HUBUNGAN ANTARA RELIGIUSITAS DENGAN PEMAAFAN PADA PELAYANGEREJA ISA ALMASIH PATI OLEH ELUZIA YULITASARI 802012032 TUGAS AKHIR Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Guna Memenuhi Sebagian Dari Persyaratan Untuk Mencapai Gelar Sarjana Psikologi Program Studi Psikologi FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA SALATIGA 2016
33
Embed
Hubungan antara Religiusitas dengan Pemaafan pada Pelayan ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10142/2/T1_802012032_Full text.pdf · bertumbuh secara iman dan berdampak kepada
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
HUBUNGAN ANTARA RELIGIUSITAS DENGAN PEMAAFAN PADA
PELAYANGEREJA ISA ALMASIH PATI
OLEH
ELUZIA YULITASARI
802012032
TUGAS AKHIR
Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Guna Memenuhi Sebagian Dari Persyaratan
Untuk Mencapai Gelar Sarjana Psikologi
Program Studi Psikologi
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA
SALATIGA
2016
PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS AKHIR UNTUKKEPENTINGAN
AKADEMIS
Sebagai citivas akademika Universitas Kristen Satya Wacana (UKSW), saya yang
bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Eluzia Yulitasari
Nim : 802012032
Program Studi : Psikologi
Fakultas : Psikologi, Universitas Kristen Satya Wacana
Jenis Karya : Tugas Akhir
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada UKSW
hal bebas royalti non-eksklusif (non-exclusive royality freeright) atas karya ilmiah saya
berjudul:
HUBUNGAN ANTARA RELIGIUSITAS DENGAN PEMAAFAN PADA
PELAYAN GEREJA ISA ALMASIHPATI
Dengan hak bebas royalty non-eksklusif ini, UKSW berhak menyimpan, mengalihmedia
atau mengalihformatkan, mengelola dalam bentuk pangkalan data, merawat dan
mempublikasikan tugas akhir, selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis
atau pencipta.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di : Salatiga
PadaTanggal : 29 Maret 2016
Yang menyatakan,
Eluzia Yulitasari
Mengetahui,
Pembimbing
Berta Esti Ari Prasetya, S.Psi, MA
PERNYATAAN KEASLIAN TUGAS AKHIR
Yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Eluzia Yulitasari
Nim : 802012032
Program Studi : Psikologi
Fakultas : Psikologi, Universitas Kristen Satya Wacana
Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa tugas akhir, judul:
HUBUNGAN ANTARA RELIGIUSITAS DENGAN PEMAAFAN PADA
PELAYAN GEREJA ISA ALMASIH PATI
Yang dibimbing oleh:
Berta Esti Ari Prasetya, S.Psi, MA
Adalah benar-benar hasil karya saya.
Di dalam laporan tugas akhir ini tidak terdapat keseluruhan atau sebagian tulisan atau
gagasan orang lain yang saya ambil dengan cara menyalin atau meniru dalam bentuk
rangkaian kalimat atau gambar serta simbol yang saya akui seolah-olah sebagai karya
saya sendiri tanpa memberikan pengakuan pada penulis atau sumber aslinya.
Salatiga, 29 Maret 2016
Yang memberipernyataan,
Eluzia Yulitasari
LEMBAR PENGESAHAN
HUBUNGAN ANTARA RELIGIUSITAS DENGAN PEMAAFAN PADA
PELAYAN GEREJA ISA ALMASIH PATI
Oleh
Eluzia Yulitasari
802012032
TUGAS AKHIR
Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Guna Memenuhi Sebagian Dari Persyaratan
Untuk Mencapai Gelar Sarjana Psikologi
Disetujui pada tanggal 29 Maret 2016
Oleh:
Pembimbing,
Berta Esti Ari Prasetya, S.Psi, MA
Diketahui Oleh, Disahkan Oleh,
Kaprogdi Dekan
Dr. Chr. Hari Soetjiningsih, MS. Prof. Dr. SutartoWijono, MA.
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA
SALATIGA
2016
HUBUNGAN ANTARA RELIGIUSITAS DENGAN PEMAAFAN PADA
PELAYANGEREJA ISA ALMASIH PATI
Eluzia Yulitasari
Berta Esti Ari Prasetya
Program Studi Psikologi
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA
SALATIGA
2016
i
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara religiusitas dengan
pemaafan pada pelayan Gereja Isa Almasih Pati. Jumlah sampel dalam penelitian ini
adalah 50 orang. Pengambilan sampel dengan menggunakan sampel jenuh. Alat ukur
yang digunakan dalam pengambilan data adalah The Religiousity scale of christian
sample dan Transgression-Related Interpersonal Motivasion Inventory ( TRIM-18).
Data dianalisis menggunakan program SPSSv 16. Hasil penelitian ini menunjukkan
korelasi antara religiusitas dengan pemaafan memperoleh r = 0,516 dengan sig 0,000
(p<0,05) yang berarti adanya hubungan positif antara religiusitas dengan pemaafan.
Kata Kunci : Religiusitas, Pemaafan
ii
Abstract
This study was aimed to determine the relation between religiousitywith forgiveness in
clergy of Isa Almasih Church in Pati. Total sample in this study was 50 respondents.
The sampling technique used was boring sampling. The measuring instruments used in
data collection were The Religiousity Scale of Christian Sample and Transgression-
Related Interpersonal Motivation Inventory ( TRIM-18). Analysis of the data in this
study using SPSSv.16 program.These results indicate a correlation between religiosity
with forgiveness to obtain results with r = 0.516 sig = 0.000 (p >0.05), which means
that there is a significant positive relationship between religiousity with forgiveness.
Keywourds : Relogiousity, Forgiveness
1
PENDAHULUAN
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (Sugiyono., Muryati, Y., 2008) gereja
adalah suatu gedung (rumah) tempat berdoa dan melakukan upacara agama kristen dan
badan (organisasi) umat kristen yang sama kepercayaan, ajaran dan tata caranya (-
Katolik, - Protestan, dan lain-lain). Salah satu gereja yang ada di Pati adalah Gereja Isa
Almasih. Sebelum melakukan penelitian peneliti melakukan wawancara terhadap
pendeta dari Gereja Isa Almasih mengenai misi dan visi gereja pada tanggal 25 Oktober
2015 setelah selesai ibadah pagi di gereja tersebut. Dalam Gereja Isa Almasih sendiri
memiliki misi yaitu membangun Tubuh Kristus (Gereja dan Pribadi masing-masing)
dan mewujudkan perubahan penanaman nilai-nilai Kerajaan Allah (Alkitab sebagai
buku ajaran umat kristiani) dan memiliki visi yaitu menjadikan jemaat yang dinamis,
bertumbuh secara iman dan berdampak kepada sesama, sehingga gereja tersebut dapat
menjalankan setiap misi dan visi tersebut dengan adanya pelayan gereja yang membantu
dalam proses pelayanan baik di dalam atau di luar gereja.
Pelayanan didalam gereja meliputi pemimpin pujian atau yang memimpin
dalam bernyanyi, sebagai singer atau sebagai pengisi suara yang membantu pemimpin
pujian, pemain musik, pembawa renungan atau pengkotbah, pembawa kantong
persembahan, sebagai user atau penyambut tamu jemaat gereja, sebagai petugas LCD,
dan masih banyak lagi, hal ini diketahui oleh peneliti dari hasil observasi dan dengan
melakukan wawancara sebagai penguat observasi yang dilakukan pada tanggal 25
Oktober 2015. Ada pula pelayanan diluar gereja dilakukan dalam hal kemanusiaan
seperti menjual sembako kepada masyarakat sekitar gereja yang kurang mampu seperti
tukang becak, keluarga miskin dan lain-lain dengan harga yang sangat murah. Jika
2
terjadi bencana alam seperti banjir maka pelayan gereja menyediakan makanan, obat-
obatan bagi korban bencana alam tersebut.
Pelayan gereja adalah seseorang atau tim yang bergerak untuk memenuhi
kebutuhan suatu kegiatan gerajani yang dilakukan secara sukarela tanpa adanya tekanan
dari manapun (Haryyo, 2010). Dalam setiap pelayanan terdapat banyak individu yang
mengajukan diri sebagai pelayan yang bersedia melayani tanpa mendapatkan upah atau
gaji dari gereja itu sendiri. Begitu pula hal tersebut dilakukan oleh pelayan Gereja Isa
Almasih kota Pati yang bersedia melakukan pelayanan tanpa mendapatkan upah atau
gaji dari majelis gereja. Setiap pelayan sudah memiliki jadwal-jadwal pelayanan yang
sudah ditetapkan, sehingga bagi pelayan gereja yang sedang berhalangan karena suatu
hal yang sangat mendesak atau penting seperti sedang sakit dapat bertukar waktu
pelayanan dengan pelayan yang lain.
Pelayan di gereja tersebut memiliki karakter dan latar belakang yang berbeda-
beda. Mereka melakukan interaksi satu sama lain sebagai makhluk sosial yang memiliki
kebutuhan untuk berinteraksi satu dengan yang lainnya. Hal tersebut kerap
memunculkan gesekan antara satu dengan yang lainnya. Baik dalam perlakukan, tutur
kata yang menyakiti hati ataupun kritikan-kritikan tajam yang memicu adanya perasaan
sakit hati pada setiap pelayan itu sendiri. Hal ini berpotensi memunculkan rasa sakit hati
oleh satu sama lain dan adanya kesulitan dalam memaafkan atau meminta maaf pada
orang yang disakiti.
Hal tersebut didukung dengan wawancara pada beberapa pelayan gereja
tersebut, wawancara dilakukan di Gereja Isa Almasih pada tanggal 1 November 2015
setelah kegiatan ibadah pagi digereja tersebut. Berdasarkan hasil observasi dan
3
wawancara yang dilakukan oleh peneliti efek negatif yang akan terjadi jika individu
tidak mampu melakukan pemaafanadalah ketidaknyamanan saat pelayanan berlangsung,
tidak adanya ketulusan dalam bekerjasama saat pelayanan, dan saling merugikan satu
sama lain seperti memfitnah atau menyebarkan hal negatif pada pelayan yang lainnya.
Sehingga mengakibatkan beberapa pelayan gereja undur diri dari pelayanan, bahkan ada
beberapa pelayan yang memutuskan untuk berpindah ke gereja lain karena merasa sakit
hati dan merasa tidak nyaman dengan keadaan tersebut.
Pemaafan merupakan sikap seseorang yang telah disakiti untuk tidak melakukan
perbuatan balas dendam terhadap orang yang menyakiti, tidak adanya keinginan untuk
menjauhi pelaku (McCullough dalam prasylia, 2015). Adanya pemaafan menimbulkan
keinginan untuk berdamai dan berbuat baik terhadap orang yang menyakiti walaupun
orang yang telah menyakiti telah berbuat menyakitkan terhadap individu. Namun
pemaafan merupakan hal yang tidak mudah dilakukan karena harus melibatkan dua
faktor, yaitu harus menghilangkan motivasi membalas dendam dan menghilangkan
motivasi untuk menjauhi orang yang menyakiti (McCullough, 1999). Pemaafan tidak
hanya menghilangkan perasaan negatif saja, namun harus mengembalikan perasaan
positif terhadap pelakunya (Worthington, 1998). Pemaafan juga memiliki tujuan untuk
mengembalikan hubungan yang baik antara individu dengan individu lainnya.
Efek negatif yang akan terjadi jika tidak mampu melakukan pemaafan diantara
pelayan gereja adalah akan terjadi perpecahan diantara mereka yang akan memengaruhi
gereja, akan terbentuknya kelompok-kelompok yang menimbulkan perpecahan dalam
gereja dan akan menimbulkan persaingan antar kelompok pelayan satu dengan yang
lainnya. Hal tersebut diketahui dengan adanya wawancara terhadap beberapa pelayan
4
Gereja Isa Almasih pada tanggal 25 Oktober 2015. Ketidakmampuan untuk memaafkan
juga memiliki efek negatif yang dapat merugikan diri individu sendiri. Hal ini
ditemukan dalam penelitian di Medical College of Georgia, orang-orang yang mengaku
tidak dapat memaafkan memiliki dendam selama bertahun-tahun mengalami
peningkatan risiko beberapa masalah kesehatan termasuk penyakit jantung, hipertensi,
maag, sakit punggung, dan sakit kepala. (Detik.com, 2014 )