HUBUNGAN PERSEPSI TENTANG LINGKUNGAN BELANJA DENGAN KECENDERUNGAN PERILAKU BELANJA KONSUMEN MINIMARKET SEKITAR UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam memperoleh gelar Sarjana Psikologi (S.Psi) Oleh: DANA KARYA BAKTI NIM: 101070023010 FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1431 H/2010 M
81
Embed
HUBUNGAN PERSEPSI TENTANG LINGKUNGAN BELANJA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21184/1/DARA KARYA BAKTI-FPS.pdfPersepsi Tentang Lingkungan Belanja Dengan Kecenderungan
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
HUBUNGAN PERSEPSI TENTANG LINGKUNGAN
BELANJA DENGAN KECENDERUNGAN PERILAKU
BELANJA KONSUMEN MINIMARKET SEKITAR UIN
SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
SKRIPSI
Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam memperoleh gelar Sarjana Psikologi (S.Psi)
Oleh: DANA KARYA BAKTI
NIM: 101070023010
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
1431 H/2010 M
HUBUNGAN PERSEPSI TENTANG LINGKUNGAN
BELANJA DENGAN KECENDERUNGAN PERILAKU
BELANJA KONSUMEN MINIMARKET SEKITAR UIN
SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
SKRIPSI
Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam memperoleh gelar Sarjana Psikologi (S.Psi)
Oleh:
DANA KARYA BAKTI NIM: 101070023010
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
1431 H/2010 M
i
HUBUNGAN PERSEPSI TENTANG LINGKUNGAN BELANJA DENGAN KECENDERUNGAN PERILAKU BELANJA KONSUMEN MINIMARKET SEKITAR UIN
SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Memperoleh Gelar Kesarjanaan Psikologi
Skripsi yang berjudul HUBUNGAN PERSEPSI TENTANG LINGKUNGAN BELANJA DENGAN KECENDERUNGAN PERILAKU BELANJA KONSUMEN MINIMARKET SEKITAR UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA telah diujikan dalam sidang munaqasyah Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 21 Juni 2010. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Program Strata 1 (S1) pada Fakultas Psikologi.
Jakarta, 21 Juni 2010
Sidang Munaqasyah
Dekan/ Pembantu Dekan/ Ketua Merangkap Anggota Sekretaris Merangkap Anggota Jahja Umar, Ph.D Dra. Fadhilah Suralaga, M.Si NIP. 130 885 522 NIP. 19561 223 198303 2 001
Anggota : Penguji I Penguji II Dra. Fadhilah Suralaga, M.Si Drs. Sofiandy Zakaria, M.Psi. NIP. 19561 223 198303 2 001 NIDN. 031 505 4701 Pembimbing I Pembimbing II Drs. Sofiandy Zakaria, M.Psi. Ikhwan Luthfi, M.Psi NIDN. 03-1505-4701 NIP: 197307102005011006
iii
HALAMAN PERNYATAAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Dana Karya Bakti
Nim : 101070023010
Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang berjudul ”Hubungan Antara
Persepsi Tentang Lingkungan Belanja Dengan Kecenderungan Perilaku
Belanja Konsumen Minimarket Sekitar UIN Syarif Hidayatullah Jakarta”
adalah benar karya saya sendiri dan tidak melakukan plagiat. Ada pun
kutipan-kutipan dalam penyusunan skripsi ini telah saya cantumkan sumber
pengutipannya dalam daftar pustaka.
Saya bersedia untuk melakukan proses yang semestinya sesuai dengan
undang-undang jika ternyata skripsi ini secara prinsip merupakan plagiat atau
jiplakan dari karya orang lain.
Demikian pernyataan ini saya buat untuk dipergunakan sebaik-baiknya.
Jakarta, 21 April 2010
Dana Karya Bakti 101070023010
iv
MOTTO
....
”Ada di saat tidak ada
Tidak ada di saat ada”
“Jika pembeli adalah Raja, maka Raja wajib menyejahterakan
rakyatnya!”
Persembahan:
Untuk ayahanda dan ibunda yang selalu memberikan yang terbaik
Untuk semua buah hatinya
Kami sayang kalian..
v
ABSTRAKSI
(A) Fakultas Psikologi
(B) Mei 2010
(C) Dana Karya Bakti
(D) HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TENTANG LINGKUNGAN BELANJA DENGAN KECENDERUNGAN PERILAKU BELANJA KONSUMEN MINIMARKET SEKITAR UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
(E) xv + 57 halaman
(F) Dalam riset ACNielsen disebutkan bahwa sebanyak 85 persen konsumen berbelanja secara impulsif. Dalam artian, keinginan membeli timbul akibat rangsangan atau gerak hati yang muncul secara tiba-tiba setelah melihat barang yang dipamerkan tanpa pertimbangan masak. Sebagian besar pedagang berusaha memperhatikan bagaimana respon konsumen terhadap toko yang mereka kelola, apakah bisa memperoleh respon konsumen yang baik atau apakah yang harus dilakukan apabila respon konsumen kurang baik (Danes J. Negara, 2003). Para pemilik usaha ritel setidaknya harus selalu siaga agar tak tersingkir dalam persaingan ini, terutama usaha ritel yang berbentuk minimarket. Karena itu mereka perlu memperhatikan lingkungan belanja di sekitar tempat usaha mereka. Adapun lokasi penelitian ini bertempat di minimarket sekitar UIN Syarif Hidayatullah jakarta
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara persepsi tentang lingkungan belanja dengan kecenderungan perilaku belanja konsumen minimarket khususnya yang berada di sekitar kampus UIN Jakarta.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan metode korelasi. Penelitian ini di lakukan di dua minmarket di sekitar UIN Jakarta dengan jumlah sampel sebanyak 60 untuk sampel tryout dan penelitian. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah non-probability sampling, dengan tekhnik incidental sampling technique,yaitu cara pengambilan responden konsumen yang berbelanja dan yang
vi
bersedia menjadi responden. Instrumen pengumpul data yang digunakan adalah skala persepsi terhadap lingkungan belanja dan skala kecenderungan perilaku belanja dalam bentuk skala likert. Teknik pengolahan dan analisis data dilakukan dengan menggunakan program SPSS 11.5 pada uji validitas menggunakan korelasi product Moment. Dari uji validitas menunjukkan jumlah item yang valid untuk skala persepsi tentang lingkungan belanja sebanyak 26 item dan 4 item yang tidak valid. Uji reliabilitas skala persepsi tentang lingkungan belanja dengan Alpha Cronbach yaitu 0,8510. Sedangkan, jumlah item yang valid untuk skala perilaku belanja sebanyak 37 item dan 5 item yang tidak valid. Uji reliabilitas skala perlaku belanja dengan Alpha Cronbach yaitu 0,9186.
Hasil penghitungan uji korelasi dengan menggunakan teknik Pearson’s product-moment dihasilkan nilai koefisien korelasi antara Persepsi terhadap Lingkungan Belanja dengan Perilaku Belanja adalah sebesar 0,689. Sementara nilai r tabel pada taraf signifikansi 5% dengan N 60 adalah sebesar (0,254). Karena nilai r hitung yang didapat (0,689) > nilai r tabel (Sig. 5% ; N 60 = 0.254) dengan demikian hipotesis alternatif (H1) yang menyatakan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara Persepsi terhadap Lingkungan Belanja dengan Perilaku Belanja diterima, yang berarti bahwa semakin positif persepsi konsumen terhadap lingkungan belanja, maka semakin tinggi kecenderungan perilaku belanja konsumen tersebut.
Pada penelitian ini penulis memiliki keterbatasn karena hanya menggunakan variabel persepsi terhadap lingkungan belanja, padahal masih banyak hal yang berpengaruh dan berhubungan dengan individu dalam menentukan kecenderungan berbelanja, seperti budaya, kelas sosial keluarga dan situasi. Karena itu dalam penelitian selanjutnya disarankan untuk meneliti faktor-faktor tersebut.
(G) Bahan Bacaan: 33 (1986-2009)
vii
Kata Pengantar
Alhamdulillah. Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT
yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya pada penulis. Shalawat dan
salam penulis sampaikan kepada junjungan Baginda Nabi Besar Muhammad
SAW.
Dengan kerendahan hati penulis menyadari bahwa skripsi ini tak
mungkin bisa terselesaikan tanpa bantuan pihak-pihak terkait, karenanya
penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:
1. Dekan Fakultas Psikologi, Bapak Jahja Umar, P.hD dan pembimbing
akademik, bapak Choliludin, M.Ag yang telah membimbing penulis
2.3. Lingkungan Belanja (Shopping Environment) .…. 2.3.1. Definisi Lingkungan Belanja ………………..
2.4. Persepsi tentang Lingkungan Belanja ……………. 2.5. Kerangka Berpikir ……………………………………. 2.6. Hipotesa ………………………………………………..
BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Jenis Penelitian ........................................................ 3.1.1 Pendekatan Penelitian ……………………. 3.1.2 Metode Penelitian ……………………………. 3.1.3 Definisi Variabel dan Operasional Penelitian ………………………………………
3.2 Pengambilan Sampel ……………………………….. 3.2.1. Populasi dan Sampel …………………………... 3.2.2 Tekhnik pengambilan sampel ........................
3.3 Pengumpulan Data ………………………………….. 3.3.1 Instrumen Penelitian ………………………… 3.3.2 Teknik Uji Instrumen …………………………
3.4 Teknik Analisis Data …………………………………. 3.5 Prosedur Penelitian ………………………………….
BAB 4 PRESENTASI DAN ANALISA DATA
4.1. Gambaran Umum Subyek Penelitian ……………… 4.1.1. Berdasarkan usia ........................................... 4.1.2. Berdasarkan frekuensi belanja dalam satu bulan .............................................................. 4.1.3. Berdasarkan pekerjaan ..................................
Skor Skala Persepsi terhadap Lingkungan Belanja dan Kecenderungan Perilaku Belanja ................................................................ Tabel 3.3
Blue Print Try Out Persepsi Terhadap Lingkungan belanja …………….
Tabel 3.4
Blue Print Try Out Kecenderungan Perilaku Belanja ………………………
Tabel 4.1.
Gambaran subyek berdasarkan usia ..................................................
Tabel 4. 2.
Gambaran subyek berdasarkan frekuensi belanja dalam satu Bulan .................................................................................................... Tabel 4.3.
Gambaran subyek berdasarkan pekerjaan ........................................
Tabel 4.4
Tests of Normality Persepsi terhadap Lingkungan Belanja ……….
Tabel 4.5
Tests of Normality Perilaku Belanja …………………………………………
32
37
37
38
43
44
45
47
47
xiii
Tabel 4.6
Skoring Skala Persepsi Terhadap Lingkungan Belanja ……………………
Tabel 4.7
Kategori Persepsi Terhadap Lingkungan Belanja ......................................
Persentase Sebaran Unit Pasar Dalam Negeri (PDN) Di Jakarta
http://disperindag.jakarta.go.id/index.php?action=layanan.listSIUP&KD_JNS_SYARAT=&MODE=KD_JNS_SYARAT Dalam diagram ini terlihat sebaran unit PDN cukup merata di Jakarta
Minimarket, supermarket, dan hipermarket termasuk dalam kategori pasar
modern. Pengertian pasar modern di sini adalah swalayan di mana
pelayanan dilakukan sendiri oleh konsumen karena toko tidak menyediakan
pramuniaga. Di pasar tradisional, konsumen masih dilayani oleh pemilik.
Pengertian minimarket adalah toko syawalan yang hanya memiliki satu atau
dua mesin register sementara supermarket adalah swalayan besar yang juga
menjual barang-barang segar seperti sayur dan daging dengan jumlah mesin
registernya mencapai tiga ke atas (http://www.sinar-harapan).
Menurut Yongky Suryo keberadaan pasar tradisional dan toko kelontong saat
ini belum terancam eksistensinya. Namun, suatu saat arahnya tetap
mengarah ke pasar modern dimana kaum urban lebih memprioritaskan aspek
higienis, kenyamanan dan harga yang tetap (fixed price). Berbeda dengan
Hubungan antara emosi dan preferensi atau pilihan didukung dengan baik
dalam literature tentang usaha eceran. Dalam penelitian Donovan dan
Rossiter (dalam Shields) yang mengkaji pengaruh emosi, kesenangan
(pleasure) dan kegairahan (arousal) berdasarkan sejumlah hasil eceran.
Mereka menemukan bahwa kesenangan yang dihasilkan oleh eksposur pada
suasana toko mempengaruhi perilaku belanja seperti tingkat pengeluaran
uang, jumlah waktu yang dihabiskan di dalam toko. Para peneliti lainnya
menemukan bahwa suasana hati (mood) memiliki hubungan yang positif
dengan pengukuran citra toko, jumlah produk yang dibeli dan tingkat
pengeluaran diatas apa yang telah direncanakan (Sherman dan Smith 1986).
15
Sebagaimana disebutkan Engel (1994) bahwa perilaku belanja konsumen
adalah tindakan yang langsung terlibat dalam mendapatkan, mengkonsumsi,
dan menghabiskan produk dan jasa, termasuk proses keputusan yang
mendahului dan menyusuli tindakan ini. Salah satu proses keputusan yang
mendahului tindakan ini adalah pengetahuan yang didapat dari persepsi
konsumen terhadap lingkungan belanja. Pengetahuan konsumen mencakupi
susunan luas informasi, seperti ketersediaan produk dan jasa, di mana dan
kapan untuk membeli, dan bagaimana menggunakan produk (Engel, 1994).
Di mana persepsi adalah proses individu mengorganisasikan dan
menafsirkan pola stimulus dalam lingkungan (Rita L. Atkinson, 1988).
2.2. Persepsi
2.2.1. Definisi Persepsi
Persepsi (Linda L.Davidoff, 1988) juga diartikan sebagai suatu proses yang
didahului oleh stimulus yang diterima oleh alat indera yang kemudian
diorganisasikan dan diinterpretasikan, sehingga individu menyadari tentang
apa yang diinderakannya itu.
Rita L. Atkinson (1988) mengatakan bahwa persepsi adalah proses dimana
individu mengorganisasikan dan menafsirkan pola stimulus dalam
lingkungan.
16
2.2.2. Proses Terjadinya Persepsi
Mempersepsikan sesuatu tidak terjadi begitu saja, tetapi ada unsur yang
dapat menciptakan sebuah persepsi atau suatu proses yang dapat membuat
terjadinya suatu persepsi, seperti berikut ini (Bimo Walgito, 1994):
Adanya objek yang dipersepsi adalah yang mengenai alat indera/reseptor, lalu diteruskan ke syaraf sensori; Alat indera/reseptor adalah alat untuk menerima stimulus yang terdiri syaraf sensori sebagai alat untuk meneruskan stimulus yang diterima reseptor ke pusat susunan syaraf yaitu otak; Perhatian : karena tanpa adanya perhatian tidak ada persepsi.
Persepsi bermula dari penginderaan. Hal ini berarti bahwa terjadinya proses
ini dirangsang kehadiran sesuatu/sekumpulan obyek yang tertangkap oleh
alat-alat indera manusia. Informasi yang disalurkan ke dalam alam pikiran,
kemudian mengalami beberapa tahapan pengolahan; mulai dari seleksi dan
organisasi dari rangsang-rangsang atau stimuli yang diterima dan berakhir
pada penafsiran (interpretasi) mengenai keseluruhannya.
Ketiga tahapan proses tersebut dalam kenyataannya terjadi secara kurang
lebih serentak dan tumpang tindih, karena pada dasarnya keseluruhan
proses ini berjalan dalam waktu yang relative amat singkat dan segera.
Seperti yang dikatakan oleh French (Tajfel dalam Istiqomah Wibowo, 1988),
persepsi berlangsung lebih cepat dari proses pengenalan atau berpikir biasa.
17
Persepsi harus dibedakan dari proses inderawi. Proses inderawi adalah
proses kerja indera kita, dan proses persepsi adalah cara kita memproses
data inderawi tadi menjadi informasi agar dapat kita artikan (Sutarlinah
Sukadji, 1986).
2.2.3. Faktor Yang Mempengaruhi Persepsi
Sutarlinah Sukadji (1986) memberikan faktor-faktor yang mempengaruhi
persepsi seseorang, yaitu :
1. Diri orang yang bersangkutan sendiri. Interpretasi seseorang tentang apa
yang dilihatnya dipengaruhi oleh karakteristik individual, seperti sikap,
motif, kepentingan, minat, pengalaman dan harapan.
2. Sasaran persepsi tersebut, dapat berupa orang, benda atau peristiwa.
Sasaran persepsi orang dapat disebabkan karena kesamaan, kedekatan,
kebetulan atau penggeneralisasian.
3. Faktor situasi. Misalnya kehadiran seseorang dengan pakaian renang di
tepi pantai tidak mengherankan, tetapi bila berpakaian renang disituasi
yang tidak ada hubungannya maka akan sangat menarik perhatian,
karena bukan hal yang lumrah.
Persepsi terbentuk dari informasi-informasi yang berada dari dalam diri kita
sendiri dan lingkungan kita. Ada tiga cara informasi ini masuk ke otak kita :
18
1. Informasi masuk dengan jalan “dipaksakan”. Stimuli yang dipaksakan ini
ialah stimuli yang tidak kita cari, tetapi terpaksa kita terima, contohnya
kaki terinjak orang lain.
2. Informasi yang “dipilih”. Kita dihadapkan pada berbagai stimuli, dan kita
memilih stimulasi yang ada di hadapan kita, contohnya ketika sedang naik
bus, banyak stimulasi yang ada di hadapan, namun hanya beberapa yang
teramati.
3. “Dicari”. Mencari stimulasi tertentu, contohnya menoleh ke kiri – kanan
untuk mencari seseorang. Jadi, stimuli ini diperoleh karena hasil usaha.
2.3. Lingkungan Belanja (Shopping Environment)
2.3.1. Definisi Lingkungan Belanja
Suatu bentuk fisik dan aspek ruang atau tempat dari lingkungan yang
mencakup dari aktivitas konsumen. Misalnya stimulus yang berasal dari
warna, bunyi, pencahayaan, udara dan mencakup pengaruh ruang atau
tempat dari orang atau objek yang dapat mempengaruhi perilaku konsumen.
Kondisi fisik disekitar mempengaruhi persepsi konsumen melalui sensor
mekanisme dari visi, pendengaran, penciuman, dan bahkan sentuhan. Aspek
fisik yang ada disekitar ini sangat penting bagi pengecer. Karena hal ini dapat
mempengaruhi perilaku konsumern, sikap dan rasa percaya. Lingkungan fisik
ini penting untuk pengecer. Berikut dibawah ini pentingnya efek fisikal pada
Populasi merupakan seluruh subyek penelitian. Populasi menurut
Singarimbun (dalam Iskandar, 2009) adalah jumlah keseluruhan dari unit-unit
analisis yang memiliki ciri-ciri yang akan diduga. Sedangkan menurut Gay
(dalam Sevilla, 1993) mendefinisikan populasi sebagai kelompok di mana
peneliti akan menggeneralisasikan hasil penelitiannya.
33
Populasi dalam penelitian ini adalah konsumen laki-laki dan perempuan pada
minimarket yang menjadi lokasi penelitian yang berada di sekitar kampus UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta. Karakteristik responden yang menjadi kriteria
sampel penelitian ini adalah individu yang berada di minimarket sekitar UIN
Jakarta. Asumsi yang mendasari pemilihan sampel ini adalah bahwa individu
tersebut sedang atau telah melakukan aktivitas belanja atau perilaku belanja.
Dengan demikian, maka diharapkan dengan memasukan kriteria ini, individu
tersebut dapat memberikan data yang lebih aktual sehubungan dengan tema
penelitian. Dalam penelitian ini penulis mengambil lokasi minimareket yang
terletak di Jalan Kertamukti dan Jalan Legoso Ciputat Tangerang Selatan.
Mengingat tidak dimilikinya gambaran yang lengkap tentang populasi, maka
sampel diambil sejumlah 60 orang.
Sampel
Sampel adalah kelompok kecil yang kita amati dan populasi adalah kelompok
besar yang merupakan sasaran generalisasi kita (Sevilla, dkk, 1993).
Menurut Vockell (dalam Sevilla, 1993) istilah sampling berkenaan dengan
strategi-strategi yang memungkinkan untuk mengambil satu sub-kelompok
dari kelompok yang lebih besar, lalu kelompok kecil ini digunakan sebagai
dasar untuk membuat keputusan tentang kelompok yang lebih besar
tersebut.
34
Gay (dalam Sevilla, 1993) menawarkan ukuran minimum yang dapat diterima
berdasarkan penelitian korelasi adalah 30 subyek. Namun, menurut Faisal
(2007), semakin besar jumlah sampel, akan semakin kecil kemungkinan
kesalahan inferensi yang dikarenakan kesalahan sample. Oleh karena itu,
jumlah sample yang akan diteliti adalah sebanyak 60 subyek.
3.2.2. Tekhnik pengambilan sampel
Metode pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan metode non-
probabilitas (non-probability method) dengan incidental sampling technique.
Yang dimaksud dengan metode non-probabilitas adalah suatu metode
pengambilan sampel di mana tidak semua anggota populasi memiliki
kesempatan yang sama untuk menjadi sampel penelitian, seperti yang
dinyatakan oleh Kidder dan Judd (dalam Silfiah, 2006) mengenai metode ini,
yaitu:
“in non-probability sampling, there is no way estimate the probability each element has being include in the sample and no assurance that every element has some change of being include”
Pernyataan Kidder dan Judd tersebut menjelaskan bahwa dengan metode ini,
peneliti tidak dapat memperkirakan kemungkinan tiap kelompok populasi
terwakili dalam sampel dan tidak dapat dipastikan bahwa semua kelompok
populasi memiliki kemungkinan untuk terwakili dalam sampel. Keuntungan
dalan penggunaan dalam metode ini adalah memudahkan dalam
35
pelaksanaan pengambilan responden, sehingga dapat menghemat
pengeluaran biaya dan jumlah waktu. Sedangkan kekurangan dari metode
ini, disebabkan karena tidak semua individu dalam populasi memiliki
kesempatan yang sama untuk menjadi sampel penelitian, sehingga hasil
yang diperoleh tidak dapat digeneralisasikan pada populasi yang lebih luas.
Yang dimaksud oleh Kidder dan Judd adalah penggunaan metode non-
probabilitas pada suatu populasi yang sangat heterogen, mungkin
memperoleh responden yang tidak mewakili tiap kelompok dalam populasi
tersebut.
Sedangkan yang dimaksud dengan incidental sampling technique adalah
cara pengambilan responden yang memenuhi kriteria dan yang bersedia
menjadi responden. Sampel adalah responden yang paling bersedia dan
paling mudah diketemui. Hal tersebut didukung oleh pernyataan Kidder dan
Judd (dalam Silfiah, 2006) mengenai tekhnik ini, yaitu:
“in incidental sampling, one simply reaches-out and takes cases that are at hand, continuing the process until the sample reaches a designated size”
Pernyataan Kidder dan Judd tersebut menjelaskan bahwa dengan teknik ini,
peneliti ‘hanya’ perlu berada dalam populasi dan mengambil sembarang
responden yang ada dalam populasi tersebut untuk berpartisipasi dalam
penelitian sampai mendapatkan jumlah sampel yang diinginkan oleh peneliti.
36
3.3 Pengumpulan Data
3.3.1 Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan skala. Skala
yang digunakan adalah skala model Likert. Dalam hal ini skala yang
digunakan adalah :
a. Skala Persepsi terhadap Lingkungan Belanja
Skala yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala model Likert untuk
mengetahui persepsi terhadap lingkungan belanja yang terdiri dari dimensi
social factor, design factor dan ambience factor yang merupakan faktor
Analisa data yang digunakan untuk mencari korelasi antar variabel adalah
teknik korelasi Pearson product moment, karena peneliti ingin mengetahui
hubungan persepsi terhadap lingkungan belanja dengan kecenderungan
perilaku belanja. Untuk mempermudah, hasil penghitungan diperoleh dengan
menggunakan sistem komputer SPSS versi 11.5 for windows.
3.5. Prosedur Penelitian
Secara garis besar penelitian ini dilakukan dalam empat tahapan, yaitu :
a. Persiapan penelitian
- Dimulai dengan perumusan masalah
- Menentukan variabel yang akan diteliti
- Melakukan studi pustaka untuk mendapatkan gambaran dan
landasan teori yang tepat mengenai variabel penelitian
41
- Menentukan, menyusun dan menyiapkan alat ukur yang akan
digunakan dalam penelitian, yaitu skala persepsi terhadap
lingkungan belanja dan kecenderungan perilaku belanja.
- Menentukan lokasi penelitian
b. Pengujian alat ukur (try out)
Setelah alat ukur dibuat berupa skala, lalu dilakukan pengujian terhadap alat
ukur (try out). Uji coba skala dilakukan untuk melihat tingkat validitas dan
reliabilitas dari alat ukur.
Uji coba dilakukan dengan menyebarkan angket skala persepsi dan perilaku
belanja kepada 60 responden. Setelah uji coba dilakukan, lalu menguji
validitas dan reliabilitas skala. Uji validitas dilakukan dengan cara
mengkorelasikan skor tiap item dengan skor total, yaitu dengan
menggunakan rumus korelasi Pearson's Product Moment yang
penghitungannya menggunakan program SPSS versi 11.5 for windows.
c. Pelaksanaan penelitian
Pengumpulan data yang sesungguhnya untuk penelitian ini dilakukan pada
tanggal 5 - 8 Januari 2010.
d. Pengolahan data
- Pemberian kode dan melakukan skoring terhadap hasil skala
yang telah diisi oleh responden
42
- Menghitung dan menginput data yang diperoleh pada
komputer, kemudian melakukan analisis dengan menggunakan
metode statistik melalui komputer memakai program SPSS
11.5 for windows
- Membuat kesimpulan dan laporan akhir penelitian
43
BAB 4
PRESENTASI DAN ANALISA DATA
4.1. Gambaran Umum Subyek Penelitian
Subyek dalam penelitian ini adalah konsumen pada minimarket di sekitar
kampus UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Sampel dalam penelitian ini adalah 60
orang.
4.1.1. Berdasarkan usia
Gambaran subyek berdasarkan usia dalam penelitian ini digambarkan pada
tabel berikut:
Tabel 4.1.
Gambaran subyek berdasarkan usia
Usia Frekuensi Persentase
≤ 20 tahun 9 15%
21 – 30 tahun 24 40%
31 -40 tahun 13 21.67%
≥ 41 tahun 14 23.33%
Total 60 100%
44
Berdasarkan tabel gambaran umum subyek berdasarkan usia, terlihat bahwa
sebagian besar berusia antara 21-30 tahun yang berjumlah 24 orang atau
sekitar 40%. Kemudian berusia di atas 41 tahun yang berjumlah 14 orang atau
sebesar 23,33%, selanjutnya yang berusia antara 31-40 dengan jumlah 13
orang atau 21,67% dan yang terakhir berusia ≤ 20 tahun sebanyak 9 orang
atau 15% dari jumlah keseluruhan subyek penelitian yang dipakai.
4.1.2. Berdasarkan frekuensi belanja dalam satu bulan
Gambaran subyek berdasarkan frekuensi belanja dalam satu bulan dalam
penelitian ini digambarkan pada tabel berikut:
Tabel 4. 2.
Gambaran subyek berdasarkan frekuensi belanja dalam satu bulan
Frekuensi belanja dalam satu bulan Frekuensi Persentase
1 Kali 17 28.33%
2 Kali 12 20%
3 Kali 9 15%
4 Kali 16 26.67%
5 Kali 6 10%
Total 60 100%
Dari Tabel gambaran umum subyek berdasarkan frekuensi belanja dalam satu
bulan, terlihat bahwa sebagian besar frekuensi belanja dalam satu bulan
45
sebanyak 1 kali yang berjumlah 17 orang atau sekitar 28,33%. Kemudian
dengan frekuensi 4 kali yang berjumlah 16 orang atau sebesar 26,67%,
selanjutnya dengan frekuensi 2 kali dengan jumlah 12 orang atau 20%, lalu
dengan frekuensi 3 kali yang berjumlah 9 orang atau 15% dan yang terakhir
dengan frekuensi 5 kali sebanyak 6 orang atau 10%.
4.1.3. Berdasarkan pekerjaan
Gambaran subyek berdasarkan pekerjaan dalam penelitian ini digambarkan
pada tabel berikut:
Tabel 4.3.
Gambaran subyek berdasarkan pekerjaan
Pekerjaan: Frekuensi Persentase
Pelajar/ Mahasiswa 32 53.33%
Profesional 13 21.67%
Karyawan 11 18.33%
Lainnya 4 6.67%
Total 60 100%
Gambaran umum subyek berdasarkan pekerjaan dalam penelitian ini,
kebanyakan berasal dari kalangan pelajar/mahasiswa dengan jumlah 32 orang
atau sebesar 53,33%, kemudian dari kalangan profesional yang berjumlah 13
orang atau 21,67%, selanjutnya berasal dari kalangan karyawan yang
46
berjumlah 11 orang atau 18,33% dan terakhir dari kalangan lainnya yang
berjumlah 4 orang atau sebesar 6,67%.
4.2. Uji Instrumen Penelitian
4.2.1. Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui distribusi data dalam variabel yang
digunakan dalam penelitian. Apabila data terdistribusi secara normal, maka
perhitungan datanya menggunakan metode statistik parametrik. Sebaliknya
data yang tidak terdistribusi secara normal perhitungan datanya menggunakan
metode statistik non-parametrik.
Berdasarkan hasil penghitungan uji normalitias untuk variabel Persepsi
terhadap Lingkungan Belanja, didapat angka Sig. Shapiro-Wilk (0,10) lebih
besar dari taraf signifikansi yang ditetapkan, yaitu (0,05). Maka dapat
disimpulkan bahwa sebaran data pada variabel Persepsi terhadap Lingkungan
Belanja berdistribusi normal. Hasil penghitungan uji normalitas dapat dilihat
pada Tabel 4.3. di bawah ini :
47
Tabel 4.4 Tests of Normality Persepsi terhadap Lingkungan Belanja
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnov(a) Shapiro-Wilk Statistic df Sig. Statistic df Sig. persepsi terhadap lingkungan belanja .120 60 .031 .946 60 .010
a Lilliefors Significance Correction Sedangkan hasil penghitungan uji normalitias untuk variabel Perilaku Belanja
didapat angka Sig. Shapiro-Wilk (0,65) lebih besar dari taraf signifikansi yang
ditetapkan, yaitu (0,05). Maka dapat disimpulkan bahwa sebaran data pada
variabel Perilaku Belanja berdistribusi normal. Hasil penghitungan uji normalitas
dapat dilihat pada Tabel 4.4. di bawah ini:
Tabel 4.5 Tests of Normality Perilaku Belanja
Kolmogorov-Smirnov(a) Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig. Perilaku Belanja .100 60 .200(*) .963 60 .065* This is a lower bound of the true significance. a Lilliefors Significance Correction
4.3. Presentasi Data
4.3.1. Skor Persepsi Terhadap Lingkungan Belanja
Untuk menentukan tingkat persepsi terhadap lingkungan belanja dalam kategori
tinggi, sedang dan rendah peneliti menggunakan kategorisasi jenjang. Dalam
menentukan jenjang tersebut sebagai berikut:
48
Tabel 4.6
Skoring Skala Persepsi Terhadap Lingkungan Belanja
Skor min. 26
Skor max. 130
Jarak sebaran 104
sd 14,41
Mean teoritis 78
Persepsi terhadap lingkungan belanja di kelompokkan ke dalam 3 kategori
yang dapat diilustrasikan sebagi berikut:
130 96 61 26
Positif Sedang Negatif
Dari kategorisasi yang dilakukan diperoleh hasil sebagai berikut:
Tabel 4.7
Kategori Persepsi Terhadap Lingkungan Belanja
Kategori Frekuensi Persentase
Tinggi 8 13,33%
Sedang 41 68,33%
Rendah 11 18,33%
Total 60 100%
49
Pada tabel di atas, individu ditempatkan ke dalam kelompok-kelompok yang
terpisah secara berjenjang menurut kontinum berdasarkan atribut yang diukur.
Kontinum jenjang ini adalah tinggi, sedang dan rendah (Azwar, 2003).
Dari tabel kategori persepsi terhadap lingkungan belanja di atas terlihat bahwa
jumlah subyek yang berada pada persepsi terhadap lingkungan belanja sedang
lebih mendominasi yaitu berjumlah 41 orang atau sekitar 68,33%, kemudian
subyek yang berada pada kategori persepsi terhadap lingkungan belanja
rendah dengan jumlah 11 orang atau sekitar 18,33%, sedangkan subyek pada
kategori persepsi terhadap lingkungan belanja tinggi hanya berjumlah 8 orang
atau sekitar 13,33%. Dengan demikian, secara umum persepsi terhadap
lingkungan belanja subyek penelitian ini adalah sedang.
4.3.2. Skor Kecenderungan Perilaku Belanja
Dalam menentukan tingkat kecenderungan perilaku belanja ini, peneliti tetap
menggunakan kategorisasi jenjang tinggi, sedang dan rendah sebagaimana
berikut:
50
Tabel 4.8
Skoring Skala Kecenderungan Perilaku Belanja
Skor min. 37
Skor max. 185
Jarak sebaran 148
sd 16,72
Mean teoritis 111
Kecenderungan perilaku belanja di kelompokkan ke dalam 3 kategori yang
dapat diilustrasikan sebagi berikut:
185 137 87 37
Tinggi Sedang Rendah
Dari kategorisasi yang dilakukan diperoleh hasil sebagai berikut:
Tabel 4.9
Kategori Kecenderungan perilaku belanja
Kategori Frekuensi Persentase
Tinggi 4 6,67%
Sedang 55 91,67%
Rendah 1 1,67%
Total 60 100%
51
Dari tabel kategori kecenderungan perilaku belanja di atas terlihat bahwa
jumlah subyek yang berada pada kecenderungan perilaku belanja sedang
sangat mendominasi yaitu berjumlah 55 orang atau sekitar 91,67%, kemudian
subyek yang berada pada kecenderungan perilaku belanja tinggi dengan
jumlah 4 orang atau sekitar 6,67%, sedangkan subyek pada kecenderungan
perilaku belanja rendah hanya berjumlah 1 orang atau sekitar 1,67%. Dengan
demikian, secara umum kecenderungan perilaku belanja subyek penelitian ini
adalah sedang.
4.4. Uji Hipotesis
Uji hipotesis dilakukan untuk menjawab hipotesis kerja yang telah diajukan
pada Bab 2. Hipotesis alternatif (H1) yang diuji pada penelitian ini adalah “Ada
Hubungan Yang Signifikan Antara Persepsi Terhadap Lingkungan Belanja
Dengan Perilaku Belanja Konsumen”. Teknik statistik yang dipergunakan
adalah formula Pearson’s product-moment. Hasil penghitungannya disajikan
pada Tabel 4.5. berikut :
52
Tabel 4.10 Hasil Penghitungan Uji Korelasi Pearson’s Product Moment
Perilaku Belanja persepsi terhadap lingkungan belanja
Perilaku Belanja Pearson Correlation 1 .689(**) Sig. (2-tailed) . .000 N 60 60persepsi terhadap lingkungan belanja
Pearson Correlation .689(**) 1
Sig. (2-tailed) .000 . N 60 60** Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed). Hasil penghitungan uji korelasi dengan menggunakan teknik Pearson’s product-
moment dihasilkan nilai koefisien korelasi antara Persepsi terhadap Lingkungan
Belanja dengan Perilaku Belanja adalah sebesar 0,689, dengan taraf signifikasi
0,01.
Karena taraf signifikasi adalah 0,01 dengan demikian hipotesis alternatif (H1)
yang menyatakan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara Persepsi
terhadap Lingkungan Belanja dengan Perilaku Belanja diterima. Sementara
hipotesis nihil (H0) yang menyatakan bahwa tidak terdapat hubungan yang
signifikan antara Persepsi terhadap Lingkungan Belanja dengan Perilaku
Belanja ditolak. Arah hubungan yang dihasilkan menunjukkan korelasi positif
yang bermakna semakin baik persepsi seseorang terhadap lingkungan belanja
maka semakin kuat perilaku belanja yang dimunculkan.
53
BAB 5
KESIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN
Bab ini menguraikan kesimpulan hasil penelitian mengenai hubungan
Persepsi terhadap Lingkungan Belanja dengan Kecenderungan Perilaku
Belanja. Selanjutnya akan dilanjutkan pada diskusi yang membahas hasil
penelitian, dan ditutup dengan saran-saran yang berkaitan dengan penelitian
ini.
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian ini diperoleh kesimpulan bahwa terdapat
hubungan positif yang signifikan antara persepsi terhadap lingkungan belanja
dengan kecenderungan perilaku belanja yang berarti bahwa semakin positif
persepsi konsumen terhadap lingkungan belanja, maka semakin tinggi
kecenderungan perilaku belanja konsumen tersebut.
5.2. Diskusi
Hasil penelitian menyatakan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara
persepsi terhadap lingkungan belanja dengan kecenderungan perilaku
belanja. Artinya, individu yang memiliki persepsi positif terhadap lingkungan
54
belanja akan memiliki kecenderungan perilaku belanja yang tinggi. Namun,
dalam penelitian ini orang yang memiliki persepsi negatif terhadap lingkungan
belanja tidak selalu memiliki kecenderungan perilaku belanja yang rendah.
Dalam hal ini sesuai dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan Danes J.
Negara yang mengatakan bahwa memilih toko atau membeli sesuatu adalah
langkah awal bagi konsumen dalam berhubungan dengan lingkungan belanja
(shopping environment) (Danes J. Negara, 2003).
Persepsi (Linda L.Davidoff, 1988) juga diartikan sebagai suatu proses yang
didahului oleh stimulus yang diterima oleh alat indera yang kemudian
diorganisasikan dan diinterpretasikan, sehingga individu menyadari tentang
apa yang diinderakannya itu. Rita L. Atkinson (1988) mengatakan bahwa
persepsi adalah proses di mana individu mengorganisasikan dan
menafsirkan pola stimulus dalam lingkungan. Dalam penelitian ini, subyek
melihat dan merasakan langsung lingkungan belanja, Dengan cara tersebut
individu bisa memberikan penilaian terhadap lingkungan belanja untuk
dijadikan pengalaman aktual terhadap minimarket terkait sehingga bis
menginterpretasikan kecenderungannya.
Engel (1994) mengatakan bahwa konsumen diciptakan oleh lingkungan
mereka dan juga beroperasi di dalam lingkungan. Menurut Engel (1994) pula,
55
sikap yang didasarkan pada pengalaman aktual lebih berhubungan dengan
perilaku dibandingkan dengan pengalaman ”tidak langsung”.
Penelitian ini pada dasarnya sesuai dengan pendapat yang menyatakan
bahwa respons emosional seperti kesenangan, kegairahan dan dominasi
terhadap suasana di dalam minimarket tentunya memiliki pengaruh terhadap
keputusan untuk berbelanja pada minimarket tersebut, walaupun tidak selalu
pada tingkatan yang pasti, efek lingkungan jauh lebih berpengaruh terhadap
perilaku di dalam minimarket tersebut (Donovan dan Rossiter, 1982).
5.3. Saran
Berdasarkan hasil penelitian dan untuk penelitian lebih lanjut, maka penulis
memberikan beberapa saran, di antaranya :
5.3.1. Saran Teoritis
1. Pada penelitian ini penulis memiliki keterbatasn karena hanya
menggunakan variabel persepsi terhadap lingkungan belanja, padahal
masih banyak hal yang berpengaruh dan berhubungan dengan individu
dalam menentukan kecenderungan berbelanja, seperti budaya, kelas
sosial keluarga dan situasi. Karena itu dalam penelitian selanjutnya
disarankan untuk meneliti faktor-faktor tersebut.
56
2. Dalam penelitian ini penulis tidak memperhatikan faktor perbedaan
individu, seperti: sumberdaya individu, motivasi dan keterlibatan,
pengetahuan, kepribadian, gaya hidup dan demografi yang juga sangat
berhubungan dengan perilaku belanja individu. Sehingga, penelitian
selanjutnya disarankan bisa menggunakan perbedaan-perbedaan individu
tersebut. Dalam penelitian ini juga penulis memiliki kendala dalam
pembuatan skala kecenderungan perilaku belanja, karena terdapat
kesalahan-kesalahan teknis. Karena itu untuk penelitian selanjutnya
sebaiknya tidak menggunakan skala ini.
5.3.2. Saran Praktis
1. Menurut penelitian ini, konsumen yang memiliki persepsi positif terhadap
lingkungan belanja, memiliki kecenderungan perilaku belanja yang tinggi.
Sedangkan konsumen yang memiliki persepsi negatif tidak selalu memiliki
kecenderungan perilaku belanja yang rendah. Karena itu, pemilik usaha
minimarket sebaiknya lebih memperhatikan kondisi lingkungan belanja
minimarketnya, sehingga para konsumen mempersepsi lingkungan di
minimarket secara lebih positif. Apa bila persepsi konsumen positif,
kecenderungan perilaku belanja mereka pun akan tinggi. Sehingga
memberikan keuntungan yang tinggi bagi para pengusaha minimarket.
2. Dalam penelitian ini juga mengatakan bahwa konsumen yang memiliki
persepsi negatif tidak selalu memiliki kecenderungan perilaku belanja
57
yang rendah. Para konsumen cenderung berbelanja impulsif sebaiknya
mengantisipasi kecenderungan berbelanja berlebihan dengan cara
mencatat segala kebutuhan belanja dan berbelanja sesuai dengan
Sutisna. (2003). Perilaku konsumen & Komunikasi Pemasaran. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Cetakan ke-3
Wibowo, Istiqomah, (1988) Psikologi Sosial. Jakarta : Karunika UT Walgito, Bimo.(1994). Pengantar Psikologi Umum. Yogjakarta. Andi Offset. Waluyo, Lieke. (2001). Bersama ergonomi kita bina kemitraan profesional.
Jurnal Psikologi Sosial. Vol VII No. IX
Internet
Hasil Riset ACNielsen. ”Pasar Modern Terus Geser Peran Pasar Tradisional.” Diakses pada tanggal 5 Maret 2009 dari http://www.sinarharapan.co.id/ekonomi/promarketing/2004/0622/prom1.html
Perilaku Belanja: Pendahuluan dan Tinjauan Umum. Diakses pada tanggal
12 Desember 2009 dari http://komunikasi.upnyk.ac.id/files/Perilaku_konsumen_Bab_1.pdf
Samosir, Fanny Eileen. “Attachment style.” diakses pada tanggal 23 April
2010 dari http://www.digilib.ui.ac.id/file?file=digital/125224+155+418+SAM+a+-+Attachment+Style+-+Metodologi.pdf
Semantic differential: a method of measuring connotations. Diakses pada
tanggal 13 Maret 2009 dari http://www.cultsock.ndirect.co.uk/MUHome/cshtml/introductory/semdif.html