Page 1
HUBUNGAN ANTARA TINGKAT KECERDASAN,
MOTIVASI BERPRESTASI, DAN KEBIASAAN BELAJAR
MATEMATIKA SISWA DENGAN PRESTASI BELAJAR
MATEMATIKA SISWA SEMESTER 1 KELAS XI IPA A
SMA NEGERI 6 KOTA BENGKULU
Oleh
MULYANI
A1C002030
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS BENGKULU
2006
Page 2
ii
HUBUNGAN ANTARA TINGKAT KECERDASAN, MOTIVASI
BERPRESTASI, DAN KEBIASAAN BELAJAR MATEMATIKA SISWA
DENGAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA SEMESTER 1 KELAS XI IPA A SMA NEGERI 6 KOTA BENGKULU
Skripsi
Diajukan Guna Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Strata I
Pada Program Studi Pendidikan Matematika
Oleh
MULYANI
NPM. A1C002030
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA
JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN IPA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS BENGKULU
2006
Page 3
iii
HUBUNGAN ANTARA TINGKAT KECERDASAN, MOTIVASI
BERPRESTASI, DAN KEBIASAAN BELAJAR MATEMATIKA SISWA
DENGAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA SEMESTER 1
KELAS XI IPA A SMA NEGERI 6 KOTA BENGKULU
SKRIPSI
Oleh
MULYANI
A1C002030
Disahkan Oleh
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
Dekan FKIP,
Drs. Safnil, M.A., Ph.D.
NIP. 131 577 385
Ketua Jurusan P. MIPA,
Drs. Amrul Bahar, M.Pd.
NIP. 131 417 486
Page 4
iv
HUBUNGAN ANTARA TINGKAT KECERDASAN, MOTIVASI
BERPRESTASI, DAN KEBIASAAN BELAJAR MATEMATIKA SISWA
DENGAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA SEMESTER 1
KELAS XI IPA A SMA NEGERI 6 KOTA BENGKULU
SKRIPSI
Oleh
MULYANI A1C002030
Telah dipertahankan di depan Tim penguji Program Studi Pendidikan Matematika
Jurusan pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Hari : Jum’at
Tanggal : 17 November 2006
Pukul : 13.30 – 15.00 WIB
Tempat : Ruang Program Studi Pendidikan Matematika
Skripsi ini telah diperiksa dan disetujui oleh Dosen Pembimbing
Skripsi ini telah diperiksa dan disetujui oleh Tim Penguji
Penguji Nama Dosen Tanda Tangan Tanggal
Penguji I Drs. Rusdi, M.Pd.
NIP. 131 485 351
Penguji II Dra. Sri Saparahayuningsih, M.Pd.
NIP. 131472117
Penguji III Drs. H. Irsal Idris
NIP. 131 410 627
Penguji IV Drs. Asahar Johar T, M.Kom.
NIP. 131 624 788
Pembimbing Utama
Drs. Rusdi, M.Pd
NIP. 131470627
Pembimbing Pendamping
Dra. Sri Saparahayuningsih, M.pd.
NIP 131472117
Page 5
v
Motto
Hai orang-orang yang beriman, jika kamu menolong (agama)
Allah, niscaya Dia akan menolongmu dan meneguhkan
kedudukanmu. (Q.S. Muhammad; 7)
Allah maha sumber kekuatan, maka mintalah kekuatan diri
hanya pada-Nya, dan yakinlah engkau akan mendapatkannya.
(My’85)
Persembahan
Allahu’akbar..! Alhamdulillah.. Dengan izin-Mu
(Allah), hamba dapat mencapai satu cita dalam hidup
hamba. Ku persembahkan karya ini untuk :
� Kedua orang tuaku, kakang-kakangku, dan ayuk-
ayukku yang senantiasa menyayangi, mendukung dan
mendo’akan tercapainya citaku.
� Keponakan-keponakanku tercinta yang mampu
membuat aku kembali ceria dan terdorong dalam
menggapai cita, semoga kalian lebih berhasil
nantinya.
� Semua guru dan dosenku yang telah ikhlas
membagikan ilmu padaku.
� Sohib-sohibku : Atino, Titino, dan Ika, Yi, Nuke,
terimakasih telah temaniku dalam suka dan
gundahku, banyak cerita antara kita, semoga
perhabatan ini terjalin hingga akhir masa.
� Teman – teman Jokam yang selalu mendo’akanku.
� Almamaterku.
Page 6
vi
KATA PENGANTAR
Bismillaahirrohmanirrohim
Alhamdulillahirobbil’alamin, puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi
ini dengan judul Hubungan Antara Tingkat Kecerdasan, Motivasi Berprestasi,
Dan Kebiasaan Belajar Matematika Siswa Dengan Prestasi Belajar Matematika
Siswa Semester 1 Kelas XI IPA A SMAN 6 Kota Bengkulu. Skripsi ini disusun
sebagai salah satu syarat untuk memeperoleh gelar Sarjana (S1) pada Program Studi
Pendidikan Matematika Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Bengkulu.
Penulisan skripsi ini dapat diselesaikan berkat bantuan berbagai pihak. Secara khusus
Penulis mengucapkan terima kasih kepada :
(1) Bapak Drs. Safnil, M.A.Ph.D., selaku Dekan FKIP UNIB.
(2) Bapak Drs. Amrul Bahar, M. Pd., selaku ketua jurusan P. MIPA.
(3) Bapak Drs. Rusdi, M. Pd., selaku ketua Prodi Pendidikan Matematika sekaligus
sebagai dosen pembimbing utama.
(4) Ibu Dra. Sri Saparahayuningsih, M. Pd., selaku dosen pembimbing pendamping.
(5) Bapak Drs. H. Irsal Idris, selaku dosen penguji I.
(6) Bapak Drs. Asahar Johar. T, M. Kom., selaku dosen peneguji II.
(7) Bapak dan Ibu dosen prodi Pendidikan matematika FKIP UNIB.
(8) Kepala sekolah, Bapak dan Ibu guru serta Staf TU SMA N 6 Kota Bengkulu.
Page 7
vii
(9) Teman-temanku : Za, terimakasih penguatannya dulu. Ani, Zuraya, Retno,
terimakasih telah berbagi ilmu dan masukan-masukannya.
(10) Teman seperjuangan (Ci) dan angkatan 2002, melangkah bersama itu lebih indah.
(11) Ayunda Rita, Ayunda Nelly, ajkhr supportnya.
(12) Penghuni Tugino House : Ibu kos beserta keluarga, Omeng, Eci, Revy, Yolly day,
Yuk Viul, Dinut, Poje.. terimakasih telah berbagi keceriaan dan menghilangkan
penatku dalam rumah mungil kita.
(13) Adik-Adikku : Satriut, Cipto, Cui, Eri, Zurni, Toyibu, Dayat, Ahmed, Ajkhr spirit
dan do’anya.
(14) MNB Denod, terimakasih empat poin masukannya beserta do’anya.
Penulis menyadari bahwa walaupun telah berusaha secara maksimal dalam
penyusunan skripsi ini, masih banyak terdapat kekurangan diberbagai aspek yang
memerlukan penyempurnaan. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik beserta
saran yang bersifat membangun. Dan semoga skripsi ini bermanfaat bagi pembaca dan
pihak-pihak terkait.
Atas bimbingan dan bantuan yang penulis terima selama penyusunan skripsi
ini, semoga semua pihak yang telah membantu mendapatkan balasan yang lebh baik
dari Allah SWT. Amiin.
Bengkulu, November 2006
Mulyani
Page 8
viii
DAFTAR ISI
Halaman
Halaman Judul .................................................................................................... i
Halaman pengesahan......................................................................................... ii
Motto dan persembahan ................................................................................... iii
Kata Pengantar ...................................................................................................iv
Daftar Isi ............................................................................................................ vi
Daftar Tabel ...................................................................................................... ix
Daftar gambar ................................................................................................... x
Daftar Lampiran ................................................................................................xi
Abstrak ...............................................................................................................xii
BAB I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ......................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ................................................................................... 4
1.3 Tujuan Penelitian ..................................................................................... 5
1.4 Manfaat Penelitian ................................................................................... 6
1.5 Batasan Istilah ......................................................................................... 6
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Belajar ........................................................................................ 8
2.2 Prestasi belajar ..........................................................................................9
2.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar ................................ 9
2.4 Kecerdasan (intelegensi) ........................................................................ 11
2.5 Motivasi Berprestasi .............................................................................. 14
2.6 Kebiasaan Belajar Matematika .............................................................. 21
2.7 Penelitian yang relevan ........................................................................... 26
2.8 Hipotesis.................................................................................................. 26
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Metode dan Jenis Penelitian .................................................................. 28
3.2 Populasi dan Sampel .............................................................................. 28
3.3 Variabel Penelitian ................................................................................ 28
3.4 Instrumen Penelitian .............................................................................. 29
3.6 Teknik Pengumpula Data ...................................................................... 34
3.5 Teknik Analisis Data ............................................................................. 34
BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Uji Instrumen Penelitian..........................................................................41
4.1.1. Hasil Uji Coba Angket Motivasi Berprestasi Siswa Kelas XI
IPA SMAN 6 Kota Bengkulu......................................................41
4.1.2. Hasil Uji Coba Angket Kebiasaan Belajar Matematika Siswa
Kelas XI IPA SMAN 6 Kota Bengkulu.......................................42
Page 9
ix
4.2. Deskripsi Data ........................................................................................44
4.2.1. Deskripsi Objek Penelitian ..........................................................44
4.2.2. Data Hasil Penelitian……………………………………………44
a. Data Prestasi Siswa Kelas XI IPA A SMAN 6 Kota
Bengkulu Semester 1 ................................................................44
b. Data Tingkat Kecerdasan (IQ) Siswa Kelas XI IPA A
SMAN 6 Kota Bengkulu ..........................................................46
c. Data Motivasi Berprestasi Siswa Kelas XI IPA A SMAN 6
Kota Bengkulu .........................................................................48
d. Data Kebiasaan Belajar Matematika Siswa Kelas XI IPA
A SMAN 6 Kota Bengkulu ......................................................50
4.3 Pengujian Prasyarat Analisis ...................................................................51
4.3.1 Uji Normalitas ................................................................................51
4.3.2 Uji Homogenitas.............................................................................52
4.3.3 Uji Kelinieran Regresi ....................................................................53
4.4 Uji Hipotesis ............................................................................................53
4.4.1 Uji Hipotesis Pertama.....................................................................53
4.4.2 Uji Hipotesis Kedua........................................................................55
4.4.3 Uji Hipotesis Ketiga .......................................................................57
4.4.4 Uji Hipotesis Keempat....................................................................59
4.5 Pembahasan
4.5.1 Kecerdasan Siswa Kelas XI IPA A SMAN 6 Kota Bengkulu .......60
4.5.2 Motivasi Berprestasi Siswa Kelas XI IPA A SMAN 6 Kota
Bengkulu.........................................................................................62
4.5.3 Kebiasaan Belajar Matematika Siswa Kelas XI IPA A SMAN
6 Kota Bengkulu.............................................................................63
4.5.4 Hubungan Antara Tingkat Kecerdasan dengan Prestasi belajar
Matematika Siswa Semester 1 Kelas XI IPA A SMAN 6 Kota
Bengkulu.........................................................................................65
Page 10
x
4.5.5 Hubungan Antara Motivasi Berprestasi dengan Prestasi belajar
Matematika Siswa Semester 1 Kelas XI IPA A SMAN 6 Kota
Bengkulu.........................................................................................66
4.5.6 Hubungan Antara Kebiasaan Belajar Matematika dengan
Prestasi belajar Matematika Siswa Semester 1 Kelas XI IPA A
SMAN 6 Kota Bengkulu ..............................................................68
4.5.7 Hubungan Antara Tingkat Kecerdasan, Motivasi Berprestasi,
dan Kebiasaan Belajar Matematika dengan Prestasi belajar
Matematika Siswa Semester 1 Kelas XI IPA A SMAN 6 Kota
Bengkulu.........................................................................................69
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan...........................................................................................71
5.2 Saran .....................................................................................................73
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................74
Lampiran
Page 11
xi
DAFTAR TABEL
No. Tabel Judul Halaman
1 Klasifikasi IQ menurut Harriman. 13
2 Kisi-kisi angket motivasi berprestasi dan kebiasaan
belajar matematika siswa.
32
3 Skor alternatif jawaban angket. 33
4 Daftar analisis Varians (ANAVA) Regresi Linear
Sederhana.
38
5 Daftar ANAVA untuk Regresi Linier Ganda. 40
6 Distribusi Frekuensi Prestasi Belajar Matematika
Siswa Semester 1 Kelas XI IPA A SMAN 6 Kota
Bengkulu.
45
7 Persentase (%) Tingkat Kecerdasan Siswa Kelas XI
IPA A SMAN 6 Kota Bengkulu.
46
8 Distribusi Frekuensi Tingkat Kecerdasan Siswa Kelas
XI IPA A SMAN 6 Kota Bengkulu.
47
9 Distribusi Frekuensi Motivasi Berprestasi Siswa kelas
XI IPA A SMAN 6 Kota Bengkulu.
48
10 Tingkat motivasi berprestasi siswa berdasarkan
pemenuhan masing-masing kelompok kebutuhannya.
49
11 Distribusi Frekuensi Kebiasaan Belajar Matematika
Siswa kelas XI IPA A SMAN 6 Kota Bengkulu.
50
12 Hasil perhitungan uji normalitas menggunakan uji
lilliefors.
52
13 Hasil perhitungan uji homogenitas menggunakan uji
varians.
52
14 Hasil perhitungan uji linieritas.
53
15 Tabel ANAVA untuk uji keberartian regresi linier
sederhana Y atas X1.
54
16 Hasil perhitungan analisis korelasi Y atas X1. 55
17 Tabel ANAVA untuk uji keberartian regresi linier
sederhana Y atas X2.
56
18 Hasil perhitungan analisis korelasi Y atas X2. 56
19 Tabel ANAVA untuk uji keberartian regresi linier
sederhana Y atas X3
58
20 Hasil perhitungan analisis korelasi Y atas X3.
58
21 Tabel ANAVA untuk uji keberartian regresi linier
berganda Y atas X1, X2, dan X3.
60
Page 12
xii
DAFTAR GAMBAR
No. Gambar Judul Halaman
1 Piramida hirarki kebutuhan menurut Maslow 17
2 Skema keterkaitan variabel penelitian 29
3 Histogram Prestasi Belajar matematika Siswa 45
4 Histogram Tingkat Kecerdasan (IQ) Siswa. 47
5 Histogram Motivasi Berprestasi Siswa 48
6 Histogram Kebiasaan Belajar Matematika Siswa 50
Page 13
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
No. Judul Halaman
1 Angket uji coba motivasi berprestasi 76
2 Angket uji coba kebiasaan belajar 79
3 Angket uji coba penambahan item angket motivasi berprestasi
dan kebiasaan belajar
82
4 Hasil uji coba angket motivasi berprestasi 83
5 Perhitungan validitas dan reliabilitas uji coba angket motivasi
berprestasi
85
6 Hasil uji coba angket kebiasaan belajar 86
7 Perhitungan validitas uji coba angket kebiasaan belajar 88
8 Perhitungan reliabilitas uji coba angket kebiasaan belajar 89
9 Hasil uji coba penambahan item angket motivasi berprestasi
dan kebiasaan belajar, beserta uji validitas dan reliabilitasnya
90
10 Angket penelitian motivasi berprestasi 91
11 Angket penelitian kebiasaan belajar 94
12 Data hasil penelitian motivasi berprestasi 97
13 Data hasil penelitian kebiasaan belajar 100
14 Rekapitulasi data hasil penelitian 102
15 Uji normalitas (metode Lilliefors) Y atas X1 103
16 Uji normalitas (metode Lilliefors) Y atas X2 104
17 Uji normalitas (metode Lilliefors) Y atas X3 104
18 Uji homogenitas (uji varians) Y atas X1, Y atas X2, dan Y atas
X3
105
19 Uji regresi linier sederhana Y atas X1 Uji regresi linier sederhana Y atas X2 Uji regresi linier sederhana Y atas X3
106
20 Uji regresi linier berganda Y atas X1, X2, dan X3 116
21 Harga r Product moment 120
22 Nilai Kritis untuk uji z dan uji lilliefors 121
23 Nilai kritis untuk uji F 122
24 Surat keterangan izin penelitian dari Jurusan PMIPA 123
25 Surat izin penelitian dari Diknas Kota Bengkulu 124
26 Surat keterangan selesai penelitian dari Kepala SMA N 6 Kota
Bengkulu
125
27 Riwayat hidup 126
Page 14
xiv
ABSTRAK
Mulyani. Hubungan Antara Tingkat Kecerdasan, Motivasi berprestasi, dan
Kebiasaan Belajar Matematika Siswa dengan Prestasi Belajar Matematika Siswa
Semester 1 Kelas XI IPA A SMA Negeri 6 Kota Bengkulu. Skripsi S1, Program studi
Matematika-PMIPA-FKIP-UNIB. Pembimbing (I) Drs. Rusdi, M.Pd., Pembimbing (II)
Dra. Sri Saparahayuningsih, M.Pd.
Tujuan penelitian ini adalah (1) Untuk mengetahui hubungan antara tingkat
kecerdasan dengan prestasi belajar matematika (2) Untuk mengetahui hubungan antara
motivasi berprestasi dengan prestasi belajar matematika (3) Untuk mengetahui
hubungan antara kebiasaan belajar dengan prestasi belajar matematika (4) Untuk
mengetahui hubungan antara tingkat kecerdasan, motivasi berprestasi, dan kebiasaan
belajar matematika dengan prestasi belajar matematika siswa semester 1
kelas XI IPA A SMA Negeri 6 kota Bengkulu. Jumlah sampel dalam penelitian ni
sebanyak 40 orang siswa.
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif korelatif sehingga data
dianalisa untuk mendeskripsikan hubungan antara tingkat kecerdasan, motivasi
berprestasi, dan kebiasaan belajar matematika dengan prestasi belajar matematika
siswa. Instrumen pengambilan data menggunakan dokumentasi dan angket, dan
dianalisa menggunakan regresi dan korelasi linier sederhana, serta regresi dan korelasi
linier berganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang
signifikan antara : (1) tingkat kecerdasan dengan prestasi belajar matematika siswa,
(2) motivasi berprestasi dengan prestasi belajar matematika siswa, (3) kebiasaan belajar
dengan prestasi belajar matematika siswa (4) tingkat kecerdasan, motivasi berprestasi
dan kebiasaan belajar matematika dengan prestasi belajar matematika siswa.
Page 15
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Berdasarkan UU RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional,
pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar
dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi
dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual, keagamaan, pengendalian diri,
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya,
masyarakat, bangsa dan negara (Anonim, 2003: 3).
Penyempurnaan kurikulum harus mengacu pada undang-undang tersebut.
Kurikulum 2004 bertujuan untuk mewujudkan peningkatan mutu dan relevansi
pendidikan yang dilakukan secara menyeluruh mencakup pengembangan dimensi
manusia Indonesia seutuhnya. Dalam kurikulum ini diberlakukan standar nasional
pendidikan yang berkenaan dengan standar isi, proses dan kompetensi lulusan
(Depdiknas, 2003: 3).
Matematika disebut sebagai ratunya ilmu. Jadi matematika merupakan kunci
utama dari pengetahuan-pengetahuan lain yang dipelajari di sekolah. Tujuan dari
pendidikan matematika pada jenjang pendidikan dasar dan menengah adalah
menekankan pada penataan nalar dan pembentukan kepribadian (sikap) siswa agar
dapat menerapkan atau menggunakan matematika dalam kehidupannya (Soedjadi,
2000: 42). Dengan demikian matematika menjadi mata pelajaran yang sangat
penting dalam pendidikan dan wajib dipelajari pada setiap jenjang pendidikan.
Page 16
2
Setiap individu mempunyai pandangan yang berbeda tentang pelajaran
matematika. Ada yang memandang matematika sebagai mata pelajaran yang
menyenangkan dan ada juga yang memandang matematika sebagai pelajaran yang
sulit. Bagi yang menganggap matematika menyenangkan maka akan tumbuh
motivasi dalam diri individu tersebut untuk mempelajari matematika dan optimis
dalam menyelesaikan masalah-masalah yang bersifat menantang dalam pelajaran
matematika. Sebaliknya, bagi yang menganggap matematika sebagai pelajaran yang
sulit, maka individu tersebut akan bersikap pesimis dalam menyelesaikan masalah
matematika dan kurang termotivasi untuk mempelajarinya. Sikap-sikap tersebut
tentunya akan mempengaruhi hasil yang akan mereka capai dalam belajar.
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi prestasi belajar siswa yaitu faktor
internal dan faktor eksternal. Faktor internal meliputi intelegensi, motivasi,
kebiasaan, kecemasan, minat, dan sebagainya. Sedangkan faktor eksternal meliputi
lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, lingkungan masyarakat, keadaan sosial
ekonomi, dan sebagainya (Ahmadi dan Supriyono, 2004: 138).
Dalam penelitian ini, peneliti memfokuskan tentang kaitan beberapa faktor
internal pada diri siswa dengan hasil yang dicapai oleh siswa. Faktor-faktor internal
tersebut diantaranya adalah faktor intelektif yaitu kecerdasan siswa dan faktor non
intelektif yaitu motivasi berprestasi dan kebiasaan belajar siswa.
Faktor intelektif (kecerdasan) mempunyai pengaruh yang cukup jelas dalam
hal pencapaian hasil belajar. Seseorang yang memiliki tingkat kecerdasan yang
relatif tinggi cenderung lebih baik prestasi belajarnya dibandingkan dengan
Page 17
3
seseorang yang memiliki tingkat kecerdasan yang relatif rendah. Namun demikian,
faktor kecerdasan bukanlah satu-satunya faktor yang menentukan prestasi yang
akan dicapai siswa.
Faktor non intelektif diantaranya adalah motivasi dan kebiasaan. Motivasi
merupakan faktor yang sangat penting dalam proses belajar guna mencapai prestasi
yang diharapkan. Ini dikarenakan motivasi merupakan pendorong dan penggerak
individu yang dapat menimbulkan dan memberikan arah bagi individu untuk
melakukan aktivitas-aktivitas tertentu untuk mencapai tujuannya. Standar nilai baik
nilai ketuntasan belajar maupun kelulusan yang ditetapkan secara nasional yang
harus dicapai oleh siswa dapat meningkatkan motivasi siswa dalam belajar dan
berprestasi. Serta membuat siswa tertuntut untuk mengubah kebiasaan belajarnya
ke arah yang lebih baik.
Kebiasaan belajar merupakan pola belajar yang ada pada diri siswa yang
bersifat teratur dan otomatis. Kebiasaan bukanlah bawaan sejak lahir, melainkan
kebiasaan itu dapat dibentuk oleh siswa sendiri serta lingkungan pendukungnya.
Suatu tuntutan atau tekad serta cita-cita yang ingin dicapai dapat mendorong
seseorang untuk membiasakan dirinya melakukan sesuatu agar apa yang
diinginkannya tercapai dengan baik. Kebiasaan belajar yang baik akan dapat
meningkatkan prestasi belajar siswa, sebaliknya kebiasaan belajar yang tidak baik
cenderung menyebabkan prestasi belajar siswa menjadi rendah.
Berdasarkan hasil wawancara dengan salah seorang guru bidang studi
matematika, motivasi siswa kelas X pada tahun ajaran 2005/2006 yang sekarang
Page 18
4
menjadi kelas XI pada tahun ajaran 2006/2007 dalam belajar matematika secara
umum relatif rendah. Hal ini terlihat dalam hal pengerjaan tugas, jika tidak ada
konsekuensi tugas harus dikumpul maka hanya sebagian kecil saja siswa yang
mengerjakan tugas tersebut. Keadaan tersebut menjadi kebiasaan yang kurang baik
pada diri siswa dalam belajar. Pada kegiatan proses belajar mengajar motivasi siswa
cenderung meningkat apabila mereka diminta mengerjakan tugas yang mereka bisa,
namun akan terjadi hal sebaliknya bila tugas yang diberikan terasa sulit. Adapun
respon siswa dalam kegiatan belajar mengajar tergantung dengan metode yang
digunakan oleh guru. Sementara itu, hasil ujian blok bersama yang diadakan pada
akhir tahun ajaran 2005/2006 menunjukkan tentang ketuntasan belajar matematika
siswa yaitu 70% dari siswa kelas X tahun ajaran 2005/2006 tuntas dan 30% belum
tuntas, sedangkan kriteria keberhasilan adalah 85 % siswa tuntas dalam belajar.
Dari uraian di atas, maka penulis tertarik mengadakan penelitian tentang
‘Hubungan Antara Tingkat Kecerdasan, Motivasi Berprestasi dan Kebiasaan
Belajar Matematika Siswa dengan Prestasi Belajar Matematika Siswa Semester
1 Kelas XI IPA A SMA Negeri 6 Kota Bengkulu’.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka permasalahan pokok dalam
penelitian ini adalah :
1. Apakah ada hubungan yang signifikan antara tingkat kecerdasan siswa dengan
prestasi belajar matematika siswa semester 1 kelas XI IPA A SMA Negeri 6
kota Bengkulu?
Page 19
5
2. Apakah ada hubungan yang signifikan antara motivasi berprestasi siswa
dengan prestasi belajar matematika siswa semester 1 kelas XI IPA A SMA
Negeri 6 kota Bengkulu?
3. Apakah ada hubungan yang signifikan antara kebiasaan belajar matematika
siswa dengan prestasi belajar matematika siswa semester 1 kelas XI IPA A
SMA Negeri 6 kota Bengkulu?
4. Apakah ada hubungan yang signifikan antara tingkat kecerdasan, motivasi
berprestasi dan kebiasaan belajar matematika siswa dengan prestasi belajar
matematika siswa semester 1 kelas XI IPA A SMA Negeri 6 kota Bengkulu?
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan dari diadakannya penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui ada tidaknya hubungan yang signifikan antara tingkat
kecerdasan siswa dengan prestasi belajar matematika siswa semester 1 kelas XI
IPA A SMA Negeri 6 kota Bengkulu.
2. Untuk mengetahui ada tidaknya hubungan yang signifikan antara motivasi
berprestasi siswa dengan prestasi belajar matematika siswa semester 1 kelas XI
IPA A SMA Negeri 6 kota Bengkulu.
3. Untuk mengetahui ada tidaknya hubungan yang signifikan antara kebiasaan
belajar matematika siswa dengan prestasi belajar matematika siswa semester 1
kelas XI IPA A SMA Negeri 6 kota Bengkulu.
4. Untuk mengetahui ada tidaknya hubungan yang signifikan antara tingkat
kecerdasan, motivasi berprestasi dan kebiasaan belajar matematika siswa
Page 20
6
dengan prestasi belajar matematika siswa semester 1 kelas XI IPA A SMA
Negeri 6 kota Bengkulu.
1.4 Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini adalah :
1. Sumbangan bagi guru matematika tentang hubungan tingkat kecerdasan,
motivasi berprestasi, kebiasaan belajar matematika dengan prestasi belajar
matematika siswa.
2. Memberikan masukan bagi siswa agar termotivasi untuk belajar matematika
dan meningkatkan prestasinya serta mendorong siswa untuk membentuk
kebiasaan belajar matematika yang lebih baik.
3. Dapat menambah pengetahuan peneliti tentang hubungan tingkat kecerdasan,
motivasi berprestasi dan kebiasaan belajar matematika dengan prestasi belajar
matematika.
1.5 Batasan Istilah
1. Kecerdasan (intelegensi) adalah kemampuan untuk bertindak secara terarah,
berpikir secara rasional, dan menghadapi lingkungannya secara efektif.
2. Motivasi berprestasi adalah rangkaian dorongan yang menggerakkan seseorang
untuk melakukan keinginan yang dilandasi adanya tujuan mencapai prestasi
yang baik.
3. Kebiasaan belajar matematika adalah cara belajar matematika yang telah
dilakukan secara rutin dan berulang-ulang yang bersifat teratur dan seragam
serta tetap dengan sendirinya.
Page 21
7
4. Prestasi belajar matematika adalah hasil yang dicapai oleh siswa setelah
mengalami proses belajar mengajar matematika yang dinyatakan dalam hasil
tes.
Page 22
8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Belajar
Belajar dalam kamus besar bahasa Indonesia adalah proses perubahan tingkah
laku (Depdikbud, 1998: 14). Hilgard dan Brower (Hamalik, 1992: 45)
mengemukakan bahwa belajar merupakan dalam perbuatan melalui aktifitas,
praktek dan pengalaman. Menurut Slameto (Djamarah, 1994: 22) belajar adalah
proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah
laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri
dalam interaksi dengan lingkungannya. Sedangkan Hamalik (1992: 55)
mendefinisikan belajar sebagai suatu proses berbuat, bereaksi, memahami berkat
adanya pengalaman. Pengalaman itu sendiri pada dasarnya adalah interaksi antar
individu dengan lingkungan. Dengan adanya proses interaksi antara guru dan siswa,
maka akan terjadi perubahan tingkah laku sebagaimana yang diharapkan.
Berdasarkan beberapa pengertian di atas, berarti belajar merupakan proses
yang dilakukan oleh siswa itu sendiri. Pada kegiatan belajar, siswa menggunakan
seluruh unsur yang ada pada dirinya, baik itu unsur kognitif, afektif maupun
psikomotorik untuk melakukan pengalaman dengan cara berinteraksi dengan
lingkungannya sehingga membentuk suatu perubahan dalam dirinya sebagai hasil
belajar. Belajar tidak dapat dikatakan berhasil jika tidak ada perubahan dalam diri
individu (Hamalik, 1992: 56).
Page 23
9
Azwar (2004: 164) mengemukakan bahwa secara spesifik belajar
didefinisikan sebagai perolehan pengetahuan dan kecakapan baru.
2.2 Prestasi Belajar
Prestasi belajar dalam kamus besar bahasa Indonesia (Depdikbud, 1999: 787)
adalah penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang dikembangkan oleh mata
pelajaran ditunjukkan dengan nilai tes atau angka nilai yang diberikan guru.
Menurut Djamarah (1994: 23) prestasi belajar adalah hasil yang diperoleh berupa
kesan-kesan yang mengakibatkan perubahan dalam diri individu sebagai hasil dari
aktifitas dalam belajar. Perubahan yang dicapai merupakan kemajuan yang
diperoleh individu yang tidak hanya mencakup pengetahuan, tetapi juga berupa
kecakapan atau keterampilan, dan ini dinyatakan sesudah hasil penilaian.
Dari beberapa pendapat tersebut, dapatlah dikatakan bahwa prestasi belajar
matematika siswa merupakan hasil yang dicapai oleh siswa sebagai gambaran
penguasaan pengetahuan atau keterampilan siswa dalam belajar matematika yang
dinyatakan dalam bentuk nilai-nilai setelah dilakukan tes oleh guru pada siswa.
Dengan kata lain prestasi belajar matematika adalah prestasi yang dicapai oleh
siswa setelah mengalami proses belajar mengajar matematika yang dinyatakan
dalam hasil tes.
2.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar
Secara garis besar, faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar seorang
siswa digolongkan menjadi dua, yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor
internal merupakan faktor yang ada dalam diri individu yang sedang belajar,
Page 24
10
sedangkan faktor eksternal adalah faktor dari luar individu. Kedua faktor tersebut
mempunyai arti yang sangat penting dalam rangka membantu siswa dalam
mencapai prestasi belajar yang sebaik-baiknya.
Menurut Ahmadi dan Supriyono (2004: 138), yang tergolong dalam faktor
internal adalah sebagai berikut :
“(1) Faktor jasmaniah (fisiologi) baik yang bersifat bawaan maupun yang
diperoleh, misalnya penglihatan, pendengaran, struktur tubuh dan sebagainya. (2)
Faktor psikologis yang terdiri atas faktor intelektif misalnya kecerdasan dan bakat,
serta faktor non-intelektif yaitu unsur-unsur kepribadian tertentu seperti sikap,
kebiasaan, minat, kebutuhan, motivasi, emosi, penyesuaian diri. (3) Faktor
kematangan fisik maupun psikis”.
Dan yang tergolong dalam faktor eksternal adalah :
“(1) Faktor sosial yang terdiri atas lingkungan keluarga, lingkungan sekolah,
lingkungan masyarakat dan lingkungan kelompok. (2) Faktor budaya seperti
adat istiadat, ilmu pengetahuan, teknologi dan kesenian. (3) Faktor lingkungan
fisik seperti fasilitas rumah, fasilitas belajar, dan iklim. (4) Faktor lingkungan
spiritual atau keamanan”.
Dimyati (1989: 84) mengemukakan faktor internal yang mempengaruhi
prestasi belajar meliputi perbedaan kemampuan, motivasi berprestasi, kecemasan,
dan sebagainya. Sedangkan faktor eksternal meliputi lingkungan sekolah,
lingkungan rumah tangga, keadaan sosial ekonomi, dan sebagainya.
Dari kutipan di atas, dapat diketahui bahwa motivasi berprestasi, kebiasaan
belajar merupakan faktor yang berpengaruh terhadap prestasi belajar. Tinggi
rendahnya prestasi belajar yang dicapai oleh siswa tidak hanya dipengaruhi oleh
faktor intelegensi melainkan juga non-intelegensi seperti minat, motivasi,
kebiasaan, kecemasan, dan sebagainya.
Page 25
11
2.4 Kecerdasan (Intelegensi)
Intelegensi dalam bahasa psikologi merupakan kecerdasan atau kecakapan.
Intelegensi merupakan kecakapan umum, sedangkan kecakapan khusus disebut
bakat. Intelegensi atau kecerdasan juga diartikan sebagai kecakapan
menghubungkan atau menyatukan satu sama lain, dapat merespon dengan baik
stimulus yang ada (Widayatun, 1999: 206). Sedangkan menurut W. Stern dalam
Sujanto (1995: 66) intelegensi atau kecerdasan merupakan kesanggupan jiwa untuk
dapat menyesuaikan diri dengan cepat dan tepat dalam suatu situasi yang baru.
Therman (1958 dalam Widayatun, 1999: 206) mengartikan intelegensi
sebagai ability atau berhubungan dengan hal-hal yang abstrak ataupun konkret.
Kemudian Widayatun (1999: 210) menyimpulkan bahwa berbicara tentang
intelegensi berarti berbicara tentang kecakapan umum intelegensi sendiri yaitu
merupakan kemampuan bertindak dalam menetapkan tujuan untuk berpikir secara
rasional, dan untuk berhubungan dengan lingkungan sekitar.
Menurut David Wechsler (Anonim, 2006: 1) intelegensi adalah kemampuan
untuk bertindak secara terarah, berpikir secara rasional, dan menghadapi
lingkungannya secara efektif. Dari pendapat David Wechsler disimpulkan bahwa
intelegensi adalah suatu kemampuan mental yang melibatkan proses berpikir secara
rasional.
Mudzakir (1997: 68) menyatakan bahwa intelegensi adalah kemampuan yang
dibawa sejak lahir, yang memungkinkan seseorang berbuat sesuatu dengan cara
tertentu. Sedangkan Dalyono (1997: 87) menyatakan intelegensi merupakan
Page 26
12
kemampuan problem solving dalam segala situasi yang baru atau mengandung
masalah. Dalam hal ini problem solving mencakup permasalahan pribadi, sosial,
akademik dan ekonomi.
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi intelegensi adalah faktor bawaan
atau keturunan dan faktor lingkungan. Walaupun ada ciri-ciri yang pada dasarnya
sudah dibawa sejak lahir, ternyata lingkungan memberikan perubahan yang berarti.
Intelegensi tidak terlepas dari otak. Perkembangan otak sangat dipengaruhi oleh
gizi yang dikonsumsi. Selain gizi, rangsangan-rangsangan yang bersifat kognitif
emosional dari lingkungan juga memegang peranan yang amat penting (Anonim,
2006 :1).
Menurut Widayatun (1999: 207) karakteristik umum intelegensi yaitu :
a. kemampuan untuk belajar dan mengambil manfaat dari pengalaman
b. kemampuan untuk berpikir atau bernalar atau abstrak
c. kemampuan untuk beradaptasi terhadap hal-hal yang timbul dari perubahan
dan ketidak pastian lingkungan
d. kemampuan untuk memotivasi diri guna menyelesaikan secara tepat tugas-
tugas yang perlu diselesaikan.
Kecerdasan seseorang dapat diukur dengan menggunakan tes IQ (Intelegent
Quotient). Ada beberapa model tes IQ, diantaranya yaitu tes Binet-simon, tes
wechsler, tes labirin, tes progressive matrices, tes Spearman, tes Thurstone, dan
lain sebagainya. Harriman dalam Widayatun (1999: 208) mengklasifikasikan IQ
sebagai berikut :
Tabel 1. Klasifikasi IQ menurut Harriman
IQ Golongan
130 – ke atas Very superior
Page 27
13
120 – 129 Superior
110 –119 Bright normal
90 – 109 Average
80 – 98 Dull Normal
70 – 79 Borderline
69 – ke bawah Mental defektif
Sumber : Widayatun (1999: 208)
Intelegensi atau kecerdasan besar pengaruhnya terhadap kemajuan belajar.
Dalam situasi yang sama, siswa yang memiliki tingkat kecerdasan yang tinggi akan
lebih berhasil daripada siswa yang memiliki tingkat kecerdasan yang rendah.
Walaupun demikian, siswa yang memiliki tingkat intelegensi tinggi belum pasti
berhasil dalam belajarnya. Hal tersebut disebabkan karena belajar merupakan suatu
proses yang kompleks dengan banyak faktor yang mempengaruhinya. Intelegensi
atau kecerdasan hanyalah satu faktor diantara faktor yang lain (Slameto, 1995: 56).
Berdasarkan hasil penelitian Nylor (1972 dalam Marsudi, 2005) menyimpulkan
bahwa prestasi belajar yang dicapai siswa seperempat atau 25 % dipengaruhi oleh
kecerdasan intelektual dan selebihnya dipengaruhi oleh kepribadian atau
kecerdasan emosional.
2.5 Motivasi Berprestasi
Setiap manusia pada dasarnya berbuat sesuatu karena adanya dorongan oleh
suatu motivasi tertentu. Menurut Sadirman (1987: 100), motivasi berpangkal dari
Page 28
14
kata motif yang dapat diartikan daya penggerak yang ada di dalam diri seseorang
untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu demi tercapainya suatu tujuan.
Mc. Donald (Sadirman, 1987: 73) mengemukakan motivasi adalah perubahan
energi dalam diri seseorang yang ditandai dengan munculnya feeling dan didahului
dengan tanggapan terhadap adanya tujuan. Dari pengetian tersebut, terdapat tiga
elemen penting tentang motivasi yaitu : (1) Motivasi mengawali terjadinya suatu
perubahan energi pada diri setiap individu manusia. (2) Motivasi ditandai dengan
munculnya rasa atau feeling, afeksi seseorang. (3) Motivasi akan dirangsang
karena adanya tujuan. Jadi motivasi merupakan respon dari suatu aksi yakni tujuan,
dimana tujuan tersebut menyangkut dengan kebutuhan.
Motivasi juga dapat dikatakan sebagai serangkaian usaha untuk menyediakan
kondisi-kondisi tertentu, sehingga seseorang itu mau dan ingin melakukan sesuatu,
dan bila ia tidak suka maka ia akan berusaha untuk meniadakan atau mengelakkan
perasaan tidak suka itu (Sadirman, 1987: 75). Jadi motivasi itu dapat dirangsang
oleh faktor dari luar tetapi motivasi itu adalah tumbuh di dalam diri seseorang.
Menurut French (1986 dalam Riva’i, 2000: 3) motivasi adalah dorongan yang
ada di dalam diri manusia yang menyebabkan ia berbuat sesuatu dan disamping itu
motivasi juga merupakan keinginan, hasrat, dan tenaga penggerak yang berasal dari
dalam diri manusia. Selanjutnya Crowl, Kaminsky and Podell (1997 dalam Riva’i,
2000: 3) menyatakan bahwa motivasi adalah kondisi fisiologis dan psikologis yang
terdapat dalam diri seseorang yang mengukur tindakannya dengan cara tertentu.
Page 29
15
Dari pendapat-pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa motivasi
merupakan penggerak dari dalam hati seseorang untuk melakukan hal yang
diinginkan dalam mencapai sesuatu tujuan. Motivasi juga dapat dikatakan sebagai
rancangan atau kehendak untuk menuju keberhasilan dan mengelakkan/
menghindari kegagalan hidup. Dengan kata lain, motivasi adalah proses
menghasilkan tenaga oleh suatu keperluan yang di arahkan untuk mencapai suatu
tujuan (Anonim, 2006: 5).
Motivasi memiliki peranan yang sangat penting dalam bidang pendidikan.
Guru dan siswa memerlukan motivasi untuk menggerakkan dirinya untuk mencapai
kualitas kerja atau keberhasilan yang lebih cemerlang. Salah satu tugas guru adalah
sebagai motivator bagi pelajar-pelajarnya untuk berhasil dalam kehidupan mereka.
Seorang guru yang baik mesti mempunyai motivasi yang dinamik, cakap dan
senantiasa berusaha untuk memajukan serta meningkatkan pengajaran dan
pembelajaran dalam kelas. Guru yang bermotivasi juga mempunyai tenaga untuk
menjadi penggerak bagi pelajar-pelajarnya.
Pelajar yang mempunyai minat untuk belajar bagi pencapaian tujuannya.
Mereka akan mendengar dan memberikan perhatian sepenuhnya pada pelajarannya.
Mereka aktif di dalam dan di luar kelas, mudah bertindak dan menerima teguran
serta arahan dari guru. Mereka boleh berdikari dan suka memberikan pandangan
dan pendapat dalam kelas. Pelajar-pelajar yang demikian memiliki penggerak dari
dalam dirinya untuk mencapai kecemerlangan akademik dan juga dalam hidup
secara keseluruhannya (Anonim, 2006: 4).
Page 30
16
McClelland (1977 dalam Riva’i, 2000: 3) menyatakan dalam kegiatan belajar
mengajar motivasi sangat penting karena motivasi berfungsi sebagai:
1. Energizer, yaitu motor penggerak yang mendorong siswa untuk berbuat
sesuatu misalnya belajar.
2. Directedness, yakni menentukan arah perbuatan ke arah tujuan yang ingin
dicapai.
3. Patterning, yakni menyelesaikan perbuatan-perbuatan apa yang harus
dikerjakan yang serasi guna mencapai tujuan.
Seperti dikemukakan oleh Mc. Donald (Sadirman. 1987: 73), motivasi
dirangsang oleh suatu tujuan dan tujuan tersebut menyangkut dengan kebutuhan.
Berdasarkan Riva’i (2000: 4), McClelland (1977) menyatakan bahwa motivasi
dapat didasarkan pada tiga jenis kebutuhan, yaitu : (1) kebutuhan berprestasi (2)
kebutuhan afiliasi (3) kebutuhan akan kekuasaan. Teori tentang kebutuhan yang
melandasi motivasi yang dikemukakan oleh McClelland ini juga di sebut sebagai
Teori Motivasi Sosial.
Sedangkan Teori Motivasi Maslow yang juga dikenal sebagai Teori Hirarki
Kebutuhan menjelaskan bahwa motivasi sangat dipengaruhi oleh kebutuhan-
kebutuhan suatu organisme. Manusia merupakan organisme yang memiliki
kebutuhan yang kompleks. Dalam teori ini dijelaskan bahwa keperluan/kebutuhan
manusia itu berperingkat-peringkat. Sesuatu peringkat keperluan yang lebih tinggi
tidak mungkin diperoleh sebelum keperluan yang lebih rendah peringkatnya
dipenuhi terlebih dahulu. Pada peringkat paling asas atau dasar terdapat keperluan
Page 31
17
fisiologi. Setelah keperluan ini dipenuhi muncul usaha untuk pemenuhan kebutuhan
keselamatan (rasa aman), diikuti kebutuhan sosial (kasih sayang), kebutuhan
penghargaan diri, dan pada puncaknya yaitu kebutuhan aktualisasi diri (Anonim,
2006: 5).
Berikut adalah piramida hirarki kebutuhan menurut Maslow:
Gambar 1. Piramida hikrarki kebutuhan menurut Maslow
Sumber : Wexley & Yukl (1977: 78) dalam Tim Penulis Modul FISIP-UT (1988: 7.5)
Pada situs tuanmat.tripot.com (Anonim, 2006: 6) dijelaskan tentang hirarki
kebutuhan menurut Maslow yaitu sebagai berikut:
1. Physiological needs (Kebutuhan fisiologi)
Kebutuhan fisiologi merupakan kebutuhan yang paling asas yaitu kebutuhan
fisik seseorang, seperti makanan, minuman, tempat tinggal. Dalam konteks
pendidikan, siswa yang mendapat kurang makanan tidak dapat memusatkan
perhatian sepenuhnya terhadap pelajaran mereka. Dengan kata lain bila kebutuhan
ini tidak dipenuhi maka kesehatan pelajar terganggu sehingga dapat menyebabkan
Page 32
18
motivasi dan minat belajar siswa berkurang. Hadiah dan materi juga merupakan
kebutuhan fisik akan prestasi yang dicapai oleh siswa.
2. Safety needs (kebutuhan akan rasa aman / keselamatan)
Siswa memerlukan keselamatan dari guru yaitu dalam bentuk disiplin.
Keselamatan di dalam kelas dapat dijamin jika seorang guru bertindak konsisten.
Guru juga perlu bersikap toleransi terhadap para siswanya. Dengan perasaan aman
pada diri siswa, siswa dapat memusatkan perhatian sepenuhnya dalam belajar.
3. Social needs (kebutuhan sosial)
Hubungan yang baik antar anggota kelas dan juga guru sangat diperlukan
untuk membantu lancarnya proses belajar mengajar. Suatu keadaan misalnya
perkelahian atau perselisihan dapat mengganggu kestabilan emosi dan perhatian
siswa. Keadaan ini menjadi lebih menegangkan bila guru bersikap tidak baik atau
memarahi mereka. Situasi ini menyebabkan siswa seolah-olah tidak disukai,
dihargai, atau tidak dipedulikan oleh guru maupun teman-temannya. Akhirnya
keinginan, minat, dan juga motivasi siswa untuk belajar akan pudar dan lenyap.
4. Esteem needs (kebutuhan akan harga diri)
Rasa dihargai pada setiap individu sangat mempengaruhi motivasinya dalam
melakukan sesuatu. Siswa yang merasa diterima oleh lingkungan kelas atau rumah
cenderung dapat meningkatkan prestasinya dibanding dengan siswa yang merasa
dirinya tidak diterima. Siswa yang diterima akan merasa diri mereka dihargai,
dikasihi dan bernilai. Oleh karena itu mereka akan dapat berinteraksi secara positif
dalam belajar. Guru perlu menyediakan hal-hal yang berkaitan dengan aktivitas
Page 33
19
siswa agar mereka dapat hidup berdampingan. Faktor yang penting ialah kebutuhan
ini dapat dipenuhi apabila seseorang mempunyai keyakinan diri dan
kebebasan,perhatian, dan penilaian diri orang lain.
5. Self Actualization (kebutuhan aktualisasi diri)
Setiap individu memiliki ciri-ciri yang unik. Dengan keunikan tersebut
seorang individu dapat berpendapat dan menganggap dirinya istimewa. Anggapan
itu berdasarkan pada kepekaan dan kesadaran tentang kekuatan dan kelemahan
yang dimilikinya. Kesadaran tersebut juga timbul dengan melihat reaksi individu
lain dalam pergaulan, sosialisasi, dan interaksi dengan individu lain.
Aktualisasi diri adalah peringkat paling tinggi dari kebutuhan seseorang
setelah peringkat bawah terpenuhi. Menurut Atan Long (1976 dalam Anonim,
2006: 5) pemenuhan akan kebutuhan penyempurnaan diri atau aktualisasi diri ini
merupakan pemenuhan keseluruhan dari kebutuhan manusia. Ini berarti jika
seseorang telah memenuhi kebutuhan ini maka ia juga telah memenuhi kebutuhan
untuk estetika; ia merasa telah mendapatkan makna hidup dengan sepenuhnya; ia
dapat menerima keadaan diri orang lain; ia merasa gembira dengan nikmat hidup;
dan telah menggunakan keahliannya secara maksimal.
Apabila seorang siswa berusaha mengaktualisasikan diri atau mencapai
penyempurnaan diri, maka mereka harus belajar tekun, sungguh-sungguh, dan
melipatgandakan usaha melalui arah yang tegas dan berdisiplin.
Berdasarkan teori Maslow, Sadirman (1987: 80) mengemukakan bahwa
motivasi selalu bersangkutan dengan beberapa kebutuhan berikut:
Page 34
20
1. Kebutuhan fisiologi seperti lapar, haus, kebutuhan untuk istirahat, dan
sebagainya.
2. Kebutuhan akan keamanan (security), yakni rasa aman, bebas dari rasa takut dan
kecemasan.
3. Kebutuhan akan cinta dan kasih ; rasa diterima dalam suatu masyarakat atau
golongan (keluarga, sekolah, kelompok).
4. Kebutuhan untuk mewujudkan diri sendiri, yakni mengembangkan bakat dengan
usaha mencapai hasil dalam bidang pengetahuan, sosial, pembentukan pribadi.
Dengan kata lain, kebutuhan untuk berusaha ke arah kemandirian dan
aktualisasi diri.
Berdasarkan penyebab timbulnya suatu motivasi (Suryabrata, 2004: 72), maka
motivasi dibedakan menjadi dua macam, yaitu:
1. Motivasi ekstrinsik, yaitu motif-motif yang berfungsinya karena adanya
perangsang dari luar, misalnya karena akan diadakan ujian; syarat untuk
melamar pekerjaan dan sebagainya sehingga seseorang berusaha dengan giat
melakukan sesuatu.
2. Motivasi instrinsik, yaitu motif-motif yang berfungsinya dengan tanpa
dirangsang dari luar. Dengan kata lain, dorongan tersebut sudah ada dalam diri
individu, misalnya kegemaran, dan sifat diri akan mempengaruhi apa-apa yang
akan dikerjakannya.
Motivasi berprestasi adalah harapan untuk mendapatkan kepuasan dalam
menyelesaikan tugas dan menantang. Motivasi berprestasi merupakan dorongan
untuk berprilaku tertentu dalam menyelesaikan tugas dengan suatu standar
keunggulan yang hasilnya dapat dievaluasi (Bigge and Hunt, 1979 dalam Riva’i,
2000: 4). Motivasi berprestasi merupakan kekuatan yang berhubungan dengan
pencapaian standar keunggulan, kepandaian, yang merupakan suatu dorongan yang
terdapat dalam diri seseorang sehingga ia berusaha dalam semua aktivitas setinggi-
tingginya. Motivasi berprestasi sebagai suatu kondisi pendorong dalam diri individu
yang memegang peranan penting dalam beberapa situasi untuk memelihara atau
membuat penampilan atau keunggulan dirinya yang tinggi. Dan menurut Sadirman
Page 35
21
(1987: 37) motivasi berprestasi adalah dorongan yang menggerakkan seseorang
untuk melakukan keinginan yang dilandasi adanya tujuan mencapai prestasi yang
baik.
Dengan demikian motivasi berprestasi dapat mendorong usaha-usaha
pencapaian hasil belajar yang maksimal termasuk dalam bidang matematika.
2.6 Kebiasaan Belajar Matematika
Menurut Allport (Fatmawati, 2003: 8) kebiasaan merupakan suatu perilaku
yang amat sering diulang sehingga menjadi otomatis dan tidak membutuhkan
pemikiran si pelaku, sehingga si pelaku dapat memikirkan hal-hal lain yang lebih
menarik ketika ia berperilaku. Hal ini akhirnya menjadi kebiasaan. Donald D.
Scharader (Marlia, 2005: 7) mengemukakan bahwa kebiasaan merupakan pola dari
tingkah laku pemikiran dan perasaan bukanlah dibawa sejak lahir. Tanpa
mempunyai kebiasaan, individu tidak dapat hidup terus. Untuk mengembangkan
kebiasaan yang baik individu dituntut untuk mempertinggi proses mental pada
tuntutan tugas dan tantangan-tantangan.
Sedangkan menurut Mardalis (Marlia, 2005: 7) kebiasaan adalah suatu cara
individu untuk bertingkah laku yang sifatnya otomatis untuk suatu masalah tertentu,
tingkah laku yang menjadi kebiasaan tidak memerlukan pemikiran yang cukup
tinggi karena sifatnya sudah relatif menetap.
Dengan demikian, kebiasaan akan berpengaruh pada keberhasilan dan
kegagalan seseorang dalam menanggulangi problema kehidupan. Untuk
Page 36
22
memperbaiki kebiasaan pada taraf yang lebih baik, maka dibutuhkan pondamen dan
keinginan yang kuat serta kesungguhan.
Belajar dalam kamus besar bahasa Indonesia adalah proses perubahan tingkah
laku (Depdikbud, 1998: 14). Hilgard dan Brower (Hamalik, 1992: 45)
mengemukakan bahwa belajar merupakan perubahan dalam perbuatan melalui
aktifitas, praktek dan pengalaman. Menurut Slameto (Djamarah, 1994: 22) belajar
adalah proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan
tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman individu itu
sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.
Dari beberapa pengertian di atas, berarti belajar merupakan proses yang
dilakukan oleh siswa itu sendiri. Pada kegiatan belajar, siswa menggunakan seluruh
unsur yang ada pada dirinya, baik itu unsur kognitif, afektif maupun psikomotorik
untuk melakukan suatu pengalaman dengan cara berinteraksi dengan
lingkungannya sehingga membentuk suatu perubahan dalam dirinya sebagai hasil
belajar.
Menurut Irsal dan Zamzaili (Marlia, 2005: 9) kebiasaan belajar merupakan
perbuatan belajar atau tindakan belajar yang dimiliki seseorang yang bersifat teratur
dan seragam, tetap dan otomatis. Jadi kebiasaan belajar matematika adalah cara
berpikir dan berperilaku yang otomatis dalam belajar matematika. Dengan kata lain
kebiasaan belajar matematika adalah cara belajar matematika yang telah dilakukan
secara rutin dan berulang-ulang yang bersifat teratur dan seragam serta tetap
dengan sendirinya.
Page 37
23
Kebiasaan belajar bukanlah bakat alamiah atau bawaan sejak lahir dari siswa.
Kebiasaan individu tergantung pada tujuan dan cita-citanya. Siswa dapat
membentuk sendiri kebiasaan belajarnya. Sesuai dengan tujuan dan cita-cita yang
ingin dicapainya termasuk dalam belajar matematika. Jika siswa memiliki tujuan
untuk memahami matematika maka siswa akan menggunakan cara belajar yang
akhirnya membentuk pola belajarnya (kebiasaan belajar) untuk dapat memahami
matematika dengan baik.
Secara umum ada dua kebiasaan belajar yaitu kebiasaan belajar yang baik
dan kebiasaan belajar yang kurang baik. Kebiasaan belajar yang baik adalah
kebiasaan belajar yang mengandung unsur positif serta sesuai norma yang berlaku.
Sedangkan kebiasaan belajar yang tidak baik adalah kebiasaan belajar yang
mengandung unsur negatif, serta tidak sesuai dengan norma yang berlaku (Dewi
dalam Marlia, 2005: 9).
Kebiasaan belajar yang positif menurut Prayitno (1994: 294) diantaranya
pengaturan jadwal belajar, baik di sekolah maupun di rumah dengan baik; memilih
tempat belajar yang baik; belajar dengan menggunakan berbagai sumber; membaca
secara baik dan sesuai dengan kebutuhan; bertanya untuk hal-hal yang tidak
diketahui pada guru, teman atau siapa pun.
Sedangkan kebiasaan yang kurang baik dalam belajar diantaranya suka
menunda-nunda tugas; mengulur-ulur waktu; tidak suka bertanya untuk hal-hal
yang tidak diketahui dan sebagainya (Prayitno, 1994: 287).
Page 38
24
Kebiasaan belajar matematika siswa memiliki pengaruh terhadap prestasi
yang akan dicapai siswa. Apabila kebiasaan belajar matematika siswa baik, maka
dengan sendirinya akan cenderung membawa siswa mencapai prestasi yang baik
pula. Hal ini dikarenakan prestasi belajar merupakan hasil yang dicapai dari usaha
dan kegiatan yang telah dilakukan seseorang untuk mengubah tingkah laku dalam
menguasai ilmu pengetahuan, keterampilan, dan pembentukan kepribadian.
Dari kedua kebiasaan belajar di atas, maka diharapkan siswa memiliki
kebiasaan belajar yang memiliki unsur positif dan menghilangkan kebiasaan belajar
yang memiliki unsur negatif.
Slameto (1995: 84) mengungkapkan tentang kebiasan belajar yang
mempengaruhi belajar dalam hal pencapaian pengetahuan, sikap, kecakapan dan
keterampilan. Kebiasaan tersebut diantaranya adalah (1) Pembuatan jadwal dan
pelaksanaannya. (2) Membaca dan membuat catatan (3) Mengulangi bahan
pelajaran (4) Konsentrasi (5) Mengerjakan tugas.
Menurut Prayitno (1994: 294) dalam pendidikan siswa hendaknya didorong
untuk meninjau sikap dan kebiasaannya dalm hubungannya dengan prinsip-prinsip
belajar diantaranya : (1) Belajar berarti melibatkan diri secara penuh
(2) Efisiensi belajar akan meningkat bila didasarkan pada rencana dan tujuan yang
nyata dan hasil yang dapat diukur (3) Sebagian bahan belajar hanya dapat
dipelajari dengan baik jika menggunakan seluruh metode (4) Belajar dengan tidak
terpaksa (5) Untuk dapat melaksanakan kegiatan dan mencapai suasana hasil
Page 39
25
belajar yang baik diperlukan suasana hati yang aman, kesehatan yang baik, tidur
teratur, dan rekreasi yang memadai.
Djamarah (2002: 42-107) mengemukakan tentang beberapa kiat belajar baik
secara mandiri ataupun di sekolah. Kiat-kiat ini dapat dijadikan acuan untuk
membentuk kebiasaan belajar yang baik. Kiat belajar sendiri diantaranya adalah
mempunyai fasilitas dan perabot belajar; mengatur waktu belajar; mengulangi
bahan pelajaran; menghafal bahan pelajaran; membaca buku; membuat ringkasan;
mengerjakan tugas dengan baik dan tepat waktu; memanfaatkan perpustakaan.
Adapun kiat belajar di sekolah diantaranya masuk kelas tepat waktu;
memperhatikan penjelasan guru; menghubungkan pelajaran yang sedang diterima
dengan bahan yang sudah dikuasai; mencatat hal-hal yang dianggap penting; aktif
dan kreatif dalam kerja kelompok; bertanya mengenai hal-hal yang belum
dimengerti; menggunakan waktu istirahat dengan sebaik-baiknya; membentuk
kelompok belajar; memanfaatkan perpustakaan sekolah.
Dari beberapa pendapat ahli di atas, dapat dikatakan bahwa komponen-
komponen yang membentuk kebiasaan belajar yang baik yaitu :
1. Kesadaran untuk belajar, dalam hal pengaturan waktu belajar, memahami
pelajaran, menggunakan perpustakaan, mengulang bahan pelajaran, membaca,
membuat catatan, belajar dengan metode yang praktis, dan menyelesaikan tugas
tepat waktu.
2. Disiplin, dalam hal melaksanakan jadwal dan ketepatan waktu dalam segala hal
yang berkaitan dengan belajar.
Page 40
26
3. Siswa melibatkan dirinya dalam belajar dengan maksimal. Keterlibatan dirinya
ini mencakup konsentrasi belajar dan aktif dalam belajar.
4. Memanfaatkan waktu jeda belajar untuk istirahat sebaik-baiknya dengan tujuan
merilekskan otak.
2.7 Penelitian yang Relevan
1. Sutinah (2002), hasil penelitiannya menyatakan bahwa kebiasaan belajar
mempunyai pengaruh yang cukup terhadap hasil belajar yang dicapai siswa.
2. Asih (2002), hasil penelitiannya menyatakan bahwa motivasi belajar
berpengaruh kepada hasil belajar.
3. Aini (2001), hasil penelitiannya menyatakan bahwa terdapat hubungan positif
yang signifikan antara sikap dan kebiasaan belajar matematika dengan
prestasi belajar matematika.
4. Maryani (2004), hasil penelitiannya menyatakan bahwa terdapat pengaruh
yang positif dan signifikan antara motivasi berprestai dan kebiasaan belajar
terhadap prestasi belajar.
2.8 Hipotesis Penelitian
Hipotesis dalam penelitian ini adalah:
1. HoT : Tidak ada hubungan yang signifikan antara tingkat kecerdasan dengan
prestasi belajar matematika siswa semester 1 kelas XI IPA A SMA Negeri
6 kota Bengkulu.
Page 41
27
H1T : Terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat kecerdasan dengan
prestasi belajar matematika siswa semester 1 kelas XI IPA A SMA Negeri
6 kota Bengkulu.
2. HoM : Tidak ada hubungan yang signifikan antara motivasi berprestasi dengan
prestasi belajar matematika siswa semester 1 kelas XI IPA A SMA Negeri
6 kota Bengkulu.
H1M : Terdapat hubungan yang signifikan antara motivasi berprestasi dengan
prestasi belajar matematika siswa semester 1 kelas XI IPA A SMA Negeri
6 kota Bengkulu.
3. HoK : Tidak ada hubungan yang signifikan antara kebiasaan belajar matematika
dengan prestasi belajar matematika siswa semester 1 kelas XI IPA A SMA
Negeri 6 kota Bengkulu.
H1K : Terdapat hubungan yang signifikan antara kebiasaan belajar matematika
dengan prestasi belajar matematika siswa semester 1 kelas XI IPA A SMA
Negeri 6 kota Bengkulu.
4. HoB : Tidak ada hubungan yang antara tingkat kecerdasan, motivasi berprestasi,
kebiasaan belajar matematika dengan prestasi belajar matematika siswa
semester 1 kelas XI IPA A SMA Negeri 6 kota Bengkulu.
H1B : Terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat kecerdasan, motivasi
berprestasi, kebiasaan belajar matematika dengan prestasi belajar
matematika siswa semester 1 kelas XI IPA A SMA Negeri 6 kota Bengkulu.
Page 42
28
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Metode dan Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian yang menggunakan metode Ex Post Fakto
dan jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif korelatif. Penelitian dilakukan
untuk meneliti peristiwa yang telah terjadi dan kemudian melihat kebelakang
melalui data-data untuk menemukan faktor-faktor yang mendahului atau
menentukan sebab-sebab yang mungkin atas peristiwa yang diteliti. Penelitian ini
diarahkan untuk menguji hubungan antara tiga variabel yaitu tingkat kecerdasan
(X1), motivasi berprestasi (X2), kebiasaan belajar matematika (X3) dengan prestasi
belajar matematika siswa (Y).
3.2 Populasi dan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI IPA A SMA Negeri 6
kota Bengkulu. Karena jumlah anggota populasi kurang dari 100 maka sampel
adalah seluruh anggota populasi (Arikunto, 1999: 120). Jadi sampel dalam
penelitian ini adalah kelas XI IPA A.
3.3 Variabel Penelitian
Dalam penelitian ini ada tiga variabel bebas yakni tingkat kecerdasan,
motivasi berprestasi, dan kebiasaan belajar matematika. Adapun variabel terikatnya
adalah prestasi belajar. Secara skematis digambarkan sebagai berikut :
Page 43
29
Gambar 2. Skema Keterkaitan Variabel penelitian
Dimana : X1 = Tingkat Kecerdasan
X2 = Motivasi berprestasi
X3 = Kebiasaan belajar matematika
Y = Prestasi belajar matematika siswa
Sesuai dengan tujuan penelitian maka selanjutnya akan dianalisis keterkaitan
antara X1 dengan Y, X2 dengan Y, X3 dengan Y, dan X1, X2, X3 dengan Y.
3.4 Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti
dalam mengumpulkan data (Arikunto, 1999: 151). Dalam penelitian ini, peneliti
menggunakan instrumen yang digunakan adalah dokumentasi dan angket.
1. Dokumentasi
Dokumentasi berupa data tentang tingkat kecerdasan siswa angkatan
2005/2006 dan data nilai ujian blok I dan II matematika siswa kelas XI IPA A
angkatan 2006/ 2007 semester 1.
X1
Y X2
X3
Page 44
30
2. Angket (kuesioner)
Angket adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk
memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya
(Arikunto, 1999: 140). Angket ini disusun sedemikian rupa sehingga responden
bebas untuk mengungkapkan pendapatnya dalam memilih jawaban, sehingga data
akan terkumpul sesuai dengan kenyataan yang terjadi di lapangan.
Jenis angket yang akan digunakan adalah angket tertutup sehingga
mempermudah responden untuk mengisinya. Angket tersebut diberikan kepada
sejumlah responden yang telah ditentukan sebelumnya.
Angket disusun dengan langkah-langkah yang disarankan oleh Sudjana (1989:
71) :
a. Pembuatan kisi-kisi berdasarkan variabel yang akan diteliti.
b. Menyusun pertanyaan sesuai dengan kisi-kisi yang akan dibuat serta
melakukan diskusi dan konsultasi dengan pembimbing.
c. Menggunakan kata-kata yang mudah diteliti oleh semua responden.
d. Pertanyaan dikemukakan dengan urutan yang baik sesuai dengan
permasalahan dan tujuan yang telah ditentukan.
Instrumen yang baik harus memenuhi dua persyaratan penting yaitu valid dan
reliabel. Oleh karena itu, angket harus diuji kevaliditasannya dan
kereliabilitasannya terlebih dahulu sebelum digunakan.
Page 45
31
a. Validitas
Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan
atau kesahihan sesuatu instrumen. Sebuah instrumen dikatakan valid apabila
mampu mengukur apa yang diinginkan. Suatu instrumen dikatakan valid bila ia
mempunyai validitas tinggi, sebaliknya ia akan dikatakan kurang valid jika
validitasnya rendah.
Adapun rumus yang digunakan untuk melakukan uji validitas angket adalah
Rumus Korelasi product moment dengan angka kasar:
{ }{ }∑∑ ∑∑ ∑ ∑
−
−=
222 )()(
))((
YXXN
YXXYNrxy
Keterangan :
rxy = koefisien korelasi antara variabel X dan variabel Y
X = skor perolehan butir tes tertentu
Y = skor total
N = jumlah siswa
Angket dikatakan valid jika r tabel ≤ r hitung dengan taraf signifikansi 5%
(Arikunto, 2002).
b. Realibilitas
Suatu instrumen harus reliabel artinya cukup dapat dipercaya untuk digunakan
sebagai pengumpul data. Rumus yang digunakan adalah:
( )
−
−= ∑
2
2
111
1 t
b
k
kr σ
σ (Arikunto, 1999: 193)
(Arikunto, 2002: 72)
Page 46
32
Keterangan : r11 = reliabilitas tes secara keseluruhan
K = banyaknya butir pernyataan
∑ 2
bσ = jumlah varians butur
2
tσ = varians total
Suatu instrumen dikatakan reliabel jika r11 > 0,7 (Arikunto, 2002).
Tabel 2. Kisi-kisi Angket motivasi berprestasi dan kebiasaan belajar matematika
siswa
Pernyataan Variabel Sub variabel Indikator
Positif Negatif
1. Kesehatan 1, 2
2. Penghargaan dalam
bentuk fisik
3, 4, 5
3. Sarana belajar 6, 7
1. Kebutuhan
fisiologis
4. Cuaca 8 9
1. Iklim kelas 10, 11 2. Kebutuhan
Akan Rasa
Aman 2. Konsekuensi akibat
diadakannya ujian dan
pemberian tugas yang
menantang.
12, 13, 14,
15, 16
1. Kasih sayang 17, 19 18
2. Solidaritas 20
3. Kebutuhan
Sosial
3. Rasa saling
membutuhkan
21
1. Merasa di terima atau
dihargai.
22 23
2. Yakin akan berhasil 24, 25
4. Kebutuhan
akan harga
diri
3. Perhatian dan penilaian
dari orang lain
26, 28 27
1. Berusaha untuk Unggul 29, 30, 31,
32
2. Bersaing 33
3. Mengambil resiko yang
moderat
34, 35
4. Bertanggung jawab 36, 37
Motivasi
Berprestasi
5. Kebutuhan
Mengaktualis
asikan diri
5. Kepuasan 39, 40, 41,
42
38
Page 47
33
6. Pemahaman 43
7.Umpan balik
44, 45, 46
1. Mengatur waktu 1, 2, 3
2. Memahami pelajaran 4, 5, 6, 7,
8, 9, 10
3. Menggunakan
perpustakaan
11, 12
4. Mengulang bahan
pelajaran
13, 14
5. Membaca 15, 16, 17,
18, 20
19
6. Membuat catatan 21, 22, 23 24, 25
7. Memilih metode praktis 26, 27, 28,
30, 31
29
1. Kesadaran
8. Menyelesaikan tugas 32, 34, 35 33
1. Melaksanaan jadwal 37 36 2. Disiplin
2. Ketepatan waktu 39, 40 38
1. Konsentrasi belajar 41, 42, 43 44, 45 3. Keterlibatan
Diri 2. Keaktifan belajar 47, 48 46
1. Istirahat 49, 50, 52 51
Kebiasaan
Belajar
4. Pemanfaatan
Waktu Jeda
Belajar 2. Rekreasi 53 54
Kategori penskoran untuk alternatif jawaban angket motivasi berprestasi dan
kebiasaan belajar matematika siswa diadopsi dari skala Likert yaitu sebagai berikut:
Tabel 3: Skor alternatif jawaban angket
Alternatif jawaban
Pernyataan Selalu Sering Jarang
Tidak
pernah
Positif 4 3 2 1
Negatif 1 2 3 4
Page 48
34
3.5 Teknik Pengumpulan Data
Teknik yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini adalah
teknik pengisisan angket dan dokumentasi.
1. Angket
Angket digunakan untuk mengumpulkan data-data dari variabel bebas yaitu
motivasi berprestasi dan kebiasaan belajar matematika pada siswa yang menjadi
sampel. Angket-angket tersebut diisi oleh setiap responden pada waktu dan tempat
yang sama. Data-data yang diperoleh dari pengisian angket ini merupakan data
primer.
2. Dokumentasi
Sedangkan dokumentasi digunakan untuk mengumpulkan data tentang
variabel bebas yaitu data mengenai tingkat kecerdasan siswa, dan variabel terikat
yaitu prestasi siswa yang berupa rata-rata dari nilai ujian blok I dan ujian blok II
matematika siswa yang menjadi sampel pada semester 1. Dokumentasi tentang
tingkat kecerdasan siswa diperoleh dari pihak Bimbingan dan Penyuluhan Sekolah,
sedangkan data mengenai prestasi siswa diperoleh dari guru matematika. Data-data
yang diperoleh dari dokumentasi ini merupakan data sekunder.
3.6 Teknik Analisis Data
Data yang terkumpul di dalam penelitian merupakan data yang harus diolah
secara teliti, cermat dan sistematis. Data yang diperoleh akan dianalisis dengan
teknik analisis deskriptif.
Page 49
35
Langkah-langkah yang akan ditempuh didalam analisa data adalah sebagai
berikut:
1. Seleksi data
Pada langkah ini dilakukan pemeriksaan atau pengecekan seluruh data yang
terkumpul, dengan maksud apakah data sudah lengkap dan memenuhi syarat untuk
diolah atau belum sesuai dengan yang dikehendaki.
2. Tabulasi data
Tabulasi data bertujuan untuk menyusun data yang sudah diseleksi dalam bentuk
tabel.
3. Membuat kategori data
Data tingkat kecerdasan siswa diklasifikasikan berdasarkan klasifikasi IQ menurut
Harriman. Data-data motivasi berprestasi siswa dan data prestasi dikategorikan
menjadi tiga kategori yaitu tinggi, sedang, rendah dengan acuan kurva normal dari
masing-masing data dengan kriteria sebagai berikut:
σ+≥ MX tinggi
σσ +<<− MXM sedang
σ−≤ MX rendah
Sedangkan untuk kebiasaan belajar matematika dikategorikan menjadi baik, cukup
baik, dan kurang baik dengan acuan kurva normal dengan kriteria sebagai berikut :
σ+≥ MX baik
σσ +<<− MXM cukup baik
Page 50
36
σ−≤ MX kurang baik
Persentase item dihitung dengan rumus %100xn
fP =
Dengan : P = persentase item yang dicari
f = skor total
n = skor total
Klasifikasi item: < 37.5% sangat rendah
37.6% – 54.5% rendah
54.6% – 71.5% cukup
71.6% – 88.5% tinggi
> 88.6% sangat tinggi
(Sudjana dalam Saeckhoni, 2005: 38)
4. Analisis Data
Sebelum melakukan analisis data maka perlu dilakukan terlebih dahulu pengujian
prasyarat analisis. Setelah itu akan dilanjutkan analisis data dengan melakukan
pengujian hipotesis.
a. Pengujian Prasyarat Analisis
Pengujian prasyarat analisis ini terdiri dari uji normalitas dan uji
homogenitas.
Page 51
37
Uji normalitas untuk masing-masing variabel dilakukan dengan
metode liliefors dengan langkah-langkah sebagai berikut :
1. Penggunaan x1, x2, x3, …, xn dijadikan bilangan baku Z1, Z2, Z3, …, Zn
dengan menggunakan rumus S
xxZ i
i
−= , dengan x adalah rata-rata dan
S adalah simpangan baku.
2. Untuk tiap bilangan baku digunakan daftar distribusi normal baku
dengan peluang-peluang F(Zi) = P(Z≤Zi).
3. Selanjutnya dihitung proporsi Z1, Z2, Z3, …, Zn yang lebih kecil atau
samadengan Zi. Jika proporsi ini dinyatakan oleh S(Zi), maka
S(Zi)n
ZZZBanyaknyaZ n,...,,, 321=
4. Hitung selisih F(Zi) – S(Zi) kemudian tentukan harga mutlaknya.
5. Ambil harga mutlak yang paling besar diantara harga-harga mutlak
selisih tersebut.
6. Untuk menerima atau menolak H0, kita bandingkan Lhitung dengan nilai
Ltabel. Kriteria tolak H0 jika Lo < Ltabel.
(Sudjana, 1996: 273)
Uji homogenitas dilakukan dengan uji F yaitu :
kecilVariansTer
besarVariansTerF hitung
=
(Ridwan, 2003: 186)
Page 52
38
Data dikatakan homogen bila Fhitung < Ftabel dengan dbpembilang = n – 1
(untuk varians terbesar) dan dbpenyebut = n – 1 (untuk varians terkecil), serta
taraf kesalahan 1%.
b. Pengujian Hipotesis
Hipotesis 1, 2 dan 3 diuji dengan analisis regresi linear sederhana
beserta korelasinya.
Persamaan regresi linear sederhana :
bXaY +=∧
(Sudjana, 2002: 6)
dengan: ( )( ) ( )( )
( )∑ ∑∑∑∑∑
−
−=
22
2
XXn
XYXXYa
( )( )( )∑ ∑
∑ ∑∑−
−=
22 XXn
YXXYnb (Sudjana, 2002: 8)
Uji kelinieran dan keberartian regresi dapat dilakukan dengan
menggunakan analisis varians (ANAVA) regresi linear sederhana berikut:
Tabel 4: Daftar analisis Varians (ANAVA)Regresi Linear Sederhana
Sumber variasi dk JK KT F
Total N ∑ 2Y ∑ 2Y
Koefisien (a)
Regresi (bSa)
Sisa
1
1
n-2
JK(a)
JK(bSa)
JK(S)
JK(a)
KTbSa=Jk(bSa)
KTS=JK(S)/n-2
KTbIa / KTS
Signifikansi
Page 53
39
Tuna cocok
Galat
k-2
n-k
JK(TC)
JK(G)
KTTC =jk(TC)/(k-2)
KTG =JK(G)/(n-k)
KTTC / KTG
Linieritas
Sumber: (Sudjana, 2002: 19)
Dengan taraf kesalahan 1%, kriteria pengujian adalah tolak H0 jika
Fhitung > Ftabel.
Untuk mengetahui kontribusi sumbangan variabel bebas terhadap
terjadinya variabel terikat, maka akan dicari koefisien korelasi (rxy) dengan
rumus produk momen :
{ }{ }∑∑ ∑∑ ∑ ∑
−
−=
222 )()(
))((
YXXN
YXXYNrxy (Sudjana, 2002: 42)
Koefisien determinasi adalah r2 dan penafsirannya dinyatakan dalam
persen menunjukkan besarnya kontribusi dari variabel bebas.
Untuk menguji keberartian koefisien korelasi maka dilakukan uji t
dengan rumus :
21
2
r
nrt
−
−= (Sudjana, 2002: 62)
Dengan taraf kesalahan 1% dan dk = n-2, maka tolak H0 jika t > ttabel.
Hipotesis 4 akan diuji dengan korelasi dan regresi linear berganda.
Regresi linear berganda bertujuan untuk mengetahui hubungan variabel-
variabel bebas secara bersama-sama terhadap variabel terikat. Adapun
persamaan regresinya adalah :
Page 54
40
3322110 XbXbXbbY +++=∧
(Sudjana, 2002: 69)
Untuk menguji keberartian regresi linear ganda ini dilakukan denagn
menggunakan analisis varians seperti yang disajikan dalam tabel berikut:
Tabel 5: Daftar ANAVA untuk Regresi Linier Ganda
Sumber
varian
Derajat
bebas
Jumlah Kuadrat (JK) Kuadrat tengah
(KT)
Fhitung
Regresi K ∑ ∑++= yxbyxbJK kR 211 ...
k
JKKT R
R = S
R
KT
KT
Sisa n-k-1 RTS JKJKJK −=
1−−=
kn
JKKT S
S
Total n-1 ∑= 2yJKT
Sumber : (Sudjana, 2002: 93)
Kriteria pengujian adalah tolak H0 jika Fhitung > Ftabel dengan taraf kesalahan
1%.
Adapun korelasi gandanya dapat diketahui dengan rumus :
∑∑ ∑ ∑++
=2
332211
123.y
yxbyxbyxbry
Sehingga koefisien determinasinya adalah R2 = ry.123
2 atau
∑=
2
2
y
JKR R
(Sudjana, 2002: 107)
Untuk menguji keberartian koefisien korelasi ganda maka dilakukan uji F
dengan rumus:
)1/()1(
/2
2
−−−=
knR
kRF (Sudjana, 2002: 108)
Kriteria pengujian adalah tolak H0 jika Fhitung > Ftabel.
Page 55
41
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1. Uji Instrumen Penelitian
Dalam penelitian ini terdapat tiga variabel bebas yaitu tingkat kecerdasan,
motivasi berprestasi, dan kebiasaan belajar matematika serta satu variabel terikat
yaitu prestasi belajar matematika. Variabel X1 (tingkat kecerdasan) diambil dari
dokumentasi IQ siswa SMAN 6 kota Bengkulu. Uji coba instrumen penelitian ini
dilakukan di salah satu kelas yang setara dengan sampel penelitian yaitu kelas XI
IPA C SMAN 6 kota Bengkulu dengan jumlah siswa 41 orang. Instrumen pada
penelitian yang diuji cobakan adalah berupa angket motivasi berprestasi yang
terdiri dari 46 item pernyataan dan angket kebiasaan belajar matematika yang
terdiri dari 54 item pernyataan.
4.1.1. Hasil Uji Coba Angket Motivasi Berprestasi Siswa Kelas XI IPA SMAN 6
Kota Bengkulu
Berdasarkan hasil uji coba angket dan perhitungan validitas serta
reliabilitas item pernyataan angket (lampiran 5) diperoleh 37 item yang valid
dan dapat digunakan serta 9 item yang tidak valid dan tidak dapat digunakan.
a. Validitas
Suatu butir soal atau item pernyataan dikatakan valid jika nilai koefisien
korelasi antara variabel XY (rxy) lebih besar dari pada korelasi product moment
pada tabel dengan n = 41 pada taraf kesalahan 5%.
rxy > rtabel rxy > 0.308
Page 56
42
Dari hasil perhitungan didapat beberapa item pernyataan yang tidak
valid yaitu item nomor 1, 2, 4, 5, 13, 15, 23, 31, dan 39.
Hasil perhitungan validitas menunjukkan bahwa terdapat satu indikator
yaitu kesehatan pada sub variabel kebutuhan fisiologis dalam kisi-kisi angket
yang telah dibuat tidak terwakili oleh item-item pernyataan dalam angket uji
coba yaitu item nomor 1 dan 2. Karena indikator tersebut tidak terwakili, maka
item-item tersebut direvisi menjadi 3 item kemudian diujikan lagi pada 11
responden. Dari hasil pengujian tersebut diperoleh ketiga item pengganti valid
dan dapat digunakan, dengan validitas masing-masing 0.892, 0.944, 0.64.
Sedangkan item nomor 4, 5, 13, 15, 23, 31, dan 39 tidak digunakan.
b. Reliabilitas
Angket dinyatakan reliabel jika r11 hitung ≥ 0.700. Dari hasil
perhitungan diperoleh nilai r11 hitung = 0.8966. Ini menunjukkan bahwa angket uji
coba motivasi berprestasi tergolong sangat reliabel sehingga dapat digunakan
untuk pengambilan data penelitian. Untuk item pengganti dari item nomor 1 dan
2 memiliki reliabilitas yang tinggi yaitu 0.633.
4.1.2. Hasil Uji Coba Angket Kebiasaan Belajar Matematika Siswa Kelas XI IPA
SMAN 6 Kota Bengkulu
Berdasarkan hasil uji coba angket dan perhitungan validitas serta
reliabilitas item pernyataan angket (lampiran 7 dan 8) diperoleh 35 item yang
Page 57
43
valid dan dapat digunkan serta 17 item yang tidak valid dan tidak dapat
digunakan.
a. Validitas
Item pernyataan dikatakan valid jika nilai koefisien korelasi antara
variabel XY (rxy) lebih besar dari pada korelasi product moment pada tabel
dengan n = 41 pada taraf kesalahan 5%.
rxy > rtabel
rxy > 0.308
Dari hasil perhitungan didapat beberapa item pernyataan yang tidak
valid yaitu item nomor 11, 14, 25, 30, 31, 33, 34, 43, 44, 46, 48, …, 54.
Item nomor 49 sampai 54 merupakan item yang mewakili sub variabel
pemanfaatan waktu jeda belajar. Karena item-item tersebut tidak ada yang valid
maka tidak ada item-item yang dapat mewakili sub variabel tersebut. Sehingga
peneliti kembali melakukan revisi terhadap item-item itu kemudian diujikan
lagi kepada 11 responden yang sama dengan pengujian revisi item angket
motivasi berprestasi. Dari 8 item revisi yang telah diujikan, hasil perhitungan
validitas menunjukkan 5 item yang valid dan 3 item yang tidak valid.
b. Reliabilitas
Angket dinyatakan reliabel jika r11 hitung ≥ 0.700. Dari hasil perhitungan
diperoleh nilai r11 hitung = 0.8936. Ini menunjukkan bahwa angket uji coba
Page 58
44
motivasi berprestasi tergolong sangat reliabel sehingga dapat digunakan untuk
pengambilan data penelitian. Item pengganti memiliki reliabilitas yang tinggi
yaitu 0.633 sehingga dapat juga digunakan untuk pengambilan data.
4.2. Deskripsi Data
Deskripsi data penelitian dimaksudkan untuk memperoleh gambaran
umum mengenai penyebaran data atau distribusi data berupa tabel distribusi
frekuensi dan grafik dalam bentuk histogram.
4.2.1. Deskripsi Objek Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SMAN 6 Kota Bengkulu dari tanggal
10 agustus sampai dengan 10 september 2006. SMAN 6 Kota Bengkulu
terletak di Jl. Pratu Aidit No. 23 Bajak. Penelitian ini dilakukan pada kelas
XI IPA A dengan jumlah siswa 40 siswa.
4.2.2. Data Hasil Penelitian
a. Data Prestasi Siswa Semester 1 Kelas XI IPA A SMAN 6 Kota
Bengkulu
Data prestasi belajar matematika siswa diambil berdasarkan rata-rata
nilai ujian blok I (31 agustus 2006) dan II (17 oktober 2006) bagi
masing-masing siswa pada semester 1 (lampiran 14). Berdasarkan nilai-
nilai ujian blok tersebut, nilai tertinggi siswa adalah 100, nilai terendah
adalah 50, nilai rata-rata 80.775, rentang 50 merupakan selisih dari nilai
tertinggi dan nilai terendah siswa, dan simpangan baku 15.9321.
Page 59
45
Tabel 6. Distribusi Frekuensi Prestasi Belajar Matematika Siswa
Semester 1 Kelas XI IPA A SMAN 6 Kota Bengkulu.
Interval Frekuensi Persentase
50 - 57 4 10%
58 – 65 6 15%
66 – 73 2 5%
74 – 81 6 15%
82 – 89 4 10%
90 – 97 13 32.5%
98 -100 5 12.5%
Jumlah 40 100%
Gambar 3. Histogram Prestasi Belajar matematika Siswa
Siswa yang memperoleh nilai di atas 96,7071 dikategorikan
berprestasi tinggi ada 5 siswa. Siswa yang memperoleh nilai di bawah
64,8429 dikategorikan sebagai siswa yang berprestasi rendah ada 10
siswa. Dan siswa yang memperoleh nilai di antara 96,7071 dan 64,8429
dikategorikan sebagai siswa berprestasi sedang ada 25 siswa. Jadi secara
umum siswa memiliki tingkat prestasi yang sedang.
0
2
4
6
8
10
12
14
Fre
ku
en
si
Interval
50 - 57
58 – 65
66 – 73
74 – 81
82 – 89
90 – 97
98 -100
Page 60
46
b. Data Tingkat Kecerdasan (IQ) Siswa Kelas XI IPA A SMAN 6 Kota
Bengkulu
Data tingkat kecerdasan (IQ) siswa diambil dari dokumentasi hasil
tes IQ siswa SMAN 6 Kota Bengkulu (lampiran 14). Data ini diperoleh
dari siswa secara langsung.
Tabel 7. Persentase (%) Tingkat Kecerdasan Siswa Kelas
XI IPA A SMAN 6 Kota Bengkulu.
Very Superior Superior Bright Normal Average
F % F % F % F %
8 20 9 22.5 6 15 17 42.5
Berdasarkan tabel dapat dilihat bahwa tingkat kecerdasan siswa
secara umum berada pada kategori average (rata-rata).
Berdasarkan hasil penelitian tentang kecerdasan siswa kelas
XI IPA A SMAN 6 Kota Bengkulu diperoleh skor tertinggi 135, skor
terendah 99, dengan rentang 36, dan simpangan baku 13,0175.
Page 61
47
Tabel 8. Distribusi Frekuensi Tingkat Kecerdasan Siswa Kelas
XI IPA A SMAN 6 Kota Bengkulu.
Interval Frekuensi Persentase
99 – 104 12 30 %
105 – 110 5 12.5 %
111 – 116 3 7.5 %
117 – 122 6 15 %
123 - 128 5 12.5 %
129 – 134 7 17.5 %
135 2 5 %
Jumlah 40 100 %
Gambar 4. Histogram Tingkat Kecerdasan (IQ) Siswa.
0
2
4
6
8
10
12
Fre
ku
en
si
Interval
99 – 104
105 – 110
111 – 116
117 – 122
123 - 128
129 – 134
135
Page 62
48
c. Data Motivasi Berprestasi Siswa Kelas XI IPA A SMAN 6 Kota
Bengkulu
Skor variabel ini diperoleh dari hasil angket yang diisi oleh siswa
yang berjumlah 40 orang (lampiran 12). Skor tertinggi 155 dan skor
terendah 94 dengan rata-rata 132,8 dan simpangan baku 18,4129.
Penyebaran data angket yang menunjukkan motivasi berprestasi siswa
disusun dalam tabel distribusi frekuensi berikut :
Tabel 9. Distribusi Frekuensi Motivasi Berprestasi Siswa kelas XI IPA
A SMAN 6 Kota Bengkulu.
Interval Frekuensi Persentase
94 – 103 4 10%
104 –113 6 15%
114 – 123 1 2.5%
124 – 133 4 10%
134 – 143 7 17.5%
144 – 153 17 42.5%
153 – 155 1 2.5%
Jumlah 40 100%
Gambar 5. Histogram Motivasi Berprestasi Siswa
0
2
4
6
8
10
12
14
16
18
Fre
ku
en
si
Interval
94 – 103
104 –113
114 – 123
124 – 133
134 – 143
144 – 153
153 – 155
Page 63
49
Berdasarkan hasil analisa data motivasi berprestasi matematika
siswa kelas XI IPA A SMAN 6 Kota Bengkulu, motivasi berprestasi
siswa dikategorikan menjadi tiga golongan yaitu tinggi, sedang, dan
rendah. Jumlah siswa yang memiliki motivasi berprestasi tinggi
( σ+≥ MX ) yaitu skor lebih dari atau sama dengan 151,213 ada 2
siswa. Siswa yang motivasi berprestasinya berada pada kategori sedang
( σσ +<<− MXM ) yaitu antara 151,213 dan 114,387 ada 28 siswa.
Dan siswa yang motivasi berprestasinya berada pada kategori rendah
( σ−≤ MX ) yaitu skor kurang dari atau sama dengan 114,387 ada 10
siswa. Dapat dilihat bahwa secara umum motivasi berprestasi siswa
terletak pada kategori sedang.
Hasil analisis data juga menunjukkan tingkat motivasi berprestasi
siswa berdasarkan pemenuhan masing-masing kelompok kebutuhannya
yaitu sebagai berikut:
Tabel 10. Tingkat motivasi berprestasi siswa berdasarkan
pemenuhan masing-masing kelompok kebutuhannya.
Kebutuhan Yang ingin dipenuhi Persentase kelompok siswa
Fisiologis 74, 53 %
Fisiologis dan Rasa aman 78, 89 %
Fisiologis, Rasa aman, danSosial 81, 67 %
Fisiologis, Rasa aman, Sosial, dan
Harga diri
82, 63 %
Fisiologis, Rasa aman, Sosial, Harga
diri, dan Aktualisasi diri
83 %
Page 64
50
d. Data Kebiasaan Belajar Matematika Siswa Kelas XI IPA A SMAN
6 Kota Bengkulu
Skor variabel ini diperoleh dari hasil angket yang diisi oleh sampel
yaitu 40 orang siswa (lampiran 13). Skor tertinggi 156 dan skor terendah
96 dengan rata-rata 135,875 dan simpangan baku 18,5613. Penyebaran
data angket yang menunjukkan kebiasaan belajar matematika siswa
disusun dalam tabel distribusi frekuensi berikut :
Tabel 11. Distribusi Frekuensi Kebiasaan Belajar Matematika Siswa
kelas XI IPA A SMAN 6 Kota Bengkulu.
Interval Frekuensi Persentase
96 – 105 6 15 %
106 – 115 0 0
116 – 125 5 12.5 %
126 – 135 4 10 %
136 – 145 10 25 %
146 – 155 14 35 %
156 1 2.5 %
Jumlah 40 100 %
Gambar 6. Histogram Kebiasaan Belajar Matematika Siswa
0
2
4
6
8
10
12
14
Fre
ku
en
si
Interval
96 – 105
106 – 115
116 – 125
126 – 135
136 – 145
146 – 155
156
Page 65
51
Berdasarkan hasil analisa data, kebiasaan belajar matematika siswa
dikategorikan menjadi baik, cukup baik, dan kurang baik. Siswa yang
memiliki kebiasaan belajar matematika baik yaitu skor angket lebih dari
atau sama dengan 154,436 ada 4 siswa. Siswa yang memiliki kebiasaan
belajar matematika cukup baik yaitu skor angket antara 154,436 dan
117,313 ada 29 siswa. Dan siswa yang memiliki kebiasaan belajar
matematika kurang baik yaitu skor angket kurang dari atau sama dengan
117,313 ada 7 siswa.
4.3 Pengujian Prasyarat Analisis
Pada metodologi penelitian telah dijelaskan bahwa maksud dari penelitian ini
adalah untuk melihat hubungan dan pengaruh antara variabel bebas dengan variabel
terikat. Sesuai dengan tujuan tersebut, maka uji digunakan adalah analisis korelasi
dan regresi linier sederhana dan ganda.
Untuk menggunakan teknik analisis tersebut, ada beberapa persyaratan yang
harus dipenuhi yaitu data harus berdistribusi normal dan homogen. Oleh karena itu
data perlu diuji terlebih dahulu dengan menggunakan uji normalitas untuk
mengetahui apakah data berdistribusi normal atau tidak, dan uji homogenitas untuk
mengetahui apakah data homogen atau tidak.
4.3.1 Uji Normalitas
Uji kenormalan data pada penelitian ini menggunakan uji liliefors
untuk masing-masing data variabel bebas. Hasil perhitungan uji kenormalan
Y atas X1, Y atas X2, dan Y atas X3 dapat dilihat pada tabel berikut:
Page 66
52
Tabel 12. Hasil perhitungan uji normalitas menggunakan uji lilliefors
L hitung Max L tabel Keterangan
Y atas X1 0.1458 0.1630 Normal
Y atas X2 0.1228 0.1630 Normal
Y atas X3 0.1621 0.1630 Normal
Data dikatakan normal jika L hitung Max < L tabel dengan taraf kesalahan
1%.
Dari tabel dapat dilihat bahwa X1, X2, dan X3 masing-masing
berdistribusi normal karena memenuhi kriteria kenormalan yang ditentukan.
4.3.2 Uji Homogenitas
Uji homogenitas dilakukan untuk mengetahui apakah data bersifat
homogen atau tidak. Dalam penelitian ini menggunakan uji varians yaitu
membandingkan varians terbesar dengan varians terkecil. Hasil
perhitungannya disajikan dalam tabel berikut:
Tabel 13. Hasil perhitungan uji homogenitas menggunakan uji varians.
F hitung F tabel Keterangan
Y atas X1 1.49793 2.11 Homogen
Y atas X2 1.33567 2.11 Homogen
Y atas X3 1.35728 2.11 Homogen
Data dikatakan homogen apabila F hitung ≤ F tabel.
Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa masing-masing data
bersifat homogen.
Page 67
53
4.3.3 Uji Kelinieran Regresi
Uji linieritas digunakan untuk mengetahui apakah hubungan apakah
variabel bebas dengan variabel terikat bersifat linier atau tidak. Perhitungan
uji linieritas menggunakan tabel ANAVA. Hasil perhitungannya dituangkan
dalam tabel berikut:
Tabel 14. Hasil perhitungan uji linieritas
Uji linieritas F hitung F tabel Keterangan
X1 terhadap Y 0.67035 3.00 Linier
X2 terhadap Y 3.13048 3.29 Linier
X3 terhadap Y 3.11308 3.16 Linier
Regresi bersifat linier bila F hitung < F tabel dengan taraf kesalahan 1%.
Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa regresi bersifat linier.
Oleh karena itu, hubungan antara tingkat kecerdasan terhadap prestasi belajar
matematika, motivasi berprestasi terhadap prestasi belajar matematika, serta
kebiasaan belajar matematika terhadap prestasi belajar matematika, ketiganya
bersifat linier.
4.4 Uji Hipotesis
4.4.1 Uji Hipotesis Pertama
Hipotesis pertama berbunyi “Terdapat hubungan yang signifikan
antara tingkat kecerdasan dengan prestasi belajar matematika siswa semester
1 kelas XI IPA A SMA Negeri 6 kota Bengkulu”.
Page 68
54
Persamaan regresi linier Y (prestasi belajar matematika) atas X1
(tingkat kecerdasan siswa) yang diperoleh dari perhitungan yang telah
dilakukan adalah : Y = 9.42171 + 0.61684 X1. Persamaan regresi Y atas X1
tersebut menunjukkan bahwa setiap kenaikan satu unit X1 akan
mengakibatkan 0.61684 unit kenaikan Y. Hal ini menunjukkan bahwa
terdapat hubungan antara X1 dengan Y. Kemudian dilakukan perhitungan
keberartian regresi linier sederhana menggunakan tabel ANAVA dengan taraf
kesalahan 1%.
Tabel 15. Tabel ANAVA untuk uji keberartian regresi linier sederhana
Y atas X1 Sumber Variasi dk JK KT F hitung F tabel
Total 40 270884 270884
Koef. (a) 1 260984 260984
Reg.(bla) 1 2514.61 2514.61
12.9393
7.35
Sisa 38 7384.87 194.339
Fhit>Ftabel,
signifikan
Dari tabel dapat dilihat bahwa F hitung > F tabel pada taraf kesalahan 1%,
jadi regresi Y atas X1 ini signifikan atau berarti.
Berdasarkan hasil perhitungan, besarnya koefisien korelasi adalah
diperoleh rx1y = 0.504. Kemudian dilakukan uji keberartian korelasi dengan
uji-t.
Hipotesis : HoT = 0=ρ (koefisien korelasi tidak berarti)
H1T = 0≠ρ (koefisien korelasi berarti)
Kriteria : tolak HoT jika tabelhitung tt > , pada taraf kesalahan 1%.
Page 69
55
Tabel 16. Hasil perhitungan analisis korelasi Y atas X1.
Variabel N rx1y r2x1y dk thitung ttabel
Angka 40 0.504 0.25401 38 3.59712 2.42
Kesimpulan yang didapat adalah HoT ditolak. Dengan demikian Ha
diterima yaitu koefisien korelasi berarti. Oleh karena itu koefisien korelasi sah
untuk digunakan dalam penarikan kesimpulan selanjutnya.
Besarnya koefisien determinasi (R2) adalah 0.25401, ini berarti
pengaruh atau kontribusi X1 terhadap Y adalah sebesar 25.4014%. Dengan
kata lain variasi dalam variabel Y sekitar 25.4014% dapat dijelaskan oleh
variabel X1 melalui persamaan regresi Y = 9.42171 + 0.61684 X1.
Dengan demikian hipotesis pertama yang menyatakan terdapat
hubungan yang signifikan antara tingkat kecerdasan dengan prestasi belajar
matematika siswa semester 1 kelas XI IPA A SMA Negeri 6 kota Bengkulu
dapat diterima.
4.4.2 Uji Hipotesis Kedua
Hipotesis kedua berbunyi “Terdapat hubungan yang signifikan antara
motivasi berprestasi dengan prestasi belajar matematika siswa semester 1
kelas XI IPA A SMA Negeri 6 kota Bengkulu”.
Persamaan regresi linier Y (prestasi belajar matematika) atas X2
(motivasi berprestasi) yang diperoleh dari perhitungan yang telah dilakukan
adalah : Y = -20.973 + 0.76618 X2. Persamaan regresi Y atas X2 tersebut
Page 70
56
menunjukkan bahwa setiap kenaikan satu unit X2 akan mengakibatkan
0.76618 unit kenaikan Y. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan
positif antara X2 dengan Y. Perhitungan keberartian regresi linier sederhana
menggunakan tabel ANAVA dengan taraf kesalahan 1% menunjukkan bahwa
regresi linier sederhana Y atas X2 berarti karena Fhitung > Ftabel . Hasil
perhitungannya disajikan pada tabel ANAVA di bawah ini.
Tabel 17. Tabel ANAVA untuk uji keberartian regresi linier sederhana
Y atas X2 Sumber Variasi dk JK KT F hitung F tabel
Total 40 270884 270884
Koef. (a) 1 260984 260984
Reg.(bla) 1 7761.91 7761.91 137.985 7.35
Sisa 38 2137.56 56.2517 Fhit>Ftabel, signifikan
Besarnya koefisien korelasi (rx2y) yang diperoleh adalah
rx2y = 0.88548. Kemudian dilakukan uji keberartian korelasi dengan uji-t.
Hipotesis : HoM = 0=ρ (koefisien korelasi tidak berarti)
H1M = 0≠ρ (koefisien korelasi berarti)
Kriteria : tolak HoM jika tabelhitung tt > , pada taraf kesalahan 1%.
Tabel 18. Hasil perhitungan analisis korelasi Y atas X2.
Variabel N rx2y R2x2y Dk thitung ttabel
Angka 40 0.88548 0.78407 38 11.7467 2.42
Kesimpulan yang didapat adalah HoM ditolak. Dengan demikian Ha
diterima yaitu koefisien korelasi berarti. Oleh karena itu koefisien korelasi sah
untuk digunakan dalam penarikan kesimpulan selanjutnya.
Page 71
57
Besarnya koefisien determinasi (R2) adalah 0.78407, ini berarti
pengaruh atau kontribusi X2 terhadap Y adalah sebesar 78.4073%. Dengan
kata lain variasi dalam variabel Y sekitar 78.4073% dapat dijelaskan oleh
variabel X2 melalui persamaan regresi Y = -20.973 + 0.76618 X2.
Dengan demikian hipotesis kedua yang menyatakan terdapat
hubungan yang signifikan antara motivasi berprestasi dengan prestasi belajar
matematika siswa semester 1 kelas XI IPA A SMA Negeri 6 kota Bengkulu
dapat diterima.
4.4.3 Uji Hipotesis Ketiga
Hipotesis ketiga berbunyi “Terdapat hubungan yang signifikan antara
kebiasaan belajar matematika dengan prestasi belajar matematika siswa
semester 1 kelas XI IPA A SMA Negeri 6 kota Bengkulu”.
Persamaan regresi linier Y (prestasi belajar matematika) atas X3
(kebiasaan belajar matematika) yang diperoleh dari perhitungan yang telah
dilakukan adalah : Y = -12.865 + 0.68916 X3. Persamaan regresi Y atas X3
tersebut menunjukkan bahwa setiap kenaikan satu unit X3 akan
mengakibatkan 0.68916 unit kenaikan Y. Hal ini menunjukkan bahwa
terdapat hubungan positif antara X3 dengan Y. Perhitungan keberartian regresi
linier sederhana menggunakan tabel ANAVA dengan taraf kesalahan 1%
menunjukkan bahwa regresi linier sederhana Y atas X3 berarti. Hasil
perhitungannya disajikan pada tabel ANAVA di bawah ini.
Page 72
58
Tabel 19. Tabel ANAVA untuk uji keberartian regresi linier sederhana
Y atas X3 Sumber Variasi Dk JK KT F hitung F tabel
Total 40 270884 270884
Koef. (a) 1 260984 260984
Reg.(bla) 1 6381.58 6381.58 68.9332 7.35
Sisa 38 3517.9 92.5762
Fhit>Ftabel, signifikan
Berdasarkan hasil perhitungan, diperoleh koefisien korelasi antara X3
dan Y yaitu rx3y = 0.80289. Kemudian dilakukan uji keberartian korelasi
dengan uji-t.
Hipotesis : HoK = 0=ρ (koefisien korelasi tidak berarti)
H1K = 0≠ρ (koefisien korelasi berarti)
Kriteria : tolak HoK jika tabelhitung tt > , pada taraf kesalahan 1%.
Tabel 20. Hasil perhitungan analisis korelasi Y atas X3.
Variabel N rx3y R2x3y Dk thitung ttabel
Angka 40 0.80289 0.64464 38 8.3026 2.42
Kesimpulan yang didapat adalah Ho ditolak. Dengan demikian Ha
diterima yaitu koefisien korelasi berarti. Oleh karena itu koefisien korelasi sah
untuk digunakan dalam penarikan kesimpulan selanjutnya.
Besarnya koefisien determinasi (R2) adalah 0.64464, ini berarti
pengaruh atau kontribusi X3 terhadap Y adalah sebesar 64.464%. Dengan kata
lain variasi dalam variabel Y sekitar 64.464% dapat dijelaskan oleh variabel
X2 melalui persamaan regresi Y = -12.865 + 0.68916 X3.
Page 73
59
Dengan demikian hipotesis ketiga yang menyatakan terdapat
hubungan yang signifikan antara kebiasaan belajar matematika dengan
prestasi belajar matematika siswa semester 1 kelas XI IPA A SMA Negeri 6
kota Bengkulu dapat diterima.
4.4.4 Uji Hipotesis Keempat
Hipotesis keempat berbunyi “Terdapat hubungan yang signifikan
antara tingkat kecerdasan, motivasi berprestasi, kebiasaan belajar matematika
dengan prestasi belajar matematika siswa semester 1 kelas XI IPA A SMA
Negeri 6 kota Bengkulu”.
Persamaan regresi linier Y (prestasi belajar matematika) atas X1, X2,
X3 (tingkat kecerdasan, motivasi berprestasi, kebiasaan belajar matematika)
yang diperoleh dari perhitungan yang telah dilakukan adalah :
Y = -38.083 + 0.16452 X1 + 0.52978 X2 + 0.2169 X3.
Persamaan regresi Y atas X1, X2, X3 tersebut menunjukkan bahwa
setiap kenaikan satu unit X1 akan mengakibatkan 0.16452 unit kenaikan Y,
kenaikan satu unit X2 akan mengakibatkan 0.52978 unit kenaikan Y, kenaikan
satu unit X3 akan mengakibatkan 0.2169 unit kenaikan Y. Hal ini
menunjukkan bahwa terdapat hubungan positif antara X1, X2, dan X3 dengan
Y. Perhitungan keberartian regresi linier berganda menggunakan tabel
ANAVA dengan taraf kesalahan 1% menunjukkan bahwa regresi linier
sederhana Y atas X1, X2, dan X3 berarti. Hasil perhitungannya disajikan pada
tabel ANAVA di bawah ini :
Page 74
60
Tabel 21. Tabel ANAVA untuk uji keberartian regresi linier berganda
Y atas X1, X2, dan X3
B
erdasarkan hasil perhitungan, diperoleh ry123 = 0.90155. Adapun besarnya
koefisien determinasi (R2) adalah 0.81279, ini berarti pengaruh atau
kontribusi X1, X2, dan X3 secara bersama-sama terhadap Y adalah sebesar
81.279%.
Dengan demikian hipotesis keempat yang menyatakan terdapat
hubungan yang signifikan antara tingkat kecerdasan, motivasi berprestasi dan
kebiasaan belajar matematika dengan prestasi belajar matematika siswa
semester 1 kelas XI IPA A SMA Negeri 6 kota Bengkulu dapat diterima.
4.5 Pembahasan
Berdasarkan hasil analisa data diperoleh bahwa secara umum siswa memiliki
kecerdasan pada tingkat rata-rata. Kecenderungan motivasi berprestasi yang sedang
dan kebiasaan belajar yang cukup baik.
4.5.1 Kecerdasan Siswa Kelas XI IPA A SMAN 6 Kota Bengkulu
Setelah dilakukan analisa data, diketahui bahwa siswa kelas XI IPA A
SMAN 6 kota Bengkulu memiliki 4 kelompok tingkat kecerdasan (IQ) yaitu
kelompok very superior (cerdas sekali), superior (cerdas), bright normal (di
atas rata-rata), dan average (rata-rata). Untuk kelompok cerdas sekali
berjumlah 8 orang siswa (20%), kelompok cerdas berjumlah 9 orang siswa
Sumber Variasi dk JK KT F hitung F tabel
Regresi 3 8046.242682.08 52.1006 4.38
Sisa 36 1853.2451.4789
Total 39 9899.47
F hitung > Ftabel,
signifikan
Page 75
61
(22.5%), kelompok di atas rata-rata berjumlah 6 orang siswa (15%), dan
kelompok rata-rata berjumlah 17 orang siswa (42.5%). Secara umum tingkat
kecerdasan siswa berada pada kelompok rata-rata.
Adapun skor rata-rata kecerdasan yang diperoleh dari analisa data
adalah sebesar 115.675 yang berarti termasuk dalam kategori bright normal
(di atas rata-rata). Dengan tingkat kecerdasan ini, dimungkinkan siswa akan
memiliki prestasi belajar matematika yang baik. Dari data yang ada, prestasi
belajar matematika siswa kelas XI IPA A kota Bengkulu berdasarkan rata-rata
nilai ujian blok I dan II memiliki rata-rata yang tergolong tinggi yaitu 80.775.
Hal ini sejalan dengan pedoman analisis test yang ditetapkan oleh Nurkancara
dan kawan-kawan (1985 dalam Marsudi 2004: lampiran 28) yaitu untuk IQ
115 maka prestasi yang diharapkan adalah sebesar 78.00 dan untuk IQ 116
maka prestasi yang diharapkan adalah sebesar 79.10.
Pada penelitian ini ditemukan skor rata-rata IQ siswa adalah 115.675
dan siswa berhasil mencapai prestasi hingga 80.775, ini berarti siswa sudah
dapat mencapai prestasi yang diharapkan. Hal ini dapat terjadi karena selain
IQ, tingginya prestasi belajar juga dipengaruhi oleh faktor internal lainnya dan
faktor ekternal pada diri siswa. Siswa yang memiliki IQ memadai dan faktor
lain yang mendukung dengan baik maka siswa tersebut akan dapat
memaksimalkan prestasinya.
Page 76
62
4.5.2 Motivasi Berprestasi Siswa Kelas XI IPA A SMAN 6 Kota Bengkulu
Dari hasil analisa data maka diketahui bahwa siswa kelas XI IPA A
SMAN 6 kota Bengkulu memiliki skor rata-rata motivasi berprestasi siswa
sebesar 132.8. Secara umum motivasi berprestasi siswa berada pada kategori
sedang yaitu besarnya skor angket motivasi berprestasi antara 151,213 dan
114,387 berjumlah 28 siswa (70%). Hanya 2 siswa yang memiliki motivasi
berprestasi tinggi yaitu besarnya skor angket motivasi berprestasi lebih dari
atau sama dengan 151,213 (5%). Sedangkan siswa yang memiliki motivasi
berprestasi rendah yaitu besarnya skor angket motivasi berprestasi kurang dari
atau sama dengan 114,387 berjumlah 10 orang (25%).
Motivasi berprestasi merupakan salah satu faktor internal yang penting
untuk menunjang pencapaian prestasi siswa. Motivasi berprestasi yang baik
akan memberikan dorongan bagi siswa untuk mencapai prestasi yang baik
pula. Rata-rata prestasi belajar matematika kelas XI IPA A kota Bengkulu
yang diperoleh yaitu 80.775. Hal ini berarti dengan tingkat motivasi
berprestasi yang sedang siswa dapat memaksimalkan belajarnya untuk
mencapai prestasi yang baik. Hal ini sejalan dengan pendapat Sadirman (1990
dalam Marsudi, 2004: 41) yaitu hasil belajar akan menjadi optimal jika
memiliki motivasi, semakin tinggi motivasi yang dimiliki maka akan semakin
baik prestasi yang akan dicapai.
Analisa data juga menunjukkan tingkat motivasi siswa berdasarkan
pemenuhan kebutuhan siswa menurut Maslow yaitu 74.53% dari siswa
Page 77
63
termotivasi karena menuntut pemenuhan kebutuhan fisiologis. 78.89% siswa
termotivasi karena menuntut kebutuhan fisiologis dan rasa aman. 81.67%
siswa termotivasi karena menuntut pemenuhan kebutuhan fisiologis, rasa
aman, dan kebutuhan bersosial. 82.63% siswa termotivasi karena menuntut
pemenuhan kebutuhan fisiologis, rasa aman, sosial, dan kebutuhan akan harga
diri. Dan 83% dari siswa termotivasi karena menuntut pemenuhan kebutuhan
untuk mengaktualisasikan diri.
Menurut Maslow (Anonim, 2006) kebutuhan yang paling tinggi adalah
kebutuhan mengaktualisasikan diri dan sebelum mencapai pemenuhan
kebutuhan ini maka haruslah dipenuhi terlebih dahulu empat tingkat
kebutuhan sebelumnya. Dari uraian di atas 83% dari siswa termotivasi untuk
memenuhi kebutuhan aktualisasik diri, sedangkan siswa yang termotivasi
karena menuntut pemenuhan kebutuhan fisiologis ada 74.53% siswa. Ini
menunjukkan bahwa sekitar 8.47% siswa termotivasi untuk
mengaktualisasikan diri meskipun kebutuhan fisiologisnya belum terpenuhi
secara maksimal.
4.5.3 Kebiasaan Belajar Matematika Siswa Kelas XI IPA A SMAN 6 Kota
Bengkulu
Setelah melakukan analisa data, terungkap bahwa kebiasaan belajar
matematika siswa kelas XI IPA A SMAN 6 kota Bengkulu berada pada tiga
kategori baik, cukup baik, dan kurang baik. Siswa yang memiliki kebiasaan
belajar matematika baik yaitu skor angket lebih dari atau sama dengan
Page 78
64
154,436 ada 4 siswa (10%). Siswa yang memiliki kebiasaan belajar
matematika cukup baik yaitu skor angket antara 154,436 dan 117,313 ada 29
siswa (72.5%). Dan siswa yang memiliki kebiasaan belajar matematika
kurang baik yaitu skor angket kurang dari atau sama dengan 117,313 ada 7
siswa (17.5%). Terlihat bahwa secara umum siswa memiliki kebiasaan belajar
yang cukup baik.
Kebiasaan belajar adalah salah satu dari faktor internal yang
mendukung pencapaian prestasi siswa. Kebiasaan belajar yang baik
cenderung akan membawa seseorang untuk mencapai prestasi belajar yang
baik pula. Berdasarkan analisa data (lampiran 14), terdapat 22 siswa (55%)
telah mampu mencapai prestasi belajar matematika lebih dari atau sama
dengan rata-rata prestasi siswa yaitu 80.775.
Kebiasaan belajar yang kurang baik pada diri siswa akan
mempengaruhi belajarnya. Siswa yang kebiasaan belajarnya kurang baik akan
mengalami kesulitan untuk mencoba cara belajar yang baik. Hal ini senada
dengan pendapat Slameto (1995: 84) bahwa kebiasaan akan mempengaruhi
proses belajar, seperti membuat jadwal belajarnya sendiri, membaca dan
membuat catatan, konsentrasi dan mengerjakan tugas. Jika siswa tidak
terbiasa melakukan hal tersebut maka siswa itu akan mengalami kesulitan
dalam belajarnya dan ini tentu mempengaruhi prestasi belajar siswa.
Page 79
65
4.5.4 Hubungan Antara Tingkat Kecerdasan dengan Prestasi Belajar
Matematika Siswa Semester 1 Kelas XI IPA A SMAN 6 Kota Bengkulu
Berdasarkan analisa data dan perhitungan regresi dan korelasi
sederhana antara tingkat kecerdasan (X1) dengan prestasi belajar (Y)
diperoleh persamaan regresi Y = 9.42171 + 0.61684 X1. Selanjutnya
dilakukan uji keberartian regresi dan linieritas. Untuk uji keberartian regresi
diperoleh Fhitung = 12.9393 > Ftabel = 7.35 pada taraf kesalahan 0.01 dan
untuk uji linieritas diperoleh Fhitung = 0.61684 < Ftabel = 3.00 pada taraf
kesalahan sebesar 0.01. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan
signifikan dan positif atau searah antara tingkat kecerdasan siswa dengan
prestasi belajar matematika, dimana setiap kenaikan satu unit X1
mengakibatkan 0.61684 unit kenaikan Y. Jadi makin tinggi tingkat
kecerdasan siswa maka makin tinggi pula prestasi belajar matematika siswa.
Kuatnya hubungan antara tingkat kecerdasan siswa dengan prestasi
belajar matematika siswa ditunjukkan dengan koefisien korelasi yang
diperoleh dari hasil perhitungan yaitu rx1y = 0.504. Kemudian uji keberartian
koefisien korelasi dilakukan dengan uji t dan diperoleh thitung = 3.59712
> ttabel = 2.42 dengan taraf kesalahan 0.01 maka koefisien korelasi Y atas X1
berarti.
Koefisien determinasi yang diperoleh adalah r2x1y = 0.25401 . Hal ini
berarti besarnya pengaruh tingkat kecerdasan terhadap prestasi belajar
matematika siswa adalah sebesar 25.401%. Dengan kata lain tingkat
Page 80
66
kecerdasan memberikan kontribusi sebesar 25.401% pada prestasi belajar
matematika siswa. Ini sejalan dengan temuan Yuniarti (1988 dalam Azwar,
2004: 168) bahwa korelasi intelegensi dengan prestasi belajar yang signifikan
sebesar r = 0.4896 (R2 = 0.239). Temuan ini juga didukung oleh kesimpulan
Budimarwanto (1991 dalam Azwar, 2004: 168) yang menemukan koefisien
sebesar r = 0.371 (R2 = 0.137) pada sampel 200 orang siswa kelas II SMA.
Dengan demikian hipotesis yang menyatakan bahwa terdapat
hubungan antara tingkat kecerdasan dengan prestasi belajar matematika siswa
semester 1 kelas XI IPA A SMAN 6 kota Bengkulu diterima.
4.5.5 Hubungan Antara Motivasi Berprestasi dengan Prestasi Belajar
Matematika Siswa Semester 1 Kelas XI IPA A SMAN 6 Kota Bengkulu
Berdasarkan analisa data dan perhitungan regresi dan korelasi
sederhana antara motivasi berprestasi (X2) dengan prestasi belajar (Y)
diperoleh persamaan regresi Y = -20.973 + 0.76618 X2. Selanjutnya
dilakukan uji keberartian regresi dan linieritas. Untuk uji keberartian regresi
diperoleh Fhitung =137.985 > Ftabel = 7.35 pada taraf kesalahan 0.01 dan untuk
uji linieritas diperoleh F hitung = 0.76618 < F tabel = 3.29 pada taraf kesalahan
sebesar 0.01. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan signifikan dan
positif atau searah antara motivasi berprestasi siswa dengan prestasi belajar
matematika, dimana setiap kenaikan satu unit X2 mengakibatkan 0.76618 unit
kenaikan Y.
Page 81
67
Kuatnya hubungan antara motivasi berprestasi siswa dengan prestasi
belajar matematika siswa ditunjukkan dengan koefisien korelasi yang
diperoleh dari hasil perhitungan yaitu rx2y = 0.88548. Kemudian uji
keberartian koefisien korelasi dilakukan dengan uji t dan diperoleh thitung
= 11.7467 > ttabel = 2.42 dengan taraf kesalahan 0.01 maka koefisien korelasi
Y atas X2 berarti.
Koefisien determinasi yang diperoleh adalah r2x2y = 0.78407. Hal ini
berarti besarnya pengaruh motivasi berprestasi terhadap prestasi belajar
matematika siswa adalah sebesar 78.4073%. Dengan kata lain motivasi
berprestasi memberikan kontribusi sebesar 78.4073% pada prestasi belajar
matematika siswa.
Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa makin tinggi motivasi
berprestasi siswa maka makin tinggi pula prestasi belajar matematika siswa.
Hal ini sejalan dengan pendapat Riva’i (2000: 3) dalam hasil penelitiannya
bahwa dalam mencapai keberhasilan belajar, siswa yang memiliki motivasi
untuk berprestasi tinggi maka upaya mengoptimalkan kemampuan yang
dimilikinya akan tinggi. Hal tersebut akan menyebabkan hasil belajar atau
prestasi belajar siswa akan cenderung baik.
Dengan demikian hipotesis yang menyatakan bahwa terdapat
hubungan antara motivasi berprestasi dengan prestasi belajar matematika
siswa semester 1 kelas XI IPA A SMAN 6 kota Bengkulu diterima.
Page 82
68
4.5.6 Hubungan Antara Kebiasaan Belajar Matematika dengan Prestasi
Belajar Matematika Siswa Semester 1 Kelas XI IPA A SMAN 6 Kota
Bengkulu
Berdasarkan analisa data dan perhitungan regresi dan korelasi
sederhana antara kebiasaan belajar matematika (X3) dengan prestasi belajar
(Y) diperoleh persamaan regresi Y = -12.865 + 0.68916 X3. Selanjutnya
dilakukan uji keberartian regresi dan linieritas. Untuk uji keberartian regresi
diperoleh Fhitung = 68.9332 > F tabel = 7.35 pada taraf kesalahan 0.01 dan untuk
uji linieritas diperoleh F hitung = 3.11 < F tabel = 3.16 pada taraf kesalahan
sebesar 0.01. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan signifikan dan
positif atau searah antara kebiasaan belajar matematika siswa dengan prestasi
belajar matematika, dimana setiap kenaikan satu unit X3 mengakibatkan
0.68916 unit kenaikan Y. Jadi makin baik kebiasaan belajar matematika siswa
maka makin tinggi pula prestasi belajar matematika siswa.
Kuatnya hubungan antara kebiasaan belajar matematika siswa dengan
prestasi belajar matematika siswa ditunjukkan dengan koefisien korelasi yang
diperoleh dari hasil perhitungan yaitu rx3y = 0.80289. Kemudian uji
keberartian koefisien korelasi dilakukan dengan uji t dan diperoleh thitung =
8.3026 > ttabel = 2.42 dengan taraf kesalahan 0.01 maka koefisien korelasi Y
atas X3 berarti.
Koefisien determinasi yang diperoleh adalah r2x3y = 0.64464. Hal ini
berarti besarnya pengaruh kebiasaan belajar matematika terhadap prestasi
Page 83
69
belajar matematika siswa adalah sebesar 64.464%. Dengan kata lain
kebiasaan belajar matematika memberikan kontribusi sebesar 64.4642% pada
prestasi belajar matematika siswa.
Dengan demikian hipotesis yang menyatakan bahwa terdapat
hubungan antara kebiasaan belajar matematika dengan prestasi belajar
matematika siswa semester 1 kelas XI IPA A SMAN 6 kota Bengkulu
diterima.
4.5.7 Hubungan Antara Tingkat Kecerdasan, Motivasi Berprestasi, dan
Kebiasaan Belajar Matematika dengan Prestasi belajar Matematika
Siswa Semester 1 Kelas XI IPA A SMAN 6 Kota Bengkulu
Berdasarkan analisa data dan perhitungan regresi dan korelasi linier
berganda antara tingkat kecerdasan, motivasi berprestasi, kebiasaan belajar
matematika (X1, X2, dan X3) dengan prestasi belajar (Y) diperoleh persamaan
regresi Y = -38.083 + 0.16452 X1 + 0.52978 X2 + 0.2169 X3. Selanjutnya
dilakukan uji keberartian regresi linier berganda. Untuk uji keberartian regresi
diperoleh Fhitung = 52.1006 > F tabel = 4.38 pada taraf kesalahan 0.01. Hal ini
menunjukkan bahwa terdapat hubungan signifikan dan positif antara tingkat
kecerdasan, motivasi berprestasi, dan kebiasaan belajar matematika siswa
secara bersama-sama dengan prestasi belajar matematika. Jadi makin tinggi
skor tingkat kecerdasan, motivasi berprestasi, dan kebiasaan belajar
matematika siswa maka makin tinggi pula prestasi belajar matematika siswa.
Page 84
70
Kuatnya hubungan antara tingkat kecerdasan, motivasi berprestasi,
dan kebiasaan belajar matematika siswa secara bersama-sama dengan prestasi
belajar matematika siswa ditunjukkan dengan koefisien korelasi yang
diperoleh dari hasil perhitungan yaitu ry123 = 0.90155. Koefisien determinasi
yang diperoleh adalah R2 = 0.81279. Hal ini berarti besarnya pengaruh atau
kontribusi X1 (tingkat kecerdasan), X2 (motivasi berprestasi), dan X3
(kebiasaan belajar matematika) secara bersama-sama terhadap Y (prestasi
belajar matematika siswa) adalah sebesar 81.279%. Dengan kata lain tingkat
kecerdasan, motivasi berprestasi, dan kebiasaan belajar matematika secara
bersama-sama memberikan kontribusi sebesar 81.279% pada prestasi belajar
matematika siswa.
Dengan demikian hipotesis yang menyatakan bahwa terdapat
hubungan antara tingkat kecerdasan, motivasi berprestasi, dan kebiasaan
belajar matematika siswa dengan prestasi belajar matematika siswa semester 1
kelas XI IPA A SMAN 6 kota Bengkulu diterima.
Page 85
71
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan maka peneliti dapat menarik
beberapa kesimpulan sebagai berikut :
1. Dari hasil uji hipotesis pertama disimpulkan bahwa: terdapat hubungan yang
signifikan antara tingkat kecerdasan dengan prestasi belajar matematika siswa
semester 1 kelas XI IPA A SMAN 6 kota Bengkulu, dengan besarnya
sumbangan 25.401%. Makin tinggi tingkat kecerdasan siswa (X1) maka makin
tinggi pula prestasi belajar matematika yang dicapai siswa tersebut (Y), dengan
kenaikan sebesar 0.61684 unit atau dapat dijelaskan dengan persamaan regresi
Y = 9.42171 + 0.61684 X1.
2. Dari hasil uji hipotesis kedua disimpulkan bahwa: terdapat hubungan yang
signifikan antara motivasi berprestasi dengan prestasi belajar matematika siswa
semester 1 kelas XI IPA A SMAN 6 kota Bengkulu, dengan besarnya
sumbangan 78.4073%. Makin tinggi motivasi berprestasi siswa (X2) maka
makin tinggi pula prestasi belajar matematika yang dicapai siswa tersebut (Y),
dengan kenaikan sebesar 0.61684 unit atau dapat dijelaskan dengan persamaan
regresi Y = -20.973 + 0.76618 X2.
3. Dari hasil uji hipotesis ketiga disimpulkan bahwa: terdapat hubungan yang
signifikan antara kebiasaan belajar matematika dengan prestasi belajar
matematika siswa semester 1 kelas XI IPA A SMAN 6 kota Bengkulu, dengan
besarnya sumbangan 64.464%. Makin tinggi (baik) kebiasaan belajar
Page 86
72
matematika siswa (X3) maka makin tinggi pula prestasi belajar matematika
yang dicapai siswa tersebut (Y), dengan kenaikan sebesar 0.6891 unit atau
dapat dijelaskan dengan persamaan regresi Y = -12.865 + 0.6891X3.
4. Dari hasil uji hipotesis keempat disimpulkan bahwa: terdapat hubungan yang
signifikan antara tingkat kecerdasan, motivasi berprestasi, dan kebiasaan belajar
matematika dengan prestasi belajar matematika siswa semester 1 kelas XI IPA
A SMAN 6 kota Bengkulu. Makin tinggi tingkat kecerdasan (X1), motivasi
berprestasi (X2), dan makin baik kebiasaan belajar matematika siswa (X3) maka
makin tinggi pula prestasi belajar matematika yang dicapai siswa tersebut (Y),
dengan kenaikan masing- masing sebesar 0.1645 unit, 0.52978 unit, dan 0.2169
unit atau dapat dijelaskan dengan persamaan regresi
Y = -38.083 + 0.1645 X1 + 0.52978 X2 + 0.2169 X3.
Besarnya kontribusi tingkat kecerdasan, motivasi berprestasi, dan kebiasaan
belajar matematika secara bersama-sama adalah 81.2794% terhadap prestasi
belajar matematika.
5. Rata – rata tingkat kecerdasan siswa berada pada kategori di atas rata-rata,
motivasi berprestasi yang tinggi, kebiasaan belajar yang baik, sehingga prestasi
belajar tergolong tinggi.
Page 87
73
5.2 Saran
Sesuai dengan apa yang diperoleh dari hasil penelitian ini, penelitili
memberikan beberapa saran sebagai berikut:
1. Untuk mempertahankan dan meningkatkan prestasi belajar matematika, guru
sebagai fasilitator dalam belajar di sekolah diharapkan mampu menjaga
kestabilan dan meningkatkan motivasi berprestasi siswa pada saat proses belajar
mengajar di sekolah.
2. Untuk mempertahankan dan meningkatkan rata-rata prestasi belajar matematika
siswa, hendaknya guru senantiasa memberikan pengarahan tentang cara belajar
yang baik agar siswa dapat membentuk kebiasaan belajar yang baik.
3. Dalam penelitian ini, peneliti hanya melihat hubungan masing-masing variabel
terikat dengan prestasi belajar matematika, dan juga hubungannya secara
bersama-sama dengan prestasi belajar matematika. Ada baiknya untuk
penelitian selanjutnya dilihat pula hubungan antar variabel-variabel terikat.
4. Variabel dalam penelitian ini difokuskan pada tiga faktor internal dari diri
siswa, ada baiknya dilakukan penelitian lanjutan yang variabelnya melibatkan
beberapa faktor internal dan eksternal dari diri siswa.
Page 88
74
DAFTAR PUSTAKA
Ahmadi, Abu dan Widodo Supriyono. 2004. Psikologi Belajar. Jakarta: Rineka Cipta.
Aini, Mardiatul. 2001. Hubungan Antara Sikap dan Kebiasaan Belajar Matematika
dengan Prestasi Belajar Matematika siswa kelas II di Sltp N 3 Arga Makmur.
Skripsi FKIP. UNIB.
Anonim. 2006. Intelegensi dan IQ. http://kentaks.blogspirit.com/archive/2006/03/
04/intelegensi-dan-iq.html
Anonim. 2006. Teori Maslow. http//tuan mat.tripod.com/teorimaslow.html
Anonim. 2003. Undang-Undang RI No. 20 Tahun 2003 tentang SISDIKNAS. Bandung:
Citra Umbara.
Arikunto, S. 1999. Prosedur Penelitian. Yogyakarta: Rineka Cipta.
. 2002. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.
Asih, Nur. 2002. Pengaruh Tingkat kecemasan dan motivasi Belajar terhadap Prestasi
Belajar Matematika Siswa. Skripsi FKIP UNIB.
Azwar, Saifuddin. 2004. Pengantar Psikologi Inteligensi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Dalyono, M. 1997. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.
Depdikbud. 1998. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
Depdiknas. 2003. Standar Kompetensi Mata pelajaran matematika. Jakarta.
Dimyati, Mudjiono. 1989. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.
Djamarah, Syaiful Bahri dan Azwan Zain. 1994. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta:
Rineka Cipta.
Djamarah, Syaiful Bahri. 2002. Rahasia Sukses Belajar. Jakarta: Rineka Cipta.
Fatmawati. 2003. Hubungan Minat dan Keiasaan Belajar Matematika Siswa. Skripsi
FKIP UNIB.
Hamalik, O. 1992. Psikologi Belajar dan Mengajar. Bandung: Sinar Baru Algensindo.
Marlia. 2005. Analisis Kebiasaan Belajar Matematika Siswa. Skripsi FKIP UNIB.
Page 89
75
Marsudi, Mut. 2005. Hubungan Antara Kecerdasan, Kepribadian, dan Bakat Fisika
terhadap prestasi Belajar Siswa Kelas I SMAN 4 Kota Bengkulu. Skripsi
FKIP UNIB.
Mudzakir, Achmad dan Joko Sutrisno. 1997. Psikologi Pendidikan. Bandung: Pustaka
Setia.
Prayitno dan Erman Anti. 1994. Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling. Depdikbud.
Riva’i, Veithzal. H. 2000. Hasil Belajar Matematika Ekonomi Mahasiswa Fakultas
Ekonomi. Tanggerang: Laporan penelitian FE Universitas Jayabaya.
http://www.depdiknas.go.id/jurnal/31.
Sardiman. 1987. Interaksi dan Motivasi belajar Mengajar. Jakarta: Rajawali Pers.
Slameto. 1995. Belajar dan faktor-faktor yang mempengaruhinya. Jakarta: Rineka
Cipta.
Soedjadi. R. 2000. Kiat-kiat Pendidikan Matematika di Indonesia. Depdiknas: Jakarta.
Sudjana, Nana dan Ibrahim. 1989. Penelitian pendidikan. Bandung: Sinar Baru.
Sudjana, Nana. 1994. Dasar-dasar Penelitian pendidikan. Bandung: Sinar Baru.
____________. 2002. Teknik Analisis Regresi dan Korelasi Bagi Para Peneliti.
Bandung: Tarsito.
Sujanto, Agus. 1995. Psikologi Umum. Jakarta: Bumi Aksara
Suryabrata, Sumadi. 2004. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Rajawali Grafindo Persada.
Sutinah, Tin. 2002. Hubungan Kebiasaan Belajar dengan Hasil belajar Mahasiswa
Program Studi pendidikan Fisiska FKIP UNIB.Skripsi FKIP UNIB.
Syaeckhoni. 2005. Hubungan Minat dan strategi belajar Matematika dengan Prestasi
Belajar Matematika Siswa Kelas 2 SMP N 11 Kota Bengkulu Tahun pelajaran
2005 – 2006. Skripsi FKIP UNIB.
Widayatun, Tri Rusmi. 1999. Ilmu Perilaku. Jakarta: PT. Fajar Interpratama.
Page 90
76
RIWAYAT HIDUP
Mulyani, lahir di Lubuk Linggau 3 Januari 1985 anak ke delapan dari delapan
bersaudara. Penulis menamatkan Sekolah Dasar pada tahun 1996 di SD Negeri 51
Lubuk Linggau. Kemudian menamatkan Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama pada tahun
1999 di SLTP Negeri 3 Lubuk Linggau dan menamatkan Sekolah Menengah Umum di
SMU Negeri I Lubuk Linggau pada tahun 2002.
Pada tahun 2002 penulis diterima di program studi pendidikan matematika
FKIP UNIB melalui jalur Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB). Penulis telah
melaksanakan KUKERTA (Kuliah Kerja Nyata) di Desa Aur ringit Kecamatan tanjung
Kemuning Kabupaten Kaur. Dan penulis melaksanakan PPL (Program Pengalaman
Lapangan) di SMP Negeri 4 Kota Bengkulu.