Top Banner
51 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Dalam bab ini disajikan mengenai hasil penelitian beserta interpretasinya. Berturut-turut berikut disajikan mengenai deskripsi data, uji persyaratan analisis data, pengujian hipotesis dan pembahasan hasil penelitian. A. Deskripsi Data Hasil penelitian diperoleh 42 data dari hasil tes keseimbangan dinamis (Time Up and Go Test ) dari keseluruhan populasi yang berjumlah 75 Lansia. Data tersebut diperoleh dari sampel penelitian yang tersebar dalam dua kelompok perlakuan dengan perincian 21 Lansia yang diberi perlakuan menggunakan Senam Sehat Indonesia dan 21 Lansia yang diberi perlakuan menggunakan Senam Sang Surya. Masingmasing kelompok perlakuan dibagi lagi ke dalam tiga kelompok, yaitu 7 Lansia yang memiliki kategori IMT Overweight, 7 Lansia yang memiliki kategori IMT Normal, dan 7 Lansia yang memiliki kategori IMT Underweight. Dengan menggunakan instrumen yang telah disusun sesuai dengan jenis variabel yang diteliti, maka akan diadakan analisis secara deskriptif dan inferensial. Analisis tersebut berupa 1) Deskripsi data penelitian, dan 2) Pengujian hipotesis. Sebelum dilakukan pengujian hipotesis, terlebih dahulu dilakukan pengujian persyaratan analisis data. Pengujian hipotesis menggunakan analisis variansi (ANAVA) dengan mempertimbangkan faktor = 0,05. Deskripsi data akan disesuikan dengan jenis-jenis variabel penelitian. Sesuai dengan variabel penelitian ini, yaitu dengan menggunakan instrumen penelitian tes Keseimbangan Dinamis Lansia. Berikut ini akan disajikan deskripsi data hasil penelitian secara ringkas tentang kategori IMT dan keseimbangan dinamis Lansia.
14

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN · Ringkasan Hasil Analisis Varian Dua Faktor Sumber Variasi DF SS MS F hitung Sig Rata-rata Perlakuan A 9,938 1 9,938 12,140 0,001 B 17,447

Oct 12, 2019

Download

Documents

dariahiddleston
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN · Ringkasan Hasil Analisis Varian Dua Faktor Sumber Variasi DF SS MS F hitung Sig Rata-rata Perlakuan A 9,938 1 9,938 12,140 0,001 B 17,447

51

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Dalam bab ini disajikan mengenai hasil penelitian beserta interpretasinya.

Berturut-turut berikut disajikan mengenai deskripsi data, uji persyaratan analisis

data, pengujian hipotesis dan pembahasan hasil penelitian.

A. Deskripsi Data

Hasil penelitian diperoleh 42 data dari hasil tes keseimbangan dinamis

(Time Up and Go Test ) dari keseluruhan populasi yang berjumlah 75 Lansia.

Data tersebut diperoleh dari sampel penelitian yang tersebar dalam dua kelompok

perlakuan dengan perincian 21 Lansia yang diberi perlakuan menggunakan Senam

Sehat Indonesia dan 21 Lansia yang diberi perlakuan menggunakan Senam Sang

Surya. Masing–masing kelompok perlakuan dibagi lagi ke dalam tiga kelompok,

yaitu 7 Lansia yang memiliki kategori IMT Overweight, 7 Lansia yang memiliki

kategori IMT Normal, dan 7 Lansia yang memiliki kategori IMT Underweight.

Dengan menggunakan instrumen yang telah disusun sesuai dengan jenis

variabel yang diteliti, maka akan diadakan analisis secara deskriptif dan

inferensial. Analisis tersebut berupa 1) Deskripsi data penelitian, dan 2) Pengujian

hipotesis. Sebelum dilakukan pengujian hipotesis, terlebih dahulu dilakukan

pengujian persyaratan analisis data. Pengujian hipotesis menggunakan analisis

variansi (ANAVA) dengan mempertimbangkan faktor = 0,05. Deskripsi data

akan disesuikan dengan jenis-jenis variabel penelitian. Sesuai dengan variabel

penelitian ini, yaitu dengan menggunakan instrumen penelitian tes Keseimbangan

Dinamis Lansia.

Berikut ini akan disajikan deskripsi data hasil penelitian secara ringkas

tentang kategori IMT dan keseimbangan dinamis Lansia.

Page 2: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN · Ringkasan Hasil Analisis Varian Dua Faktor Sumber Variasi DF SS MS F hitung Sig Rata-rata Perlakuan A 9,938 1 9,938 12,140 0,001 B 17,447

52

Tabel 4.1. Deskripsi Hasil Tes Peningkatan Keseimbangan Dinamis Tiap

Kelompok Berdasarkan Jenis Senam dan IMT

Jenis Senam IMT Rata-rata Pre-test Rata-rata Post-test

Senam Sehat

Indonesia

Over Weight 11,30 9,53

Normal 10,75 7,55

Under weight 10,00 8,59

Total 10,68 8,56

Senam Sang

Surya

Over Weight 10,76 10,06

Normal 10,02 8,89

Under weight 10,71 9,64

Total 10,50 9,53

Dari deskripsi data hasil tes keseimbangan dinamis berdasarkan jenis

senam Lansia : Nilai rata-rata pre test kelompok Lansia yang melakukan Senam

Sehat Indonesia adalah 10,68, rata-rata post test 8,56, sedangkan nilai rata-rata

pre test kelompok Lansia yang melakukan Senam Sang Surya adalah 10,50, rata-

rata post test 9,53, Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dalam Histogram dibawah.

Gambar 4.1. Histogram Nilai Rata-rata Hasil Pre Test dan Post Test

Keseimbangan Dinamis Lansia Pada Kelompok Senam Sehat Indonesia dan

Senam Sang Surya

0,00

2,00

4,00

6,00

8,00

10,00

12,00

Pre test Post test

Kes

em

ban

gan

Senam Sehat Indonesia

Senam Sang Surya

Page 3: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN · Ringkasan Hasil Analisis Varian Dua Faktor Sumber Variasi DF SS MS F hitung Sig Rata-rata Perlakuan A 9,938 1 9,938 12,140 0,001 B 17,447

53

Hasil tes peningkatan keseimbangan dinamis tiap kelompok perlakuan

berdasarkan jenis Senam Lansia dan IMT memiliki rata-rata nilai yang berbeda,

agar lebih jelas akan disajikan dalam bentuk histogram sebagai berikut:

Gambar 4.2. Histogram Nilai Rata-rata Hasil Pre Test dan Post Test

Keseimbangan Dinamis Lansia Pada Kelompok Senam Sehat Indonesia Menurut

Kategori IMT

Nilai rata-rata pre test kelompok Senam Sehat Indonesia yang memiliki

IMT Over weight adalah 11,30, sedangkan rata-rata post test 9,53. Nilai rata-rata

pre test kelompok Senam Sehat Indonesia yang memiliki IMT normal adalah

10,75, sedangkan rata-rata post test 7,55. Nilai rata-rata pre test kelompok Senam

Sehat Indonesia yang memiliki IMT under weight adalah 10,00, sedangkan rata-

rata post test 8,59.

0,00

5,00

10,00

15,00

Over Weight Normal Under weight

Kes

eim

ban

gan

IMT

Senam SSI

Pre-Test

Post Test

Page 4: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN · Ringkasan Hasil Analisis Varian Dua Faktor Sumber Variasi DF SS MS F hitung Sig Rata-rata Perlakuan A 9,938 1 9,938 12,140 0,001 B 17,447

54

Gambar 4.3. Histogram Nilai Rata-rata Hasil Pre Test dan Post Test

Keseimbangan Dinamis Lansia Pada Kelompok Senam Sang Surya Menurut

Kategori IMT

Pada kelompok Senam Sang Surya, nilai rata-rata pre test yang memiliki

IMT Over weight adalah 10,76, sedangkan rata-rata post test 10,06, rata-rata pre

test kelompok Senam Sang Surya yang memiliki IMT normal adalah 10,02,

sedangkan rata-rata post test 8,89, Nilai rata-rata pre test kelompok Senam Sang

Surya yang memiliki IMT under weight adalah 10,71, sedangkan rata-rata post

test 9,64.

B. Pengujian Persyaratan Analisis

1. Uji Normalitas

Sebelum dilakukan analisis data perlu diuji distribusi kenormalannya. Uji

normalitas populasi dalam penelitian ini digunakan metode Kolmogorov Smirnov

untuk taraf signifikansi 5%.

0,00

2,00

4,00

6,00

8,00

10,00

12,00

Over Weight Normal Under weight

Kes

eim

ban

gan

IMT

Senam Sang Surya

Pre-Test

Post-test

Page 5: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN · Ringkasan Hasil Analisis Varian Dua Faktor Sumber Variasi DF SS MS F hitung Sig Rata-rata Perlakuan A 9,938 1 9,938 12,140 0,001 B 17,447

55

Tabel 4.2. Rangkuman Hasil Uji Normalitas Data

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Keseimbangan

N 42

Normal Parametersa Mean 9.0436

Std. Deviation 1.18998

Most Extreme

Differences

Absolute .104

Positive .104

Negative -.103

Kolmogorov-Smirnov Z .674

Asymp. Sig. (2-tailed) .754

Dari hasil uji normalitas yang dilakukan dengan metode Kolmogorov

Smirnov (dilakukan dengan bantuan komputer), diperoleh nilai sig sebagai dasar

penolakan hipotesis nol. Jika nilai sig lebih kecil dari 0,05 maka H0 ditolak dan ini

berarti bahwa residu tidak berdistribusi normal dan sebaliknya, dapat disimpulkan

bahwa residu berdistribusi normal jika nilai sig yang diperoleh lebih besar dari

0,05. Selain itu jika Dhitung ≤ Dtabel maka data dinyatakan terdistribusi normal dan

sebaliknya. Dari hasil uji normalitas diperoleh nilai sig = 0,754 > 0,05 sehingga

diterima. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa sampel berasal dari

populasi yang berdistribusi normal.

2. Uji Homogenitas

Uji homogenitas bertujuan untuk menguji kesamaan varians antara

kelompok yang melakukan Senam Sehat Indonesia dengan kelompok yang

melakukan Senam Sang Surya. Uji homogenitas pada penelitian ini dilakukan

dengan Levene’s Test. Hasil uji homogenitas data antara kelompok yang

melakukan Senam Sehat Indonesia dengan kelompok yang melakukan Senam

Sang Surya adalah sebagai berikut:

Page 6: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN · Ringkasan Hasil Analisis Varian Dua Faktor Sumber Variasi DF SS MS F hitung Sig Rata-rata Perlakuan A 9,938 1 9,938 12,140 0,001 B 17,447

56

Table 4.3. Rangkuman Hasil Uji Homogenitas Data

F df1 df2 Sig.

1,530 5 36 0,205

Dari hasil uji homogenitas yang dilakukan dengan metode Levene’s Test

(lakukan dengan bantuan 56ipótesi), diperoleh nilai Sig sebagai dasar penolakan

hipotesis nol. Jika nilai Sig lebih kecil dari 0,05 maka H0 ditolak dan ini berarti

bahwa ketiga kelompok tidak memiliki varian yang sama, jika H0 diterima dan ini

berarti bahwa kedua kelompok memiliki varian yang sama. Selain itu jika Fhitung ≤

Ftabel maka data dinyatakan homogen dan sebaliknya. Dari hasil uji levene’s test

diperoleh nilai Sig = 0,205 > 0,05 sehingga diterima. Dengan demikian dapat

disimpulkan bahwa kedua kelompok memiliki varian yang sama/ 56ipótesi.

C. Pengujian Hipotesis

Pengujian hipotesis penelitian dilakukan berdasarkan hasil analisis data

dan interpretasi analisis varians. Uji Post Hoc dengan Uji Scheffe ditempuh

sebagai langkah-langkah uji rata-rata setelah ANAVA guna mengetahui secara

terperinci rata-rata yang berbeda. Berkenaan dengan hasil analisis varians dan uji

Post Hoc ada beberapa hipotesis yang harus diuji. Urutan pengujian disesuaikan

dengan urutan 56ipótesis yang dirumuskan pada bab III.

Tabel 4.4. Ringkasan Hasil Analisis Varians Untuk Jenis Latihan Senam Sehat

Indonesia dan Senam Sang Surya (a1, a2)

Sumber Variasi DF SS MS Fhitung Sig

A

Kekeliruan

1 9,938 9,938 12,140 0,001

36 29,469 0,819

Page 7: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN · Ringkasan Hasil Analisis Varian Dua Faktor Sumber Variasi DF SS MS F hitung Sig Rata-rata Perlakuan A 9,938 1 9,938 12,140 0,001 B 17,447

57

Tabel 4.5. Ringkasan Analisis Variansi Untuk IMT (b1, b2 dan b3)

Sumber Variasi DF SS MS Fhitung Sig

B

Kekeliruan

2 17,447 8,723 10,657 0,000

36 29,469 0,819

Tabel 4.6. Ringkasan Hasil Analisis Varian Dua Faktor

Sumber Variasi DF SS MS Fhitung Sig

Rata-rata

Perlakuan

A 9,938 1 9,938 12,140 0,001

B 17,447 2 8.,723 10,657 0,000

AB 1,205 2 0,603 0,736 0,486

Kekeliruan 29,469 36 0,819

Total 58,058 41

Berdasarkan tabel ringkasan anava diperoleh dan ditolak. Pada

perlakuan A hanya ada dua kelompok yaitu Lansia yang mengikuti Senam Sehat

Indonesia dan lansia yang mengikuti Senam Sang Surya. Karena hanya dua

kelompok yang dibandingkan dan ditolak maka jelas terdapat perbedaaan

yang signifikan pada rerata keseimbangan dinamis Lansia yang mengikuti Senam

Sehat Indonesia dan Senam Sang Surya sehingga tidak perlu dilakukan uji lanjut

pasca anava.

Selain itu ditolak sehingga ada perbedaan rerata pada perlakuan B.

Karena perlakuan B ada tiga jenis yaitu IMT over weight, normal, dan under

weight maka perlu diuji keberartian perbedaan rata-ratanya. Untuk melakukan

pengujian terhadap perbedaan rerata pada perlakuan dengan menggunakan uji

lanjut pasca anava. Uji lanjut yang digunakan adalah metode Scheffe. Rangkuman

uji lanjut anava pada Tabel.

Page 8: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN · Ringkasan Hasil Analisis Varian Dua Faktor Sumber Variasi DF SS MS F hitung Sig Rata-rata Perlakuan A 9,938 1 9,938 12,140 0,001 B 17,447

58

Tabel 4.7 Uji Komparasi Ganda

(I) IMT (J) IMT Mean

Difference

(I-J)

Std.

Error

Sig. 95% Confidence Interval

Lower

Bound

Upper

Bound

Over

Weight

Normal 1.5736* .34196 .000 .7005 2.4467

Under

Weight

.6764 .34196 .156 -.1967 1.5495

Normal Over

Weight

-1.5736* .34196 .000 -2.4467 -.7005

Under

Weight

-.8971* .34196 .043 -1.7702 -.0240

Under

Weight

Over

Weight

-.6764 .34196 .156 -1.5495 .1967

Normal .8971* .34196 .043 .0240 1.7702

Berdasarkan hasil analisis data di atas dapat dilakukan pengujian hipotesis

sebagai berikut:

1. Pengujian Hipotesis I

Berdasarkan analisis pada hasil penelitian diperoleh bahwa kelompok

lansia yang mengikuti Senam Sehat Indonesia dan Senam Sang Surya memiliki

keseimbangan dinamis yang berbeda. Hal ini dapat dibuktikan dengan melihat

nilai Sig untuk perlakuan A (Senam) yaitu Sig = 0,001 < 0,05 sehingga

ditolak. Dengan menolak berarti bahwa kelompok lansia yang mengikuti

Senam Sehat Indonesia memiliki keseimbangan dinamis yang berbeda dengan

kelompok lansia yang mengikuti Senam Sang Surya dan terbukti kebenarannya.

Jika dilihat dari rata-rata skor keseimbangan dinamis lansia yang

mengikuti Senam Sehat Indonesia adalah 8,58 menit lebih baik dari rata-rata skor

lansia yang mengikuti Senam Sang Surya yaitu 9,53 menit.

2. Pengujian Hipotesis II

Berdasarkan analisis data penelitian diperoleh hasil bahwa ada perbedaan

keseimbangan dinamis lansia antara lansia yang memiliki IMT over weight,

normal, dan under weight. Hal ini ditunjukkan dari nilai

. Dengan demikian ditolak. Dengan menolak maka terdapat

Page 9: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN · Ringkasan Hasil Analisis Varian Dua Faktor Sumber Variasi DF SS MS F hitung Sig Rata-rata Perlakuan A 9,938 1 9,938 12,140 0,001 B 17,447

59

perbedaan rerata keseimbangan dinamis antara lansia yang memiliki IMT over

weight, normal, dan under weight.

Untuk melihat keberartian rataan pada perlakuan B (IMT) dilihat dari

hasil uji lanjut pasca anava. Pada hasil pasca anava untuk IMT normal dan

overweight diperoleh nilai yang berarti bahwa terdapat

perbedaan keseimbangan dinamis yang signifikan pada lansia yang memiliki IMT

normal dan overweight. Keseimbangan lansia yang memiliki IMT normal adalah

8,22 menit lebih baik dari rata-rata keseimbangan lansia dengan IMT over weight

yaitu 9,79 menit.

Selain itu pada hasil pasca anava untuk perbedaan keseimbangan dinamis

lansia yang memiliki IMT normal dan under weight diperoleh nilai

yang berarti terdapat perbedaan yang signifikan pada kedua

kelompok. Rata-rata keseimbangan dinamis lansia yang memiliki IMT normal

adalah 8,22 menit lebih baik dari rata-rata keseimbangan lansia dengan IMT

under weight yaitu 9,18 menit.

Untuk menguji keberartian perbedaan rata-rata keseimbangan dinamis

lansia yang memiliki IMT under weight dan over weigh diperoleh nilai

berarti tidak ada perbedaan yang signifikan antara kedua

kelompok. Jadi rata-rata keseimbangan dinamis lansia dengan IMT under weigt

dan over weight cenderung sama atau tidak ada perbedaan yang signifikan.

3. Pengujian Hipotesis III

Berdasarkan analisis pada hasil penelitian diperoleh tidak ada interaksi

yang signifikan antara Senam Sehat Indonesia dan Senam Sang Surya dengan

IMT over weight, normal, dan under weight. Hal ini dapat ditunjukkan dari hasil

analisis anava diperoleh nilai . Dengan demikian

diterima. Ini berarti tidak ada interaksi yang signifikan antara Senam Sehat

Indonesia dengan IMT over weight, normal, dan under weight dan telah

ditunjukkan. Gambar 4.4 menunjukkan profil interaksi.

Page 10: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN · Ringkasan Hasil Analisis Varian Dua Faktor Sumber Variasi DF SS MS F hitung Sig Rata-rata Perlakuan A 9,938 1 9,938 12,140 0,001 B 17,447

60

Gambar 4.4 Profil Interaksi Jenis Senam Lansia dan IMT

Berdasarkan Gambar dapat dilihat profil variabel bebas IMT dan jenis

senam tidak berpotongan, maka pada kedua variabel bebas cenderung tidak ada

interaksi.

D. Pembahasan Hasil Penelitian

Pembahasan hasil penelitian ini memberikan penafsiran yang lebih lanjut

mengenai hasil-hasil analisis data yang telah dikemukakan. Berdasarkan

pengujian hipotesis menghasilkan dua kelompok kesimpuan analisis yaitu:

1. Perbedaan pengaruh yang bermakna antara faktor-faktor utama penelitian .

Faktor utama yang diteliti meliputi:

a Perbedaan pengaruh Senam Sehat Indonesia dan Senam Sang Surya

terhadap keseimbangan dinamis Lansia.

b Perbedaan keseimbangan dinamis antara Lansia dengan Indeks Massa

Tubuh Overweight, Normal, dan Underweight.

Page 11: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN · Ringkasan Hasil Analisis Varian Dua Faktor Sumber Variasi DF SS MS F hitung Sig Rata-rata Perlakuan A 9,938 1 9,938 12,140 0,001 B 17,447

61

2. Pengaruh interaksi antara jenis senam Lansia dan indeks massa tubuh

terhadap peningkatan keseimbangan dinamis Lansia.

Kelompok kesimpulan analisis dapat dipaparkan lebih lanjut sebagai berikut:

1. Perbedaan pengaruh Senam Sehat Indonesia dan Senam Sang Surya

terhadap keseimbangan dinamis.

Berdasarkan hipotesis pertama ternyata ada perbedaan pengaruh Senam

Sehat Indonesia dan Senam Sang Surya terhadap keseimbangan Dinamis. Lansia

yang melakukan Senam Sehat Indonesia memiliki skor keseimbangan dinamis

lebih baik dibandingkan dengan Lansia yang mendapatkan perlakuan Senam Sang

Surya.

Senam Sehat Indonesia terdiri dari 12 gerakan yang bertujuan untuk

menjaga dan meningkatkan fungsional raga. Pada dasarnya dengan berolahraga

secara teratur dengan Senam Sang Surya maupun Senam Sehat Indonesia akan

berdampak positif bagi lansia. Dengan berolahraga secara teratur dan terarah

Lansia dapat memperlambat proses degenerasi yang disebabkan perubahan usia.

Karena dalam pergerakan apapun, kontraksi secara aktif (agonist) bersamaan

dengan relaksasi atau pertentangan otot (antagonist), otot akan mudah

mengalahkan resistensinya. Kapasitas urat otot untuk mempertahankan posisinya

dalam waktu tertentu akan meningkat sebagai hasil dari latihan.

Dalam Senam Sehat Indonesia terdapat gerakan yang merangsang otot

ekstremitas bawah yang berperan penting dalam mobilitas lansia. Berbeda dengan

Senam Sang Surya, Senam Sehat Indonesia memiliki gerakan yang lebih variatif

dan dengan hitungan tiap gerakan yang lama sehingga akan memicu sistem

reseptor, vestibular dan susunan susunan saraf pusat. Sebagai contoh sistem

reseptor yang berada pada sistem propioseptif yaitu muscle spindle yang berperan

terhadap peningkatan kekuatan otot dan kelenturan otot yang hubungannya

dengan tonus otot . peningkatan kekuatan otot terjadi karena adanya aktifasi

serabut saraf yang kemudian mengkontraksikan otot.

Page 12: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN · Ringkasan Hasil Analisis Varian Dua Faktor Sumber Variasi DF SS MS F hitung Sig Rata-rata Perlakuan A 9,938 1 9,938 12,140 0,001 B 17,447

62

Keseimbangan merupakan interaksi yang komplek dari interaksi sistem sensorik

(vestibular, visual, dan somatosensorik termasuk proprioseptor) dan

muskuloskeletal (otot, tulang, sendi, dan jaringan lunak yang lain), faktor faktor

ini banyak di stimulasi oleh Senam Sehat Indonesia. Jadi pada Senam Sehat

Indonesia memiliki banyak variasi gerakan yang berdampak pada jumlah

stimulasi reseptor yang semakin banyak, baik pada neurologis,muskuloskeletal,

dan cardiovaskulernya.

Ada beberapa gerakan pada Senam Sehat Indonesia yang memberikan

pengaruh sangat besar terhadap peningkatan massa otot ekstremitas bawah, yaitu

gerakan ke 4 (Jurus Elang Merentang Sayap), gerakan ke 6 (Jurus Menyangga

Langit Menekan Bumi), gerakan ke 8 ( Jurus Menadah Mutiara), gerakan ke 11

(Jurus Santai Penuh Siaga), dan gerakan ke 12 (Jurus Langkah Bangau).

2. Perbedaan peningkatan keseimbangan dinamis antara Lansia dengan IMT

tubuh overweight, normal, dan underweight

Berdasarkan pengujian hipotesis kedua, ternyata ada perbedan pengaruh

keseimbangan dinamis Lansia dengan IMT overweight, normal, dan underweight.

Pada Lansia dengan IMT overweight akan terjadi perubahan dari Center of

gravity atau pusat gravitasi, hal ini akan menimbulkan problem keseimbangan,

karena keseimbangan juga bisa diartikan sebagai kemampuan relatif untuk

mengontrol pusat massa tubuh (center of mass) atau pusat gravitasi (center of

gravity) terhadap bidang tumpu (base of support). Pada dasarnya pusat gravitasi

terdapat pada semua obyek misalnya benda, pusat gravitasi terletak tepat di tengah

benda tersebut. Pusat gravitasi adalah titik utama pada tubuh yang akan

mendistribusikan massa tubuh secara merata. Bila tubuh selalu ditopang oleh titik

ini, maka tubuh dalam keadaan seimbang. Pada manusia, pusat gravitasi

berpindah sesuai dengan arah atau perubahan berat, dan pada orang yang

kelebihan berat badan itu akan terjadi perubahan letak dari center of gravity atau

pusat gravitasi, hal ini bisa berpengaruh pada keseimbangan (Suhartono, 2005).

Pusat gravitasi manusia ketika berdiri tegak adalah tepat diatas pinggang diantara

depan dan belakang vertebra sakrum ke dua. Sehingga pada Lansia yang memiliki

Page 13: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN · Ringkasan Hasil Analisis Varian Dua Faktor Sumber Variasi DF SS MS F hitung Sig Rata-rata Perlakuan A 9,938 1 9,938 12,140 0,001 B 17,447

63

berat badan berlebih akan terjadi perubahan letak center of gravity, dengan

keadaan tersebut Lansia harus mengantisipasi dengan lebih berhati-hati dalam

melangkah dan bermobilitas, hal ini menyebabkan kelambanan gerak dalam

mobilitas Lansia. (Andre L and David, 2011).

Pada Lansia dengan IMT normal, center of gravity berada pada 2cm ±

vertebra Sacrum 2, hal ini sesuai dengan pendapat O Sullivan,1993 bahwa

keseimbngan adalah kemampuan untuk mempertahankan pusat gravitasi pada

bidang tumpu terutama ketika saat posisi tegak dan bergerak. Bila Lansia mampu

menyeimbangkan massa tubuh dengan bidang tumpu maka Lansia tersebut dapat

beraktivitas dinamis secara efektif dan efisien. Pengaruhnya pada Lansia dengan

indeks massa tubuh yang normal atau ideal akan terjaga keseimbangannya baik

saat bergerak maupun diam.

Pada lansia dengan indeks massa tubuh underweight, terjadi karena status

gizi yang kurang, gangguan metabolisme tubuh ataupun faktor bawaan.

Dampaknya adalah penurunan kekuatan otot, fleksibilitas sendi dan permasalahan

yang lain pada Lansia berlangsung lebih cepat, hal ini berpotensi menimbulkan

gangguan keseimbangan. Karena keseimbangan merupakan interaksi yang

kompleks dari interaksi sistem sensorik (vestibular, visual, dan somatosensorik

termasuk proprioceptor) dan muskuloskeletal (otot, sendi, dan jaringan lunak

lainnya) yang diatur dalam otak.

3. Pengaruh interaksi antara jenis senam dan IMT terhadap peningkatan

keseimbangan dinamis Lansia.

Berdasarkan hasil analisis diperoleh hasil bahwa faktor-faktor utama

penelitian yaitu jenis senam Lansia dan IMT tidak menunjukkan pengaruh

interaksi yang nyata terhadap peningkatan keseimbangan dinamis Lansia. Ini

dimungkinkan terdapat beberapa faktor di luar dugaan peneliti, diantara lain :

Pekerjaan masa lalu responden yang berbeda-beda, semangat responden, tingkat

pendidikan, aspek psikologis, seperti motivasi responden saat dilakukan

pengambilan data atau tes. Penguasaan senam, konsentrasi dan semangat sangat

Page 14: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN · Ringkasan Hasil Analisis Varian Dua Faktor Sumber Variasi DF SS MS F hitung Sig Rata-rata Perlakuan A 9,938 1 9,938 12,140 0,001 B 17,447

64

berperan dalam memperbaiki keseimbangan pada Lansia dan bila semua aspek

tadi ada, maka akan tercapai hasil yang lebih memuaskan.