HUBUNGAN PEMBERIAN Lactobacillus reuteri TERHADAP HITUNG LIMFOSIT DARAH TEPI PADA MENCIT Balb/C MODEL SEPSIS SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran ANITA PUSPITA SARI G 0006003 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2010
42
Embed
HUBUNGAN PEMBERIAN Lactobacillus reuteri TERHADAP HITUNG ...eprints.uns.ac.id/7771/1/126650308201007211.pdfHasil penelitian menunjukkan rata-rata hitung limfosit setiap 100 sel leukosit
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
HUBUNGAN PEMBERIAN Lactobacillus reuteri TERHADAP
HITUNG LIMFOSIT DARAH TEPI PADA
MENCIT Balb/C MODEL SEPSIS
SKRIPSI
Untuk Memenuhi Persyaratan
Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran
ANITA PUSPITA SARI
G 0006003
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2010
PENGESAHAN SKRIPSI
Skripsi dengan judul : Hubungan Pemberian Lactobacillus reuteri
terhadap Hitung Limfosit Darah Tepi pada Mencit Balb/C Model Sepsis
Anita Puspita Sari, G0006003, Tahun 2009
Telah disetujui untuk dipresentasikan dan disahkan di hadapan
Dewan Penguji Skripsi Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret
Pada Hari Senin, Tanggal 16 Nopember, Tahun 2009
Surakarta, ……………………….
Pembimbing Utama Nama : R.P. Andri Putranto, dr., M.Si NIP : 19630525 199603 1 001
Penguji Utama Nama : Diding. H. Prasetyo, dr., M.Si NIP : 19680429 199903 1 001
Anggota Penguji Nama : Ipop Syarifah, Dra., Msi. NIP : 19560328 198503 2 001
....................................
....................................
....................................
....................................
Ketua Tim Skripsi
Sri Wahjono, dr., M. Kes. DAFK
NIP: 19450824 197310 1 001
Dekan FK UNS
Prof. Dr. A.A. Subijanto, dr., MS
NIP. 19481107 197310 1 003
PERNYATAAN
Dengan ini menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang
pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu Perguruan Tinggi,
dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang
pernah ditulis atau diterbitkan orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam
naskah dan disebutkan dalam daftar pustaka.
Surakarta, 16 Nopember 2009 Anita Puspita Sari
NIM G0006003
ABSTRAK Anita Puspita S., G0006003, 2010. Hubungan Pemberian Lactobacillus reuteri terhadap Hitung Limfosit Darah Tepi pada Mencit Balb/C Model Sepsis, Fakultas Kedokteran, Universitas Sebelas Maret, Surakarta. Apoptosis sel limfosit berperan utama dalam patogenesis sepsis. Lactobacillus reuteri adalah probiotik yang dapat menghambat apoptosis sel limfosit. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan pemberian Lactobacillus reuteri terhadap hitung limfosit darah tepi pada Mencit Balb/C model sepsis. Penelitian ini bersifat eksperimental laboratoris dengan post test only control group design. Hewan uji menggunakan 27 ekor Mencit Balb/C jantan dibagi dalam 3 kelompok yaitu kelompok kontrol, kelompok sepsis, kelompok sepsis+Lactobacillus reuteri. Model sepsis diinokulasi pada hari 1-7. Pada hari ke 8 mencit dikorbankan dan diambil darahnya melalui sinus orbitalis untuk dihitung limfositnya dengan pewarnaan Wright dan Giemsa. Data yang diperoleh dianalisis secara statistik dengan One Way ANOVA menggunakan program SPSS for Windows Release 15. Hasil penelitian menunjukkan rata-rata hitung limfosit setiap 100 sel leukosit darah tepi masing-masing kelompok adalah kelompok kontrol 82 sel, kelompok sepsis 80,7 sel, dan kelompok sepsis+L. reuteri 79,8 sel (p>0,05).
Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan pemberian Lactobacillus reuteri dengan jumlah limfosit darah tepi pada Mencit Balb/C model sepsis. Kata kunci : Lactobacillus reuteri, sepsis, limfosit
ABSTRACT Anita Puspita S., G0006003, 2010. The Correlation of Lactobacillus reuteri with the Lymphocyte Count at Peripheral Blood in Sepsis Balb/C Mice, Faculty of Medicine, Sebelas Maret University, Surakarta. Lymphocyte apoptosis plays a central role in the pathophysiology of sepsis. Lactobacillus reuteri is a probiotic that can inhibited lymphocyte apoptosis. This experiment was aimed to get the information of correlation of Lactobacillus reuteri with the lymphocyte count at peripheral blood circulation in sepsis condition. This was a pure experiment with post test only control group design. We used 27 male Balb/C Mice that were divided in 3 groups; control group, sepsis group, and sepsis+Lactobacillus reuteri group. The sepsis model was inoculated on day 1-7. On day 8 blood samples of subjects were taken from sinus orbitalis for lymphocyte counting with Wright and Giemsa staining. Statistical analysis of the data was performed with SPSS for Windows Release 15. The data showed that lymphocyte rate of 100 pheripheral blood leukocyte of control group 82 cells, sepsis group 80,7 cells, and sepsis+lactobacillus reuteri group 79,8 cells (p>0,05). From this experiments we concluded that there was no correlation between Lactobacillus reuteri with lymphocyte count at peripheral blood circulation in sepsis Balb/C Mice. Key words : Lactobacillus reuteri, sepsis, lymphocyte
PRAKATA
Alhamdulillahirobbil’alamin, atas izin Allah Ta’ala semata, penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul ‘Hubungan Pemberian Lactobacillus reuteri terhadap Hitung Limfosit Darah Tepi pada Mencit Balb/C Model Sepsis’
Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat kelulusan tingkat sarjana di Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta. Penulis menyadari bahwa skripsi ini tidakk lepas dari kerjasama dan bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu, penulis menghaturkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada : 1. Prof. Dr. A. A. Subijanto, dr., MS., selaku Dekan Fakultas Kedokteran
Universitas Sebelas Maret Surakarta. 2. Sri Wahjono, dr., M.Kes. DAFK, selaku Ketua Tim Skripsi Fakultas
Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta. 3. RP. Andri Putranto, dr., M.Si., selaku pembimbing utama yang telah
berkenan meluangkan waktu memberikan bimbingan, saran, dan motivasi. 4. Sarsono, Drs., M.Si., selaku pembimbing pendamping atas segala bimbingan,
arahan, dan waktu yang telah beliau luangkan bagi penulis. 5. Diding HP., dr., M.Si., selaku penguji utama yang telah berkenan menguji
dan memberikan saran, bimbingan, nasihat untuk menyempurnakan kekurangan dalam penulisan skripsi ini.
6. Ipop Syarifah, Dra., M.Si., selaku anggota penguji yang telah memberikan saran dan nasihat untuk memperbaiki kekurangan dalam penulisan skripsi ini.
7. Laboratorium Biokimia Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret, para dosen beserta segenap staf.
8. Laboratorium Histologi Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret, para dosen beserta segenap staf.
9. Tim Skripsi, Perpustakaan FK UNS yang banyak membantu dalam penyelesaian skripsi dan sebagai salah satu tempat mencari referensi.
10. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu-persatu, yang turut membantu penyelesaian skripsi ini.
Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penelitian dan penyusunan skripsi ini. Kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan demi perbaikan selanjutnya. Akhir kata, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi seluruh pembaca.
Surakarta, 16 Nopember 2009
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
PRAKATA................................................................................................ vi
DAFTAR ISI ............................................................................................. vii
DAFTAR TABEL ..................................................................................... ix
DAFTAR GAMBAR................................................................................. x
DAFTAR LAMPIRAN.............................................................................. xi
BAB I. PENDAHULUAN ........................................................ 1
A. Latar Belakang Masalah. .......................................... 1
B. Perumusan Masalah.................................................. 2
BAB II. LANDASAN TEORI.. ................................................................ 4
A. Tinjauan Pustaka.. .................................................... 4
B. Kerangka Pemikiran ................................................. 15
C. Hipotesis .................................................................. 16
BAB III. METODE PENELITIAN.............................................. 17
A. Jenis Penelitian ........................................................ 17
B. Lokasi Penelitian...................................................... 17
C. Subjek Penelitian...................................................... 17
D. Teknik Sampling...................................................... 17
E. Variabel Penelitian ................................................... 18
F. Skala Variabel ......................................................... 18
G. Definisi Operasional................................................. 18
H. Rancangan Penelitian ............................................... 20
I. Alat dan Bahan ......................................................... 20
J. Alur Penelitian ......................................................... 21
K. Analisis Data............................................................ 23
BAB IV. HASIL PENELITIAN................................................... 24
A. Data Hasil Penelitian ............................................... 24
B. Analisis Data ............................................................ 25
BAB V. PEMBAHASAN........................................................... 27
BAB VI. SIMPULAN DAN SARAN .......................................... 30
A. Simpulan ..................................................................................... 30
B. Saran 30
Daftar Pustaka
Lampiran
DAFTAR TABEL
Tabel 4.1. Hitung limfosit setiap 100 sel leukosit darah tepi Mencit Balb/C setelah perlakuan …………………………………………....24
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Gambaran limfosit pada sel darah normal…………………………..9 Gambar 2.2 Skema Kerangka
Pemikiran………………………………………..15 Gambar 3.1 Skema Rancangan Penelitian………………………………………20 Gambar 3.2 Alur Penelitian……………………………………………………..22 Gambar 4.1 Gambaran limfosit kelompok kontrol...............................................24 Gambar 4.2 Gambaran limfosit kelompok sepsis.................................................25 Gambar 4.3 Gambaran limfosit kelompok sepsis+Lactobacillus reuteri.............25 Gambar 4.4 Histogram rata-rata hitung limfosit darah tepi pada Mencit Balb/C
setelah perlakuan ..............................................................................26
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Ethical Clearance
Lampiran 2. Jadwal Penelitian
Lampiran 3. Tabel Hasil Hitung Limfosit setiap 100 Sel Leukosit Darah
Tepi Mencit pada Masing-Masing Kelompok.
Lampiran 4. Hasil Uji One Way ANOVA
Lampiran 5. Alat dan Bahan yang Digunakan dalam Penelitian
Lampiran 6. Foto Kegiatan Peenalitian
Lampiran 7. Tabel Konversi Dosis Hewan dan Manusia
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Sepsis adalah Systemic Inflammatory Response Syndrome (SIRS)
yang dapat menyebabkan kerusakan organ (Shixin Qin et al., 2006).
Patofisiologi sepsis sangat kompleks, sebagai akibat dari interaksi antara
proses infeksi kuman patogen, inflamasi dan jalur koagulasi (Kristine et al.,
2007) yang dikarakteristikkan sebagai ketidakseimbangan antara sitokin
proinflamasi dengan sitokin anti-inflamasi (Elena et al., 2006).
Proses patologik yang utama pada sepsis adalah apoptosis dari sel-sel
efektor imunologi termasuk limfosit dan sel dendrit maupun apoptosis saluran
pencernaan. Hal tersebut mengakibatkan ketidakmampuan dalam respon
imun. Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa pencegahan apoptosis akan
meningkatkan kelangsungan hidup penderita sepsis (Chang et al., 2007).
Penyebab dari sepsis terbesar adalah bakteri Gram negatif dengan
presentase 60–70 % (Guntur, 2006). Produk yang berperan penting dalam
peristiwa sepsis adalah Lipopolisakarida (LPS) yang merupakan komponen
utama membran terluar dari bakteri Gram negatif (Jimmy et al., 2006).
Staphylococci, Pneumococci, Streptococci, dan bakteri Gram positif lainnya
jarang menimbulkan sepsis, dengan angka kejadian 20-40% dari keseluruhan
kasus. Selain itu jamur oportunistik, virus (Dengue dan Herpes) atau protozoa
(Falciparum malariae) dilaporkan dapat menyebabkan sepsis walaupun jarang
(Guntur, 2006).
Pengobatan sepsis Gram negatif didasarkan pada pemberian
antimikroba yang adekuat dan support disfungsi organ (Oscar et al., 2006).
Salah satu upaya yang belakangan banyak dicoba dan diteliti untuk mengatasi
permasalahan sepsis adalah dengan pemberian preparat probiotik. Probiotik
bermanfaat untuk kesehatan sebagai imunomodulator pada sistem imun
(Galdeano et al., 2007) dan imunonutrisi pada penderita penyakit kritis seperti
sepsis (Calder, 2003). Lactobacillus reuteri merupakan salah satu jenis
probiotik tunggal yang banyak digunakan sebagai suplemen untuk
meningkatkan kesehatan pencernaan manusia (Nana et al., 2004).
Lactobacillus reuteri kini dicoba digunakan sebagai imunonutrisi pada pasien-
pasien yang kritis, termasuk diantaranya sepsis, sebagai immunomodulation
(Calder, 2003). Akan tetapi, sampai saat ini manfaat penggunaan L. reuteri
sebagai bentuk imunonutrisi dalam bidang medis secara formal belum
sepenuhnya dipahami karena belum diketahui bahan aktif dan mekanisme
kerjanya, termasuk penggunaan pada pasien-pasien kritis yang masih
diperdebatkan (Brown dan Valiere, 2004).
B. Perumusan Masalah
“ Adakah hubungan pemberian Lactobacillus reuteri terhadap hitung
limfosit darah tepi pada Mencit Balb/C model sepsis?”
C. Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui hubungan pemberian Lactobacillus reuteri terhadap
hitung limfosit darah tepi pada Mencit Balb/C model sepsis.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Penelitian ini dapat memberi masukan dalam ilmu pengetahuan
khususnya bidang imunopatobiologi molekuler probiotik (L. reuteri)
ѕebagai terapi adjuvant pada kasus sepsis.
2. Manfaat Praktis
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan rujukan untuk
penelitian lebih lanjut dan kajian ilmiah sehubungan dengan khasiat
Lactobacillus reuteri sebagai terapi adjuvant pada kasus sepsis dalam
pelayanan kesehatan formal.
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka
1. Sepsis
Sepsis adalah suatu sindroma klinik sebagai manifestasi proses
inflamasi imunologik yang terjadi karena adanya respon tubuh (imunitas)
yang berlebihan terhadap rangsangan produk mikroorganisme, ditandai
dengan takipnea (frekuensi respirasi lebih dari 20 kali/menit), takikardia
(frekuensi jantung lebih dari 100 kali/menit), hipertermia (temperatur
axilar tubuh lebih dari 1010 F / 38.30C) atau hipotermia (temperatur axilar
tubuh kurang dari 96.10F / 35.60C), leukositosis (> 12.000/mm3),
leukopenia (< 4000/mm3) dengan atau tanpa ditemukannya bakteri dalam
darah (Edwin et al., 2003; Guntur, 2008).
Sepsis disebabkan oleh bakteri Gram negatif, bakteri Gram positif,
jamur, virus, dan parasit (Edwin et al., 2003; James et al., 2005). Faktor
yang paling berperan penting terhadap sepsis adalah Lipopolisakarida
(LPS) atau endotoksin glikoprotein kompleks dan dinyatakan sebagai
penyebab sepsis terbanyak. Struktur lipid A dalam LPS bertanggung jawab
terhadap reaksi inflamasi jaringan, demam, dan syok. LPS dapat langsung
mengaktifkan sistem imun seluler dan humoral, yang dapat menimbulkan
septikemia. Produk yang berperan penting terhadap sepsis adalah
Lipopolisakarida (LPS) terutama kandungan lipid A dalam LPS tersebut.
LPS atau endotoksin glikoprotein kompleks merupakan komponen utama
membran terluar dari bakteri Gram negatif (Guntur, 2006). LPS bersifat
stabil terhadap panas, mempunyai berat molekul antara 3000 dan 5000
(lipooligosakarida) sampai beberapa juta (lipopolisakarida). Dalam aliran
darah LPS akan terikat pada protein yang bersirkulasi kemudian
berinteraksi dengan reseptor makrofag, limfosit, dan monosit serta sel lain
pada sistem retikuloendotelial. Hal ini akan mengakibatkan pelepasan
sitokin dan pengaktifan jalur komplemen dan koagulasi. Runtutan
peristiwa tersebut dapat diamati secara klinis sebagai demam, leukopenia,
hipoglikemia, hipotensi, syok, koagulasi intravaskuler hingga kematian
karena disfungsi organ (Brooks et al., 2003).
Patofisiologi sepsis sangat kompleks akibat dari interaksi antara
proses infeksi kuman patogen, inflamasi, dan jalur koagulasi (Kristine et
al., 2007) yang dikarakteristikkan sebagai ketidakseimbangan antara
mediator tersebut akan menyebabkan apoptosis sel dendritic, Gut associated
lymphoid tissue (GALT) dan limfosit. Dari penelitian Elena (2006) dan Javier
(2005) disebutkan bahwa overproduksi sitokin inflamasi yang menyebabkan
apoptosis sel limfosit tersebut akan mensupresi sistem imun yang dapat
mengakibatkan nekrosis jaringan, multiple organ failure, hingga kematian
Pemberian Lactobacillus reuteri pada keadaan sepsis akan menghambat
induksi dari nuclear factor κ-B (NFκ-B) sehingga akan menghambat sinyal dan
transkripsi sitokin proinflamasi, khemokin, adhesion dan faktor koagulasi.
Menurut Galdeano (2007) dengan menurunkan produksi sitokin proinflamasi
tersebut, L. reuteri dapat menghambat apoptosis sel limfosit pada Mencit Balb/C
yang diinduksi dengan cecal inoculum. Hal tersebut sejalan dengan pendapat
Calder (2003) yang menyatakan bahwa Lactobacillus reuteri dapat digunakan
sebagai immunomodulation yang dapat menghambat apoptosis sel imun, termasuk
sel limfosit.
Akan tetapi dari penelitian ini didapatkan rata-rata hitung limfosit darah
tepi kelompok sepsis+Lactobacillus reuteri menunjukkan angka yang lebih
rendah dari kelompok sepsis maupun dari kelompok kontrol. Pemberian L. reuteri
pada kelompok sepsis tidak terbukti dapat menurunkan apoptosis sel limfosit pada
Mencit Balb/C yang diinduksi dengan cecal inoculum. Hal ini mungkin terjadi
karena penghambatan apoptosis sel limfosit oleh L. reuteri secara kuantitas masih
lebih rendah dari apoptosis sel limfosit yang terjadi. Sehingga walaupun tidak
nampak peningkatan jumlah sel limfosit pada mencit kelompok
sepsis+Lactobacillus reuteri, bukan berarti tidak terjadi penghambatan apoptosis
sel limfosit sama sekali. Hal tersebut dibuktikan dengan hasil analisis stasistik
yang tidak menunjukkan perbedaan bermakna antara rata-rata hitung limfosit
darah tepi kelompok sepsis+Lactobacillus reuteri dengan kelompok sepsis dan
kelompok kontrol.
Pada penelitian ini secara kuantitas jumlah sel limfosit darah tepi
kelompok sepsis+Lactobacillus reuteri menunjukkan angka yang lebih rendah
dari kelompok sepsis. Akan tetapi secara kualitas kemungkinan sel limfosit pada
mencit kelompok sepsis+Lactobacillus reuteri lebih baik dari kelompok sepsis.
Hal ini dibuktikan dari penelitian Mirantika (2009) dengan obyek penelitian yang
sama didapatkan bahwa pemberian L. reuteri pada mencit model sepsis dapat
menurunkan derajat inflamasi usus secara bermakna. Sel limfosit di mukosa usus
mencit tersebut dapat menghambat polimikroba secara kompetitif dan mencegah
kolonisasi kuman enterik patogen secara efektif sehingga menginduksi
terbentuknya Ig A sekretori. Pernyataan tersebut diperkuat dengan hasil penelitian
Diding (2009) yang menyatakan bahwa pada kelompok sepsis+Lactobacillus
reuteri yang sama dengan penelitian ini terjadi peningkatan kadar Ig A serum
secara bermakna.
BAB VI SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan
pemberian Lactobacillus reuteri terhadap hitung limfosit darah tepi pada
Mencit Balb/C model sepsis.
B. Saran
Penelitian ini dapat digunakan sebagai dasar penelitian lebih lanjut dengan metode dan parameter biomolekuler sehingga dapat lebih diketahui lebih mendalam tentang pengaruh pemberian Lactobacillus reuteri pada sepsis.
DAFTAR PUSTAKA Abbas, A. K. dan Lichtman, A. H., 2005. Cellular and Moleculer
Immunology. Elsevier Science, USA, pp : 264,433-451.
Arul MC., et al. 2001. Molecular Signatures of Sepsis Multiorgan Gene Expression Profiles of Systemic Inflammation. Am J Pathol. October; 159(4): 1199–1209.
Brahmbhatt S., Gupta A., Sharma AC. 2005. Bigendothelin-1 (1-21) Fragment
during Early Sepsis Modulates tau, p38-MAPK Phosphorylation and
Nitric Oxide Synthase Activation. Molecular and Cellular Biochemistry. 271:225–237
Brooks G.F, Butel J, Morse A.S. 2003. Medical Microbiology Singapore: Mc
Graw Hill Company, p: 217. Brown AC and Valiere A. 2004. Probiotics and Medical Nutrition Therapy. Nutr
Clin Care, 7(2): 56-68.
Calder PC. 2003. Immunonutrition. In: David J W Knight. Increased mortality is associated with immunonutrition in sepsis. BMJ. July ;327:117-8.
Casas IA, Dobrogosz WJ.1997. Lactobacillus reuteri: An overview of a new
probiotic for humans and animals. Microecol Therap; 25: 221–31. Chang KC., et al. 2007. Multiple triggers of cell death in sepsis: death receptor
and mitochondrialmediated apoptosis. FASEB J. 21, 708–719. Chopra M. and Sharma AC. 2007. Distinct cardiodynamic and molecular
characteristics during early and late stages of sepsis-induced myocardial dysfunction. Life Sci. July 4; 81(4): 306–316.
Diding HP, 2009. Analisis Lactobacillus reuteri terhadap Survival Rate, Inflamasi
Intestinal dan Ig A pada Mencit Balb/C Model Sepsis. Dibiayai DIPA PNBP Fakultas Kedokteran 2009.
Dorland, W.A. 2002. Kamus Kedokteran Dorland. Jakarta:EGC, p : 1265. Edwin SVA., Theo JCVB., and Johan K. 2003. Receptors, Mediators, and
Mechanisms Involved in Bacterial Sepsis and Septic Shock. Clin Microbiol Rev. July; 16(3): 379–414.
Eko Budiarto. 2001. Biostatistika untuk Kedokteran dan Kesehatan Masyarakat.
Jakarta:EGC,p:226 Elena GR., Alejo C., Gema R., and Mario D. 2006. Corstatin, a new anti-
inflammatory peptide with therapeutic effect on lethal endotoxemia. J Exp Med. March; 20393): 563-571.
Galdeano MC., et al. 2007. Mechanism of Immunomodulation Induced by
Probiotic Bacteria. Am J Clinical and Vaccine Immunology. 14:485-492. Gandasoebrata, R. 2001. Penuntun Laboratorium Klinik. Jakarta:Dian
Rakyat.pp:32-33
Guntur H, A.2006.Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam jilid III Edisi IV.In:Sudoyo et
al.(Eds).Penyakit Tropk Dan Infeksi:Sepsis.Jakarta:Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI,pp:1840-1843.
Guntur HA. 2008. SIRS, SEPSIS dan SYOK SEPTIK (Imunologi, Diagnosis dan
Penatalaksanaan). Sebelas Maret University Press. Surakarta. Guyton and Hall. 1997. “Resistensi Tubuh terhadap infeksi: Leukosit, Granulosit,
Sistem Makrofag-monosit, dan Inflamasi”. Dalam : Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 9. Penerbit EGC, Jakarta,pp: 556-566.
James MJ., Naeem AA., and Edward A. 2005. Year in review in Critical Care,
2004: sepsis and multi-organ failure. Crit Care. 9(4): 409–413. Jan W., et al. 2004. NF-κB- and AP-1-Mediated Induction of Human Beta
Defensin-2 in Intestinal Epithelial Cells by Escherichia coli Nissle 1917: a Novel Effect of a Probiotic Bacterium. Infect Immun. October; 72(10): 5750–5758.
Javier C., et al. 2005. Role of Lipopolysaccharide and Cecal Ligation and
Puncture on Blood Coagulation and Inflammation in Sensitive and Resistant Mice Models. Am J Pathol. April; 166(4): 1089–1098.
Jimmy F. P. et al. 2006. Apolipoprotein CI stimulates the response to
lipopolysaccharide and reduces mortality in Gram-negative sepsis. FASEB J. 20:E1560–E1569.
Jürgen B., et al. 2006. Effects of dopexamine on the intestinal microvascular blood flow and leucocyte activation in a sepsis model in rats. Crit Care.10(4): R117.
Kristine M J., et al. 2007. Common TNF-α, IL-1β, PAI-1, uPA, CD14 and TRL4 polymorphism are not associated with disease severity or outcome from Gram negative sepsis. BMC Infect Dis. 7: 108.
Mirantika E. 2009. Hubungan Pemberian Lactobacillus reuteri dengan Derajat
Inflamasi Ususpada Mencit Balb/C Model Sepsis Paparan Cecal inoculums. Fakultas Kedokteran, Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Molin G, Jeppsson B, Johansson M-L. 1993. Numerical taxonomy of
Lactobacillus reuteri associated to healthy and diseased mucosa of the human intestines. J Appl Microbiology, 74: 314–23.
Nana Valeur, et al. 2004. Colonization and Immunomodulation by Lactobacillus reuteri ATCC 55730 in the Human Gastrointestinal Tract. Applied and Environmental Microbiology, 70:1176-1181
Oscar C., et al. 2006. LL-37 Protects Rats against Lethal Sepsis Caused by Gram-
Purawisastra S. 2001. Penelitian Pengaruh Isolat Galaktomanan Kelapa terhadap
Penurunan Kadar Kolesterol Serum Kelinci. http://digilab.ekologi.litbang.depkes.go.id/office.php?m=bookmark&id=jkpkbppk-gdl-grey-2001-suryana-108-galaktomanan. (2 Februari 2009).
Function of Isolated Ventricular Myocytes Is Due to Altered Calcium Transient Properties. Shock:Volume 18(3)September pp 285-288.
Robert J Boyle, Roy M Robins-Browne, and Mimi LK Tang. 2006. Probiotic use
in clinical practice: what are the risks?. AmJ Clinical Nutrition, 83:1256–64.
Ronald, SA ,Mcpherson.A.R. 2000. Tinjauan Klinis atas Hasil Pemeriksaan
Laboratorium edisi sebelas. Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta, p :58.
Shahin G., Ole GK., Court P., and Svend SP. 2006. Procalcitonin,
lipopolysaccharide-binding protein, interleukin-6 and C-reactive protein in community-acquired infections and sepsis: a prospective study. Critical care, 10:R53
Shixin Qin, et al. 2006. Role of HMGB1 in apoptosis-mediated sepsis lethality.
JEM. 203:1637-1642 Suhardjono, D., 1995. Percobaan Hewan Laboratorium. Gajah Mada University
Press, Yogyakarta, hal:207. Stryer, L. 2000. Biokimia.Vol 1. Penerbit EGC, Jakarta,p:375. Taylor AL, Dunstan JA and Prescott SL. 2007. Probiotic Supplementation for the
First 6 Months of Life Fails to Reduce the Risk of Atopic Dermatitis and Increases the Risk of Allergen Sensitization in High-Risk Children: A Randomized Controlled Trial. Journal of Allergy and Clinical Immunology, 119: 184-191.
Thomas J., 2003. Formed Elements of Blood.
http://www.education.vetmed.vt.edu/.../Labs/Lab6/Lab6.htm.(18 Maret 2009)
Victor P. Eroschenko. 2003. Atlas Histologi di fiore dengan korelasi fungsional Ed.9. Jakarta: EGC. Hal: 62-65.
Zukesti Effendi. 2003. Peranan Leukosit Sebagai Anti Inflamasi Alergik Dalam