HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH ORANG TUA DAN MINAT BACA DENGAN PRESTASI BELAJAR SOSIOLOGI SISWA KELAS XI ILMU SOSIAL SMA AL-ISLAM 1 SURAKARTA TAHUN AJARAN 2008/2009 Skripsi Oleh RAHMAT WAHYU HIMAWAN K 8404040 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2010
114
Embed
HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH ORANG TUA DAN · PDF filedata yang digunakan adalah metode angket dan metode dokumentasi. Teknik ... berbagai pihak selama persiapan, ... Ciri-ciri Belajar
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH ORANG TUA DAN MINAT BACA
DENGAN PRESTASI BELAJAR SOSIOLOGI SISWA KELAS XI
ILMU SOSIAL SMA AL-ISLAM 1 SURAKARTA
TAHUN AJARAN 2008/2009
Skripsi
Oleh
RAHMAT WAHYU HIMAWAN
K 8404040
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2010
2
HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH ORANG TUA DAN MINAT BACA
DENGAN PRESTASI BELAJAR SOSIOLOGI SISWA KELAS XI
ILMU SOSIAL SMA AL-ISLAM 1 SURAKARTA
TAHUN AJARAN 2008/2009
Oleh
RAHMAT WAHYU HIMAWAN
K 8404040
Skripsi
Ditulis dan diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan mendapatkan gelar
Sarjana Pendidikan Program Pendidikan Sosiologi Antropologi
Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2010
3
PERSETUJUAN PEMBIMBING
Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan Tim Penguji
Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Univesitas Sebelas Maret
Anggota I : Drs.HM.Haryono,M.Si ...............................
Anggota II : Dra.Hj.Siti Rochani,CH.M.Pd ...............................
Disahkan oleh
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sebelas Maret
Dekan,
Prof.Dr.H.M.Furqon Hidayatullah,M.Pd
NIP.19600727 198702 1 001
5
ABSTRAK
Rahmat Wahyu Himawan. HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH ORANG TUA DAN MINAT BACA DENGAN PRESTASI BELAJAR SOSIOLOGI SISWA KELAS XI ILMU SOSIAL SMA AL ISLAM 1 SURAKARTA TAHUN AJARAN 2008/2009. Skripsi. Surakarta. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas Sebelas Maret. Januari 2010.
Tujuan Penelitian ini adalah untuk mengetahui ada tidaknya hubungan positif yang signifikan antara : 1). Pola Asuh Orang Tua dengan Prestasi Belajar Sosiologi Siswa 2). Minat Baca dengan Prestasi Belajar Sosiologi Siswa 3). Pola Asuh Orang Tua dan Minat Baca Siswa dengan Prestasi Belajar Sosiologi Siswa Kelas XI Ilmu Sosial SMA Al-Islam 1 Surakarta Tahun Ajaran 2008/2009.
Penelitian ini menggunakan metode deskripstif kuantitatif korelasional. Populasi adalah seluruh siswa kelas XI Ilmu Sosial Al Islam 1 Surakarta tahun ajaran 2008/2009 sejumlah 197 siswa, dengan jumlah sampel yang diambil adalah 40 siswa. Sampel diambil dengan teknik cluster sampling. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah metode angket dan metode dokumentasi. Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis statistik korelasional dengan teknik regresi linier ganda dengan bantuan komputer seri program statistik (SPS-2000) edisi Sutrisno Hadi dan Yuni Pamardiningsih.
Berdasarkan hasil penelitian terdapat hubungan positif yang signifikan antara Pola Asuh Orang Tua (X1) dengan Prestasi Belajar Sosiologi Siswa (Y), dengan rx1y = 0,387 dan p < 0,050 yaitu 0,013 < 0,050 , sehingga hipothesis pertama, “ada hubungan positif yang signifikan antara pola asuh orang tua terhadap prestasi belajar sosiologi siswa”, dapat diterima. Terdapat hubungan positif yang signifikan antara minat baca (X2) dengan prestasi belajar sosiologi siswa (Y), dengan rx2 y = 0,306 dan p < 0,15 yaitu 0,052 < 0,15 sehingga hipothesis kedua diterima “ada hubungan positif yang cukup signifikan antara minat baca dengan prestasi belajar sosiologi siswa”,. Terdapat hubungan positif yang signifikan antara pola asuh orang tua (X1) dan minat baca siswa (X2) secara bersama-sama dengan prestasi belajar sosiologi siswa (Y), dengan rx1x2 y = 0,544, dan F = 7,760, p < 0,050 yaitu 0,002 < 0,050 sehingga hipothesis ketiga “ada hubungan positif yang signifikan antara pola asuh orang tua dan minat baca dengan prestasi belajar sosiologi siswa”, diterima.
6
ABSTRACT
Rahmat Wahyu Himawan. THE CORRELATION BETWEEN PARENTING AND STUDENT’S READING INTEREST ON THE STUDENT’S ACHIEVEMENT OF SOCIOLOGY SUBJECT AT THE ELEVENTH GRADE OF SOCIAL PROGRAM IN AL ISLAM 1 SURAKARTA IN THE ACADEMIC YEAR 2008/2009. Thesis. Surakarta. Teacher Training and Education Faculty. Sebelas Maret University. January 2010.
This research is aimed at knowing there is significant correlation between:
1). Parenting and student’s achievement of sociology subject 2). Reading interest and student’s achievement of sociology subject 3). Parenting and student’s reading interest on student’s achievement of sociology subject at the eleventh grade of social program in Al-Islam 1 Surakarta in the academic year 2008/2009.
Descriptive quantitative correlation method is used in this research. The population of this research is the eleventh grade of social program in Al-Islam 1 Surakarta in the academic year 2008/2009, it consist of 197 students. The sample uses in this research is 40 students. Cluster random sampling is used to get the sample. Technique of collecting data in this research uses questionnaire and documentation. Technique of analyzing the data uses correlation statistic analysis with multiple linier regressions by using statistic series program (SPS 2000) from Sutrisno Hadi and Yuni Pamardiningsih.
Based on the result of this research, there is a positive correlation between parenting (X1) and student’s achievement of sociology subject (Y), rx1y = 0,387 and p < 0,050 it is 0,013 < 0,050, so, the first hypothesis is “there is a positive correlation between Parenting and student’s achievement of sociology subject”, it is significant. There is a positive correlation between reading interest (X2) and student’s achievement of sociology subject (Y), rx2y = 0,306 and p < 0,15 it is 0,052 < 0,015, so, the second hypothesis is significant “there is a positive correlation between reading interest and student’s achievement of sociology subject”. There is a positive correlation between parenting (X1) and reading interest (X2) on student’s achievement of sociology subject (Y), rx1x2y = 0,544, and F = 7,760, p < 0,50 is 0,002 < 0,050, so, the third hypothesis is “there is a positive correlation between parenting and reading interest on student’s achievement of sociology subject”, it is significant.
7
MOTTO
” Kekuatan sebenarnya dari buku adalah untuk menjerat pikiran agar melakukan
pemikirannya sendiri”
( Christoper Morley )
” Didiklah anakmu,maka ia akan memberikan ketentraman kepadamu dan
mendatangkan suka cita kepadamu”
( Henry N Siahaan )
”Barangsiapa menginginkan dunia maka ia harus dengan ilmu,barangsiapa
menginginkan akhirat maka ia harus dengan ilmu dan barangsiapa menginginkan
keduanya maka harus dengan ilmu ”
( HR.Umar Ibnu Abdul Aziz)
8
PERSEMBAHAN
Kupersembahkan Karya yang tidak seberapa ini
sebagai bagian kecil ungkapan rasa terima
kasihku untuk :
v Ayah dan Ibu tercinta atas do’a,cinta kasih
dan sayang,dorongan,serta perhatiannya
selama ini
v Kakakku tersayang yang selalu membantu
v Adikku tercinta atas dorongan dan doanya.
v Saudara dan keluargaku.
v Sahabat-sahabatku,yang selalu
mendukung,membantu dalam persahabatan
yang erat
v Almamater yang kubanggakan .
9
KATA PENGANTAR
Puji syukur Peneliti panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat
dan hidayah-Nya skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik untuk memenuhi
sebagian persyaratan dalam mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan.
Dalam penyelesaian skripsi ini, peneliti memperoleh bantuan dari
berbagai pihak selama persiapan, pelaksanaan sampai akhir penyelesaian skripsi
ini. Banyak hambatan yang menimbulkan kesulitan dalam penyelesaian penulisan
skripsi ini, namun berkat bantuan dari berbagai pihak akhirnya kesulitan yang
muncul dapat teratasi. Untuk itu atas segala bentuk bantuannya, disampaikan
terima kasih yang sebesar-besarnya kepada yang terhormat :
1. Prof.Dr.H.M.Furqon Hidayatullah,M.Pd, Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan UNS.
2. Drs.Syaiful Bachri, M.Pd, Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial
FKIP UNS.
3. Drs.H MH. Sukarno,M.Pd, Ketua Program Pendidikan Sosiologi Antropologi
FKIP UNS.
4. Drs.HM Haryono,M.Si Pembimbing I sekaligus merangkap sebagai
Pembimbing Akademik yang telah banyak memberikan bantuan, bimbingan
dan dorongan dalam penyusunan skripsi ini.
5. Dra.Hj.Siti Rochani,CH.M.Pd Pembimbing II yang telah banyak memberikan
bantuan,bimbingan dan dorongan dalam penyusunan skripsi ini.
6. Drs.Riyanto, Kepala Sekolah SMA Al-Islam 1 Surakarta yang telah
memberikan ijin kepada penulis untuk melakukan penelitian.
7. Ahsannudin,S.Pd, wakasek kurikulum yang telah membantu memberikan dan
mempersiapkan data-data yang dibutuhkan penulis.
8. Dra.Diniyah, guru BK yang telah membantu dalam menyebarkan angket
penelitian untuk masing-masing siswa kelas XI Sos I sampai dengan kelas XI
Sos 5.
9. Dra. Dwi Wahyuni, guru kelas XI yang telah membantu dalam perolehan data
penelitian.
10
10. Bpk/Ibu dosen Pendidikan Sosiologi Antropologi FKIP UNS.
11. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.
Walaupun disadari skripsi ini masih banyak kekurangan, namun
diharapkan bisa bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan dan juga dunia
pragmatika. Terima kasih.
Surakarta, 8 Januari 2010
Penulis
11
DAFTAR ISI
JUDUL .......................................................................................................... i
PENGAJUAN ............................................................................................... ii
PERSETUJUAN ........................................................................................... iii
PENGESAHAN .............................................................................................. iv
ABSTRAK ..................................................................................................... v
ABSTRACT .................................................................................................... vi
MOTTO ......................................................................................................... vii
PERSEMBAHAN .......................................................................................... viii
KATA PENGANTAR ................................................................................... ix
DAFTAR ISI .................................................................................................. xi
DAFTAR TABEL ......................................................................................... xiv
DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... xv
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. xvi
BAB I. PENDAHULUAN ......................................................................... 1
A. Latar Belakang Permasalahan ....................................................... 1
B. Identifikasi Masalah ...................................................................... 5
C. Pembatasan Masalah ..................................................................... 6
D. Perumusan Masalah ...................................................................... 7
E. Tujuan Penelitian ............................................................................ 7
F. Manfaat Penelitian .......................................................................... 8
BAB II. LANDASAN TEORI .................................................................. 10
A. Tinjauan Pustaka ........................................................................... 10
1. Tinjauan Tentang Prestasi Belajar........................................... 11
a. Pengertian Prestasi................................................................ 11
b. Pengertian Belajar................................................................. 12
c. Pengertian Prestasi Belajar.................................................... 13
d. Ciri-ciri Belajar..................................................................... 14
e. Fungsi Prestasi Belajar......................................................... 16
f. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Prestasi Belajar........... 17
12
g. Cara Mengukur Prestasi Belajar.......................................... 25
2. Tinjauan Tentang Minat Baca................................................... 26
a. Pengertian Minat Baca........................................................ 26
b. Pentingnya Minat Baca....................................................... 31
c. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Minat Baca................. 34
d. Unsur-unsur Minat Baca..................................................... 35
e. Usaha Yang Menumbuhkan Minat Baca............................ 38
(4) Hasil penilaian tersebut akan memberikan gambaran mengenai hasil
dari perubahan.
c) Pengertian Prestasi Belajar
Prestasi belajar siswa merupakan hasil usaha siswa dalam
belajarnya, prestasi tersebut dapat mengukur seberapa tinggi hasil dari
belajar siswa yang dapat merubah dirinya dengan kecakapan baru, latihan,
dan pengalaman. Dalam pembahasan lebih lanjut, dan untuk memperkuat
pendapat tersebut, maka akan dijelaskan pengertian prestasi belajar dengan
mengutip berbagai pendapat dari para ahli. Prestasi belajar menurut
Pendapat Ruslan A .Gani (1986:18) mengemukakan :
“ Prestasi belajar adalah perubahan tingkah laku yang dituntut dalam belajar sedikitnya menyangkut tiga aspek yaitu aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik, dengan demikian prestasi belajar harus mencerminkan sekurang-kurangnya tiga aspek tersebut“.
Berdasarkan pengertian tersebut dapat diambil pengertian bahwa
prestasi belajar merupakan suatu tingkah laku yang berbeda yang menuju
ke arah yang lebih baik.
Prestasi belajar menurut Mochtar Buchori (1995:94)“ Prestasi
belajar adalah hasil yang dicapai atau ditunjukkan oleh siswa sebagai hasil
belajarnya baik berupa angka-angka atau huruf serta tindakan yang
mencerminkan hasil belajar yang dicapai masing-masing siswa dalam
perilaku tertentu“. Pendapat tersebut dapat diartikan prestasi belajar
sebagai proses pembelajaran dalam jangka waktu tertentu, yang berupa
angka, huruf, atau tindakan yang tercermin dalam hasil yang telah
29
dicapainya. Pendapat lain diungkapkan Sutratinah Tirtonegoro (1994:43)
bahwa “ Prestasi belajar adalah penilaian hasil usaha kegiatan belajar yang
dinyatakan dalam bentuk simbol, angka, atau huruf yang dapat
mencerminkan hasil yang sudah dicapai oleh setiap siswa dalam periode
tertentu “. Prestasi belajar dinyatakan dalam simbol angka atau huruf
dalam jangka waktu tertentu.
Berdasarkan pengertian-pengertian tersebut di atas dapat
disimpulkan pengertian prestasi belajar mengandung unsur :
(1) Prestasi belajar merupakan hasil yang telah dicapai siswa setelah
melakukan kegiatan dan diadakan evaluasi yang meliputi segi-segi
kognitif, afektif dan psikomotorik.
(2) Prestasi belajar dapat dinyatakan dalam bentuk simbol, angka atau
huruf dalam periode tertentu.
(3) Perubahan tingkah laku bisa terjadi karena adanya kecakapan baru
atau kemampuan yang diperoleh seseorang bukan karena adanya
proses pertumbuhan melainkan karena adanya kegiatan belajar.
d) Ciri-Ciri Belajar
Belajar merupakan suatu proses perubahan, namun tidak setiap
perubahan yang terjadi dalam individu merupakan hasil dari proses
belajar. Suatu perubahan dapat dikatakan sebagai suatu proses belajar
apabila memiliki ciri-ciri tertentu. Menurut Slameto (2003:3) ciri-ciri
proses belajar adalah :
1) Perubahan yang terjadi secara sadar. 2) Perubahan dalam belajar bersifat kontinyu dan fungsional. 3) Perubahan dalam belajar bersifat aktif dan positif. 4) Perubahan dalam belajar tidak bersifat sementara. 5) Perubahan dalam belajar bertujuan atau terarah. 6) Perubahan mencakup seluruh aspek tingkah laku.
Berdasarkan ciri-ciri belajar tersebut di atas, untuk lebih jelasnya
akan penulis uraikan satu-persatu sebagai berikut :
30
1) Perubahan terjadi secara sadar.
Individu yang belajar akan menyadari terjadinya perubahan yang
terjadi dalam dirinya. Perubahan-perubahan yang terjadi tersebut
timbul karena adanya usaha yang dilakukan individu tersebut.
2) Perubahan dalam belajar bersifat kontinyu dan fungsional.
Perubahan yang terjadi dalam diri individu berlangsung secara
berkesinambungan atau terjadi secara terus menerus. Perubahan yang
terjadi bersifat dinamis, artinya perubahan yang dialami akan
mengakibatkan perubahan-perubahan yang lainnya, hal ini akan
berguna bagi proses belajar yang selanjutnya.
3) Perubahan dalam belajar bersifat aktif dan positif
Perubahan dalam belajar akan terjadi secara terus-menerus, siswa yang
aktif belajar akan memperoleh manfaat dari buku yang dibacanya.
Semakin banyak siswa membaca, maka siswa tersebut akan mengalami
perubahan dalam hidupnya menuju ke hal yang lebih baik, yaitu
mencapai prestasi yang maksimal. Dalam perbuatan belajar perubahan-
perubahan tersebut senantiasa bertambah dan menuju pada sesuatu
yang lebih baik daripada sebelumnya. Sehingga semakin banyak
kegiatan belajar yang dilakukan, makin banyak dan makin baik
perubahan yang akan diperoleh.
4) Perubahan dalam belajar tidak bersifat sementara.
Hasil dari proses belajar adalah terjadinya suatu perubahan. Perubahan
yang terjadi sebagai akibat belajar tidak bersifat sementara waktu
tetapi bersifat permanen atau tetap. Kecakapan yang diperoleh dari
belajar tidak akan hilang begitu saja tetapi akan terus dimiliki dan akan
berkembang apabila terus digunakan dan dilatih.
5) Perubahan dalam belajar bertujuan atau terarah.
Perubahan tingkah laku yang terjadi disebabkan adanya tujuan yang
akan dicapai, sehingga setiap kegiatan yang dilakukan diarahkan untuk
mencapai tujuan. Tujuan tersebut nantinya dapat bermanfaat bagi
dirinya maupun orang lain. Dalam mencapai tujuan yang diharapkan
31
individu harus berusaha semaksimal mungkin dalam belajarnya agar
nantinya dapat mencapai perubahan yang diinginkannya yaitu
perubahan dalam tingkah laku maupun perubahan yang lainnya.
6) Perubahan mencakup seluruh aspek tingkah laku.
Perubahan yang dialami seseorang setelah melalui proses belajar
meliputi perubahan keseluruhan tingkah laku, sedangkan perubahan
meliputi sikap, keterampilan, pengetahuan dan lain sebagainya.
Perubahan-perubahan itu nantinya akan berpengaruh dalam pola hidup
individu yang bersangkutan, perubahan tersebut mencakup
keseluruhan tingkah laku dalam dirinya.
e) Fungsi prestasi belajar bagi siswa
Prestasi belajar memiliki peranan serta fungsi yang penting bagi
siswa yang berada di bangku sekolah. Hal ini terjadi karena prestasi
belajar mempunyai beberapa fungsi utama. Menurut Zainal Arifin
(1990:3) menguraikan fungsi utama prestasi belajar tersebut antara lain :
1) Prestasi belajar sebagai indikator kualitas dan kuantitas pengetahuan yang telah dikuasai oleh peserta didik.
2) Prestasi belajar sebagai lambang pemuasan hasrat ingin tahu. 3) Prestasi belajar sebagai bahan informasi dengan inovasi pendidikan.
Asumsinya adalah bahwa prestasi belajar dapat dijadikan pendorong bagi anak didik dalam meningkatkan ilmu pengetahuan dan teknologi, dan berperan sebagai umpan balik dalam meningkatkan mutu pendidikan.
4) Prestasi belajar sebagai indikator intern dalam arti bahwa prestasi belajar dapat dijadikan indikator tingkat produktivitas suatu institusi pendidikan. Asumsinya adalah bahwa kurikulum yang digunakan relevan dengan kebutuhan masyarakat dan anak didik. Indikator ekstern dalam arti bahwa tinggi rendahnya prestasi belajar dapat dijadikan indikator tingkat kesuksesan anak didik di masyarakat. Asumsinya adalah bahwa kurikulum yang digunakan relevan pula dengan kebutuhan pembangunan masyarakat.
5) Prestasi belajar dapat dijadikan indikator terhadap daya serap (kecerdasan) anak didik. Dalam proses belajar mengajar anak didik merupakan masalah yang pertama karena anak didiklah yang diharapkan dapat menyerap seluruh materi pelajaran yang telah diprogramkan dalam kurikulum.
32
Dilihat dari fungsi prestasi belajar sebagaimana yang telah dijelaskan
di atas, maka betapa pentingnya mengetahui prestasi belajar anak didik,
baik secara perseorangan maupun secara kelompok,prestasi belajar tidak
diperoleh secara perorangan maupun secara kelompok namun mencakup
keseluruhan berhasil tidaknya proses belajar mengajar tersebut.
f) Faktor – faktor yang mempengaruhi prestasi belajar.
Seseorang mengalami proses belajar, agar berhasil sesuai dengan
tujuannya maka, perlu kiranya untuk memperhatikan beberapa faktor yang
mempengaruhi hasil prestasi belajar tersebut. Dalam belajar ada berbagai
macam faktor-faktor yang mempengaruhi hasil prestasi belajar. Faktor-
faktor tersebut tentunya bertujuan untuk memberi motivasi terhadap siswa
agar selalu belajar. Menurut pendapat Slameto (2003:54) Faktor-faktor
yang mempengaruhi prestasi belajar adalah :
1) Faktor Intern ( dari dalam ) meliputi : a) Faktor Jasmaniah meliputi :
(1) Faktor kesehatan (2) Cacat tubuh
b) Faktor Psikologis meliputi : (1) Intelegensi (2) Perhatian (3) Minat (4) Bakat (5) Motif (6) Kematangan (7) Kesiapan
c) Faktor Kelelahan 2) Faktor Ekstern ( dari luar ) meliputi :
a) Faktor Keluarga, yaitu : (1) Cara orang tua mendidik (2) Relasi antar anggota keluarga (3) Suasana rumah (4) Keadaan ekonomi keluarga (5) Pengertian orang tua (6) Latar belakang kebudayaan
b) Faktor Sekolah, yaitu : (1) Metode mengajar (2) Kurikulum (3) Relasi guru dengan siswa (4) Disiplin sekolah
33
c) Faktor Masyarakat, yaitu : (1) Kegiatan siswa dalam masyarakat (2) Bentuk kehidupan masyarakat
Berdasarkan faktor-faktor yang mempengaruhi belajar tersebut,
agar lebih jelas akan penulis uraikan sebagai berikut :
1) Faktor Intern
Yaitu faktor yang berasal dari dalam diri individu, yang terdiri dari dua
faktor :
a) Faktor Jasmaniah
(1) Faktor Kesehatan
Proses belajar seseorang akan terganggu jika kesehatan
seseorang terganggu, selain itu juga cepat lelah, kurang
bersemangat, mudah pusing, mengantuk, kurang darah atau
gangguan-gangguan fungsi alat inderanya serta alat tubuhnya.
Agar seseorang dapat belajar dengan baik harus mengusahakan
kesehatan badannya tetap terjaga dengan mengindahkan
ketentuan-ketentuan tentang bekerja, belajar, istirahat,tidur,
makan, olahraga, rekreasi dan ibadah.
(2) Cacat tubuh
Cacat tubuh merupakan sesuatu yang menyebabkan
kurang baik atau kurang sempurnanya mengenai tubuh atau
badan. Cacat dapat berupa buta sebagian, atau gangguan
tangan, dan lain-lain. Keadaan cacat tubuh juga mempengaruhi
belajar siswa, siswa yang cacat belajarnya juga akan terganggu.
Jika hal ini terjadi, hendaknya siswa belajar pada lembaga
pendidikan khusus atau di usahakan alat bantu khusus agar
dapat terhindar atau mengurangi pengaruh dari kecacatannya
itu.
34
b) Faktor Psikologis
Dalam faktor psikologis, terdapat tujuh faktor yang
mempengaruhi belajar, faktor tersebut adalah sebagai berikut:
a) Intelegensi
Intelegensi adalah kecakapan yang terdiri dari tiga jenis
yaitu kecakapan untuk menghadapai dan menyesuaikan ke
dalam situasi yang baru dengan cepat dan efektif, mengetahui
atau menggunakan konsep-konsep yang abstrak secara afektif,
mengetahui relasi dan mempelajarinya dengan cepat.
Intelegensi juga merupakan kemampuan yang dimiliki oleh
seseorang yang dibawa sejak lahir yang memungkinkan
seseorang berbuat sesuatu sesuai dengan kehendaknya dengan
cara tertentu. Tingkat intelegensi memiliki peran yang sangat
penting dalam mendukung keberhasilan siswa dalam belajar.
Siswa yang memiliki sifat intelegensi tinggi akan berhasil
prestasinya daripada yang mempunyai intelegensi yang rendah.
b) Perhatian
Siswa agar mendapat hasil belajar yang baik, maka
harus mempunyai perhatian terhadap bahan yang dipelajarinya.
Jika bahan pelajaran tidak menjadi perhatian siswa maka
timbul kebosanan, sehingga ia tidak suka belajar lagi. Agar
siswa dapat belajar dengan baik, maka usahakanlah bahan
pelajaran selalu menarik perhatian dengan cara mengusahakan
pelajaran itu sesuai dengan hobinya.
c) Minat
Minat adalah kecenderungan yang tetap untuk
memperhatikan dan mengenang beberapa kegiatan. Kegiatan
yang diminati siswa, diperhatikan terus-menerus yang disertai
dengan rasa senang. Minat mempunyai pengaruh yang besar
terhadap belajar, karena bila bidang studi yang dipelajari tidak
sesuai denang minat siswa, maka siswa tersebut tidak akan
35
belajar dengan sebaik-baiknya karena tidak ada daya tarik
baginya. Siswa merasa segan untuk belajar karena ia tidak
memperoleh kepuasan dari pelajaran itu. Bidang studi yang
menarik siswa akan lebih mudah untuk dipelajari dan
dipahami.
d) Bakat
Bakat adalah kemampuan yang berasal dari dalam diri
untuk melakukan sesuatu, yang hanya dengan sedikit
rangsangan atau motivasi dapat berkembang dengan baik.
Kemampuan itu baru akan terealisasi menjadi kecakapan yang
nyata sesudah belajar atau berlatih. Jika bahan pelajaran yang
dipelajari siswa sesuai dengan bakatnya, maka hasil pelajaran
akan lebih baik karena senang belajar dan pasti selanjutnya
akan lebih giat dalam belajarnya.
e) Motif
Dalam proses belajar harus diperhatikan motivasi yang
dapat mendorong siswa agar dapat belajar dengan baik,
mempunyai motif untuk berpikir dan memusatkan perhatian,
merencanakan dan melaksanakan kegiatan yang berhubungan
atau menunjang belajar. Motif di atas dapat juga ditanamkan
pada diri siswa dengan cara memberikan latihan yang
dipengaruhi oleh lingkungan.
f) Kematangan
Kematangan adalah suatu tingkat atau fase dalam
pertumbuhan seseorang, alat-alat tubuhnya sudah siap untuk
melaksanakan kecakapan baru. Misalnya anak dengan kakinya
sudah siap berjalan, tangan dengan jari-jarinya sudah siap
untuk menulis dan lain-lain.
g) Kesiapan
Kesiapan adalah kesediaan untuk merespon atau
mereaksi. Kesediaan itu timbul dari dalam diri seseorang dan
36
juga berhubungan dengan kematangan, karena kematangan
berarti kesiapan untuk melaksanakan kesiapan. Kesiapan ini
perlu diperhatikan dalam proses belajar, karena jika siswa
belajar dan sudah ada kesiapan, maka hasil belajarnya akan
lebih baik.
h) Faktor Kelelahan
Kelelahan pada seseorang walaupun sulit untuk
dipisahkan tetapi dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu
kelelahan jasmani dan kelelahan rohani. Kelelahan jasmani
terlihat dengan lemah lunglainya tubuh dan timbul
kecenderungan untuk membaringkan tubuh. Kelelahan jasmani
terjadi karena kekacauan substansi sisa pembakaran di dalam
tubuh. Kelelahan rohani dapat terlihat dengan adanya kelesuan
dan kebosanan, sehingga minat dan dorongan untuk
menghasilkan sesuatu itu hilang.
Berdasarkan penjelasan diatas dapat dijabarkan bahwa
kelelahan dapat mempengaruhi belajar. Agar siswa dapat
belajar dengan baik haruslah menghindari jangan sampai terjadi
kelelahan dan selalu menjaga kondisi kesehatan tubuhnya.
2) Faktor Ekstern
Faktor ekstern yang berpengaruh terhadap prestasi belajar di
kelompokkan menjadi tiga, yaitu sebagai berikut :
a) Faktor Keluarga
(1) Cara orang tua mendidik
Cara orang tua mendidik anaknya, besar pengaruhnya
terhadap semangat belajar anaknya. Hal ini karena keluarga
adalah lembaga pendidikan yang pertama dan utama. Orang tua
yang mendidik anaknya dengan penuh kasih sayang, kesabaran,
pengertian, dan perhatian kemungkinan besar akan berhasil
dalam mendidik anaknya. Kebebasan yang diberikan kepada
anak-anaknya dalam bergaul serta dorongan-dorongan yang
37
positif dalam perkembangan anak, akan membawa dampak
yang positif dalam kehidupan anak. Akan tetapi perlu digaris
bawahi bahwa kebebasan bergaul tersebut merupakan
kebebasan bergaul yang bertanggung jawab. Bertanggung
jawab artinya bahwa anak diberi kebebasan bergaul dengan
siapapun akan tetapi mampu bertanggung jawab terhadap diri
sendiri dan bisa memilih mana yang baik dan mana yang buruk
baginya. Sedangkan orang tua yang otoriter atau kurang
perhatian dan kasih sayangnya kepada anak dan tidak memberi
contoh-contoh yang baik kepada anak-anaknya maka orang tua
tersebut tidak akan berhasil dalam mendidik anak-anaknya
kecuali kesadaran dan kedewasaan dari anak-anaknya itu
sendiri.
(2) Relasi antar anggota keluarga.
Relasi antar anggota keluarga yang terpenting adalah
relasi orang tua dengan anaknya. Selain itu relasi anak dan
saudaranya atau dengan anggota keluarga yang lainpun turut
mempengaruhi belajar anak. Pada saat anak sedang belajar
sebaiknya keluarga memberikan suasana yang kondusif dan
tidak mengganggu anak yang sedang belajar. Apabila anak
tidak paham dengan bacaan atau buku-buku yang sedang ia
pelajari, maka anggota keluarga yang lain siap memberi
penjelasan jika anak bertanya.
(3) Suasana rumah
Suasana rumah dimaksudkan sebagai situasi atau
kejadian yang sering terjadi di dalam keluarga, pada saat anak
belajar. Situasi rumah yang harmonis dan nyaman membuat
anak betah tinggal dan belajar dirumah,sehingga dengan
suasana rumah yang nyaman anak bisa konsentrasi dalam
belajarnya. Suasana rumah ini dibutuhkan tempat yang baik,
38
damai, tenang dan membangkitkan motivasi untuk belajar
siswa.
(4) Keadaan ekonomi keluarga
Keadaan ekonomi keluarga erat hubungannya dengan
belajar anak. Anak yang belajar selain harus terpenuhi
kebutuhan pokoknya, juga membutuhkan fasilitas belajar
seperti ruang belajar, meja, kursi, penerangan, alat tulis, buku
dan lain-lain.
(5) Pengertian orang tua
Anak belajar perlu didorong atau dimotivasi dan diberi
perhatian dari orang tua. Bila anak sedang belajar sebaiknya
jangan diganggu dengan tugas-tugas rumah, terkadang anak
menjadi lemah semangat dan kewajiban orang tua harus
memberi motivasi dan perhatian juga pengertian.
(6) Latar belakang kebudayaan
Tingkat pendidikan atau kebiasaan di dalam keluarga
mempengaruhi sikap anak dalam belajar. Karena itu, perlu
ditanamkan kebiasaan yang baik kepada anak untuk belajar.
Latar belakang kebudayaan juga dapat mempengaruhi belajar
anak. Sebab, latar belakang kebudayaan juga berpengaruh
terhadap watak dan sikap anak yang berbeda-beda.
3) Faktor Sekolah
a) Metode mengajar
Metode mengajar adalah suatu cara atau jalan yang harus
dilalui di dalam proses belajar-mengajar. Mengajar itu sendiri
adalah menyajikan bahan pelajaran oleh guru untuk siswanya agar
siswa itu dapat menerima, menguasai dan mengembangkannya.
Metode belajar tertentu yang telah diterapkan oleh guru diharapkan
mampu memotivasi siswa untuk lebih giat belajar tanpa adanya
rasa mudah jenuh dalam mengikuti proses belajar mengajar
maupun belajar di rumah.
39
b) Kurikulum
Kurikulum diartikan sebagai sejumlah kegiatan yang
diberikan kepada siswa. Kegiatan itu sebagian adalah menyajikan
bahan pelajaran agar siswa menerima, menguasai, dan
mengembangkan bahan pelajaran itu. Dahulu masih menggunakan
kurikulum CBSA (Cara Belajar Siswa Aktif) sedangkan sekarang
menggunakan Kurikulum KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan).Kurikulum yang berubah-ubah dapat mempengaruhi
belajar siswa, dan siswa dituntut untuk aktif dalam berlangsungya
proses belajar-mengajar selain mendapatkan bahan atau materi dari
guru.
c) Relasi guru dengan siswa
Proses belajar mengajar terjadi antara guru dengan siswa.
Proses tersebut dipengaruhi oleh relasi yang ada dalam proses itu
sendiri. Relasi guru dengan siswa yang berjalan dengan baik sangat
mempengaruhi berhasilnya proses belajar-mengajar di dalam kelas
maupun di luar kelas. Kerjasama antar guru dan siswa sangat
diharapkan karena dengan adanya relasi yang baik antara keduanya
dapat menghasilkan suatu proses belajar-mengajar.
d) Relasi siswa dengan siswa.
Terkadang siswa juga mempunyai sifat atau tingkah laku
yang kurang menyenangkan bagi siswa lainnya, mempunyai rasa
rendah diri atau sedang mengalami tekanan batin akan diasingkan
dari kelompok teman-temannya akibatnya makin memperparah dan
merasa terganggu belajarnya.
e) Disiplin sekolah
Kedisiplinan sekolah erat kaitannya dengan kerajinan siswa
di dalam sekolah maupun belajarnya. Kedisiplinan sekolah
mencakup kedisiplinan guru dalam mengajar dengan melaksanakan
tata tertib siswa di dalam mengikuti pelajaran. Misalnya siswa
yang terlambat masuk kelas diberi sanksi kredit. Sistem kredit ini
40
diberikan oleh pihak sekolah yang ditangani oleh guru BK
(Bimbingan Konseling) yang telah ditunjuk khusus untuk
menangani siswa yang bermasalah di sekolah. Siswa yang skor
kreditnya sudah sampai batas yang telah ditentukan maka siswa
tersebut akan diberi sanksi mulai dari pemberian skorsing (tidak
boleh mengikuti pelajaran dalam jangka waktu tertentu) hingga
dikeluarkan oleh pihak sekolah jika masalah yang dibuatnya fatal.
4) Faktor Masyarakat.
a) Kegiatan siswa dalam masyarakat
Kegiatan siswa dalam masyarakat dapat menguntungkan
dirinya, akan tetapi jika siswa ambil bagian dalam kegiatan
masyarakat terlalu banyak, misal berorganisasi, kegiatan sosial,
keagamaan, maka prestasi siswa dapat menurun.
b) Bentuk Kehidupan Masyarakat
Kehidupan masyarakat di sekitar siswa juga berpengaruh
terhadap belajar siswa. Masyarakat yang terdiri dari orang-orang
yang tidak terpelajar akan berpengaruh tidak baik kepada anak
yang berada di sekitarnya, jadi perlu untuk mengusahakan
lingkungan yang baik agar dapat memberi pengaruh positif
terhadap anak sehingga dapat belajar dengan sebaik-baiknya.
g) Cara Mengukur Prestasi Belajar
Seberapa jauh kemampuan yang telah diperoleh siswa dapat
dilihat dari prestasi belajar. Prestasi belajar dapat diukur melalui
evaluasi. Menurut Dimyati dan Mudjiono (2002:232) ”Evaluasi berarti
sebagai proses sistematis menetapkan nilai tentang sesuatu hal, seperti
obyek, unjuk kerja, kegiatan, hasil, tujuan atau hal lain, berdasarkan
kriteria tertentu melalui penilaian ”. Sedangkan Menurut Oemar Hamalik
(1999:259) ” Evaluasi adalah suatu proses berkelanjutan tentang
pengumpulan dan penafsiran informal untuk menilai (assess) keputusan-
keputusan yang dibuat dalam merancang sesuatu sistem pengajaran”.
Berdasarkan pendapat di atas evaluasi belajar diselenggarakan melalui
41
tes. Cara melakukan evaluasi dapat dilakukan sebelum atau sesudah
penyampaian materi.
Evaluasi yang diberikan pada siswa ada berbagai macam
jenisnya. Muhibbin Syah (2003:143) menyebutkan berbagai macam dari
yang sederhana sampai yang kompleks, antara lain :
1) Pretest dan post test. Pretest dilakukan secara rutin pada setiap memulai materi baru. Tujuannya untuk mengidentifikasi pengetahuan siswa mengenai bahan yang disajikan. Evaluasi ini berlangsung singkat dan sering tidak memerlukan instrumen tertulis. Postest dilakukan pada setiap akhir penyajian materi dengan tujuan untuk mengetahui taraf penguasaan siswa atas terhadap materi yang telah diajarkan.
2) Evaluasi prasyarat Evaluasi ini hampir sama dengan pretest dengan tujuan untuk mengidentifikasikan penguasaan siswa atas materi lama yang mendasari materi baru yang akan diajarkan.
3) Evaluasi diagnostik Evaluasi ini dilakukan setelah selesai penyajian sebuah satuan pelajaran dengan tujuan mengidentifikasi bagian-bagian tertentu yang belum dikuasai siswa.
4) Evaluasi formatif. Evaluasi ini dilakukan pada setiap akhir penyajian satuan pelajaran dengan tujuan memperoleh umpan balik yang mirip dengan evaluasi diagnostik, yaitu mendiagnosis kesulitan belajar siswa. Hasil diagnosis kesulitan belajar tersebut digunakan sebagai bahan pertimbangan rekayasa pengajaran remedial atau perbaikan.
5) Evaluasi sumatif. Evaluasi ini dilakukan untuk mengukur kinerja akademik atau prestasi belajar siswa pada akhir periode pelaksanaan program pengajaran. Dilakukan pada setiap akhir semester atau akhir tahun ajaran. Hasilnya dijadikan bahan laporan resmi mengenai kinerja akademik siswa dan bahan penentu naik atau tidaknya siswa ke kelas yang lebih tinggi.
2. Tinjauan Tentang Minat Baca
a. Pengertian Minat Baca
Minat yang terdapat pada setiap individu berbeda-beda . Minat
pada diri seseorang memberikan gambaran dalam kegiatannya untuk
mencapai tujuan. W.S Winkel (2004:188) “Minat diartikan sebagai
kecenderungan subyek yang menetap untuk merasa tertarik pada bidang
42
studi atau pokok bahasan tertentu dan merasa senang mempelajari materi
itu “ Menurut Hilgard dalam Slameto (2003:57) memberi rumusan tentang
minat adalah sebagai berikut “ is persisting tendency to pay attention to an
enjoy some activity or content “ Bahwa minat adalah kecenderungan yang
tetap untuk memperhatikan dan mengenang beberapa kegiatan,
diperhatikan terus-menerus yang disertai rasa senang. Sedangkan
Muhibbin Syah (2003:136) menyatakan “Minat (interest ) berarti
kecenderungan dan kegairahan yang tinggi atau keinginan yang besar
terhadap sesuatu”. Pendapat lain diungkapkan Slameto (2003:180) “
Minat adalah suatu rasa lebih suka dan rasa ketertarikan pada suatu hal
atau aktivitas, tanpa ada yang menyuruh “. Minat pada dasarnya adalah
penerimaan akan suatu hubungan antara diri sendiri dengan sesuatu di luar
diri. Semakin kuat atau dekat hubungan tersebut semakin besar minat.
Minat seseorang dapat menentukan kegiatan apa yang akan
dipilih. Jadi minat antara yang satu dengan yang lain menunjukkan
perbedaan. Sebagaimana pendapat Sardiman AM (2001:74) yang
memberikan pengertian minat sebagai berikut :
” Minat diartikan sebagai suatu kondisi yang terjadi apabila seseorang melihat ciri-ciri atau sementara situasi yang dihubungkan dengan keinginan-keinginan atau kebutuhan-kebutuhannya sendiri. Apa yang dilihat seseorang sudah tentu akan membangkitkan minatnya sejauh apa yang dilihat itu mempunyai hubungan dengan kepentingannya sendiri. Hal ini menunjukkan bahwa minat merupakan kecenderungan jiwa seseorang kepada suatu obyek (biasanya disertai dengan perasaan senang ), karena itu merasa ada kepentingan dengan obyek tersebut ”.
Minat dapat timbul karena adanya kebiasaan. Hal ini sesuai dengan
pendapat Bernard yang dikutip oleh Sardiman AM (2001:74)
mengungkapkan “ Minat timbul tidak secara tiba-tiba / spontan melainkan
timbul akibat dari partisipasi, pengalaman, kebiasaan pada waktu belajar
atau bekerja “. Pendapat tersebut dikuatkan oleh pendapat Marksheffel
yang dikutip oleh Ibrahim Bafadal (2001:192) memberikan pendapatnya
mengenai minat adalah sebagai berikut :
43
1) Minat bukan hasil pembawaan manusia, tetapi dapat dibentuk dan diusahakan, dipelajari dan dikembangkan.
2) Minat itu bisa dihubungkan untuk maksud-maksud tertentu untuk bertindak.
3) Secara sempit, minat itu di asosiasikan dengan keadaan sosial seseorang dan emosi seseorang.
4) Minat itu biasanya membawa inisiatif dan mengarah kepada kelakuan atau tabiat manusia.
Minat juga dapat muncul karena adanya rasa keingintahuan. Hal ini
sesuai dengan pendapat Weber yang dikutip oleh Muhibbin Syah
(2003:136) “ Minat bergantung pada banyak faktor internal lainnya seperti
pemusatan perhatian, keingintahuan, motivasi, dan kebutuhan “.
Sedangkan pendapat Kartini Kartono (1990:182) memberikan pengertian
“Minat merupakan momen dari kecenderungan yang terarah secara
intensif kepada satu obyek yang dianggap penting. Minat ini erat berkaitan
dengan kepribadian, dan selalu mengandung unsur afektif / perasaan,
kognitif, dan kemauan “.
Berdasarkan berbagai definisi tentang minat di atas dapat
disimpulkan bahwa pengertian minat mengandung unsur:
(1) Adaya kecenderungan tertarik atau senang terhadap sesuatu.
(2) Minat dapat dibentuk, dipelajari dan dikembangkan, sehingga minat
bukan merupakan pembawaan.
(3) Minat dapat timbul karena adanya kebiasaan.
Secara ideal seorang anak harus mempunyai minat untuk sesuatu agar
ia belajar dengan sungguh-sungguh. Besar kecilnya minat akan sangat
berpengaruh pada sikap seseorang terhadap suatu aktivitas. Begitu pula
dalam hal membaca. Orang sebagai hobi atau bagian dari kesibukannya
sehari-hari. Bagi para siswa, minat membaca merupakan suatu sikap yang
sangat dibutuhkan anak mereka dalam belajar. Dengan minat baca pada
diri siswa kemungkinan akan dapat memotivasi mereka untuk belajar
mandiri sehingga dapat membantunya untuk meraih prestasi belajar yang
maksimal.
44
Kegiatan membaca dapat memperkaya pengetahuan seseorang,
secara sederhana pengertian membaca yang di definisikan oleh Joko D.
Muktiono (2003: ) “Sebagai proses mengambil makna dari bahasa tulis“.
Pendapat yang hampir sama dikemukakan oleh Nurhadi ( 1995:340 )
sebagai berikut “Membaca adalah mengindentifikasikan simbol-simbol
dan mengasosiasikannya dengan makna “. Membaca juga dapat
diterjemahkan sebagai proses mengidentifikasi dan komperehensi yang
menelusuri pesan yang disampaikan melalui sistem bahasa tulis.
Kegiatan membaca merupakan kegiatan memahami sebuah tulisan.
Mulyono Abdurrohman (1999:200) memberikan pengertian mengenai
hakikat membaca sebagai berikut :
” Membaca merupakan aktivitas kompleks yang mencakup fisik dan mental. Aktivitas mental mencakup ingatan dan pemahaman. Orang dapat membaca dengan baik jika mampu melihat huruf-huruf dengan jelas, mampu menggerakkan mata secara lincah, mengingat simbol-simbol bahasa dengan tepat, dan memiliki penalaran yang cukup memahami bacaan ”.
Dengan membaca seseorang akan mendapatkan pengertian-
pengertian baru, menambah pengetahuan, mendapatkan ide-ide baru,
memperluas pandangan. Sehingga nantinya mereka memiliki kecerdasan
dan peradaban yang tinggi yang berguna bagi dirinya dan berguna bagi
dirinya sendiri dan orang lain. Sebagaimana pendapat beberapa ahli yang
memberikan definisi membaca dengan difokuskan pada fungsi membaca.
Menurut Mortimer J Adler yang dikutip oleh Prana D. Wijaya & Ahmad
S. Harjasujana (1996:3) membuat definisi membaca “ Adalah sebagai alat
utama yang harus dimiliki orang yang menghendaki kehidupan yang
baik“. Pengertian lain tentang definisi membaca yang diungkapkan oleh
Roger Farr dalam Prana D. Wijaya & Ahmad S. Harjasujana (1996:3)
“Memandang kegiatan membaca sebagai jantungnya pendidikan lebih
jelas lagi membaca itu bisa diumpamakan urat nadinya pendidikan, ini
berarti bahwa tak ada kegiatan mendidik tanpa ada membaca “.
45
Berdasarkan berbagai definisi di atas dapat disimpulkan bahwa
pengertian membaca mengandung unsur :
(1) Merupakan aktivitas fisik dan mental dalam memahami bahasa tulis.
(2) Aktivitas fisik dalam membaca berhubungan dengan indera
penglihatan.
(3) Aktivitas mental dalam membaca mencakup ingatan dan
pemahaman.
Siswa yang gemar membaca dapat memperlancar kegiatan belajar
dan meningkatkan prestasi belajarnya, oleh karena itu pengajar perlu
membimbing siswa agar gemar untuk membaca. Menurut pendapat
Suyatmi (1996:2) menyatakan “Minat membaca adalah suatu keadaan
yang muncul akibat adanya keinginan yang besar untuk melakukan
kegiatan membaca didasari oleh rasa keinginan yang besar dari dirinya
maupun dari luar dirinya“. Kebiasaan membaca dapat membantu
seseorang memperoleh informasi yang berguna bagi kehidupan sehari-hari
dan untuk efektivitas bagi kelancaran dan peningkatan prestasi serta
menjadi kemampuan dasar yang sangat penting artinya demi kemajuan
masyarakat dan individu.
Kegemaran membaca tidak akan tumbuh dengan sendirinya,
melainkan harus ditumbuhkan melalui proses belajar. Oleh karena itu,
untuk mengembangkan minat baca, siswa dibimbing agar tidak merasakan
belajar sebagai suatu kewajiban melainkan sebagai suatu kebutuhan.
Sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa yang dimaksud dengan minat
membaca adalah suatu keadaan yang muncul akibat adanya keinginan
yang besar untuk melakukan kegiatan membaca dan untuk mencapai suatu
tujuan. Pada dasarnya minat baca antara individu satu dengan yang lainnya
berbeda-beda. Berbagai hasil penyelidikan empiris menunjukkan bahwa di
hampir semua jenis sekolah, motif membaca adalah sebagai hiburan dan
sebagai media informasi .
46
Berdasarkan berbagai definisi tentang minat dan membaca tersebut
di atas maka dapat disimpulkan bahwa pengertian minat membaca
mengandung unsur:
(1) Ketertarikan dan rasa senang pada aktivitas membaca.
(2) Adanya kepuasan tersendiri setelah melakukan aktivitas membaca.
(3) Timbulnya minat baca bisa terjadi karena adanya kebiasaan
membaca.
(4) Adanya pemahaman terhadap suatu bacaan.
(5) Adanya tujuan tertentu yang ingin dicapai setelah melakukan
aktivitas membaca.
Minat membaca siswa terbagi menjadi dua yaitu minat membaca
spontan dan minat membaca terpola. Minat membaca spontan yaitu
kegiatan membaca yang dilakukan atas kemauan atau inisiatif spontan
siswa sendiri tanpa dorongan atau perintah pihak luar. Sedangkan yang
dimaksud dengan membaca terpola adalah kegiatan membaca yang terjadi
karena faktor dari luar, seperti perintah dari guru.
b. Pentingnya Minat Baca
Minat merupakan sumber motivasi yang menyebabkan individu itu
berhubungan secara aktif dengan segala sesuatu yang menarik
perhatiannya. Minat seseorang ditunjukkan oleh perilaku atau sikapnya
sehingga dapat dikatakan bahwa semua perilaku dipengaruhi oleh minat.
Menurut pendapat Hurlock yang dikutip oleh Meitasari (1999:114 -116)
pentingnya minat adalah sebagai berikut :
1) Minat menambah kegembiraan pada setiap kegiatan yang ditekuni
seseorang.
2) Minat mempengaruhi bentuk dan intensitas aspirasi anak.
3) Minat menjadi sumber motivasi yang kuat untuk belajar.
Agar lebih jelasnya akan penulis uraikan pengertian dari masing-
masing pentingnya minat tersebut :
1) Minat menambah kegembiraan pada setiap kegiatan yang ditekuni
seseorang.
47
Seseorang akan gemar membaca apabila aktivitas tersebut
didasari adanya minat atau ketertarikan. Adanya minat untuk membaca
tersebut akan menimbulkan kegiatan membaca dengan perasaan
senang, apabila ia melakukan aktivitas membaca. Perasaan senang ini
yang akhirnya membuat kegiatan membaca bukan menjadi beban
namun merupakan aktivitas yang menggembirakan. Hal ini
menjadikan mereka lebih mudah dalam mempelajari materi yang
dibacanya.
2) Minat mempengaruhi bentuk dan intensitas aspirasi anak
Adanya membaca, maka seseorang dapat membuka wawasan
dan pengetahuan yang mendukung tercapainya aspirasi yang
diinginkan. Bentuk dan aspirasi anak berkembang dengan baik, jika
anak tersebut memiliki minat yang tinggi terhadap belajarnya, terutama
dalam hal minat baca dan minat yang ia miliki. Dengan banyak
membaca, anak memperolah ilmu pengetahuan dan wawasan yang
baru, terkadang anak juga dapat mengembangkan aspirasi-aspirasi
yang ada dari buku atau referensi yang ia baca dan dapat mengerti
serta memahami isi bacaan dan dapat mencapai tujuan yang ia
harapkan.
3) Minat menjadi sumber motivasi yang kuat untuk belajar
Seseorang memiliki minat membaca yang tinggi cenderung
memiliki motivasi yang kuat untuk belajar, sehingga akan lebih mudah
meraih prestasi yang tinggi. Seseorang memiliki minat yang tinggi
untuk belajar, karena ia menyadari tanpa adanya minat terhadap
sesuatu terutama buku-buku atau referensi yang harus ia pelajari, maka
ia akan merasa kesulitan dalam mempelajari sesuatu. Oleh karena itu,
seseorang yang memiliki minat yang tinggi terhadap minat bacaan
merupakan sumber motivasi yang kuat untuk memahami atau belajar
tentang hal yang ia sukai atau minati. Seseorang yang tidak memiliki
minat yang tinggi terhadap sesuatu hal ( dalam hal ini belajar ), maka
ia akan sulit untuk berubah dan mencapai prestasi yang lebih baik.
48
Frekuensi membaca yang tinggi dapat meningkatkan pengetahuan
siswa, serhingga hal ini mempengaruhi kematangan daya pikirnya. Oleh
karena itu kegiatan membaca digunakan sebagai sarana untuk
meningkatkan pengetahuan bagi siswa, jalan untuk mengumpulkan data-
data, dapat membandingkan sumber-sumber, dan untuk
mengorganisasikan pengetahuan. Menurut Mangunhardjo (1994:25) ada
beberapa manfaat apabila seseorang memiliki minat untuk membaca,
antara lain :
1) Adanya minat membaca, maka cara gaya dan sikap menjadi dipercaya. Makin mampu melihat kemungkinan dan pilihan serta dapat bertindak dengan pemikiran lebih matang.
2) Adanya minat membaca, maka budi kita akan dilatih bekerja karenanya dipertajam dan berfungsi makin baik.
3) Adanya minat membaca, maka ilmu pengetahuan kita bertambah karena pandangan kita diperluas dan dijernihkan.
Agar lebih jelasnya akan penulis uraikan hal-hal tersebut diatas
sebagai berikut :
1) Adanya membaca, maka cara gaya dan sikap dapat dipercaya.
Seringnya kita membaca, maka kita akan mengalami perubahan
dalam cara bergaya maupun dalam sikap kita sehari-hari. Hal ini
terjadi, karena wawasan kita luas sehingga kita bisa meningkatkan
kepercayaan kepada orang lain, dan kita mampu memilih hal yang
positif bagi kebaikan kita sendiri.
2) Dengan membaca, maka budi kita akan dilatih bekerja karenanya
dipertajam dan lebih baik. Kegemaran membaca dengan rasa
senang, akan sangat mendukung kita untuk lebih suka membaca
buku-buku yang nantinya bermanfaat bagi diri kita sendiri.
Kegemaran membaca buku-buku dapat meningkatkan cara berfikir
dalam menghadapi persoalan kehidupan masyarakat. Jika buku
yang kita baca positif, maka dapat melatih budi kita untuk
bertindak yang baik dalam masyarakat.
3) Adanya minat membaca, maka ilmu pengetahuan kita bertambah
karena pandangan kita diperluas dan dijernihkan. Banyak membaca
49
buku-buku atau referensi, maka kita akan mendapatkan
pengetahuan atau informasi yang baru. Apabila kita mampu
menelaah isi buku yang dibaca dengan baik dan bisa menjalankan
sesuai yang diinginkan oleh penulis, maka kita akan lebih mudah
dalam bertindak di dalam kehidupan masyarakat.
c. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Minat Baca
Menumbuhkan minat siswa dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor
yang mempengaruhi minat. Faktor-faktor tersebut dapat berpengaruh jika
dalam diri siswa memiliki kondisi yang baik. Menurut Dimyati Mahmud
(1990:69) “Minat seseorang dipengaruhi oleh keadaan jasmaninya, status
mental, perasaan, dan lingkungan sosialnya “.
Berdasarkan pendapat tersebut faktor-faktor yang dapat
mempengaruhi minat dapat dijelaskan sebagai berikut :
1) Lingkungan Sosial
Timbulnya minat sangat dipengaruhi oleh keadaan lingkungan di
sekitarnya. Lingkungan itu dapat berupa lingkungan pergaulan,
lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, lingkungan teman belajar
dan lingkungan sekitarnya yang dapat membuat siswa berminat
terhadap suatu bacaan. Minat membaca akan muncul apabila
lingkungan yang ada di sekitar individu mendukungnya. Misal,
lingkungan keluarga sangat berpengaruh dalam membantu
menumbuhkan minat membaca dengan cara menyediakan buku dan
fasilitas belajar lainnya.
2) Perasaan
Perasaan seseorang kadang tidak stabil. Perubahan perasaan seseorang
juga sangat berpengaruh terhadap munculnya minat untuk melakukan
aktivitas. Seseorang akan berminat membaca manakala perasaannya
senang atau gembira. Sebaliknya, seseorang yang perasaannya benci,
bosan, atau sedih tidak akan menarik perhatian atau minat terhadap
suatu hal atau aktivitas termasuk membaca.
50
3) Status Mental
Status mental seseorang berhubungan dengan keadaan batinnya.
Aktivitas membaca seseorang membutuhkan suasana yang tenteram,
tenang dan damai serta tidak terbebani batinnya. Karena dengan
keadaan tersebut orang akan tertarik sehingga menimbulkan minat
untuk membaca. Sebaliknya, jika kondisi seseorang kacau atau
ketakutan menyebabkan seseorang tersebut tidak memiliki ketertarikan
ataupun minat untuk membaca.
4) Keadaan Jasmani
Keadaan jasmani mempunyai pengaruh dalam melakukan aktivitas
atau kegiatan. Seseorang akan memiliki minat untuk membaca apabila
keadaan jasmaninya sehat. Sebaliknya, apabila seseorang dalam
keadaan jasmani yang sakit, ia akan malas melakukan sesuatu
kegiatan, termasuk kegiatan membaca karena jasmaninya lemah.
d. Unsur-Unsur Minat Baca
Unsur-unsur minat menyangkut 5 (lima) aspek kegiatan psikis
yang satu dengan yang lainnya saling berhubungan dan bertalian yang
tidak dapat dipisahkan. Aspek-aspek tersebut antara lain : perhatian,
kemauan, kesadaran, motivasi,dan perasaan senang.
1) Motivasi
Motivasi erat kaitannya dengan minat. Motivasi adalah proses
membangkitkan, mempertahankan dan mengontrol minat-minat.
Seseorang memiliki minat terhadap bidang tertentu cenderung tertarik
perhatiannya dan dengan timbul motivasi untuk mempelajari bidang
tersebut. Dalam motivasi terkandung adanya keinginan yang
mengaktifkan, menggerakkan, menyalurkan, dan mengarahkan sikap
dan perilaku individu belajar. Menurut Mc. Donald yang dikutip oleh
Oemar Hamalik (1992:173) “ Motivasi adalah suatu perubahan energi
di dalam pribadi seseorang yang ditandai dengan timbulnya afektif dan
reaksi untuk mencapai. “ Sebagaimana yang diungkapkan oleh
51
Dimyati & Mujiono (2002:42) bahwa “ Motivasi adalah tenaga yang
menggerakkan dan mengarahkan aktivitas seseorang.”
Menurut Gleitman dalam Muhibbin Syah (2003:136)“ Pengertian
dasar motivasi adalah keadaan internal organisme ( baik hewan
maupun manusia ) yang mendorongnya untuk berbuat sesuatu.“ Dalam
pengertian ini motivasi berarti pemasok daya (energizer untuk
bertingkah laku secara terarah).
Motivasi merupakan faktor yang cukup besar pengaruhnya
terhadap suatu kegiatan, demikian halnya dengan kegiatan membaca.
Kekurangan atau ketiadaan motivasi baik yang bersifat internal
maupun eksternal akan menyebabkan seseorang kurang bersemangat
dalam melakukan suatu kegiatan.
2) Perasaan Senang
Seseorang yang merasa senang biasanya langsung menghayati
apakah suatu obyek baginya berharga / bernilai atau tidak. Bila obyek
itu dihayati sebagai sesuatu yang berharga, maka timbullah perasaan
senang. Perasaan senang merupakan salah satu komponen dalam
bersikap positif terhadap belajar, sikap positif dan perasaan senang
meruoakan salah satu komponen dalam bersikap positif terhadap
belajar, sikap positif dan perasaan senang itu memberikan semangat
dan energi batin untuk berusaha semaksimal mungkin.
Demikian halnya dengan siswa yang mempunyai minat baca,
siswa tersebut akan merasa senang dan berantusias untuk melakukan
aktivitas membaca.
3) Kemauan
Kemauan merupakan dorongan keinginan pada setiap manusia
untuk membentuk dan merealisasikan diri, dalam pengertian ,
mengembangkan segenap bakat, dan kemampuannya serta
meningkatkan taraf kehidupan. Menurut pendapat Kartini Kartono
(1990:104) “ Kemauan adalah dorongan kehendak yang terarah pada
tujuan hidup tertentu, dan dikendalikan oleh pertimbangan akal budi. “
52
“Kemauan merupakan tindakan mencapai tujuan secara kuat.
Kemauan seseorang timbul karena adanya (i) keinginan yang kuat
untuk mencapai tujuan. (ii) pengetahuan tentang cara memperoleh
tujuan. (iii) energi dan kecerdasan, dan (iv) pengeluaran energi yang
tepat untuk mencapai tujuan.” (Dimyati & Mujiono 2002:90)
Apabila seseorang sudah menetapkan satu keputusan tentang
minatnya untuk dikerjakan, maka timbul kemampuan pada diri
seseorang untuk bertindak dan melaksanakan keputusan itu. Seorang
siswa yang ingin memperoleh prestasi yang diinginkannya akan
berusaha mengembangkan kemampuannya dan hal ini dapat diperoleh
dengan membaca. Dengan adanya minat baca akan menimbulkan
kemauan dalam diri siswa tersebut untuk melaksanakan aktivitas
membaca untuk memperoleh tujuan yang hendak dicapainya.
4) Perhatian
Perhatian erat kaitannya dengan minat individu. Bila individu
telah mempunyai minat terhadap suatu objek, maka terhadap objek itu
biasanya timbul perhatian yang spontan, secara otomatis perhatian itu
timbul. Menurut Gazali dalam Slameto (2003:56) “ Perhatian adalah
keaktifan jiwa yang dipertinggi, jiwa itu pun semata-mata tertuju
kepada suatu obyek (benda/hal atau sekumpulan objek)”. Sebagaimana
yang diungkapkan oleh Bimo Walgito (2004:98) mengenai perhatian
adalah sebagai berikut :
” Perhatian merupakan pemusatan atau konsentrasi dari seluruh aktifitas individu yang ditujukan kepada suatu objek atau sekumpulan objek. Kalau individu sedang memperhatikan suatu benda misalnya, ini berarti bahwa seluruh aktivitas individu dicurahkan atau dikonsentrasikan kepada benda tersebut ”.
Menurut Kartini Kartono (1990:111) “ Perhatian itu merupakan
reaksi umum dari organisme dan kesadaran, yang meyebabkan
bertambahnya aktivitas, daya konsentrasi dan pembatasan kesadaran
terhadap satu obyek “.
53
Dengan demikian minat yang ada pada individu menimbulkan
perhatian individu tersebut untuk melakukan kegiatan yang dapat
mendukung minatnya. Seperti halnya dengan siswa yang mempunyai
minat baca sangat besar akan menjadikan kegiatan membaca sebagai
obyek kegiatan yang menjadi perhatiannya. Semakin tinggi minat
terhadap buku bacaan maka semakin tinggi pula perhatiannya dalam
membaca.
5) Kesadaran
Seseorang disebut berminat terhadap suatu objek apabila orang
itu memiliki kesadaran. Dengan adanya kesadaran akan suatu
kebutuhan akan menimbulkan dorongan untuk bertindak, sehingga
kebutuhan tersebut dapat terpenuhi. Begitu pula pada individu yang
belajar. Mereka belajar dilandasi oleh kesadaran untuk meningkatkan
kemampuan yang dimilikinya. Dengan kesadaran tersebut maka akan
dapat menumbuhkan minat individu tersebut untuk banyak membaca,
karena dengan banyak membaca akan dapat menambah wawasannya
serta memperluas pengetahuannya.
Tumbuhnya minat baca pada diri seseorang yang dilandasi
dengan penuh kesadaran akan tahu arti pentingnya membaca bagi
keberhasilan belajarnya. Menjadikan aktivitas membaca sebagai
kegiatan yang tak terpisahkan dari kesibukannya sehari-hari. Begitu
pula dengan minat baca yang ada pada diri peserta didik, minat baca
tumbuh sebagai akibat dari kesadaran mereka untuk meraih prestasi
belajar yang maksimal di sekolah
e. Usaha Yang Menumbuhkan Minat Baca Siswa
Kegiatan membaca di sekolah sangat erat hubungannya dengan
perpustakaan sekolah. Salah satu tugas guru pustakawan dalam rangka
memfungsikan perpustakaan sebagai pusat sumber belajar adalah dengan
menumbuhkan minat baca siswa. Ada beberapa usaha yang dapat
dilakukan oleh guru pustakawan untuk menumbuhkan minat baca siswa
54
sebagaimana yang diungkapkan oleh Ibrahim Bafadal (2001:203-
205).Usaha-usaha tersebut antara lain adalah sebagai berikut :
1) Memperkenalkan buku-buku. Pada cara ini guru pustakawan memperkenalkan buku-buku terutama yang tersedia di perpustakaan sekolah. Cara ini dapat dilakukan bekerja sama dengan guru-guru bidang studi. Selain guru bidang studi, guru pustakawan juga bisa secara langsung memperkenalkan buku-buku kepada murid-murid yang sedang mengunjungi perpustakaan sekolah. Dalam memperkenalkannya bisa secara kelompok, dalam arti murid-murid terlebih dahulu dikumpulkan kira-kira lima sampai sepuluh orang, dan setelah kumpul barulah buku-buku mulai diperkenalkan. Apabila buku-buku yang diperkenalkan tersedia di perpustakaan sekolah alangkah baiknya selain diperkenalkan secara lisan juga ditunjukkan bukunya.
2) Memperkenalkan riwayat hidup tokoh-tokoh. Untuk menumbuhkan minat baca siswa guru pustakawan dapat menjelaskan riwayat hidup tokoh-tokoh nasional dan internasional. Yang perlu ditekankan pada waktu memperkenalkan adalah kegigihan tokoh-tokoh tersebut dalam hal membaca, belajar mandiri untuk menambah pengetahuan hingga menjadi tokoh yang besar dan masyhur.
3) Memperkenalkan hasil-hasil karya sastrawan. Dalam memperkenalkan tokoh-tokoh khususnya sastrawan, guru pustakawan sambil menyebutkan hasil-hasil karyanya. Sastrawan-sastrawan Indonesia banyak sekali hasil-hasil karyanya dan semuanya dapat diperkenalkan kepada murid-murid satu-persatu sejak balai pustaka sampai dengan angkatan terakhir ini. Sekali lagi perlu ditekankan di sini bahwa berhasil atau tidaknya
menumbuhkan minat baca, baik dengan cara memperkenalkan buku-buku
riwayat hidup tokoh-tokoh terkenal, maupun hasil-hasil karya terbaik para
satrawan, tidak hanya bergantung kepada materi tetapi cara
penyampaiannya, bagaimana cara guru atau pustakawan berusaha
memberikan pesan khusus pada murid-murid, sehingga mereka tergugah
dalam mendorong hatinya untuk membaca buku-buku.
Cara lain untuk memperkenalkan buku perpustakaan di sekolah
juga bisa dilakukan melalui pameran buku. Hal ini sesuai dengan pendapat
Ibrahim Bafadal (2001:205) yang mengungkapkan “Terdapat usaha lain
sebagai pendekatan memperkenalkan buku-buku perpustakaan sekolah
55
adalah dengan menyelenggarakan “ display “ dan “ pameran buku “.
Adapun penjelasannya adalah sebagai berikut :
Display berarti mengatur buku-buku secara khusus yang lebih
menyolok dan menarik. Biasanya yang di “ display ” buku-buku baru,
dengan tujuan selain memperkenalkan buku-buku baru juga sebagai usaha
memberikan stimulus tertentu kepada murid-murid. Oleh sebab itu agar
kegiatan “display” ini benar-benar dapat merangsang murid-murid maka
buku-buku yang di “ display “ harus diatur sedemikian rupa dengan
kombinasi warna, tipuan sinar, artistik susunan, sehingga koleksi yang
biasa menjadi koleksi yang sangat menarik.
Pameran buku adalah kegiatan memvisualisasikan buku agar diketahui oleh murid-murid. Pameran buku ini bertujuan untuk memperkenalkan dan mempromosikan perpustakaan sekolah kepada murid-murid, guru-guru, dan anggota sekolah lainnya. Apabila pameran buku ini dijadikan sebagai pendekatan untuk memperkenalkan buku-buku, maka yang perlu mendapatkan perhatian adalah masalah tempat dan waktu. Tempat yang dipilih untuk kegiatan pameran harus tempat yang cukup luas, strategis, ramai, dan aman. Sedangkan waktunya harus sesuai dengan pengunjung. Biasanya pameran buku diselenggarakan pada hari-hari besar, seperti Hardiknas, Hari Kartini, Hari Buku Internasional, Hari Peringatan Ulang Tahun Sekolah, dan sebagainya.
f. Lingkungan Yang Mempengaruhi Timbulnya Minat Baca
Mengingat sedemikian besarnya peranan membaca dalam
kehidupan maupun dalam keberhasilan bagi pelajar maka sudah
seharusnya minat baca perlu ditumbuhkan sedini mungkin, karena usaha
ini tidak akan menuju sasaran jika tidak mendapatkan dukungan
lingkungan. Menurut Oemar Hamalik (1999:103) “ Lingkungan adalah
sesuatu dari sekitar yang bermakna atau memberikan pengaruh terhadap
individu baik positif ataupun negatif “. Dalam hal ini yang dimaksud
dengan lingkungan adalah keluarga, sekolah,dan masyarakat.
1) Lingkungan Keluarga
Lingkungan keluarga merupakan tempat pendidikan yang utama dan
pertama, artinya lingkungan keluarga memberikan andil yang cukup
tinggi dalam rangka menimbulkan minat baca. Motivasi dan dorongan
56
dalam membaca tak jarang ditimbulkan oleh adanya kebiasaan dan
contoh dari keluarga. Dalam keluargalah minat dan kebiasaan dalam
membaca mulai disulut. Jika dalam sebuah keluarga tidak terdapat
teladan dalam kegiatan membaca dan mencintai buku, benih-benih
kecintaan membaca dalam diri anak-anak sulit untuk tumbuh subur,
Oleh karena itu seharusnya keluarga menciptakan iklim yang
menumbuhkan minat baca bagi anak, misalnya memberi keteladanan
membaca, melakukan pengawasan, memberi perhatian ketika anak
sedang membaca dan menyediakan buku / bacaan yang bermutu.
2) Lingkungan Masyarakat
Kondisi lingkungan masyarakat juga sangat menentukan dalam rangka
menumbuhkan minat baca. Lingkungan ini turut memberikan pengaruh
melalui keadaan lingkungan masyarakat dan juga fasilitas-fasilitas
yang ada yang mendukung siswa untuk melakukan aktivitas membaca.
Akan tetapi sering dijumpai adanya hal yang negatif di lingkungan
masyarakat yang kurang menguntungkan bagi pelajar dalam
mengembangkan minat baca. Misalnya banyaknya bacaan yang kurang
bermutu, buku bacaan porno dan buku bacaan yang kurang sehat.
Untuk itu siswa seharusnya selektif dalam memilih fasilitas yang
disediakan masyarakat dalam rangka pengembangan minat baca.
3) Lingkungan Sekolah
Selain lingkungan keluarga dan lingkungan masyarakat,
sekolah merupakan tempat pendidikan formal yang berkewajiban
secara moral untuk membina dan mendidik anak-anak dalam rangka
menumbuhkan minat baca. Peranan sekolah dalam membantu
mengembangkan minat baca bagi siswa yaitu dengan menyediakan
perpustakaan dengan koleksi buku-buku yang mendukung materi
pelajaran, dan memberikan motivasi kepada siswa untuk selalu gemar
membaca.
57
g. Teknik-Teknik Meningkatkan Minat Baca
Berbagai teknik dapat digunakan untuk meningkatkan minat baca
seperti apa yang diungkapkan oleh Joko D. Muktiono (2003:164-168),
teknik-teknik tersebut antara lain adalah :
1). Bacalah buku-buku hebat sepanjang masa 2). Bacalah buku tentang tokoh yang kita kagumi 3). Cobalah membaca buku yang sedang ramai dibicarakan 4). Perdalam mana yang kurang 5). Bereksperimenlah dengan minat baca kita 6). Jangan merasa kecil hati 7). Rencanakan jadwal membaca 8). Hadirilah acara-acara yang berkaitan dengan buku, seminar,
pameran, atau bursa buku murah 9). Jangan malas mengunjungi toko buku. 10). Jadilah anggota perpustakaan 11). Bacalah referensi buku-buku baru di berbagai penerbitan
Adapun penjelasannya adalah sebagai berikut :
1). Bacalah buku-buku hebat sepanjang masa. Ada daftar panjang buku-
buku hebat yang dipercaya mempengaruhi banyak orang atau
menginspirasikan revolusi suatu negara atau bahkan mengubah dunia.
2). Bacalah buku tentang tokoh yang kita kagumi (jika tokoh tersebut
pernah menulis buku atau ditulis tentangnya dalam sebuah buku).
Wajar bila kita ingin mengetahui lebih banyak tentang jalan hidup,
karya atau pikiran dari tokoh-tokoh yang kita kagumi. Keingintahuan
inilah yang akan lebih memotivasi kita untuk membaca buku-buku.
3). Cobalah membaca buku yang sedang ramai dibicarakan. Bisa jadi
karena bukunya kontroversial, penulisnya wanita muda yang cantik
atau alasan lain karena film yang berdasar buku tersebut sedang
populer.
4). Perdalam mana yang kurang. Jika kita merasa kurang memahami satu
bidang, carilah buku-buku yang membahasnya dengan gamblang.
5). Bereksperimenlah dengan minat baca kita. Jika selama ini kita hanya
tidak mencoba buku pengembangan diri ( self-improvement ). Siapa
tahu minat baca kita terpacu justru dengan buku-buku bertema lain.
6). Jangan merasa kecil hati jika hanya sanggup membaca novel-novel
fiksi belaka macam seri Wiro Sableng karya Bastian Tito, buku-buku
horor lokal karya Abdullah Harahap atau bahkan komik anak-anak.
Teruskan kesukaan tersebut.
7). Rencanakan jadwal membaca. Misalkan untuk bulan ini kita
merencanakan membaca buku-buku psikologi populer atau
pengembangan diri untuk meningkatkan semangat kita yang mulai
kendor. Bulan berikutnya kita ingin membaca karya sastra kontenporer
dunia. Jangan berhenti merencanakan meskipun misalnya kita jarang
bisa melaksanakan.
8). Hadirilah acara-acara yang berkaitan dengan buku, seminar, pameran,
atau bursa buku murah. Dalam acara-acara semacam itu bukan hanya
buku-buku yang akan kita temui, namun juga orang-orang yang gemar
akan buku. Perkenalan dan pembicaraan tentang buku dengan mereka
bisa jadi memberi kita informasi tambahan tentang buku dengan
mereka bisa jadi memberi kita informasi tambahan tentang buku-buku
dan meningkatkan minat kita sendiri untuk membaca.
9). Jangan malas mengunjungi toko buku. Barangkali ada satu atau dua
buku baru disana yang sangat penting bagi kebutuhan kita. Minat
membaca kita pun bisa jadi akan meningkat drastis melihat banyak
pilihan tema-tema yang menjadi perhatian kita, atau barangkali buku-
buku lainnya dengan gambar-gambar sampul yang terpampang
menghadap kita akan tampak menarik bila kita melihatnya dipajang di
toko buku.
10). Jadilah anggota perpustakaan. Meskipun kita sulit menemukan waktu
dan sering malas meluangkan waktu dan sering malas menyelesaikan
sebuah buku untuk dibaca, tetaplah berkunjung dan jika perlu
meminjam. Godaan membaca akan tinggi jika di sekitar kita selalu ada
buku-buku pilihan yang menanti dibaca.
59
11). Bacalah referensi buku-buku baru di berbagai penerbitan (majalah,
tabloid, Koran dan lain-lain). Jangan pernah ketinggalan informasi
tentang buku-buku baru. Semakin sering kita melakukannya, semakin
banyak kita tahu buku-buku baru yang terbit. Dari sebagian yang
diresensi pasti ada yang menarik perhatian kita.
h. Cara-cara Mengukur Minat Baca
Minat baca yang dimiliki oleh seseorang tidak dapat
langsung diketahui begitu saja. Untuk mengetahui minat seseorang
diperlukan suatu cara yang tepat. Munandir (1996: 45) menyatakan
bahwa cara yang digunakan untuk mengetahui minat adalah sebagai
berikut:
1) Menganalisa aktivitas yang ditunjukkan seseorang
2) Menanyakan secara langsung kepada orang yang bersangkutan
3) Menggunakan tes dari daftar minat.
Penjelasan dari pendapat di atas lebih jelasnya diuraikan sebagai
berikut:
1) Menganalisa aktivitas yang ditunjukkan seseorang.
Cara ini dilaksanakan dengan menggunakan catatan komulatif.
Artinya, apabila aktivitas membaca yang dilakukan atau banyak
dilakukan, maka menunjukkan orang tersebut memiliki minat
membaca.
2) Menanyakan langsung kepada orang yang bersangkutan
Cara semacam ini dilakukan dengan jalan bertanya langsung
kepada orang yang bersangkutan. Misalnya menanyakan apakah
siswa sangat berminat untuk membaca buku-buku Sosiologi. Cara
ini cukup mempunyai nilai atau bobot untuk dapat mengetahui
minat membaca siswa, meskipun jawaban yang diberikan mungkin
masih bersifat sementara saja.
60
3) Menggunakan tes dari daftar minat
Cara ini pada umumnya digunakan untuk mengetahui minat baca
seseorang pada waktu tertentu. Diharapkan dengan cara seperti
ini,dapat diketahui seberapa besar minat baca seseorang.
Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa ada
tiga cara untuk mengetahui minat baca seseorang. Yang pertama dapat
diketahui dengan menganalisa aktivitas membacanya, yang kedua dengan
langsung bertanya pada seseorang yang bersangkutan dan yang terakhir
bisa juga diketahui dari daftar minat sebuah tes.
3. Tinjauan Tentang Pola Asuh Orang Tua
a. Pengertian Pola Asuh Orang Tua
Keluarga merupakan kelompok sosial yang pertama untuk anak
belajar berinteraksi. Pengaruh keluarga dalam pembentukan dan
perkembangan kepribadian sangatlah besar artinya. Banyak faktor dalam
keluarga yang ikut berpengaruh dalam proses perkembangan anak. Salah
satu faktor dalam keluarga yang mempunyai peranan penting dalam
pembentukan kepribadian adalah praktek dalam mengasuh anak. Orang tua
mempunyai berbagai macam fungsi salah satu diantaranya ialah mengasuh
putra-putrinya. Sebagai pengasuh dan pembimbing dalam keluarga, orang
tua sangat berperan dalam meletakkan dasar-dasar perilaku bagi anak-
anaknya. Sikap, perilaku dan kebiasaan orang tua selalu dinilai dan ditiru
oleh anaknya yang kemudian semua ini secara sadar atau tidak sadar
diresapi kemudian menjadi kebiasaan pula bagi anak-anaknya. Dalam
mengasuh anak-anaknya orang tua dipengaruhi oleh budaya yang ada di
lingkungannya. Disamping itu orang tua juga diwarnai oleh sikap-sikap
tetentu dalam memelihara, membimbing, dan mengarahkan putera-
puterinya. Sikap tersebut tercermin dalam pola pengasuhan kepada
anaknya.
Menurut Nanik Iswanti (2004:7) “Pola asuh adalah cara yang
digunakan orang tua dalam mendidik anak-anaknya yang dianggap paling
61
sesuai dengan cita-citanya dalam menghantarkan anaknya menjadi anak
yang berguna bagi keluarga, masyarakat, dan negara“. Orang tua dalam
penelitian ini adalah ayah, ibu, atau yang bertanggung jawab dalam
perkembangan kepribadian anak. Sedangkan menurut Kamus Besar
Bahasa Indonesia (1999:791) “Pola berarti cara kerja, bentuk (struktur
yang relatif tetap)” . Asuh atau mengasuh artinya menjaga (merawat,
membimbing, anak). Mengasuh juga membimbing pengertian
membimbing yang meliputi membantu dan melatih supaya dapat berdiri
sendiri.
Interaksi antara anak denagn orang tua adalah sangat penting,
dengan kata lain pola asuh orang tua akan mempengaruhi perilaku
anaknya. Dalam interaksi tersebut orang tua menanamkan dan
memberitahukan kepada anak-anaknya tentang nilai, norma, yang berlaku
yang harus dimengerti, dipahami, bahkan ditaati oleh anak.
Berdasarkan berbagai definisi tersebut di atas dapat disimpulkan
bahwa pengertian pola asuh orang tua mengandung unsur:
(1) Adanya upaya dari orang tua membimbing dan mendidik anak
menjadi anak yang berguna.
(2) Adanya upaya dari orang tua menanamkan nilai dan norma yang
berlaku sehingga harus dimengerti, dipahami dan ditaati oleh anak.
(3) Pola asuh orang tua yang baik dapat menghantarkan anak mencapai
cita-cita anak.
b. Tipe-tipe Pola Asuh Orang Tua
Pola asuh orang tua merupakan faktor yang paling banyak
memberikan sumbangan dalam menentukan perkembangan kepribadian
anak. Oleh karena itu keberhasilan orang tua dalam mengasuh dan
mendidik anak tergantung dari bagaimana cara yang digunakan orang tua
dalam mengasuh anaknya. Menurut Hurlock alih bahasa Meitasari
Tjandrasa (1992:205) menyebutkan “Orang tua dalam mengasuh anak-
anaknya dapat menggunakan cara otoriter, liberal dan demokratis “. Dalam
menanamkan nilai-nilai pada anak masing-masing orang tua mempunyai
62
metode dalam menerapkan bimbingan atau menerapkan pola asuh yang
berbeda-beda. Untuk lebih jelasnya pola asuh tersebut dapat penulis
jelaskan sebagai berikut :
1) Pola Asuh Otoriter
Dalam pola asuh otoriter orang tua dianggap paling benar.
Menurut Suhartin (1980:72) “Otoriter adalah sikap mau menang
sendiri, sikap paling betul dalam mendidik “. Orang tua selalu
menggunakan teknik serba memerintah, akibatnya anak merasa rendah
diri. Karena sikap orang tua yang selalu mengatur menyebabkan anak
tidak dapat menentukan pilihan sesuai dengan keinginannya, dan
dalam pergaulan sehari-hari ia cenderung menyendiri.
Orang tua yang menerapkan pola asuh otoriter, memiliki ciri
sebagai berikut; kaku, tegas, suka menghukum, kurang ada kasih
sayang serta simpatik. Hal ini sesuai dengan pendapat Terry (Kartini
Kartono 1983:45) yang menyatakan “ Pendidikan keluarga otoriter
selalu didasarkan pada perintah-perintah dan tindakan yang sifatnya
memaksa “.Orang tua memaksa anak-anak untuk patuh pada nilai-nilai
mereka, serta mencoba membentuk tingkah laku sesuai dengan
tingkah lakunya serta cenderung mengekang keinginan anak. Orang
tua tidak mendorong serta memberikan kesempatan kepada anak-anak
untuk mandiri dan jarang memberi pujian. Hak anak dibatasi tetapi
dituntut tanggung jawab seperti anak dewasa. Contohnya orang tua
mengharuskan anak untuk menuruti segala perintahnya, jika melanggar
maka anak akan dihukum.
2) Pola asuh bersifat permisif / liberal (laissez faire)
Merupakan pola asuh yang dilaksanakan secara bebas. Menurut
Syamsul Yusuf (2002:52) “ Perilaku orang tua yang liberal memiliki
sikap “acceptance” yang tinggi namun kontrolnya rendah dan memberi
kebebasan pada anak untuk menyatakan dorongan dan keinginan “.
Pola percaya diri dan suka mendominasi. Contoh pola asuh yang
liberal yaitu orang tua memberi kebebasan pada anak dalam memilih
63
teman, pakaian dan sekolah tanpa memberi pertimbangan terlebih
dahulu antara mana yang baik dan mana yang buruk mana yang pantas
dan mana yang tidak. Sedangkan menurut Suhartin (1980:72) “ Pola
asuh liberal merupakan suatu sikap masa bodoh, membiasakan anak
tanpa bimbingan sama sekali “. Orang tua mempunyai anggapan
tentang masa depan anak ditentukan oleh anak itu sendiri tanpa campur
tangan orang tua. Orang tua yang memliki pola asuh liberal
memberikan pada anak untuk berbuat sekehendaknya dan lemah dalam
melaksanakan disiplin pada anak, orang tua bersikap longgar atau
bebas, bimbingan terhadap anak cenderung kurang. Pola asuh ini
cenderung mengakibatkan anak melakukan perilaku menyimpang lebih
besar.
3) Pola Asuh Demokratis
Pola pendidikan demokratis merupakan sistem pendidikan yang
diterapkan di dalam keluarga dimana keputusan diambil bersama-
sama. Menurut Hurlock alih bahasa Meitasari Tjandrasa (1992:94) :
“Pola asuh demokratis ditandai ciri-ciri anak diberi kesempatan untuk mandiri dan mengembangkan kontrol internalnya, anak diakui keberadaannya oleh orang tua, anak dilibatkan dalam mengambil keputusan. Orang tua memandang sama kewajiban dan hak antara orang tua dan anak. Mereka selalu mendengarkan keluhan dan pendapat anak-anaknya “.
Orang tua dalam pola asuh ini berusaha menyeimbangkan
antara batas-batas yang jelas dan lingkungan rumah yang baik untuk
tumbuh. Serta memberi bimbingan tetapi tidak mengatur upaya
berprestasi mendapatkan dorongan dan pujian. Contoh pola asuh
demokratis yaitu anak diberi kebebasan dalam memilih sekolah namun
dengan pertimbangan-pertimbangan dari orang tua. Menurut Kartini
Kartono (1983:66) mengemukakan :
“ Dalam pola asuh secara demokratis dan rasional dimana anak akan berani bersikap tegas sesuai dengan tanggung jawabnya sendiri. Anak akan menolak bila sesuatu yang dihadapi tidak benar dan bukan tanggung jawabnya namun ia sadar dan bertanggung jawab bila memang sudah menjadi kewajibannya. Dalam pola
64
pendidikan demokratis dapat menumbuhkan keyakinan dan kepercayaan diri maupun mendorong tindakan-tindakan mandiri yang bertanggung jawab “.
Berdasarkan kedua pendapat di atas penulis dapat mengambil
kesimpulan bahwa pola asuh orang tua yang demokratis merupakan
bentuk pola asuh yang dapat menumbuhkan anak yang memiliki
kemampuan sosialisasi yang baik dengan lingkungan sekitarnya.
c. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Orang Tua Menggunakan Pola Asuh.
Anak yang baru lahir diibaratkan seperti kertas putih bersih yang
belum terdapat coretan, sehingga perlu diisi dengan berbagai pengalaman.
Dalam masa perkembangannya anak memerlukan bantuan dari orang
dewasa khususnya orang tua. Menurut Markum A. H (2004:49) “Orang
tua dalam mengasuh anaknya dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu
antara lain : budaya, agama, kepercayaan, dan kebiasaan masyarakat,
kepribadian orang tua dan pola asuh yang dialami orang tua dimasa kecil“.
Orang tua memiliki peranan yang besar dalam membimbing dan
mendidik anak-anaknya. Kegiatan ini dapat ditunjukkkan dari pola
mengasuh anak-anaknya. Orang tua dalam mengasuh anak-anaknya
dipengaruhi oleh faktor-faktor tertentu. Sedangkan menurut T.O Ihromi
(1999:54) :
“ Dalam mengasuh anak orang tua dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu : menyamakan dengan pola asuh yang dipergunakan oleh orang tua mereka dulu, menyamakan pola asuh yang dianggap paling baik oleh masyarakat sekitarnya, usia dari orang tua, kursus-kursus konsep peranan orang tua, jenis kelamin anak, usia anak”.
Berdasarkan kedua pendapat tersebut di atas penulis dapat
mengambil kesimpulan bahwa orang tua dalam mengasuh anak-anaknya
dipengaruhi oleh dua belas faktor antara lain : budaya, agama, pola asuh
yang dialami orang tua dimasa kecil dulu, kebiasaan dan kepercayaan, usia
orang tua, kursus-kursus, jenis kelamin orang tua, status sosial ekonomi,
konsep peranan orang tua, jenis kelamin anak, usia anak, kondisi anak.
65
Faktor-faktor tersebut dapat penulis jelaskan satu-persatu sebagi berikut :
1) Budaya
Merupakan cara hidup masyarakat dimana individu tersebut tinggal.
Kebudayaan ini mempunyai aspek material (rumah, perlengkapan
hidup, dan hasil-hasil teknologi lainnya) dan aspek non material (nilai-
nilai, pandangan hidup, norma, adat-istiadat, dan sebagainya).
2) Agama
Orang tua dalam mengasuh anaknya biasanya dipengaruhi oleh ajaran
agama yang dianut, karena keyakina orang tua bahwa ajaran agama
yang dianutnya baik untuk diterapkan atau diajarkan pada anak-
anaknya.
3) Pola asuh yang dialami orang tua dimasa kecil
Bila orang tua menganggap bahwa pola asuh orang tua mereka yang
terbaik, maka ketika mempunyai anak mereka kembali memakai pola
asuh yang mereka terima. Sebaliknya, bila mereka menganggap bahwa
pola asuh orang tua mereka dahulu salah, biasanya mereka memakai
pola yang berbeda. Misalnya kalau dulu mereka mendapat pola yang
otoriter dari orang tua mereka, sekarang mereka menggunakan pola
yang demokratis atau permisif terhadap anak-anaknya.
4) Kebiasaan dan kepercayaan
Menyamakan pola asuh yang dianggap paling baik oleh masyarakat di
sekitarnya. Pilihan ini terutama dilakukan oleh orang tua yang usianya
masih muda dan kurang pengalaman. Mereka dipengaruhi oleh apa
yang dianggap baik oleh masyarakat sekitarnya daripada oleh
keyakinannya sendiri.
5) Usia Orang tua
Orang tua yang usianya masih muda cenderung untuk memilih pola
asuh yang demokratis atau permisif dibanding dengan mereka yang
sudah lanjut usia.
66
6) Kursus-kursus
Orang dewasa yang telah mengikuti kursus persiapan perkawinan,
kursus kesejahteraan keluarga atau kursus pemeliharaan anak, akan
lebih mengerti tentang anak dan kebutuhan-kebutuhannya, sehingga
mereka cenderung untuk menggunakan pola asuh yang demokratis.
7) Jenis kelamin orang tua
Pada umumnya wanita lebih mengerti tentang anak oleh karena itu
wanita lebih demokratis terhadap anaknya dibandingkan dengan pria.
8) Status sosial ekonomi
Status sosial ekonomi juga mempengaruhi orang tua dalam
menggunakan pola asuh mereka bagi anak-anaknya.
9) Konsep peranan orang tua
Konsep peranan orang tua. Orang tua yang tradisional cenderung lebih
menggunakan pola yang otoriter dibandingkan orang tua yang lebih
modern.
10) Jenis kelamin anak
Orang tua juga memberlakukan anak-anak mereka sesuai dengan jenis
kelaminnya, misalnya terhadap anak perempuan, mereka harus
menjaga lebih ketat sehingga menggunakan pola asuh yang otoriter,
sedang anak laki-laki cenderung lebih permisif atau demokratis, atau
mungkin juga sebaliknya.
11) Usia anak
Pada umumnya pola yang otoriter sering digunakan pada anak-anak
kecil, karena mereka belum mengerti secara pasti mana yang baik dan
mana yang buruk, mana yang salah dan mana yang benar, sehingga
orang tua kelihatan lebih sering memaksa atau menekan.
12) Kondisi anak
Bagi anak-anak yang agresif, lebih baik menggunakan pola asuh yang
otoriter, sedang anak-anak yang mudah merasa takut dan cemas lebih
cepat digunakan pola yang demokratis.
67
d. Cara Mengukur Pola Asuh Orang Tua
Dalam penelitian ini variabel pola asuh orang tua akan diukur
dengan menggunakan angket. Namun sebelum angket disusun, harus
dibuat indikator-indikatornya, yaitu sebagai berikut :
1) Pola Asuh Otoriter
(a) memaksakan kehendak
(b) bersikap kaku dan keras
(c) tanpa ada konsultasi
2) Pola Asuh Permisif atau (Laissez Faire)
(a) kebebasan
(b) tidak ada aturan
(c) tidak ada kontrol
3) Pola Asuh Demokratis
(a) menerima pendapat, kritik dan saran
(b) bekerja sama
(c) mempertimbangkan keputusan
Setelah indikator-indikator terbentuk, maka selanjutnya setiap
indikator akan dijabarkan ke dalam item-item pertanyaan yang berfungsi
untuk mengukur variabel pola asuh orang tua.
B. Kerangka Pemikiran
Kerangka pemikiran merupakan cara penalaran untuk dapat sampai
pada pemberian jawaban sementara atas masalah yang dirumuskan dan juga
kerangka pemikiran adalah bagian (alur pemikiran yang logis dan sistematis)
untuk menggambarkan keterkaitan atau pengaruh antar variabel yang diteliti.
Dalam penelitian ini variabel yang akan dijelaskan adalah variabel independen
( variabel bebas) dan variabel dependen ( variabel terikat ).
Variabel tersebut diantaranya :
1. Pola Asuh Orang Tua (X1 ) ( variabel bebas I )
2. Minat Baca (X 2 ) (variabel bebas II )
3. Prestasi Belajar Sosiologi (Y) (variabel terikat)
68
Untuk mengetahui apakah tujuan pendidikan telah tercapai dapat
dilakukan dengan melihat prestasi belajar yang diraih siswa. Prestasi belajar
adalah tingkat keberhasilan atau hasil yang dicapai seseorang dalam proses
berinteraksi dengan individu dan lingkungan yang dapat diketahui dari hasil
evaluasi yang telah dilaksanakan yang dinyatakan dalam bentuk nilai atau
angka. Dengan adanya evaluasi dapat diketahui kemampuan yang dimiliki
oleh siswa yang dilakukan melalui pengukuran baik berupa test maupun non
test. Semua siswa dan guru sebagai pengajar menginginkan tercapainya
prestasi belajar yang optimal. Karena prestasi belajar yang optimal merupakan
indikasi kelancaran dalam proses belajar mengajar.
Manusia sebagai mahluk sosial, tidak dapat terlepas dari lingkungan.
Lingkungan yang banyak memberikan sumbangan dari kemungkinan terbesar
terhadap kemajuan belajar dan perkembangan anak adalah lingkungan
keluarga. Lingkungan keluarga merupakan tempat yang paling mendasar
pertama dan utama dalam pendidikan anak. Faktor keluarga tersebut meliputi
pola asuh yang diterapkan oleh orang tua dalam keluarga, perhatian orang tua,
bimbingan orang tua, keutuhan keluarga dan sebagainya. Dalam penelitian ini
Pola asuh orang tua (X1 ), sebagai variabel bebas diperkirakan memiliki
hubungan positif yang signifikan dalam meningkatkan prestasi belajar mata
pelajaran sosiologi (Y) bagi siswa. Campur tangan orang tua seperti sikap
orang tua yang bisa menerima, mengarahkan, memperingatkan, menasehati,
memberikan dorongan serta menerapkan suatu bentuk atau pola asuh dalam
keluarga secara benar maka akan dapat memberikan pengaruh besar terhadap
tumbuh kembang anak untuk selalu berprestasi dalam bidangnya. Selain itu
sikap orang tua yang selalu menjaga hubungan orang tua dan anak juga
memberikan contoh yang baik kepada anak membuktikan bahwa orang tua
peduli dan memberikan harapan-harapan yang baik tentang masa depan dan
dapat memacu anak untuk lebih giat dalam belajar. Berbeda halnya jika orang
tua yang kurang atau tidak memperhatikan, orang tua acuh tak acuh
dimungkinkan terjadinya kesulitan dalam belajar yang menyebabkan prestasi
69
belajar rendah. Orang tua turut bertanggung jawab atas kemajuan studi
anaknya.
Selain faktor keluarga yaitu bentuk atau pola asuh yang diterapkan
oleh orang tua dalam keluarga, ada juga faktor yang lain yang berhubungan
dengan proses belajar yaitu faktor intern yang ada di dalam diri anak berupa
Minat Baca. Minat Baca (X 2 ) sebagai variabel bebas diperkirakan
mempunyai hubungan positif yang signifikan dalam peningkatan prestasi
belajar mata pelajaran sosiologi (Y) bagi siswa. Prestasi belajar akan berjalan
lancar jika disertai dengan minat, sebab minat merupakan salah satu penentu
keberhasilan seseorang dalam berbagai kegiatan termasuk dalam kegiatan
membaca. Minat baca secara tidak langsung akan membangkitkan dan
menumbuhkan perhatian siswa pada suatu mata pelajaran tertentu, begitu pula
pada mata pelajaran Sosiologi. Adapun minat yang kuat dapat memungkinkan
pemusatan pikiran dan juga menimbulkan kegembiraan dalam usaha belajar.
Minat yang timbul antara siswa yang satu dengan yang lain berbeda. Ada
siswa yang mempunyai minat yang tinggi, ada yang memiliki minat yang
rendah. Besarnya minat dapat ditentukan dari aktivitas yang dilakukan oleh
siswa. Demikian pula untuk mencapai prestasi belajar mata pelajaran
Sosiologi yang optimal dan memuaskan diperlukan adanya minat yang kuat
dari siswa terhadap mata pelajaran tersebut.
Pola asuh orang tua (X1 ) ,sebagai variabel bebas I dan minat baca
(X 2 ), sebagai variabel bebas II dimungkinkan memiliki hubungan positif
yang signifikan dalam peningkatan prestasi belajar mata pelajaran Sosiologi
(Y) bagi siswa. Dengan adanya pola asuh orang tua yang diterapkan dalam
keluarga secara tepat sangat berguna bagi anak sebagai upaya preventif agar
anak terhindar dari kesulitan belajar. Dengan adanya minat baca yang kuat
dalam diri siswa akan dapat dimungkinkan pemusatan pemikiran dan juga
menimbulkan kesenangan dalam melakukan aktivitas membaca, maka bentuk
atau pola asuh yang diterapakan oleh orang tua dalam keluarga dan tingginya
70
minat baca dapat dimungkinkan membantu anak untuk meningkatkan prestasi
belajar siswa.
Model kerangka berpikir antar variabel dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut:
Variabel independen Variabel dependen
Gambar 1. Skema Kerangka Berpikir
C. Perumusan Hipotesis
Hipotesis adalah suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap
permasalahan penelitian, sampai terbukti melalui data yang terkumpul
(Suharsimi Arikunto, 2002:67).
Berdasarkan landasan teori tersebut di atas maka dugaan sementara
atau hipothesis dalam penelitian ini adalah :
1. Ada hubungan positif yang signifikan antara Pola Asuh Orang Tua dengan
Prestasi Belajar Sosiologi Siswa Kelas XI Ilmu Sosial SMA Al-Islam 1
Surakarta Tahun Ajaran 2008/2009.
2. Ada hubungan positif yang signifikan antara Minat Baca dengan Prestasi
Belajar Sosiologi Siswa Kelas XI Ilmu Sosial SMA Al-Islam 1 Surakarta
Tahun Ajaran 2008/2009.
3. Ada hubungan positif yang signifikan antara Pola Asuh Orang Tua Dan
Minat Baca dengan Prestasi Belajar Sosiologi Siswa Kelas XI Ilmu Sosial
SMA Al-Islam 1 Surakarta Tahun Ajaran 2008/2009.
Pola Asuh Orang Tua (X1 )
Minat Baca (X 2 )
Prestasi Belajar Sosiologi
( Y )
71
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
Sesuai dengan judul yang telah dikemukakan, maka penelitian
dilaksanakan di SMA Al-Islam 1 Surakarta yang beralamatkan di jalan
Penelitian mulai dilaksanakan pada tahun ajaran 2009/2010. Penelitian ini
dilaksanakan selama 8 bulan terhitung mulai bulan Juni 2009 sampai bulan
Januari 2010, dengan langkah-langkah sebagai berikut :
Tabel 1. Jadwal Kegiatan Penyusunan Skripsi
Bulan No Kegiatan
Juni Juli Agustus Sept Oktober Nov Des Januari
1 Penyusunan Proposal
2 Perizinan 3 Penyusunan
Instrumen
4 Pengumpulan Data 5 Analisis Data 6 Penulisan laporan
B. Macam-Macam Variabel
Variabel merupakan atribut dari sekelompok orang atau obyek yang
mempunyai variasi antara nilai satu dengan yang lainnya dalam kelompok.
Menurut Sugiyono (2005:3) “Variabel adalah gejala yang menjadi fokus peneliti
untuk diamati”. Sedangkan menurut Manase Malo dalam Sudarwan Danim
(2000:61), “Variabel merupakan suatu konsep yang mempunyai variasi nilai”.
Dari pengertian di atas dapat diambil kesimpulan bahwa variabel penelitian adalah
suatu simbol yang menggunakan angka atau nilai terhadap sesuatu yang memiliki
variasi nilai. Dalam penelitian ini variabel yang akan diteliti adalah :
56
72
a. Pola Asuh Orang Tua sebagai variabel independen/bebas I (X1)
Pola asuh orang tua pada dasarnya merupakan sikap dan kebiasaan orang tua
yang diterapkan untuk mengasuh, memelihara dan membesarkan anak. Sikap
dan kebiasaan ini cenderung mengarah pada pola tertentu yang selaras dengan
wawasan dan pengetahuan yang dimiliki oleh orang tua sebagai pimpinan
dalam sebuah keluarga.
b. Minat Baca sebagai variabel independen/bebas II (X2)
Minat baca adalah suatu keadaan yang muncul akibat adanya keinginan yang
besar dalam diri siswa untuk melakukan kegiatan membaca dan untuk
mencapai tujuan yang diinginkan.
c. Prestasi Belajar Mata Pelajaran Sosiologi sebagai variabel dependen/terikat
(Y). Prestasi Belajar Sosiologi adalah penilaian hasil usaha kegiatan belajar
yang dinyatakan dalam bentuk simbol, angka, huruf maupun kalimat yang
dapat mencerminkan hasil yang sudah dicapai oleh setiap siswa khususnya
dalam hal ini pada mata pelajaran Sosiologi.
C. Metode Penelitian
Penelitian ilmiah merupakan kegiatan untuk memperoleh kebenaran
secara ilmiah yang dilakukan untuk menemukan, mengembangkan, dan menguji
kebenaran suatu pengetahuan. Untuk memperoleh suatu kebenaran, suatu
penelitian perlu menggunakan metode ilmiah yang tepat, agar hasil yang diperoleh
benar-benar dapat dipertanggungjawabkan. Sebagai seorang peneliti dituntut
untuk dapat memilih dan menetapkan metode penelitian yang tepat. Metode
penelitian yang kurang tepat dapat mengakibatkan hasil penelitian yang tidak
sesuai dengan tujuan penelitian.
Metodologi berasal dari kata “metode” yang artinya cara yang tepat
untuk melakukan sesuatu, dan “logos” yang artinya ilmu atau pengetahuan.
Cholid Narbuko dan Abu Ahmadi (2003:1) mengemukakan “Metodologi adalah
cara melakukan sesuatu dengan menggunakan pikiran secara seksama untuk
mencapai suatu tujuan,sedangkan penelitian adalah suatu kegiatan untuk mencari,
73
mencatat, merumuskan, dan menganalisis sampai menyusun laporan”. Sedangkan
menurut Hadari Nawawi (1995:24) menyatakan “Ilmu yang memperbincangkan
tentang metode-metode ilmiah dalam menggali kebenaran pengetahuan disebut
metode penelitian atau metodologi research”.
Metode penelitian merupakan faktor yang mendukung keberhasilan suatu
penelitian. Kartini Kartono (1990:20) menyatakan ”Metode penelitian adalah
cara-cara berpikir dan berbuat, yang dipersiapkan dengan baik-baik untuk
mengadakan penelitian dan untuk mencapai tujuan penelitian”. Sedangkan
Suharsimi Arikunto (2002: 150) menjelaskan “Metode penelitian adalah cara yang
dipergunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data penelitiannya”.
Berdasarkan pendapat tersebut dapat dipahami bahwa penelitian dilakukan untuk
mengumpulkan data dan mencapai tujuan tertentu.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa
metodologi penelitian adalah ilmu pengetahuan tentang prosedur atau cara yang
ditempuh untuk mencari suatu kebenaran yang mencakup teknik-teknik yang
digunakan dalam penelitian. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa metodologi
penelitian sangat diperlukan oleh seorang peneliti untuk melakukan suatu
penelitian.
Ada beberapa metode yang dapat digunakan dalam suatu penelitian.
Menurut Winarno Surakhmad (2004:29), “Ada tiga macam metode penelitian,
yaitu:
1. Penelitian Historis
2. Penelitian Deskriptif
3. Penelitian Eksperimen”
Untuk memperjelas pengertian metode tersebut, akan diuraikan secara
lebih lanjut sebagai berikut;
1. Metode Penelitian Historis
Metode penelitian historis adalah suatu penelitian yang bertujuan untuk
membuat rekonstruksi masa lampau secara sistematis dan obyektif, dengan cara
mengumpulkan, mengevaluasi, memverifikasi serta mensintesiskan bukti-bukti
untuk menegakkan fakta-fakta dan memperoleh kesimpulan yang kuat. Metode
74
ini digunakan untuk penelitian yang bertujuan meneliti sesuatu yang terjadi
pada masa lampau.
2. Metode Penelitian Deskriptif
Metode penelitian deskriptif adalah proses pemecahan masalah yang diselidiki
dengan menggunakan keadaan suatu subyek atau obyek penelitian pada saat
sekarang berdasarkan fakta-fakta yang tampak atau sebagaimana adanya.
Metode penelitian deskriptif memusatkan perhatiannya pada penemuan fakta-
fakta, yang bertujuan agar dapat membuat deskripsi, gambar-gambar atau
lukisan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat
serta hubungan antar fenomena yang diselidiki.
3. Metode Penelitian Eksperimen
Metode penelitian eksperimen bertujuan untuk menyelidiki kemungkinan
hubungan sebab akibat dengan cara membandingkan berbagai peristiwa dimana
terdapat fenomena tertentu. Metode ini digunakan pada penelitian-penelitian
dengan mengadakan kegiatan percobaan untuk melihat atau memperoleh suatu
hasil dan mempunyai tujuan untuk meneliti pengaruh dari beberapa kondisi
terhadap suatu gejala.
Sesuai dengan permasalahan yang ada, metode penelitian yang digunakan
dalam penelitian ini adalah metode penelitian deskriptif yang merupakan cara
untuk memecahkan masalah yang terjadi pada masa sekarang. Menurut Hadari
Nawawi (1995: 63) pengertian metode deskriptif adalah: “Metode deskriptif dapat
diartikan sebagai prosedur pemecahan masalah yang diselidiki dengan
menggambarkan atau melukiskan keadaan subyek atau obyek penelitian
(seseorang, lembaga, masyarakat dan lain-lain) pada saat sekarang berdasarkan
fakta yang tampak sebagaimana adanya”. Berdasarkan pernyataan tersebut
metode dalam penelitian deskriptif berarti mengungkap fakta pada masa
sekarang dengan penggambaran subyek dan obyek penelitian.
Ciri-ciri pokok metode penelitian deskriptif sebagaimana diungkapkan
Winarno Surakhmad (2004: 139) adalah: “1) Memusatkan diri pada pemecahan
masalah-masalah yang ada pada sekarang dan masalah yang aktual, 2) Data yang
dikumpulkan mula-mula disusun, dijelaskan dan kemudian dianalisis (karena
75
metode ini sering disebut metode analitik)”. Pernyataan tersebut menyatakan
bahwa dalam metode penelitian deskiptif masalah yang ada adalah pada masa
sekarang kemudian data yang diperoleh dianalisis.
Berdasarkan pernyataan di atas, alasan peneliti menggunakan metode
penelitian deskriptif adalah sebagai berikut:
1. Permasalahan yang akan diteliti merupakan permasalahan yang ada pada masa
sekarang dan aktual.
2. Data yang dikumpulkan mula-mula disusun, dijelaskan dan kemudian
dianalisis.
3. Hasil dari penelitian ini nantinya suatu gambaran hasil penelitian secara
sistematis, nyata dan tepat yang sesuai fakta yang ada.
D. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Dalam suatu penelitian perlu ditetapkan terlebih dahulu obyek penelitian
yang sering disebut dengan populasi. Sebelum menentukan populasi, perlu
kiranya diketahui tentang pengertian populasi. Menurut Sutrisno Hadi (2001:102),
“Populasi adalah sejumlah individu yang mempunyai satu sifat yang sama”.
Sedangkan menurut Hadari Nawawi (1995:141), “Populasi adalah keseluruhan
subyek penelitian yang dapat terdiri dari manusia, benda, hewan, tumbuh-
tumbuhan, dan gejala yang memiliki karakteristik tertentu dalam ilmu
pengetahuan”.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa populasi adalah
keseluruhan obyek penelitian yang ada dalam wilayah penelitian tertentu dan
mempunyai sifat, kualitas serta karakteristik yang sama. Populasi dalam penelitian
ini adalah seluruh siswa Kelas XI ilmu sosial SMA Al-Islam 1 Surakarta tahun
pelajaran 2008/2009 yang terdiri dari 5 kelas sejumlah 197 siswa.
2. Sampel
Dalam suatu penelitian tidak semua anggota populasi dapat diteliti. Hal
ini dikarenakan besarnya jumlah populasi dan adanya keterbatasan dalam diri
peneliti. Untuk itu perlu ditetapkan sampel untuk membatasi jumlah populasi dan
76
dapat mewakili populasi tersebut. Menurut Winarno Surakhmad (2004:93),
”Sampel adalah sebagian wakil dari populasi yang diteliti dengan menggunakan
cara-cara tertentu”. Menurut Sanafiah Faisal (2003:57), “Sampel adalah sebagian
dari populasi yang diambil sebagai representasi atau wakil populasi
bersangkutan”. Sutrisno Hadi (1994:221) menyatakan, “Sampel adalah bagian
obyek yang diteliti, untuk menetapkan besarnya sampel, langkah-langkah yang
dilakukan adalah apabila subyeknya kurang atau lebih dari 100, maka sampel
yang diambil 20% sampai 25%”.
Dari beberapa pengertian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa sampel
adalah sebagian individu yang menjadi anggota populasi yang di peroleh dengan
cara-cara tertentu untuk menjadi wakil dari populasi yang diteliti. Berdasarkan
pernyataan tersebut di atas maka dalam penelitian ini yang menjadi sampel
penelitian adalah siswa kelas XI ilmu sosial SMA Al-Islam 1 Surakarta Tahun
Ajaran 2008\2009 berjumlah 40 siswa yaitu kelas XI, dengan perhitungan seperti
tabel dibawah ini :
Tabel 2. Penentuan Sampel
Kelas Jumlah Siswa % Sampel
XI - 1
XI - 2
XI - 3
XI – 4
XI – 5
40
39
40
39
39
20 %
20 %
20 %
20 %
20 %
8
7.8
8
7.8
7.8
Jumlah 197 - 39.4 dibulatkan menjadi 40 siswa
77
E. Teknik Pengambilan Sampel
Sampel ialah sebagian individu yang menjadi anggota populasi yang
diperoleh dengan cara tertentu untuk dijadikan sebagai wakil populasi. Sampel
yang Representatif (dapat mewakili populasi) diperoleh dengan cara/teknik yang
dinamakan dengan Sampling. Sampling adalah suatu cara yang digunakan dalam
pengambilan sampel. Sutrisno Hadi (2000:75) mengemukakan pada dasarnya
teknik pengambilan sampel dibagi menjadi dua, yaitu :
a. Teknik Random Sampling Prosedur Random Sampling meliputi: 1) Cara Undian, yaitu pengambilan sampel dengan menggunakan undian 2) Cara Ordinal, yaitu dengan memilih nomor genap/ganjil atau
kelipatan angka tertentu. 3) Cara Randomisasi, yaitu pengambilan sampel dengan menggunakan
tabel bilangan Random. b. Teknik Non Random Sampling
1) Proporsional Random Sampling, yaitu cara pengambilan sampel dari populasi yang terdiri atas sub-sub populasi yang tidak homogen.
2) Stratified Random Sampling, yaitu pengambilan sampel apabila populasi terdiri dari susunan kelompok-kelompok yang bertingkat.
3) Purposive Random Sampling, yaitu pengambilan sampel berdasarkan ciri-ciri atau sifat-sifat yang ada dalam populasi yang sudah diketahui sebelumnya.
4) Quota Random Sampling, yaitu pengambilan sampel yang berdasarkan pada quantum.
5) Double Random Sampling, yaitu cara pengambilan sampel yang mengusahakan adanya sampel kembar.
6) Area Probability, yaitu cara pengambilan sampel dengan cara pembagian sampel berdasarkan pada pembagian area/wilayah.
7) Cluster Sampel, yaitu pengambilan sampel berdasarkan atas kelompok yang ada pada populasi.
Dalam penelitian ini digunakan teknik cluster sampling yaitu
pengambilan sampel berdasarkan pada kelompok yang ada dalam populasi.
Pengambilan sampel dengan cara undian dilakukan peneliti dengan memberi
nomor pada setiap kelas dari populasi. Kemudian dibuat gulungan kertas yang
telah berisi nomor tersebut dimasukkan kedalam kaleng kosong dan dikocok-
78
kocok. Setelah itu dilakukan penarikan suatu gulungan kertas yang kemudian
dijadikan sampel penelitian.
F. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data merupakan langkah penting dalam suatu
penelitian karena data yang telah terkumpul akan dijadikan dasar untuk menguji
hipotesis yang telah dirumuskan. Untuk mendapatkan data yang sebenarnya dari
suatu obyek penelitian, maka harus menggunakan teknik pengumpulan data yang
tepat. Teknik pengumpulan data dapat digolongkan menjadi dua yaitu :
1. Test 2. Non Test, terdiri dari :
a. Angket/Koesioner (Questionnaires) b. Wawancara (Interview) c. Observasi (Observer) d. Skala Bertingkat (Rating Scale) e. Dokumentasi. (Documentation)
(Suharsimi Arikunto, 2002:127) Dalam penelitian ini digunakan beberapa teknik pengumpulan data,
dengan maksud agar teknik satu dapat melengkapi teknik yang lain karena
mengingat setiap teknik mempunyai kekurangan dan kelebihan masing-masing.
Adapun teknik pokok/utama pengumpulan data dalam penelitian ini adalah
dengan metode dokumentasi dan angket. Untuk lebih jelasnya akan diuraikan
sebagai berikut :
1. Metode Dokumentasi
Metode dokumentasi sering digunakan dalam pengumpulan data. Menurut
Burhan Bungin (2005:144) adalah “ Sebagian besar data yang tersedia adalah
berbentuk surat-surat, catatan harian, kenang-kenangan, laporan, dan sebagainya”.
Sedangkan dokumentasi menurut Suharsimi Arikunto (2002:148) “ Metode
dokumentasi adalah mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa
catatan, transkip, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, agenda dan
sebagainya”. Berdasarkan pendapat tersebut di atas dapat diambil kesimpulan
79
bahwa teknik dokumen adalah teknik dengan menggunakan dokumentasi dapat
berupa dokumen pribadi atau resmi sebagai sumber data.
Kelebihan dari menggunakan metode dokumentasi diungkapkan Hadari
Nawawi (1995: 133) adalah sebagai berikut :
a. Bisa menghemat waktu
b. Sumber data bisa diperoleh dengan mudah sebab datanya sudah tersedia.
c. Bila ada kekeliruan mudah untuk diperbaiki kembali karena data mudah
untuk dicari kembali.
Dokumen yang dimaksud dalam penelitian ini adalah data prestasi belajar
Sosiologi yang tercantum dalam raport Siswa Kelas XI Ilmu Sosial SMA Al-
Islam I Surakarta Tahun 2008/2009.
2. Metode Angket
a. Pengertian Angket
Angket adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang diberikan kepada
responden. Pengertian angket menurut Kartini Kartono (1990: 210) adalah :
“Angket adalah suatu penyelidikan mengenai sesuatu masalah yang
umumnya banyak menyangkut kepentingan umum yang dilakukan dengan
jalan mengedarkan suatu daftar pertanyaan berupa formulir yang
dilakukan secara tertulis kepada sejumlah subyek untuk mendapatkan
jawaban atau tanggapan tertulis sepenuhnya”.
Pendapat lain diungkapkan Burhan Bungin (2005: 123) yaitu“ Angket
merupakan serangkaian atau daftar pertanyaan yang disusun secara sistematis,
kemudian dikirim untuk diisi oleh responden”. Berdasarkan pendapat di atas
maka disimpulkan bahwa angket adalah teknik pengumpulan data melalui
daftar pertanyaan tertulis yang disusun peneliti secara sistematis dan harus
dijawab secara tertulis oleh responden.
b. Macam-macam Angket
80
Macam-macam angket dibedakan menjadi beberapa golongan.
Menurut Burhan Bungin (2005: 123-125) angket dibedakan menjadi :
1) Angket langsung tertutup, adalah angket yang dirancang sedemikian rupa untuk merekam data tentang keadaan yang dialami oleh responden sendiri, kemudian semua alternatif jawaban yang harus dijawab responden telah tertera dalam angket tersebut.
2) Angket langsung terbuka, adalah daftar pertanyaan yang dibuat dengan sepenuhnya memberikan kebebasan kepada responden untuk menjawab tentang keadaan yang dialami sendiri, tanpa ada alternatif jawaban dari peneliti.
3) Angket tak langsung tertutup, adalah bentuk angket dikonstruksikan dengan maksud untuk menggali atau merekam data mengenai apa yang diketahui responden perihal obyek dan subyek tertentu serta data tersebut tidak dimaksud perihal mengenai diri responden bersangkutan. Disamping itu, alternatif jawaban telah disiapkan sehingga responden tinggal memilih jawaban mana yang sesuai untuk dipilih.
4) Angket tak langsung terbuka, adalah bentuk angket dikonstruksi dengan ciri-ciri yang sama dengan angket terbuka, serta disediakan kemungkinan atau alternatif jawaban , sehingga responden memformulasikan sendiri jawaban yang dipandang sesuai.
Berdasarkan pendapat tersebut angket yang digunakan dalam
penelitian ini adalah angket langsung tertutup dimana alternatif jawaban yang
akan yang harus dijawab responden telah tertera dalam angket tersebut.
Alasan peneliti menggunakan metode pengumpulan data berupa
angket adalah :
1. Dengan menggunakan angket dapat menghemat tenaga, waktu dan biaya.
2. Lebih mudah untuk mendapatkan data secara obyektif dari responden.
3. Angket penggunaanya sistematis dan terencana.
Seorang peneliti yang akan mengadakan penelitian dengan
menggunakan angket terlebih dahulu harus mempersiapkan dan menyusun
angket. Adapun langkah-langkah penyusunan angket adalah sebagai berikut :
1. Merumuskan tujuan pengukuran
81
Tujuan pengukuran dan instrumen ini adalah untuk memperoleh data
tentang pola asuh orang tua dan minat membaca siswa SMA AL-Islam I
Hal ini dimaksudkan untuk memperjelas permasalahan yang dituangkan
dalam instrumen termasuk batasan variabel yang akan diteliti.
3. Menyusun kisi-kisi instrumen
Penyusunan kisi-kisi instrumen dengan tujuan agar dalam menyusun butir-
butir item angka dapat menyebar pada seluruh variabel.
4. Merumuskan item instrumen
Pada saat merumuskan item instrumen dengan menggunakan kata-kata
yang menunjukkan tindakan yang sesuai dengan indikator yang telah
ditentukan.
5. Menentukan skala setiap alternatif jawaban.
Skala sikap untuk alternatif jawaban menggunakan skala sikap 0 sampai
dengan 4. Untuk jawaban a mempunyai nilai 4, jawaban b mempunyai
nilai 3, jawaban c mempunyai nilai 2 , jawaban d mempunyai nilai 1, dan
jawaban e mempunyai nilai 0.
6. Uji coba instrumen
Uji coba instrumen dilaksanakan untuk mengetahui kelemahan instrumen
yang dibuat dan untuk mengetahui tingkat validitas dan reliabilitas. Uji
coba instrumen dilakukan SMA Al-Islam I Surakarta yaitu para siswa
kelas XI Ilmu Sosial yaitu sebanyak 40 siswa.
Tujuan diadakan try-out terhadap angket adalah untuk mengetahui
kelemahan angket yang disebarkan kepada responden dan untuk
mengetahui sejauh mana responden mengalami kesulitan didalam
menjawab pertanyaan tersebut, serta untuk mengetahui apakah angket
tersebut memenuhi syarat validitas dan reabilitas. Untuk lebih jelasnya
akan dijelaskan sebagai berikut :
82
a) Uji Validitas
Uji validitas digunakan untuk mengetahui apakah butir-butir pertanyaan
dalam angket yang diujicobakan dapat mengukur keadaan responden
yang sebenarnya. Menurut Saifuddin Azwar (2000:5), “Validitas berasal
dari kata validity yang mempunyai arti sejauh mana ketepatan dan
kecermatan suatu alat ukur dalam melakukan fungsi ukurnya”.
Sedangkan menurut Suharsimi Arikunto (2002:144), “Validitas adalah
suatu ukuran yang mewujudkan tingkat-tingkat kevalidan atau kesahihan
suatu instrumen”. Jadi guna mengetahui tingkat kevalidan suatu
instrumen penelitian, maka perlu diadakan uji validitas. Ada beberapa
jenis validitas menurut Saifuddin Azwar (2000:45), yaitu : “Validitas isi,
validitas konstruk (construct validity) dan validitas berdasar kriteria
(criterian-related validity)”. Untuk lebih jelasnya dijelaskan sebagai
berikut :
1) Validitas Alat Pengukur
Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat valid atau
kesahihan alat pengukur. Saifudin Azwar (2003:5), berpendapat:
Validitas berasal dari kata validity yang mempunyai arti sejauh mana ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur dalam melakukan fungsi ukurnya. (…). Suatu tes atau instrumen pengukur dapat dikatakan mempunyai validitas yang tinggi apabila alat tersebut menjalankan fungsi ukurnya atau memberikan hasil ukur yang sesuai dengan maksud pengukuran tersebut.
Sedangkan Nasution (2003:74) mengemukakan, “Suatu alat pengukur
dikatakan valid, jika alat itu mengukur apa yang harus diukur oleh alat
itu”. Nasution (2003:75) mengemukakan “validitas ada macam-
macamnya” , yaitu:
(a) Validitas isi. Dengan validitas isi dimaksud bahwa isi atau bahan yang diuji atau
dites relevan dengan kemampuan, pengetahuan, pelajaran
83
pengalaman atau latar belakang orang yang diuji. Validitas isi diperoleh dengan mengadakan sampling yang baik, yakni memilih item-item yang representatif dari keseluruhan.
(b) Validitas prediktif. Dengan validitas prediktif dimaksud adanya kesesuaian antara
ramalan (prediksi) tentang kelakuan seseorang dengan kelakuannya yang nyata. Diharapkan bahwa suatu tes mempunyai nilai prediktif yang tinggi, artinya apa yang diramalkan oleh tes itu tentang kelakuan seseorang memang terbukti dari kelakuan orang itu.
( c) Validitas konstruk (construct validity). Validitas konstruk ini digunakan bila kita sangsikan apakah gejala
yang dites hanya mengandung lebih dari satu dimensi, maka validitas tes itu dapat diragukan. Keuntungan validitas konstruk ini ialah bahwa kita mengetahui komponen-komponen sikap atau sifat yang diukur dengan tes itu.
Uji validitas yang dilakukan dalam penelitian ini menggunakan
jenis validitas konstruk (construct validity) yaitu untuk menunjukkan
seberapa jauh tes mengukur sifat/konstruk yang hendak diukur. Langkah-
langkah yang ditempuh dalam uji validitas yaitu :
(a) Mendefinisikan secara operasional konsep yang akan diukur
(b) Melakukan uji coba skala pengukur tersebut pada sejumlah
responden
(c) Mempersiapkan tabel tabulasi jawaban
(d) Menghitung korelasi antar skor tiap item dengan skor total dengan
rumus korelasi product moment.
Pengujian validitas dalam penelitian ini menggunakan rumus
korelasi Product Moment dari Pearson yaitu sebagai berikut :
Keterangan :
rxy = Koefisien Korelasi Antara Variabel X Dan Y
N = Jumlah Sampel
X = Skor Masing-Masing Item
( )( )( ) ( )[ ] ( ) úû
ùêëé-
-=
å åååå åå
2222 YYNXXN
YXXYNrxy
84
Y = Skor Total (Suharsimi Arikunto, 2002:14).
Jika p < 0,050 maka dapat disimpulkan bahwa hasil pengukuran
valid atau sahih, sebaliknya jika p > 0,050 maka hasil pengukuran tidak
valid atau gugur.
Berdasarkan hasil perhitungan menggunakan bantuan komputer
Seri Program Statistik (SPS-2000) edisi Sutrisno Hadi dan Yuni
Pamardiningsih maka dapat diketahui untuk variabel pola asuh orang tua
(X1) terdapat 9 item soal yang tidak valid/ gugur dari sejumlah 40 item
soal, yaitu soal nomor 34, 35, 36, 37, 39, 40, 42, 43 dan 44. Untuk
variabel minat baca siswa (X2) tidak terdapat item soal yang tidak valid/
gugur. Dalam penelitian ini soal yang tidak valid/ gugur tidak dimasukkan
dalam perhitungan analisis data.
b) Uji Reliabilitas
Selain harus valid, suatu angket atau koesioner juga harus
memenuhi syarat reliabel. Reliabel artinya dapat dipercaya dan diandalkan.
Suharsimi Arikunto (2002:154) menyatakan “Reliabilitas menunjuk pada
pengertian bahwa suatu instrumen cukup dapat dipercaya untuk digunakan
sebagai alat pengumpul data”. Ada dua jenis reliabilitas yaitu :
(1) Reliabilitas Stabilitas
Menyangkut usaha memperoleh nilai yang sama/serupa untuk
setiap orang atau unit yang diukur setiap saat. Menyangkut
penggunaan indikator yang sama, definisi operasional, dan prosedur
pengumpulan data yang sama setiap saat dan mengukurnya pada waktu
yang berbeda. Untuk dapat memperoleh reliabilitas stabilitas, setiap
kali unit diukur skornya harus sama pada waktu yang berbeda.
(2) Reliabilitas Ekuivalen
Menyangkut usaha memperoleh nilai relatif yang sama dengan
jenis ukuran yang berbeda dalam waktu yang sama. Definisi
konseptual yang dipakai sama tetapi dengan satu atau lebih indikator
85
pengumpulan data dan atau pengamat-pengamat. (Michael H. Walizer
dan Paul L. Wienir (alih bahasa : Arief S Sardiman, 1991:107)
Berdasarkan uraian di atas, peneliti akan menggunakan jenis
reliabilitas stabilitas karena bertujuan untuk mengukur ukuran yang
sama pada waktu yang berbeda. Uji reliabilitas diterapkan pada ketiga
variabel dalam penelitian ini yaitu pola asuh orang tua sebagai variabel
bebas I (X1), minat baca variabel bebas II (X2), prestasi belajar mata
pelajaran sosiologi sebagai variabel terikat (Y).
Untuk mengukur tingkat reliabilitas atau keterandalan
instrumen dalam penelitian ini menggunakan rumus Alpha Cronbach,
yaitu sebagai berikut :
Keterangan :
r 11 = Indeks Reliabilitas Instrumen
SI 2 = Variansi Butir Ke 1
n = Butir Soal
(Suharsimi Arikunto, 2002:168)
Jika p < 0,050 maka dapat disimpulkan bahwa hasil pengukuran reliabel,
sebaliknya jika p > 0,050 maka hasil pengukuran tidak reliabel.
Berdasarkan hasil perhitungan menggunakan bantuan komputer Seri
Program Statistik (SPS-2000) edisi Sutrisno Hadi dan Yuni Pamardiningsih,
diperoleh data dari variabel pola asuh orang tua (X1) adalah: rtt = 0,957 dengan p
= 0,000, karena 0,000 < 0,050 maka hasil pengukuran try out X1 adalah reliabel.
Untuk variabel minat baca siswa (X2) diperoleh data: rtt = 0,959 dengan p =
0,000, karena 0,000 < 0,050 maka hasil pengukuran try out Y adalah reliabel.
G. Teknik Analisis Data
úúû
ù
êêë
é-
-= å
2
2
11 11 SI
SI
nn
r
86
Teknik analisis data merupakan suatu cara yang dilakukan dalam
penelitian untuk membuktikan hipotesis yang diajukan selanjutnya untuk
mengambil kesimpulan dari hasil yang diperoleh melalui analisis data tersebut.
Teknik analisis data yang penulis gunakan untuk mengolah data dalam penelitian
ini adalah teknik analisis regresi ganda, dengan alasan sebagai berikut :
1. Dalam penelitian ini terdapat dua variabel prediktor dan satu variabel kriterium
2. Permasalahan yang akan diselesaikan adalah mencari hubungan.
Adapun langkah-langkah untuk menganalisis data dalam penelitian ini
dapat dijelaskan sebagai berikut :
1. Menyusun tabulasi data dari pola asuh orang tua (X1 ), minat baca (X 2 ) dan
prestasi belajar mata pelajaran sosiologi (Y) agar memudahkan dalam
perhitungan.
2. Melakukan uji prasyarat analisis data
a. Uji Normalitas
Uji normalitas ini digunakan untuk mengetahui apakah data yang di
analisis mempunyai sebaran (berdistribusi) normal atau tidak. Dalam
pengujian ini digunakan rumus Chi Kuadrat, sebagai berikut :
])
[2
02 å -=
fh
fhfX
Keterangan :
fo = frekuensi yang diperoleh dari sampel
fh = frekuensi yang diharapkan sebagai pencerminan frekuensi populasi
X2 = Chi Kuadrat.
(Sudjana, 1996:332)
b. Uji Linearitas
Uji linieritas digunakan untuk mengetahui apakah ada hubungan
antara variabel bebas dengan variabel terikat. Rumus yang digunakan yaitu:
1) JK(G) = ])(
[2
21 N
yyx ååå -
2) JK(TC) = JK(S) - JK(G)
3) dk(G) = N - K
87
4) dk(TC) = K – 2
5) RJK(TC) = )(
)(TCdk
TCJK -
6) RJK(G) = )()(
GdkGJK
7) F hit = )()(
GRJKTCRJK
Keterangan :
JK (G) = Jumlah Kuadrat Galat
JK (TC) = Jumlah Kuadrat Tuna Cocok
dk (G) = Derajat Kebebasan Galat
dk (TC) = Derajat Kebebasan Tuna Cocok
RJK (G) = Kuadrat Tengah Galat
RJK (TC) = Kuadrat Tengah Tuna Cocok.
(Sudjana, 1996:332)
c. Uji Independensi
Uji Independensi digunakan untuk mengetahui hubungan antara
variabel bebas X1 dan X2.
( )( )( ){ } ( ){ }222
12
1
2121
21
ååå åå åå
--
-=
YYNXXN
XXXXNr xx
Keterangan :
21xxr = Koefisien Korelasi X1 dan X2
X1 = Variabel Pertama
X2 = Variabel Kedua
N = Menyatakan Jumlah Data Observasi
( Suharsimi Arikunto, 2002 : 124 )
3. Uji Hipotesis
Uji ini menggunakan uji regresi yang meliputi :
a. Menghitung koefisien korelasi antara X1 dengan Y menggunakan rumus :
88
rxy1 = ( )( )
( ){ } ( ){ }222
12
1
11
ååå åå åå
--
-
YYNXXN
YXYXN
b. Menghitung koefisien korelasi antara X2 dengan Y menggunakan rumus :
rxy 2 = ( )( )
( ){ } ( ){ }222
2
22
2
22
ååååå åå
--
-
YYNXXN
YXYXN
c. Menghitung koefisien korelasi ganda antara prediktor X1 dan X2 dengan Y
menggunakan rumus sebagai berikut :
Ry(1,2) = å
åå +2
2211
Y
YXaYXa
Keterangan :
Ry(1,2) = Koefisien Korelasi Antara Y Dengan X1 dan X2
a1 = Koefisien Prediktor X1
a2 = Koefisien Prediktor X2
∑X1Y = Jumlah Produk Antara X1 Dengan Y
∑X2 = Jumlah Produk Antara X2 Dengan Y
∑Y = Jumlah Kuadrat Kriterium Y
(Sutrisno Hadi, 1995:25)
4. Uji Signifikansi
Untuk menganalisis Ry(1,2) signifikan atau tidak digunakan rumus Freg yang
dikemukakan oleh Sutrisno Hadi (1995:26) sebagai berikut :
Freg = )1(
)1(2
2
RmmNR
---
Keterangan :
Freg = Koefisien Regresi
N = Jumlah Sampel
R = Pengaruh Antara Variabel Secara Bersama- Sama X1 Dan X2
Terhadap Y
M = Jumlah Kelompok Sampel Penelitian
89
Hasil perhitungan tersebut kemudian disesuaikan dengan tabel F, sehingga
diperoleh Ftabel atau Ft. Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa
Freg > Ft maka hipotesis dapat diterima kebenarannya tetapi jika Freg < Ft maka
hipotesis tidak dapat diterima.
5. Sumbangan Relatif (SR)
Untuk menghitung besarnya sumbangan relatif X1 dan X2 terhadap Y
digunakan rumus sebagai berikut :
SR X1 % = regJK
YXa å 11 x 100%
SR X2 % =regJK
YXa å 22 x 100%
Keterangan :
SR % X1 = Sumbangan Relatif Prediktor X1 Terhadap Y
SR % X2 = Sumbangan Relatif Prediktor X2 Terhadap Y
JKreg = Jumlah Kuadrat Regresi.
(Sutrisno Hadi, 2000:23)
6. Sumbangan Efektif (SE)
Untuk menghitung besarnya sumbangan efektif antar variabel digunakan
rumus yang dikemukakan oleh Sutrisno Hadi (1995:46) sebagai berikut :
SE % X1 = SR % X1 x R2
SE % X2 = SR % X2 x R2
SE % X1 X2 = SE % X1 + SE % X2
Keterangan :
SE % X1 = Sumbangan Efektif X1 Terhadap Y
SE % X2 = Sumbangan Efektif X2 Terhadap Y
SE % X1 X2 = Sumbangan Efektif X1 Dan X2 Terhadap Y
90
BAB IV HASIL PENELITIAN
A. Deskripsi Data
Deskripsi data merupakan gambaran hasil pengumpulan data dari
variabel yang diteliti. Adapun variabel yang diteliti adalah sebagai berikut :
1. Pola Asuh Orang Tua sebagai variabel bebas pertama (X1).
2. Minat Baca Siswa sebagai variabel bebas kedua (X2).
3. Prestasi Belajar Sosiologi Siswa sebagai variabel terikat (Y).
Ketiga data tersebut akan dijelaskan dalam uraian di bawah ini :
1. Prestasi Belajar Sosiologi Siswa
Prestasi Belajar Sosiologi Siswa dalam penelitian ini adalah variabel
terikat (Y). Berdasarkan hasil distribusi frekuensi skor prestasi belajar mata
pelajaran sosiologi, diperoleh hasil sebagai berikut :
(1) Skor tertinggi = 85
(2) Skor terendah = 65
(3) Simpangan rata-rata = 3,65
(4) Simpangan baku = 4,56
(5) Median = 74,50
(6) Modus = 72
(7) Mean = 74,75
Adapun distribusi frekuensi data tentang prestasi belajar sosiologi siswa
dapat disajikan dalam tabel berikut :
Tabel 3. Distribusi Frekuensi Skor Prestasi Belajar Sosiologi Siswa
Variat f Fx fx2 f % fk %-naik
84,5-89,5 2 170 14450 5 100
79,5-84,5 7 561 44961 17 95
74,5-79,5 11 837 63717 27,5 77,5
69,5-74,5 18 1288 92200 45 50
64,5-69,5 2 134 8986 5 5
Total 40 2990 224314 100 -
75
91
Berdasarkan tabel distribusi frekuensi variabel Y dapat diketahui bahwa
data prestasi belajar siswa yang tertinggi frekuensinya terletak pada interval 69,5 -
74,5 yaitu sebanyak 18 responden. Sedangkan frekuensi terendah terletak pada
interval 64,5 – 69,5 dan 84,5 – 89,5 yaitu sebanyak 2 responden. Lebih jelasnya
digambarkan dalam histogram berikut :
Gambar 2. Grafik Histogram Data Prestasi Belajar Sosiologi Siswa (Y)
Prestasi belajar sosiologi yang dimiliki siswa kelas XI ilmu sosial SMA
Al-Islam I Surakarta berada pada kategori rendah. Hasil ini berdasarkan data
frekuensi terbanyak pada interval 69,5-74,5 yaitu 18 responden.
2. Pola Asuh Orang Tua sebagai variabel bebas pertama (X1).
Pola Asuh Orang Tua dalam penelitian ini adalah variabel bebas pertama
(X1). Berdasarkan hasil distribusi frekuensi skor pola asuh orang tua, diperoleh
hasil sebagai berikut :
(1) Skor tertinggi = 106
(2) Skor terendah = 75
(3) Simpangan rata-rata = 6,55
(4) Simpangan baku = 8,25
(5) Mean = 94,48
(6) Median = 96,81
(7) Modus = 99
Distribusi Frekuensi Variabel Prestasi Belajar Siswa (Y)
2
18
117
2
0
5
10
15
20
64,5-69,5 69,5-74,5 74,5-79,5 79,5-84,5 84,5-89,5
Interval
Fre
kuen
si
92
Adapun distribusi frekuensi data Pola Asuh Orang Tua dapat disajikan
dalam tabel berikut :
Tabel 4. Distribusi Frekuensi Skor Angket Pola Asuh Orang Tua
Variat f Fx fx2 f % fk %-naik
102,5- 109,5 7 728 75722 17,5 100
95,5-102,5 16 1576 155290 40 82,5
88,5-95,5 7 652 60740 17,5 42,5
81,5-88,5 5 432 37334 12,5 25
74,5-81,5 5 391 30591 12,5 12,5
Total 40 3779 100 -
Berdasarkan tabel distribusi frekuensi variabel X1 dapat diketahui bahwa
data pola asuh orang tua yang tertinggi frekuensinya terletak pada interval 95,5-
102,5 yaitu sebanyak 16 responden. Sedangkan frekuensi terendah terletak pada
interval 74,5 – 81,5 dan 81,5 – 88,5 yaitu sebanyak 5 responden. Lebih jelasnya
digambarkan dalam histogram berikut :
Gambar 3. Grafik Histogram Pola Asuh Orang Tua (X1)
Bentuk atau pola asuh orang tua yang dimiliki oleh masing-masing
keluarga siswa kelas XI ilmu sosial SMA Al-Islam 1 Surakarta berada pada
Distribusi Frekuensi Variabel Pola Asuh Orang Tua (X1)
Burhan Bungin. 2005. Metodologi Penelitian Kuantitatif. Jakarta : Predana Media.
Cholid Narbuko dan Abu Ahmadi. 2003. Metodologi Penelitian. Jakarta :
Bumi Aksara.
Dimyati Mahmud. 1990. Psikologi Pendidikan. Bandung : Remaja Karya.
Dimyati dan Mujiono. 2002. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta : Rineka Cipta.
Hadari Nawawi. 1995. Metodologi Penelitian Bidang Sosial. Yogyakarta :
UGM.
Hurlock B. Elizabet. (Yang diterjemahkan oleh Mead Meitasari Tjandrasa). 1992 . Psikologi Perkembangan Anak Jilid 2. Jakarta : Erlangga.
_____________.(Yang diterjemahkan oleh Isti Widayanti dan Soejarwo).
1999. Psikologi Perkembangan. Jakarta : Erlangga.
Ibrahim Bafadal. 2001. Ayo Membaca. Jakarta : Rajawali.
Joko D. Muktiono. 2003. Aku Cinta Buku : Menumbuhkan Minat Baca Pada Anak. Jakarta : Elex Media Komputindo.
Kartini Kartono. 1983. Seri Psikologi Terapan dan Bimbingan Remaja di
SMA dan Perguruan Tinggi. Jakarta : Rajawali. _____________. 1990. Pengantar Metodologi Research. Bandung :
Mandar Maju.
______________.1990. Psikologi Umum. Bandung : Mandar Maju.
Mangunhardjo. AM. 1994. Teknik Menambah dan Mengembangkan Ilmu Pengetahuan. Yogyakarta : Kanisius.
Mardalis 2002. Metodologi Penelitian : Suatu Pendekatan Proposal.
Jakarta : Bumi aksara press.
112
Markum AH. 2004. Psikologi Umum. Jakarta : Bumi Aksara press. Meitasari Tjandrasa. 1999. Perkembangan Anak Jilid 2. Jakarta : Erlangga. Michael H. Walizer dan Paul L. Wienir (Terjemahan : Arif Sukadi
Sardiman). 1991. Metode dan Analisis Mencari Hubungan. Jakarta : Erlangga.
Mochtar Buchori. 1995. Pengantar Psikologi Pendidikan. Bandung : Jermare.
Moh. Nazir. 2003. Metode Penelitian. Jakarta : Ghalia Indonesia.
Muhibbin Syah. 2003. Psikologi Pendidikan Suatu Pendekatan Baru. Bandung : Remaja Rosdakarya.
Mulyono Abdurrahman. 1999. Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar.
Jakarta : Rineka Cipta.
Munandir .1996. Program Bimbingan Karier di Sekolah. Jakarta” Depdikbud.
Nanang Fatah. 1996. Landasan Manajemen Pendidikan. Bandung : Remaja
Rosdakarya.
Nanik Iswanti. 2004. Hubungan Antara Asuhan Orang Tua Dan Motivasi Belajar Dengan Prestasi Belajar Siswa SLTP SLB D YPAC Cabang Sragen TA. 2002/2004. UNS.
Nasution S. 2003. Metodologi Research. Jakarta : Bumi Aksara. Ngalim Purwanto. 2002. Psikologi Pendidikan. Bandung : Remaja
Rosdakarya. Nurhadi. 1995. Tata Bahasa Pendidikan. Semarang : IKIP Semarang Press. Oemar Hamalik. 1999. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta : Bumi
Aksara.
113
____________.1999. Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem. Bandung : PT. Citra Aditya Bakti.
Prana D. Iswara dan Ahmad S. Harjasujana. 1996. Kebahasaan dan
Membaca Dalam Bahasa Indonesia. Jakarta Dirjen Dikdasmen. Ruslan A. Gani. 1986. Psikologi Pendidikan . Bandung : Alumni. Saifudin Azwar. 2005. Reliabilitas dan Validitas. Yogyakarta : Pustaka
Pelajar. Sanapiah Faisal. 2003. Format-Format Penelitian Sosial. Jakarta.: PT Raja
Grafindo Persada. Sardiman AM. 2001. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta :
Raja Grafindo Persada. Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya. Jakarta
: Rineka Cipta. Sudarwan Danim. 2000. Teknik dan Prosedur Penelitian .Bandung :
Remaja Rosdakarya. Sudjana. 1996. Metodologi Statistik. Bandung : Tarsito. Sugiyono. 2005. Metode Penelitian Administrasi. Bandung : Alfabeta. Suharsimi Arikunto. 2002 .Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek.
Jakarta : PT Rineka Cipta. Suhartin Citrobroto. 1980. Cara Mendidik Anak dalam Keluarga Masa
Kini. Jakarta : Bina Aksara. Sumadi Suryabrata. 2004. Metode Penelitian. Jakarta : PT Raja Grafindo
Persada. Sutratinah Tirtonegoro. 1994. Anak Super Normal dan Pendidiknya. Jakarta
: Bina Aksara. Sutrisno Hadi. 1994. Metodologi Research : Untuk Penulisan Paper,
Skripsi, Thesis dan Disertasi. Yogyakarta : Andi Offset.
114
____________. 2000. Analisis Regresi. Yogyakarta. : Andi Offset. ____________. 2001. Metode Research Jilid 3. Yogyakarta : Andi Offset. Suyatmi. 1996. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Bandung :
Rosdakarya. Syamsul Yusuf. 2002. Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja.
Bandung. Rosdakarya. T. O. Ihromi. 1999. Bunga Rampai Sosiologi Keluarga. Jakarta : Yayasan
Obor Indonesia. Winarno Surakhmad. 2004. Pengantar Penelitian Ilmiah Dasar Metode
Teknik. Bandung : Tarsito W.S.Winkel. 2004. Psikologi Pengajaran. Jakarta : Eresco. Zainal Arifin .1990. Evaluasi Instruksional, prinsip, Teknik, Prosedur.