Top Banner
HUBUNGAN POSTUR TUBUH TERHADAP KELUHAN MUSKULOSKELETAL DISORDERS PADA PEKERJA GREASING UNIT TRUCK DI PT. HARMONI PANCA UTAMA SITE DAMAI SKRIPSI Oleh Nama : Dade Rosadi NIM : 031321108 PROGRAM STUDI KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BINAWAN 2015
95

HUBUNGAN POSTUR TUBUH TERHADAP KELUHAN …

Nov 12, 2021

Download

Documents

dariahiddleston
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: HUBUNGAN POSTUR TUBUH TERHADAP KELUHAN …

HUBUNGAN POSTUR TUBUH TERHADAP

KELUHAN MUSKULOSKELETAL DISORDERS PADA

PEKERJA GREASING UNIT TRUCK

DI PT. HARMONI PANCA UTAMA SITE DAMAI

SKRIPSI

Oleh

Nama : Dade Rosadi

NIM : 031321108

PROGRAM STUDI KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BINAWAN

2015

Page 2: HUBUNGAN POSTUR TUBUH TERHADAP KELUHAN …

HUBUNGAN POSTUR TUBUH TERHADAP

KELUHAN MUSKULOSKELETAL DISORDERS PADA

PEKERJA GREASING UNIT TRUCK

DI PT. HARMONI PANCA UTAMA SITE DAMAI

SKRIPSI

Skripsi ini Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh

Gelar Sarjana Terapan K3

Oleh

Nama : Dade Rosadi

NIM : 031321108

PROGRAM STUDI KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BINAWAN

2015

Page 3: HUBUNGAN POSTUR TUBUH TERHADAP KELUHAN …

HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya :

Nama : Dade Rosadi

NIM : 031321108

Program Studi : Kesehatan dan Keselamatan Kerja

Jenjang : Sarjana Terapan (D4)

Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang saya susun dengan judul :

“Hubungan Fostur Tubuh Terhadap Keluhan Muskuloskeletal Dosorders

Pada Pekerja Greasing Unit Truck di PT Harmoni Panca Utama Site Damai”.

Adalah benar – benar hasil karya saya sendiri dan bukan merupakan plagiat

dari skripsi orang lain. Apabila pada kemudian hari pernyataan saya tidak

benar, maka saya bersedia menerima sanksi akademis yang berlaku (cabut

predikat kelulusan dan gelar sarjana).

Jakarta, 21 Juli 2015

Dade Rosadi

NIM : 031321108

Page 4: HUBUNGAN POSTUR TUBUH TERHADAP KELUHAN …

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI

KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Sebagai civitas akademik Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Binawan, saya

yang bertanda tangan dibawah ini:

Nama : Dade Rosadi

NIM : 031321108

Program Studi : Keselamatan dan Kesehatan Kerja

Jenis Karya : Skripsi

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Binawan Hak Bebas Royalti Non – Eksklusif (Non – Exclusive Royalty Free Right) atas karya ilmiah saya

yang berjudul:

“Hubungan Fostur Tubuh Terhadap Keluhan Muskuloskeletal Dosorders Pada Pekerja Greasing Unit Truck di PT Harmoni Panca Utama Site Damai”. Beserta perangkat yang ada (apabila diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti Non – Eksklusif ini Program Kesehatan dan Keselamatan Kerja STIKes Binawan berhak menyimpan, mengalihmedia / format-kan mengelolahnya dalam bentuk pangkalan data (database), mendistribusikannya, dan menampilkan/mempublikasikannya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis / pencipta dan sebagai pemilik Hak Cipta. Segala bentuk tuntutan hukum yang timbul atas pelanggaran Hak Cipta dalam karya ilmiah ini tanggungjawab saya pribadi.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di Jakarta

Pada Tanggal 21 Juli 2015

Yang menyatakan:

(Dade Rosadi)

Page 5: HUBUNGAN POSTUR TUBUH TERHADAP KELUHAN …

LEMBAR PERSETUJUAN

Skripsi ini telah di periksa, disetujui, dan dipertahankan dihadapan

Tim Penguji Skripsi Program Studi Keselamatan dan Kesehatan Kerja

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Binawan

Jakarta, 29 Agustus 2015

Pembimbing Akademik

(Nungki Agusti, ST, MKKK)

Page 6: HUBUNGAN POSTUR TUBUH TERHADAP KELUHAN …

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Dade Rosadi

Alamat : Perum Metland Cibitung Cluster Taman

Kemanggisan Blok O11 No. 06

Tempat Tanggal Lahir : Karawang, 17 Desember 1985

Jenis Kelamin : Laki-laki

Agama : Islam

Nomor Hand phone : 081311224777

E-mail : [email protected]

Riwayat Pendidikan

1. Program Studi K3 (Keselamatan dan

Kesehatan Kerja) STIKes Binawan Jakarta

2013-2015

2. D3 Keperawatan Akademi Keperawatan

Sismadi

2003 - 2006

3. MAN Model Ciwaringin Cirebon 2000 - 2003

4. MTs Salafiyah Syafi’iyah Cirebon 1998 - 2000

5. MI Hidayatul Mubtadiin Karawang 1992 - 1998

Penulis,

Dade Rosadi

Page 7: HUBUNGAN POSTUR TUBUH TERHADAP KELUHAN …

ABSTRAK

Nama : Dade Rosadi

Program : Keselamatan dan Kesehatan Kerja STIKES Binawan

Judul : Hubungan Postur Kerja terhadap Keluhan Musculoskeletal Disorders pada Pekerja Pelumasan (Greasing) Unit Truck di PT. Harmoni Panca Utama

Latar Belakang :PT. Harmoni Panca Utama merupakan perusahaan kontraktor batu bara yang dalam menunjang operasional nya terdapat bagian perawatan unit dan salah satu kegiatannya adalah pelumasan (greasing) unit truck. Proses pelumasan (greasing) unit truck ini masih dilakukan secara manual (manual handling) yang berpotensi menimbulkan bahaya ergonomi berupa keluhan nyeri otot atau yang disebut Musculoskeletal disorders. Berdasarkan data kesehatan dari klinik perusahaan didapatkan keluhan nyeri otot yang dialami pekerja greasing ini,

sehingga perlu diadakan penelitian yang bertujuan untuk menilai hubungan antara posisi kerja dengan keluhan Musculoskeletal disorders. Diharapkan dari penelitian

ini akan dihasilkan tentang faktor posisi kerja berhubungan/berpengaruh terhadap keluhan Musculoskeletal disorders dan dapat menentukan tindakan perbaikan yang harus dilakukan dalam lingkup perusahaan PT. Harmoni Panca Utama. Metode : Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode cross sectional pada bagian greasing unit truck. Penelitian ini melibatkan 12 responden dengan

usia 20-51 tahun dan memiliki masa kerja minimal 1 tahun. Data tentang karakteristik demografi dan okupasi dikumpulkan dengan mengisi kuesioner Data status gizi dilakukan dengan menghitung indeks masa tubuh. Data beban kerja fisik dilakukan dengan pengukuran denyut nadi dan tekanan darah. Data posisi kerja dilakukan dengan pengukuran postur tubuh menggunakan lembar kerja REBA Rasa tidak nyaman/ keluhan Musculoskeletal disorders di bagian tubuh dillakukan dengan menggunakan pertanyaan Nordic Body Map. Hasil : Penelitian ini menemukan bahwa karakteristik demografi berupa status gizi (P= 0,038), kebiasaan merokok (P= 0,008) dan karakteristik okupasi berupa beban kerja fisik yang didapat dari pengukuran denyut nadi (P= 0,001) ada hubungan bermakna dengan keluhan Musculoskeletal disorders. Kemudian posisi kerja juga berpengaruh terhadap keluhan Musculoskeletal disorders dengan adanya hasil resiko tinggi pada penilaian postur tubuh dengan menggunakan metode REBA pada setiap tahapan proses greasing. Selain itu, bagian tubuh yang paling banyak

dikeluhkan responden adalah punggung bawah sebesar (46,9%). Kesimpulan dan Saran : Pertanyaan peneliti tentang penelitian ini dapat terjawab

dan disarankan untuk PT. Harmoni Panca Utama agar menyediakan stasiun kerja berupa area dimana pekerja dapat berdiri dan leluasa agar postur tubuh pekerja pada saat melakukan posisi kerja tidak mengalami postur tubuh janggal yang dapat menyebabkan keluhan Musculoskeletal disorders.

Kata kunci : Posisi kerja, Musculoskeletal disorders

Page 8: HUBUNGAN POSTUR TUBUH TERHADAP KELUHAN …

ABSTRACT

Name : Dade Rosadi

Program : Occupational Safety and Health of Binawan STIKES

Title : Relationship of Work Posture to Complaints on Musculoskeletal

Disorders in Truck Unit Greasing at PT. Main Five Harmony

Background: PT. Harmoni Panca Utama is a coal contracting company that supports

the operation of the unit and one of its activities is unit greasing. The greasing

process of this unit truck is still done manually (manual handling) which has the

potential to cause ergonomic hazards in the form of complaints of muscle pain or

what is called Musculoskeletal disorders. Based on health data from the company's

clinic, complaints of muscle pain were experienced by greasing workers, so studies

need to be conducted that aim to assess the relationship between work position and

complaints of Musculoskeletal disorders. It is expected that this research will

produce work position factors related to / influence on complaints of Musculoskeletal

disorders and can determine remedial actions that must be taken within the scope of

the company PT. Main Five Harmony.

Method: This research was conducted using the cross sectional method in the part of

the greasing unit truck. This study involved 12 respondents aged 20-51 years and had

a minimum work period of 1 year. Data on demographic and occupational

characteristics were collected by filling out questionnaires. Nutritional status data

was carried out by calculating body mass index. Physical workload data is carried

out by measuring pulse and blood pressure. Work position data is done by measuring

body posture using the REBA worksheet Discomfort / complaints Musculoskeletal

disorders in the body parts are done using the Nordic Body Map question.

Results: This study found that demographic characteristics in the form of nutritional

status (P = 0.038), smoking habits (P = 0.008) and occupational characteristics in the

form of physical workload obtained from pulse measurements (P = 0.001) had a

significant association with complaints of Musculoskeletal disorders. Then the work

position also affects the complaints Musculoskeletal disorders with the presence of

high risk results in the assessment of posture using the REBA method at each stage

of the greasing process. In addition, the most complained part of the body is the

lower back (46.9%).

Conclusions and Suggestions: Questions from researchers about this study can be

answered and it is recommended for PT. Main Panca Harmony in order to provide

work stations in the form of areas where workers can stand up and be free so that the

posture of the workers during work positions does not experience odd postures that

can cause complaints of Musculoskeletal disorders.

Keywords: Work position, Musculoskeletal disorders

Page 9: HUBUNGAN POSTUR TUBUH TERHADAP KELUHAN …

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT senantiasa penulis panjatkan atas

segala rahmat dan kasih sayang-Nya, sehingga pembuatan skripsi ini dapat

diselesaikan dengan baik.

Skripsi yang berjudul “Hubungan Postur Tubuh Terhadap Keluhan

Muskuloskeletal Disorders Pada Pekerja Greasing Unit Truck di PT.

Harmoni Panca Utama Site Damai” ini disusun dalam rangka memenuhi

program perkuliahan semester VIII. Atas tersusunnya skripsi ini, tidak lupa

penulis sampaikan terima kasih yang tiada terhingga kepada:

1. Bapak Abbas, Ibu Dadah, selaku orang tua dan Yetti Nurhayati selaku

istri penulis yang tak hentinya memberikan doa dan dukungan.

2. Bapak DR. M. Toriz, Z, MPH, SpKL selaku Ketua Prodi Jurusan

Keselamatan dan Kesehatan Kerja STIKes Binawan yang telah

memberikan bimbingan serta restunya dalam penyusunan skripsi ini.

3. Ibu Nungki Agusti, ST, MKKK selaku dosen pembimbing yang telah

membimbing penulis dalam penyusunan skripsi ini.

4. Manajemen dan seluruh karyawan PT. Harmoni Panca Utama yang

telah membantu dan memberikan kesempatan kepada peneliti untuk

belajar dan melakukan proses penelitian

5. Bapak Ade Kurdiman, ST selaku pembimbing lapangan di PT.

Harmoni Panca Utama dan seluruh staff CHSE departemen

Page 10: HUBUNGAN POSTUR TUBUH TERHADAP KELUHAN …

6. Semua teman-teman K3 STIKes Binawan program B yang telah

membantu dalam menyelesaikan skripsi ini.

7. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini.

Akhir kata, mohon maaf bila ada kekhilafan dan kesalahan yang

kurang berkenan di hati selama penyusunan skripsi ini. Semoga

skripsi ini dapat memberi manfaat bagi perkembangan ilmu

pengetahuan.

Jakarta, 29 Agustus 2015

Penulis

Page 11: HUBUNGAN POSTUR TUBUH TERHADAP KELUHAN …

DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL .......................................................................................... i

HALAMAN JUDUL ............................................................................................. ii

LEMBAR PERSETUJUAN ................................................................................. iii

LEMBAR PENGESAHAN .................................................................................. iv

KATA PENGANTAR .......................................................................................... v

ABSTRAK .......................................................................................................... vii

DAFTAR ISI ....................................................................................................... viii

DAFTAR TABEL ................................................................................................ xii

DAFTAR GAMBAR .................................................................................. xv

DAFTAR GRAFIK .................................................................................... xvi

DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................... xvii

DAFTAR SINGKATAN ............................................................................. xviii

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang ...................................................................... 1

1.2. Rumusan Masalah ................................................................ 5

1.3. Tujuan Penelitian .................................................................. 5

1.4. Manfaat Penelitian ................................................................ 6

1.5. Ruang Lingkup ...................................................................... 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Ergonomi .............................................................................. 7

2.1.1. Definisi Ergonomi ....................................................... 8

2.1.2. Maksud dan Tujuan Disiplin Ergonomi ....................... 11

2.2. Muskuloskeletal Disorders .................................................... 13

2.1.1. Definisi Muskuloskeletal Disorders ............................. 13

2.1.3. Gejala Keluhan Muskuloskeletal Disorders ................ 15

2.1.4. Diagnosis Kelainan Muskuloskeletal Disorders .......... 16

2.1.5. Faktor Risiko Muskuloskeletal Disorders .................... 18

2.3. Keterkaitan Ergonomi dengan Muskuloskeletal Disorders .... 24

2.4. Metode Pengukuran Ergonomi Terkait Low Back Pain ......... 25

Page 12: HUBUNGAN POSTUR TUBUH TERHADAP KELUHAN …

2.4.1. Penilaian Keluhan MSDs dengan NBM...................... 26

2.4.2. Penilaian Posisi Kerja dengan RULA ......................... 26

2.4.3. Pengukuran Beban Kerja ........................................... 42

2.6. Profil PT. Harmoni Panca Utama Site Damai ....................... 47

2.7. Kerangka Teori ..................................................................... 50

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Kerangka Konsep ................................................................. 51

3.2. Hipotesis ............................................................................... 52

3.3. Jenis dan Rancangan Penelitian........................................... 52

3.4. Populasi dan Sampel Penelitian ........................................... 52

3.5. Lokasi dan Waktu Penelitian ................................................. 53

3.5. Definisi Operasional .............................................................. 54

3.6. Sumber Data Penelitian ........................................................ 54

3.7. Instrumen Penelitian ............................................................. 54

3.8. Pengumpulan Data ............................................................... 55

3.9. Pengolahan dan Analisis Data .............................................. 56

3.10. Jadwal Penelitian ................................................................. 57

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN

4.1. Karakteristik Demografi ....................................................... 64

4.2. Karakteristik Okupasi .......................................................... 66

4.3. Keluhan Musculoskeletal Disorders .................................... 68

4.4. Distribusi Keluhan MSDs Tiap Bagian Tubuh ..................... 70

4.5. Hubungan Karakteristik Demografi dengan Keluhan MSDs 73

4.6. Hubungan Karakteristik Okupasi dengan Keluhan MSDs ... 76

4.7. Penilaian Posisi Kerja dengan Metode RULA ..................... 81

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan ........................................................................ 81

5.2. Saran .................................................................................. 83

5.2.1. Perusahaan .............................................................. 83

5.2.2. Karyawan………………………….………… .............. 84

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN (Data skunder, kuesioner, dsb)

Page 13: HUBUNGAN POSTUR TUBUH TERHADAP KELUHAN …

DAFTAR SINGKATAN

Depkes Departemen Kesehatan

IMT Indeks Masa Tubuh

K3 Keselamatan Kesehatan Kerja

MSDs Musculoskeletal disorders

NIOSH National Institute for Occupational Safety and Health

NBM Nordic Body Map

OSHA Occupational Safety and Health Administration

OHSAS Occupational Health and Safety Assessment Series

P Nilai Signifikasi

RP Rasio Prevalensi

REBA Rapid Entire Body Assessment

SMK3 Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Keja

WHO World Health Organization

Page 14: HUBUNGAN POSTUR TUBUH TERHADAP KELUHAN …

xviii

DAFTAR SINGKATAN

Depkes Departemen Kesehatan

IMT Indeks Masa Tubuh

K3 Keselamatan Kesehatan Kerja

MSDs Musculoskeletal disorders

NIOSH National Institute for Occupational Safety and Health

NBM Nordic Body Map

OSHA Occupational Safety and Health Administration

OHSAS Occupational Health and Safety Assessment Series

P Nilai Signifikasi

RP Rasio Prevalensi

REBA Rapid Entire Body Assessment

SMK3 Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Keja

WHO World Health Organization

Page 15: HUBUNGAN POSTUR TUBUH TERHADAP KELUHAN …

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Industri Pertambangan merupakan salah satu sumber daya alam

potensial yang ada di Indonesia dan dapat dimanfaatkan sebagai

sumber devisa untuk pembangunan nasional. Kegiatan dalam

industri tambang sarat akan risiko, dalam pelaksanaannya pekerjaan

dalam industri ini banyak yang dilakukan dengan menggunakan

mesin, mulai dari mesin yang sangat sederhana sampai dengan

penggunaan mesin dengan berbasis teknologi tinggi, disisi lain,

ternyata di berbagai industri juga masih banyak pekerjaan yang

harus dilakukan secara manual yang memerlukan tuntutan dan

tekanan fisik yang berat. Salah satu akibatnya ternyata

meningkatkan terjadinya keluhan dan komplain pada pekerja,

seperti; terjadinya sakit punggung dan pinggang, ketegangan pada

leher, sakit pergelangan tangan lengan dan kaki, kelelahan mata dan

banyak komplain lainnya, maka barang tentu akan menurunkan

performasi kerja yang pada kahirnya akan menurunkan produktivitas

kerja (Tarwaka, 2012).

PT Harmoni Panca Utama adalah perusahaan nasional yang

didirikan pada 25 Januari 2011 dan berfokus hanya pada jasa

kontraktor pertambangan. PT. Harmoni Panca Utama merupakan

gabungan antara 2 perusahaan dengan latar belakang dan

kepentingan yang berbeda yaitu PT. Harita Mitra Sentosa dan PT.

Panca Sejahtera Mandiri. PT. Harita Mitra Sentosa adalah sebuah

perusahaan swasta yang berfokus pada pertambangan dengan

struktur keuangan yang kuat dan PT. Panca Sejahtera Mandiri

merupakan sebuah perusahaan swasta yang memiliki kompetensi

kuat dalam penyediaan jasa pertambangan.

Page 16: HUBUNGAN POSTUR TUBUH TERHADAP KELUHAN …

2

Dalam kegiatan produksinya, PT Harmoni Panca Utama

menggunakan mesin-mesin/alat berat (heavy equipment) dan untuk

memastikan bahwa alat-alat tersebut selalu siap dalam menunjang

operasionalnya maka terdapat departemen yang mempunyai tugas

untuk melaksanakan kegiatan pemeliharaan (maintenance) diantara

kegiatannya adalah proses pelumasan (greasing) pada unit truck.

Kegiatan pelumasan (greasing) pada unit truck ini masih banyak

dengan kegiatan manual handling dimana setiap pekerja akan

bersentuhan langsung dengan peralatan dalam kegiatan pelumasan

(greasing) ini tanpa menggunakan alat bantu yang memadai.

Aktivitas manual handling merupakan aktivitas yang meliputi

kegiatan seperti mengangkat, memindahkan, mendorong, menarik,

membawa, menahan beban dengan tangan atau kekuatan tubuh

(Ridley, 2006).

Aktivitas manual handling yang kurang tepat merupakan salah

satu bahaya yang mungkin paling sering ditemui oleh pekerja di

tempat kerja. Salah satu bahaya yang mungkin muncul adalah

gangguan sistem otot dan tulang (Muskuloskeletal). Hal ini dapat

terjadi karena manusia memiliki keterbatasan baik dari segi fisik,

fisiologik maupun psikologik (Sahab, 1997). Menurut hasil analisis

data kecelakaan yang dilaporkan badan eksekutif K3 di pabrik HM

USA yang menunjukkan bahwa setiap tahunnya daritahun 1945-

1980 pekerjaan manual handling merupakan penyebab utama yaitu

sekitar 25-31% dari seluruh cidera yang ada di industri. Sedangkan

untuk distribusi bagian tubuh yang terkena akibat kegiatan manual

handling yang tidak tepat adalah 70% menyerang tulang punggung,

19% lengan atas, dan 18% lengan bawah (Pheasant, 1991).

Berbagai macam aktivitas manual handling yang biasa dilakukan di

tempat kerja seperti mengangkat, memindahkan, mendorong,

menarik, membawa atau menahan beban sebanyak 61.3% dari

cidera manual handling terkait dengan aktivitas mengangkat (lifting)

dan membawa (carrying) (Bridger, 1995).

Page 17: HUBUNGAN POSTUR TUBUH TERHADAP KELUHAN …

3

Pekerjaan pelumasan (greasing) pada unit truck ini dimulai

dengan membawa perlengkapan yang disimpan di dalam kotak

peralatan (toolbox) dengan berat 20 Kilogram, selanjutnya pekerja

akan melakukan isolasi energi seperti mematikan mesin, memasang

tanda perbaikan unit, dan memasang ganjal ban dengan berat 7

Kilogram, selanjutnya pekerja akan memasukkan pelumas yang

sudah berada didalam manual greasing pump ke tempat-tempat

yang disebut dengan nipple yang berada dibagian bawah (kolong)

truck pada kegiatan ini dilakukan dengan posisi janggal karena area

sempit. Kegiatan tersebut secara rutin dilakukan setiap hari dan rata-

rata 5 unit perhari. Jenis pekerjaan ini bila dibiarkan secara terus-

menerus akan menimbulkan masalah ergonomi berupa kelelahan

dan keluhan rasa sakit pada sendi dan otot, keluhan inilah yang

disebut Muskuloskeletal Disorders.

Keluhan muskuloskeletal merupakan masalah kesehatan

pada organ penggerak (lokomotor) seperti otot, tendon, tulang,

kartilago, ligamen, dan syaraf (Lutmann, et all., 2003). Hal tersebut

disebabkan atau diperparah oleh kegiatan secara tiba-tiba atau

pajanan faktor fisik yang sudah berlangsung lama seperti

pengulangan, gaya atau tekanan, getaran, dan atau posisi yang

janggal (NIOSH, 2012).

Keluhan muskuloskeletal dapat diterjemahkan sebagai

kerusakan trauma kumulatif, dimana hal ini terjadi akibat

penumpukan cedera kecil pada sistem muskuloskeletal akibat

trauma berulang yang tidak dapat sembuh sempurna sehingga

membentuk kerusakan yang cukup besar untuk menimbulkan rasa

sakit (Humantech, 1995)

Hasil survey awal pada aktivitas pelumasan (greasing) yaitu

ditemukan bahwa terdapat potensi risiko ergonomi ketika melakukan

pekerjaan tersebut, dimana pekerja cenderung dalam keadaan

postur janggal dan dilakukan secara berulang. Perusahaan belum

melakukan penilaian risiko ergonomi, hal tersebut dibuktikan dengan

Page 18: HUBUNGAN POSTUR TUBUH TERHADAP KELUHAN …

4

tidak adanya laporan penilaian risiko ergonomi. Dari hasil wawancara

awal khususnya pada pekerja yang bekerja di area pelumasan

ditemukan beberapa keluhan pada bagian tubuh seperti punggung,

pinggang yang dapat diduga sebagai dampak dari pekerjaan.

Meskipun proses pelumasan (greasing) unit truck yang dilakukan

di PT. HPU ini telah dilakukan dengan tenaga kerja yang terlatih dan

adanya pembagian waktu kerja (shifting), namun pada kenyataannya

upaya tersebut dinilai belum cukup efektif untuk menekan jumlah

muskuloskeletal disorders ini. Hal ini terbukti dengan adanya data

kesehatan pekerja di bagian pelumasan (greasing) selama 3 tahun

terakhir dari tahun 2013 hingga 2015 (updated Mei 2015) yang

didapat dari sentra gawat darurat / unit kesehatan kerja PT. HPU

adalah sebagai berikut:

Diagram 1.1. Diagnosis Keluhan Nyeri Otot Skeletal

Sumber: Sentra Gawat Darurat PT. HPU Site DMI

Berdasarkan digram diatas, didapatkan diagnosa nyeri punggung

bawah (low back pain) pada tahun 2013 sebanyak 2 kali, pada tahun

2014 sebanyak 6 kali, dan pada tahun 2014 sebanyak 7 kali.

Kemudian nyeri otot (myalgia) pada tahun 2013 sebanyak 118 kali,

pada tahun 2014 sebanyak 63 kali, pada tahun 2015 sebanyak 48

kali.

Page 19: HUBUNGAN POSTUR TUBUH TERHADAP KELUHAN …

5

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut di atas sehingga timbul

pertanyaan penelitian sebagai berikut:

1.2.1. Bagaimana gambaran aktivitas proses pelumasan (greasing)

unit truck di PT. Harmoni Panca Utama Site Damai

1.2.2. Bagaimana tingkat risiko ergonomi pada aktivitas proses

pelumasan (greasing) unit truck di PT. Harmoni Panca Utama

Site Damai?

1.2.3. Apakah faktor pekerjaan (beban fisik kerja, postur kerja) dan

faktor individu (umur, jenis kelamin, tingkat pendidikan, lama

kerja, status gizi, kebiasaan merokok) ada kaitannya dengan

timbulnya keluhan muskuloskeletal disorders?

1.2.4. Bagaimana gambaran keluhan Musculoskeletal disorders

terhadap postur tubuh pada proses pelumasan (greasing)

unit?

1.2.5. Bagaimana model pekerja yang baik untuk melakukan proses

pelumasan (greasing) unit?

1.3. Tujuan Penelitian

1.3.1. Tujuan Umum

Diketahuinya hubungan postur tubuh terhadap keluhan

muskuloskeletal disorders pada pekerja bagian pelumasan

(greasing) unit di PT. Harmoni Panca Utama site DMI

1.3.2. Tujuan Khusus

a. Didapatkannya gambaran aktivitas proses pelumasan

(greasing) unit truck dari PT. Harmoni Panca Utama site

DMI

Page 20: HUBUNGAN POSTUR TUBUH TERHADAP KELUHAN …

6

b. Didapatkannya gambaran risiko ergonomi pada proses

pelumasan (greasing) unit truck dari PT. Harmoni Panca

Utama site DMI

c. Diketahuinya gambaran karakteristik/faktor individu (umur,

jenis kelamin, tingkat pendidikan, lama kerja, status gizi,

kebiasaan merokok) dan karakteristik/faktor pekerjaan

(beban kerja, dan postur kerja) di bagian pelumasan

(greasing) unit truck dari PT. Harmoni Panca Utama site

DMI

d. Diketahuinya skor/ nilai postur tubuh pekerja terkait posisi

kerja pada tahapan pelumasan (greasing) unit truck dari

PT. Harmoni Panca Utama site DMI

e. Diketahuinya pengaruh postur kerja terhadap keluhan

Muskuloskeletal disorders pada proses pelumasan

(greasing) unit truck dari PT. Harmoni Panca Utama site

DMI

f. Diketahuinya keberhasilan pelaksanaan pengendalian

risiko terjadinya muskuloskeletal disorders terhadap

postur kerja pada aktivitas greasing/pelumasan unit di PT.

Harmoni Panca Utama site DMI

1.4. Manfaat Penelitian

1.4.1. Bagi Perusahaan

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan dan evaluasi

bagi perusahaan dalam melakukan tindakan pengendalian

untuk meminimasi risiko terjadinya ganguan muskuloskeletal

disorders yang dialami pekerja di bagian pelumasan

(greasing) unit di PT. Harmoni Panca Utama site DMI

1.4.2. Bagi STIKES BINAWAN

Penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan kapasitas dan

kuantitas serta kualitas pendidikan.

Page 21: HUBUNGAN POSTUR TUBUH TERHADAP KELUHAN …

7

1.4.3. Bagi Dunia Pendidikan

Dari hasil penelitian ini, diharapkan dapat menjadi sumber

informasi serta referensi bagi mahasiswa, dan dapat

memperkaya khasanah karya tulis ilmiah di bidang Kesehatan

dan Keselamatan Kerja (K3).

1.4.4. Bagi Mahasiswa

Kajian ini dapat menambah ilmu dan pengetahuan khususnya

mengenai pengaruh aktivitas manual handling terhadap

keluhan musculoskeletal disorders.

1.5. Ruang Lingkup

Penelitian ini dilakukan di PT. Harmoni Panca Utama site

Damai mulai dari bulan Mei tahun 2015. Objek penelitian adalah

pekerja bagian pelumasan (greasing) unit di departemen Plant.

Desain penelitian ini adalah observasional analitik dengan

menggunakan pendekatan cross sectional. Data umum pegawai

didapatkan dengan menggunakan kuesioner karakteristik umum.

Untuk melihat keluhan muskuloskeletal disorders para pekerja

dilakukan wawancara dan dilakukan pengisian kuesioner dengan

gambar Nordic Body Map. Pengukuran denyut nadi dan tekanan

darah dilakukan untuk mengetahui beban kerja fisik. Kemudian untuk

antropometri dilakukan perhitungan indeks masa tubuh dengan cara

melakukan pengukuran berat badan dan tinggi badan responden.

Alat ukur yang digunakan adalah lembar kerja REBA (Rapid Entire

Body Assessment) untuk mengukur postur kerja. Pada penelitian

dengan menggunakan metode REBA tidak semua responden diambil

gambarnya. Peneliti hanya mengambil beberapa model pekerja saja

sesuai dengan jenit unit/alat berat yang dioperasikan, karena

mayoritas responden melaksanakan pekerjaan sesuai posisi model

tersebut serta karena adanya keterbatasan waktu dan biaya

Page 22: HUBUNGAN POSTUR TUBUH TERHADAP KELUHAN …

8

sehingga peneliti hanya memilih satu model kerja yang mayoritas

dikerjakan responden dengan posisi yang sama.

Page 23: HUBUNGAN POSTUR TUBUH TERHADAP KELUHAN …

9

Page 24: HUBUNGAN POSTUR TUBUH TERHADAP KELUHAN …

9

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Ergonomi

Istilah ergonomi diperkenalkan oleh W.B. Jastszebowzki tahun 1857,

dimana terminologi dari kata ergonomi berasal dari bahasa Yunani

yaitu “Ergon” yang artinya kerja dan “nomos” yang berarti

peraturan/hukum. Secara harfiah ergonomi diartikan sebagai ilmu

tentang kerja (Budiono, 2003). Studi terhadap aspek pekerjaan

dimulai sejak abad 20 dimana pengembangan terhadap pengukuran

ini dikembangkan oleh Frank dan Lilian Gilbreth serta Frederick

Taylor. Dalam ruang lingkup yang luas, ergonomi adalah sebuah

studi multi disiplin mengenai hukum yang mengatur interaksi antara

manusia, mesin, dan lingkungan.

2.1.1. Definisi Ergonomi

Definisi ergonomi telah banyak dijabarkan oleh peneliti

maupun lembaga oleh karena itu untuk lebih memahami

pengertian tentang ergonomi, penulis akan menjelaskan

berbagai macam definisi ergonomi dari berbagai macam

literatur, antrara lain:

a) Ergonomi adalah ilmu yang penerapannya berusaha untuk

menyerasikan pekerjaan dan lingkungan terhadap orang

dan setinggi-tingginya melalui pemanfaatan faktor manusia

seoptimal-optimalnya, hal ini meliputi penyerasian

pekerjaan terhadap tenaga kerja secara timbal balik untuk

efisiensi dan kenyamanan kerja (Suma’mur, 1989)

b) Ergonomi adalah studi ilmiah terapan mengenai manusia

terhadap desain objek, sistem, lingkungan untuk aplikasi

kerja manusia (Pheasant, 1991)

Page 25: HUBUNGAN POSTUR TUBUH TERHADAP KELUHAN …

10

c) Ergonomi adalah sudut pandang keilmuan, berfikir tentang

manusia dan bagaimana interaksinya dengan seluruh

aspek di dalam lingkungan, peralatan, dan situasi kerja

(Oborne, 1995).

d) Ergonomi adalah ilmu yang mempelajari mengenai

interaksi antara manusia dan objek yang mereka

pergunakan serta lingkungan kerjanya (Pulat, 1997).

e) Ergnomi didefinisikan sebagai penerapan ilmu biologi yang

sejalan dengan ilmu rekayasa yang bertujuan agar

didapatkan penyesuaian yang saling menguntungkan

antara pekerja dan pekerjaannya secara optimal dengan

tujuan agar bermanfaat untuk efisiensi dan kesejahteraan

(ILO, 1998)

f) Ergonomi adalah ilmu serta penerapannya yang berusaha

menyerasikan pekerja dan lingkungan terhadap orang atau

sebaliknya dengan tujuan tercapainya produktivitas dan

efisiensi yang setinggi-tingginya melalui pemanfaatan

manusia seoptimal mungkin (Budiono, 2003)

g) Ergonomi adalah ilmu yang mempelajari interaksi antara

manusia dengan mesin serta faktor-faktor yang

mempengaruhi interaksi tersebut (Bridger, 2003)

h) Ergonomi adalah ilmu, seni dan penerapan teknologi untuk

menyerasikan atau menyeimbangkan antara segala

fasilitas yang digunakan baik dalam beraktivitas maupun

istirahat dengan kemampuan dan keterbatasan manusia

baik fisik maupun mental sehingga kualitas hidup secara

keseluruhan menjadi lebih baik (Tarwaka, 2004)

i) Ergonomi adalah ilmu pengetahuan uantuk menganalisa

efek dari proses kerja, desain kerja, dan lingkungan kerja

terhadap kinerja atau performa dan kesehatan manusia

(Bird, 2005)

Page 26: HUBUNGAN POSTUR TUBUH TERHADAP KELUHAN …

11

j) Ergonomi adalah istilah yang digunakan sebagai dasar

studi dan desain hubungan antara manusia dan mesin

untuk mencegah penyakit dan cidera serta meningkatkan

prestasi atau kinerja (ACGIH, 2007)

Berdasarkan definisi-definisi di atas maka dapat disimpulkan

bahwa ergonomi adalah suatu konsep keilmuan dimana

kajiannya adalah manusia yang didasarkan pada keterbatasan

terhadap kemampuan maupun kapasitas manusia sehingga

diperlukan penyerasian antara lingkungan kerja dan

pekerjaan, dengan manusia yang berinteraksi dengan elemen

tersebut sebagai upaya untuk mencegah cedera maupun

gangguan, meningkatkan produktivitas dan upaya efisiensi

serta efektivitas pada aspek manusia.

2.1.2. Ruang Lingkup Ergonomi

Ergonomi merupakan bidang antar cabanga ilmu pengetahuan

yang melibatkan konsep-konsep yang terkait dengan

biomekanik, rekayasa faktor manusia, kinesiologi,

keselamatan dan kedokteran (Bird, 2005). Ergonomi

merupakan perpaduan antara beberapa bidang ilmu antara

lain: ilmu faal, anatomi dan kedokteran, psikologi faal, ilmu

fifika dan teknik. Ilmu faal dan anatomi memberikan gambaran

bentuk tubuh manusia, kemampuan tubuh/anggota gerak

untuk mengangkat atau ketahanan terhadap suatu gaya yang

diterimanya, satuan ukuran besaran panjangnya suatu

anggota tubuh.

Psikologi faal memberikan gambaran terhadap fungsi otak dan

sistem persyarafan dalam kaitannya dengan tingkah laku,

sementara eksperimental mencoba memahami suatu cara

bagaiman mengambil sikap, memahami, mempelajari,

mengingat serta mengendalikan proses motorik. Sedangkan

ilmu fisika dan teknik memberikan informasi yang sama untuk

Page 27: HUBUNGAN POSTUR TUBUH TERHADAP KELUHAN …

12

desain dan lingkungan dimana pekerja melakukan

pekerjaannya (Oborne, 1995).

Gambar 2.1

Ruang Lingkup Ergonomi dan Keterkaitan Dengan Ilmu Lainnya

Sumber: (Budiono, 2003)

Menurut International Ergonomic Asociation (IEA), dalam Rom

(2007), disiplin keilmuan ergonomi terdiri dari 3 (tiga) bidang

yaitu:

1. Physical Ergonomics Adalah ergonomi yang berfokus pada

anatomi tubuh manusia, antropometri, fisiologi, dan

karakteristik biomekanik yang berhubungan dengan

aktivitas seperti berikut:

a. Postur tubuh

b. Material handling

c. Pekerjaan yang berhubungan dengan keluhan

musculoskeletal

d. Layout tempat kerja

e. Keselamatan dan kesehatan

ERGONOMI

ANATOMI

FISIOLOGI

PSIKOLOGI

ENGINEERING

DESAIN

MANAGEMENT

Page 28: HUBUNGAN POSTUR TUBUH TERHADAP KELUHAN …

13

2. Cognitive Ergonomics Adalah ergonomi yang berfokus

pada berbagai proses mental, seperti persepsi, memori,

respon motor yang mempengaruhi hubungan antara

manusia dengan elemen sistem yang lainnya seperti

berikut:

a. Mental workload

b. Penetapan keputusan

c. Skill performance

d. Interaksi antara orang dengan komputer

e. Human reliability

f. Tekanan kerja

g. Pelatihan yang berhubungan dengan interaksi antara

orang dan desain

h. sistem

3. Organizational Ergonomics Adalah ergonomi yang berfokus

pada optimalisasi sistem sosioetnial termasuk struktur,

kebijakan, dan beragam proses. Ergonomi organisasi

menyangkut hal sebagai berikut.

a. Komunikasi

b. Manajemen sumber daya manusia

c. Desain pekerjaan

d. Desain waktu kerja

e. Kerjasama tim

f. Desain partisipasi

g. Ergonomi komunitas

h. Cooperative work

i. Paradigma kerja baru

j. Pengorganisasian virtual

k. Telework

l. Quality management

Page 29: HUBUNGAN POSTUR TUBUH TERHADAP KELUHAN …

14

2.1.3. Maksud dan Tujuan Ergonomi

Istilah ergonomi berasal dari bahasa Yunani: ergein artinya

bekerja dan terdiri dari dua kata yaitu: ergos yang berarti kerja

dan nomos berarti hukum alam (natural law), sehingga

ergonomi merupakan studi tentang aspek-aspek manusia

dalam lingkungan kerjanya yang ditinjau secara anatomi,

fisiologi, psikologi, engineering, manajemen dan desain atau

perancangan, sehingga ergonomi dapat diterapkan oleh ahli/

pakar diberbagai bidang seperti ahli anatomi, arsitektur,

psikologi, teknik industri, evaluasi proses kerja bagi

pemerintahan, militer, dan lain-lain.

Penerapan ergonomi umumnya diwujudkan dalam aktivitas

rancang bangun (design) atau rancang ulang (redesign). Hal

ini dapat meliputi perangkat keras seperti misalnya

perkakas kerja (tools), bangku kerja (benches), platform, kursi,

pegangan alat kerja (workholders), sistem pengendali

(controls), alat peraga (displays), jalan/ lorong (access way),

pintu (doors), jendela (windows), dan lain-lain. Di bidang

industri juga terkait ergonomi yang disebut human engineering

atau applied/ industrial ergonomic, karena banyak hal yang

dihubungkan dengan aplikasi data maupun pertimbangan

faktor manusia (human factors engineering) dalam proses

perancangan, modifikasi dan evaluasi dari produk (peralatan

atau fasilitas) yang digunakan dalam sebuah sistem kerja.

Berikut merupakan beberapa pokok-pokok

kesimpulan mengenai disiplin ergonomi, yaitu

a. Pendekatan ergonomi akan ditekankan pada penelitian

kemampuan keterbatasan manusia baik secara fisik

maupun secara mental psikologis dan interaksinya

dalam sistem manusia mesin yang integral. Secara

Page 30: HUBUNGAN POSTUR TUBUH TERHADAP KELUHAN …

15

sistematis pendekatan ergonomi kemudian akan

memanfaatkan informasi tersebut untuk tujuan rancang

bangun, sehingga akan tercipta produk, sistem atau

lingkungan kerja yang lebih sesuai dengan manusia. Pada

gilirannya rancangan ergonomi yang akan dapat

meningkatkan efisiensi, efektifitas, dan produktivitas

kerja, serta dapat menciptakan sistem serta lingkungan

yang cocok, aman, nyaman, dan sehat.

b. Pendekatan ergonomi akan mampu menimbulkan

“fuctional effective” dan kenikmatan-kenikmatan dari

peralatan fasilitas maupun lingkungan kerja yang

dirancang.

c. Upaya memperbaiki performa kerja manusia seperti

menambah kecepatan kerja, ketepatan (accuracy),

keselamatan kerja disamping untuk mengurangi energi

kerja yang berlebihan serta mengurangi datangnya

kelelahan yang terlalu cepat. Disamping itu disiplin

ergonomi diharapkan pula dapat memperbaiki

pendayagunaan sumber daya manusia serta

meminimalkan kerusakan peralatan yang disebabkan oleh

kesalahan manusia (human error).

d. Aplikasi sistematis dari segala informasi yang

relevan dengan karakteristik dan perilaku manusia di

dalam perancangan peralatan, fasilitas dan lingkungan

kerja yang dipakai. Untuk ini analisis dan penelitian

ergonomi akan meliputi hal-hal yang berkaitan dengan:

1) Anatomi (struktur), fisiologi (bekerjanya) dan

antropometri (ukuran) tubuh manusia.

Page 31: HUBUNGAN POSTUR TUBUH TERHADAP KELUHAN …

16

2) Psikologi yang fisiologis mengenai berfungsinya otak

dan sistem syaraf yang berperan dalam tingkah laku

manusia.

3) Kondisi-kondisi kerja yang dapat mencederai baik

dalam waktu yang pendek maupun dalam waktu yang

panjang ataupun membuat celaka manusia, dan

sebaliknya ialah kondisi-kondisi kerja yang dapat

membuat nyaman kerja manusia.

Dengan memperhatikan hal-hal tersebut maka

penelitian dan pengembangan ergonomi akan

memerlukan berbagai keilmuan yang multidisiplin karena

mempelajari pengetahuan dari ilmu kehayatan, kejiwaan

dan kemasyarakatan berbagai disiplin keilmuan seperti:

psikologi, anthopologi, faal/ anatomi dan teknologi

(engineering).

2.2. Musculoskeletal Disorders

2.2.1. Definisi Musculoskeletal Disorders

Studi tentang MSDs pada berbagai jenis industri telah

banyak dilakukan dan hasil studi menunjukkan bahwa bagian

otot yang sering dikeluhkan adalah otot rangka yang meliputi

otot leher, bahu, lengan, tangan, jari, punggung, pinggang dan

otot-otot bagian bawah. Di antara keluhan sistem

musculoskeletal tersebut, yang paling banyak dialami oleh

pekerja adalah otot bagian pinggang (Low Back Pain = LBP).

Laporan dari The Bureau of Labour Statistics (BLS)

Departemen Tenaga Kerja Amerika Serikat yang

dipublikasikan pada tahun 1982 menunjukkan bahwa hampir

20% dari semua kasus sakit akibat kerja dan 25% biaya

kompensasi yang dikeluarkan sehubungan dengan adanya

keluhan atau sakit pinggang. Besarnya biaya kompensasi

Page 32: HUBUNGAN POSTUR TUBUH TERHADAP KELUHAN …

17

yang harus dikeluarkan oleh perusahaan secara pasti belum

diketahui. Namun demikian, hasil estimasi yang dipublikasikan

oleh National Institute of Occupational Safety Health (NIOSH)

menunjukkan bahwa biaya kompensasi untuk keluhan

musculoskeletal sudah mencapai 13 milyar US$ setiap

tahunnya. Biaya tersebut merupakan yang terbesar bila

dibansingkan dengan biaya kompensasi untuk keluhan atau

sakit akibat kerja lainnya (NIOSH, 1996 dalam Tarwaka,

2010). Sementara itu National Safety Council melaporkan

bahwa sakit akibat kerja yang frekuensi kejadiannya paling

tinggi adalah sakit punggung, yaitu 22% dari 1.700.000 kasus

(Waters dkk, 1996 dalam Tarwaka, 2010)

Menurut NIOSH dan WHO MSDs merupakan gangguan

yang disebabkan ketika seseorang melakukan aktivitas kerja

dan kondisi pekerjaan yang signifikan sehingga

mempengaruhi adanya fungsi normal jaringan halus pada

sistem muskuloskeletal yang meliputi sendi, ligamen, saraf,

tendon, dan otot. MSDs adalah penyakit degeneratif dan

kondisi peradangan yang menyebabkan rasa sakit dan

mengganggu aktivitas normal. MSDs dapat mempengaruhi

banyak bagian tubuh yang berbeda termasuk atas dan bawah

punggung, leher, bahu, dan ekstrimitas (lengan, kaki, dan

tangan).

MSDs dapat timbul akibat fatigue yang disebabkan oleh

tingginya durasi dan frekuensi gerakan pada bagian tubuh

yang sama secara terus-menerus. Selain itu, beban kerja

yang berat dan pergerakan yang tidak terduga juga menjadi

salah satu penyebab timbulnya MSDs. Beberapa hasil

penelitian terkait MSDs menunjukkan bahwa bagian otot yang

paling sering mengalami keluhan adalah otot pada bagian

leher, bahu, punggung, pinggang, dan lengan.

2.2.2. Keluhan Musculoskeletal Disorders

Page 33: HUBUNGAN POSTUR TUBUH TERHADAP KELUHAN …

18

Secara garis besar keluhan otot dapat dikelompokkan menjadi

2 yaitu:

a. Keluhan sementara (reversible), yaitu keluhan otot yang

terjadi pada saat otot menerima beban statis, namun

demikian keluhan tersebut akan segera hilang apabila

pemberian beban dihentikan sementara.

b. Keluhan menetap (persistent), yaitu keluhan otot yang

bersifat menetap. Walaupun pemberian beban kerja

telah dihentikan, namun rasa sakit pada otot masih terus

berlanjut. Keluhan otot biasanya terjadi karena kontraksi

otot yang berlebihan dengan durasi yang cukup lama.

2.2.3. Gejala Musculoskeletal Disorders

Gejala yang dirasakan oleh tipe individu tidak sama, meskipun

pekerjaan/ aktivitas yang dilakukan hampir sama. Macam-

macam gejala dirasakan pekerja disebabkan karena faktor

risiko MSDs yang memajan tubuhnya. Gejalanya antara lain:

rasa nyeri/ sakit, pegal-pegal, mati rasa, gerakan menjadi

lemah dan kaku, adanya rasa terbakar, kaku pada persendian,

kemerahan bengkak dan hangat pada daerah yang dirasakan

nyeri, kelelahan pada sebagian otot.

Adapun gejala-gejala MSDs yang biasa dirasakan oleh

seseorang adalah:

a. Leher dan punggung terasa kaku

b. Bahu terasa nyeri, kaku, ataupun kehilangan fleksibelitas

c. Tangan dan kaki terasa nyeri seperti tertusuk

d. Siku ataupun mata kaki mengalami sakit, bengkak, dan

kaku

e. Tangan dan pergelangan tangan merasakan gejala sakit

atau nyeri disertai bengkak.

f. Mati rasa, terasa dingin, rasa terbakar ataupun tidak kuat.

Page 34: HUBUNGAN POSTUR TUBUH TERHADAP KELUHAN …

19

g. Jari menjadi kehilangan mobilitasnya, kaku dan

kehilangan kekuatan serta kehilangan kepekaan.

h. Kaki dan tumit merasakan kesemutan, dingin, kaku

ataupun sensasi rasa panas.

2.2.4. Diagnosa Kelainan Musculoskeletal Disorders Akibat Kerja

Kelainan MSDs akibat kerja atau yang disebut WRMDs (Work

Related Musculoskeletal Disorders) ada beberapa contoh,

diantaranya adalah sebagai berikut:

a. Carpal Tunnel Syndrome (CTS)

Penyakit ini disebabkan karena tendon pada bagian carpal

tunnel mengalami pembengkakan akibat memegang

benda kerja/ perkakas dengan sangat erat, atau secara

terus-menerus menekankan pergelangan tangan pada

benda kerja yang keras. Gejala umum pada CTS ini

adalah pergelangan tangan yang mati rasa, kebas, rasa

terbakar, dan nyeri. Dalam beberapa kasus, bahkan timbul

tonjolan otot di dasar ibu jari, telapak tangan yang kering

dan memucat, serta keadaan tangan yang sulit

digerakkan.

b. Low Back Pain (LBP)

Rasa sakit pada bagian tulang belakang, yaitu di daerah

lumbosacral, pantat, dan paha yang disebabkan oleh

kompresi pada bagian saraf, spasme otot, dan

ligamentum otot. Gangguan pada tulang belakang

bagian bawah ini diakibatkan oleh beban yang berat

dengan postur yang buruk saat beraktivitas.

c. Sprain

Cedera akut pada persendian yang mengakibatkan

robeknya kapsul sendi dan ligamen-ligamen disekeliling

persendian. Penyebab terjadinya sprain adalah

Page 35: HUBUNGAN POSTUR TUBUH TERHADAP KELUHAN …

20

terputusnya angkle sehingga ligamen-ligamen pada sisi

lateral kaki menjadi robek.

d. Whisplash Injury

Ekstensi secara tiba-tiba pada bagian leher sehingga

ligamen-ligamen dan jaringan sekitar vertebra cervicalis

terkoyak.

e. Strain

Penggunaan yang berlebihan pada bagian otot sehingga

menimbulkan robeknya otot atau perdarahan dan

inflamasi ringan pada otot.

f. Hernia

Penyakit ini disebabkan oleh fleksi maksimal pada

bagian lutut, pangkal paha dan tulang lumbal akibat

mengangkat beban yang berlebihan

g. Tendinitis

Penyakit yang disebabkan oleh postur janggal dan

pergerakan berulang dari sambungan tulang dan otot

pada bagian pergelangan tangan, bahu, dan lengan

bawah yang mengakibatkan inflamasi pada tendon.

2.2.5. Faktor Risiko Terjadinya Musculoskeletal Disorders

Berdasarkan studi yang dilakukan secara klinik,

biomekanika, fisiologi, dan epidemiologi didapatkan

kesimpulan bahwa terdapat dua faktor yang mnyebabkan

terjadinya low back pain akibat bekerja yaitu:

a. Faktor Pekerjaan

1) Posisi kerja

Posisi kerja yang sering dilakukan oleh manusia

dalam melakukan pekerjaan antara lain berdiri, duduk,

membungkuk, jongkok, berjalan, dan lain-lain. Posisi

kerja tersebut dilakukan tergantung dari kondisi dari

Page 36: HUBUNGAN POSTUR TUBUH TERHADAP KELUHAN …

21

sistem kerja yang ada. Jika kondisi sistem kerjanya

yang tidak sehat akan menyebabkan kecelakaan

kerja, karena pekerja melakukan pekerjaan yang tidak

aman. Sikap kerja yang salah, canggung, dan di luar

kebiasaan akan menambah risiko cedera pada bagian

sistem musculoskeletal. Sikap Kerja Membungkuk

Salah satu sikap kerja yang tidak nyaman untuk

diterapkan dalam pekerjaan adalah membungkuk.

Posisi ini tidak menjaga kestabilan tubuh ketika

bekerja. Pekerja mengalami keluhan nyeri pada

bagian punggung bagian bawah (low back pain) bila

dilakukan secara berulang dan periode yang cukup

lama.

Sikap kerja membungkuk dapat menyebabkan

“slipped disk”, bila diiringi dengan pengangkatan

beban berlebih. Prosesnya sama dengan sikap kerja

membungkuk, tetapi akibat tekanan yang berlebih

menyebabkan ligamen pada sisi belakang lumbar

rusak dan penekanan pembuluh syaraf. Kerusakan ini

disebabkan oleh keluarnya material akibat desakan

tulang belakang bagian lumbar.

2) Repetisi (pengulangan)

Pengulangan gerakan kerja dengan pola yang sama,

hal ini dapat terlihat pada frekuensi pekerjaan yang

tinggi, sehingga pekerja harus terus-menerus bekerja

agar dapat menyesuaikan diri dengan sistem.

Kegiatan yang tidak memerlukan banyak tenaga bisa

mengakibatkan kerusakan otot jika aktivitas tersebut

diulang cukup sering pada interval pendek.

Page 37: HUBUNGAN POSTUR TUBUH TERHADAP KELUHAN …

22

3) Pekerjaan statis (statis exertions)

Pekerjaan statis merupakan pekerjaan yang menuntut

seseorang tetap pada posisinya, perubahan posisi

dalam bekerja akan menyebabkan pekerjaan terhenti.

Pekerjaan statis ini memiliki risiko MSDs lebih besar

dibandingkan pekerjaan dinamis karena postur tubuh

statis berhubungan dengan menurunnya sirkulasi

darah dan nutrisi pada jaringan otot.

4) Beban Kerja Fisik

Kerja fisik adalah kerja yang memerlukan energi fisik

pada otot manusia yang akan berfungsi sebagai

sumber tenaga. Pekerjaan yang memaksakan tenaga

(forceful exertions) menggunakan tenaga besar dapat

membebani otot, tendon, ligamen, dan sendi.

Peregangan otot yang berlebih ini terjadi karena

pengerahan tenaga yang diperlukan melampaui

kekuatan optimum otot. Apabila hal serupa sering

dilakukan, maka dapat mempertinggi risiko terjadinya

keluhan otot, bahkan dapat menyebabkan cedera otot

skeletal. Salah satu pendekatan untuk mengetahui

berat ringannya beban kerja adalah dengan menilai

sistem kardiovaskuler melaui denyut nadi dan tekanan

darah.

b. Faktor Individu

1) Umur

Umur pada umumnya keluhan MSDs ini mulai dirasakan

pada usia kerja yaitu antara 25 hingga 65 tahun. Hal ini

disebabkan karena pada umur di atas 25 tahun,

kekuatan dan ketahanan otot mulai menurun sehingga

meningkatkan risiko terjadinya keluhan MSDs.

Page 38: HUBUNGAN POSTUR TUBUH TERHADAP KELUHAN …

23

2) Masa Kerja

Masa kerja dapat berupa masa kerja dalam suatu

perusahaan dan masa kerja dalam suatu unit produksi.

Semakin lama masa kerja seseorang dapat

menyebabkan terjadinya kejenuhan pada daya tahan

otot dan tulang secara fisik maupun secara psikis. Hal ini

dikarenakan tingkat ketahanan otot yang sering

digunakan untuk bekerja akan menurun seiring lamanya

seseorang bekerja. Masa kerja sangat mempengaruhi

risiko terjadinya MSDs terutama untuk jenis pekerjaan

yang menggunakan kekuatan kerja yang tinggi karena

masa kerja mempunyai hubungan yang kuat dengan

keluhan otot.

3) Jenis Kelamin

Secara fisiologis kemampuan otot wanita memang lebih

rendah daripada pria. Kekuatan otot wanita hanya sekitar

dua per tiga dari kekuatan otot pria, sehingga daya otot

pria pun lebih tinggi dibandingkan dengan wanita. Hasil

penelitian Betti’e at al (1989) menunjukkan bahwa rerata

kekuatan otot wanita kurang lebih hanya 60% kekuatan

otot pria, khususnya untuk otot lengan, punnggung, dan

kaki.

4) Tingkat Pendidikan

Tingkat pendidikan seseorang akan berpengaruh

terhadap wawasan dan cara pandangnya dalam

menghadapi suatu masalah. Seseorang yang memilki

tingkat pendidikan yang tinggi cenderung

mengutamakan rasio saat menghadapi gagasan baru

dibandingkan mereka dengan pendidikan yang lebih

rendah. Hal ini merupakan cerminan kurangnya di

dalam keterampilan dan pengetahuan pegawai yang

Page 39: HUBUNGAN POSTUR TUBUH TERHADAP KELUHAN …

24

dapat diketahui dari penilaian kinerja. Berdasarkan

penilaian kinerja, banyak diantara pegawai tidak mau

mengikuti ketentuan yang sudah berlaku yang dapat

disebabkan ketidaktahuan (ignorance) atau

ketidakmauan (unwillingness).

5) Tingkat kesegaran jasmani

Tingkat kesegaran jasmani yang rendah akan

menigkatkan risiko terjadinya keluhan otot. Bagi

pekerja dengan kekuatan fisik yang rendah, risiko

keluhan menjadi tiga kali lipat dibandingkan yang

memiliki kekuatan fisik tinggi. Dengan berolahraga

secara teratur dapat mencegah kegemukan dengan

segala dampak negatifnya, menguatkan dan lebih

mengefisienkan kinerja otot-otot tubuh, seperti otot

jantung, otot pernafasan, dan otot-otot rangka tubuh,

dan lebih melancarkan aliran darah ke dalam sel-sel

tubuh, dan pembuangan bahan-bahan sisa dari sel-sel

tubuh menjadi lebih baik.

6) Status Gizi

Status gizi juga berpengaruh terhadap keluhan nyeri

pinggang, hal ini dapat dilihat apabila seseorang

dengan kelebihan berat badan akan berusaha untuk

menyangga berat badan dari depan dengan

mengontraksikan otot punggung bawah. Dan bila ini

berlanjut terus menerus, akan menyebabkan

penekanan pada bantalan saraf tulang belakang yang

mengakibatkan kelelahan dan nyeri otot berat beban

tubuh seseorang. Hal ini merupakan masalah penting,

karena selain mempunyai risiko penyakit tertentu, juga

dapat mempengaruhi produktivitas kerja. Status gizi

pada seorang pekerja umur 18 tahun keatas ditandai

dengan indeks masa tubuh. Indeks masa tubuh dapat

Page 40: HUBUNGAN POSTUR TUBUH TERHADAP KELUHAN …

25

digunakan sebagai indikator kondisi status gizi pada

pekerja.

Dengan menggunakan rumus berat badan dikali berat

badan (kg), kemudian dibagi dengan tinggi badan

(meter).

Tabel 2.1. Klasifikasi IMT Dewasa

Kategori IMT Klasifikasi

< 17,0 Kurus (kekurangan berat

badan tingkat berat)

17,0 – 18,4 Kurus (kekurangan berat

badan tingkat ringan)

18,5 – 25,0 Normal

25,1 – 27,0 Kegemukan (kelebihan berat

badan tingkat berat)

Sumber : Depkes RI 2003

7) Kebiasaan Merokok

Kebiasaan merokok dapat menurunkan kapasitas

paru sehingga kemampuan pekerja untuk menghirup

oksigen pun menurun. Akibatnya suplai oksigen ke

otot berkurang dan produksi energi terhambat,

kemudian terjadi penumpukan asam laktat di dalam

otot, yang menyebabkan kekuatan dan ketahanan otot

menurun serta menimbulkan rasa lelah hingga nyeri

pada otot.

2.3. Keterkaitan antara Ergonomi dengan Musculoskeletal

Disorders

Ergonomi berkaitan dengan anatomi manusia, dan beberapa

antropometri, karakteristik mekanik fisiologis, dan biologi yang

Page 41: HUBUNGAN POSTUR TUBUH TERHADAP KELUHAN …

26

berkaitan dengan aktivitas fisik. Prinsip-prinsip ergonomi telah

banyak digunakan dalam desain dari konsumen dan produk

industri.Ergonomi penting di bidang medis, khususnya mereka yang

didiagnosis dengan penyakit fisiologis atau gangguan seperti myalgia

(nyeri otot) dan arthritis (radang sendi) baik kronis maupun

sementara. Tekanan yang tidak signifikan atau tidak terlihat bagi

mereka terpengaruh oleh gangguan ini mungkin sangat menyakitkan

atau membuat perangkat tidak dapat digunakan. Banyak produk

yang dirancang ergonomis juga digunakan atau direkomendasikan

untuk mengobati atau mencegah gangguan tersebut, dan untuk

mengobati tekanan terkait nyeri kronis.

Salah satu jenis yang paling umum dari cedera yang

berhubungan dengan pekerjaan adalah gangguan

muskuloskeletal. Gangguan muskuloskeletal disorders yang

berhubungan dengan pekerjaan (WRMDs) mengakibatkan nyeri

persisten, kehilangan kapasitas fungsional dan bekerja cacat, tetapi

diagnosis awal mereka sulit karena mereka terutama didasarkan

pada keluhan nyeri dan gejala lainnya. Setiap tahun pengalaman 1,8

juta pekerja AS WRMDs dan hampir 600.000 dari cedera yang cukup

serius untuk menyebabkan pekerja kehilangan pekerjaan. Pekerjaan

tertentu atau kondisi kerja menyebabkan lebih tinggi keluhan pekerja

tingkat ketegangan yang tidak semestinya, kelelahan lokal,

ketidaknyamanan, atau sakit yang tidak hilang setelah beristirahat

semalam. Jenis pekerjaan seringkali yang melibatkan kegiatan

seperti pengerahan tenaga berulang dan kuat, frekuensi yang sering,

beban yang berat, overhead lift; posisi kerja janggal, atau

penggunaan peralatan bergetar. OSHA telah menemukan bukti

substansial bahwa program ergonomi dapat memotong biaya

kompensasi pekerja, meningkatkan produktivitas dan mengurangi

pergantian karyawan. Oleh karena itu, penting untuk mengumpulkan

data untuk mengidentifikasi pekerjaan atau kondisi kerja yang paling

Page 42: HUBUNGAN POSTUR TUBUH TERHADAP KELUHAN …

27

bermasalah, dengan menggunakan sumber-sumber seperti cedera

dan diagnosa penyakit, catatan medis, dan analisis pekerjaan.19

2.4. Metode Pengukuran Ergonomi Terkait Musculoskeletal

Disorders

2.4.1. Penilaian Keluhan MSDs dengan NBM

NIOSH Nordic Body Map merupakan metode yang

digunakan untuk melakukan evaluasi ergonomi dalam suatu

bentuk kuisioner dengan menggunakan lembar kerja berupa

peta tubuh (body map). Metode ini dikembangkan oleh Nordic

Council Ministers dan bertujuan untuk mengukur gejala dan

faktor risiko MSDs. Dengan kuisioner NBM ini dapat diketahui

bagian-bagian otot yang mengalami keluhan.

Dalam aplikasinya, metode NBM merupakan cara yang

sangat sederhana, mudah dipahami, murah, dan memerlukan

waktu yang sangat singkat per individu. Observer dapat

langsung menanyakan kepada responden pada otot-otot

skeletal bagian mana saja yang mengalami gangguan

kenyerian/ sakit, atau dengan menunjuk langsung pada setiap

otot skeletal sesuai yang tercantum dalam lembar kerja

kuisioner gambar tubuh manusia yang sudah dibagi menjadi 9

bagian utama, yaitu:

Page 43: HUBUNGAN POSTUR TUBUH TERHADAP KELUHAN …

28

Gambar 2.2. NIOSH Nordic Body Map

Sumber : Kroemer 200120

2.4.2. Penilaian Posisi Kerja dengan REBA

REBA atau Rapid Entire Body Assessment dikembangkan

oleh Dr. Sue Hignett dan Dr. Lynn Mc Atamney yang

merupakan ergonom dari universitas di Nottingham (University

of Nottingham’s Institute of Occuptaional Ergonomic).

Rapid Entire Body Assessment adalah sebuah metode yang

dikembangkan dalam bidang ergonomi dan dapat digunakan

secara cepat untuk menilai posisi kerja atau postur leher,

punggung, lengan pergelangan tangan dan kaki seorang

operator. Selain itu metode ini juga dipengaruhi faktor

coupling, beban eksternal yang ditopang oleh tubuh serta

aktifitas pekerja. Penilaian dengan menggunakan REBA tidak

membutuhkan waktu yang lama untuk melengkapi dan

melakukan scoring general pada daftar aktivitas yang

mengindikasikan perlu adanya pengurangan resiko yang

diakibatkan postur kerja operator (Mc Atamney, 2000).

Metode ergonomi tersebut mengevaluasi postur, kekuatan,

aktivitas dan faktor coupling yang menimbulkan cidera akibat

Leher

Bahu

Punggung Atas

Siku

Punggung Bawah

Pergelangan Tangan

Paha

Lutut

Tungkai / kaki

Page 44: HUBUNGAN POSTUR TUBUH TERHADAP KELUHAN …

29

aktivitas yang berulang–ulang. Penilaian postur kerja dengan

metode ini dengan cara pemberian skor resiko antara satu

sampai lima belas, yang mana skor yang tertinggi

menandakan level yang mengakibatkan resiko yang besar

(bahaya) untuk dilakukan dalam bekerja. Hal ini berarti bahwa

skor terendah akan menjamin pekerjaan yang diteliti bebas

dari ergonomic hazard. REBA dikembangkan untuk

mendeteksi postur kerja yang beresiko dan melakukan

perbaikan sesegera mungkin. REBA dikembangkan tanpa

membutuhkan piranti khusus. Ini memudahkan peneliti untuk

dapat dilatih dalam melakukan pemeriksaan dan pengukuran

tanpa biaya peralatan tambahan. Pemeriksaan REBA dapat

dilakukan di tempat yang terbatas tanpa menggangu pekerja.

Pengembangan REBA terjadi dalam empat tahap. Tahap

pertama adalah pengambilan data postur pekerja dengan

menggunakan bantuan video atau foto, tahap kedua adalah

penentuan sudut–sudut dari bagian tubuh pekerja, tahap

ketiga adalah penentuan berat benda yang diangkat,

penentuan coupling, dan penentuan aktivitas pekerja. Dan

yang terakhir, tahap keempat adalah perhitungan nilai REBA

untuk postur yang bersangkutan. Dengan didapatnya nilai

REBA tersebut dapat diketahui level resiko dan kebutuhan

akan tindakan yang perlu dilakukan untuk perbaikan kerja.

Penilaian postur dan pergerakan kerja menggunakan metode

REBA melalui tahapan–tahapan sebagai berikut (Hignett dan

McAtamney, 2000) :

1. Pengambilan data postur pekerja dengan menggunakan

bantuan video atau foto. Untuk mendapatkan gambaran

sikap (postur) pekerja dari leher, punggung, lengan,

pergelangan tangan hingga kaki secara terperinci

dilakukan dengan merekam atau memotret postur tubuh

Page 45: HUBUNGAN POSTUR TUBUH TERHADAP KELUHAN …

30

pekerja. Hal ini dilakukan supaya peneliti mendapatkan

data postur tubuh secara detail (valid), sehingga dari hasil

rekaman dan hasil foto bisa didapatkan data akurat untuk

tahap perhitungan serta analisis selanjutnya.

2. Penentuan sudut–sudut dari bagian tubuh pekerja.

Setelah didapatkan hasil rekaman dan foto postur tubuh

dari pekerja dilakukan perhitungan besar sudut dari

masing – masing segmen tubuh yang meliputi punggung

(batang tubuh), leher, lengan atas, lengan bawah,

pergelangan tangan dan kaki. Pada metode REBA

segmen – segmen tubuh tersebut dibagi menjadi dua

kelompok, yaitu grup A dan B. Grup A meliputi punggung

(batang tubuh), leher dan kaki. Sementara grup B meliputi

lengan atas, lengan bawah dan pergelangan tangan. Dari

data sudut segmen tubuh pada masing–masing grup

dapat diketahui skornya, kemudian dengan skor tersebut

digunakan untuk melihat tabel A untuk grup A dan tabel B

untuk grup B agar diperoleh skor untuk masing–masing

tabel.

Gambar 2.3. Postur Tubuh Bagian Punggung

Sumber: Mc. Atamney and Hignett 2000) Based on REBA.

Page 46: HUBUNGAN POSTUR TUBUH TERHADAP KELUHAN …

31

Gambar 2.4. Postur Tubuh Bagian Leher

Sumber: Mc. Atamney and Hignett 2000) Based on REBA.

Gambar 2.5. Postur Tubuh Bagian Kaki

Sumber: Mc. Atamney and Hignett 2000) Based on REBA.

Page 47: HUBUNGAN POSTUR TUBUH TERHADAP KELUHAN …

32

Gambar 2.6 Postur Tubuh Lengan Bawah

Sumber: Mc. Atamney and Hignett 2000) Based on REBA.

Gambar 2.5. Postur Tubuh Lengan Bawah

Sumber: Mc. Atamney and Hignett 2000) Based on REBA.

Page 48: HUBUNGAN POSTUR TUBUH TERHADAP KELUHAN …

33

Gambar 2.5. Postur Tubuh Pergelangan Tangan

Sumber: Mc. Atamney and Hignett 2000) Based on REBA.

2.4.3. Pengukuran Beban Kerja

Setiap aktivitas kerja fisik yang dilakukan akan mengakibatkan

terjadinya suatu perubahan fungsi pada alat-alat tubuh

terutama pada sistem kardiovaskuler. Sistem kardiovaskuler

juga dikenal sebagai sistem peredaran darah adalah sistem

dari tubuh yang terdiri dari jantung, darah, dan pembuluh

darah. Mengingat sistem kardiovaskuler menggerakkan darah

ke seluruh tubuh, sehingga sel-sel akan menerima oksigen

dan nutrisi. Pemeriksaan denyut nadi dan pengukuran

tekanan darah merupakan faktor yang dapat dipakai sebagai

indikator untuk menilai sistem kardiovaskuler

a. Denyut Nadi

Denyut nadi adalah denyutan arteri dari gelombang

darah yang mengalir melalui pembuluh darah sebagai

akibat dari denyutan jantung. Kecepatan denyut jantung

Page 49: HUBUNGAN POSTUR TUBUH TERHADAP KELUHAN …

34

memilki hubungan yang sangat erat dengan aktifitas fungsi

faal apada manusia. Beban kerja fisik yang terpapar pada

tenaga kerja dapat diukur secara objektif salah satunya

dengan cara menghitung denyut nadi selama bekerja.

Denyut nadi merupakan respon fisiologis yang dapat

dihitung secara praktis pada saat ingin mengetahui beban

kerja seseorang, karena untuk mengetahui jumlah denyut

nadi per menit cukup dilakukan dengan meraba pada

radialis dengan teknik palpasi atau dengan alat

pulsemonitor. Parameter fisiologis dengan denyut nadi per

menit tersebut lazim digunakan sebagai indikator penilaian

beban kerja karena proses pengukurannya sederhana,

biaya murah dan tidak terlalu banyak mengganggu pekerja.

Denyut nadi dapat digunakan untuk memprediksi

atau sebagai indikator penilaian beban kerja seseorang,

yaitu dengan mengkonversikan pada tabel kategori beban

kerja. Menurut Christensen (1991) dengan menghitung

frekuensi denyut nadi per menit, seperti dapat dilihat pada

tabel 2.16.

Tabel 2.16. Klasifikasi Frekuensi Denyut Nadi Kerja

No Denyut Nadi Kerja

(Denyut Per Menit) Kategori Beban Kerja

1 60 – 70 Sangat ringan = Istirahat

2 75 – 100 Ringan

3 100 – 125 Sedang

4 125 – 150 Berat

5 150 – 175 Sangat berat

6 > 175 Ekstrim

Sumber : Christensen.1991

Page 50: HUBUNGAN POSTUR TUBUH TERHADAP KELUHAN …

35

Cara untuk mengetahui denyut nadi dengan metode palpasi

dilakukan dengan diraba pada:

1) Pergelangan tangan dibagian depan sebelah atas

pangkal ibu jari (arteri radialis)

2) Leher sebelah kiri atau kanan di depan otot sterno

cleido mastoideus (arteri carotis),

3) Dada sebelah kiri tepat di apex jantung (arteri

temporalis).

Denyut nadi yang dihitung adalah denyut nadi kerja yang

merupakan rerata denyut nadi selama bekerja. Cara

menghitung denyut nadi secara manual dengan teknik

palpasi dapat dilakukan dengan cara:

1) Denyut nadi dihitung selama 10 detik hasilnya

dikalikan 6

2) Denyut nadi dihitung selama 15 detik hasilnya

dikalikan 4

3) Denyut nadi dihitung selama 30 detik hasilnya

dikalikan 2.

Selain dengan cara manual berupa palpasi, pengukuran

denyut nadi juga dapat dilakukan dengan menggunakan

alat pulsemeter, dengan metode auskultasi menggunakan

stetoskop, metode elektrokardiografi (EKG), metode spor

tester.

b. Pengukuran Tekanan Darah

Tekanan darah merupakan tenaga yang dipompakan

dari jantung untuk melawan tahanan pembuluh darah atau

sejumlah tenaga yang dibutuhkan untuk mengedarkan

darah ke seluruh tubuh. Sepanjang hari, tekanan darah

akan berubah-ubah tergantung dari aktivitas tubuh.23

Page 51: HUBUNGAN POSTUR TUBUH TERHADAP KELUHAN …

36

Perubahan pada sistem kardiovaskuler misalnya arteri

yang kehilangan elastisitasnya, dinding aorta yang menurun

elastisitasnya, tetapi pada katup jantung justru menebal dan

menjadi kekakuan. Hal ini dapat menyebabkan kemampuan

jantung memompa darah menurun sehingga menyebabkan

menurunnya kontraksi dan volumenya, peningkatan nadi dan

tekanan sistolik. darah. Tekanan darah yang meningkat biasanya

akibat meningkatnya resistensi pembuluh darah perifer.

Dalam pengukuran tekanan darah dikenal dua jenis tekanan

darah:

1) Tekanan darah sistol, yaitu tekanan tertinggi yang terjadi

saat ventrikel berkontraksi dan

2) Tekanan darah diastol, yaitu tekanan terendah yang terjadi

saat jantung berada dalam fase relaksasi.

Menurut WHO bahwa tekanan darah dalam keadaan normal,

jika tekanan darah sistol kurang atau sama dengan 140 mmHg

dan tekanan darah diastol kurang atau sama dengan 90 mmHg. Di

kalangan medis alat yang digunakan untuk mengukur tekanan

darah disebut sphygmomanometer, sedangkan di masyarakat

lazim disebut dengan tensimeter. Alat ini digunakan untuk

mengukur tekanan darah pada pembuluh arteri perifer.

Persiapan pengukuran tekanan darah yaitu:

1) Pastikan responden duduk dengan posisi kaki tidak

menyilang tetapi kedua telapak kaki datar menyentuh

lantai.

2) Letakkan lengan kanan responden di atas meja sehinga

mancet yang sudah terpasang sejajar dengan jantung

responden.

3) Singsingkan lengan baju pada lengan bagian kanan

responden dan memintanya untuk tetap duduk tanpa

Page 52: HUBUNGAN POSTUR TUBUH TERHADAP KELUHAN …

37

banyak gerak, dan tidak berbicara pada saat

pengukuran.

4) Apabila responden tidak bisa duduk, pengukuran dapat

dilakukan dengan posisi berbaring, dan catat kondisi

tersebut di lembar catatan.

5) Apabila responden menggunakan baju berlengan

panjang, singsingkan lengan baju ke atas tetapi

pastikan lipatan baju tidak terlalu ketat sehingga tidak

menghambat aliran darah di lengan.

6) Biarkan lengan dalam posisi tidak tegang dengan

telapak tangan terbuka ke atas. Pastikan tidak ada

lekukan pada pipa mancet.

Gambar 2.10. Tensimeter Air Raksa

Cara pengukuran tekanan darah dengan menggunakan

tensimeter air raksa adalah yaitu pada lengan atas dan

selangnya dipasang tepat pada pembuluh arteri, selain itu,

juga dipasang stetoskop pada pangkal siku bagian dalam.

Kemudian dipompa sampai pada tekanan 150 mmHg dan

selanjutnya diturunkan secara perlahan sambil

memdengarkan bunyi detakan pada stetoskop. Bunyi detakan

atau 'dug' yang pertama kali terdengar adalah merupakan

Page 53: HUBUNGAN POSTUR TUBUH TERHADAP KELUHAN …

38

tanda tekanan darah sistol dan dari sini terus akan terdengar

bunyi 'dug' yang semakin melemah sampai hilang. Tepat pada

saat bunyi 'dug' menghilang adalah tanda dari tekanan darah

diastol. Pengukuran dilakukan 2 kali berturut-turut dengan

interval 2 menit. Apabila terdapat selisih tekanan darah >10

mmHg pada pengukuran ke 1 dan ke 2 baik pada sistol dan

atau pada diastol, kembali perlu

2.5. Profil PT. Harmoni Panca Utama

2.5.1 Sejarah PT. HPU

PT Harmoni Panca Utama. (HPU) adalah perusahaan yang

didirikan tanggal 25 Januari 2011 berfokus pada pelayanan

jasa kontraktor tambang. Komposisi pemegang saham HPU

adalah sinergi antara dua perusahaan dengan latar belakang

dan kepentingan yang berbeda:

1) PT. Harita Mitra Sentosa, perusahaan yang berfokus

dibidang pertambangan dengan struktur keuangan yang

kuat;

2) PT Panca Sejahtera Mandiri, perusahaan dengan

kompetensi yang kuat pada penyediaan layanan

pertambangan.

Meskipun perusahaan ini masih terbilang baru, manajemen

HPU mempunyai keyakinan akan tumbuh dan berkembang

secara sejajar dengan perkembangan industri di Indonesia,

karena dikelola oleh personil berpengalaman dengan standar

kualitas yang diterima di seluruh dunia dalam jasa

pertambangan. PT HPU sangat menyadari bahwa peran

penting dalam perkembangan perusahaan adalah sumber

daya manusia. Oleh karena itu, HPU berkomitmen dan

bertanggung jawab untuk mengoptimalkan serta

meningkatkan kompetensi para personil, sikap moral, dan

keterampilan yang tinggi sesuai dengan tanggung jawabnya.

Page 54: HUBUNGAN POSTUR TUBUH TERHADAP KELUHAN …

39

PT HPU akan memberikan jasa penambangan yang handal,

terpadu, dan pelayanan terbaik berdasarkan prinsip dan

praktik pertambangan yang mana pelanggan akan merasa

puas serta aman juga akan dibantu oleh keberadaan kita

dalam business portfolio pelanggan.

2.5.2 Visi, Misi, dan Nilai Inti PT. HPU

Visi

“To Be the First Class Total Mining Services Solution.” (Untuk

menjadi kelas pertama dalam total solusi pelayanan

pertambangan.)

Misi

“To Provide Reliable Green Mining Services through HSE

Excellence, Operation Excellence, People Excellence and

Proper Community Development implementation.” (Untuk

memberikan pelayanan pertambangan hijau yang handal

berdasarkan keunggulan dari HSEM operasi, dan sumber

daya serta implementasi pembangunan komunitas yang

tepat).

Nilai

1) Integritas

Ada kesamaan antara perilaku dan ucapan berdasarkan pada

kebenaran hakiki dari dasar lubuk hati paling dalam diri

individu.

2) Kerja Keras

Untuk mencapai goals & objectives segala aspek perusahaan

dituntut bekerja keras, karena tanpa kerja keras tidak akan

tercapai goals & objectives tersebut.

3) Kerja Cerdas

High attitude, pengetahuan dan kemampuan yang tinggi

diperlukan untuk mendukung pencapaian dari visi dan misi

perusahaan.

Page 55: HUBUNGAN POSTUR TUBUH TERHADAP KELUHAN …

40

4) Kerja Tuntas

Perusahaan tidak mentoleransi adanya ketidakefisiensi,

pekerjaan harus diselesaikan secara menyeluruh.

5) Kerja Ikhlas

Keikhlasan adalah penghargaan tertinggi untuk mencapai

penghargaan dari Tuhan Yang Maha Kuasa dimana hal

tersebut menjadi kebutuhan spiritual para pekerja

2.5.3 Lokasi Kerja dan Wilayah Operasi

Saat ini HPU menangani proyek – proyek potensial yang akan

menjadi dasar dari pengembangan bisnis perusahaan, yaitu:

1) PT Tanito Harum (PKP2B)

Sebuah perusahaan pertambangan yang terkenal dan

terkemuka yang terletak di site Pondok Labu, Kabupaten

Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur. Jangka waktu

kontrak selama periode lima (5) tahun.

2) PT Pesona Khatulistiwa Nusantara (PKP2B)

Sebuah perusahaan pertambangan terkemuka yang

merupakan anak perusahaan dari PT Bhakti Energi

Persada, terletak di Kabupaten Bulungan, Kalimantan

Timur. Jangka waktu kontrak selama periode lima (5)

tahun.

3) PT Tambang Damai (PKP2B Gen. III)

Sebuah perusahaan pertambangan batu bara, anak

perusahaan dari PT Tanito Harum yang terletak di

Kabupaten Kutai Timur. Jangka waktu kontrak selama

periode lima (5) tahun.

Page 56: HUBUNGAN POSTUR TUBUH TERHADAP KELUHAN …

41

2.6. Kerangka Teori

Berdasarkan kajian tinjauan pustaka, dapat disusun kerangka teori

penelitian yang secara sederhana dapat dilihat dalam bagan berikut:

Faktor Lingkungan

Getaran/Vibrasi1

Suhu2

Pencahayaan3

Workstation

Faktor Pekerjaan

Postur Tubuh4

Beban4

Frekuensi4

Durasi5

Gerakan Berulang6,7

Faktor Individu

Umur4,8

Masa Kerja9

Jenis Kelamin2

Status Gizi2

Kebiasaan Merokok2

Kebiasaan Stretching

Keluhan Musculoskeletal

Sumber: 1 (Santoso, 2004), 2. (Tarwaka, 2004), 3.(Hokwrda et al, 2007), 4.

(Dridger, 2003), 5. (Occupational Health Clinics for Ontario Workers, 2011),

6.(Karwowsky, 2006), 7. (Pascarelli, 2004), 8.(Valachi, 2010),9. (Gaffari,2006),

10.(royal College,2008)

Page 57: HUBUNGAN POSTUR TUBUH TERHADAP KELUHAN …

42

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Kerangka Konsep

Dari kerangka teori di atas, ada beberapa komponen yang tidak

dimasukkan pada kerangka konsep yang digunakan dalam

penelitian. Peneliti tidak memasukkan getaran/vibrasi pada faktor

lingkungan karena tidak ditemukan adanya getaran/vibrasi pada

lingkungan kerja. Selain itu, peneliti juga tidak memasukkan jenis

kelamin dan kebiasaan stretching pada faktor individu karena seluruh

pekerja yang melakukan pekerjaan pada penelitian ini berjenis

kelamin laki-laki, dan berdasarkan observasi awal tidak ditemukan

adanya kebiasaan stretching sebelum melakukan pekerjaan.

Dengan demikian, maka kerangka konsep pada penelitian ini adalah

sebagai berikut.

Faktor Lingkungan

Workstation

Faktor Pekerjaan

Masa Kerja

Postur Tubuh4

Beban4

Frekuensi4

Durasi5

Gerakan Berulang6,7

Faktor Individu

Umur

Status Gizi

Kebiasaan Merokok

Pendidikan

Keluhan Musculoskeletal

Page 58: HUBUNGAN POSTUR TUBUH TERHADAP KELUHAN …

43

3.2 Hipotesis

Pada usulan penelitian ini hipotesis penelitian yang dimunculkan

penulis adalah sebagai Berikut:

Ho : Tidak Ada Hubungan Postur Kerja Dengan Keluhan

muskuloskeletal disorders Pekerja di PT Harmoni Panca Utama”

Ha : Terdapat / Ada Hubungan Postur Kerja Dengan Keluhan

muskuloskeletal disorders Pekerja di PT Harmoni Panca Utama.

3.3. Jenis dan Rancangan Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis

penelitian observasional analitik, menggunakan pendekatan cross

sectional. Pendekatan cross sectional merupakan suatu penelitian

yang mempelajari hubungan antara faktor risiko (independen)

dengan faktor efek (dependen), dimana melakukan observasi atau

pengukuran variabel sekali dan sekaligus pada waktu yang sama

(Riyanto, 2011).

3.4. Populasi dan Sampel Penelitian/Objek Penelitian

3.4.1. Populasi

Merupakan keseluruhan sumber data yang diperlukan dalam

suatu penelitian (Saryono, 2011). Sebagai populasi

penelitian ini adalah tenaga kerja PT. Harmoni Panca Utama

Populasi

Sampel

Postur Tubuh Kerja Low Back Pain

Spearman Rank

purposive sampling

Page 59: HUBUNGAN POSTUR TUBUH TERHADAP KELUHAN …

44

karyawan di departemen Plang Bagian Pelumasan (Greasing

sejumlah 12 orang.

3.4.2. Sampel

1) Jumlah sampel

Besar sampel yang diambil dalam penelitian ini adalah

tenaga kerja yang telah memenuhi kreteria inklusi

2) Teknik Pengambilan Sampel

Teknik yang digunakan dalam pengambilan sampel pada

penelitian ini menggunakan teknik purposive sampling.

Pengambilan sampel dilakukan tidak berdasarkan strata,

kelompok, atau acak tetapi berdasarkan

pertimbangan/tujuan tertentu (Saryono, 2011). Jumlah

sampel ditentukan berdasarkan sampel yang memenuhi

kreteria inklusi.

Kriteria inklusi dalam pengambilan sampel pada penelitian

ini adalah sebagai berikut:

(1) Jenis kelamin laki-laki

(2) Usia 20 – 50 tahun

(3) Tidak memiliki perilaku menyimpang

(4) Kesegaran Jasmani baik

(5) Kekuatan fisik baik

Kriteria eksklusi:

1) Tidak datang waktu penelitian

2) Tidak bersedia menjadi responden penelitian

3.5. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di bagian / departemen Plant (Pekerja

Pelumasan/greasing unit) di PT. Harmoni Panca Utama yang terletak

di site Tambang Damai Kalimantan Timur. Dipilihnya bagian Plant

khususnya bagian pelumasan (greasing) di PT. Harmoni Panca

Utama sebagai tempat penelitian karena diilihat dari segi proses

aktivitas lebih banyak dengan cara manual handling dengan

Page 60: HUBUNGAN POSTUR TUBUH TERHADAP KELUHAN …

45

frekuensin dan durasi yang lama, sehingga memudahkan untuk

dilakukan penelitian. Pengumpulan data dan penelitian ini dilakukan

terhitung sejak tanggal 1 Juni 2015.

3.7. Sumber Data Penelitian

Sumber data dalam penelitian ini adalah data primer dan data

sekunder. Data primer diperoleh dari hasil pengamatan langsung

dilapangan yang meliputi kondisi fisik, lingkungan kerja, wawancara dan

pengukuran. Sedangkan data sekunder diperoleh dari perusahaan

berupa jumlah pekerja.

3.8. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh

peneliti dalam mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih mudah dan

hasilnya lebih baik (cermat, lengkap dan sistematis) sehingga mudah

diolah (Saryono, 2011). Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini

adalah:

1) Formulir pertanyaan karakteristik umum

2) Formulir kuisioner NIOSH Nordic Body Map, untuk mengetahui rasa

sakit/ tidak nyaman pada bagian tubuh yang mengalami keluhan

MSDs.

3) Lembar kerja REBA, untuk mengukur posisi kerja responden

beserta beban kerja

4) Kamera, untuk mengambil foto kegiatan posisi kerja

5) Busur derajat, untuk mengukur derajat foto postur tubuh

6) Stopwatch, untuk mengukur frekuensi kegiatan dan frekuensi

denyut nadi pekerja

7) Timbangan, untuk mengukur berat badan responden

8) Mistar, untuk mengukur tinggi badan responden

9) Tensimeter digital, untuk mengukur tekanan darah responden

Page 61: HUBUNGAN POSTUR TUBUH TERHADAP KELUHAN …

46

3.9. Pengumpulan Data

Pengumpulan data tentang karakteristik individu dan karakteristik

pekerjaan dilakukan dengan wawancara. Untuk karakteristik individu

(umur, jenis kelamin, masa kerja, pendidikan, kebiasaan merokok) dan

karakteristik pekerjaan (Postur, beban kerja, durasi dsb) dilakukan

dengan menggunakan formulir pertanyaan. Pengumpulan data tentang

status gizi dilakukan dengan menghitung Indeks Masa Tubuh (IMT).

Informasi mengenai beban kerja fisik dilakukan dengan cara

mengukur denyut nadi kerja dan tekanan darah. Pengukuran denyut

nadi dilakukan dengan metode palpasi pada arteri radialis (pergelangan

tangan). Sedangkan untuk pengukuran tekanan darah dilakukan

dengan menggunakan tensimeter digital.

Rasa nyeri atau tidak nyaman terkait keluhan MSDs pada bagian-

bagian tubuh yang timbul pada saat melakukan pekerjaan dilakukan

dengan menggunakan daftar pertanyaan yang dikembangkan oleh

NIOSH Nordic Body Map. Data yang diambil berdasarkan pada keluhan

responden yang dialami selama 7 hari terakhir. Selain itu, untuk

mengetahui tingkat risiko posisi kerja dilakukan dengan mengukur

postur tubuh saat bekerja dengan menggunakan lembar kerja REBA.

3.10. Pengolahan dan Analisis Data

3.10.1. Pengolahan Data

Pengolahan data dlakukan secara elektrikal dengan

menggunakan program software IBM SPSS statistik versi 21

dengan menginput kode dari variabel penelitian:

No. Jenis Penelitian Hasil

1 2

1 Keluhan MSDs Ya Tidak

2. Umur > 27 tahun ≤ 27 tahun

3. Pendidikan SMA/ SMK Perguruan Tinggi

Page 62: HUBUNGAN POSTUR TUBUH TERHADAP KELUHAN …

47

5. Status Gizi Obes

> 24

Tidak Obes

≤ 24

6. Kebiasaan merokok Merokok Tidak merokok

7. Lama kerja > 2 tahun ≤ 2 tahun

8. Denyut Nadi Kerja

Berat

> 125 denyut /

menit

Tidak Berat

≤ 125 denyut /

menit

9. Tekanan darah

Tidak Normal

> 140/ 90 mm

Hg

Normal

≤ 140/ 90 mm Hg

10 Workstation Manual Otomatis

3.10.2. Analisis Data

1) Analisa Univariat

Merupakan data yang diperoleh dari hasil pengumpulan

dapat disajikan dalam bentuk tabel distribusi, frekuensi,

ukuran tendensi sentral atau grafik (Saryono, 2011). Data

yang dimaksud dalam penelitian ini berupa umur, jenis

kelamin, masa kerja, intensitas bising dan pengukuran

penurunan daya dengar.

2) Analisa Bivariat

Merupakan analisis untuk mengetahui interaksi dua

variabel, baik berupa komparatif, asosiatif maupun korelatif

(Saryono, 2011). Uji statistik yang digunakan untuk

membantu analisis adalah Uji Asosiatif Spearman Rank

dengan tabulasi bantuan komputer program SPSS versi 21

dengan interpretasi hasil sebagai berikut:

(1) Jika p value ≤ 0,05 maka hasil uji dinyatakan

signifikan

(2) Jika p value ≥ 0,05 maka hasil uji dinyatakan tidak

signifikan

Page 63: HUBUNGAN POSTUR TUBUH TERHADAP KELUHAN …

48

3.11. Jadwal Penelitian

No Kegiatan Bulan

Mei Juni Juli

1 Proposal Penelitian

2

Menetapkan jumlah sampel serta memilih responden yang akan diteliti

2 Pengambilan data Postur kerja

3 Pengambilan data Low Back Pain

4 Entri data

5 Pengolahan data

6 Analisa data

7 Penyusunan Laporan

Page 64: HUBUNGAN POSTUR TUBUH TERHADAP KELUHAN …

49

3.6. Definisi Operasional

No Variabel Definisi Operasional Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur Skala Ukur

Dependen

1

Rasa Tidak Nyaman (Keluhan Musculoskeletal disorders)

Terjadinya rasa tidak nyaman berupa sakit/ nyeri pada bagian tubuh

Wawancara

Kuesioner NIOSH Nordic Body Map

Ya Tidak

Nominal

Independen

Individu

2 Umur

Jumlah tahun responden sejak lahir hingga saat penelitian (dalam hitungan tahun)

Wawancara (dengan

pembulatan ke atas)

Kuesioner

Umur dalam tahun > 27 tahun ≤ 27 tahun (Cut off point)

Ordinal

3 Pendidikan Kelas tertinggi yang berhasil diselesaikan responden

Wawancara Kuesioner SMA/SMK Perguruan Tinggi

Ordinal

4 Status Gizi

Perbandingan berat badan dengan tinggi badan sesuai dengan formulasi Indeks Masa Tubuh

Pengukuran Berat Badan dan Tinggi

Badan

Timbangan badan manual Mistar

Obes : > 24 Tidak obes : ≤ 24 (Depkes RI, 2003)

Ordinal

5 Kebiasaan Merokok Kebiasaan responden mengkonsumsi rokok

Wawancara Kuesioner Merokok Tidak Merokok

Nominal

6 Masa Kerja

Lama responden melakukan pekerjaan ini smapai saat dilakukan penelitian dalam tahun

Wawancara (dengan

pembulatan ke atas)

Kuesioner

Jumlah tahun > 2 tahun ≤ 2 tahun (Cut off point)

Ordinal

Page 65: HUBUNGAN POSTUR TUBUH TERHADAP KELUHAN …

50

No Variabel Definisi Operasional Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur Skala Ukur

Independen

Okupasi

7 Beban Kerja

Usaha yang harus dikeluarkan seseorang untuk memenuhi pekerjaan tersebut

Pengukuran denyut nadi

kerja

Stopwatch Kuesioner

Berat > 125 denyut/ menit Tidak berat ≤ 125 denyut/ menit (Christensen, 1991)

Ordinal

Pengukuran tekanan darah

kerja

Tensimeter digital Kuesioner

Tidak Normal: > 140/90 Normal : ≤ 140/90 (Depkes RI, 2003)

Ordinal

8 Posisi Kerja Postur tubuh saat bekerja

Pengukuran postur tubuh

Lembar kerja REBA

11 : risiko sangat tinggi 8-10 : risiko tinggi 4-7 : risiko sedang 2-3: risiko kecil 1: diabaikan (Mc. Atamney and hignett, 2000)

Ordinal

10 Workstation Pekerjaan dilakukan dengan manual atau otomatis

Observasi Lembar Observasi

Manual Otomatis

Ordinal

Page 66: HUBUNGAN POSTUR TUBUH TERHADAP KELUHAN …

51

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN

4.1. Faktor Individu

Faktor individu yang diteliti mencakup, umur, pendidikan, status gizi,

masa kerja, dan kebiasaan merokok.

4.1.1. Umur

Penelitian ini dilakukan di PT Harmoni Panca Utama dengan

responden di bagian pelumasan (greasing) unit sebanyak 12

orang. Seluruh responden berumur rata-rata 27 tahun dengan

umur termuda 20 tahun dan umur tertua 51 tahun. Responden

yang berumur lebih dari 27 tahun sebanyak 4 orang (33,3%),

sedangkan yang berusia sama dengan atau kurang dari 27 tahun

sebanyak 8 orang (66,6%). Rincian selengkapnya dapat dilihat

pada tabel 4.1.

Tabel 4.1. Gambaran Umur Responden

Umur Jumlah Persentase (%)

> 27 tahun 4 33.3

≤ 27tahun 8 66,6

Jumlah Responden 12 100

4.1.2. Pendidikan Responden

Pendidikan responden yang terbanyak adalah lulusan SMA atau

SMK sebanyak 11 orang (91,6%), dan sisanya memilki latar

belakang pendidikan perguruan tinggi sebanyak 1 orang (8,3%).

Rincian selengkapnya dapat dilihat pada tabel 4.3.

Page 67: HUBUNGAN POSTUR TUBUH TERHADAP KELUHAN …

52

Tabel 4.3. Gambaran Pendidikan Responden

4.1.3. Status Gizi Responden

Dilihat dari status gizi, berdasarkan hasil pengukuran berat

badan dengan tinggi badan sesuai formulasi indeks masa tubuh,

tidak ditemukan responden mengalami obesitas, dan sisanya

sebanyak 12 orang (100%) tidak mengalami obesitas. Rincian

selengkapnya dapat dilihat pada tabel 4.5.

Tabel 4.5. Gambaran Status Gizi Responden

Status Gizi Jumlah Persentase (%)

Obes (> 24) 0 0

Tidak Obes (≤ 24) 12 100

Jumlah Responden 12 100

4.1.7. Kebiasaan Merokok

Dilihat dari kebiasaan merokok, responden yang merokok

ditemukan berjumlah 5 orang (41,6%). Sisanya, sebanyak 7 orang

(58,3%) tidak memilki kebiasaan merokok. Rincian selengkapnya

dapat dilihat pada tabel 4.8.

Jenis Kelamin Jumlah Persentase (%)

SMA/ SMK 11 91,6

Perguruan Tinggi 1 8,3

Jumlah Responden 12 100

Page 68: HUBUNGAN POSTUR TUBUH TERHADAP KELUHAN …

53

Tabel 4.8. Gambaran Kebiasaan Merokok Responden

Kebiasaan Merokok Jumlah Persentase (%)

Merokok 5 41,6

Tidak Merokok 7 58,3

Jumlah Responden 12 100

4.2. Karakteristik Okupasi

Karakteristik okupasi yang diteliti mencakup pernah lama kerja

responden dan pernah/ tidaknya responden mengikuti pelatihan human

factor dan proses cleaning roda.

4.2.1. Lama Kerja

Rata-rata lama kerja responden adalah 2 tahun dengan lama

kerja paling sebentar selama 1 tahun dan paling lama selama 3

tahun. Responden yang lama kerjanya lebih dari 2 tahun

ditemukan sebanyak 8 orang (25%), sedangkan sisanya

sebanyak 24 orang (75%) memiliki lama kerja ≤ 6 tahun. Rincian

selengkapnya dapat dilihat pada tabel 4.12.

Tabel 4.12. Gambaran Lama Kerja Responden

Lama Kerja Jumlah Persentase (%)

> 2 tahun 8 66,6

≤ 2 tahun 4 33,3

Jumlah Responden 12 100

Page 69: HUBUNGAN POSTUR TUBUH TERHADAP KELUHAN …

54

4.2.2. Beban Kerja Fisik

Penilaian beban kerja fisik diukur dengan meggunakan

pengukuran denyut nadi kerja dan tekanan darah sesaat setelah

responden menyelesaikan pekerjaannya.

a. Denyut Nadi

Dari hasil pengukuran denyut nadi, didapatkan 6 orang

(50%) merasakan beban kerja yang berat. Sedangkan

sisanya juga sama banyak yaitu 6 orang (50%) merasakan

beban kerja yang tidak berat. Rincian selengkapanya dapat

dilihat pada tabel 4.15.

Tabel 4.15. Gambaran Denyut Nadi Responden

Denyut Nadi Jumlah Persentase (%)

Berat

(> 125denyut/ menit) 6 50

Tidak berat

(≤ 125 denyut/ menit) 6 50

Jumlah Responden 12 100

b. Tekanan Darah

Berdasarkan hasil pemeriksaan tekanan darah didapatkan 1

orang (8,3%) pekerja mengalami tekanan darah yang tidak

normal. Kemudian, sisanya sebanyak 11 orang (91,6%)

memilki tekanan darah yang normal. Rincian selengkapnya

dapat dilihat pada tabel 4.16.

Page 70: HUBUNGAN POSTUR TUBUH TERHADAP KELUHAN …

55

Tabel 4.16. Gambaran Tekanan Darah Responden

Tekanan Darah Jumlah Persentase

(%)

Tidak Normal

(> 140/ 90 mm Hg) 1 8,3

Normal

(≤140/90 mm Hg) 11 91,6

Jumlah Responden 32 100

4.3. Keluhan Musculoskeletal Disorders

Berdasarkan tabel distribusi frekuensi keluhan Musculoskeletal

disorders didapatkan 7 orang responden (58,3%) merasakan keluhan

musculoskeletal disorders sedangkan sisanya sebanyak 5 responden

(41,6%) tidak mengalami keluhan Musculoskeletal disorders. Rincian

selengkapnya dapat dilihat pada tabel 4.17.

Tabel 4.17. Gambaran Keluhan Musculoskeletal Disorders

Keluhan Musculoskeletal disorders Jumlah Persentase (%)

Ya

Tidak

7

5

32

58.3

41.6

100

4.4. Distribusi Keluhan Musculoskeletal Disorders Tiap Bagian Tubuh

Dari hasil pengukuran keluhan MSDs ditemukan sebanyak 12 orang

responden (58,3%) mengalami keluhan MSDs. Sedangkan sisanya

sebanyak 5 responden (41,6%) tidak mengalami rasa sakit atau

keluhan MSDs. Berdasarkan hasil kuisioner NIOSH Nordic Body Map

(NBM). Diperoleh bagian tubuh responden yang paling banyak

keluhann nyeri otonya adalah keluhan sakit di bagian punggung bawah

Page 71: HUBUNGAN POSTUR TUBUH TERHADAP KELUHAN …

56

sebanyak 15 orang (46,9%), hal ini karena posisi tubuh pekerja yang

harus membungkuk hingga melebihi 90 derajat saat melakukan proses

pengolesan larutan cat peluntur. Kemudian keluhan terbanyak

berikutnya adalah di bagian pergelangan tangan sebanyak 13 orang

(40,6%), hal ini karena adanya pergerakan tangan yang terus-menerus

dan sangat aktif pada saat pekerja mengoleskan larutan cat peuntur,

dimana terbentuk sudut 20 derajat dan putaran pergelangan tangan

pada saat pekerja memegang kuas secara terus-menerus berada dekat

dari putaran tubuh. Kemudian keluhan pada siku dialami oleh 12 orang

(37,5%), hal ini karena posisi lekukan siku mencapai sudut seratus

derajat pada saat tangan memegang kuas dan secara bergantian

tangan bergerak unuk mencelupkan pada wadah larutan peluntur cat,

dan yang paling terberat pada saat penyikatan velg karena posisi siku

tangan yang sangat aktif untuk menyikat disertai adanya pengerahan

tenaga. Selanjutnya, responden yang mengalami keluhan pada bahu

sebanyak 10 orang (31,3%), keluhan pada punggung atas 9 orang

(28,1%). Keluhan pada bahu dan punggung atas ini disebabkan karena

posisi tubuh pekerja yang membungkuk menyebabkan otot punggung

dan bahu yang tertarik karena bagian tubuh bergerak menjauhi posisi

alamiahnya, semakin jauh posisi bagian tubuh dari pusat gravitasi.

Selanjutnya keluhan pada lutut ditemukan pada 9 orang (28,1%)

karena posisi lutut yang menekuk saat posisi jongkok pada saat

melakukan penyikatan velg. Keluhan pada paha/ betis ditemukan 8

oang (25,0%) karena paha/ betis yang berusaha menahan beban tubuh

bagian atas pada saat melakukan gerakan membungkuk. Keluhan pada

Page 72: HUBUNGAN POSTUR TUBUH TERHADAP KELUHAN …

57

leher 7 orang (21,9%) hal ini tidak terlalu signifikan karena sudut yang

dibentuk leher tidak sampai melebihi 20 derajat, karena lebih dominan

posisi punggung yang membungkuk. Untuk yang paling sedikit

dikeluhkan pekerja adalah pada pergelangan kaki sebanyak 5 orang

(15,6%). Rincian selengkapnya dapat dilihat pada tabel 4.18

Tabel 4.18. Distribusi Keluhan MSDs Tiap Bagian Tubuh

No Identitas Jumlah Persentase (%)

1. Keluhan pada leher

Nyeri

Tidak Nyeri

5

2

7

71,4

13,2

58,3

2. Keluhan pada bahu

Nyeri

Tidak Nyeri

6

1

7

85,7

27,4

58,3

3. Keluhan pada siku

Nyeri

Tidak Nyeri

5

2

7

71,4

13,2

58,3

4. Keluhan pada punggung atas

Nyeri

Tidak Nyeri

6

1

7

85,7

27,4

58,3

5. Keluhan punggung bawah

Nyeri

Tidak Nyeri

7

0

7

58,3

0

58,3

6. Keluhan pada tangan/ pergelangan tangan

Nyeri

Tidak Nyeri

6

1

7

85,7

27,4

58,3

7 Keluhan pada paha/ betis

Nyeri

Tidak Nyeri

4

3

7

57,1

01,2

58,3

8 Keluhan lutut

Nyeri

Tidak Nyeri

2

5

7

13,2

71,4

58,3

Page 73: HUBUNGAN POSTUR TUBUH TERHADAP KELUHAN …

58

9 Keluhan pergelangan kaki

Nyeri

Tidak Nyeri

2

5

7

13,2

71,4

58,3

Grafik 4.1. Keluhan MSDs Tiap Bagian Tubuh

4.5. Hubungan Karakteristik Individu dengan Keluhan MSDs

Karakteristik demografi yang dilakukan perhitungan statistik meliputi

umur, pendidikan, status gizi, dan kebiasaan merokok. Sedangkan

untuk variabel jenis kelamin tidak dapat dilakukan perhitungan statistik

karena sebaran datanya homogen, yaitu seluruhnya adalah laki-laki.

a. Umur

Hasil uji statistik mencatat nilai p = 0,169 (p > 0,05) maka H0

diterima, hal ini menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang

0

1

2

3

4

5

6

7

Page 74: HUBUNGAN POSTUR TUBUH TERHADAP KELUHAN …

59

bermakna antara umur dengan keluhan MSDs. Hal ini disebabkan

karena perusahaan tidak mengadakan penerimaan karyawan baik

teknisi ataupun staff selama 3 tahun pada kurun waktu tahun 2013

hingga 2015. Sehingga kondisi ini menyebabkan sebaran distribusi

umur yang tidak normal, dimana umur responden lebih dominan

pada usia <30 tahun, sedangkan sebaran usia >30 tahun sangat

sedikit.

Selanjutnya, pada pekerja dengan usia yang lebih tua objek

pekerjaan greasing dilakukan oleh pekerja yang masih muda

sehingga durasi kerja lebih sedikit tidak sampai memakan waktu 1

jam untuk greasing dan tidak sampai 3 jam untuk proses pelumasan.

Selain itu, pada pekerja dengan usia yang lebih tua cenderung

sangat jarang diberikan lembur kerja dariapada pekerja dengan usia

yang lebih muda. Hal ini disebabkan karena kebijakan perusahaan

yang mengutamakan kesempatan lembur kerja pada pekerja dengan

usia yang lebih muda. Selain itu, dari sisi ekonomi jelas pekerja

dengan usia yang lebih tua dan memilki masa kerja yang lama

cenderung memilki penghasilan lebih besar daripada pekerja usia

muda. Sehingga pada pekerja dengan usia yang lebih tua tidak

tertarik dengan lembur kerja. Rincian selengkapnya dapat dilihat

pada tabel 4.19.

Page 75: HUBUNGAN POSTUR TUBUH TERHADAP KELUHAN …

60

Tabel 4.19. Hubungan Umur dengan Keluhan MSDs

Umur

Keluhan MSDs

P PR 95% CI

Ya Tidak Jumlah

> 27 tahun 4 0 4 0,169 1,670 0,826 – 3,380

≤ 27 tahun 3 5 8

Jumlah 7 5 12

b. Pendidikan

Dari hasil uji statistik diperoleh nilai p = 0,229, karena nilai p > 0,05

maka H0 diterima, artinya tidak ada hubungan yang bermakna antara

pendidikan dengan keluhan Musculoskeletal disorders. Adapun yang

menyebabkan tidak adanya hubungan yang bermakna antara pendidikan

dengan tingkat keluhan nyeri otot skeletal ini adalah karena jumlah pekerja

yang memilki tingakat pendidikan D3/ Perguruan Tinggi ini hanya sebanyak

1 orang dengan usianya 20 tahun. Dengan usia yang dini ini, tentu frekuensi

melakukan pekerjaan Greasing ini masih sangat sedikit dibandingkan

dengan pekerja SMA/ SMK dengan usia yang lebih tua, sehingga pekerja

dengan pendidikan D3/ Perguruan Tinggi ini masih kurang terampil dalam

menghadapi bahaya ergonomi dari pekerjaan greasing ini. Rincian

selengkapnya dapat dilihat pada tabel 4.20.

Tabel 4.20. Hubungan Pendidikan dengan Keluhan MSDs

Pendidikan

Keluhan MSDs

P PR 95% CI Ya Tidak Jumlah

SMA/ SMK 6 5 11 0,229 0,483 0,331 – 0,704

Perguruan Tinggi 1 0 1

Jumlah 7 5 32

Page 76: HUBUNGAN POSTUR TUBUH TERHADAP KELUHAN …

61

c. Status Gizi

Berdasarkan perhitungan dari uji statistik ini diperoleh nilai p = 0,038,

karena nilai p < 0,05 maka H0 ditolak, artinya ada hubungan yang bermakna

antara status gizi dengan keluhan Musculoskeletal disorders. Kemudian nilai

PR= 2,545 ini menunjukkan bahwa pekerja yang mengalami obesitas

memiliki kecenderungan 2,545 kali lebih besar mengalami keluhan

Musculoskeletal disorders daripada kelompok yang tidak mengalami

obesitas.

Keadaan gizi yang berlebihan (obes) dapat berpengaruh terhadap

keluhan nyeri otot. Keadaan tubuh yang obes dengan postur tubuh yang

harus menmbungkuk merupakan tambahan beban yang menyebabkan

peregangan otot berlebih karena tubuh akan berusaha lebih kuat untuk

menyangga berat badan dari depan dengan mengontraksikan otot punggung

bawah. Dan bila hal ini berlanjut terus–menerus, akan menyebabkan

penekanan pada bantalan saraf tulang belakang yang dapat mengakibatkan

HNP (Hernia Nucleus Pulposus).

Pekerja yang memiliki berat badan berlebih akan mengganggu

kecepatan kerja, sehingga dapat menyebabkan penurunan produktivitas

kerja. Selain itu, obesitas juga memicu terjadinya berbagai macam penyakit

seperti penyakit jantung, stroke, diabetes mellitus, hipertensi, dan lain-lain.

Jika kondisi ini tidak dikendalikan maka dapat mengurangi kinerja karyawan.

Rincian selengkapnya dapat dilihat pada tabel 4.21.

Page 77: HUBUNGAN POSTUR TUBUH TERHADAP KELUHAN …

62

Tabel 4.21. Hubungan Status Gizi dengan Keluhan MSDs

Status Gizi

Keluhan MSDs

P PR 95% CI

Ya Tidak Jumlah

Obes

(> 24) 0 0 0 0,038 2,545 1,606 – 4,034

Tidak Obes

(≤ 24) 7 5 12

Jumlah 7 5 12

d. Kebiasaan Merokok

Dari hasil analisis bivariat didapatkan nilai p = 0, 008, karena nilai p

<0,05 maka H0 ditolak, artinya ada hubungan yang bermakna antara

kebiasaan merokok dengan keluhan Muskuloskeletal disorders. Adanya

hubungan antara kebiasaan merokok dengan keluhan nyeri otot rangka ini

adalah karena seluruh pekerja yang berjenis kelamin laki-laki pada dasarnya

memiliki kegemaran merokok lebih besar daripada wanita. Kebiasaan

merokok akan menurunkan kapasitas paru-paru, sehingga kemampuan

untuk mengkonsumsi oksigen menurun dan sebagai akibatnya tingkat

kesegaran tubuh juga menurun.

Laporan hasil pertemuan tahunan American Association of Orthopedy

dic Surgeons di San Fransisco tahun 2001, mendukung teori mekanisme

cedera pada nyeri pinggang, yaitu adanya kerusakan struktur pembuluh

darah pada diskus dan sendi. Pada saat merokok terjadi pelepasan bahan-

bahan beracun yang dapat merusak lapiasan dalam dinding pembuluh

darah. Pembuluh darah yang mengalami kerusakan terlebih dahulu adalah

pembuluh darah kecil, yang berperan menyalurkan zat nutrisi dan oksigen ke

diskus intervertebralis. Selain itu, karbon monoksida juga akan terbawa ke

Page 78: HUBUNGAN POSTUR TUBUH TERHADAP KELUHAN …

63

dalam aliran darah yang mengakibatkan kurangnya jumlah asupan oksigen

ke dalam jaringan. Semua hal di atas menyebabkan jaringan kekurangan

nutrisi, terjadi proses degenerasi dan dapat berakibat kematian jaringan

sehingga menimbulkan kelemahan dinding diskus dan dapat menimbulkan

rasa nyeri dan hernia.

Berdasarkan hasil temuan di lapangan, perusahaan memberlakukan

kebijakan mengenai larangan merokok di area perusahaan. Larangan

merokok tersebut selain ditujukan untuk mencegah terjadinya kebakaran dan

ledakan, juga bermaksud untuk meningkatkan derajat kesehatan seperti

jantung dan paru-paru sehingga produktivitas kerja terus meningkat.

Dari hasil perhitungan statistik, juga didapatkan nilai PR= 3,900 yang

menunjukkan bahwa kelompok yang memilki kebiasaan merokok mempunyai

kecenderungan 3,900 kali lebih besar mengalami keluhan Musculoskeletal

disorders daripada kelompok yang tidak merokok. Rincian selengkapnya

dapat dilihat pada tabel 4.22.

Tabel 4.22. Hubungan Kebiasaan Merokok dengan Keluhan MSDs

Kebiasaan

Merokok

Keluhan MSDs

P PR 95% CI

Ya Tidak Jumlah

Merokok 5 0 5 0,008 3,900 1,057 – 14,388

Tidak Merokok 0 7 7

Jumlah 7 5 12

e. Lama Kerja

Dari hasil uji statistik diperoleh nilai p = 0,106, karena nilai p > 0,05

maka H0 diterima, artinya tidak ada hubungan yang bermakna antara lama

kerja dengan keluhan Musculoskeletal disorders. Kondisi ini disebabkan

Page 79: HUBUNGAN POSTUR TUBUH TERHADAP KELUHAN …

64

karena semakin lama masa kerja karyawan, maka tingkat keterampilan dan

pengetahuan karyawan akan semakin bertambah. Dengan jam kerja yang

semakin tinggi dan durasi semakin banyak, maka pekerja sudah terbiasa dan

semakin lebih waspada dalam menghadapi bahaya-bahaya ergonomi seperti

postur tubuh yang janggal terkait kegiatan cleaning ini.

Kemudian, dari hasil penelitian juga mencatat kelompok masa kerja ≤

2 tahun sebanyak 75% yang dominan ini dan usia pekerja yang kebanyakan

masih muda atau ≤ 27 tahun belum terlalu meninggalkan dampak yang

sangat besar terhadap rasa sakit atau nyeri otot rangka sceara menetap

karena kekuatan otot masih lebih kuat. Rincian selengkapnya dapat dilihat

pada tabel 4.23.

Tabel 4.23. Hubungan Lama Kerja dengan Keluhan MSDs

Lama Kerja

Keluhan MSDs

P PR 95% CI

Ya Tidak Jumlah

> 2 tahun 6 2 8 0,106 2,000 1,041 – 3,844

≤ 2 tahun 1 3 4

Jumlah 7 5 12

4.6. Hubungan Karakteristik Pekerjaan dengan Keluhan MSDs

Karakteristik pekerjaan yang diteliti mencakup:

Beban Kerja Fisik

Penilaian beban kerja fisik yang dilakukan yaitu dengan melakukan

pengukuran denyut nadi dan tekanan darah sesaat setelah pekerja selesai

melakukan pekerjaannnya.

Page 80: HUBUNGAN POSTUR TUBUH TERHADAP KELUHAN …

65

a. Denyut Nadi

Dari hasil uji statistik diperoleh nilai p = 0,00, karena nilai p < 0,05

maka H0 ditolak, artinya ada hubungan yang bermakna antara pelatihan

kerja dengan keluhan Musculoskeletal disorders. Nilai PR = 4,00

menunjukkan bahwa kelompok yang berdenyut nadi kerja berat (> 125

denyut per menit) memilki kecenderungan 4,00 kali lebih besar mengalami

keluhan Musculoskeletal disorders daripada kelompok yang berdenyut nadi

kerja tidak berat (≤ 125 denyut per menit).

Hasil ini sesuai dengan proses kerja cleaning velg roda pesawat

dimana dalam melakukan pengecatan cat peluntur dan penyikatan velg

diperlukan usaha fisik yang kuat selama periode kerja berlangsung.

Pengerahan tenaga pada saat menyikat velg disertai pembebanan

meningkatkan postur tubuh yang membungkuk otot yang besar setiap hari ini

dapat meningkatkan risiko cedera otot skeletal.

Dari hasil pengukuran denyut nadi kerja responden didapatkan hasil

denyut nadi kerja tidak berat dan denyut nadi kerja berat. Perbedaan ini

disebabkan karena jumlah konsumsi oksigen dan suhu tubuh tiap reponden

berbeda-beda. Hasil denyut nadi kerja responden juga sebanding dengan

tingginya tingkat penguapan cairan tubuh melaui keringat. Dimana pada

responden yang berdenyut nadi kerja berat jumlah keringat yang keluar lebih

banyak dibandingkan dengan responden yang berdenyut nadi kerja sedang.

Dengan durasi 8 jam kerja dan waktu istirahat 1 jam setiap harinya,

disertai selang waktu 1 jam istirahat menunggu cat melekat pada velg roda

masih ditemukan adanya kelelahan kerja yang dialami para pekerja cleaning

ini. Hal ini disebabkan karena gerakan mengecat dan menyikat yang

Page 81: HUBUNGAN POSTUR TUBUH TERHADAP KELUHAN …

66

dilakukan dengan kerja otot statis dan berulang (repetitive) sepanjang durasi

kerja. Kondisi ini menyebabkan terjadinya penurunan kinerja yang dapat

menambah tingkat kesalahan kerja dan berakumulasi memberikan peluang

terjadinya nyeri otot, tulang, dan tendon pekerja.4 Rincian selengkapnya

dapat dilihat pada tabel 4.25.

Tabel 4.25. Hubungan Denyut Nadi dengan Keluhan MSDs

B. Tekanan Darah

Dari hasil uji statistik diperoleh nilai p =0,589 karena nilai p > 0,05

maka H0 ditolak, artinya tidak ada hubungan yang bermakna antara tekanan

darah dengan keluhan Musculoskeletal disorders. Adapun tidak adanya

hubungan antara tekanan darah dengan tingkatan keluhan nyeri otot ini

adalah karena banyaknya faktor-faktor yang mempengaruhi tekanan darah

seseorang, salah satunya adalah usia. Dimana semakin bertambahnya usia,

semakin bertambah pula tekanan darah yang disebabkan oleh berkurangnya

elastisitas pembuluh darah. Berkurangnya elastisitas pembuluh darah akan

mengganggu aliran darah ke jantung sehingga mnyebabkan pembuluh darah

kaku dan keras dan tekanan pembuluh darah menjadi tinggi. Selain itu,

tekanan darah secara umum juga dipengaruhi gaya hidup seseorang dalam

mengatur konsumsi makanan sehari-hari. Bahan makanan yang bersumber

Denyut Nadi

Kerja

Keluhan MSDs

P PR 95% CI

Ya Tidak Jumlah

Berat 5 1 6 0,001 4,00 1,388 – 11,528

Tidak Berat 2 4 6

Jumlah 7 5 12

Page 82: HUBUNGAN POSTUR TUBUH TERHADAP KELUHAN …

67

natrium seperti garam, penyedap rasa, makan yang diawetkan, makanan

kaleng, dan fast food (makanan cepat saji).

Hasil kuisioner yang didapat menunjukkan usia pekerja responden

yang dominan adalah ≤ 27 tahun sebanyak 21 reponden (66,6%). Angka ini

membuktikan responden masih dalam usia muda yag masih memilki

elastisitas pembuluh darah yang baik sehingga tidak menyebabkan tekanan

darah tinggi/ hipertensi. Rincian selngkapnya dapat dilihat pada tabel 4.26.

Tabel 4.26. Hubungan Tekanan Darah dengan Keluhan MSDs

Tekanan Darah

Keluhan MSDs

P PR 95% CI

Ya Tidak Jumlah

Tidak Normal

(> 140/90 mm Hg) 1 0 1 0,589 1,487 0,607– 3,644

Normal

(≤ 140/90 mm Hg) 6 4 11

Jumlah 7 5 12

Dari hasil uji statistik ditemukan sebanyak 3 variabel bebas yang

mempunyai nilai p < 0,05, perincian selengkapnya dapat dilihat pada tabel

4.27.

Tabel 4.27. Variabel hubungan bermakna dengan keluhan MSDs

No Variabel Bebas P

1 Status Gizi 0,038

2 Kebiasaan Merokok 0,018

3 Denyut Nadi 0,001

Page 83: HUBUNGAN POSTUR TUBUH TERHADAP KELUHAN …

68

Pengecekan Unit Truck

Pemasangan Ganjal

Page 84: HUBUNGAN POSTUR TUBUH TERHADAP KELUHAN …

69

Melepaskan Baut dan Mengeluarkan oli atau grease yang lama

Memasang atau memasukkan grease dengan pompa manual

Page 85: HUBUNGAN POSTUR TUBUH TERHADAP KELUHAN …

70

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan yang telah dijelaskan pada bab

sebelumnya, diketahui bahwa dari hasil penelitian tentang pengaruh posisi

kerja sebagai faktor determinan terjadinya keluhan Musculoskeletal disorders

pada pekerja cleaning roda pesawat di PT. Harmoni Panca Utama tahun

2015, dapat disimpulkan bahwa :

1. Menjawab pertanyaan penelitian 1, bahwa karakteristik Individu ada

kaitannya dengan keluhan Musculoskeletal disorders:

Variabel umur tidak ada kaitannya dengan keluhan Musculoskeletal

disorders, karena didapatkan nilai p = 0,169 (p > 0,05), menunjukkan

bahwa tidak ada hubungan yang bermakna

Jenis kelamin tidak ada kaitannya dengan keluhan Musculoskeletal

disorders, karena seluruhnya berjenis kelamin laki-laki

Pendidikan tidak ada kaitannya dengan keluhan Musculoskeletal

disorders, kerena didapatkan nilai p = 0, 229 (p > 0,05), menunjukkan

bahwa tidak ada hubungan yang bermakna

Status gizi obesitas ada kaitannya dengan keluhan Musculoskeletal

disorders, karena didapatkan nilai p = 0,038 (p < 0,05), menunjukkan

bahwa ada hubungan yang bermakna

Page 86: HUBUNGAN POSTUR TUBUH TERHADAP KELUHAN …

71

Kebiasaan merokok ada kaitannya dengan keluhan Musculoskeletal

disorders, karena didapatkan nilai p = 0,008 (p < 0,05), menunjukkan

bahwa ada hubungan yang bermakna

Sehingga, dari pertanyaan penelitian 1, dapat disimpulkan bahwa 2

variabel yaitu variabel status gizi obesitas dan kebiasaan merokok ada

kaitannya dengan keluhan Musculoskeletal disorders.

2. Menjawab pertanyaan penelitian 2, bahwa karakteristik okupasi ada

kaitannya dengan keluhan Musculoskeletal disorders.

Denyut nadi kerja yang berat ada kaitannya dengan keluhan

usculoskeletal disorders, karena didapatkan nilai p = 0,001 (p < 0,05),

menunjukkan bahwa ada hubungan yang bermakna

Tekanan darah tidak ada kaitannya dengan keluhan Musculoskeletal

disorders, karena didapatkan nilai p = 0,589 (p > 0,05), menunjukkan

bahwa tidak ada hubungan yang bermakna

Sehingga, dari pertanyaan penelitian 2, disimpulkan bahwa 1 variabel

yaitu variabel status denyut nadi kerja berat ada kaitannya dengan

keluhan Musculoskeletal disorders.

3. Menjawab pertanyaan penelitian 3, bahwa : posisi kerja berhubungan

dengan keluhan MSDs, hal ini dapat diterangkan dari adanya hubungan

bermakana dari status gizi berupa obesitas, kebiasaan merokok, dan

denyut nadi kerja. Kondisi ini juga diperkuat dengan perhitungan posisi

kerja dengan metode REBA yang memberikan hasil resiko tinggi dan

diperlukan perubahan saat itu juga.

Page 87: HUBUNGAN POSTUR TUBUH TERHADAP KELUHAN …

72

4. Menjawab pertanyaan penelitian 4, bahwa : bagian tubuh yang dialami

keluhan Musculoskeletal disorders ditemukan paling banyak pada

punggung bawah (46,9%) , pergelangan tangan (40,6%) , siku (37,5%),

bahu (31,3%), punggung atas (28,1%), lutut (28,1%), paha/ betis (25%),

leher (21,9%) dan pergelangan tangan 40,6%.

5. Menjawab pertanyaan penelitian 5, bahwa : model pekerja yang baik utuk

kegiatan Pelumasan (Greasing) Unit ini adalah : pekerja dengan indeks

masa tubuh yang normal (antara tinggi badan dan berat badan seimbang)

tidak mengalami obesitas, tidak memiliki kebiasaan merokok, dan memilki

tingkat kesegaran jasmani yang baik.

5.2. Saran

Dari hasil penelitian ini, ada beberapa saran yang dapat menjadi masukan

pada kegiatan cleaning velg roda pesawat ini, antara lain adalah :

5.2.1. Perusahaan

1. Pihak perusahaan sebaiknya melakukan seleksi karyawan

untuk tinggi badan, berat badan, usia dan status kesehatan

yang mungkin dapat mengganggu kinerja, mengingat

pentingnya unsur kecekatan, kecepatan, serta beban fisik

sehingga produktivitas tetap terjaga

2. Selanjutnya, perusahaan menyediakan fasilitas klinik

rehabilitasi medis dan perawatnya rehabilitas medis untuk

memantau kondisi kesehatan para pekerja terutama terkait

keluhan Musculoskeletal disorders, sebaiknya perusahaan

menyediakan pelayanan kesehatan secara rutin, yang dapat

Page 88: HUBUNGAN POSTUR TUBUH TERHADAP KELUHAN …

73

dilakukan dengan bekerja sama melaui instansi kesehatan baik

rumah sakit, maupun klinik, karena kondisi pekerja yang sehat

merupakan aset utama perusahaan.

3. Untuk mengurangi tingkat kelelahan karena beban fisik pada

saat, menyikat velg sebaiknya pekerja diistirahatkan setiap 2

jam supaya pekerja mendapatkan penyegaran, pada

pengaturan perbaikan sistem kerja istiraha shift ruangan sejuk

minum

4. Dapat dilakukan rotasi kerja pada kegiatan lainnya yang

mungkin beban kerjanya lebih ringan, sehingga kinerja pekerja

tetap terjaga. Disamping itu rotasi kerja juga dapat menambah

keterampilan, wawasan, serta menghindari rasa jenuh sehingga

tercipta kondisi yang dinamis pada pekerja.

5.2.2. Karyawan

1. Mengingat status gizi yang berpengaruh terhadap tingkat

keluhan nyeri otot rangka ini, disarankan kepada karyawan

untuk selalu menjaga berat badan yang ideal. Karena berat

badan yang berlebih dapat menambah beban tubuh pada saat

melakukan pekerjaan dan mengurangi kecekatan saat bekerja.

Hal ini dpat dilakukan dengan cara berolahraga, dan mengatur

pola makan yang seimbang.

2. Mengingat kebiasaan merokok yang dilakukan para pekerja,

sebaiknya karyawan lebih peduli terhadap kesehatan dengan

tidak mengkonsumsi rokok, atau mengurangi frekuensi dan

Page 89: HUBUNGAN POSTUR TUBUH TERHADAP KELUHAN …

74

jumlah rokok sehingga kemampuan paru-paru mengkonsumsi

oksigen tidak menurun dan terjaganya kondisi tubuh yang

segar.

Page 90: HUBUNGAN POSTUR TUBUH TERHADAP KELUHAN …

75

DAFTAR PUSTAKA

Manuaba, Adnyana. 2005. Ergonomi dalam Industri. Universitas Udayana.

Grandjean, E. 1993. Fitting the Task to the Man: a Texbook of Occupational

Ergonomics. 4th Edition. Taylor and Francis.

Nurmianto, E. 1996. Ergonomi Konsep Dasar dan Aplikasinya. Jakarta :

Guna Widya.

Wignjosoebroto. 2006. Aplikasi Ergonomi dalam Peningkatan Produktivitas

dan Kualitas Kerja Industri. Surabaya : Institut Teknik Surabaya

Sutalaksana, I. Z., Anggawisastra, R. & Tjakraatmadja, J.H. 1979. Teknik

Tata Cara Kerja. Bandung : Institut Teknologi Bandung.

Wikipedia,The Free Encyclopedia. Musculoskeletal disorders. Tersedia di

http://en.wikipedia.org/wiki/Musculoskeletal_disorder

Tarwaka. 2010. Ergonomi Industri. Dasar-Dasar Pengetahuan Ergonomi dan

Aplikasi di Tempat Kerja. Surakarta : Harapan Press

OSHA. 1999. Preventing Work-Related Musculoskeletal Disorders.U.S.

Department of Labor. Tersedia di http:// lobby.la.psu. edu/062-

Ergonomics - Standards /Agency-Activities/OSHA / OSHA- Preventing-

Work-Related-MSD.html.

NIOSH. 1981. Work Practices Guide for Manual Lifting. Ohio:Department of

Health and Human Service.

Chaffin et.al. 1991. Second Edition. Occupational Biomechanics. John Wiley

& Sons.Inc : New York.

Ohlsson K, et al. 1989. Self-reported symptoms in the neck and upper limbs

of female assembly workers. Scand J Work Environ Health.

Notoatmodjo, Soekidjo. 2003. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta:

PT Rineka Cipta

Heru Septiawan. 2012. Faktor yang Berhubungan dengan Keluhan Nyeri

Punggung Bawah pada Pekerja Bangunan di PT Mikroland Property

Development Semarang. Universitas Negeri Semarang.

Page 91: HUBUNGAN POSTUR TUBUH TERHADAP KELUHAN …

76

Susan Stock et.al. 2005. Work-Related Musculoskeletal Disorders, Guide

and Tools for Modified Work. National Library of Quebec : Montréal.

Suma’mur, P.K. 1996. Hygiene Perusahaan dan Keselamatan Kerja.

Cetakan 13. Jakarta : Haji Masagung

Bridger, R.S. 1995. Introduction To Ergonomics. New York: Mc. Graw-

Hill,Inc.

Direktorat Gizi Masyarakat. 2003. Petunjuk Teknis Pemantauan Status Gizi

Orang Dewasa dengan Indeks Massa Tubuh (IMT). Jakarta : Depkes RI

Mc. Atamney and Corlett. 1993. Based On RULA -: A Survey Method for

Investigation of Work Related Upper Limb Disorders. Applied

Ergonomics. Tersedia di http://www.rula.co.uk/RULASheet.pdf dan

http://ergo-plus.com/rula-assessment-tool-guide/

Wikipedia,The Free Encyclopedia. Human Factors and Ergonomics.

Tersedia di

http://en.wikipedia.org/wiki/Human_factors_and_ergonomics

Kroemer, K.H.E, H.B. Kroemer, dan K.E. Kroemer-Elbert. 2001. Ergonomics

How to Design for Ease and Efficiency. New Jersey: Prentice Hall

Rodahl, Kaare. 1989. The Physiologi of Work. London : Taylor and Prancis

Inc.

Christensen, E.H. 1991. Physiology of Work. Dalam Parmeggiani. L. Editor

Encyclopedia of Occupational Health and Safety 3nd (revised) Ed.

Geneva Ill. 1698-1700.

Hartati, K. 2004. Jus Bagi Penderita Hipertensi. Departemen Farmasi ITB.

[cited 2007 July 26]. Tersedia di: URL: http://www.pikiran

rakyat.com/cetak/ 1004/14/cakrawala/lainnya4.htm

Depkes RI. 2007. Pedoman Surveilans Epidemiologi Penyakit Jantung dan

Pembuluh Darah. Jakarta ii + 52 hlm.

Badan Penelitian dan Pengembangan Depkes RI. 2007. Pedoman

Pengukuran dan Pemeriksaan dalam Riset Kesehatan Dasar 2007.

Jakarta

Manual Air Craft Wheels and Brakes. 2003. GMF AeroAsia.

Air Craft Engineering and Maintenance. 2006. GMF AeroAsia

Page 92: HUBUNGAN POSTUR TUBUH TERHADAP KELUHAN …

77

Notoatmodjo. 2002. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : PT. Rineka

Citra

Sutalaksana, I.Z. 2000. Duduk, Berdiri, dan Ketenagakerjaan Indonesia.

Dalam : Wingnyosoebroto & Wiratno eds. Proceedings Seminar

Nasional Ergonomi. Surabaya : PT. Guna Widya 9-10

Sujarweni, Wiratna. 2014. SPSS untuk Penelitian. Yogyakarta : Pustaka Baru

Press

http://health.kompas.com/read/2012/02/27/16273496/18.Jurus.Mengusir.Nye

ri.Punggung. Diunduh pada 27 Februari 2012 16:27 WIB

Smooking and pain (disitasi: 16 mei2011). Tersedia di

http://www.ncpainmanagement.com/smoking&pain. html.

Page 93: HUBUNGAN POSTUR TUBUH TERHADAP KELUHAN …

LAMPIRAN I

Beban Kerja Responden

Hari/ tanggal : Riwayat Merokok :

Shift : Berat Badan :

Nama : Tinggi Badan :

Umur : Denyut Nadi :

Masa Kerja : Tekanan Darah :

Page 94: HUBUNGAN POSTUR TUBUH TERHADAP KELUHAN …

LAMPIRAN II

HASIL KUESIONER

No Umur

(tahun)

Jenis

Kelamin Pendidikan

Tinggi

Badan (m)

Berat

Badan (kg) IMT Merokok

Lama Kerja

(tahun)

Denyut Nadi

(denyut/ menit)

Tekanan Darah

(mm/ Hg)

1 28 Laki-Laki SMK 1.7 60 22 Ya 3 128 126/ 78

2 22 Laki-Laki SMK 1.6 60 23 Tidak 4 106 111/ 67

3 22 Laki-Laki SMK 1.7 65 23 Tidak 1 108 146/ 92

4 26 Laki-Laki SMK 1.6 56 22 Ya 5 140 113/ 72

5 28 Laki-Laki SMA 1.7 70 24 Tidak 2 128 104/ 65

6 24 Laki-Laki SMA 1.6 57 22 Ya 3 136 137/ 87

7 30 Laki-Laki SMA 1.7 50 18 Tidak 8 112 145/ 92

8 30 Laki-Laki SMK 1.7 55 20 Ya 7 132 127/ 80

9 22 Laki-Laki SMK 1.7 61 21 Ya 4 120 118/ 74

10 22 Laki-Laki SMK 1.6 55 21 Tidak 1 116 111/ 68

11 22 Laki-Laki SMK 1.8 65 21 Tidak 3 136 122/ 74

12 20 Laki-Laki D3 1.8 65 21 Tidak 1 122 136/ 88

Page 95: HUBUNGAN POSTUR TUBUH TERHADAP KELUHAN …

LAMPIRAN III

HASIL KUESIONER NORDIC BODY MAP

No Keluhan

MSDs

Leher Bahu Siku Punggung

Atas

Punggung

Bawah

Pergelangan

Tangan

Paha/ Betis Lutut Pergelangan

Kaki

1 Ya Ya Ya Ya Tidak Ya Ya Tidak Tidak Ya

2 Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak

3 Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak

4 Ya Tidak ya Ya Ya Ya Ya Tidak Tidak Tidak

5 Ya Ya Tidak Ya Ya Ya Ya Ya Tidak Tidak

6 Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak

7 Ya Ya Ya Tidak Ya Ya Ya Tidak Ya Tidak

8 Ya Tidak Ya Ya Ya Ya Ya Ya Ya Ya

9 Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak

10 Ya ya ya Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak Tidak

11 Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak

12 Ya ya ya Tidak Ya Ya Ya Ya Tidak Tidak