Top Banner
HUBUNGAN PENGETAHUAN DENGAN SIKAP SISWA TENTANG PENDIDIKAN UNTUK PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan Oleh Andini Novitasari NIM 11140162000029 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2020
83

HUBUNGAN PENGETAHUAN DENGAN SIKAP SISWA TENTANG PENDIDIKAN UNTUK PEMBANGUNAN BERKELANJUTANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52059... · 2020. 8. 25. · iii LEMBAR

Dec 22, 2020

Download

Documents

dariahiddleston
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: HUBUNGAN PENGETAHUAN DENGAN SIKAP SISWA TENTANG PENDIDIKAN UNTUK PEMBANGUNAN BERKELANJUTANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52059... · 2020. 8. 25. · iii LEMBAR

HUBUNGAN PENGETAHUAN DENGAN SIKAP SISWA TENTANG

PENDIDIKAN UNTUK PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk

Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh

Andini Novitasari

NIM 11140162000029

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2020

Page 2: HUBUNGAN PENGETAHUAN DENGAN SIKAP SISWA TENTANG PENDIDIKAN UNTUK PEMBANGUNAN BERKELANJUTANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52059... · 2020. 8. 25. · iii LEMBAR

ii

Page 3: HUBUNGAN PENGETAHUAN DENGAN SIKAP SISWA TENTANG PENDIDIKAN UNTUK PEMBANGUNAN BERKELANJUTANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52059... · 2020. 8. 25. · iii LEMBAR

iii

LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING

Skripsi berjudul Hubungan Pengetahuan dengan Sikap Siswa Tentang

Pendidikan untuk Pembangunan Berkelanjutan disusun oleh Andini

Novitasari, NIM. 11140162000029, Jurusan Pendidikan Kimia, Fakultas Ilmu

Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Telah melalui bimbingan dan dinyatakan sah sebagai karya ilmiah yang berhak

untuk diujikan pada sidang munaqasah sesuai ketentuan yang telah ditetapkan

fakultas.

Jakarta, 16 April 2020

Yang Mengesahkan,

Pembimbing I

Pembimbing II

Burhanudin Milama, M.Pd

NIP. 19770201 200801 1 011

Dila Fairusi, M.Si

NIP. 19850330 201503 2 003

Mengetahui,

Ketua Jurusan Pendidikan Kimia

Burhanudin Milama, M.Pd

NIP. 19770201 200801 1 011

Page 4: HUBUNGAN PENGETAHUAN DENGAN SIKAP SISWA TENTANG PENDIDIKAN UNTUK PEMBANGUNAN BERKELANJUTANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52059... · 2020. 8. 25. · iii LEMBAR

iv

Page 5: HUBUNGAN PENGETAHUAN DENGAN SIKAP SISWA TENTANG PENDIDIKAN UNTUK PEMBANGUNAN BERKELANJUTANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52059... · 2020. 8. 25. · iii LEMBAR

v

ABSTRAK

Andini Novitasari, “Hubungan Pengetahuan dengan Sikap Siswa Tentang

Pendidikan untuk Pembangunan Berkelanjutan”. Jurusan Pendidikan Kimia,

Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta, 2020.

Pendidikan untuk pembangunan berkelanjutan (PPB) menekankan pada kondisi

kehidupan di masa kini dan masa yang akan datang. Pengetahuan siswa mengenai

PPB penting untuk memperbaiki sikap yang berkelanjutan. Tujuan dari penelitian

ini adalah untuk mengetahui bagaimana hubungan pengetahuan dengan sikap siswa

mengenai pendidikan untuk pembangunan berkelanjutan. Metode korelasional

digunakan untuk mengetahui bagaimana hubungan antara variabel pengetahuan

dengan variabel sikap siswa tentang PPB. Penelitian ini dilakukan pada 271 siswa

X-XII IPA SMAN 107 Jakarta. Hasil penelitian menunjukan bahwa terdapat

hubungan yang signifikan antara pengetahuan dengan sikap siswa tentang PPB.

Besarnya kontribusi pengetahuan terhadap sikap siswa mengenai PPB sebesar

53,3%.

Keyword: Pembangunan Berkelanjutan, Pendidikan untuk Pembangunan

Berkelanjutan, Hubungan, Pengetahuan, Sikap

Page 6: HUBUNGAN PENGETAHUAN DENGAN SIKAP SISWA TENTANG PENDIDIKAN UNTUK PEMBANGUNAN BERKELANJUTANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52059... · 2020. 8. 25. · iii LEMBAR

vi

ABSTRACT

Andini Novitasari, "The Relationship of Knowledge with Students' Attitudes

About Education for Sustainable Development". Department of Chemical

Education, Faculty of Tarbiyah and Teacher Training, Syarif Hidayatullah State

Islamic University Jakarta, 2020.

Education for sustainable development emphasizes the conditions of life in the

present and the future. Students knowledge about sustainable development are

important for improving their sustainable attitudes. The aims of this study was to

find out how the relationship between knowledge with students' attitudes about

education for sustainable development. This study using correlational methods,

which are used to find out how closely the relationship between knowledge

variables with student attitude variables about education for sustainable

development. This research was conducted on 271 students consisting of X-XII

Natural Sciences classes SMAN 107 Jakarta. The research data was analyzed using

product moment correlation. The results showed that there was a significant

relationship between knowledge and students' attitudes about education for

sustainable development. The amount of knowledge contribution for students'

attitudes about education for sustainable development was 53.3%.

Keyword: Sustainable Development, Education for Sustainable Development,

Relationships, Knowledge, Attitude

Page 7: HUBUNGAN PENGETAHUAN DENGAN SIKAP SISWA TENTANG PENDIDIKAN UNTUK PEMBANGUNAN BERKELANJUTANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52059... · 2020. 8. 25. · iii LEMBAR

vii

KATA PENGANTAR

Bismillahirrohmaanirrohirm Alhamdullilahirobbil‘alamiin. Puji syukur kehadirat

Allah Subhanahuu Wa Ta’ala yang telah memberikan limpahan rahmat dan

karunia-Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan

skripsi dengan judul “Hubungan Pengetahuan dengan Sikap Siswa Tentang

Pendidikan untuk Pembangunan Berkelanjutan”. Sholawat serta salam semoga

senantiasa tercurahkan kepada Nabi Muhammad Sholallahu Alaihi Wassalam

beserta keluarga, sahabat, dan para pengikutnya hingga akhir zaman. Ucapan

terimakasih penulis ucapkan kepada semua pihak yang telah memberikan dukungan

dan bantuan dalam penyusunan skripsi ini. Dengan tulus ikhlas dan rendah hati

penulis menyampaikan terima kasih kepada :

1. Prof. Dr. Amany Burhanuddin Umar Lubis, MA selaku Rektor

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta beserta jajaran

staffnya.

2. Dr. Sururin, M.Ag selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Burhanudin Milama, M.Pd., Selaku Ketua Program Studi Pendidikan

Kimia Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta sekaligus sebagai dosen pembimbing I yang telah memberikan

waktu, ilmu, motivasi, semangat bimbingan kepada penulis dengan penuh

kesabaran.

4. Dila Fairusi, M.Si., selaku dosen pembimbing II yang telah memberikan

waktu, ilmu, bimbingan, motivasi, semangat, serta saran dengan penuh

kesabaran dan keikhlasan dalam penyusunan skripsi ini hingga akhir.

5. Tonih Feronika, M.Pd., selaku Pembimbing Akademik yang telah

memberikan bimbingan, waktu, perhatian, motivasi, dan semangat kepada

penulis selama perkuliahan berlangsung.

6. Seluruh dosen Jurusan Pendidikan IPA, khususnya dosen Program Studi

Pendidikan Kimia FITK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, yang telah

Page 8: HUBUNGAN PENGETAHUAN DENGAN SIKAP SISWA TENTANG PENDIDIKAN UNTUK PEMBANGUNAN BERKELANJUTANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52059... · 2020. 8. 25. · iii LEMBAR

viii

7. mendidik dan memberikan ilmu kepada penulis selama penulis menjadi

mahasiswa di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

8. Drs. Kristian M. Tambunan, S.Kom., selaku Kepala SMA Negeri 107

Jakarta dan Dra. Hj. Ai Nurhayati, M.Pd., selaku Kepala SMA Negeri

Cisarua yang telah memberikan izin kepada penulis untuk melakukan

penelitian yang Bapak/Ibu pimpin.

9. Ayahanda tercinta (Sunardi) dan Ibunda tersayang (Tri Uji Astuti) yang

selalu memberikan doa, dukungan, semangat, motivasi serta semua yang

penulis butuhkan dalam penyelesaian masa studi ini.

10. Ilham Mahardika sebagai teman yang selalu mengingatkan, memberi

semangat, bertukar pikiran dan sabar mendengarkan keluh kesah penulis

baik dalam menyelesaikan studi maupun dalam menyelesaikan skripsi.

11. Syarifah Meutiah Eka Sari sebagai teman yang selalu meluangkan waktu

membaca skripsi sebelum diberikan kepada dosen pembimbing, selalu

mengingatkan, memberi semangat, bertukar pikiran dan sabar

mendengarkan keluh kesah penulis dalam dalam menyelesaikan skripsi.

12. Harum Ismi Murti sebagai teman seperjuangan skripsi mulai dari awal

pembuatan instrumen, pengambilan data, teman bertukar pikiran, serta

teman pendengar yang baik atas segala keluh kesah penulis.

13. Teman-teman seperbimbingan skripsi dan teman-teman pendidikan kimia

2014 yang sudah lulus maupun yang masih berjuang, terimakasih atas

hiburannya selama menunggu bimbingan didepan jurusan.

14. Teman-teman Kos (Nisa, Ica, Devita, Isfi, Silvi, Umi, Yayang, Hilwa,

Rara, Nunu) yang telah mewarnai hari-hari penulis selama di kostan.

15. Teman-teman pejuang skripsi (Arini, Uut dan Yayang) yang sering

bertukar pikiran, saling membantu serta saling memotivasi baik dalam

menyelesaikan studi.

16. Teman-teman PPKT yang telah membantu penulis selama praktik

mengajar di MA Islamiyah Ciputat.

17. Teman-teman HMPS Pendidikan Kimia 2017 yang telah memberikan

pengalaman bagi penulis selama masa perkuliahan.

Page 9: HUBUNGAN PENGETAHUAN DENGAN SIKAP SISWA TENTANG PENDIDIKAN UNTUK PEMBANGUNAN BERKELANJUTANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52059... · 2020. 8. 25. · iii LEMBAR

ix

18. Adik-adik SMA Negeri 107 Jakarta dan SMA Negeri Cisarua, yang telah

membantu penulis dalam memvalidasi serta penelitian.

19. Serta semua pihak yang tidak disebutkan satu persatu, yang telah

membantu penyelesaian skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kata sempurna dan masih

banyak kekurangan, untuk itu penulis sangat mengharapkan masukan, kritik, dan

saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini

memberikan manfaat bagi mahasiswa sebagai calon pendidik dan secara umum

bagi pemberdayaan dan peningkatan pendidikan berkualitas untuk generasi masa

depan. Aamiin.

Wassalamualaikum warohmatullahi wabarokaatuh

Jakarta, Mei 2020

Penulis

Page 10: HUBUNGAN PENGETAHUAN DENGAN SIKAP SISWA TENTANG PENDIDIKAN UNTUK PEMBANGUNAN BERKELANJUTANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52059... · 2020. 8. 25. · iii LEMBAR

x

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING ...................................................... ii

LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING ..................................................... iii

SURAT PERNYATAAN KARYA SENDIRI ................................................... iv

ABSTRAK ............................................................................................................. v

ABSTRACT .......................................................................................................... vi

KATA PENGANTAR ........................................................................................ vii

DAFTAR ISI .......................................................................................................... x

DAFTAR TABEL ............................................................................................. xiii

DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... xv

BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1

A. Latar Belakang ............................................................................................ 1

B. Identifikasi Masalah .................................................................................... 7

C. Pembatasan Masalah ................................................................................... 7

D. Rumusan Masalah ....................................................................................... 7

E. Tujuan Penelitian ........................................................................................ 8

F. Manfaat Penelitian ...................................................................................... 8

BAB II KAJIAN TEORI ...................................................................................... 9

A. Kajian Teori ................................................................................................ 9

1. Pengetahuan .......................................................................................... 9

2. Sikap .................................................................................................... 13

3. Pembangunan Berkelanjutan (PB) ....................................................... 20

4. Pendidikan Untuk Pembangunan Berkelanjutan (PPB) ....................... 23

B. Penelitian yang Relevan ............................................................................ 43

C. Kerangka Berpikir ..................................................................................... 44

D. Hipotesis Penelitian ................................................................................... 45

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ......................................................... 46

A. Waktu dan Tempat Penelitian ................................................................... 46

Page 11: HUBUNGAN PENGETAHUAN DENGAN SIKAP SISWA TENTANG PENDIDIKAN UNTUK PEMBANGUNAN BERKELANJUTANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52059... · 2020. 8. 25. · iii LEMBAR

xi

xi

B. Metode Penelitian ...................................................................................... 46

C. Alur Penelitian .......................................................................................... 47

D. Populasi dan Sampel ................................................................................. 48

E. Teknik Pengumpulan Data ....................................................................... 48

F. Instrumen Penelitian ................................................................................. 49

G. Uji Coba Instrumen .................................................................................. 50

H. Teknik Analisis Data ................................................................................ 55

I. Hipotesis Statistik .................................................................................... 58

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN .................................. 59

A. Hasil Penelitian ........................................................................................ 59

1. Pemahaman Awal Siswa Tentang Pembangunan Berkelanjutan dan

Pendidikan untuk Pembangunan Berkelanjutan ................................. 59

a. Pengetahuan siswa tentang Pembangunan Berkelanjutan ............ 59

b. Pengetahuan siswa tentang Pendidikan untuk Pembangunan

Berkelanjutan ............................................................................... 60

c. Sumber Informasi tentang Pembangunan Berkelanjutan dan

Pendidikan untuk Pembangunan Berkelanjutan ........................... 60

d. Pemahaman tentang Pembangunan Berkelanjutan dan Pendidikan

untuk Pembangunan Berkelanjutan ............................................. 61

e. Pemahaman Siswa tentang Konsep Pembangunan Berkelanjutan

........................................................................................................ 61

f. Pemahaman Siswa tentang Tujuan Pendidikan untuk Pembangunan

Berkelanjutan .............................................................................. 63

2. Deskripsi Data .................................................................................... 64

a. Pengetahuan siswa tentang Pendidikan untuk Pembangunan

Berkelanjutan ............................................................................... 64

b. Sikap siswa tentang Pendidikan untuk Pembangunan Berkelanjutan

....................................................................................................... 65

3. Analisis Data ...................................................................................... 65

a. Uji Normalitas .............................................................................. 65

Page 12: HUBUNGAN PENGETAHUAN DENGAN SIKAP SISWA TENTANG PENDIDIKAN UNTUK PEMBANGUNAN BERKELANJUTANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52059... · 2020. 8. 25. · iii LEMBAR

xii

xii

b. Uji Homogenitas .......................................................................... 66

c. Uji Linearitas ................................................................................ 67

d. Persamaan Regresi ....................................................................... 67

e. Uji Hipotesis ................................................................................ 68

f. Uji Determinasi ............................................................................ 69

B. Pembahasan .............................................................................................. 69

1. Pemahaman Awal Siswa Tentang Pembangunan Berkelanjutan dan

Pendidikan untuk Pembangunan Berkelanjutan ................................. 69

2. Hubungan Pengetahuan dengan Sikap Siswa Tentang Pendidikan untuk

Pembangunan Berkelanjutan .............................................................. 71

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................. 78

A. Kesimpulan .............................................................................................. 78

B. Saran ......................................................................................................... 78

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 79

LAMPIRAN ........................................................................................................ 88

Page 13: HUBUNGAN PENGETAHUAN DENGAN SIKAP SISWA TENTANG PENDIDIKAN UNTUK PEMBANGUNAN BERKELANJUTANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52059... · 2020. 8. 25. · iii LEMBAR

xiii

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Penskoran Skala Angket .................................................................. 50

Tabel 3.2 Kisi - Kisi Pemahaman Awal tentang Pembangunan Berkelanjutan

dan Pendidikan untuk Pembangunan Berkelanjutan ....................... 51

Tabel 3.3 Kisi - Kisi Angket Pengetahuan dan Sikap Siswa Tentang Pendidikan

untuk Pembangunan Berkelanjutan Dimensi Sosial ........................ 52

Tabel 4.1 Deskripsi Distribusi Data Pengetahuan Siswa tentang Pendidikan

untuk Pembangunan Berkelanjutan Dimensi Sosial ....................... 64

Tabel 4.2 Deskripsi Distribusi Data Sikap Siswa tentang Pendidikan untuk

Pembangunan Berkelanjutan Dimensi Lingkungan ........................ 65

Tabel 4.3 Uji Normalitas Data Pengetahuan dan Sikap Siswa tentang

Pendidikan untuk Pembangunan Berkelanjutan ............................. 66

Tabel 4.4 Uji Homogenitas Data Pengetahuan dan Sikap Siswa tentang

Pendidikan untuk Pembangunan Berkelanjutan ............................. 66

Tabel 4.5 Uji Linearitas Data Pengetahuan dan Sikap Siswa tentang Pendidikan

untuk Pembangunan Berkelanjutan ................................................ 67

Tabel 4.6 Persamaan Regresi Pengetahuan dan Sikap Siswa tentang Pendidikan

untuk Pembangunan Berkelanjutan ................................................ 68

Tabel 4.7 Hubungan Pengetahuan dengan Sikap Siswa tentang Pendidikan

untuk Pembangunan Berkelanjutan ................................................ 68

Tabel 4.8 Uji Determinasi Data Pengetahuan dan Sikap Siswa tentang

Pendidikan untuk Pembangunan Berkelanjutan ............................. 69

Page 14: HUBUNGAN PENGETAHUAN DENGAN SIKAP SISWA TENTANG PENDIDIKAN UNTUK PEMBANGUNAN BERKELANJUTANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52059... · 2020. 8. 25. · iii LEMBAR

xiv

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Proses terjadinya sikap .................................................................. 16

Gambar 2.2 Faktor-faktor sikap ....................................................................... 20

Gambar 2.3 Kerangka Berpikir ........................................................................ 45

Gambar 3.1 Alur Penelitian .............................................................................. 47

Gambar 4.1 Diagram Pengetahuan Siswa tentang Pembangunan Berkelanjutan ..

....................................................................................................... 59

Gambar 4.2 Diagram Pengetahuan Siswa tentang Pendidikan untuk

Pembangunan Berkelanjutan ......................................................... 60

Gambar 4.3 Diagram Sumber Informasi tentang Pembangunan Berkelanjutan

dan Pendidikan untuk Pembangunan Berkelanjutan ..................... 60

Gambar 4.4 Diagram Pemahaman tentang Pembangunan Berkelanjutan dan

Pendidikan untuk Pembangunan Berkelanjutan ............................ 61

Gambar 4.5 Diagram Pemahaman Siswa tentang Konsep tentang Pembangunan

Berkelanjutan ................................................................................. 62

Gambar 4.6 Diagram Pemahaman Siswa tentang Tujuan Pembangunan

Berkelanjutan dan Pendidikan untuk Pembangunan Berkelanjutan

........................................................................................................ 63

Page 15: HUBUNGAN PENGETAHUAN DENGAN SIKAP SISWA TENTANG PENDIDIKAN UNTUK PEMBANGUNAN BERKELANJUTANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52059... · 2020. 8. 25. · iii LEMBAR

xv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Validasi Isi dan Konstruk Instrumen Pendidikan untuk

Pembangunan Berkelanjutan oleh Dosen Ahli (1) ........................ 89

Lampiran 2 Validasi Isi dan Konstruk Instrumen Pendidikan untuk

Pembangunan Berkelanjutan oleh Dosen Ahli (2) ...................... 103

Lampiran 3 Validasi Isi dan Konstruk Instrumen Pendidikan untuk

Pembangunan Berkelanjutan oleh Dosen Ahli (3) ...................... 117

Lampiran 4 Instrumen Pendidikan untuk Pembangunan Berkelanjutan Sebelum

Diuji Coba ................................................................................... 133

Lampiran 5 Tabulasi Data Uji Validitas dan Uji Reliabilitas Instrumen ........ 141

Lampiran 6 Hasil Uji Validitas Dan Uji Reliabilitas ...................................... 143

Lampiran 7 Lembar Hasil Uji Validasi Instrumen Pengetahuan dan Sikap tentang

PPB .............................................................................................. 153

Lampiran 8 Instrumen Pendidikan untuk Pembangunan Berkelanjutan Setelah

Diuji Coba ................................................................................... 156

Lampiran 9 Tabulasi Data Penelitian Instrumen Pemahaman Awal Pemahaman

Siswa Tentang PPB ..................................................................... 165

Lampiran 10 Tabulasi Data Penelitian Instrumen Pengetahuan dan Sikap PPB

Secara Keseluruhan ..................................................................... 174

Lampiran 11 Tabulasi Data Penelitian Instrumen Pengetahuan PPB ............... 183

Lampiran 12 Tabulasi Data Penelitian Instrumen Sikap PPB .......................... 192

Lampiran 13 Lampiran Perhitungan Statistik dengan SPSS ............................. 201

Lampiran 14 Surat Bimbingan Skripsi ............................................................. 205

Lampiran 15 Lembar Uji Referensi ................................................................. 207

Lampiran 14 Surat Izin Penelitian ................................................................... 231

Lampiran 14 Bukti Penelitian .......................................................................... 233

Page 16: HUBUNGAN PENGETAHUAN DENGAN SIKAP SISWA TENTANG PENDIDIKAN UNTUK PEMBANGUNAN BERKELANJUTANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52059... · 2020. 8. 25. · iii LEMBAR

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Berbagai isu kerusakan alam sebagai bentuk kurangnya perhatian

masyarakat terhadap perubahan bumi. Seperti telah dijelaskan dalam Al Quran

dalam surat Ar Ruum ayat 41, yang berarti “Telah nampak kerusakan di darat

dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan seseorang, supaya Allah

merasakan kepada mereka sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka

kembali (ke jalan yang benar)”.

Saat ini terdapat tiga isu yang menjadi sorotan, yaitu isu lingkungan,

sosial, dan ekonomi. Contoh isu yang terjadi pada bidang lingkungan, seperti

ditemukannya ikan terdampar dengan sampah di dalam perutnya, mencairnya

gunung es di daerah kutub, menggunungnya tempat pembuangan sampah dan

limbah rumah tangga di sungai merupakan bentuk kurangnya kesadaran

masyarakat terhadap lingkungan. Kurangnya kesadaran masyarakat terhadap

lingungan dapat mempengaruhi bidang sosial, seperti kesehatan masyarakat

menurun. Kesehatan masyarakat menurun kerena kurangnya kesadaran

masyarakat terhadap kebersihan diri sendiri dan lingkungan. Jika kesadaran

masyarakat terhadap kesehatan menurun, maka perekonomian akan menurun.

Namun, masyarakat tetap konsumtif meskipun perekonomian menurun.

Kurangnya kesadaran masyarakat dalam menghemat barang yang digunakan

menjadi pemicu banyaknya sampah. Banyaknya limbah industri yang dibuang

ke lingkungan tanpa penyaringan menjadi salah satu pemicu kerusakan

lingkungan (Al-Naqbi, dkk. 2018).

Jakarta Timur merupakan wilayah yang memiliki industri paling banyak

di wilayah DKI Jakarta. Sekitar 30 pabrik dibangun di wilayah Jakarta Timur.

Banyaknya pembangunan industri di wilayah Jakarta Timur menyebabkan

pencemaran air sungai. Terdapat 6 sungai yang melintasi wilayah Jakarta Timur

yaitu Kali Cipinang, Kali Buaran, Kali Sunter, Kali Cakung, Kali Jatikramat,

dan Kali Baru Timur. Menurut Yudo (2014), kualitas air sungai di Cipinang

menurun drastis, hal ini ditanzdai oleh konsentrasi parameter-parameter

Page 17: HUBUNGAN PENGETAHUAN DENGAN SIKAP SISWA TENTANG PENDIDIKAN UNTUK PEMBANGUNAN BERKELANJUTANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52059... · 2020. 8. 25. · iii LEMBAR

2

Biological Oxygen Demand (BOD), Chemical Oxygen Demand (COD), dan zat

organik lainnya yang melebihi ambang batas. Pencemaran limbah rumah tangga

juga meningkat yang ditandai dengan meningkatnya jumlah bakteri E.Coli

melebihi mutu yang diperbolehkan. Pencemaran air sungai ini disebabkan oleh

penumpukan sampah rumah tangga di sungai, peningkatan kadar deterjen di

sungai, dan peningkatan kalium permanganat (KMnO4) dan fospat di sungai

akibat dari limbah industri. Pencemaran lingkungan menyebabkan lingkungan

tersebut menjadi tidak nyaman.

Selain pencemaran air, pabrik-pabrik tersebut menyebabkan pencemaran

udara. Tidak hanya pabrik, banyaknya penggunaan kendaraan pribadi menjadi

penyebab meningkatnya pencemaran udara. Menurut Wati dan Fatkhuroyan

(2017), selama periode 1985-2012 terjadi kecenderungan peningkatan indeks

Temperature Humidity Index (THI) dengan signifikansi > 50% di wilayah DKI

Jakarta. Hal ini menunjukkan tingkat kenyamanan di DKI Jakarta cenderung

berkurang. Ketidaknyamanan di DKI Jakarta disebabkan meningkatnya

penggunaan kendaraan pribadi, sehingga terjadi peningkatan emisi karbon

dioksida (CO2). Selain itu meningkatnya penggunaan lahan untuk pembangunan

pemukiman, industri, dan perkantoran menjadi salah satu penyebab kurangnya

lahan terbuka hijau di wilayah DKI Jakarta.

Selain isu lingkungan, isu sosial menjadi sorotan pada masa sekarang.

Kesehatan menjadi salah satu hal yang mendasar, seperti kesehatan diri sendiri,

kesehatan lingkungan, HIV/AIDS dan narkoba. Penyalahgunaan narkoba akhir-

akhir ini sudah mencakup seluruh kalangan masyarakat mulai dari anak-anak

hingga dewasa. Berdasarkan data BNN (Badan Narkotika Nasional), pada tahun

2015 terdapat 4,2 juta orang pengguna narkoba (Tim BNNK Langsa, 2015).

Selain melanggar hukum, narkoba juga dapat mengganggu kesehatan.

Pemakaian jarum suntik bersama dapat menularkan penyakit seperti HIV/AIDS.

Menurut Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Ditjen Pencegahan dan

Pengendalian Penyakit perihal laporan perkembangan Human

Immunodeficiency Virus - Acquired Immune Deficiency Syndrome (HIV-AIDS)

dan Penyakit Infeksi Menular Seksual (PIMS) pada bulan Januari sampai Maret

Page 18: HUBUNGAN PENGETAHUAN DENGAN SIKAP SISWA TENTANG PENDIDIKAN UNTUK PEMBANGUNAN BERKELANJUTANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52059... · 2020. 8. 25. · iii LEMBAR

3

tahun 2017 DKI Jakarta menempati urutan ketiga terbanyak pengidap HIV

sebanyak 1.403 orang, sedangkan pengidap AIDS menempati urutan pertama

sebanyak 121 orang. Banyaknya penyebaran HIV/AIDS dan narkoba menjadi

penyebab berkurangnya kualitas sumber daya manusia di Indonesia.

Isu ekonomi juga menjadi sorotan pada masa sekarang. Berdasarkan

Badan Pusat Statistika (BPS) DKI Jakarta, tingkat kemiskinan di Jakarta

mengalami penurunan 0,02% menjadi 3,55% selama 6 bulan pada tahun 2018.

Hal ini menandakan ada kenaikan pendapatan masyarakat. Namun

meningkatnya pendapatan masyarakat tidak diikuti oleh tingkat pengetahuan

dalam mengelola keuangan yang baik, dan keinginan menabung menurun

(cnnindonesia.com diakses 21 Desember 2014). Hal ini menyebabkan budaya

konsumtif. Maraknya e-commerce meningkatkan budaya konsumtif di

masyarakat. Salah satu dampak yang ditimbulkan dari budaya konsumtif yaitu

melemahnya rupiah terhadap dollar AS karena konsumsi impor menaikkan

defisit transaksi (Kompas.com diakses pada 6 September 2018).

Dalam hal ini, masyarakat belum memiliki kesadaran dalam menghadapi

kehidupan di masa yang akan datang. Pembangunan berkelanjutan menjadi

penting dipahami oleh generasi yang akan datang. Pembangunan berkelanjutan

merupakan konsep keseimbangan antara aspek sosial, ekonomi, dan lingkungan

dalam menghadapi kehidupan di masa yang akan datang. Konsep pembangunan

berkelanjutan menekankan pada kondisi kehidupan pada masa kini dan masa

yang akan datang. Konsep ini memusatkan pada bahasan mengenai masalah

ekonomi, sosial, dan lingkungan yang berhubungan dengan konservasi bumi dan

sumber daya alam (Park, Kim, dan Yu. 2016). Dewasa ini eksplorasi bumi

banyak terjadi di berbagai tempat, dampaknya sudah dirasakan oleh masyarakat.

Hal ini perlu menjadi perhatian berbagai pihak, seperti pemerintah, pendidik,

dan masyarakat dalam menciptakan generasi untuk masa yang akan datang.

Untuk menciptakan generasi mendatang yang berkelanjutan, pendidikan

menjadi salah satu alat untuk memberikan pemahaman dan mengubah sikap serta

perilaku siswa agar memiliki rasa tanggung jawab terhadap bumi. Perubahan

sikap, perilaku, dan gaya hidup dengan mempertimbangkan masalah-masalah

Page 19: HUBUNGAN PENGETAHUAN DENGAN SIKAP SISWA TENTANG PENDIDIKAN UNTUK PEMBANGUNAN BERKELANJUTANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52059... · 2020. 8. 25. · iii LEMBAR

4

lingkungan dapat meningkatkan nilai kehidupan di bumi (Al-Naqbi &

Alshannag, 2018). UNESCO sebagai spesialisasi Perserikatan Bangsa-Bangsa

berfokus dalam bidang pendidikan dipercaya untuk memimpin pembangunan,

perdamaian, dan mendorong keberlanjutan untuk mengoordinasikan Agenda

Pendidikan 2030, yaitu pengembangan (UNESCO, 2017). Melalui pendidikan

setiap seseorang diharapkan dapat mengalami pengubahan sikap dan tata laku

menjadi lebih dewasa yang dilakukan melalui upaya pengajaran dan pelatihan

(Damsar, 2011, hlm. 8). Pemerintah melalui Kementerian Pendidikan bertugas

membuat konsep pendidikan melalui kurikulum sebagai media mencapai titik

akhir dalam rangka meningkatkan kualitas pendidikan Indonesia (Hamalik,

2013, hlm. 16). Saat ini kurikulum yang diterapkan di Indonesia mengalami

pengembangan kurikulum menjadi Kurikulum 2013. Hal ini merupakan upaya

peningkatan mutu pendidikan untuk menghasilkan generasi yang kreatif dan

mampu menghadapi kehidupan di masa yang akan datang (Sani dalam Prastowo,

2015, hlm. 5). Namun pada kenyataannya siswa masih dibebankan pada mata

pelajaran yang banyak, sehingga siswa kurang diberi pemahaman dalam

penerapan di masyarakat. Penerapan ilmu pengetahuan sangat dibutuhkan siswa

dalam kehidupan sehari-hari, baik dalam aspek sosial, lingkungan, dan ekonomi.

Dalam menerapkan keilmuan yang dimilikinya, siswa diharapkan menjadi

generasi yang berkelanjutan.

Pendidikan yang berkelanjutan sebagai fokus pengajaran di sekolah untuk

menciptakan generasi yang akan datang. Sekolah sebagai sarana pendidikan

yang dirancang secara sistematis dan kritis sehingga pendidikan dapat

mempengaruhi cara berpikir, tindakan, dan perilaku siswa sebagai generasi yang

akan datang (Hanani, 2016, hlm. 15). Sekolah berperan untuk memberikan nilai

dan keterampilan kepada siswa untuk meningkatkan aspek sosial dan aspek

pengetahuan. Sekolah dapat membiasakan siswa untuk menerapkan gaya hidup

yang berkelanjutan. Sekolah memfasilitasi siswa dalam mengeksplorasi bakat

atau kemampuan siswa dalam bidang pengetahuan. Sekolah diharapkan dapat

menciptakan generasi yang akan datang dengan gaya hidup yang berkelanjutan.

Page 20: HUBUNGAN PENGETAHUAN DENGAN SIKAP SISWA TENTANG PENDIDIKAN UNTUK PEMBANGUNAN BERKELANJUTANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52059... · 2020. 8. 25. · iii LEMBAR

5

Pendidikan kimia berperan dalam menerapkan pendidikan untuk

pembangunan berkelanjutan karena pentingnya kimia dalam perkembangan

setiap masyarakat. Industri kimia menyediakan sebagian besar bahan baku yang

diperlukan untuk setiap jenis usaha. Kimia adalah dasar dari pasokan energi

modern, pertanian, bahan inovatif, komunikasi, bioteknologi, dan farmasi.

Kimia industri sering berkontribusi pada pencemaran lingkungan, menyebabkan

pencemaran lingkungan. Namun, dalam beberapa tahun terakhir, berbagai

perubahan produksi telah membuat kemajuan yang efektif, setidaknya di

masyarakat Barat. Perusahaan kimia saat ini mencari cara yang lebih bersih,

dengan mengurangi jumlah bahan baku yang diperlukan dan selaras dengan

tujuan sosial masyarakat di sekitar perusahaan. Meskipun demikian, kimia

berkelanjutan masih belum diterapkan di seluruh dunia. Di banyak negara,

produksi yang berhubungan dengan kimia masih jauh dari berkelanjutan secara

ekologis, ekonomi, atau sosial. Padahal efek kimia berkelanjutan cukup kuat,

aspek positif dari perkembangan kimia baru-baru ini sering ditekan oleh media

massa. Realitas ini menentukan tujuan baru untuk pendidikan kimia, yaitu harus

berkontribusi untuk mengembangkan sistem pemahaman yang seimbang dan

tercermin dengan baik pada siswa sebagai warga negara masa depan terkait

dengan kimia dan kimia terkait bisnis (Burmeister, 2013).

Pemahaman yang diberikan di sekolah akan mempengaruhi pengetahuan

siswa tentang pendidikan untuk pembangunan berkelanjutan. Pengetahuan siswa

tersebut penting untuk memperbaiki sikap yang berkelanjutan. Sikap siswa yang

ditanamkan dari sekarang akan berpengaruh pada kehidupan yang akan datang.

Pengetahuan dan sikap siswa tentang pembangunan berkelanjutan akan

menciptakan keseimbangan antara kehidupan sosial, lingkungan, dan ekonomi.

Keseimbangan tersebut akan menciptakan kehidupan di bumi menjadi aman.

Berdasarkan hasil penelitian Azapagic (2005), menemukan bahwa siswa

memahami jika pembangunan berkelanjutan penting untuk generasi yang akan

datang, siswa relatif akrab dengan standar utama lingkungan yang tercantum

pada perundang-undangan, namun memiliki pengetahuan yang rendah dan

kesenjangan yang signifikan pada dimensi sosial dan ekonomi. Menurut Park,

Page 21: HUBUNGAN PENGETAHUAN DENGAN SIKAP SISWA TENTANG PENDIDIKAN UNTUK PEMBANGUNAN BERKELANJUTANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52059... · 2020. 8. 25. · iii LEMBAR

6

dkk (2016), siswa menunjukkan sikap positif terhadap keberlanjutan, namun

mereka menganggap keberlanjutan terkait dengan lingkungan daripada sosial.

Dalam hasil penelitiannya Park juga menyatakan bahwa siswa memiliki

keraguan dalam merubah gaya hidupnya karena kecenderungan pribadi atau

ketidaknyamanan yang mungkin terjadi.

Penelitian terdahulu yang dilakukan Park, dkk (2016), Ambusaidi, dkk

(2016), menyatakan bahwa calon guru memiliki komitmen dan persepsi yang

tinggi tentang pendidikan pembangunan untuk berkelanjutan. Dalam hal ini,

tidak ada temuan yang menunjukkan penelitian mengenai hubungan antara

pengetahuan dan sikap siswa tentang pendidikan untuk pembangunan

berkelanjutan. Hubungan antara pengetahuan dan sikap siswa tentang

pendidikan untuk pembangunan berkelanjutan harus dipelajari dan dilaksanakan

untuk menciptakan generasi yang berkualitas di masa mendatang. Selain itu,

guru dapat menciptakan perangkat pendidikan melalui pengetahuan dan sikap

siswa yang terukur.

Siswa sebaiknya memiliki pengetahuan dan sikap yang berkelanjutan

melalui penerapan pendidikan untuk pembangunan berkelanjutan. Untuk

mewujudkannya, diperlukan penelitian untuk mengetahui sejauh mana

pengetahuan dan sikap siswa tentang pendidikan untuk pembangunan

berkelanjutan dan mengetahui bagaimana hubungan antara pengetahuan dan

sikap siswa tentang pendidikan pembangunan berkelanjutan. Berdasarkan latar

belakang yang telah diuraikan, peneliti tertarik mengambil judul penelitian

“Hubungan Pengetahuan dengan Sikap Siswa tentang Pendidikan untuk

Pembangunan Berkelanjutan”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di awal, maka dapat

diidentifikasikan masalah sebagai berikut:

Page 22: HUBUNGAN PENGETAHUAN DENGAN SIKAP SISWA TENTANG PENDIDIKAN UNTUK PEMBANGUNAN BERKELANJUTANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52059... · 2020. 8. 25. · iii LEMBAR

7

1. Banyaknya isu kerusakan lingkungan, kelangkaan sumber energi, penyebaran

virus penyebab penyakit, dan kurangnya lapangan pekerjaan.

2. Rendahnya pemahaman siswa tentang pendidikan untuk pembangunan

berkelanjutan yang mencakup dimensi lingkungan, dimensi sosial dan dimensi

ekonomi.

3. Kurangnya kesadaran siswa untuk menerapkan hidup berkelanjutan sebagai

generasi yang akan datang.

C. Pembatasan Masalah

Dalam penelitian ini diperlukan adanya pembatasan masalah agar tidak

terjadi kesalahpahaman dan pembahasan tidak meluas, maka pembatasan

penelitian ini sebagai berikut:

1. Pendidikan untuk pembangunan berkelanjutan diteliti berdasarkan tiga dimensi

pembangunan berkelanjutan. Pertama, yaitu dimensi sosial mencakup

indikator kesehatan diri dan lingkungan, HIV/AIDS, dan narkoba. Kedua,

dimensi lingkungan mencakup indikator energi dan sampah. Terakhir, dimensi

ekonomi mencakup indikator pengurangan kemiskinan, produksi, dan

konsumsi berkelanjutan.

2. Penelitian berfokus pada pengetahuan dan sikap siswa di wilayah industri

daerah Jakarta Timur.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah dan pembatasan masalah yang telah

diuraikan. Maka perumusan masalah pada penelitian ini adalah apakah terdapat

hubungan antara pengetahuan dan sikap siswa tentang pendidikan untuk

pembangunan berkelanjutan?

E. Tujuan Penelitian

Page 23: HUBUNGAN PENGETAHUAN DENGAN SIKAP SISWA TENTANG PENDIDIKAN UNTUK PEMBANGUNAN BERKELANJUTANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52059... · 2020. 8. 25. · iii LEMBAR

8

Berdasarkan rumusan masalah, maka penelitian ini bertujuan untuk

mengetahui hubungan antara pengetahuan dan sikap siswa tentang pendidikan

untuk pembangunan berkelanjutan.

F. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi pihak yang

berkepentingan di antaranya:

1. Bagi peneliti, adalah informasi mengenai hubungan antara pengetahuan dan

sikap siswa tentang pendidikan untuk pembangunan berkelanjutan, sehingga

dapat menjadi rujukan dalam melakukan penelitian yang relevan.

2. Bagi guru, adalah sebagai bahan pertimbangan dan motivasi dalam

meningkatkan pembelajarannya agar dalam penyampaian materi mengandung

konsep keberlanjutan.

3. Bagi dunia pendidikan, dapat menjadi pertimbangan dalam menerapkan suatu

pembelajaran berbasis pendidikan pembangunan berkelanjutan dan menambah

khasanah untuk meningkatkan kualitas pendidikan.

Page 24: HUBUNGAN PENGETAHUAN DENGAN SIKAP SISWA TENTANG PENDIDIKAN UNTUK PEMBANGUNAN BERKELANJUTANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52059... · 2020. 8. 25. · iii LEMBAR

9

BAB II

KAJIAN TEORI

A. Kajian Teori

1. Pengetahuan

a. Pengertian Pengetahuan

Di dalam kehidupan seseorang sering berhadapan dengan berbagai

keadaan, objek, benda, peristiwa, dan sebagainnya. Dengan mengamati

segala hal, seseorang akan mendapat pengetahuan tentang sesuatu. Hasil

pengamatan tersebut akan menjadi informasi sebagai pengetahuan dan

pengalaman hidup (Soetyosari, 2013, hlm. 1). Pengetahuan adalah “segala

sesuatu yang diketahui/kepandaian; ataupun segala sesuatu yang diketahui

berkenaan dengan hal (mata pelajaran) di sekolah” (KBBI, dalam Jalaludin,

2014, hlm. 83).

Dalam bahasa Inggris pengetahuan disebut ”knowledge” yang berarti suatu

hal yang diketahui atau dipahami oleh seseorang. Secara bahasa, knowledge

berarti suatu hal yang berasal dari pengalaman atau pendidikan baik teoritis

maupun praktis suatu subjek sehingga menjadi keahlian dan keterampilan.

Selain itu pengetahuan merupakan sesuatu yang diketahui pada bidang

khusus maupun umum yang berupa fakta dan informasi. Pengetahuan juga

dapat diartikan sebagai kesadaran atau keakraban yang didapat dari

pengalaman suatu fakta atau situasi. (Soetyosari, 2013, hlm. 2).

Menurut Djamaris (dalam Jalaludin, 2014, hlm. 83), pengetahuan

merupakan hasrat ingin tahu. Semakin kuat rasa ingin tahu seseorang maka

semakin banyak pengetahuannya. Menurut Soetyosari (2013. hlm, 2)

pengetahuan adalah semua hal yang sudah diketahui atau dikenali dan

disimpulkan oleh seseorang.

Pengetahuan merupakan pengalaman dan pengamatan seseorang, baik dari

pembelajaran di sekolah maupun lingkungannya. Pengalaman tersebut akan

menimbulkan rasa ingin tahu dan menjadi pengetahuan baru. Pengetahuan

tersebut disimpulkan oleh seseorang dan dipahaminya.

Page 25: HUBUNGAN PENGETAHUAN DENGAN SIKAP SISWA TENTANG PENDIDIKAN UNTUK PEMBANGUNAN BERKELANJUTANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52059... · 2020. 8. 25. · iii LEMBAR

10

b. Munculnya Rasa Ingin Tahu

Seseorang dirangsang oleh alam sekitarnya untuk tahu. Setiap orang

memiliki indra yang peka terhadap rangsang. Ada lima indra yang dimiliki

oleh setiap orang yang disebut pancaindra yaitu penglihatan, penciuman,

pendengaran dan perasaan lindah serta perasaan badan. Alat indra inilah yang

pertama kali berinteraksi dengan alam. Interaksi dengan alam inilah yang

disebut pengalaman. Pengalaman bukan merupakan pengetahuan yang

sesungguhnya, pengalaman hanya memungkinkan timbulnya pengetahuan.

Pengetahuan sebenarnya akan timbul, jika seseorang menyimpulkan atas

pengalamannya (Poedjawijatna, 1991, hlm. 12).

Seseorang menyimpulkan atas pengalamannya, maka ia menyadari bahwa

ia tahu. Hal ini menimbulkan dua kemungkinan yaitu seseorang menyadari

bahwa ia tidak tahu sesuatu atau ia menyadari bahwa ia tahu namun ia keliru,

dan mereka bertanya kepada orang lain atau mengadakan penyelidikan

sendiri sehingga ia menjadi tahu. Dengan demikan, ada gejala rasa ingin tahu

yang dimiliki seseorang yaitu, seseorang ingin tahu, seseorang ingin tahu

yang benar, adanya objek rasa ingin tahu baik yang ada maupun yang

mungkin ada, dan seseorang tahu bahwa ia tahu (Poedjawijatna, 1991, hlm.

13).

Orang yang tahu disebut memiliki pengetahuan. Pengetahuan merupakan

hasil dari tahu. Oleh karena itu, terdapat pengakuan dalam pengetahuan. Ada

dua pengakuan dalam pengetahuan yang disebut dengan subjek dan predikat,

subjek merupakan dasar pengakuan dan predikat merupakan yang diakui

terhadap subjek (Poedjawijatna, 1991, hlm. 14). Ada dua macam pengetahuan

yaitu pengetahuan khusus dan pengetahuan umum. Pengetahuan khusus

merupakan pengetahuan yang memiliki satu pengetahuan saja, sedangkan

pengetahuan umum yaitu pengetahuan yang berlaku bagi seluruh bagian

pengetahuan. Pengetahuan umum dan pengetahuan khusus, keduanya

berdasarkan pengalaman bisa pengalaman sendiri atau pengalaman orang lain

(Poedjawijatna, 1991, hlm. 15).

Page 26: HUBUNGAN PENGETAHUAN DENGAN SIKAP SISWA TENTANG PENDIDIKAN UNTUK PEMBANGUNAN BERKELANJUTANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52059... · 2020. 8. 25. · iii LEMBAR

11

Menurut Piaget (dalam Thalib, 2010, hlm. 50), pada usia 11 – 15 tahun

seseorang mengalami tahap operasi formal yaitu perkembangan proses

penalaran dan kemampuan berpikir anak dalam memecahkan masalah

berdasar pengalamannya langsung. Pada tahap operasi formal, struktur

kognitif seseorang sudah mencapai kematangan, sehingga kualitas penalaran

berpikirnya berkembang maksimum. Setelah tahap operasi formal, pada

perkembangan selanjutnya seseorang tidak lagi mengalami perbaikan

struktural kualitas berpikir. Hal ini bukan berarti pemikiran dengan penalaran

formal sebanding dengan pemikiran aktual orang dewasa, hanya secara

potensial yang sudah tercapai.

Setelah perkembangan operasi formal, seseorang mengalami perubahan

kemampuan penalaran yang bersifat kuantitatif. Penalaran seseorang tidak

banyak mengalami perubahan secara kualitas pada tahap ini. Perkembangan

kuantitatif menekankan pada struktur berpikir logis, namun bukan berarti

pemikiran kualitatif tidak mendukung seseorang setelah masa remaja. Secara

fungsional, pemikiran formal sama dengan pemikiran konkret. Keduanya

bekerja atas dasar operasi logis. Perbedaan utama hanya terletak pada aplikasi

dan jenis operasi logis. Pemikiran konkrit terbatas pada persoalan-persoalan

yang konkret. Anak dengan kemampuan operasi konkret tidak dapat

mengatasi persoalan verbal yang kompleks, termasuk persoalan-persoalan

hipotesis, atau prediksi jauh ke depan. Kemampuan berpikir ilmiah, dan

pengujian hipotesis merupakan tanda terjadinya tahap operasi formal. Pada

tahap ini remaja sudah menyadari jika kemampuan logis mempunyai

ketepatan dan kecermatan mengenai kebenaran faktual (Thalib, 2010, hlm.

51).

c. Sumber Pengetahuan

Menurut Jalaludin (2014, hlm. 86), pada awalnya seseorang hanya ingin

tahu tentang sesuatu melalui proses berpikir alamiah, secara sederhana dan

apa adanya. Proses berpikir inilah seseorang mencoba mengenal,

mempelajari, memahami alam sekelilingnya. Proses memperoleh

pengetahuan sangat sederhana. Diawali dengan mengamati peristiwa di

Page 27: HUBUNGAN PENGETAHUAN DENGAN SIKAP SISWA TENTANG PENDIDIKAN UNTUK PEMBANGUNAN BERKELANJUTANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52059... · 2020. 8. 25. · iii LEMBAR

12

sekitar. Pengamatan ini menjadi pengalaman bagi seseorang. Pengalaman,

lingkungan hidup, dan fenomena yang teramati oleh panca indera menjadi

sumber pengetahuan (Jalaludin, 2014, hlm. 83). Setelah dilakukan

pengamatan, seseorang dapat menyimpulkan sesuatu dengan mencari

hubungan sebab akibat. Kesimpulan tersebut dihasilkan tanpa dilakukan

pengujian dan analisis sesuai prosedur terlebih dahulu, sehingga kesimpulan

yang diambil mungkin saja bersifat kebenaran yang sesaat atau kebetulan,

sehingga sulit di pertanggungjawabkan kebenerannya secara empiris

(Jalaludin, 2014, hlm. 87).

Menurut Setyosari (2013, hlm. 1), salah satu sumber pengetahuan

seseorang yaitu pengalaman pribadinya. Seseorang mampu menjelaskan

tentang pribadinya, baik yang berkaitan dengan objek maupun berbagai

peristiwa di sekitarnya. Pengalaman berdasarkan berbagai objek, fakta, dan

peristiwa yang berulang akan disimpulkan sehingga menjadi pengetahuan

baru. Oleh karena itu, pengetahuan merupakan suatu fakta berdasarkan

pengalaman pribadi seseorang sehingga menjadi pengetahuan yang abstrak.

d. Tingkatan Pengetahuan

Menurut Poedjawijatna (1991, hlm. 23 – 26), pengetahuan memiliki empat

tingkatan, yaitu:

1) Pengetahuan biasa, yaitu pengetahuan yang digunakan orang dalam

kehidupan sehari-hari tanpa mengetahui alasannya.

2) Ilmu, pada tingkatan ini seseorang tidak menghiraukan gunanya, bisa

saja ia hanya ingin tahu. Tujuan utama dari pengetahuan yang disebut

ilmu ini adalah untuk mendapat pengetahuan yang benar dan mengetahui

alasannya.

3) Sifat ilmiah, pada tingkatan ini seseorang ingin mencari tahu kebenaran

dari ilmu. Bukan lagi gunanya yang dipentingkan, melainkan

kebenarannya. Metodos merupakan cara untuk mencari kebernaran

tersebut. Kebenaran yang sudah ditemukan akan menjadi suatu

kesimpulan, yang dirumuskan secara tertentu pula. Jika seseorang hanya

tahu mengenai yang khusus saja meskipun jumlahnya banyak, maka

Page 28: HUBUNGAN PENGETAHUAN DENGAN SIKAP SISWA TENTANG PENDIDIKAN UNTUK PEMBANGUNAN BERKELANJUTANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52059... · 2020. 8. 25. · iii LEMBAR

13

orang tersebut belumlah disebut ilmiah. Metode yang dirumuskan secara

baik digunakan untuk mencapai suatu kebenaran secara menyeluruh.

Seseorang akan merasa puas jika pengetahuannya sudah tercapai

seluruhnya. Salah satu cara yang populer dan konprehensif untuk

mencari kebenaran disebut dengan metode pengetahuan ilmiah. Metofe

pengetahuan ilmiah biasanya digunakan oleh para ilmuwan untuk

menguji berbagai hukum, prinsip, atau generalisasi. Menururt John

Dewey (dalam Setyosari, 2013, hlm. 5) langkah-langkah proses ilmiah,

meliputi: identifikasi suatu masalah, perumusan hipotesis, penalaran dan

deduksi, serta verifikasi, modifikasi, atau penolakan hipotesis

(Soetyosari, 2013, hlm.5).

e. Ilmu Pengetahuan

Pengetahuan berbeda dengan ilmu pengetahuan. Makna ilmu pengetahuan

lebih luas dari pengetahuan dan menuntut teknik keterampilan berpikir.

Fenomena atau masalah yang diamati dapat dijelaskan oleh ilmu

pengetahuan. Menurut Braithwaite (dalam Setyosari, 2013, hlm. 4) adalah

untuk menetapkan hukum-hukum umum yang mencakup berbagai perilaku,

objek, atau peristiwa yang berdasarkan pengalaman yang berhubungan

dengan masalah keilmuan merupakan tugas dan fungsi dari ilmu

pengetahuan. Oleh karena itu, seseorang dapat menghubungkan pengetahuan

dengan berbagai peristiwa, sehingga dapat memprediksi peristiwa-peristiwa

yang belum terjadi (Soetyosari, 2013, hlm.4). Adapun tujuan ilmu

pengetahuan tidak hanya mencari teoritis, tetapi juga memiliki orientasi untuk

mengembangkan kebaikan bersama (Dua, 2011, hlm.24).

2. Sikap

a. Pengertian Sikap

Menurut Slameto (2010, hlm. 188), sikap merupakan sesuatu yang

dipelajari, sikap dapat menentukan reaksi seseorang terhadap suatu keadaan dan

menentukan sesuatu yang dicari dalam kehidupan. Menurut Mar’at (1981, hlm.

9), proses sosialisasi seseorang akan menghasilkan produk, kemudian produk

tersebut bereaksi dengan rangsangan yang diterima disebut sikap. Sikap akan

Page 29: HUBUNGAN PENGETAHUAN DENGAN SIKAP SISWA TENTANG PENDIDIKAN UNTUK PEMBANGUNAN BERKELANJUTANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52059... · 2020. 8. 25. · iii LEMBAR

14

mengarah kepada suatu objek. Objek tersebut dipengaruhi oleh lingkungan

sosial dan kesediaan seseorang beinteraksi dengan objek sebagai bentuk

penyesuaian diri. Secara operasional sikap dapat diartikan sebagai bentuk

konotasi adanya kesesuaian reaksi terhadap rangsangan, sikap selalu dihadapkan

dengan rangsangan dan reaksi yang bersifat emosional.

Ada 11 pengertian sikap menurut Allport (dalam Mar’at, 1981, hlm. 20-21)

sebagai berikut:

1) attitude are learned; sikap merupakan hasil belajar yang diperoleh melalui

pengalaman dan interaksi lingkungan, bukan diturunkan.

2) attitudes have referent; sikap berhubungan dengan objek, seperti seseorang,

wawasan, peristiwa ataupun ide.

3) attitudes are social learnings; sikap diperoleh melalui interaksi dengan

orang lain dimana pun dan kapan pun.

4) attitudes have readiness to respond; sikap merupakan bentuk kesiapan

seseorang untuk bertindak terhadap suatu objek.

5) attitudes are affective; sikap merupakan perasaan dan rasa kasih sayang,

dalam hal ini seseorang mempunyai pilihan, apakah positif, ragu atau

negatif.

6) attitudes are very intensive; sikap memiliki tingkat insentitas terhadap suatu

objek, seperti kuat atau lemah.

7) attitudes have a time dimension; sikap mungkin cocok pada situasi tertentu

saja, namun belum tentu sesuai pada keadaan yang lain, sehingga sikap

dapat berubah bergantung pada situasi.

8) attiudes have duration factor; sikap bersifat relatif dalam kehidupan

seseorang.

9) attitudes are complex; sikap merupakan bagian persepsi maupun kognisi

seseorang.

10) attitudes are evaluation; sikap merupakan penilaian terhadap sesuatu yang

memiliki konsekuensi.

11) attitudes are inferred; proses dan tingkah laku merupakan indikator sikap

yang sempurna.

Page 30: HUBUNGAN PENGETAHUAN DENGAN SIKAP SISWA TENTANG PENDIDIKAN UNTUK PEMBANGUNAN BERKELANJUTANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52059... · 2020. 8. 25. · iii LEMBAR

15

Sikap merupakan penilaian terhadap seseorang maupun objek tertentu.

Sikap dipengaruhi oleh hasil belajar seseorang, baik dari pengalaman maupun

pengamatannya. Sikap seseorang berpengaruh terhadap tingkah laku.

b. Proses Terbentuknya Sikap

Seseorang memiliki sikap positif terhadap objek yang menurutnya

bernilai, dan memiliki sikap negatif terhadap objek yang dianggap tidak

bernilai atau merugikan. Sikap tersebut yang menjadi dasar dan mendorong

seseorang melakukan perbuatan tertentu. Sikap memiliki bermacam-macam

objek, meskipun demikian orang hanya memiliki sikap terhadap sesuatu yang

diketahuinya. Jadi seseorang harus memiliki informasi untuk bersikap

terhadap suatu objek. Informasi merupakan keadaan awal sikap. Ketika

seseorang mendapat informasi sehingga timbul perasaan positif atau perasaan

negatif terhadap suatu objek dan cenderung bertingkah laku, maka pada saat

itu terjadinya sikap (Slameto, 2010, hlm. 188).

Menurut Mar’at (1981, hlm. 12) alat indra seperti alat raba, rasa, bau,

penglihatan, dan pendengaran sebagai awal adanya proses yang cukup

kompleks untuk menerima stimulus. Setiap orang mengalami dinamika

sebagai hubungan stimulus fisik dan subjek, seperti perasaan, kebutuhan,

perhatian, motif, dan pengambilan keputusan. Proses tersebut bersifat tertutup

sebagai pembentukan dasar sikap yang akan mencapai suatu batas, sehingga

terjadi tindakan bersifat terbuka yang disebut tingkah laku.

Sikap belum berupa tindakan atau aktifitas, namun berupa suatu

kecenderungan dalam tingkah laku, seperti yang terdapat pada gambar 2.1.

Page 31: HUBUNGAN PENGETAHUAN DENGAN SIKAP SISWA TENTANG PENDIDIKAN UNTUK PEMBANGUNAN BERKELANJUTANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52059... · 2020. 8. 25. · iii LEMBAR

16

Gambar 2.1 Proses Terjadinya Sikap

Sikap merupakan bentuk kesiapan sesorang berinteraksi di lingkungan.

Dengan adanya sistem yang saling berhubungan antar komponen sikap, maka

dapat dilihat adanya keseimbangan antara sikap dan tingkah laku.

Menurut Slameto (2010, hlm. 189), berbagai cara yang dapat membentuk

sikap, antara lain:

1) Melalui pengulangan pengalaman atau suatu pengalaman yang bermakna.

2) melalui peniruan baik sengaja maupun tidak sengaja. Dalam hal terakhir

individu harus mempunyai minat dan rasa kagum terhadap mode, di

samping itu diperlukan pula pemahaman dan kemampuan untuk mengenal

dan mengingat model yang ditiru, peniruan akan terjadi lebih lancar bila

dilakukan secara kolektif daripada perorangan

3) melalui pengaruh yang diberikan oleh seseorang, akan membentuk sikap

tanpa suatu alasan dan pemikiran yang jelas, tapi semata-mata karena

pengaruh yang datang dari seseorang atau sesuatu yang mempunyai wibawa

dalam pandangannya

4) melalui identifikasi, seseorang secara tidak sadar akan meniru orang lain

atau suatu organisasi/ badan tertentu yang didasari oleh keterikatan

emosional sifatnya, meniru dalam hal ini lebih banyak arti berusaha

menyamai, identifikasi seperti ini sering terhadi antara anak dengan ayah,

pengikut dengan pemimpin, siswa dengan guru, antara anggota suatu

\\

= garis tanpa proses, seperti reaksi refleks.

= garis arah/kecenderungan dari sikap.

Rangsang

stimulus Reaksi

Tingkah

laku

(Terbuka)

Proses rangsang

Sikap

(Tertutup)

Page 32: HUBUNGAN PENGETAHUAN DENGAN SIKAP SISWA TENTANG PENDIDIKAN UNTUK PEMBANGUNAN BERKELANJUTANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52059... · 2020. 8. 25. · iii LEMBAR

17

kelompok dengan anggota lainnya dalam kelompok tersebut dianggap

paling mewakili kelompok yang bersangkutan.

Aspek afektif tidak dapat diabaikan begitu saja, karena sangat besar

peranannya dalam pendidikan. Pengukuran aspek afektif sangat berguna untuk

mencapai tujuan pegajaran, guru sebagai pengajar harus mendalami dan

memanfaatkan pengetahuan mengenai karakteristik-karakteristik afektif siswa.

Perubahan sikap tidaklah mudah untuk dirangsang, hal ini karena ada

kecenderungan sikap-sikap untuk bertahan. Menurut Slameto (2010, hlm.190),

beberapa hal yang menyebabkan sulitnya mengubah suatu sikap, antara lain:

1) Faktor lingkungan yang mendukung sikap seseorang, seseorang selalu ingin

mendapatkan respon dan penerimaan dari lingkungan, dan karena itu ia akan

berusaha menampilkan sikap-sikap yang dibenarkan oleh lingkungannya,

keadaan semacam ini membuat orang tidak cepat mengubah sikapnya.

2) Faktor peranan tertentu dari suatu sikap dalam kepribadian seseorang.

3) Faktor kemampuan menerima sesuatu secara cermat, seseorang cenderung

untuk tidak memberikan tanggapan dari data-data baru yang mengandung

informasi yang bertentangan dengan pandangan-pandangan dan sikap-

sikapnya yang telah ada. Kalaupun sampai diberikan tanggapan, biasanya

tidak bertahan lama, yang bertahan lama adalah informasi yang sejalan

dengan pandangan atau sikapnya yang sudah ada.

4) Faktor mempertahankan keseimbangan, bila seseorang disajikan informasi

yang dapat membawa suatu perubahan dalam dunia psikologisnya, maka

informasi itu akan diberikan tanggapan sedemikian rupa, sehingga hanya

akan menyebabkan perubahan-perubahan yang seperlunya saja.

5) Faktor kecenderungan menghindari hal yang bertentangan, seseorang akan

menghindari kontak dengan data yang bertentangan dengan sikap-sikapnya

(misalnya tidak mau menghadiri ceramah mengenai hal yang tidak

disetujuinya).

6) Faktor sikap yang fleksibel, sikap yang tidak kaku cenderung akan

mempertahankan pendapat orang masing-masing.

Page 33: HUBUNGAN PENGETAHUAN DENGAN SIKAP SISWA TENTANG PENDIDIKAN UNTUK PEMBANGUNAN BERKELANJUTANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52059... · 2020. 8. 25. · iii LEMBAR

18

Sikap bersifat sukar berubah dan relatif konstan. Sikap akan berubah jika

diberikan tekanan yang kuat melalui proses tertentu. Proses tersebut

mengakibatkan perubahan sikap seseorang (Mar’at, 1981, hlm. 13).

Adapun metode yang dipergunakan untuk mengubah sikap, antara lain:

1) Mengubah komponen kognitif mengenai sikap yang bersangkutan. Dengan

cara memberikan berbagai informasi baru mengenai objek sikap, sehingga

seseorang akan mendapatkan komponen kognitif yang lebih luas.

Komponen kognitif diharapkan dapat merangsang komponen afektif dan

komponen tingkah lakunya.

2) Melakukan kontak langsung dengan objek sikap. Cara ini memberikan

sedikit rangsangan kepada seseorang pada komponen afektif. Seseorang

akan berpikir lebih jauh mengenai objek sikap yang mereka tidak senangi.

3) Melakukan pemaksaan kepada seseorang untuk menampilkan tingkah laku

baru yang berbeda dengan sikap-sikap yang sudah ada. Biasanya perubahan

sikap ini dilakukan melalui kekuatan hukum, sehingga tingkah laku dapat

dirubah langsung.

Pada dasarnya ada banyak faktor yang menyebabkan bertahannya suatu

sikap. Seiring berkembangnya zaman, akan timbul berbagai perubahan sesuai

dengan kebutuhan dan keinginan orang-orang pada saat tertentu. Perubahan

zaman tersebut menimbulkan perubahan-perubahan sikap sebagaimana yang

terlihat dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini menunjukkan usaha mengubah

sikap berhubungan dengan keinginan dan kebutuhan orang-orang yang

berusaha mengubah sikapnya, sehingga dapat ditelaah arah perubahan sikapnya.

Biasanya perubahan yang konkuren (misalnya suatu sikap positif ingin dibuat

lebih positif atau sikap negatif akan dibuat lebih negatif) lebih mudah dicapai

daripada perubahan inkonkuren (misalnya sikap yang negatif ingin diubah

menjadi positif atau sebaliknya) (Slameto, 2010, hlm. 191).

Menurut Mar’at (1981, hlm.17) evaluasi terhadap objek terentu akan

menghasilkan sikap, sehingga menciptakan motif untuk bertingkah laku. Hal ini

menunjukkan bahwa sikap memiliki reaksi afektif dan unsur penilaian yang

berlainan dengan motif, namun menghasilkan “motif” tertentu. Motif tersebut

Page 34: HUBUNGAN PENGETAHUAN DENGAN SIKAP SISWA TENTANG PENDIDIKAN UNTUK PEMBANGUNAN BERKELANJUTANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52059... · 2020. 8. 25. · iii LEMBAR

19

yang akan menentukan tingkah laku yang bersifat nyata atau terbuka (overt

behavior), sedangkan reaksi afektifnya bersifat reaksi tertutup (cover). Evaluasi

terhadap komponen afeksi seolah-olah dapat menentukan tingkah laku, namun

pergerakkannya tertutup. Sebagai contoh seseorang yang memiliki reaksi

afektif marah, namun karena situasi tertentu ia harus bersikap ramah. Motif

yang dibentuk adalah ia bertingkah laku ramah, sedangkan dalam keadaan

sebenarnya ia bersikap marah secara tertutup.

Sebagian besar sikap merupakan hasil belajar seseorang bukan hasil

perkembangan atau bersifat diturunkan. Hal ini menunjukkan bahwa sikap

diperoleh melalui interaksi sosial, antara seseorang dengan peristiwa sosial atau

objek sosial. Sebagai hasil belajar, sikap dapat dicuhkan, diubah, atau

dikembalikan seperti semula, meskipun dalam waktu yang lama. Maka sikap

merupakan produk dari hasil interaksi, hal ini bersifat “humanistik” karena

kebebasan seseorang dapat ditentukan sesuai keadaan lingkungan yang berlaku

pada kurun waktu tertentu (Mar’at, 1981, hlm. 17).

Para ahli mengatakan bahwa pengajar perlu bertindak seperti trapis untuk

melakukan perubahan sikap pada siswa. Hal yang pertama harus dilakukan

adalah mengetahahui sikap-sikap yang ada dan ingin diubah pada siswa beserta

perasaan-perasaan yang menyertai sikap tersebut. Kemudian diteliti kebutuhan-

kebutuhan apa saja yang ingin dicapai dari perubahan sikap tersebut. Setelah

dilakukan diagnosis dan hasilnya tidak tepat, maka perubahan yang diharapkan

akan sulit terjadi. Dalam hal ini kemungkinan besar kekeliruan akan terjadi,

karena tidak ada pegangan yang pasti untuk menghindarinya. Sebagai saran

untuk mengubah sikap, pengajar harus mengumpulkan informasi selengkap

mungkin mengenai latar belakang dan mempertimbangkan pengarahan masing-

masing komponen sikap siswa (Slameto, 2010, hlm. 192).

c. Komponen Sikap

Predisposisi untuk bertindak senang atau tidak senang terhadap objek

tertentu mencakup komponen kognisi, afeksi, dan konasi. Komponen kognisi

akan menjawab pertanyaan apa yang dipikirkan atau dipersepsikan tentang

objek. Komponen afeksi menjawab pertanyaan tentang apa yang dirasakan

Page 35: HUBUNGAN PENGETAHUAN DENGAN SIKAP SISWA TENTANG PENDIDIKAN UNTUK PEMBANGUNAN BERKELANJUTANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52059... · 2020. 8. 25. · iii LEMBAR

20

(senang/tidak senang) terhadap objek. Komponen konasi akan menjawab

bagaimana kesediaan/kesiapan untuk bertindak terhadap obyek. Ketiga

komponen tersebut tidak berdiri sendiri, akan tetapi menunjukkan bahwa

seseorang merupakan suatu sistem kognitif. Ini berarti bahwa yang dipikirkan

seseorang tidak akan terlepas dari perasaannya. Masing-masing komponen

tidak dapat berdiri sendiri, namun merupakan interaksi dari komponen-

komponen tersebut secara kompleks. Aspek kognisi merupakan aspek

penggerak perubahan karena informasi yang diterima menentukan perasaan

dan kemauan berbuat. Oleh karena itu, dapatlah dikatakan bahwa pendekatan

yang diginakan dalam penulisan ini adalah pendekatan secara kognitif.

Berdasarkan pendekatan ini setiap orang akan berusaha mencari

keseimbangan dalam bidang kognisinya dan terbentuk sikap dari yang

bersangkutan. Apabila terjadi ketidakseimbangan, individu akan berusaha

mengubahnya sehingga terjadi keseimbangan kembali (Mar’at, 1981, hlm.

21).

Gambar 2.2 Faktor-Faktor Sikap

3. Pembangunan Berkelanjutan (PB)

Menurut World Commission (dalam Michalos, dkk 2010), pembangunan

berkelanjutan adalah pembangunan yang memenuhi kebutuhan saat ini tanpa

mengurangi kemampuan generasi mendatang untuk memenuhi kebutuhan

Pengaruh faal

Kepribadian

Faktor eksternal:

• Situasi

• Pengamalan

• Hambatan

Sikap Obyek psikologik

Reaksi

• sikap relatif kontan

• melalui proses belajar

• kesediaan bertindak

reaksi

Page 36: HUBUNGAN PENGETAHUAN DENGAN SIKAP SISWA TENTANG PENDIDIKAN UNTUK PEMBANGUNAN BERKELANJUTANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52059... · 2020. 8. 25. · iii LEMBAR

21

mereka sendiri. Kepuasan akan kebutuhan dan keberhasilan seseorang di masa

yang akan datang adalah tujuan utama pembangunan. Di negara berkembang

kebutuhan dasar seperti makanan, pakaian, tempat tinggal, pekerjaan, dan

diluar kebutuhan dasar mereka masih belum terpenuhi. Orang-orang ini

memiliki harapan untuk peningkatan kualitas hidup. Pembangunan

membutuhkan pemenuhan kebutuhan dasar untuk semua orang dan

memperluas kesempatan yanng sama agar dapat memberikan kepuasan

sehingga mendapat kehidupan yang lebih baik. Oleh karena itu, pemerintah

sepakat bahwa pembanguan dan lingkungan harus dikelola dengan cara yang

saling menguntungkan (Walshe, 2016).

Majelis Umum PBB mengadopsi Agenda 2030 untuk Pembangunan

Berkelanjutan. Inti dari Agenda 2030 adalah 17 Tujuan Pembangunan

Berkelanjutan. Pembangunan yang universal, transformasional, dan inklusif

menggambarkan tantangan pembangunan utama bagi keseseorangan. Tujuan

dari 17 Pembangunan Berkelanjutan adalah untuk mengamankan kehidupan

yang berkelanjutan, damai, sejahtera, dan adil di bumi untuk semua orang

sekarang dan di masa depan. Tujuannya mencakup tantangan global yang

sangat penting untuk kelangsungan hidup umat seseorang. Adapun 17 Tujuan

Pembangunan Berkelanjutan, yaitu:

a. Tidak ada kemiskinan, yaitu mengakhiri kemiskinan dalam segala

bentuknya di mana-mana.

b. Nol kelaparan, yaitu mengakhiri kelaparan, capai ketahanan pangan, dan

gizi yang lebih baik, dan promosikan pertanian berkelanjutan.

c. Kesehatan dan kesejahteraan yang baik dengan memastikan hidup sehat dan

promosikan kesejahteraan untuk semua umur.

d. Pendidikan berkualitas dengan memastikan pendidikan berkualitas inklusif

dan adil dan mempromosikan kesempatan belajar seumur hidup untuk

semua.

e. Kesetaraan gender yaitu bentuk dari tercapainya kesetaraan gender dan

memberdayakan semua perempuan dan anak perempuan.

Page 37: HUBUNGAN PENGETAHUAN DENGAN SIKAP SISWA TENTANG PENDIDIKAN UNTUK PEMBANGUNAN BERKELANJUTANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52059... · 2020. 8. 25. · iii LEMBAR

22

f. Air bersih dan sanitasi dengan memastikan ketersediaan dan pengelolaan air

dan sanitasi yang berkelanjutan untuk semua.

g. Energi yang terjangkau dan bersih dengan memastikan akses ke energi yang

terjangkau, andal, berkelanjutan, dan bersih untuk semua.

h. Pekerjaan yang layak dan pertumbuhan ekonomi dengan mendorong

pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan, inklusif dan berkelanjutan,

pekerjaan penuh dan produktif dan pekerjaan yang layak untuk semua.

i. Industri, inovasi, dan infrastruktur dengan membangun infrastruktur yang

tangguh, promosikan industrialisasi yang inklusif dan berkelanjutan, dan

bina inovasi.

j. Mengurangi ketimpangan dengan mengurangi ketimpangan di dalam dan di

antara negara-negara.

k. Kota dan komunitas berkelanjutan dengan menjadikan kota dan pemukiman

seseorang inklusif, aman, tangguh, dan berkelanjutan.

l. Konsumsi dan produksi yang bertanggung jawab dengan memastikan pola

konsumsi dan produksi yang berkelanjutan.

m. Aksi iklim dengan mengambil tindakan segera untuk memerangi perubahan

iklim dan dampaknya.

n. Kehidupan di bawah air dengan melakukan konservasi dan pemanfaatan

sumber daya laut, laut, dan laut secara berkelanjutan untuk pembangunan

berkelanjutan

o. Kehidupan di darat dengan melindungi, memulihkan dan mempromosikan

penggunaan ekosistem terestrial yang berkelanjutan, mengelola hutan

secara berkelanjutan, memerangi penggurunan, dan menghentikan serta

membalikkan degradasi lahan dan menghentikan hilangnya

keanekaragaman hayati.

p. Perdamaian, keadilan, dan institusi yang kuat dengan mendorong

masyarakat yang damai dan inklusif untuk pembangunan berkelanjutan,

menyediakan akses ke keadilan bagi semua dan membangun institusi yang

efektif, akuntabel, dan inklusif di semua tingkatan.

Page 38: HUBUNGAN PENGETAHUAN DENGAN SIKAP SISWA TENTANG PENDIDIKAN UNTUK PEMBANGUNAN BERKELANJUTANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52059... · 2020. 8. 25. · iii LEMBAR

23

q. Kemitraan untuk tujuan memperkuat cara implementasi dan merevitalisasi

kemitraan global untuk pembangunan berkelanjutan (UNESCO, 2017).

4. Pendidikan untuk Pembangunan Berkelanjutan (PPB)

Menurut UNESCO (2017), pendidikan merupakan sarana untuk mencapai

semua pembangunan berkelanjutan. Ini tidak hanya merupakan bagian integral

dari pembangunan berkelanjutan, tetapi juga merupakan pendukung utama.

Itulah sebabnya pendidikan merupakan strategi penting dalam mengejar tujuan

pembangunan berkelanjutan.

Pendidikan untuk pembangunan berkelanjutan (PPB) adalah pendidikan

holistik dan transformasional yang membahas konten dan hasil pembelajaran,

pedagogi dan lingkungan belajar. Dengan demikian, PPB tidak hanya

mengintegrasikan konten, seperti perubahan iklim, kemiskinan dan konsumsi

berkelanjutan ke dalam kurikulum; itu juga menciptakan pengaturan

pengajaran dan pembelajaran yang interaktif dan berpusat pada peserta didik .

Yang dibutuhkan PPB adalah pergeseran dari pengajaran ke pembelajaran. Ini

meminta pedagogi transformatif yang berorientasi pada tindakan, yang

mendukung pembelajaran mandiri, partisipasi dan kolaborasi, orientasi

masalah, antar dan transdisipliner dan menghubungkan pembelajaran formal

dan informal. Hanya pendekatan pedagogis yang memungkinkan

pengembangan kompetensi utama yang diperlukan untuk mempromosikan

pembangunan berkelanjutan (UNESCO, 2017).

PPB harus dipahami sebagai bagian integral dari pendidikan berkualitas,

yang melekat dalam konsep pembelajaran seumur hidup. Semua lembaga

pendidikan mulai dari prasekolah hingga tersier pendidikan dan dalam

pendidikan non-formal dan informal dapat dan harus menganggapnya sebagai

tanggung jawab mereka untuk berurusan secara intensif dengan masalah-

masalah pembangunan berkelanjutan dan untuk mendorong pengembangan

kompetensi keberlanjutan. PPB memberikan pendidikan yang penting dan

benar-benar relevan bagi setiap pelajar mengingat tantangan hari ini

(UNESCO, 2017).

Page 39: HUBUNGAN PENGETAHUAN DENGAN SIKAP SISWA TENTANG PENDIDIKAN UNTUK PEMBANGUNAN BERKELANJUTANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52059... · 2020. 8. 25. · iii LEMBAR

24

PPB bertujuan untuk mengembangkan kompetensi yang memberdayakan

individu untuk merefleksikan tindakan mereka sendiri, dengan

mempertimbangkan dampak sosial, budaya, ekonomi, dan lingkungan mereka

saat ini dan di masa depan, dari perspektif lokal dan global. Individu juga harus

diberdayakan untuk bertindak dalam situasi yang kompleks secara

berkelanjutan, yang mungkin mengharuskan mereka untuk bergerak ke arah

yang baru; dan untuk berpartisipasi dalam proses sosial-politik, menggerakkan

masyarakat mereka menuju pembangunan berkelanjutan (UNESCO, 2017).

Menurut Walshe (2016) ada dua tujuan utama PPB yang dapat

memfasilitasi kontribusinya bagi pembangunan berkelanjutan. Yang pertama

adalah pandangan instrumentalis bahwa PPB harus secara aktif

mempromosikan sikap positif dan perilaku pro-lingkungan yang merupakan

persyaratan untuk pembangunan berkelanjutan. Tujuan kedua PPB adalah

bahwa ia harus mengembangkan pemahaman kritis siswa tentang

pembangunan berkelanjutan, sehingga memfasilitasi pemikiran kritis siswa

tentang masalah keberlanjutan. Ia menekankan pentingnya menyajikan isu-isu

pembangunan berkelanjutan sebagai masalah yang menjadi perhatian publik

alih-alih hanya berfokus pada perolehan kompetensi individu.

Pembangunan berkelanjutan memiliki nilai dasar dan tujuan untuk

melaksanakan pembangunan yang sifatnya multidimensional (Agung, 2012,

hlm. 42). Tidak hanya membahas dimensi lingkungan, tetapi pendidikan untuk

pembangunan berkelanjutan harus memiliki keseimbangan antara dimensi

lingkungan, dimensi sosial, dan dimensi ekonomi hari (Al-Naqbi, dkk. 2018).

a. Dimensi Sosial

Menurut Pusat Penelitian Kebijakan Badan Penelitian dan Pengembangan

Kementrian Pendidikan Nasional (2010) dimensi sosial membahas beberapa

aspek, salah satunya aspek kesehatan dan kebersihan baik pada diri sendiri

maupun lingkungan.

1) Kesehatan

Aspek kesehatan merupakan tujuan pembangunan berkelanjutan

nomor 3 yaitu kesehatan dan kesejahteraan yang baik dengan memastikan

Page 40: HUBUNGAN PENGETAHUAN DENGAN SIKAP SISWA TENTANG PENDIDIKAN UNTUK PEMBANGUNAN BERKELANJUTANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52059... · 2020. 8. 25. · iii LEMBAR

25

hidup sehat dan promosikan kesejahteraan untuk semua umur. Sumber daya

manusia adalah modal penting dalam pelaksanaan pembangunan, sehingga

diperlukan sumber daya manusia tangguh yang memiliki kesehatan fisik

maupun mental karena akan membawa bangsa tersebut mempunyai nilai

yang lebih dibandingkan bangsa lain (IPB, 2015, hlm. 61). Masalah

pembangunan, lingkungan, dan kesehatan sangat terkait. Kesehatan yang

buruk dapat menghambat pembangunan ekonomi dan sosial, memicu

berkontribusi pada penggunaan sumber daya yang tidak berkelanjutan dan

degradasi lingkungan. Populasi yang sehat dan lingkungan yang aman

adalah prasyarat penting untuk pembangunan berkelanjutan. Lingkungan

sekolah harus aman dan sehat. Sekolah harus bertindak tidak hanya sebagai

pusat pembelajaran akademis, tetapi juga sebagai tempat yang mendukung

untuk penyediaan pendidikan dan layanan kesehatan esensial, bekerja sama

dengan orang tua dan masyarakat (UNDESD, 2005).

a) Hidup Bersih

Hidup bersih bagian dari Perilaku Hidup Bersih dan Sehat

merupakan salah satu program Pemerintah Indonesia. Pola hidup bersih

harus ditanamkan dirumah maupun disekolah untuk meningkatkan

kesehatan. Pola hidup bersih di rumah dimulai dengan mencuci kedua

tangan sebelum makan, bersih-bersih sebelum tidur, pakai alas kaki

ketika keluar rumah dan ke kamar kecil, dan memakai pakaian yang

bersih. Pola hidup bersih di sekolah dimulai dari dating ke sekolah dalam

keadaan tubuh, pakaian dan sepatu yang bersih, membuang sampah pada

tempatnya, buang air besar dan kecil di toilet serta membersihkannya.

Kebiasaan tersebut harus tertanam sejak dini, sehingga menjadi perilaku

hidup bersih (Purbantara, Purwono, Rustiadi, 2013).

b) Sehat Jiwa dan Raga

Menururut WHO (World Healt Organization) dalam Ayuningtyas,

Misnaniarti dan Rayhani (2018) bahwa kesehatan mental merupakan

komponen mendasar dari definisi kesehatan, Kesehatan mental yang baik

memungkinkan orang untuk menyadari potensi mereka, mengatasi

Page 41: HUBUNGAN PENGETAHUAN DENGAN SIKAP SISWA TENTANG PENDIDIKAN UNTUK PEMBANGUNAN BERKELANJUTANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52059... · 2020. 8. 25. · iii LEMBAR

26

tekanan kehidupan yang normal, bekerja secara produktif, dan

berkontribusi pada komunitas mereka. Selain menjaga kesehatan mental,

kesehatan secara fisik juga penting untuk dijaga. Menjaga kesehatan

secara fisik selain mengatur pola makan, tubuh juga butuh olahraga.

Olahraga merupakan kebutuhan setiap manusia agar kondisi fisik dan

kesehatannya tetap terjaga dengan baik.

c) Menjaga Kebersihan

Kebersihan adalah hal terpenting dalam kehidupan karena

kebersihan berbuhungan erat dengan rutinitas sehati-hari yang dapat

menunjang kelancaran aktivitas manusia. Lingkungan yang bersih

membuat seseorang nyaman dalam menjalani aktivitasnya. Menjaga

kebersihan lingkungan itu sendiri, menciptakan sebuah lingkungan yang

sehat dengan begitu berbagai macam penyakit tidak mudah menyerang

seperti demam berdarah, mentaber, dan lain-lain. Kebersihan

lingkungan mencakup kebersihan tempat tinggal, sekolah, kerja, dan

berbagai sarana umum. Ada banyak macam cara untuk menjaga

kebersihan lingkungan misalnya dengan membuang sampah pada

tempatnya, selalu membersihkan selokan air, memisahkan sampah

kering dan sampah basah, rajin menyapu halaman rumah, mendaur

ulang barang yang tidak terpakai dan masih banyak lagi. Kebersihan

lingkungan menjadikan hidup lebih sehat, udara menjadi sejuk, dan

tempat tinggal yang bersih serta terhindar dari segala penyakit

(Waskitoningtyas, Permatasari, & Prasetya, 2018).

d) Menjaga Kesehatan Lingkungan Sekitar

Masalah kesehatan merupakan masalah yang kompleks dan saling

berkaitan dengan masalah lainnya. Kesehatan dipengaruhi oleh empat

faktor dan saling berpengaruh satu sama lainnya, yaitu keturunan,

lingkungan, perilaku, dan pelayanan kesehatan. Kesehatan akan optimal

bila keempat faktor tersebut bekerja secara optimal, jika salah satunya

tertanggu maka akan berpengaruh pada faktor lainnya. Kesehatan

lingkungan adalah suatu kondisi optimal sehingga mempu mewujudkan

Page 42: HUBUNGAN PENGETAHUAN DENGAN SIKAP SISWA TENTANG PENDIDIKAN UNTUK PEMBANGUNAN BERKELANJUTANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52059... · 2020. 8. 25. · iii LEMBAR

27

kesehatan yang optimal. Ruang lingkung dari kesehatan lingkungan

sendiri adalah perumahan, pembuangan kotoran manusia, penyediaan

air bersih, pembuangan sampah, pembuangan air kotor (limbah), rumah

hewan ternak (kandang), dan lain-lain. Sedangkan usaha kesehatan

lingkungan adalah suatu usaha untuk memperbaiki lingkungan hidup

agar terwujudnya kesehatan yang optimal guna mahluk hidup yang

hidup disekitarnya (Notoatmodjo, 2007, hlm. 165).

2) HIV/AIDS dan Narkoba

Selain itu, dimensi sosial juga membahas HIV/AIDS dan narkoba.

Masalah kesehatan kelompok rentan dan di daerah yang paling rentan, dan

pemahaman tentang bagaimana ketidaksetaraan gender dapat

mempengaruhi kesehatan dan kesejahteraan. Strategi langsung untuk

meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan, misalnya vaksin, makanan

sehat, aktivitas fisik, kesehatan mental, konsultasi medis, pendidikan,

pendidikan kesehatan seksual dan reproduksi termasuk pendidikan tentang

penghindaran kehamilan dan seks yang lebih aman. Strategi tidak langsung

(kesehatan masyarakat) untuk meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan:

misalnya program politik untuk asuransi kesehatan, harga obat yang

terjangkau, layanan kesehatan termasuk layanan perawatan kesehatan

seksual dan reproduksi, pencegahan obat, transfer pengetahuan dan

teknologi, pengurangan polusi dan kontaminasi , peringatan dini dan

pengurangan risiko. Selain itu, mendirikan tempat informasi di kota,

misalnya pada "Hari AIDS Sedunia" (1 Desember) dengan melibatkan

cerita dari orang-orang dengan penyakit parah, kecanduan narkoba, dll.

Mengorganisasikan pelatihan tentang promosi kesehatan dan strategi

pencegahan penyakit (misalnya berpartisipasi dalam kegiatan fisik,

menyiapkan makanan sehat, menggunakan kondom, memasang kelambu,

mendeteksi dan mengelola sumber penyakit yang ditularkan melalui air

(UNESCO, 2017).

a) Pemahaman tentang HIV/AID

Page 43: HUBUNGAN PENGETAHUAN DENGAN SIKAP SISWA TENTANG PENDIDIKAN UNTUK PEMBANGUNAN BERKELANJUTANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52059... · 2020. 8. 25. · iii LEMBAR

28

Human Immunodeficiency Virus/Acquired Immunodeficiency

Syndrome (HIV/AIDS) merupakan penyakit menular yang dapat

menyebabkan kematian pada penderitanya. Human Immunodeficiency

Virus/Acquired Immunodeficiency Syndrome (HIV/AIDS) pertama kali

diidentifikasi pada tahun 1981 di Amerika Serikat (Rahmayani, Hanif,

Sastri, 2014). AIDS disebabkan oleh virus Human Immunodeficiency

Virus (HIV) yang menyerang sel darah putih sehingga merusak sistem

kekebalan tubuh (Octavianty, Rahayu, Rahman, & Rosadi, 2015). Virus

Human Immunodeficiency Virus (HIV) menyerang sel CD4 yang

menjadikan tempat berkembangnya virus kemudian merusaknya hingga

tidak dapat digunakan lagi. Rusaknya sel darah putih, tubuh tidak

memiliki pelindung dan akan mudah terserang penyakit (Wiarto, 2013,

hlm. 119).

b) Kesadaran diri tentang bahaya HIV/AIDS

Virus Human Immunodeficiency Virus (HIV) dapat ditularkan

melalui seksual, parental (penerimaan darah atau produk darah,

penyalah guna obat suntik, dan trauma akibat pekerjaan), atau vertikal.

Resiko penularan >90% melalui darah dan produk darah, 14% vertikal,

0,5% - 1% penyalah guna obat suntik, 0,2% - 0,5% membran mukosa

geital, <0,1% membran mukosa nongenital, dan penularan ibu ke anak

lebih tinggi hingga 40% di negara berkembang (Mandal, Wilkins,

Dunbar, dan Mayon-White, 2006, hlm. 200).

c) Cara pencegahan Human Immunodeficiency Virus (HIV)

Pencegahan penularan Human Immunodeficiency Virus (HIV) dapat

dimulai dari diri sendiri, yaitu tidak melakukan seks bebas, pastikan

darah dan produk darah telah melalui tes HIV dan standar keamanan

darah, penularan dari ibu ke anak dapat dikurangi melalui pengobatan,

operasi sesar, dan menghindari pemberian ASI (Wiarto, 2013, hlm.

125).

3) Narkoba

Page 44: HUBUNGAN PENGETAHUAN DENGAN SIKAP SISWA TENTANG PENDIDIKAN UNTUK PEMBANGUNAN BERKELANJUTANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52059... · 2020. 8. 25. · iii LEMBAR

29

Dalam peta perdagangan narkoba dunia, posisi Indonesia sudah

bergeser dari ‘negara transit’ menjadi ‘negara tujuan’ perdagangan narkoba

ilegal, karena secara geografis letak Indonesia sangat mendukung karena

berada di antara dua benua, yaitu Asia dan Australia serta dua, yaitu

Samudera Pasifik dan Samudera Indonesia (Herindrasti, 2018). Masalah

narkotika saat ini menjadi perbincangan oleh sebagian kalangan masyarakat

Indonesia, mulai dari strata sosial tertinggi sampai pada strata sosial

terendah. Hal ini diketahui dari adanya pemberitaan atau informasi yang

didapat dari media massa ataupun media elektronik tentang bahaya

penyalahgunaan narkotika maupun kejahatan kejahatannya. Berdasarkan

data Deputi Bidang Pemberantasan BNN pada bulan Maret 2017, jumlah

penyalahguna narkoba yang masih berstatus pelajar/mahasiswa cukup

tinggi mengingat pelajar/mahasiswa merupakan generasi penerus bangsa

yang merupakan harapan bagi bangsa ini untuk bisa lebih maju di masa

mendatang (Sari, 2019).

a) Pemahaman tentang narkoba

Narkoba merupakan zat ketika dimasukkan ke dalam tubuh dengan

cara oral/minum, hirup, maupun suntik dapat mengubah pikiran,

suasana hati, dan perilaku sesorang serta dapat menimbulkan

ketergantungan secara fisik dan psikologi (Amanda, Humaedi, dan

Santoso, 2017). Menurut pakar kesehatan, narkoba merupakan senyawa

psikotropika yang biasa dipakai untuk membius pasien saat hendak

operasi.

Menurut Departemen Kesehatan Republik Indonesia, istilah yang

sering digunakan adalah NAPZA (Narkotika, Psikotropika, dan Zat

adiktif) (Wiarto, 2013, hlm. 67). Berdasarkan Undang-Undang Narkoba

Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika, Narkoba dibagi 18 dalam 3

jenis yaitu Narkotika, Psikotropika dan Zat adiktif lainnya. Narkotika

Menurut Soerdjono Dirjosisworo tahun 1986 adalah suatu zat yang

dimasukkan kedalam tubuh sehingga dapat memberikan pengaruh

tertentu bagi pengguna. Pengaruh yang dirasakan oleh si pengguna bisa

Page 45: HUBUNGAN PENGETAHUAN DENGAN SIKAP SISWA TENTANG PENDIDIKAN UNTUK PEMBANGUNAN BERKELANJUTANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52059... · 2020. 8. 25. · iii LEMBAR

30

berupa pembiusan, hilangnya rasa sakit, rangsangan semangat dan

halusinasi atau timbulnya khayalan-khayalan. Sifat-sifat tersebut yang

diketahui dan ditemukan dalam dunia medis bertujuan dimanfaatkan

bagi pengobatan dan kepentingan manusia di bidang pembedahan,

menghilangkan rasa sakit dan lain-lain.

Psikotropika menurut Soerdjono Dirjosisworo tahun 1986 adalah zat

atau obat bukan narkotika, baik alamiah maupun sintesis, yang memiliki

khasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan saraf pusat

yang menyebabkan perubahan khas pada aktivitas normal dan perilaku.

Zat adiktif menurut Alifia tahun 2008 adalah zat-zat selain narkotika dan

psikotropika yang dapat menimbulkan ketergantungan pada

pemakainya, seperti rokok, alkohol dan minuman yang memabukkan,

tinner (lem kayu, penghapus cat, bensin) (Amanda, dkk, 2017).

b) Kesadaran diri tentang bahaya narkoba

Penyalahgunaan narkotika dan obat-obatan dikalangan genersi

muda kian meningkat. Penyimpangan perilaku generasi muda saat ini

membahayakan keberlangsungan langsungan hidup dikemudian hari

(Amanda, dkk., 2017). Penyalahgunaan narkotika dan obatobatan

memiliki dampak negatif terhadap pengguna yang dapat membawa

efek-efek terhadap tubuh. Dampak negatif yang ditimbulkan, yaitu:

• Euphoria, yaitu perasaan riang gembira yang diakibatkan oleh

narkoba abnormal tidak sesuai dengan keadaan jasmani atau rohani.

Efek euphoria diakibatkan oleh dosis yang tidak terlalu tinggi.

• Delirium, yaitu menurunnya kesadaran mental, disertai dengan rasa

kegelisahan sedikit hebat yang terjadi secara mendadak sehingga dapat

menyebabkan gangguan koordinasi otot-otot motorik (mal

coordination). Efek delirium diakibatkan oleh dosis yang lebih tinggi

dari efek euphoria.

• Halusinasi, yaitu kesalahan persepsi panca indra, yang

mengakibatkan apa yang dilihat dan didengar tidak sesuai dengan

kenyataan.

Page 46: HUBUNGAN PENGETAHUAN DENGAN SIKAP SISWA TENTANG PENDIDIKAN UNTUK PEMBANGUNAN BERKELANJUTANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52059... · 2020. 8. 25. · iii LEMBAR

31

• Weakness, yaitu kelemahan jasmani dan rohani atau keduanya yang

mengakibatkan kecancuan dan ketergantungan terhadap narkoba.

• Drowsiness, yaitu menurunnya kesadaran, seperti keadaan sedang

tidur disertai pikiran yang sangat kacau dan kusut.

• Collapse, yaitu keadaan pingsan yang diakibatkan pemakaian over

dosis, serta dapat mengakibatkan kematian.

Selain dampak yang telah disebutkan di atas, narboka memiliki

akibat lain yang bisa terjadi pada pengguna narkoba, antara lain terjadi

keracunan (toxicity), fungsi-fungsi tubuh yang tidak normal (mal funtion),

terjadinya kekurangan gizi (mal nutrition), kesulitan penyesuaian diri (mal

adjustment), dan kematian (Sasangka, 2003, hlm. 24).

b. Dimensi Lingkungan

Adapun salah satu aspek pada dimensi lingkungan yaitu mengenai energi

dan sampah (Pusat Penelitian Kebijakan Badan Penelitian dan Pengembangan

Kementrian Pendidikan Nasional, 2010). Aspek energi sesuai dengan tujuan

pembangunan berkelanjutan nomor 7 yaitu energi yang terjangkau dan bersih

dengan memastikan akses ke energi yang terjangkau, andal, berkelanjutan, dan

bersih untuk semua. Pembahasan penggunaan energi sendiri, misalnya alasan

peringkat penggunaan energi pada dimensi (subyektif) "untuk memenuhi

kebutuhan dasar" (misalnya energi untuk memasak) untuk "untuk gaya hidup

mewah" (misalnya energi untuk kolam renang) (UNESCO, 2017).

a. Energi

1) Mempertahankan Keberadaan Energi

a) Pentingnya energi

Energi memainkan peran yang sangat penting dan strategis dalam

kehidupan. Energi merupakan salah satu indicator pembangunan dan

pertumbuhan ekonomi suatu negara. Peranan energi antara lain sebagai

sumber pemerintahan negara, bahan bakar dan bahan baku, penggerak

kegiatan ekonomi, dan peranan penting lainnya. Penggunaan energi

pada sektor industri, rumah tangga, transportasi, jasa, dan yang lainnya

tidak dapat dipisahkan, sehingga proses pembangunan tidak dapat

Page 47: HUBUNGAN PENGETAHUAN DENGAN SIKAP SISWA TENTANG PENDIDIKAN UNTUK PEMBANGUNAN BERKELANJUTANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52059... · 2020. 8. 25. · iii LEMBAR

32

dipisahkan dengan pengembangan sektor energi, sehingga perencanaan

energi yang baik diperlukan untuk menjamin keberhasilan

pembangunan nasional (Kartiasih, Syaukat, & Anggraeni, 2012).

Keterbatasan sumber daya energi dapat menghambat laju dari

pertumbuhan ekonomi, seperti terbatasnya cadangan minyak bumi yang

akan mempercepat suatu negara untuk mengimpor minyak bumi. Oleh

karena itu, untuk memenuhi kebutuhan energi suatu negara dibutuhkan

strategi, antara lain penghematan energi (konservasi) dan penggunaan

energi alternatif (diversifikasi) (Sagala, 2000).

b) Pentingnya mempertahankan keberadaan energi

Upaya mempertahankan keberadaan energi dengan mencari sumber

energi lain dari alam sekitarnya. Hal ini tertuju pada sumber energi yang

memerlukan waktu pembaruan singkat dan melimpah. Sumber energi

tersebut adalah energi terbarukan, seperti energi surya (matahari), energi

air, energi angin, energi biomassa, energi panas bumi, energi hidrogen

(Mediastika, 2013, hlm. 15).

c) Tindakan mempertahankan keberadaan energi

Penghematan energi (konservasi energi) dapat dilakukan melalui

beberapa cara, diantaranya konservasi di sisi pembangkit dengan

didahului oleh audit energi, mengurangi pemakaian listrik (yang bersifat

konsumtif, keindahan, dan kenyamanan), mengganti peralatan yang

tidak effisien, dan mengatur waktu pemakaian peralatan listrik. Selain

penghematan energi (konservasi energi), ada upaya penggunaan energi

alternatif (diversifikasi energi), diantaranya menggagas upaya

mengganti BBM dengan Bio-diesel, mendorong pembangunan PLT

mikro hidro di pedesaan, mengurangi peran pembangkit BBM dan

menggantikannya dengan pembangkit non-BBM (Lubis, 2007).

2) Mengurangi Krisis Energi

a) Penyebab kelangkaan energi

Energi yang digunakan secara terus menerus akan habis, sehingga

perlu adanya peralihan dari energi tidak terbarukan menjadi energi

Page 48: HUBUNGAN PENGETAHUAN DENGAN SIKAP SISWA TENTANG PENDIDIKAN UNTUK PEMBANGUNAN BERKELANJUTANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52059... · 2020. 8. 25. · iii LEMBAR

33

terbarukan. Pemanfaatan dan pengembangan energi terbarukan mejadi

sangat penting, karena terbatasnya sumber energi fosil atau sumber

energi non terbarukan (Fandari, Daryanto, Suprayitno, 2014). \

Hingga saat ini, kebutuhan energi Indonesia disuplai oleh energi

berbasis fosil. Energi berbasis fosil, energi yang tidak dapat

diperbaharui, seperti bahan bakar minyak, gas, dan batu bara. Energi

yang saat ini mensuplai dalam memenuhi semua kebutuhan manusia,

suatu saat akan mengalami kelangkaan dan tidak mampu lagi dalam

mencukupi permintaan (Kartiasih, dkk, 2012). Krisis energi terjadi,

ketika kebutuhan energi meningkat, namun persediaan tidak mencukupi

(Mediastika, 2013, hlm. 13).

b) Keutamaan mengurangi kelangkaan energi

Kelangkaan energi dapat meningkatkan kemiskinan, karena untuk

mendapatkan energi harus mengeluarkan biaya yang lebih besar dari

biasanya sehingga berdampak terhadap perekonomian yang tidak stabil.

Untuk mengurangi tingkat kemiskinan energi di negara berkembang,

pemerintah mengambil strategi untuk menyediakan energi bagi

warganya. Energi terbarukan merupakan alternatif yang dapat

menjembatani kesenjangan antara permintaan dan penawaran jika

dimanfaatkan dengan baik di suatu negara.

Energi terbarukan ini akan mengurangi emisi karbon dan

menyediakan lingkungan yang berkelanjutan. Sejalan dengan hal ini,

beberapa negara telah menetapkan target proporsi total energi yang akan

dihasilkan dari opsi-opsi yang dapat diperbarui pada tahun 2015, 2020

dan 2050 sebagaimana halnya (Akinwale, Ogundari, Ilevbare, &

Adepoju, 2014).

c) Tindakan mengurangi kelangkaan energi

Berdasarkan Perpres No. 5 tahun 2006 tentang Kebijakan Energi

Nasional bahwa pemerintah telah berupaya menyusun strategi

pengelolaan energi nasional tahun 2006 hingga 2025 untuk memenhi

pasokan enrgi terbarukan sebanyak 17%. Menurut laporan WWF pada

Page 49: HUBUNGAN PENGETAHUAN DENGAN SIKAP SISWA TENTANG PENDIDIKAN UNTUK PEMBANGUNAN BERKELANJUTANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52059... · 2020. 8. 25. · iii LEMBAR

34

tahun 2012 yang berjudul “Igniting the Ring of Fire: A Vision for

Developing Indonesia’s Geothermal Power” bahwa Indonesia memiliki

potensi energi panas bumi sebesar 29 Giga Watt, namun hingga saat ini

baru berkontribusi sebesar 1% dengan perkembangan yang lambat

(Fandari, dkk, 2014).

b. Sampah

Selain itu, pada aspek sampah yang tercantum pada tujuan pembangunan

berkelanjutan nomor 6 yaitu air bersih dan sanitasi dengan memastikan

ketersediaan dan pengelolaan air dan sanitasi yang berkelanjutan untuk

semua. Sanitasi merupakan perilaku disengaja dalam pembudayaan hidup

bersih dengan maksud mencegah seseorang bersentuhan langsung dengan

kotoran dan bahan buangan berbahaya lainnya dengan harapan akan menjaga

dan meningkatkan kesehatan seseorang (UNESCO, 2017).

Sampah merupakan benda yang dihasilkan oleh kegiatan manusia, industri,

pertambangan, pertanian, peternakan, perikanan, transportasi, rumah tangga,

perdaganggan yang sudah tidak digunakan dan harus dibuang (Manik, 2016,

hlm. 61). Sampah dan limbah telah menjadi permasalahan nasional di

Indonesia yang berkaitan erat dengan pertambahan penduduk, pertumbuhan

ekonomi dan perubahan pola konsumsi masyarakat. Kondisi tersebut

menimbulkan bertambahnya volume, beragamnya jenis, dan karakteristik

sampah serta limbah.

Penanganan sampah ini sejalan dengan target tujuan Pembangunan

Berkelanjutan (PB) pada tujuan ke 11.6 yaitu pada tahun 2030 mengurangi

dampak lingkungan perkotaan perkapita yang merugikan, termasuk dengan

memberi perhatian khusus pada kualitas udara, penanganan sampah kota yang

diperjelas dalam indikator 11.6.1. (a), bahwa Persentase sampah perkotaan

yang tertangani. Kemudian tujuan ke 12.5, bahwa pada tahun 2030 setiap

negara secara substansial mengurangi timbulan sampah melalui pencegahan,

pengurangan, daur ulang, dan penggunaan kembali (Sudirman & Phradiansah,

2019).

Page 50: HUBUNGAN PENGETAHUAN DENGAN SIKAP SISWA TENTANG PENDIDIKAN UNTUK PEMBANGUNAN BERKELANJUTANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52059... · 2020. 8. 25. · iii LEMBAR

35

Menurut Jambeck (2015 dalam Purwaningrum, 2016), Indonesia menjadi

peringkat kedua setelah Cina dalam menghasilkan sampah. Sesuai dengan

data Kementrian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) dalam satu

tahun dari 100 toko Asosiai Pengusaha Ritel Indonesia (APRINDO)

menghasilkan plastik sebanyak 10,95 juta. Timbunan sampah dengan volume

yang besar di tempat pembuangan akhir sampah, berpotensi melepaskan gas

metana (CH4) yang dapat meningkatkan emisi gas rumah kaca dan

berkontribusi dalam pemanasan global (Zulkifli, 2014, hlm. 99).

1) Pencegahan Sampah

a) Problematika sampah

Sampah menjadi salah satu penyebab timbulnya masalah

lingkungan. Permasalahan sampah di Indonesia belum terselesaikan

hingga saat ini, ditambah dengan bertambahnya jumlah penduduk maka

bertambah pula volume sampah yang akan dihasilkan (Purwaningrum,

2016).

b) Mendukung pencegahan sampah

Masalah sampah berkaitan erat dengan dengan pola hidup serta

budaya masyarakat itu sendiri. Oleh karena itu penanggulangan sampah

bukan hanya urusan pemerintah semata akan tetapi penanganannya

membutuhkan partisipasi masyarakat secara luas. Setiap tahun jumlah

sampah terjadi peningkatan seiring dengan dengan meningkatnya jumlah

penduduk dan kualitas kehidupan masyarakat serta kemajuan ilmu

teknologi yang menyebabkan pola hidup masyarakat menjadi konsumtif

(Sahil, Muhdar, Rohman, & Syamsuri, 2016).

c) Tindakan pencegahan sampah

Upaya pencegahan sampah dapat dilakukan dengan reduce, reuse,

dan recycle dan juga memisahkan sampah organik dan anorganik.

Reduce, yaitu meminimalisis sampah dengan menghemat penggunaan

bahan, membatasi konsumsi sesuai dengan kebutuhan, memilih bahan

yang mengandung sedikit sampah. Reuse, yaitu upaya pemanfaatan

sampah dengan menggunakannya kembali sesuai fungsinya. Recycle,

Page 51: HUBUNGAN PENGETAHUAN DENGAN SIKAP SISWA TENTANG PENDIDIKAN UNTUK PEMBANGUNAN BERKELANJUTANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52059... · 2020. 8. 25. · iii LEMBAR

36

yaitu mendaur ulang sampah dengan pengomposan dan menjual kembali

sampah yang bernilai ekonomi (Raharjo, Zulfan, Ihsan, Ruslinda, 2014).

2) Pengelolaan Sampah

a) Manfaat pengelolaan sampah

Pengelolaan sampah adalah kegiatan sistematis, menyeluruh, dan

berkesinambungan yang meliputi pengurangan dan penanganan sampah

secara non teknis, seperti mengorganisir, membiayai, serta melibatkan

masyarakat penghasil limbah agar ikut berpartisipasi dalam penanganan

sampah (Fairus, Novianti, Nursetyowati, Azizi, 2019). Dalam

pembangunan berkelanjutan, mengelola sampah merupakan aktifitas

menjaga lingkungan (Izvercian dan Ivascu, 2015).

b) Mendukung pengelolaan sampah

Penanggulangan sampah merupakan tanggung jawab bersama,

artinya bukan hanya urusan pemerintah tetapi dalam penanganannya

masyarakat wajib berpartisipasi. Kegiatan reduce, reuse, dan recycle

(3R) atau batasi sampah, guna ulang sampah dan daur ulang sampah

adalah segala aktivitas yang mampu mengurangi segala sesuatu yang

dapat menimbulkan sampah, kegiatan penggunaan kembali sampah yang

layak pakai untuk fungsi yang sama atau fungsi yang lain, dan kegiatan

mengolah sampah untuk dijadikan produk baru (Fairus, dkk, 2019).

c) Tindakan pengelolaan sampah

Redahnya pengelolaan sampah menyebabkan pencemaran terhadap

air, tanah, atmosfer, dan berdampak besar pada kesehatan masyarakat

(Singh, Saxena, Bharti, & Singh, 2018). Kegiatan pengelolaan sampah

bermanfaat bagi lingkungan jika dikelola dengan baik. Pengelolaan

sampah dapat dilakukan dengan memisahkan sampah organik dan

anorganik untuk mempermudah ketika dikelola. Sampah yang sudah

dipisahkan kemudian diolah.

c. Dimensi Ekonomi

Sementara itu salah satu aspek pada dimensi ekonomi adalah pengurangan

kemiskinan dan produksi dan konsumsi berkelanjutan (Pusat Penelitian

Page 52: HUBUNGAN PENGETAHUAN DENGAN SIKAP SISWA TENTANG PENDIDIKAN UNTUK PEMBANGUNAN BERKELANJUTANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52059... · 2020. 8. 25. · iii LEMBAR

37

Kebijakan Badan Penelitian dan Pengembangan Kementrian Pendidikan

Nasional, 2010). Pengurangan kemiskinan tercantum pada tujuan

pembangunan berkelanjutan nomor 1 yaitu tidak ada kemiskinan, yaitu

mengakhiri kemiskinan dalam segala bentuknya di mana-mana. Kemiskinan

merupakan keadaan dimana terjadi ketidamampuan untuk memenuhi

kebutuhan dasar seperti makanan, pakaian, tempat berlindung, pendidikan,dan

kesehatan. Sedangkan aspek produksi dan konsumsi berkelanjutan sesuai

dengan tujuan berkelanjutan nomor 12 yaitu Konsumsi dan produksi yang

bertanggung jawab dengan memastikan pola konsumsi dan produksi yang

berkelanjutan (UNESCO, 2017).

1) Pengurangan Kemiskinan

Pemerintah Indonesia menyadari bahwa Pembangunan Nasional adalah

salah satu upaya untuk mencapai tujuan yaitu meningkatkan kesejahteraan

masyarakat umum yang adil, makmur dan merata. Dengan demikian,

pengentasan kemiskinan merupakan prioritas utama pembangunan (Aziz,

Rochaida, & Warsilan, 2016).

Mengurangi kemiskinan merupakan tujuan dari pembangunan

berkelanjutan. Kemiskinan merupakan masalah yang dihadapi oleh semua

negara yang dipandang sebagai ketidakmampuan suatu negara dari segi

ekonomi dalam memenuhi kebutuhan dasar (Zuhdiyaty, 2017).

Kemiskinan adalah masalah utama yang dialami oleh negara berkembang

(Ikejiaku, 2009). Kemiskinan yang ada di Indonesia menjadi masalah krusial,

bukan hanya kecenderungannya yang semakin meningkat, namun berdampak

pada masalah sosial dan instabilitas politik dalam negeri. Dari 33 provinsi yang

ada di Indonesia, tingkat kemiskinan paling tinggi terdapat di Papua dengan

persentase sebesar 30%, kemudian Papua Barat sebesar 28% dan persentase

tingkat kemiskinan terendah adalah DKI Jakarta, Bali dan Kepulauan Bangka

Belitung. Dengan demikian, pengentasan masalah kemiskinan menjadi prioritas

utama dalam pembangunan ekonomi pada jangka pendek dan panjang

(Pratama, 2014).

Page 53: HUBUNGAN PENGETAHUAN DENGAN SIKAP SISWA TENTANG PENDIDIKAN UNTUK PEMBANGUNAN BERKELANJUTANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52059... · 2020. 8. 25. · iii LEMBAR

38

Upaya untuk mengurangi kemiskinan yang terjadi dengan menyediakan

lapangan pekerjaan sebanyak-banyaknya dan pemberdayakan masyarakat

melalui pelatihan-pelatihan untuk mengasah kemampuan masyarakat.

Sebagaimana salah satu tujuan pembangunan berkelanjutan yaitu pertumbuhan

ekonomi dan pekerjaan yang layak, mendukung perkembangan ekonomi yang

berkelanjutan, lapangan kerja yang produktif serta pekerjaan yang layak untuk

semua orang.

Dari sudut pandang pembangunan berkelanjutan, pengentasan kemiskinan

adalah perhatian utama dari elemen ekonomi, tetapi harus dipahami dalam

kaitannya dengan tiga elemen lainnya: sosial, lingkungan, dan budaya. Dengan

kata lain, pertimbangan ekonomi, sementara kunci untuk pembangunan

berkelanjutan, adalah faktor penyumbang daripada tujuan menyeluruh

(UNDESD, 2005).

a) Penciptaan Lapangan Pekerjaan

Tingginya tingkat pengangguran disebabkan oleh terbatasnya jumlah

lapangan pekerjaan (Poyoh, Kapantaw, & Mandei, 2018). Tingkat

pengangguran berpengaruh terhadap tingkat kemiskinan yang ada di Bali

pada tahun 2007-2012 (Putri dan Yuliarmi, 2013). Oleh karena itu, cara

untuk mengurangi kemiskinan dengan menyediakan lapangan pekerjaan.

b) Pemberdayaan Masyarakat

Upaya pemerintah dalam menanggulangi kemiskinan melalui program-

program berbasis pemberdayaan masyarakat dan peningkatan kemandirian

berupa pendampingan usaha dan bantuan kredit/modal kerja (Nurmasyitah

& Mislinawati, 2017).

2) Produksi dan Konsumsi Berkelanjutan

Penyebab utama kerusakan lingungkungan disebabkan oleh pola konsumsi dan

produksi yang tidak berkelanjutan.

a) Produksi Berkelanjutan

Masalah lingkungan pertama kali ditangani di tingkat internasional

di Stockholm pada konferensi internasional "Konferensi PBB tentang

Lingkungan Manusia". Dampak lingkungan dari pertumbuhan ekonomi

Page 54: HUBUNGAN PENGETAHUAN DENGAN SIKAP SISWA TENTANG PENDIDIKAN UNTUK PEMBANGUNAN BERKELANJUTANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52059... · 2020. 8. 25. · iii LEMBAR

39

dipelajari dengan cermat. Negara kaya dan miskin melihat masalah secara

berbeda, yaitu negara maju berpendapat bahwa keadaan lingkungan tidak

tergantung pada kondisi sosial-ekonomi, sementara negara-negara

berkembang percaya bahwa kemiskinan adalah akibat dari kerusakan

lingkungan (Szeremlei & Magda, 2015).

Sektor industri merupakan sektor strategis yang diandalkan untuk

mendukung pertumbuhan ekonomi baik secara nasional maupun regional,

namun juga memberikan kontribusi yang cukup signifikan terhadap

permasalahan lingkungan dan sumberdaya alam (Widodo & Susanto, 2012).

Pembangunan ekonomi yang menggunakan sumber daya alam dengan tidak

memperhatikan aspek kelestarian lingkungan akan berdampak buruk pada

lingkungan, karena sumber daya alam memiliki kapasitas yang terbatas dan

di kemudian hari akan menimbulkan permasalahan pada pembangunan

(Rahadian, 2016)

Meningkatnya eksploitasi sumber daya alam tanpa pengawasan dan

kendali, berdampak buruk pada keseimbangan ekologi dan kualitas

lingkungan yang disebabkan oleh ilmu pengetahuan dan teknologi yang

berkembang, laju pertumbuhan pendudukan yang meningkat, serta

rendahnya kesadaran individual dan masyarakat untuk senantiasa menjaga

keseimbangan lingkungan (Widodo & Susanto, 2012). Dengan tersedianya

sumber daya manusia yang mampu berinovasi dan kreatif dalam

menyelesaikan permasalahan global, sehingga dapat memajukan

perekonomian berwawasan lingkungan (Perkasa, Agrippina, &

Wiraningtyas, 2017).

Masalah pencemaran dan kerusakan lingkungan dengan

mempertimbangkan pencegahan pencemaran dapat dicegah eminimal

mungkin melalui pendekatan produk bersih (Cleaner Product). Pendekatan

produk bersih (Cleaner Product) dilengkapi dengan aspek konsumsi,

sehingga dikenal dengan pendekatan Produksi dan Konsumsi Berkelanjutan

(Sustainable Consumption and Production/SCP). Pendekatan ini menitik

beratkan keseimbangan produksi dan konsumsi secara berkelanjutan, yaitu

Page 55: HUBUNGAN PENGETAHUAN DENGAN SIKAP SISWA TENTANG PENDIDIKAN UNTUK PEMBANGUNAN BERKELANJUTANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52059... · 2020. 8. 25. · iii LEMBAR

40

penggunaan barang dan jasa dengan cara meminimalkan penggunaan

sumber daya alam, bahan beracun, emisi limbah dan polutan selama siklus

hidup, agar tidak membahayakan kebutuhan generasi mendatang (Widodo

& Susnto, 2012).

b) Konsumsi Berkelanjutan

Seiring berjalannya waktu, jumlah dan kualitas dari jasa sumber

daya alam menurun. Bila sumber daya alam tidak lagi dapat menyediakan

jasanya maka kelangsungan hidup manusia menjadi taruhan, kegiatan

ekonomi tidak dapat berkembang, khususnya bagi mereka yang sumber

kehidupannya secara langsung terkait sumber daya alam, dan dalam jangka

panjang kondisi semacam ini memiliki potensi untuk mengguncang

kedaulatan suatu negara.

Konsumsi berkelanjutan (sustainable consumption) dimana pola

konsumsi barang dan jasa yang tetap memperhatikan keberlangsungan

lingkungan dalam memenuhi kebutuhan dasar manusia. Konsumsi

berkelanjutan merupaka proses pengambilan keputusan dari konsumen

sebagai tanggung jawab terhadap terhadap lingkungan sesuai dengan

kebutuhan. Menerapkan konsumsi berkelanjutan berarti menjadi seorang

konsumen yang beretika, yaitu merasa bertanggung jawab terhadap isu-isu

sosial dan lingkungan di dunia dan melawan masalah ini dengan pola

perilaku sendiri. Konsumsi Berkelanjutan merupakan penggunaan produk

dan jasa untuk memenuhi kebutuhan dasar dan menuju kualitas hidup yang

lebih baik, dengan meminimalkan penggunaan sumber daya alam, bahan

kimia serta pembuangan sampah dan polutan sehingga tidak

membahayakan kebutuhan generasi mendatang.

Prinsip-prinsi konsumsi berkelanjutan yang harus dipahami dan

dapat diterapkan yaitu:

• memahami apa yang kita konsumsi,

• memahami dampak konsumsi terhadap lingkungan dan keselamatan

bumi,

• memahami dampak konsumsi terhadap masyarakat lain,

Page 56: HUBUNGAN PENGETAHUAN DENGAN SIKAP SISWA TENTANG PENDIDIKAN UNTUK PEMBANGUNAN BERKELANJUTANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52059... · 2020. 8. 25. · iii LEMBAR

41

• memahami dampaknya terhadap neraca perdagangan, perekonomian

nasional dan industri lokal. (Sari, 2017).

Ilmu pengetahuan alam, sosial, dan humaniora dibutuhkan untuk

memahami prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan sehingga nilai dan

sikap dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari (Al-Naqbi, dkk. 2018).

Pendidikan pembangunan berkelanjutan dapat mendorong perubahan pola

pikir siswa, sehingga akan tercipta dunia yang lebih aman, sehat, dan sejahtera.

Dengan demikian, akan meningkatkan kualitas generasi yang akan datang

(Ambusaidi & Al washahi, 2016). Pendidikan diharapkan dapat menimbulkan

kesadaran dan pemahaman pentingnya pembangunan dan hasil yang dicapai

untuk memperbaiki kehidupan, sehingga mampu mempertahankan, menjaga,

merawat, dan meningkatkan kesinambungan (Agung, 2012, hlm. 42). Namun

masih banyak siswa yang belum mengetahui tentang pembangunan

berkelanjutan dan pendidikan untuk pembangunan berkelanjutan. Sekolah

diharapkan dapat menerapkan pendidikan untuk pembangunan berkelanjutan

agar terciptanya generasi masa depan yang berkualitas.

Menurut Al Naqbi (2018) percaya bahwa siswa memperoleh pengetahuan,

sikap, dan perilaku mereka tentang keberlanjutan melalui ranah pembelajaran

kognitif dan afektif mereka. Menurut Stephard, pembelajaran kognitif lebih

terkait dengan pengetahuan dan ranah afektif berhubungan dengan nilai, sikap,

dan perilaku. Pengetahuan adalah kondisi yang diperlukan tetapi tidak

memadai untuk perilaku pro-lingkungan karena adanya faktor eksternal yang

mempengaruhi perilaku seseorang.

Pengetahuan yang baik tentang masalah keberlanjutan selain keterampilan

pedagogis yang diperlukan, nilai-nilai dan sikap akan mendukung kepercayaan

dan kesiapan mereka untuk memberlakukan pendidikan untuk pembangunan

berkelanjutan (Tomas, dkk., 2017). Dalam hal ini, siswa relatif lebih akrab

dengan standar lingkungan utama, peraturan perundang-undangan kebijakan

(Al Naqbi, 2018).

Sebagian besar memahami keberlanjutan berpusat di sekitar tiga pilar

pembangunan berkelanjutan tetapi dengan latar depan yang kuat dari masalah

Page 57: HUBUNGAN PENGETAHUAN DENGAN SIKAP SISWA TENTANG PENDIDIKAN UNTUK PEMBANGUNAN BERKELANJUTANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52059... · 2020. 8. 25. · iii LEMBAR

42

lingkungan dengan mengorbankan dimensi sosial dan ekonomi. Studi

longtudinal yang menggunakan buku harian dialogis mengembangkan

pemahaman siswa tentang keberlanjutan. Penggunaan buku harian dialogis

mengembangkan pemahaman siswa tentang pembangunan berkelanjutan,

diskusi di dalamnya terutana berfokus pada prespektif lingkungan dari

pembangunan berkelajutan. Guru-guru mengidentifikasi lingkungan sebagai

fokus untuk pembangunan berkelanjutan (Walshe, 2016).

Menurut Dube (2011) sains telah dianggap sebagai subjek abstrak dan

tidak relevan bagi sebagian besar peserta didik di sekolah, dan banyak peserta

didik merasa terasing oleh sains. Padahal pengajaran sains berbasis konteks

dianggap sebagai salah satu cara untuk meningkatkan motivasi dan minat.

Motivasi dan minat dapat ditingkatkan lebih jauh jika sains sekolah ingin

memasukkan keberlanjutan, sehingga meningkatkan literasi sains dan

tanggung jawab sosial diantara pelajar; memperlengkap mereka dengan

keterampilan partisipatif untuk mengatasi masalah lokal dan global seperti

penyakit, degadrasi lingkungan, perubahan iklim dan kemiskinan (Dube, dkk.

2011).

Kasanda, Lubben, Gasoeb, Kandjeo-Marenga, Kapenda dan Campbell

(2005) mengungkapkan bahwa kontekstualisasi mempromosikan relevansi,

kepercayaan sosial dan memperdayakan peserta didik untuk menjadi produktif,

menguntungkan bagi diri mereka sendiri dan masyarakat. Ini tampaknya

merupakan jenis pendidikan sains yang diperlukan untuk memberdayakan

peserta didik untuk berpartisipasi dalam mengatasi dan mengatasi masalah

keberlanjutan (Dube, dkk. 2011). Pengajaran sains di masa depan bertujuan

untuk berkontribusi pada pembangunan berkelanjutan, perlu untuk

mengintegrasikan PPB dalam pengajaran mereka untuk menginformasikan

perubahan kurikulum (Dube, dkk. 2011).

Page 58: HUBUNGAN PENGETAHUAN DENGAN SIKAP SISWA TENTANG PENDIDIKAN UNTUK PEMBANGUNAN BERKELANJUTANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52059... · 2020. 8. 25. · iii LEMBAR

43

B. Penelitian Relevan

Penelitian relevan pada penelitian ini antara lain:

1. Penelitian yang dilakukan oleh Ali Khalfan Al Naqbi dan Qasim Al Shanag

(2017) dengan judul The status of education for sustainable development and

sustainabilty knowledge, attitudes, and behaviors UAE University student.

Hasil penelitiannya menunjukkan sisw UAEU memiliki tingkat pemahaman

yang tinggi, sikap positif dan sangat kuat, serta perilaku yang positif terhadap

PPB dan lingkungan.

2. Penelitian yang dilakukan oleh Fransisco Borges (2019) dengan judul

Knowledge, Attitudes, and Behaviors Concering Sustainable Development:

A study among Prospective Elementary Teaching. Hasil penelitian

menunjukkan adanya pengetahuan dan sikap yang sangat mendukung

mengenai pembangunan berkelanjutan.

3. Penelitian yang dilakukan oleh Omisore Akinlolu, Babarinde Grace, Bakare

Damilola, Asekun Olarinmoye Esther (2017). Hasil penelitian menunjukkan

rendahnya pengetahuan yang berimplikasi negatif terhadap pembangunan

berkelanjutan.

4. Penelitian yang dilakukan Alex C Michalos, Heather Creech, Christina

McDonald (2010) dengan judul Knowledge, Attitudes and Behaviors.

Concering Education Sustainable Development: Two Exploraty Student.

Hasil penelitian menunjukkan pengetahuan memiliki hubungan yang sangat

kuat dengan sikap yang menguntunkan PB dan PPB.

5. Penelitian yang dilakukan oleh Nicola Walshe (2016) dengan judul An

Interdisclplinary apporoach to enveronmental amd sustainability education:

developing geography student understanding of sustainable development

using poetry. Hasil penelitian menunjukkan pendekatan interdisipliner PPB

mendorong siswa untuk terlibat lebih kritis dan efektif dengan konsep

pembangunan berkelanjutan.

Page 59: HUBUNGAN PENGETAHUAN DENGAN SIKAP SISWA TENTANG PENDIDIKAN UNTUK PEMBANGUNAN BERKELANJUTANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52059... · 2020. 8. 25. · iii LEMBAR

44

C. Kerangka Berpikir

Berbagai isu lingkungan, sosial, dan ekonomi beredar di Indonesia.

Seperti maraknya pencemaran lingkungan, penyebaran virus penyebab

penyakit, bencana alam, kelangkaan energi, dan kurangnya lapangan

pekerjaan. Dalam hal ini, Pembangunan Berkelanjutan (PB) dianggap

penting karena membahas mengenai dimensi lingkungan, dimensi sosial,

dan dimensi ekonomi. Jika masyarakat sudah mengetahui pentingnya

pembangunan berkelanjutan, maka masyarakat dapat memperbaiki masa

yang akan datang.

Pendidikan untuk Pembangunan Berkelanjutan (PPB) bertujuan untuk

mendukung pemahaman yang lebih baik tentang konsep, konten, dan proses

PPB agar terjadi perubahan mendasar dalam perilaku siswa dan mendorong

terwujudnya masyarakat yang berkelanjutan. Pengetahuan siswa mengenai

PPB dapat menciptakan sikap yang positif terhadap lingkungan, sosial, dan

ekonomi yang berkelanjutan. Dengan demikian, penulis menduga adanya

hubungan pengetahuan dengan sikap siswa mengenai PPB. Adapun

kerangka berpikir pada penelitian ini sebagai berikut:

Page 60: HUBUNGAN PENGETAHUAN DENGAN SIKAP SISWA TENTANG PENDIDIKAN UNTUK PEMBANGUNAN BERKELANJUTANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52059... · 2020. 8. 25. · iii LEMBAR

45

Gambar 2.3 Kerangka Berpikir

D. Hipotesis Penelitian

Adapun hipotesis penelitian dalam penelitian ini adalah terdapat hubungan

yang signifikan antara pengetahuan dengan sikap siswa mengenai Pendidikan

untuk Pembangungan berkelanjutan.

Masalah

1. Banyaknya isu kerusakan lingkungan, kelangkaan sumber energi,

penyebaran virus penyebab penyakit, dan kurangnya lapangan pekerjaan.

2. Rendahnya pemahaman siswa tentang pendidikan untuk pembangunan

berkelanjutan yang mencakup dimensi lingkungan, dimensi sosial dan

dimensi ekonomi.

3. Kurangnya kesadaran siswa untuk menerapkan hidup berkelanjutan sebagai

generasi yang akan datang.

Pendidikan untuk Pembangunan Berkelanjutan

(PPB)

Dimensi PPB:

1. Sosial

2. Lingkungan

3. Ekonomi

Pengetahuan PPB Sikap PPB

Mengetahui hubungan pengetahuan dengan sikap mengenai PPB

Page 61: HUBUNGAN PENGETAHUAN DENGAN SIKAP SISWA TENTANG PENDIDIKAN UNTUK PEMBANGUNAN BERKELANJUTANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52059... · 2020. 8. 25. · iii LEMBAR

46

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di SMA 107 Jakarta tahun pelajaran 2018/2019.

Adapun penelitian dilaksanakan pada tanggal 21 – 23 Januari tahun 2019.

B. Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode penelitian korelasional. Menurut

Sukmadinata (2005, hlm.56), penelitian korelasional ditujukan untuk

mengetahui hubungan suatu variabel dengan variabel-variabel lain. Hubungan

antara satu dengan beberapa variabel lain dapat dinyatakan dengan besarnya

koefisien korelasi dan keberartian (signifikansi). Koefisien korelasi

dilambangkan dengan “r”, memiliki rentang interval -1 ≤ r ≤ 1. Semakin

mendekati 1 atau -1 antar variabel yang diteliti semakin kuat (Mahmud, 2011,

hlm.104).

Page 62: HUBUNGAN PENGETAHUAN DENGAN SIKAP SISWA TENTANG PENDIDIKAN UNTUK PEMBANGUNAN BERKELANJUTANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52059... · 2020. 8. 25. · iii LEMBAR

47

Hasil Kebutuhan Penelitian

Studi Literatur Pembangunan Berkelanjutan (PB) dan

Pendidikan untuk Pembangunan Berkelanjutan (PPB)

Penyusunan Instrumen Penelitian

Angket Pemahaman Awal

PB dan PPB

Angket Pengetahuan dan

Sikap PPB

Validitas dan Realibilitas Instrumen

Pengambilan Data

Angket Pemahaman Awal PB dan PPB

Pengetahuan PPB Sikap PPB

Temuan Data

Analisis Data

Kesimpulan:

Terdapat hubungan yang signifikan antara pengetahuan dengan sikap

mengenai Pendidikan untuk Pembangunan Berkelanjutan

C. Alur Penelitian

Adapun alur penelitian dalam penelitian ini sebagai berikut:

Tahap Perencanaan

Tahap Pelaksanaan

Tahap Penyelesaian

Gambar 3.1 Alur Penelitian

Page 63: HUBUNGAN PENGETAHUAN DENGAN SIKAP SISWA TENTANG PENDIDIKAN UNTUK PEMBANGUNAN BERKELANJUTANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52059... · 2020. 8. 25. · iii LEMBAR

48

D. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Menurut Eriyanto (2007, hlm. 61), populasi adalah semua bagian atau

anggota dari objek penelitian yang berada pada suatu wilayah dan memenuhi

syarat-syarat tertentu berkaitan dengan masalah penelitian (Riduwan, 2013,

hlm. 11) sebagai sasaran untuk mendapatkan dan mengumpulkan data

(Subagyo, 2004, hlm. 23). Dalam penelitian ini yang menjadi populasi adalah

siswa kelas X, XI, XII IPA di kawasan Industri Jakarta Timur.

2. Sampel

Sampel merupakan bagian dari populasi yang mempunyai ciri-ciri atau

keadaan tertentu yang akan diteliti. Karena tidak semua data dan informasi

akan diproses dan tidak semua orang akan diteliti melainkan cukup dengan

menggunakan sampel yang mewakilinya (Riduwan, 2013, hlm. 11). Dalam

penelitian ini sampel yang diambil adalah siswa kelas X, XI, dan XII IPA

SMAN 107 Jakarta yang berjumlah 271 siswa. Pengambilan sampel

menggunakan teori terbatas (nonprobability sampling) yakni teknik sampling

yang tidak memberikan kesempatan (peluang) pada setiap anggota populasi

untuk dijadikan anggota sampel (Riduwan, 2013, hlm. 61), dengan teknik

purposive sampling yaitu pengambilan sampel berdasarkan pertimbangan

subyektif peneliti, persyaratan dibuat sebagai kriteria harus dipenuhi sebagai

sampel (Subagyo, 2004, hlm. 23) atau untuk tujuan tertentu (Riduwan, 2013,

hlm. 63). Berdasarkan latar belakang di atas, maka sampel adalah siswa yang

berada di sekitar kawasan industri. Siswa – siswa kelompok IPA SMAN 107

Jakarta memenuhi kriteria sebagai sekolah yang berada sekitar 4 Km dari

Kawasan Industri Pulogadung.

E. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data adalah cara-cara yang dapat digunakan oleh

peneliti untuk mengumpulkan data (Arikunto, 2007, hlm. 100). Teknik

pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini dengan menyebarkan

Page 64: HUBUNGAN PENGETAHUAN DENGAN SIKAP SISWA TENTANG PENDIDIKAN UNTUK PEMBANGUNAN BERKELANJUTANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52059... · 2020. 8. 25. · iii LEMBAR

49

angket kepada siswa. Adapun angket yang disebar yaitu angket pemahaman

awal siswa mengenai PPB, angket pengetahuan dan sikap siswa mengenai PPB.

F. Instrumen Penelitian

Instrumen merupakan alat bantu yang dipilih dan digunakan oleh peneliti

dalam pengumpulan data agar kegiatan tersebut menjadi sistematis dan

dipermudah olehnya (Riduwan, 2013, hlm. 69). Penelitian ini menggunakan

instrumen berupa:

1. Angket

Angket merupakan daftar pernyataan yang diberikan kepada orang lain

bersedia memberikan respons (Riduwan, 2013, hlm. 71). Penelitian ini

menggunakan 2 angket, yaitu angket pemahaman awal siswa mengenai

Pembangunan Berkelanjutan (PB) dan Pendidikan untuk Pembangunan

Berkelanjutan (PPB), serta angket pengetahuan dan sikap siswa mengenai PPB.

Angket pemahaman awal siswa mengenai PB dan PPB menggunakan

skala Guttman. Skala Guttman merupakan skala kumulatif. Jika seseorang

mengiyakan pertanyaan atau pertanyaan yang berbobot lebih berat, maka ia

juga akan mengiyakan pertanyaan atau pertanyaan yang kurang berbobot

lainnya (Nazir, 2009, hlm. 340), sehingga jawaban yang bersifat jelas (tegas)

dan konsisten (Riduwan, 2007, hlm. 16). Skala yang digunakan pada angket

pengetahuan dan sikap siswa mengenai PPB yaitu skala Likert. Skala Likert

digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau

sekelompok tentang kejadian atau gejala sosial (Riduwan, 2007, hlm. 12).

Skala Likert menggunakan hanya item yang secara pasti baik dan secara pasti

buruk, tidak dimasukkan yang agak baik, yang agak kurang, yang netral, dan

ranking lain di antara dua sikap yang pasti di atas (Nazir, 2009, hlm. 339).

Kedua angket tersebut merupakan jenis angket tertutup (angket berstruktur

yaitu angket yang disajikan dalam bentuk sedemikian rupa sehingga responden

diminta untuk memilih satu jawaban yang sesuai dengan karakteristik dirinya

dengan memberikan tanda silang (x) atau tanda centang (√ ) (Riduwan, 2013,

hlm. 72). Adapun penskoran dalam angket terdapat dalam tabel 3.2.

Page 65: HUBUNGAN PENGETAHUAN DENGAN SIKAP SISWA TENTANG PENDIDIKAN UNTUK PEMBANGUNAN BERKELANJUTANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52059... · 2020. 8. 25. · iii LEMBAR

50

Tabel 3.1 Penskoran Skala Angket

No. Alternatif Jawaban Skor Pernyataan

positif

Skor Pernyataan

Negatif

1 Sangat Setuju 4 1

2 Setuju 3 2

3 Tidak Setuju 2 3

4 Sangat Tidak Setuju 1 4

Angket yang digunakan yaitu angket pemahaman awal siswa mengenai PB

dan PPB, serta angket pengetahuan dan sikap siswa mengenai PPB. Angket

pemahaman awal siswa mengenai PB dan PPB merupakan hasil adaptasi dari

angket Pemahaman tentang PB dan PPB, Park, dkk. (2016). Angket

pemahaman awal PPB digunakan untuk mengukur pemahaman awal mengenai

PB dan PPB. Angket pengetahuan dan sikap siswa mengenai PPB merupakan

pengembangan dari indikator Pusat Penelitian Kebijakan dan Pengembangan

Kementrian Pendidikan Nasional (2010). Angket pengetahuan dan sikap PPB

digunakan untuk mengukur bagaimana pengetahuan dan sikap siswa mengenai

PPB, angket pengetahuan dan sikap siswa mengenai PPB diberikan setelah

mengisi angket pemahaman awal mengenai PB dan PPB.

G. Uji Coba Instrumen

Dalam menyusun sebuah instrumen, instrumen tersebut harus benar-benar

dapat menggambarkan tujuan dari penelitiannya (valid) dan juga dapat konsisten

apabila pernyataan tersebut dijawab dalam waktu yang berbeda (reliabel) (Noor,

2012, hlm.164).

1. Uji Validitas

Validitas instrumen penelitian berguna untuk mengetahui apakah

instrumen itu dapat mengukur apa yang akan diukur (Nurgiyantoro, Gunawan

dan Marzuki, 2012, hlm.338). Validitas instrumen dibedakan ke dalam dua

katagori, yaitu validitas yang pertimbangannya lewat analisis rasional dan yang

kedua berdasarkan analisis empirik (Nurgiyantoro, Gunawan dan Marzuki,

2012, hlm.339).

Page 66: HUBUNGAN PENGETAHUAN DENGAN SIKAP SISWA TENTANG PENDIDIKAN UNTUK PEMBANGUNAN BERKELANJUTANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52059... · 2020. 8. 25. · iii LEMBAR

51

Jenis validitas yang pertimbangannya melalui analisis rasional adalah

validitas isi dan validitas konstruk. Validitas isi berguna untuk mengetahui

kesesuaian antara instrumen dengan tujuan dan deskripsi masalah yang akan

diteliti. Sedangkan validitas konstruk berguna untuk mengetahui apakah butir-

butir pertanyaan dalam instrumen itu telah sesuai dengan konsep keilmuan

yang bersangkutan (Nurgiyantoro, Gunawan dan Marzuki, 2012, hlm.339).

Dalam penelitian ini, instrumen PPB dilakukan validitas isi dan konstruk

kepada lima dosen ahli. Hasil validitas isi dan konstruk terdapat pada lampiran

1, 2, dan 3.

Jenis validitas kedua yang bersifat empirik memerlukan data-data di

lapangan dari hasil uji coba yang berwujud data kuantitatif (Nurgiyantoro,

Gunawan dan Marzuki, 2012, hlm.340). Adapun perhitungan validitas pada

penelitian ini menggunakan SPSS.22. Jika terdapat yang signifikan maka

indikator tersebut dikatakan valid dan sebaliknya jika tidak signifikan maka

indikator tersebut tidak valid (Supriyadi, 2014, hlm.33-38).

Adapun kisi-kisi angket pemahaman awal mengenai PB dan PPB ini

terdapat pada tabel 3.2.

Tabel. 3.2 Kisi-kisi Angket Pemahaman Awal mengenai PB dan PPB

Indikator Nomor

Soal

Butir

soal

Pengetahuan mengenai pembangunan

berkelanjutan (PB) 1 1

Pengetahuan mengenai pendidikan

untuk pembangunan berkelanjutan

(PPB)

2 1

Sumber mendapatkan informasi

mengenai PB dan PPB 3 1

Pemahaman mengenai PB dan PPB 4 1

Pemahaman mengenai konsep PB 5 1

Pemahaman mengenai tujuan PPB 6 1

Adapun kisi-kisi angket pengetahuan dan sikap siswa mengenai PPB

setelah dilakukan validasi.

Page 67: HUBUNGAN PENGETAHUAN DENGAN SIKAP SISWA TENTANG PENDIDIKAN UNTUK PEMBANGUNAN BERKELANJUTANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52059... · 2020. 8. 25. · iii LEMBAR

52

Tabel. 3.3 Kisi-kisi Angket Pengetahuan Dan Sikap mengenai PB dan PPB

Dimensi Aspek

Indikator

Nomor Soal

Buti

r

Soal

Positi

f

Negat

if

Sosial Kesehatan Kesadaran diri

untuk hidup

bersih

Mengetahui

konsep

hidup bersih

8 1

Menyenangi

hidup bersih

1 1

Kesadaran diri

untuk sehat

jiwa dan raga

Memahami

pentingnya

sehat jiwa

dan raga

2 1

Menyadari

pentingnya

sehat jiwa

dan raga

16*,1

8

2

Menjaga

kebersihan

Memahami

pentingnya

menjaga

kebersihan

9 1

Mendukung

pentingnya

menjaga

kebersihan

3,17 2

Menjaga

kesehatan

lingkungan

sekitar

Memahami

menjaga

kesehatan

lingkungan

sekitar

9 1

Page 68: HUBUNGAN PENGETAHUAN DENGAN SIKAP SISWA TENTANG PENDIDIKAN UNTUK PEMBANGUNAN BERKELANJUTANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52059... · 2020. 8. 25. · iii LEMBAR

53

Mendukung

pentingnya

kesehatan

lingkungan

sekitar

10 14 2

HIV/AIDS Pemahaman

tentang

HIV/AIDS

Memahami

HIV/AIDS

4 1

Kesadaran diri

tentang bahaya

HIV

Menyadari

tentang

bahaya

HIV/AIDS

12 1

Narkoba Pemahaman

tentang

narkoba

Memahami

narkoba

11 1

Kesadaran diri

tentang bahaya

narkoba

Menyadari

bahaya

narkoba

5,6,15 13 4

Lingkunga

n

Energi Mempertahank

an keberadaan

energi

Mengetahui

pentingnya

energi

22,24 26 3

Menyadari

pentingnya

mempertaha

nkan

keberadaan

energi

20,23 32*,3

9

4

Mengurangi

krisis energi

Mengetahui

penyebab

kelangkaan

energi

21 25* 2

Menyadari

pentingnya

mengurangi

kelangkaan

energi

19,30,

33,37

*

4

Page 69: HUBUNGAN PENGETAHUAN DENGAN SIKAP SISWA TENTANG PENDIDIKAN UNTUK PEMBANGUNAN BERKELANJUTANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52059... · 2020. 8. 25. · iii LEMBAR

54

Sampah Pencegahan

sampah

Mengetahui

problematik

a sampah

34 1

Mendukung

pencegahan

sampah

29,36 27*,3

8

4

Pengelolaan

sampah

Mengetahui

manfaat

pengelolaan

sampah

28 1

Mendukung

pengelolaan

sampah

31 35 2

Ekonomi

Penguranga

n

Kemiskinan

Penciptaan

lapangan kerja

Mengetahui

tujuan

penciptaan

lapangan

kerja

42 1

Pemberdayaan

masyarakat

Mengetahui

tujuan

pemberdaya

an

masyarakat

40,43 2

Produksi &

konsumsi

berkelanjuta

n

Pengendalian

produksi dan

konsumsi yang

berlebihan

Mengetahui

makna

produksi

berkelanjuta

n

48 50* 2

Menyadari

pentingnya

produksi

berkelanjuta

n

45 46 2

Mendukung

upaya

produksi

41 1

Page 70: HUBUNGAN PENGETAHUAN DENGAN SIKAP SISWA TENTANG PENDIDIKAN UNTUK PEMBANGUNAN BERKELANJUTANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52059... · 2020. 8. 25. · iii LEMBAR

55

*soal yang tidak valid.

Validitas instrumen penelitian ini diujikan pada kelas XI IPA 2 dan XI IPA

3 SMAN 1 Cisarua. Siswa diberikan angket pengetahuan dan sikap mengenai

PPB yang terdiri dari 50 item pernyataan. Hasil analisis instrumen menunjukan

bahwa dari 50 item pernyataan terdapat 44 item pernyataan yang valid dan 6

item pernyataan yang tidak valid, hal ini dapat dilihat dari taraf signifikansi hasil

pengolahan SPSS dengan taraf signifikansi 5%. Hasil Validitas empirik

instrument terdapat pada lampiran 5 dan 6.

H. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian adalah sebagai

berikut:

1. Deskripsi Data

Data yang diperoleh dideskripsikan dengan menganalisis bagaimana

hubungan pada ukuran pemusatan data pengetahuan dan sikap mengenai PPB

yang terdiri dari nilai rata-rata (mean), nilai tengah (median) dan modus

(Martono, 2010, hlm. 69). Ukuran pemusatan belum memberikan gambaran

yang mencukupi bagi sekolompok data, data selain memiliki kecenderungan

memusat data juga memiliki kecenderungan memencar (dispersi), oleh

berkelanjuta

n

Mengetahui

makna

konsumi

berkelanjuta

n

49 47 2

Menyadari

pentingnya

konsumsi

berkelanjuta

n

42 1

Jumlah 50

Page 71: HUBUNGAN PENGETAHUAN DENGAN SIKAP SISWA TENTANG PENDIDIKAN UNTUK PEMBANGUNAN BERKELANJUTANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52059... · 2020. 8. 25. · iii LEMBAR

56

karena itu dalam penelitian juga dianalisis ukuran pemencaran data

(Wibisono, 2009,hlm. 193). Dalam penelitian ini informasi yang dapat

melengkapi mengenai pemencaran data salah satunya dengan besaran standar

deviasi (Arikunto, 2007, hlm.286).

2. Uji Prasyarat Analisis dan Hipotesis.

Sebelum melakukan teknik statistik parametrik atau non prametrik yang

digunakan untuk menganalisis data, (Arikunto, 2007, hlm. 300).

1) Uji Normalitas

Uji normalitas pada penelitian ini digunakan Kolmogorov smirnov. Jika

probabilitasi > 0,05, maka H0 diterima atau data berdistribusi normal.

Sebaliknya jika probabilitasi < 0,05, maka H0 ditolak atau data berdistribusi

tidak normal (Kadir, 2016, hlm. 157). Dalam penelitian ini uji normalitas

diolah dengan menggunakan program SPSS.22.

2) Uji Homogenitas

Uji homogenitas dimaksudkan untuk menguji kelompok data sampel

yang diteliti berasal dari populasi yang memiliki variansi yang sama

(Supranto dan Limakrisna, 2013, hlm.155). Jika p-value > 0,05, maka H0

diterima atau data homogen. Sebaliknya jika p-value < 0,05, maka H0

ditolak atau data tidak homogen (Kadir, 2016, hlm. 170). Pada penelitian

ini homogenitas diuji dengan menggunakan program SPSS.22.

3) Uji Linieritas

Salah satu syarat melakukan uji hipotesis adalah uji linearitas. Jika p-

value > 0,05, maka H0 diterima atau data linear atau berupa garis linear.

Sebaliknya jika p-value < 0,05, maka H0 ditolak atau data tidak linear

(Kadir, 2016, hlm. 186). Pada penelitian ini dilakukan uji linieritas

menggunakan SPSS 22.

Hipotesis statistik:

H0 : Y = α + βX (regresi linear)

H1 : Y ≠ α + βX (regresi tidak linear)

Page 72: HUBUNGAN PENGETAHUAN DENGAN SIKAP SISWA TENTANG PENDIDIKAN UNTUK PEMBANGUNAN BERKELANJUTANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52059... · 2020. 8. 25. · iii LEMBAR

57

4) Analisis Regresi

Analisis regresi mempelajari apakah antara dua variabel atau lebih

mempunyai hubungan atau tidak dan mengukur kekuatan pengaruhnya serta

membuat ramalan yang didasarkan kepada kuat lemahnya

pengaruh/hubungan tersebut (Kadir, 2016, hlm. 176). Jika p-value > 0,05,

maka H0 diterima atau regresi tidak berarti. Sebaliknya jika probabilitasi <

0,05, maka H0 ditolak atau data tidak linear (Kadir, 2016, hlm. 186).

Hipotesis statistik:

H0 : β = 0 (regresi tak berarti)

H1 : β ≠ 0 (regresi tidak berarti)

5) Uji Hipotesis

Uji korelasi digunakan untuk menguji hubungan antara dua variabel

yang tidak menunjukan hubungan fungsional. Uji korelasi tidak

membedakan variabel dependen ataupun variabel independen. Keeratan

hubungan ini dinyatakan dalam bentuk koefisien korelasi (Nuraida dan

Halid, 2009, hlm.132).

Teknik korelasi yang digunakan adalah teknik korelasi Product Moment.

Menurut Arikunto (2007, hlm. 237) teknik yang dikemukakan pearson ini

digunakan untuk mengetahui ada tidaknya korelasi antara dua variabel

berjenis interval. Teknik korelasi Product Moment dapat digunakan apabila

variabel yang kita korelasikan berbentuk gejala atau data bersifat kontinu,

sampel yang diteliti mempunyai sifat homogen, dan regresinya merupakan

regresi linear (Sudiyono, 2006, hlm. 191).

Menurut Sudiyono (2006, hlm. 193) dalam memberikan interpretasi

secara sederhana terhadap Angka Indeks korelasi “r” Product Moment (rxy)

pada umumnya dipergunakan pedoman atau ancar-ancar sebagai berikut

Page 73: HUBUNGAN PENGETAHUAN DENGAN SIKAP SISWA TENTANG PENDIDIKAN UNTUK PEMBANGUNAN BERKELANJUTANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52059... · 2020. 8. 25. · iii LEMBAR

58

Besarnya “r”

Product Moment”

(rxy)

Interpretasi

0,00 – 0,20

Antara Variabel X dan Variabel Y memang

terdapat korelasi, akan tetapi korelasi itu sangat

lemah atau sangat rendah sehingga korelasi itu

diabaikan (dianggap tidak ada korelasi antara

Variabel X dan Variabel Y)

0,20 – 0,40 Antara Variabel X dan Variabel Y terdapat

korelasi yang lemah atau rendah

0,40 – 0,70 Antara Variabel X dan Variabel Y terdapat

korelasi yang sedang atau cukupan

0,70 – 0,90 Antara Variabel X dan Variabel Y terdapat

korelasi yang kuat atau tinggi

0,90 – 1,00 Antara Variabel X dan Variabel Y terdapat

korelasi yang sangat kuat atau sangat tinggi

6) Uji Determinasi

Uji Determinasi atau koefisien determinasi (Koefisien Penentuan)

dilakukan untuk mengetahui besar kontribusi variabel X terhadap naik atau

turunnya variabel Y. Adapun rumus untuk menghitung koefisien penentuan

adalah sebagai berikut :

KP = r 2 x 100%

Keterangan :

KP : Koefisien penentuan

r : Koefisien korelasi pearson (Supranto, 1995, hlm.146).

I. Hipotesis Statistik

Hipotesis statistik berdasarkan hipotesis yang telah ditetapkan, yaitu:

H0: ρ = 0

H1: ρ ≠ 0

Keterangan :

H0 = terdapat hubungan antara pengetahuan dengan sikap siswa mengenai

PB dan PPB.

H1 = tidak terdapat hubungan antara pengetahuan dengan sikap siswa

mengenai PB dan PPB.

Page 74: HUBUNGAN PENGETAHUAN DENGAN SIKAP SISWA TENTANG PENDIDIKAN UNTUK PEMBANGUNAN BERKELANJUTANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52059... · 2020. 8. 25. · iii LEMBAR

78

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan sebagai berikut terdapat

hubungan yang signifikan antara pengetahuan dengan sikap siswa tentang PPB.

Pengetahuan dan sikap mengenai PPB memiliki hubungan yang kuat, dengan

Rhitung sebesar 0,730.

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan di atas, dapat diberikan beberapa saran sebagai

berikut:

1. Bagi pihak-pihak yang terkait dalam bidang pendidikan, hendaknya

mengintegrasikan PPB dan mencantumkannya di silabus pembelajaran.

2. Bagi guru, sebaiknya meningkatkan pengetahuan mengenai PPB, agar

mampu menerapkan secara efektif dalam pembelajaran sehingga siswa

memahami dan menguasainya. Salah satu cara meningkatkan pemahaman

guru mengenai PPB adalah melakukan pengayaan.

3. Bagi peneliti selanjutnya hendaknya meneliti lebih detail terkait aspek-

aspek PPB yang belum ada pada penelitian ini.

Page 75: HUBUNGAN PENGETAHUAN DENGAN SIKAP SISWA TENTANG PENDIDIKAN UNTUK PEMBANGUNAN BERKELANJUTANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52059... · 2020. 8. 25. · iii LEMBAR

79

DAFTAR PUSTAKA

Agung, I. (2012). Strategi Penerapan Pendidikan Pembangunan Berkelanjutan

(ESD) di Sekolah. Jakarta: Bee Media Indonesia.

Akinlolu G, O., Grace M, B., Damilola, B., dan Esther O, A. (2017). Awarness and

Knowledge of the Sustainable. Ethiop J Health Sci. Sci.2017;27(6):669. DOI

http://dx.doi.org/10.4314/ejhs.v27i6.12.

Akinwale, Y. O., Ogundari, I. O., Ilevbare, O. E., & Adepoju, A. O. (2014). A

Descriptive Analysis of Public Understanding and Attitudes of Renewable

Energy Resources towards Energy Access and Development in Nigeria.

International Journal of Energy Economics and Policy, (4)4, 636-646, ISSN:

2146-4553. www.econjournals.com

Al-Naqbi, A.K., & Alshannag, Q. (2017). The status of education for sustainable

development and sustainability knowledge, attitudes, and behaviors of UAE

University students. Emeraldinsight International Journal of Sustainabilitty in

Higher Education. DOI 10.1108/IJSHE-06-2017-0091.

Amanda, M., Humaedi, S., & Santoso, M. B. (2017). Penyalahgunaan Narkoba Di

Kalangan Remaja (Adolescent Substance Abuse). Jurnal Penelitian & PPM,

4(2), 339-245, ISSN: 2442-448X.

Ambusaidi, A., & Al Washahi, M. (2016). Prospective Teachers’ Perceptions about

the Concept of Sustainable Development and Related Issues in Oman. Journal

of Education for Sustainable Development. 10, (1), 3-19,

10.1177/0973408215625528

Arikunto, S. (2007). Manajemen Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.

Ayuningtyas, D., Misnaniarti, & Rayhani. M. (2018). Analisis Situasi Kesehatan

Mental Masyarakat di Indonesia dan Strategi Penanggulangannya. Jurnal Ilmu

Kesehatan Masyarakat, 9(1), 1-10, p-ISSN 2086-6380, e-ISSN 2548- 7949.

https://doi.org/10.26553/jikm.2018.9.1.1-10.

Azapagic, A., Perdan, S., dan Shallcross, D. (2005). How much do engineering

students know about sustainable development? The findings of an International

survey and possible implications for the engineering curriculum. European

Page 76: HUBUNGAN PENGETAHUAN DENGAN SIKAP SISWA TENTANG PENDIDIKAN UNTUK PEMBANGUNAN BERKELANJUTANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52059... · 2020. 8. 25. · iii LEMBAR

80

Journal of Engineering Education. 30 (1), 1-19, DOI:

10.1080/03043790512331313804.

Aziz, G. A., Rochaida, E., & Warsilan. (2016). Faktor Faktor Yang Mempengaruhi

Kemiskin Di Kabupate Kutai Kartanegara. Jurnal Ekonomi Keuangan, dan

Manajemen, 12(1), p-ISSN: 0216-7786, 29-48, e-ISSN: 2528-1097.

http://journal.feb.unmul.ac.id.

Badan Pusat Statistik Provinsi DKI Jakarta. (2019). Tingkat Kemiskinan dan

Ketimpangan 2018 Di DKI Jakarta. Jakarta: BPS

Borges, F. (2019). Knowledge, Attitudes and Behaviours Concerning Sustainable

Development: A Study among Prospective Elementary Teachers. Canadian

Center of Science and Education. 9 (2), ISSN 1925-4741 DOI

10.5539/hes.v9n2p22.

Burmeister, M., & Eilks, I. (2013). An understanding of sustainability and

education for sustainable development among German student teachers and

traince teachers of chemistry. Science Education International, 24 (2), 167–

194.

Damsar. (2012). Pengantar Sosiologi Pendidikan. Jakarta: Kencana.

Darmawan, D., & Fadjarajani, S. (2016). Hubungan Antara Pengetahuan dan Sikap

Pelestarian Lingkungan dengan Perilaku Wisatawan Dalam Menjaga

Kebersihan Lingkungan. Jurnal Geografi. 4 (1), ISSN 1907 – 302.

Dua, M. (2011). Kebebasan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Sebuah Esei Etikai.

Yogyakarta: Kansius.

Dube, T., dan Lubben, F. 2013. Swazi Teachers’ Views on the Use of Cultural

Knowledge for Interrating Education for Sustainable Development into

Science Teaching. African journal of Research in Mathematucs, Science and

Technology Education. 15 (3), 68-83, DOI:

10.1080/10288457.2011.10740719.

Eriyanto. (2007). Teknik Sampling Analisis Opini Publik. Yogyakarta: LKis.

Fairus, S., Novianti, M. D., Nursetyowati, P., & Azizi, A. (2019). Komposter

Mandiri Sebagai Bentuk Pemberdayaan Bank Sampah Rw 01 Di Kelurahan

Page 77: HUBUNGAN PENGETAHUAN DENGAN SIKAP SISWA TENTANG PENDIDIKAN UNTUK PEMBANGUNAN BERKELANJUTANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52059... · 2020. 8. 25. · iii LEMBAR

81

Cisalak Depok, Jawa Barat. Indonesian Journal of Social Responsibility, 1(1),

1-16.

Fandari, A. E., Daryanto, A., & Suprayitno, G. (2014). Pengembangan Energi Panas

Bumi yang Berkelanjutan. Jurnal Ilmiah Semesta Teknika, 17(1), 68-82.

Hamalik, O. (2013). Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara.

Hanani, S. (2016). Sosiologi Pendidikan Keindonesiaan. Jogjakarta: Ar-Ruz

Media.

Hartini, S., Sudrajat, T., & Pratama, T.S. (2018). Pendidikan Narkoba Terhadap

Pelajar Untuk Mewujudkan Generasi Bebas Narkoba (Prosiding). Seminar

Nasional dan Call Papers. ISBN 978-602-1643-617.

Herindrasti, S. (2018). Drug-free ASEAN 2025: Tantangan Indonesia dalam

Penanggulangan Penyalahgunaan Narkoba. Jurnal Hubungan Internasional,

(7)1, 19-33. https://doi.org/10.18196/hi.71122.

Ikejiaku, B. V. (2009). The Concept ‘Poverty’ towards Understanding in the

Context of Developing Countries ‘Poverty qua Poverty’: with Some

Comparative Evidence on Britain. Journal of Sustainable Development, 2(2),

3-13.

Irlansari, A., & Hardati, P. (2019). Pelaksanaan Program Adiwiyata Berdasarkan

Komponen Berbasis Lingkungan. Edu Geography, 7 (3), ISSN 2252-6684.

Izverciana, M., & Ivascu, L. (2015). Waste management in the context of

sustainable development: Case study in Romania. Procedia Economics and

Finance, 26, 717 – 721. doi: 10.1016/S2212-5671(15)00825-4.

Jalaludin. (2014). Filsafat Ilmu Pengetahuan Filsafat, Ilmu Pengetahuan dan

Peradaban. Jakarta: Rajawali Press.

Kadir. (2016). Statistik Terapan Konsep Contoh dan Analisis Data dengan

Program SPSS/Lisrel dalam Penelitian Edisi Kedua. Jakarta: Rajawali Press.

Kagawa, F. (2007). Dissonance in students’ perceptions of sustainable development

and sustainability implications for curriculum change. International Journal of

Sustainability in Higher Education. 8 (3), pp. 317-338 DOI

10.1108/14676370710817174.

Page 78: HUBUNGAN PENGETAHUAN DENGAN SIKAP SISWA TENTANG PENDIDIKAN UNTUK PEMBANGUNAN BERKELANJUTANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52059... · 2020. 8. 25. · iii LEMBAR

82

Kartiasiha, F., Syaukat, Y., & Anggraeni, L. 2012. Determinan Intensitas Energi di

Indonesia. Jurnal Ekonomi dan Pembangunan Indonesia, 12(2), 192-214,

ISSN: 1411-5212.

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2017). Laporan Perkembangan

HIV-AIDS & Penyakit Infeksi Menular Seksual (PIMS) Triwulan 1 Tahun

2017. Jakarta: Kemenkes.

Listiawati, N. (2013). Pelaksanaan Pendidikan untuk Pembangunan Berkelanjutan

Oleh Beberapa Lembaga. Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, 19(3), 430-450.

Lubis, A. (2007). Energi Terbarukan Dalam Pembangunan Berkelanjutan. Jurnal

Teknik Lingkungan, 8(2), 155-162, ISSN: 1441-318.

Mahmud. (2011). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Pustaka Setia.

Mandal, B. C., Wilkins, E. G., Dunbar, E. M., & Mayon-White, R. T. (2006).

Penyakit Infeksi. Jakarta: Erlangga.

Manik. (2016). Pengelolaan Lingkungan Hidup. Jakarta: PRENADAMEDIA

GROUP.

Martono, N. (2010). Statistik Sosial Teori dan Aplikasi Program SPSS. Yogyakarta:

Gava Media.

Mar’at. (1981). Sikap Manusia Perubahan serta Pengukuran. Bandung: Ghalia

Indonesia.

Mediastika, C. E. (2013). Hemat Energi dan Lestari Lingkungan Melalui

Bangunan. Yogyakarta: C. V ANDI OFFSET.

Michalos, A.C., Creech, H., McDonald, C., dan Kahlke, P.M.H. (2011).

Knowledge, Attitudes and Behaviours, Concerning Education for Sustainable

Development: Two Explpratory Studies. Soc Indic Res 100:391-413 DOI

10.1007/s11205-010-9620-9.

Mujahidin, E., & Kurniasih, I. (2019). Penanggulangan Sampah dengan Pendekatan

Sosial di Kelurahan Kedung Halang Bogor. Jurnal Pendidikan Luar Sekolah.

13 (2), 052-061, DOI 10.32832/lpls.v13/2.2634.

Nazir, M. (2009). Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia.

Noor, J. (2012). Metodologi Penelitian: Skripsi, Tesis, Disertasi, dan Karya

Ilmiah. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Page 79: HUBUNGAN PENGETAHUAN DENGAN SIKAP SISWA TENTANG PENDIDIKAN UNTUK PEMBANGUNAN BERKELANJUTANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52059... · 2020. 8. 25. · iii LEMBAR

83

Notoatmodjo, S. (2007). Kesehatan Masyarakat: Ilmu dan Seni. Jakarta: Rineka

Cipta.

Nuraida, & Alkaf, H. (2009). Metodologi Penelitian Pendidikan. Tangerang:

Islamic Research Publishing.

Nurmasyitah, & Mislinawati. (2017). Upaya Pemerintah Dalam Menanggulangi

Kemiskinan. Jurnal Pesona Dasar, 1(5), 30-36, ISSN: 2337-9227.

Nurgiyantoro, B., Gunawan, Marzuki. (2012). Statistik Terapan untuk Penelitian

Ilmu-Ilmu Sosial. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Park, E., Kim, H., & Yu, S. (2016). Perceptions and Attitudes of Early Childhood

Teachers in Korea About Education for Sustainable Development. IJEC, 48,

369-385. DOI 10.1007/s13158-016-0176-y.

Pengelolaan Keungan OJK: Pendapatan Meningkat, Masyarakat Cenderung

Konsumtif. (2014, Desember). CNN Indonesia. Diakses dari

https://www.cnnindonesia.com/ekonomi/20141220232435-78-19533/ojk-

pendapatan-meningkat-masyarakat-cenderung-konsumtif

Pengguna Narkoba Bujan Aib, Jangan Malu Bawa Rehab ke BNN. (2015, April).

Tim BNNK Langsa. Diakses dari

http://www.bnn.go.id/read/berita/12801/pengguna-narkoba-bukan-aib-

jangan-malu-bawa-rehab-ke-bnn

Pengelolaan Keungan OJK: Pendapatan Meningkat, Masyarakat Cenderung

Konsumtif. (2014, Desember). CNN Indonesia. Diakses dari

https://www.cnnindonesia.com/ekonomi/20141220232435-78-19533/ojk-

pendapatan-meningkat-masyarakat-cenderung-konsumtif

Perkasa, M., & Aznam, N. (2016). Pengembangan SSP Kimia Berbasis Pendidikan

Berkelanjutan untuk Meningkatkan Literasi Kimia dan Kesadaran terhadap

Lingkungan. Jurnal Inovasi Pendidikan IPA, 2 (1), 46-57

doi:http://dx.doi.org/10.21831/jipi.v2i1.10269 ISSN: 2406-9205.

Perkasa, M., Agrippina., & Wiraningtyas. (2017). Pembelajaran Kimia Berorientasi

Sustainable Development untuk Meningkatkan Kesadaran Siswa Terhadap

Lingkungan. Jurnal Sainsmat, 6(2), 63-72, E-ISSN: 2579-5686, P-ISSN:

2086-6755. http://ojs.unm.ac.id/index.php/sainsmat.

Page 80: HUBUNGAN PENGETAHUAN DENGAN SIKAP SISWA TENTANG PENDIDIKAN UNTUK PEMBANGUNAN BERKELANJUTANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52059... · 2020. 8. 25. · iii LEMBAR

84

Poedjawijatna. (1991). Tahu dan Pengetahuan. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Poyoh, A., Kapantow, G. H. M., & Mandei, J. R. (2017). Faktor – Faktor Yang

Mempengaruhi Tingkat Penggangguran Di Provinsi Sulawesi Utara. Agri

Sosio Ekonomi Unsrat, 12(1A), 55-56, ISSN: 1907– 4298.

Prastowo, A. (2015). Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

Tematik Terpadu. Jakarta: Kencana.

Pratama, Y. C. (2014). Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kemiskinan

Di Indonesia. Jurnal Bisnis dan Manajemen, 4(2), 210-223.

Prince, C. (2010). Sowing the seeds: education for sustainability within the early

years curriculum. European Early Childhood Education Research Journal. 18

(3), 423-434, DOI: 10.1080/1350293X.2010.500082 ISSN: 1350-293X.

Purbantara, A., Purwono, E. J., & Rustiadi, T. (2013). Survei Kebersihan Pribadi

Siswa Sekolah Dasar Negeri Dalam Wilayah Pedesaan dan Perkotaan Di

Kabupaten Semarang Tahun Ajaran 2012/2013. Journal of Physical

Education, Sport, Health and Recreation, 2(6), 368-371, ISSN: 2252-6773.

http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/peshr.

Purwaningrum, P. (2016). Upaya Mengurangi Timbulan Sampah Plastik Di

Lingkungan. Jurusan Taknik Lingkungan, 8(2), 141-147.

Pusat Penelitian Kebijakan Badan Penelitian dan Pengembangan Kementrian

Pendidikan Nasional. (2010). Model Pendidikan untuk Pembangunan

Berkelanjutan. Jakarta.

Putri, I. A. S. M., & Yuliarmi, N. N. (2013). Beberapa Faktor Yang Memengaruhi

Tingkat Kemiskinan Di Provinsi Bali. E-Jurnal EP Unud, 2(10), 441-448

ISSN: 2303-0178.

Rahadian, A. H. (2016). Strategi Pembangunan Berkelanjutan. Prosiding Seminar

STIAMI, 3(1), 46-56, ISSN: 2355-2883.

Raharjo, S., Zulfan, M., Ihsan, T., & Ruslinda, Y. (2014). Perencanaan Sistem

Reduce, Reuse Dan Recycle Pengelolaan Sampah Di Kampus Universitas

Andalas Limau Manis Padang. Jurnal Teknik Lingkungan, 11(2), 79-87.

Riduwan. (2007). Skala Pengukuran Variabel-Variabel Penelitian. Bandung:

Alfabeta.

Page 81: HUBUNGAN PENGETAHUAN DENGAN SIKAP SISWA TENTANG PENDIDIKAN UNTUK PEMBANGUNAN BERKELANJUTANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52059... · 2020. 8. 25. · iii LEMBAR

85

Riduwan. (2013). Belajar Mudah Penelitian Untuk Guru Karyawan dan Peniliti

Pemula. Bandung: Alfabeta.

Sagala, F. P. (2000). Peran Energi Dalam Pembangunan Nasional Memasuki

Milenium. Widyanuklida, 3(1), 1-5.

Sahil, J., Muhdar, M. H. I. A., Rohman, F., & Syamsuri, I. (2016). Sistem

Pengelolaan dan Upaya Penanggulangan Sampah Di Kelurahan DufaDufa

Kota Ternate. Jurnal BIOeduKASI, 4(2), 478-487, ISSN: 2301-4678.

Sari, M. E. P. (2017). Peran Masyarakat dalam Mencapai Pola Konsumsi

Berkelanjutan. Trias Politika, 1(2), 1-15.

Sari, N. (2019). Tinjauan Yuridis Terhadap Upaya Pelajar/Mahasiswa Dalam

Memperoleh Narkoba (Studi pada Survei Penyalahgunaan Narkoba di

Kelompok Pelajar dan Mahasiswa Tahun 2016). Jurnal Penelitian Hukum DE

JURE, 19(1), 121-136, p-ISSN: 1410-5632, e-ISSN: 2579-8561.

http://dx.doi.org/10.30641/dejure.2019.V19.121-136.

Sasangka, H. (2003). Narkotika Psikotropika Dalam Hukum Pidana. Bandung:

Mandar Maju.

Setyosari, P. (2013). Metode Penelitian Pendidikan & Pengembangan. Jakarta:

Kencana Prenadamedia Grup.

Simarmata, B., Daulae, A.H., & Raihana. (2018). Hubungan Tingkat Pengetahuan

Lingkungan Hidup dengan Sikap Peduli Lingkungan Siswa. Jurnal Pelita

Pendidikan. 6 (4), 204-210, pISSN : 2338 – 3003 eISSN : 2502 – 3217.

Singh, J., Saxena, R., Bharti, V., & Singh, A. (2018). The Importance of Waste

Management to Environmental Sanitation: A Review. Advances in

Bioresearch, 9(2), 202-207, p-ISSN 0976-4585; e-ISSN 2277-1573. DOI:

10.15515/abr.0976-4585.9.2.202207.

Slameto. (2010). Belajar dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya. Jakarta:

Rineka Cipta.

Subagyo, J. (2004). Metode Penelitian Dalam Teori dan Praktek. Jakarta: Rineka

Cipta.

Page 82: HUBUNGAN PENGETAHUAN DENGAN SIKAP SISWA TENTANG PENDIDIKAN UNTUK PEMBANGUNAN BERKELANJUTANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52059... · 2020. 8. 25. · iii LEMBAR

86

Sudirman, F. A., & Phradiansah. (2019). Tinjauan Implementasi Pembangunan

Berkelanjutan: Pengelolaan Sampah Kota Kendari. Sospol: Jurnal Sosial

Politik, 5(2), 291-305.

Sudiyono, A. (2006). Pengantar Statistik Pendidikan. Jakarta: PT Raja Grafindo

Persada.

Sukmadinata. (2005). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Remaja

Rosdakarya.

Supranto, & Limakrisna, N. (2013). Petunjuk Praktis Ilmiah Untuk Menyusun

Skripsi, Tesis, dan Disertasi Edisi 3. Jakarta: Mitra Wacana Media.

Supriyadi, E. (2014). SPSS Plus Amos. Jakarta: In Media.

Szeremlei, A. K., & Magda. R. (2015). Sustainable Production And Consumption.

Journal on Bioeconomy and Sustainable Development. 4(2), 57-61. DOI:

10.1515/vjbsd-2015-0013.

Thalib, S. B. (2010). Psikologi Pendidikan Berbasis Analisis Empiris Aplikatif.

Jakarta: Kencana.

Tomas, L., Girgenti, S., dan Jackson, C. 2015. Pre-service teachers’ attitudes

toward education for sustainability and its relevance to their learning:

implications for pedagogical practice. Environmental Education Research.

DOI: 10.1080/13504622.2015.1109065.

Octavianty, L., Rahayu, A., Rahman, F., & Rosadi, D. (2015). Pengetahuan, Sikap

Dan Pencegahan Hiv/Aids Pada Ibu Rumah Tangga. Jurnal Kesehatan

Masyarakat, 11(1), 53-58, ISSN: 1858-1196. DOI

http://dx.doi.org/10.15294/kemas.v11i1.3464.

United Nations Educational, Scientific, and Cultural Organization. (2017).

Education for Sustainable Development Goals Learning Objectives. Prancis:

UNESCO.

Walshe, N. (2016). An interdisciplinary approach to environmental and

sustainability education: developing geography students’ understanding of

sustainable development using poetry. Environmental Education Research.

DOI: 10.1080/13504622.2016.1221887.

Page 83: HUBUNGAN PENGETAHUAN DENGAN SIKAP SISWA TENTANG PENDIDIKAN UNTUK PEMBANGUNAN BERKELANJUTANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52059... · 2020. 8. 25. · iii LEMBAR

87

Waskitoningtyas, R. S, Permatasari, B. I., & Prasetya, K. H. (2018). Penyuluhan

Kebersihan Diri Melalui Program Cuci Tangan Sebagai Bentuk Kesadaran

Siswa Pada SDN 014 Balikpapan Barat. Jurnal Terapan Abdimas, 3(1), 44-

53.

Wati, T., dan Fatkhuroyan. (2017). Analisis Tingkat Kenyamanan Di DKI Jakarta

Berdasarkan Indeks THI (Temperature Humadity Index). Jurnal Ilmu

Lingkungan, 15 (1). 57-63, doi:10.14710/jil.15.1.57-63.

Wiarto, G. (2013). Budaya Hidup Sehat. Yogyakarta: Gosyen Publishing.

Wibisono, Y. (2009). Metode Statistik. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Widodo, L., & Susanto, J. P. (2012). Pendekatan Pengelolaan Lingkungan Melalui

Produksi Dan Konsumsi Berkelanjutan. Jurnal Teknik Lingkungan, 127 – 138,

ISSN 1441-318X.

Yudo, S. (2014). Kondisi Pencemaran Air Sungai Cipinang Jakarta. Pusat

Teknologi Lingkungan, JAI 7 (2).

Zuhdiyaty, N. (2017). Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kemiskinan Di

Indonesia Selama Lima Tahun Terakhir (Studi Kasus Pada 33 Provinsi).

JIBEKA, 11(2), 27-31.

Zulkifli, A. (2014). Dasar-Dasar Ilmu Lingkungan. Jakarta: Salemba Teknika.