Top Banner
HUBUNGAN INTENSITAS PENCAHAYAAN DENGAN KELUHAN SUBJEKTIF KELELAHAN MATA PADA PEKERJA DI RUMAH SAKIT X TAHUN 2019 SKRIPSI Mohammad Royhan NIM : 031721013 PRODI D.IV KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS BINAWAN JAKARTA 2019
80

HUBUNGAN INTENSITAS PENCAHAYAAN DENGAN …

Oct 20, 2021

Download

Documents

dariahiddleston
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: HUBUNGAN INTENSITAS PENCAHAYAAN DENGAN …

HUBUNGAN INTENSITAS PENCAHAYAAN DENGAN KELUHAN SUBJEKTIF KELELAHAN MATA PADA

PEKERJA DI RUMAH SAKIT X TAHUN 2019

SKRIPSI

Mohammad Royhan

NIM : 031721013

PRODI D.IV KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS BINAWAN

JAKARTA

2019

Page 2: HUBUNGAN INTENSITAS PENCAHAYAAN DENGAN …

i

HUBUNGAN INTENSITAS PENCAHAYAAN DENGAN KELUHAN SUBJEKTIF KELELAHAN MATA PADA

PEKERJA DI RUMAH SAKIT X TAHUN 2019

SKRIPSI

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Terapan Keselamatan dan Kesehatan Kerja

Oleh : Mohammad Royhan

NIM : 031721013

PRODI D.IV KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS BINAWAN

JAKARTA

2019

Page 3: HUBUNGAN INTENSITAS PENCAHAYAAN DENGAN …

ii

HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS

Yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Mohammad Royhan

NIM : 031721013

Prodi : Keselamatan dan Kesehatan Kerja

Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang saya susun dengan judul:

Hubungan Intensitas Pencahayaan dengan Keluhan Subjektif

Kelelahan Mata Pada Pekerja di Rumah Sakit X Tahun 2019

Adalah benar-benar hasil karya saya sendiri dan bukan merupakan plagiat

dari skripsi orang lain. Apabila pada kemudian hari pernyataan saya tidak

benar, maka saya bersedia menerima sanksi akademis yang berlaku (cabut

predikat kelulusan dan gelar sarjana).

Jakarta, ......................... 2019

Page 4: HUBUNGAN INTENSITAS PENCAHAYAAN DENGAN …

iii

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI

KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Sebagai civitas akademik Universitas Binawan, saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Mohammad Royhan

NIM : 031721013

Prodi : Keselamatan dan Kesehatan Kerja

Jenis Karya : Skripsi

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada Universitas Binawan Hak Bebas Royalti Non-Eksklusif (Non-Exclusive Royalty Free Right) atas karya saya yang berjudul :

Hubungan Intensitas Pencahayaan dengan Keluhan Subjektif Kelelahan Mata Pada Pekerja di Rumah Sakit X Tahun 2019

Beserta perangkat yang ada (apabila diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti Non-Eksklusif ini Program Keselamatan dan Kesehatan Kerja Universitas Binawan berhak menyimpan, mengalihmedia/format-kan, mengelolanya, dan menampilkan/mempublikasikannya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis/pencipta dan sebagai pemilik Hak Cipta. Segala bentuk tuntutan hukum yang timbul atas pelanggaran Hak Cipta dalam karya ini menjadi tanggungjawab saya pribadi.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di Jakarta

Pada tanggal ...................... 2019

Yang Menyatakan

(...........................................)

Page 5: HUBUNGAN INTENSITAS PENCAHAYAAN DENGAN …

iv

LEMBAR PENGESAHAN

Skripsi ini diajukan oleh :

Nama : Mohammad Royhan

NIM : 031721013

Prodi : Keselamatan dan Kesehatan Kerja

Judul Skripsi : Hubungan Intensitas Pencahayaan dengan Keluhan

Subjektif Kelelahan Mata Pada Pekerja di Rumah Sakit X Tahun 2019

Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan Dewan Penguji Skripsi Program

Studi Keselamatan dan Kesehatan Kerja Universitas Binawan pada

tanggal 16 Juli 2019 dan telah diperbaiki sesuai masukan Dewan Penguji.

Jakarta, ....................... 2019

Penguji I

(dr. Agung Cahyono, T, M.Si)

Penguji II

(Putri Winda Lestari, SKM, M.Kes (Epid))

Pembimbing

(Cynthia Febrina, SKM, M.Sc)

Page 6: HUBUNGAN INTENSITAS PENCAHAYAAN DENGAN …

v

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Mohammad Royhan

Tempat, Tanggal Lahir : Jakarta, 30 September 1995

Alamat : Jl. Melati Ujung 1 RT 18 / RW 11, Jatimulya,

Bekasi Timur

Riwayat Pendidikan :

2001 - 2007 : SD Negeri 11 Jatimulya

2007 - 2010 : SMP Negeri 4 Tambun Selatan

2010 - 2013 : SMA Negeri 20 Jakarta

2013 - 2016 : D.III, Program Studi Perumahsakitan, Universitas

Indonesia

2017 - 2019 : D.IV, Program Studi Keselamatan dan Kesehatan

Kerja, Universitas Binawan

Page 7: HUBUNGAN INTENSITAS PENCAHAYAAN DENGAN …

vi

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahilladzi bi nimatihi tatimmush sholihat. Segala puji

hanya milik Allah Azza Wa Jalla yang dengan segala nikmatnya segala

kebaikan menjadi sempurna atas izin dan karunia-Nya penulis dapat

menyelesaikan penelitian ini. Dalam penyusunan skripsi ini penulis

mendapatkan bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Untuk itu

pada kesempatan kali ini penulis ingin mengucapkan Jazakumullah

Khairan / Terima kasih kepada berbagai pihak yang telah membantu,

diantaranya :

1. Keluarga, baik orang tua maupun kedua kakak peneliti

2. Ibu Cynthia Febrina, SKM, M.Sc selaku dosen pembimbing peneliti

dalam penyusunan skripsi ini yang banyak memberikan masukan

demi kelancaran penelitian ini.

3. Bapak dr. Agung Cahyono, T, M.Si dan Ibu Putri Winda Lestari ,

SKM, M.Kes (Epid) selaku dosen penguji peneliti yang juga

memberikan masukan dalam penulisan skripsi ini.

4. Rekan-rekan Program Studi Keselamatan dan Kesehatan Kerja

kelas karyawan angkatan 2017.

5. Semua pihak yang tidak disebutkan satu persatu yang telah

memberikan dukungan kepada penulis.

Penulis menyadari dalam penelitian ini masih banyak terdapat

kekurangan baik dari segi penulisan maupun penyajian data. Kritik dan

saran sangat diperlukan kepada penulis dalam penulisan karya ilmiah

selanjutnya.

Akhir kata semoga skripsi ini menjadi tulisan yang bermanfaat

bagi siapapun yang membacanya.

Jakarta, Juli 2019

Mohammad Royhan

Page 8: HUBUNGAN INTENSITAS PENCAHAYAAN DENGAN …

vii

ABSTRAK

Nama : Mohammad Royhan

Prodi : Keselamatan dan Kesehatan Kerja

Judul : Hubungan Intensitas Pencahayaan Dengan Keluhan Subjektif Kelelahan Mata Pada Pekerja Di Rumah Sakit X Tahun 2019

Latar Belakang:

Pengukuran awal yang dilakukan ditemukan adanya 1 titik pengukuran di Ruang Carlo 76 lux, 1 titik Farmasi Gudang Obat 87 lux, dan 1 titik di Customer Service 65 lux belum memenuhi standar dan hasil wawancara singkat kepada 5 pekerja mengatakan mengalami keluhan kelelahan mata. Tujuan penelitan ini adalah untuk mengetahui hubungan intensitas pencahayaan dan keluhan subjektif kelelahan mata pada pekerja di Rumah Sakit X.

Metode:

Jenis penelitian adalah observasional analitik dengan pendekatan cross sectional. Titik pengukuran adalah 3 ruang di RS X yaitu Ruang Carlo, Farmasi Gudang Obat, dan Customer Service. Populasi adalah seluruh pekerja di RS X dengan sampel 34 pekerja di ruang tersebut. Pengumpulan data dilakukan dengan pengukuran lokal/meja kerja untuk mengetahui intensitas pencahayaan dan menyebarkan kuesioner untuk mengetahui keluhan kelelahan mata. Data diolah menggunakan uji chi square.

Hasil:

Hasil pengukuran ditemukan 16 titik dari 34 titik pengukuran belum sesuai standar pencahayaan. Sebanyak 20 responden dari 34 responden mengalami kelelahan mata. Hasil uji chi square didapatkan hasil p = 0,324 yang berarti tidak ada hubungan antara intensitas pencahayaan dengan keluhan subjektif kelelahan mata.

Simpulan:

Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara intensitas pencahayaan dengan kelelahan mata pada tenaga kerja Ruang Carlo, Farmasi Gudang Obat, dan Customer Service RS X. Disarankan adanya pengawasan dan pengecekan kesehatan kepada pekerja yang mengalami kelelahan mata.

Keyword: Intensitas Pencahayaan, Keluhan Subjektif, Kelelahan Mata

Page 9: HUBUNGAN INTENSITAS PENCAHAYAAN DENGAN …

viii

ABSTRACT

Name : Mohammad Royhan

Study Program : Safety and Health Occupational

Tittle : Relationship Between Lighting Intensity With

Subjective Complaints Of Eye Fatigue In Hospital Workers X year

2019

Background :

The initial measurements made found 1 point in Carlo Room 76 Lux, 1 point in Pharmacy drug warehouse Lux 87, and 1 point in Customer Service 65 Lux did not meet the standards and the results of a short interview to 5 workers said they had complaints of eye fatigue. The purpose of this research is to determine the relationship of lighting intensity and subjective complaints of eye fatigue in workers at the Hospital X.

Methods :

This type of research is analytic observational with cross sectional approach. The measurement points are 3 rooms in Hospital X, namely Carlo Room, Pharmacy Drug Store, and Customer Service. The population is all workers in Hospital X with a sample of 34 workers in the room. Data collection done by local measurements / work tables to determine the intensity of lighting and distributing questionnaires to determine complaints of eye fatigue. Data processed using chi square test.

Results :

The measurement results found 16 points out of 34 measurement points not yet in accordance with lighting standards. A total of 20 respondents from 34 respondents experienced eyestrain. Chi square test results obtained p = 0.324 which means there is no relationship between lighting intensity with subjective complaints of eye fatigue.

Conclusion :

There is no significant relationship between the intensity of lighting with eye fatigue in the Carlo Workforce, Drug Store Pharmacy, and Customer Service Room. It is recommended that there be supervision and health checks for workers who experience eye fatigue.

Page 10: HUBUNGAN INTENSITAS PENCAHAYAAN DENGAN …

ix

DAFTAR ISI

Halaman Judul. ........................................................................................... I

Halaman Pernyataan Orisinalitas. ............................................................... ii

Halaman Persetujuan Publikasi ................................................................. iii

Halaman Pengesahan ............................................................................... iv

Daftar Riwayat Hidup. ................................................................................ v

Kata Pengantar. ......................................................................................... vi

Abstrak Bahasa Indonesia. ....................................................................... vii

Abstrak Bahasa Inggris. ........................................................................... viii

Daftar Isi .................................................................................................... ix

Daftar Tabel ............................................................................................. xiii

Daftar Gambar ......................................................................................... xiv

Daftar Lampiran ........................................................................................ xv

BAB I

PENDAHULUAN ........................................................................................ 1

1.1. Latar Belakang .............................................................................. 1

1.2. Perumusan Masalah ..................................................................... 2

1.3. Tujuan Penelitian .......................................................................... 3

1.3.1. Tujuan Umum .................................................................... 3

1.3.2. Tujuan Khusus .................................................................. 3

1.4. Manfaat Penelitian ........................................................................ 3

1.4.1. Manfaat Bagi Peneliti ........................................................ 3

1.4.2. Manfaat Bagi Rumah Sakit ................................................ 3

1.4.3. Manfaat Bagi Universitas Binawan .................................... 4

Page 11: HUBUNGAN INTENSITAS PENCAHAYAAN DENGAN …

x

1.5. Ruang Lingkup Penelitian ............................................................. 4

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA ................................................................................ 5

2.1. Tinjauan Umum Pencahayaan ..................................................... 5

2.1.1. Pengertian Pencahayaan .................................................. 5

2.1.2. Sifat-Sifat Pencahyaaan .................................................... 5

2.1.3. Istilah-Istilah Dalam Pencahayaan .................................... 7

2.1.4. Sumber Pencahayaan ....................................................... 8

2.2. Alat Ukur Pencahayaan .............................................................. 11

2.3. Standar Pencahayaan ................................................................ 11

2.4. Anatomi Mata .............................................................................. 12

2.5. Dampak Pencahayaan Terhadap Pekerja .................................. 14

2.6. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kelelahan Mata ................... 15

2.6.1. Faktor Pekerja ................................................................... 15

2.6.2. Faktor Lingkungan ............................................................. 18

2.6.3. Sistem Pencahayaan ........................................................ 19

2.7. Pemeliharaan Pencahayaan ....................................................... 21

2.8. Kerangka Teori ........................................................................... 22

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN ................................................................... 23

3.1. Kerangka Konsep ....................................................................... 23

3.2. Definisi Operasional .................................................................... 24

3.3. Jenis dan Rancangan Penelitan ................................................. 25

3.4. Populasi dan Sampel Penelitian ................................................. 25

Page 12: HUBUNGAN INTENSITAS PENCAHAYAAN DENGAN …

xi

3.4.1. Daerah Penelitian .............................................................. 25

3.4.2. Populasi dan Sampel Pekerja ........................................... 25

3.5. Sumber Data Penelitian .............................................................. 25

3.5.1. Data Primer ....................................................................... 25

3.5.2. Data Sekunder .................................................................. 25

3.5.3. Instrumen Penelitian .......................................................... 26

3.6. Pengumpulan Data ..................................................................... 26

3.6.1. Pengumpulan data sekunder ............................................. 26

3.6.2. Survei lokasi titik sampling ................................................ 26

3.6.3. Pengukuran intensitas pencahayaan ................................ 26

3.6.4. Penyebaran Kuesioner ...................................................... 29

3.7. Pengolahan Data ........................................................................ 29

3.8. Analisa Data ............................................................................... 30

3.8.1. Univariat ............................................................................ 30

3.8.2. Bivariat .............................................................................. 30

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN .............................................. 31

4.1. Hasil Penelitian ........................................................................... 31

4.1.1. Gambaran Umum Rumah Sakit ........................................ 31

4.1.2. Hasil Pengukuran Intensitas Pencahayaan ....................... 34

4.1.3. Hasil Analisa Univariat....................................................... 40

4.1.4. Hasil Analisa Bivariat ......................................................... 46

4.2. Pembahasan Penelitian .............................................................. 47

4.3. Keterbatasan Penelitian .............................................................. 48

Page 13: HUBUNGAN INTENSITAS PENCAHAYAAN DENGAN …

xii

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN .................................................................... 50

5.1. Kesimpulan ................................................................................. 50

5.2. Saran .......................................................................................... 50

Daftar Pustaka. ........................................................................................ 52

Lampiran. ................................................................................................. 54

Page 14: HUBUNGAN INTENSITAS PENCAHAYAAN DENGAN …

xiii

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1. Standar Pencahayaan berdasarkan KMK

No.1204/MENKES/SK/X/2004 ................................................................. 12

Tabel 3.1. Definis Operasional ................................................................. 24

Tabel 4.1. Hasil Pengukuran Intensitas Pencahayaan Ruang Carlo ........ 35

Tabel 4.2. Hasil Pengukuran Intensitas Pencahayaan Farmasi Gudang

Obat ......................................................................................................... 37

Tabel 4.3. Hasil Pengukuran Intensitas Pencahayaan Customer Service 39

Tabel 4.4. Distribusi Frekuensi Intensitas Pencahayaan ......................... 40

Tabel 4.5. Distribusi Data Numerik Kategori Usia .................................... 41

Tabel 4.6. Distribusi Frekuensi Kateogri Usia .......................................... 41

Tabel 4.7. Distribusi Frekuensi Kategori Masa Kerja ............................... 42

Tabel 4.8. Distribusi Frekuensi Riwayat Kelelahan Refraksi Mata ........... 43

Tabel 4.9. Distribusi Frekuensi Perilaku Beresiko .................................... 43

Tabel 4.10. Distribusi Frekuensi Mengelami Keluhan Kelelahan Mata .... 44

Tabel 4.11. Distribusi Frekuensi Keluhan Kelelahan Mata Berdasarkan

Ruangan/Unit ........................................................................................... 46

Tabel 4.12. Hasil Analisa Intensitas Pencahayaan dengan Keluhan

Kelelahan Mata pada Pekerja .................................................................. 47

Page 15: HUBUNGAN INTENSITAS PENCAHAYAAN DENGAN …

xiv

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1. Kerangka Teori Penelitian ................................................... 22

Gambar 3.1. Kerangka Konsep Penelitian ............................................... 23

Gambar 3.2. Penentuan Titik Pengukuran Penerangan Umum dengan

luas kurang dari 10m2 .............................................................................. 27

Gambar 3.3. Penentuan Titik Pengukuran Penerangan Umum dengan

luas kurang antara 10m2-100m2 .............................................................. 28

Gambar 3.4. Penentuan Titik Pengukuran Penerangan Umum dengan

luas lebih dari 100m2 ............................................................................... 27

Gambar 4.1. Struktur Organisasi Rumah Sakit X ..................................... 33

Gambar 4.2. Grafik Distribusi Keluhan Kelalahan Mata ........................... 45

Page 16: HUBUNGAN INTENSITAS PENCAHAYAAN DENGAN …

xv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Dokumentasi Foto ................................................................ 53

Lampiran 2. Form Pengukuran Intensitas Pencahayaan ......................... 55

Lampiran 3. Hasil Output SPSS ............................................................... 56

Page 17: HUBUNGAN INTENSITAS PENCAHAYAAN DENGAN …

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Sebagai institusi yang di dalamnya terdapat pelayanan

selama 24 jam penuh, keselamatan dan kesehatan menjadi hal yang

sangat penting bagi rumah sakit. Tidak hanya untuk pasien dan

keluarga pasien, keselamatan dan kesehatan juga meliputi para

pekerja seperti tenaga medis dan non medis. Undang-Undang

Kesehatan Republik Indonesia No 36 tahun 2009 mewajibkan

pentingnya kesehatan kerja.1

Kesehatan kerja merupakan hal yang penting dan perlu untuk

diperhatikan para pelaku industri termasuk rumah sakit. Kesehatan

kerja adalah upaya untuk mempertahankan dan meningkatkan

kesehatan baik berupa, mental, fisik, dan kesejahteraan bagi semua

pekerja yang ada di lingkungan kerja. Dalam setiap aktivitas kerja

tentunya dibutuhkan lingkungan kerja yang baik, salah satunya

merupakan pencahayaan yang tercukupi. Pencahayaan adalah

suatu energi dari partikel yang dapat merangsang retina manusia

dan menimbulkan sensasi secara visual.2

Dalam suatu tempat kerja pencahayaan menjadi salah satu

faktor penting penentu produktivitas pekerja, termasuk para pekerja

di rumah sakit. Dengan baiknya pencahayaan benda-benda yang

terdapat di ruangan pekerja akan terlihat dengan jelas. Tapi jika

pencahayaan kurang baik, benda-benda menjadi sulit terlihat serta

dapat mengganggu produktivitas para pekerja. Oleh sebab itu,

diperlukan pengaturan tingkat pencahayaan agar cahaya yang

diterima pekerja sesuai berdasarkan jenis aktivitasnya.3

Pencahayaan yang baik mampu membuat pekerja

berkonsentrasi lebih baik pada pekerjaan yang dilakukannya

sehingga mampu meningkatkan produktivitas pekerja. Sebaliknya,

Page 18: HUBUNGAN INTENSITAS PENCAHAYAAN DENGAN …

2

pencahayaan yang tidak sesuai jenis pekerjaanya dapat

mengganggu penglihatan para pekerja sehingga mengakibatkan

sulitnya berkonsentrasi. Bekerja di bawah cahaya yang redup atau

terlalu terang dalam jangka waktu pendek maupun panjang akan

menimbulkan ketidaknyamanan pada mata serta dapat

memperbesar resiko terjadinya kecelakaan kerja.

Rumah sakit X merupakan rumah sakit yang berdiri di daerah

Jakarta Pusat. Rumah sakit ini sudah berdiri selama 100 tahun.

Pelayanan yang ada di rumah sakit ini terbagi menjadi 2 jenis yaitu

pelayanan medis dan penunjang. Pelayanan medis terdiri dari

medical check up, pelayanan umum, gigi, dan spesialis yang terdiri

dari anak, bedah, kebidanan dan kandungan, penyakit dalam, mata,

syaraf, kulit dan kelamin, jantung, rehab medik dan juga psikiatri.

Sementara untuk pelayanan penunjang terdiri dari laboratorium, dan

radiologi. Berdasarkan hasil observasi dan wawancara singkat yang

dilakukan pada bulan Februari 2019 diketahui bahwa belum pernah

dilakukan pengukuran terhadap intensitas pencahayaan di Rumah

Sakit X. Wawancara singkat kepada 5 orang pekerja menyatakan

adanya keluhan dari pekerja di ruang carlo, ruang farmasi gudang

obat, dan ruang customer service mengenai pencahayaan yang

mereka rasakan kurang baik. Pengukuran awal yang dilakukan

peneliti terdapat 1 titik pengukuran di ruang carlo untuk jenis

pekerjaan administrasi dengan intensitas pencahayaan sebesar 76

lux (standar minimal 100 lux), 1 titik pengukuran di farmasi gudang

obat dengan intensitas pencahayaan sebesar 87 lux (standar

minimal gudang adalah minimal 200 lux), dan 1 titik pengukuran di

customer service dengan intensitas pencahayaan sebesar 65 lux

(standar minimal administrasi adalah 100 lux).

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, peneliti merasa perlu

dilakukan penelitian melalui pengukuran pencahayaan di Rumah

Page 19: HUBUNGAN INTENSITAS PENCAHAYAAN DENGAN …

3

Sakit X untuk mengetahui gambaran tingkat pencahayaan yang

diterima pekerja serta mengetahui hubungan intensitas

pencahayaan dengan keluhan subjektif kelelahan mata pekerja di

Rumah Sakit X pada ruang carlo, ruang farmasi gudang obat, dan

ruang customer service pada tahun 2019.

1.3. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ada dua, tujuan umum dan tujuan khusus, yaitu :

1.3.1. Tujuan Umum

Tujuan utama dari penelitian ini adalah untuk

mengetahui hubungan intensitas pencahayaan dan

keluhan subjektif kelelahan mata pada pekerja di Rumah

Sakit X.

1.3.2. Tujuan Khusus

1. Mengetahui intensitas pencahayaan di ruang carlo,

ruang farmasi gudang obat, dan ruang customer

service Rumah Sakit X, Jakarta tahun 2019.

2. Mengetahui gambaran keluhan subjektif kelelahan

mata pada pekerja di ruang carlo, ruang farmasi

gudang obat, dan ruang customer service.

1.4. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang di dapat didapatkan dari penelitian ini adalah

1.4.1. Manfaat Bagi Peneliti

Peneliti dapat mengimplementasikan ilmu yang di

dapat selama mengikuti perkuliahan di Universitas

Binawan.

1.4.2. Manfaat Bagi Rumah Sakit X

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan

dan data bagi rumah sakit guna mencapai perbaikan

Page 20: HUBUNGAN INTENSITAS PENCAHAYAAN DENGAN …

4

intensitas pencahayaan setiap ruangan di Rumah Sakit X

sesuai standar Keputusan Menteri Kesehatan Republik

Indonesia No.1204 tahun 2004 tentang Persyaratan

Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit.

1.4.3. Manfaat Bagi Universitas Binawan

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi tambahan

literatur dan referensi bagi penelitian K3 selanjutnya,

terutama tentang pencahayaan di rumah sakit.

1.5. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini mengetahui hubungan tingkat intensitas

pencahayaan dengan keluhan subjektif kelelahan mata pada pekerja

Rumah Sakit X pada ruang carlo, ruang farmasi gudang obat, dan

ruang customer service. Waktu penelitian dilakukan mulai bulan

Februari 2019 di Rumah Sakit X Provinsi DKI Jakarta. Pengukuran

tingkat pencahayaan menggunakan alat lux meter dan data keluhan

subjektif kelelahan mata akan menggunakan kuesioner yang

disebarkan pada karyawan di ruang carlo, ruang farmasi gudang

obat, dan ruang customer service.

Page 21: HUBUNGAN INTENSITAS PENCAHAYAAN DENGAN …

5

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Tinjauan Umum Pencahayaan

2.1.1. Pengertian Pencahayaan

Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik

Indonesia No. 1204/Menkes/SK/X2004, pencahayaan di

dalam ruang bangunan rumah sakit merupakan intensitas

penyinaran pada suatu bidang kerja yang ada di dalam

ruang bangunan rumah sakit yang diperlukan untuk

melaksanakan kegiatan secara efektif. Sedangkan

Santoso, A mendefinisikan pencahayaan merupakan

jumlah penyinaran pada suatu bidang kerja yang

diperlukan untuk melaksanakan kegiatan secara efektif.3

2.1.2. Sifat-Sifat Pencahayaan

Pencahayaan memiliki sifat-sifat, yaitu :

2.1.2.1. Pemantulan

Cahaya yang merambat mengenai

suatu permukaan, maka sebagian dari cahaya

akan dipantulkan pada permukaan logam.

Rasio cahaya yang dipantulkan oleh suatu

permukaan disebut sebagai reflektan.

Pemantulan cahaya terdiri dari beberapa tipe,

yaitu.5

1) Specular

Specular reflection merupakan perilaku

pantulan cahaya pada permukaan yang

mengkilap dan rata, seperti cermin yang

memantulkan sinar cahaya ke arah yang

dengan mudah dapat diduga.

Page 22: HUBUNGAN INTENSITAS PENCAHAYAAN DENGAN …

6

2) Difuse

Difuse reflection merupakan pemantulan

cahaya pada permukaan yang tidak

mengkilap, seperti pada kertas atau batu.

Pantulan sinar dari permukaan ini

mempunyai distribusi sinar terpantul yang

bergantung pada struktur mikroskopik

permukaan.

3) Spread

Spread reflection menjelaskan pemantulan

sinar cahaya pada permukaan yang

bergelombang, seperti plastik, kaca atau

logam yang tergores.

4) Mixed

Mixed reflection terjadi ketika permukaan

yang berwarna digunakan sehingga hanya

panjang gelombang warna tertentu saja

yang dapat dipantulkan.

2.1.2.2. Menembus Material (Transmission)

1) Diffuse

Terjadi ketika cahaya menyebar secara

luas, berguna ketika ingin mengaburkan

sumber cahaya dan menghasilkan cahaya

yang sama pada permukaan trasmisi.6

2) Spread

Terjadi ketika intensitas maksimum cahaya

melewati sebuah permukaan dengan

sedikit perubahan arah, menghasilkan

cahaya pada permukaan transmisi dan

berkilau.

Page 23: HUBUNGAN INTENSITAS PENCAHAYAAN DENGAN …

7

3) Mixed

Terjadi ketika panjang gelombang warna

yang dipilih dapat menembus suatu

material. Contohnya cahaya yang

menembus suatu kaca yang berwarna.

2.1.2.3. Penyerapan (Absortion)

Absorsi merupakan sifat cahaya dimana

cahaya dapat diserap sebagian atau

seluruhnya oleh suatu material. Sebagai

contoh adalah rumah yang memiliki dinding

berwarna putih akan terlihat sangan terang

dibandingkan dengan rumah yang dindingnya

berwarna gelap.

2.1.2.4. Pembelokan (Refraction)

Reflaksi atau pembelokan biasanyan

digunakan pada benda yang berbentuk prisma,

terjadi ketika cahaya melewati suatu material

dan material lainnya dengan intensitas yang

berbeda. Pembiasan terjadi karena cahaya

merambat pada medium yang berbeda.

2.1.3. Istilah-Istilah Dalam Pencahayaan

Dalam pencahayaan terdapat istilah-istilah yang sering

digunakan, yaitu :

2.1.3.1. Intensity (I) disebut sebagai luminous intensity

merupakan jumlah cahaya yang dikeluarkan

oleh suatu sumber cahaya pada suatu arah

tertentu. Satuan yang diigunakan adalah

candela atau candlepower.7

2.1.3.2. Lumens (F) adalah unit atau satuan cahaya

yang keluar dari suatu sumber cahaya yang

memancar rata.

Page 24: HUBUNGAN INTENSITAS PENCAHAYAAN DENGAN …

8

2.1.3.3. Illumination level (E) adalah jumlah atau

kuantitas cahaya yang jatuh ke suatu

permukaan. Satuan Illumination level adalah

footcandle.

2.1.3.4. Luminance (L) adalah ukuran yang digunakan

menunjukan jumlah cahaya yang terpancar

atau terpantul dari suatu area atau

permukaan. Satuan untuk luminance adalah

footlambert

2.1.3.5. Reflectance adalah ukuran yang menunjukan

jumlah yang direfleksikan oleh suatu

permukaan.

2.1.3.6. Luminer adalah rumah lampu yang dirancang

untuk mengarahkan cahaya, untuk tempat dan

melindungi lampu serta menempatkan

komponen-komponen listrik.

2.1.3.7. Glare atau silau adalah efek yang timbul dari

penerangan yang tinggi sehingga

menyebabkan ketidaknyaman dan kehilangan

area pandang.

2.1.4. Sumber Pencahayaan

Berdasarkan sumbernya pencahayaan dibagi menjadi dua

yaitu, pencahayaan alami dan pencahayaan buatan. 8

2.1.4.1. Pencahayaan Alami

Pencahayaan alami merupakan pencahayaan

yang berasal dari sinar matahari. Pencahayaan

alami mempunyai banyak keuntungan, selain

menghemat energi listrik juga dapat

membunuh kuman. Tapi untuk mendapatkan

pencahayaan alami pada suatu ruangan

diperlukan jendela-jendela yang besar ataupun

Page 25: HUBUNGAN INTENSITAS PENCAHAYAAN DENGAN …

9

dinding kaca yang banyak dilobangi, sehingga

pembiayaan bangunan menjadi mahal.

2.1.4.2. Pencahayaan Buatan

Pencahayaan buatan merupakan

pencahayaan yang dihasilkan oleh sumber

cahaya selain cahaya alami. Pencahayaan

buatan sangat diperlukan apabila posisi

ruangan sulit dicapai oleh pencahayaan alami

atau saat pencahayaan alami tidak mencukupi.

Pencahayaan buatan memiliki syarat, yaitu :

1) Tidak menimbulkan bertambahnya suhu

lingkungan yang berlebihan pada tempat

kerja.

2) Memberikan pencahayaan dengan

intensitas yang menyebar secara merata,

tidak menyilaukan, tidak berkedip, dan

tidak menimbulkan bayangan.

3) Mempunyai intensitas pencahayaan yang

cukup sesuai dengan jenis pekerjaan.

Jenis-jenis lampu yang digunakan dalam

pencahayaan buatan, yaitu :

1) Lampu Pijar

Lampu pijar biasa disebut sebagai

lampu panas karena sebagian energi listrik

berubah menjadi panas dan sebagian

berubah menjadi energi cahaya. Lampu

pijar kurang efisien bila digunakan untuk

mengenali warna dan juga dapat

mengeluarkan panas yang bisa membuat

kurang nyaman dalam bekerja.

Bola lampu pijar berisi gas. Gas

yang terdapat dalam bola pijar dapat

Page 26: HUBUNGAN INTENSITAS PENCAHAYAAN DENGAN …

10

menyalurkan panas dari kawat. Gangguan

kecil pada kawat dapat menyebabkan

pemutusan arus listrik. Patahnya kawat

pijar merupakan batas dari umur lampu.

2) Lampu Fluorensi

Lampu fluorensi disebut sebagai

lampu dingin karena energi listrik berubah

menjadi cahaya dan tidak disertai oleh

pengeluaran energi panas. Lampu

fluorensi terdapat beberapa jenis, yaitu :

(1) Lampu Neon

Lampu ini kurang cocok

untuk suasana pabrik, laboratorium,

dan kantor karena gas neon yang

dihasilkan menimbulkan warna

merah.

(2) Lampu Natrium

Lampu ini kurang baik untuk

suasana pabrik, laboratorium dan

kantor karena gas natrium yang

dihasilkan menimbulkan warna

oranye dan kuning serta panas.

(3) Lampu Helium

Lampu ini sangat baik untuk

suasana pabrik, laboratorium dan

kantor karena gas helium yang

dihasilkan menimbulkan warna

putih.

(4) Lampu Xenon

Lampu ini sangat baik untuk

suasana pabrik, laboratorium, dan

kantor karena gas xenon memiliki

Page 27: HUBUNGAN INTENSITAS PENCAHAYAAN DENGAN …

11

spektrum yang hampir sama

dengan sinar matahari.

(5) Lampu Merkuri

Lampu ini sangat baik untuk

suasana pabrik, laboratorium, dan

kantor karena uap merkuri

menimbulkan warna putih.

2.2. Alat Ukur Pencahayaan

Pengukuran intensitas pencahayaan dapat dilakukan dengan

menggunakan alat lux meter yang dapat dibaca langsung. Alat ini

mengubah energi cahaya menjadi energi listrik, kemudian energi

listrik dalam bentuk arus listrik diubah menjadi angka yang dapat

dibaca pada layar monitor. Penentuan titik pengukuran pencahayaan

terdapat 2 cara, yaitu pencahayaan setempat dan pencahayaan

umum. Pada pencahayaan setempat atau lokal, bila merupakan

meja kerja, pengukuran dapat dilakukan di atas meja kerja yang ada.

Sedankan pada pencahayaan umum, titik potong garis horizontal

panjang dan lebar ruangan pada setiap jarak tertentu setinggi satu

meter dari lantai.

2.3. Standar Pencahayaan

Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik

Indonesia No. 1204/Menkes/SK/2004 tentang persyaratan

kesehatan lingkungan rumah sakit yang dimaksud dengan

pencahayaan di dalam ruangan bagunan rumah sakit merupakan

intensitas penyinaran pada suatu bidang kerja yang ada di dalam

ruangan bangunan rumah sakit yang diperlukan untuk

melaksanakan kegiatan secara efektif.4 Standar pencahayaan

adalah :

Page 28: HUBUNGAN INTENSITAS PENCAHAYAAN DENGAN …

12

Tabel 2.1 Standar Pencahayaan berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan No.1204/MENKES/SK/X/04

No Ruangan atau Unit Intensitas

Cahaya (Lux) Keterangan

1 Ruangan pasien ~ saat tidak tidur ~ saat tidur

100-200

Maksimal 50

Warna cahaya terang

2 R. Operasi Umum 300-500

3 Meja Operasi 10000-20000 Warna cahaya

sejuk atau sedang tanpa bayangan

4 Anestesi, pemulihan 300-500 -

5 Endoscopy. Lab 75-100

6 Sinar X Minimal 60

7 Koridor Minimal 100

8 Tangga Minimal 100 Malam hari

9 Administrasi/Kantor Minimal 100

10 Ruang alat/gudang Minimal 200

11 Farmasi Minimal 200

12 Dapur Minimal 200

13 Ruang cuci Minimal 100

14 Toilet Minimal 100

15 Ruang isolasi khusus penyakit tetanus

0,1-1,5 Warna cahaya

biru

16 Ruang luka bakar 100-200

2.4. Anatomi Mata

Bentuk mata manusia hampir bulat dan berdiameter ± 2,5 cm.

Bola mata manusia terletak dalam bantalan lemak. Pada sebelah

depan dilindungi oleh kelopak mata dan ditempat lain dengan tulang

orbita. Bola mata terdiri atas :

2.4.1. Dinding mata, terdiri dari :

1) Kornea dan sklera.

2) Selaput Khoroid, korpus siliaris, iris dan pupil.

2.4.2. Medium tempat cahaya lewat, terdiri dari :

1) Kornea

2) Acqueonus humour

3) Lensa

Page 29: HUBUNGAN INTENSITAS PENCAHAYAAN DENGAN …

13

4) Vitreous humour

2.4.3. Jaringan nervosa, terdiri dari :

1) Sel-sel saraf pada retina

2) Serat saraf

Sklera adalah lapisan pembungkus bagian luar mata yang

mempunyai ketebalan ± 1mm. Seperenam luas sklera di bagian

depan merupakan lapisan bening yang disebut kornea. Kornea

adalah selaput yang tembus cahaya, melalui kornea kita dapat

melihat membran pupil dan iris. Di sebelah dalam kornea ada iris dan

pupil. Iris berfungsi mengatur bukaan pupil secaara otomatis

menurut jumlah cahaya yang masuk ke mata. Iris berwarna karena

mengandung pigmen, warna dari iris bervariasi sesuai dengan

jumlah pigmen yang terdapat di dalamnya, makin banyak kandungan

pigmen makin gelap warna iris. Pupil memiliki fungsi untuk mengatur

cahaya yang masuk ke mata. Dalam keadaan terang bukaan pupil

akan mengecil, sedangkan dalam keadaan gelap bukaan pupil akan

membesar. Diameter bukaan pupil berkisar antara 2 sampai 8 mm.

Selaput khoroid adalah lapisan berpigmen diantara sklera dan

iris, fungsinya memberikan nutrisi. Korpus siliaris merupakan lapisan

yang tebal, berbentuk seperti cincin yang terbentang dari ora serata

sampai ke iris. Fungsinya adalah untuk terjadinya akomodasi, proses

muskulus siliaris harus berkontraksi.

Lensa mata menerima cahaya dari pupil dan meneruskannya

pada retina. Fungsi lensa mata adalah mengatur fokus cahaya,

sehingga cahaya jatuh tepat pada bintik kuning retina. Untuk dapat

melihat objek yang jauh (cahaya datang dari jauh), lensa mata akan

menipis. Sedangkan untuk melihat objek yang dekat (cahaya datang

dari dekat). Lensa mata akan menebal. Lensa terletak diantra iris dan

kornea, terpisah oleh aquerus humour. Aquerus humour merupakan

suatu cairan yang komposisinya serupa dengan cariran

serebrospiral. Demikian pula antara lensa mata dan bagian belakang

Page 30: HUBUNGAN INTENSITAS PENCAHAYAAN DENGAN …

14

mata terisi semacam cairan kental (vitreous humour). Vitreous

humour adalah suatu cairan kental yang mengandung air dan

mukoposakarida. Cairan ini bekerja bersama-sama lensa mata untuk

mebiaskan cahaya sehingga tepat jatuh pada fofea atau dekat fofea.

Retina adalah bagian penting mata. Retina merupakan bagian

awal mata, tersusun atau sel-sel saraf dan serat-seratnya. Sel-sel

saraf terdiri dari sel saraf berbentuk batang dan kerucut. Sel saraf

bentuk batang sangat peka cahaya tetapi tidak dapt membedakan

warna. Sel saraf bentuk batang tersebar sepanjang retina

sedangkan sel saraf kerucut terkonsentrasi pada fofea dan

mempunyai hubungan tersendiri dengan serat saraf optik. Pada

retina terdapat dua buah bintik yaitu bintik buta (blind spot) dan bintik

kuning (fofea). Pada bintik kuning terdapat sel saraf kerucut

sedangkan pada bintik buta tidak terdapat sel saraf batang maupun

kerucut. Suatu objek dapat dilihat dengan jelas apabila bayangan

objek tersebut tepat jatuh pada fofea. Dalam hal ini lensa mata akan

bekerja otomatis untuk memfokuskan bayangan objek tersebut

sehingga tepat jatuh pada bagian fofea.9

2.5. Dampak Pencahayaan Terhadap Pekerja

Pencahayaan yang baik adalah pencahayaan yang

memungkinkan seseorang tenaga kerja melihat pekerjaan dengan

teliti, cepat dan membantu menciptakan lingkungan kerja yang

nyaman. Penerangan yang baik akan meningkatkan daya kerja,

mengurangi terjadinya kecelakaan dalam bekerja, mengurangi

kelelahan mata dan penurunan daya penglihatan sehingga

kesehatan dan produktivitas kerja dapat ditingkatkan.2

Penerangan yang buruk dapat mengakibatkan kelelahan

mata dengan berkurangnya daya efisiensi kerja, kelelahan mental,

keluhan-keluhan pegal di daerah mata dan sakit kepala sekitar mata,

kerusakan alat penglihatan dan meningkatnya kecelakaan.10

Page 31: HUBUNGAN INTENSITAS PENCAHAYAAN DENGAN …

15

Penerangan yang tidak memadai pada pekerjaan yang

memerlukan ketelitian akan menimbulkan dampak yang sangat

terasa pada mata yaitu terjadinya kelelahan otot mata (kelelahan

visual) dan kelelahan saraf mata sebagai akibat tegangan yang terus

menerus pada mata, walaupun tidak menyebabkan kerusakan mata

secara permanen, tetapi menambah beban kerja, mempercepat

lelah, sering istirahat, kehilangan jam kerja dan mengurangi

kepuasan kerja, penurunan mutu produksi, meningkatkan frekuensi

kesalahan, mengganggu konsentrasi dan menurunkan produktivitas

kerja.11

Hubungan tingkat pencahayaan dengan produktivitas telah

diteliti oleh Hendrawan pada Tenaga Kerja Akunting Hotel

Berbintang di Yogyakarta dalam Padmanaba yang menemukan

bahwa tingkat pencahayaan yang baik dan memadai dapat

mengurangi tingkat kelelahan kerja sehingga meningkatkan

produktivitas. Hal senada juga dilakukan oleh Padmanaba yang

melakukan penelitian tentang pengaruh penerangan dalam ruang

terhadap produktivitas kerja mahasiswa desain interior Fakultas Seni

Rupa Denpasar. Hasil penelitiannya menemukan bahwa

penambahan penerangan lokal pada meja gambar mahasiswa

desain interior FSRD ISI Denpasar dari 407,85 lux menajdi 1416 lux,

produktivitas kerja meningkat sebesar 40%.11

2.6. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kelelahan Mata

Kelelahan mata dapat dipengaruhi oleh faktor-faktor yang

merupakan faktor pekerja dan lingkungan. Faktor tersebut adalah :

2.6.1. Faktor Pekerja

2.6.1.1. Kelainan Refraksi, meliputi :

1) Miopia

Miopia adalah cacat mata yang

disebabkan oleh diameter antersposterior

bola mata terlalu panjang sehingga bayang-

Page 32: HUBUNGAN INTENSITAS PENCAHAYAAN DENGAN …

16

bayang dari benda yang jaraknya akan jatuh

di depan retina. Pada orang penderita

miopia tidak dapat melihat benda yang jauh,

mereka hanya dapat melihat benda yang

jaraknya cukup dekat. Kelainan ini dapat

diatasi dengan lensa cekung.

2) Hipermetropi

Hipermetropi adalah cacat mata yang

disebabkan oleh diameter antersposterior

bola mata terlalu pendek sehingga bayang-

bayang dari benda yang jaraknya dekat

akan jatuh di belakang retina. Pada kelainan

hipermetropi orang tidak dapat melihat

benda yang dekat, mereka hanya dapat

melihat benda yang jaraknya jauh. Kelainan

ini dapat diatasi dengan lensa cembung.

3) Astigsmatismus

Astigsmatismus adalah kelainan

yang disebabkan kecembungan kornea

tidak rata atau kelengkungan yang tidak

sama, sehingga berkas sinar dibiaskan ke

fokus yang berbeda, dampaknya bayang-

bayang jatuh tidak pada tempat yang sama.

Kelainan ini dapa diatasi dengan bantuan

lensa silindris, yaitu yang mempunyai

beberapa fokus.12

4) Presbiopia

Mata disebut presbiopia apabila pada

usia 40 tahun seseorang dengan

penglihatan normal mengalami kesulitan

untuk memfokuskan penglihatan pada

objek-objek dekat. Pada mata presbiopia

Page 33: HUBUNGAN INTENSITAS PENCAHAYAAN DENGAN …

17

terjadi penurunan daya akomodasi.

Kelainan ini dapat diatasi dengan bantuan

lensa cembung.13

2.6.1.2. Usia

Usia mempengaruhi kondisi penglihatan

manusia. Bertambahnya usia menyebabkan

lensa mata berangsur-angsur mengalami

kehilangan elastisitasnya. Hal tersebut akan

menyebabkan ketidaknyamanan penglihatan

ketika pekerja sedang mengerjakan

pekerjaannya. Sekitar umur 40 tahun - 50 tahun

terjadi perubahan yang menyolok, objek-objek

nampak kabur atau timbul perasaan tidak enak

atau kelelahan pada waktu mengerjakan

pekerjaan-pekerjaan dekat.14

2.6.1.3. Perilaku Beresiko

Menurut Notoadmodjo perilaku

merupakan apa yang di lakukan oleh organisme,

baik yang di amati secara langsung ataupun

yang tidak langsung. Perilaku manusia adalah

suatu aktivitas dari manusia tersebut.15 Perilaku

beresiko pekerja yang kurang baik seperti

menonton terlevisi terlalu dekat, membaca buku

atau handphone sambil tiduran dapat

mempengaruhi kualitas penglihatan mata

pekerja.

2.6.1.4. Faktor Keturunan

Menurut Mahendrastari, faktor genetik

keluarga (± 3 generasi) berperan sekitar ± 30 -

35 %, sedangkan lingkungan berperan sekitar

70%. Cara penurunan gen mata minus, plus,

cylinder adalah irregular penetration (penetrasi

Page 34: HUBUNGAN INTENSITAS PENCAHAYAAN DENGAN …

18

tidak beraturan) yang artinya dapat diturunkan

pada tingkat 1, langsung bapak / ibu pada anak

atau pada keturunan tingkat 2 atau 3 dan

seterusnya. dapat pada anak laki-laki ataupun

perempuan. Itu sebabnya ada keluarga yang

orang tuanya tidak berkacamata tetapi anaknya

berkacamata hal tersebut berarti orangtuanya

adalah pembawa (carier) gen.16

2.6.1.5. Masa Kerja

Pada penelitian yang dilakukan Sommer

dkk untuk mengetahui mekanisme adaptasi air

mata pada iklim kerja dalam Roestijawati,

mendapatkan prevalensi mata kering meningkat

pada pekerja dengan masa kerja 3 – 4 tahun.17

2.6.2. Faktor Lingkungan

2.6.2.1. Tingkat intensitas pencahayaan yang di dapat

manusia mempengaruhi kelelahan mata.

Penerangan yang tidak memadai akan

menyebabkan otot iris mengatur pupil sesuai

dengan intensitas penerangan yang ada.

Semuanya berakibat pada kelelahan otot-otot

mata.11

2.6.2.2. Tipe Pencahayaan

1) Pencahayaan Umum

Pencahayaan umum merupakan

pencahayaan yang secara umum dengan

memperhatikan karakteristik dan bentuk fisik

ruangan yang akan diukur, tingkat

pencahayaan yang diinginkan dan instalasi

yang diguanakan. Pencahayaan umum

harus menghasilakan iluminasi yang merata

pada bidang kerja dan pencahayaan ini

Page 35: HUBUNGAN INTENSITAS PENCAHAYAAN DENGAN …

19

cocok untuk ruangan yang tidak

dipergunakan khusus.

2) Pencahayaan Terarah

Pencahayaan terarah berfungsi untuk

menyinari suatu tempat atau aktivitas

tertentu atau objek seni atau koleksi

berharga lainnya. Sistem ini cocok untuk

pameran atau penonjolan suatu objek

karena akan tampak lebih jelas.

3) Pencahayaan Setempat

Pencahayaan setempat merupakan

mengkonsentrasikan cahaya pada tempat

tertentu, misalnya tempat kerja yang

memerlukan tugas visual dan tidak

beripindah-pindah, tipe ini sangat

bermanfaat pada pekerja yang melakukan

pekerjaan teliti. Pekerjaan yang mengamati

bentuk dan benda memerlukan cahaya dari

arah tertentu. Menunjang tugas visual yang

pada mulanya tidak direncanakan untuk

ruangan tersebut.12

2.6.3. Sistem Pencahayaan

Sistem pencahayaan mempunyai dua pengertian

yaitu sistem untuk pencahayaan dan pola distribusi cahaya.

Untuk sistem pencahayaan dibedakan menjadi dua bagian,

general lighting dan local lighting. General lighting

digunakan untuk pencahayaan yang menyeluruh atau

sistem pencahayaan yang digunakan untuk mendapatkan

pencahayaan yang merata. Local lighting digunakan untuk

memberikan nilai pada suatu bidang atau lokasi tertentu

tanpa memperhatikan kerataan pencahayaan.

Page 36: HUBUNGAN INTENSITAS PENCAHAYAAN DENGAN …

20

Dalam proses desain sistem pencahayaan

merupakan salah satu faktor penting yang harus

dipertimbangkan. Menciptakan suasana yang diinginkan

pada sebuah ruangan dibutuhkan minimal dua jenis sistem

pencahayaan dalam ruangan. Secara keselurhan general

lighting dibedakan menjadi lima jenis sistem pencahayaan,

yaitu :

2.6.3.1. Indirect Lighting

Sistem pencahayaan disebut indirect

lighting apabila 90-100% distribusi cahaya

mengarah ke plafon dan dinding bagian atas

pada ruangan. Sistem ini disebut indirect karena

distribusi cahaya melalui langit-langit atau

dinding bagian atas yang menjadi sumber

cahaya melalui pantulan sinar lampu.

2.6.3.2. Semi-Indirect Lighting

Sistem pencahayaan ini disebut sebagai

semi-indirect lighting apabila 60-90% distribusi

cahaya mengarah pada plafon dan dinding

bagian atas pada ruangan. Sistem ini disebut

juga semi-indirect karena distribusi cahaya

berada pada sumbu horisontal ruangan, dimana

plafon atau dinding bagian atas menjadi sumber

cahaya melalui pantulan cahaya lampu.

2.6.3.3. General Diffuse dan Direct-Indirect Lighting

Distribusi cahaya seimbang antara

cahaya yang mengarah pada pafon atau dinding

bagian atas pada ruangan dengan cahaya yang

mengarah ke bawah. Sistem pendahayaan ini

merupakan sistem yang baik untuk ruangan

dengan dinding berwarna gelap, dimana

dibutuhkan distribusi cahaya yang cukup tanpa

Page 37: HUBUNGAN INTENSITAS PENCAHAYAAN DENGAN …

21

menghadapi resiko silau. Kualitas pencahayaan

tergantung pada luas ruangan dan kegiatan

yang dilakukan, dengan menggunakan sistem

pencahayaan ini maka ruang bagian atas tidak

akan terlihat kosong.

2.6.3.4. Semi-Direct Lighting

Sistem pencahayaan disebut sebagai

semi-direct apabila 60-90% distribusi cahaya

mengarah pada dinding bagian bawah dan

lantai. Sistem ini disebut semi-direct karena

distribusi cahaya berada pada sumbu horisontal

ruangan bagian bawah.

2.6.3.5. Direct Lighting

Sistem pencahayaan disebut sebagai

direct lighting apabila 90-100% distribusi cahaya

mengarah ke bawah atau ke benda-benda yang

perlu diterangi.9

2.7. Pemeliharaan Pencahayaan

Pencahayaan yang tidak dipelihara dengan baik dapat

mempengaruhi intensitas pencahayaan yang dikeluarkan lampu. Hal

ini disebabkan penuaan umur lampu, debu pada permukaan lampu

dan ruangan. Untuk itu diperlukannya perawatan lampu secara rutin

sehingga membantu mencegah hal tersebut. Perawatan-perawatan

yang diperlukan antara lain adalah

1. Pembersihan peralatan lampu setiap 6 hingga 24 bulan dengan

menyapu debu.

2. Mengganti lensa jika sudah berwarna kuning.

3. Bersihkan atau cat ulang ruangan setiap tahun dan ruangan

yang lebih besar setiap 2 hingga 3 tahun.

4. Pertimbangkan pemasangan kembali lampu secara

berkelompok. Para pakar pencahayaan merekomendasikan

Page 38: HUBUNGAN INTENSITAS PENCAHAYAAN DENGAN …

22

penggantian seluruh lampu dalam sistem pencahayaan dalam

suatu waktu.7

2.8. Kerangka Teori

Berdasarkan tinjauan pustaka yang sudah disampaikan

dapat disusun kerangka teori sebagai berikut ini :

Faktor Lingkungan :

Tingkat Pencahayaan

Tipe Pencahayaan

Sistem Pencahayaan

Faktor Pekerja :

Kelainan Refraksi

Usia

Perilaku Pekerja

Faktor Keturunan

Masa Kerja

Keluhan Subjektif

Kelelahan Mata

Gambar 2.1 Kerangka Teori Penelitian

Page 39: HUBUNGAN INTENSITAS PENCAHAYAAN DENGAN …

23

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Kerangka Konsep

Variabel Bebas

Intensitas Pencahayaan

Variabel Terikat

Keluhan Subjektif

Kelelahan Mata

Gambar 3.1 Kerangka Konsep Penelitian

Page 40: HUBUNGAN INTENSITAS PENCAHAYAAN DENGAN …

24

3.2. Definisi Operasional

Tabel 3.1 Definisi Operasional

No Variabel Definisi Operasional Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur Skala Ukur

Variabel Dependen

1 Keluhan Subjektif Kelelahan Mata Pada Pekerja

Keluhan yang dirasakan pekerja jika mengalami salah satu gejala yaitu, penglihatan kabur, nyeri kepala, mata merah, mata terasa perih, gatal, tegang, dan mata mengantuk

Pengisian Kuesioner (Angket)

Kuesioner 1. Ada 2. Tidak Ada

Nominal

Variabel Independen

1 Tingkat Pencahayaan

Intensitas pencahayaan yang jatuh pada suatu permukaan dan diukur pada setiap titik pengukuran dan dinyatakan dalam lux. Hasil pengukuran pencahayaan dibandingkan dengan Kepmenkes No 1204/MENKES/SK/X/2004

Observasi langsung di meja / area kerja

Lux meter merek Luxtron Light Meter Lx-105

1. Tidak Sesuai 2. Sesuai

Nominal

2 Usia Lama hidup pekerja dimulai dari sejak lahir hingga saat pengambilan data dan dinyatakan dalam tahun

Pengisian Kuesioner (Angket)

Kuesioner 1. > 40thn 2. < 40thn

Ordinal

3 Masa Kerja Masa kerja merupakan lamanya responden bertugas mulai dari responden bekerja di Rumah Sakit X hingga saat pengambilan data dan dinyatakan dalam tahun

Pengisian Kuesioner (Angket)

Kuesioner 1. > 4thn 2. < 4thn

Ordinal

4 Riwayat Kelainan Refraksi Mata

Penyakit atau gangguan mata yang di derita atau yang pernah di derita oleh responden

Pengisian Kuesioner (Angket)

Kuesioner 1. Ada 2. Tidak ada

Nominal

5 Perilaku Beresiko Perilaku beresiko merupakan perilaku pekerja seperti menonton televisi terlalu dekat, membaca buku, atau handphone sambil tiduran

Pengisian Kuesioner (Angket)

Kuesioner 1. Ada 2. Tidak Ada

Nominal

Page 41: HUBUNGAN INTENSITAS PENCAHAYAAN DENGAN …

25

3.3. Jenis dan Rancangan Penelitian

Jenis penelitian yang akan dilakukan adalah penelitian yang

bersifat Analitik Observasional dengan pendekatan cross sectional

untuk mengetahui tingkat pencahayaan dan juga keluhan subjektif

kelelahan mata pada ruang carlo, ruang farmasi gudang obat, dan

ruang customer service di Rumah Sakit X.

3.4. Populasi dan Sampel Penelitian

3.4.1. Daerah Penelitian

Populasi daerah penelitian merupakan semua

ruangan di lima gedung di RS X, sedangkan sampel ruang

penilitian merupakan 3 ruangan yaitu ruang carlo, ruang

farmasi gudang obat, dan ruang customer service

3.4.2. Populasi dan Sampel Pekerja

Populasi dan sampel pekerja yang berjumlah total

34 orang, diantaranya ruang carlo berjumlah 10 orang,

ruang farmasi gudang obat 4 orang, dan ruang customer

service 20 orang.

3.5. Sumber Data Penelitian

3.5.1. Data Primer

Data primer merupakan data yang dikumpulkan

dengan melakukan pengukuran secara langsung dilokasi

kerja serta menyebarkan kuesioner pada pekerja di ruang

carlo, ruang farmasi gudang obat dan ruang customer

service. Data primer penelitian ini adalah data tentang

intensitas pencahayaan, dan keluhan subjektif kelelahan

mata.

3.5.2. Data Sekunder

Data sekunder merupakan data dari pihak rumah

sakit. Data sekunder penelitian ini adalah data tentang profil

rumah sakit, jumlah pekerja, struktur organisasi dan denah

rumah sakit untuk menentukan titik pengukuran.

Page 42: HUBUNGAN INTENSITAS PENCAHAYAAN DENGAN …

26

3.5.3. Instrumen Penelitian

Instrumen yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah

3.5.3.1. Lux Meter

Lux meter merupakan alat yang digunakan

untuk mengukur intensitas pencahayaan di

suatu tempat. Lux meter yang akan digunakan

adalah Luxtron Light Meter Lx-105.

3.5.3.2. Meteran

Meteran digunakan untuk mengetahui ukuran

ruangan.

3.5.3.3. Lembar Kuesioner

Lembar kuesioner ini berisi pertanyaan-

pertanyaan yang akan diajukan kepada

responden. Pertanyaan kuesioner terdiri dari 14

pertanyaan.

3.6. Pengumpulan Data

Tahapan pengumpulan data dilakukan dengan cara berikut

3.6.1. Pengumpulan data sekunder

Pengumpulan data sekunder yaitu dokumen-

dokumen rumah sakit berupa profil rumah sakit, struktur

organisasi, jumlah karyawan.

3.6.2. Survei lokasi titik sampling

Survei lokasi titik yang akan digunakan untuk

pengukuran intensitas pencahayaan. Titik yang akan

digunakan merupakan meja kerja yang terdapat aktivitas

pekerja di meja/area kerja tersebut.

3.6.3. Pengukuran intensitas pencahayaan

Data pengukuran pencahayaan didapatkan dengan

cara melakukan pengukuran secara langsung tingkat

pencahayaan di area kerja sesuai standar pengukuran SNI

Page 43: HUBUNGAN INTENSITAS PENCAHAYAAN DENGAN …

27

16-7062-2004.18 Metode pengukuran dilakukan sebagai

berikut.

3.6.3.1. Penentuan Titik Pengukuran

Terdapat dua macam penentuan titik

pengukuran, yaitu :

1) Pencahayaan Umum

Pencahayaan umum merupakan

pencahayaan yang dibutuhkan untuk

menerangi tempat ruangan secara umum.

Standar titik pengukuran ditentukan

berdasarkan luas ruangan, yaitu :

(1) Luas ruangan kurang dari 10 meter

persegi, titik potong garis horizontal

panjang dan lebar ruangan adalah pada

jarak setiap 1 meter seperti Gambar 3.2

1 m

1 m

1 m

Gambar 3.2 Penentuan titik pengukuran

penerangan umum dengan luas kurang dari

10 m2

(2) Luas ruangan antara 10 meter persegi

sampai 100 meter persegi, titik potong

garis horizontal panjang dan lebar

ruangan adalah pada jarak setiap 3

meter seperti pada Gambar 3.3

Page 44: HUBUNGAN INTENSITAS PENCAHAYAAN DENGAN …

28

3 m 3 m

3 m

3 m

Gambar 3.3 Penentuan titik pengukuran

penerangan umum dengan luas antara 10m2

- 100m2

(3) Luas ruangan lebih dari 100 meter

persegi, titik potong garis horizontal

panjang dan lebar ruangan adalah pada

jarak setiap 6 meter seperti pada

Gambar 3.4

Gambar 3.4 Penentuan titik pengukuran

penerangan umum dengan luas lebih dari

100m2

2) Pencahayaan Lokal

Pencahayaan lokal adalah pencahayaan di

tempat objek kerja, baik berupa meja kerja

maupun peralatan. Pengukuran

pencahayaan lokal hanya berada pada meja

kerja / area kerja.

6 m

6 m

6 m

6 m

Page 45: HUBUNGAN INTENSITAS PENCAHAYAAN DENGAN …

29

3.6.3.2. Persyaratan Pengukuran

1) Kondisi ruangan dan meja kerja harus

sesuai dengan kondisi pekerjaan.

2) Pintu ruangan dalam keadaan sesuai

kondisi tempat kerja dilakukan.

3.6.3.3. Tata Cara Pengukuran

1) Hidupkan luxmeter yang telah dikalibrasi

dengan membuka penutup sensor.

2) Bawa alat ke tempat titik pengukuran yang

telah ditentukan, baik pengukuran untuk

intensitas penerangan setempat (lokal) atau

umum.

3) Baca hasil pengukuran pada layar monitor

setelah menunggu beberapa saat sehingga

didapat nilai angka yang stabil.

4) Cata hasil pengukuran pada lembar hasil

pencatatan intensitas pencahayaan sesuai

SNI 16-7062-2004.

5) Matikan luxmeter setelah selesai dilakukan

pengukuran.

3.6.4. Penyebaran Kuesioner

Penyebaran kuesioner kepada karyawan di ruang

carlo, dan bagian farmasi gedung A, dan customer service

yang berjumlah total 34 orang, diantaranya ruang carlo

berjumlah 10 orang, ruang farmasi gudang obat 4 orang,

dan ruang customer service 20 orang.

3.7. Pengolahan Data

Data kueioner yang telah terkumpul akan dilakukan

pengolahan data dengan langkah-langkah sebagai berikut :

Page 46: HUBUNGAN INTENSITAS PENCAHAYAAN DENGAN …

30

1. Editing, proses penelitian data kuesioner yang telah

terkumpul. Data diteliti kelengkap dam ketepatannya.

2. Coding, proses pemberian kode pada masing-masing

kuesioner yang telah dijawab.

3. Entry data, proses memasukkan data ke dalam program

komputer SPSS versi 21.

4. Koreksi data adalah proses pengecekan ulang data

3.8. Analisa Data

3.8.1. Univariat

Analisis ini dilakukan untuk melihat distribusi

frekuensi dari tiap-tiap variabel mengenai tingkat intensitas

pencahayaan dan keluhan subjektif kelelahan mata pada

pekerja di Rumah Sakit X pada ruang carlo, ruang farmasi

gudang obat, dan ruang customer service.

3.8.2. Bivariat

Analisis ini dilakukan untuk menguji adanya

hubungan antar variabel. Pada analisis ini dilakukan

dengan analisis tabel silang antara variabel independen

dengan dependen dengan menggunakan uji statistik chi

square dengan nilai p value = 0,05.

Page 47: HUBUNGAN INTENSITAS PENCAHAYAAN DENGAN …

31

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil Penelitian

4.1.1. Gambaran Umum Rumah Sakit X

Rumah Sakit X adalah rumah sakit swasta yang

terletak di daerah Provinsi Jakarta. Rumah sakit X sudah

berdiri lebih dari 100 tahun. Rumah Sakit X memiliki jumlah

karyawan lebih dari 1000 orang dan di Rumah Sakit X

terdapat berbagai macam fasilitas dan pelayanan kepada

pasien maupun keluarga pasien.

4.1.1.1. Fasilitas Rumah Sakit X

1) UGD 24 Jam

2) Rawat Jalan

3) Rawat Inap

4) Kamar Bedah

5) ICU, PICU,NICU

6) High Care

7) Hemodialisa

8) Kamar Bersalin

9) Klinik Laktasi

10) Rehabilitasi Medik

11) Rehabilitasi Medik Anak

12) Psikologi

13) Klinik Gigi

14) Klinik Paru

15) One Day Care (Kemoterapi dan Transfusi

Darah)

16) Home Care (Perawatan Kesehatan di

Rumah)

Page 48: HUBUNGAN INTENSITAS PENCAHAYAAN DENGAN …

32

4.1.1.2. Pelayanan Rumah Sakit X

Pelayanan di Rumah Sakit X terbagi

menjadi dua, yaitu pelayanan medis dan

penunjang medis. Pelayanan tersebut adalah :

1) Pelayanan Medis

(1) Medical Check Up

(2) Dr. Umum

(3) Dr. Gigi

(4) Dr. Spesialis

(5) Sub - Spesialis

2) Penunjang Medis

(1) Laboratorium

(2) Radiologi

(3) Endoskopi

(4) BMD

(5) ESWL

Page 49: HUBUNGAN INTENSITAS PENCAHAYAAN DENGAN …

33

4.1.1.3. Struktur Organisasi Rumah Sakit X

Sturktur organisasi Rumah Sakit X adalah sebagai berikut :

Gambar 4.1 Struktur Organisasi Rumah Sakit X

Page 50: HUBUNGAN INTENSITAS PENCAHAYAAN DENGAN …

34

4.1.2. Hasil Pengukuran Intensitas Pencahayaan

Hasil pengukuran Intensitas pencahayaan perincian

titik-titik pengukuran adalah sebagai berikut :

4.1.2.1. Ruang Carlo

Ruang Carlo merupakan salah satu unit

yang ada di Rumah Sakit X. Ruang Carlo

terletak di lantai 1 gedung pusat administrasi

Rumah Sakit X. Ruang Carlo adalah unit

pemeriksaaan untuk penyakit HIV/AIDS di

dalam ruang ini terdapat beberapa ruang lain,

yaitu ruang tunggu, kasir, gudang berkas,

farmasi, 1 ruang tindakan, dan juga 2 ruang

pemeriksaan. Karyawan yang terdapat di ruang

carlo berjumlah total 10 orang dengan rincian 1

orang kasir, 3 orang bagian laboratorium, 2

orang dokter, 2 orang bagian farmasi, dan 2

orang bagian administrasi dalam dengan jam

kerja berdasarkan office hour (8jam/hari).

Keadaan lain di ruangan ini adalah :

1) Jenis pencahayaan adalah buatan lampu

LED Philips dengan daya 7 watt bewarna

putih kekuning-kuningan. Terdapat 10

lampu di area ruang tunggu dan kasir, 2

lampu di farmasi, 1 lampu di gudang

berkas, 1 lampu di ruang pemeriksaan, 2

lampu di laboratorium, dan 3 lampu di

administrasi dalam.

2) Dinding dan plafon bewarna putih dan tidak

adanya jendela yang mengarah keluar

gedung.

Hasil pengukuran pencahayaan di unit ini

adalah:

Page 51: HUBUNGAN INTENSITAS PENCAHAYAAN DENGAN …

35

Tabel 4.1 Hasil Pengukuran Intensitas Pencahayaan Ruang Carlo

No Titik Pengukuran Hasil

Pengukuran (Lux)

Standar Pencahayaan

Sesuai / Tidak Sesuai

1

Administrasi dalam Meja Kerja 1

76

Minimal 100

Tidak Sesuai

Meja Kerja 2 107 Minimal 100 Sesuai

2 Farmasi

Meja Kerja 62 Minimal 200 Tidak Sesuai

3

Laboratorium Meja Kerja 1

131 75-100 Tidak Sesuai

Meja Kerja 2 121

75-100 Tidak Sesuai

Meja Kerja 3 148 75-100 Tidak Sesuai

4 Kasir 61 Minimal 100 Tidak Sesuai

5 Gudang berkas 75 Minimal 200 Tidak Sesuai

6 Ruang

Pemeriksaan 1 51

75-100 (saat tidak

tidur) Tidak Sesuai

7 Ruang

Pemeriksaan 2 32

75-100 (saat tidak

tidur) Tidak Sesuai

Dari 10 titik pengukuran pada tabel diatas

terlihat hanya pada meja kerja 2 administrasi

nomor 1 yang sudah memenuhi sesuai standar

yang berlaku. Titik pengukuran lainnya tidak

sesuai standar yang di tetapkan.

4.1.2.2. Farmasi Gudang Obat

Ruang ini merupakan tempat

penyimpanan obat untuk gedung GMCB. Ruang

ini terletak di basement lantai 1 gedung GMCB.

Page 52: HUBUNGAN INTENSITAS PENCAHAYAAN DENGAN …

36

Ruang ini berbentuk persegi panjang dengan

panjang ±15 meter, lebar ruangan ±8 meter dan

tinggi 3 meter. Di dalam ruang ini terdapat 4

orang yang bekerja dengan meja kerja yang

berbeda dengan jam kerja sesuai office hour

(8jam/hari) tetapi sama-sama menghadap

dinding. Keadaan lain ruangan ini adalah :

1) Jenis pencahayaan adalah pencahayaan

buatan berjumlah total 17 lampu panjang

LED Philips dengan daya 16 watt pada

area lemari penyimpanan obat terdapat 14

lampu sedangkan area meja kerja terdapat

3 lampu. Pada saat penelitian dilakukan

kondisi lampu dalam keadaan menyala.

2) Dinding dan plafon ruangan bewarna putih.

Dan tidak adanya jendela.

3) Terdapat 6 lemari di area penyimpanan

sedangkan 4 meja kerja dengan komputer

yang menghadap ke dinding, posisi meja

kerja berada di sebelah kanan pintu

masuk.

Pengukuran di unit ini menggunakan jenis

pengukuran lokal di meja kerja. Hasil

pengukuran intensitas pencahayaan di unit ini

adalah

Page 53: HUBUNGAN INTENSITAS PENCAHAYAAN DENGAN …

37

Tabel 4.2 Hasil Pengukuran Intensitas Pencahayaan Farmasi Gudang Obat

No Titik Pengukuran Hasil

Pengukuran (Lux)

Standar Pencahayaan

Sesuai / Tidak Sesuai

1 Meja Kerja 1 38 Minimal 200 Tidak Sesuai

2 Meja Kerja 2 89 Minimal 200 Tidak Sesuai

3 Meja Kerja 3 87 Minimal 200 Tidak Sesuai

4 Meja Kerja K.A Unit 162

Minimal 100 (Administrasi)

Sesuai

Dari 4 titik pengukuran meja kerja

karyawan diketahui 3 titik belum sesuai standar

untuk unit farmasi yaitu minimal 200. Sedangkan

1 titik meja kerja milik kepala unit sudah sesuai

standar pencahayaan untuk jenis pekerjaan

administrasi.

4.1.2.3. Customer Service

Ruangan customer service merupakan

unit ini berfungsi untuk menerima panggilan

telfon dari pasien untuk mendapatkan layanan

seperti reservasi antrian berobat, emergency,

dan lainnya. Unit ini terletak di gedung selatan.

Gedung ini masih berada di dalam tahap

renovasi saat penelitian dilakukan. Ruang

customer service memiliki bentuk persegi

panjang dengan ukuran panjang 11 meter, lebar

2,5 meter, dan tinggi 3 meter. Ruang ini terletak

di sebelah kiri pintu masuk utama gedung

selatan. Di unit ini terdapat 20 orang yang

bekerja dengan pembagian sistem kerja 3 shift.

Page 54: HUBUNGAN INTENSITAS PENCAHAYAAN DENGAN …

38

Keadaan-keadaan lain yang di dapatkan saat

penelitian :

1) Jenis pencahayaan di unit adalah

pencahayaan buatan berjumlah 10 lampu

LED Philips dengan daya 15 watt. Sistem

pencahayaan yang digunakan semi direct

lighting. Pada saat penelitian dilakukan

kondisi lampu dalam keadaan menyala.

Masing-masing lampu berjarak ± 1 meter.

2) Dinding ruangan bewarna hijau muda

dengan plafon bewarna putih. Tidak

adanya jendela keluar gedung untuk

masuknya pencahayaan buatan.

3) Terdapat 2 meja kerja, meja pertama

bewarna coklat muda permukaan bewarna

hitam. Meja pertama ini memanjang

dengan adanya 8 unit komputer. Meja

pertama juga ini menghadap jendela kaca

yang mengarah ke lobby gedung selatan.

Meja kerja 2 dan ke 3 terpisah dengan

warna coklat gelap tanpa adanya

komputer.

Pengukuran di unit customer service

dilakukan dengan pengukuran pencahayaan

lokal (Meja Kerja), hasil dari pengukuran

pencahayaan unit customer service adalah :

Page 55: HUBUNGAN INTENSITAS PENCAHAYAAN DENGAN …

39

Tabel 4.3 Hasil Pengukuran Intensitas Pencahayaan Ruang

Customer Service

No Titik Pengukuran Hasil

Pengukuran (Lux)

Standar Pencahayaan

Sesuai / Tidak Sesuai

1 Meja Kerja 1 139 Minimal 100 Sesuai

2 Meja Kerja 2 173 Minimal 100 Sesuai

3 Meja Kerja 3 181 Minimal 100 Sesuai

4 Meja Kerja 4 173 Minimal 100 Sesuai

5 Meja Kerja 5 127 Minimal 100 Sesuai

6 Meja Kerja 6 65 Minimal 100 Tidak Sesuai

7 Meja Kerja 7 74 Minimal 100 Tidak Sesuai

8 Meja Kerja 8 100 Minimal 100 Sesuai

9 Meja Kerja 1B 150 Minimal 100 Sesuai

10 Meja Kerja 2B 180 Minimal 100 Sesuai

11 Meja Kerja 3B 185 Minimal 100 Sesuai

12 Meja Kerja 4B 179 Minimal 100 Sesuai

13 Meja Kerja 5B 131 Minimal 100 Sesuai

14 Meja Kerja 6B 71 Minimal 100 Tidak Sesuai

15 Meja Kerja 7B 78 Minimal 100 Tidak Sesuai

16 Meja Kerja 8B 103 Minimal 100 Sesuai

17 Meja Kerja 1C 152 Minimal 100 Sesuai

18 Meja Kerja 2C 180 Minimal 100 Sesuai

19 Meja Kerja 3C 185 Minimal 100 Sesuai

20 Meja Kerja 4C 178 Minimal 100 Sesuai

Keterangan : - B = Pengukuran dilakukan pada sore hari (15.00 WIB) - C = Pengukuran dilakukan pada malam hari (20.00 WIB)

Dari 20 titik pengukuran pencahayaan di

unit customer service diketahui 16 titik sudah

sesuai dengan standar pencahayaan yang

belaku untuk unit administrasi yaitu minimal 100.

Sedangkan 4 titik belum memenuhi standar

persyaratan.

Page 56: HUBUNGAN INTENSITAS PENCAHAYAAN DENGAN …

40

4.1.3. Hasil Analisa Univariat

Dalam analisis univariat ini menjelaskan secara

deskriptif mengenai variabel-variabel penelitian yang terdiri

dari usia, masa kerja, riwayat kelainan refraksi mata,

perilaku pekerja, dan keluhan subjektif kelelahan mata.

4.1.3.1. Intensitas Pencahayaan

Pengukuran intensitas pencahayaan

yang dilakukan peneliti di Rumah Sakit X

dilakukan dengan jenis pengukuran lokal yaitu

pengukuran yang hanya pada meja kerja atau

area kerja tempat para pekerja bekerja. Hasil

pengukuran yang dilakukan pada 3 unit

berjumlah 34 titik yang dikategorikan menjadi 2

kategori yaitu sesuai dan tidak sesuai. Frekuensi

dari hasil pengukuran intensitas pencahayaan

adalah sebagai berikut :

Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Intensitas Pencahayaan

No Kategori Frekuensi Persentase (%)

1 Sesuai 18 52,9

2 Tidak Sesuai 16 47,1

Jumlah 34 100

Berdasarkan tabel diatas, dari 34 titik

pengukuran yang tersebar di 3 unit yaitu ruang

carlo, farmasi gudang obat, dan customer

service ada 18 titik pengukuran (52,9%) yang

memenuhi sudah memenuhi standar sementara

16 titik pengukuran (47,1%) tidak memenuhi

standar yang sudah di tetapkan.

Page 57: HUBUNGAN INTENSITAS PENCAHAYAAN DENGAN …

41

4.1.3.2. Usia

Tabel 4.5 Distribusi data numerik kategori usia

Variabel Mean Median Standar Deviasi

Minimum - - Maksimum

Usia 31,7 25,5 8,279 23-51

Berdasarkan tabel diatas diketahui

distribusi data numerik kategori usia memiliki

rata-rata usia 31,7 tahun nilai median yaitu 25,5

tahun. Usia termuda dari pekerja adalah 23

tahun sedangkan usia tertua dari pekerja adalah

51 tahun dengan standar deviasi 8,279.

Karakteristik responden berdasarkan usia

di bagi menjadi dua kategori yaitu kategori

pertama kurang dari 40 tahun dan kategori ke

dua yaitu lebih dari 40 tahun. Hasil penelitian

yang didapat dari 34 responden yang mengisi

kuesioner adalah sebagai berikut ini :

Tabel 4.6 Distribusi Frekuensi Kategori Usia

No Kategori Jumlah Persentase (%)

1 > 40 tahun 4 11,8

2 < 40 tahun 30 88,2

Total 34 100

Berdasarkan tabel diatas, dapat diketahui

bahwa terdapat 4 responden berusia lebih dari

sama dengan 40 tahun (11,6%) dan 30

responden (88,2%) berusia dibawah 40 tahun.

Dapat disimpulkan bahwa sebagian besar

responden berusia kurang dari 40 tahun.

Page 58: HUBUNGAN INTENSITAS PENCAHAYAAN DENGAN …

42

4.1.3.3. Masa Kerja

Masa kerja dikelompokkan menjadi dua

golongan kategori yaitu kategori pertama lebih

dari sama dengan 4 tahun dan kategori kedua

yaitu kurang dari 4 tahun. Hasil penelitian yang

didapat dari 34 responden yang mengisi

kuesioner adalah sebagai berikut ini :

Tabel 4.7 Distribusi Frekuensi Masa Kerja

No Kategori Jumlah Persentase (%)

1 > 4 tahun 19 55,9

2 < 4 tahun 15 44,1

Total 34 100

Berdasarkan tabel diatas, dapat diketahui

terdapat 19 reponden (55,9%) dengan masa

kerja lebih dari sama dengan 4 tahun dan 15

responden (44,1%) dengan masa kerja kurang

dari 4 tahun. Dapat disimpulkan bahwa sebagian

besar reponden memiliki masa kerja lebih dari 4

tahun.

4.1.3.4. Riwayat Kelainan Refraksi Mata

Karakteristik riwayat kelainan refraksi

mata responden di golongkan menjadi dua

kategori yaitu ada dan tidak ada. Hasil penelitian

yang didapatkan dari 34 responden adalah

sebagai berikut :

Page 59: HUBUNGAN INTENSITAS PENCAHAYAAN DENGAN …

43

Tabel 4.8 Distribusi Frekuensi Riwayat Kelainan

Refraksi Mata

No Kategori Jumlah Persentase (%)

1 Ya 6 17,6

2 Tidak 28 82,4

Total 34 100

Berdasarkan tabel diatas, dapat diketahui

terdapat 6 responden (17,6%) yang memiliki

riwayat kelainan refraksi mata dan 28 responden

(82,4%) menjawab tidak memiliki riwayat

kelainan refraksi mata. Dapat disimpulkan dari

seluruh responden yang paling banyak adalah

tidak memiliki riwayat kelainan refraksi mata.

4.1.3.5. Perilaku Beresiko

Karakteristik perilaku beresiko pekerja

adalah terkati kebiasaan pekerja yaitu membaca

buku, bermain smartphone, dan menonton

televisi sambil tiduran. Karakteristik ini di

golongkan menjadi dua kategori yaitu ya dan

tidak. Hasil penelitian yang didapatkan dari 34

resoinden adalah sebagai berikut :

Tabel 4.9 Distribusi Frekuensi Perilaku Pekerja

No Kategori Jumlah Persentase (%)

1 Ya 24 70,6

2 Tidak 10 29,4

Total 34 100

Berdasarkan tabel diatas, dapat diketahui

terdapat 24 responden (70,6%) yang memiliki

kebiasaan membaca buku, bermain

Page 60: HUBUNGAN INTENSITAS PENCAHAYAAN DENGAN …

44

smartphone, dan menonton televisi sambil

tiduran dan 10 responden (29,5%) tidak memilki

kebiasaan tersebut.

4.1.3.6. Mengalami Keluhan Kelelahan Mata

Distribusi reponden berdasarkan pernah

mengalami keluhan kelelahan mata. Terdapat

dua kategori yaitu ya atau tidak. Hasil penelitian

yang didapatkan dari 34 responden adalah

sebagai berikut :

Tabel 4.10 Distribusi Frekuensi Mengalami

Keluhan Kelelahan Mata

No Kategori Jumlah Persentase (%)

1 Ya 20 58,8

2 Tidak 14 41,2

Total 34 100

Berdasarkan tabel diatas, dapat diketahui

terdapat 20 responden (58,8%) yang pernah

mengalami gangguan penglihatan dan 14

responden (41,2%) tidak memiliki gangguan

penglihatan. Dapat disimpulkan sebagian besar

responden mengalami keluhan kelelahan mata.

Dari 20 responden yang pernah

mengalami gangguan penglihatan. Distribusi

responden yang mengalami gangguan

penglihatan berdasarkan masing-masing jenis

keluhan subjektif kelelahan mata adalah sebagai

berikut :

Page 61: HUBUNGAN INTENSITAS PENCAHAYAAN DENGAN …

45

Gambar 4.2 Grafik Distribusi Keluhan Kelelahan Mata

Berdasarkan grafik diatas dapat diketahui

keluhan kelelahan mata yang dialami 20

respoden yang mengalami kelehan mata.

Keluhan tertinggi adalah pada keluhan kesulitan

fokus sebanyak 15 responden (75%) dari 20

responden. Sedangkan untuk keluhan mata

terasa perih semua reponden tidak pernah

mengalami keluhan tersebut.

Kemudian dari 20 responden yang

mengalami keluhan kelelahan mata dilakukan

analisa lebih lanjut, untuk mengetahui prevalensi

keluhan subjektif kelelahan mata yang terjadi

berdasarkan ruangan, didapatkan hasil berikut :

3

12

0 1

811

9

2 3

1517

8

20 19

129

11

18 17

5

0

5

10

15

20

25

Keluhan Kelelahan Mata

Frekuensi Ya Frekuensi Tidak

Page 62: HUBUNGAN INTENSITAS PENCAHAYAAN DENGAN …

46

Tabel 4.11 Distribusi Frekuensi Keluhan Kelelahan Mata Berdasarkan Ruangan/Unit

No Ruangan / Unit Frekuensi Persentase (%)

1 Carlo 6 30

2 Farmasi Gudang

Obat 2 10

3 Customer Service 12 60

Total 20 100

Berdasarkan tabel diatas diketaui dari 20

responden yang mengalami gangguan

penglihatan mata terdapat 6 responden dari unit

carlo (30%), 2 responden dari unit farmasi

gudang obat (10%), dan 12 responden dari unit

customer service (60%).

4.1.4. Hasil Analisa Bivariat

Dari hasil pengukuran intensitas pencahayaan dan

kelelahan mata pada tenaga kerja ruang carlo, farmasi

gudang obat, dan customer service selanjutnya dilakukan

uji analisis bivariat untuk mengetahui hubungan variabel

independen dengan variabel dependen.

4.1.4.1. Hubungan Intensitas Pencahayaan dengan

Keluhan Subjektif Kelelahan Mata Pada Pekerja

Page 63: HUBUNGAN INTENSITAS PENCAHAYAAN DENGAN …

47

Tabel 4.12 Hasil analisa intensitas pencahayaan dengan keluhan kelelahan mata pada pekerja

Intensitas Pencahayaan

Keluhan Subjektif Kelelahan Mata Pada Pekerja

Jumlah P

Value (95% CI)

Ya Tidak

Tidak Sesuai 8 8 16

0,324 0,500 – 7,997

Sesuai 12 6 18

Dari hasil uji chi square diperoleh hasil p

value = 0,324, maka dinyatakan H0 diterima dan

Ha ditolak yang berarti tidak ada hubungan

antara intensitas pencahayaan dengan keluhan

subjektif kelelahan pada pekerja ruang carlo,

farmasi gudang obat, dan customer service di

Rumah Sakit X.

4.2. Pembahasan Penelitian

Dari hasil uji statistik chi-square diperoleh nilai p

value sebesar 0.324 yang berarti lebih besar dari nilai p =

0,05 sehingga h0 diterima dan ha ditolak yang berarti tidak

adanya hubungan yang signifikan antara intensitas

pencahayaan dengan kelelahan mata pada pekerja di

ruang carlo, farmasi gudang obat, dan customer service di

Rumah Sakit X

Penelitian tentang hubungan intensitas penerangan

dengan kelelahan mata tetapi tidak mempunyai hubungan

yang signifikan terdapat pada penelitian yang dilakukan

Reana (2003), yaitu hubungan antara intensitas

penerangan dan masa kerja dengan gejala kelelahan mata

Page 64: HUBUNGAN INTENSITAS PENCAHAYAAN DENGAN …

48

pada perajin perak di HS Silver 800-025 Kotagede Provinsi

Yogyakarta dengan hasil tidak terdapat hubungan yang

signifikan untuk hubungan intensitas penerangan dengan

kelelahan mata, dengan nilai p = 0,276.19 Penelitian lain

yang dilakukan Yulyana dkk, (2009), yaitu faktor-faktor

yang berhubungan dengan kelelahan mata pada operator

komputer di Kantor Samsat Palembang tahun 2009

didapatkan hasil yang tidak signifikan antara hubungan

penerangan dengan kelelahan mata dengan nilai p =

0,108.22

Sedangkan penelitian yang dilakukan Riski (2006)

tentang hubungan intensitas penerangan dengan

kelelahan mata pada karyawan bagian administrasi di P.T.

Hutama Karya wilayah IV Semarang, hasilnya terdapat

hubungan yang signifikan dengan nilai p = 0,011.21

Penelitian lain juga dilakukan Ratna (2010) tentang faktor

yang berhubungan dengan tingkat kelelahan mata pada

petugas operator komputer sistem informasi di Rumah

Sakit Permata Bunda Purwodadi Grobogan, didapatkan

hasil bahwa intensitas penerangan merupakan faktor yang

berhungan dengan tingkat kelelahan mata dengan nilai p =

0,003.22

4.3. Keterbatasan Penelitian

Peneliti menyadari dalam penelitian ini masih terdapat

kekurangan dan keterbatasan. Kekurangan dan keterbatasan

tersebut adalah terdapat sedikit kesalahpahaman mengenai

terlambatnya pemberitahuan dari unit HRD kepada unit terkait

tentang akan dilakukannya penelitian sehingga saat peneliti akan

melakukan pengukuran adanya penolakan dari kepala unit terkait

dan peneliti harus menunggu sampai keluarnya surat ijin dari HRD.

Page 65: HUBUNGAN INTENSITAS PENCAHAYAAN DENGAN …

49

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Dari hasil penelitian hubungan intensitas pencahayaan

dengan keluhan subjektif kelelahan mata pada pekerja di Rumah

Sakit X dapat disimpulkan sebagai berikut :

1) Terdapat 16 titik pengukuran (47,1%) dari 34 titik pengukuran

yang intensitas pencahayaanya tidak sesuai standar

Keputusan Menteri Kesehatan No. 1204 tahun 2014 tentang

Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit.

2) Pekerja yang mengalami kelelahan mata sebanyak 20

responden (58,8%). Dengan rincian ruang carlo sebanyak 6

responden (30%), farmasi gudang obat 2 responden (10%),

dan customer service 12 responden (60%).

3) Tidak adanya hubungan antara intensitas pencahayaan

dengan kelelahan mata pada pekerja ruang carlo, farmasi

gudang obat, dan customer service di Rumah Sakit X tahun

2019 (p value=0,0324).

5.2. Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh

peneliti pada pekerja di ruang carlo, farmasi gudang obat, dan

customer service maka saran yang dapat diberikan oleh peneliti

adalah sebagai berikut :

5.2.1. Saran untuk Rumah Sakit X

1) Melakukan pengecekan dan perbaikan ulang pada

lampu dan mengatur tata letak lampu yang ada di

ruang carlo, farmasi gudang obat, dan customer

Page 66: HUBUNGAN INTENSITAS PENCAHAYAAN DENGAN …

50

service agar sesuai standar yang ditetapkan pada

KMK No.1204/MENKES/SK/X/2014.

2) Rumah Sakit X sebaiknya melakukan pengawasan

serta pengecekan kesehatan kepada pekerja yang

mengalami keluhan kelelahan mata.

5.2.2. Saran Untuk Pekerja di Ruang Carlo, Farmasi Gudang

Obat, dan Customer Service.

1) Karena tingginya pekerja yang memiliki perilaku

beresiko. Sebaiknya pekerja lebih menjaga kesehatan

matanya dengan tidak melakukan aktivitas membaca,

bermain smartphone, dan menonton tv sambil tiduran.

2) Saat mengoperasikan komputer, beristirahatlah

setiap 20 menit dengan memejamkan mata selama 20

detik.

3) Saat membaca/menatap layar komputer mulai terasa

melelahkan, pekerja sebaiknya sering mengedipkan

mata dan mengalihkan pandangan ke tempat lain

untuk sesaat.

Page 67: HUBUNGAN INTENSITAS PENCAHAYAAN DENGAN …

DAFTAR PUSTAKA

1. Undang-Undang Republik Indonesia No. 36 Tahun 2009 Tentang

Kesehatan. Jakarta.

2. Adrianur. Kesehatan dan Produktivitas Kerja. Majalah Hiperkes.

Edisi April – September 1983. Jakarta. 1983.

3. Santoso, A. Pencahayaan Pada Interior Rumah Sakit: Studi

Kasus Ruang Rawat Inap Utama Gedung Lukas, Rumah Sakit

Panti Rapih, Yogyakarta. Majalah Dimensi Interior. Edisi

Desember. 2006.

4. Kepmenkes No 1204/Menkes/X/2004 Tentang Persyaratan

Kesehatan Lingkungan Kerja.

5. NIOSH. Industrial Illumination. The Industrial Environment

Evaluation and Control. 2013.

6. Illuminating Engineering Society of North America. (2000). The

IESNA Lighting Handbook. Vol II. Geneva.

7. Kaufinan, John. E. The Industrial Environment: its Evaluation and

Control, Chapter 27 Illumination. National Institute for

Occupational Safety and Health. Washington, DC. 1973.

8. UNEP. Pedoman Efisiensi Energi untuk Industri di Asia;

www.energyefficiencyasia.org. 2006.

9. Mendrofa, F. Tehnik Pencahayaan I. Dep. Pendidikan Nasional.

Jakarta. 2003.

10. Suma’mur. Ergonomi Untuk Produktivitas Kerja. CV. Haji

Masaagung. Jakarta. 1989.

11. Padmanaba. Pengaruh Penerangan Dalam Ruang Terhadap

Produktivitas Kerja Mahasiswa Desain Interior; Majalah Dimensi

Interior; Edisi Desember. 2006.

12. Departemen Pekerjaan Umum, Standar Penerangan dalam

Gedung ; Jakarta; 1981

13. Ganong, W.F. Fisiologi Kedokteran; EGC; Jakarta. 1990.

Page 68: HUBUNGAN INTENSITAS PENCAHAYAAN DENGAN …

14. Pamekar. Pemeriksaaan Refraksi Sederhana; Maj.Indon; Vol 42;

. 11; Jakarta. 1992.

15. Natalegawa, A. Geriastik Oftalmologi dalam Bunga Rampai Ilmu

Kedokteran; Alumni; Bandung. 1982.

16. Notoadmodjo, S. Pengantar Pendidikan Kesehatan dan Ilmu

Perilaku Kesehatan; Andi Offset; Jakarta. 1993.

17. Mahendrastari, R. Anakku dan Kacamata; Seminar Awam

Auditorium R.S.I.B; Jakarta. 2006.

18. Roestijahwati. Sindrom Dry Eye pada pengguna Visual Display

Terminal; Majalah CDK; No. 154; Jakarta. 2007.

19. Badan Standarisasi Nasional. SNI 16-7062-2004. Pengukuran

Intensitas Penerangan di Tempat Kerja. 2004.

20. Reanna, M. Hubungan Antara Intensitas Penerangan Dan Masa

Kerja Dengan Gejala Kelelahan Mata Pada Pengrajin Perak Di

HS Silver 800-925 Kotagede Provinsi Yogyakarta; Fakultas

Kesehatan Masyarakat Universitas Dipenogoro; Semarang.

2003.

21. Yulyana dkk. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan

Kelelahan Mata Pada Operator Komputer Di Kantor Samsat

Palembang Tahun 2009; Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Sriwijaya; Sumatra Selatan. 2009.

22. Riski. Hubungan Intensitas Penerangan Dengan Kelelahan Mata

Pada Karyawan Bagian Administrasi di P.T. Hutama Karya

Wilayah IV Semarang; Universitas Negeri Semaran; Semarang.

2012.

23. Ratna, W. Faktor Yang Berhubungan Dengan Tingkat Kelelahan

Mata Pada Petugas Operator Komputer Sistem Informasi Di

Rumah Sakit Permata Bunda Purwodadi Grobogan; Universitas

Negeri Semarang; Semarang. 2010.

Page 69: HUBUNGAN INTENSITAS PENCAHAYAAN DENGAN …

DAFTAR LAMPIRAN

Page 70: HUBUNGAN INTENSITAS PENCAHAYAAN DENGAN …

Lampiran 1 Dokumentasi Foto

Gambar 1. Light Meter Lx 105

Gambar 2 Ruang Carlo

Page 71: HUBUNGAN INTENSITAS PENCAHAYAAN DENGAN …

Gambar 3 Ruang Farmasi Gudang Obat

Gambar 4 Ruang Customer Service

Page 72: HUBUNGAN INTENSITAS PENCAHAYAAN DENGAN …

Lampiran 2 Form Pengukuran Pencahayaan

FORM PENGUKURAN PENCAHAYAAN

Ruang/Unit :

Tgl Pengukuran :

Alat Pengukuran :

Jenis Pengukuran :

No No Meja Intensitas Cahaya Standar

Pencahayaan Keterangan

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

11

12

13

14

15

Petugas Pengukuran Mengetahui

1. .

2. .

3. .

4. .

5. . dr. Rita Ingewaty Wijaya, Mkk

Pembimbing Lapangan

Page 73: HUBUNGAN INTENSITAS PENCAHAYAAN DENGAN …

1

Lampiran 3. Hasil output SPSS

Warning # 849 in column 23. Text: in_ID

The LOCALE subcommand of the SET command has an invalid parameter. It

could

not be mapped to a valid backend locale.

GET

FILE='D:\Royhan Files\Binawan\Skripsi\Revisi\Spss Royhan.sav'.

DATASET NAME DataSet1 WINDOW=FRONT.

FREQUENCIES VARIABLES=UR MK A2 A3 B1

/ORDER=ANALYSIS.

Frequencies

Notes

Output Created 08-JUL-2019 14:24:39

Comments

Input

Data

D:\Royhan

Files\Binawan\Skripsi\Revisi\Spss

Royhan.sav

Active Dataset DataSet1

Filter <none>

Weight <none>

Split File <none>

N of Rows in Working Data

File

34

Missing Value Handling

Definition of Missing User-defined missing values are

treated as missing.

Cases Used Statistics are based on all cases with

valid data.

Syntax

FREQUENCIES VARIABLES=UR MK

A2 A3 B1

/ORDER=ANALYSIS.

Resources Processor Time 00:00:00,00

Elapsed Time 00:00:00,00

[DataSet1] D:\Royhan Files\Binawan\Skripsi\Revisi\Spss Royhan.sav

Page 74: HUBUNGAN INTENSITAS PENCAHAYAAN DENGAN …

2

Statistics

Usia

Responden

Masa Kerja Riwayat

Gangguan Mata

Kebiasaan

Buruk

Pernah

mengalami

gangguan

penglihatan

N Valid 34 34 34 34 34

Missing 0 0 0 0 0

Frequency Table

Usia Responden

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent

Valid

< 40thn 30 88,2 88,2 88,2

> 40thn 4 11,8 11,8 100,0

Total 34 100,0 100,0

Masa Kerja

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent

Valid

> 4thn 19 55,9 55,9 55,9

< 4thn 15 44,1 44,1 100,0

Total 34 100,0 100,0

Riwayat Gangguan Mata

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent

Valid

Ya 6 17,6 17,6 17,6

Tidak 28 82,4 82,4 100,0

Total 34 100,0 100,0

Kebiasaan Buruk

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent

Valid

Ya 24 70,6 70,6 70,6

Tidak 10 29,4 29,4 100,0

Total 34 100,0 100,0

Pernah mengalami gangguan penglihatan

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent

Valid Ya 20 58,8 58,8 58,8

Page 75: HUBUNGAN INTENSITAS PENCAHAYAAN DENGAN …

3

Tidak 14 41,2 41,2 100,0

Total 34 100,0 100,0

DATASET ACTIVATE DataSet1.

DATASET CLOSE DataSet2.

GET

FILE='D:\Royhan Files\Binawan\Skripsi\Revisi\Hasil

Pengukuran.sav'.

DATASET NAME DataSet3 WINDOW=FRONT.

FREQUENCIES VARIABLES=IP2

/ORDER=ANALYSIS.

Frequencies

Notes

Output Created 08-JUL-2019 14:29:12

Comments

Input

Data

D:\Royhan

Files\Binawan\Skripsi\Revisi\Hasil

Pengukuran.sav

Active Dataset DataSet3

Filter <none>

Weight <none>

Split File <none>

N of Rows in Working Data

File

34

Missing Value Handling

Definition of Missing User-defined missing values are

treated as missing.

Cases Used Statistics are based on all cases with

valid data.

Syntax FREQUENCIES VARIABLES=IP2

/ORDER=ANALYSIS.

Resources Processor Time 00:00:00,00

Elapsed Time 00:00:00,00

[DataSet3] D:\Royhan Files\Binawan\Skripsi\Revisi\Hasil

Pengukuran.sav

Statistics

Intensitas Pencahayaan

N Valid 34

Missing 0

Page 76: HUBUNGAN INTENSITAS PENCAHAYAAN DENGAN …

4

Intensitas Pencahayaan

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent

Valid

Sesuai 18 52,9 52,9 52,9

Tidak Sesuai 16 47,1 47,1 100,0

Total 34 100,0 100,0

Statistics

Usia Responden

N Valid 20

Missing 0

Mean 31,70

Median 28,50

Std. Deviation 8,279

Minimum 23

Maximum 51

Usia Responden

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent

Valid

23 1 5,0 5,0 5,0

24 3 15,0 15,0 20,0

26 1 5,0 5,0 25,0

27 2 10,0 10,0 35,0

28 3 15,0 15,0 50,0

29 2 10,0 10,0 60,0

32 1 5,0 5,0 65,0

33 1 5,0 5,0 70,0

34 1 5,0 5,0 75,0

36 2 10,0 10,0 85,0

47 1 5,0 5,0 90,0

48 1 5,0 5,0 95,0

51 1 5,0 5,0 100,0

Total 20 100,0 100,0

Page 77: HUBUNGAN INTENSITAS PENCAHAYAAN DENGAN …

CROSSTABS

/TABLES=UR MK A2 A3 IP2 BY B1

/FORMAT=AVALUE TABLES

/STATISTICS=CHISQ RISK

/CELLS=COUNT EXPECTED COLUMN

/COUNT ROUND CELL.

Crosstabs

Notes

Output Created 21-JUL-2019 23:57:31

Comments

Input

Data

C:\Users\General\Desktop\Skripsi

fix\Revisi\SPSS\Hasil

Pengukuran2.sav

Active Dataset DataSet2

Filter <none>

Weight <none>

Split File <none>

N of Rows in Working Data File 34

Missing Value Handling

Definition of Missing User-defined missing values are

treated as missing.

Cases Used

Statistics for each table are based on

all the cases with valid data in the

specified range(s) for all variables in

each table.

Syntax

CROSSTABS

/TABLES=UR MK A2 A3 IP2 BY B1

/FORMAT=AVALUE TABLES

/STATISTICS=CHISQ RISK

/CELLS=COUNT EXPECTED

COLUMN

/COUNT ROUND CELL.

Resources

Processor Time 00:00:00,03

Elapsed Time 00:00:00,03

Dimensions Requested 2

Cells Available 174734

[DataSet2] C:\Users\General\Desktop\Skripsi fix\Revisi\SPSS\Hasil

Pengukuran2.sav

Intensitas Pencahayaan * Pernah mengalami gangguan penglihatan

Page 78: HUBUNGAN INTENSITAS PENCAHAYAAN DENGAN …

Crosstab

Intensitas Pencahayaan

Sesuai

Count

Expected Count

% within Pernah mengalami gangguan penglihatan

Tidak Sesuai

Count

Expected Count

% within Pernah mengalami gangguan penglihatan

Total

Count

Expected Count

% within Pernah mengalami gangguan penglihatan

Crosstab

Pernah

mengalami

gangguan

penglihatan

Ya

Intensitas Pencahayaan

Sesuai

Count 12

Expected Count 10,6

% within Pernah mengalami gangguan

penglihatan

60,0%

Tidak Sesuai

Count 8

Expected Count 9,4

% within Pernah mengalami gangguan

penglihatan

40,0%

Total

Count 20

Expected Count 20,0

% within Pernah mengalami gangguan

penglihatan

100,0%

Crosstab

Pernah

mengalami

gangguan

penglihatan

Tidak

Intensitas Pencahayaan Sesuai Count 6

Expected Count 7,4

Page 79: HUBUNGAN INTENSITAS PENCAHAYAAN DENGAN …

% within Pernah mengalami gangguan

penglihatan

42,9%

Tidak Sesuai

Count 8

Expected Count 6,6

% within Pernah mengalami gangguan

penglihatan

57,1%

Total

Count 14

Expected Count 14,0

% within Pernah mengalami gangguan

penglihatan

100,0%

Crosstab

Total

Intensitas Pencahayaan

Sesuai

Count 18

Expected Count 18,0

% within Pernah mengalami gangguan penglihatan 52,9%

Tidak Sesuai

Count 16

Expected Count 16,0

% within Pernah mengalami gangguan penglihatan 47,1%

Total

Count 34

Expected Count 34,0

% within Pernah mengalami gangguan penglihatan 100,0%

Chi-Square Tests

Value df Asymp. Sig.

(2-sided)

Exact Sig.

(2-sided)

Exact Sig.

(1-sided)

Pearson Chi-Square ,971a 1 ,324

Continuity Correctionb ,405 1 ,524

Likelihood Ratio ,974 1 ,324

Fisher's Exact Test ,487 ,262

Linear-by-Linear Association ,943 1 ,332

N of Valid Cases 34

a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 6,59.

b. Computed only for a 2x2 table

Risk Estimate

Page 80: HUBUNGAN INTENSITAS PENCAHAYAAN DENGAN …

Value 95% Confidence Interval

Lower Upper

Odds Ratio for Intensitas Pencahayaan (Sesuai /

Tidak Sesuai)

2,000 ,500 7,997

For cohort Pernah mengalami gangguan

penglihatan = Ya

1,333 ,740 2,403

For cohort Pernah mengalami gangguan

penglihatan = Tidak

,667 ,295 1,509

N of Valid Cases 34