adalah penyampaian
penerapan konsep ARF bagi petani FMA yang implementasinya pada kegiatan
7
demonstrasi/uji coba FMA. Petani didampingi peneliti BPTP akan merancang suatu
percobaan sederhana lapangan mulai dari awal sampai akhir kegiatan sehingga petani
mampu berkreativitas dalam ujicoba lapang. Pelaksanaan workshop sebanyak 1 kali dengan
jumlah peserta 40-75 orang. Diharapkan anggota poktan/Gapoktan mau dan mampu
melakukan ujicoba serta. Hasil identifikasi kebutuhan teknologi pada proposal kegiatan FMA
akan ditindak lanjuti BPTP dengan melakukan pendampingan ARF dari segi teknologi dan
pelaksanaannya.
2.6. Demonstrasi dan Pembuatan Perbanyakan Materi Informasi Dalam Rangka Mendukung FMA Demonstrasi akan dilakukan untuk mendukung scaling-up pada kawasan pasca
panen. FMA dengan pembelajaran pasca panen perlu mendapat dukungan teknologi dari
BPTP. Baik teknologi diversifikasi pengolahan produk pertanian, maupun teknologi
pengemasan dan pelabelan. Ujicoba dilakukan pada FMA terpilih dalam wilayah/kawasan
pembelajaran pasca panen.
Perbanyakan materi informasi yang dibutuhkan oleh petani anggota poktan/
Gapoktan/ FMA desa atau desa FMA yang overlay dengan desa kegiatan PUAP dan SL-PTT
maupun penyuluh akan dilakukan oleh BPTP. Untuk itu perlu identifikasi kebutuhan
informasi teknologi pertanian sebelum penyusunan materi informasi teknologi sehingga
sesuai kebutuhan pengguna. Pembuatan dan penyebaran materi informasi pertanian dalam
bentuk tercetak (brosur, folder), akan disebarkan ke BPP dan anggota poktan/Gapoktan.
Diharapkan melalui penyebaran materi informasi ini kepada BPP/ anggota poktan/ Gapoktan
akan terjadi diseminasi dan adopsi teknologi sehingga anggota poktan/ Gapoktan meningkat
produktivitas dan pendapatannya serta puas terhadap pelayanan jasa penelitian/pengkajian.
Kegiatan ini bertujuan untuk mendukung pelaksanaan uji coba/studi petani yang
dilaksanakan oleh petani di desa FEATI . Para peneliti di BPTP diharapkan secara intensif
dapat memberikan masukan tentang metode pelaksanaan demonstrasi/uji coba/studi petani
yang benar sehingga dapat dipertanggung jawabkan hasilnya secara ilmiah. Disamping itu,
peneliti juga diharapkan dapat memberikan masukan/tukar menukar pengalaman tentang
berbagai teknologi yang berakiatan dengan topik demonstrasi/uji coba/studi petani yang
dilaksanakan oleh petani.
Untuk FMA desa lain yang lokasinya bukan tempat demonstrasi maka penyebaran
informasi dilakukan dengan pemberian materi informasi dan mengundang petani melalui
pelatihan petani. BPTP juga melakukan pendampingan teknologi (teknis) dan narasumber
bagi diluar FMA model melalui kegiatan temu tugas dan workshop. Untuk menyebarkan
hasil demonstrasi akan dilakukan kegiatan temu lapang dengan mengundang petani dari
8
FMA/ desa lainnya. Monev akan membuat kuisioner dan daftar hadir peserta serta
dokumentasi kegiatan.
Kegiatan pembuatan dan perbanyakan materi meliputi : persiapan bahan,
pengumpulan materi infromasi hasil litkaji, kebutuhan teknologi desa FMA/PUAP/SL-PTT,
penyusunan naskah, pre test, editing, pencetakan dan distribusi.
2.7. Workshop Inisiasi Pemberdayaan Komisi Teknologi
Workshop ini dilakukan untuk berkoordinasi dengan instansi terkait di propinsi
Banten, agar rekomendasi teknologi dapat lebih efektif. Inisiasi pembentukan komisi
teknologi diusahakan untuk dapat berdaya guna dan berhasil guna. Workshop ini akan
diawali dengan pertemuan koordinasi dan perencanaan kegiatan workshop, yang dihadiri
oleh lembaga penyuluhan dan penelitian yang ada di Propinsi Banten. Pertemuan
Koordinasi dilakukan 1 kali dengan peserta 20-30 orang. Workshop inisiasi Komisi teknologi
ini dilakukan 1 kali dengan peserta 20-30 orang yang berasal dari lembaga terkait.
2.8. Temu tugas dalam pelaksanaan aktivitas FMA
Kegiatan ini merupakan pertemuan yang mengkoordinir kegiatan pembelajaran
FMA yang akan didampingi oleh BPTP melalui Narasumber maupun pedampingan teknologi.
Temu tugas dan Koordinasi pelaksanaan FMA di Kabupaten direncanakan akan dilakukan
sebayak 1 kali bertempat di FMA model/BPTP dengan peserta 75-100 orang yang terdiri dari
penyuluh pendamping, penyuluh swadaya (laki-laki dan perempuan) dan UP FMA, anggota
poktan/ Gapoktan dari 40 Desa.
Kegiatan ini akan digunakan sebagai salah satu cara pengumpulan data terkait
dengan kuesioner pengukuran keberhasilan program FEATI. Dengan bekerjasama dengan
penyuluh pendamping dan pengurus FMA, tim BPTP akan mengumpulkan data tersebut
menggunakan panduan kuesioner yang akan disiapkan oleh Tim BPTP.
Kegiatan ini dilakukan dengan pendekatan pertemuan secara partisipatif dan diskusi.
Pelaksanaan kegiatan (pelaksana dan masalah teknis lainnya) berkoordinasi dengan instansi
pelaksana porgam P3TIP di daerah yang sudah ditunjuk yaitu Badan Pelaksana Penyuluhan
Pertanian, Peternakan dan Kehutanan (BP4K) tingkat kabupaten, Balai Penyuluhan
Penyuluhan tingkat Kecamatan, FMA desa serta instansi lain lingkup Dinas Pertananian
Provinsi.
Peserta meliputi wakil kelompok tani/Gapoktan di desa FMA petugas, Penyuluh dan
peneliti. Pelaksanaan berkoordinasi dengan pengelola P3TIP di Kabupaten untuk
menentukan materi dan jadwal pertemuan sesuai dengan kebutuhan masing – masing.
9
2.9. Koordinasi Perencanaan dan Evaluasi Kegiatan Tingkat Propinsi
Koordinasi dilakukan dalam sebuah pertemuan perencanaan kegiatan yang
melibatkan BPKP Kabupaten Serang, Dinas Pertanian Provinsi Banten, dan kon sultan FEATI
Kabupaten serang serta perwakilan FMA. Pertemuan koordinasi dan perencanaan kegiatan
ini dilakukan 1 kali dengan peserta 15-20 orang.
Pertemuan evaluasi kegiatan juga dilakukan untuk mengetahui perkembangan
kegiatan dan upaya-upaya untuk perbaikan kegiatan. Dilakukan 1 kali dengan peserta 20-
30 orang, terdiri dari instansi terkait.
2.10. Administrasi Kegiatan FEATI
Kegiatan ini memberikan fasilitas berupa honor pelaksana program FEATI. Fasilitas
pendukung yang lain adalah dana untuk pembelian ATK dan komputer spplies, serta dana
yang terkait dengan perbanyakan materi, pencetakan laporan, dan pendokumentasian
pekerjaan. Konsolidasi audit juga dilakukan untuk terus melakukan monitor terhadap
kegiatan FEATI secara keseluruhan. Konsolidasi yang biasanya diikuti oleh pelaksanan
program akan memberikan arahan kelanjutan program tahun berjalan, maupun kelanjutan
program FEATI.
10
III. KEGIATAN YANG TELAH DILAKSANAKAN DAN HASIL YANG DIPEROLEH
3.1. Dukungan Pengembangan FMA Model dan Penerapan VCA
Sampai Desember 2011 kegiatan dukungan pengembangan FMA model dan
penerapan VCA tidak dilaksanakan. Hal ini karena tidak ada kejelasan perubadan DIPA dari
pusat. Penanggung jawab tidak melaksanakan kegiatan ini karena dari awal direncanakan
akan ada perubahan DIPA.
3.2. Demonstrasi /Ujicoba
BPTP Banten pada tahun 2011 melalui kegiatan FEATI melakukan uji coba pakan
alternative untuk itik pedaging. Uji coba ini dilaksanakan di FMA Harum Mekar desa Bundar
Kecamatan Ciruas. Salah satu pertimbangan dilakukan di lokasi tersebut adalah usaha yang
dilakukan oleh anggota FMA Harum Mekar merupakan usaha itik pedaging, namun sampai
saat ini usaha yang mereka rintis belum memberikan keuntungan yang layak. Hal ini
disebabkan karena harga pakan yang tersedia cukup mahal,sehingga perlu ada sentuhan
teknologi dari segi pakan supaya hasil yang diperoleh lebih meningkat dari sebelumnya.
Pada bulan Juni-Juli 2011 kegiatan Uji coba dimulai dengan test farm yang
dilaksanakan di Kebun Percobaan Singamerta. Hal ini dilakukan untk melakukan percobaan
terhadap teknologi pakan yang diramu oleh BPTP, agar pada saat ujicoba di FMA itik sudah
dapat beradaptasi dengan baik.
Hasil test farm di demonstrasikan di lokasi FMA Harum Mekar, sebagai salah satu
FMA yang melaksanakan pembesaran itik pedaging. Pelaksanaan uji coba di FMA Harum
Mekar akan di awali dengan pelatihan petani antara bulan Agustus 2011, dengan
mengundang FMA yang juga melakukan pembelajaran itik pada tahun 2011. Selanjutnya uji
coba akan di lakukan di Kawasan FMA Harum Mekar selama 40 hari.
Kegiatan ujicoba diawali dengan pelaksanaan pelatihan petani. Pada tanggal 28
Oktober diadakan pelatihan petani pembuatan pakan Berbahan Baku Lokal Spesifik Lokasi,
dilaksanakan di UP-FMA Harum Mekar, diikuti oleh unsur UP-FMA yang terdiri dari Ketua
FMA, Penyuluh Pendamping, Penyuluh Swadaya, dan Anggota FMA yang berjumlah 59
orang terdiri dari laki-laki 47 orang dan perempuan 12 orang. Adapun UP-FMA peserta
adalah lokasi dengan komoditas unggulan/pembelajaran itik, yang berada di kecamatan
sentra usaha itik (Pontang, Tirtayasa, Ciruas, Tanara, dan Kramatwatu) Selain Itu diikuti
pula oleh Tim FEATI dari BPKP Kabupaten Serang.
11
Pelatihan ini dibuka oleh penanggung jawab kegiatan Ujicoba ( Dewi Haryani, Spi,
MSi), yang menyampaikan bahwa dalam budidaya itik pakan merupakan hal yang paling
penting. Oleh karena itu perlu disosialisasikan cara pembuatan pakan yang berbahan baku
lokal sehingga bersifat spesifik lokasi.
Materi yang disampaikan adalah penghitungan/pembuatan formulasi pakan sesuai
dengan kebutuhan pertumbuhan itik baik itik petelur/itik pedaging. Materi ini disampaikan
oleh Peneliti BPTP Banten ( Maureen, CH, SPt). Selanjutnya dengan praktek pembuatan
pakan dengan bahan baku lokal. Peserta juga praktek langsung menghitung kandungan gizi
bahan pakan yang diperlukan oleh itik.
Acara ditutup oleh Kabid SDM BPKP Kabupaten Serang ( Ir. Edi Suhardiman, MM).
Dalam sambutannya diingatkan kembali kepada peternak itik yang ada di wilayah sentra itik.
Dan masing-masing UP-FMA dapat terus berkomitmen untuk mengembangkan sentra itik
sesuai dengan usaha di desanya. Sehingga upaya untuk menumbuhkan usaha agribisnis itik
dapat terwujud. Beliau juga mengharapkan pelatihan yang dilaksanakan oleh BPTP dapat
memberikan tambahan ilmu dan wawasan bagi peternak, dan dapat untuk diterapkan dalam
melakukan usaha budidaya itik.
Ujicoba budidaya itik dimulai pada tanggal 31 Oktober 2011 dengan menggunakan
formulasi pakan yang telah disampaikan pada pelatihan petani. Itik yang digunakan
sebanyak 300 ekor yang berumur 1 bulan dengan bobot rata-rata 550 gr. Pelaksanaan
ujicoba ini dilakukan di FMA Harum Mekar Desa Ciruas, dengan menggunakan formulasi
pakan seperti pada tabel 2 berikut.
Tabel 2. Formulasi pakan alternatif yang diujicobakan
No Bahan Baku A B C
1 Dedak 40 35 50
2 Jagung giling 0 20 0
3 Menir 20 5 20
4 Kepala Tri 20 30 0
5 Kedele giling 20 10 0
6 Nasi Aking 0 0 30
7 Kangkung 0 0 0
Jumlah 100 100 100
Ket : Satuan bahan pakan Kg
Ada tiga macam perlakukan pemberian pakan yaitu formulasi A, B, dan C. Masing-
masing perlakuan dilakukan dengan 2 ulangan. Dengan jumlah itik masing masing ulangan
ada 50 ekor dan dipelihara selama 40 hari. Pemberian pakan disesuaikan dengan umur itik,
seperti tersaji pada tabel 3.berikut.
12
Tabel 3. Jumlah kebutuhan ransum (pakan) per ekor per hari berdasarkan umur itik
Hasil pengamatan pertumbuhan dan mortalitas itik pada ujicoba pembesaran itik
disajikan pada tabel 4 Berikut.
Tabel 4. Data peningkatan rata-rata bobot badan itik dan mortalitas untuk masing-masing perlakuan selama masa pemeliharaan
Narasumber memberikan peluang yang cukup luas kepada petani untuk dapat bermitra
dengan pasar modern jika memang produk yang ditawarkan sudah dapat memenuhi
persyaratan baik secara kualitas maupun kuantitas.
Acara penutupan yang dilaksanakan oleh Kabid PSDK Dinas Pertanian dan
Peternakan Provinsi Banten Ir. Dodi RW. Dalam pengarahannya disampaikan bahwa kunci
sukses petani adalah harus terus memupuk sikap kepemimpinan, menumbuhkan jiwa
17
wirausaha, dan mempunyai rasa menghargai orang lain, bisa berempati serta memiliki
jaringan /link untuk pemasaran produk.
3.6. Demonstrasi dan Pembuatan Perbanyakan Materi Informasi Dalam Rangka Mendukung FMA
3.6.1. Ujicoba pembuatan sari salak, pelabelan, dan pengemasan produk FMA
Kegiatan Ujicoba Pembuatan sari salak pengemasan dan pelabelan produk FMA
merupakan rangkaian dari kegiatan (F) dalam perencanaan kegiatan FEATI TA 2011,
yaitudemonstrasi dan pembuatan perbanyakan materi informasi dan pembelian bahan dalam
rangka mendukung FMA. Acara diikuti oleh Anggota FMA dan penyuluh swadaya yang
berjumlah 100 orang pada 5 Desember 2011. Materi yang disajikan dalam Kegiatan Ujicoba
ini adalah :
Teknologi pembuatan sari salak dilaksanakan dalam rangka melakukan perbaikan
produk yang telah dilakukan oleh petani. Narasumber yang menyampaikan materi adalah
peneliti BPTP Banten syhrizal Muttakin, STP. Dalam kesempatan itu penyelenggara
membagikan sari buah salak produksi BPTP untuk dilakukan penilaian oleh peserta kegiatan
ujicoba dengan mengisi kuesioner yang telah disiapkan. Hasil kuesioner akan dianalisi untuk
mengetahui hasil perbaikan pembuatan sari salak yang telah dilakukan oleh BPTP.
Pengolahan sari buah salak ini diinisiasi oleh FMA Curug Makmur, Desa Curug Sulanjana,
Kecamatan Gunungsari dimana dilokasi tersebut jika musim panen salak harga menjadi
sangat rendah (Rp. 1000,-/kg), dan rasa daging salaknya yang sepat.
Dalam proses pembuatan petani masih mengalami kendala yaitu produk tidak tahan lama
(1-3 hari), sudah terjadi fermentasi, dan adanya endapan pada sari buah yang mengganggu
penampilannya. Selama ini petani tidak menggunakan bahan pengawet apapun. BPTP
memberikan informasi bahwa untk bahan minuman dalam produksi makanan diperbolehkan
menggunakan bahan pengawet pada ambang batas yang aman. Pengawet yang digunakan
adalah Natriun Benzoat. Kemudian untuk menghadapi kendala endapan dilakukan
penyaringan dengan kain yang tipis.
Materi selanjutnya adalah Pengemasan dan Pelabelan Produk Pertanian, yang
disampaiakan oleh peneliti BPTP Banten ( Muharfiza, STP, MSi). Setelah pemaparan materi
disertai praktek mengemas produk FMA, berupa kripik pisang, panitia membagikan contoh
hasil pengemasan dan pelabelan yang dilakukan oleh BPTP. Peserta juga diberikan
kesempatan untuk menilai hasil kemasan dengan mengisi kuesioner yang disiapkan oleh
panitia. Materi mengenai kemasan (terlampir). Panitia mengambil sampel pengemasan
kripik pisang, karena selama ini di FMA Karya makmur Desa Luwuk, produk kripik pisang
18
masih dijual dalam bentuk curah, dan kemasan plastik seadanya. Dalam rangka scalling-up
kualitas produk, dan peningkatan nilai tambah produk maka perlu disampikan informasi
mengenai pengemasan dan pelabelan produk FMA.
Hasil diskusi dalam acara ujicoba ini dapat menjadi masukan bagi perbaikan
kegiatan BPTP dan pembelajaran petani. Diantaranya kemasan untuk sari salak sebaiknhya
disesuaikan dengan pasar yang akan ditembus. Untuk pasar lokal kemasan menggunakan
botol masih dirasakan petani terlalu mahal, mungkin cukup dengan kemasan cup kecil.
Pembuatan sari salak hendaknya dibuat tanpa menghilangkan rasa khas dari salak gunung
sari karena ini merupakan salah satu icon spesifik lokasi. Untuk kemasan alumunium foil
dan plastik PP di Serang masih sulit untuk diperoleh, harus ke jakarta ini juga merupakan
kendala penyediaan bahan kemasan yang dibutuhkan oleh petani. Teknologi pembuatan
kripik pisang dari segi bentuk, perlu dikembangkan lagi tidak hanya yang bentuk panjang,
namun bulat/serong sehingga mudah dimakan dan dikemas. Tim FEATI dari Dinas
Pertanian Provinsi memberikan apresiasi kepada BPTP yang melalui kegiatan ujicoba ini
telah menyebarluaskan hasil-hasil pengkajian kepada petani untuk bisa diterapkan.
Teknologi pasca panen sangat penting untuk menambah daya saing produk dan nilai
tambah produk.Penyelenggara juga mendistribusikan media informasi yang telah dicetak
oleh kegiatan FEATI BPTP dan media berupa booklet dari Kegiatan Kampanye Penyuluhan
Strategis Distanak Provinsi Banten.
Pelaksana ujicoba melakukan survey pada peserta pertemuan ujicoba untuk
memberikan komentar/pendapat mengenai ujicoba pembuatan sari salak, dan pengemasan
produk FMA yaitu kripik pisang. Data hasil survey dapat dilihat pada tabel 5 dan 6 di bawah
ini :
Tabel 5. Hasil Survey ujicoba pembuatan sari salak
Hasil
Kategori
Proses Pembuatan
Alat dan Bahan
Rasa Warna dan
endapan Kemasan label
Score 1,96 1,84 1,96 1,77 2,21 2,21
Ket Mudah Mudah suka suka suka suka Tabel 6. Hasil survey ujicoba pengemasan produk kripik pisang
Hasil
Kategori
Proses Pengemansan
Alat dan Bahan
Kemasan Plastik
Kemasan Alumunium
label plastik
label alumunium
Score 2,09 2,02 2,09 2,25 1,98 2,27
Ket Mudah Mudah Suka Suka Suka Suka
19
Dari data Hasil survey ujicoba pembuatan sari salak, pelaksana membuat sari salak
dengan memberikan tambahan bahan pengawet dan melakukan penyaringan berulang-
ulang. Peserta yang telah mencoba dan mendapat penjelasan mengenai cara membuat sari
salak tersebut menyatakan mudah dalam proses pembuatannya. Hal ini menunjukkan
bahwa proses pembuatan ini berpotensi untuk dikembangkan oleh petani. Alat dan bahan
yang digunakan juga dinyatakan mudah untuk diperoleh. Dari segi rasa peserta
menyatakan suka dengan sari salak buatan BPTP, yang tetap memberikan rasa buah salak,
dan rasa manis yang sedang/cukup. Warna dan endapan yang terdapat pada sari buah
salak juga disukai peserta, karena endapan sudah tidak terlalu banyak dan warnanya tidak
terlalu keruh. Penampilan yang bersih membuat produk sari salak ini cukup menarik dan
disukai oleh peserta ujicoba. Kemasan yang dibuat untuk sari salak adalah botol ukuran 100
ml, ini juga disukai oleh peserta, demikian pula dengan label yang dipasang dibotol tersebut.
Kemasan yang biasa dibuat oleh petani baru cup kecil, dengan demikian petani dapat
mengadopsi kemasan yang lain untuk variasi pasar produk sari salak.
Data survey pengemasan produk FMA seperti terlihat pada tabel 2, menunjukkan
bahwa cara/prosedur pengemasan yang diujicobakan mudah, alat dan bahan yang
digunakan juga mudah. Sehingga pengemsan yang dilakukan menggunakan plastik dan
alumunium foil ini cukup aplikatif di tingkat petani. Responden juga menyukai jenis
kemasannya serta pelabelan yang diberikan pada kemasan. Untuk label pada alumunium
foil masih terlihat produknya tidak tertutup label semua. Pengemasan cara sederhana ini
sebaiknya dapat diterapkan oleh petani untuk dapat meningkatkan nilai jual produk
pertaniannya.
3.6.2. Pembuatan dan distribusi materi informasi.
Pembuatan perbanyakan materi telah diselesaikan berupa 3 judul booklet dan 2
judul poster Untuk media yang akan diperbanyak adalah 3 judul booklet, dan 2 judul
poster. Judul booklet sebagai berikut : 1) Teknologi penetasan Itik (200 eks); 2) “Sejahtera
Mandiri Bersama FEATI” kumpulan succes story FMA (300 eks); 3) Teknologi Pengolahan
Komoditas Unggulan Provinsi Banten (200). Judul poster sebagai berikut : 1) Pengolahan
Sari Buah Salak (10 lembar); 2) Ransum Alternatif prima bebek potong (20 lembar).
Distribusi bahan materi tercetak dilakukan melalui : Pelatihan petani,
pameran/expose pada acara PPSL, Acara ujicoba pengolahan sari salak pengemasan, dan
pelabelan produk FMA, Acara Diseminasi Inovasi Spesifik Lokasi.
20
3.7. Workshop Inisiasi Pemberdayaan Komisi Teknologi
3.7.1. Pertemuan Koordinasi dan Perencanaan Kegiatan
Berdasarkan Permentan Nomor 03/Kpts/HK.060/I/2005 tentang Pedoman Penyiapan
dan Penerapan Teknologi Pertanian dan didukung oleh ketersediaan kelembagaan penelitian
yang telah menghasilkan teknologi pertanian, maka dalam penyebarannya diperlukan
lembaga yang berwenang untuk mengeluarkan legalitas/rekomendasi teknologi pertanian
tersebut. Oleh karena itu melalui kegiatan FEATI, BPTP Banten menginisiasi terbentuknya
“Komisi Teknologi Pertanian di Provinsi Banten”. Sehubungan dengan hal tersebut, sebelum
pelaksanaan workshop inisiasi pemberdayaan komisi teknologi, BPTP Banten mengadakan
pertemuan koordinasi dan perencanaannya. Peserta dari instansi yang terkait dalam
kegiatan Komisi teknologi Pertanian
Dalam acara tersebut dilakukan diskusi tentang aturan yang ada mengenai
pembentukan komisi teknologi yang seharusnya dilakukan oleh setiap provinsi. Hal ini
terkait dengan banyaknya inovasi teknologi yang belum direkomendasikan dengan secara
prosedural. Selain itu juga beberapa lembaga pertanian di Provinsi Banten masih terlihat
melakukan penyebatran teknologi pertanian secara sendiri-sendiri. Hal ini tentunya akan
menyulitkan dan akan sering terjadi tumpang tindih kegiatan yang tidak terkoordinir dengan
baik.
Pada dasarnya instansi yang hadir merasa perlu untuk dibentuk komisi teknologi di
nProvinsi Banten. Sehingga rekomendasi penerapan sebuah teknologi dapat dilakukan
dengan lebih tertata. Selain itu antara instansi terkait dengan pengembangan inovasi juga
akan selalu terjalin koordinasi baik terutama dalam rangka memfasilitasi petani dengan
penyediaan teknologi yang dapat meningkatkan kesejahteraan petani.
Rencana tindak lanjut dari pertemuan ini adalah akan dilaksanakannya workshop
inisiasi pemberdayaan komisi teknologi yang direncanakan pada bulan Juni 2011. Dengan
mengundang semua lembaga terkait diharapkan pada acara workshop akan menghasilkan
struktur organisasi komisi teknologi yang selanjutnya akan di SK-kan dengan SK Gubernur.
3.7.2. Pelaksanaan Workshop Pemberdayaan Komisi Teknologi
Komisi Teknologi Pertanian di provinsi Banten belum terbentuk seperti halnya pada
daerah lain mengingat provinsi Banten merupakan provinsi baru yang terbentuk pada tahun
2000. Sedangkan BPTP Banten didirikan pada tanggal 30 Desember 2003. Lembaga
21
penelitian yang terdapat di Provinsi Banten yaitu Badan Penelitian dan Pengembangan
Daerah (Balitbangda), Dewan Riset Daerah (DRD), BPTP Banten, BB Mektan BATAN dan
PUSPITEK. Lembaga penelitian lain berupa LPPM pada Universitas Tirtayasa (UNTIRTA)
dan Universitas Matla’ul Anwar (UNMA).
Berdasarkan ketersedian lembaga penelitian yang ada di provinsi Banten sudah
sewajarnya untuk dibentuk Komisi Teknologi Pertanian sehingga teknologi yang dihasilkan
oleh lembaga penelitian dapat disebarluaskan dengan cepat kepada pengguna. Lembaga
yang terkait dengan penggunaan teknologi seperti Badan Penyuluhan, Dinas teknis
pertanian baik Provinsi maupun kabupaten yang tergabung dalam rumpun Hijau (Pertanian,
peternakan, perkebunan, ketahanan pangan, perikanan dan pariwisata) dalam
mengembangkan teknologi memiliki dasar kuat dari rekomendasi teknologi yang dihasilkan
oleh komisi teknologi. Dengan kata lain proses penjaringan isu dan percepatan alih teknologi
pertanian dapat dipercepat guna mendorong percepataan pembangunan ekonomi di provinsi
Banten.
Workshop ini diikuti oleh instansi terkait dengan Komisi Teknologi Pertanian Provinsi,
pada tanggal 13 Juni 2011 dengan peserta 20 orang yang terdiri dari laki-laki 13 orang dan
perempuan 7 orang. Inisiasi pembentukan Komisi Teknologi Pertanian sudah dilakukan
melalui koordinasi dan diskusi dengan unit kerja pemerintah daerah antara lain Balitbangda,
Dinas Pertanian dan Peternakan Provinsi, Dinas Perkebunan dan Kehutanan, Badan
Ketahanan Pangan Daerah, Badan Ketahanan Pangan dan Penyuluhan Kabupaten Serang.
Draff susunan organisasi dan Tim Teknis Komisi Teknologi Pertanian dapat dilihat pada
Tabel 7 dan Tabel 8.
22
Tabel 7. Draff Susunan Organisasi Komisi Teknologi Pertanian Provinsi Banten
Ketua Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Provinsi Banten
Wakil Ketua merangkap Anggota
Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Daerah (BALITBANGDA) Provinsi Banten
Sekretaris merangkap Anggota Kepala Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Banten
Anggota Kepala Biro Ekonomi dan Pembangunan Sekretariat Daerah Provinsi Banten
Kepala Dinas Pertanian dan Peternakan Provinsi Banten Ketua Komisi B Dewan Perwakilan Rakyat Daerah
Provinsi Banten Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi
Banten Kepala Dinas Perkebunan dan Kehutanan Provinsi
Banten Ketua Lembaga Penelitian Universitas Tirtayasa Ketua Lembaga Penelitian Universitas Matla’ul Anwar Kepala Balai Besar Mekanisasi Pertanian Kepala Badan Tenaga Nuklir Nasional Ketua Dewan Reset Daerah Banten Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Serang Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Lebak Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Pandeglang Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Tangerang Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Tangerang Selatan Kepala Dinas Pertanian Kota Tangerang Kepala Dinas Pertanian Kota Serang Kepala Dinas Pertanian Kota Cilegon Kepala Balai Pengawasan dan Sertifikasi Benih Provinsi
Banten Ketua Kamar Dagang dan Industri (KADINDA) Provinsi
Banten Ketua Kelompok Tani Nelayan Andalan (KTNA) Provinsi
Banten
23
Tabel 8. Draff Susunan Tim Teknis Teknologi Pertanian Provinsi Banten
Ketua Kepala Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Banten
Wakil Ketua merangkap Anggota
Kepala Bidang Sumber Daya Alam dan Teknologi Balitbangda Provinsi Banten
Sekretaris merangkap Anggota Kepala Seksi Kerjasama dan Pelayanan Pengkajian BPTP Banten
Anggota Kepala Bidang Pertanian Distannak Provinsi Banten
Kepala Bidang Peternakan Distannak Provinsi Banten Kepala Seksi Pelayanan Teknis BPSB Provinsi Banten Kepala Bidang Perkebunan Dishutbun Provinsi Banten Ketua Lembaga Penelitian Universitas Tirtayasa Ketua Lembaga Penelitian Universitas Matla’ul Anwar Kepala Bidang Progran dan Evaluasi BB Mektan Kepala Pusat Informasi dan Diseminasi Teknologi BATAN Kepala Bidang Pertanian Distan Kabupaten Serang Kepala Bidang Peternakan Distan Kabupaten Serang Kepala Bidang Pertanian Distan Kabupaten Lebak Kepala Bidang Perkebunan Distan Kabupaten
Pandeglang Kepala Bidang Pertanian Distan Kabupaten Pandeglang Kepala Bidang Pertanian Distan Kabupaten Tangerang Kepala Bidang Pertanian Distan Kabupaten Tangerang
Selatan Kepala Bidang Pertanian Distan Kota Tangerang Kepala Bidang Pertanian Distan Kota Serang Kepala Bidang Pertanian Distan Kota Cilegon Ketua Kamar Dagang dan Industri (KADINDA) Provinsi
Banten Ketua Kelompok Tani Nelayan Andalan (KTNA) Provinsi
Banten
Draff Tugas Tim Komisi Teknologi Pertanian dan Tim Teknis Pengkajian Teknologi
Pertanian sebagai berikut :
A. Draff Tugas Tim Komisi Teknologi Pertanian.
1. Menentukan arah dan prioritas program Penelitian dan Pengembangan Teknologi
Pertanian di Provinsi Banten
2. Merumuskan berbagai aspek kebijakan dan sistem kelembagaan yang perlu
dikembangkan untuk menstimulasi, menghimpun dan mensinergikan kapasitas
Lembaga Penelitian dan Penyuluhan Pertanian.
3. Menampung kepentingan stakeholders yang meliputi pemerintah, lembaga ilmu
pengetahuan dan teknologi, institusi akademik, industri dan masyarakat dalam
proses pembangunan daerah berbasis ilmu pengetahuan dan teknologi;
24
4. Menganalisis strategi dan mengevaluasi efektivitas proses difusi ilmu pengetahuan
dan teknologi Pertanian di daerah;
5. Merumuskan dan merekomendasikan teknologi pertanian untuk kemajuan
pembangunan daerah;
6. Melaporkan hasil kegiatan kepada Gubernur melalui Badan Penelitian dan
Pengembangan Daerah Provinsi Banten.
B. Draft Tugas Tim Teknis Pengkajian Teknologi Pertanian.
1. Mempersiapkan secara teknis arah dan prioritas penelitian Teknologi Pertanian untuk
dibahas oleh Komisi Teknologi Pertanian dalam hubungannya dengan kegiatan
penelitian pengkajian dan diseminasi teknologi pertanian
3. Melaksanakan monitoring dan evaluasi pada kegiatan penelitian dan pengkajian untuk
digunakan pada pertemuan Komisi Teknologi Pertanian.
4. Mempersiapkan materi untuk bahan rapat dalam merumuskan dan rekomendasi
teknologi pertanian
3.7.3. Pertemuan tindak lanjut Komisi Teknologi yang diinisiasi oleh Balitbangda
Pada tanggal 12 Juli 2011 Balitbangda sebagai Ketua Komisi Teknologi Pertanian
Provinsi Banten melakukan pertemuan sebagai tindak lanjut dari workshop inisiasi yang
dilakukan oleh BPTP pada bulan Mei 2011. Dalam pertemuan ini diidentifikasi Hasil
Pengkajian dari masing-masing instansi terkait, dan kebutuhan inovasi teknologinya.
25
Instansi : Balitbangda Provinsi Banten Kelompok : Pengkaji
No. Hasil Kajian Rekomendasi Kebijakan Inovasi Teknologi Pertanian
1. Survey Teknologi Tepat Guna
a. Gula Aren - Inovasi budidaya pohon aren - Teknologi kemasan - Pengembangan bentuk produk - Standarisasi mutu
b. Gula Semut - Inovasi budidaya pohon aren - Teknologi kemasan - Standarisasi mutu
c. Ikan Asin - Teknologi pengawetan - Teknologi kemasan - Standarisasi mutu
d. Jahe Instan - Teknologi pengawetan - Teknologi kemasan - Standarisasi mutu
e. Emping Melinjo - Teknologi pengawetan - Teknologi kemasan - Standarisasi mutu
2. Teknologi Tepat Guna untuk
Menunjang Ketahanan Pangan (Sedang Berjalan)
a. Padi-Padian (Lokal) b. Umbi-Umbian (Lokal)
26
Instansi : Balitbangda Provinsi Banten Kelompok : Pengkaji No. Identifikasi Kebutuhan Sebab/Alasan Alternatif Solusi Kebijakan
1. Penggunaan bibit unggul
masih belum secara luas.
Biasanya petani menggunakan
bibit dari tanaman induk
sebelumnya. Sehingga
produktivitas dan mutu masih
ada yang belum tinggi.
a. Kurang informasi mengenai
bibiit unggul
b. Uang/modal untuk
pembelian bibit unggul tidak
memadai
a. Penyuluhan intensif
b. Penyediaan bibit unggul
melalui rantai niaga yang
lebih ringkas dan mudah
diakses
c. Lembaga penyedia bibit
unggul hasil litbang untuk
masyarakat
2. Masalah pupuk. Penggunaan
pupuk belum proporsional.
Umumnya masih
menggunakan pupuk kimia
daripada pupuk organik.
a. Pupuk kimia lebih cepat
reaksinya daripada pupuk
organik
b. Pemahaman penggunaan
pupuk yang sehat masih
kurang
c. Ketersediaan pupuk organik
lebih sedikit daripada pupuk
kimia
a. Penyuluhan intensif
b. Pembuatan sentra pupuk
organik ditiap wilayah
utama
3. Antisipasi perubahan iklim a. Anomali iklim
mempengaruhi
produkyivitas (Jadwal
menjadi tidak stabil)
a. Penyiapan infrastruktur
mengatasi ketidakstabilan
iklim (irigasi/stok penyedia
air)
b. Penyiapan varietas yang
sesuai dengan anomali
iklim
4. Akses Permodalan a. Komoditi pertanian
umumnya dianggap
sesuatau yang tinggi resiko
peleh lembaga keuangan
perbankan
b. Meskipun ada skema
bantuan modal dari
pemerintah/lembaga
keuangan tapi masih juga
ditemui kurangnya
informasi ke petani
a. Pemda perlu mendukung
kemudahan akses
permodalan komoditi ke
lembaga keuangan
perbankan misalnya
dengan regulasi
b. Penggunaan media
informasi secara lebih luas
(media massa)
27
Instansi : Dinas Pertanian dan Peternakan Provinsi Banten Kelompok : Penerap No. Komoditi Hasil Kajian Keterangan
1. Padi SL-PTT Padi (Padi sawah, padi gogo dan
padi hibrida) berpengaruh sangat signifikan
terhadap peningkatan produksi padi di
Provinsi Banten, namun demikian
peningkatan hasil dari SL-PTT tersebut masih
jauh dari potensi hasil yang seharusnya
dapat dicapai oleh varietas unggul yang
digunakan dalam SL-PTT tersebut, sehingga
untuk memaksimalkan hasil dari kegiatan SL-
PTT tersebut diperlukan penerapan
komponen SL-PTT secara tepat.
2. Jagung SL-PTT jagung hibrida berpengaruh terhadap
peningkatan C17 produksi jagung di Provinsi
Banten, namun demikian peningkatan hasil
dari SL-PTT tersebut masih jauh dari potensi
hasil yang seharusnya dapat dicapai oleh
varietas unggul yang digunakan dalam SL-
PTT tersebut. Dikarenakan petani masih
berorientasi jagung muda bukan jagung
kering pipil, sehingga untuk memaksimalkan
hasil dari kegiatan tersebut diperlukan
penerapan komponen SL-PTT secara tepat.
3. Kedelai
SL-PTT kedelai berpengaruh terhadap
peningkatan produksi kedelai di Provinsi
Banten, namun demikian peningkatan hasil
dari SL-PTT tersebut masih jauh dari potensi
hasil yang seharusnya dapat dicapai oleh
varietas unggul yang digunakan dalam SL-
PTT tersebut, kurang optimalnya dalam
budidaya kedelai, sehingga untuk
memaksimalkan hasil dari kegiatan tersebut
diperlukan penerapan komponen SL-PTT
secara tepat
28
Instansi : Dinas Pertanian dan Peternakan Provinsi Banten Kelompok : Penerap No. Komoditi Kebutuhan Keterangan
1. Padi Komponen SL-PTT harus benar-benar dilakukan dengan cara seksama, meliputi: a. 6 tepat (Tepat varietas tepat mutu, tepat
jumlah, tepat waktu, tepat harga dan tepat lokasi)
Kebutuhan benih varietas unggul 6 tepat, perlu adanya pemberdayaan penangkar benih melalui program/kegiatan pelatihan penangkar SL-PTT, Sl-Perbanyaan benih
b. Penggunaan bibit muda Perlu pendampingan yang intensif dari petugas di lapangan (penyuluh, KCD, mantri dan pengawas benih tanaman)
c. Jajar Legowo Perlu pendampingan yang intensif dari petugas di lapangan (penyuluh, KCD, Mantri tani dan BPTP). Demplot SL-PTT di tingkat Provinsi sebagai bahan kajian
d. Penggunaan pupuk berimbang Kebutuhan pupuk dapat terpenuhi dengan baik, yaitu tepat jumlah dan tepat waktu. Perlu pendampingan yang intensif dari POPT, Dinas Pertanian Kab/Kota, penyuluh dan KCD/Mantri tani)
e. Pengendalian hama dan penyakit terpadu Kebutuhan pestisida dapat terpenuhi dengan baik yaitu tepat jumlah dan tepat waktu. Perlu pendampingan yang intensif dari POPT, Dinas Pertanian Kab/Kota, penyuluh dan KCD/Mantri tani)
2. Jagung Komponen SL-PTT harus benar-benar dilakukan dengan cara seksama, meliputi: a. 6 tepat (Tepat varietas tepat mutu, tepat
jumlah, tepat waktu, tepat harga dan tepat lokasi)
Kebutuhan benih varietas unggul 6 tepat, perlu adanya pemberdayaan penangkar benih melalui program/kegiatan pelatihan penangkar SL-PTT, Sl-Perbanyaan benih
b. Budidaya tanaman jagung monokultur Perlu pendampingan yang intensif dari petugas di lapangan (penyuluh, KCD, Mantri tani dan BPTP). Demplot SL-PTT di tingkat Provinsi sebagai bahan kajian
c. Usaha tani jagung pipilan kering Perlu adanya pendampingan yang intensif dari pihak yang berkepentingan, perlu adanya undang-undang atau peraturan yang mengatur tentang jaminan harga jagung pipilan kering dari pemerintah, perlu adanya kemitraan yang berkelanjutan dalam usaha jagung pipilan kering.
d. Penggunaan pupuk berimbang Kebutuhan pupuk dapat terpenuhi dengan baik, yaitu tepat jumlah dan tepat waktu. Perlu pendampingan yang intensif dari POPT, Dinas Pertanian Kab/Kota, penyuluh dan KCD/Mantri tani)
e. Pengendalian hama dan penyakit terpadu Kebutuhan pestisida dapat terpenuhi dengan baik yaitu tepat jumlah dan tepat waktu. Perlu pendampingan yang intensif dari POPT, Dinas Pertanian Kab/Kota, penyuluh dan KCD/Mantri tani)
29
f. Penanganan pasca panen Kebutuhan alat pasca panen, perlu adanya kegiatan SL-Pasca panen
3. Kedelai Komponen SL-PTT harus benar-benar dilakukan dengan cara seksama, meliputi: a. 6 tepat (Tepat varietas tepat mutu, tepat
jumlah, tepat waktu, tepat harga dan tepat lokasi)
Kebutuhan benih varietas unggul 6 tepat, perlu adanya pemberdayaan penangkar benih melalui program/kegiatan pelatihan penangkar SL-PTT, Sl-Perbanyaan benih
b. Budidaya tanaman kedelai monokultur dan skala luas agribisnis (bukan subsistem)
Perlu pendampingan yang intensif dari petugas di lapangan (penyuluh, KCD, Mantri tani dan BPTP). Demplot SL-PTT di tingkat Provinsi sebagai bahan kajian
c. Penggunakan inokul rhizobium masih rendah dalam pelaksanaan tanam,
sehingga tidak maksimal dalam pertumbuhan bintil akar
Perlu adanya pendampingan yang intensif dari pihak yang berkepentingan, perlu
adanya undang-undang atau peraturan yang mengatur tentang jaminan harga jagung pipilan kering dari pemerintah, perlu adanya kemitraan yang berkelanjutan dalam usaha kedelai.
g. Penggunaan pupuk berimbang Kebutuhan pupuk dapat terpenuhi dengan baik, yaitu tepat jumlah dan tepat waktu. Perlu pendampingan yang intensif dari POPT, Dinas Pertanian Kab/Kota, penyuluh dan KCD/Mantri tani)
h. Pengendalian hama dan penyakit terpadu, pengendalian OPT dengan pengembangan agen hayati belum sepenuhnya bisa diterapkan semaksimal mungkin
Kebutuhan pestisida dapat terpenuhi dengan baik yaitu tepat jumlah dan tepat waktu. Perlu pendampingan yang intensif dari POPT, Dinas Pertanian Kab/Kota, Penyuluh dan KCD/Mantri tani) dalam
penggunaan pestisida serta pemakaian pestisida yang ramah lingkungan
i. Penanganan pasca panen Kebutuhan alat pasca panen (perontok belum tersedia, perlu adanya kegiatan SL-Pasca panen)
30
Instansi : Dinas Pertanian dan Peternakan Provinsi Banten Kelompok : Penerap No. Komoditas Hasil Kajian Keterangan
Roadmap pengembangan teknologi tepat guna bidang kehutanan dan perkebunan tahun 2010-2014 :
1. Kakao Pengolahan
- Alat pengering kakao - Alat fermentasi kakao
Peningkatan mutu olah kakao Pengolahan biji kako menjadi
tepung kakao 2. Kopi Peningkatan oalahan kopi rakyat - Mesin penumpuk kopi
- Humer mill - Luwak
3. Cengkah Pengolahan - Timbangan kadar air - Alat pengeringan biji cengkeh
- Alat pengolahan daun cengkeh
4. Kelapa Pengolahan - Mesin parut kepala - Alat pengering kopra
- Alat pembuatan VCO - Mesin pengolahan sabut
kelapa
- Mesin pengolah minyak kelapa - Alat pembakar tempurung
5. Karet Pengolahan Teknologi pengolahan mesin pengolahan sheet
Pengembangan pembibitan kebun entres
- Pengenalan ciri-ciri klon unggul
- Teknik pengokulasian
Peningkatan mutu olah karet Penggilingan karet rakyat (hand manggle)