Top Banner
1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyakit ikan biasanya timbul berkaitan dengan lemahnya kondisi ikan yang diakibatkan oleh beberapa faktor yaitu antara lain penanganan ikan, faktor pakan yang diberikan, dan keadaan lingkungan yang kurang mendukung. Pada padat penebaran ikan yang tinggi jika faktor lingkungan kurang menguntungkan misalnya kandungan zat asam dalam air rendah, pakan yang diberikan kurang tepat baik jumlah maupun mutunya, penanganan ikan kurang sempurna, maka ikan akan menderita stress. Dalam keadaan demikian ikan akan mudah terserang oleh penyakit (Snieszko, 1973 ; Sarig, 1971). Pada perairan alami, penyakit dapat mengakibatkan kerugian ekonomis. Karena penyakit dapat menyebabkan kekerdilan, periode pemiliharaan lebih lama, tingginya konversi pakan, tingkat padat tebar yang rendah dan Sehingga dapat mengakibatkan menurunnya atau hilang produksi. Timbulnya serangan penyakit adalah hasil interaksi yang tidak sesuai antara hospek, kondisi lingkungan dan organisme penyebab penyakit. Interaksi yang tidak serasi tersebut dapat menimbulkan stress pada ikan, nafsu makan menurun, yang selanjutnya menyebabkan mekanisme pertahanan tubuh tidak bekerja secara optimal, akhirnya infeksi dan infestasi penyakit mudah masuk (Afrianto dan Liviawati, 1992). Kerugian akibat infestasi ektoparasit memang tidak sebesar kerugian akibat infeksi organisme patogen lain seperti virus dan bakteri, namun infestasi ektoparasit dapat menjadi salah satu faktor predisposisi bagi infeksi organisme patogen yang lebih berbahaya. Kerugian non lethal lain dapat berupa kerusakan organ luar yaitu kulit dan insang, pertumbuhan lambat dan penurunan nilai jual (Bhakti, 2011). Untuk mencapai target produksi perikanan sesuai dengan yang diharapkan, berbagai permasalahan menghambat upaya peningkatan produksi tersebut, antara lain kegagalan produksi akibat serangan wabah penyakit ikan yang bersifat patogenik baik dari golongan parasit, jamur, bakteri, dan virus. Widyastuti et al (2002), menyebutkan penyakit pada ikan dapat dibedakan menjadi dua yaitu ektoparasit dan endoparasit. Keduanya bersifat merugikan bagi
34

I. PENDAHULUANrepository.utu.ac.id/769/1/BAB I_V.pdf · 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyakit ikan biasanya timbul berkaitan dengan lemahnya kondisi ikan yang diakibatkan

May 19, 2020

Download

Documents

dariahiddleston
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: I. PENDAHULUANrepository.utu.ac.id/769/1/BAB I_V.pdf · 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyakit ikan biasanya timbul berkaitan dengan lemahnya kondisi ikan yang diakibatkan

1

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Penyakit ikan biasanya timbul berkaitan dengan lemahnya kondisi ikan

yang diakibatkan oleh beberapa faktor yaitu antara lain penanganan ikan, faktor

pakan yang diberikan, dan keadaan lingkungan yang kurang mendukung. Pada

padat penebaran ikan yang tinggi jika faktor lingkungan kurang menguntungkan

misalnya kandungan zat asam dalam air rendah, pakan yang diberikan kurang

tepat baik jumlah maupun mutunya, penanganan ikan kurang sempurna, maka

ikan akan menderita stress. Dalam keadaan demikian ikan akan mudah

terserang oleh penyakit (Snieszko, 1973 ; Sarig, 1971).

Pada perairan alami, penyakit dapat mengakibatkan kerugian ekonomis.

Karena penyakit dapat menyebabkan kekerdilan, periode pemiliharaan lebih lama,

tingginya konversi pakan, tingkat padat tebar yang rendah dan Sehingga dapat

mengakibatkan menurunnya atau hilang produksi.

Timbulnya serangan penyakit adalah hasil interaksi yang tidak sesuai

antara hospek, kondisi lingkungan dan organisme penyebab penyakit. Interaksi

yang tidak serasi tersebut dapat menimbulkan stress pada ikan, nafsu makan

menurun, yang selanjutnya menyebabkan mekanisme pertahanan tubuh tidak

bekerja secara optimal, akhirnya infeksi dan infestasi penyakit mudah masuk

(Afrianto dan Liviawati, 1992).

Kerugian akibat infestasi ektoparasit memang tidak sebesar kerugian

akibat infeksi organisme patogen lain seperti virus dan bakteri, namun infestasi

ektoparasit dapat menjadi salah satu faktor predisposisi bagi infeksi organisme

patogen yang lebih berbahaya. Kerugian non lethal lain dapat berupa kerusakan

organ luar yaitu kulit dan insang, pertumbuhan lambat dan penurunan nilai jual

(Bhakti, 2011).

Untuk mencapai target produksi perikanan sesuai dengan yang diharapkan,

berbagai permasalahan menghambat upaya peningkatan produksi tersebut, antara

lain kegagalan produksi akibat serangan wabah penyakit ikan yang bersifat

patogenik baik dari golongan parasit, jamur, bakteri, dan virus.

Widyastuti et al (2002), menyebutkan penyakit pada ikan dapat dibedakan

menjadi dua yaitu ektoparasit dan endoparasit. Keduanya bersifat merugikan bagi

Page 2: I. PENDAHULUANrepository.utu.ac.id/769/1/BAB I_V.pdf · 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyakit ikan biasanya timbul berkaitan dengan lemahnya kondisi ikan yang diakibatkan

2

pertumbuhan/perkembangan ikan. Serangan penyakit dapat dideteksi dari suatu

jenis parasit yang menyerang ikan, maka perlu adanya identifikasi parasitenis

parasit tersebut. Sehingga dapat diketahui cara penanggulangan yang tepat

terhadap serangan spesies dari suatu jenis parasit tersebut. Secara fisik, efek

negatif yang ditimbulkan dari serangan parasit lebih jelas terlihat pada serangan

ektoparasit, sehingga penanganannya relatif lebih mudah.

Berdasarkan hal yang diatas, peneliti ingin mengetahui tentang organisme

parasit yang ada Krueng Inoeng, seperti jenis parasit, sebagai informasi mengenai

ekologi parasit dan inangnya diperairan sungai tersebut. Selanjut berguna bagi

kepentingan budidaya sebagai upaya untuk pencegahan dan penanggulangan

terhadap serangan parasit agar produksi ikan dapat terjaga dan terus meningkat.

1.2. Rumusan Masalah

1. Parasit yang termasuk golongan ektoparasit maupun endoparasit mampu

hidup pada berbagai kondisi ikan dan perairan yang tingkat infeksinya

bervariasi.

2. Selama ini belum tersajinya data tentang jenis parasit ektoparasit maupun

endoparasit yang ada pada ikan-ikan lokal yang terdapat di Nagan Raya.

3. Karena itu penelitian ini perlu dilaksanakan untuk melihat adanya jenis-jenis

ektoparasit dan endoparasit yang terdapat pada ikan.

1.3. Tujuan Penelitian

1. Untuk mendapatkan data dasar mengenai jenis-jenis ektoparasit dan

endoparasit yang terdapat pada spesies ikan uji.

2. Untuk melihat nilai Intensitas (I) dan Prevalensi (P).

1.4. Manfaat Penelitian

1. Mengetahui jenis ektoparasit dan endoparasit yang terdapat pada ikan liar air

tawar di Daerah Aliran Krueng Inoeng.

2. Mengetahui tingkat prevalensi dan intensitas ektoparasit dan endoparasit.

Page 3: I. PENDAHULUANrepository.utu.ac.id/769/1/BAB I_V.pdf · 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyakit ikan biasanya timbul berkaitan dengan lemahnya kondisi ikan yang diakibatkan

3

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Penyakit

Penyakit ikan dapat didefinisikan sebagai segala sesuatu yang dapat

menimbulkan gangguan suatu fungsi atau struktur dari alat tubuh, baik secara

langsung maupun tidak langsung. Pada prinsipnya penyakit yang menyerang ikan

tidak datang begitu saja, melainkan melalui proses hubungan tiga faktor, yaitu

kondisi lingkungan (kondisi dalam air), kondisi inang (ikan), dan adanya jasad

patogen (jasad penyakit). Dengan demikian, timbulnya serangan penyakit itu

merupakan hasil interaksi yang tidak serasi ini menyebabkan stres pada ikan,

sehingga mekanisme pertahanan diri yang memilikinya menjadi lemah dan

akhirnya mudah diserang penyakit. (Ghufran M.H., et al 2004)

Penyakit adalah segala sesuatu yang dapat menimbulkan gangguan pada

ikan, baik secara langsung maupun tidak langsung. Gangguan terhadap ikan dapat

disebabkan oleh organisme lain, pakan maupun kondisilinkungan yang kurang

menunjang kehidupan lain. Dengan demikian, timbulnya serangan penyakit ikan

di kolam merupakan hasil interaksi yang tidak serasi antara ikan, kondisi

lingkungan dan organisme penyakit. Interaksi yang tidak serasi ini telah

menyebabkan stres pada ikan sehingga mekanisme pertahanan diri dari yang

dimilikinya menjadi lemah dan akhirnya mudah diserang penyakit (Lukistyowati

dan Morina, 2005).

Penyakit dapat diartikan sebagai organisme yang hidup dan berkembang

dalam tubuh ikan, sehingga organ tubuh ikan terganggu, akan terganggu pula

seluruh jaringan tubuh ikan (Gusrina, 2008).

Hal yang sering menyebabkan terjadinya penyakit yang disebabkan oleh

organisme parasit adalah terjadinya infeksi sekunder. Tubuh ikan dapat terluka

karena gesekan dengan benda keras, jika terlambat mengobatinya maka tubuh

ikan dapat mengalami infeksi skunder karena serangan organisme parasit. Infeksi

sekunder yang disebabkan oleh organisme parasit terbukti telah menimbulkan

banyak kematian pada ikan (Dailami, 2001).

Page 4: I. PENDAHULUANrepository.utu.ac.id/769/1/BAB I_V.pdf · 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyakit ikan biasanya timbul berkaitan dengan lemahnya kondisi ikan yang diakibatkan

4

2.2. Penyebab Penyakit

Manusia memegang peran penting dalam upaya mencegah terjadinya

serangan penyakit pada ikan budidaya, baik di kolam, keramba, tambak, maupun

dalam wabah budidaya lainnya, dan pada ikan liar di daerah aliran sungai, yaitu :

dengan cara memelihara kelestarian interaksi anatara tiga komponem diatas ini

berarti, kerugian yang diderita karena serangan penyakit sebenarnya dapat

dihindari karena serangan penyakit sebenarnya dapat dihindari apabila

mempunyai pengetahuan yang memadai mengenai cara menjaga keserasian antara

ketiga komponem penyebab penyakit ikan. Di samping itu, ketelitian dan

kecermatan juga sangat menentukan keberhasilan dalam pencegahan serangan

penyakit ikan tersebut (Ghufran M.H., et al 2004).

Salah satu kelompok penyebab penyakit pada ikan yang juga harus

diwaspadai oleh petani ikan dan hobiis (kolektor) ikan adalah kelompok non-

infeksi. Kelompok ini adalah kelompok penyakit yang disebabkan oleh bukan

jasad hidup, antara lain disebabkan oleh perubahan lingkungan seperti kepadatan

ikan terlalu tinggi, variasi lingkungan (oksigen, suhu, ph, salinitas, dsb),

biotoksin (toksin alga, toksin zooplankton, dsb), pollutan, rendahnya mutu pakan

dan lain-lain (Hofman, 1967).

Ciri masing-masing penyebab penyakit merupakan proses menuju

morbiditas dan mortalitas. Dan di antara bebagai penyebab penyakit tersebut,

proses menuju mortalitas sangat tergantung pada jenis penyebabnya. Kebanyakan

keracunan dan infeksi virus terjadi secara mendadak dan meningkatkan kematian

dengan tajam (Ghufran M.H., et al 2004).

2.3. Sumber dan Jenis Penyakit

Pengetahuan mengenai sumber penyakit yang sering dapat menyebabkan

ikan terserang penyakit, selain sangat membantu dalam upaya pengobatan, juga

bermanfaat dalam menentukan tindakan yang harus dilakukan petani ikan untuk

mencegah serangan suatu penyakit yang mungkin akan dialami oleh ikan

budidaya. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, bahwa penyakit yang

menyerang ikan budidaya tidak datang begitu saja, melainkan akibat dari interaksi

yang tidak serasi antara tiga komponem utama, yaitu lingkungan, ikan, dan

organisme penyebab penyakit (Ghufran M.H., et al 2004).

Page 5: I. PENDAHULUANrepository.utu.ac.id/769/1/BAB I_V.pdf · 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyakit ikan biasanya timbul berkaitan dengan lemahnya kondisi ikan yang diakibatkan

5

Munculnya penyakit pada ikan umumnya merupakan hasil interaksi yang

tidak seimbang antara tiga komponen dalam ekosistem perairan yaitu inang (ikan)

yang lemah, patogen serta kualitas lingkungan yang memburuk. Penyakit ikan

dapat disebabkan oleh mikrob penyebab penyakit (Patogen) yang dapat berupa

parasit, bakteri, virus maupun jamur (Kordi, 2004).

Jasad patogen merupakan sumber penyakit, walaupun pada saat tertentu

penyebab karena ada faktor lain menjadi sumber. Jasad patogen termasuk

organisme yang telah hidup diperairan tersebut, bahkan pada tubuh ikan, misalnya

Vibrio sp. Sering ditemukan dibagian usus (intenstine) pada ikan-ikan sehat. Jasad

patogen ini tidak dapat menyerang ikan dalam kondisi sehat dan lingkungan

dalam keadaan optimum (Ghufran M.H., et al 2004).

Penyakit yang disebabkan oleh parasit secara umum jarang mengakibatkan

dampak yang akan berakibat buruk dengan cepat. Akan tetapi, pada intesitas

penyerangan yang sangat tinggi dan areal yang terbatas dapat berakibat buruk

pada ikan yang dibudidayakan. Akibat dari penyakit yang disebabkan oleh

parasit secara ekonomis cukup merugikan yaitu dapat menyebabkan kematian,

menurunkan berat tubuh, bentuk dan ketahanan tubuh ikan sehingga dapat

dimanfaatkan sebagai jalan masuk bagi infeksi sekunder oleh patogen lain seperti

jamur, bakteri dan virus (Huda, 2008).

Sumber penyakit adalah hama. yang masuk keperairan umum alami dapat

membuat ikan memar atau terluka atau sebagian pembawa (carrier) jasad

patogen,- sehingga bila kondisi memungkinkan ikan akan terserang penyakit yang

dibawa oleh hama.

2.4. Bagian Tubuh Ikan Yang Di Serang Penyakit

Berdasarkan daerah penyerangan penyakit pada tubuh ikan terutama

penyakit infeksi, dibagi menjadi tiga yaitu sebagai berikut :

1. Kulit

Ikan yang terserang penyakit pada kulitnya akan terlihat lebih pucat

(tampak jelas pada ikan yang berwarna gelap) dan berlendir. Ikan tersebut

biasanya akan mengosok-gosokkan tubuhnya pada benda-benda yang ada

disekitarnya.

2. Insang

Page 6: I. PENDAHULUANrepository.utu.ac.id/769/1/BAB I_V.pdf · 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyakit ikan biasanya timbul berkaitan dengan lemahnya kondisi ikan yang diakibatkan

6

Serangan penyakit pada insang menyebabkan ikan sulit bernapas, tutup

insang mengembang, dan warna insang menjadi pucat. Pada lembaran insang

sering terlihat bintik-bintik merah karena pendarahan kecil (peradangan).

3. Organ Dalam

Penyakit yang menyerang organ dalam sering mengakibatkan perut ikan

membengkak dengan sisik yang berdiri (penyakit eropsi). sering pula dijumpai

perut ikan menjadi kurus. Jika menyerang usus, biasanya akan mengakibatkan

peradangan dan jika menyerang gelembung renang, ikan akan kehilangan

keseimbangan pada saat berenang.

Organisme patogen yang sering menimbulkan penyakit di bagian luar

tubuh ikan disebut ektopatogen, dan bila ditimbulkan oleh parasit desebut

ektoparasit. Sedangkan yang menyerang di bagian tubuh ikan desebut

endopatogen, dan bila disebabkan oleh parasit disebut endoparasit. Serangan

endopatogen atau endoparasit dianggap lebih berbahaya dibandingkan serangan

ektopatogen atau ektoparasit, karena efek serangannya sulit dideteksi secara dini,

sehingga petani ikan sering terlambat mencegahnya.

Serangan endopatogen atau endoparasit baru dapat dipastikan bila

dilakukan pemeriksa organ dalam ikan. Sedangkan untuk bisa memeriksa organ

dalam, ikan harus dibedah dibunuh, (Ghufran M.H., et al 2004).

2.5. Identifikasi Penyakit Secara Umum

Dalam identifikasi atau dianogsa penyakit ikan, nama penyakit cukup

penting. Nama penyakit ikan sering dihubungkan dengan gejala-gejala klinis,

seperti penyakit bercak-bercak putih, penyakit bintik putih, penyakit becak-becak

hitam, dan sebagainya. Tetapi, gejala-gejala tersebut tidak selalu merupakan

tanda-tanda khusus penyakit ikan tertentu (Ghufran M.H., et al 2004).

Identifikasi terhadap parasit ikan yang dijumpai dapat dilakukan

berdasarkan adanya ciri-ciri khusus yang dijumpai dan morfologi dari tiap-tiap

jenis parasit dan habitatnya. Identifikasi ini dilakukan dengan petunjuk Kabata

(1985), Hoffman (1967), Waren (1984) dan Bykhovskaya-Pavlovskaya (1964)

Ada beberapa penyakit yang mempunyai gejala yang sama seperti

eksoftalmia, hemoragik, dan perut kembung, sehingga untuk mendapatkan

dianogsa yang benar, perlu dilakukan pengujian lebih luas terhadap ikan-ikan

Page 7: I. PENDAHULUANrepository.utu.ac.id/769/1/BAB I_V.pdf · 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyakit ikan biasanya timbul berkaitan dengan lemahnya kondisi ikan yang diakibatkan

7

yang sakit. Cara lain untuk memberi nama penyakit adalah menurut agen

penyebab infeksi, misalnya vibriosis sp, atau menurut jenis penyakit patologis,

misalnya penyakit ginjal benjol-benjol karena penambahan jumlah sel. Apabila

nama-nama penyakit diberi menurut satu prinsip maka akan lebih mudah

(Ghufran M.H., et al 2004).

Metode pemeriksaan ektoparasit pada permukaan tubuh dilakukan dengan

cara scraping (Noga, 2010). Pengerokan dilakukan dari ujung anterior kepala

hingga posterior sirip ekor, pengerokan dilakukan pada kedua sisi tubuh ikan dan

juga semua bagian sirip kemudian dilakukan pengamatan di bawah mikroskop

dengan perbesaran 100x. Pemeriksaan insang ikan bandeng dilakukan secara

natif, yaitu dengan memeriksa secara langsung lamela insang dengan

menggunakan mikroskop perbesaran 40x dan 100x.

Dalam identifikasi atau dianogsa suatu penyakit, satu-satunya hal yang

perlu dilakukan adalah mengenal adanya suatu penyakit khusus atau lebih yang

berhubungan dengan ketida normalan dan mengidentifikasi penyebab-

penyebabnya. Bila penyebab penyakit pada ikan sudah teridentifikasi, langkah

selanjutnya yang harus dilakukan adalah menentukan jenis dan cara pengobatan

yang paling tepat (Ghufran M.H., et al 2004).

Dalam identifikasi penyakit ikan, akan lebih mudah seseorang mempunyai

kemampuan yang cukup. Seseorang yang hendak melakukan identifikasi, selain

harus mengetahui tanda-tanda ikan yang terserang penyakit, nama-nama penyakit

ikan dan teknik mendianogsa, juga harus mengetahui cara berjangkit dan

penularan suatu penyakit.

2.6. Parasit dan Parasitologi

Parasit adalah suatu organisme lebih kecil ruang hidup dan menempel

pada tubuh organisme yang lebih besar yang disebut host. Keberadaan parasit

dalam tubuh host dapat bersifat sebagai parasit sepenuhnya dan tidak sepenuhnya

sebagai parasit. Hal tersebut tergantung dari jumlah, jenis, tingkat kesakitan yang

ditimbulkan oleh parasit serta ketahanan tubuh dan nutrisi dalam tubuh host.

Hubungan host dan parasit dapat bersifat simbiosis, mutualisme, parasitis, dan

parasitosis (Bowmans, 1999).

Page 8: I. PENDAHULUANrepository.utu.ac.id/769/1/BAB I_V.pdf · 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyakit ikan biasanya timbul berkaitan dengan lemahnya kondisi ikan yang diakibatkan

8

Parasit-parasit yang dapat mendatangkan kerugian kepada induk

semangnya biasanya dengan beberapa cara antara lain menghisap darah, cairan

limfe, memakan jaringan padat secara langsung, menyebabkan penyumbatan

secara mekanis pada usus, saluran empedu, pembulu darah, menghancurkan sel-

sel tubuh dengan berlangsungnya pertumbuhan didalamnya, memproduksi

subtansi bearcun seperti hemolisin, merangsang pertumbuhan kanker dan juga

menurunkan induk semangnya terhadap penyakit lain dan parasit (Levine, 1990).

Parasitologi adalah suatu ilmu cabang biologi yang mempelajari tentang

semua organisme parasit. Tetapi dengan adanya kemajuan ilmu, parasitologi kini

terbatas mempelajari organisme parasit yang tergolong hewan parasit, meliputi:

protozoa, helminthes,arthropoda dan insekta parasit, baik yang zoonosis ataupun

anthroponosis. Cakupan parasitologi meliputi taksonomi, morfologi, siklus hidup

masing-masing parasit, serta patologi dan epidemeologi penyakit yang

ditimbulkannya (Bowman, 1999).

Identifikasi adalah pemberian tanda-tanda pada suatu golongan benda atau

komponen tertentu. Identifikasi memiliki tugas untuk membedakan komponen-

komponen yang satu dengan yang lainnya, sehingga tidak menimbulkan

kebingungan. Dengan identifikasi dapatlah suatu komponen itu dikenal dan

diketahui masuk dalam golongan mana (Nawawi, 1996).

Infeksi yang terjadi pada ikan karena serangan parasit merupakan masalah

yang cukup serius dibanding dengan gangguan yang disebabkan oleh faktor lain.

Sebab parasit bisa menjadi wabah bila diikuti oleh infeksi sekunder. Kolam yang

tidak terawat merupakan tempat yang baik bagi organisme penyebab infeksi

penyakit yang mungkin telah ada pada kolam atau juga berasal dari luar. Selama

kolam terjaga dengan baik serta lingkungan yang selalu mendapat perhatian,

parasit dalam kolam maupun yang diluar tidak akan mampu menimbulkan infeksi

(Afrianto dan Liviawaty, 1992).

Kematian karena parasit biasanya berjalan lambat dan bertahap. Gejala

biasanya dapat dilihat dengan mata, oleh karena itu infeksi yang disebabkan oleh

parasit dapat langsung diketahui di lapangan. Parasit-parasit yang hidup dapat

menyebabkan efek yang berbeda terhadap inang yang berbeda. Parasit dapat

dijumpai pada tempat atau bagian tubuh tertentu dari inang. Parasit yang hidup

Page 9: I. PENDAHULUANrepository.utu.ac.id/769/1/BAB I_V.pdf · 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyakit ikan biasanya timbul berkaitan dengan lemahnya kondisi ikan yang diakibatkan

9

pada bagian permukaan tubuh ikan (kulit, sirip, insang) disebut ektoparsit dan

sedangkan parasit yang hidup pada tubuh internal ikan dan otot daging disebut

endoparasit (Lukistyowati, 2005)

Menurut Widyastuti et al (2002), pada umunya tiap jenis parasit

mempunyai inang tertentu (inang spesifik). Spesifik ini sangat jelas pada jumlah

besar parasit ikan. Parasit yang menyerang ikan dapat dibedakan dalam dua

kelompok yaitu :

1. Ektoparasit

Ektoparasit adalah parasit yang hidupnya ditubuh ikan bagian luar seperti

pada kulit, sirip, sisik, anus, mata, operculum dan insang. Ektoparasit khususnya

merupakan kelompok besar organisme patogen didaerah iklim sedang dan daerah

tropis. Ektoparasit yang sering menyerang atau menyebabkan kematian pada ikan

budidaya maupun ikan aqurium antara lain : ichthyophthirius multifilis,

Trichodina sp, Oodum sp, Gyrodactilus sp, Dactilogyrus sp dan Lerneae.

a. Gyrodactyliasis

Penyakit ini disebabkan oleh parasit helmin yang termasuk kedalam kelas

monogenia, Sub klas Polyonchoinea, ordo Gyrocylidea, dan famili

Gyrodactylidae. Parasit ini ditemukan pada kulit dan sirip ikan. Bentuk tubuhnya

kecil dan memanjang (oval), bagian posterior terdapat ophisthaptor dengan 16 kait

tepi dan sepasang kait tengah (anchor), serta tidak mempunyai bintik mata, pada

ujung anterior terdapat dua tonjolan/cuping.

b. Dactylogyriasis

Penyebab penyakit ini adalah cacing golongan Monogenia, genus

Dactylogyrus. Biasanya parasit ini bersama-sama dengan Gyrodactylus

menyerang benih ikan mas terutama yang berukuran 3 – 10 cm. Infeksi parasit ini

biasanya tidak fatal, kecuali bila intensitas penyerangan sangat tinggi.

Parasit ini memiliki ciri khas yaitu; bentuk tubuh pipih dorsoventral dan

bilateral simetris, mempunyai ophistaptor yang dilengkapi dengan 14 kait tepi dan

sepasang kait pusat (anchor), warna transparan, mempunyai bintik mata 2 pasang,

panjang tubuh 1 – 2 mm, pada bagian anterior mempunyai empat lekukan.

2. Endoparasit

Page 10: I. PENDAHULUANrepository.utu.ac.id/769/1/BAB I_V.pdf · 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyakit ikan biasanya timbul berkaitan dengan lemahnya kondisi ikan yang diakibatkan

10

Endoparasit adalah parasit yang hidupnya di organ dalam tubuh ikan

seperti: saluran pencernaan, hati, otot dan darah. Endoparasit yang sering

menyerang ikan adalah : parasit dari phylum tremotoda (Sanguinicola Sp), dan

phylum Plathihelminthes (Lytocestus sp).

a. Sanguinicolosis

Penyebabnya adalah parasit trematoda yang ditemukan didarah ikan.

Cacing dewasa hidup didarah ikan tanpa memiliki succer, bahkan berenang aktif

dengan cara gerak bergelombang didalam tubuh. Banyak ditemukan di jantung,

dan pembulu darah di insang. Ikan yang terenfeksi akan terlihat inang berwarna

pucat atau lembaran insang tembus cahaya. Selanjutnya penggerakan menjadi

lambat.

b. Lytocestusiasis

Penyebabnya adalah parasit Plathyhelmintes, kelas Cestoidea, genus

Lytocestus, spesies Lytocestus parvulus. Biasanya menyerang usus ikan lele

dumbo (Clarias gariepinus). Ciri-ciri dari parasit ini adalah; tubuh pipih

memanjang dorsoventral dan berbentuk seperti pita.

2.7. Jenis-jenis Parasit

Menurut Yuasa et al (2003), terdapat beberapa jenis parasit ikan air tawar

di Indonesia. Jenis-jenis parasit tersebut ada yang dapat diamati dengan mata

telanjang maupun dengan menggunakan mikroskop.

Tabel 1. Jenis parasit pada ikan air tawar di Indonesia yang dapat dideteksidengan mata telanjang pada pada ikan air tawar.

No Jenis Parasit PengamatanParasitologi

Reaksi dengan Inang Gambar

1 Ichthyopthiriusmultifilis(Protozoa bersiliata)

Banyak bintik putihpada permukaan tubuh

Produksi lendir yangberlebihan padapermukaan tubuh.

2 Argulus japonicus(Kopepoda)

Parasit berbentukbundar,panjang 5mm,bergerak padapermukaan tubuh.

Menyebabkan erosilendir (kasat) danpendarahan padapermukaan tubuh,ikankurus.

Page 11: I. PENDAHULUANrepository.utu.ac.id/769/1/BAB I_V.pdf · 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyakit ikan biasanya timbul berkaitan dengan lemahnya kondisi ikan yang diakibatkan

11

3 Lernaea cypriniacea(Kopepoda)

Parasit berbentuksilinder, berwarna agakputih, panjang 12 mm,masuk (penetrasi)menembus permukaantubuh atau ronggamulut.

Pendarahan disekitarnya berada dandiikuti dengan infeksijamur.

4 Bothriocephalus spp(Cestoda)

Parasit mmembentukmemanjang, berwarnaputih, panjang kira-kirabeberapa cm terdapat dirongga perut.

Pembengkakan padabagian ventral tubuh.

5 Glochidium(larva kerang airtawar)

Bintik putih, diameter 5mm, terdapat di mulutdaan sirip.

Produksi lendir yangberlebihan padabagiannyang terinfeksi.

(Yuasa et al, 2003)

Tabel 2. Parasit yang diamati secara Mikroskopis pada ikan air tawar.

No Spesies Morfologi Inang Tempat Gambar1. Inchthyophthirius

Multifilis(protozoa bersiliata)

Bentuk bundar sampaioval, berselia

Botia,patin

Dalam kulit daninsang

2 Trichodina spp.(Prptozoa bersiliata)

Bentuk seperti piring/cawan, diameter ± 50µm, memiliki siliadisekelilingnya

Patin,Nila,Mas,danBotia

Pada kulit daninsang

3 Oodinium sp.(ProtozoaDinoflagellata)

Berbentuk bundarsampai oval, diameter± 20-80 µm, memilikifillamen seperti akar

Patin,Botia

Pada Kulit daninsang

4 Chilodonella cyprini(Protozoa bersiliata)

Berbentuk sepertiserpihan daun,berukuran 30-70 x 20-40 µm.

Mas Pada insang

5 Epistylis sp.(Protozoa bersiliataberkoloni)

Berbentuk sepertisilinder tipis ataulonceng dengantangakai yang panjangdan nonkontraktil,panjang kira-kira 0,4-0,5 µm.

Nila,Mas,Botia

Pada kulit

Page 12: I. PENDAHULUANrepository.utu.ac.id/769/1/BAB I_V.pdf · 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyakit ikan biasanya timbul berkaitan dengan lemahnya kondisi ikan yang diakibatkan

12

6 Myxobolus spp. Siste = diameter 0,1-7mm, spora =berbentuk seperti buahpear, berukuran ± 14-15 x 7-8 µm

Mas Dalam insang

7 Bothriocepalus sp.(Cestoda)

Berbentukmemanjang, berwarnaputih, berukuran kira-kira beberapa cm

Mas Rongga perut

8 Dactylogirus spp.(Trematodamonogentik)

Berbentukmemanjang, panjang ±0,3-1,0 mm, memilikijangkaar pada ujungposterior dan 2 pasangbintik mata ujunganterior

Mas,Nila,Patin

Pada insang

9 Gyrodactilus sp.(Trematodamonogenetik)

Berbentukmemanjang, panjang ±0,3-1,0 mm, memilikijangkar pada ujungposterior tapi tidakterdapat bintik matadan mempunyai anakdalam tubuh

Nila,Patin

Pada kulit

10 Centrocestus sp.(Trematodadigenetik)

Berbentuk ovaal,berukuran 130-160 x110- 130 µm, ususberbentuk huruf X

Mas Dalam insang

11 Argulus japonicus(Kopepoda)

Berbentuk bundar,panjang ± 0,5 mm, 5pasang kaki

Mas,Sepatsiam

Pada kulit

12 Lernaea cyprineacea(Kopepoda)

Berbentu silinderdengan 2 pasangjangkar pada ujungposterior

Betutu,Mas

Kulit, sirip,rongga perut

12 Glochidium(Larva kerang airtawar)

Berbentuk bundar,diameter 140-150 µm.

Mas Pada kulit daninsang

(Yuasa et al, 2003)

Berikut ini ada beberapa jenis parasit yang sering ditemukan dan yang

menyerang ikan air tawar, antara lain:

1. Argulus sp

Page 13: I. PENDAHULUANrepository.utu.ac.id/769/1/BAB I_V.pdf · 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyakit ikan biasanya timbul berkaitan dengan lemahnya kondisi ikan yang diakibatkan

13

Penyakit kutu ikan atau yang sering disebut dengan “Argulosis” sering

dijumpai pada ikan-ikan budidaya dan disebabkan oleh Argulus sp. Parasit ini

termasuk kelas Crustacea, sub kelas Branchiura dan famili Argulidae. Adapun

spesies Argulus yang dikenal antara lain seperti Argulus indicus, A.siamensisi dan

A.foliaceus.

Ciri-ciri ikan yang terserang Argulus sp ini adalah : tubuhnya menjadi

kurus dan sangat lemah karena kekurangan darah sehingga dapat menyebabkan

kematian pada ikan-ikan yang berukuran kecil. Bekas serangan parasit terlihat

kemerah-merahan karena terjadi pendarahan. Adanya luka pada tubuh ikan

tersebut akan mempertinggi kemungkinan ikan untuk terserang infeksi sekunder

yang kadang-kadang juga menyebabkan kematian.

2. Lernea cyprinaceae

Parasit Lernea cyrinaceae merupakan sejenis udang renik yang berbentuk

bulat panjang seperti cacing. Ciri-cirinya adalah sebagai berikut : tidak memiliki

karapas, antenula uniramus, mandibula memiliki pulpus; disamping itu ciri

khasnya memiliki 9 somit tubuh dan 6 pasang anggota tubuh, sejumlah

anggotanya yang parasitik tidak menunjukkan ciri tersebut.

3. Ergasilus sp

Parasit ini dapat menyebabkan penyakit pada insang dimana jumlah

populasinya dapat mencapai ribuan. Selain di insang parasit ini juga dijumpai di

kulit dan disirip ikan. Ergasilus yang biasa menyerang insang ikan adalah

Ergasilus sieboldii, Ergasilus briani, Ergasilus boettgeri, Ergasilus minor dan

Ergasilus ikan yang terserang parasit ini menunjukkan pendarahan di insang dan

ikan ikan sulit bernafas. (M.Ghufran H. Kordi K, 2004).

Page 14: I. PENDAHULUANrepository.utu.ac.id/769/1/BAB I_V.pdf · 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyakit ikan biasanya timbul berkaitan dengan lemahnya kondisi ikan yang diakibatkan

14

III. METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Waktu dan Tempat

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April – Juni 2014, bertempat di

Daerah Aliran Krueng Inoeng Kecamatan Senangan Timur Kabupaten Nagan

Raya.

3.2. Alat dan Bahan Penelitian

1. Alat

Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

Tabel 3 : Alat yang digunakan dalam Identifikasi Ektoparasit dan Endoparasit

No Nama Alat Kegunaan

1 Dissecting set Alat untuk membedah sampel dan menggerus

organ target

2 Nampan Tempat membedah sampel

3 Microskop binokuler Untuk mengamati parasit

4 Objek glass (slide) Untuk meletakkan preparat

5 Cover glass Menutup preparat

6 Pretridish Untuk meletakkan organ target

7 Camera Untuk dokumentasi

8 Rol Untuk mengukur tubuh ikan

9 Timbangan Untuk menimbang berat ikan

2. Bahan

Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

Tabel 4 : Bahan yang digunakan dalam Identifikasi Ektoparasit dan EndoparasitNo Nama Bahan Kegunaan

1 Ikan Air Tawar Sebagai sampel

2 Tissue Untuk pembersih

3 Sarung tangan Untuk pelindung tangan

4 Masker Melindungi dari kontaminasi

5 Larutan fisiologis Untuk fiksasi

6 Alkohol 70% Clearing (untuk mensterilkan alat)

Page 15: I. PENDAHULUANrepository.utu.ac.id/769/1/BAB I_V.pdf · 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyakit ikan biasanya timbul berkaitan dengan lemahnya kondisi ikan yang diakibatkan

15

3.3. Metode Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan dengan menggunakan metode dekriptif yaitu

metode penelitian untuk membuat gambaran mengenai system, kejadian dan studi

kasus (Case studi) (Nazir, 2005).

Menurut Nazir (2005) adapun tujuan studi kasus adalah untuk memberikan

secara detail tentang latar belakang sifat-sifat secara kerangka yang langsung dari

kasus.

Ikan sampel yang digunakan untuk penelitian ini adalah ikan hasil

tangkapan warga sekitar Krueng Inoeng, dan ikan-ikan yang diambil itu adalah

ikan yang mana yang lebih banyak ditemukan jenis/spesies ikan. Dari hasil survei

awal di dapatkan tiga spesies ikan yang dominan tertangkap adalah : 1. Ikan

Kereling (Tor tambroides), 2. Ikan Naleh (Poropuntius sp), 3. Ikan Serukan

(Osteochilus sp).

3.4. Prosedur Penelitian

Pengambilan Ikan Sampel

Pengambilan ikan sampel adalah ikan diambil dari hasil tangkapan

nelayan lokal dalam kondisi masih hidup, masing-masing ikan diambil 3 ekor

setiap satu jenis ikan.

3. Tahap pemeriksaan Ektoparasit sebagai berikut :

1. Menyediakan wadah/nampan bedah dengan alat bedah (dissecting set)

2. Pemeriksaan ektoparasit pada permukaan dapat dilakukan dengan cara

mengorek lendir (mucus) kemudian diletakkan diatas objek glass, ditetesi 1-2

tetes aquades, ditutup dengan cover glass, dan diamati dengan mikroskop

pada pembesaran 40 – 100x.

3. Pemeriksaan dibagian sirip dilakukan dengan memotong sirip ikan yang

masih basah, kemudian diletakkan pada cawan petri yang berisi air atau pada

objek glass selanjutnya diamati.

4. Pada bagian insang diamati dengan cara memotong operculum dan tapis

insang, diletakkan dalam cawan petri yang berisi air atau pada objek glass

yang ditetesi air aquades selanjutnya diamati dibawah mikroskop.

Page 16: I. PENDAHULUANrepository.utu.ac.id/769/1/BAB I_V.pdf · 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyakit ikan biasanya timbul berkaitan dengan lemahnya kondisi ikan yang diakibatkan

16

5. Dibawah ini adalah rumus yang digunakan pada saat menghitung intensitas

dan prevalensi :

a. Hitung intensitas (I) (tingkat keganasan suatu parasit) dengan

menggunakan rumus ;I =(Yuasa K. et al, 2003)

b. Tentukan tingkat Prevelensi (p) (tingkat penyerangan suatu parasit)

dengan menggunakan rumus ;P = 100 %(Yuasa K. et al, 2003)

6. Dicatat nilai intensitas dan prevalensi dari tiap parasit yang ditemukan.

4. Tahap pemeriksaan Endoparasit sebagai berikut :

1. Menyediakan wadah/nampan bedah dengan alat bedah (dissecting set)

2. Membedah ikan hingga organ dalam terlihat jelas. Amati perubahan bentuk,

warna dan gejala klinis lainnya.

3. Masukkan organ tersebut dalam petridish yang telah berisi larutan fisiologis.

4. Untuk saluran pencernaan (usus) dibuka memanjang lalu diamati dengan

mikroskop. Untuk mengambil parasit didalam usus yaitu dengan mengorek

subtrat dengan pinset.

5. Identifikasi dilakukan dengan cara mencocokkan endoparasit yang ditemukan

dengan gambar dan data yang ada di literatur.

a. Hitung intensitas (I) (tingkat keganasan suatu parasit) dengan

menggunakan rumus ;I =(Yuasa K. et al, 2003)

b. Tentukan tingkat Prevelensi (p) (tingkat penyerangan suatu parasit)

dengan menggunakan rumus ;P = 100 %(Yuasa K. et al, 2003)

6. Dicatat nilai intensitas dan prevalensi dari tiap parasit yang ditemukan.

Page 17: I. PENDAHULUANrepository.utu.ac.id/769/1/BAB I_V.pdf · 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyakit ikan biasanya timbul berkaitan dengan lemahnya kondisi ikan yang diakibatkan

17

3.5. Analisa Data

Analisa data yang digunakan pada penelitian ini adalah analisis deskriptif

jenis ektoparasit dan endoparasit dalam bentuk identifikasi dilakukan dengan cara

mencocokan hasil yang diperoleh dengan gambar data yang ada pada

Literatur/Buku Panduan Identifikasi Parasit diantaranya :

1. Parasit Dan Penyakit Ikan karangan Aryani, N. Henny, S. Lesje L. Morina, R.

2. Teknik Pemeriksaan PenyakitIkan karangan lesje Lukistyowati, 2005.

3. Penanggulangan hama dan penyakit ikan karangan Ghuffran H. Dan Kordi K,

2004.

4. Cara menghitung Intensitas dan Prevalensi Yuasa K. et al, 2003.

Page 18: I. PENDAHULUANrepository.utu.ac.id/769/1/BAB I_V.pdf · 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyakit ikan biasanya timbul berkaitan dengan lemahnya kondisi ikan yang diakibatkan

18

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil

Berdasarkan hasil pengamatan selama penelitian mengenai identifikasi

parasit pada ikan lokal air tawar di Krueng Inoeng Kecamatan Senagan Timur

Kabupaten Nagan Raya ditemukan satu jenis parasit. Jenis-jenis parasit yang

ditemukan pada penelitian adalah Trematoda. Data selengkapnya disajikan pada

Tabel 5.

Table 5. hasil identifikasi parasit pada ikan lokal air tawar.

Keterangan gambar :

Gambar 1. Parasit Trematoda NNnGambar 2. Metasekarea NNnNGambar 3.metasekarea

Jenis Ikan Panjang danBerat Ikan

OrganTarget

JenisParasit

Prevalensi(%)

Itensitas(ind/ekor)

Gambar

Kereling(Tor tambroides)

LendirSirip

InsangHatiUsusGinjal

––––––

Naleh( Poropuntius sp)

Panjang :9,5 cm

Berat :1,5 gram

LendirSirip

InsangHatiUsusGinjal

Trematode–––––

0,11 0,11

Serukan(Osteochilus sp)

LendirSirip

InsangHatiUsusGinjal

––––––

1.

1..

3..

2..

Page 19: I. PENDAHULUANrepository.utu.ac.id/769/1/BAB I_V.pdf · 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyakit ikan biasanya timbul berkaitan dengan lemahnya kondisi ikan yang diakibatkan

19

Gambar 2. Tanda panah pada gambar adalahLendir Ikan yang Terserang Penyakit

4.2.Pembahasan

Hasil pemeriksaan terhadap ikan sampel pada (Tabel 5.), teridentifikasi

parasit pada ikan Naleh (Poropuntius sp) yang berasal dari Krueng Inoeng

Seputaran Kecamatan Senagan Timur Kabupaten Nagan Raya. Hasil pengamatan

memperlihatkan ikan sampel terinfeksi ektoparasit Trematode, yang didapatkan

pada bagian lendir. Jika dilihat dibawah mikroskop terlihat bintik hitam

melingkar, dan ini merupakan Trematode yang belum matang (metasekarea).

Diduga jenis ektoparasit ini berasal dari kotoran (manusia dan hewan)

yang masuk kedalam sungai (tempat pengambilan sampel), Parasit Trematode

suka pada host (ikan, siput, kerang-kerangan dan lain-lain). Menurut

(Levine,1990),. Sebagian besar siput dan ikan berperan sebagai hospes perantara

cacing Trematoda, stadium perkembangannya (sporokista, redia, serkaria) yang

ada dalam hati organ siput dan ikan. Oleh karena itu, Cacing Trematoda

menempel pada bagian lendir ikan. Batil isap ada dua yaitu pada bagian kepala

(oral sucker) letaknya mengelilingi mulut dan berhubungan langsung dengan

saluran pencernaan, sedangkan batil isap lainnya terdapat pada bagian perut

(ventral sucker), yang ukurannya lebih besar dari pada oral sucker.

Trematoda adalah cacing pipih unsegmented dari Filum Platyhelminthes,

Kelas Digenea, Keluarga Heterophyidae. Ada banyak spesies trematoda, dan

mereka dapat dilihat umum di luar ikan sebagai "titik hitam", mereka dapat

muncul juga bintik-bintik putih, kuning atau hitam kecil di kedua kulit, sirip dan

daging ikan. Bintik-bintik adalah tahap belum matang (metaserkaria) dari parasit,

yang harus dimakan oleh burung sebelum mereka berkembang menjadi dewasa

trematoda. Pada burung, trematoda dewasa menghasilkan telur yang ditumpahkan

Page 20: I. PENDAHULUANrepository.utu.ac.id/769/1/BAB I_V.pdf · 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyakit ikan biasanya timbul berkaitan dengan lemahnya kondisi ikan yang diakibatkan

20

ke lingkungan. (Dharsana, R. 1987), Telur menetas untuk membentuk tahap

renang miricidium yang menginfeksi host ketiga, siput. Dalam host siput,

trematoda berkembangbiak dan berubah menjadi cercaria yang berenang dari siput

untuk menemukan host ikan. Tergantung pada spesies trematoda, yang cercaria

menginfeksi ikan dan baik matang untuk menjadi cacing dewasa atau menjadi

encysted sebagai metaserkaria,

Ikan biasanya tidak terpengaruh oleh belatung kecuali mereka menjadi

sangat terinfeksi. Cacing dewasa jarang menyebabkan kerusakan pada host dan

dapat ditemukan dalam usus, lambung, darah, kandung empedu, dan kandung

kemih. Metaserkaria merupakan sumber utama penyakit dan dapat ditemukan di

kulit, insang, sirip, otot dan organ internal. Spesies sering ditemui antara lain:.

Neascus sp, Apophallus brevis, lingua Cryptocotyle, (Daelami D. 2001).

Dalimunthe, 2006, Parasit Trematoda pada umumnya kebanyakan bentuk

tubuhnya pipih (dorsoventrally flanned), biasanya oval sampai lanset. Biasanya

Trematoda dilengkapi dengan dua alat untuk menempelkan diri pada tubuh

inangnya, yaitu pengait atau hook pada bagian mulut dan alat pengait pada bagian

ventral.

Trematoda adalah cacing yang sering dijumpai sebagai parasit manusia

yang bermukim dikawasan Asia. Larva cacing ini dinamakan dan berkembang

biak menghasilkan cercaria yang selanjutnya menginfeksi ikan. metasekaria

tersebut menempel pada lendir atau kulit ikan. kemudian menerobos masuk

kedalam daging ikan menjadi cercaria. metacecaria inilah yang menyebabkan

penyakit pada manusia. (Dalimunthe, 2006).

Manusia terinfeksi dengan cara metaserkaria termakan bersama tumbuhan

air pada Fasciola hepatica, Fasciolopsis buski, Watsonius watsoni, bersama ikan

pada Clonorchis sinensis, Heteropyes heterophyes, Metagonimus yokogawai atau

bersama udang pada Paragonimus westermani sedangkan pada Schistosoma,

manusia terinfeksi melalui serkaria menembus kulit. Epidemiologi, umumnya

terdapat di daerah tropik dan oriental kecuali untuk genus Opisthorchis ditemukan

antara lain di Jerman, daerah Rusia semenanjung Balkan, (Rukyani, dkk. 1996).

Menurut (Isobe et al 1994, dalam Coulibaly et al 1995.). Habitatnya

Trematoda dibagi kedalam empat kelompok yaitu:

Page 21: I. PENDAHULUANrepository.utu.ac.id/769/1/BAB I_V.pdf · 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyakit ikan biasanya timbul berkaitan dengan lemahnya kondisi ikan yang diakibatkan

21

a) Trematoda darah yang terdiri atas: Schistosoma japonicum, Schistosoma

mansoni, Schistosoma haematobium, Schistosoma mekongii

b) Trematoda usus terdiri atas Fasciolopsis buski, Watsonius watsoni,

Metagonimus yokogawai, Echinostoma ilocanum, Heteropyes heterophyes,

Gastrodiscoides hominis.

c) Trematoda hati terdiri atas: Fasciola hepatica, Clonorchis sinensis,

Opisthorchis felineus, Dicrocoelium dendriticum, Opisthorchis viverini.

d) Trematoda paru-paru, yaitu Paragonimus westermani

Trematoda yang penting yang menginfeksi manusia dan hewan adalah:

Trematoda darahgenus Schistosoma : S. mansoni, S. haematobium,

S.japonicum

Trematoda pada saluran pencernaan: Fasciolopsis buski

Trematoda hati : Fasciola hepatica dan Clonorchis sinensis

Trematoda paru-paru: Paragonimus westermani

4.2.1. Prevalensi Parasit

Berdasarkan tabel 5 diatas dapat diketahui bahwa prevalensi parasit pada

organ ektoparasit (Lendir) pada ikan Naleh (Poropuntius sp) yang tertangkap di

Krueng Inoeng Kecamatan Senagan Timur adalah 11%. Ini merupakan serangan

yang rendah. Rendahnya tingkat serangan parasit di Krueng Inoeng Kecamatan

Senagan Timur disebabkan karena tidak adanya suatu kegiatan yang

menyebabkan pencemaran sungai sehingga kualitas air di Krueng Inoeng

Kecamatan Senagan Timur tersebut tidak banyak terdapat jenis parasit pada

penelitian ini.

Kemudian Noble dan Noble (1989) menyatakan bahwa pada beberapa

spesies ikan, semakin besar ukuran/berat inang, semakin tinggi infeksi oleh parasit

tertentu. Inang yang lebih tua dapat mengandung jumlah parasit yang lebih besar,

meskipun apabila telah terjadi saling adaptasi maka inang menjadi toleran

terhadap parasitnya.

Diamati bahwa prevalensi penyakit ini lebih banyak di musim dingin

(Ahmad et al., 1991) dan itu lagi terjadi pada musim yang sama setiap tahun.

Penelitian ini dirancang untuk menyelidiki prevalensi, spesifisitas inang, infestasi

ektoparasit pada benih ikan mas kabupaten Bogra, Bangladesh.

Page 22: I. PENDAHULUANrepository.utu.ac.id/769/1/BAB I_V.pdf · 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyakit ikan biasanya timbul berkaitan dengan lemahnya kondisi ikan yang diakibatkan

22

4.2.2. Intensitas Parasit

Berdasarkan tabel 5 diatas dapat diketahui pada organ target ektoparasit

(Lendir) pada ikan Naleh (Poropuntius sp) yang tertangkap di Krueng Inoeng

Kecamatan Senagan Timur Kabupaten Nagan Raya adalah 1 ind/ekor.

Rendahnya tingkat intensitas serangan parasit di Krueng Inoeng

Kecamatan Senagan Timur disebabkan kualitas air yang baik, serta nutrisi yang

baik. Hal ini sesuai dengan pendapat Talunga (2007), bahwa penyakit akibat

infeksi parasit menjadi ancaman utama keberhasilan ikan dalam jumlah yang

banyak pada area yang terbatas, menyebabkan lingkungan tersebut sangat

mendukung perkembangan dan penyebaran penyakit infeksi.

Menurut Munajat dan Budiana (2003), tingkat serangan penyakit

tergantung pada jenis dan jumlah mikroorganisme yang menyerang ikan, kondisi

lingkungan dan daya tahan tubuh ikan juga turut memicu cepat atau tidaknya

penyakit itu menyerang ikan. Parasit dapat menyerang ikan baik secara langsung

maupun secara tidak langsung. Secara langsung dapat terjadi antara ikan yang

sehat dengan ikan yang terinfeksi penyakit, sedangkan secara tidak langsung itu

dapat terjadi apabila kekebalan tubuh ikan sudah mulai menurun biasa

menyebabkan stress sehingga parasit dengan mudah dapat menyerang ikan

tersebut.

Menurut pendapat Noble (1989) dalam Aria (2008), yang menyatakan

bahwa prevalensi dan intensitas tiap jenis parasit itu selalu sama dikerenakan

banyak faktor yang mempengaruhinya, salah satunya faktor yang

mempengaruhinya adalah ukuran inang. Pada beberapa spesies ikan. Semakin

besar ukuran atau beratnya inang, maka semakin tinggi infeksi parasit tertentu.

Inang yang lebih tua biasanya dapat mengandung jumlah parasit yang lebih besar,

meskipun apabila telah terjadi saling adaptasi maka inang menjadi toleran

terhadap parasit.

Khan et al. (2003) menyimpulkan dari penelitian mereka bahwa terdapat

hubungan langsung antara temperatur dan infestasi parasit. Suhu adalah salah satu

faktor yang paling penting menentukan ada Argulids parasit. Suhu yang cocok

untuk pengembangan siklus hidup dan reproduksi ektoparasit disebut suhu

optimum yang di temukan temuan ini. Dalam penelitian ini, ektoparasitit relatif

Page 23: I. PENDAHULUANrepository.utu.ac.id/769/1/BAB I_V.pdf · 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyakit ikan biasanya timbul berkaitan dengan lemahnya kondisi ikan yang diakibatkan

23

lebih tinggi di bulan April dan Mei. Hal ini menunjukkan bahwa suhu memainkan

peran penting dalam serangan dan menciptakan lingkungan yang sesuai untuk

reproduksi ektoparasit.

Tidak banyak jumlah ektoparasit dan endoparasit yang menginfeksi ikan

di Krueng Inoeng diduga terkait dengan kondisi habitat yang masih baik. Karena

parasit biasanya hanya mampu hidup pada kondisi suhu yang tidak baik.

Page 24: I. PENDAHULUANrepository.utu.ac.id/769/1/BAB I_V.pdf · 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyakit ikan biasanya timbul berkaitan dengan lemahnya kondisi ikan yang diakibatkan

24

V. KESIMPULAN

5.1. Kesimpulan

1. Jenis ektoparasit yang menginfeksi ikan Naleh (Poropuntius sp) ialah jenis

parasit Trematoda dalam bentuk (Metasekaria).

2. Prevalensi yang terdapat pada penelitian ini adalah 11%, yang tingkat

serangannya adalah rendah.

3. Intesitas yang terdapat pada ikan Naleh (Poropuntius sp) ini adalah hanya

satu ekor/individu.

5.2. Saran

Perlu penilitian lanjutan untuk mengetahui jenis parasit spesies apa saja

yang terdapat di Daerah Aliran Krueng Inoeng, dengan waktu yang lebih lama.

Page 25: I. PENDAHULUANrepository.utu.ac.id/769/1/BAB I_V.pdf · 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyakit ikan biasanya timbul berkaitan dengan lemahnya kondisi ikan yang diakibatkan

25

DAFTAR PUSTAKA

Ahmed A, Ali, S M K dan Samad A. 1991. Probable cause of fish ulcer inBangladesh. Nutrition news. 14(1): 3p.

Aryani, N. Henny, S. Iesje l. Morina, R. 2005 Parasit dan Penyakit IkanUniversitas Riau Press. Riau.

Aria, P.2008. http:// Kesehatan Ikan_Parasit_Penularan. Html. Prevalensi danIntensitas Parasit (Tingkat Penularan).

Afrianto E. dan Evi L. 1992.Pengendalian Hama dan Penyakit Ikan. Kanisius.Yogyakarta. 89 hal.

Bowman DD. 1999. Parasitology for veterinarians seventh edition.Philadelphia.Wb Saunders Company. 24 p.

Bhakti, S. 2011. Prevalensi dan Identifikasi Ektoparasit pada Ikan Koi (Cyprinuscarpio) di Beberapa Lokasi Budidaya Ikan Hias di Jawa Timur. Skripsi.Fakultas Kedokteran Hewan. Universitas Airlangga. Surabaya.

Callinan, R.B., dan Rowland, S.J. (1995). Penyakit bertengger perak. In: S.J.Rowland dan C. Bryant (Eds), Silver Perch Budaya. Prosiding Perak PerchLokakarya, Grafton dan Narrandera, April 1994 Austasia Budidaya, SandyBay, Tasmania. Pp 67-75.

Dharsana, R. 1987 . Infeksi cacing hati (fasciola gigantica) pada ternak diindonesia.

Daelami D. 2001.Agar Ikan Sehat. Penebar Swadaya. Jakarta 30 hal.

Dalimunthe SY,. ( Januari 2006)., Manajemen Penyakit Ikan (Diktat Kuliah)Universitas Brawijaya,. Malang.

Ghuffran H. dan Kordi K. 2004. Penanggulangan Hama dan Pnyakit Ikan. Pt.Asdi Mahasatya. Jakarta.

Gusrina. 2008. budidaya Ikan Jilid 3.Departemen pendidikan Nasional. Cianjur.Jakarta.

Hoffman. 1967. http://zipcodezoo.com/key/animalia/eukaryota_domain.asp.Ichthyophthirius multifilis. (Online) 31 Desember 2010.

Huda, S. 2008. Penyakit Pada Budidaya Ikan Air Tawar.http://www.google.com/dkp.banten.go.id/new s. 28/12/2008.

Kabata, Z. 1985. Parasites and Diseases of Fhis Cultured in The Tropics. Londonand Philadelphia.

Page 26: I. PENDAHULUANrepository.utu.ac.id/769/1/BAB I_V.pdf · 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyakit ikan biasanya timbul berkaitan dengan lemahnya kondisi ikan yang diakibatkan

26

Khan, N. M., Aziz, F., Afzal, M., Rab, A., Sahar, L., Ali, R. and Naqvi, S. M. H.(2003). Parasitic infestation in different fresh water fish of mini dams ofPotohar Region,

Kordi, K. 2004. Penanggulangan Hama dan Penyakit Ikan. Rineka ciptadan Bina Adiaksara. Jakarta.

Lukistyowaty, I. morina R. 2005. Analisa Penyakit Ikan. Universitas Riau Press.Riau.

Lukistyowati, I. 2005. Teknik Pemeriksaan PenyakitIkan Universitas Riau Press.Riau.

Nawawi R. 1996. Identifikasi, Klasifikasi Ikan. di Surabaya.16 hal.

Noga, E. J. 2010. Fish Disease Diagnosis and Treatment. 2 nd Edition. Wiley-Balckwell. USA. 538 hal.

Noblee.r .&NobleG .A .(1989) .-Parasitology thebiolog yofanima lparasites .Lea& Febiger, Philadelphia, 617 pp .

Levine N. D. 1990. Parasitologi Veteriner. Gadjah Mada University Press.Yokyakarta. 30 hal.

Sarig, S. (1971). Penyakit Ikan. Buku 3: Pencegahan dan Pengobatan Penyakitwarmwater Ikan di bawah ketentuan Subtropical, dengan Penekanankhusus pada Pertanian Ikan Intensif.

Sukadi, F., 2004. Kebijakan pengendalian hama dan penyakit ikan dalammendukung akselerasi pengembangan perikanan budidaya. Disampaikanpada SeminarNasional Penyakit Ikan dan Udang IV di Univ. JenderalSoedirman,Purwokerto, 18 – 19 Mei 2004.

Talunga, J. 2007. Tingkat Infeksidan Patologi Parasit Manogenea(Cleidodistussp) padaInsang Ikanpatin (Pangasiussp). Skripsi .ProgramStudi Budidaya perairan J urusan Perikanan Fakultas Ilmu Kelautan danPerikanan Universitas Hasanuddin Makasar.

Tasawar, Z., Arshad, M. and Hayat, C.S. (2001) Copepod Ectoparasites of Labeorohita. Pakistan Journal of Biological Sciences 1: 676-677.

Tasawar, Z. and Khurshid, S. (1999) Seasonal variation in the Lernaeid parasitesof Cirrhinus mrigala, Acta Science 9: 19-24.

Rukyani, A., E. Silvia, A. Sunarto, dan Taukhid. 1996. Tingkat InfeksiMetasekaria pada tubuh manusia. (Jurnal Penelitian Perikanan Indone-siaIII(1): (Abstrak).

Page 27: I. PENDAHULUANrepository.utu.ac.id/769/1/BAB I_V.pdf · 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyakit ikan biasanya timbul berkaitan dengan lemahnya kondisi ikan yang diakibatkan

27

Widyastuti, R,. E. Srimurni, S. Subadrah, Mardiyah. 2002. Parasitologi. PusatPenerbitan Universitas Terbuka (Tidak dipublikasikan).

Yuasa K. Novita P. Meliya B. danEdy B. 2003. Panduan Diagnosa Penyakit Ikan:iagnosa Penyakit Ikan Budidaya Air Tawar Indonesia. Balai Budidaya AirTawar Jambi dan Japan Internasional Cooperation Angenci (JICA).Jambi.

Page 28: I. PENDAHULUANrepository.utu.ac.id/769/1/BAB I_V.pdf · 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyakit ikan biasanya timbul berkaitan dengan lemahnya kondisi ikan yang diakibatkan

28

Lampiran : 1. Ikan Sampel (Kereling, Naleh, Serukan)

Gambar 1. Ikan Serukan Gambar 2. Ikan Kerling, Naleh danSerukan

Lampiran 2. Nekropsi Sampel

Gambar 3. Penyuntikan larutan fisiologis Gambar 4. Pengerikan Lendir Pada IkanNaleh

Gambar 5. Pengerukan Insang Gambar 6. Pembedahan Ikan Sampel

Page 29: I. PENDAHULUANrepository.utu.ac.id/769/1/BAB I_V.pdf · 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyakit ikan biasanya timbul berkaitan dengan lemahnya kondisi ikan yang diakibatkan

29

Lampiran : 3. Pengamatan Mikroskop

Gambar 7. Mikroskop dan Bahan dan Alat-alat Penelitian

Gambar 8. Melihat Sampel Dibawah Mikroskop Gambar 8. Mengidentifikasi Parasit

Page 30: I. PENDAHULUANrepository.utu.ac.id/769/1/BAB I_V.pdf · 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyakit ikan biasanya timbul berkaitan dengan lemahnya kondisi ikan yang diakibatkan

30

Lampiran : 4. Menghitung Prevalensi dan Intensitas

1. Prevalensi Parasit Trematoda yang belum matang (Metasekaria) pada ikan

Naleh (Poropuntius sp)

Diketahui : jumlah ikan yang terserang parasit Trematoda yang belum

matang (Metasekaria) 1 ekor .

NNNJumlah Parasit Tertentu

Prevalensi = ------------------------------------------- X 100%

NNJumlah Ikan Yang Di Periksa

Prevalensi = 1/9 X 100% = 11%

2. Intensitas Parasit Trematoda yang belum matang (Metasekaria) pada ikan

Naleh (Poropuntius sp)

Diketahui : jumlah ikan yang terserang parasit Trematoda yang belum matang

(Metasekaria) 1 ekor .

NNNJumlah Ikan Yang Terserang oleh Parasit Tertentu

Intensitas = ----------------------------------------------------------------X 100%

Jumlah Ikan Yang Di Periksa

Intensitas = 1/9 X 100% = 11%

Page 31: I. PENDAHULUANrepository.utu.ac.id/769/1/BAB I_V.pdf · 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyakit ikan biasanya timbul berkaitan dengan lemahnya kondisi ikan yang diakibatkan

31

Bhuiyan, A. S. and Musa, A. S. M. (2008) Seasonal prevalence and intensity ofinfestation by the ectoparasites in carps relating to physico-chemicalparameters in some ponds of Mymensingh and Bogra districts ofBangladesh. Bangladesh Journal of Scientific and Industrialresearch 43(3): 411-418.

Bednarska, M., Bednarski, M., Soltysiak, Z. and Polechonski, R. (2009) Invasionof Lernaea cyprinacea in Rainbow Trout (Oncorynchus mykiss). ACTAScientiarum Polonorum Medicina Veterinaria 8 (4): 27-32.

Bichi, A. H. and Bawaki, S. S. (2010) A survey of ectoparasites on the gill, skin,and fins of Oreochromis niloticus at Bagauda Fish Farm, Kano, Nigeria.Bayero Journal of Pure and Applied Science 3 (1): 83-86.

Fryer, 1961; Paperna, 1968., Afrika tropis air (Danau Volta dan Afrika TimurDanau sistem

Hadiroseyani, Y. 1998. Metoda Dianogsa Parasit Ikan. Fakultas Perikanan, IPB.Bogor.

Jalali, B. and Barzegar, M. (2006) Fish parasites in Zarivar Lake. Journal ofAgricultural Science Technology 8: 47-58.

Kayis, S. Ozceplep, T., Capkin, E. and Altinok, I. (2009) Protozoan and metazoanparasites of cultured fish in Turkey and their applied treatments. The IsraelJournal of Aquaculture–Bamidgeh 61: 93-102..

Pakistan. Pakistan Journal of Biological Sciences 6 (13): 1092-1095.

Munajat A. dan Budiman, N. S.2003.pestisida Nabati untuk Penyakit Ikan.Penebar Swadaya. Jakarta. 87 hal.

Moller,H. Andres, K. 1986. Diseases and Parasites of Marine Fishes.VerlangMoller. Germany.

Piasecki et al., 2004, dan Bednarska et al., 2009. Jurnal Ectoparasites dan EksotisAir Tawar Ikan Gurami (Cypriniformes: Cyprinidae).

Perveen, F. (2010) Effects of sublethal doses of chlorfluazuron on embryogenesisin Spodoptera litura. Journal of Agricultural Science and TechnologyUSA5(2:33): 127-138; Online:http://www.ourglocal.com/journal/?issn=19391250.

Ravichandram, S., Rameshkumar, G. and Kumaravel, K. (2009) Variation in themorphological feature of isopod fish parasites. World Journal of fish andMarine Sciences 1 (2): 137-140.

Susanti. I. 2004. EfektifitasPenggunaan Formalin Terhadap Dinoflagellata ikanBaronang (Siganussp). Skripsi. Jurusan Perikanan Fakultas Ilmu Kelautan

Page 32: I. PENDAHULUANrepository.utu.ac.id/769/1/BAB I_V.pdf · 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyakit ikan biasanya timbul berkaitan dengan lemahnya kondisi ikan yang diakibatkan

32

Dan perikanan Universitas Hasanuddin Makasar.

Sneiszko, S.F. and Axelrod, H.R. 1971, Diseases of Fisheries T.F.H.Publications Hongkong.

Tasawar, Z., Umer, K. and Hayat, C. S. (2007b) Observations on Lernaeidparasites of Catla catla from a fish hatchery, Muzaffargarh, Pakistan.Pakistan Veterinary Journal 27: 17-19..

Zonneveld, N., E.A. Huisman dan J. H. Boon, 1991. Prinsip-Prinsip BudidayaIkan., Penerbit PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

1. Natadisastra Djaenudin, Ridad Agoes, Parasitologi Kedokteran, Ditinjau dariOrgan Tubuh yang Diserang, Cetakan 1, EGC, 2009

2. Winn Washington, Stephen Allen, Willian Janda, Elmer Koneman, Gary Procop,Paul Schreckenberger, Gall Woods, Color Atlas and Textbook of DiagnosticMicrobiology, Sixth edition, Lippincott Williams & Wilkins, 2006

3. Schistosoma, tersedia dari http://www.altered-states.net/.../schistosoma.jpg,diunduh 8 mei 2010

4. Siklus hidup Schistosoma spp, tersedia darihttp://www.medicine.mcgill.ca/tropmed/txt/schistosom. Diunduh 8 mei 2010

5. Telur Schistosoma spp, tersedia dari http://www.medchem.com/Para/b%2003.htm. Diunduh 8 mei 2010

6. Trematoda hati dan paru-paru, tersedia dari http://www.medicine.mcgill.ca/tropmed/txt/lecture5%2. Diunduh 8 mei 2010

7. Miracidium dan serkaria , tersedia darihttp://www.biology.ualberta.ca/courses.hp/zool250/Labs/Lab04/Lab04.htm.Diunduh 8 mei 2010

Gandahusada, srisasi Prof.dr. dkk (ed). Parasitologi Kedokteran. Edisi ketiga, 2002. balai

Penerbit FKUI. Jakarta.

Trematoda atau disebut juga Cacing Isap adalah kelas dari anggota hewan takbertulang belakang yang termasuk dalam filum Platyhelminthes. [1] Jenis cacingTrematoda hidup sebagai parasit pada hewan dan manusia. Tubuhnya dilapisidengan kutikula untuk menjaga agar tubuhnya tidak tercerna oleh inangnya danmempunyai alat pengisap dan alat kait untuk melekatkan diri pada inangnya.Contoh anggota Trematoda adalah Fasciola hepatica (cacing hati). Cacing inihidup di hati ternak kambing, biri-biri, sapi, dan kerbau. [2]

Db'nges, J. 1969. Entwicklungs-und Lebensdauer von Metacercarien. Z.

Parasitenkd. 31:340-366.

1. Natadisastra Djaenudin, Ridad Agoes, Parasitologi Kedokteran, Ditinjau dariOrgan Tubuh yang Diserang, Cetakan 1, EGC, 2009

2. Winn Washington, Stephen Allen, Willian Janda, Elmer Koneman, Gary Procop,Paul Schreckenberger, Gall Woods, Color Atlas and Textbook of DiagnosticMicrobiology, Sixth edition, Lippincott Williams & Wilkins, 2006

Page 33: I. PENDAHULUANrepository.utu.ac.id/769/1/BAB I_V.pdf · 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyakit ikan biasanya timbul berkaitan dengan lemahnya kondisi ikan yang diakibatkan

33

3. Schistosoma, tersedia dari http://www.altered-states.net/.../schistosoma.jpg,diunduh 8 mei 2010

4. Siklus hidup Schistosoma spp, tersedia darihttp://www.medicine.mcgill.ca/tropmed/txt/schistosom. Diunduh 8 mei 2010

5. Telur Schistosoma spp, tersedia dari http://www.medchem.com/Para/b%2003.htm. Diunduh 8 mei 2010

6. Trematoda hati dan paru-paru, tersedia dari http://www.medicine.mcgill.ca/tropmed/txt/lecture5%2. Diunduh 8 mei 2010

7. Miracidium dan serkaria , tersedia darihttp://www.biology.ualberta.ca/courses.hp/zool250/Labs/Lab04/Lab04.htm.Diunduh 8 mei 2010

Amri, K.. 2006. Budidaya Udang Windu Secara Intesif. Penerbit Agromedia Pustaka.Jakarta.

Anonymous, 2004. Pedoman Umum Budidaya Udang di Tambak. Departemen Kelautan danPerikanan, Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya, Direktorat Pembudidayaan.Jakarta.

Ghufran M. Kordi H. Panggulangan K,. 2004, .Hama dan Penyakit Ikan. Penerbit BinaAdiaksara. Jakarta.

Haliman, R. W., Adijaya, D. S., 2006. Udang vaname. Penerbit Penebar Swadaya. Jakarta

Hanggono, B., 2006. Peranan Biosekuriti Dalam Budidaya Udang Vaname. MakalahPelatihan Best Management Practices (BMP) Budidaya Udang Vaname 6 – 11Juni 2006. Balai Budidaya Air Payau Situbondo

Lestari, Y. N, Subyakto, S., Triastutik, G., Hanggono, B., Nursanto, D.B., 2006. WaspadaiIMNV (Infectious Myonecrosis Virus). Balai Budidaya Air Payau Situbondo.

Santoso, D. 2006. Penerapan GAP (Good Aquaculture Practices) Pada Budidaya Udang diTambak. Makalah Pelatihan Best Management Practices (BMP) Budidaya UdangVaname 6 – 11 Juni 2006. Balai Budidaya Air Payau Situbondo

Suyanto, S.R., Mujiman. A., 2005. Budidaya Udang Windu. Penerbit Penebar Swadaya.Jakarta.

Wyban, J. A dan Sweeney, J. 1991 Intensif Shrimp Production Technology. Honolulu,Hawaii, USA 96825.

Rukyani, A. 2000. Masalah Penyakit Udang dan Harapan Solusinya. Makalah

Disampaikan pada Sarasehan Akuakultur Nasional, 5-6 Oktober FPIK-Institut

Pertanian Bogor, Bogor, 15 hal.

Page 34: I. PENDAHULUANrepository.utu.ac.id/769/1/BAB I_V.pdf · 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyakit ikan biasanya timbul berkaitan dengan lemahnya kondisi ikan yang diakibatkan

34

Anshary, H. 2008. Tingkat Infeksi Parasit Pada Ikan Mas koi (Cyprinus carpio)

Pada Beberapa Lokasi Budidaya Ikan Hias Di Makassar dan Gowa. Jurnal Sains

dan Teknologi. Makassar

Rukyani, A., E. Silvia, A. Sunarto, dan Taukhid.

1987. Peningkatan respons kebal non-spesifik pada ikan lele dumbo (Clarias spp.)

dengan pemberian imunostimulan (beta-glucan). Jurnal Penelitian Perikanan

Indone-sia III(1): (Abstrak).

DHARSANA, R. 1987 . Infeksi Cacing Hati (Fasciola gigantica) pada Temak di

Indonesia . Paper Seminar .