HUBUNGAN PENGALAMAN MENGAJAR DENGAN KOMPETENSI PEDAGOGIK GURU PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN SMP NEGERI DI KOTA SURAKARTA TAHUN 2009 Skripsi Oleh: Weni Kumalasari NIM K 6404061 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2010
53
Embed
HUBUNGAN PENGALAMAN MENGAJAR DENGAN KOMPETENSI …/Hubungan... · Undang –Undang Nomor 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen pasal 8 menyatakan bahwa : Guru wajib memiliki kualifikasi
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
HUBUNGAN PENGALAMAN MENGAJAR DENGAN KOMPETENSI
PEDAGOGIK GURU PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN
SMP NEGERI DI KOTA SURAKARTA TAHUN 2009
Skripsi
Oleh:
Weni Kumalasari
NIM K 6404061
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2010
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Di era globalisasi seperti sekarang keadaan dunia senantiasa mengalami
perubahan yang berlangsung secara cepat, menyeluruh, mendalam dan serba tidak
terduga. Dengan adanya perubahan tersebut manusia harus dapat mempersiapkan diri
menjadi sumber daya yang berkualitas agar dapat berkompetisi dalam percaturan
dunia yang semakin kompetitif. Sumber daya manusia berkualitas lahir dari
pendidikan yang berkualitas sehingga untuk dapat meningkatkan kualitas sumber
daya manusia diperlukan peningkatan mutu pendidikan nasional.
Undang-undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional,
Pasal 3 menyatakan bahwa :
Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, beraklak mulia, sehat, berilmu, cakap krteatif, mandiri, dan menjadi Warga Negara yang demokratis serta bertanggungjawab. Peningkatan mutu penidikan nasional membutuhkan spirit dan komitmen
dari semua elemen bangsa serta harus memfokuskan profesionalisme di semua aspek
dunia pendidikan. Guru merupakan salah satu komponen yang penting dalam usaha
peningkatan mutu pendidikan karena guru adalah faktor esensial dari
keberlangsungan pendidikan. Guru adalah faktor penggerak dari proses pendidikan
disamping menjadi faktor pendorong kemajuan dari sistem pendidikan. Oleh karena
itu guru dan pendidikan merupakan dua sisi mata uang yang tidak terpisahkan. Hal ini
menunjukkan betapa besarnya peranan guru dalam dunia pendidikan serta dalam
peningkatan mutu pendidikan nasional.
Oleh karena guru merupakan komponen penting dalam peningkatan mutu
pendidikan maka dibutuhkan guru yang profesional.
1
Undang –Undang Nomor 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen pasal 8
menyatakan bahwa :
Guru wajib memiliki kualifikasi akademik, kompetensi, sertifikat pendidikan,
sehat jasmani dan rohani serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan
pendidikan nasional.
Menurut Undang-Undang Nomor 14 tahun 2005 Pasal (9), (10), dan (12)
tentang Guru dan Dosen menyatakan bahwa :
Kualifikasi akademik adalah ijazah tentang akademik yang harus dimiliki oleh
guru dan dosen sesuai dengan jenis, jenjang, dan satuan pendidikan formal ditempat
penugasan. (Pasal 9)
Kompetensi adalah seperangkat pengetahuan, ketrampilan, dan perilaku yang
harus dimiliki oleh guru atau dosen dalam melaksanakan tugas keprofesionalannya.
(Pasal 10)
Sertifikat pendidik adalah bukti formal sebagai pengakuan yang diberikan
kepada guru dan dosen sebagai tenaga professional. (Pasal 12)
Kompetensi guru merupakan perpaduan antara kemampuan personal,
keilmuan, teknologi, dan sosial, dan spiritual yang membentuk kompetensi standar
profesi guru yang mencakup penguasaan materi, pemahaman terhadap peserta didik,
pembelajaran yang mendidik, pengembangan pribadi dan profesionalisme.
Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 tahun 2005
Pasal 28 ayat (3) Tentang Standar Nasional Pendidikan menyatakan bahwa :
Kompetensi sebagai agen pembelajaran pada jenjang pendidikan dasar dan
menengah serta pendidikan anak usia dini meliputi :
a. Kompetensi pedagogik; Kompetensi pedagogik adalah kemampuan pengelolaan pembelajaran peserta didik yang meliputi pemahaman terhadap peserta didik, perancangan dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil belajar, dan pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya.
b. Kompetensi kepribadian;
Kompetensi kepribadian adalah kemampuan kepribadian yang mantap, stabil, dewasa, arif dan berwibawa, menjadi teladan bagi peserta didik, dan beraklak mulia.
c. Kompetensi professional; Kompetensi professional adalah kemampuan penguasaan materi pembelajaran secara luas dan mendalam yang memungkinkan membimbing peserta didik memenuhi standar kompetensi yang ditetapkan dalam Standar Nasional Pendidikan.
d. Kompetensi sosial. Kompetensi sosial adalah kemampuan pendidik sebagai bagian dari masyarakat untuk berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga kependidikan, orang tua/wali peserta didik dan masyarakat sekitar.
Penguasaan kompetensi guru sebagai agen pembelajaran dibuktikan dengan
sertifikat sebagai pendidik. Untuk mendapatkan sertifikat seorang guru harus
mengikuti uji sertifikasi. Sertifikasi guru dapat diartikan sebagai suatu proses
pemberian pengakuan bahwa seseorang telah memiliki kompetensi untuk
melaksanakan pelayanan pendidikan pada satuan pendidikan tertentu, setelah lulus uji
kompetensi yang diselenggarakan oleh lembaga sertifikasi. Dengan kata lain
sertifikasi guru adalah proses uji kompetensi yang dirancang untuk mengungkapkan
penguasaan kompetensi seorang guru sebagai landasan pemberian sertifikat pendidik.
Kompetensi yang diujikan meliputi kompetensi pedagogik, kepribadian,
profesional dan sosial. Untuk kompetensi pedagogik materi yang diujikan meliputi
aspek kegiatan : pra pembelajaran, kegiatan inti pembelajaran, dan penutup.
Mekanisme pelaksanaan sertifikasi guru terdiri dari dua mekanisme, yaitu :
melalui penilaian portofolio bagi guru dalam jabatan dan melalui pendidikan dan
pelatihan profesi guru. Penilaian portofolio bagi guru dalam jabatan adalah bukti fisik
yang menggambarkan pengalaman berkarya atau berprestasi dalam menjalankan
profesi sebagai seorang guru dalam suatu satuan pendidikan, ketika Undang – undang
No. 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen diberlakukan. Bentuk penilaian
terhadap kumpulan dokumen portofolio mendeskripsikan : kualifikasi akademik,
pendidikan dan pelatihan, pengalaman mengajar, perencanaan dan pelaksanaan
pembelajaran, penilaian dari atasan dan pengawas, prestasi akademik, karya
pengembangan profesi, keikutsertaan dalam forum ilmiah, pengalaman organisasi di
bidang pendidikan dan sosial, penghargaan yang relevan dengan bidang pendidikan.
Dari penilaian ini guru yang memiliki nilai portofolio di atas batas minimal
dinyatakan lulus penilaian portofolio dan berhak menerima sertifikat pendidik.
Namun, guru yang hasil nilai portofolio memperoleh nilai kurang sedikit dari batas
minimal diberi kesempatan untuk melengkapi portofolio. Setelah lengkap guru
dinyatakan lulus dan berhak menerima sertifikat pendidik.
Bagi guru yang memperoleh nilai ujian di bawah batas minimal lulus wajib
mengikuti pendidikan dan pelatihan (diklat) profesi guru yang dilaksanakan oleh
perguruan tinggi yang ditetapkan oleh Menteri Pendidikan Nasional. Pada akhir
diklat profesi guru, dilakukan ujian dengan materi uji mencakup empat kompetensi
guru. Bagi guru yang lulus ujian berhak menerima sertifikat pendidik, dan guru yang
belum lulus diberi kesempatan untuk mengulang materi diklat yang belum lulus
sebanyak 2 kali kesempatan.
Menurut Prof. Baedhowi, M.Si., Direktur Jenderal Peningkatan Mutu
Pendidik Dan Tenaga Kependidikan atau PMPTK Departemen Pendidikan Nasional
dalam pidato pengukuhannya sebagai Guru Besar Manajemen Sumber Daya
Manusia, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sebelas Maret, Solo,
Jawa Tengah, Kamis 12 November 2009, beliau mengatakan bahwa program
sertifikasi guru model portofolio seperti yang diterapkan saat ini ternyata tidak
menjamin kualitas kompetensi guru. Hasil kajian yang dilakukan Ditjen Peningkatan
Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan (PMPTK) Depdiknas tahun 2008
menunjukkan bahwa meskipun lolos sertifikasi, nilai komptensi guru rata – rata pada
angka yang berkisar dari 52 – 64 persen. Beliau menjelaskan bahwa kompetensi yang
dinilai dalam sertifikasi meliputi kompetensi pedagogik yang terkait dengan
kemampuan mengajar, kompetensi kepribadian, kompetensi profesional dan
kompetensi sosial. Rata – rata nilai untuk kompetensi pedagogik para guru yang lolos
sertifikasi sebesar 54,33 %, nilai kompetensi kepribadian 52,37 %, kompetensi
profesional 64,36% dan kompetensi sosial sebesar 53,92 %. Beliau juga mengatakan
bahwa kompetensi seorang guru yang telah dinyatakan lulus sertifikasi melalui
penilaian portofolio tidak secara otomatis meningkat, menujukkan tidak terjadi
peningkatan mutu guru, bahkan menunjukkan adanya penurunan kinerja guru. Untuk
kompetensi pedagogik mengalami penurunan sebesar 44,77 %, kompetensi
kepribadian sebesar 28,56 %, kompetensi profesional sebesar 19,59 %, dan
kompetensi sosial sebesar 23,62 %. Beliau mengatakan bahwa kenyataan kompetensi
guru setelah sertifikasi belum menunjukkan peningkatan seperti yang diharapkan.
(www-koran-jakarta.com-berita-detail terkini.php?id=16903, 12 November 2009).
Berkaitan dengan keadaan kompetensi guru yang dikemukakan oleh Prof.
Baedhowi, M.Si tersebut di atas maka seorang guru harus memiliki kesadaran untuk
meneliti dan mengevaluasi dirinya apakah dia sebagai seorang guru dalam
menjalankan tugasnya telah dapat memenuhi kompetensi –kompetensi tersebut.
Apabila belum guru yang baik harus berani mengakui kekurangannya dan berusaha
untuk mencapai perbaikan (self correction). Dengan demikian guru tersebut selalu
berusaha untuk mengubah, menyempurnakan, dan mengembangkan diri sesuai
dengan tuntutan zaman secara terus menerus.
Kompetensi guru dipengaruhi oleh beberapa faktor. Pendapat Sustermeister
dalam S. Eko Putro Widoyoko ( 2009 : 7 ) bahwa kompetensi guru dipengaruhi oleh
faktor diri atau faktor internal, faktor situasional dan faktor eksternal. Faktor internal
berasal dari individu guru itu sendiri, yang meliputi : latar belakang pendidikan,
pengalaman mengajar, penataran pelatihan, dan etos kerja. Sedangkan faktor
situasional yang mempengaruhi kompetensi guru meliputi : iklim dan kebijaksanaan
organisasi, lingkungan kerja, sarana dan prasarana, gaji, serta lingkungan sosial.
Faktor faktor tersebut saling berinteraksi dan mempengaruhi kompetensi guru dalam
mengajar. (http//www.um.pwr/ac.id/web download/publikasasi…/ : 15 Januari 2009)
Dari pendapat tersebut, pengalaman mengajar merupakan salah satu faktor
internal yang dapat mempengaruhi kompetensi guru dalam mengajar dan dapat
dikatakan bahwa pengalaman mengajar memilki hubungan dengan kompetensi guru.
Pengalaman mengajar diartikan sebagai masa kerja atau jangka waktu yang ditempuh
guru selama mengajar sehingga memperoleh segala pengetahuan, ketrampilan
maupun nilai-nilai yang merupakan proses pembelajaran atas jabatan yang
dimilikinya.
Pengalaman mengajar juga merupakan salah satu komponen portofolio,
dimana pengalaman mengajar yaitu masa kerja guru (termasuk guru bimbingan dan
konseling) dalam melaksanakan tugas sebagai pendidik pada satuan pendidikan
tertentu dari lembaga yang berwenang (dapat dari pemerintah dan atau kelompok
masyarakat penyelenggara pendidikan). Bukti fisik dari komponen ini dapat berupa
surat keputusan atau surat keterangan yang sah dari lembaga yang berwenang.
Salah satu bagian dari kompetensi guru adalah kompetensi pedagogik,
sehingga pengalaman mengajar juga berpengaruh terhadap kompetensi pedagogik
dan keduanya saling berhubungan. Kompetensi pedagogik merupakan kemampuan
guru dalam pengelolaan pembelajaran peserta didik yang meliputi : menguasai
dan intelektual, menguasai teori belajar dan prinsip-prinsip pembelajaran yang
mendidik, mengembangkan kurikulum yang terkait dengan mata pelajaran yang
diampu, menyelengarakan pembelajaran yang mendidik, memanfaatkan teknologi
komunikasi dan informasi untuk kepentingan pembelajaran, memfasilitasi
pengembangan potensi peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang
dimiliki, berkomunikasi secara efektif, empatik dan santun dengan peserta didik,
menyelenggarakan penilaian dan evaluasi proses dan hasil belajar, memanfaatkan
hasil penilaian dan evaluasi untuk kepentingan pembelajaran, melakukan tindakan
reflektif untuk peningkatan kualitas pembelajaran.
Seorang guru jika sudah memiliki pengalaman mengajar yang cukup maka
guru tersebut akan memilki tingkat kecakapan serta ketrampilan dalam mengajar
karena memperoleh pengalaman secara langsung dari proses pembelajaran yang
diselenggarakan, sebab guru selalu merencanakan, melaksanakan dan mengevaluasi
setiap kegiatan pembelajaran yang dilakukan. Guru yang setiap hari mengajar maka
ia akan terlatih untuk mampu melaksanakan tugas dengan baik. Latihan yang
dilakukan berkali-kali dan diulang secara terus menerus akan membuat guru lebih
menguasai kompetensi yang dipersyaratkan, termasuk juga kompetensi pedagogik
yang berkaitan langsung dengan proses belajar mengajar.
Pengalaman mengajar seorang guru akan mempengaruhi kemampuannya
dalam mengelola pembelajaran sehingga semakin lama seorang guru melaksanakan
tugas mengajar, maka kemampuan pengelolaan pembelajarannya akan lebih baik,
sedangkan guru yang kurang berpengalaman, maka kemampuan pengelolaan
pembelajarannya belum dapat berkembang secara optimal.
Semakin lama seorang guru mengajar maka guru tersebut akan banyak
memperoleh pengalaman sehingga dapat membentuk sikap profesionalisme.
Seorang guru yang memiliki pengalaman mengajar belum lama akan
menemui kesulitan jika menghadapi permasalahan dalam tugasnya, sedangkan guru
yang memiliki pengalaman mengajar sudah lama juga tidak dapat terhindar dari
masalah dalam menjalankan tugas, tetapi yang membedakan adalah pada tingkat
kesulitan yang dihadapi, atau dapat dikatakan bahwa kesulitan yang dihadapi akan
berkurang sejalan dengan pengalaman yang dialami.
Pengalaman mengajar berpengaruh terhadap kompetensi pedagogik guru
sehingga keduanya saling berhubungan.
Berdasarkan uraian di atas penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan
judul “ Hubungan Pengalaman Mengajar Dengan Kompetensi Pedagogik Guru
Pendidikan Kewarganegaraan SMP Negeri Di Kota Surakarta Tahun 2009”.
B. Identifikasi Masalah
Masalah yang muncul dan dapat diidentifikasi sebagai berikut :
1. Kualitas sumber daya manusia dipengaruhi oleh kualitas pendidikan. Kualitas
pendidikan dipengaruhi oleh kualitas guru.
2. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi kompetensi pedagogik guru yang
memerlukan perhatian dan penanganan optimal.
3. Sertifikasi guru tidak menjamin adanya peningkatan kompetensi pedagogik
guru.
4. Tidak semua guru mampu memanfaatkan pengalaman mengajar yang dimiliki
untuk meningkatkan kompetensi pedagogiknya.
C. Pembatasan Masalah
Dari beberapa masalah yang telah teridentifikasi, penelitian ini membatasai
masalah pada :
Ada atau tidaknya hubungan pengalaman mengajar dengan kompetensi
pedagogik Guru Pendidikan Kewarganegaraan SMP Negeri Di Kota Surakarta Tahun
2009”.
D. Perumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah dan pembatasan masalah tersebut diatas ,
maka peneliti merumuskan masalah sebagai berikut ;
Adakah hubungan pengalaman mengajar dengan kompetensi pedagogik Guru
Pendidikan Kewarganegaraan SMP Negeri Di Kota Surakarta Tahun 2009”.
E. Tujuan Penelitian
Penelitian yang dilakukan tentu mempunyai tujuan tertentu agar penelitian
menjadi terarah. Adapun tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini sebagai berikut :
Untuk mengetahui adakah hubungan pengalaman mengajar dengan
kompetensi pedagogik Guru Pendidikan Kewarganegaraan SMP Negeri Di Kota
Surakarta Tahun 2009”.
F. Manfaat Penelitian
Suatu penelitian dapat memberikan sesuatu yang bermanfaat. Adapun manfaat
yang diharapkan dalam penelitian ini adalah :
1. Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan bagi perkenbangan
ilmu pengetahuan di bidang pendidikan dan pengajaran, khususnya Pendidikan
Kewarganegaraan yaitu dengan diketahuinya hubungan pengalaman mengajar dengan
kompetensi pedagogik Guru Pendidikan Kewarganegaraan sehungga dapat
menambah pengetahuan bagi guru dan khasanah pustaka.
2. Praktis
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan bagi guru Pendidikan
Kewarganegaraan untuk selalu meningkatkan kualitas mengajarnya agar lebih
berkompeten sehingga dapat memberikan kontribusi positif bagi dunia pendidikan.
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka
1. Tinjauan Tentang Pengalaman Mengajar
a. Pengertian Pengalaman Mengajar
Pengalaman mengajar diartikan, berikut dikemukakan beberapa
pengertian pengalaman mengajar antara lain :
Dalam Tesis Deby Setyawati (2007 : 40) “Pengalaman mengajar dapat
dikatakan sebagai masa kerja yang dihayati oleh setiap guru yang merupakan
proses pembelajaran atas jabatan yang dimilikinya.”.
Masnur Muslich (2007 : 13), menyatakan bahwa :
Pengalaman mengajar yaitu masa kerja guru (termasuk guru bimbingan konseling) dalam melaksanakan tugas sebagai pendidik pada satuan pendidikan tertentu sesuai dengan surat tugas dari lembaga yang berwenang (dapat dari pemerintah, dan atau kelompok masyarakat penyelenggara pendidikan). Bukti fisik dari komponen ini dapat berupa surat keputusan atau surat keterangan yang sah dari lembaga yang berwenang. Menurut Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Departemen
Pendidikan Nasional 2009
Pengalaman mengajar adalah masa kerja sebagai guru pada jenjang, jenis, dan satuan pendidikan formal tertentu. Bukti fisik dari komponen pengalaman mengajar ini berupa surat keputusan, surat tugas atau surat keterangan dari lembaga yang berwenang ( pemerintah, pemda, penyelenggara pendidikan atau satuan pendidikan).” psg 15 .um.ac.id/cup – content/uploads/2009. Sedangkan menurut Suci Kuswardani (2007 : 20) mengatakan bahwa :
Pengalaman atau lama mengajar dapat diartikan sebagai jangka waktu yang digunakan oleh seorang guru dalam pengalamannya untuk menciptakan, menyajikan, menyampaikan dan membimbing anak didiknya untuk mendapatkan, mengubah atau mengembangkan skill, attitude, ideas (cita-cita), appreciations (penghargaan) dan knowledge, dengan kata lain dapat juga diartikan sebagai jangka waktu yang ditempuh guru dalam pengalamannya selama mengajar.
10
Berdasarkan pendapat tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa
pengalaman mengajar adalah masa kerja atau jangka waktu yang ditempuh guru
selama mengajar sehingga memperoleh segala pengetahuan, ketrampilan
maupun nilai-nilai yang merupakan proses pembelajaran atas jabatan yang
dimilikinya.
Dalam penelitian ini pengalaman mengajar yang dimaksud adalah
jangka waktu yang ditempuh guru selama mengajar. Jangka waktu dihitung dari
jumlah tahun lamanya mulai mengajar pada satu mata pelajaran. Seorang guru
dikatakan memiliki pengalaman mengajar apabila masa kerjanya cukup lama,
untuk melakukan perubahan atau pembaharuan terhadap strategi pembelajaran
yang diterapkan, memiliki ketrampilan mengajar yang bervariasi, memiliki
banyak pengetahuan berkaitan dengan peran dan tugasnya sebagai pendidik.
b. Kategori Pengalaman Mengajar
Dalam buku pedoman penilaian sertifikasi guru, Pengalaman
Mengajar dikategorikan sebagai berikut :
a. > 25 tahun b. 23 – 25 tahun c. 20 – 22 tahun d. 17 – 19 tahun e. 14 – 16 tahun f. 11 – 13 tahun g. 8 – 10 tahun h. 5 – 7 tahun
i. 2 – 4 tahun Berbagai penelitian mengenai kategori pengalaman mengajar yang
dikemukakan oleh :
Marsin (2002 : 185 ) mengkategorikan menjadi tiga, yaitu:
a) Kategori Rendah ( 0 sampai dengan 16 tahun )
b) Kategori Sedang ( 17 sampai dengan 26 tahun)
c) Kategori Tinggi ( 26 tahun > )
Setya Nurachmandani (2002 : 77). Mengkategorikan Masa Kerja Guru
sebagai berikut :
a) 1 - 5 tahun b) 6 - 10 tahun c) 11 - 15 tahun d) 16 - 20 tahun e) 21 - 25 tahun f) 26 - 30 tahun g) 31 - 35 tahun h) 36 - 40 tahun
Suci Kuswardani (2007 : 44) Membagi kategori lama mengajar guru
menjadi empat, yaitu :
a) < 10 tahun
b) 10-20 tahun
c) 20-30 tahun
d) > 30 tahun
Dari beberapa penelitian mengenai pengalaman mengajar di atas,
terdapat perbedaan mengenai kategori rentang waktu pengalaman mengajar,
yaitu 5 tahun, 10 tahun dan 15 tahun.
Dalam penelitian ini pengalaman mengajar dibagi menjadi 5 kategori,
yaitu :
a) < 5 tahun
b) 6-10 tahun
c) 11-15 tahun
d) 16-20 tahun
e) > 20 tahun
Dengan memiliki pengalaman mengajar yang sudah lama seorang guru
dapat memperbaiki kekurangan dirinya dan meningkatkan kemampuan
profesinya melalui pengalaman mengajar yang dimilikinya. Guru yang memiliki
pengalaman mengajar baru sebentar akan menemui kesulitan jika menghadapi
permasalahan dalam tugasnya, sedangkan bagi guru yang memiliki pengalaman
mengajar sudah lama juga tidak dapat terhindar dari masalah di sekolah tetapi
yang membedakan tingkat kesulitan yang dihadapinya atau dapat dikatakan
bahwa kesulitan yang dihadapi guru akan berkurang seiring dengan pengalaman
mengajar yang dialaminya.
2. Tinjauan Tentang Kompetensi Pedagogik
a. Pengertian Kompetensi Pedagogik
Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 tahun
2005 Pasal 28 ayat (3) :
Kompetensi pedagogik adalah kemampuan mengelola pembelajaran
peserta didik yang meliputi pemahaman terhadap peserta didik, perancangan
dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil belajar, dan pengembangan
peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya.
Menurut E. Mulyasa (2007 : 75), dalam RPP tentang Guru
dikemukakan bahwa : Kompetensi pedagogik adalah merupakan kemampuan
guru dalam pengelolaan pembelajaran peserta didik yang sekurang-kurangnya
meliputi hal-hal sebagai berikut :
a. Pemahaman wawasan atau landasan kependidikan b. Pemahaman terhadap peserta didik c. Pengembangan kurikulum/ silabus d. Perancangan pembelajaran e. Pelaksanaanpembelajaran yang mendidik dan dialogis f. Pemanfaatan teknologi pembelajaran g. Evaluasi hasil belajar (EHB) h. Pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai
potensi yang dimilikinya. Giyarni (2008 :23) “ Kompetensi pedagogik merupakan kemampuan
guru dalam pengelolaan pembelajaran peserta didik yang sekurang-kurangnya
meliputi hal-hal sebagai berikut :
a. Kemampuan mengelola pembelajaran b. Pemahaman terhadap peserta didik c. Perancangan pembelajaran d. Pelaksanaan pembelajaran yang mendidik dan dialogis
e. Pemanfaatan teknologi pembelajaran f. Evaluasi Hasil Belajar g. Pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai
potensi yang dimilikinya. Secara lebih rinci dalam Permendiknas Nomor 16 Tahun 2007 tentang
Kualifikasi dan kompetensi guru, kompetensi inti guru untuk kompetensi
pedagogik meliputi :
a. Menguasai karakteristik peserta didik dari aspek fisik, moral, spiritual, sosial, kultural, emosional dan intelektual. 1) Memahami peserta didik yang berkaitan dengan aspek fisik,
intelektual, sosial emosional, moral, spiritual, dan latar belakang sosial budaya.
2) Mengidentifikasi potensi peserta didik dalam mata pelajaran yang diampu.
3) Mengidentifikasi bekal ajar awal peserta didik dalam mata pelajaran yang diampu.
4) Mengidentifikasi kesulitan belajar peserta didik dala mata pelajaran yang diampu.
b. Menguasai teori belajar dan prinsip-prinsip pembelajaran yang mendidik. 1) Memahami berbagai teori belajar dan prinsip-prinsip
pembelajaran yang mendidik terkait dengan mata pelajaran yang diampu.
2) Menerapkan berbagai pendekatan, strategi, metode, dan teknik pembelajaran yang mendidik secara kretatif dalam mata pelajaran yang diampu.
c. Mengembangkan kurikulum yang terkait dengan mata pelajaran yang diampu. 1) Memahami prinsip-prinsip pengembangan kurikulum. 2) Menentukan tujuan pembelajaran yang diampu. 3) Menentukan pengalaman belajar yang sesuai untuk mencapai
tujuan pembelajaran yang diampu. 4) Memilih materi pembelajaran yang diampu yang terkait
dengan pengalaman belajar dan tujuan pembelajaran. 5) Menata materi pembelajaran secara benar sesuai dengan
pendekatan yang dipilih dan karakteristik peserta didik. 6) Mengembangkan indikator dan instrumen penilaian.
d. Menyelenggarakan pembelajaran yang mendidik 1) Memahami prinsip-prinsip perancangan pembelajaran yang
mendidik.
2) Mengembangkan komponen-komponen rancangan pembelajaran.
3) Menyusun rancangan pembelajaran yang lengkap, baik untuk kegiatan di dalam kelas, laboratorium, maupun lapangan.
4) Melaksanakan pembelajaran yang mendidik di kelas, di laboratorim, dan di lapangan dengan memperhatikan standar keamanan yang dipersyaratkan.
5) Menggunakan media pembelajaran dan sumber belajar yang relevan dengan karakteristik peserta didik dan mata pelajaran yang diampu sesuai dengan situasi yang berkembang.
6) Mengambil keputusan transaksional dalam pembelajaran yang diampu sesuai dengan situasi yang berkembang.
e. Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk kepentingan pembelajaran. 1) Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi dalam
pembelajaran yang diampu. f. Memfasilitasi pengembangan potensi peserta didik untuk
mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimiliki. 1) Menyediakan berbagai kegiatan pembelajaran untuk
mendorong peserta didik mencapai prestasi secara optimal. 2) Menyediakan berbagai kegiatan pembelajaran untuk
mengaktualisasikan potensi peserta didik, termasuk kreatifitasnya.
g. Berkomunikasi secara efektif, empatik dan santun dengan peserta didik. 1) Memahami berbagai strategi berkomunikasi yang efektif,
empatik, dan santun, secara lisan, tulisan, dan/atau bentuk lain. 2) Berkomunikasi secara efektif, empatik, dan santun dengan
peserta didik dengan bahasa yang khas dalam interaksi kegiatan/permainan yang mendidik yang terbangun secara siklikal dari (a) penyiapan kondisi psikologis peserta didik untuk ambil bagian dalam permainan melalui bujukan dan contoh, (b) ajakan kepada peserta didik untuk ambil bagian, (c) respons peserta didik terhadap ajakan guru, dan (d) reaksi guru terhadap respons peserta didik, dan seterusnya.
h. Menyelenggarakan penilaian dan evaluasi proses dan hasil belajar. 1) Memahami prinsip-prinsip penilaian dan evaluasi proses hasil
belajar sesuai dengan karakteristik mata pelajaran yang diampu.
2) Menentukan aspek-aspek proses dan hasil belajar yang penting untuk dinilai dan dievaluasi sesuai dengan karakteristik mata pelajaran yang diampu.
3) Menentukan prosedur penilaian dan evaluasi proses dan hasil belajar.
4) Mengembangkan instrumen penilaian dan evaluasi proses dan hasil belajar.
5) Mengadministrasikan penilaian proses dan hasil belajar secara berkesinambungan dengan menggunakan berbagai instrumen.
6) Menganalisis hasil penilaian proses dan hasil belajar untuk berbagai tujuan.
7) Melakukan evaluasi proses dan hasil belajar. i. Memanfaatkan hasil penilaian dan evaluasi untuk kepentingan
pembelajaran. 1) Menggunakan informasi hasil penilaian dan evaluasi untuk
menentukan ketuntasan belajar. 2) Menggunakan informasi hasil penilaian dan evaluasi untuk
merancang program remedial dan pengayaan. 3) Mengkomunikasikan hasil penilaian dan evaluasi kepada
pemangku kepentingan. 4) Memanfaatkan informasi hasil penilaian dan evaluasi
pembelajaran untuk meningkatkan kualitas pembelajaran. j. Melakukan tindakan reflektif untuk peningkatan kualitas
pembelajaran. 1) Melakukan refleksi terhadap pembelajaran yang telah
dilaksanakan. 2) Memanfaatkan hasil refleksi untuk perbaikan dan
pengembangan pembelajaran dalam mata pelajaran yang diampu.
3) Melakukan penelitian tindakan kelas untuk meningkatkan kualitas pembelajaran dalam mata pelajaran yang diampu.
3.Tinjauan Tentang Guru
a. Pengertian Guru
Kamus Besar Bahasa Indonesia (1996 : 330) ”Guru adalah orang yang
Menurut Undang-Undang RI No 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan
Dosen Bab I Pasal 1 ayat 1 ” Guru adalah pendidik profesional dengan tugas
utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan
mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan
formal, pendidikan dasar dan pendidikan menengah.
Menurut Oemar Hamalik (2008:36) ”Guru adalah jabatan profesional
yang memerlukan berbagai keahlian khusus.
Wikipedia (2009 : 2), ”In education, a teacher is a person who educates other. A teacher who educates an individual student may also be described as a personal tutor. The role of teacher is often formal and ongoing, carried but by way of occupation profession at a school or other place formal education.” http://wikipedia.com, 2009.
Rumusan di atas mengandung pengertian bahwa, seorang guru adalah
seseorang yang mendidik orang lain. Seorang guru yang mendidik siswa,
seorang, seorang individu juga dapat digambarkan sebagai pribadi guru. Peran
guru secara formal dan berkelanjutan, dilakukan dengan cara dari pekerjaan
atau profesi sekolah atau tempat formal pendidikan.
Dari beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa guru adalah
pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing,
mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan
anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar dan pendidikan
menengah.
4. Pendidikan Kewarganegaraan
a. Pengertian Pendidikan Kewarganegaraan
Pengertian Pendidikan Kewarganegaraan, berikut dikemukakan
beberapa pengertian Pendidikan Kewarganegaraan antara lain :
Pendidikan kewarganegaraan merupakan pendidikan dan bagian yang
tidak terpisahkan dalam sistem pendidikan nasional. Pendidikan
Kewarganegaraan adalah “Pendidikan yang mengembangkan semangat
kebangsaan dan cinta tanah air. (Penjelasan pasal 37 Undang-Undang Sistem
Pendidikan Nasional).
Pendidikan kewarganegaraan merupakan mata pelajaran yang memfokuskan pada pembentukan warga negara yang memahami dan mampu melaksanakan hak-hak dan kewajibannya untuk menjadi warga negara Indonesia yang cerdas, terampil, dan berkarakter yang diamanatkan oleh Pancasila dan UUD 1945. (Permendiknas No 22 tahun 2006 ).
Menurut Udin S. Winataputra (2007:1) “Pengertian pendidikan
kewarganegaraan sebagai citizenship education, secara substantif dan
paedagogis didesain untuk mengembangkan warga negara yang cerdas dan baik
untuk seluruh jalur dan jenjang pendidikan”. Paedagogis didesain untuk
mengembangkan warga negara yang cerdas dan baik untuk seluruh jalur dan
jenjang pendidikan”. Lebih lanjut beliau menyebutkan “Tiga Pendekatan dalam
Membangun Karakter Bangsa”. Pertama, pendekatan socio-cultural
development yang menganjurkan bahwa untuk membangun karakter dapat
dilakukan melalui penciptaan dan pembiasaan perilaku dalam kehidupan sehai-
hari di masyarakat. Data empirik telah dibuktikan oleh para “ founding father”,
karena ditempa dalam situasi kehidupan penuh tantangan dalam perjuangan
merebut dan mempertahankan kemerdekaan, maka karakter dan jiwa
kebangsaan mereka amat tebal, sekalipun tidak mereka pelajari di sekolah.
Kedua, pendekatan psycho-paedagigical development yang menganjurkan
bahwa karakter dapat dibangun melalui perkembangan psikologis seseorang
melalui proses belajar. Pendekatan inilah yang sedang diupayakan oleh dunia
pendidikan, baik formal maupun non formal, melalui Pendidikan
Kewarganegaraan. Ketiga, pendekatan socio-political development yang
mempercayai bahwa karakter bangsa dapat ditumbuhkembangkan melalui
berbagai intervensi politik pemerintah.
Sampai saat ini bidang itu sudah menjadi bagian inheren dari
instrumentasi serta praksis pendidikan nasional Indonesia dalam lima status:
1) Pertama, sebagai mata pelajaran di sekolah. 2) Kedua, sebagai mata kuliah di perguruan tinggi. 3) Ketiga, sebagai salah satu cabang pendidikan disiplin ilmu
pengetahuan sosial dalam rangka pendidikan guru. 4) Keempat, sebagai program pendidikan politik yang dikemas dalam
bentuk Penataran Pedoman Penghayatan dan Pengalaman Pancasila ( Penataran P4 ) atau sejenisnya yang pernah dikelola oleh pmerintah sebagai crash program.
5) Kelima, sebagai suatu kerangka konseptual dalam bentuk pemikiran individual dan kelompok pakar terkait, yang
dikembangkan sebagai landasan dan kerangka berpikir mengenai pendidikan kewaraganegaraan dalam status pertama, kedua, ketiga,dan keempat.http://sps.upi.edu/pend/wp, 2007
Dalam hal ini peneliti memfokuskan pendidikan kewarganegaraan
pada status pertama yaitu sebagai mata pelajaran di sekolah.
Pendidikan kewarganegaraan di Indonesia ternyata tidak hanya
mengemban misi sebagai pendidikan demokrasi. Menurut Winarno (2007 : 114-
115) Pendidikan kewarganegaraan mengemban beberapa misi. Misi tersebut
dapat diuraikan sebagai berikut:
1) Pendidikan kewarganegaraan sebagai pendidikan dalam arti sesungguhnya yaitu civic education.
2) Pendidikan kewarganegaraan sebagai pendidikan nilai dan karakter.
3) Pendidikan kewarganegaraan sebagai pendidikan bela negara. 4) Pendidikan Kewarganegaraan sebagai pendidikan demokrasi (
politik). Sedangkan kelompok mata pelajaran kewarganegaraan dan
kepribadian pada satuan pendidikan dasar dan menengah dalam Peraturan
Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia nomor 22 tahun 2006 tentang
Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah adalah sebagai
berikut:
Kelompok mata pelajaran yang dimaksudkan untuk meningkatkan kesadaran
dan wawasan peserta didik akan status, hak, dan kewajibannya dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara, serta peningkatan kualitas dirinya
sebagai manusia.
Menurut (David Kerr, 1999:3) citizenship education is a proces to
encompas the preparation of young people for their roles and responsibilities as
citizen and particular, the role of education (trough scooling, teaching, and
learning) in that prepatory process.
Rumusan di atas mengandung pengertian bahwa kewarganegaraan
atau pendidikan kewarganegaraan ditafsirkan secara luas untuk mencakup
persipan orang muda untuk mereka dalam peran dan tanggung jawabnya
sebagai warga negara dan khususnya peranan pendidikan (melalui pendidikan,
pengajaran dan belajar) dalam proses persiapan. http://
Rumusan di atas mengandung arti bahwa representasi formal
kewarganegaraan dan kewarganegaraan dalam kurikulum pengetahuan
diformalkan diwakili dalam kurikulum sebagai ”kewarganegaraan dan
kewarganegaraan, biasanya berkaitan dengan struktur kekkuasaaan dan
pemerintahan dan masyarakat sipil. Ini mungkin merupakan suatu subyek yang
terpisah seperti pada paruh pertama abad 20, tetapi sejak tahun 1960-an itu
biasanya telah diajarkan di kurikulum, terutama dalam sosial. Atau melalui
seuntai apa yang dikenal sebagai studi masyarakat dan lingkungan dan juga
mata pelajaran yang lebih tradisional seperti sejarah, geografi, sastra, sains dan
seni.
Menurut Torney Purta, J., Richardson, and W, Barber, C (2009:5) :
The ministry of education is considering introducing civic education as
a core subject in the school curriculum. He said the seeming future of most
Africa countries.
Rumusan di atas mengandung pengertian bahwa Menteri pendidikan
menyatakan bahwa kewarganegaraan sebagai pokok inti dalam kurikulum
sekolah. Ia berkata masa depan yang faktanya nampak di kebanyakan negara –
negara Afrika.
Dalam Wikipedia ( 2009 : 1 ), dinyatakan bahwa :
”citizenship” is used to refer to an educational activity – that is, to the process of helping people learn how to become active, informed and responsible citizen. Citizenship in this sense is also known as citizenship education or education for citizenship. It encompass all forms of education, from informal educationin the home or through youth work to more formal types of education provided in schools, colleges, universities, trainingg organisations and the workplace. Wherever it occurs, citizenship education has the sam e basic aims purposes. It is education for citizenship – that is, education which aims to help people learn how to become active, informed and responsible citizens. More specifically, it aims to prepare them for life as citizens of a democracy. http://en.wikipedia.org // wiki / Citizhenship education, 2009.
Rumusan di atas mengandung arti bahwa ” kewarganegaraan ”
digunakan untuk merujuk kepada kegiatan pendidikan – yaitu, untuk proses
membantu orang belajar bagaimana untuk menjadi aktif, informasi dan
bertanggung jawab warga negara. Kewarganegaraan dalam pengertian ini
dikenal sebagai pendidikan kewarganegaraan. Ini mencakup semua bentuk
pendidikan, dari pendidikan informal di rumah atau melalui kerja muda untuk
lebih formal jenis pendidikan yang diberikan di sekolah – sekolah, kolase,
universitas, organisasi pelatihan dan tempat kerja. Di mana pun itu terjadi,
pendidikan kewarganegaraan memilki dasar yang sama dan tujuan. Ini adalah
pendidikan untuk kewarganegaraan – yaitu, pendidikan yang bertujuan untuk
membantu orang belajar bagaimana untuk menjadi aktif, informasi dan
bertanggung jawab warga negara. Lebih khusus lagi, bertujuan untuk
mempersiapkan mereka untuk hidup sebagai warga negara demokrasi.
Dari berbagai pendapat di atas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa
Pendidikan kewarganegaraan adalah suatu pendidikan yang bertujuan untuk
mendidik generasi muda agar menjadi warga negara yang memiliki rasa
kebangsaan dan cinta tanah air, yang berpartisipasi aktif dalam rangka
membangun sistem bangsa yang maju dan modern.
5. Tinjauan Tentang Hubungan Pengalaman Mengajar Dengan
Kompetensi Pedagogik
a. Hubungan Pengalaman Mengajar Dengan Kompetensi Pedagogik
Kompetensi guru dipengaruhi oleh beberapa faktor, pendapat
Sustermeister dalam S. Eko Putro Widoyoko (2009: 7) tentang faktor yang
mempengaruhi kompetensi guru yaitu faktor diri atau faktor internal, faktor
situasional dan faktor eksternal. Faktor internal berasal dari individu guru itu
sendiri, yang meliputi: latar belakang pendidikan, pengalaman mengajar,
penataran dan pelatihan, etos kerja dan sebagainya. Sedangkan faktor
situasional yang mempengaruhi kompetensi guru meliputi: iklim dan
kebijaksanaan organisasi, lingkungan kerja, sarana dan prasarana, gaji, serta
lingkungan sosial. Faktor faktor tersebut saling berinteraksi dan mempengaruhi
kompetensi guru dalam mengajar.
(http// www. um.pwr/ac.id/web download/publikasasi, 15 Januari 2009)
Debi Setiawati (2007 : 41) “Kompetensi guru tidak hanya dipengaruhi
oleh latar belakang pendidikannya saja, namun pengalaman mengajar ikut
mempengaruhi dalam pembentukan kompetensi guru, sebab dengan
pengalaman mengajar yang cukup seorang guru dapat memperbaiki kekurangan
dirinya dan meningkatkan kemampuan profesinya melalui pengalaman yang
dialaminya”.
Suci Kuswardani (2007 : 4) “Kompetensi guru menunujuk pada
kualifikasi tingkat pendidikan dan lamanya mengajar. Untuk itu kedua
komponen itu sangat mempengaruhi kompetensi guru, dimana jika tidak
dipedulikan maka akan berakibat kurang baik pada siswa dan masyarakat pada
umumnya”.
Maka dari uraian di atas dapat ditarik kesimpulan, bahwa Kompetensi
guru dipengaruhi oleh berbagai faktor, antara lain : tingkat pendidikan,
pengalaman mengajar, penataran dan pelatihan, dan etos kerja.. Kompetensi
pedagogik merupakan bagian dari kompetensi guru sehingga juga dipengaruhi
oleh faktor-faktor tesebut di atas. Dari berbagai faktor yang mempengaruhi
kompetensi guru terdapat faktor pengalaman mengajar, sehingga kompetensi
pedagogik juga dipengaruhi oleh pengalaman mengajar.
B. Penelitian Yang Relevan
Dalam bagian ini akan dikemukakan beberapa hasil penelitian yang
mempunyai relevansi dengan penelitian ini :
Marsin (2002) dalam Tesis yang berjudul Kemampuan Mengajar Guru
Sekolah Dasar Ditinjau dari Model Penyelenggaraan Program Penyeteraaan D-II PGSD
dan Pengalaman Mengajar di Kabupaten Boyolali” menunjukkan bahwa terdapat
perbedaan pengaruh yang signifikan model penyelenggaran program penyetaraan D-
II PGSD terhadap kemampuan mengajar guru Sekolah Dasar dengan P= 0,003,
terdapat perbedaan pengaruh yang signifikan pengalaman mengajar terhadap
kemampuan mengajar guru Sekolah Dasar dengan P=0,000; terdapat perbedaan
pengaruh interaksi model penyelenggaraan program penyetaraan D-II PGSD dan
pengalaman mengajar dalam meningkatkan kemampuan guru Sekolah Dasar dengan
P=3,05. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kemampuan mengajar guru
Sekolah Dasar dapat ditingkatkan melalui penyelenggaraan Program penyetaraan D-
II PGSD yang benar-benar efektif dengan didukung oleh pengalaman mengajar yang
memadai. Penelitian ini dapat memberikan gambaran bahwa pengalaman kerja yang
dimiliki oleh seorang guru apabila tidak pernah dikembangkan tidak dapat
mendukung dalam peningkatan kualitas pengajaran. Untuk itu pengalaman kerja akan
mempengaruhi dalam kinerjanya.
Debi Setiawati (2007) dalam Tesis yang berjudul Kontribusi Motivasi Kerja
Dan Pengalaman Mengajar Terhadap kinerja Guru Sejarah Di Surakarta.”
Menunjukkan bahwa ada kontribusi motivasi kerja terhadap kinerja guru sejarah
sebesar 24 %, ada kontribusi pengalaman mengajar terhadap kinerja guru sejarah
sebesar 45 %, dan ada kontribusi motivasi kerja dan pengalaman mengajar secara
bersama-sama terhadap kinerja guru sejarah sebesar 49 %. Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa secara bersama-sama, motivasi kerja dan pengalaman mengajar
memberikan sumbangan yang berarti terhadap kinerja guru sejarah yang
mengindikasikan bahwa kedua variabel tersebut dapat menjadi prediktor yang baik
bagi kinerja guru sejarah. Dilihat dari besarnya kontribusi tiap variabel prediktor
(bebas) terhadap variabel respon (terikat), kontribusi pengalaman mengajar terhadap
kinerja guru sejarah menunjukkan bahwa pengalaman mengajar dapat menjadi
prediktor yang lebih baik dari motivasi kerja.
Suci Kuswardani (2007) dalam skripsi berjudul Hubungan antara Tingkat
Pendidikan dan Lama Mengajar dengan Kompetensi Guru PKn Sekolah Menengah
Pertama Negeri Purworejo Kabupaten Purworejo tahun 2005/2006 ‘’ Menunjukkan
bahwa ada hubungan yang positif dan signifikan antara tingkat pendidikan dengan
kompetensi guru Pendidikan Kewarganegaraan di SMPN Purworejo Kabupaten
Purworejo tahun 2005/2006 hal ini ditunjukkan dengan rx1y = 0,291 > rtabel = 0,250,
ada hubungan yang positif dan signifikan antara lama mengajar dengan kompetensi
guru Pendidikan Kewarganegaraan di SMPN Purworejo Kabupaten Tahun 2005/2006
hal ini ditunjukkan dengan rx2y = 0,272 > rtabel= 0,250, ada hubungan yang positif dan
signifikan antara tingkat pendidikan dan lama mengajar secara bersama dengan
kompetensi guru PKn di SMPN Purworejo Kabupaten Purworejo tahun 2005/2006,
hal ini ditunjukkan dengan Rxy (1,2) = 0,3864 dan Fhitung = 4,826 > Ftabel =3,17.
Sumbangan Relatif (SR % ) variabel tingkat pendidikan sebesar 53,65 %, dan
Sumbangan Relatif (SR %) variabel lama mengajar sebesar 46,35%, sedangkan
Sumbangan Efektif (SE%) variabel tingkat pendidikan sebesar 8,01% dan sumbangan
efektif variabel lama mengajar sebesar 6,92 %.
Dari berbagai uraian di atas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa
pengalaman mengajar memiliki pengaruh terhadap kemampuan mengajar, kinerja,
dan kompetensi guru. Sehingga antara satu dan lainnya saling berhubungan.
C. Kerangka Berpikir
Kerangka berpikir dalam penelitian ini sebagai berikut :
Pengalaman mengajar adalah masa kerja atau jangka waktu yang ditempuh
guru selama mengajar sehingga memperoleh segala pengetahuan, ketrampilan
maupun nilai-nilai yang merupakan proses pembelajaran atas jabatan yang
dimilikinya.
Kompetensi pedagogik merupakan kemampuan guru dalam pengelolaan
pembelajaran peserta didik yang meliputi : menguasai karakteristik peserta didik dari
aspek fisik, moral, spiritual, sosial, kultural, emosional dan intelektual, menguasai
teori belajar dan prinsip-prinsip pembelajaran yang mendidik, mengembangkan
kurikulum yang terkait dengan mata pelajaran yang diampu, menyelenggarakan
pembelajaran yang mendidik, memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi
untuk kepentingan pembelajaran, memfasilitasi pengembangan potensi peserta didik
untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimiliki, berkomunikasi secara
efektif, empatik dan santun dengan peserta didik, menyelenggarakan penilaian dan
evaluasi proses dan hasil belajar, memanfaatkan hasil penilaian dan evaluasi untuk
kepentingan pembelajaran, melakukan tindakan reflektif untuk peningkatan kualitas
pembelajaran.
Kompetensi guru dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain yaitu faktor diri
atau faktor internal, faktor situasional dan faktor eksternal. Faktor internal berasal
dari individu guru itu sendiri, yang meliputi : latar belakang pendidikan, pengalaman
mengajar, penataran dan pelatihan, dan etos kerja. Sedangkan faktor situasional yang
mempengaruhi kompetensi guru meliputi : iklim dan kebijaksanaan organisasi,
lingkungan kerja, sarana dan prasarana, gaji, serta lingkungan sosial. Faktor - faktor
tersebut saling berinteraksi dan mempengaruhi kompetensi guru dalam mengajar.
Pengalaman mengajar merupakan salah satu faktor internal yang dapat
mempengaruhi kompetensi guru dalam mengajar dan dapat dikatakan bahwa
pengalaman mengajar memilki hubungan dengan kompetensi guru. Salah satu bagian
dari kompetensi guru adalah kompetensi pedagogik, sehingga pengalaman mengajar
juga berpengaruh terhadap kompetensi pedagogik dan keduanya saling berhubungan.
Dengan pengalaman mengajar seorang guru akan mendapatkan tambahan
pengetahuan dan ketrampilan tentang mengajar. Pengalaman mengajar dapat dihitung
dari jumlah tahun lamanya mengajar, khususnya dalam mata pelajaran yang
diampunya. Semakin lama seseorang menekuni profesi sebagai seorang guru akan
semakin tinggi juga tingkat kompetensi pedagogiknya, demikian juga sebaliknya.
Kerangka berpikir di atas dapat digambarkan dalam bagan sebagai berikut:
Gambar 1. Skema kerangka berpikir
D. Rumusan Hipotesis
Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap masalah penelitian yang
sebenarnya masih akan diuji secara empiris dengan melalui berbagai pengujian. Atas
dasar pemikiran di atas maka hipotesis yang peneliti ajukan adalah : “Ada hubungan
yang positif dan signifikan antara pengalaman mengajar dengan kompetensi
pedagogik guru Pendidikan Kewarganegaraan SMP Negeri Di Kota Surakarta Tahun
2009”.
Pengalaman mengajar
Kompetensi Pedagogik
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
Penulis mengambil lokasi penelitian SMP Negeri di Kota Surakarta. Untuk
lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel di bawah ini :
Tabel. 1 Tempat Penelitian
No Nama Sekolah Alamat Sekolah
1. SMP Negeri 1 Surakarta Jl. MT Haryono No. 4
2. SMP Negeri 2 Surakarta Jl. Apel No. 3 Jajar
3. SMP Negeri 3 Surakarta Jl. Kartini No. 18
4. SMP Negeri 4 Surakarta Jl. DI. Panjaitan No. 14
5. SMP Negeri 5 Surakarta Jl. Diponegoro No. 45
6. SMP Negeri 6 Surakarta Jl. Kapten Mulyadi No. 254
dan intelektual, menguasai teori prinsip pembelajaran yang mendidik,
mengembangkan kurikulum yang terkait dengan mata pelajaran yang diampu,
memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk kepentingan pembelajaran
mata pelajaran yang diampu, menyelenggarakan pembelajaran yang mendidik,
memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk kepentingan pembelajaran,
memfasilitasi pengembangan potensi peserta didik untuk mengaktualisasikan
berbagai potensi yang dimiliki, berkomunikasi secara efektif, empatik dan santun
dengan peserta didik, menyelenggarakan penilaian dan evaluasi proses dan hasil
belajar, memanfaatkan hasil penilaian dan evaluasi untuk kepentingan pembelajaran,
dan melakukan tindakan reflektif untuk peningkatan kualitas pembelajaran.
Seorang guru jika sudah memiliki pengalaman mengajar yang sudah lama
maka guru tersebut akan memilki tingkat kecakapan serta ketrampilan dalam
mengajar karena memperoleh pengalaman secara langsung dari proses pembelajaran
yang diselenggarakan, sebab guru selalu merencanakan, melaksanakan dan
mengevaluasi setiap kegiatan pembelajaran yang dilakukan. Guru yang setiap hari
mengajar maka ia akan terlatih untuk mampu melaksanakan tugas dengan baik.
Latihan yang dilakukan berkali-kali dan diulang secara terus menerus akan membuat
guru lebih menguasai kompetensi yang dipersyaratkan, termasuk juga kompetensi
pedagogik yang berkaitan langsung dengan proses belajar mengajar.
Pengalaman mengajar seorang guru akan mempengaruhi kemampuannya
dalam mengelola pembelajaran sehingga semakin lama seorang guru melaksanakan
tugas mengajar, maka kemampuan pengelolaan pembelajarannya akan lebih baik,
sedangkan guru yang kurang berpengalaman, maka kemampuan pengelolaan
pembelajarannya belum dapat berkembang secara optimal.
Semakin lama seorang guru mengajar maka guru tersebut akan banyak
memperoleh pengalaman sehingga dapat membentuk sikap profesionalisme.
Seorang guru yang memiliki pengalaman mengajar belum lama akan
menemui kesulitan jika menghadapi permasalahan dalam tugasnya, sedangkan guru
yang memiliki pengalaman mengajar sudah lama juga tidak dapat terhindar dari
masalah dalam menjalankan tugas, tetapi yang membedakan adalah pada tingkat
kesulitan yang dihadapi, atau dapat dikatakan bahwa kesulitan yang dihadapi akan
berkurang sejalan dengan pengalaman yang dialami. Demikian pula, hasil penelitian
ini menunjukkan bahwa ada hubungan antara pengalaman mengajar dengan
kompetensi pedagogik. Dengan demikian teori yang mengatakan adanya hubungan
antara pengalaman mengajar dengan kompetensi pedagogik terbukti secara nyata di
lapangan.
BAB V
KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis data hasil penelitian serta pembahasan, maka
dapat ditarik kesimpulan bahwa terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara
pengalaman mengajar dengan kompetensi pedagogik guru PKn di SMP Negeri Kota
Surakarta tahun 2009.
Adanya kesimpulan tersebut dibuktikan dari perhitungan analisis data yang
dilakukan dengan analis korelasi sederhana, diperoleh harga rxy sebesar 0,488
sedangkan harga rtabel N= 56 dan taraf signifikasi 5 % diperoleh rtabel sebesar 0,250,
karena rxy > rtabel atau 0,488 > 0,250 maka dapat dikatakan ada hubungan positif
antara pengalaman mengajar dengan kompetensi pedagogik guru Pendidikan
Kewarganegaraan. Sedangkan keberartian atau signifikasi hubungan kedua variabel
tersebut dibuktikan dengan perolehan Fhitung = 16,85 > Ftabel = 4,02 . Untuk koefisien
korelasi diperoleh harga thitung > ttabel atau 4,105 > 1,67 sehingga dapat dikatakan
bahwa koefisien korelasinya berarti. Kontribusi variabel pengalaman mengajar (X)
terhadap variabel kompetensi pedagogik (Y) sebesar 24%. Mengenai naik turunnya
atau besar kecilnya kompetensi pedagogik guru dapat diprediksi melalui persamaan
regresi Ŷ = 149,6618 + 3,7127 X yang berarti bahwa apabila ada perubahan satu unit
atau adanya kenaikan satu angka pada variabel pengalaman mengajar (X) maka
membawa perubahan sebesar 3,7127 pada kompetensi pedagogik (Y).
B. Implikasi
Berdasarkan pada kesimpulan hasil penelitian yang telah dikemukakan di
ata maka dapat diperoleh implikasi sebagai berikut :
1. Teoritis
Kompetensi pedagogik guru Pendidikan Kwarganegaraan SMP Negeri di
Kota Surakarta tahun 2009 dapat dipengaruhi oleh pengalaman mengajar.
Pengalaman mengajar merupakan faktor internal yang dapat mempengaruhi
kompetensi pedagogik sehingga keduanya saling berhubungan.
2. Praktis
Hasil penelitian ini dapat diketahui bahwa ada hubungan yang positif dan
signifikan antara pengalaman mengajar dengan kompetensi pedagogik guru PKn.
Dengan adanya hubungan yang positif dan signifikan tersebut, maka guru yang
memiliki pengalaman mengajar sudah lama akan dapat lebih menguasai kompetensi
pedagogik dan dapat mengajar dengan baik. Sedangkan guru yang memiliki
pengalaman mengajar belum lama memiliki kompetensi pedagogik yang lebih
rendah.
C. Saran
Para guru yang mempunyai pengalaman mengajar belum lama atau baru
setahun, dua tahun, atau tiga tahun maka sebaiknya perlu menambah pengalamannya
di dunia pendidikan misalnya dengan mengikuti pelatihan dan seminar-seminar yang
berkaitan dengan masalah pendidikan, mengikuti kemajuan dan perkembangan ilmu
dan teknologi melalui berbagai media baik media massa maupun media elektronik.
Sedangkan para guru yang sudah mempunyai banyak pengalaman atau sudah puluhan
tahun mengajar sebaiknya harus lebih meningkatkan kompetensi pedagogiknya dalam
mengajar sehingga dapat menjadi guru yang benar-benar profesional.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 1996. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta : PN Balai Pustaka. Anonim. 2003. Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan
Nasional. Anonim. 2005. Undang-Undang No. 14 Tahun 2005. Tentang Guru dan Dosen. Anonim. 2005. Peraturan Pemerintah No. 19 tahun 2005. Tentang Standar Nasional
Pendidikan. Anonim. 2006. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No 22 Tahun 2006. Tentang
Standar Isi Untuk Satuan Pendidikan Dasar Dan Menengah. Anonim. 2007. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 16 Tahun 2007. Tentang
Standar Kualifikasi Akademik Dan Kompetensi Guru. Consuelo, G. Sevilla, Jesus A. Ochave, Twila G. Punsalan, Bella P. Regala, Gabriel,
G. Uriarte. 1993. Pengantar Metode Penelitian. Jakarta: UI- Press. Debi Setiawati. 2007. Kontribusi Motivasi Kerja dan Pengalaman Mengajar Terhadap
Kinerja Guru Sejarah Di Surakarta. Tesis. Tidak ditebitkan. Giyarni. 2008. Evaluasi Kompetensi Pedagogik Guru Setelah Lulus Uji Sertifikasi Di
SMK Kelompok Bisnis Manajemen Se-Kota Surakarta. Skripsi. Tidak diterbitkan.
Hassan Suryono. 2005. Statistik: Pedoman, Teori dan Aplikasi. Surakarta: UNS
Press. Marsin. 2002. Kemampuan Mengajar Guru Sekolah Dasar Ditinjau dari Model
Penyelenggaraan Program Penyeteraaan D-II PGSD dan Pengalaman Mengajar di Kabupaten Boyolali. Tesis . Tidak diterbitkan.
Masnur Muslih. 2007. Sertifikasi Guru Menuju Profesionalisme Pendidik. Jakarta.
Bumi Aksara. Mulyasa. 2007. Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya.
Nana Sudjana dan Ibrahim. 1989. Penelitian dan Penilaian Pendidikan. Bandung : Sinar Baru Algesindo.
Oemar Hamalik. 2008. Pendidikan Guru Berdasarkan Pendekatan Praktek. Jakarta :
PT Bumi Aksara. Setya Nurachmandani. 2002. Kontribusi Motivasi Mendesain Sistem Pembelajaran
Dan Masa Kerja Terhadap Kompetensi Mendesain Sistem Pembelajaran Pada Guru SLTPN Kabupaten KarangAnyar. Tesis. Tidak diterbitkan.
Sudjana. 2005. Metode Statistika. Bandung: Tarsito. Suharsimi Arikunto. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta :
PT Rineka Cipta. Suci Kuswardani. 2007. Hubungan Antara Tingkat Pendidikan Dan Lama Mengajar
Dengan Kompetensi Guru Pendidikan Kewarganegaraan Di Sekolah Menengah Pertama Negeri Purworejo Kabupaten PurworejoTahun 2005/ 2006. Skripsi. Tidak diterbitkan..
Winarno. 2007. Paradigma Baru Pendidikan Kewarganegaraan. Jakarta : Bumi
Aksara. Sumber internet Anonim. Kompetensi Guru Lulus Sertifikasi Tidak Otomatis Meningkat. www-koran-
jakarta.com-berita-detail terkini.php?id=16903. Diunduh hari Jumat tanggal 22 Januari 2010 jam 21.00 WIB.
David Kerr. 1999. Citizhenship Education and International Comparison. http : /
www/imca.org.uk/pdf/citizhenship-no-intro-pdf. Diunduh hari Selasa tanggal 1 Desember 2009 jam 09.00 WIB.
Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional. 2009.
Suplemen buku 3 Pedoman Penyusunan Portofolio Sertifikasi Guru tahun 2009. psg 15 .um.ac.id/cup – content/uploads/2009. Diunduh hari Selasa tanggal 20 Oktober 2009 jam 23.45 WIB.
Reid, A and Gill J. 2009. International Journal of Citizhenship and Teacher Education.
S. Eko Putro Widoyoko. 2009. Kompetensi Mengajar Guru IPS SMA Kabupaten Purworejo. http// www. um. pwr / ac .id /web download/ publikasi. Diunduh hari Senin tanggal 17 Agustus 2009 pukul 23.59 WIB.
Torney Purta, J., Richardson, and W, Barber, C. 2009. International Journal of