HUBUNGAN INTENSITAS PENCAHAYAAN DENGAN KELUHAN SUBJEKTIF KELELAHAN MATA PADA PEKERJA DI RUMAH SAKIT X TAHUN 2019 SKRIPSI Mohammad Royhan NIM : 031721013 PRODI D.IV KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS BINAWAN JAKARTA 2019
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
HUBUNGAN INTENSITAS PENCAHAYAAN DENGAN KELUHAN SUBJEKTIF KELELAHAN MATA PADA
PEKERJA DI RUMAH SAKIT X TAHUN 2019
SKRIPSI
Mohammad Royhan
NIM : 031721013
PRODI D.IV KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS BINAWAN
JAKARTA
2019
i
HUBUNGAN INTENSITAS PENCAHAYAAN DENGAN KELUHAN SUBJEKTIF KELELAHAN MATA PADA
PEKERJA DI RUMAH SAKIT X TAHUN 2019
SKRIPSI
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Terapan Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Oleh : Mohammad Royhan
NIM : 031721013
PRODI D.IV KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS BINAWAN
JAKARTA
2019
ii
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS
Yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Mohammad Royhan
NIM : 031721013
Prodi : Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang saya susun dengan judul:
Hubungan Intensitas Pencahayaan dengan Keluhan Subjektif
Kelelahan Mata Pada Pekerja di Rumah Sakit X Tahun 2019
Adalah benar-benar hasil karya saya sendiri dan bukan merupakan plagiat
dari skripsi orang lain. Apabila pada kemudian hari pernyataan saya tidak
benar, maka saya bersedia menerima sanksi akademis yang berlaku (cabut
predikat kelulusan dan gelar sarjana).
Jakarta, ......................... 2019
iii
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI
KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Sebagai civitas akademik Universitas Binawan, saya yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Mohammad Royhan
NIM : 031721013
Prodi : Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Jenis Karya : Skripsi
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada Universitas Binawan Hak Bebas Royalti Non-Eksklusif (Non-Exclusive Royalty Free Right) atas karya saya yang berjudul :
Hubungan Intensitas Pencahayaan dengan Keluhan Subjektif Kelelahan Mata Pada Pekerja di Rumah Sakit X Tahun 2019
Beserta perangkat yang ada (apabila diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti Non-Eksklusif ini Program Keselamatan dan Kesehatan Kerja Universitas Binawan berhak menyimpan, mengalihmedia/format-kan, mengelolanya, dan menampilkan/mempublikasikannya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis/pencipta dan sebagai pemilik Hak Cipta. Segala bentuk tuntutan hukum yang timbul atas pelanggaran Hak Cipta dalam karya ini menjadi tanggungjawab saya pribadi.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di Jakarta
Pada tanggal ...................... 2019
Yang Menyatakan
(...........................................)
iv
LEMBAR PENGESAHAN
Skripsi ini diajukan oleh :
Nama : Mohammad Royhan
NIM : 031721013
Prodi : Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Judul Skripsi : Hubungan Intensitas Pencahayaan dengan Keluhan
Subjektif Kelelahan Mata Pada Pekerja di Rumah Sakit X Tahun 2019
Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan Dewan Penguji Skripsi Program
Studi Keselamatan dan Kesehatan Kerja Universitas Binawan pada
tanggal 16 Juli 2019 dan telah diperbaiki sesuai masukan Dewan Penguji.
Jakarta, ....................... 2019
Penguji I
(dr. Agung Cahyono, T, M.Si)
Penguji II
(Putri Winda Lestari, SKM, M.Kes (Epid))
Pembimbing
(Cynthia Febrina, SKM, M.Sc)
v
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama : Mohammad Royhan
Tempat, Tanggal Lahir : Jakarta, 30 September 1995
2013 - 2016 : D.III, Program Studi Perumahsakitan, Universitas
Indonesia
2017 - 2019 : D.IV, Program Studi Keselamatan dan Kesehatan
Kerja, Universitas Binawan
vi
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahilladzi bi nimatihi tatimmush sholihat. Segala puji
hanya milik Allah Azza Wa Jalla yang dengan segala nikmatnya segala
kebaikan menjadi sempurna atas izin dan karunia-Nya penulis dapat
menyelesaikan penelitian ini. Dalam penyusunan skripsi ini penulis
mendapatkan bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Untuk itu
pada kesempatan kali ini penulis ingin mengucapkan Jazakumullah
Khairan / Terima kasih kepada berbagai pihak yang telah membantu,
diantaranya :
1. Keluarga, baik orang tua maupun kedua kakak peneliti
2. Ibu Cynthia Febrina, SKM, M.Sc selaku dosen pembimbing peneliti
dalam penyusunan skripsi ini yang banyak memberikan masukan
demi kelancaran penelitian ini.
3. Bapak dr. Agung Cahyono, T, M.Si dan Ibu Putri Winda Lestari ,
SKM, M.Kes (Epid) selaku dosen penguji peneliti yang juga
memberikan masukan dalam penulisan skripsi ini.
4. Rekan-rekan Program Studi Keselamatan dan Kesehatan Kerja
kelas karyawan angkatan 2017.
5. Semua pihak yang tidak disebutkan satu persatu yang telah
memberikan dukungan kepada penulis.
Penulis menyadari dalam penelitian ini masih banyak terdapat
kekurangan baik dari segi penulisan maupun penyajian data. Kritik dan
saran sangat diperlukan kepada penulis dalam penulisan karya ilmiah
selanjutnya.
Akhir kata semoga skripsi ini menjadi tulisan yang bermanfaat
bagi siapapun yang membacanya.
Jakarta, Juli 2019
Mohammad Royhan
vii
ABSTRAK
Nama : Mohammad Royhan
Prodi : Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Judul : Hubungan Intensitas Pencahayaan Dengan Keluhan Subjektif Kelelahan Mata Pada Pekerja Di Rumah Sakit X Tahun 2019
Latar Belakang:
Pengukuran awal yang dilakukan ditemukan adanya 1 titik pengukuran di Ruang Carlo 76 lux, 1 titik Farmasi Gudang Obat 87 lux, dan 1 titik di Customer Service 65 lux belum memenuhi standar dan hasil wawancara singkat kepada 5 pekerja mengatakan mengalami keluhan kelelahan mata. Tujuan penelitan ini adalah untuk mengetahui hubungan intensitas pencahayaan dan keluhan subjektif kelelahan mata pada pekerja di Rumah Sakit X.
Metode:
Jenis penelitian adalah observasional analitik dengan pendekatan cross sectional. Titik pengukuran adalah 3 ruang di RS X yaitu Ruang Carlo, Farmasi Gudang Obat, dan Customer Service. Populasi adalah seluruh pekerja di RS X dengan sampel 34 pekerja di ruang tersebut. Pengumpulan data dilakukan dengan pengukuran lokal/meja kerja untuk mengetahui intensitas pencahayaan dan menyebarkan kuesioner untuk mengetahui keluhan kelelahan mata. Data diolah menggunakan uji chi square.
Hasil:
Hasil pengukuran ditemukan 16 titik dari 34 titik pengukuran belum sesuai standar pencahayaan. Sebanyak 20 responden dari 34 responden mengalami kelelahan mata. Hasil uji chi square didapatkan hasil p = 0,324 yang berarti tidak ada hubungan antara intensitas pencahayaan dengan keluhan subjektif kelelahan mata.
Simpulan:
Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara intensitas pencahayaan dengan kelelahan mata pada tenaga kerja Ruang Carlo, Farmasi Gudang Obat, dan Customer Service RS X. Disarankan adanya pengawasan dan pengecekan kesehatan kepada pekerja yang mengalami kelelahan mata.
Keyword: Intensitas Pencahayaan, Keluhan Subjektif, Kelelahan Mata
viii
ABSTRACT
Name : Mohammad Royhan
Study Program : Safety and Health Occupational
Tittle : Relationship Between Lighting Intensity With
Subjective Complaints Of Eye Fatigue In Hospital Workers X year
2019
Background :
The initial measurements made found 1 point in Carlo Room 76 Lux, 1 point in Pharmacy drug warehouse Lux 87, and 1 point in Customer Service 65 Lux did not meet the standards and the results of a short interview to 5 workers said they had complaints of eye fatigue. The purpose of this research is to determine the relationship of lighting intensity and subjective complaints of eye fatigue in workers at the Hospital X.
Methods :
This type of research is analytic observational with cross sectional approach. The measurement points are 3 rooms in Hospital X, namely Carlo Room, Pharmacy Drug Store, and Customer Service. The population is all workers in Hospital X with a sample of 34 workers in the room. Data collection done by local measurements / work tables to determine the intensity of lighting and distributing questionnaires to determine complaints of eye fatigue. Data processed using chi square test.
Results :
The measurement results found 16 points out of 34 measurement points not yet in accordance with lighting standards. A total of 20 respondents from 34 respondents experienced eyestrain. Chi square test results obtained p = 0.324 which means there is no relationship between lighting intensity with subjective complaints of eye fatigue.
Conclusion :
There is no significant relationship between the intensity of lighting with eye fatigue in the Carlo Workforce, Drug Store Pharmacy, and Customer Service Room. It is recommended that there be supervision and health checks for workers who experience eye fatigue.
ix
DAFTAR ISI
Halaman Judul. ........................................................................................... I
Halaman Pernyataan Orisinalitas. ............................................................... ii
Halaman Persetujuan Publikasi ................................................................. iii
Halaman Pengesahan ............................................................................... iv
Daftar Riwayat Hidup. ................................................................................ v
Kata Pengantar. ......................................................................................... vi
Abstrak Bahasa Indonesia. ....................................................................... vii
Abstrak Bahasa Inggris. ........................................................................... viii
Daftar Isi .................................................................................................... ix
Daftar Tabel ............................................................................................. xiii
Daftar Gambar ......................................................................................... xiv
Daftar Lampiran ........................................................................................ xv
2.6. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kelelahan Mata
Kelelahan mata dapat dipengaruhi oleh faktor-faktor yang
merupakan faktor pekerja dan lingkungan. Faktor tersebut adalah :
2.6.1. Faktor Pekerja
2.6.1.1. Kelainan Refraksi, meliputi :
1) Miopia
Miopia adalah cacat mata yang
disebabkan oleh diameter antersposterior
bola mata terlalu panjang sehingga bayang-
16
bayang dari benda yang jaraknya akan jatuh
di depan retina. Pada orang penderita
miopia tidak dapat melihat benda yang jauh,
mereka hanya dapat melihat benda yang
jaraknya cukup dekat. Kelainan ini dapat
diatasi dengan lensa cekung.
2) Hipermetropi
Hipermetropi adalah cacat mata yang
disebabkan oleh diameter antersposterior
bola mata terlalu pendek sehingga bayang-
bayang dari benda yang jaraknya dekat
akan jatuh di belakang retina. Pada kelainan
hipermetropi orang tidak dapat melihat
benda yang dekat, mereka hanya dapat
melihat benda yang jaraknya jauh. Kelainan
ini dapat diatasi dengan lensa cembung.
3) Astigsmatismus
Astigsmatismus adalah kelainan
yang disebabkan kecembungan kornea
tidak rata atau kelengkungan yang tidak
sama, sehingga berkas sinar dibiaskan ke
fokus yang berbeda, dampaknya bayang-
bayang jatuh tidak pada tempat yang sama.
Kelainan ini dapa diatasi dengan bantuan
lensa silindris, yaitu yang mempunyai
beberapa fokus.12
4) Presbiopia
Mata disebut presbiopia apabila pada
usia 40 tahun seseorang dengan
penglihatan normal mengalami kesulitan
untuk memfokuskan penglihatan pada
objek-objek dekat. Pada mata presbiopia
17
terjadi penurunan daya akomodasi.
Kelainan ini dapat diatasi dengan bantuan
lensa cembung.13
2.6.1.2. Usia
Usia mempengaruhi kondisi penglihatan
manusia. Bertambahnya usia menyebabkan
lensa mata berangsur-angsur mengalami
kehilangan elastisitasnya. Hal tersebut akan
menyebabkan ketidaknyamanan penglihatan
ketika pekerja sedang mengerjakan
pekerjaannya. Sekitar umur 40 tahun - 50 tahun
terjadi perubahan yang menyolok, objek-objek
nampak kabur atau timbul perasaan tidak enak
atau kelelahan pada waktu mengerjakan
pekerjaan-pekerjaan dekat.14
2.6.1.3. Perilaku Beresiko
Menurut Notoadmodjo perilaku
merupakan apa yang di lakukan oleh organisme,
baik yang di amati secara langsung ataupun
yang tidak langsung. Perilaku manusia adalah
suatu aktivitas dari manusia tersebut.15 Perilaku
beresiko pekerja yang kurang baik seperti
menonton terlevisi terlalu dekat, membaca buku
atau handphone sambil tiduran dapat
mempengaruhi kualitas penglihatan mata
pekerja.
2.6.1.4. Faktor Keturunan
Menurut Mahendrastari, faktor genetik
keluarga (± 3 generasi) berperan sekitar ± 30 -
35 %, sedangkan lingkungan berperan sekitar
70%. Cara penurunan gen mata minus, plus,
cylinder adalah irregular penetration (penetrasi
18
tidak beraturan) yang artinya dapat diturunkan
pada tingkat 1, langsung bapak / ibu pada anak
atau pada keturunan tingkat 2 atau 3 dan
seterusnya. dapat pada anak laki-laki ataupun
perempuan. Itu sebabnya ada keluarga yang
orang tuanya tidak berkacamata tetapi anaknya
berkacamata hal tersebut berarti orangtuanya
adalah pembawa (carier) gen.16
2.6.1.5. Masa Kerja
Pada penelitian yang dilakukan Sommer
dkk untuk mengetahui mekanisme adaptasi air
mata pada iklim kerja dalam Roestijawati,
mendapatkan prevalensi mata kering meningkat
pada pekerja dengan masa kerja 3 – 4 tahun.17
2.6.2. Faktor Lingkungan
2.6.2.1. Tingkat intensitas pencahayaan yang di dapat
manusia mempengaruhi kelelahan mata.
Penerangan yang tidak memadai akan
menyebabkan otot iris mengatur pupil sesuai
dengan intensitas penerangan yang ada.
Semuanya berakibat pada kelelahan otot-otot
mata.11
2.6.2.2. Tipe Pencahayaan
1) Pencahayaan Umum
Pencahayaan umum merupakan
pencahayaan yang secara umum dengan
memperhatikan karakteristik dan bentuk fisik
ruangan yang akan diukur, tingkat
pencahayaan yang diinginkan dan instalasi
yang diguanakan. Pencahayaan umum
harus menghasilakan iluminasi yang merata
pada bidang kerja dan pencahayaan ini
19
cocok untuk ruangan yang tidak
dipergunakan khusus.
2) Pencahayaan Terarah
Pencahayaan terarah berfungsi untuk
menyinari suatu tempat atau aktivitas
tertentu atau objek seni atau koleksi
berharga lainnya. Sistem ini cocok untuk
pameran atau penonjolan suatu objek
karena akan tampak lebih jelas.
3) Pencahayaan Setempat
Pencahayaan setempat merupakan
mengkonsentrasikan cahaya pada tempat
tertentu, misalnya tempat kerja yang
memerlukan tugas visual dan tidak
beripindah-pindah, tipe ini sangat
bermanfaat pada pekerja yang melakukan
pekerjaan teliti. Pekerjaan yang mengamati
bentuk dan benda memerlukan cahaya dari
arah tertentu. Menunjang tugas visual yang
pada mulanya tidak direncanakan untuk
ruangan tersebut.12
2.6.3. Sistem Pencahayaan
Sistem pencahayaan mempunyai dua pengertian
yaitu sistem untuk pencahayaan dan pola distribusi cahaya.
Untuk sistem pencahayaan dibedakan menjadi dua bagian,
general lighting dan local lighting. General lighting
digunakan untuk pencahayaan yang menyeluruh atau
sistem pencahayaan yang digunakan untuk mendapatkan
pencahayaan yang merata. Local lighting digunakan untuk
memberikan nilai pada suatu bidang atau lokasi tertentu
tanpa memperhatikan kerataan pencahayaan.
20
Dalam proses desain sistem pencahayaan
merupakan salah satu faktor penting yang harus
dipertimbangkan. Menciptakan suasana yang diinginkan
pada sebuah ruangan dibutuhkan minimal dua jenis sistem
pencahayaan dalam ruangan. Secara keselurhan general
lighting dibedakan menjadi lima jenis sistem pencahayaan,
yaitu :
2.6.3.1. Indirect Lighting
Sistem pencahayaan disebut indirect
lighting apabila 90-100% distribusi cahaya
mengarah ke plafon dan dinding bagian atas
pada ruangan. Sistem ini disebut indirect karena
distribusi cahaya melalui langit-langit atau
dinding bagian atas yang menjadi sumber
cahaya melalui pantulan sinar lampu.
2.6.3.2. Semi-Indirect Lighting
Sistem pencahayaan ini disebut sebagai
semi-indirect lighting apabila 60-90% distribusi
cahaya mengarah pada plafon dan dinding
bagian atas pada ruangan. Sistem ini disebut
juga semi-indirect karena distribusi cahaya
berada pada sumbu horisontal ruangan, dimana
plafon atau dinding bagian atas menjadi sumber
cahaya melalui pantulan cahaya lampu.
2.6.3.3. General Diffuse dan Direct-Indirect Lighting
Distribusi cahaya seimbang antara
cahaya yang mengarah pada pafon atau dinding
bagian atas pada ruangan dengan cahaya yang
mengarah ke bawah. Sistem pendahayaan ini
merupakan sistem yang baik untuk ruangan
dengan dinding berwarna gelap, dimana
dibutuhkan distribusi cahaya yang cukup tanpa
21
menghadapi resiko silau. Kualitas pencahayaan
tergantung pada luas ruangan dan kegiatan
yang dilakukan, dengan menggunakan sistem
pencahayaan ini maka ruang bagian atas tidak
akan terlihat kosong.
2.6.3.4. Semi-Direct Lighting
Sistem pencahayaan disebut sebagai
semi-direct apabila 60-90% distribusi cahaya
mengarah pada dinding bagian bawah dan
lantai. Sistem ini disebut semi-direct karena
distribusi cahaya berada pada sumbu horisontal
ruangan bagian bawah.
2.6.3.5. Direct Lighting
Sistem pencahayaan disebut sebagai
direct lighting apabila 90-100% distribusi cahaya
mengarah ke bawah atau ke benda-benda yang
perlu diterangi.9
2.7. Pemeliharaan Pencahayaan
Pencahayaan yang tidak dipelihara dengan baik dapat
mempengaruhi intensitas pencahayaan yang dikeluarkan lampu. Hal
ini disebabkan penuaan umur lampu, debu pada permukaan lampu
dan ruangan. Untuk itu diperlukannya perawatan lampu secara rutin
sehingga membantu mencegah hal tersebut. Perawatan-perawatan
yang diperlukan antara lain adalah
1. Pembersihan peralatan lampu setiap 6 hingga 24 bulan dengan
menyapu debu.
2. Mengganti lensa jika sudah berwarna kuning.
3. Bersihkan atau cat ulang ruangan setiap tahun dan ruangan
yang lebih besar setiap 2 hingga 3 tahun.
4. Pertimbangkan pemasangan kembali lampu secara
berkelompok. Para pakar pencahayaan merekomendasikan
22
penggantian seluruh lampu dalam sistem pencahayaan dalam
suatu waktu.7
2.8. Kerangka Teori
Berdasarkan tinjauan pustaka yang sudah disampaikan
dapat disusun kerangka teori sebagai berikut ini :
Faktor Lingkungan :
Tingkat Pencahayaan
Tipe Pencahayaan
Sistem Pencahayaan
Faktor Pekerja :
Kelainan Refraksi
Usia
Perilaku Pekerja
Faktor Keturunan
Masa Kerja
Keluhan Subjektif
Kelelahan Mata
Gambar 2.1 Kerangka Teori Penelitian
23
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Kerangka Konsep
Variabel Bebas
Intensitas Pencahayaan
Variabel Terikat
Keluhan Subjektif
Kelelahan Mata
Gambar 3.1 Kerangka Konsep Penelitian
24
3.2. Definisi Operasional
Tabel 3.1 Definisi Operasional
No Variabel Definisi Operasional Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur Skala Ukur
Variabel Dependen
1 Keluhan Subjektif Kelelahan Mata Pada Pekerja
Keluhan yang dirasakan pekerja jika mengalami salah satu gejala yaitu, penglihatan kabur, nyeri kepala, mata merah, mata terasa perih, gatal, tegang, dan mata mengantuk
Pengisian Kuesioner (Angket)
Kuesioner 1. Ada 2. Tidak Ada
Nominal
Variabel Independen
1 Tingkat Pencahayaan
Intensitas pencahayaan yang jatuh pada suatu permukaan dan diukur pada setiap titik pengukuran dan dinyatakan dalam lux. Hasil pengukuran pencahayaan dibandingkan dengan Kepmenkes No 1204/MENKES/SK/X/2004
Observasi langsung di meja / area kerja
Lux meter merek Luxtron Light Meter Lx-105
1. Tidak Sesuai 2. Sesuai
Nominal
2 Usia Lama hidup pekerja dimulai dari sejak lahir hingga saat pengambilan data dan dinyatakan dalam tahun
Pengisian Kuesioner (Angket)
Kuesioner 1. > 40thn 2. < 40thn
Ordinal
3 Masa Kerja Masa kerja merupakan lamanya responden bertugas mulai dari responden bekerja di Rumah Sakit X hingga saat pengambilan data dan dinyatakan dalam tahun
Pengisian Kuesioner (Angket)
Kuesioner 1. > 4thn 2. < 4thn
Ordinal
4 Riwayat Kelainan Refraksi Mata
Penyakit atau gangguan mata yang di derita atau yang pernah di derita oleh responden
Pengisian Kuesioner (Angket)
Kuesioner 1. Ada 2. Tidak ada
Nominal
5 Perilaku Beresiko Perilaku beresiko merupakan perilaku pekerja seperti menonton televisi terlalu dekat, membaca buku, atau handphone sambil tiduran
Pengisian Kuesioner (Angket)
Kuesioner 1. Ada 2. Tidak Ada
Nominal
25
3.3. Jenis dan Rancangan Penelitian
Jenis penelitian yang akan dilakukan adalah penelitian yang
bersifat Analitik Observasional dengan pendekatan cross sectional
untuk mengetahui tingkat pencahayaan dan juga keluhan subjektif
kelelahan mata pada ruang carlo, ruang farmasi gudang obat, dan
ruang customer service di Rumah Sakit X.
3.4. Populasi dan Sampel Penelitian
3.4.1. Daerah Penelitian
Populasi daerah penelitian merupakan semua
ruangan di lima gedung di RS X, sedangkan sampel ruang
penilitian merupakan 3 ruangan yaitu ruang carlo, ruang
farmasi gudang obat, dan ruang customer service
3.4.2. Populasi dan Sampel Pekerja
Populasi dan sampel pekerja yang berjumlah total
34 orang, diantaranya ruang carlo berjumlah 10 orang,
ruang farmasi gudang obat 4 orang, dan ruang customer
service 20 orang.
3.5. Sumber Data Penelitian
3.5.1. Data Primer
Data primer merupakan data yang dikumpulkan
dengan melakukan pengukuran secara langsung dilokasi
kerja serta menyebarkan kuesioner pada pekerja di ruang
carlo, ruang farmasi gudang obat dan ruang customer
service. Data primer penelitian ini adalah data tentang
intensitas pencahayaan, dan keluhan subjektif kelelahan
mata.
3.5.2. Data Sekunder
Data sekunder merupakan data dari pihak rumah
sakit. Data sekunder penelitian ini adalah data tentang profil
rumah sakit, jumlah pekerja, struktur organisasi dan denah
rumah sakit untuk menentukan titik pengukuran.
26
3.5.3. Instrumen Penelitian
Instrumen yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah
3.5.3.1. Lux Meter
Lux meter merupakan alat yang digunakan
untuk mengukur intensitas pencahayaan di
suatu tempat. Lux meter yang akan digunakan
adalah Luxtron Light Meter Lx-105.
3.5.3.2. Meteran
Meteran digunakan untuk mengetahui ukuran
ruangan.
3.5.3.3. Lembar Kuesioner
Lembar kuesioner ini berisi pertanyaan-
pertanyaan yang akan diajukan kepada
responden. Pertanyaan kuesioner terdiri dari 14
pertanyaan.
3.6. Pengumpulan Data
Tahapan pengumpulan data dilakukan dengan cara berikut
3.6.1. Pengumpulan data sekunder
Pengumpulan data sekunder yaitu dokumen-
dokumen rumah sakit berupa profil rumah sakit, struktur
organisasi, jumlah karyawan.
3.6.2. Survei lokasi titik sampling
Survei lokasi titik yang akan digunakan untuk
pengukuran intensitas pencahayaan. Titik yang akan
digunakan merupakan meja kerja yang terdapat aktivitas
pekerja di meja/area kerja tersebut.
3.6.3. Pengukuran intensitas pencahayaan
Data pengukuran pencahayaan didapatkan dengan
cara melakukan pengukuran secara langsung tingkat
pencahayaan di area kerja sesuai standar pengukuran SNI
27
16-7062-2004.18 Metode pengukuran dilakukan sebagai
berikut.
3.6.3.1. Penentuan Titik Pengukuran
Terdapat dua macam penentuan titik
pengukuran, yaitu :
1) Pencahayaan Umum
Pencahayaan umum merupakan
pencahayaan yang dibutuhkan untuk
menerangi tempat ruangan secara umum.
Standar titik pengukuran ditentukan
berdasarkan luas ruangan, yaitu :
(1) Luas ruangan kurang dari 10 meter
persegi, titik potong garis horizontal
panjang dan lebar ruangan adalah pada
jarak setiap 1 meter seperti Gambar 3.2
1 m
1 m
1 m
Gambar 3.2 Penentuan titik pengukuran
penerangan umum dengan luas kurang dari
10 m2
(2) Luas ruangan antara 10 meter persegi
sampai 100 meter persegi, titik potong
garis horizontal panjang dan lebar
ruangan adalah pada jarak setiap 3
meter seperti pada Gambar 3.3
28
3 m 3 m
3 m
3 m
Gambar 3.3 Penentuan titik pengukuran
penerangan umum dengan luas antara 10m2
- 100m2
(3) Luas ruangan lebih dari 100 meter
persegi, titik potong garis horizontal
panjang dan lebar ruangan adalah pada
jarak setiap 6 meter seperti pada
Gambar 3.4
Gambar 3.4 Penentuan titik pengukuran
penerangan umum dengan luas lebih dari
100m2
2) Pencahayaan Lokal
Pencahayaan lokal adalah pencahayaan di
tempat objek kerja, baik berupa meja kerja
maupun peralatan. Pengukuran
pencahayaan lokal hanya berada pada meja
kerja / area kerja.
6 m
6 m
6 m
6 m
29
3.6.3.2. Persyaratan Pengukuran
1) Kondisi ruangan dan meja kerja harus
sesuai dengan kondisi pekerjaan.
2) Pintu ruangan dalam keadaan sesuai
kondisi tempat kerja dilakukan.
3.6.3.3. Tata Cara Pengukuran
1) Hidupkan luxmeter yang telah dikalibrasi
dengan membuka penutup sensor.
2) Bawa alat ke tempat titik pengukuran yang
telah ditentukan, baik pengukuran untuk
intensitas penerangan setempat (lokal) atau
umum.
3) Baca hasil pengukuran pada layar monitor
setelah menunggu beberapa saat sehingga
didapat nilai angka yang stabil.
4) Cata hasil pengukuran pada lembar hasil
pencatatan intensitas pencahayaan sesuai
SNI 16-7062-2004.
5) Matikan luxmeter setelah selesai dilakukan
pengukuran.
3.6.4. Penyebaran Kuesioner
Penyebaran kuesioner kepada karyawan di ruang
carlo, dan bagian farmasi gedung A, dan customer service
yang berjumlah total 34 orang, diantaranya ruang carlo
berjumlah 10 orang, ruang farmasi gudang obat 4 orang,
dan ruang customer service 20 orang.
3.7. Pengolahan Data
Data kueioner yang telah terkumpul akan dilakukan
pengolahan data dengan langkah-langkah sebagai berikut :
30
1. Editing, proses penelitian data kuesioner yang telah
terkumpul. Data diteliti kelengkap dam ketepatannya.
2. Coding, proses pemberian kode pada masing-masing
kuesioner yang telah dijawab.
3. Entry data, proses memasukkan data ke dalam program
komputer SPSS versi 21.
4. Koreksi data adalah proses pengecekan ulang data
3.8. Analisa Data
3.8.1. Univariat
Analisis ini dilakukan untuk melihat distribusi
frekuensi dari tiap-tiap variabel mengenai tingkat intensitas
pencahayaan dan keluhan subjektif kelelahan mata pada
pekerja di Rumah Sakit X pada ruang carlo, ruang farmasi
gudang obat, dan ruang customer service.
3.8.2. Bivariat
Analisis ini dilakukan untuk menguji adanya
hubungan antar variabel. Pada analisis ini dilakukan
dengan analisis tabel silang antara variabel independen
dengan dependen dengan menggunakan uji statistik chi
square dengan nilai p value = 0,05.
31
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil Penelitian
4.1.1. Gambaran Umum Rumah Sakit X
Rumah Sakit X adalah rumah sakit swasta yang
terletak di daerah Provinsi Jakarta. Rumah sakit X sudah
berdiri lebih dari 100 tahun. Rumah Sakit X memiliki jumlah
karyawan lebih dari 1000 orang dan di Rumah Sakit X
terdapat berbagai macam fasilitas dan pelayanan kepada
pasien maupun keluarga pasien.
4.1.1.1. Fasilitas Rumah Sakit X
1) UGD 24 Jam
2) Rawat Jalan
3) Rawat Inap
4) Kamar Bedah
5) ICU, PICU,NICU
6) High Care
7) Hemodialisa
8) Kamar Bersalin
9) Klinik Laktasi
10) Rehabilitasi Medik
11) Rehabilitasi Medik Anak
12) Psikologi
13) Klinik Gigi
14) Klinik Paru
15) One Day Care (Kemoterapi dan Transfusi
Darah)
16) Home Care (Perawatan Kesehatan di
Rumah)
32
4.1.1.2. Pelayanan Rumah Sakit X
Pelayanan di Rumah Sakit X terbagi
menjadi dua, yaitu pelayanan medis dan
penunjang medis. Pelayanan tersebut adalah :
1) Pelayanan Medis
(1) Medical Check Up
(2) Dr. Umum
(3) Dr. Gigi
(4) Dr. Spesialis
(5) Sub - Spesialis
2) Penunjang Medis
(1) Laboratorium
(2) Radiologi
(3) Endoskopi
(4) BMD
(5) ESWL
33
4.1.1.3. Struktur Organisasi Rumah Sakit X
Sturktur organisasi Rumah Sakit X adalah sebagai berikut :
Gambar 4.1 Struktur Organisasi Rumah Sakit X
34
4.1.2. Hasil Pengukuran Intensitas Pencahayaan
Hasil pengukuran Intensitas pencahayaan perincian
titik-titik pengukuran adalah sebagai berikut :
4.1.2.1. Ruang Carlo
Ruang Carlo merupakan salah satu unit
yang ada di Rumah Sakit X. Ruang Carlo
terletak di lantai 1 gedung pusat administrasi
Rumah Sakit X. Ruang Carlo adalah unit
pemeriksaaan untuk penyakit HIV/AIDS di
dalam ruang ini terdapat beberapa ruang lain,
yaitu ruang tunggu, kasir, gudang berkas,
farmasi, 1 ruang tindakan, dan juga 2 ruang
pemeriksaan. Karyawan yang terdapat di ruang
carlo berjumlah total 10 orang dengan rincian 1
orang kasir, 3 orang bagian laboratorium, 2
orang dokter, 2 orang bagian farmasi, dan 2
orang bagian administrasi dalam dengan jam
kerja berdasarkan office hour (8jam/hari).
Keadaan lain di ruangan ini adalah :
1) Jenis pencahayaan adalah buatan lampu
LED Philips dengan daya 7 watt bewarna
putih kekuning-kuningan. Terdapat 10
lampu di area ruang tunggu dan kasir, 2
lampu di farmasi, 1 lampu di gudang
berkas, 1 lampu di ruang pemeriksaan, 2
lampu di laboratorium, dan 3 lampu di
administrasi dalam.
2) Dinding dan plafon bewarna putih dan tidak
adanya jendela yang mengarah keluar
gedung.
Hasil pengukuran pencahayaan di unit ini
adalah:
35
Tabel 4.1 Hasil Pengukuran Intensitas Pencahayaan Ruang Carlo
No Titik Pengukuran Hasil
Pengukuran (Lux)
Standar Pencahayaan
Sesuai / Tidak Sesuai
1
Administrasi dalam Meja Kerja 1
76
Minimal 100
Tidak Sesuai
Meja Kerja 2 107 Minimal 100 Sesuai
2 Farmasi
Meja Kerja 62 Minimal 200 Tidak Sesuai
3
Laboratorium Meja Kerja 1
131 75-100 Tidak Sesuai
Meja Kerja 2 121
75-100 Tidak Sesuai
Meja Kerja 3 148 75-100 Tidak Sesuai
4 Kasir 61 Minimal 100 Tidak Sesuai
5 Gudang berkas 75 Minimal 200 Tidak Sesuai
6 Ruang
Pemeriksaan 1 51
75-100 (saat tidak
tidur) Tidak Sesuai
7 Ruang
Pemeriksaan 2 32
75-100 (saat tidak
tidur) Tidak Sesuai
Dari 10 titik pengukuran pada tabel diatas
terlihat hanya pada meja kerja 2 administrasi
nomor 1 yang sudah memenuhi sesuai standar
yang berlaku. Titik pengukuran lainnya tidak
sesuai standar yang di tetapkan.
4.1.2.2. Farmasi Gudang Obat
Ruang ini merupakan tempat
penyimpanan obat untuk gedung GMCB. Ruang
ini terletak di basement lantai 1 gedung GMCB.
36
Ruang ini berbentuk persegi panjang dengan
panjang ±15 meter, lebar ruangan ±8 meter dan
tinggi 3 meter. Di dalam ruang ini terdapat 4
orang yang bekerja dengan meja kerja yang
berbeda dengan jam kerja sesuai office hour
(8jam/hari) tetapi sama-sama menghadap
dinding. Keadaan lain ruangan ini adalah :
1) Jenis pencahayaan adalah pencahayaan
buatan berjumlah total 17 lampu panjang
LED Philips dengan daya 16 watt pada
area lemari penyimpanan obat terdapat 14
lampu sedangkan area meja kerja terdapat
3 lampu. Pada saat penelitian dilakukan
kondisi lampu dalam keadaan menyala.
2) Dinding dan plafon ruangan bewarna putih.
Dan tidak adanya jendela.
3) Terdapat 6 lemari di area penyimpanan
sedangkan 4 meja kerja dengan komputer
yang menghadap ke dinding, posisi meja
kerja berada di sebelah kanan pintu
masuk.
Pengukuran di unit ini menggunakan jenis
pengukuran lokal di meja kerja. Hasil
pengukuran intensitas pencahayaan di unit ini
adalah
37
Tabel 4.2 Hasil Pengukuran Intensitas Pencahayaan Farmasi Gudang Obat
No Titik Pengukuran Hasil
Pengukuran (Lux)
Standar Pencahayaan
Sesuai / Tidak Sesuai
1 Meja Kerja 1 38 Minimal 200 Tidak Sesuai
2 Meja Kerja 2 89 Minimal 200 Tidak Sesuai
3 Meja Kerja 3 87 Minimal 200 Tidak Sesuai
4 Meja Kerja K.A Unit 162
Minimal 100 (Administrasi)
Sesuai
Dari 4 titik pengukuran meja kerja
karyawan diketahui 3 titik belum sesuai standar
untuk unit farmasi yaitu minimal 200. Sedangkan
1 titik meja kerja milik kepala unit sudah sesuai
standar pencahayaan untuk jenis pekerjaan
administrasi.
4.1.2.3. Customer Service
Ruangan customer service merupakan
unit ini berfungsi untuk menerima panggilan
telfon dari pasien untuk mendapatkan layanan
seperti reservasi antrian berobat, emergency,
dan lainnya. Unit ini terletak di gedung selatan.
Gedung ini masih berada di dalam tahap
renovasi saat penelitian dilakukan. Ruang
customer service memiliki bentuk persegi
panjang dengan ukuran panjang 11 meter, lebar
2,5 meter, dan tinggi 3 meter. Ruang ini terletak
di sebelah kiri pintu masuk utama gedung
selatan. Di unit ini terdapat 20 orang yang
bekerja dengan pembagian sistem kerja 3 shift.
38
Keadaan-keadaan lain yang di dapatkan saat
penelitian :
1) Jenis pencahayaan di unit adalah
pencahayaan buatan berjumlah 10 lampu
LED Philips dengan daya 15 watt. Sistem
pencahayaan yang digunakan semi direct
lighting. Pada saat penelitian dilakukan
kondisi lampu dalam keadaan menyala.
Masing-masing lampu berjarak ± 1 meter.
2) Dinding ruangan bewarna hijau muda
dengan plafon bewarna putih. Tidak
adanya jendela keluar gedung untuk
masuknya pencahayaan buatan.
3) Terdapat 2 meja kerja, meja pertama
bewarna coklat muda permukaan bewarna
hitam. Meja pertama ini memanjang
dengan adanya 8 unit komputer. Meja
pertama juga ini menghadap jendela kaca
yang mengarah ke lobby gedung selatan.
Meja kerja 2 dan ke 3 terpisah dengan
warna coklat gelap tanpa adanya
komputer.
Pengukuran di unit customer service
dilakukan dengan pengukuran pencahayaan
lokal (Meja Kerja), hasil dari pengukuran
pencahayaan unit customer service adalah :
39
Tabel 4.3 Hasil Pengukuran Intensitas Pencahayaan Ruang
Customer Service
No Titik Pengukuran Hasil
Pengukuran (Lux)
Standar Pencahayaan
Sesuai / Tidak Sesuai
1 Meja Kerja 1 139 Minimal 100 Sesuai
2 Meja Kerja 2 173 Minimal 100 Sesuai
3 Meja Kerja 3 181 Minimal 100 Sesuai
4 Meja Kerja 4 173 Minimal 100 Sesuai
5 Meja Kerja 5 127 Minimal 100 Sesuai
6 Meja Kerja 6 65 Minimal 100 Tidak Sesuai
7 Meja Kerja 7 74 Minimal 100 Tidak Sesuai
8 Meja Kerja 8 100 Minimal 100 Sesuai
9 Meja Kerja 1B 150 Minimal 100 Sesuai
10 Meja Kerja 2B 180 Minimal 100 Sesuai
11 Meja Kerja 3B 185 Minimal 100 Sesuai
12 Meja Kerja 4B 179 Minimal 100 Sesuai
13 Meja Kerja 5B 131 Minimal 100 Sesuai
14 Meja Kerja 6B 71 Minimal 100 Tidak Sesuai
15 Meja Kerja 7B 78 Minimal 100 Tidak Sesuai
16 Meja Kerja 8B 103 Minimal 100 Sesuai
17 Meja Kerja 1C 152 Minimal 100 Sesuai
18 Meja Kerja 2C 180 Minimal 100 Sesuai
19 Meja Kerja 3C 185 Minimal 100 Sesuai
20 Meja Kerja 4C 178 Minimal 100 Sesuai
Keterangan : - B = Pengukuran dilakukan pada sore hari (15.00 WIB) - C = Pengukuran dilakukan pada malam hari (20.00 WIB)
Dari 20 titik pengukuran pencahayaan di
unit customer service diketahui 16 titik sudah
sesuai dengan standar pencahayaan yang
belaku untuk unit administrasi yaitu minimal 100.
Sedangkan 4 titik belum memenuhi standar
persyaratan.
40
4.1.3. Hasil Analisa Univariat
Dalam analisis univariat ini menjelaskan secara
deskriptif mengenai variabel-variabel penelitian yang terdiri
dari usia, masa kerja, riwayat kelainan refraksi mata,
perilaku pekerja, dan keluhan subjektif kelelahan mata.