HUBUNGAN SENSE OF HUMOR DENGANPENYESUAIAN DIRI SISWA KELAS VII SMP NEGERI 2 AMBARAWA OLEH GALIH AGENG PRADITYO 802013701 TUGAS AKHIR Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Guna Memenuhi Sebagian Dari Persyaratan Untuk Mencapai Gelar Sarjana Psikologi Program Studi Psikologi FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA SALATIGA 2015
29
Embed
Hubungan Sense Of Humor Denganpenyesuaian Diri Siswa Kelas ...
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
HUBUNGAN SENSE OF HUMOR DENGANPENYESUAIAN DIRI
SISWA KELAS VII SMP NEGERI 2 AMBARAWA
OLEH
GALIH AGENG PRADITYO
802013701
TUGAS AKHIR
Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Guna Memenuhi Sebagian Dari Persyaratan
Untuk Mencapai Gelar Sarjana Psikologi
Program Studi Psikologi
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA
SALATIGA
2015
HUBUNGAN SENSE OF HUMOR DENGANPENYESUAIAN DIRI
SISWA KELAS VII SMP NEGERI 2 AMBARAWA
Galih Ageng Pradityo
Rudangta Arianti S
Program Studi Psikologi
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA
SALATIGA
2015
i
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menguji hipotesis bahwa terdapathubungan sense
of humor dengan penyesuaian diri siswa Kelas VII SMP Negeri 2 Ambarawa. Partisipan
penelitian 200siswa kelas VII yang diperoleh dengan menggunakan teknik sampling
jenuh. Sense Of Humor diukur dengan menggunakan Skala MSHS(Multidimensional
Sense of Humor Scale)yang disusun oleh Thorson&Powell terdiri dari 24 aitem
pernyataan, sedangkan variabel Penyesuaian Diridiukur dengan menggunakan Skala
Penyesuaian Diri yang terdiri dari 42 aitem pernyataan yang disusun oleh penulis
berdasarkan teori penyesuaian diri (Schneiders, 1964). Data korelasi penelitian
menunjukanbahwa korelasi antara sense of humor dengan penyesuaian diri memperoleh
hasil r = 0,199 dengan signifikansi 0,005 (p<0,05) dengan r² = 0,0396, maka kontribusi
sense of humor terhadap penyesuaian diri sebesar 3,96% dengan demikian terdapat
96,04% variabel di luar sense of humor yang lebih berkontribusi terhadap penyesuaian
diri.Hasil penelitian tersebut memberikan bukti bahwa hipotesis dapat diterima namun,
hubungan kedua variabel tersebut sangat lemah, sehingga hubungan kedua variabel
tersebut dapat diabaikan. Disarankan peneliti selanjutnya menggunakan variabel lain
seperti kepercayaan diri, keadaan fisik, perkembangan dan kematangan, keadaan
psikologis, lingkungan, serta religiusitas dan kebudayaan.
Kata Kunci : Sense Of Humor , Penyesuaian Diri
ii
ABSTRACT
The purpose of this study was to determine the relationship between sense of
humor and self adjustment of SMP Negeri 2 Ambarawa 7th Grade students. Subjects
were 200 of 7th grade students. Sense Of Humorwas measured using MSHS
(Multidimensional Sense of Humor Scale)made by Thorson and Powell, consistof 24
item and self adjustment was measured using self adjustment scale consist of 42 item
and made by authorbased on adjustment theory(Schneiders, 1964).Correlation
analysisdata revealed that correlation between sense of humor and self adjustmentr =
0,199, significance 0,005 (p<0,05) with r² = 0,0396 so the contribution of sense of
humor to self adjustment only 3,96% it means there are 96,04% other variables that
correlated with self adjustment.The results prove that the hypothesis,was
accepted,butrelationship between sense of humor and self adjustment was very low so it
can be ignored.In the future researcher suggested use another variables such as self
confidence, physical condition, growth and maturity, psychologycal condition,
religiosity and culture.
Keywords : sense of humor, self adjustment
1
PENDAHULUAN
Pendidikan merupakan hal yang sangat penting dalam pengembangan sumber
daya manusia. Pendidikan adalah usaha atau kegiatan yang dijalankan dengan sengaja,
teratur dan berencana dengan maksud mengubah atau mengembangkan perilaku yang
diinginkan. Sekolah sebagai lembaga formal merupakan yang digunakan untuk
pencapaian tujuan pendidikan tersebut. Melalui sekolah, siswa belajar berbagai macam
hal. Dalam Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional dijelaskan bahwa pendidikan adalah usaha sadar yang dilakukan
untuk membangkitkan potensi peserta didik melalui kegiatan belajar.
Bagi siswa transisi dari sekolah dasar menuju sekolah menengah pertama
merupakan masa-masa yang sangat penting, sebab di kelas 1SMP siswa mengalami
perubahan dari metode pendidikan SD ke SMP, di mana di SD siswa lebih banyak diajar
atau diampu oleh satu guru kelas yang mengajarkan hampir pada seluruh mata pelajaran,
sedangkan di SMP untuk setiap bidang studi atau mata pelajaran diajarkan oleh guru
yang berbeda (Sukadji, 2000). Peralihan dari SD ke SLTP ini disebut dengan top-dog
phenomenon, di mana terjadi peralihan dari posisi teratas pada saat siswa berada di kelas
enam SD ke posisi terbawah pada saat berada di kelas 1 SMP (Santrock, 2002). Kondisi
tersebut menuntut siswa untuk dapat menyesuaikan diri.
Chaplin (2002) mendefinisikan penyesuaian diri sebagai variasi kegiatan
organisme dalam mengatasi suatu hambatan dan memuaskan kebutuhan-kebutuhan serta
menegakkan hubunganyang harmonis dengan lingkungan fisik dan sosial.Schneiders
(1964) menjelaskan bahwa penyesuaian diri dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu:
keadaan fisik, perkembangan dan kematangan, keadaan psikologis, keadaan
lingkungan,tingkat religiusitas dan kebudayaan.
2
Schneiders (1964) mengemukakan bahwa penyesuaian diri terdiri dari tujuh aspek
mengenai karakteristik penyesuaian diri. Pertama adalahtidak terdapat emosionalitas
yang berlebihan (absence of excessive emotionality), tidak menunjukkan mekanisme
psikologis yang berlebihan (absence of psychological mechanisms). Aspek yang ketiga
adalahtidak terdapat perasaan frustrasi pribadi (absence of the sense of personal
frustration),pertimbangan rasional dan pengarahan diri (rational deliberation and self
direction),kemampuan untuk belajar (ability to learn),pemanfaatan pengalaman
(utilization of past experience),dan yang terakhir adalah sikap-sikap yang realistis dan
objektif (realistic and objective attitude).
Sultanoff (1997), berpendapat bahwa humor membantu penyesuaian sistem
kepercayaan dengan memberi perspektif yang lebih realistis pada “dunia yang tidak
adil” sehingga seseorang yang memiliki humor dapat mengembangkan pemahaman diri
dan memandang dirinya secara realistis, selain itu dengan humor seseorang dapat
menyikapi situasi-situasi yang tidak menyenangkan seperti stresor di lingkungan baru.
Hal yang sama juga dikatakan olehHasanat dan Subandi (1998), bahwa humor dinilai
dapat menimbulkanemosi positif, sebab humor m e m b u a t s e s e o r a n g
m e n j a d i l e b i h r i l e k s , t i d a k t e g a n g l a g i sehingga
pikiranpun dapat lebih berkonsentrasi untukmenyelesaikan masalah.
Pernyataan-pernyataan di atas sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh
Sherman (1988), Kane, Suls dan Tedech (1977), dan Masten (1986), bahwa humor
merupakan fasilitas interaksi sosial, sehingga melalui humor seseorang mampu
membangun kedekatan dengan orang lain termasuk dalam hal ini memperkenalkan
teman, membangun hubungan dan keintiman dengan orang lain, serta dapat
menghindari perasaan-perasaan negatif dalam pergaulan dengan orang lain.
3
Nezu,dkk(1999) menyebutkan tentang afiliatif humor, yakni bentuk interpersonal
humor yang melibatkan penggunaan humor (misalnya menceritakan lelucon,
mengatakan hal-hal lucu, atau olok-olok cerdas) untuk membuat orang lain nyaman,
menghibur orang lain, dan untuk meningkatkan hubungan.Namun demikian, Miller
(2004) menyatakan, bahwa untuk menggunakan humor seseorang harus memiliki sense
of humor, sebab tanpa adanya sense of humormaka kejadian seperti apapun itu tidak
meninggalkan kesan lucu.
Pengertian sense of humor menurut Thorson dan Powell (1997) yaitu
merupakan multidimensi dan didalamnya termasuk kemampuan untuk membuat humor,
mengenali humor, mengapresiasikan humor, menggunakan humor sebagai mekanisme
coping dan untuk mencapai tujuan sosial.Maka dari itu sense of humor memiliki peran
pada remaja untuk menerima dan diterima secara sosial oleh teman sebayanya. Thorson
dan Powell (1997) menyatakan empat aspek penting sense of humor, yang terdiri dari: