HUBUNGAN RESIDU LAMBUNG DENGAN GANGGUAN FUNGSI JANTUNG PADA NEONATUS BERISIKO SEPSIS PENELITIAN TESIS Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Magister Oleh : Maria Galuh Kamenyangan Sari S 500708012 Pembimbing : Prof. Bhisma Murti, dr, M.Sc, MPH, Ph.D Sri Lilijanti W, dr, SpA(K) PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2012 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user
71
Embed
HUBUNGAN RESIDU LAMBUNG DENGAN GANGGUAN …/Hubungan...HUBUNGAN RESIDU LAMBUNG DENGAN GANGGUAN FUNGSI JANTUNG PADA NEONATUS BERISIKO SEPSIS”. Tesis ini dimaksudkan sebagai perwujudan
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
HUBUNGAN RESIDU LAMBUNG DENGAN
GANGGUAN FUNGSI JANTUNG
PADA NEONATUS BERISIKO SEPSIS
PENELITIAN TESIS
Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Magister
Oleh :
Maria Galuh Kamenyangan Sari
S 500708012
Pembimbing :
Prof. Bhisma Murti, dr, M.Sc, MPH, Ph.D
Sri Lilijanti W, dr, SpA(K)
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2012
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iv
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
v
KATA PENGANTAR
Segala puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas kasih dan
karuniaNYA, sehingga penulis dapat menyelesaian tesis penelitian dengan judul ”
HUBUNGAN RESIDU LAMBUNG DENGAN GANGGUAN FUNGSI JANTUNG
PADA NEONATUS BERISIKO SEPSIS”.
Tesis ini dimaksudkan sebagai perwujudan penelitian dan persyaratan untuk
mencapai derajat magister. Terselesaikannya penelitian ini tidak terlepas dari bantuan
berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima
kasih kepada :
1. Endang Dewi Lestari, dr, SpA (K), MPH, selaku Kepala SMF Ilmu Kesehatan
Anak FK UNS/RSDM. Terima kasih telah memberikan kesempatan dan
dukungan untuk mengikuti program Magister di Program Pascasarjana
Universitas Sebelas Maret.
2. Muhammad Riza, dr, SpA, Mkes, selaku Ketua Program Studi Pendidikan
Dokter Spesialis FK UNS/RSDM yang telah memberikan kesempatan untuk
mengikuti program Magister di Program Pascasarjana Universitas Sebelas
Maret dan dorongan semangat serta fasilitas yang diberikan.
3. Prof. Bhisma Murti,dr, M.Sc, MPH, Ph.D selaku pembimbing metodologis
dan biostatistika yang dengan penuh kesabaran dalam meneliti proposal
penelitian ini, memberikan berbagai masukan yang berguna sehingga menjadi
lebih baik.
4. Sri Lilijanti W, dr, SpA(K) selaku pembimbing substansi kardiologi yang telah
memberikan banyak motivasi, semangat serta bimbingan yang membangun
dalam proses pembuatan proposal penelitian ini.
5. Yulidar Hafidh, dr, SpA (K) yang telah memperkenankan, menyediakan
waktu, memberi saran, koreksi, bimbingan serta memberikan kesempatan
dalam meneliti bidang ilmu perinatologi.
6. Dwi Hidayah, dr, SpA, M.Kes yang telah menyediakan waktu dan
memberikan kesempatan dalam meneliti bidang ilmu perinatologi.
7. Sunyataningkamto, dr, SpA yang telah memperkenankan, menyediakan
waktu, memberi saran, koreksi, bimbingan serta memberikan kesempatan
dalam meneliti bidang ilmu perinatologi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vi
8. Keluargaku tercinta ayahku DR. J.B. Prasodjo, dr., Sp Rad (K), ibuku Maria
Immaculata Ratna Dewi Martaningsih, adikku Theodora Ratih Labdagati
Iswara serta masku Marcellus Rudy Wardana yang selalu memberikan doa,
kasih sayang, pengorbanan serta supportnya yang luar biasa kepadaku.
Lampiran 6. Data dasar hasil penelitian ............................................................... 71
Lampiran 7. Hasil pengolahan data ....................................................................... 73
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiv
ABSTRACT Background: Neonatal sepsis with heart dysfunction lacking regarded as main pathology of sepsis. The death rate doubly in sepsis neonatal accompanied cardiovascular dysfunction. The myocardial dysfunction defined as diagnostic criteria for severe sepsis in adult. The occurrence of sphlancnic and mesenteric hypo-perfusion impact disorder of digestive system which manifest as gastric residue. Objective: to analyze the relationship between gastric residue and heart dysfunction among neonates at risk of sepsis Method: This cross-sectional study was conducted in January 2011 – October 2011 to neonates suspected sepsis who were hospitalized at Neonatal-HCU Moewardi General Hospital Surakarta. Sample was selected by quota sampling. Sepsis was assessed by clinical major-minor criteria. Gastric residue was defined when the volume of gastric aspiration 4 hours after feeding reached ≥ 20% for 2 days. Heart dysfunction was measured using two-dimensional Doppler echocardiography. Chi square test was performed to analyze this data using SPSS 17.0. Results: Among 48 septic risk neonates, we found 27(56.3%) manifested as gastric residue, 25(64.1%) having heart dysfunction which 17 (70.8%) is the systolic function disorders. Impaired heart function, especially disorders of systolic function, are at risk of undergoing gastric residue significantly (OR:6.25; CI95%:1.14 – 34.29 and OR:3.40; CI95%: 1.03 – 11.26, respectively). Neonates whose gastric residue as milk are at risk of heart dysfunction compared with no gastric residue insignificantly (OR:8.00; CI95%:0.87 – 73.27). Conclusion: There was a relationship between gastric residue and heart dysfunction among neonates at risk of sepsis. The presence of gastric residue can become a marker of heart dysfunction among septic risk neonates. Kew words: gastric residue, heart dysfunction, neonate, sepsis
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Adanya pasien sepsis dengan gangguan fungsi jantung, kurang dianggap sebagai
patologi utama selama sepsis. Dengan demikian, mekanisme yang mendasari
sepsis yang mengakibatkan disfungsi miokard belum pernah dipelajari secara
ekstensif (Sharma, 2007).
Sepsis secara klinis ditandai oleh inflamasi sistemik, disfungsi jantung,
terjadinya ketidakmampuan pengiriman oksigen untuk memenuhi kebutuhan
oksigen, perubahan substrat metabolisme dan akhirnya, kegagalan multiorgan
serta kematian (Rosentiel, 2001; Luce, 2007). Sepsis adalah penyakit yang
kompleks dan merupakan manifestasi dari peradangan kekebalan dan respon
terhadap infeksi. Derajat beratnya sepsis berkaitan dengan seberapa beratnya
gangguan fungsi organ dan respon hemodinamik yang terjadi. Sepsis berat
didefinisikan sebagai sepsis dengan adanya gangguan fungsi organ (Levy, 2003).
Definisi sepsis telah ditinjau oleh sekelompok pakar, namun disamping
mengkaji secara luas berbagai tanda dan gejala sepsis, belum ada perubahan yang
secara relevan ditetapkan berkaitan dengan fungsi jantung, terutama pada
neonatus (Levy, 2003). Telah diakui pentingnya depresi jantung yang meliputi
infark miokard serta rendahnya indeks jantung (CI) ataupun bukti ekokardiografi
adanya disfungsi jantung sebagai kriteria diagnostik sepsis berat pada dewasa.
Disfungsi miokardium bermanifestasi sebagai penurunan fraksi ejeksi (EF), yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2
merupakan pengukuran kuantitatif berguna secara klinis untuk menilai kinerja
ventrikel (Hunter, 2010).
Insiden sepsis neonatal cenderung tinggi secara signifikan, neonatus yang
diduga sepsis banyak dikirim untuk investigasi ke unit perawatan intensif bayi
yang baru lahir di Amerika Serikat (Spitzer, 2005). Walaupun pemahaman kita
tentang mekanisme patofisiologi sepsis pada neonatus telah meningkat selama 10
tahun terakhir ini, namun morbiditas dan mortalitas neonatus oleh karena sepsis
tetap tinggi. (Rosentiel, 2000; Angus, 2001; Tabbutt, 2001). Telah dilaporkan
angka kematian sebesar dua kali lipat pada pasien neonatus dengan sepsis yang
disertai disfungsi kardiovaskular dan syok septik (Luce, 2007).
Berbagai definisi sepsis sebelumnya berdasarkan tingkat atau derajat
beratnya vasodilasi vaskuler, sedangkan pada modifikasi yang dibuat oleh
International Sepsis Definition Conference dan Annane dkk menyatakan bahwa
pada sepsis adanya depresi miokardium yang dinyatakan oleh denyut jantung
rendah atau bukti ekokardiografi gangguan fungsi jantung telah dimasukkan
dalam definisi sepsis berat pada dewasa (Annane, 2005). Namun demikian,
penelitian yang mempelajari hubungan sepsis neonatus dengan efek
kardiovaskular pada khususnya, relatif sangat jarang, maka dari itu diperlukan
penelitian lebih lanjut mengenai mekanismenya.
Adanya gangguan fungsi jantung pada sepsis akan mempengaruhi
peredaran darah sistemik, terjadi hipoperfusi sistem splanknikus dan mesenterika
yang berdampak gangguan sistem pencernaan, termasuk hipoperistaltik,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3
keterlambatan waktu pengosongan lambung dan bermanifestasi sebagai adanya
residu lambung (Neu, 2007; Burns, 2009).
Hal ini belum banyak diteliti pada bayi dan anak di luar negeri maupun di
Indonesia, penelitian sebelumnya banyak mengambil subyek pada dewasa,
berdasarkan hal ini, peneliti ingin mencoba untuk menganalisis bagaimanakah
mekanisme yang terjadi pada bayi dengan risiko sepsis khususnya yang dirawat di
Rumah Sakit Dr. Moewardi Surakarta.
B. Rumusan Masalah
Adakah hubungan residu lambung dengan gangguan fungsi jantung pada neonatus
berisiko sepsis?
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan umum
Menganalisis hubungan antara residu lambung dengan gangguan fungsi
jantung pada neonatus berisiko sepsis.
2. Tujuan khusus
i. Mengidentifikasi volume residu lambung sebagai indikator
intoleransi asupan pada neonatus berisiko sepsis.
ii. Menilai adanya gangguan fungsi jantung (sistolik dan distolik)
pada neonatus dengan sepsis
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat bidang akademik
Diharapkan dapat memberikan informasi mengenai adanya hubungan
residu lambung dengan gangguan fungsi jantung pada neonatus dengan
risiko sepsis.
2. Manfaat bidang pelayanan (manfaat praktis)
Diharapkan dapat diketahui volume dan jenis residu lambung sebagai
penanda adanya gangguan fungsi jantung, meliputi fungsi sistolik dan
diastolik pada neonatus berisiko sepsis sehingga diharapkan dapat
melakukan evaluasi residu lambung lebih cermat dan efektif secara klinis
untuk ketepatan penatalaksanaan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Sepsis neonatus
A.1. Definisi
Sepsis neonatal didefinisikan sebagai infeksi pada sirkulasi yang bersifat invasif
ditandai dengan ditemukannya bakteri dalam cairan tubuh seperti darah, cairan
sumsum tulang ataupun air kemih. (Aminullah, 2009). Sejak adanya konsensus
dari American College of Chest Physician/ Society of critical Care Medicine
(ACCP/SCCM) sepsis didefinisikan sebagai berikut (Bone, 2006):
1. Sepsis merupakan sindrom respon inflamasi sistemik (systemic
inflamatory response syndrome-SIRS) yang terjadi akibat infeksi bakteri,
virus, jamur atau parasit.
2. Sepsis berat adalah suatu keadaan sepsis yang disertai dengan adanya
gangguan fungsi organ kardiovaskuler, gangguan nafas akut atau terdapat
gangguan dua organ lain (seperti gangguan neurologi, hematologi,
urogenital dan hepatologi).
3. Syok septik ialah suatu kondisi dimana neonatus masih dalam keadaan
hipotensi meskipun telah mendapat cairan yang adekuat.
4. Sindroma disfungsi multi organ (MODS): bayi tidak mampu lagi
mempertahankan homeostasis tubuh sehingga terjadi perubahan atau
gangguan pada dua fungsi organ atau lebih.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6
Sepsis neonatal dibagi menjadi dua kelompok yakni sepsis awitan dini dan awitan
lambat. Pada sepsis awitan dini, gejala klinis didapatkan pada hari-hari pertama
kehidupan (usia kurang dari 72 jam), infeksi terjadi secara vertikal berasal dari
penyakit ibu atau ditularkan dari infeksi yang diderita ibu selama persalinan.
Tabel dibawah ini merupakan beberapa faktor risiko sepsis awitan dini.
Tabel 2.1. Pengelompokan faktor risiko sepsis
Risiko mayor Risiko minor
1. Ketuban pecah > 24 jam 2. Ibu demam saat intrapartum
2003; Steve, 2006). Apabila mekanisme keseimbangan antara sitokin pro
inflamasi dan anti inflamasi ini tidak dapat tercapai dengan baik, maka dapat
mengakibatkan kerugian bagi tubuh penderita.
Gambar 1. Patogenesis sepsis (Steve, 2006)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8
Pada saat antigen masuk, maka antigen akan bereaksi dengan dengan
makrofag melalui Toll Like Receptors 4 (TLRs 4) sebagai reseptor transmembran
dengan perantaraan reseptor CD 14+. Sebagai respon tubuh dalam bereaksi
terhadap sepsis maka limfosit T akan mengeluarkan substansi dari Th 1 yang
berfungsi sebagai imunomodulator yakni : interferon gamma, IL-2 dan GM-CSF.
INF-γ akan merangsang makrofag mengeluarkan IL-1β dan TNF-α. Limfosit Th
2 akan mengekspresikan IL-4, IL-5, IL- 6, IL-10. Pada kondisi sepsis, IL-1β dan
TNF-α serum penderita akan meningkat. IL-1β sebagai imuno regulator utama
juga mempunyai efek pada sel endothelial. Interleukin-1β memegang peranan di
dalam pembentukan prostaglandin E2 (PG-E2) dan merangsang ekspresi
intercellular adhesion molecule-1 (ICAM -1). Dengan adanya ICAM-1, netrofil
yang telah tersensitisasi oleh granulocyte macrophage colony stimulating factor
(GM-CSF) akan mudah mengadakan adhesi (Aminullah, 2005; Bone, 2006).
Netrofil yang beradhesi dengan sel endotel akan mengeluarkan lisosim
yang menyebabkan dinding endotel menjadi lisis, sehingga mengakibatkan
terbukanya endotel. Netrofil juga membawa superoksidan, merupakan radikal
bebas yang akan mempengaruhi oksigenasi pada mitokondria. Akibat dari proses
tersebut sel endotel akan menjadi nekrosis, sehingga terjadi kerusakan sel endotel
pembuluh darah. Kerusakan sel endotel pembuluh darah akan menyebabkan
terjadinya gangguan vaskuler (vascular leak) sehingga berdampak kerusakan
organ multipel (Bone, 2006).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9
A.3. Diagnosis
Sampai saat ini, belum ada parameter yang merupakan baku emas dalam
penegakan diagnosis pasti sepsis. Diagnosis sepsis yang sering digunakan yaitu
dengan ditemukannya bakteri pada hasil biakan darah maupun urin, namun
pemeriksaan ini mempunyai kelemahan yaitu biakan baru diketahui setelah 3-5
hari, dipengaruhi oleh pemberian antibiotika, jumlah sampel darah dan dapat
terkontaminasi kuman nosokomial (Aminullah, 2009). Selain itu, hasil dapat
menunjukkan negatif palsu, dimana didapatkan biakan darah dan urin negatif,
namun secara klinis menunjukkan gejala yang nyata. Oleh karena itu beberapa
ahli membuat formulasi untuk dapat mendiagnosis terjadinya sepsis secara dini.
Menurut Haque, FIRS (fetal inflamatory response syndrome) ditegakkan apabila
terdapat 2 atau lebih keadaan sebagai berikut :
1. laju nafas > 60x/m dengan atau tanpa retraksi dan desaturasi O2
2. suhu tubuh tidak stabil (<36C atau >37,5C peraksiler)
3. capillary refill time > 3 detik
4. hitung lekosit <4000x109/L atau >34000x109 /L
5. CRP >10 mg/dl
6. IL-6 atau IL-8>70 pg/ml
7. 16 S rRNA gene PCR: positif.
Diagnosis sepsis pada neonatus ditegakkan apabila didapatkan satu atau lebih
kriteria FIRS disertai dengan adanya gejala klinis infeksi (Haque, 2005).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10
Tabel 2.2. Gambaran klinis sepsis neonatal
Variabel klinis Suhu tubuh tidak stabil Laju nadi > 180 kali/menit atau < 100 kali/menit Laju nafas >60kali/menit, dengan retraksi atau desaturasi oksigen Letargi Intoleransi glukosa ( plasma glukosa > 10 mmol/L) Intoleransi minum
Variabel hemodinamik Tekanan darah < 2 SD menurut usia bayi Tekanan darah sistolik < 50 mmHg (bayi usia 1 hari) Tekanan darah sistolik < 65 mmHg (bayi usia kurang dari 6 bulan)
Variabel perfusi jaringan Pengisian kembali kapiler/capillary refill > 3 detik Asam laktat plasma > 3 detik
Variabel inflamasi Leukositosis (>34000x109) Leukopenia (<5000x109) Neutrofil muda > 10% Neutrofil muda/ total neutrofil (I/T ratio)>0.2 Trombositopenia <100000x109/L C reaktive protein > 10 mg/dl atau > 2 SD dari nilai normal Procalsitonin > 8,1 mg/dL atau > 2 SD dari normal IL-6 atau IL-8 >70pg/ml 16 S rRNA gene PCR : poaitif
A.4. Pengobatan
Eliminasi kuman merupakan pilihan utama pada manajemen sepsis neonatal.
Pemberian antibiotika secara empiris dengan menggunakan kombinasi antibiotika
diupayakan untuk mendapatkan sensitivitas terhadap mikroorganisme gram positif
maupun gram negatif tergantung pola resistensi kuman pada masing-masing
rumah sakit. Lamanya pengobatan sangat tergantung pada jenis mikroorganisme
penyebab, pada mikroorganisme gram positif pengobatan dianjurkan selama 10-
14 hari sedangkan pada gram negatif pengobatan dapat dilanjutkan sampai 2-3
minggu (Aminullah, 2009).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
B. Gangguan peredaran darah dan fungsi jantung pada sepsis
B.1. Gangguan fungsi jantung pada sepsis neonatus
Fenomena mekanisme gangguan otot jantung oleh karena adanya proses
inflamasi diperantarai oleh adanya berbagai mediator yang beredar dalam
sirkulasi. Beberapa substansi yang telah dijelaskan yakni adanya peranan utama
dari TNF-α dan interleukin-1β (Kumar, 1996; CV, 2005; Lancel, 2005) serta
adanya peranan interleukin-6 yang ditunjukkan sebagai kunci mediator utama
gangguan fungsi otot jantung pada anak dengan meningokokus dan syok septik
(Pathan, 2004).
Gambar 2. Mekanisme peningkatan cardiac troponin (cTn) dan B-type natriuretic peptide
(BNP) pada pasien dengan sepsis berat dan syok septic. ALI = acute lung injury; IL = interleukin; LV = left ventricular; RV = right ventricular; RVEDP = right ventricular end-diastolic pressure; RVSWI = right ventricular stroke work index; TNF = tumor
necrosis factor. (Maeder, 2006)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
Tidak banyak diketahui mengenai efek kardiovaskular pada sepsis neonatus,
namun perkembangan kardiomiosit pada neonatus yang berbeda dari orang
dewasa dapat menyebabkan perbedaan pula dalam efek sepsis terhadap jantung
(Rudiger, 2007). Selain perbedaan mendasar dalam struktur kardiomiosit pada
neonatus, telah diidentifikasi pula mengenai perubahan fungsional dalam aktivitas
proliferatif dan eksitasi-kontraksi coupling (Huttenbach, 2001; Escobar, 2004).
Perbedaan ini dapat diperantarai oleh perubahan dalam ekspresi ion
kalsium (calcium channel) yang didasarkan pada saluran kalium ATP-sensitif dan
β-reseptor coupling, hal ini yang menjadi perbedaan dalam hasil dan pengobatan
sepsis pada neonatus dibandingkan dengan sepsis pada orang dewasa (Huang,
2006; Morrissey, 2005).
Gangguan fungsi jantung dan kolapsnya saluran kardiovaskuler selama
sepsis adalah akibat dari meningkatnya kadar TNF-α dan produksi nitrit oksida
(NO) serta peroxynitrite yang menyebabkan kerusakan DNA lebih lanjut serta
terjdinya pengurangan produksi ATP yang akan mengakibatkan kegagalan energi
Variabel klinis Suhu tubuh tidak stabil Laju nadi > 180 kali/menit atau < 100 kali/menit Laju nafas >60kali/menit, dengan retraksi atau desaturasi oksigen Letargi Intoleransi glukosa ( plasma glukosa > 10 mmol/L) Intoleransi minum
Variabel hemodinamik Tekanan darah < 2 SD menurut usia bayi Tekanan darah sistolik < 50 mmHg (bayi usia 1 hari) Tekanan darah sistolik < 65 mmHg (bayi usia kurang dari 6 bulan)
Variabel perfusi jaringan Pengisian kembali kapiler/capillary refill > 3 detik Asam laktat plasma > 3 detik
Variabel inflamasi Leukositosis (>34000x109) Leukopenia (<5000x109) Neutrofil muda > 10% Neutrofil muda/ total neutrofil (I/T ratio)>0.2 Trombositopenia <100000x109/L C reaktive protein > 10 mg/dl atau > 2 SD dari nilai normal Procalsitonin > 8,1 mg/dL atau > 2 SD dari normal IL-6 atau IL-8 >70pg/ml 16 S rRNA gene PCR : poaitif
Klinis sepsis ditegakkan apabila didapatkan satu atau lebih kriteria FIRS disertai
dengan gambaran klinis infeksi seperti terlihat pada tabel diatas (Hague, 2005).
Penilaian ini dilakukan oleh residen anak yang bertugas dan mendapat persetujuan
dari dokter spesialis anak. Sampai saat ini, untuk diagnosis pasti sepsis belum ada
parameter yang dapat menjadi baku emas, maka dari itu digunakan beberapa
pemeriksaan penunjang lainnnya untuk memperkuat diagnosis klinis sepsis, yakni
dengan kultur darah dan kultur urin. Cara pengambilan sampel yakni dari darah
vena dan dimasukkan dalam reagen bactec peds plus dan menggunakan mesin
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
45
bactec 9050. Sedangkan pengambilan sampel urin dilakukan menggunakan selang
nasogastrik ukuran 5 melalui orificium urethra externum (OUE). Analisis
dilakukan oleh petugas analis laboratorium mikrobiologi yang telah mendapatkan
pelatihan khusus.
H. Izin subyek penelitian
Penelitian ini dilakukan atas persetujuan orangtua/wali dengan menandatangani
informed consent yang diajukan peneliti setelah mendapat penjelasan sebelumnya.
I. Alur penelitian
Tidak ada residu sama sekali
Neonatus berisiko sepsis
Laboratorium darah lengkap, CRP, I/T ratio, kultur darah dan kultur
Kriteria klinis sepsis
Evaluasi residu dengan aspirasi lambung setiap 4 jam setelah pemberian minum melalui selang orogastrik
Data yang diperoleh akan diolah dengan SPSS 16.0. Variabel yang dinilai adalah
peningkatan residu lambung dan gangguan fungsi jantung yang dinyatakan dalam
skala kategorikal dan dianalisis dengan regresi logistik. Untuk menganalisis
variabel perancu, yakni prematuritas dan Necrotizing Enterocolitis (NEC),
dilakukan analisis multivariat regresi logistik ganda.
K. Jadwal Kegiatan
Bulan Juni 2010 – Februari 2011
KEGIATAN WAKTU
Jun-Jul Agt Sept Okt Nov Des Jan Feb
Penelusuran kepustakaan
Penyusunan naskah
Pelaksanaan penelitian
Pengolahan data
Penyusunan laporan penelitian
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
47
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil penelitian
Tabel 4.1. Karakteristik dasar subyek penelitian (N = 48)
Tabel 4.1 menunjukkan karakteristik dasar subyek penelitian. Penelitian
dilakukan sejak bulan Januari 2011 hingga Oktober 2011 terhadap pasien
Karakteristik dasar Subyek
N (48) % Usia gestasi < 37 minggu 18 37.5 ≥ 37 minggu 30 62.5
Jenis kelamin Laki-laki 26 54.2 Perempuan 22 45.8 Berat badan lahir (BBL) < 2500 gram 16 33.3 ≥ 2500 gram 32 66.7
Volume residu lambung ≥ 20 % 27 56.3 < 20 % 21 43.8 Jenis residu lambung Susu 33 68.8 Billious 7 14.6 Bloody 8 16.7 Gangguan fungsi jantung Ada 39 81.3 Gangguan fungsi sistolik saja 8 16.67 Gangguan fungsi diastolic saja 15 31.25 Gabungan gangguan fungsi sistolik dan diastolik 16 33.33 Tidak ada 9 18.8 Penyakit jantung bawaan (PJB) Ada 15 31.3 Tidak 33 68.8
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
48
neonatus berisiko sepsis yang dirawat di ruang HCU (high care unit)-neonatus
RSUD Dr. Moewardi Surakarta yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi serta
setuju untuk ikut dalam penelitian. Berdasarkan perhitungan besar sampel
dibutuhkan subyek penelitian sebanyak 45 anak.
Dari distribusi didapatkan usia gestasi subyek penelitian < 37 minggu
(prematur) adalah 18 subyek (37.5%), berat badan lahir rendah (< 2500 gram)
sebanyak 16 (33.3%) dan jenis kelamin laki-laki lebih banyak dari perempuan,
sebesar 26 subyek (54.2%). Dari hasil pemeriksaan residu lambung didapatkan 27
subyek (56.3%) yang mengalami residu positif ≥20%, dengan jenis residu
terbanyak adalah susu (68.8%), kemudian billious (14.6%) dan bloody residu
sebanyak 16.7%.
Dari seluruh subyek penelitian sebagian besar (81.3%) mengalami
gangguan fungsi jantung, di mana terdiri dari 8 subyek (16.67%) dengan
gangguan fungsi sistolik saja, 15 subyek (31.25%) mengalami gangguan fungsi
diastolik saja dan 16 subyek (33.3%) mengalami gangguan fungsi keduanya, baik
sistolik maupun diastolik. Sedangkan dari semua subyek, didapatkan 15 subyek
(31.3%) menderita penyakit jantung bawaan (PJB).
Tabel 4.2 memuat adanya kejadian residu lambung pada subyek penelitian
berdasarkan usia gestasi, jenis kelamin, berat badan lahir, ada tidaknya gangguan
fungsi jantung serta PJB. Dari tabel tersebut, dapat disimpulkan bahwa dengan
adanya residu lambung memiliki kemungkinan sebesar 6.25 kali untuk terjadinya
gangguan fungsi jantung pada neonatus berisiko sepsis secara signifikan
(OR:6.25; CI 95%:1.14 sd 34.29), demikian juga kemungkinan terhadap adanya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
49
gangguan fungsi sistolik sebesar 3.4 kali (OR:3.40; CI 95%:1.03 sd 11.26).
Sedangkan untuk prematuritas, BBLR dan penyakit jantung bawaan merupakan
faktor risiko untuk terjadinya residu lambung, namun tidak signifikan secara
statistik.
Tabel 4.2. Kejadian residu lambung menurut berbagai kategori variabel