Top Banner
HUBUNGAN LAMA HARI RAWAT INAP DENGAN PERUBAHAN BERAT BADAN, ASUPAN ENERGI DAN PROTEIN PADA PASIEN YANG TIDAK BERDIET KHUSUS DI RSUD. Dr. MOEWARDI Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Sarjana Strata I pada Jurusan Ilmu Gizi Fakultas Ilmu Kesehatan Oleh : IQBAL DYNA MUHARAM J 310 171 230 PROGRAM STUDI ILMU GIZI FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2019
14

hubungan lama hari rawat inap dengan perubahan berat

Mar 19, 2023

Download

Documents

Khang Minh
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: hubungan lama hari rawat inap dengan perubahan berat

HUBUNGAN LAMA HARI RAWAT INAP DENGAN PERUBAHAN BERAT

BADAN, ASUPAN ENERGI DAN PROTEIN PADA PASIEN YANG

TIDAK BERDIET KHUSUS DI RSUD. Dr. MOEWARDI

Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Sarjana Strata I

pada Jurusan Ilmu Gizi Fakultas Ilmu Kesehatan

Oleh :

IQBAL DYNA MUHARAM

J 310 171 230

PROGRAM STUDI ILMU GIZI

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

2019

Page 2: hubungan lama hari rawat inap dengan perubahan berat
Page 3: hubungan lama hari rawat inap dengan perubahan berat
Page 4: hubungan lama hari rawat inap dengan perubahan berat
Page 5: hubungan lama hari rawat inap dengan perubahan berat

1

HUBUNGAN LAMA HARI RAWAT INAP DENGAN PERUBAHAN BERAT

BADAN, ASUPAN ENERGI DAN PROTEIN PADA PASIEN YANG TIDAK

BERDIET KHUSUS DI RSUD. Dr. MOEWARDI

Abstrak

Pendahuluan: Lama hari rawat inap yang terlalu panjang akan menimbulkan

kerugian antara lain menambah beban biaya perawatan pasien, mengurangi

cakupan pelayanan kesehatan rumah sakit, dan menjadi pemborosoan bagi rumah

sakit, selain itu dapat mempengaruhi perubahan berat badan dan kejadian malnutrisi

bagi pasien. Asupan energi dan protein yang rendah dapat mempengaruhi status

gizi pasien sehingga menyebabkan terjadinya malnutrisi

Tujuan: Mengetahui hubungan lama hari rawat inap dengan perubahan berat badan

dan asupan energi dan protein pada pasien yang tidak berdiet khusus.

Metode penelitian: Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik,

dengan menggunakan rancangan cross sectional, dan termasuk lingkup gizi klinik.

Data lama hari rawat inap diambil selama pasien masuk rumah sakit sampai keluar

rumah sakit, perubahan berat badan diperoleh dari penimbangan berat badan awal

dan akhir pengamatan serta asupan energi dan protein menggunakan form food

recall 3 x 24 jam, dengan jumlah sampel 39 pada ruang Anggrek I dan Anggrek II

kelas III. Uji statistik yang digunakan adalah uji Rank Spearman.

Hasil: Lama hari rawat inap pasien dalam kategori pendek, sedang dan panjang

berturut-turut sebesar 5,2%, 64,1% dan 30,7%. Perubahan berat badan yang

mengalami kenaikan sebesar 51,2 % dan yang mengalami penurunan sebesar

48,8%. Asupan energi paling banyak kategori cukup yaitu 43,6%. Asupan protein

paling banyak kategori baik yaitu 41%. Hasil analisis menunjukkan tidak ada

hubungan antara lama hari rawat inap dengan perubahan berat badan dengan nilai

P 0,107. Tidak ada hubungan antara lama hari rawat inap dengan asupan energi

selama di rawat dengan nilai P 0,615. Tidak ada hubungan antara lama hari rawat

inap dengan asupan protein selama di rawat dengan nilai P 0,654.

Kesimpulan: Tidak ada hubungan antara lama hari rawat inap dengan perubahan

berat badan dan asupan energi dan protein pada pasien yang tidak berdiet khusus di

RSUD. Dr. Moewardi.

Kata Kunci : Lama Hari Rawat Inap, Perubahan Berat Badan, Asupan

Energi Dan Protein

Page 6: hubungan lama hari rawat inap dengan perubahan berat

2

Abstract

Background: The long duration of hospitalization will result in losses including increasing the burden of patient care costs, reducing the scope of hospital health services, and becoming a waste for the hospital, while it can also affect changes in body weight and the incidence of malnutrition for patients. Low energy and protein intake can affect the nutritional status of patients, causing malnutrition. Objective: This research aimed to find correlation between the length of hospitalization with body weight alteration and intake of energy and protein in patients with unspecified diet. Methodology: This study was an observational analytic study, using a cross sectional design, and included in the scope of clinical nutrition. Data for length of stay was taken while the patient was in the hospital until he was discharged, changes in body weight were obtained from initial and final weight monitoring and energy and protein intake using the 3 x 24 hour food recall form, with a sample size of 39 in the Anggrek I and Anggrek II class III rooms. The statistical test used is the Spearman Rank test. Result: The length of staying of patients in the short, medium and long categories were 5.2%, 64.1% and 30.7%, respectively. Changes in body weight increased by 51.2% and those that experienced a decrease of 48.8%. Energy intake is at most sufficient category at 43.6%. Protein intake is at most a good category at 41%. The results of the analysis showed no relationship between length of stay and hospitalization with weight change with a P value of 0.107. There is no relationship between the length of stay and the intake of energy during the stay with a P value of 0.615. There was no correlation between length of stay and protein intake during hospitalization with a P value of 0.654. Conclusion: There was no correlation between length of stay and body weight alterations and intake of energy and protein in patients with unspecified diet in RSUD dr. Moewardi Key word : Body Weigh Alterations, Energy and Protein Intake, Hospitalization

1. PENDAHULUAN

Lama hari rawat (Length of Stay / LOS) adalah salah satu indikator dalam

menilai mutu dan efisiensi rumah sakit (Borghnas, 2008). Masa rawat pasien

dirumah sakit merupakan masa rawat yang dihitung sejak pasien pertama kali

masuk rumah sakit sampai pasien keluar rumah sakit. Pasien yang masuk rumah

sakit dan keluar rumah sakit pada hari yang sama, maka lama rawat inapnya

dihitung menjadi satu hari (Sudra, 2010). Menurut Depkes RI (2007), lama hari

rawat inap yang terlalu panjang akan menimbulkan kerugian antara lain

menambah beban biaya perawatan pasien atau keluarga pasien, mengurangi

cakupan pelayanan kesehatan rumah sakit, Bed Occupancy Rate (BOR) menjadi

Page 7: hubungan lama hari rawat inap dengan perubahan berat

3

meningkat dan menjadi pemborosan bagi rumah sakit (biaya operasional dari

rumah sakit akan lebih besar.

Menurut Dian (2002), bahwa 0,9–5 persen pasien mengalami penurunan

berat badan setelah 14 hari perawatan di bagian penyakit dalam RSUPN

Ciptomangunkusumo Jakarta2. Angka penurunan status gizi yang cukup tinggi

juga didapatkan pada pengamatan pasien di rumah sakit pendidikan di Amerika,

ditemukan 48 persen gizi kurang, 70 persen kehilangan berat badan dan albumin

menurun rata–rata 0,5 gr/dl.

Menurut Beck AM (2001), kehilangan berat badan dengan sendirinya atau

dikombinasikan dengan perubahan biokimia selama masa rawat dapat dianggap

sebagai indikator utama dari status gizi yang buruk dan dikaitkan dengan banyak

faktor yang mengurangi asupan energi, seperti ketidak tepatan, mual, muntah,

disfagia, terapi obat, kebutuhan energi yang lebih tinggi dan rendahnya

kemampuan untuk mencerna dan menyerap nutrisi sekunder akibat penyakit atau

bahkan dari lingkungan rumah sakit, yang dapat tidak menguntungkan bagi

pemulihan pasien.

Fuchs, et al. (2008) menyatakan bahwa lama hari rawat yang lebih lama

berkaitan dengan asupan energi yang terbatas karena dapat menyebabkan gizi

kurang. Menurut Weijs (2009), pasien dengan gizi kurang dapat memiliki lama

hari rawat yang lebih pendek apabila asupan energi pasien tersebut mencapai

target pada hari rawat keempat. Fuchs, et al. (2008) juga menyatakan bahwa

asupan protein yang tidak adekuat berhubungan dengan lama hari rawat.

Menurut Weijs, et al. (2009), asupan protein kurang dari 1,2 g/kgBB per hari

mengindikasikan peluang 3 kali lebih besar memiliki lama hari rawat lebih dari

10 hari dan asupan protein di bawah 0,2 g/kgBB/hari akan meningkatkan

peluang menjadi 5 kali lebih besar.

Penelitian Handayani (2009), di RSUD Dr. Moewardi Surakarta tentang

gambaran sisa makanan biasa yang disajikan di ruang mawar menunjukkan

bahwa sisa makanan pokok sebanyak 54.3%, lauk hewani sebanyak 51.2%, lauk

nabati sebanyak 60.7%, sayur sebanyak 58.4% dan buah sebanyak 42.9%.

Sedangkan pada penelitian Fahmia (2007) di RSUD Dr. Moewardi Surakarta

Page 8: hubungan lama hari rawat inap dengan perubahan berat

4

menunjukkan sisa makan siang pada makanan pokok 45%, lauk hewani 41,9%,

lauk nabati 54,2%, sayur 54,4% dan buah 57,5%. Hasil penelitian ini

menunjukkan bahwa sisa makanan merupakan permasalahan dalam suatu

pelayanan gizi di rumah sakit.

Berdasarkan latar belakang diatas maka peneliti tertarik untuk melakukan

penelitian dengan judul “Hubungan lama hari rawat inap dengan perubahan berat

badan, asupan energi dan protein pada pasien yang tidak berdiet khusus di

RSUD. Dr Moewardi”.

2. METODE

Penelitian ini telah dinyatakan lolos etik oleh Komisi Etik Penelitian

Kesehatan RSUD Dr. Moewardi / FK Universitas Sebelas Maret dengan nomor

surat kelaikan etik 588/IV/HREC/2019. Penelitian ini dilakukan di ruang rawat

inap Anggrek I dan Anggrek II Rumah Sakit umum daerah Dr. Moewardi dan

pengambilan data dilakukan pada bulan Juni dan July 2019. Jenis penelitian ini

merupakan penelitian observasional analitik, dengan menggunakan rancangan

cross sectional, dan termasuk lingkup gizi klinik. Subjek dalam penelitian ini

ditentukan berdasarkan kriteria inklusi yaitu minimal pasien dirawat inap dalam

waktu tiga hari, dapat berkomunikasi dengan baik, pasien yang bisa diukur berat

badannya, pasien yang tidak berdiet khusus dengan bentuk makanan biasa dan

lunak, serta kriteria eksklusi yaitu pasien yang pulang paksa atas permintaannya

sendiri sebelum ada satu hari dan pasien meninggal dunia saat pengambilan data.

Metode sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah consecutive

sampling dimana metode ini sering digunakan dalam penelitian klinis dengan

jumlah sampel 39 orang.

Variabel dalam penelitian ini meliputi lama hari rawat inap, perubahan berat

badan, asupan energi dan protein. Lama hari rawat inap dihitung dari pasien

masuk rumah sakit sampai pasien keluar dari rumah sakit. Pengukuruan berat

badan dengan menggunakan timbangan injak saat pasien masuk rumah sakit,

hari ke tiga, hari ke enam dan pasien pulang dari rumah sakit. Pengambilan data

recall 3x24 jam dilakukan dengan mencatat jenis dan jumlah makanan serta

Page 9: hubungan lama hari rawat inap dengan perubahan berat

5

minuman yang telah dikonsumsi dalam 3x24 jam kebelakang, recall dilakukan

dengan menggunakan formulir recall pada pasien rawat inap.

Analisis data dilakukan dengan menggunakan uji Rank Spearman untuk

menganalisisi apakah ada hubungan antara lama hari rawat inap dengan

perubahan berat badan, asupan energi dan protein pada pasien yang tidak berdiet

khusus.

3. HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Hubungan Lama Hari Rawat Inap dengan Perubahan Berat Badan

Tabel 1. Hubungan Lama Hari Rawat Inap dengan Perubahan

Berat Badan

Variabel Minimal Maksimal Rata-rata

Standar

Deviation

P

Value

Lama Hari Rawat

Inap (hari) 6 19 8.23 3.52

0.518 Perubahan Berat

Badan (kg) -1.5 2.1 0.12 1.04

Analisis statistik menggunakan uji rank spearman karena data

berdistribusi tidak normal, analisi ini bertujuan untuk mengetahui hubungan

antara lama hari rawat inap dengan perubahan berat badan pada pasien rawat

inap yang tidak berdiet khusus di RSUD dr Moewardi. Berdasarkan hasil uji

statistik menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara

lama hari rawat inap dengan perubahan berat badan dengan nilai p > 0,05

(0.518).

Berdasarkan tabel 1 dapat dilihat bahwa berat badan pasien yang

mengalami kenaikan paling tinggi yaitu 2.1 kg. Kenaikan berat badan pada

pasien dapat terjadi dikarenakan semakin lama pasien dirawat dirumah sakit

semakin meningkat asupan makananya bahkan ada yang beli jajanan dari

luar rumah sakit walaupun jatah dari rumah sakit sudah dimakan habis.

Pasien meningkat asupan makannnya dikarenakan kondisi pasien dari hari

ke hari semakin membaik. Sementara itu, penurunan berat badan pada pasien

dapat terjadi karena beberapa faktor diantaranya yaitu gangguan hormon,

Page 10: hubungan lama hari rawat inap dengan perubahan berat

6

penyakit kronis, penyakit saluran cerna, infeksi, kanker, penyakit gigi dan

mulut, dan efek samping obat-obatan (Kevin, 2019).

2. Hubungan Lama Hari Rawat Inap dengan Asupan Energi dan Protein

Tabel 2. Hubungan Lama Hari Rawat Inap dengan Asupan

Energi

Asupan

Energi

Lama Hari Rawat Inap

Total r

P

Value

< 4

Hari

4 – 7

Hari

> 7

Hari

n % n % n % n %

Lebih 0 0 0 0 0 0 0 0

-

.083 0.615

Baik 0 0 6 85.8 1 14.8 7 100

Cukup 1 5.9 10 58.9 6 35.5 17 100

Kurang 1 6.7 9 60 5 33.3 15 100

Tabel 3. Hubungan Lama Hari Rawat Inap dengan Asupan

Protein

Asupan

Protein

Lama Hari Rawat Inap

Total r

P

Value

< 4

Hari

4 – 7

Hari

> 7

Hari

n % n % n % n %

Lebih 0 0 0 0 0 0 0 0

-

.074 0.654

Baik 0 0 10 62.5 6 37.5 16 100

Cukup 2 15.4 9 69.2 2 15.4 13 100

Kurang 0 0 6 60 4 40 10 100

Analisis statistik menggunakan uji rank spearman karena data

berdistribusi tidak normal, analisi ini bertujuan untuk mengetahui hubungan

antara lama hari rawat inap dengan asupan energi dan protein pada pasien

rawat inap yang tidak berdiet khusus di RSUD Dr Moewardi. Berdasarkan

hasil uji statistik menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan yang

signifikan antara lama hari rawat inap dengan asupan energi dan protein

dengan nilai p > 0,05 (0.615 dan 0.654). Kekuatan hubungan ditunjukkan

dengan nilai r sebesar -.083 dan -.074 maka hubungan antara variabel lama

hari rawat inap dengan asupan energi dan protein adalah lemah (menjauhi

angka 1 atau -1). Tanda (-) mengartikan bahwa hubungan bersifat negatif

atau berbanding terbalik.

Page 11: hubungan lama hari rawat inap dengan perubahan berat

7

Hasil nilai uji hubungan dalam penelitian ini, didapatkan hasil bahwa

tidak terdapat hubungan yang bermakna antara lama rawat inap dengan

asupan energi. Sejalan dengan penelitian Kasim (2016), mengenai asupan

makanan, status gizi dan lama rawat inap pada pasien di rumah sakit Adbent

Manado yang menyatakan tidak ada hubungan antara lama rawat inap

dengan asupan makanan. Dalam hal ini sebagian besar pasien memiliki

asupan makanan (energi) yang kurang dari seluruh sampel, pasien dengan

kelompok lama hari rawat 4-7 hari mendominansi dengan asupan makanan

(energi) yang cukup dan kurang. Asupan energi yang kurang ini

berhubungan dengan penyakit yang diderita oleh pasien, hal ini

menunjukkan asupan makan (energi) pasien bukan merupakan faktor resiko

yang berhubungan langsung dengan lama rawat inap.

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan didapatkan hasil bahwa

tidak terdapat hubungan yang signifikan antara lama hari rawat inap dengan

asupan protein. Hal ini sejalan dengan penelitian Nurmala (2014) mengenai

perubahan asupan energi dan protein tidak berpengaruh terhadap lama rawat

inap pada pasien dewasa di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta yang

menyebutkan tidak ada pengaruh lama rawat inap terhadap asupan protein.

Menurut Syamsiatun, NH (2004) asupan protein yang kurang akan

menyebabkan lama perawatan pasien semakin panjang. Asupan protein yang

kurang pada pasien disertai dengan berat badan yang turun lebih beresiko

untuk mengalami perawatan yang lebih lama dibanding dengan pasien yang

memilki asupan protein yang cukup. Data penelitian menyebutkan bahwa

pasien yang memilki kenaikan asupan protein lebih banyak dibandingkan

dengan pasien yang mengalami penurunan asupan protein.

Dalam penelitian Nurul (2014), bahwa subyek dengan status gizi awal

kategori kurang dengan asupan makan kategori kurang, bukan merupakan

faktor risiko yang berhubungan langsung dengan lama rawat. Hal ini

menunjukkan bahwa lama rawat tidak dipengaruhi oleh status gizi awal dan

asupan makan, namun ada fakor lain yang lebih berperan yaitu penyakit yang

diderita. Hal ini didukung oleh Tomkins AM (2002), yang menyatakan

Page 12: hubungan lama hari rawat inap dengan perubahan berat

8

bahwa penyakit infeksi maupun noninfeksi mempunyai faktor resiko untuk

menjadi gizi baik, gizi kurang, bahkan gizi buruk, tergantung dari sifat

perjalanan penyakit tersebut, yaitu kronis atau akut, yang akan berpengaruh

pada lama rawat inap.

Barbaro dkk (1977) dalam Marzuki (1998) menjelaskan bahwa pasien

dengan penyakit kronis mempunyai lama hari rawat yang lebih panjang

daripada pasien dengan penyakit akut karena memerlukan perawatan yang

lebih lama dibandingkan dengan penyakit akut. Sesuai dengan sifat dari

penyakit akut dan kronis. Penyakit akut adalah penyakit yang memerlukan

perawatan segera dan dalam waktu yang singkat menjadi pulih kembali

(Puspasari, 1993). Berbeda dengan penyakit kronis yang berdurasi jangka

panjang dan bila sudah terdiagnosis dengan penyakit ini maka akan

menderita penyakit tersebut sampai meninggal (Timmreck, 2004).

4. PENUTUP

Tidak ada hubungan antara lama hari rawat inap dengan perubahan berat

badan dengan nilai P 0,107. Tidak ada hubungan antara lama hari rawat inap

dengan asupan energi dengan nilai P 0,615. Tidak ada hubungan antara lama

hari rawat inap dengan asupan protein dengan nilai P 0,654.

Bagi peneliti selanjutnya diharapkan agar lebih diperhatikan dalam

melukukan penimbangan berat badan sehingga mendapatkan hasil yang lebih

akurat. Bagi pasien diharapkan untuk mempertahakan asupan makannya dan

lebih memotivasi diri untuk menghabiskan makanannya secara bertahap agar

asupan yang dikonsumsi sesuai dengan kecukupan kebutuhan..

DAFTAR PUSTAKA

Beck AM, Balknas UN, Furst P, Hasunen K, Jones L, Keller U, Melchior JC,

Mikkelsen BE, Schauder P, Sivonen L, Zinck O, Oien H, Ovesen L. 2001.

Food and Nutritional Care in Hospitals: How to Prevent Undernutrition -

Report and Guidelines From The Council of Europe. Clin Nutr ; 20(5): 455-

460.

Page 13: hubungan lama hari rawat inap dengan perubahan berat

9

Borghans. 2008. Benchmarking and Reducing Length of Stay in Dutch Hospital.

BioMed Central, 8(-): 220.

Departemen Kesehatan RI. 2007. Pemantauan Status Gizi. Edisi 3. Jakarta: ECG

Dian PP, Nita I, dan Oktorudin H. 2002. Faktor - Faktor Yang Mempengaruhi

Status Gizi Pasien Selama Dirawat Di Bagian Penyakit Dalam RSUPN-CM.

Media Dietetik AsDI, Edisi Khusus: 113 – 115.

Fahmia, Ika Nihaya. Mulyati, Tatik. Handarsari, Erma. 2007. Hubungan Asupan

Energi Dan Protein Dengan Status Gizi Pada Penderita Gagal Ginjal Kronik

Yang Menjalani Hemodialisa Rawat Jalan Di RSUD Tugurejo Semarang.

Universitas Muhammadiyah Semarang. Volume 1 Nomor 1 Tahun 2007

Fuch, et al. 2008. Nutritional Status in Hospitalized Patients in Public Hospital in

Mexico City. Nutricion Hospitalaria, 3: 294-303.

Handayani, 2009. Gambaran Tentang Daya Terima Makanan dan Sisa Makanan

Tanpa Diit Khusus Di Ruang Mawar RSUD Dr. Moewardi Surakarta.

Kasim, 2016. Asupan Makanan, Status Gizi dan Lama Hari Rawat Inap pada Pasien

Penyakit Dalam di Rumah Sakit Advent Manado. GIZIDO Vol. 8 No. 2

Nopember 2016: hal 22. Diakses dari www.ejurnal.poltekkesmanado.

Kevin, 2019. "Makin Lama Dirawat di Rumah Sakit, Risiko Infeksi Makin Besar".

Jakarta

Marzuki, S., 1998. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Lama Hari Rawat

Pasien Tidak Mampu di Zal Khusus RSU Budhi Asih Jakarta Tahun 1997.

Depok: Universitas Indonesia.

Nurmala, 2014. Pengaruh Perubahan Asupan Zat Gizi terhadap Status Gizi dan

Lama Rawat Inap pada Pasien Dewasa di RSUP DR. Sardjito Yogyakarta.

Yogyakarta : Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran UGM.

Nurul, H., Hidajat, B., Irawan, R. 2014. Nutrisi pada Kasus Bedah Anak Naskah

Lengkap Continuing Education Ilmu Kesehatan Anak XXXVI Kapita Selekta

Ilmu Kesehatan Anak VI. Surabaya : Divisi Nutrisi dan Penyakit

Page 14: hubungan lama hari rawat inap dengan perubahan berat

10

Puspasari, R. I., 1993. Hubungan antara Karakteristik

Penderita/Penanggungjawab Biaya Penderita dengan Lama Hari Rawat dari

Beberapa Jenis Penyakit Tertentu di RS Umum Bhakti Yudha Tahun 1992-

1993. Depok: Universitas Indonesia

Sudra, Rano Indradi, 2010. Statistik Rumah Sakit. Graha Ilmu: Yogyakarta

Syamsiatun, dkk. 2004. Hubungan Status Gizi Awal dengan Status Gizi Pulang dan

Lama Rawat Inap Pasien Dewasa di Rumah Sakit. Jurnal Gizi Klinik Volume

1 no.1. hal 23-29.

Timmreck, T., 2004. Epidemiologi Suatu Pengantar (2 ed). Jakarta: EGC.

Tomkins AM. 2002. Nutrition and Infection In Protein Energy Malnutrition. 2nd

ed. Edward Arnold a Division of Hodder and Spoughton.

Weijs, et al. 2009. Achieving Protein and Energy Targets in Malnourished

Hospitalized Patients on Day Four of Admission Improves Length of Hospital

Stay. Amsterdam: VU University Medical Center.