1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyakit ikan biasanya timbul berkaitan dengan lemahnya kondisi ikan yang diakibatkan oleh beberapa faktor yaitu antara lain penanganan ikan, faktor pakan yang diberikan, dan keadaan lingkungan yang kurang mendukung. Pada padat penebaran ikan yang tinggi jika faktor lingkungan kurang menguntungkan misalnya kandungan zat asam dalam air rendah, pakan yang diberikan kurang tepat baik jumlah maupun mutunya, penanganan ikan kurang sempurna, maka ikan akan menderita stress. Dalam keadaan demikian ikan akan mudah terserang oleh penyakit (Snieszko, 1973 ; Sarig, 1971). Pada perairan alami, penyakit dapat mengakibatkan kerugian ekonomis. Karena penyakit dapat menyebabkan kekerdilan, periode pemiliharaan lebih lama, tingginya konversi pakan, tingkat padat tebar yang rendah dan Sehingga dapat mengakibatkan menurunnya atau hilang produksi. Timbulnya serangan penyakit adalah hasil interaksi yang tidak sesuai antara hospek, kondisi lingkungan dan organisme penyebab penyakit. Interaksi yang tidak serasi tersebut dapat menimbulkan stress pada ikan, nafsu makan menurun, yang selanjutnya menyebabkan mekanisme pertahanan tubuh tidak bekerja secara optimal, akhirnya infeksi dan infestasi penyakit mudah masuk (Afrianto dan Liviawati, 1992). Kerugian akibat infestasi ektoparasit memang tidak sebesar kerugian akibat infeksi organisme patogen lain seperti virus dan bakteri, namun infestasi ektoparasit dapat menjadi salah satu faktor predisposisi bagi infeksi organisme patogen yang lebih berbahaya. Kerugian non lethal lain dapat berupa kerusakan organ luar yaitu kulit dan insang, pertumbuhan lambat dan penurunan nilai jual (Bhakti, 2011). Untuk mencapai target produksi perikanan sesuai dengan yang diharapkan, berbagai permasalahan menghambat upaya peningkatan produksi tersebut, antara lain kegagalan produksi akibat serangan wabah penyakit ikan yang bersifat patogenik baik dari golongan parasit, jamur, bakteri, dan virus. Widyastuti et al (2002), menyebutkan penyakit pada ikan dapat dibedakan menjadi dua yaitu ektoparasit dan endoparasit. Keduanya bersifat merugikan bagi
34
Embed
I. PENDAHULUANrepository.utu.ac.id/769/1/BAB I_V.pdf · 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyakit ikan biasanya timbul berkaitan dengan lemahnya kondisi ikan yang diakibatkan
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
1
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Penyakit ikan biasanya timbul berkaitan dengan lemahnya kondisi ikan
yang diakibatkan oleh beberapa faktor yaitu antara lain penanganan ikan, faktor
pakan yang diberikan, dan keadaan lingkungan yang kurang mendukung. Pada
padat penebaran ikan yang tinggi jika faktor lingkungan kurang menguntungkan
misalnya kandungan zat asam dalam air rendah, pakan yang diberikan kurang
tepat baik jumlah maupun mutunya, penanganan ikan kurang sempurna, maka
ikan akan menderita stress. Dalam keadaan demikian ikan akan mudah
terserang oleh penyakit (Snieszko, 1973 ; Sarig, 1971).
Pada perairan alami, penyakit dapat mengakibatkan kerugian ekonomis.
Karena penyakit dapat menyebabkan kekerdilan, periode pemiliharaan lebih lama,
tingginya konversi pakan, tingkat padat tebar yang rendah dan Sehingga dapat
mengakibatkan menurunnya atau hilang produksi.
Timbulnya serangan penyakit adalah hasil interaksi yang tidak sesuai
antara hospek, kondisi lingkungan dan organisme penyebab penyakit. Interaksi
yang tidak serasi tersebut dapat menimbulkan stress pada ikan, nafsu makan
menurun, yang selanjutnya menyebabkan mekanisme pertahanan tubuh tidak
bekerja secara optimal, akhirnya infeksi dan infestasi penyakit mudah masuk
(Afrianto dan Liviawati, 1992).
Kerugian akibat infestasi ektoparasit memang tidak sebesar kerugian
akibat infeksi organisme patogen lain seperti virus dan bakteri, namun infestasi
ektoparasit dapat menjadi salah satu faktor predisposisi bagi infeksi organisme
patogen yang lebih berbahaya. Kerugian non lethal lain dapat berupa kerusakan
organ luar yaitu kulit dan insang, pertumbuhan lambat dan penurunan nilai jual
(Bhakti, 2011).
Untuk mencapai target produksi perikanan sesuai dengan yang diharapkan,
berbagai permasalahan menghambat upaya peningkatan produksi tersebut, antara
lain kegagalan produksi akibat serangan wabah penyakit ikan yang bersifat
patogenik baik dari golongan parasit, jamur, bakteri, dan virus.
Widyastuti et al (2002), menyebutkan penyakit pada ikan dapat dibedakan
menjadi dua yaitu ektoparasit dan endoparasit. Keduanya bersifat merugikan bagi
2
pertumbuhan/perkembangan ikan. Serangan penyakit dapat dideteksi dari suatu
jenis parasit yang menyerang ikan, maka perlu adanya identifikasi parasitenis
parasit tersebut. Sehingga dapat diketahui cara penanggulangan yang tepat
terhadap serangan spesies dari suatu jenis parasit tersebut. Secara fisik, efek
negatif yang ditimbulkan dari serangan parasit lebih jelas terlihat pada serangan
ektoparasit, sehingga penanganannya relatif lebih mudah.
Berdasarkan hal yang diatas, peneliti ingin mengetahui tentang organisme
parasit yang ada Krueng Inoeng, seperti jenis parasit, sebagai informasi mengenai
ekologi parasit dan inangnya diperairan sungai tersebut. Selanjut berguna bagi
kepentingan budidaya sebagai upaya untuk pencegahan dan penanggulangan
terhadap serangan parasit agar produksi ikan dapat terjaga dan terus meningkat.
1.2. Rumusan Masalah
1. Parasit yang termasuk golongan ektoparasit maupun endoparasit mampu
hidup pada berbagai kondisi ikan dan perairan yang tingkat infeksinya
bervariasi.
2. Selama ini belum tersajinya data tentang jenis parasit ektoparasit maupun
endoparasit yang ada pada ikan-ikan lokal yang terdapat di Nagan Raya.
3. Karena itu penelitian ini perlu dilaksanakan untuk melihat adanya jenis-jenis
ektoparasit dan endoparasit yang terdapat pada ikan.
1.3. Tujuan Penelitian
1. Untuk mendapatkan data dasar mengenai jenis-jenis ektoparasit dan
endoparasit yang terdapat pada spesies ikan uji.
2. Untuk melihat nilai Intensitas (I) dan Prevalensi (P).
1.4. Manfaat Penelitian
1. Mengetahui jenis ektoparasit dan endoparasit yang terdapat pada ikan liar air
tawar di Daerah Aliran Krueng Inoeng.
2. Mengetahui tingkat prevalensi dan intensitas ektoparasit dan endoparasit.
3
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Penyakit
Penyakit ikan dapat didefinisikan sebagai segala sesuatu yang dapat
menimbulkan gangguan suatu fungsi atau struktur dari alat tubuh, baik secara
langsung maupun tidak langsung. Pada prinsipnya penyakit yang menyerang ikan
tidak datang begitu saja, melainkan melalui proses hubungan tiga faktor, yaitu
kondisi lingkungan (kondisi dalam air), kondisi inang (ikan), dan adanya jasad
patogen (jasad penyakit). Dengan demikian, timbulnya serangan penyakit itu
merupakan hasil interaksi yang tidak serasi ini menyebabkan stres pada ikan,
sehingga mekanisme pertahanan diri yang memilikinya menjadi lemah dan
akhirnya mudah diserang penyakit. (Ghufran M.H., et al 2004)
Penyakit adalah segala sesuatu yang dapat menimbulkan gangguan pada
ikan, baik secara langsung maupun tidak langsung. Gangguan terhadap ikan dapat
disebabkan oleh organisme lain, pakan maupun kondisilinkungan yang kurang
menunjang kehidupan lain. Dengan demikian, timbulnya serangan penyakit ikan
di kolam merupakan hasil interaksi yang tidak serasi antara ikan, kondisi
lingkungan dan organisme penyakit. Interaksi yang tidak serasi ini telah
menyebabkan stres pada ikan sehingga mekanisme pertahanan diri dari yang
dimilikinya menjadi lemah dan akhirnya mudah diserang penyakit (Lukistyowati
dan Morina, 2005).
Penyakit dapat diartikan sebagai organisme yang hidup dan berkembang
dalam tubuh ikan, sehingga organ tubuh ikan terganggu, akan terganggu pula
seluruh jaringan tubuh ikan (Gusrina, 2008).
Hal yang sering menyebabkan terjadinya penyakit yang disebabkan oleh
organisme parasit adalah terjadinya infeksi sekunder. Tubuh ikan dapat terluka
karena gesekan dengan benda keras, jika terlambat mengobatinya maka tubuh
ikan dapat mengalami infeksi skunder karena serangan organisme parasit. Infeksi
sekunder yang disebabkan oleh organisme parasit terbukti telah menimbulkan
banyak kematian pada ikan (Dailami, 2001).
4
2.2. Penyebab Penyakit
Manusia memegang peran penting dalam upaya mencegah terjadinya
serangan penyakit pada ikan budidaya, baik di kolam, keramba, tambak, maupun
dalam wabah budidaya lainnya, dan pada ikan liar di daerah aliran sungai, yaitu :
dengan cara memelihara kelestarian interaksi anatara tiga komponem diatas ini
berarti, kerugian yang diderita karena serangan penyakit sebenarnya dapat
dihindari karena serangan penyakit sebenarnya dapat dihindari apabila
mempunyai pengetahuan yang memadai mengenai cara menjaga keserasian antara
ketiga komponem penyebab penyakit ikan. Di samping itu, ketelitian dan
kecermatan juga sangat menentukan keberhasilan dalam pencegahan serangan
penyakit ikan tersebut (Ghufran M.H., et al 2004).
Salah satu kelompok penyebab penyakit pada ikan yang juga harus
diwaspadai oleh petani ikan dan hobiis (kolektor) ikan adalah kelompok non-
infeksi. Kelompok ini adalah kelompok penyakit yang disebabkan oleh bukan
jasad hidup, antara lain disebabkan oleh perubahan lingkungan seperti kepadatan
ikan terlalu tinggi, variasi lingkungan (oksigen, suhu, ph, salinitas, dsb),
Afrianto E. dan Evi L. 1992.Pengendalian Hama dan Penyakit Ikan. Kanisius.Yogyakarta. 89 hal.
Bowman DD. 1999. Parasitology for veterinarians seventh edition.Philadelphia.Wb Saunders Company. 24 p.
Bhakti, S. 2011. Prevalensi dan Identifikasi Ektoparasit pada Ikan Koi (Cyprinuscarpio) di Beberapa Lokasi Budidaya Ikan Hias di Jawa Timur. Skripsi.Fakultas Kedokteran Hewan. Universitas Airlangga. Surabaya.
Callinan, R.B., dan Rowland, S.J. (1995). Penyakit bertengger perak. In: S.J.Rowland dan C. Bryant (Eds), Silver Perch Budaya. Prosiding Perak PerchLokakarya, Grafton dan Narrandera, April 1994 Austasia Budidaya, SandyBay, Tasmania. Pp 67-75.
Dharsana, R. 1987 . Infeksi cacing hati (fasciola gigantica) pada ternak diindonesia.
Daelami D. 2001.Agar Ikan Sehat. Penebar Swadaya. Jakarta 30 hal.
Dalimunthe SY,. ( Januari 2006)., Manajemen Penyakit Ikan (Diktat Kuliah)Universitas Brawijaya,. Malang.
Ghuffran H. dan Kordi K. 2004. Penanggulangan Hama dan Pnyakit Ikan. Pt.Asdi Mahasatya. Jakarta.
Gusrina. 2008. budidaya Ikan Jilid 3.Departemen pendidikan Nasional. Cianjur.Jakarta.
Hoffman. 1967. http://zipcodezoo.com/key/animalia/eukaryota_domain.asp.Ichthyophthirius multifilis. (Online) 31 Desember 2010.
Huda, S. 2008. Penyakit Pada Budidaya Ikan Air Tawar.http://www.google.com/dkp.banten.go.id/new s. 28/12/2008.
Kabata, Z. 1985. Parasites and Diseases of Fhis Cultured in The Tropics. Londonand Philadelphia.
26
Khan, N. M., Aziz, F., Afzal, M., Rab, A., Sahar, L., Ali, R. and Naqvi, S. M. H.(2003). Parasitic infestation in different fresh water fish of mini dams ofPotohar Region,
Kordi, K. 2004. Penanggulangan Hama dan Penyakit Ikan. Rineka ciptadan Bina Adiaksara. Jakarta.
Lukistyowaty, I. morina R. 2005. Analisa Penyakit Ikan. Universitas Riau Press.Riau.
Lukistyowati, I. 2005. Teknik Pemeriksaan PenyakitIkan Universitas Riau Press.Riau.
Nawawi R. 1996. Identifikasi, Klasifikasi Ikan. di Surabaya.16 hal.
Noga, E. J. 2010. Fish Disease Diagnosis and Treatment. 2 nd Edition. Wiley-Balckwell. USA. 538 hal.
Levine N. D. 1990. Parasitologi Veteriner. Gadjah Mada University Press.Yokyakarta. 30 hal.
Sarig, S. (1971). Penyakit Ikan. Buku 3: Pencegahan dan Pengobatan Penyakitwarmwater Ikan di bawah ketentuan Subtropical, dengan Penekanankhusus pada Pertanian Ikan Intensif.
Sukadi, F., 2004. Kebijakan pengendalian hama dan penyakit ikan dalammendukung akselerasi pengembangan perikanan budidaya. Disampaikanpada SeminarNasional Penyakit Ikan dan Udang IV di Univ. JenderalSoedirman,Purwokerto, 18 – 19 Mei 2004.
Talunga, J. 2007. Tingkat Infeksidan Patologi Parasit Manogenea(Cleidodistussp) padaInsang Ikanpatin (Pangasiussp). Skripsi .ProgramStudi Budidaya perairan J urusan Perikanan Fakultas Ilmu Kelautan danPerikanan Universitas Hasanuddin Makasar.
Tasawar, Z., Arshad, M. and Hayat, C.S. (2001) Copepod Ectoparasites of Labeorohita. Pakistan Journal of Biological Sciences 1: 676-677.
Tasawar, Z. and Khurshid, S. (1999) Seasonal variation in the Lernaeid parasitesof Cirrhinus mrigala, Acta Science 9: 19-24.
Rukyani, A., E. Silvia, A. Sunarto, dan Taukhid. 1996. Tingkat InfeksiMetasekaria pada tubuh manusia. (Jurnal Penelitian Perikanan Indone-siaIII(1): (Abstrak).
27
Widyastuti, R,. E. Srimurni, S. Subadrah, Mardiyah. 2002. Parasitologi. PusatPenerbitan Universitas Terbuka (Tidak dipublikasikan).
Yuasa K. Novita P. Meliya B. danEdy B. 2003. Panduan Diagnosa Penyakit Ikan:iagnosa Penyakit Ikan Budidaya Air Tawar Indonesia. Balai Budidaya AirTawar Jambi dan Japan Internasional Cooperation Angenci (JICA).Jambi.
28
Lampiran : 1. Ikan Sampel (Kereling, Naleh, Serukan)
Gambar 1. Ikan Serukan Gambar 2. Ikan Kerling, Naleh danSerukan
Lampiran 2. Nekropsi Sampel
Gambar 3. Penyuntikan larutan fisiologis Gambar 4. Pengerikan Lendir Pada IkanNaleh
Gambar 5. Pengerukan Insang Gambar 6. Pembedahan Ikan Sampel
29
Lampiran : 3. Pengamatan Mikroskop
Gambar 7. Mikroskop dan Bahan dan Alat-alat Penelitian
Gambar 8. Melihat Sampel Dibawah Mikroskop Gambar 8. Mengidentifikasi Parasit
30
Lampiran : 4. Menghitung Prevalensi dan Intensitas
1. Prevalensi Parasit Trematoda yang belum matang (Metasekaria) pada ikan
Naleh (Poropuntius sp)
Diketahui : jumlah ikan yang terserang parasit Trematoda yang belum
matang (Metasekaria) 1 ekor .
NNNJumlah Parasit Tertentu
Prevalensi = ------------------------------------------- X 100%
NNJumlah Ikan Yang Di Periksa
Prevalensi = 1/9 X 100% = 11%
2. Intensitas Parasit Trematoda yang belum matang (Metasekaria) pada ikan
Naleh (Poropuntius sp)
Diketahui : jumlah ikan yang terserang parasit Trematoda yang belum matang
(Metasekaria) 1 ekor .
NNNJumlah Ikan Yang Terserang oleh Parasit Tertentu
Bhuiyan, A. S. and Musa, A. S. M. (2008) Seasonal prevalence and intensity ofinfestation by the ectoparasites in carps relating to physico-chemicalparameters in some ponds of Mymensingh and Bogra districts ofBangladesh. Bangladesh Journal of Scientific and Industrialresearch 43(3): 411-418.
Bednarska, M., Bednarski, M., Soltysiak, Z. and Polechonski, R. (2009) Invasionof Lernaea cyprinacea in Rainbow Trout (Oncorynchus mykiss). ACTAScientiarum Polonorum Medicina Veterinaria 8 (4): 27-32.
Bichi, A. H. and Bawaki, S. S. (2010) A survey of ectoparasites on the gill, skin,and fins of Oreochromis niloticus at Bagauda Fish Farm, Kano, Nigeria.Bayero Journal of Pure and Applied Science 3 (1): 83-86.
Fryer, 1961; Paperna, 1968., Afrika tropis air (Danau Volta dan Afrika TimurDanau sistem
Hadiroseyani, Y. 1998. Metoda Dianogsa Parasit Ikan. Fakultas Perikanan, IPB.Bogor.
Jalali, B. and Barzegar, M. (2006) Fish parasites in Zarivar Lake. Journal ofAgricultural Science Technology 8: 47-58.
Kayis, S. Ozceplep, T., Capkin, E. and Altinok, I. (2009) Protozoan and metazoanparasites of cultured fish in Turkey and their applied treatments. The IsraelJournal of Aquaculture–Bamidgeh 61: 93-102..
Pakistan. Pakistan Journal of Biological Sciences 6 (13): 1092-1095.
Munajat A. dan Budiman, N. S.2003.pestisida Nabati untuk Penyakit Ikan.Penebar Swadaya. Jakarta. 87 hal.
Moller,H. Andres, K. 1986. Diseases and Parasites of Marine Fishes.VerlangMoller. Germany.
Piasecki et al., 2004, dan Bednarska et al., 2009. Jurnal Ectoparasites dan EksotisAir Tawar Ikan Gurami (Cypriniformes: Cyprinidae).
Perveen, F. (2010) Effects of sublethal doses of chlorfluazuron on embryogenesisin Spodoptera litura. Journal of Agricultural Science and TechnologyUSA5(2:33): 127-138; Online:http://www.ourglocal.com/journal/?issn=19391250.
Ravichandram, S., Rameshkumar, G. and Kumaravel, K. (2009) Variation in themorphological feature of isopod fish parasites. World Journal of fish andMarine Sciences 1 (2): 137-140.
Susanti. I. 2004. EfektifitasPenggunaan Formalin Terhadap Dinoflagellata ikanBaronang (Siganussp). Skripsi. Jurusan Perikanan Fakultas Ilmu Kelautan
32
Dan perikanan Universitas Hasanuddin Makasar.
Sneiszko, S.F. and Axelrod, H.R. 1971, Diseases of Fisheries T.F.H.Publications Hongkong.
Tasawar, Z., Umer, K. and Hayat, C. S. (2007b) Observations on Lernaeidparasites of Catla catla from a fish hatchery, Muzaffargarh, Pakistan.Pakistan Veterinary Journal 27: 17-19..
Zonneveld, N., E.A. Huisman dan J. H. Boon, 1991. Prinsip-Prinsip BudidayaIkan., Penerbit PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
1. Natadisastra Djaenudin, Ridad Agoes, Parasitologi Kedokteran, Ditinjau dariOrgan Tubuh yang Diserang, Cetakan 1, EGC, 2009
2. Winn Washington, Stephen Allen, Willian Janda, Elmer Koneman, Gary Procop,Paul Schreckenberger, Gall Woods, Color Atlas and Textbook of DiagnosticMicrobiology, Sixth edition, Lippincott Williams & Wilkins, 2006
3. Schistosoma, tersedia dari http://www.altered-states.net/.../schistosoma.jpg,diunduh 8 mei 2010
4. Siklus hidup Schistosoma spp, tersedia darihttp://www.medicine.mcgill.ca/tropmed/txt/schistosom. Diunduh 8 mei 2010
5. Telur Schistosoma spp, tersedia dari http://www.medchem.com/Para/b%2003.htm. Diunduh 8 mei 2010
6. Trematoda hati dan paru-paru, tersedia dari http://www.medicine.mcgill.ca/tropmed/txt/lecture5%2. Diunduh 8 mei 2010
7. Miracidium dan serkaria , tersedia darihttp://www.biology.ualberta.ca/courses.hp/zool250/Labs/Lab04/Lab04.htm.Diunduh 8 mei 2010
Trematoda atau disebut juga Cacing Isap adalah kelas dari anggota hewan takbertulang belakang yang termasuk dalam filum Platyhelminthes. [1] Jenis cacingTrematoda hidup sebagai parasit pada hewan dan manusia. Tubuhnya dilapisidengan kutikula untuk menjaga agar tubuhnya tidak tercerna oleh inangnya danmempunyai alat pengisap dan alat kait untuk melekatkan diri pada inangnya.Contoh anggota Trematoda adalah Fasciola hepatica (cacing hati). Cacing inihidup di hati ternak kambing, biri-biri, sapi, dan kerbau. [2]
Db'nges, J. 1969. Entwicklungs-und Lebensdauer von Metacercarien. Z.
Parasitenkd. 31:340-366.
1. Natadisastra Djaenudin, Ridad Agoes, Parasitologi Kedokteran, Ditinjau dariOrgan Tubuh yang Diserang, Cetakan 1, EGC, 2009
2. Winn Washington, Stephen Allen, Willian Janda, Elmer Koneman, Gary Procop,Paul Schreckenberger, Gall Woods, Color Atlas and Textbook of DiagnosticMicrobiology, Sixth edition, Lippincott Williams & Wilkins, 2006
33
3. Schistosoma, tersedia dari http://www.altered-states.net/.../schistosoma.jpg,diunduh 8 mei 2010
4. Siklus hidup Schistosoma spp, tersedia darihttp://www.medicine.mcgill.ca/tropmed/txt/schistosom. Diunduh 8 mei 2010
5. Telur Schistosoma spp, tersedia dari http://www.medchem.com/Para/b%2003.htm. Diunduh 8 mei 2010
6. Trematoda hati dan paru-paru, tersedia dari http://www.medicine.mcgill.ca/tropmed/txt/lecture5%2. Diunduh 8 mei 2010
7. Miracidium dan serkaria , tersedia darihttp://www.biology.ualberta.ca/courses.hp/zool250/Labs/Lab04/Lab04.htm.Diunduh 8 mei 2010
Anonymous, 2004. Pedoman Umum Budidaya Udang di Tambak. Departemen Kelautan danPerikanan, Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya, Direktorat Pembudidayaan.Jakarta.
Ghufran M. Kordi H. Panggulangan K,. 2004, .Hama dan Penyakit Ikan. Penerbit BinaAdiaksara. Jakarta.
Haliman, R. W., Adijaya, D. S., 2006. Udang vaname. Penerbit Penebar Swadaya. Jakarta
Hanggono, B., 2006. Peranan Biosekuriti Dalam Budidaya Udang Vaname. MakalahPelatihan Best Management Practices (BMP) Budidaya Udang Vaname 6 – 11Juni 2006. Balai Budidaya Air Payau Situbondo
Lestari, Y. N, Subyakto, S., Triastutik, G., Hanggono, B., Nursanto, D.B., 2006. WaspadaiIMNV (Infectious Myonecrosis Virus). Balai Budidaya Air Payau Situbondo.
Santoso, D. 2006. Penerapan GAP (Good Aquaculture Practices) Pada Budidaya Udang diTambak. Makalah Pelatihan Best Management Practices (BMP) Budidaya UdangVaname 6 – 11 Juni 2006. Balai Budidaya Air Payau Situbondo