1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Proses penuaan dan penyakit degeneratif seperti kanker, asteroklerosis, stroke, tekanan darah tinggi, katarak serta terganggunya sistem imun tubuh, merupakan beberapa penyakit yang berkaitan dengan aktivitas radikal bebas. Banyak sekali sumber radikal bebas yang dapat masuk dan terbentuk di dalam tubuh, diantaranya melalui pernafasan, lingkungan yang tidak sehat dan banyaknya mengkonsumsi makanan yang berlemak ataupun yang tidak sehat. Menurut Qauliyah (2006), radikal bebas tersebut sebenarnya dapat dihambat dengan antioksidan. Di dalam tubuh manusia, sudah diproduksi beberapa antioksidan seperti superoksid dismutase (SOD) (Maestro, 1991) dan gluthation peroksidase (Sies, 1991). Akan tetapi, antioksidan ini diproduksi hanya dalam jumlah tertentu. Jadi, jika tubuh dalam keadaan dan aktivitas normal, asupan makanan yang seimbang membuat kita tak perlu tambahan segala macam suplemen. Dalam keadaan tertentu, seperti meningkatnya usia, sakit, stres, bekerja terlalu keras, ibu hamil dan menyusui yang mengalami gangguan selera makan, orang yang hidup dalam lingkungan yang tidak sehat dan tercemar oleh berbagai polusi, berolahraga berat, perokok berat atau pada peminum alkohol, serta yang makanannya banyak mengandung lemak, maka mungkin sekali perlu tambahan suplemen antioksidan. Sementara itu, dalam bunga rosella ungu mengandung antosianin sebesar 1.48 g/100 g kelopak kering (Anonymous, 2008). Antosianin merupakan salah satu jenis pigmen yang juga berfungsi sebagai antioksidan yang dapat menghambat oksidasi radikal bebas dalam tubuh (Best, 2004). Pemanfaatan kelopak bunga rosella merah sudah banyak dikenal antara lain sebagai minuman seduhan, manisan, jeli, sirup, permen dan pewarna makanan. Sedangkan pemanfaatan kelopak bunga rosella ungu belum banyak dikenal. Hal ini dikarenakan keberadaan tanaman rosella ungu saat ini masih langka. Dengan adanya pengolahan kelopak bunga rosella ungu lebih lanjut, yakni menjadi tablet effervescent sebagai suplemen antioksidan, maka akan memberikan nilai tambah dari kelopak rosella ungu itu sendiri. Oleh karena itu, perlu dilakukan proses pembuatan produk tablet effervescent rosella ungu serta pengujian aktivitas antioksidannya secara in vivo. Harapannya dengan adanya penelitian ini akan memberikan diversifikasi produk tablet effervescent, sehingga menjadi suplemen antioksidan dan sebagai alternatif pengolahan kelopak bunga rosella ungu untuk menghindari kebusukan pasca- panen. 1.2 Perumusan Masalah Dari uraian yang dipaparkan diatas maka dapat dirumuskan masalah yang diteliti yaitu : 1. Formulasi proporsi antara jumlah filtrat rosella ungu dengan maltodekstrin untuk mendapatkan tablet effervescent dengan sifat fisik, kimia dan organoleptik yang terbaik. 2. Aktivitas antioksidan produk tablet effervescent rosella ungu perlakuan terbaik secara in vivo.
15
Embed
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah · PDF filePenyusunan laporan akhir ... HCl, NaOH, Nelson arsenomolibdat, larutan DPPH 0,2 M, ... Diagram Alir Proses Pembuatan Tablet Effervescent
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
1
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Proses penuaan dan penyakit degeneratif seperti kanker, asteroklerosis,
stroke, tekanan darah tinggi, katarak serta terganggunya sistem imun tubuh,
merupakan beberapa penyakit yang berkaitan dengan aktivitas radikal bebas.
Banyak sekali sumber radikal bebas yang dapat masuk dan terbentuk di dalam
tubuh, diantaranya melalui pernafasan, lingkungan yang tidak sehat dan
banyaknya mengkonsumsi makanan yang berlemak ataupun yang tidak sehat.
Menurut Qauliyah (2006), radikal bebas tersebut sebenarnya dapat dihambat
dengan antioksidan.
Di dalam tubuh manusia, sudah diproduksi beberapa antioksidan seperti
superoksid dismutase (SOD) (Maestro, 1991) dan gluthation peroksidase (Sies,
1991). Akan tetapi, antioksidan ini diproduksi hanya dalam jumlah tertentu. Jadi,
jika tubuh dalam keadaan dan aktivitas normal, asupan makanan yang seimbang
membuat kita tak perlu tambahan segala macam suplemen. Dalam keadaan
tertentu, seperti meningkatnya usia, sakit, stres, bekerja terlalu keras, ibu hamil
dan menyusui yang mengalami gangguan selera makan, orang yang hidup dalam
lingkungan yang tidak sehat dan tercemar oleh berbagai polusi, berolahraga berat,
perokok berat atau pada peminum alkohol, serta yang makanannya banyak
mengandung lemak, maka mungkin sekali perlu tambahan suplemen antioksidan.
Sementara itu, dalam bunga rosella ungu mengandung antosianin sebesar
1.48 g/100 g kelopak kering (Anonymous, 2008). Antosianin merupakan salah
satu jenis pigmen yang juga berfungsi sebagai antioksidan yang dapat
menghambat oksidasi radikal bebas dalam tubuh (Best, 2004). Pemanfaatan
kelopak bunga rosella merah sudah banyak dikenal antara lain sebagai minuman
seduhan, manisan, jeli, sirup, permen dan pewarna makanan. Sedangkan
pemanfaatan kelopak bunga rosella ungu belum banyak dikenal. Hal ini
dikarenakan keberadaan tanaman rosella ungu saat ini masih langka. Dengan
adanya pengolahan kelopak bunga rosella ungu lebih lanjut, yakni menjadi tablet
effervescent sebagai suplemen antioksidan, maka akan memberikan nilai tambah
dari kelopak rosella ungu itu sendiri.
Oleh karena itu, perlu dilakukan proses pembuatan produk tablet
effervescent rosella ungu serta pengujian aktivitas antioksidannya secara in vivo.
Harapannya dengan adanya penelitian ini akan memberikan diversifikasi produk
tablet effervescent, sehingga menjadi suplemen antioksidan dan sebagai alternatif
pengolahan kelopak bunga rosella ungu untuk menghindari kebusukan pasca-
panen.
1.2 Perumusan Masalah
Dari uraian yang dipaparkan diatas maka dapat dirumuskan masalah yang
diteliti yaitu :
1. Formulasi proporsi antara jumlah filtrat rosella ungu dengan maltodekstrin
untuk mendapatkan tablet effervescent dengan sifat fisik, kimia dan
organoleptik yang terbaik.
2. Aktivitas antioksidan produk tablet effervescent rosella ungu perlakuan terbaik
secara in vivo.
2
1.3 Tujuan Program
1. Menentukan formulasi proporsi antara jumlah filtrate rosella ungu dengan
maltodekstrin untuk mendapatkan tablet effervescent dengan sifat fisik, kimia
dan organoleptik yang terbaik.
2. Mengetahui aktivitas antioksidan produk tablet effervescent rosella ungu
perlakuan terbaik secara in vivo
1.4 Luaran yang Diharapkan
Luaran yang diharapkan dari program ini adalah diperolehnya proporsi
yang tepat pada produk tablet effervescent rosella ungu sebagai suplemen
antioksidan
1.5 Kegunaan Program
1. Mengangkat potensi rosella ungu untuk menambah keanekaragaman produk
pangan yang memiliki sifat fungsional.
2. Memberikan masukan kepada instansi pangan dan farmasi untuk
mengoptimalkan pemanfaatan tablet effervescent rosella ungu sebagai
suplemen antioksidan.
3. Meningkatkan pengetahuan dan wawasan dalam dunia penelitian tentang
potensi bunga rosella ungu dan produk olahannya, yaitu tablet effervescent.
II. TINJAUAN PUSTAKA
Tablet Effervescent
Tablet adalah sediaan obat padat takaran tunggal yang dikempa atau
dicetak dari serbuk kering, kristal, atau granulat. Umumnya dengan penambahan
bahan pembantu menggunakan tekanan tinggi (Voigt, 1995). Sedangkan tablet
effervescent merupakan tablet berbuih yang dibuat dengan cara kompresi granul
yang mengandung garam effervescent atau bahan-bahan lain yang mampu
melepaskan gas ketika bercampur dengan air (Ansel, 1989). Dasar formula pada
minuman serbuk dan tablet effervescent adalah reaksi antara asidulan dengan
karbonat atau bikarbonat menghasilkan karbondioksida (Hui, 1992).
Rosella Ungu
Rosella berasal dari wilayah India sampai Malaysia, dimana tanaman ini
dibudidayakan dan mulai dibudidayakan pula di Afrika. Tanaman ini telah
menyebar secara luas di wilayah subtropis dan di berbagai wilayah India Barat
dan Amerika Tengah (Morton,1999). Terdapat dua macam warna, yakni merah
dan ungu, dimana semakin tinggi intensitas warnanya, maka semakin tinggi kadar
antioksidannya. Hal ini berarti bahwa kandungan antioksidan pada rosella ungu
lebih besar daripada rosella merah.
Bagian rosella yang dapat diproses untuk makanan adalah kelopak bunga
yang disebut kaliks (Som, 2003). Kaliks mengandung vitamin C,D,B1,dan B2.
Kaliks juga mengandung 13% campuran asam malat dan asam sitratserta
antosinin dan 0,004-0,0055 asam askorbat. Antosianin dipercaya sebagai salah
satu pencegah munculnya penyakit diusia lanjut seperti kanker dan serangan
jantung.
Antosianin
Antosianin telah dikonsumsi secara luas, suatu studi di Italia
menyebutkan konsumsi per hari dari antosianin berkisar antara 25 – 215 mg tiap
orang bergantung jenis kelamin dan usia, dimana dosis yang tinggi dapat
mengurangi efek farmakologis. Antosianin dari Hibiscus sabdariffa (Malvaceae)
3
telah digunakan secara efektif pada obat kedokteran untuk melawan hipertensi,
dan gangguan hati. Dianjurkan untuk mengkonsumsi minuman ringan, yang
mengandung pigmen Hibiscus dimana pada dosis rendah (50 mg/kg)
menunjukkan aktifitas antioksidan pada sebuah studi (Vargas and Lopez, 2003).
Stabilitas Antosianin
Faktor yang penting dalam kestabilan antosianin adalah harus diproses
dan diolah pada temperature rendah dengan sedikit kehadiran oksigen serta
cahaya (Vargaz and Lopez, 2003). Efek suhu terhadap stabilitas antosianin pada
produk makanan telah diselidiki oleh banyak peneliti dan kesimpulan secara
umum bahwa antosianin akan rusak dengan pemanasan dan penyimpanan.
Markakis (1982), menunjukkan bahwa pengolahan strawberry pada 100ºC dalam
1 hari menghasilkan 50% kerusakan antosianin dan bila disimpan pada suhu 38ºC
dapat bertahan hingga 10 hari.
Antioksidan
Antioksidan merupakan inhibitor yang bekerja menghambat oksidasi
dengan cara bereaksi dengan radikal bebas reaktif membentuk radikal bebas tak
reaktif yang relatif stabil. Sistem ini dinamakan dengan sistem prtoteksi non
enzimatik (Widodo, 1997).
Antioksidan dapat menetralisir radikal bebas dengan menerima atau
mendonorkan sebuah elektron untuk menghasilkan molekul yang lebih stabil
(berpasangan). Ini berarti molekul antioksidan menjadi radikal bebas dalam proses
menetralkan molekul radikal bebas menjadi molekul yang non-radikal bebas
(Best, 2004)
Radikal Bebas
Dalam dunia kedokteran, pengertian oksidan dan radikal bebas sering
dibaurkan. Hal ini disebabkan karena keduanya memiliki sifat yang mirip.
Aktifitas kedua senyawa ini sering menghasilkan akibat yang sama walaupun
prosesnya berbeda (Tjokroprawiro, 1993). Namun, dipandang dari sudut ilmu
kimia, keduanya haruslah dibedakan (Suryohudoyo, 1997). Dalam ilmu kimia,
oksidan berarti senyawa penerima elektron (electron acceptor) atau senyawa yang
dapat menarik elektron (Tjokroprawiro, 1993).
Bahan Pengisi
Menurut Dewi (2000), bahan pengisi merupakan bahan yang
ditambahkan pada proses pengolahan pangan untuk melapisi komponen-
komponen flavor, meningkatkan jumlah total padatan, memperbesar volume,
mempercepat proses pengeringan dan mencegah kerusakan bahan akibat panas.
Bahan tersebut berupa padatan dengan berat molekul tinggi yang mudah
terdispersi (Hartomo dan Widiatmoko, 1994).
Sukrosa
Sukrosa mempunyai sifat sedikit higroskopis dan mudah larut dalam air.
Semakin tinggi suhu, kelarutannya semakin besar. Kristal sukrosa bersifat stabil di
udara terbuka dan dalam keadaan yang langsung berhubungan dengan udara dapat
menyerap air sebanyak 1% dari total berat dan akan dilepaskan kembali apabila
dipanaskan pada suhu 90ºC (Sudarmaji, 1982)
Bahan Tambahan
- Natrium Bikarbonat
Senyawa karbonat yang banyak digunakan dalam formulasi effervescent
adalah garam karbonat kering karena kemampuannya menghasilkan
4
karbondioksida. Natrium bikarbonat (NaHCO3) dipilih sebagai penghasil
karbondioksida dalam pembuatan effervescent karena harganya murah dan
bersifat larut sempurna dalam air (Dewi, 2000).
- Asam Sitrat
Asam sitrat adalah asidulan yang sering digunakan untuk makanan dan
minuman karena dapat memberikan kombinasi sifat yang diinginkan selain karena
tersedia dalam jumlah yang besar dengan harga murah. Asidulan dapat berfungsi
sebagai pemberi rasa asam, penguat rasa dan mengontrol pH (Hui,1992).
Pengujian In Vivo
Pengujian secara biologis biasanya menggunakan hewan coba untuk
membantu menjalankan penelitian yang tidak bisa secara langsung dilakukan
dalam tubuh manusia dengan asumsi semua jaringan, sel-sel penyusun tubuh
serta enzim-enzim yang ada dalam tubuh hewan coba memiliki kesamaan
dengan manusia (Arrington, 1972). Hewan percobaan yang banyak digunakan
dalam uji ini adalah tikus, mencit, hamster, marmot, kucing, anjing, babi,
primate, kambing. Pada tahun 1996 penelitian menggunakan hewan coba
menunjukkan bahwa 85 % dari 2,72 juta prosedur menggunakan rodentia.
Rodentia merupakan kelompok hewan mamalia yang habitatnya mudah
ditemukan dengan sifat yang hampir sama.
III. METODE PENDEKATAN
3.1 Rancangan Penelitian
Rancangan penelitian yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap
(RAL) yang tersusun atas 2 faktor, dimana faktor pertama terdiri dari 3 level dan
faktor kedua terdiri dari 3 level, dengan 3 kali ulangan. Faktor tersebut adalah:
Faktor I : % penambahan bahan pengisi terhadap filtrat
F1 = 40% dekstrin (b/v filtrat rosela)
F2 = 50% dekstrin (b/v filtrat rosela)
F3 = 60% dekstrin (b/v filtrat rosela)
Faktor II : Metode pengeringan
P1 = oven kabinet
P2 = oven kering
P3 = oven vakum
Dari kedua faktor tersebut diperoleh kombinasi perlakuan sebagai berikut :
F1P1 = 40% dekstrin (b/v) dengan metode pengeringan oven kabinet
F1P2 = 40% dekstrin (b/v) dengan metode pengeringan oven kering
F1P3 = 40% dekstrin (b/v) dengan metode pengeringan oven vakum
F2P1 = 50% dekstrin (b/v) dengan metode pengeringan oven kabinet
F2P2 = 50% dekstrin (b/v) dengan metode pengeringan oven kering
F2P3 = 50% dekstrin (b/v) dengan metode pengeringan oven vakum
F3P1 = 60% dekstrin (b/v) dengan metode pengeringan oven kabinet
F3P2 = 60% dekstrin (b/v) dengan metode pengeringan oven kering
F3P3 = 60% dekstrin (b/v) dengan metode pengeringan oven vakum
3.2 Analisa Data Data yang diperoleh dianalisa dengan Analisis Varian (ANOVA)
dilanjutkan dengan uji beda nyata yaitu BNT (Beda Nyata Terkecil) menggunakan
selang kepercayaan 1% dan 5% serta DMRT (Duncan Multiple Range Test)
dengan selang kepercayaan 1% dan 5% (Yitnosumarto,1991).
5
IV. PELAKSANAAN PROGRAM
4.1 Waktu dan Tempat Pelaksanaan
Penelitian ini akan dilaksanakan selama 4 bulan dan dilakukan di beberapa
tempat, yaitu:
1. Laboratorium Pengolahan Pangan, THP-UB, tempat pembuatan tablet
effervescent.
2. Laboratorium Biokimia dan Nutrisi, THP-UB, tempat analisa kimia.
3. Laboratorium Farmasetika, Fakultas Farmasi UNAIR, tempat pentabletan.
4. Laboratorium Farmakologi, FK-UB, tempat pemeliharaan tikus, pengujian
nilai MDA dan SOD.
4.2 Jadwal Pelaksanaan
Jenis kegiatan
Waktu Kegiatan (Minggu ke-)
Bulan 1 Bulan 2 Bulan 3 Bulan 4
1. Penyiapan alat dan bahan
2. Pembuatan filtrat rosella ungu
3.Pembuatan tablet effervescent rosella
ungu
4. Tahap pengujian
5. Pemeliharaan tikus
6. Tahap in vivo
7. Tahap pengujian akhir
8. Pengumpulan data
9. Analisa data
10. Penyusunan laporan akhir
4.3 Instrumen pelaksanaan
Alat
Alat yang digunakan dalam membuat ekstrak rosella ungu adalah blender
kering, spatula, beaker glass 500ml, baskom, kain saring, gelas ukur 50ml, dan