HUBUNGAN KADAR GULA DARAH PASIEN DIABETES MELLITUS GESTASIONAL DENGAN KELAHIRAN BAYI MAKROSOMIA DI RUMAH SAKIT HERMINA CIPUTAT TAHUN 2014 Laporan Penelitian ini ditulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar SARJANA KEDOKTERAN OLEH : Yunisa Khulqi Rosita NIM : 1112103000040 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KEDOKTERAN FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1436 H/ 2015 M
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
HUBUNGAN KADAR GULA DARAH PASIEN
DIABETES MELLITUS GESTASIONAL DENGAN
KELAHIRAN BAYI MAKROSOMIA DI RUMAH
SAKIT HERMINA CIPUTAT TAHUN 2014
Laporan Penelitian ini ditulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
SARJANA KEDOKTERAN
OLEH :
Yunisa Khulqi Rosita
NIM : 1112103000040
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KEDOKTERAN
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1436 H/ 2015 M
v
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim
Puji dan syukur tak lupa penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan
rahmat dan hidayah-Nya yang senantiasa dilimpahkan sehingga penulis mampu
menyelesaikan penelitian ini. Kemudian, shalawat serta salam penulis haturkan
ke junjungan Nabi Muhammad SAW serta keluarga dan para sahabat. Dalam
penelitian ini, penulis menyadari bahwa banyak pihak yang turut memberikan
bantuan serta dukungan. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terimakasih
kepada :
1. Prof. Dr. Arif Sumantri S.KM., M.Kes. selaku Dekan FKIK UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta beserta Prof Dr. dr. Sardjana, SpOG (K),SH, Ibu
Maftuhah, M.Kep,Ph.D, dan Ibu Fase Badriah, S.KM., M.Kes, Ph.D. selaku
Wakil Dekan FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. dr. Ahmad Zaki, Sp.OT, Mepid selaku Kepala Program Studi Pendidikan
Dokter FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. dr. H. Taufik Zain, Sp.OG (K)Onk selaku pembimbing 1 atas bimbingan dan
pengarahan yang membuat saya bisa melakukan penelitian, keikhlasan untuk
meluangkan waktu di tengah kesibukan bersama pasien sehingga penulis
dapat menyelesaikan laporan penelitian.
4. dr. Nurul Hiedayati, PhD selaku pembimbing 2 atas bimbingan, saran, kritik
dan informasi yang sangat bermanfaat dalam penulisan laporan, keikhlasan
untuk meluangkan waktu berbagi ilmu sehingga penulis dapat menyelesaikan
laporan penelitian.
5. dr. Flori Ratnasari, PhD selaku penanggung jawab riset PSPD 2012 yang
telah memfasilitasi penulis untuk menyelesaikan penelitian.
6. dr. Irnov selaku Pimpinan Rumah Sakit Hermina Ciputat yang telah
memberikan ijin kepada penulis dalam pengambilan data.
7. Ibu Sri selaku Wakil Pimpinan dan Ibu Novi selaku Bagian Diklat Rumah
Sakit Hermina Ciputat yang telah memfasilitasi penulis dalam pengambilan
data penelitian di Rumah Sakit Hermina Ciputat.
vi
8. Ibu Suci sekalu Kepala Bagian Rekam Medis dan staff Rumah Sakit Hermina
Ciputat yang telah membantu penulis dalam pengumpulan rekam medis guna
pengambilan data di Rumah Sakit Hermina Ciputat.
9. Seluruh staff sekretariat Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN
Jakarta yang telah membantu penulis dalam pembuatan surat ijin penelitian.
10. Ayah dan Ibu, Drs Bambang Sugiri, S.H., M.Pd. dan Endang Sulistiyowati,
atas bantuan secara langsung, doa dan segala bentuk dukungan sehingga
menguatkan penulis dalam proses penelitian hingga penulisan laporan.
11. Kakak dan Adik, Metia Ariyanti dan Septian Henry, atas bantuan, perhatian,
dan dukungan yang diberikan.
12. Teman kelompok Riset, Ramadhian, Rivki, Ilham Murtala, Fahmi Akbar dan
Ilyas, atas kerjasamanya dalam melakukan penelitian.
Kondisi bayi dengan berat badan lahir berlebih atau abnormal
diistilahkan dengan fetal makrosomia atau bayi makrosomia.1 Makrosomia
adalah bayi yang lahir dengan berat badan lebih dari 4000 gram. Kemunculan
bayi seperti ini disebabkan oleh beberapa faktor. Pertama, faktor kondisional
atau hanya diduga penyebabnya, misalnya genetik. Kedua, faktor ibu hamil
yang menderita diabetes. Ketiga, faktor ibu yang mengalami kenaikan berat
badan yang lebih pada saat hamil dan faktor ibu yang mengalami kehamilan
lewat waktu.2
Berdasarkan pada hasil Riset Dasar Kesehatan (Riskesdas) tahun 2013,
persentase berat badan lahir anak dengan berat badan > 4000 gram adalah
berkisar 4.8% dari jumlah kelahiran bayi nasional.3 Berdasarkan data
persentase berat badan lahir anak di Indonesia pada tahun 2013 didapatkan
hasil bahwa 6,7% dari kelahiran di provinsi Banten memiliki berat badan
lahir ≥ 4000 gram.4
Sekitar 5% - 10% kematian maternal janin disebabkan karena bayi lahir
dengan perkiraan makrosomia dari ibu yang memiliki riwayat gula darah
meningkat pada saat kehamilan atau diabetes.5 Kenaikan gula darah pada saat
kehamilan menyebabkan bayi lahir dengan makrosomia.6 Kelahiran bayi
2
makrosomia dapat menjadi penyulit pada saat persalinan sebagai contoh
waktu persalinan yang lama atau sebagai indikasi melahirkan secara sectio
secaria.6
Faktor yang diduga menjadi penyebab dari kelahiran bayi makrosomia
adalah diabetes dan obesitas. Makrosomia juga dapat meningkatkan risiko
trauma lahir, asfiksia, dan persalinan dengan sectio secaria. Janin yang
terlampau besar tersebut berisiko mempersulit proses kelahiran. Sementara
pada janin berisiko mengalami distosia bahu atau patah tulang selangka pada
saat proses persalinan. Bayi yang lahir dengan berat badan lebih dari 4000
gram berpotensi mengalami hipoglikemi setelah lahir dan obesitas setelah
dewasa.6
Berdasarkan latar belakang tersebut, peneliti tertarik untuk mengkaji
pengaruh kadar gula darah pada pasien diabetes mellitus gestasional terhadap
berat badan lahir bayi. Penelitian ini menggunakan asumsi dasar bahwa
perempuan yang mempunyai kadar gula darah sewaktu >200 mg/dl dan atau
kadar gula darah puasa ≥126 mg/dl mulai usia kehamilan 24-26 minggu
terdiagnosis diabetes mellitus gestasional. Diabetes pada masa kehamilan
dapat mengalami komplikasi yang terjadi pada janin terkait dengan diabetes
mellitus gestasional meliputi makrosomia, prematur, Intrauterine Growth
Restriction (IUGR), kematian janin dan bayi baru lahir, malformasi
kongenital, bayi baru lahir (30-60 menit pertama setelah lahir) dalam keadaan
hipoglikemia, hipokalemi, hiperbilirubin, polisitemia dan hipomagnesium.7
3
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas, peneliti merumuskan
pertanyaan penelitian sebagai berikut:
Apakah kadar gula darah yang tinggi (kadar gula darah puasa mencapai
≥126 mg/dl) pada pasien diabetes mellitus gestasional dapat mempengaruhi
berat badan lahir bayi?
1.3. Hipotesis Penelitian
Ibu hamil dengan Diabetes Mellitus Gestasional yang memiliki kadar
gula darah tinggi (kadar gula darah puasa mencapai ≥126 mg/dl) dapat
menyebabkan kelahiran bayi dengan berat badan lebih dari 4000 gram atau
yang disebut dengan bayi makrosomia.
1.4. Tujuan Penelitian
1.4.1. Tujuan Umum
Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan kadar gula darah
pasien diabetes mellitus gestasional yang tinggi (kadar gula darah puasa
mencapai ≥126 mg/dl) dengan kelahiran bayi makrosomia di RS Hermina
Ciputat pada Tahun 2014.
1.4.2. Tujuan Khusus
Beberapa tujuan yang didapatkan dari penelitian ini seperti:
a. Untuk mengetahui data kadar gula darah pada pasien diabetes mellitus
gestasional dengan bayi makrosomia di RS Hermina Ciputat.
4
b. Untuk mengetahui data kelahiran berat badan lahir bayi dengan ibu
diabetes mellitus gestasional di RS Hermina Ciputat.
c. Untuk mengetahui hubungan kadar gula darah yang tinggi pada pasien
diabetes mellitus gestasional dengan kelahiran bayi makrosomia.
1.5. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan memberi manfaat baik secara teoritis maupun
secara praktis. Manfaat tersebut antara lain adalah sebagai berikut:
1.5.1. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini menjelaskan bahwa kadar gula darah puasa
yang tinggi mencapai ≥ 126 mg/dl pada pasien diabetes mellitus
gestasional memiliki hubungan dengan kelahiran bayi makrosomia.
1.5.2. Manfaat Praktis
1.5.2.1. Peneliti
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi peneliti untuk
dijadikan sebagai sarana pengembangan diri dan penerapan
pengetahuan mengenai metodologi penelitian, dan korelasi antara
kadar gula darah pada pasien diabetes mellitus gestasional dengan
kelahiran bayi makrosomia.
1.5.2.2. Institusi
Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai referensi
bagi pengembangan ilmu pengetahuan dan penelitian lebih lanjut
mengenai hubungan kadar gula darah pada pasien diabetes mellitus
gestasional dengan kelahiran bayi makrosomia.
5
1.5.2.3. Masyarakat
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi untuk
mengontrol kadar gula darah kepada perempuan dan atau ibu hamil
yang memiliki riwayat kadar gula darah tinggi baik pada dirinya
sendiri maupun keluarga pada saat kehamilan sehingga dapat
dilakukan upaya pencegahan berupa meminimalkan angka kelahiran
bayi makrosomia.
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Landasan Teori
2.1.1. Fisiologi Kehamilan
Kehamilan atau masa gestasi berlangsung sekitar 38- 40 minggu
dari konsepsi. Selama masa tersebut, janin memiliki plasenta yang
berfungsi sebagai sistem pernapasan, pencernaan dan ginjal selama
kehidupan intrauterin. Selain itu, plasenta juga berfungsi menyalurkan
nutrisi dari ibu ke janin untuk memenuhi kebutuhan nutrisinya selama
kehamilan.8
2.1.1.1.Perubahan Metabolik
Sebagai akibat dari peningkatan sekresi dari berbagai macam
hormon selama masa kehamilan, termasuk tiroksin, adrenokortikal dan
hormon seks, maka laju metabolisme basal pada wanita hamil meningkat
sekitar 15 % selama mendekati masa akhir dari kehamilan. Sebagai hasil
dari peningkatan laju metabolisme basal tersebut, maka wanita hamil
sering mengalami sensasi rasa panas yang berlebihan. Selain itu, karena
adanya beban tambahan, maka pengeluaran energi untuk aktivitas otot
lebih besar daripada normal.8
2.1.1.2.Perubahan Kardiovaskular
Sistem kardiovaskular beradaptasi selama masa kehamilan terhadap
beberapa perubahan yang terjadi. Meskipun perubahan sistem
7
kardiovaskular terlihat pada awal trimester pertama, perubahan pada
sistem kardiovaskular berlanjut ke trimester kedua dan ketiga, ketika
cardiac output meningkat kurang lebih sebanyak 40 % daripada pada
wanita yang tidak hamil.9
Pada trimester kedua, kompresi aortocava oleh pembesaran uterus
menjadi penting secara progresif, mencapai titik maksimum pada minggu
ke- 36 dan 38, kemudian dapat menghasilkan perpindahan posisi kepala
fetal menuju pelvis. Penelitian mengenai cardiac output, diukur ketika
pasien berada pada posisi supine selama minggu terakhir kehamilan,
menunjukkan bahwa ada penurunan dibandingkan pada wanita yang tidak
hamil, penurunan ini tidak diobservasi ketika pasien berada dalam posisi
lateral decubitus. Sindrom hipotensi, yang terjadi pada 10 % wanita hamil
dikarenakan adanya oklusi pada vena yang mengakibatkan terjadinya
takikardi maternal, hipotensi arterial, penurunan kesadaran, dan pucat.
Kompresi pada aorta yang dibawah dari posisi ini mengakibatkan
penurunan perfusi uteroplasental dan mengakibatkan terjadinya asfiksia
pada fetus. Oleh karena itu, perpindahan posisi uterus dan perpindahan
posisi pelvis ke arah lateral harus dilakukan secara rutin selama trimester
kedua dan ketiga dari kehamilan.10
2.1.1.3.Perubahan Hematologi
Volume darah maternal mulai meningkat pada awal masa kehamilan
sebagai akibat dari perubahan osmoregulasi dan sistem renin angiotensin,
menyebabkan terjadinya retensi sodium dan peningkatan dari total body
8
water menjadi 8,5 L. Pada masanya, volume darah meningkat sampai
45% dimana volume sel darah merah hanya meningkat sampai 30%.
Perbedaan peningkatan ini dapat menyebabkan terjadinya anemia
fisiologis dalam kehamilan dengan hemoglobin rata-rata 11.6 g/dl dan
hematokrit 35.5%. Akan tetapi tubuh ibu memberikan kompensasi dengan
cara meningkatkan curah jantung, peningkatan PaO2, dan pergeseran ke
kanan dari kurva disosiasi oksihemoglobin sehingga transport oksigen
tidak terganggu.8
Kehamilan sering diasosiasikan dengan keadaan hiperkoagulasi yang
memberikan keuntungan dalam membatasi terjadinya kehilangan darah
saat proses persalinan. Konsentrasi fibrinogen dan faktor VII,VIII,
IX,X,XII, hanya faktor XI yang mungkin mengalami penurunan.
Fibrinolisis secara cepat dapat diobservasi kemudian pada trimester ketiga.
Sebagai efek dari anemia dilusi, leukositosis dan penurunan dari jumlah
platelet sebanyak 10 % mungkin saja terjadi selama trimester ketiga.
Karena kebutuhan fetus, anemia defisiensi folat dan zat besi mungkin saja
terjadi jika suplementasi dari zat gizi ini tidak terpenuhi.8
2.1.1.4.Perubahan Sistem Respirasi
Adaptasi respirasi selama kehamilan dirancang untuk
mengoptimalkan oksigenasi ibu dan janin, serta memfasilitasi perpindahan
produk sisa CO2 dari janin ke ibu. Konsumsi oksigen dan ventilasi per
menit meningkat secara progresif selama masa kehamilan. Volume tidal
dalam angka yang lebih kecil, laju pernafasan meningkat. Pada aterm
9
konsumsi oksigen akan meningkat sekitar 20-50% dan ventilasi meningkat
hingga 50%. PaCO2 menurun sekitar 28-32 mmHg. Alkalosis respiratorik
dihindari melalui mekanisme kompensasi yaitu penurunan konsentrasi
plasma bikarbonat. Hiperventilasi juga dapat meningkatkan PaO2 secara
perlahan. Peningkatan dari 2,3-difosfogliserat mengurangi efek
hiperventilasi dalam afinitas hemoglobin dengan oksigen. Hubungan
antara masa akhir kehamilan dengan peningkatan curah jantung memicu
perfusi jaringan.11
Posisi dari diafragma terdorong ke atas akibat dari pembesaran
uterus dan umumnya diikuti pembesaran dari diameter anteroposterior dan
transversal dari cavum thoraks. Secara umum, ditemukan peningkatan dari
inspiratory reserve volume sehingga kapasitas paru total tidak mengalami
perubahan.10
2.1.1.5.Perubahan Sistem Renal
Vasodilatasi renal mengakibatkan peningkatan aliran darah renal
pada awal masa kehamilan tetapi autoregulasi tetap terjaga. Peningkatan
dari renin dan aldosteron mengakibatkan terjadinya retensi sodium. Aliran
plasma ginjal dan laju filtrasi glomerulus meningkat sebanyak 50% selama
trimester pertama dan laju filtrasi glomerulus menurun menuju ke batas
normal pada trimester ketiga. Serum kreatinin dan Blood Urea Nitrogen
(BUN) mungkin menurun menjadi 0.5-0.6 mg/dL dan 8-9mg/dL.
Penurunan ambang dari tubulus renal untuk glukosa dan asam amino
10
sering mengakibatkan glukosuria ringan (1-10g/dL) atau proteinuria (<300
mg/dL). Osmolalitas plasma menurun sekitar 8-10 mOsm/kg.11
2.1.1.6.Perubahan Sistem Gastrointestinal
Fungsi gastrointestinal dalam masa kehamilan dan selama persalinan
menjadi topik yang kontroversial. Namun, dapat dipastikan bahwa traktus
gastrointestinal mengalami perubahan anatomis dan fisiologis yang
meningkatkan resiko terjadinya aspirasi yang berhubungan dengan
anestesi umum.9
Refluks gastroesofagus dan esofagitis adalah umum selama masa
kehamilan. Disposisi dari abdomen ke arah at,as dan anterior memicu
ketidakmampuan dari sfingter gastroesofagus. Peningkatan kadar
progestron menurunkan tonus dari sfingter gastroesofagus, dimana sekresi
gastrin dari plasenta menyebabkan hipersekresi asam lambung. Hal
tersebut yang menyebabkan mual dan muntah pada ibu hamil.8
2.1.1.7.Perubahan Sistem Saraf Pusat dan Perifer
Konsentrasi alveolar minimum menurun secara progresif selama
masa kehamilan. Obstruksi dari vena cava inferior karena pembesaran
uterus mengakibatkan distensi dari vena pleksus epidural dan
meningkatkan volume darah epidural. Yang mendekati masa akhir
kehamilan menghasilkan tiga efek mayor : (1) penurunan volume cairan
serebro spinal, (2) penurunan volume potensial dari ruang epidural, (3)
peningkatan tekanan ruang epidural.11
11
2.1.1.8.Perubahan Sistem Muskoloskelatal
Kenaikan kadar relaksin selama masa kehamilan membantu
persiapan kelahiran dengan melemaskan serviks, menghambat kontraksi
uterus, dan relaksasi dari simfisis pubis dan sendi pelvis. Relaksasi
ligamen menyebabkan peningkatan risiko terjadinya cedera punggung.
Kemudian dapat berkontribusi dalam insidensi nyeri punggung dalam
kehamilan.8
2.1.1.9.Sirkulasi Uteroplasental
Sirkulasi uteroplasental normal sangat dibutuhkan dalam
perkembangan dan perawatan untuk fetus yang sehat. Insufiensi sirkulasi
uteroplasental dapat menjadi penyebab utama dalam retardasi
pertumbuhan fetal intrauterin dan dapat mengakibatkan kematian janin.
Integrasi dari sirkulasi bergantung pada aliran darah uterus yang adekuat
dan fungsi normal plasenta.11
Aliran darah uterin meningkat secara progresif selama kehamilan
dan mencapai nilai rata rata antara 500ml sampai 700ml di masa aterm.
Aliran darah melalui pembuluh darah uterus sangat tinggi dan memiliki
resistensi rendah. Perubahan dalam resistensi terjadi setelah 20 minggu
masa gestasi. Aliran darah uterus kurang memiliki mekanisme
autoregulasi (pembuluh darah dilatasi maksimal selama masa kehamilan)
dan aliran arteri uterin sangat bergantung pada tekanan darah maternal dan
curah jantung. Hasilnya, faktor yang mempengaruhi perubahan aliran
12
darah melalui uterus dapat memberikan efek berbahaya pada suplai darah
fetus.8
Aliran darah uterin menurun selama periode hipotensi maternal,
dimana hal tersebut terjadi dikarenakan hipovolemia, perdarahan, dan
kompresi aortocaval, dan blokade simpatis. Hal serupa, kontraksi uterus
(kondisi yang meningkatkan frekuensi atau durasi kontraksi uterus) dan
perubahan tonus vaskular uterus yang dapat terlihat dalam status hipertensi
mengakibatkan gangguan pada aliran darah.9
2.1.2. Kriteria Diabetes Mellitus
Berdasarkan ADA (2010), kriteria untuk mendiagnosis DM adalah
sebagai berikut:
Tabel 2.1 Kriteria Interpretasi Hasil Tes Glukosa Darah
Interpretasi Hasil Tes Glukosa Darah
Tes Hasil Diagnosis
Glukosa Plasma Puasa (Fasting
Plasma Glucose), mg/dL.
≤ 99 Normal
100 -125 Glukosa Darah Puasa Terganggu
≥ 126
Diabetes, dikonfirmasi dengan
pengulangan tes pada hari yang
berbeda.
Tes Toleransi Glukosa Oral (2 jam
setelah beban glukosa 75 gram),
mg/dL.
≤ 139 Normal
140 – 199 Toleransi Glukosa Terganggu
≥ 200
Diabetes, dikonfirmasi dengan
pengulangan tes pada hari yang
berbeda.
Hemoglobin A1C, %.
≤ 5.4 Normal
5.5 – 6.4
Resiko tinggi / prediabetes,
memerlukan screening dengan kriteria
glukosa.
≥ 6.5
Diabetes, dikonfirmasi dengan
pengulangan tes pada hari yang
berbeda.
Glukosa Darah Acak, mg/dL. ≥ 200 Diabetes, bagi pasien yang mengalami
gejala atau keluhan khas hiperglikemi.
13
2.1.3. Diabetes pada Kehamilan
Ibu hamil dengan hiperglikemia dapat digolongkan sebagai ibu
hamil dengan diabetes yang sudah menetap sebelum hamil
(pregestasional) atau ibu hamil dengan diabetes yang baru terjadi pada saat
hamil (diabetes mellitus gestasional).2
2.1.3.1.Diabetes Pragestasional
Diabetes pragestasional, artinya kondisi dimana pasien
mempunyai riwayat diabetes mellitus sebelum hamil. Pasien diabetes
pregestasional dapat tanpa komplikasi atau dengan komplikasi yang
ringan. Pasien juga dapat dengan komplikasi berat, khususnya
retinopati, nefropati dan hipertensi.2
Diabetes pragestasional merupakan diabetes yang terjadi sebelum
kehamilan dan terus berlanjut setelah masa hamil. Diabetes
pragestasional dapat berupa diabetes tipe 1 dan tipe II, yang mungkin
disertai atau tidak disertai penyakit vaskuler, retinopati, nefropati, dan
komplikasi diabetik lainnya. Kondisi diabetogenik kehamilan pada
sistem metabolik yang terganggu selama masa pragestasi memiliki
implikasi yang signifikan.2
Adapun hormon yang normal terhadap kehamilan
mempengaruhi kontrol glikemia pada pasien diabetes pregestasi.
Kehamilan juga dapat mempercepat terjadinya komplikasi diabetes
vaskular. Selama trimester pertama, sementara kadar glukosa darah
maternal dalam kondisi normal menurun, dan respon insulin terhadap
14
glukosa meningkat, kontrol glikemia meningkat. Dosis insulin untuk
pasien diabetes yang terkontrol baik perlu disesuaikan untuk
menghindari hipoglikemi. Episode hipoglikemia tidak umum terjadi
pada pasien diabetes tipe 1 selama awal kehamilan.12
2.1.3.2.Diabetes Gestasional
Disebut diabetes gestasional bila gangguan toleransi glukosa yang
terjadi sewaktu hamil kembali normal dalam 6 minggu setelah persalinan.
Dianggap diabetes mellitus (bukan gestasi) bila gangguan toleransi
glukosa menetap setelah persalinan. Pada golongan ini, kondisi diabetes
dialami sementara selama masa kehamilan. Artinya kondisi diabetes atau
intoleransi glukosa pertama kali didapati selama masa kehamilan, biasanya
pada trimester kedua atau ketiga.13
Diabetes gestasional terjadi pada minggu ke 24 sampai ke 28 pada
masa kehamilan. Walaupun diabetes pada masa kehamilan termasuk salah
satu faktor resiko terkena diabetes tipe II. Kondisi ini adalah kondisi
sementara dimana kadar gula darah akan kembali normal setelah
melahirkan.14
Tabel 2.2
Klasifikasi Diabetes Selama Kehamilan
Kelas Klasifikasi Implikasi
Intoleransi
glukosa
pada masa
hamil
Toleransi glukosa abnormal
selama masa hamil;
hiperglikemia pascaprandial
selama masa hamil
Diagnosis sebelum usia gestasi 30 minggu
penting untuk mencegah makrosomia Tangani dengan diet kalori yang adekuat
untuk mencegah penurunan berat badan ibu
Sasaran yang dicapai : glukosa darah
pasccaprandial <130 mg/dl 1 jam setelah
makan atau < 105 mg/dl 2 jam setelah makan.
Apabila insulin dibutuhkan, tangani seperti
penanganan kelas B dan C
A Diabetes kimiawi yang Penatalaksanaan sama dengan penanganan
15
didiagnosis sebelum masa
hamil: diatasi hanya melalui
upaya diet; awitan dapat terjadi
terjadi pada usia berapapun
intoleransi glukosa pada kehamilan
B Terapi insulin yang dilakukan
sebelum Masa hamil; awitan
pada usia 20 tahun atau lebih;
durasi kurang 10 tahun
Sekresi insulin endogen dapat menetap, resiko
pada neonates dan janin sama dengan resiko
pada kelas C dan D begitu juga dengan
penatalaksanaannya C Awitan pada usia 10 sampai 20
tahun, atau durasi 10 sampai 20
tahun. Diabetes karena kurang
insulin
Diabetes karena kurang binsulin dengan
awitan pada masa kanak – kanak
D Awitan sebelum usia 10 tahun
samapai 20 tahun atau durasi 10
sampai 20 tahun
Makrosomia janin atau retardasi pertumbuhan
intrauterine dapat terjadi, mikroaneurisme
retina, dot-hemoragi, dan eksudat meningkat
selama masa hamil., kemudian menurun
setelah melahirkan F Nefropati diabetic disertai
dengan proteinuria Anemi dan hipertensi umum terjadi,
proteinuria meningkat pada trimester ke 3,
menurun setelah melahirkan. Retardasi
pertumbuhan janin intrauterine umum terjadi,
angka kelangsungan hidup perinatal sekitar
85%. Apabila berada dibawah kondisi
optimal, tirah baring dibutuhkan H Penyakit Arteri koroner Resiko maternal yang serius R Retinopati proliferatif Neovaskularisasi disertai resiko hemoragi
vitreus atau retina tanggal, foto koagulasi laser
bermanfaat aborsi biasanya tidak dibutuhkan,
disertai proses aktif neo vaskularisasi,
mencegah usaha mengedan
2.1.3.3.Epidemiologi
Ibu hamil yang menderita diabetes gestasional mempunyai resiko
tinggi untuk mengalami diabetes mellitus gestasional lagi pada kehamilan
berikutnya, dan juga 17 % - 63 % dari mereka akan mengalami perubahan
dan berkembang menjadi diabetes tipe 2 dalam 5 hingga 16 tahun.2
Diabetes mellitus gestasional dapat terjadi pada ibu yang hamil di
atas usia 30 tahun, perempuan dengan obesitas (IMT >30), perempuan
dengan riwayat diabetes mellitus pada orang tua atau riwayat diabetes
mellitus gestasional pada kehamilan sebelumnya dan melahirkan bayi
dengan berat lahir >4000 gram dan adanya glukosuria.13
16
2.1.3.4.Patofisiologi
Diabetes mellitus gestasional dapat merupakan kelainan genetik
dengan cara insufisiensi atau berkurangnya insulin dalam sirkulasi darah,
berkurangnya glikogenesis, dan konsentrasi gula darah tinggi. Diabetes
dalam kehamilan menimbulkan banyak kesulitan, penyakit ini akan
menyebabkan perubahan-perubahan metabolik dan hormonal pada
penderita. Beberapa hormon tertentu mengalami peningkatan jumlah.
Misalnya hormon kortisol, estrogen, dan human placental lactogen (HPL).
Peningkatan jumlah semua hormon tersebut saat hamil ternyata
mempunyai pengaruh terhadap fungsi insulin dalam mengatur kadar gula
darah. Kondisi ini menyebabkan suatu kondisi yang kebal terhadap insulin
yang disebut sebagai resisten insulin. Sehingga menimbulkan dampak
peningkatan kadar glukosa pada ibu hamil.15
2.1.3.5.Komplikasi
Pada diabetes mellitus gestasional, selain perubahan-perubahan
fisiologi tersebut, akan terjadi suatu keadaan di mana fungsi insulin
menjadi tidak optimal. Terjadi perubahan kinetika insulin dan resistensi
terhadap efek insulin. Akibatnya, kandungan glukosa dalam plasma ibu
bertambah, kadar gula darah tinggi, tetapi kadar insulin tetap tinggi.
Melalui difusi terfasilitasi dalam membran plasenta, dimana sirkulasi janin
juga ikut terjadi kandungan glukosa abnormal.14
Komplikasi diabetes mellitus gestational yang berkaitan dengan
neonatal dapat diatribusikan dengan meningkatnya pentransferan substrat