Top Banner
HUBUNGAN DUKUNGAN SOSIAL, KEMATANGAN EMOSI DAN REGULASI DIRI DENGAN PENYESUAIAN DIRI SISWA SMK Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata II pada jurusan Magister Psikologi Sekolah Pasca sarjana Oleh : ASHABUL KHOIR S 300 140 013 PROGRAM MAGISTER PSIKOLOGI SEKOLAH PASCA SARJANA UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2018
19

HUBUNGAN DUKUNGAN SOSIAL, …eprints.ums.ac.id/68910/1/NASKAH PUBLIKASI.pdf203siswa kelas XI dan XII SMK yang terdiri dari 122 siswa laki-laki dan 81 siswa perempuan yang diambil secara

Mar 02, 2019

Download

Documents

vokhanh
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: HUBUNGAN DUKUNGAN SOSIAL, …eprints.ums.ac.id/68910/1/NASKAH PUBLIKASI.pdf203siswa kelas XI dan XII SMK yang terdiri dari 122 siswa laki-laki dan 81 siswa perempuan yang diambil secara

HUBUNGAN DUKUNGAN SOSIAL, KEMATANGAN EMOSI

DAN REGULASI DIRI DENGAN PENYESUAIAN DIRI SISWA

SMK

Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata II

pada jurusan Magister Psikologi Sekolah Pasca sarjana

Oleh :

ASHABUL KHOIR

S 300 140 013

PROGRAM MAGISTER PSIKOLOGI

SEKOLAH PASCA SARJANA

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

2018

Page 2: HUBUNGAN DUKUNGAN SOSIAL, …eprints.ums.ac.id/68910/1/NASKAH PUBLIKASI.pdf203siswa kelas XI dan XII SMK yang terdiri dari 122 siswa laki-laki dan 81 siswa perempuan yang diambil secara

i

Page 3: HUBUNGAN DUKUNGAN SOSIAL, …eprints.ums.ac.id/68910/1/NASKAH PUBLIKASI.pdf203siswa kelas XI dan XII SMK yang terdiri dari 122 siswa laki-laki dan 81 siswa perempuan yang diambil secara

ii

Page 4: HUBUNGAN DUKUNGAN SOSIAL, …eprints.ums.ac.id/68910/1/NASKAH PUBLIKASI.pdf203siswa kelas XI dan XII SMK yang terdiri dari 122 siswa laki-laki dan 81 siswa perempuan yang diambil secara

iii

Page 5: HUBUNGAN DUKUNGAN SOSIAL, …eprints.ums.ac.id/68910/1/NASKAH PUBLIKASI.pdf203siswa kelas XI dan XII SMK yang terdiri dari 122 siswa laki-laki dan 81 siswa perempuan yang diambil secara

1

HUBUNGAN DUKUNGAN SOSIAL, KEMATANGAN EMOSI DAN

REGULASI DIRI TERHADAP PENYESUAIAN DIRI SISWA SMK

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk menguji apakah ada hubungan antara dukungan

sosial, kematangan emosi dan regulasi diri terhadap penyesuaian diri siswa SMK.

Metode yang digunakan adalah kuantitatif yang bercirikan korelasional. Dalam

pengukuran digunakan alat pengukuran berupa angket skala penyesuaian diri,

dukungan social, kematangan emosi dan regulasi diri. Subjek penelitian ini adalah

203siswa kelas XI dan XII SMK yang terdiri dari 122 siswa laki-laki dan 81 siswa

perempuan yang diambil secara stratified random sampling di SMK

Telekomunikasi Tunas Harapan. Hasil menunjukkan bahwa ada hubungan yang

sangat signifikan antara dukungan sosial, kematangan emosi dan regulasi diri

dengan penyesuaian diri. Dalam penelitian ini dukungan sosial tidak berkorelasi

dengan penyesuaian diri, lain halnya dengan kematangan emosi dan regulasi diri

yang memiliki korelasi dengan penyesuaian diri. Implikasi penelitian ini, bahwa

siswa atau remaja dapat mengatur dan merencanakan perilakunya sendiri dalam

kehidupnya khususnya yang berkaitan dengan lingkungan sekolah. Selain itu

pihak sekolah dapat terus memelihara kondisi sekolah dan aturan sekolah yang

kondusif sehingga siswa mampu meningkatkan regulasi dirinya melalui aturan-

aturan yang ada tersebut.

Kata Kunci: Penyesuaian diri, dukungan sosial, kematangan emosi, regulasi diri

Abstract

This study aims to examine whether there is a relationship between social support,

emotional maturity and self-regulation of the adjustment of vocational students.

The method used is quantitative with correlational characteristics. In the

measurement used a measurement tool in the form of a self-adjustment scale

questionnaire, social support, emotional maturity and self regulation. The subjects

of this study were 203 students of class XI and XII of Vocational School

consisting of 122 male and 81 female students taken by stratified random

sampling at Tunas Harapan Telecommunications Vocational School. The results

show that there is a very significant relationship between social support,

emotional maturity and self-regulation with adjustment. In this study social

support does not correlate with self-adjustment, it is different with emotional

maturity and self-regulation which has a correlation with adjustment. The

implication of this research is that students or adolescents can arrange and plan

their own behavior in their lives, especially those related to the school

environment. In addition, the school can continue to maintain school conditions

and school rules that are conducive so that students are able to improve their self-

regulation through the existing rules.

Keywords: Adjustment, social support, emotional maturity, self regulation

Page 6: HUBUNGAN DUKUNGAN SOSIAL, …eprints.ums.ac.id/68910/1/NASKAH PUBLIKASI.pdf203siswa kelas XI dan XII SMK yang terdiri dari 122 siswa laki-laki dan 81 siswa perempuan yang diambil secara

2

1. PENDAHULUAN

Masa remaja sering kali didefinisikan sebagai periode transisi antara masa anak-

anak ke dewasa, atau masa usia belasan tahun, Pada masa transisi, memungkinkan

remaja menimbulkan masa krisis yang ditandai dengan munculnya perilaku

menyimpang. Paradigma ini mendasari seringnya remaja melakukan tindakan

yang dianggap sebagai tindakan yang memiliki muatan menyimpang dalam

tataran norma dan nilai-nilai sosial yang dibangun oleh masyarakat, atau dianggap

sebagai tindakan yang mengarah pada bentuk kenakalan remaja ( Lely, 2014 )

Ketika seorang anak menjadi remaja dan kemudian remaja berkembang

menuju ke tingkat dewasa, anak mengalami banyak perubahan dalam dunia

sekolahnya. Perkembangan sosial dan emosional dinilai sangat penting bagi diri

remaja dalam masa sekolahnya. Remaja dituntut untuk menyesuaikan diri dengan

peran barunya tersebut. Disamping tuntutan penyesuaian dengan kondisi dirinya,

remaja juga harus mampu menyesuaikan diri dengan lingkungan yang

perkembangannya semakin pesat.

Hal yang mendasari siswa dalam penyesuaian diri di SMK diantaranya

adalah dalam hal jurusan yang dipilih sesuai dengan minat dan bakatnya, akan

tetapi masih di temui siswa yang dalam pemilhan jurusan tidak sesuai dengan

minat dan bakat siswa tersebut. Data yang diperoleh dari penelitian Handayani

(2014) sebanyak 40% siswa menyatakan bahwa jurusan yang dipilih tidak sesui

dengan minat atau kompetensi yang mereka miliki.

Data lain dari penelitian Purwandari (2016) dari 5 SMK yang di berikan

tes kesesuaian minat dengan jurusan ada sebanyak 107 siswa yang tingkat

kecocokanya sangat rendah. Minat pada dasarnya adalah penerimaan akan suatu

hubungan antara diri sendiri dengan sesuatu di luar diri. Semakin kuat atau dekat

hubungan tersebut, semakin besar minat yang muncul. Minat dapat dipengaruhi

oleh berbagai faktor baik yang berasal dari dalam diri maupun dari luar diri

(Indriyanti, 2013). Dari data tersebut siswa yang dalam hal mengalami ketidak

cocokan antara minat dan jurusan Siswa dituntut untuk bisa beradaptasi atau

menyesuaikan diri dengan situasi yang yang berbeda dengan bakat dan minatnya.

Page 7: HUBUNGAN DUKUNGAN SOSIAL, …eprints.ums.ac.id/68910/1/NASKAH PUBLIKASI.pdf203siswa kelas XI dan XII SMK yang terdiri dari 122 siswa laki-laki dan 81 siswa perempuan yang diambil secara

3

Pada hakikatnya minat merupakan kesediaan atau kecenderungan

seseorang terhadap sesuatu yang menarik perhatiannya sehingga menumbuhkan

perasaan suka dan senang terhadap suatu keinginan. Salah satu di antaranya ialah

memilih jurusan untuk melanjutkan pendidikan pada jenjang yang lebih tinggi.

Sedangkan minat memilih adalah tahap kecendrungan perilaku memilih dari

konsumen pada suatu produk atau jasa yang dilakukan pada jangka waktu tertentu

dan secara aktif menyukai dan mempunyai sikap positif terhadap suatu produk

barang atau jasa didasarkan pada pengalaman yang telah dilakukan di masa

lampau (Rumono, 2014).

Kebingungan dalam memilih jurusan ada yang disebabkan sikap orang tua

yang memaksakan anak memilih jurusan yang ditentukan orangtua, bukan karena

kemauan dan minat anaknya. Orang tua cenderung masih meminta untuk masuk

ke jurusan yang diinginkan, padahal pilihan orang tua belum tentu menjadi pilihan

remaja. Dalam penelitian Rumono (2014) lebih dari separuh responden 57,5%

menyatakan selalu meminta persetujuan orang tua, dan 48,75% menyatakan

bahwa mereka bebas memutuskan mengenai pendidikan dan sikap orang tua

hanya memberi saran

Berdasarkan hasil penelitian Wulandari (2012) disimpulkan bahwa alasan

yang mendasari siswa dalam memilih jurusan di SMK antara lain 1) pertimbangan

peluang kerja yang ditawarkan oleh masing-masing jurusan. 2) Pertimbangan hobi

dan kesenangan. 3) Pertimbangan nilai. 4) Coba-coba atau iseng terhadap jurusan

yang dipilih. Hal ini disebabkan oleh adanya kebingungan siswa dalam

menentukan jurusan, 5) sebagai media untuk memperoleh ijazah kelulusan. Proses

mempelajari ilmu yang menjadi program studi keahliannya dianggap tidak begitu

penting karena nantinya nilai dan ijazah adalah yang terpenting untuk mencari

pekerjaan

Beragamnya alasan yang melatar belakangi siswa dalam memilih jurusan

membuat beragam pula antusiasme siswa dalam mengikuti dan menekuni jurusan

yang dipilihnya. Di satu sisi ada siswa yang mempunyai semangat yang tinggi

dalam belajar namun ada pula yang kurang bersemangat dalam belajarnya.

Meraka yang bersemangat umumnya aktif dikelas, mengerjakan PR,

Page 8: HUBUNGAN DUKUNGAN SOSIAL, …eprints.ums.ac.id/68910/1/NASKAH PUBLIKASI.pdf203siswa kelas XI dan XII SMK yang terdiri dari 122 siswa laki-laki dan 81 siswa perempuan yang diambil secara

4

memperhatikan gurunya ketika pembelajaran dan cenderung disiplin. Sebaliknya,

mereka yang mempunyai semangat rendah meraka akan cenderung pasif ketika

didalam kelas, selalu diam atau bahkan asyik ngobrol sendiri dengan teman saat

guru menerangkan pelajaran, jarang mengerjakan pekerjaan rumah (PR), dan

membolos pada saat ada pelajaran yang kurang disukainya.

Siswa yang dalam kategori rendah tentunya harus bisa menyesuaikan diri

dengan lingkungannya agar tercapai kompetensinya. Mudhovozi 2012

menyatakan bahwa penyesuaian diri yang baik ditandai dengan adanya, 1 salah

satu persyaratan penting bagi terciptanya kesehatan mental, 2 penyesuaian diri

ini orang mampu untuk mengatasi masalah dengan baik serta mampu

menempatkan dirinya pada suatu hal yang berguna bagi dirinya dan orang lain di

kalangan masyarakat, 3 agar tercapainya keseimbangan diri dalam memenuhi

kebutuhanya dalam lingkungannya

Upaya untuk meningkatkan penyesuaian diri siswa tentu membutuhkan

dukungan dari lingkungan. Dukungan sosial yang diterima remaja dari

lingkungan, baik berupa dorongan semangat, perhatian, penghargaan, bantuan dan

kasih sayang membuat remaja menganggap bahwa dirinya dicintai, diperhatikan,

dan dihargai oleh orang lain. Jika individu diterima dan dihargai secara positif,

maka individu tersebut cenderung mengembangkan sikap positif terhadap dirinya

sendiri dan lebih menerima dan menghargai dirinya sendiri (kumalasari, 2012).

orang tua perlu memberikan dukungan dan perhatian, mengawasi perilaku dan

keberadaan anak, menjadi komunikator yang baik, dan membantu anak dalam

pengendalian diri (Santrock 2007).

Faktor lain yang memepengaruhi penyesuaian diri selain dukungan sosial

dan kematangan emosi adalah tentang regulasi diri. Menurut Prisilla (2014)

regulasi diri dapat didefinisikan sebagai kapasitas siswa untuk merencanakan,

memandu, dan mengawasi perilakunya sendiri dari dalam dan bersifat fleksibel

sesuai dengan perubahan kondisi. Regulasi diri dalam belajar meliputi penetapan

tujuan belajar, memfokuskan perhatian dan konsentrasi, menggunakan strategi

yang efektif, mengingat informasi secara efektif, menciptakan lingkungan belajar

yang produktif, menggunakan sumber daya secara efektif, memonitor performa,

Page 9: HUBUNGAN DUKUNGAN SOSIAL, …eprints.ums.ac.id/68910/1/NASKAH PUBLIKASI.pdf203siswa kelas XI dan XII SMK yang terdiri dari 122 siswa laki-laki dan 81 siswa perempuan yang diambil secara

5

mengatur waktu secara efektif, mencari bantuan jika dibutuhkan,

mempertahankan keyakinan positif tentang kemampuan diri dan nilai dari proses

belajar yang dilakukan, mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi belajar dan

mengantisipasinya, serta pengalaman dan kepuasan yang diperoleh individu

setelah berusaha mencapai tujuan (Susanti, 2015).

2. METODE

Penelitian ini menggunakan model penelitian kuantitatif yang bercirikan

korelasional Metode ini tidak hanya berbatas untuk mengumpulkan data dan

menyusun data saja, tetapi diikuti dengan menganalisa data dan kemudian

menginterpretasikan arti dari data-data yang telah diperoleh dalam penelitian yang

telah dilakukan

Subjek dalam penelitian ini adalah sisw siswi SMK Telekomunikasi Tunas

Harapan Kab. Semarang yang berjumlah .. siswa dan terbagi dalam 33 kelas.

Sampel dalam penelitian ini diambil 7 kelas yang terdidiri dari program keahlian

RPL, TKJ, dan MM. teknik pengamilan sampel adalah dengan menggunakan

Stratified Random Sampling, yaitu pengambilan sampel berdasarkan strata atau

jenjang. Uji validitas yang digunakan dalam skala penyesuaian diri, dukungan

sosial, kematangan emosi dan regulasi diri adalah menggunakan uji validitas isi.

Uji validitas isi pada skala menggunakan expert judgment yang dilakukan oleh

Item ini dinilai oleh 6 rater dengan 5 pilihan kategori dengan merujuk tabel niali

V minimal yaitu p<0,05 atau yang diterima dengan taraf kesalahan 5%. Maka

dengan taraf kesalahn 5% item tersebut dapat diterima dan dinyatakan valid

dengan rentang 0,83 sampai dengan 0, 87, karena nilai minimal yang disyaratkan

adalah 0,79, jadi aitem tersebut dinyatakan valid. Berdasarkan hasil analisis uji

validitas dari.. item yang diujikan, skala penyesuaian diri terdapat 15 item yang

dinyatakan valid, dan 5 item yang dinyatakan gugur (tidak valid). Skala dukungan

sosial , terdapat 16 item yang dinyatakan valid, dan 4 item yang dinyatakan gugur

(tidak valid). Skala kematangan emosi terdapat 14 item yang dinyatakan valid,

dan 6 item yang dinyatakan gugur (tidak valid). Sedangkan skala regulasi diri

terdapat 13 item yang dinyatakan valid, dan 7 item yang dinyatakan gugur (tidak

valid).

Page 10: HUBUNGAN DUKUNGAN SOSIAL, …eprints.ums.ac.id/68910/1/NASKAH PUBLIKASI.pdf203siswa kelas XI dan XII SMK yang terdiri dari 122 siswa laki-laki dan 81 siswa perempuan yang diambil secara

6

Uji reliabilitas dalam penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat

keterpercayaan instrumen. Jika diulang kembali, alat ukur tersebut tetap konsisten

terhadap yang diukur. Perhitungan reliabilitas ini dilakukan dengan mencari nilai

Cronbach Alpha, yang dihitung dengan bantuan progran SPSS for windows

release versi 21. Kemudian dari hasil tersebut dibandingkan dengan nilai rtabel

signifikansi 5% dan diperoleh nilai rtabel sebesar 0,706.

Tabel 1. Hasil Uji reliabilitas

No Skala Koefisien Alpha

1 Penyesuaian Diri 0,972

2 Dukungan Sosial 0,966

3 Kematangan Emosi 0,907

4 Regulasi Diri 0,947

Pengukuran skala penyesuaian diri, dukungan sosial, kematangan emosi dan

regulasi diri menggunakan angket dengan alternative jawabanya yang terdiri dari

sangat tidak sesuai (STS), tidak sesuai (TS), sesuai (S), dan sangat sesuai (SS).

Pemberian skor sebagai berikut:

Tabel 2. Skor pengukuran skala

NO Favorable Skor Unfavorable Skor

1 Sangat Sesuai (SS) 4 Sangat Sesuai (SS) 1

2 Sesuai (S) 3 Sesuai (S) 2

3 Tidak Sesuai (TS) 2 Tidak Sesuai (TS) 3

4 Sangat Tidak Sesuai

(STS) 1

Sangat Tidak Sesuai

(STS) 4

Teknik analisis data yang digunakan untuk menguji hipotesis yang diajukan

adalah analisis regresi berganda dengan tiga variabel bebas dan satu variabel

tergantung dengan menggunakan bantuan Statistic Product and Service Solution

(SPSS) For Windows Versi 21.0, yaitu Analisis Regresi, ditambah dengan teknik

korelasi parsia untuk menguji korelasi variabel dukungan sosial dengan variabel

penyesuaiana diri, korelasi variabel kematangan emosi dengan variabel

penyesuaian diri dan variabel regulasi diri dengan variabel penyesuaian diri secara

terpisah.

Page 11: HUBUNGAN DUKUNGAN SOSIAL, …eprints.ums.ac.id/68910/1/NASKAH PUBLIKASI.pdf203siswa kelas XI dan XII SMK yang terdiri dari 122 siswa laki-laki dan 81 siswa perempuan yang diambil secara

7

Untuk mengetahui normalitas sebaran, analisis yang digunakan adalah

dengan metode Kolmogrof-Smirnov. Hasil alaisis uji normalitas menunjukkan

normal.

Tabel 3. Uji normalitas sebaran

Variabel Kolmogrov-

smirnov Z

Sign Keterangan

Unstandardized

Residual

0, 615 0, 844

Data Terdistribusi

Normal

Uji linearitas hubungan dilakukan untuk mengetahui apakah variabel bebas

(dukungan sosial, kematangan emosi dan regulasi diri) dengan variabel terikat

(penyesuaian diri) memiliki korelasi yang searah (linear) atau tidak. Jika taraf

signifikansi atau p lebih besar dari 0,05 maka hubungannya dinyatakan linear.

Variabel dukungan sosial, variabel kematangan emosi dan variabel regulasi

diri dengan penyesuaian diri mempunyai korelasi yang searah (linear)

Tabel 4. Uji linearitas variabel

No Variabel F Sign(p) Keterangan

1 Dukungan sosial –

Penyesuaian Diri

1, 235 0, 233 Linear

2 Kematangan Emosi –

Penyesuaian Diri

1, 054 0, 402 Linear

3 Regulasi Diri –

Penyesuaian Diri

1, 172 0, 289 Linear

3. HASIL DAN PEMBAHASAN

penelitian adalah SMK telekomunikasi tunas harapan yang beralamat di jalan

Umbul Senjoyo 1 No. 3 Bener, Kecamatan Tengaran , Kabupaten semarang.

Telp/Fax. (0298) 311391. SMK telekomunikasi tunas harapan merupakan sekolah

menengah kejuruan yang berdiri di bawah yayasan Tunas Harapan yang

menyediakan fasilitas yang menunjang dunia pendidikan. Salah satu fasilitas yang

dihadirkan dalam lingkungan pendidkan Tunas Harapan antara lain Asrama Tunas

Harapan yang memeiliki peran sebagai sarana untuk menunjang pendidikan

dilingkungan Yayasan Tunas Harapan.

Page 12: HUBUNGAN DUKUNGAN SOSIAL, …eprints.ums.ac.id/68910/1/NASKAH PUBLIKASI.pdf203siswa kelas XI dan XII SMK yang terdiri dari 122 siswa laki-laki dan 81 siswa perempuan yang diambil secara

8

Pemilihan teknik subjek ini menggunakan stratified random sampling

,karena pengambilan anggota sampel dari populasi dilakukan berdasarkan

tingkatan kelas dan secara acak. Sampel pada penelitian diambil berdasarkan

tingkat kelas yaitu kelas XI multimedia 2 kelas, Xi TKJ 2 kelas, XI RPL 1 kelas,

kemudian kelas XII Multimedia 1 kelas, XII TKJ 1 kelas dan kelas XII RPL 1

kelas.

Tabel 5. Data subyek penelitian

Jenis Kelamin Jumlah Prosentase

Laki – laki 122 59,8%

Perempuan 81 40,2%

Jumlah 203 100%

Berdasarkan data responden yang diambil sampel bahwa 122 atau 59,8%

responden terdiri dari responden perempuan dan sisanya 81 atau 40,2% responden

perempuan

Tabel 6. Kesesuaian program keahlian responden

Kelas Jurusan

Kesesuaian Program

keahlian Jumlah

Sesuai Tidak sesuai

XI Multimedia 39 15 54

XI TKJ 43 10 53

XI RPL 12 11 23

XII Multimedia 24 2 26

XII RPL 22 2 24

XII TKJ 12 11 23

Jumlah 152 51 203

Berdasarkan tabel bisa disimpulkan bahwa dari jumlah responden sebanyak

203 ditemukan 51 siswa masih ditemukan ketidak sesuaian antara program yang

dipilihnya dengan program keahlian yang saat ini siswa ambil. Hasil analisis yang

telah dilakukan, diperoleh nilai koefisien korelasi R sebesar 0. 406; Fregresi

sebesar 13,078 dengan p= 0,000 (p<0,01). Hal ini menunjukkan bahwa ada

hubungan yang signifikan antara dukungan sosial, kematangan emosi dan regulasi

diri dengan penyesuaian diri siswa.

Hasil analisis data antara dukungan sosial dan penyesuaian diri diperoleh

nilai korelasi dukungan sosial dengan penyesuaian diri diperoleh nilai rX1Y

Page 13: HUBUNGAN DUKUNGAN SOSIAL, …eprints.ums.ac.id/68910/1/NASKAH PUBLIKASI.pdf203siswa kelas XI dan XII SMK yang terdiri dari 122 siswa laki-laki dan 81 siswa perempuan yang diambil secara

9

sebesar 0,132 dengan taraf signifikansi 0,061 (p>0,05) yang berarti tidak ada

hubungan secara signifikan antara dukungan sosial dengan penyesuaian diri. Hasil

analisis data antara kematangan emosi dan penyesuaian diri diperoleh nilai

korelasi kematangan emosi dengan penyesuaian diri diperoleh nilai rX1Y sebesar

0,192 dengan taraf signifikansi Variabel regulasi diri 0,006 (p<0.05) yang berarti

ada hubungan yang signifikan anatar kematangan emosi dengan penyesuaiana

diri. Semakin tinggi kematangan emosi siswa maka semakin tinggi juga siswa

dalam penyesuaian dirinya. Begitu juga sebaliknya, semakin rendah kematangan

emosi maka semakin rendah juga siswa dalam menyesuaikan diri.

Hasil analisis data regulasi diri dengan penyesuaian diri diperoleh nilai

korelasi regulasi diri dengan penyesuaian diri rX3Y sebesar 0,371 dengan taraf

signifikansi Variabel regulasi diri 0,000 (p<0.05) yang berarti ada hubungan yang

signifikan antara regulasi diri dengan penyesuaiana diri. Semakin tinggi regulasi

diri siswa maka semakin tinggi penyesuaian diri siswa.

Pada penelitian ini variabel dukungan sosial tidak memberikan pengaruh

terhadap penyesuaian diri. Variabel regulasi diri memberikan pengaruh terhadap

penyesuaian diri yaitu sebesar 12,9% sedangkan variabel kematangan emosi

memberikan pengaruh sebesar 2,5% terhadapa penyesuaian diri. Kemudia

berdasarkan hasil analisis kategorisasi diketahui variabel ppenyesuaian diri, rerata

empirik sebesar 39,24 dan rerata hipotetik sebesar 37,5 yang berarti penyesuaian

diri pada subyek ppenelitian tergolong sedang. Variabel dukungan sosial rerata

empirik sebesar 3,09 dan rerata hipotetik sebesar 40 yang tergolong rendah.

Variabel kematangan emosi, rerata empirik sebesar 33,65 dan rerata hipotetik

sebesar 35 yang berarti penyesuaian diri pada subyek penelitian tergolong sedang.

Sedangkan variabel regulasi diri, rerata empirik sebesar 35,48 dan rerata hipotetik

sebesar 32,5 yang berarti penyesuaian diri pada subyek penelitian juga tergolong

sedang.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara

dukungan sosial,kematangan emosi dengan regulasi diri dengan penyesuaian diri

siswa. Menurut Schneider (1964) penyesuaian diri merupakan suatu proses disaat

Page 14: HUBUNGAN DUKUNGAN SOSIAL, …eprints.ums.ac.id/68910/1/NASKAH PUBLIKASI.pdf203siswa kelas XI dan XII SMK yang terdiri dari 122 siswa laki-laki dan 81 siswa perempuan yang diambil secara

10

seseorang berusaha keras dalam mengatasi atau menguasai kebutuhan dari dalam

diri, ketegangan, frustrasi, konflik, dengan tujuan untuk mendapatkan

keharmonisan dan keselarasan antara tuntutan lingkungan dimana ia tinggal

dengan tuntutan dari dalam diri sendiri.

Hasil analisis data antara dukungan sosial dan penyesuaian diri dtemukan

bahwa tidak ada hubungan secara signifikan antara dukungan sosial dengan

penyesuaian diri. Lain halnya dengan variabel kematanagan emosi dan regulasi

diri yang mana kedua variabel tersebut bedasarakan hasil analisis data dinyatakan

ada korelasi yang signifikan anatar variabel kematangan emosi dengan

penyesuaian diri. Brisette (2002) yang menyatakan bahwa ada kemungkinan

bahwa perbedaan kualitas lingkungan sosial berdampak secara kritis terhadap

tingkat penyesuaian diri yang lebih baik. Hal ini dapat berarti, kualitas lingkungan

sosial yang tinggi mampu memberikan tingkat kepuasan terhadap dukungan sosial

yang lebih tinggi daripada kualitas lingkungan sosial yang rendah. Semakin tinggi

kualitas lingkungan sosial yang dimiliki, maka semakin tinggi pula tingkat

kepuasan terhadap dukungan sosial yang dimiliki. Semakin rendah kualitas

lingkungan sosial yang dimiliki, maka semakin rendah pula tingkat kepuasan

terhadap dukungan sosial yang dimiliki. Ada faktor lain yang lebih berpengaruh

diluar dukungan sosial yang terkait denga akademis siswa.

Rendahnya dukungan sosial terhadap penyesuaian diri dalam penelitian ini

disebabkan karena beberapa hal diantaranya, penelitian ini lebih memfokuskan

kedalam akademik siswa SMK dalam minat dan bakatnya yang ukuran dukungan

sosial hanya sebatas dukungan orang tua. Dalam temuan ini banyak siswa yang

dalam mengambil keputusan mereka selalu independen. Artinya siswa cenderung

dalam memilih jurusan dan mengarahkan dirinya didalam akademik mampu

dengan sendirinya.

Hasil analisis korelasi variabel kematangan emosi dengan penyesuaian diri

diperoleh nilai rX2Y sebesar 0,192 dengan taraf signifikansi Variabel regulasi diri

0,006 (p<0.05) yang berarti ada hubungan yang signifikan anatar kematangan

emosi dengan penyesuaiana diri. Semakin tinggi kematangan emosi siswa maka

semakin tinggi juga siswa dalam penyesuaian dirinya. Begitu juga sebaliknya,

Page 15: HUBUNGAN DUKUNGAN SOSIAL, …eprints.ums.ac.id/68910/1/NASKAH PUBLIKASI.pdf203siswa kelas XI dan XII SMK yang terdiri dari 122 siswa laki-laki dan 81 siswa perempuan yang diambil secara

11

semakin rendah kematangan emosi maka semakin rendah juga siswa dalam

menyesuaikan diri.

Temuan ini didukung oleh pendapat Valentine (2012) seseorang yang

memiliki kematangan emosi meraka akan cenderung komitmen kepada tugas, dan

mampu beradaptasi terhadap kondisi lingkungan. Artha (2013) dalam

penelitiannya mengatakan kematangan emosi menjadi solusi dalam pemecahan

masalah penyesuaian diri remaja dengan cara remaja atau siswa mampu dalam

mengenali emosi dalam diri dan orang lain, mengekspresikan emosi dengan baik,

menjalin komunikasi yang baik dengan orang lain, sehingga mereka dapat

menyesuaikan diri dan menerima kondisi yang terjadi lingkungan di sekitar

mereka dengan baik.

Selain kematangan emosi variabel lain yang memepengaruhi penyesuaian

diri adalah regulasi diri. Hasil analisis data regulasi diri dengan penyesuaian diri

diperoleh nilai korelasi regulasi diri dengan penyesuaian diri rX3Y sebesar 0,371

dengan taraf signifikansi Variabel regulasi diri 0,000 (p<0.05) yang berarti ada

hubungan yang signifikan antara regulasi diri dengan penyesuaiana diri. Semakin

tinggi regulasi diri siswa maka semakin tinggi penyesuaian diri siswa. Begitupun

sebaliknya, semakin rendah regulasi diri siswa maka semakin rendah pula

penyesuaian diri siswa dalam akademiknya.

Temuan ini didukung oleh pendapat Cervone (2010) yang menyatakan

regulasi diri penting dimiliki oleh seseorang dalam membantu perkembangannya,

karena regulasi diri juga dapat mengontrol keadaan lingkungan dan implus

emosional yang sekiranya dapat mengganggu perkembangan seseorang. Pendapat

Susanti (2015) juga menyatakan bahwa kemampuan dan kepekaan mengatur dan

merencanakan perilakunya sendiri akan menjadikan individu mampu

menyelaraskan penyesuaian diri dari dalam hidupnya.

Santrock (2007) menyatakan orang tua perlu memberikan dukungan dan

perhatian, mengawasi perilaku dan keberadaan anak, menjadi komunikator yang

baik, dan membantu anak dalam pengendalian diri. Hal ini mungkin tepat

diterapkan dalam penyesuaiana diri dalam lingkup sosial, akan tetapi berdasrkan

temuan dari penelitian ini pneyesuaian diri siswa bisa ditingkatkan dengan

Page 16: HUBUNGAN DUKUNGAN SOSIAL, …eprints.ums.ac.id/68910/1/NASKAH PUBLIKASI.pdf203siswa kelas XI dan XII SMK yang terdiri dari 122 siswa laki-laki dan 81 siswa perempuan yang diambil secara

12

regulasi diri siswa yaitu bagaiaman siswa bisa merencanakan dan mengarahkan

dirinya sendiri dan bukan berdasrkan dari arahan orang lain.

Pada penelitian ini variabel dukungan sosial tidak memberikan pengaruh

terhadap penyesuaian diri. Variabel regulasi diri memeberikan pengaruh kuat

terhadap penyesuaian diri yaitu sebesar 12,9% sedangkan variabel kematangan

emosi memberikan pengaruh sebesar 2,5% terhadapa penyesuaian diri. Tidak

adanya pengaruh dukungan sosial dan kecilnya pengeruh kematangan emosi

dalam penelitian ini menunjukkan secara implisit bahwa siswa dalam

menyesuaikan diri tidak serta merta karena adanya dukungan sosial akan tetapi

juga harus diperhatikan bahwa kematangan emosi juga memberikan kontribusi

dalam kepada siswa dalam penyesuaian diri.

Bedasarkan hasil analisis kategorisasi diketahui variabel ppenyesuaian

diri, rerata empirik sebesar 39,24 dan rerata hipotetik sebesar 37,5 yang berarti

penyesuaian diri pada subyek ppenelitian tergolong sedang. Variabel dukungan

sosial rerata empirik sebesar 3,09 dan rerata hipotetik sebesar 40 yang tergolong

rendah. Variabel kematangan emosi, rerata empirik sebesar 33,65 dan rerata

hipotetik sebesar 35 yang berarti penyesuaian diri pada subyek penelitian

tergolong sedang. Sedangkan variabel regulasi diri, rerata empirik sebesar 35,48

dan rerata hipotetik sebesar 32,5 yang berarti penyesuaian diri pada subyek

penelitian juga tergolong sedang.

Dengan demikian, hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan

antara dukungan sosial, kematangan emosi dan regulasi terhadap penyesuaian diri

siswa. Dalam hal ini kematangan emosi dan regulasi diri dapat dijadikan prediktor

untuk memprediksi penyesuaian diri siswa. Namun generalisasi dari hasil

penelitian ini terbatas pada populasi dimana penelitian dilakukan sehingga

penerapan pada ruang lingkup yang lebih luas dengan karakteristik yang berbeda

perlu dilakukan penelitian kembali agar dapat mengungkap hasil yang

komprehensif khususnya yang berkaitan dengan penyesuaian diri.

4. PENUTUP

Berdasarkan analisis data, maka dapat diperoleh kesimpulan bahwa terdapat

hubungan signifikan antara dukungan sosial kematangan emosi dan regulasi diri

Page 17: HUBUNGAN DUKUNGAN SOSIAL, …eprints.ums.ac.id/68910/1/NASKAH PUBLIKASI.pdf203siswa kelas XI dan XII SMK yang terdiri dari 122 siswa laki-laki dan 81 siswa perempuan yang diambil secara

13

terhadap penyesuaian diri siswa SMK nilai koefisien korelasi R sebesar 0. 406;

Fregresi sebesar 13,078 dengan p= 0,000 (p<0,01). Hubungan anatara variabel

menunjukkan bahwa variabel kematangan emosi dan regulasi diri terdapat

hubungan yang signifikan yaitu hubungan kematangan emosi dengan penyesuaian

diri menunjukkan hasil rX2Y sebesar 0,192 dengan taraf signifikansi Variabel

regulasi diri 0,006 (p<0.05) yang berarti ada hubungan yang signifikan anatar

kematangan emosi dengan penyesuaiana diri. Semakin tinggi kematangan emosi

siswa maka semakin tinggi juga siswa dalam penyesuaian dirinya.

Variabel regulasi diri dengan penyesuaian diri juga menunjukkan

signifikansi yang paling tinggi dengan hasil analisis data rX3Y sebesar 0,371

dengan taraf signifikansi Variabel regulasi diri 0,000 (p<0.05) yang berarti ada

hubungan yang signifikan antara regulasi diri dengan penyesuaiana diri. Semakin

tinggi regulasi diri siswa maka semakin tinggi penyesuaian diri siswa dan

memberikan sumbangan yang paling tinggi yaitu 12,9%.

Berbeda dengan variabel kematangan emosi dan regulasi diri, dukungan

sosial justru menunjukkan signifikansi yang sangat rendah yang dalam artian tidak

ada hubungan yang signifikan anatar dukungan sosial dengan penyesuaian diri

dengan hasil analisis data rX1Y sebesar 0,132 dengan taraf signifikansi 0,061

(p>0,05) yang berarti tidak ada hubungan secara signifikan antara dukungan

sosial dengan penyesuaian diri. Sehingga bagi siswa yang tingkat regulasi dirinya

tinggi akan sangat membantu bagi dirinya dalam menyesuaiakan diri dialam

akdemiknya.

DAFTAR PUSTAKA

Alfiana, A. D. (2013). Regulasi diri mahasiswa ditinjau dari keikutsertaan dalam

organisasi kemahasiswaan. Jurnal Ilmiah Psikologi Terapan. Vol 1, No. 2,

Hal 248-250.

Bahremand, S.S. (2017). Relationships Of Job And Family Involvement, Family

Social Support, And Work-Family Conflict With Job Life Satisfaction.

Journal Of Applied Psychology. 81, 411-420.

Page 18: HUBUNGAN DUKUNGAN SOSIAL, …eprints.ums.ac.id/68910/1/NASKAH PUBLIKASI.pdf203siswa kelas XI dan XII SMK yang terdiri dari 122 siswa laki-laki dan 81 siswa perempuan yang diambil secara

14

Brady-Amoon, P., & Fuertes, J. N. (2011). Self-Efficacy, Self-Rated Abilities,

Adjustment, And Academic Performance. Journal Of Counseling And

Development : Jcd, 89(4), 431-438.

Brissette, I., Charles, S. C., & Michael, F. S., The Role of Optimism in Social

Network Development, Coping, and Psychological Adjustment During a

Life Transition, Journal of Personality and Social Psychology, 82(1),

102–111. DOI: 10.1037//0022-3514.82.1.102

Hurlock, B. E.(2002). Psikologi Pekembangan Suatu Pendekatann Sepanjang

Rentang Kehidupan Edisi Kelima; Penerjemah: Istiwidayanti Dan

Soedjarwo. Jakarta: Penerbit Erlangga.

King, A. Laura. 2012. Psikologi Umum (Sebuah Pandangan Apresiatif). Jakarta:

Salemba Humanika.

Kumalasari, F., & Ahyani, L. N. (2012). Hubungan antara dukungan sosial

dengan penyesuaian diri remaja di panti asuhan. Jurnal Psikologi Pitutur,

1(1), 15-18

Lely, Ika. M (2014) Pelatihan Manajemen Diri Dengan Pendekatan Choice

Theory Untuk Menurunkan Kecenderungan Merokok Pada Remaja

Fakultas Psikologi, Universitas Muhammadiyah Sidoarjo. Jurnal Ilmiah

Psikologi Terapan. Vol. 02, No.01. 2301-8267

Płotka, B., Ghenu, C. I., & Brad, L. (2017). Internatioanal Conference On

Inovation In Science and Education. Does Emotional Maturity Help To

Express Moral Beliefs? Evaluating ‘Moral Games For Teaching Bioethics’

Amongst Romanian And Polish Students. Paper Presented At The , 5 764.

172-378. Doi: http://dx.doi.org/10.12955/cbup.v5.1022

Pricilla, A., Suwarjo (2014). Pengaruh problem based learning Terhadap

keterampilan berpikir kritis dan regulasi diri Siswa kelas v, jurnal prima

edukasia, 2(2). 209-222

Purwandari, E., Kumaidi, & Yogiek, I. K. 2016. Seleksi siswa peserta program

SMK 4 tahun konsen dengan aplikasi tes potensi belajar dan tes minat

kejuruan. (Penelitian tidak dipublikasikan). Psikologi. Universitas

Muhammadiyah Surakarta

Rumono, H.N., Djoko, S., Tandiyo, P.M. (2014). Hubungan intensitas komunikasi

orangtua-anak dan kelompok referensi dengan minat memilih jurusan ilmu

Page 19: HUBUNGAN DUKUNGAN SOSIAL, …eprints.ums.ac.id/68910/1/NASKAH PUBLIKASI.pdf203siswa kelas XI dan XII SMK yang terdiri dari 122 siswa laki-laki dan 81 siswa perempuan yang diambil secara

15

komunikasi pada siswa kelas xii Studi Pelaksanaan di SMU Negeri 3

Semarang. Universitas diponegoro. Jurnal ilmu komunikasi. 2 (6).

Soedarsono, S. 2005. Perkembangan Jati Diri. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Sofy, A.H., Handayani, M.[Mulyo]. (2014). Hubungan Antara Dukungan Sosial

Teman Sebaya Dengan Penyesuaian Diri Siswa Tunarungu Di Sekolah

Inklusi. Jurnal Psikologi Pendidikan Dan Perkembangan, 3(2): 128-135

Sunarto & Agung, H. (2013). Perkembangan Peserta Didik. Jakarta: Rineka Cipta

Supriadi, D., Atti, Y., & Yanti, R. (2017). Hubungan kecerdasan emosional

dengan perkembangan sosial pada remaja di smp wahid hasyim. Malang.

Nursing News Volume 2 (3): 332-342

Supriyo. 2008. Studi Kasus Bimbingan Dan Konseling. Semarang: Nieuw

Setapak.

Susanti. R (2015) Efektifitas Konseling Realitas Untuk Peningkatan Regulasi Diri

Mahasiswa Dalam Menyelesaikan Skripsi Reni Susanti Fakultas Psikologi

Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau. Jurnal Psikologi. 11

(2). 88-93

Susilowati, E. (2013). Kematangan Emosi Dengan Penyesuaian Sosial Pada Siswa

Akselerasi Tingkat Smp. Jurnal Online Psikologi Vol. 01 No. 01.

Taylor, S. E. (2009). Health Psychology Seventh Edition. Singapore: Mc Graw

Hill.

Terry, B. (2010). Understanding Problem Based Learning. Jakarta; Gramedia.

Trisakti, A. K., Awaluddin. T., & Endang, S. (2014). Hubungan Antara Dukungan

Sosial Dan Motivasi Berprestasi Siswa Kelas Vii Di Madrasah

Tsanawiyah Negeri 8 Jakarta Barat. Vol 4 (1)

Whittaker, A, [Alice]. (2015). Effects of Team-Based Learning on Self-Regulated

Online Learning Int. J. Nurs. Educ. Scholarsh. 2015; 12(1): 1–10

Zimmerman, B. J. & Schunk, D.H. (2004). Self regulating intellectual processes

and outcomes: A social cognitive perspective. Motivation, emotion, and

cognition: Integrative perspective on intellectual functioning and

development , 523–549.