HUBUNGAN KETEPATAN PENULISAN DIAGNOSIS DENGAN KEAKURATAN KODE DIAGNOSIS KASUS OBSTETRI GYNECOLOGY PASIEN RAWAT INAP DI RSUD. Dr. SAIFUL ANWAR MALANG NASKAH PUBLIKASI Disusun Oleh : HAMID J410 111 013 PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2013
23
Embed
HUBUNGAN KETEPATAN PENULISAN DIAGNOSIS …eprints.ums.ac.id/24161/13/NASKAH_PUBLIKASI.pdf · Tujuan rekam medis adalah untuk menunjang tercapainya tertib ... Melakukan analisis kuantitatif
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
HUBUNGAN KETEPATAN PENULISAN DIAGNOSIS DENGAN KEAKURATAN KODE DIAGNOSIS KASUS OBSTETRI GYNECOLOGY
PASIEN RAWAT INAP DI RSUD. Dr. SAIFUL ANWAR MALANG
NASKAH PUBLIKASI
Disusun Oleh :
HAMID
J410 111 013
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2013
ii
PERNYATAAN PERSETUJUAN Skripsi dengan judul : HUBUNGAN KETEPATAN PENULISAN DIAGNOSIS
DENGAN KEAKURATAN KODE DIAGNOSIS KASUS OBSTETRI GYNECOLOGY PASIEN RAWAT INAP DI RSUD. Dr. SAIFUL ANWAR MALANG
Disusun Oleh : Hamid NIM : J410 111 013
Telah kami setujui untuk dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta. Surakarta, Maret 2013 Pembimbing I Sri Sugiarsi, SKM, M.Kes. NIK. 0160819750420042
iii
HALAMAN PENGESAHAN
Skripsi dengan judul : HUBUNGAN KETEPATAN PENULISAN DIAGNOSIS DENGAN
KEAKURATAN KODE DIAGNOSIS KASUS OBSTETRI GYNECOLOGY PASIEN RAWAT INAP DI RSUD. Dr. SAIFUL ANWAR MALANG
Disusun Oleh : Hamid NIM : J 410 111 013
Telah dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta pada tanggal 18 Maret 2013 dan telah diperbaiki sesuai dengan masukan Tim Penguji. Surakarta, Maret 2013 Ketua Penguji : Sri Sugiarsi, SKM, M.Kes Anggota Penguji I : Tri Puji Kurniawan, SKM, M.Kes Anggota Penguji II : Sri Darnoto, SKM, MPH
ABSTRAK Hamid. J 410 111 013 HUBUNGAN KETEPATAN PENULISAN DIAGNOSIS DENGAN KEAKURATAN KODE DIAGNOSIS KASUS OBSTETRI GYNECOLOGY PASIEN RAWAT INAP DI RSUD. Dr. SAIFUL ANWAR MALANG xii + 55 + 12 Salah satu faktor penyebab ketidaktepatan penulisan diagnosis adalah karena dokter tidak menggunakan bahasa terminologi medis dengan benar yang berdampak penetapan kode diagnosis tidak akurat dan akan mempengaruhi biaya pelayanan kesehatan, data dan informasi laporan RS tidak benar. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan ketepatan penulisan diagnosis dengan keakuratan kode diagnosis kasus obstetri gynecology pasien rawat inap di RSUD. Dr. Saiful Anwar Malang. Jenis penelitian ini adalah observasional analitik dengan rancangan penelitian cross sectional. Populasi penelitian adalah dokumen rekam medis kasus obstetri gynecology pasien rawat inap tribulan IV tahun 2012 sebanyak 2.392 berkas. Pengambilan sampel dengan systematic random sampling sebanyak 96 dokumen rekam medis. Uji statistik menggunakan chi square dengan menggunakan SPSS. Hasil penelitian menunjukkan ada hubungan antara ketepatan penulisan diagnosis dengan keakuratan kode diagnosis kasus obstetri gynecology pasien rawat inap di RSUD. Dr. Saiful Anwar Malang ditunjukkan dengan nilai p = 0,001. Kesimpulan bahwa ternyata ada hubungan antara ketepatan penulisan diagnosis dengan keakuratan kode diagnosis dan disarankan kepada dokter untuk menulis diagnosis harus menggunakan bahasa terminologi medis dengan benar Kata Kunci : Ketepatan Diagnosis, Keakuratan Kode, Terminologi Medis Kepustakaan : 19, 2006-2012 Pembimbing I Sri Sugiarsi, SKM, M.Kes NIK. 0160819750420042 .
Mengetahui
Ketua Program Studi Kesehatan Masyarakat
Yuli Kusumawati, SKM, M.Kes (Epid) NIK. 863
1
PENDAHULUAN
Dalam perkembangan pelayanan kesehatan, rekam medis menjadi salah
satu faktor pendukung terpenting. Dalam Permenkes RI Nomor
269/Menkes/Per/III/2008 tentang rekam medis telah disebutkan pengertian,fungsi
dan kegunaan rekam medis.
Menurut Kepmenkes RI Nomor 377/Menkes/SK/III/2007 tentang standar
profesi perekam medis dan informasi kesehatan, seorang perekam medis harus
mampu menetapkan kode penyakit dan tindakan dengan tepat sesuai dengan
klasifikasi yang diberlakukan di Indonesia (ICD-10). Sistem klasifikasi penyakit
merupakan pengelompokan penyakit-penyakit yang sejenis ke dalam satu group
nomor kode penyakit sejenis sesuai dengan International Statistical Classification
of Disease and Related Health Problem Tenth Revision (ICD-10) untuk istilah
penyakit dan masalah yang berkaitan dengan kesehatan (Kasim dalam Hatta,
2011). Dengan ICD-10, semua nama dan golongan penyakit , cidera, gejala dan
faktor yang mempengaruhi kesehatan akan menjadi sama diseluruh dunia dengan
diterjemahkan ke dalam bentuk alphabet, numerik maupun alfanumerik sesuai
dengan kode yang ada dalam ICD-10 (WHO, 2004).
Hal penting yang harus diperhatikan oleh tenaga perekam medis adalah
keakuratan dalam pemberian kode diagnosis. Pengkodean yang akurat diperlukan
rekam medis yang lengkap. Rekam medis harus memuat dokumen yang akan
dikode seperti pada lembar depan (RM I, lembaran operasi dan laporan tindakan,
laporan patologi dan resume pasien keluar). (Hatta. 2011)
2
Selain ke-15 rumah sakit yang berpartisipasi dalam sistem case mix / INA
CBG’s sebagian rumah sakit di Indonesia (sekitar 65%) belum membuat diagnosis
yang lengkap dan jelas berdasarkan ICD-10 serta belum tepat pengkodeannya.
(Depkes RI. 2008). Salah satu faktor penyebab ketidaktepatan penulisan diagnosis
adalah karena dokter tidak menggunakan bahasa terminologi medis dengan benar
sehingga terjadi kesalahan diagnosis. Dampak yang terjadi bila penulisan
diagnosis tidak tepat adalah pasien mengorbankan biaya yang sangat besar, pasien
yang seharusnya tidak minum obat antibiotika tetapi harus diberi antibiotika dan
dampak yang lebih fatal beresiko mengancam jiwa pasien. (Hatta. 2011).
Sugiarsi dan Ninawati (2012), mengungkapkan bahwa terdapat pengaruh
yang signifikan antara variabel beban kerja dan ketepatan terminologi medis
terhadap keakuratan kode diagnosis pada nilai p=0,001. Nilai 𝑅𝑅2 = 0.537, berarti
variabel beban kerja dan ketepatan terminologi medis mempunyai kontribusi
sebesar 53,7% terhadap keakuratan kode diagnosis utama.
Ketidakakuratan kode diagnosis akan mempengaruhi data dan informasi
laporan, ketepatan tarif INA-CBG’s yang pada saat ini digunakan sebagai metode
pembayaran untuk pelayanan pasien jamkesmas. Dalam hal ini apabila petugas
kodefikasi (coder) salah mengkode penyakit, maka jumlah pembayaran klaim
juga akan berbeda. Tarif pelayanan kesehatan yang rendah tentunya akan
merugikan pihak rumah sakit, sebaliknya tarif pelayanan kesehatan yang tinggi
terkesan rumah sakit diuntungkan dari perbedaan tarif tersebut sehingga
merugikan pihak penyelenggara jamkesmas maupun pasien.
3
TINJAUAN PUSTAKA
A. Rekam Medis
Menurut Departemen Kesehatan R.I , rekam medis adalah berkas yang
berisikan catatan dan dokumen tentang identitas , anamnesis, pemeriksaan,
diagnosis, pengobatan, tindakan dan pelayanan lain yang diberikan kepada
seorang pasien selama di rawat di rumah sakit.
Tujuan rekam medis adalah untuk menunjang tercapainya tertib
administrasi dalam upaya peningkatan pelayanan kesehatan di rumah sakit,
tanpa didukung suatu sistem pengelolaan rekam medis yang baik dan benar,
tertib administrasi rumah sakit tidak akan berhasil sebagaimana yang
diharapkan. Dengan majunya teknologi informasi, kegunaan rekam medis
dapat dilihat dalam 2 kelompok besar. Pertama, yang paling berhubungan
langsung dengan pelayanan pasien (primer). Kedua, yang berkaitan dengan
lingkungan seputar pelayanan pasien namun tidak berhubungan langsung
secara spesifik (sekunder) (Hatta, 2011).
Menurut Mc. Gibony, kegunaan rekam medis dapat dikatakan mencakup
unsur : A-L-F-R-E-D yakni Administration (administrasi), Legal (hukum),
Financial (keuangan), Research (penelitian), Education (pendidikan),
Documentation (dokumentasi).
4
B. Kompetensi Perekam Medis
Kompetensi perekam medis digolongkan menjadi 2 kompetensi, yaitu
kompetensi pokok dan kompetensi pendukung. Salah satu kompetensi
pokok adalah klasifikasi dan kodefikasi penyakit/tindakan. Pada
kompetensi tersebut diharapkan perekam medis harus mampu menentukan
nomor kode diagnosis , mengumpulkan kode diagnosis pasien untuk
memenuhi sistem pengelolaan, penyimpanan data pelaporan untuk
kebutuhan analisis sebab tunggal penyakit yang dikembangkan dan
mengklasifikasikan data kode diagnosis yang akurat bagi kepentingan
informasi morbiditas dan sistem pelaporan morbiditas yang diharuskan.
C. ICD-10
International Statistical Classification of Disease and Related Health
Problem Tenth Revision atau disingkat dengan ICD-10 adalah sistem
klasifikasi yang komprehensif dan diakui secara internasional. ICD-10 berisi
pedoman untuk merekam dan memberi kode penyakit, disertai dengan materi
baru yang berupa aspek praktis penggunaan klasifikasi (WHO, 2004).
D. Keakuratan kode
Kecepatan dan ketepatan pengkodean dari suatu diagnosis sangat
tergantung kepada pelaksana yang menangani rekam medis tersebut, yaitu:
Tenaga medis dalam menetapkan diagnosis, tenaga perekam medis
sebagai pemberi kode dan tenaga kesehatan lainnya
5
Menurut Kasim dan Erkadius dalam Hatta (2011), Sembilan
langkah dasar dalam menentukan kode, antara lain :
1. Menentukan tipe pernyataan yang akan dikode dan membuka buku
ICD-10 volume 3 alphabetical index (kamus).
2. Kata panduan (leadterm) untuk penyakit dan cedera
3. Membaca dengan seksama dan mengikuti petunjuk volume 3.
4. Membaca istilah yang terdapat dalam tanda kurung “( )” sesudah
leadterm
5. Mengikuti secara hati-hati setiap rujukan silang (cross reference) dan
perintah see dan see also yang terdapat di dalam indeks.
6. Melihat daftar tabulasi (volume 1) untuk mencari nomor kode yang
paling tepat.
7. Mengikuti pedoman inclusion dan exclusion pada kode yang pilih
8. Menentukan kode yang dipilih.
9. Melakukan analisis kuantitatif dan kualitatif data yang dikode
E. Terminologi Medis
Terminologi medis adalah ilmu peristilahan medis yang merupakan
bahasa khusus antar profesi medis/kesehatan yang merupakan sarana
komunikasi antara mereka yang berkecimpung langsung/tidak langsung di
bidang asuhan/pelayanan medis /kesehatan. Oleh karena itu, istilah medis
ini harus dipahami dan dimengerti oleh setiap profesi kesehatan agar dapat
terjalin komunikasi yang baik.
6
Terminologi medis terbentuk terdiri dari 3 komponen/unsur kata yaitu:
Root (akar kata) ; Prefix (awalan) dan Suffix (akhiran)
Tidak semua istilah medis mengandung unsur kata prefix atau root
atau suffix secara lengkap.
Contoh:
1) Hyperlipoproteinemia
a. Prefix : hyper = berlebihan
b. Root : lip/o = lemak ; protein = protein
c. Suffix : -emia = kondisi darah
Jadi Hyperlipoproteinemia adalah: kondisi darah yang ditandai
dengan jumlah lemak dan protein yang berlebihan.
2) Ectopic pregnancy
a. Prefix : ec = luar ; ectopic = di luar
b. Root : pregnancy = hamil / kehamilan
Ectopic pregnancy adalah kehamilan di luar rahim / kandungan
F. Kerangka Teori
DRM
Penulisan Diagnosis
Kode Diagnosi
s
Bahasa Terminologi
Medis ICD-10
Ketepatan
Penulisan Diagnosis
Keakuratan
Kode Diagnosis
7
G. Kerangka Konsep
Variabel bebas Variabel terikat
H. Hipotesis
Ha : Ada hubungan ketepatan penulisan diagnosis dengan keakuratan
kode diagnosis pasien rawat inap kasus Obstetri Gynecology di RSUD.
Dr. Saiful Anwar Malang.
Ketepatan Penulisan Diagnosis
Keakuratan Kode Diagnosis
8
METODE PENELITIAN
A. Jenis dan Rancangan Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah
penelitian observasional analitik dengan study korelasi yaitu mencari
hubungan antara satu keadaan dengan keadaan lain yang terdapat dalam
satu populasi yang sama (Azwar, 2011). Dalam hal ini adalah hubungan
antara ketepatan penulisan diagnosis dengan keakuratan kode diagnosis
pada kasus obstetric gynecology.
Rancangan penelitian ini adalah cross sectional. Di dalam
Analisis data dalam penelitian ini digunakan untuk mengetahui
hubungan antara ketepatan penulisan diagnosis dengan keakuratan kode
diagnosis kasus obstetri gynecology pasien rawat inap di RSUD. Dr. Saiful
Anwar Malang. Untuk menguji hubungan antara ketepatan penulisan
diagnosis dengan keakuratan kode diagnosis kasus obstetri gynecology
pasien rawat inap di RSUD. Dr. Saiful Anwar Malang dilakukan dengan
uji Chi Square (χ2) dengan bantuan program SPSS. Adapun berdasarkan
perhitungan diperoleh hasil seperti pada Tabel 4.
18
Tabel 4. Pengujian Hubungan Antara Ketepatan Penulisan Diagnosis dengan Keakuratan Kode Diagnosis.
χ2hitung χ2
tabel (df=1, =0,05) Signifikansi
(p) Koefisien
Contingency Kesimpulan
35,571 3.841 0,001 0,520 Tolak H0
Uji χ2 ini dilakukan untuk mengetahui hubungan ketepatan
penulisan diagnosis dengan keakuratan kode diagnosis, dengan didapatkan
nilai χ2hitung
sebesar 35,571 dengan nilai Signifikansi = 0,001. χ2tabel dengan
derajat bebas 1 untuk α = 0,05 didapatkan nilai 3,841. Langkah selanjutnya
dilakukan perbandingan, dimana nilai χ2hitung lebih besar daripada χ2
tabel
(35,571 > 3,841) dan selain itu nilai signifikansi p lebih kecil dari α = 0,05
(p < 0,05) sehingga dapat disimpulkan H0 ditolak. Artinya terdapat
hubungan yang signifikan antara ketepatan penulisan diagnosis dengan
keakuratan kode diagnosis kasus obstetri gynecology pasien rawat inap di
RSUD. Dr. Saiful Anwar Malang.
Koefisien kontingensi sebesar 0,520 berarti tingkat keeratan hubungan
antara ketepatan penulisan diagnosis dengan keakuratan kode diagnosis
berada dalam kategori agak rendah. Menurut Arikunto (2010), interpretasi
nilai korelasi adalah sebagai berikut :
Tabel 5. Interpretasi Nilai Korelasi
Besarnya Korelasi Interpretasi 0,80 sampai dengan 1,00 Tinggi 0,60 sampai dengan 0,80 Cukup 0,40 sampai dengan 0,60 Agak Rendah 0,20 sampai dengan 0,40 Rendah 0,00 sampai dengan 0,20 Sangat Rendah
19
SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian tentang hubungan ketepatan
penulisan diagnosis dengan keakuratan kode diagnosis kasus obstetri
gynecology pasien rawat inap di RSUD. Dr. Saiful Anwar Malang dapat
disimpulkan sebagai berikut :
1. Ketepatan penulisan diagnosis dengan kategori tepat sebanyak 57 berkas
(59,4%) dan sisanya 39 berkas (40,6%) kategori tidak tepat.
2. Keakuratan kode diagnosis dengan kategori akurat sebanyak 74 berkas
(77,1%) dan sisanya 22 berkas (22,9%) kategori tidak akurat.
3. Ada hubungan yang signifikan antara ketepatan penulisan diagnosis
dengan keakuratan kode diagnosis pada nilai p = 0,001.
B. Saran
1. Disarankan kepada dokter untuk menulis diagnosis pada berkas rekam
medis dalam kondisi apapun harus menggunakan bahasa terminologi
medis dengan benar dan memakai huruf balok agar dapat terbaca
dengan mudah dan jelas.
2. Disarankan juga kepada petugas kodefikasi (coder) untuk menetapkan
kode diagnosis dalam kondisi apapun harus menerapkan teknik
pengkodean yang benar dan memahami bahasa terminologi medis.