1 HUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN KEJADIAN DISMENOREA REMAJA PUTRI DI SMA ISLAM AL-HIKMAH JEPARA Oleh : MULASTIN, S. SIT, M. KES (Dosen AKBID Islam Al Hikmah Jepara) ABSTRAK Di Indonesia angka kejadian dismenore sebesar 64.25 % yang terdiri dari 54,89% dismenore primer dan 9,36 % dismenore sekunder. Bagi sebagian wanita, menstruasi dapat membuat rasa cemas karena disertai rasa nyeri ketika menstruasi tiba. Salah satu faktor penyebab dari dismenorea adalah status gizi. Berdasarkan studi pendahuluan dari 20 remaja putri di SMA NU AL-MA’RUF KUDUS, didapatkan 15 remaja putri yang mengalami nyeri haid saat menstruasi dan 2 remaja putri diantaranya dengan status gizinya normal, dan 13 remaja putri status gizi kurang, sedangkan 5 remaja putri yang tidak mengalami nyeri haid dengan status gizi kurang. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui Hubungan status gizi dengan kejadian dismenorea remaja putri kelas X di SMA ISLAM Al-Hikmah Jepara. Metode dalam penelitian ini adalah analitik dengan Pendekatan Cross sectional Populasi sebanyak 201 responden. Sampel dalam penelitian ini adalah remaja putri kelas X di SMA NU Al-Ma’ruf Kudus sebanyak 134 responden dengan teknik Proportionet Stratified Random Sampling. Data dikumpulkan dengan metode observasi untuk menentukan status gizi melalui penimbangan berat badan dan pengukuran tinggi badan, sedangkan kejadian dismenorea dengan metode angket melalui kuesioner. Data diolah secara editing, coding, scoring, tabulating dan entry data. Dan dianalisa secara univariat dan bivariat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dengan uji statistik Exact Fisher dengan menggunakan program SPSS 12 for windows diperoleh p value : 0,687 dan nilai hasil uji Exact Fisher pada α : 0,05 yang menunjukkan exact Sig(2 - sided) = 0,687 ( p value > 0,05). Sehingga p value > 0,05 menunjukkan Ho diterima dan Ha ditolak, artinya tidak ada hubungan antara status gizi dengan kejadian dismenorea remaja putri di SMA Islam Al-Hilmah Jepara. Kesimpulan dari hasil penelitian ini yaitu remaja putri yang diketahui sebagian besar responden dengan status gizi normal mengalami dismenorea primer sebanyak 69 responden (68,4%) sedangkan sebagian kecil status gizi gemuk juga mengalami kejadian dismenorea primer yaitu sebanyak 2 responden (1,9%).
23
Embed
HUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN KEJADIAN …akbidalhikmah.ac.id/artikel/Jurnal penelitian edisi I.pdf · 1 hubungan status gizi dengan kejadian dismenorea remaja putri di sma islam al-hikmah
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
1
HUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN KEJADIAN DISMENOREA
REMAJA PUTRI DI SMA ISLAM AL-HIKMAH JEPARA
Oleh :
MULASTIN, S. SIT, M. KES
(Dosen AKBID Islam Al Hikmah Jepara)
ABSTRAK
Di Indonesia angka kejadian dismenore sebesar 64.25 % yang terdiri dari
54,89% dismenore primer dan 9,36 % dismenore sekunder. Bagi sebagian wanita,
menstruasi dapat membuat rasa cemas karena disertai rasa nyeri ketika
menstruasi tiba. Salah satu faktor penyebab dari dismenorea adalah status gizi.
Berdasarkan studi pendahuluan dari 20 remaja putri di SMA NU AL-MA’RUF
KUDUS, didapatkan 15 remaja putri yang mengalami nyeri haid saat menstruasi
dan 2 remaja putri diantaranya dengan status gizinya normal, dan 13 remaja
putri status gizi kurang, sedangkan 5 remaja putri yang tidak mengalami nyeri
haid dengan status gizi kurang. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui
Hubungan status gizi dengan kejadian dismenorea remaja putri kelas X di SMA
ISLAM Al-Hikmah Jepara.
Metode dalam penelitian ini adalah analitik dengan Pendekatan Cross
sectional Populasi sebanyak 201 responden. Sampel dalam penelitian ini adalah
remaja putri kelas X di SMA NU Al-Ma’ruf Kudus sebanyak 134 responden
dengan teknik Proportionet Stratified Random Sampling. Data dikumpulkan
dengan metode observasi untuk menentukan status gizi melalui penimbangan
berat badan dan pengukuran tinggi badan, sedangkan kejadian dismenorea
dengan metode angket melalui kuesioner. Data diolah secara editing, coding,
scoring, tabulating dan entry data. Dan dianalisa secara univariat dan bivariat.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa dengan uji statistik Exact Fisher
dengan menggunakan program SPSS 12 for windows diperoleh p value : 0,687
dan nilai hasil uji Exact Fisher pada α : 0,05 yang menunjukkan exact Sig(2-
sided) = 0,687 ( p value > 0,05). Sehingga p value > 0,05 menunjukkan Ho
diterima dan Ha ditolak, artinya tidak ada hubungan antara status gizi dengan
kejadian dismenorea remaja putri di SMA Islam Al-Hilmah Jepara.
Kesimpulan dari hasil penelitian ini yaitu remaja putri yang diketahui
sebagian besar responden dengan status gizi normal mengalami dismenorea
primer sebanyak 69 responden (68,4%) sedangkan sebagian kecil status gizi
gemuk juga mengalami kejadian dismenorea primer yaitu sebanyak 2 responden
(1,9%).
2
Saran bagi remaja putri supaya dapat menjadi sumber informasi yang
memberikan tambahan ilmu pengetahuan tentang dismenorea pada remaja putri
dan status gizi bagi perkembangan dan pertumbuhan remaja.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Masa remaja merupakan salah satu tahap dalam kehidupan
manusia yang sering disebut sebagai masa pubertas yaitu masa peralihan
dari anak-anak ke masa dewasa. Pada tahap ini remaja akan mengalami
suatu perubahan fisik, emosional dan sosial sebagai ciri dalam masa
pubertas, dan dari berbagai ciri pubertas tersebut , menstruasi merupakan
perbedaan yang mendasar antara pubertas pria dan pubertas wanita (
Panuju dan Umami, 2005; h.4).
Menurut WHO usia remaja merupakan suatu periode transisi dalam
upaya menemukan jati diri dan kedewasaan biologis serta psikologi. Usia
tersebut merupakan periode kritis sehingga perlu dibina dan dibimbing
dengan benar. Remaja yang dimaksud adalah mereka yang berusia antara
10 – 19 tahun. Menurut hasil Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia
tahun 1994 jumlah penduduk usia 10 – 19 tahun mencakup 22,9 % dari
jumlah penduduk Indonesia (Dinkes, 2001).
Menarche adalah haid yang datang pertama kali yang sebenarnya
merupakan puncak dari serangkaian perubahan yang terjadi pada seorang
remaja putri sedang menginjak dewasa, dan sebagai tanda sudah mampu
hamil. Namun perlu diingat bahwa jiwa remaja masih belum stabil dan
belum mampu mandiri secara ekonomi maupun sosial. Usia remaja putri
saat mengalami menarche bervariasi, yaitu antara usia 10- 16 tahun, tetapi
rata- rata pada usia 12 – 13 tahun keadaan tersebut sudah terjadi. Statistik
menunjukan bahwa usia menstruasi dipengaruhi faktor keturunan, keadaan
gizi dan kesehatan umum ( sarwono, 2006).
Jika seorang anak perempuan kedatangan menstruasi pertama
untuk pertama kali, hal ini bisa menjadi saat yang mengecewakan baginya.
Anak-anak perempuan yang tidak mengenal tubuh dan proses reproduksi
mereka, bisa mengira bahwa menstruasi merupakan bukti adanya penyakit
atau hukuman akan tingkah laku yang buruk. Anak-anak perempuan yang
tidak diajari untuk menganggap menstruasi sebagai fungsi tubuh normal
akan merasa malu dan merasa kotor saat menstruasi pertama mereka.
Bahkan, saat menstruasi akhirnya dikenalinya sebagai proses yang normal,
perasaan kotor bisa tinggal sampai masa dewasanya. Akan tetapi, dalam
tahun-tahun belakangan ini, pendidikan anatomi dan fisiologi yang lebih
baik telah menjadikan anak-anak perempuan menerima kedatangan
menstruasi. (Maulana, 2009; h.122-123).
3
Meskipun demikian, banyak wanita mengalami ketidaknyamanan
fisik selama beberapa hari sebelum periode menstruasi mereka datang.
Kira-kira setengah dari seluruh wanita menderita dismenorea atau
menstruasi yang menyakitkan. Hal ini khususnya sering terjadi di awal-
awal masa dewasa. Gejala-gejala dari gangguan menstruasi dapat berupa
payudara yang melunak, puting susu yang nyeri, bengkak, dan mudah
tersinggung. Beberapa wanita mengalami gangguan yang cukup berat
seperti kram yang disebabkan oleh kontraksi otot - otot halus rahim, sakit
kepala, sakit pada bagian tengah perut, gelisah, letih, hidung tersumbat,
dan ingin menangis. (Maulana, 2009; h.123).
Pada remaja wanita perlu mempertahankan status gizi yang baik,
dengan cara mengkonsumsi makanan seimbang karena sangat dibutuhkan
pada saat haid. Pada saat haid fase luteal akan terjadi peningkatan
kebutuhan nutrisi. Dan bila hal ini diabaikan maka dampaknya akan terjadi
keluhan-keluhan yang menimbulkan rasa ketidaknyamanan selama siklus
haid (Paath, 2004; h.70-71)
Bagi sebagian wanita, menstruasi dapat membuat rasa cemas
karena disertai rasa nyeri ketika menstruasi tiba. Kondisi ini di kenal
dengan nyeri menstruasi atau dismenorea, yaitu nyeri menstruasi yang
memaksa wanita untuk istirahat atau berakibat pada menurunnya kinerja
dan berkurangnya aktifitas sehari-hari (bahkan, kadang bisa membuat
lemas tidak berdaya) (Proverawati dan Misaroh, 2009; h.82-83).
Hampir seluruh perempuan pasti pernah merasakan nyeri
menstruasi (dismenorea) dengan berbagai tingkatan, mulai dari yang
sekedar pegal-pegal di panggul dari sisi dalam hingga rasa nyeri yang luar
biasa sakitnya. Umumnya nyeri yang biasa terasa di bawah perut itu terjadi
pada hari pertama dan kedua menstruasi. Rasa nyeri akan berkurang
setelah keluar darah yang cukup banyak (Proverawati dan Misaroh, 2009;
h.84-85).
Angka kejadian nyeri menstruasi di dunia sangat besar. Rata-rata
lebih dari 50% perempuan di setiap negara mengalami nyeri menstruasi.
Di Amerika angka prosentasenya sekitar 60% dan di Swedia sekitar 72%.
Sementara di Indonesia angkanya diperkirakan 55% perempuan usia
produktif yang tersiksa oleh nyeri selama menstruasi. Angka kejadian
(prevalensi) nyeri menstruasi berkisar 45-95% di kalangan wanita usia
produktif. Walaupun pada umumnya tidak berbahaya, namun seringkali
dirasa mengganggu bagi wanita yang mengalaminya. Derajat nyeri dan
kadar gangguan tentu tidak sama untuk setiap wanita. Ada yang masih bisa
bekerja (sesekali sambil meringis), adapula yang tidak kuasa beraktifitas
karena nyerinya. (Proverawati dan Misaroh, 2009 ; h.83).
Di Indonesia angka kejadian dismenorea sebesar 64.25 % yang
terdiri dari 54,89% dismenorea primer dan 9,36 % dismenorea sekunder
(Info sehat, 2008).
Angka kejadian dismenorea tipe primer di Indonesia adalah sekitar
54,89%, sedangkan sisanya adalah penderita dengan tipe sekunder. Di
Amerika Serikat diperkirakan hampir 90% wanita mengalami dismenorea
4
dan 10-15% diantaranya mengalami dismenore berat, yang menyebabkan
mereka tidak mampu melakukan kegiatan apapun dan ini akan
menurunkan kualitas hidup pada individu masing-masing. (Proverawati
dan Misaroh, 2009; h.86).
Penyebab dismenorea primer yaitu peningkatan kontraksi rahim
yang dirangsang oleh prostaglandin (salah satu hormon di dalam tubuh
yang menyebabkan terjadinya kontraksi pembuluh – pembuluh darah dan
penurunan aliran darah sehingga menyebabkan terjadinya proses iskhemia
dan necrosis pada sel – sel dan jaringan. Sedangkan penyebab dismenorea
sekunder yaitu endometriosis, penyakit peradangan rongga dalam daerah
kemaluan, peradangan tuba fallopi, perlengketan abnormal antara organ
dalam perut, pemakaian IUD (Andira, 2010; h. 40- 41).
Menurut survei yang dilakukan Anastasia venny yustiana (2009) di
SLTPN 21 dan SLTP PL Bintang Laut Surakarta, di dapat bahwa siswi
kelas 1 dengan perincian 16 siswi gizi kurang, 20 siswi gizi normal, dan 4
siswi gizi lebih.
Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan peneliti pada
tanggal 18 april 2011 terhadap 20 remaja putri di SMA Islam Al-Hikmah
Jepara, didapatkan 15 remaja putri yang mengalami nyeri haid saat
menstruasi dan 2 remaja putri diantaranya dengan status gizinya normal,
dan 13 remaja putri status gizi kurang, sedangkan 5 remaja putri yang
tidak mengalami nyeri haid dengan status gizi kurang.
Hal ini menunjukkan bahwa antara teori dan kenyataan yang ada
dilahan berbeda, karena sesuai teori status gizi yang kurang akan
mempengaruhi pada gangguan haid, sedangkan dari studi pendahuluan di
dapatkan remaja putri yang tidak mengalami nyeri haid, status gizinya
kurang.
Fenomena yang terjadi diatas, membuat peneliti tertarik untuk
mengadakan penelitian tentang “Hubungan Status Gizi Dengan Kejadian
Dismenorea Remaja Putri Kelas X Di Sma Islam Al-Hikmah Jepara “..
B. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas maka rumusan masalah dalam
penelitian ini dapat dirumuskan, apakah ada Hubungan antara Status Gizi
Dengan Kejadian Dismenorea Remaja Putri Kelas X Di Sma Islam Al-
Hikmah Jepara ?.
C. Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui “Hubungan status gizi dengan kejadian
dismenorea remaja putri kelas X di SMA Islam Al-Hikmah Jepara”.
D. Manfaat Penelitian Memberikan informasi kepada remaja putri kelas X di SMA Islam
Al-Hikmah Jepara tentang hubungan status gizi dengan kejadian
dismenorea
5
BAB II
TINJAUAN TEORI
1. Konsep Dasar Remaja
a. Pengertian
Remaja adalah harapan bangsa, sehingga tak berlebihan jika
dikatakan bahwa masa depan bangsa yang akan datang ditentukan pada
keadaan remaja saat ini. Remaja yang sehat dan berkualitas menjadi
perhatian serius bagi orang tua, praktisi pendidikan, ataupun remaja itu
sendiri. Remaja yang sehat merupakan remaja yang produktif dan
kreatif sesuai dengan tahap perkembangannya. Oleh karena itu,
pemahaman terhadap tumbuh kembang remaja menjadi sangat penting
untuk menilai keadaan remaja.
Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa anak- anak ke
masa dewasa. Masa ini sering disebut dengan masa pubertas. Menurut
beberapa ahli, selain istilah pubertas digunakan juga istilah adolesens.
Para ahli merumuskan bahwa istilah pubertas digunakan untuk
menyatakan perubahan biologis baik bentuk maupun fisiologis yang
terjadi dengan cepat dari masa anak-anak ke masa dewasa, terutama
perubahan alat reproduksi. Sedangkan istilah adolesens lebih ditekan
pada perubahan psikologi atau kematangan yang menyertai masa