TABLET EFFERVESCENT EKSTRAK TEMULAWAK (Curcuma xanthorrhiza
Roxb)
Untuk memenuhi sebagian persyaratandalam menempuh Mata Kuliah
Praktek Farmakognosiyang dibina oleh Tim Mata Kuliah Praktek
Farmakognosi
Disusun OlehAnastasya M. 14009Luthfi Al AndawiyahNurul
Firdausiyah14142Ocjevani Yolandani14145Susilasanti14179
DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONALAKADEMI FARMASI PUTRA INDONESIA
MALANGMEI 2014-2015
BAB IPENDAHULUAN1.1 Latar belakangIndonesia merupakan Negara
yang agraris yang kaya. Baik kekayaan flora maupun fauna. Kekayaan
alam ini tidak disia-siakan oleh rakyat Indonesia. Dimana
flora-flora tersebut banyak digunakan dalam kehidupan sehari-hari
baik sebagai tanaman hias maupun untuk pengobatan.Dewasa ini,
penelitian dan pengembangan tumbuhan obat baik didalam maupun
diluar negeri berkembang pesat, penelitian yang berkembang teruama
dari segi farmakoogi maupun fitokimianya penelitian dilakukan
berdasarkan indikasi tumbuhan obat yang telah digunakan oleh
sebagian masyarakatdengan khasiatyangterujiempiris.Upaya pencarian
tumbuhan berkhasiat obat telah lama dilakukan, baik untuk mencari
senyawa baru ataupun menambah keanekaragaman senyawa yang telah ada
salah satunya tumbuhan Temulawak (Curcuma xhantorriza rizhoma) .
Temulawak merupakan gudang bebagai jenis senyawa kimia,mulai dari
struktur dan sifat yang sederhana sampai yang rumit dan unik.
Adapun kandungan dalam temulawak adalah zat kuning yang di sebut
kurkumin, dan juga protein, pati, serta zat zat minyak atsiri,
dengan adanya antioksidan dalam ekstrak temulawak yang tiga kali
lebih baik daripada aktivitas tiga jenis kurkuminoid yang
terkandung dalam temulawak, maka dari itu peneliti akan membuat
suatu sediaan tablet effervescent dari ekstrak temulawak. Dengan
adanya tablet effervescent ini dapat menjadi penangkal radikal
bebas dan hepatoprotector, serta menjaga system imun bagi tubuh
dengan baik.1.2 Tujuan penelitian1.2.1 Mengetahui khasiat simplisia
temulawak1.2.2 Mengetahui teknik pembuatan simplisia buah temulawak
yang bermutu, berkualitas sesuai standarisasi.
1.3 Manfaat penelitian1.3.1 Meningkatkan pemanfaatan buah
temulawak 1.3.2 Meningkatkan produk dengan menggunakan simplisia
buah temulawak
BAB IIPEMBAHASAN
2.1 Tinjauan PustakaTemulawak (Curcuma xanthorriza) merupakan
tanaman dli Indonesia yang paling banyak digunakan sebagai bahan
baku obat tradisional dan industri jamu disamping merupakan salah
satu tanaman ekspor yang cukup potensial. Temulawak diketahui
memiliki banyak manfaat salah satunya potensi sebagai antioksidan.
Berdasarkan penelitian diketahui bahwa di dalam temulawak
terkandung suatu zat yang disebut kurkuminoid. Zat ini memberikan
warna kuning pada temulawak dan mempunyai khasiat medis juga
protein, pati, serta zat zat minyak atsiri.Hasil penelitian
tersebut umumnya mendukung kearifan nenek moyang dalam penggunaan
temulawak sejak zaman dahulu, khususnya sebagai obat penyakit
kuning (penyakit hati) dan pegal linu (Soeseno, 1986). Menurut
Liang, et al. (1985) kurkuminoid rimpang temulawak berkhasiat
menetralkan racun, menghilangkan rasa nyeri sendi, menghilangkan
sekresi empedu, menurunkan kadar kolesterol darah, demam malaria,
sembelit, pemberantas bau badan, memperbanyak ASI, sebagai
Hepatoprotector, mencegah terjadinya pembekuan lemak dalam sel hati
serta sebagai antioksidan.Secara empiris rimpang temulawak
diketahui memiliki banyak manfaat salah satunya potensi sebagai
antioksidan (WHO 1999). Komponen aktif yang bertanggung jawab
sebagai antioksidan dalam rimpang temulawak adalah kurkumin,
demetoksikurkumin dan bisdemetoksikurkumin (Masuda 1992). Beberapa
hasil penelitian menunjukkan bahwa rimpang temulawak mempunyai efek
antioksidan. Penelitian Jitoe et al. (1992) menunjukkan bahwa
aktivitas antioksidan ekstrak temulawak ternyata lebih besar
dibandingkan dengan aktivitas tiga jenis kurkuminoid yang
diperkirakan terdapat dalam temulawak. Jadi, diduga ada zat lain
selain ketiga kurkuminoid tersebut yang mempunyai efek antioksidan
di dalam ekstrak temulawak. Demikian pula penelitian Rao (1995)
bahwa kurkumin lebih aktif dibanding dengan vitamin E dan beta
karoten. Hal ini dikarenakan peranan kurkumin sebagai antioksidan
yang menangkal radikal bebas tidak lepas dari struktur senyawa
kurkumin. Kurkumin mempunyai gugus penting dalam proses antioksidan
tersebut.Struktur kurkumin terdiri dari gugus hidroksi fenolik dan
gugus diketon. Gugus hidroksi fenolik berfungsi sebagai penangkap
radikal bebas pada fase pertama mekanisme antioksidatif. Pada
struktur senyawa kurkumin terdapat 2 gugus fenolik, sehingga 1
molekul kurkumin dapat menangkal 2 radikal bebas. Gugus diketon
berfungsi sebagai penangkap radikal pada fase berikutnya.
Penelitian ini bertujuan memberikan gambaran aktivitas antioksidan
dan kurkumin pada ekstrak temulawak (curcuma xanthorrhiza roxb)2.2
Sediaan Tablet Effervescent Pengertian Tablet Effervescenta.Tablet
Effervescent adalah tablet tidak bersalut, umumnya mengandung
senyawa asam dan karbonat atau bikarbonat yang bereaksi dengan
cepat dengan adanya air dengan melepasakan karbon dioksida. Tablet
effervescent diharapkan bisa terlarut dalam air sebelum
digunakan.b.Tablet Effervescent adalah tablet yang dibuat dengan
mencetak granul garam effervescent atau bahan lain yang memiliki
kemampuan untuk mengeluarkan gas ketika kontak dengan air
(Pharmaceutical Dosage Forms and Drug Delivery Systems, hal 185)c.
Effervescent didefenisikan sebagai bentuk sediaan yang menghasilkan
gelembung gas sebagai hasil reaksi kimia larutan. Gas yang
dihasilkan saat pelarutan effervescent adalah karbon dioksida
sehingga dapat memberikan efek sparkling (rasa seperti air soda)
(Lieberman, dkk., 1992). Keuntungan Memungkinkan penyiapan larutan
dalam waktu seketika, yang mengandung dosis yang tepat. Rasa
menyenangkan karena karbonasi membantu menutup rasa zat aktif yang
tidak enak. Ukuran tablet biasanya cukup besar dan dapat dikemas
secara individual sehingga bisa menghindari masalah ketidakstabilan
zat aktif dalam penyimpanan. Mudah menggunakannya karena tablet
dilarutkan terlebih dahulu dalam air, baru diminum. Bentuk sediaan
dengan dosis terukur tepat. Kerugian Kesukaran untuk menghasilkan
produk yang stabil secara kimia. Kelembaban udara selama pembuatan
produk mungkin sudah cukup untuk memulai reaksi effervescent.2.3
Dasar teoriSimplisia adalah bahan alamiah yang dipergunakan sebagai
obat yang belum mengalami pengolahan apapun juga dan kecuali
dinyatakan lain simplisia merupakan bahan yang dikeringkan.Untuk
menjamin keseragaman senyawa aktif, keamanan maupun kegunaannya,
maka simplisia harus memenuhi persyaratan minimal, dan untuk dapat
memenuhi syarat minimal itu, ada beberapa faktor yang berpengaruh,
antara lain adalah:
1. Bahan baku simplisia2. Proses pembuatan simplisia termasuk
cara penyimpanan bahan baku simplisia3. Cara pengepakan dan
penyimpanan simplisiaPemilihan sumber tanaman obat sebagai bahan
baku simplisia nabati merupakan salah satu faktor yang sangat
berpengaruh pada mutu simplisia, termasuk di dalamnya pemilihan
bibit (untuk tumbuhan hasil budidaya) dan pengolahan maupun jenis
tahan tempat tumbuh tanaman obat.Pembuatan simplisia secara umum
dapat menggunakan cara-cara sebagai berikut:1. Pengeringan2.
Fermentasi3. Proses khusus (penyulingan, pengentalan eksudat dll)4.
Dengan bantuan air (misalnya pada pembuatan pati)Adapun tahapan
tahapan pembuatan simplisia secara garis besar adalah:1.
Pengumpulan bahan bakuKadar senyawa aktif dalam suatu simplisia
berbeda-beda antara lain tergantung pada:Bagian tanaman yang
digunakanUmur tanaman atau bagian tanaman pada saat panenWaktu
panenLingkungan tempat tumbuh2. Sortasi basahSortasi basah
dilakukan untuk memisahkan kotoran-kotoran atau bahan-bahan asing
lainnya dari bahan simplisia. Misalnya pada simplisia yang dibuat
dari akar suatu tanaman obat, bahan-bahan asing seperti tanah,
kerikil, rumput, batang, daun, akar yang telah rusak serta
pengotor-pengotor lainnya harus dibuang3. PencucianPencucian
dilakukan untuk menghilangkan tanah dan pengotor lainnya yang
melekat pada bahan simplisia. Pencucian dilakukan dengan air bersih
yang mengali4. PerajanganBeberapa jenis bahna simplisia tertentu
ada yang memerlukan proses perajangan. Perajangan bahan simplisia
dilakukan untuk mempermudah proses pengeringan, pengepakan dan
penggilingan.
5. PengeringanTujuan pengeringan adalah untuk mendapatkan
simplisia yang tidak mudah rusak, sehingga dapat disimpan dalam
waktu lama6. Sortasi keringTujuan sortasi untuk memisahkan
benda-benda asing dan pengotor-pengotor lain yang masih ada dan
tertinggal pada simplisia kering.7. Pengepakan dan
penyimpananSimplisia dapat rusak, mundur atau berubah mutunya
karena faktor luar dan dalam, antara lain cahaya, oksigen, reaksi
kimia intern, dehidrasi, penyerapan air, pengotoran, serangga dan
kapang.
Klasifikasi tanamanCurcuma xanthorriza Roxb.Sinonim : Curcuma
zerumbet majus Rumph.KlasifikasiDivisi : SpermatophytaSub divisi :
AngiospermaeKelas : MonocotyledonaeBangsa : ZingiberalesSuku :
ZingiberaceaeMarga : CurcumaJenis : Curcuma xanthorriza Roxb.Nama
Daerah (MMI)
Sumatra : Temu lawak(Melayu): Jawa : Koneng gede(Sunda) :
Temulawak(Jawa) : Temo labak ( Madura )Indonesia : TemulawakSpecies
lain dari kerabat dekat temu lawak adalah tanaman temu ireng (C.
aeruginosa ROXB), temu putih (C. zeodaria ROSC.), dan temu kunyit
(C. domestica VAL.). Temulawak mempunyai beberapa nama daerah, di
antaranya adalah koneng gede (Sunda), temo lobak (Madura), dan Temu
lawak (Indonesia).
Ekologi dan PenyebaranTumbuh di seluruh pulau Jawa, tumbuh liar
di bawah naungan di hutan jati, di tanah yang kering dan di padang
alang alang , ditanam atau tumbuh liar di tegalan; tumbuh pada
ketinggian tempat 5 m sampai 1500 m di atas permukaan laut.
Morfologi TanamanRimpangRimpang induk temu lawak bentuknya bulat
seperti telur, dan berukuran besar, sedangkan rimpang cabang
terdapat pada bagian samping yang bentuknya memanjang. Tiap tanaman
memiliki rimpang cabang antara 3 4 buah. Warna rimpang cabang
umumnya lebih muda dari pada rimpang induk.Warna kulit rimpang
sewaktu masih muda maupun tua adalah kuning-kotor. Atau coklat
kemerahan. Warna daging rimpang adalah kuning atau oranye tua,
dengan cita rasanya amat pahit, atau coklat kemerahan berbau tajam,
serta keharumannya sedang. Rimpang terbentuk dalam tanah pada
kedalaman + 16 cm. Tiap rumpun tanaman temu lawak umumnya memiliki
enam buah rimpang tua dan lima buah rimpang muda.Kandungan
TanamanRimpang temulawak mengandung kurkuminoid , mineral minyak
atsiri serta minyak lemak. Tepung merupakan kandungan utama,
jumlahnya bervariasi antara 48 54 % tergantung dari ketinggian
tempat tumbuhnya, makin tinggi tempat tumbuhnya makin rendah kadar
tepungnya. Selain tepung , temulawak juga mengandung zat gizi
antara lain karbohidrat, protein dan lemak serta serat kasar
mineral seperti kalium ( K ), natrium ( Na), magnesium (Mg ), zat
besi (Fe), mangan (Mn ) dan Kadmium ( Cd). Komponen utama kandungan
zat yang terdapat dalam rimpang temulawak adalah zat kuning yang
disebut kurkumin dan juga protein ,pati, serta zat zat minyak
atsiri.Minyak atsiri temulawak mengandung phelandren, kamfer,
borneol, xanthorrizol, tumerol dan sineal. Kandungan kurkumin
berkisar antara 1,6% 2,22% dihitung berdasarkan berat kering.
Berkat kandungan dan zat zat minyak atsiri tadi, diduga penyebab
berkhasiatnya temulawak. Kandungan Zat Aktif TemulawakKurkumin,
kurkuminoid, P-toluilmetilkarbinol, seskuiterpen d-kamper, mineral,
minyak atsiri serta minyak lemak, karbohidrat, protein, mineral
seperti Kalium (K), Natrium (Na), Magnesium (Mg), Besi (Fe), Mangan
(Mn), dan Kadmium (Cd).PENGOLAHAN SIMPLISIA TEMULAWAKKualitas bahan
baku ditinjau dari syarat tumbuh, cara penanaman, dan waktu
panen.optimalnya produktifitas bergantung pada perlakuan
tumbuhnya.Agar diperoleh simplisia temulawak yang berkualitas
dengan kandungan senyawa aktif yang tinggi don stabil, maka
diperlukan langkah-langkah penanganan dan pengelolaan pasca panen
yang benar dan baik.1. PemanenanWaktu panen ditandai oleh
berakhirnya pertumbuhan vegetatif, pada keadaan ini rimpang telah
berukuran optimal dan umur di lahan antara 9 10 bulan. Ciri tanaman
yang siap panen adalah memiliki daun-daun yang telah menguning dan
mengering.Pemanenan dilakukan dengan cara membongkar rimpang
menggunakan garpu/cangkul secara hati-hati agar tidak
terluka/rusak. Tanah yang menempel pada rimpang dibersihkan dengan
cara dipukul pelan-pelan hingga tanah terlepas dari rimpang.
Kemudian daun-daun dan batang dibuang.2. PencucianRimpang direndam
dalam bak pencucian selama 2 3 jam. Selanjutnya rimpang dicuci
sambil disortasi. Setelah bersih rimpang segera ditiriskan dalam
rak rak peniris selama 1 hari. Penirisan sebaiknya dilakukan di
dalam ruangan atau di tempat yang tidak terkena sinar matahari
langsung.3. PerajanganPerajangan dapat menggunakan mesin ataupun
perajang manual. Arah irisan melintang agar sel-sel yang mengandung
minyak atsiri tidak pecah dan kadarnya tidak menurun akibat
penguapan. Tebal irisan rimpang antara 4 6 mm. Untuk mendapatkan
warna dan kualitas rimpang yang bagus, setelah perajangan rimpang
diuapi dengan uap panas atau dicelup dalam air mendidih selama 1
jam sebelum dikeringkan.4. PengeringanPengeringan dilakukan dengan
mesin, selain lebih cepat juga hasilnya lebih berkualitas. Rimpang
yang akan dikeringkan ditaruh di atas tray oven dan pastikan bahwa
rimpang tidak saling menumpuk. Hal yang perlu diperhatikan dalam
pengeringan dengan mengunakan mesin adalah suhu pengeringan yang
tepat. Untuk rimpang digunakan suhu pengeringan antara 40 60 oC.
Dengan suhu tersebut waktu pengeringan yang diperlukan antara 3 4
hari.
5. PengemasanSetelah rimpang mencapai derajat kekeringan yang
diinginkan, selanjutnya dapat segera dikemas untuk menghindari
penyerapan kembali uap air oleh rimpang. Pengemasan hendaknya
dilakukan dengan hati-hati agar rimpang tidak hancur.6.
PenyimpananKondisi gudang harus dijaga agar tidak lembab, suhu
tidak melebihi 30 oC, memiliki ventilasi yang baik, terhindar dari
kontaminasi bahan lain yang menurunkan kualitas simplisia, memiliki
penerangan yang cukup (terhindar dari sinar matahari langsung),
serta bersih dan bebas dari hama gudang.Minyak atsiri dalam
simplisia temulawak mengandung siklo isoren, mirsen, d-kamfer,
P-tolil metikarbinol, zat warna kurkumin. Kandungan kurkumin dalam
rimpang temulawak berkisar antara 1,6% 2,22% dihitung berdasarkan
berat kering.STANDARISASI SIMPLISIADalam menjamin kualitas mutu
obat bahan alam, maka perlu ada standarisasi baik simpisia maupun
ekstrak. Dapat dilakukan pengujian/ analisis simplisia yang melalui
analisis kualitatif dan kuantitatif. Analisis kualitattif terdiri
dari :Organoleptis, makroskopis, mikroskopis, histokimia,
identifikasi kimia (Screeaming).1. Organoleptis : bau tajam, warna
kuning, rasa pahit.2. Makroskopis : Dilakukan dengan menggunakan
kaca pembesar atau tanpa menggunakan alat. Cara ini dilakukan untuk
mencari kekhususan morfologi, ukuran dan warna simplisia yang
diuji.Berdasarkan Maerial Medika Indonesia jilid III:Keping tipis,
bentuk bundar atau jorong, ringan, keras, rapuh ,garis tengah
sampai 6cm, tebal 2mm sampai 5 mm; permukaan luar berkerut warna
coklat kuning sampai coklat; bidang irisan berwarna coklat kuning
buram, melengkung tidak beratutan, tidak rata, sering dengan
tonjolan melingkar pada batas antara silinder pusat dengan korteks;
korteks sempit tebal 3mm sampai 4mm, bekas patahan berdebu, warna
kuning jingga sampai coklat jingga terang.3. Mikroskopis :Dilakukan
dengan menggunakan mikroskop yang derajat pembesarannya disesuaikan
dengan keperluan. Simplisia yang diuji dapat berupa sayaan
melintang, radial, paradermal, maupun membujur atau berupa serbuk.
Pada uji mikroskopis dicari unsure- unsure anatomi jaringan khas.
Dari pengujian ini akan diketahui jenis simplisia berdasarkan
fragmen pengenal yang spesifik bagi masing-masing
simplisia.Berdasarkan Material Medika Indonesia jilid III:Epidermis
bergabus, terdapat sedikit rambut yang berbentuk kerucut, bersel 1.
Hiperdermis agak menggabus, dibawahnya terdapat periderm yang
kurang berkembang. Korteks dan silinder pusat parenkimatik, terdiri
dari sel parenkim berdinding tipis berisi butir pati; dalam
parenkim tersebar banyak sel minyak yang berisi minyak berwarna
kuning dan zat berwarna jingga, juga terdapat ideoblast berisi
hablur kalsium oksalat berbentuk jarum kecil. Butir pati berbentuk
pipih bulat panjang, sampai bulat telur memangjang, panjang butir
20m, sampai 70m, lebar 5 m - 30m, tebal 3m-10m, lamella jelas ,
hilus di tepi. Berkas pembluh tipe kolateral tersebar tidak
beraturan pada parenkim korteks dan silinder pusat; berkas pembuluh
disebelah dalam endoderms tersusun dalam lingkaran dan letaknya
lebih berdekatan satu dengan lainnya; pembuluh didampingi oleh sel
sekresi, panjang sampai 200m, berisi zat berbutir berwarna coklat
yang dengan besi (III) klorida LP menjadi lebih tua.Serbuk: warna
kuning kecoklatan, fragmen pengenal adaah butir pati; fragmen
parenkim dengan sel minyak. Fragmen berkas pembuluh, warna kunig
intensif.4. Uji HistokimiaBertujuan untuk mengetahui berbagai macam
zat kandungan yang terdapat dalam jaringan tanaman. Dengan pereaksi
yang spesifik, zat zat kandugan tersebut akan memberikan warna yang
spesifik pula, sehingga mudah dideteksi. Pengujian ini dilakukan
pada sayatan melintang, jarang dilakukan pada serbuk.Uji histokimia
dilakukan sebagai berikut:Simplisia dididihkan dalam larutan
Natrium Klorida P atau larutan natrium sulfat LP,sampai simplisia
cukup keras untuk disayat. Sayatan yang diperoleh diletakkan diatas
kaca objek atau gelas arloji, kemudian ditetesi dengan pereaksi
yang cocok. Sesudah beberapa menit sayatan dicuci dengan pelarut
yang cocok, kemudian dilihat dibawah mikroskop. Jaringan /sel yang
mengandung zat yang dideteksi terlihat jelas dan dapat dibedakan
dengan jaringan atau sel yng lain. Data tersebut digunakan untuk
melengkapi data uji mikroskopik.5. Identifikasi kimia ( Screaming
): Bertujuan untuk mengetahui kandungan kimia dalam
simplisia.Pengujian dapat dilakukan pada simplisia bentuk rajangan,
serbuk maupun ekstrak. Pengujian dilakukan dengan
penyaringan(ektraksi) menggunakan pelarut yang mempunyai perbedaan
polaritas.Hasil ekstraksi akan diperoleh tiga macam ekstrak
yaitu:a. Ekstrak dalam petroleum eter atau heksanEkstrak ini
mengandung zat zat kimia yang larut dalam pelarut non polar, antar
lain : minyak atsiri, lemak dan asam lemak tingi, steroid dan
triterpenoid, karotenoid.b. Ekstrak dalam eter atau
kloroformEkstrak ini mengandung zat zat kimia antara lain :
alkaloid, senyawa fenolik ( fenol fenol, asam fenolat, fenil
propanoid, flavonoid, antrakinon).c. Ekstrak dalam etanol
air.Ekstrak ini mengandung bahan bahan kimia antara lain :
alkaloid, antosianin, glikosida, saponin, tannin,
karbohidrat.Analisis kuantitatif : Penentuan bahan organic
asing,penentuan kadar air, penentuan kadar abu, penentuan zat
kandungan.Berdasarkan Material Medika Indonesia :Penentuan kadar
air Bertujuan untuk memberikan batasan minimal atau rentang tentang
besarnya kandungan air di dalam bahan. Prinsip metode uji ini
adalah pengukuran kandungan air yang berada di dalam bahan,
dilakukan dengan cara yang tepat diantara cara titrasi, destilasi,
atau gravimetri. Untuk zat zat yang melepaskan air secara perlahan
lahan, maka ada umumnya dilakukan titrasi tidak langsung. Kecualli
dinyatakan lain dalam monografi maka penetapan kadar air dilakukan
dengan titrasi langsung.Penentuan kadar abu Bertujuan untuk
memberikan gambaran kandungan mineral internal dan eksternal yang
berasal dari proses awal sampai terbentuknya ekstrak.Lebih kurang
2g sampai 3 g zat yang telah digerus dan ditimbang saksama,
masukkan ke dalam krus platina atau krus silikat yang telah
dipijarkan dan ditara, ratakan. Pijarkan perlahan- lahan hingga
arang habis, dinginkan, timbang. Jika dengan cara ini arang tidak
dapat dihilangkan, tambahkan air panas, saring melalui kertas
saring bebas abu.pijarkan sisa dan kertas saring dalam krus yang
sama. Masukkan filtrate kedalam krus, uapkan, pijarkan hingga bobot
tetap, timbang. Hitung kadar abu terhadap bahan yang tlah
dikeringkan di udara.
Penetapan kadar abu yang tidak larut dalam asam.Abu yang
diperoleh pada penetapan kadar abu, didihkan dengan 25ml asam
klorida encer P selama 5 menit, kumpulkan bagian yang tidak larut
dalam asam , saring melalui krus kaca masir atau kertas saring
bebas abu, cuci dengan air panas, pijarkan hingga bobot tetap,
timbang. Hitung kadar abu yang tidak larut dalam asam terhadap
bahan yang telah dikeringkan di udara.Penetapan kadar abu yang
larut dalam airAbu yang diperoleh pada penetapan kadar abu,
didihkan dengan 25 ml air selama 5 menit, kumpulkan bagian yang
tidak larut, saring melalui krus kaca masir atau kertas saring
bebas abu , cuci dengan air panas dan pijarkan selama 15 menit pada
suhu tidak lebih dari 450, hingga bobot tetap, timbang. Perbedaan
bobot sesuai dengan jumlah ab yang larut dalam air. Hitung kadar
abu yang larut dalam air terhadap bahan yang dikeringkan di
udara.
Pentapan susut pengeringanSusut pengeringan adalah kadar bagian
yang menguap suatu zat. Kecuali dinyatakan lain, suhu penetapan
adalah 105 dan susut pengeringan ditetapkan sebagai berikut:
Timbang saksama 1 g samapi 2 g zat dalam bobot timbang dangkal
bertutup yang sebeblumnya telah dipanaskan pada suhu penetapan
selama 30 menit dan telah ditara. Jika zat berupa hablur besar,
sebelum ditimbang digerus dengan cepat hingga ukuran butiran lebih
kurang 2mm. ratakan zat dalam botol timbang dengan menggoyangkan
botol, hingga merupakan lapisan seteba lebih kurang 5mm sampai
10mm, masukkan kedalam ruang pengering, buka tutupnya, keringkan
pada suhu penetapan hingga bobot tetap. Sebelum setiap pengeringan,
biarkan botol dalam keadaan tertutup mendingin dalam eksikator
hingga suhu kamar. Jika suhu lebur zat lebih rendah dari suhu
penetapan, pengeringan dilakukan pada suhu antara 5 dan 10 dibawah
suhu leburnya selama 1 jam sampai 2 jam, kemudian pada suhu
penetapan selama waktu yang di tentukan atau hingga bobot
tetap.Penetapan kadar sari yang larut dalam airKeringkan serbuk
(4/18) di udara, maserasi selama 24 jam 5,0 serbuk dengan 100 ml
air kloroform P, menggunakan labu bersumbat sambil berkali kali
dikocok selama 6 jam pertam dan kemudian dibiarkan selama 18 jam.
Saring, uapkan 20ml filtrate hingga kering dalam cawan dangkal
berdasar rata yang telah ditara, panaskan sisa pada suhu 105 hingga
bobot tetap. Hitung kadar dalam persen sari yang larut dala air,
dihitung terhadap bahan yang telah dikeringkan di udara.Penetapan
kadar sari yang larut dalam etanol.Keringkan serbuk (4/18) di
udara, maserasi selama 24 jam 5,0 g seruk dengan 100 ml etanol
(95%), menggunakan labu bersumbat sambil berkali kali dikocok
selama 6 jam pertama dan kemudian dibiarkan selama 18 jam. Saring
ceppat dengan menghindarkan penguapan etanol (95%), uapkan 20ml
filtrate hingga kering dalam cawan dangkal berdasar rata yang telah
ditara, panaskan sisa pada suhu 105 hingga bobot tetap. Hitung
kadar dalam persen sari yang larut dalam etanol (95%), dihitung
terhadap bahan yang telah dikeringkan diudara.Penentuan bahan
organik asingBertujuan untuk mengetahui besarna bahan asing yang
terikut dalam proses pembuatan simplisiaBahan organik asing adalah
: Bagian tanaman atau seluruh tanaman asal simplisia, tertera atau
jumlahnya dibatasi dala uraian pemerian dalam monografi yang
bersangkutan.Cara penetapan : Timbang antara 25 g dan 500 g
simplisia, ratakan. Pisahkan sesempurna mungkin bahan organik
asing, timbang dan tetapkan jumlahnya dalam persen terhadap
simplisia yang digunaka. Makin besar simplisia yang diperiksa makin
banyak jumlah simplisia yang di timbang.
Kadar Zat AktifKLT DensitometriAda 4 teknik kromatografi yang
digunakan untuk pemisahan dan pemurnian kandungan tumbuhan atau
bisa juga dilakukan dengan gabungan dari empat teknik tersebut.
Keempat teknik Kromatografi tersebut yaitu kromatografi kertas,
kromatografi lapis tipis, kromatografi gas cair, dan kromatografi
cair kinerja tinggi ( Harborne, 1987)Diantara berbagai jenis teknik
kromatografi, Kromatografi lapis tipis adalah yang paling cocok
untuk analisis obat di Laboratorium farmasi karena hanya memerlukan
investasi yang kecil untuk perlengkapan, waktu analisis relatif
singkat, jumlah cuplikan yang diperlukan sedikit, selain itu
kebutuhan ruang minimum serta paenanganannya sederhana ( Stahl,
1985)KLT yang dimaksudkan untuk uji kuantitatif salah satunya
dengan menggunakan densitometer sebagaai alat pelacakbila cara
penotolanya dilakukan secara kuantitatif. Prinsip kerja dari
densitometer adalah adanya pelacakan pada panjang gelombang
maksimal yang telah ditetapkan sebelumnya. Scanning atau pelacakan
densitometer ada dua metode yaitu dengan cara memanjang dan sistem
zig-zag. Pada umumnya lebih banyak digunakan metode zig-zag karena
pengukuranya lebih merata serta ketelitian pengukuran lebih
terjamin dibanding pengamatan secara lurus atau memanjang
(Soemarno, 2001)Untuk keperluan standarisai sampel yang mengandung
kurkumin, dibutuhkan metode analitik yang cocok untuk memisahkan
kurkuminoid dari bahn-bahan lain yang terdapat dalam tumbuhan,
antara lain dapat dikerjakan dengan KLT dan KCKT, tetapi sulit
diterapkan dalam sampel biologi. Analisa kurkumin yang yang telah
berhasil dilakukan antara lain dengan cara Kromatografi kolom yang
dibantu dengan spektrofotometri ( Srinivasan,k 1953); KLT (Sudibyo,
1996), ataupun KCKT ( Tonnesen dan Karlsen, 1983)PERSYARATAN MUTU
SIMPLISIA TEMULAWAKBerdasar Ketetapan MMI (Materia Medika
Indonesia)6. Kadar abu 4,4%7. Kadar abu yang tidak larut dalam asam
0,74%8. Kadar sari yang larut dalam air 8,9%9. Kadar sari yang
larut dalam etanol 3,5%10. Bahan organikosing 2%
BAB IIIMETODE DAN PEMBUATAN SIMPLISIA
Alat dan BahanBahan : Rimpang temulawak sebanyak 400g,
didapatAlat : Pisau, Telenan, Pengiris mekanik, Bak Cuci, Alas
pengering, Kain Hitam, Alat penumbukSusut PengeringanBahan : Serbuk
temulawak 10 gramAlat : Cawan petri, kertas saring, timbangan, batu
kapur tohor, tempat eksikator, Pemanas (tara)Penetapan kadar Minyak
AtsiriBahan : Serpihan Rimpang temulawak 50 mg, aquadest..Alat ;
Destilasi stahl, flakonPenetapan Kadar airBahan : Serbuk temulawak
10,06gr, toluene 200 mlAlat : Destilasi toluenPenetapan kadar zat
aktifBahan : Serbuk temulawak 1 gram, etanol 95% 5ml, kurkumin
standart, Silika gel 60 F 254, kloroform : metanol : asam formiat (
95 : 5 : 0,5),Alat : Tabung reaksi, kertas saring, corong, flakon,
gelas ukur, chamber, densitometer
Diagram Pembuatan SimplisiaPenimbangan Curcuma xanthorriza
rhizome Sortasi basahPencucian SimplisiaPerajangan Simplisia dengan
tebal 3mm-4mmSimplisia dikeringkan dibawah sinar matahari dan
ditutup kain hitamSimplisia dibolak-balik, hingga kering
merataSortasi KeringSinplisia ditempatkan di nampan, dan disimpan
di tempa terbukaPenulisan EtiketSimplisia diserbuk dan
dihancurkanUji kualitas simplisia
Susut PengeringanPanaskan botol timbang kosongMasukkan dalam
desikatorDitimbang sebagai bobot awalSimplisia 10 gram dimasukkan
dalam botol timbangan, lalu ratakanPetri + simplisia ditmbang
lagi*Masukkan dalam tara (pemanas) selama 1 jamTutup dibuka untuk
menghilangkan uap panasBotol timbang + simplisia dimasukkan kembali
dalam desikatorBotol timbang + simplisia ditimbang lagiUlangi
langkah tersebut sampai bobot konstan
% = x 100%
Penetapan Kadar Minyak AtsiriDitimbang 50 mg serbuk kasar
temulawakDimasukkan ke dalam labuDitambahkan air secukupnya hingga
serbuk terendamDipanaskan dengan destilasi selama 2 jamDihitung
volume dan kadar minyak atsiri
% = x 100%Penetapan Kadar air gravimetriBersihkan krus proselen
kemudian timbang Keringkan menggunakan oven pada suhu 1050Masukkan
10 g simplisia dan ditimbang dalam botol timbangDi oven selama 30
menit pada suhu 1050 dengan tutup terbukaDidinginkan dalaam
desikator kemudian ditimbang kembali.
% = x 100%Penetapan Kadar Zat aktifDitimbang 1 gram serbuk
temulawakMaserasi dalam 5 ml etanolDgojog selama 30 menitMasukkan
dalm flakonDitambah etanol ad 5 mlLarutan/maserat diuapkan sampai 1
mlDitotolkan di KLT 3 l
% = x 100%
Uji histokimia pada Curcuma xanthoriza Ruxb.Berdasarkan Material
Medika Indonesia jilid III Identifikasi.A. Pada 2mg serbuk rimpang
tambahkan 5 tetes asam sulfat P; terjadi warna ungu kecoklatan.B.
Pada 2mg serbuk rimpang tambahkan 5 tetes asam klorida pekat P;
terjadi warna ungu kecoklatan.C. Pada 2 mg serbuk rimpang tambahkan
5 tetes larutan natrium hidroksida P 5% b/v, terjadi warna merah
kecoklatan.D. Pada 2 mg serbuk rimpang tambahkan 5 tetes larutan
kalium hidroksida P 5% b/v, terjadi warna merah kecoklatan.E. Pada
2 mg serbuk rimpang tambahkan 5 tetes ammonia (25%) P, terjadi
warna merah kecoklatan.F. Pada 2 mg serbuk rimpang tambahkan 5
tetes larutan kalium yodida P 6% b/v, terjadi warna hijau.G. Pada 2
mg serbuk rimpang tambahkan 5 tetes larutan besi (III) klorida P 5%
b/v, terjadi warna coklat.H. Mikrodestilasikan 25 mg rimpang pada
suhu 2400 selama 90 detik menggunakan tanur TAS, tempatkan hasil
mikrodestilasi pada titik pertama dari lempeng KLT silica gelGF 254
P. timbang 300 mg serbuk rimpang campur denga 5ml methanol P dan
panaskan dalam tangas air selama 2 menit, dinginkan, saring, cuci
endapan dengan methanol P seukupnya sehingga diperoleh 5ml
filtrate. Pada kedua titik lempeng KLT tutulkan 20l filtrate dan
pada titik ketiga tutulkan 20l dan pada titik ketiga tutulkan 10l
zat warna 1 LP. Eluasi dengan diklorometana P dengan jarak rambat
15cm. keringkan lempeng diudara selama 10menit. Eluasi lagi dengan
benzene P dengan arah eluasi dan jarak rambat yang sama.amati
dengan sinar biasa dan sinar ultraviolet 366nm. Semprot lempeng
dengan anisaldehida asam sulfat LP.panasakan pada suhu 1100 selama
10 menit. Amati dengan sinar biasa dan sinar ultraviolet 366
nm.pada kromatogram terdapat bercak bercak dengan warna dan hRx
sebagai berikut :No.hRxDengan sinar biasaDengan sinar UV 366 nm
Tanpa pereaksiDengan pereaksiTanpa pereaksiDengan pereaksi
1.2.3.4.5.6.7.8.9.14 1930 3637 - 4450 - 5455 - 6367 7677 8686
92114 - 120---------CoklatKelabu kecoklatanUnguMerahKelabuBiru
kekuninganUnguCoklatcoklat--------Biru mudaHijau
kekuninganKelabuUnguMerah kekuninganCoklatUnguMerah
kekuninganHijau-
Catatan : Harga hRx dihitung terhadap bercak warna kuning dari
kromatogram zat warna 1 LP.
Tabel uji Histokimia berdasarkan Analisis Obat Tradisional jilid
1NoGolongan senyawaPereaksiWarna
1.LigninLarutan Floroglusin LP dan asam klorida PMerah
2.SuberinKutinMinyak atsiriMinyak lemakGetahResin Larutan sudan
III LPMerah
3.Zat samak ( tannin )Larutan besi (III) ammonium sulfat
LPHijau, biru, atau hitam
4.KatekolLarutan vanillin P 10% b/v dalam etanol (90%) dan asam
klorida P.Merah intensif
5.1,8- Dioksiantrakinon bebasKalium hidroksida etaol (90%)
P.Merah
6.Pati aleuron Arutan yodium 0,1 N
Pati bessrwara biru. Aleuron berwarna kuning coklat, sampai
coklat
7.Lendir Pektin Larutan merah ruthenium LP.Merah intensif
8.AlkaloidLarutan bouchardat LPEndapan coklat
9.Flavon Larutan natrum hidroksida (5%) LPKuning