HUBUNGAN DUKUNGAN SOSIAL, KEMATANGAN EMOSI DAN REGULASI DIRI DENGAN PENYESUAIAN DIRI SISWA SMK Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata II pada jurusan Magister Psikologi Sekolah Pasca sarjana Oleh : ASHABUL KHOIR S 300 140 013 PROGRAM MAGISTER PSIKOLOGI SEKOLAH PASCA SARJANA UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2018
19
Embed
HUBUNGAN DUKUNGAN SOSIAL, …eprints.ums.ac.id/68910/1/NASKAH PUBLIKASI.pdf203siswa kelas XI dan XII SMK yang terdiri dari 122 siswa laki-laki dan 81 siswa perempuan yang diambil secara
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
HUBUNGAN DUKUNGAN SOSIAL, KEMATANGAN EMOSI
DAN REGULASI DIRI DENGAN PENYESUAIAN DIRI SISWA
SMK
Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata II
pada jurusan Magister Psikologi Sekolah Pasca sarjana
Oleh :
ASHABUL KHOIR
S 300 140 013
PROGRAM MAGISTER PSIKOLOGI
SEKOLAH PASCA SARJANA
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2018
i
ii
iii
1
HUBUNGAN DUKUNGAN SOSIAL, KEMATANGAN EMOSI DAN
REGULASI DIRI TERHADAP PENYESUAIAN DIRI SISWA SMK
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk menguji apakah ada hubungan antara dukungan
sosial, kematangan emosi dan regulasi diri terhadap penyesuaian diri siswa SMK.
Metode yang digunakan adalah kuantitatif yang bercirikan korelasional. Dalam
pengukuran digunakan alat pengukuran berupa angket skala penyesuaian diri,
dukungan social, kematangan emosi dan regulasi diri. Subjek penelitian ini adalah
203siswa kelas XI dan XII SMK yang terdiri dari 122 siswa laki-laki dan 81 siswa
perempuan yang diambil secara stratified random sampling di SMK
Telekomunikasi Tunas Harapan. Hasil menunjukkan bahwa ada hubungan yang
sangat signifikan antara dukungan sosial, kematangan emosi dan regulasi diri
dengan penyesuaian diri. Dalam penelitian ini dukungan sosial tidak berkorelasi
dengan penyesuaian diri, lain halnya dengan kematangan emosi dan regulasi diri
yang memiliki korelasi dengan penyesuaian diri. Implikasi penelitian ini, bahwa
siswa atau remaja dapat mengatur dan merencanakan perilakunya sendiri dalam
kehidupnya khususnya yang berkaitan dengan lingkungan sekolah. Selain itu
pihak sekolah dapat terus memelihara kondisi sekolah dan aturan sekolah yang
kondusif sehingga siswa mampu meningkatkan regulasi dirinya melalui aturan-
aturan yang ada tersebut.
Kata Kunci: Penyesuaian diri, dukungan sosial, kematangan emosi, regulasi diri
Abstract
This study aims to examine whether there is a relationship between social support,
emotional maturity and self-regulation of the adjustment of vocational students.
The method used is quantitative with correlational characteristics. In the
measurement used a measurement tool in the form of a self-adjustment scale
questionnaire, social support, emotional maturity and self regulation. The subjects
of this study were 203 students of class XI and XII of Vocational School
consisting of 122 male and 81 female students taken by stratified random
sampling at Tunas Harapan Telecommunications Vocational School. The results
show that there is a very significant relationship between social support,
emotional maturity and self-regulation with adjustment. In this study social
support does not correlate with self-adjustment, it is different with emotional
maturity and self-regulation which has a correlation with adjustment. The
implication of this research is that students or adolescents can arrange and plan
their own behavior in their lives, especially those related to the school
environment. In addition, the school can continue to maintain school conditions
and school rules that are conducive so that students are able to improve their self-
regulation through the existing rules.
Keywords: Adjustment, social support, emotional maturity, self regulation
2
1. PENDAHULUAN
Masa remaja sering kali didefinisikan sebagai periode transisi antara masa anak-
anak ke dewasa, atau masa usia belasan tahun, Pada masa transisi, memungkinkan
remaja menimbulkan masa krisis yang ditandai dengan munculnya perilaku
menyimpang. Paradigma ini mendasari seringnya remaja melakukan tindakan
yang dianggap sebagai tindakan yang memiliki muatan menyimpang dalam
tataran norma dan nilai-nilai sosial yang dibangun oleh masyarakat, atau dianggap
sebagai tindakan yang mengarah pada bentuk kenakalan remaja ( Lely, 2014 )
Ketika seorang anak menjadi remaja dan kemudian remaja berkembang
menuju ke tingkat dewasa, anak mengalami banyak perubahan dalam dunia
sekolahnya. Perkembangan sosial dan emosional dinilai sangat penting bagi diri
remaja dalam masa sekolahnya. Remaja dituntut untuk menyesuaikan diri dengan
peran barunya tersebut. Disamping tuntutan penyesuaian dengan kondisi dirinya,
remaja juga harus mampu menyesuaikan diri dengan lingkungan yang
perkembangannya semakin pesat.
Hal yang mendasari siswa dalam penyesuaian diri di SMK diantaranya
adalah dalam hal jurusan yang dipilih sesuai dengan minat dan bakatnya, akan
tetapi masih di temui siswa yang dalam pemilhan jurusan tidak sesuai dengan
minat dan bakat siswa tersebut. Data yang diperoleh dari penelitian Handayani
(2014) sebanyak 40% siswa menyatakan bahwa jurusan yang dipilih tidak sesui
dengan minat atau kompetensi yang mereka miliki.
Data lain dari penelitian Purwandari (2016) dari 5 SMK yang di berikan
tes kesesuaian minat dengan jurusan ada sebanyak 107 siswa yang tingkat
kecocokanya sangat rendah. Minat pada dasarnya adalah penerimaan akan suatu
hubungan antara diri sendiri dengan sesuatu di luar diri. Semakin kuat atau dekat
hubungan tersebut, semakin besar minat yang muncul. Minat dapat dipengaruhi
oleh berbagai faktor baik yang berasal dari dalam diri maupun dari luar diri
(Indriyanti, 2013). Dari data tersebut siswa yang dalam hal mengalami ketidak
cocokan antara minat dan jurusan Siswa dituntut untuk bisa beradaptasi atau
menyesuaikan diri dengan situasi yang yang berbeda dengan bakat dan minatnya.
3
Pada hakikatnya minat merupakan kesediaan atau kecenderungan
seseorang terhadap sesuatu yang menarik perhatiannya sehingga menumbuhkan
perasaan suka dan senang terhadap suatu keinginan. Salah satu di antaranya ialah
memilih jurusan untuk melanjutkan pendidikan pada jenjang yang lebih tinggi.
Sedangkan minat memilih adalah tahap kecendrungan perilaku memilih dari
konsumen pada suatu produk atau jasa yang dilakukan pada jangka waktu tertentu
dan secara aktif menyukai dan mempunyai sikap positif terhadap suatu produk
barang atau jasa didasarkan pada pengalaman yang telah dilakukan di masa
lampau (Rumono, 2014).
Kebingungan dalam memilih jurusan ada yang disebabkan sikap orang tua
yang memaksakan anak memilih jurusan yang ditentukan orangtua, bukan karena
kemauan dan minat anaknya. Orang tua cenderung masih meminta untuk masuk
ke jurusan yang diinginkan, padahal pilihan orang tua belum tentu menjadi pilihan
remaja. Dalam penelitian Rumono (2014) lebih dari separuh responden 57,5%
menyatakan selalu meminta persetujuan orang tua, dan 48,75% menyatakan
bahwa mereka bebas memutuskan mengenai pendidikan dan sikap orang tua
hanya memberi saran
Berdasarkan hasil penelitian Wulandari (2012) disimpulkan bahwa alasan
yang mendasari siswa dalam memilih jurusan di SMK antara lain 1) pertimbangan
peluang kerja yang ditawarkan oleh masing-masing jurusan. 2) Pertimbangan hobi
dan kesenangan. 3) Pertimbangan nilai. 4) Coba-coba atau iseng terhadap jurusan
yang dipilih. Hal ini disebabkan oleh adanya kebingungan siswa dalam
menentukan jurusan, 5) sebagai media untuk memperoleh ijazah kelulusan. Proses
mempelajari ilmu yang menjadi program studi keahliannya dianggap tidak begitu
penting karena nantinya nilai dan ijazah adalah yang terpenting untuk mencari
pekerjaan
Beragamnya alasan yang melatar belakangi siswa dalam memilih jurusan
membuat beragam pula antusiasme siswa dalam mengikuti dan menekuni jurusan
yang dipilihnya. Di satu sisi ada siswa yang mempunyai semangat yang tinggi
dalam belajar namun ada pula yang kurang bersemangat dalam belajarnya.
Meraka yang bersemangat umumnya aktif dikelas, mengerjakan PR,
4
memperhatikan gurunya ketika pembelajaran dan cenderung disiplin. Sebaliknya,
mereka yang mempunyai semangat rendah meraka akan cenderung pasif ketika
didalam kelas, selalu diam atau bahkan asyik ngobrol sendiri dengan teman saat
guru menerangkan pelajaran, jarang mengerjakan pekerjaan rumah (PR), dan
membolos pada saat ada pelajaran yang kurang disukainya.
Siswa yang dalam kategori rendah tentunya harus bisa menyesuaikan diri
dengan lingkungannya agar tercapai kompetensinya. Mudhovozi 2012
menyatakan bahwa penyesuaian diri yang baik ditandai dengan adanya, 1 salah
satu persyaratan penting bagi terciptanya kesehatan mental, 2 penyesuaian diri
ini orang mampu untuk mengatasi masalah dengan baik serta mampu
menempatkan dirinya pada suatu hal yang berguna bagi dirinya dan orang lain di
kalangan masyarakat, 3 agar tercapainya keseimbangan diri dalam memenuhi
kebutuhanya dalam lingkungannya
Upaya untuk meningkatkan penyesuaian diri siswa tentu membutuhkan
dukungan dari lingkungan. Dukungan sosial yang diterima remaja dari
lingkungan, baik berupa dorongan semangat, perhatian, penghargaan, bantuan dan
kasih sayang membuat remaja menganggap bahwa dirinya dicintai, diperhatikan,
dan dihargai oleh orang lain. Jika individu diterima dan dihargai secara positif,
maka individu tersebut cenderung mengembangkan sikap positif terhadap dirinya
sendiri dan lebih menerima dan menghargai dirinya sendiri (kumalasari, 2012).
orang tua perlu memberikan dukungan dan perhatian, mengawasi perilaku dan
keberadaan anak, menjadi komunikator yang baik, dan membantu anak dalam
pengendalian diri (Santrock 2007).
Faktor lain yang memepengaruhi penyesuaian diri selain dukungan sosial
dan kematangan emosi adalah tentang regulasi diri. Menurut Prisilla (2014)
regulasi diri dapat didefinisikan sebagai kapasitas siswa untuk merencanakan,
memandu, dan mengawasi perilakunya sendiri dari dalam dan bersifat fleksibel
sesuai dengan perubahan kondisi. Regulasi diri dalam belajar meliputi penetapan
tujuan belajar, memfokuskan perhatian dan konsentrasi, menggunakan strategi
yang efektif, mengingat informasi secara efektif, menciptakan lingkungan belajar
yang produktif, menggunakan sumber daya secara efektif, memonitor performa,
5
mengatur waktu secara efektif, mencari bantuan jika dibutuhkan,
mempertahankan keyakinan positif tentang kemampuan diri dan nilai dari proses
belajar yang dilakukan, mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi belajar dan
mengantisipasinya, serta pengalaman dan kepuasan yang diperoleh individu
setelah berusaha mencapai tujuan (Susanti, 2015).
2. METODE
Penelitian ini menggunakan model penelitian kuantitatif yang bercirikan
korelasional Metode ini tidak hanya berbatas untuk mengumpulkan data dan
menyusun data saja, tetapi diikuti dengan menganalisa data dan kemudian
menginterpretasikan arti dari data-data yang telah diperoleh dalam penelitian yang
telah dilakukan
Subjek dalam penelitian ini adalah sisw siswi SMK Telekomunikasi Tunas
Harapan Kab. Semarang yang berjumlah .. siswa dan terbagi dalam 33 kelas.
Sampel dalam penelitian ini diambil 7 kelas yang terdidiri dari program keahlian
RPL, TKJ, dan MM. teknik pengamilan sampel adalah dengan menggunakan
Stratified Random Sampling, yaitu pengambilan sampel berdasarkan strata atau
jenjang. Uji validitas yang digunakan dalam skala penyesuaian diri, dukungan
sosial, kematangan emosi dan regulasi diri adalah menggunakan uji validitas isi.
Uji validitas isi pada skala menggunakan expert judgment yang dilakukan oleh
Item ini dinilai oleh 6 rater dengan 5 pilihan kategori dengan merujuk tabel niali
V minimal yaitu p<0,05 atau yang diterima dengan taraf kesalahan 5%. Maka
dengan taraf kesalahn 5% item tersebut dapat diterima dan dinyatakan valid
dengan rentang 0,83 sampai dengan 0, 87, karena nilai minimal yang disyaratkan
adalah 0,79, jadi aitem tersebut dinyatakan valid. Berdasarkan hasil analisis uji
validitas dari.. item yang diujikan, skala penyesuaian diri terdapat 15 item yang
dinyatakan valid, dan 5 item yang dinyatakan gugur (tidak valid). Skala dukungan
sosial , terdapat 16 item yang dinyatakan valid, dan 4 item yang dinyatakan gugur
(tidak valid). Skala kematangan emosi terdapat 14 item yang dinyatakan valid,
dan 6 item yang dinyatakan gugur (tidak valid). Sedangkan skala regulasi diri
terdapat 13 item yang dinyatakan valid, dan 7 item yang dinyatakan gugur (tidak
valid).
6
Uji reliabilitas dalam penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat
keterpercayaan instrumen. Jika diulang kembali, alat ukur tersebut tetap konsisten
terhadap yang diukur. Perhitungan reliabilitas ini dilakukan dengan mencari nilai
Cronbach Alpha, yang dihitung dengan bantuan progran SPSS for windows
release versi 21. Kemudian dari hasil tersebut dibandingkan dengan nilai rtabel
signifikansi 5% dan diperoleh nilai rtabel sebesar 0,706.
Tabel 1. Hasil Uji reliabilitas
No Skala Koefisien Alpha
1 Penyesuaian Diri 0,972
2 Dukungan Sosial 0,966
3 Kematangan Emosi 0,907
4 Regulasi Diri 0,947
Pengukuran skala penyesuaian diri, dukungan sosial, kematangan emosi dan
regulasi diri menggunakan angket dengan alternative jawabanya yang terdiri dari
sangat tidak sesuai (STS), tidak sesuai (TS), sesuai (S), dan sangat sesuai (SS).
Pemberian skor sebagai berikut:
Tabel 2. Skor pengukuran skala
NO Favorable Skor Unfavorable Skor
1 Sangat Sesuai (SS) 4 Sangat Sesuai (SS) 1
2 Sesuai (S) 3 Sesuai (S) 2
3 Tidak Sesuai (TS) 2 Tidak Sesuai (TS) 3
4 Sangat Tidak Sesuai
(STS) 1
Sangat Tidak Sesuai
(STS) 4
Teknik analisis data yang digunakan untuk menguji hipotesis yang diajukan
adalah analisis regresi berganda dengan tiga variabel bebas dan satu variabel
tergantung dengan menggunakan bantuan Statistic Product and Service Solution
(SPSS) For Windows Versi 21.0, yaitu Analisis Regresi, ditambah dengan teknik
korelasi parsia untuk menguji korelasi variabel dukungan sosial dengan variabel
penyesuaiana diri, korelasi variabel kematangan emosi dengan variabel
penyesuaian diri dan variabel regulasi diri dengan variabel penyesuaian diri secara
terpisah.
7
Untuk mengetahui normalitas sebaran, analisis yang digunakan adalah
dengan metode Kolmogrof-Smirnov. Hasil alaisis uji normalitas menunjukkan
normal.
Tabel 3. Uji normalitas sebaran
Variabel Kolmogrov-
smirnov Z
Sign Keterangan
Unstandardized
Residual
0, 615 0, 844
Data Terdistribusi
Normal
Uji linearitas hubungan dilakukan untuk mengetahui apakah variabel bebas
(dukungan sosial, kematangan emosi dan regulasi diri) dengan variabel terikat
(penyesuaian diri) memiliki korelasi yang searah (linear) atau tidak. Jika taraf
signifikansi atau p lebih besar dari 0,05 maka hubungannya dinyatakan linear.
Variabel dukungan sosial, variabel kematangan emosi dan variabel regulasi
diri dengan penyesuaian diri mempunyai korelasi yang searah (linear)
Tabel 4. Uji linearitas variabel
No Variabel F Sign(p) Keterangan
1 Dukungan sosial –
Penyesuaian Diri
1, 235 0, 233 Linear
2 Kematangan Emosi –
Penyesuaian Diri
1, 054 0, 402 Linear
3 Regulasi Diri –
Penyesuaian Diri
1, 172 0, 289 Linear
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
penelitian adalah SMK telekomunikasi tunas harapan yang beralamat di jalan
Umbul Senjoyo 1 No. 3 Bener, Kecamatan Tengaran , Kabupaten semarang.
Telp/Fax. (0298) 311391. SMK telekomunikasi tunas harapan merupakan sekolah
menengah kejuruan yang berdiri di bawah yayasan Tunas Harapan yang
menyediakan fasilitas yang menunjang dunia pendidikan. Salah satu fasilitas yang
dihadirkan dalam lingkungan pendidkan Tunas Harapan antara lain Asrama Tunas
Harapan yang memeiliki peran sebagai sarana untuk menunjang pendidikan
dilingkungan Yayasan Tunas Harapan.
8
Pemilihan teknik subjek ini menggunakan stratified random sampling
,karena pengambilan anggota sampel dari populasi dilakukan berdasarkan
tingkatan kelas dan secara acak. Sampel pada penelitian diambil berdasarkan
tingkat kelas yaitu kelas XI multimedia 2 kelas, Xi TKJ 2 kelas, XI RPL 1 kelas,
kemudian kelas XII Multimedia 1 kelas, XII TKJ 1 kelas dan kelas XII RPL 1
kelas.
Tabel 5. Data subyek penelitian
Jenis Kelamin Jumlah Prosentase
Laki – laki 122 59,8%
Perempuan 81 40,2%
Jumlah 203 100%
Berdasarkan data responden yang diambil sampel bahwa 122 atau 59,8%
responden terdiri dari responden perempuan dan sisanya 81 atau 40,2% responden
perempuan
Tabel 6. Kesesuaian program keahlian responden
Kelas Jurusan
Kesesuaian Program
keahlian Jumlah
Sesuai Tidak sesuai
XI Multimedia 39 15 54
XI TKJ 43 10 53
XI RPL 12 11 23
XII Multimedia 24 2 26
XII RPL 22 2 24
XII TKJ 12 11 23
Jumlah 152 51 203
Berdasarkan tabel bisa disimpulkan bahwa dari jumlah responden sebanyak
203 ditemukan 51 siswa masih ditemukan ketidak sesuaian antara program yang
dipilihnya dengan program keahlian yang saat ini siswa ambil. Hasil analisis yang
telah dilakukan, diperoleh nilai koefisien korelasi R sebesar 0. 406; Fregresi
sebesar 13,078 dengan p= 0,000 (p<0,01). Hal ini menunjukkan bahwa ada
hubungan yang signifikan antara dukungan sosial, kematangan emosi dan regulasi
diri dengan penyesuaian diri siswa.
Hasil analisis data antara dukungan sosial dan penyesuaian diri diperoleh
nilai korelasi dukungan sosial dengan penyesuaian diri diperoleh nilai rX1Y
9
sebesar 0,132 dengan taraf signifikansi 0,061 (p>0,05) yang berarti tidak ada
hubungan secara signifikan antara dukungan sosial dengan penyesuaian diri. Hasil
analisis data antara kematangan emosi dan penyesuaian diri diperoleh nilai
korelasi kematangan emosi dengan penyesuaian diri diperoleh nilai rX1Y sebesar
0,192 dengan taraf signifikansi Variabel regulasi diri 0,006 (p<0.05) yang berarti
ada hubungan yang signifikan anatar kematangan emosi dengan penyesuaiana
diri. Semakin tinggi kematangan emosi siswa maka semakin tinggi juga siswa
dalam penyesuaian dirinya. Begitu juga sebaliknya, semakin rendah kematangan
emosi maka semakin rendah juga siswa dalam menyesuaikan diri.
Hasil analisis data regulasi diri dengan penyesuaian diri diperoleh nilai
korelasi regulasi diri dengan penyesuaian diri rX3Y sebesar 0,371 dengan taraf
signifikansi Variabel regulasi diri 0,000 (p<0.05) yang berarti ada hubungan yang
signifikan antara regulasi diri dengan penyesuaiana diri. Semakin tinggi regulasi
diri siswa maka semakin tinggi penyesuaian diri siswa.
Pada penelitian ini variabel dukungan sosial tidak memberikan pengaruh
terhadap penyesuaian diri. Variabel regulasi diri memberikan pengaruh terhadap
penyesuaian diri yaitu sebesar 12,9% sedangkan variabel kematangan emosi
memberikan pengaruh sebesar 2,5% terhadapa penyesuaian diri. Kemudia
berdasarkan hasil analisis kategorisasi diketahui variabel ppenyesuaian diri, rerata
empirik sebesar 39,24 dan rerata hipotetik sebesar 37,5 yang berarti penyesuaian
diri pada subyek ppenelitian tergolong sedang. Variabel dukungan sosial rerata
empirik sebesar 3,09 dan rerata hipotetik sebesar 40 yang tergolong rendah.
Variabel kematangan emosi, rerata empirik sebesar 33,65 dan rerata hipotetik
sebesar 35 yang berarti penyesuaian diri pada subyek penelitian tergolong sedang.
Sedangkan variabel regulasi diri, rerata empirik sebesar 35,48 dan rerata hipotetik
sebesar 32,5 yang berarti penyesuaian diri pada subyek penelitian juga tergolong
sedang.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara
dukungan sosial,kematangan emosi dengan regulasi diri dengan penyesuaian diri
siswa. Menurut Schneider (1964) penyesuaian diri merupakan suatu proses disaat
10
seseorang berusaha keras dalam mengatasi atau menguasai kebutuhan dari dalam
diri, ketegangan, frustrasi, konflik, dengan tujuan untuk mendapatkan
keharmonisan dan keselarasan antara tuntutan lingkungan dimana ia tinggal
dengan tuntutan dari dalam diri sendiri.
Hasil analisis data antara dukungan sosial dan penyesuaian diri dtemukan
bahwa tidak ada hubungan secara signifikan antara dukungan sosial dengan
penyesuaian diri. Lain halnya dengan variabel kematanagan emosi dan regulasi
diri yang mana kedua variabel tersebut bedasarakan hasil analisis data dinyatakan
ada korelasi yang signifikan anatar variabel kematangan emosi dengan
penyesuaian diri. Brisette (2002) yang menyatakan bahwa ada kemungkinan
bahwa perbedaan kualitas lingkungan sosial berdampak secara kritis terhadap
tingkat penyesuaian diri yang lebih baik. Hal ini dapat berarti, kualitas lingkungan
sosial yang tinggi mampu memberikan tingkat kepuasan terhadap dukungan sosial
yang lebih tinggi daripada kualitas lingkungan sosial yang rendah. Semakin tinggi
kualitas lingkungan sosial yang dimiliki, maka semakin tinggi pula tingkat
kepuasan terhadap dukungan sosial yang dimiliki. Semakin rendah kualitas
lingkungan sosial yang dimiliki, maka semakin rendah pula tingkat kepuasan
terhadap dukungan sosial yang dimiliki. Ada faktor lain yang lebih berpengaruh
diluar dukungan sosial yang terkait denga akademis siswa.
Rendahnya dukungan sosial terhadap penyesuaian diri dalam penelitian ini
disebabkan karena beberapa hal diantaranya, penelitian ini lebih memfokuskan
kedalam akademik siswa SMK dalam minat dan bakatnya yang ukuran dukungan
sosial hanya sebatas dukungan orang tua. Dalam temuan ini banyak siswa yang
dalam mengambil keputusan mereka selalu independen. Artinya siswa cenderung
dalam memilih jurusan dan mengarahkan dirinya didalam akademik mampu
dengan sendirinya.
Hasil analisis korelasi variabel kematangan emosi dengan penyesuaian diri
diperoleh nilai rX2Y sebesar 0,192 dengan taraf signifikansi Variabel regulasi diri
0,006 (p<0.05) yang berarti ada hubungan yang signifikan anatar kematangan
emosi dengan penyesuaiana diri. Semakin tinggi kematangan emosi siswa maka
semakin tinggi juga siswa dalam penyesuaian dirinya. Begitu juga sebaliknya,
11
semakin rendah kematangan emosi maka semakin rendah juga siswa dalam
menyesuaikan diri.
Temuan ini didukung oleh pendapat Valentine (2012) seseorang yang
memiliki kematangan emosi meraka akan cenderung komitmen kepada tugas, dan
mampu beradaptasi terhadap kondisi lingkungan. Artha (2013) dalam
penelitiannya mengatakan kematangan emosi menjadi solusi dalam pemecahan
masalah penyesuaian diri remaja dengan cara remaja atau siswa mampu dalam
mengenali emosi dalam diri dan orang lain, mengekspresikan emosi dengan baik,
menjalin komunikasi yang baik dengan orang lain, sehingga mereka dapat
menyesuaikan diri dan menerima kondisi yang terjadi lingkungan di sekitar
mereka dengan baik.
Selain kematangan emosi variabel lain yang memepengaruhi penyesuaian
diri adalah regulasi diri. Hasil analisis data regulasi diri dengan penyesuaian diri
diperoleh nilai korelasi regulasi diri dengan penyesuaian diri rX3Y sebesar 0,371
dengan taraf signifikansi Variabel regulasi diri 0,000 (p<0.05) yang berarti ada
hubungan yang signifikan antara regulasi diri dengan penyesuaiana diri. Semakin
tinggi regulasi diri siswa maka semakin tinggi penyesuaian diri siswa. Begitupun
sebaliknya, semakin rendah regulasi diri siswa maka semakin rendah pula
penyesuaian diri siswa dalam akademiknya.
Temuan ini didukung oleh pendapat Cervone (2010) yang menyatakan
regulasi diri penting dimiliki oleh seseorang dalam membantu perkembangannya,
karena regulasi diri juga dapat mengontrol keadaan lingkungan dan implus
emosional yang sekiranya dapat mengganggu perkembangan seseorang. Pendapat
Susanti (2015) juga menyatakan bahwa kemampuan dan kepekaan mengatur dan
merencanakan perilakunya sendiri akan menjadikan individu mampu
menyelaraskan penyesuaian diri dari dalam hidupnya.
Santrock (2007) menyatakan orang tua perlu memberikan dukungan dan
perhatian, mengawasi perilaku dan keberadaan anak, menjadi komunikator yang
baik, dan membantu anak dalam pengendalian diri. Hal ini mungkin tepat
diterapkan dalam penyesuaiana diri dalam lingkup sosial, akan tetapi berdasrkan
temuan dari penelitian ini pneyesuaian diri siswa bisa ditingkatkan dengan
12
regulasi diri siswa yaitu bagaiaman siswa bisa merencanakan dan mengarahkan
dirinya sendiri dan bukan berdasrkan dari arahan orang lain.
Pada penelitian ini variabel dukungan sosial tidak memberikan pengaruh
terhadap penyesuaian diri. Variabel regulasi diri memeberikan pengaruh kuat
terhadap penyesuaian diri yaitu sebesar 12,9% sedangkan variabel kematangan
emosi memberikan pengaruh sebesar 2,5% terhadapa penyesuaian diri. Tidak
adanya pengaruh dukungan sosial dan kecilnya pengeruh kematangan emosi
dalam penelitian ini menunjukkan secara implisit bahwa siswa dalam
menyesuaikan diri tidak serta merta karena adanya dukungan sosial akan tetapi
juga harus diperhatikan bahwa kematangan emosi juga memberikan kontribusi
dalam kepada siswa dalam penyesuaian diri.
Bedasarkan hasil analisis kategorisasi diketahui variabel ppenyesuaian
diri, rerata empirik sebesar 39,24 dan rerata hipotetik sebesar 37,5 yang berarti
penyesuaian diri pada subyek ppenelitian tergolong sedang. Variabel dukungan
sosial rerata empirik sebesar 3,09 dan rerata hipotetik sebesar 40 yang tergolong
rendah. Variabel kematangan emosi, rerata empirik sebesar 33,65 dan rerata
hipotetik sebesar 35 yang berarti penyesuaian diri pada subyek penelitian
tergolong sedang. Sedangkan variabel regulasi diri, rerata empirik sebesar 35,48
dan rerata hipotetik sebesar 32,5 yang berarti penyesuaian diri pada subyek
penelitian juga tergolong sedang.
Dengan demikian, hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan
antara dukungan sosial, kematangan emosi dan regulasi terhadap penyesuaian diri
siswa. Dalam hal ini kematangan emosi dan regulasi diri dapat dijadikan prediktor
untuk memprediksi penyesuaian diri siswa. Namun generalisasi dari hasil
penelitian ini terbatas pada populasi dimana penelitian dilakukan sehingga
penerapan pada ruang lingkup yang lebih luas dengan karakteristik yang berbeda
perlu dilakukan penelitian kembali agar dapat mengungkap hasil yang
komprehensif khususnya yang berkaitan dengan penyesuaian diri.
4. PENUTUP
Berdasarkan analisis data, maka dapat diperoleh kesimpulan bahwa terdapat
hubungan signifikan antara dukungan sosial kematangan emosi dan regulasi diri
13
terhadap penyesuaian diri siswa SMK nilai koefisien korelasi R sebesar 0. 406;
Fregresi sebesar 13,078 dengan p= 0,000 (p<0,01). Hubungan anatara variabel
menunjukkan bahwa variabel kematangan emosi dan regulasi diri terdapat
hubungan yang signifikan yaitu hubungan kematangan emosi dengan penyesuaian
diri menunjukkan hasil rX2Y sebesar 0,192 dengan taraf signifikansi Variabel
regulasi diri 0,006 (p<0.05) yang berarti ada hubungan yang signifikan anatar
kematangan emosi dengan penyesuaiana diri. Semakin tinggi kematangan emosi
siswa maka semakin tinggi juga siswa dalam penyesuaian dirinya.
Variabel regulasi diri dengan penyesuaian diri juga menunjukkan
signifikansi yang paling tinggi dengan hasil analisis data rX3Y sebesar 0,371
dengan taraf signifikansi Variabel regulasi diri 0,000 (p<0.05) yang berarti ada
hubungan yang signifikan antara regulasi diri dengan penyesuaiana diri. Semakin
tinggi regulasi diri siswa maka semakin tinggi penyesuaian diri siswa dan
memberikan sumbangan yang paling tinggi yaitu 12,9%.
Berbeda dengan variabel kematangan emosi dan regulasi diri, dukungan
sosial justru menunjukkan signifikansi yang sangat rendah yang dalam artian tidak
ada hubungan yang signifikan anatar dukungan sosial dengan penyesuaian diri
dengan hasil analisis data rX1Y sebesar 0,132 dengan taraf signifikansi 0,061
(p>0,05) yang berarti tidak ada hubungan secara signifikan antara dukungan
sosial dengan penyesuaian diri. Sehingga bagi siswa yang tingkat regulasi dirinya
tinggi akan sangat membantu bagi dirinya dalam menyesuaiakan diri dialam
akdemiknya.
DAFTAR PUSTAKA
Alfiana, A. D. (2013). Regulasi diri mahasiswa ditinjau dari keikutsertaan dalam
organisasi kemahasiswaan. Jurnal Ilmiah Psikologi Terapan. Vol 1, No. 2,
Hal 248-250.
Bahremand, S.S. (2017). Relationships Of Job And Family Involvement, Family
Social Support, And Work-Family Conflict With Job Life Satisfaction.
Journal Of Applied Psychology. 81, 411-420.
14
Brady-Amoon, P., & Fuertes, J. N. (2011). Self-Efficacy, Self-Rated Abilities,
Adjustment, And Academic Performance. Journal Of Counseling And
Development : Jcd, 89(4), 431-438.
Brissette, I., Charles, S. C., & Michael, F. S., The Role of Optimism in Social
Network Development, Coping, and Psychological Adjustment During a
Life Transition, Journal of Personality and Social Psychology, 82(1),
102–111. DOI: 10.1037//0022-3514.82.1.102
Hurlock, B. E.(2002). Psikologi Pekembangan Suatu Pendekatann Sepanjang
Rentang Kehidupan Edisi Kelima; Penerjemah: Istiwidayanti Dan
Soedjarwo. Jakarta: Penerbit Erlangga.
King, A. Laura. 2012. Psikologi Umum (Sebuah Pandangan Apresiatif). Jakarta:
Salemba Humanika.
Kumalasari, F., & Ahyani, L. N. (2012). Hubungan antara dukungan sosial
dengan penyesuaian diri remaja di panti asuhan. Jurnal Psikologi Pitutur,
1(1), 15-18
Lely, Ika. M (2014) Pelatihan Manajemen Diri Dengan Pendekatan Choice
Theory Untuk Menurunkan Kecenderungan Merokok Pada Remaja
Fakultas Psikologi, Universitas Muhammadiyah Sidoarjo. Jurnal Ilmiah
Psikologi Terapan. Vol. 02, No.01. 2301-8267
Płotka, B., Ghenu, C. I., & Brad, L. (2017). Internatioanal Conference On
Inovation In Science and Education. Does Emotional Maturity Help To
Express Moral Beliefs? Evaluating ‘Moral Games For Teaching Bioethics’
Amongst Romanian And Polish Students. Paper Presented At The , 5 764.