BAB IPENDAHULUAN1. Latar Belakang MasalahAnak adalah karunia
Allah kepada manusia. Hati akan gembira di kala memandang mereka,
hati akan terasa sejuk sewaktu melihat mereka dan jiwa akan tentram
ketika berbicara dengan mereka. Mereka adalah bunga kehidupan dunia
dan dibaratkan oleh Imam al-Ghazali sebagai mutiara yang masih
mentah, belum dipahat maupun dibentuk. Mutiara ini bisa dipahat
sedemikian rupa, dalam bentuk apapun dan mudah condong kepada
segala sesuatu. Kesalehan kedua orang tua si anak inilah yang akan
memiliki dampak yang besar untuk membentuk pahatan dalam jiwa anak
tersebut. Apabila dibiasakan dan diajari dengan kebaikan, maka dia
akan tumbuh dalam kebaikan itu. Namun apabila dibiasakan dengan
keburukan dan dilalaikan pasti si anak akan celaka dan dosanya akan
melilit leher orang tuanya (Suwaid, 2010).Keluarga dalam
hubungannya dengan anak diidentikkan sebagai tempat atau lembaga
pengasuhan yang paling dapat memberi kasih sayang. Didalam
keluargalah kali pertama anak-anak mendapat pengalaman dini secara
langsung dan dapat digunakan sebagai pembelajaran (Efobi &
Nwamaka, 2014). Lingkungan keluarga adalah lingkungan pertama yang
berpengaruh terhadap perkembangan anak, baik fisik, mental maupun
spiritual yang akan diwujudkan dalam tingkah laku. Pola hidup
keluarga termasuk pola asuh orang tua dapat dipakai sebagai faktor
untuk memprediksi penyebab perilaku menyimpang (Hadi, 2008 cit in
Kumalasari, 2009).Dewasa ini banyak sekali kita temukan perbuatan
melanggar hukum maupun perilaku menyimpang yang dilakukan oleh
anak-anak baik dilakukan oleh individu maupun secara berkelompok.
Pada tahun 2013, Komisi Nasional Perlindungan Anak sering sekali
menemukan perilaku kekerasan yang terjadi dilingkungan sekolah dan
melibatkan anak didik. Pada bulan September 2014 lalu, muncul video
rekaman aksi bullying anak-anak siswa sekolah dasar di Bukit
Tinggi. Aksi kekerasan ini dilakukan oleh anak-anak saat ditinggal
guru saat mengajar. Video ini memperlihatkan seorang anak
berkerudung dijadikan objek pemukulan oleh teman laki-laki dan
perempuanya di dalam kelas. Meski korban menangis namun pelaku
tidak menghentikan pemukulan yang dilakukan (Komisi Nasional
Perlindungan Anak, 2013). Contoh lainnya seperti yang terjadi di
Kabupaten Bima pada 14 Januari 2013 lalu, 10 orang siswi Sekolah
Dasar (SD) ditemukan sedang berpesta minuman keras (Miras). Seluruh
siswa tersebut berasal dari SDN 7 Kota Bima, Nusa Tenggara Barat.
Usai mengikuti pelajaran olahraga pada Senin pagi, para pelajar
tersebut dipergoki oleh seorang satpam sedang menikmati minuman
keras sejenis sofi di samping sekolah mereka (Kompas, .2013).
Selain itu, di Riau, berdasarkan data dari Direktorat Reserse
Narkoba (Ditresnarkoba) Polda Riau, sebanyak 125 siswa SD diketahui
menjadi pengguna dan pengedar narkotika serta obat-obatan terlarang
(narkoba). Data tersebut diambil dari periode Januari - September
2013. Data lain menyebutkan bahwa sebanyak 284 siswa - siswi
Sekolah Menengah Pertama (SMP) di Riau positif narkoba. Dan
sebanyak 605 siswa-siswi Sekolah Menengah Atas (SMA) juga diketahui
memakai narkoba (Riau Post, 2013).Orang tua sebagai orang dewasa
yang paling dekat dengan anak-anak perlu menerapkan cara-cara atau
pola asuh yang tepat untuk mendidik anak-anak. Pola asuh orang tua
adalah suatu cara terbaik yang dapat ditempuh orang tua dalam
mendidik anak sebagai perwujudan dari rasa tanggung jawab kepada
anak (Hong, 2012). Terdapat 3 klasifikasi pola asuh yang umum
digunakan dalam masyarakat yaitu pertama; pola asuh demokratis
dimana orangtua berusaha mengarahkan anak agar dapat bertingkah
laku secara rasional, dengan memberikan penjelasan terlebih dahulu
pada anak. Kedua; pola asuh otoriter dimana orang tua yang berusaha
untuk membentuk, mengendalikan dengan mengevaluasi sikap serta
tingkah laku anak berdasarkan standar yang mereka buat, dan
pengontrolan terhadap tingkah laku anak melalui pemberian hukuman.
Ketiga; pola asuh permisif dimana orang tua yang berusaha untuk
menerima, memberikan respon yang positif terhadap keinginan
(Maccoby cit in Yusuf, 2010) Hampir semua klasifikasi maupun jenis
pola asuh yang berkembang sekarang merupakan pola asuh yang di
dapat dari penelitian yang dilakukan dalam dunia Barat. Menurut
Efobi & Nwukolo (2014), kebanyakan pola asuh yang diterapkan
oleh para orangtua adalah pola asuh demokratis, kemudian diikuti
dengan pola asuh otoriter dan permisif. Hal ini juga dibenarkan
oleh Ghani, Lin, & Kamal (2013) bahwa pola asuh yang banyak
digunakan saat ini adalah pola asuh demokratis. Namun, perlu untuk
diketahui bahwa kondisi masyarakat Indonesia berbeda dengan kondisi
masyarakat luar negeri. Bangsa Indonesia sejak dahulu dikenal
sebagai bangsa yang religius. Agama telah memegang peranan yang
sangat penting dalam kehidupan masyarakat, baik secara formal
kenegaraan maupun kehidupan pribadi. Nilai-nilai keagamaan harus
dijadikan perhatian utama dalam membentuk imunitas keluarga dalam
menghadapi arus globalisasi. Lebih jauh lagi keagamaan juga
membentuk pemikiran dan cara pandang dengan perspektif ketuhanan.
Anak harus dibiasakan dan dilatih untuk mentaati hukum dan aturan
dari Allah, agar kehidupan yang terbangun dapat berada dalam jalan
yang benar (Takariawan, 2012). Untuk itu diperlukan pola asuh yang
mengedepankan nilai-nilai keIslaman guna membangun sumber daya
manusia yang memiliki komitmen, integritas tinggi dan
ketaqwaan.Islamic Parenting Skill adalah pola asuh yang berdasarkan
nilai-nilai ajaran Islam, Al-quran, dan As-sunah, bersifat
menyeluruh, yang berlangsung terus menerus sehingga syaksiyah
islamiyah akan terbentuk (Syifaa & Munawaroh, 2007). Islamic
Parenting Skill mengajarkan kepada orangtua untuk mendidik
anak-anaknya secara terus menerus, memperbaiki kesalahan mereka,
dan membiasakan mereka mengerjakan kebaikan yang sesuai dengan
nilai - nilai Islam selama hidupnya. Islam menetapkan Nabi
Shallallahu alayhi wa Sallam sebagai panduan utama pendidikan
akhlak dan perilaku anak di semua jenjang kehidupan (Suwaid, 2010).
Islamic Parenting Skill yang dilakukan oleh Muhammad Shallallahu
alyhi wa Sallam di mulai sejak anak dalam proses dilahirkan hingga
dia remaja. Berbagai cara yang di lakukan oleh Muhammad Shallallahu
alayhi wa Sallam dalam mendidik anaknya seperti menampilkan suri
tauladan yang baik, mempengaruhi akal anak dengan menceritakan
kisah - kisah Nabi terdahulu, menanamkan kegembiraan pada anak,
mengajarkan anak berbakti pada orang tua, membentuk dan membiasakn
aktivitas ibadah anak sampai dengan pendidikan seksualitas diusia
dini (Syamsi, 2014). Hasil dari Islamic Parenting Skill harus mampu
membentuk karakter peserta didik yang memiliki multiple
intelligence, baik yang berkaitan dengan kecerdasan intelektual,
kecerdasan emosional, dan kecerdasan spiritual sehingga mereka
mampu menghadapi problema hidup dan kehidupannya (Ginanjar,
2010).Kecerdasan spiritual merupakan kecerdasan untuk menempatkan
perilaku dan hidup kita secara profesional dalam konteks makna yang
lebih luas. Kecerdasan spiritual dapat juga dijadikan landasan yang
diperlukan untuk memfungsikan kecerdasan intelektual dan emosional
(Rahayu, 2005). Saat seseorang dihadapkan dalam suatu masalah,
kecerdasan spiritual akan secara naluri memfungsikan IQ dan EQ
secara efektif, sehingga menghindarkan terjadinya perilaku
maladaptif maupun kenakalan pada anak.Pada anak-anak kecerdasan
spiritual ini bisa ditanamkan dan diukur dimulai dari usia 6 tahun
hingga anak menginjak masa remaja. Pada masa ini, perkembangan
spiritual mulai memasuki fase realita. Pada fase ini anak sudah
mencerminkan konsep ketuhanan yang didasarkan dari kenyataan.
Konsep ini timbul melalui lembaga-lembaga keagamaan dan pengajaran
dari orang dewasa. Anak - anak mulai tertarik dan senang pada
lembaga - lembaga keagamaan yang mereka lihat dan dikelola orang
dewasa (Jalaludin, 2003).Berdasarkan hasil observasi dan pengamatan
peneliti di tiap sekolah, diantara rentang umur 6-11 tahun, anak
yang berumur 11 tahun atau sedang duduk di kelas 5 Sekolah Dasar
merupakan rentang umur yang paling memungkinkan untuk diteliti. Hal
ini didasarkan pada pertimbangan bahwa anak kelas 5 SD sudah
memiliki kecakapan dalam membaca dan menulis dan lebih mandiri
dalam hal berpendapat dibandingkan dengan kelompok kelas 1,2,3, dan
4.Studi pendahuluan yang dilakukan peneliti pada pada tanggal 18
Oktober 2014 di SD Islam Terpadu Abu Bakar (SD IT Abu Bakar)
menunjukan terdapat 140 anak yang ada di kelas 5 SD. Peneliti
melakukan wawancara dengan 3 orang guru yang bertugas mengajar di
SD IT Abu Bakar. Guru menjelaskan bahwa di SD tersebut menetapkan
pola pengajaran yang di laksanakan berdasarkan ajaran-ajaran Islam.
Hampir setengah dari isi kurikulum yang digunakan di sekolah ini
mengandung ajaran-ajaran Islam. Terdapat mata ajar khusus untuk
belajar Al-Quran secara mendalam yang dinamakan Baca Tulis Huruf
Quran (BTHQ) dan setiap semesternya di ujikan untuk menilai
seberapa jauh kemampuan anak didik dalam mempelajari serta
menghafal Al-Quran. Di sekolah ini juga sangat menekankan
pentingnya mengajarkan anak didik tentang perbedaan gender. SD IT
Abu Bakar melakukan pemisahan kelas bagi anak didik muslim dan
muslimah sejak menduduki kelas 3 SD. Peneliti kemudian melakukan
wawancara dengan 3 orang wali murid yang sudah diundang oleh
peneliti di SD IT Abu Bakar. Wali murid mengatakan memilih SD IT
sebagai tempat anaknya bersekolah karena menginginkan anak-anak
mereka tumbuh dengan nilai - nilai Islam yang kuat. Hal ini
bertujuan untuk mencegah anak-anak berperilaku menyimpang saat
sudah dewasa nanti. Wali murid juga mengatakan bahwa anak-anak
mereka sudah bisa menerapkan ajaran-ajaran yang mereka dapatkan
disekolah dalam kehidupan sehari. Dalam pandangan mereka Islamic
Parenting Skill berarti cara mendidik anak yang sesuai dengan
tuntunan Islam dan seperti yang dicontohkan oleh Nabi Muhammad
Shallallahu alayhi wa Sallam. Dimulai dari anak-anak lahir dengan
mengumandangkan adzan sampai dengan cara-cara menghukum anak
seperti yang di praktekan oleh Muhammad Shallallahu alayhi wa
Sallam.Penulis juga melakukan studi pendahuluan di SD Ngerukeman,
SD Kasihan, dan SD Ngebel. Pada ketiga SD rata-rata memiliki 55
siswa di kelas 5. Peneliti melakukan wawancara dengan guru-guru
yang bertugas di sekolah tersebut sesuai dengan janji yang sudah
dibuat sebelumnya. Guru menjelaskan pelajaran yang berkaitan dengan
kecerdasan spiritual lebih banyak didapatkan dari mata pelajaran
Pendidikan Agama Islam yang sudah ditentukan isinya oleh kurikulum
dari pemerintah pusat. Namun, dari pihak sekolah juga tetap
diadakan pengajian bersama setiap hari jumat pagi. Setelah
mewawancarai pihak sekolah, peneliti kemudian mewawancarai beberapa
wali murid yang anak-anaknya bersekolah di salah satu dari ketiga
sekolah tersebut. Para wali murid mengatakan mereka lebih suka
untuk menyekolahkan anak mereka di sekolah biasa. Hal ini
didasarkan pada pertimbangan biaya sekolah yang lebih murah serta
jarak antara sekolah dengan rumah yang lebih dekat. Menurut
pandangan wali murid Islamic Parenting Skill berarti mendidik anak
dengan cara-cara yang diajarkan oleh Islam. Cara-caranya seperti
dengan mengajarkan anak sholat, mengaji, dan berbuat baik terhadap
sesama.Berdasarkan uraian diatas maka penulis tertarik untuk
melakukan penelitian tentang hubungan Islamic Parenting Skill pada
kecerdasan spiritual anak.
A. Rumusan MasalahBerdasarkan dari latar belakang diatas,
sehingga didapatkan rumusan masalah dalam penelitian ini adalah
Apakah ada hubungan antara Islamic Parenting Skill pada kecerdasan
spiritual anak?
B. Tujuan Penelitian1. Tujuan Umum :Mengetahui adanya hubungan
antara Islamic Parenting Skill pada kecerdasan spiritual anak.2.
Tujuan Khususa. Mengetahui gambaran Islamic Parenting Skill pada
orang tuab. Mengetahui tingkat kecerdasan spiritual pada anak
C. Manfaat Penelitian1. Bagi ilmu pengetahuan : Sebagai masukan
kepada ilmu pengetahuan khususnya tentang hubungan Islamic
Parenting Skill pada kecerdasan spiritual anak2. Bagi penulis :
untuk menambah pengetahuan dan pengalaman dalam menulis karya tulis
ilmiah (KTI)3. Bagi keluarga/ orang tua : dapat memperoleh
informasi terkait cara memberikan pola asuh yang baik dan
didasarkan dari nilai-nilai Islam terhadap anak-anak mereka.4. Bagi
peneliti lain : hasil penelitian ini dapat dimanfaatkan dan
dikembangkan sebagai landasan teori bagi penelitian selanjutnya.D.
Keaslian PenelitianSepengetahuan penulis, penelitian tentang
hubungan Islamic Parenting Skill pada kecerdasan spiritual anak
belum pernah dilakukan. Namun ada beberapa penelitian yang
berkaitan dengan Islamic Parenting Skill dan kecerdasan spiritual
yang sudah dilakukan :1. Oweis, Gharaibeh,M., Maaitah, Gharaibeh,
H., Obelsat (2012) dengan judul penelitian Overview Islamic
Parenting from a Jordanian Perspective. Penelitian tersebut
menggunakan metode peneliti qualitative descriptive, pengumpulan
data dengan menggunakan semi-structured-one-on-one interview dengan
pertanyaan terbuka. Hasil penelitian menunjukan bahwa pola asuh
Islam dalam perspektif para orangtua adalah hak anak untuk
diberikan nama yang baik, pendidikan terbaik, keadilan dalam
keluarga, dan hak untuk mendapatkan pemenuhan kebutuhan fisik dan
psikologis. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian tersebut
adalah pada metode penelitian yang digunakan, instrumen, sampel,
dan cara pengolahan data.2. Mukhoyyaroh (2011) dengan judul
penelitian Hubungan Tingkat Kecerdasan Spiritual (SQ) dengan
Kesadaran Siswa Menjauhi Perilaku Menyimpang Pada Siswa Kelas VIII
MTS Al-Uswah Kecamatan Bergas Kabupaten Semarang Tahun 2011. Jenis
penelitian ini adalah penelitian analitik dengan pendekatan cross
sectional, pengambilan sample menggunakan propotional random
sampling dan pengumpulan data menggunakan kuisioner, observasi dan
dokumentasi. Hasil penelitian menunjukan bahwa tidak ada pengaruh
atau hubungan antara kecerdasan spiritual terhadap kesadaran
kesadaran siswa menjauhi perilaku menyimbang. Perbedaan penelitian
ini dengan penelitian tersebut adalah pada hal variabel yang
diteliti serta sample yang digunakan.3. Anggoro (2009) dengan judul
penelitian Hubungan Kecerdasan Spiritual Dengan Kenakalan Remaja
Pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah
Yogyakarta Angakatan 2007. Jenis penelitian ini adalah analitik
observational dengan pendekatan cross sectional dan pengumpulan
data dengan menggunakan kuisioner. Hasil penelitian menunjukan
terdapat hubungan negatif yang sangat signifikan antara kecerdasan
spiritual dengan kecendrungan perilaku delinkuen. Artinya semakin
tinggi tingkat kecerdasan spiritual seseorang maka semakin rendah
tingkat kenakalan remaja yang dimiliki. Perbedaan penelitian ini
dengan penelitian tersebut adalah pada hal variabelnya, populasi,
dan teknik pengambilan sample.
BAB IITINJAUAN PUSTAKAA. Tinjauan Teori1. Islamic Parenting
Skilla. Pengertian Islamic Parenting SkillIslamic Parenting Skill
adalah pola asuh yang berdasarkan nilai-nilai ajaran Islam,
Al-quran, dan As-sunah, bersifat menyeluruh, yang berlangsung terus
menerus sehingga syaksiyah islamiyah akan terbentuk (Syifaa &
Munawaroh, 2007).b. Tahapan serta Metode Mendidik Anak dalam
Islamic Parenting Skill Menurut Suwaid (2010), terdapat beberapa
tahapan dan metode mendidik anak dalam Islamic Parenting Skill.
Tahapan dan metode tersebut adalah : 1) Metode mendidik anak saat
anak didalam kandungan hingga menginjak usia 2 tahun :Pada saat ini
t.erdapat beberapa hal yang harus dilakukan oleh orangtua yang
dimulai dari doa saat proses kelahiran hingga dengan kewajiban ibu
untuk menyapih anak-anaknya selama 2 tahun. Pada saat proses
melahirkan, ada dzikir-dzikir yang disunnahkan untuk dibaca
sebagaimana yang diajarkan oleh Rasulullah Shallallahu alyhi wa
Sallam ketika putrinya Fatimah, menjalani proses tersebut. Ibnus
Sunni meriwayatkan dengan Sanad Dhaif bahwasanya Fatimah ketika
sudah mendekati masa melahirkan, Rasullullah Shallallahu alyhi wa
Sallam memerintahkan Ummu Salanah dan Zainab binti Jahsy untuk
datang membacakan Ayat Kursi, Surat al-Araf ayat 54, surat Yunus
ayat 10, surat al-Falaq dan surat An-Nas. Setelah bayi lahir,
kumandangkan adzan ditelinga kanan dan iqamat di telinga kiri.
Diriwayatkan oleh Imam Ahmad dan ad-Tirmidzi bahwasanya Rasullulah
Shallallahu alyhi wa Sallam membaca adzan ditelinga al-Hasan bin
Ali sesaat setelah Fatimah melahirkannya dengan adzan untuk shalat.
Hikmah dari adzan ini adalah untuk menyiarkan syiar Islam dan
pemberitahuan tentang agama Muhammad. Diusahakan agara ucapan
pertama yang masuk ke dalam telinga manusia adalah kata-kata yang
mengungkapkan sifat-sifat kebesaran Allah, keagungan-Nya, dan
syahadat yang menjadi syarat sah masuk Islam.Kemuliaan dan kebaikan
pertama yang diberikan kepada anak adalah memberikan nama dan
julukan yang baik untuk anak. Nama yang baik memiliki dampak yang
positif pada jiwa dari pertama kali mendengarnya. Rasullullah
Shallallahu alyhi wa Sallam bersabda, Nama yang paling dicintai
Allah adalah Abdullah dan Abdurrahman. Selain itu, dianjurkan juga
uintuk memberi nama pada anak dengan meniru nama para sahabat yang
mati syahid. Beberapa nama yang dilarang adalah Yasar (kiri), Rabah
(untung), Najih (berhasil), Aflah (bahagia), Rafi (tinggi), dan
Barkah (Berkah).Rasullullah Shallallahu alyhi wa Sallam juga
bersabda untuk mencukur habis rambut bayi sebagai pertanda
dimulainya masa bayi. Kemudian lakukan proses aqiqah dengan
meneyembelih dua ekor kambinng untuk anak laki-laki dan satu ekor
kambing untuk anak perempuan. Aqiqah ini juga berfungsi sebagai
pemberitahuan kepada masyarakat mengenai kelahiran seorang bayi di
tengah keluarga. Pada anak laki-laki disunnahkan untuk dilakukanya
khitan dimana proses ini bisa dilakukan sejak hari ketujuh bayi itu
dilahirkan. Namun, menurut sebagian ulama khitan hukumnya wajib
karena ibadah ini termasuk dalam syiar agama dan sebagai pembeda
antara Muslim dan kafir.Islam sudah menggariskan kewajiban dan hak
Ayah dan Ibu dalam mengasuh anak mereka. Ayah wajib untuk memberi
nafkah sedangkan seorang ibu diwajibkan untuk menyusui anaknya
selama 2 tahun sebagaimana yang sudah difirmankan oleh Allah
Subhanahu wa Taala dalam Surat al-Baqarah: 223. Bimbingan dan
pemeliharaan anak dimasa kecilnya juga lebih diutamakan dilakukan
oleh ibunya atau keluarga dari pihak Ibu. Hal ini dilakukan karena
wanita diciptakn dengan segala kelebihan kelembutan, kasih sayang,
dan kesabaran yang ada pada mereka.2) Metode mendidik anak ala
Rasullullah Shallallahu alyhi wa Sallam :Orang tua harus mampu
menjadi suri tauladan yang baik bagi anaknya. Anak adalah individu
yang bisa dengan mudah meniru perilaku orang dewasa, bahkan bisa
dipastikan pengaruh paling dominan berasal dari kedua orang tuanya.
Apabila mereka melihat kedua orang tua berperilaku jujur, merekapun
akan tumbuh dalam kejujuran.Kedua orang tua juga harus menyempatkan
diri untuk memberikan pengarahan serta nasihat. Orang tua harus
memahami bahwa memilih waktu yang tepat untuk memberikan nasihat
juga berpengaruh kepada penerimaan anak akan nasihat serta hasil
dari nasihat itu sendiri. Hal ini dikarenakan sewaktu-waktu anak
bisa menerima nasehatnya, namun terkadang juga pada waktu lainnya
dia menolak keras. Rasullullah Shallallahu alyhi wa Sallam
memberikan kita 3 waktu mendasar dalam memberikan pengarahan pada
anak yaitu dalam perjalanan, waktu makan, dan waktu anak sakit.
Jika orang tua memiliki anak lebih dari satu, orang tua harus
bersikap adil dan menyamakan pemberian untuk anak. Hal ini untuk
menghindari keliaran serta timbulnya perasaan dengki yang muncul
dalam hati anak. Pemberian hadiah dan mainan untuk anak juga
penting dan dipraktekan oleh Rasullullah Shallallahu alyhi wa
Sallam. Pilihkan mainan yang sesuai dengan tingkat pemahaman anak,
serta hindari mainan yang sulit untuk dirangkai atau
dimainkan.Orang tua disunnahkan untuk selalu memanjatkan doa bagi
kesejahteraan anaknya dan dilarang untuk mendoakan keburukan untuk
anaknya. Bagaimanapun juga, doa kedua orang tua adalah doa yang
selalu dikabulkan oleh Allah Subhanahu wa Taala. Orangtua juga
memiliki tanggung jawab besar dalam membantu anak mereka untuk
berbakti dan menaati perintah Allah Subhanahu wa Taala. Ciptakan
suasana yang nyaman dan mampu mendorong si anak untuk berinisiatif
menjalankan ibadah serta persiapkan segala macam saran dan
prasarana yang mendukung keperluan ibadah.3) Metode mempengaruhi
akal anakMenceritakan kisah - kisah inspiratif menempati peringkat
pertama sebagai landasan metode pemikiran yang memberikan dampak
positif pada akal anak. Rasullullah Shallallahu alyhi wa Sallam
seringkali berkisah tentang kejadian masa lampau kepada anak kecil
bahkan para sahabat beliau. Ceritakan kisah-kisah tauladan dari
riwayat Nabi terdahulu kepada anak-anak dirumah sesering mungkin.
Sesekali lakukan dialog atau tanya jawab untuk merangsang
pertumbuhan akal anak, membuka pikiran dan memperluas wawasannya.
Gunakan bahasa yang sesuai dengan tingkatan umur anak serta hindari
menggunakan bahasa yang ambigu dan kalimat kiasan.4) Metode
mempengaruhi jiwa anakPertemanan memainkan peran penting dalam
memberikan pengaruh terhadap jiwa anak. Seseorang adalah cerminan
dari temannya karena mereka akan saling belajar satu sama lain.
Luangkanlah waktu untuk menemani anak bermain seperti halnya yang
dilakukan Rasullullah Shallallahu alyhi wa Sallam bersama
anak-anaknya dan Umar bersama anaknya Ibnu Abbas. Selalu tanamkan
kegembiraan pada anak dan jangan lupa untuk memberikan pujian
disetiap keberhasilan anak dalam melakukan sesuatu.Salah satu
metode yang banyak berhasil di berbagai kesempatan adalah
mengabulkan keinginan serta mengarahkan bakat anak. Rasullullah
Shallallahu alyhi wa Sallam bersabda untuk memberikan sesuatu
kepada anak agar anak selalu merasa senang dan gembira. Dengan
tumbuhnya rasa senang ini akan membuat anak semakin mencintai kita
dan menuruti semua yang kita ajarkan. Arahkan kegiatan anak sesuai
dengan bakat dan minatnya. Biasakan anak untuk selalu berhasil
dalam setiap kegiatannya untuk menumbuhkan rasa percaya diri pada
anak. Tumbuhkan rasa kompetitif dalam diri anak dengan mengikut
sertakan anak ada pada perlombaan sederhana namun menggerakkan
semangat. Seperti contoh Rasullullah Shallallahu alyhi wa Sallam
sering mengadakan perlombaan lari untuk anak-anak agar anggota
tubuh mereka tumbuh sempurna dan badan mereka menjadi kuat.Salah
satu metode yang juga cukup berhasil dalam membentuk kejiwaan anak
adalah janji dan ancaman. Metode ini cukup sering disebutkan dalam
Al-Quran dan diterapkan oleh Rasullullah Shallallahu alyhi wa
Sallam. Beliau menggunakannya dalam banyak kesempatan, antara lain
dalam masalah berbakti kepada orangtua. Beliau menganjurkan untuk
berbuat baik kepada kedua orangtua dan memberikan ancaman atas
perbuatan durhaka.5) Metode menghukum anak yang mendidikHukuman
bukanlah pembalasan dendam kepada si anak. Tujuan sebenarnya adalah
dari hukuman adaalah sebagai pendidikan dan merupakan salah satu
metode pendidikan. Sebelum menghukum, terlebih dahulu para orangtua
harus efektif dalam mengoreksi kesalahan anak atau menemukan inti
dari setiap kesalahan yang dilakukan anak (Syamsi, 2014). Dalam
menerapkan hukuman pada anak juga harus dilakukan secara bertahap.
Tahap pertama dimulai dari menunjukan cambuk atau alat hukuman
lainnya. Diriwayatkan dari Bukhari bahwasanya Rasullullah
Shallallahu alyhi wa Sallam memerintahkan untuk menggantung cambuk
di dalam rumah. Tahap kedua adalah menjewer daun telinga sebagai
hukuman fisik pertama untuk anak. Pada tahap ini anak sudah mulai
merasakan kepedihan akibat melakukan kesalahan. Tahap selanjutnya
adalah menghukum anak dengan cara memukul. Terdapat kaidah-kaidah
yang harus diikuti apabila orang tua ingin menghukum anaknya dengan
cara ini. Kaidah tersebut adalah memukul anak dimulai dari usia
sepuluh tahun, pukulan tidak boleh lebih dari 10 kali, tidak boleh
memukul pada satu tempat saja, antara pukulan harus ada jeda waktu,
tidak boleh memukul dengan amarah, dan terakhir harus berhenti
memukul bila anak menyebut nama Allah. 6) Metode membentuk
aktivitas ibadah anakIbadah kepada Allah memainkan peran yang
penting bagi diri seorang anak. Ibadah akan meredam pemberontakan
jiwa dan amarah dalam diri seorang anak. Ibadah juga menjadikan
anak memiliki ikatan dengan Allah Subhanahu wa Taala. Dalam
berbagai pengarahan Rasullullah Shallallahu alyhi wa Sallam beliau
selalu memfokuskan pada lima dasar. Dasar yang pertama adalah
dengan mengajarkan shalat kepada anak. Tahap selanjutnya ajaklah
anak ke masjid terutama bagi anak laki-laki. Kemudian mulailah
untuk melatih anak untuk berpuasa sekaligus melatih kesabaran hati
pada anak. Tahap keempat ajarkan ibadah haji kepada anak. Apabila
anak sudah mencapai usia baligh, maka mereka wajib melaksanakan
ibadah haji. Tahap berikutnya adalah melatih anak untuk membayar
zakat. Beritahukan anak bahwa membayar zakat hukumnya wajib karena
sebagian dari harta kita terdapat hak orang - orang lain yang lebih
membutuhkan.7) Metode membentuk jasmani anak dan menjaga kesehatan
anakPembangunan jasmani bagi anak harus dilakukan pada masa
perumbuhannya untuk memaksimalkan pertumbuhan organ tubuh.
Diriwayatkan dari Umar bin Khatab, bahwasanya anak - anak sebaiknya
diajarkan berenang, memanah, dan tetap duduk di punggung kuda yang
sedang melompat. Berikan anak kesempatan untuk bermain bersama
teman-teman sebayanya. Bermain penting untuk perkembangan jasmani
anak. Bermain juga memberi kesempatan pada anak untuk mempelajari
banyak hal termasuk bagaimana caranya membina hubungan sosial
dengan orang lain. Dalam Islam, terdapat banyak sekali anjuran
untuk menjaga kesehatan dan segera berobat jika sakit. Rasullullah
Shallallahu alyhi wa Sallam menerapkan beberapa dasar dalam menjadi
kesehatan anak. Selain dibiasakan untuk menggosok gigi, biasakan
anak untuk menyikat gigi secara teratur. Ajarkan juga anak untuk
memotong kuku minimal seminggu sekali. Latihlah anak untuk tidur
dengan posisi miring ke kanan serta tidur setelah isya dan bangun
untuk sholat subuh. Segeralah berobat jika anak jatuh sakit. Dalam
Islam, terdapat beberapa cara alternative yang disunnahkan untuk
mengobati anak seperti pijat, urut, pengobatan dengan doa dan
ruqyah, serta menggunakan ranting Hindi sebagai obat.8) Metode
mengarahkan kecendrungan seksual anakSaat anak beranjak remaja,
anak mengalami perubahan organ secara cepat dan berkesinambungan.
Organ-organ tubuh akan berkembang demikian cepatnya termasuk orag
reproduksi. Kecendrungan seksual diciptakan Allah Subhanahu wa
Taala agar menjadi media kelangsungan reproduksi bagi seluruh
manusia. Langkah-langkah yang dipraktekan oleh Rasullullah
Shallallahu alyhi wa Sallam dalam mengarahkan kecendrungan seksual
anak adalah dengan membiasakan anak untuk menundukan pandangan dan
menutup aurat. Pada usia 7 tahun mulai pisahkan kamar tidur anak
antara anak perempuan dan laki - laki, membiasakan anak untuk tidur
miring ke kanan tidak telentang atau menulungkup. Kemudian, jauhkan
anak dari Ikhtilat bersama lawan jenis serta ajarkan kewajiban
mandi janabah ketika anak mendekati baligh.c. Faktor- faktor yang
mempengaruhi pola asuh Menurut Hurlock (2010) terdapat beberapa
faktor yang mempengaruhi pola asuh orangtua. Faktor yang
mempengaruhi pola asuh orang tua adalah: 1) Jenis pola asuh yang
diterima orangtua sebelumnyaJika orang tua merasa bahwa pola asuh
yang mereka terima sebelumnya dapat membentuk individu yang baik,
maka mereka akan menerapkan kembali jenis pola asuh yang sama
kepada anaknya. Sebaliknya, jika mereka merasa kurang sesuai dengan
pola asuh yang diterima sebelumnya, orangtua akan meneraokan pola
asuh yang berbeda kepada anaknya.2) Usia orang tuaPasangan yang
lebih muda biasanya cenderung lebih bebas dan demokratis dalam
mengasuh anaknya. Hal ini dikarenakan pasangan orang tua yang lebih
muda lebih bisa terbuka dan berdialog dengan baik pada
anak-anaknya. Sedangkan orangtua dengan usia yang lebih tua
cenderung keras karena merasa diri lebih berpengalaman dan lebih
dominan dalam pengambilan keputusan.3) Status sosial ekonomiOrang
tua dari kalangan menengah kebawah cenderung lebih keras dan
memaksa dibandingkan dengan orangtua dari kelas ekonomi menengah ke
atas. 4) Dominasi orang tuaApabil seorang ibu lebih dominan di
dalam keluarga, lebih mampu mengerti keinginan dan kebutuhan
anaknya. Hal ini dikarenakan wanita lebih memiliki ikatan batin
yang kuat dengan anak mereka dibandingkan dengan para laki-laki. 5)
Jenis kelamin anak dan kondisi anakOrangtua biasanya akan bersikap
lebih protektif kepada anak perempuan dibandingkan anak laki -
laki. Hal ini dikarenakan anak perempuan lebih rentan terhadap
pengaruh buruk lingkungan, terutama anak perempuan dalam usia
remaja. Kondisi anak juga akan sangat menetukan bagaimana prang tua
mendidik anaknya. Cara mendidik anak yang normal akan berbeda
dengan mendidik anak yang memiliki cacat atau penyakit berat.6)
Jumlah anakOrang tua yang memiliki lebih sedikit anak cenderung
lebih intensif pengasuhannya dimana perkembangan pribadi dan kerja
sama antar anggota keluarga lebih diperhatikan. Sedangkan orang tua
yang memiliki anak berjumlah lebih dari lima orang kurang bisa
memperoleh kesempatan untuk mengontrol secara intensif perkembangan
anaknya.
2. Kecerdasan Spirituala. Pengertian Kecerdasan
SpiritualGinanjar (2010) mendefinisikan kecerdasan spiritual
sebagai kemampuan untuk memberi makna ibadah terhadap setiap
perilaku dan kegiatan, melalui langkah - langkah dan pemikiran yang
bersifat fitrah menuju manusia yang seutuhnya (hanif) dan memliki
pola pemikiran tauhid (integralistik) serta prinsip hanya karena
Allah Subhanahu wa Taala. Hal ini berarti segala yang berkaitan
dengan ketuhanan, ahlak, dan kejiwaan merupakan bagian dari
kehidupan spiritual.Kecerdasan spiritual adalah sebuah paradigma
berfikir yang menjadikan diri seseorang merasa kecil disbanding
keluasan alam semesta (yang dikendalikan oleh Sang Pencipta).
Sebuah keniscayaan bagi orang yang cerdas spiritual untuk tunduk
dan menyelaraskan dirinya pada kehendak Sang Pencipta. Hal ini akan
menghantarkan orang pada pencarian tentang bagaiman sebenarnya
kehendak Sang Pencipta yang telah menciptakan dirinya dan alam
semesta yang dikaguminya. Salah satu sumber referensi yang sering
menjadi rujukan bagi kalangan cerdas spiritual adalah kitab suci
(Supriyono, 2006).b. Konsep-konsep dalam kecerdasan
spiritualSupriyono (2006) mengkalsifikasikan 10 konsep dasar yang
menjadi kunci tingginya kecerdasan spiritual. 10 konsep tersebut
adalah :1. Mendapatkan gambaran menyeluruhPemahaman akan apa yang
dan bagaimana dirinya sendiri sebagai individu manusia sudah cukup
untuk mengantarkan seseorang akan kecerdasan spiritual yang
mendasar. Dengan memperhatikan dirinya sendiri, seseorang akan
menyadari tentang berbagai fakta yang sungguh menakjubkan.
Keajaiban pada diri setiap orang menjadi sumber kesadaran bahwa
dirinya dan juga orang lain hadir ke dunia ini dengan kualitas luar
biasa. Manusia yang mampu merenungi tentang keberadaan dirinya akan
sampai pada kesadaran keluarbiasaan dan keajaiban dirinya sebagai
makhluk ciptaan Tuhan dan orang lain pun memiliki keajaiban yang
serupa. Dengan demikian, penghargaan terhadap orang lain adalah
bagian dari kesadaran spiritual yang akan melatarbelakangi setiap
sisi hubungannya dengan orang lain dia akan menempatkan orang lain
pada posisi yang tinggi sebagaimana ia juga menempatkan dirinya
pada posisi yang tinggi. Kecerdasan spiritual yang akan menjadikan
seseorang mampu berhubungan baik dan harmonis dengan orang lain.1.
Menggali nilai-nilai Nilai-nilai moral akan menjadi panduan untuk
bertindak atau bersikap tentang bagaimana kita menjalani hidup dan
mengambil keputusan serta menghindarkan umat manusia dari kekacauan
dan anarki. Kesadaran akan nilai luhur akan semakin sempurna
manakala manusia menjadikan kitab suci sebagai referensi yang mana
di dalamnya terdapat aturan kehidupan umat manusia baik dalam
berhubungan sesama manusia, alam semesta maupun Tuhan Yang Maha Esa
sebagai penguasa dan pencipta manusia dan seluruh alam semesta.1.
Visi dan panggilan hidupBila dihibungkan dengan panggilan hidup,
visi adalah kemampuan berfikir yang merencanakan masa depan dengan
bijak dan imajinatif, menggunakan gambaran mental tentang situasasi
yang dapat datang dan mungkin terjadi pada masa yang akan datang.
Visi akan menjadi cahaya pembimbing hidup seseorang.1. Belas kasih
(memahami diri sendiri dan orang lain)Konsep ini menjelaskan
tentang ungkapan simpati dan kepedulian kepada orang lain melalui
niat dan perbuatan. Belas kasih berarti berhubungan dengan orang
lain melalui rasa sayang dan hormat serta menjadikan seseorang
memiliki komitmen kepada orang lain dan akan ikut bertanggung jawab
dalam menolong mereka.1. Memberi dan menerima, kemurahan hati dan
rasa syukurMurah hati (Charity) adalam cermin dari rasa syukur.
Charity berasal dari bahasa latin carus yang berarti dihargai atau
dicintai. Prinsip ini mengantarkan seseorang untuk selalu
menunjukkan sikap hangat, jujur, murah hati, mengalah kepada orang
yang dicintai atau disayangi.1. Kekuatan tawaSelera humor merupakan
salah satu kualitas utama kecerdasan spiritual. Tawa akan
mengurangi rasa stress, meningkatkan kesejahteraan secara umum dan
menambah jumlah teman. Tawa dapat menciptakan kehidupan yang lebih
bahagia.1. Menjadi kanak-kanak kembaliKonsep ini bukanlah berarti
bertingkah laku kekanak-kanakan, melainkan seseorang harus
mempunyai pandangan polos seperti anak kecil yaitu energi dan
semangat tanpa batas, cinta tak bersyarat, kegembiraan, spontanitas
dan keceriaan, semangat petualangan, keterusterangan dan
kepercayaan, kebenaran, kemurahan hati, keingintahuan dan
penasaran, serta keheranan dan kekaguman. Kembali kepada masa kanak
- kanak juga dapat diartikan sebagai kembali pada kesucian dengan
upaya untuk mensucikan diri dari kesalahan dan dosa sebagaimana
yang terjadi pada masa kanak - kanak.1. Kekuatan ritualIbadah rutin
yang dijalankan seseorang akan menjadi pintu pembuka dari kepekaan
hati nurani menuju kepada kebaikan. Seseorang yang ingin
meningkatkan kecerdasan spiritual haruslah secara disiplin
melakukan ibadah ritual rutin baik yang bersifat harian, mingguan,
bulanan, atau tahunan, sesuai dengan keyakinan yang dianutnya.1.
Ketentraman Kondisi dimana seseorang bebas dari kecemasan,
kekacauan, atau kesedihan. Ketentraman diibaratkan sebagai danau
yang tenang tanpa riak atau angin kencang yang mangacaukan
permukaannya. Ketentraman adalah salah satu bentuk respon seseorang
yang menang. Ketentramanlah yang memungkinkan seseorang untuk
berfikir lebih jernih dan kreatif dalam merespon peristiwa apapun
dalam kehidupannya, seberat apapun peristiwa yang mendera.1. Cinta
Cinta terhadap diri sendiri, sesama, dan jagad raya dapat dianggap
sebagai tujuan hidup dan spiritual yang paling akhir. Hidup adalah
cinta dan cinta adalah hidup. Cinta kepada diri sendiri, sesama dan
jagad raya akan sempurna apabila kemudian mengarahkan seseorang
pada cinta kepada Sang Maha Pencipta yang telah berkarya
menciptakan dan mengasuh alam semesta beserta seluruh isinya. c.
Ciri-ciri orang yang memiliki kecerdasan spiritual tinggiMenurut
Tasmara (2001), ciri-ciri orang yang memiliki kecerdasan spiritual
yang tinggi adalah sebagai berikut :1. Memiliki visiMereka
menyadari bahwa hidup yang dijalaninya bukanlah sebuah kebetulan
tetapi kesempatan yang harus dilaksanakan dengan penuh rasa
tanggung jawab (takwa). Visi merupakan perwujudan imajinasi kreatif
dan merupakan motifasi utama dari tindakan manusia. Menetapkan visi
berarti menetapkan arah kiblat yang benar-benar diyakini. Sehingga
seluruh sumber daya yang dimilikinya diarahkan dan diluangkan dalam
bentuk tindakan yang membutuhkan perencanaan.1. Merasakan kehadiran
Allah Subhanahu wa TaalaManusia yang bertanggung jawab dan cerdas
secara ruhaniah dan merasakan kehadiran Allah Subhanahu wa Taala
dimana saja mereka berada. Kesadaran bahwa Allah Subhanahu wa Taala
selalu bersamanya, merupakan bentuk fitrah manusia. Siapapun yang
meyakini merasakan kehadiran Allah Subhanahu wa Taala, selalu
menjalankan agamanya secara rutin dan penuh rasa cinta akan
memperoleh sandaran yang sangat kuat.1. Berdzikir dan berdoaZikir
memberikan makna kesadaran diri cognizance, aku dihadapan Tuhanku,
yang kemudian mendorong dirinya secara sadar dan penuh tanggung
jawab untuk melanjutkan visi hidupnya yang dinamis yaitu memberi
makna melalui amal - amal saleh. Zikir bukan hanya sekedar ritual
tetapi sebuah awal dari perjalanan hidup yang aktual. Doa bukanlah
sekedar hafalan melainkan ungkapan jiwa.1. Memiliki kualitas
sabarDalam kandungan kualitas sabar, terdapat sikap yang istiqomah.
Orang yang sabar dapat bertoleransi dengan waktu, mereka memiliki
ketabahan dan daya sangat kuat untuk menerima beban, ujian atau
tantangan tanpa sedikitpun mengubah harapan menuai hasil yang
ditanamnya.1. Cenderung kepada kebaikanOrang yang bertakwa adalah
orang yang cenderung kepada kebaikan dan kebenaran (hanif). Orang
yang bertakwa sudah tentu terpacu untuk menggali potensi diri agar
menduduki tempat terbaik atau saleh.1. Memiliki empatiEmpati adalah
kemampuan seseorang untuk memahami orang lain sehingga dapat
merasakan kondisi batiniah orang lain. Empati sosial sendiri telah
dipatrikan kepada jiwa Agung Rasulullah SAW dan dipraktekkan oleh
beliau dikehidupan sehar-harinya.1. Berjiwa besarBerjiwa besar
yaitu suatu keberanian untuk memaafkan dan sekaligus melupakan
perbuatan yang pernah dilakukan oleh orang lain. Orang yang cerdas
secara ruhaniah adalah mereka yang mampu memaafkan, betapapun
pedihnya kesalahan yang diperbuat orang lain pada dirinya.1.
Bahagia melayaniBudaya melayani dan menolong merupakan bagian dari
citra diri seorang muslim. Melayani atau menolong seseorang
merupakan bentuk kesadaran dan kepeduliannya terhadap nilai
kemanusiaan. Memberi pelayanan dan pertolongan merupakan investasi
yang kelak akan dipetik keuntungannya, tidak hanya diakhirat
melainkan diduniapun kita sudah bisa merasakannya.d. Faktor-faktor
yang mempengaruhi kecerdasan spiritualAda beberapa faktor penting
yang dapat mempengaruhi tingkat kecerdasan spiritual seseorang
(Taylor dalam Dwidiyanti, 2008). Faktor-faktor tersebut adalah :1.
Pertimbangan terhadap perkembanganSetiap masa perkembangan akan
memiliki kecerdasan spiritual yang berbeda-beda. Ini didasarkan
pada kemampuan setiap rentang umur menerima pembelajaran dan cara
memahami yang berbeda-beda.1. Keluarga Peran orang tua sangat
menentukan dalam perkembangan spiritual anak, oleh karena itu
keluarga merupakan lingkungan terdekat dan menjadi tempat
pengalaman pertama anak dalam mengekspresikan kehidupan di dunia.
Pandangan anak diwarnai oleh pengalaman mereka dalam berhubungan
dengan keluarga.1. Latar belakang etnik dan budayaSikap, keyakinan,
dan nilai dipengaruhi oleh latar belakang etnik dan sosial budaya.
Umumnya seseorang akan mengikuti tradisi agama dan spiritual
keluarganya. Meskipun demikian, pengalaman spiritual tetap unik
bagi setiap individu.1. Pengalaman hidup sebelumnyaPengalaman hidup
baik yang positif maupun negatif dapat mempengaruhi tingkat
spiritual seseorang. Peristiwa dalam kehidupan sering dianggap
sebagai ujian kekuatan iman bagi manusia sehingga kebutuhan
spiritual akan meningkat dan memerlukan kedalaman tingkat spiritual
sebagai mekanisme koping memenuhinya.1. Krisis dan perubahanKrisis
dan perubahan dapat menguatkan kedalaman spiritual seseorang.
Krisis sering dialami ketika seseorang menghadapi penyakit,
penderitaan, proses penuaan, kehilangan dan bahkan kematian. Bila
klien dihadapkan dengan kematian, maka keyakinan spiritual dan
keinginan untuk sembahyang dan berdoa akan lebih meningkat
diandingkan pasien berpenyakit terminal.1. Terpisah dari ikatan
spiritualKadang kala kita mengalami masa atau kejadian yang membuat
kita merasa terpisah dari ikatan spiritual. Contohnya, menderita
sakit terutama yang bersifat akut, sering kali membuat individu
terpisah atau kehilangan kebebasan pribadi dan sistem dukungan
sosial. Kebiasaan hidup sehari - harinya termasuk kegiatan
spiritual dapat mengalami perubahan. Terpisahnya individu dari
ikatan spiritual beresiko terjadinya perubahan fungsi spiritual.e.
Cara menilai kecerdasan spiritualTidak seperti IQ yang bersifat
linier, logis, dan rasional, kecerdasan spiritual tidak bisa
dihitung. Pertanyaan - pertanyaan yang diberikan untuk menguji
kecerdasan spiritual semata - mata merupakan latihan perenungan.
Menurut Marshal & Zohar (2007) terdapat 6 klasifikasi
pertanyaan untuk menilai kecerdasan spiritual seseorang. 6
klasifikasi tersebut adalah :1. Tugasa) Kelompok apa yang akan
membuat Anda senang menjadi bagiannya dalam hidup anda? Keluarga?
Pekerjaan? Tetangga? Bangsa? Suku bangsa? Tidak ada?b) Mana
diantara kelompok tersebut (jika ada) yang kini Anda jauhi ?
Mengapa? Apakah Anda menyimpan ganjalan? perselisihan? Kejadian
traumatik? Rasa bersalah? Apakah Anda masih terikat oleh aturan
atau adat-istiadat kelompok itu? Jika demikian, mengapa?c) Adakah
kelompok yang ingin Anda lebih terlihat didalamnya? Apakah ini
praktis?d) Apakah aturan moral yang anda ikuti saat ini? Apakah
sumbernya? Sejauh mana anda mengikutinya? Pernahkah anda memikirkan
perubahan yang mungkin dapat meningkatkan salah satu kelompok anda
untuk setiap orang (atau hamper setiap orang) yang terkait?
Sudahkah anda membuat niat penting pada tahun ini dan tetap
menjalankannya?2. Pengasuhana) Apakah kini (atau dimasa lalu) ada
orang yang dengan senang hati Anda memberi kepadanya lebih daripada
yang anda terima? Apakah ada oraang (sekarang atau dulu) yang
dengan senang hati Anda menerima darinya melebihi yang Anda
berikan?b) Adakah orang yang belakangan ini Anda abaikan, Anda
sakiti, atau Anda taruh dendam? Mengapa? Sudahkah anda membuat
keputusan positif atau negatif mengenai ini?c) Adakah orang
(sekarang atau dahulu) yang ingin Anda bantu tetapi tidak bisa?
Bagaimana perasaan Anda dalam hal itu? Dapatkah Anda mempunyai
kawan dekat jika mereka tidak membutuhkan bantuan atau melihat
Anda? Dapatkah Anda, dalam hubungan yang sangat erat, bersikap
terbuka dan jujur menyangkut masalah sulit?d) Apakah yang
menganggap Anda mudah diajak bicara? Apakah Anda kadang-kadang
membantu seseorang yang membutuhkan dan mendekati Anda meskipun
mereka tidak termasuk dalam lingkungan sosial Anda?3. Pemahamana)
Apakah Anda menaruh minat secara aktif pada gaya hidup orang
disekeleiling Anda? Keluarga? Pekerjaan? Apakah akhir-akhir ini
Anda membaca atau membahas hal-hal yang berkaitan dengan psikologi,
filosofi, etika, atau topik semacam itu?b) Jika Anda merasa mentok
saat menghadapi suatu masalah, apakah biasanya Anda
menyingkirkannya, atau apakah Anda mencoba pendekatan yang lain?
Apakah anda menyimpan keputusan yang belum dibuat, bingung mengenai
suatu hal atau masalh praktis jangka panjang? Apa yang akan terjadi
jika Anda mengalami kemajuan dalam hal-hal tersebut?c) Apakah Anda
biasanya bias melihat kebaikan pada dua sisi pada suatu argumen?
Jika demikian apa yang terjadi? Dapatkah Anda melangkah maju
melampaui ini? Apakah orang-orang sering mengejutkan Anda, atau
apakah intuisi Anda mengenai mereka lebih sering benar daripada
tidak?d) Apakah Anda sedang mencari sesuatu secara intelektual?
Cobalah gambarkan tepatnya apa yang ingin Anda pahami secara lebih
baik. Apa yang mungkin membantu dalam hal ini? Apa yang menghalangi
Anda? Seberapa penting hal ini bagi Anda? Dapatkah Anda menerima
ketidakpahaman Anda sekarang tanpa menyerah?4. Perubahan Pribadia)
Kita tidak pernah memiliki apapun kecuali jika kau memilikinya
dahulu dengan penuh gairah. Seberapa jauh kebenaran pernyataan ini
dalam kehidupan Anda (hubungan, tujuan, kesenian, pekerjaan)?b)
Ingatlah seseorang, sebuah mimpi, lampiran atau cerita yang mengisi
hati Anda dengan kerinduan yang penuh hasrat atau romantik tetapi
yang tidak sampai pada akhir yang bahagia sepenuhnya. Adakah
sesuatu yang hilang atau tidak lengkap dalam hidup Anda pada waktu
ini? Apakah Anda berusaha mewujudkan mimpi Anda? Jika demikian, apa
yang terjadi? Apakah Anda menyerah karena rasa sakit, penghinaan,
atau sikap sinis? Jika tidak, apa yang menahan Andaa (ajaran moral,
sikap berhati-hati yang dapat dibenarkan, rasa malu, atau
ketiga-tiganya)? Temukanlah cara mengungkapkan sebagian dari emosi
atau tema ini sekarang, barangkali dengan puisi, menulis, menari,
mendengarkan musik, berbicara dengan seseorang yang Anda percayai.
(Bakat disini tidak sepenting bersikap autentik). Dalam situasi
emosional tertentu, pakah Anda biasa melihat berbagai gaya yang
mungkin digunakan untuk mengungkapkan perasaan Anda?c) Dapatkah
Anda memahami bahwa emosi dan kerinduan Anda berawal dari sumber
yang sama seperti yang dirasakan oleh penulis, seniman atau musisi
yang Anda hormati? Ambillah satu karya seni yang menggugah hati
Anda. Temukanlah sesuatu mengenai penciptaannya dan bandingkanlah
kehidupan pencipta ini dengan kehidupan Anda. Apakah Anda mengerti
bahwa rasa sakit pun dapat memberi sumbangan kepada orang lain jika
ditempatkan dalam konteks dan diubah?d) Ambillah sembarang contoh
dari perilaku pribadi yang sangaat menggugah hati Anda. Apakah
segi-segi positif dan negatifnya? Sekarang cobalah temukan contoh
pelengkap atau penyeimbang dari perilaku tersebut. Adakah contoh
pemberontak atau penjahat yang Anda kenali atau merasa bersimpati?
Apa yang dapat Anda pelajari mengenai diri Anda sendiri dari
situ?5. Persaudaraana) Idealnya, apakah Anda ingin bisa menjalin
percakapan dengan siapa saja? Ambil contoh sembarang pertemuan
dengan orang lain yang menarik minat Anda. Dapatkah Anda
membayangkan diri Anda bertukar peran dengan salah satu atau semua
orang lain disana? Apakah Anda menaruh minat aktif pada isu-isu
lokal atau kemasyarakatan?b) Adakah orang yang membuat Anda merasa
tidak nyaman jika sedang bersama? Mengapa? Bagaimana emosi Anda?
(Bosan? Takut? Marah? Merasa bersaing? Sesuatu yang lain?) Apakah
menurut Anda, Anda akan berperilaku berbeda dengan orang tersebut
jika Anda diberi latar belakang dan situasi mereka?c) Apakah
keadilan penting bagi Anda? Untuk semua orang, atau hanya untuk
beberapa kelompok yang dekat dengan hati Anda? Jika Anda hanya
peduli dengan keadilan beberapa kelompok, apakah yang Anda miliki
yang sama dengan mereka? d) Apakah Anda terganggu atau malu dengan
topik kematian? Apakah Anda percaya adanya kehidupan apapun sesudah
kematian? Surga? Reinkarnasi? Kelangsungan gagasan Anda atau
keluarga Anda? Pernahkan Anda mempunyai pengalaman mencintai atau
menyatu dengan semua makhluk? Pernahkah Anda merasa bahwa Anda
dapat mempertahankan nyawa demi orang tertentu atau cita-cita
tertentu?
6. Kepemimpinan penuh pengabdiana) Pernahkah anda diterima
sebagai pemimpin suatu kelompok? Bagaimana pengaruh hal itu pada
perasaan Anda? Pernahkan Anda mempunyai visi atau atau kerinduan
akan cara ideal bagi jalan hidup suatu kelompok atau masyarakat?
Apakah Anda bertindak dalam hal itu, sekecil apapun? Pernahkah Anda
meninggalkan usaha itu? Mengapa? Dapatkah Anda membuat kemajuan
lebih jauh dengan visi Anda? Apakah visi tersebut perlu di
sempurnakan?b) Pernahkah Anda mewarisi sebagian pendapat Anda
mengenai masyarakat dan/atau peranan Anda di dalamnya? Maksudnya,
pernahkah Anda mengadopsi, tanpa merenungkan, gagasan dan pandangan
dari orang-orang sebelumnya dalam hidup Anda? Pernahkah Anda
menerima apa yang diinginkan orangtua, kawan, rekan kerja, ata
pasangan Anda untuk Anda lakukan? Pernahkah Anda membuta keputusan
secara tergesa-gesa ketika Anda sedang bingung atau tertekan?
Berapa banyak di antaranya yang telah Anda atasi? Apaka ada bentuk
yang telah berubah dari tujuan warisan semacam itu yang masih
menarik minat Anda?c) Dapatkan Anda selalu menemukan meskipun
sulit, energi mendalam yang dibutuhkan untuk mengatasi keadaan
darurat? Jika visi Anda yang mendalam ditantang, apakah Anda
menyerah? Menjadi asertif karena Anda yang paling tahu? Membahas
isu tersebut secara demokratis?d) Apakah Anda rela membela dan
bertanggung jawab atas apa yang paling berarti bagi Anda meskipun
hal itu mungkin tidak bisa diterima oleh orang lain dalam waktu
singkat? Pernahkah Anda mengalami sesuatu yang suci, sakral, suatu
sumber energi yang cerdas dari diri luar Anda sendiri? Pernahkah
Anda berusaha mengungkapkanya enga suatu cara, sampai tahap
tertentu? Dapatkah Anda membayangkan struktur praktis yang dapat
mengungkapkannya.
B. Kerangka TeoriFaktor yang mempengaruhi kecerdasan
spiritual(Taylor dalam Dwidiyanti, 2008):1. Pertimbangan terhadap
perkembangan2. Keluarga3. Latar belakang etnik dan budaya4.
Pengelaman hidup sebelumnya5. Krisi dan perubahan6. Terpisah dari
ikatan spiritual
Faktor yang mempengaruhi pola asuh (Horlock, 2010) : jenis pola
asuh yang diterima orangtua sebelumnya, usia orangtua, status
sosial ekonomi, dominasi orangtua,serta jenis kelamin dan kondisi
anak
Ciri-ciri orang yang memiliki kecerdasan spiritual tinggi
(Tasmara, 2001):1. Memiliki visi2. Merasakan kehadiran Allah3.
Berdzikir dan berdoa4. Memiliki kualitas sabar5. Cenderung kepada
kebaikan6. Memiliki empati7. Berjiwa besar8. Bahagia melayani
Islamic Parenting Skill (Suwaid, 2010) 1. Metode mendidik anak
saat anak didalam kandungan hingga menginjak usia 2 tahun2. Metode
mendidik anak ala Rasullullah Shallallahu alyhi wa Sallam3. Metode
mempengaruhi akal anak4. Metode mempengaruhi jiwa anak5. Metode
menghukum anak yang mendidik6. Metide membentuk aktivitas ibadah
anak7. Metode membentuk jasmani anak dan menjaga kesehatan anak8.
Metode mengarahkan kecenderungan seksual anak
Kecerdasan Spiritual
Konsep dalam kecerdasan spiritual (Supriyono, 2006) :
Mendapatkan gambar secara menyeluruh, menggali nilai-nilai, visi
dan panggilan hidup, belas kasih, memberi dan menerima, kemurahan
hati & rasa syukur, kekuatan tawa, menjadi kanak-kanak kembali,
kekuatan ritual, ketentraman, serta cinta
C. Kerangka KonsepIslamic Parenting Skill 1. Metode mendidik
anak saat anak didalam kandungan hingga menginjak usia 2 tahun2.
Metode mendidik anak ala Rasullullah Shallallahu alyhi wa Sallam3.
Metode mempengaruhi akal anak4. Metode mempengaruhi jiwa anak5.
Metode menghukum anak yang mendidik6. Metode membentuk aktivitas
ibadah anak7. Metode membentuk jasmani anak dan menjaga kesehatan
anak
Kecerdasan Spiritual :1. Memiliki visi2. Merasakan kehadiran
Allah SWT3. Berdzikir dan berdoa4. Memiliki kekuatan sabar5.
Cenderung kepada kebaikan6. Memiliki empati7. Berjiwa besar8.
Bahagia melayani
Keterangan :
= Diteliti= Arah hubunganD. HipotesaHo : Tidak ada hubungan
antara Islamic Parenting Skill dengan kecerdasan spiritual pada
anak kelas 5 Sekolah Dasar di Kelurahan Tamantirto
BAB IIIMETODE PENELITIANA. Desain PenelitianPenelitian ini
merupakan penelitian dengan desain cross sectional correlation.
Penelitian cross-sectional correlation adalah jenis penelitian yang
menekankan waktu pengukuran atau observasi data variabel independen
dan dependen hanya satu kali pada satu saat untuk mengetahui
hubungan korelatif antara variabel (Nursalam, 2013).Pemilihan
metode ini didasarkan dari tujuan penelitian yang ingin mengetahui
taraf hubungan antara Islamic Parenting Skill dengan kecerdasan
spiritual pada anak kelas 5 SD. Pengukuran dari tiap variabel akan
dilakukan secara serentak dan dalam satu waktu saja.B. Populasi dan
Sampel.1. PopulasiPopulasi dalam penelitian adalah subjek yang
memenuhi kriteria yang telah ditetapkan (Nursalam, 2013). Populasi
penelitian adalah seluruh siswa kelas 5 SD di Kelurahan Tamantirto.
Jumlah populasi adalah sebanyak 221 orang.1. SampelSampel adalah
bagian dari populasi terjangkau yang dapat dipergunakan sebagai
subjek penelitian melalui sampling. Sampling adalah proses
menyeleksi porsi dari populasi yang dapat mewakili populasi yang
ada. Metode sampling pada penelitian ini adalah proportionate
stratified random sampling, yaitu suatu cara pemilihan sampel
diantara populasi apabila anggota dari populasi tersebut adalah
heterogen (Setiadi, 2013). Dalam penelitian ini setiap SD akan
diurutkan dari SD yang memiliki jumlah siswa kelas 5 yang paling
banyak sampai dengan SD dengan jumlah siswa kelas 5 yang terkecil.
Kemudian akan dihitung jumlah sampel yang diambil dari tiap SD
sesuai dengan proporsinya masing masing. Setiap anak akan diberikan
kode dan dituliskan pada secarik kertas. Kertas kemudian
dikumpulkan dan dilakukan pengambilan secara acak sampai dengan
jumlah nama yang diambil sesuai dengan jumlah sampe ideal yang
telah di hitung.Besar sample dihitung menggunakan rumus sebagai
berikut : n = N. z2 p . q d2 (N-1) + z2. P. qKeterangan :n
=perkiraan besar sampelN =perkiraan besar populasiz =nilai standar
normal untuk = 0.05 (1,96)p = perkiraan proporsi, jika tidak
diketahui dianggap 50%q =1 p (100% - p)d =Tingkat kesalahan yang
dipilih (d = 0,05)Setelah dilakukan perhitungan dengan menggunakan
rumus diatas di dapatkan sampel yang akan digunakan dalam
penelitian ini adalah sebanyak 141 anak. Kriteria inklusi dalam
penelitian ini sebagai berikut :1. Kriteria inklusi untuk responden
anak1. Bersedia menjadi responden1. Hadir saat pembagian
kuisioner1. Bisa membaca dan menulis1. Beragama Islam1. Tinggal
bersama dengan orangtua (ayah dan ibu)1. Kriteria inklusi untuk
responden orangtua1. Beragama Islam1. Bersedia menjadi
responden
C. Lokasi dan Waktu Penelitian1. Lokasi penelitianLokasi
penelitian ini adalah seluruh Sekolah Dasar di Kelurahan
Tamantirto. SD tersebut adalah SD Ngebel, SD Tlogo, SD Karang Jati,
SD Kasihan, dan SD Ngerukeman. 1. Waktu penelitianWaktu penelitian
dilaksanakan pada bulan Maret 2015.
D. Variabel PenelitianVariabel yang digunakan dalam penelitian
ini ada 2, yaitu :1. Variabel bebas (independent variable)Variabel
bebas pada penelitian ini adalah Islamic Parenting Skill2. Variabel
terikat (dependent variable)Variabel terikat dalam penelitian ini
adalah kecerdasan spiritual. E. Definisi OperasionalDefinisi
operasional dalam penelitian ini terdiri dari :Tabel. 3.1. Definisi
OperasionalVaVariabelDefinisi OperasionalAlat UkurHasil
UkurSkala
Islamic Parenting SkillIslamic Parenting Skill adalah pola asuh
yang berdasarkan nilai-nilai ajaran Islam, al-Quran, dan As-sunah,
serta berdasarkan pedoman-pedoman yang disampaikan oleh Rasullullah
Shallallahu alyhi wa Sallam. Pola asuh ini bersifat menyeluruh dan
berlangsung terus menerus sehingga akidah Islamiyah akan
terbentukKuisioner closed ended question dengan Guttman
scaleBaik76% - 100%
a. Cukupb. 56% - 75%)c. d. Kurange. 40% - 55%)f. g. Tidak baikh.
0,05 maka distribusi data dianggap normal. Jika nilai
Sig.10tahun?
32Saya pernah memukul anak saya sebanyak >10x?
33Saya akan berhenti memukul anak saya apabila anak saya
menyebut nama Allah
34Saya memukul anak saya saat saya dalam kondisi marah
35Saya mengajarkan anak saya tatacara sholat yang baik dan
benar
36Saya mulai mengajarkan anak saya untuk belajar al-Quran sejak
anak saya berumur 3 tahun
37Saya mendorong anak-anak saya untuk mulai menghafalkan
al-Quran sesuai dengan kemampuan masing-masing
38Saya selalu mengajak anak saya menunaikan sholat di masjid
39Saya melatih anak saya untuk berpuasa sesuai dengan
kemampuannya
40Saya memberitahukan anak saya bahwa selain sholat dan mengaji,
ibadah haji juga penting untuk dilakukan
41Saya melatih anak saya untuk membayar zakat
42Selain membayar zakat, saya juga mengajarkan anak saya untuk
rutin bersedeqah/infaq kepada orang yang lebih membutuhkan
43Saya mengikutkan anak Anda di kegiatan keolahragaan
44Saya mengikutkan anak saya di salah satu olahraga yang di
anjurkan Rasullullah Shallallahu alyhi wa Sallam(berolahraga
renang, memanah, atau berkuda)
45Saya tidak memberikan anak saya kesempatan untuk bermain
dengan teman-teman sebayanya
46Saya akan segera mengunjungi pusat pengobatan terdekat apabila
anak saya sakit
47Saya selalu membiasakan anak saya untuk menyikat gigi dan
memotong kukunya secara teratur
48Saya juga membiasakan anak saya untuk tidur setelah isya dan
bangun untuk sholat Subuh
KUISIONER II (Dijawab oleh anak)Petunjuk Pengisian:A. Bacalah
dengan teliti pertanyaan terlebih dahuluB. Jawablah semua dan beri
tanda centang pada kolom pilihan jawabanData Demografi:a. Nama :b.
Jenis Kelamin : c. Sekolah (Diisi lengkap dengan nama
sekolah/Jurusan): d. Kelas :
NoPernyataanJawaban
YaTidak
1Saat dewasa nanti saya ingin menjadi orang sukses dan hebat
2Saat dewasa nanti saya ingin membahagiakan kedua orang tua yang
sudah merawat saya selama ini
3Allah Subhanahu wa Taala adalah pencipta alam semesta dan
segala mahluk yang hidup didalamnya
4Saya selalu berusaha untuk melaksanakan sholat wajib secara
rutin setiap hari
5Saya hanya mengaji saat saya ingat saja, tidak setiap hari
6Saya selalu berdoa sebelum mengerjakan sesuatu (contoh :
sebelum belajar, sebelum berpergian)
7Saya tidak pernah berdoa kepada Allah Subhanahu wa Taala jika
ada masalah atau mempunyai keinginan (contoh : ingin memilik
boneka, nilai ulangan jelek)
8Saat nilai ulanganku rendah, saya selalu bersabar dan belajar
lebih baik lagi dikemudian hari lagi
9Saya sering marah apabila telat dijemput pulang dari sekolah
oleh orangtua saya
10Saya tidak pernah membalas apabila ada teman yang mengejek
saya di sekolah
11Saya selalu berkata jujur kepada orang tua dan teman-teman
12Saya selalu menghormati kedua orangtuaku dan orang yang lebih
dewasa daripada saya (kakak, bibi, nenek,)
13Saya sering membantah perkataan kedua orangtua saya apabila
sedang dinasehati
14Saya tidak pernah membantu teman yang sedang kesusahan
15Saya selalu mendengarkan keluh kesah teman yang sedang
bersedih
16Saya selalu memaafkan kesalahan teman-teman saya yang pernah
menyakiti hati saya
17Saya selalu iri apabila ada teman yang mendapatkan nilai
ulangan lebih bagus daripada saya
18Saya selalu mengerjakan pekerjaan rumah dari sekolah dan
mengumpulkannya tempat waktu
19Saya sering membantu ibu untuk mengerjakan pekerjaan rumah
20Saya sering bersedekah untuk orang-orang yang kurang mampu
61