I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu tujuan pembangunan kesehatan menuju Indonesia Sehat 2010 adalah untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan yang optimal guna terciptanya masyarakat, bangsa dan negara dengan penduduk hidup sehat dalam lingkungan yang sehat dan memiliki kemampuan untuk menjangkau pelayanan kesehatan yang optimal diseluruh Indonesia (Depkes, 2001). Sejalan dengan ini tujuan pembangunan kesehatan di Indonesia maka seseorang dikatakan sehat bila dalam keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomi ( Depkes RI, 2001). Sehubungan dengan hal tersebut maka secara umum 1
142
Embed
I - Kumpulan Pikiran – Dengan Berpikir Kita Membangun … · Web viewJumlah dan persentase responden menurut kelompok umur dapat dilihat pada tabel di bawah : Tabel 7. Distribusi
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Salah satu tujuan pembangunan kesehatan menuju Indonesia Sehat 2010
adalah untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat
bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan yang optimal guna terciptanya
masyarakat, bangsa dan negara dengan penduduk hidup sehat dalam lingkungan
yang sehat dan memiliki kemampuan untuk menjangkau pelayanan kesehatan
yang optimal diseluruh Indonesia (Depkes, 2001).
Sejalan dengan ini tujuan pembangunan kesehatan di Indonesia maka
seseorang dikatakan sehat bila dalam keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan
sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan
ekonomi ( Depkes RI, 2001). Sehubungan dengan hal tersebut maka secara umum
pelayanan kesehatan di Indonesia dilakukan dengan upaya peningkatan melalui
usaha promotif, preventif, kuratif, rehabilitatif. Kesemuanya ini akan diharapkan
akan tercapai tujuan pelayanan prima seperti: mempercepat penyembuhan,
mengurangi angka kematian, kesakitan dan mengurangi kemungkinan tertularnya
penyakit yang sama (Ngatimin, 1999).
Peningkatan derajat kesehatan masyarakat banyak dipengaruhi oleh
penyelenggaraan pelayanan kesehatan. Upaya penyelenggaraan dilakukan secara
mandiri atau bersama-sama dalam suatu organisasi, untuk memelihara dan
1
meningkatkan kesehatan, mencegah dan menyembuhkan penyakit serta
memulihkan kesehatan perseorangan, kelompok dan masyarakat (Syaifuddin,
2000).
Menurut Word Health Organization (WHO) dalam Soegijanto (2002)
menyatakan bahwa tujuh dari sepuluh kematian anak di negara berkembang dapat
disebabkan oleh lima penyebab utama yakni salah satunya adalah Gastroenteritis
yang masih merupakan salah satu penyebab utama mortalitas anak-anak di
berbagai negara yang sedang berkembang. Setiap tahunnya lebih dari satu milyar
kasus Gastroenteritis sebanyak 3,3 juta kasus Gastroenteritis pada balita setiap
tahun dengan 2-3 % kemungkinan jatuh kedalam keadaan dehidrasi Data
Departemen Kesehatan RI, menyebutkan bahwa angka penyakit Gastroenteritis di
Indonesia saat ini adalah 230-342 per 1000 penduduk untuk semua golongan
umur dan 60 % kejadian Gastroenteritis tersebut terjadi pada balita yang sebagian
mengakibatkan kematian.
Penyakit Gastroenteritis merupakan salah satu masalah di Indonesia
karena sering menimbulkan wabah. Data Departemen Kesehatan RI menyebutkan
bahwa angka kejadian Gastroenteritis untuk umur anak 230-342 penderita per
1000 penduduk setiap tahunnya sedangkan angka kematian mencapai 4 per 1000
anak, sedangkan untuk daerah ibukota terdapat 15-20 % penderita Gastroenteritis
meninggal.
Data Sub Dinas Pemberantasan Penyakit Menular (PPM) Dinas
Kesehatan Tingkat I Provinsi Sultra jumlah Gastroenteritis pada anak meningkat
2
tahun 2005 sebanyak 17.976 orang, jumlah penderita Gastroenteritis pada anak
meningkat menjadi 21.634 orang pada tahun 2006. Kemudian jumlah penderita
Gastroenteritis pada tahun 2007 berjumlah 21.871 orang (Dinkes Propinsi Sultra,
2007).
Data Sub Dinas Pemberantasan Penyakit Menular (PPM) Dinas Kesehatan
Kota Kendari jumlahroenteritis di Wilayeritis pada anak tahun 2005 sebanyak
2.997 orang, jumlah penderita Gastroenteritis pada anak meningkat menjadi
3.490 orang pada tahun 2006. Kemudian jumlah penderita Gastroenteritis pada
tahun 2007 berjumlah 3.672 orang (Dinkes Kota Kendari, 2008).
Jumlah anak yang berumur 0-14 tahun di Kecamtan Poasia yang terdiri
dari 4 kelurahan yaitu : Kelurahan Andounohu terdiri dari 1263 laki-laki dan 999
perempuan, di Kelurahan Rahandouna terdiri dari 1195 laki-laki dan 2088
perempuan, di Kelurahan Anggoeya terdiri dari 627 laki-laki dan 480 perempuan
dan di Kelurahan Matabubu terdiri dari 207 laki-laki dan 176 perempuan (BPS
Propinsi Sultra, 2008).
Berdasarkan data yang diperoleh dari Puskesmas Poasia jumlah anak
penderita Gastroenteritis tahun 2006 berjumlah 194 penderita terdiri dari 79 laki-
laki dan 115 perempuan, tahun 2007 berjumlah 214 penderita terdiri dari 101 laki-
laki dan 113 perempuan dan tahun 2008 berjumlah 248 penderita terdiri dari 115
laki-laki dan 133 perempuan dengan rincian sebagai berikut : pada bulan Januari-
Juni sebesar 142 penderita terdiri dari 65 laki-laki dan 77 perempuan, pada bulan
Juli-Desember sebesar 106 penderita terdiri dari 50 laki-laki dan 56 perempuan.
3
Ini menunjukkan jumlah anak yang menderita Gastroenteritis di Puskesmas
Poasia Kota Kendari terus meningkat.
Hal ini berhubungan dengan pengetahuan, sikap, sumber air dan jamban
keluarga.Berdasarkan uraian di atas, maka penulis tertarik untuk mengadakan
penelitian dengan judul “ Faktor Risiko Kejadian Penyakit Gastroenteritis Pada
Anak di Wilayah Kerja Puskesmas Poasia Kota Kendari Tahun 2008”.
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:
1. Seberapa besar faktor resiko tingkat pengetahuan dengan kejadian penyakit
Gastroenteritis pada anak di wilayah kerja Puskesmas Poasia Kota Kendari
tahun 2008 ?
2. Seberapa besar faktor resiko sikap dengan kejadian penyakit Gastroenteritis
pada anak di wilayah kerja Puskesmas Poasia Kota Kendari tahun 2008 ?
3. Seberapa besar faktor resiko sumber air dengan kejadian penyakit
Gastroenteritis pada anak di wilayah kerja Puskesmas Poasia Kota Kendari
tahun 2008 ?
4. Seberapa besar faktor resiko jamban keluarga dengan kejadian penyakit
Gastroenteritis pada anak di wilayah kerja Puskesmas Poasia Kota Kendari
tahun 2008 ?
4
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui seberapa besar faktor resiko tingkat pengetahuan, sikap,
sumber air dan jamban keluarga dengan kejadian penyakit Gastroenteritis
pada anak di wilayah kerja Puskesmas Poasia Kota Kendari tahun 2008.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui seberapa besar faktor resiko tingkat pengetahuan
dengan kejadian penyakit Gastroenteritis pada anak di wilayah kerja
Puskesmas Poasia Kota Kendari tahun 2008.
b. Untuk mengetahui seberapa besar faktor resiko sikap dengan kejadian
penyakit Gastroenteritis pada anak di wilayah kerja Puskesmas Poasia
Kota Kendari tahun 2008.
c. Untuk mengetahui seberapa besar faktor resiko sumber air dengan
kejadian penyakit Gastroenteritis pada anak di wilayah kerja Puskesmas
Poasia Kota Kendari tahun 2008.
d. Untuk mengetahui seberapa besar faktor resiko jamban keluarga dengan
kejadian penyakit Gastroenteritis pada anak di wilayah kerja Puskesmas
Poasia Kota Kendari tahun 2008.
5
D. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat :
1. Sebagai masukkan bagi para petugas kesehatan khususnya di wilayah kerja
Puskesmas Poasia untuk lebih meningkatkan kualitas pelayanan.
2. Merupakan pengalaman yang sangat berharga bagi peneliti dalam
mengaplikasikan teori tentang ilmu kesehatan masyarakat.
3. Sebagai bahan acuan bagi peneliti-peneliti selanjutnya.
4. Sebagai bahan bacaan dan sumbangan ilmiah yang dapat memperkaya
khasanah ilmu pengetahuan.
6
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Umum Tentang Perilaku
1. Pengertian Perilaku
Perilaku adalah tindakan perbuatan manusia, keluarga atau masyarakat
yang dipengaruhin oleh pengetahuan, pengalaman, keyakinan, kepercayaan,
yang melatar belakangi yang kita kenal dengan norma budaya (Rusmi, 1999).
Perilaku adalah merupakan konsepsi yang tidak sederhana, sesuatu
yang kompleks, yakni suatu pengorganisasian proses-proses psikologis oleh
seseorang yang memberikan predisposisi untuk melakukan response menurut
cara tertentu terhadap suatu objek (Notoatmodjo, 2003).
Pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa perilaku adalah perbuatan
manusia yang kompleks terhadap suatu objek yang dipengaruhi oleh
pengetahuan, pengalaman, keyakinan dann kepercayaan.
2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pembentukan Perilaku
Dalam proses pembentukan dan atau perubahan perilaku dipengaruhi
oleh beberapa faktor yang berasal dari dalam dan luar individu itu sendiri.
Faktor-faktor tersebut antara lain : susunan syaraf pusat, persepsi, motivasi,
emosi, proses belajar, lingkungan dan sebagainya. Susunan syaraf pusat
7
memegang peranan penting dalam perilaku manusia, karena merupakan
sebuah bentuk perpindahan dari rangsangan yang masuk menjadi perbuatan
atau tindakan. Perpindahan ini dilakukan oleh susunan syaraf indra
pendengaran, penglihatan, pembauan, pencicipan dan perabahan disalurkn
dari temapt terjadinya rangsangan melalui inpuls-inpuls syaraf ke susunan
saraf pusat, (Notoatmodjo, 2003).
Perubahan-perubahan perilaku dalam diri seseorang dapat diketahui
melalui persepsi. Persepsi adalah sebagai pengalaman yang dihasilkan melalui
panca indra, setiap orang mempunyai persepsi berbeda, meskipun mengamati
terhadap objek yang sama. Motivasi diartikan sebagai suatu dorongan untuk
bertindak untuk mencapai suatu tujuan dapat berwujud dalam bentuk perilaku.
Perilaku juga dapat timbul karena emosi. Aspek psikologis yang
mempengaruhi emosi berhubungan erat dengan keadaan jasmani, yang pada
kehendaknya merupakan faktor keturunan (bawaan).
Manusia dalam mencapai kedewasaan semua aspek tersebut diatas akan
berkembang sesuai dengan hukum perkembangan. Belajar diartikan sebagai
suatu proses perubahan perilaku yang dihasilkan dari praktek-praktek dalam
lingkungan kehidupan. Belajar adalah suatu perubahan perilaku yang didasari
oleh perilaku terdahulu (sebelumnya).
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa perilaku itu dibentuk
melalui suatu proses dan berlangsung dalam interaksi manusia dengan
lingkungannya. Jadi faktor-faktor yang mempengaruhi terbentuknya perilaku
8
dibedakan menjadi dua yakni faktor internal yang mencakup pengetahuan,
kecerdasan, persepsi, emosi, motivasi yang berfungsi untuk mengolah
rangsangan dari luar. Sedangkan faktor eksternal meliputi lingkungan sekitar,
baik fisik maupun non fisik seperti : iklim, manusia, sosial ekonomi,
kebudayaan, dan sebagainnya (Notoatmodjo, 2003).
Menurut Notoatmodjo (2003) kesehatan seseorang atau masyarakat
dipengaruhi oleh 3 (tiga) faktor yaitu perilaku :
a. Faktor-faktor redisposisi yang terwujud dalam pengetahuan, sikap,
kepercayaan, keyakinan, nilai-nilai dan sebagainya
b. Faktor-faktor pendukung yang terwujud dalam lingkungan fisik, tersedia
atau tidaknya fasilitas - fasislitas atau sarana kesehatan seperti puskesmas,
obat-obatan atau alat-alat kontrasepsi, jamban dan sebagainya.
c. Faktor-faktor pendorong yang terwujud dalam sikap dan perilaku petugas
kesehatan atau petugas lain yang merupakan kelompok referensi dari
perilaku kesehatan.
Selain uraian di atas, ada yang disebut dengan perilaku masyarakat
sehubungan dengan pelayanan kesehatan dimana masyarakat atau anggota
masyarakat yang mendapat penyakit dan tidak merasa sakit ( disease but not
liness ) sudah barang tentu tidak akan berbuat apa-apa terhadap penyakitnya
tersebut. Tetapi bila seseorang diserang penyakit dan juga merasa sakit, baru
akan timbul berbagai perilaku dan usaha. Hal ini merupakan suatu bukti
bahwa kesehatan belum menjadi prioritas dalam kehidupan masyarakat.
9
3. Komponen Perilaku
Menurut Blom (1956) dalam Ansyar (2008) membedakan perilaku
dalam 3 (tiga) bentuk yakni cognitife, affectife, dan psikomotor. Ada 3 (tiga)
komponen dalam pengertian perilaku yaitu pengetahuan, sikap dan tindakan
atau perbuatan.
a. Pengetahuan
Pengetahuan adalah apa saja yang diketahui dan mampu diingat
oleh seseorang setelah ia mengalami, menyaksikan dan mengamati atau
diajarkan sejak akhir sampai dewasa khususnya setelah ia diberi
pendidikan formal maupun nonformal.
Pengetahuan dapat diperoleh dari pendidikan formal, maupun dari
penjelasan ataupun penjelasan dari sumber lain. Pengetahuan dapat juga
diperoleh melalui pengalaman-pengalaman sendiri atau pengalaman orang
lain. Dengan adanya pengetahuan orang dapat bermotivasi untuk
berperilaku sehat. Sebab jika seseorang telah mengetahui tentang masalah
kesehatan yang dihadapi akan besar kemungkinan orang tersebut akan
berperilaku sehat. Tetapi bila sebaliknya dimana seseorang memiliki
pengetahuan yang benar melakukan tindakan-tindakan yang tidak sesuai
dengan pengetahuannya tersebut. Hal ini disebabkan oleh karena proses
10
peralihan tersebut bukanlah suatu proses yang sederhana dimana untuk
sampai pada penerapan pengetahuan ke dalam bentuk tindakan harus
memenuhi beberapa tahap, yaitu :
1) Aware (tahu) ; Timbulnya kesadaran masyarakat dari yang tidak tahu
menjadi tahu.
2) Interest (tertarik) ; Setelah tertarik akan timbul minat karena merasa
tertarik.
3) Evolution (penelitian) ; Dalam tahap ini, masyarakat mengevaluasi
keuntungan dan kerugian.
4) Trial (mencoba) ; Dalam tahap ini subjek dimulai mencoba melakukan
sesuatu sesuai dengan apa yang dikehendaki oleh stimulus.
5) Adoption (penerimaan) ; Setelah mencoba, ada dua kemungkinan yaitu
menerima dan menolak dan bila dia menerima maka perilaku yang baru
tersebut akan dilaksanakan (Notoatmodjo, 2003).
Sehingga dapat disimpulkan bahwa pengetahuan merupakan suatu
hasil tahu atau sesuatu yang dipelajari melalui pengetahuan ini dapat
berubah perilaku masyarakat dibidang kesehatan sehingga berperan dalam
perubahan sikap yang pada akhirnya merupakan predisposisi bentuk
perubahan. Begitu pula dengan tingkat pengetahuan keluarga sangat
berpengaruh terhadap status kesehatan anak, apabila tingkat pengetahuan
keluarga cukup sedapat mungkin melakukan upaya pencegahan gangguan
11
kesehatan dan mewaspadai jika gangguan timbul. Jika pengetahuan
keluarga itu rendah, maka tidak ada upaya pencegahan kesehatan yang
akan dilakukan pada anaknya. Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan
dengan wawancara atau angket yaitu menanyakan tentang isi materi yang
akan diukur dari subjek penelitian atau responden.
Pengetahuan mempunyai 6 (enam) tingkatan yaitu :
1) Tahu (know) diartikan sebagai mengingat materi yang telah dipelajari
sebelumnya.
2) Memahami (comprensif) yaitu suatu kemampuan menjelaskan secara
benar tentang objek yang diketahui serta dapat menginterpretasikan
materi tersebut secara benar.
3) Aplikasi (application) yaitu suatu kemampuan untuk menggunakan
materi yang telah dipelajari sebenarnya.
4) Analisa (analysis) merupakan suatu kemampuan untuk dapat
menjabarkan materi atau objek.
5) Sintesis (sintensis) yaitu suatu kemampuan untuk meletakan atau
menghubungkan bagian-bagian dalam suatu bentuk keseluruhan
yang baru.
6) Evaluasi (evaluation) merupakan suatu kemampuan untuk
melakukan suatu penilaian terhadap suatu materi atau objek
(Notoatmodjo, 2003).
12
Pengetahuan seseorang biasanya diperoleh dari berbagai macam
sumber, misalnya media masa, media elektronik, buku petunjuk, petugas
(petugas kesehatan), kerabat dekat dan sebagainya. Pengetahuan ini dapat
membentuk keyakinan tertentu sehingga seseorang dapat berperilakau
sesuai keyakinan tersebut (Istiarti, 2000).
b. Sikap
Sikap adalah keadaan mental dan syaraf dari kesiapan, yang diatur
melalui pengalaman yang memberikan pengaruh dinamik atau terarah
terhadap respon individu pada semua objek dan situasi yang berkaitan
dengannya (Rusmi, 1999).
Sikap adalah pemberi penilaian dalam hal menolak atau menerima
terhadap suatu obyek yang dihadapi (Sumadi, 1986). Lebih lanjut,
Saifuddin (1995) menyatakan sikap merupakan perilaku yang berada
dalam batas kewajaran dan kenormalan yang merupakan respon atau
reaksi terhadap stimulus lingkungan sosial.
Sikap seseorang adalah komponen yang sangat penting dalam
perilaku kesehatannya, yang kemudian diasumsikan bahwa adanya
hubungan langsung antara sikap dan perilaku sesorang, sikap positif
seseorang terhadap kesehatan kemungkinan tidak otomatis berdampak
pada perilaku seseorang menjadi positif, tetapi sikap yang negatif
terhadap kesehatan hampir pasti berdampak negatif pada perilakunya
13
Berdasarkan pengertian di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa
sikap adalah reaksi atau respon seseorang yang masih tertutup terhadap
stimulus atau objek. Manifestasi sikap ini tidak dapat langsung dilihat,
akan tetapi hanya dapat ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku yang
tertutup. Sikap belum merupakan suatu tindakan tetapi merupakan “
predisposisi” tindakan atau perilaku (Niven, 2000).
Pada pengetahuan, sikap terdiri dari berbagai tindakan yakni : (a)
menerima (receiving) bahwa orang atau subyek mau dan memperhatikan
stimulus yang diberikan objek, (b) merespon (responding) yakni
memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan, menyelesaikan tugas
yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap, (c) menghargai (valving)
yaitu mengajak orang lain untuk mengerjakan dengan orang lain terhadap
suatu masalah, (d) bertanggung jawab (responsible) yaitu bertanggung
jawab atas segala yang dipilihnya dengan segala resiko. Pengukuran sikap
dilakukan dengan secara langsung ditanyakan bagaiman pernyataan
responden terhadap suatu objek (Notoatmodjo, 2003).
Maka batasan-batasan di atas menyatakan bahwa manifestasi sikap
itu tidak dapat dilihat langsung, melainkan hanya dapat ditafsirkan terlebih
dahulu dari perilaku yang tertutup. Sikap secara nyata menunjukan
konotasi adanya kesesuaian reaksi terhadap stimulus tertentu yang dalam
kehidupan sehari-hari merupakan reaksi yang bersifat emosiaonal terhadap
stimulus sosial. Salah seorang ahli psikologi sosial mengatakan bahwa
14
sikap merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bentindak dan bukan
merupakan pelaksanaan motif tertentu, Newcomb dalam Notoatmodjo
(1997).
Cara menentukan sikap adalah dengan menggunakan skala linkert
dengan nilai masing-masing tingkatan : sangat setuju (5), setuju (4), ragu-
ragu (3), tidak setuju (2), sangat tidak setuju (1) (Arikunto, 2002).
c. Perbuatan / Tindakan
Tindakan adalah kegiatan nyata dari seseorang terhadap stimulus
yang ada. Adapun tingkatan dari tindakan adalah a) Persepsi yakni
mengenal atau memilih berbagai objek dengan tindakan yang diambil, b)
Respon terpimpin yaitu dapat melakukan sesuatu sesuai dengan urutan
yang benar, c) Mekanisme apabila seseorang dapat melakukan dengan
benar secara otomatis atau sesuatu itu menjadi kebiasaan maka ia
mencapai praktek yang ketiga, d) Adaptasi yaitu tindakan yang sudah
berkembang dengan baik. Pengukuran perilaku dapat dilakukan secara
tidak langsung dengan wawancara terhadap kegiatan-kegiatan yang telah
dilakukan beberapa jam, hari, bahkan bulan yang lalu (Notoatmodjo,
2003).
Tindakan merupakan suatu kegiatan yang kongkrit berupa
perbuatan rangsangan dari luar (Notoatmodjo, 1997). Untuk terwujudnya
sikap agar menjadi suatu perbuatan nyata diperlukan faktor pendukung
atau suatu kondisi yang memungkinkan antara lain fasilitas.
15
B. Tinjauan Umum Tentang Air Bersih
Air adalah unsur penting yang sangat berperan dalam kehidupan manusia.
Tidak hanya karena sekitar 80% tubuh manusia terdiri dari cairan, akan tetapi
juga karena didalam air terdapat unsur mineral yang diperlukan untuk
perkembangan dan pertumbuhan fisik manusia (Hasyim, 2000).
Air bersih adalah air yang digunakan untuk keperluan sehari-hari yang
kualitas memenuhi syarat kesehatan yang dapat diminum apabila telah dimasak.
Air sangat dibutuhkan dalam kehidupan manusia, sehingga penyediaan air untuk
masyarakat harus aman, higienis, baik dan dapat diminum, tersedia dalam jumlah
yang cukup dan murah.
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI. No. 907/Menkes/SK/VII/2002
bahwa air bersih yang memenuhi syarat kesehatan adalah sebagai berikut :
1. Syarat kualitas air bersih terdiri atas :
a. Syarat fisik : tidak berasa, tidak berbau, tidak berwarna dan tidak keruh.
b. Syarat kimia : tidak mengandung bahan kimia yang memiliki pengaruh
langsung pada kesehatan dan jumlahnya tidak melebihi ambang batas
yang telah ditetapkan.
16
c. Syarat bakteriologis : tidak mengandung organisme pathogen baik itu
Enterobacteri coli maupun Coliform.
d. Syarat radioaktif : mengandung sinar alfa dan sinar beta yang tidak
melebihi nilai ambang batas yang telah ditetapkan (Depkes, 2002).
2. Syarat kuantitas, yaitu pada daerah pedesaan untuk hidup secara sehat cukup
dengan memperoleh 60 liter/orang/hari, sedangkan daerah perkotaan 100 –
150 liter/orang/hari.
C. Tinjauan Umum Tentang Jamban Keluarga
Jamban keluarga adalah suatu bangunan yang digunakan untuk membuang
tinja atau tinja manusia yang lazim disebut kakus/WC. Jamban diusahakan sistem
yang sedemikian rupa hingga tidak menjadi tempat atau sumber penularan
penyakit dan tidak menimbulkan bau (Djabu, 1990).
Tinja adalah bahan buangan yang dikeluarkan oleh tubuh manusia,
sedangkan yang dimaksud dengan kotoran manusia adalah semua benda atau zat
yang tidak dipakai lagi oleh tubuh dan harus dikeluarkan dari dalam tubuh ini
berbentuk tinja (feses), air seni (urine) dan CO2 sebagai hasil dari proses
pernapasan. Pembuangan kotoran manusia yang dimaksudkan adalah tempat
pembuangan tinja dan urine yang pada umumnya disebut jamban atau kakus
(Notoatmodjo, 2003).
17
Menurut Notoatmodjo (1997), untuk mencegah atau sekurang-kurangnya
mengurangi kontaminasi tinja dengan lingkungan, maka pembuangan kotoran
manusia harus dikelola dengan baik, maksudnya harus dilakukan disuatu tempat
tertentu atau jamban yang sehat. Suatu jamban keluarga disebut sehat apabila
memenuhi syarat sebagai berikut :
1. Tidak mengotori permukaan tanah di sekeliling jamban.
2. Tidak mengotori air permukaan disekitarnya.
3. Tidak dapat dijangkau oleh serangga terutama lalat dan kecoa.
4. Tidak menimbulkan bau.
5. Mudah digunakan dan dirawat.
6. Desainnya sederhana.
7. Dapat diterima oleh pemakainya.
Menurut Notoatmodjo (2003), agar persyaratan ini dapat dipenuhi maka
perlu diperhatikan yaitu sebagai berikut :
1. Sebaiknya jamban tertutup, artinya jamban terlindung dari panas dan hujan,
serangga dan binatang lainnya, juga terlindung dari pandangan orang.
2. Bangunan jamban sebaiknya mempunyai lantai yang kuat serta tempat
berpijak yang kuat.
3. Sedapat mungkin disediakan alat pembersih seperti air atau kertas pembersih.
4. Sebaiknya letak pembuangan jamban dengan sumber air bersih adalah kurang
lebih 10 meter.
18
D. Tinjauan Umum Tentang Gastroenteritis
1. Pengertian Gastroenteritis
Gastroenteritis adalah infeksi akut pada sistem pencernaan yang
menimbulkan gangguan pada lambung yang berupa mual dan muntah serta
gangguan pada usus yang berupa diare (Sudoyo, 2007).
Berdasarkan manifestasi klinis Gastroenteritis menimbulkan gejala
diare dan muntah (Mansjoer, 2000).
Penyebab Gastroenteritis Infeksi enternal yaitu infeksi pada saluran
pencernaan, meliputi : Infeksi bakteri terdiri dari Vibrio, E. Coli, Salmonella,
Shigella, Campylobacter, Yersinia, Aeromonas, dan sebagainya. Infeksi virus
terdiri dari Enterovirus (virus ECHO, Coxackie, Poliomyelitis), Adenovirus,
Rotarovirus, Astrovirus, dan lain-lain. Infeksi parasit terdiri dari Cacing
Suryadi, 2001, Asuhan Keperawatan Anak, PT. Fajar Interpratama, Jakarta.
Syaifuddin, 2000, Buku Acuan Nasional : Pelayanan Kesehatan Maternal Dan Neonatal, Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, Jakarta.
Taufik, 2006, Faktor Risiko Kejadian Penyakit Gastroenteritis Di Desa Ranomeeto Propinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2006, FKM Universitas Hasanuddin, Makassar
75
http://www.infeksi.com/articles.php?Ing=in&pg=15&id=4 diakses pada tanggal 15/03/09.
FAKTOR RISIKO KEJADIAN PENYAKIT GASTROENTERITIS PADA ANAK DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS POASIA KOTA KENDARI
TAHUN 2008
OLEH
NURTIKARYANIFID2 04 015
ABSTRAKPenelitian ini bertujuan untuk mempelajari faktor risiko (pengetahuan, sikap,
sumber air bersih dan jamban keluarga) yang mempengaruhi kejadian penyakit Gastroenteritis Pada Anak di Wilayah Kerja Puskesmas Poasia Kota Kendari. Jenis penelitian yang digunakan adalah Survey Analitik dengan rancangan Case Kontrol Study untuk mengetahui seberapa besar faktor risiko yang diteliti dengan kejadian penyakit Gastroenteritis. Sampel dalam penelitian ini berjumlah 168 sampel yang terdiri dari 68 kasus dan 68 kontrol dengan matching berdasarkan umur dan jenis kelamin. Variabel penelitian terdiri dari variabel bebas yaitu pengetahuan, sikap, sumber air bersih dan jamban keluarga dan variable terikat yaitu penyakit Gastroenteritis.
Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh pada tingkat kepercayaan 95% menunjukkan ada risiko yang signifikan antara pengetahuan dengan Lower Limit = 1,176, Upper Limit = 4,074 dan nilai OR = 2,188, sumber air bersih dengan Lower Limit = 1,115, Upper Limit = 3,822 dan nilai OR = 2,064 dan jamban keluarga dengan Lower Limit = 2,000,Upper Limit = 7,501 dan nilai OR = 3,874 dengan kejadian penyakit Gastroenteritis. Dari hasil analisis penelitian diperoleh gambaran bahwa pengetahuan yang kurang, sumber air bersih dan jamban keluarga yang tidak memenuhi syarat beresiko terhadap kejadian penyakit Gastroenteritis Pada Anak di Wilayah Kerja Puskesmas Poasia Kota Kendari Tahun 2008. Sedangkan sikap tidak beresiko terhadap kejadian penyakit Gastroenteritis Pada Anak di Wilayah Kerja Puskesmas Poasia Tahun 2008.
Kata Kunci : Pengetahuan, Sikap, Sumber Air Bersih, Jamban Keluarga, Kejadian Penyakit Gastroenteritis
77
CASE RISK FACTOR OF GASTROENTERITIS DESEASE AT CHIDREN IN OFFICIAL AREA OF PUSKESMAS POASIA KENDARI CITY IN THE
YEAR 2008
By
NURTIKARYANIF1D2 04015
ABSTRACT
This research aimed to study risk factors ( Knowledge, attitude, source of clean water an family toilet) that influenced gastroenteritis disease at children case in official area of Puskesmas Poasia Kendari City. Type of research used was analytic survey with Case Control Study Design to know how much risk factor studied through gastroenteritis disease case. Samples in the research much as 168 samples that consisted of 68 cases and 68 kontrols through matching according to age and sex. Research variables consisted of independent variables namely knowledge, attitude, source of clean water and family toilet, while dependent variable namely gastroenteritis disease.
Accoding to result of research which was obtained at truth level 95% showed that there was significant risk between knowledge ang lower limit = 1,176, upper limit = 4,074 and OR value = 2,188, source of clean water with lower limit = 1,115, upper limit = 3,882 and OR value = 2,064 and famili toilet with lower limit = 2,000, upper limit = 7,501 and OR value = 3,874 with gastroenteritis disease case. Based on research analysis result had been gotten description that less knowledge, source of clean water and family toilet that unfulfilled requirement had some risk to Gastroenteritis diseases at children case in official area of Puskesmas Poasia Kendari City in the year 2008. While attitude had ti risk to gastroenteritis disease at children case in official area of Puskesmas Poasia in the year 2008.
Keywords : Knowledge, Attitude, Source of Clean Water, Family Toilet, Gastroenteritis Disease At Children Case.
78
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL i
HALAMAN PENGESAHAN ii
KATA PENGANTAR iv
DAFTAR ISI vii
DAFTAR TABEL x
DAFTAR GAMBAR xii
DAFTAR LAMPIRAN xiii
ARTI LAMBANG DAN SINGKATAN xiv
ABSTRAK xvi
ABSTRACT xvii
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang 1
B. Rumusan Masalah 4
C. Tujuan Penelitian 5
D. Manfaat Penelitian 6
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Umum Tentang Perilaku 7
1. Pengertian Perilaku 7
2. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Pembentukan Perilaku 7
3. Komponen Perilaku 10
B. Tinjauan Umum Tentang Air Bersih 16
C. Tinjauan Umum Tentang Jambang Keluarga 17
79
D. Tinjauan Umum Tentang Gastroenteritis 18
1. Pengertian Gastroenteritis 18
2. Klasifikasi Penyakit Gastroenteritis 26
3. Pencegahan Penyakit Gastroenteritis 26
E. Kerangka Konsep 30
F. Hipotesis Penelitian 33
III. METODE PENELITIAN
A. Jenis dan Rancangan Penelitian 34
B. Waktu dan Tempat Penelitian 34
C. Populasi dan Sampel Penelitian 35
D. Variabel Penelitian 36
E. Definisi Operasional Dan Kriteria Objektif 36
F. Instrumen Dan Jenis Data 40
G. Pengolahan Dan Analisis Data 41
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Lokasi 44
1. Keadaan Geografis 44
2. Keadaan Demografi 44
3. Pendidikan 46
4. Keadaan Sosial Ekonomi 46
5. Sumberdaya Puskesmas 46
B. Hasil dan Pembahasan 48
1. Karakteristik Umum Responden 48
2. Analisis Univariat 53
3. Analisis Bivariat 57
80
V. PENUTUP
A. Simpulan 70
B. Saran 71
DAFTAR PUSTAKA 73
LAMPIRAN 75
81
KATA PENGANTAR
“Syukur Allhamdulillah” penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas
Rahmat dan Hidayah-Nya jualah maka penulis dapat menyelesaikan penyusunan
skripsi dengan judul “Faktor Risiko Kejadian Penyakit Gastroenteritis Pada Anak Di
Wilayah Kerja Puskesmas Poasia Kota Kendari Tahun 2008”.
Seiring dengan selesainya penelitian dan penyusunan skripsi, teristimewa
penulis ucapakan terima kasih yang tak terhingga kepada Ayahanda Drs. H. Umar
Deba, M.Kes dan Ibunda Hj. Botji Mustafa serta saudaraku tersayang Nur Cita Maya,
SE, Suhartiyah, SS, M.Si dan Uci Musdayan, ST, yang selalu memberikan spirit dan
motivasi kepada penulis dalam menyelesaikan studi. Serta yang terkhusus buat
suamiku Zamal, S.Si yang selalu setia membantuku dalam suka maupun duka serta
Mendadak, penyakit yang datang mendadak dan berkelanjutan singkat serta gawatPenyebab penyakitPenyebab penyakitAir Susu Ibu
Tidak mengandung organisme patogenBadan Pusat StatistikChi kuadratMetode/rancangan studi kasus kontroKarbondioksidaDepartemen Kesehatan Republik IndonesiaVariabel terikatDiplomaBakteri yang terkandung/terdapat di air dan kotoran manusiaFaktor yang dapat berkaitan dengan meningkatnya peluang mengalami suatu penyakitKotoran yang dikeluarkan dari ususPenjamu (manusia)Ilmu tentang kesehatan dan penjagaannyaVariabel bebasMasuknya bibit penyakit kedalam tubuh, khususnya mikroba, ketularan penyakit yang belum diketahuiJumlah kasus baruPernyakit yang berlangsung secara lambatBatas bawahAngka kesakitanAngka kematianPemilihan subjek control yang sama dengan kasus untuk factor risiko yang akan dikendalikanMikroorganisme penyebab penyakitPerkembangan keadaan sakit atau penyakit
86
Shigella
Upper LimitUrineORPHBSKKCLSPSSWHOSLTPSLTAPTSPAL
Genus bakteri gram positif, fakultatif anaerobic, berbentuk batang dari famili EnterBatas atasAir seniOdds RatioPerilaku Hidup Bersih dan SehatKepala KeluargaConfidence Interval/Tingkat KepercayaanStatistical Programe For Social Science World Health OrganizationSekolah Lanjutan Tingkat PertamaSekolah Lanjutan Tingkat AtasPerguruan TinggiSaluran Pembuangan Air Limbah
87
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Teks Halaman
1. Kouisiner Faktor Risiko Kejadian Penyakit Gastroenteritis di Wilayah Kerja Puskesmas Poasia Kota Kendari Tahun 2008 75
2. Tabel Induk Hasil Penelitian
81
3. Hasil Analisis Statistik 88
4. Permohonan Izin Penelitian dari FMIPA Universitas Haluoleo Kendari 98
5. Surat Izin Penelitian dari Kepala Badan Riset Daerah Sulawesi Tenggara 99
6. Surat Keterangan Telah Melaksanakan Penelitian dari Kepala Puskesmas Poasia 100
88
DAFTAR GAMBAR
Nomor Teks
Halaman
1. Bagan Kerangka Konsep Penelitian 32
2. Desain Penelitian Case Control Study 34
89
DAFTAR TABEL
Nomor Teks
Halaman
1 Tabel Kontingensi 2 X 2 42
2 Distribusi Penduduk Menurut Jumlah KK dan Jumlah Penduduk Pada Masing-masing Kelurahan di wilayah Kerja Puskesmas Poasia Kota Kendari 45
3 Sarana Pelayanan Kesehatan Puskesmas Poasia Kecamatan Poasia 46
4 Tenaga Kesehatan Puskesmas Poasia Kecamatan Poasia Tahun 2008 47
5 Distribusi Responden Menurut Kelurahan di Wilayah Kerja Puskesmas Poasia Kota Kendari 48
6 Distribusi Responden Menurut Jenis Kelamin di Wilayah Kerja Puskesmas Poasia Kota Kendari 49
7 Distribusi Responden Menurut Kelompok Umur di Wilayah Kerja Puskesmas Poasia Kota Kendari 50
8 Distribusi Responden Menurut Tingkat Pendidikan di Wilayah Kerja Puskesmas Poasia Kota Kendari 51
9 Distribusi Responden Menurut Umur Anak di Wilayah Kerja Puskesmas Poasia Kota Kendari 51
10 Distribusi Responden Menurut Jenis Kelamin Anak di Wilayah Kerja Puskesmas Poasia Kota Kendari 52
90
11 Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan di Wilayah Kerja Puskesmas Poasia Kota Kendari 53
1. Distribusi Responden Berdasarkan Sikap di Wilayah Kerja Puskesmas Poasia Kota Kendari 54
13 Distribusi Responden Berdasarkan Sumber Air Bersih di Wilayah Kerja Puskesmas Poasia Kota Kendari 55
14 Distribusi Responden Berdasarkan Jamban Keluarga di Wilayah Kerja Puskesmas Poasia Kota Kendari 56
15 Analisis Faktor Risiko Pengetahuan di Wilayah Kerja Puskesmas Poasia Kota Kendari 57
16 Analisis Faktor Risiko Sikap di Wilayah Kerja Puskesmas Poasia Kota Kendari 61
17 Analisis Faktor Risiko Sumber Air Bersih di Wilayah KerjaPuskesmas Poasia Kota Kendari 63
18 Analisis Faktor Risiko Jamban Keluarga di Wilayah Kerja Puskesmas Poasia Kota Kendari 67