HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI SISWA TERHADAP VERBAL PERSUASION GURU DENGAN SELF EFFICACY ACADEMIC SISWA KELAS XI SMA KRISTEN WIDYA WACANA PURWODADI OLEH BETANIA WIDYA KARTIKANINGTAS 80 2009 003 TUGAS AKHIR Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Guna Memenuhi Sebagian Dari Persyaratan Untuk Mencapai Gelar Sarjana Program Studi Psikologi FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA SALATIGA 2015
38
Embed
Hubungan antara Persepsi Siswa terhadap Verbal ......persepsi siswa terhadap verbal persuasion guru dengan self efficacy academic siswa kelas XI SMA Kristen Widya Wacana Purwodadi.
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI SISWA TERHADAP VERBAL
PERSUASION GURU DENGAN SELF EFFICACY ACADEMIC
SISWA KELAS XI SMA KRISTEN WIDYA WACANA
PURWODADI
OLEH
BETANIA WIDYA KARTIKANINGTAS
80 2009 003
TUGAS AKHIR
Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Guna Memenuhi Sebagian Dari Persyaratan Untuk
Mencapai Gelar Sarjana
Program Studi Psikologi
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA
SALATIGA
2015
HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI SISWA TERHADAP VERBAL
PERSUASION GURU DENGAN SELF EFFICACY ACADEMIC
SISWA KELAS XI SMA KRISTEN WIDYA WACANA
PURWODADI
Betania Widya Kartikaningtyas
Heru Astikasari S. Murti
Program Studi Psikologi
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA
SALATIGA
2015
i
Abstrak
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah ada hubungan positif antara
persepsi siswa terhadap verbal persuasion guru dengan self efficacy academic siswa
kelas XI SMA Kristen Widya Wacana Purwodadi. Penelitian ini di lakukan di SMA
Kristen Widya Wacana Purwodadi dengan jumlah 64 orang responden sebagai sampel
penelitian. Persepsi siswa terhadap verbal persuasion guru diukur dengan menggunakan
lembar kerja yang dibuat oleh peneliti sendiri, dan untuk self efficacy academic siswa
diukur dengan menggunakan Bandura (1999). Analisis data dengan menggunakan
teknik analisis korelasi product moment dari Pearson dan diperoleh hasil r = 0,567 (p <
0,05) dengan signifikansi 0,000 (p < 0.05). Sumbangan efektif dari variabel persepsi
siswa terhadap verbal persuasion guru dengan self efficacy academic siswa adalah
sebesar 32,1 %. Hasil penelitian menunjukkan ada hubungan yang positif antara
persepsi siswa terhadap verbal persuasion guru dengan self efficacy academic siswa.
Kata Kunci : Persepsi siswa terhadap verbal persuasion guru, Self efficacy
academic siswa
ii
Abstract
The purpose of this study was to determine whether there is a positive relationship
between student’s perceptions of verbal persuassion academic of self efficacy teacher
gread student’s in XI class in Christian High School Widya Wacana Purwodadi. The
research was done at Christian High School Widya Wacana Purwodadi the number of
64 respondents as the study. Students 'perceptions of teachers' verbal persuasion was
measured by using a worksheet prepared by the researchers them selves , and for
students academic self efficacy was measured using Bandura (1999). Analysis of data
using analysis techniques of the Pearson product moment correlation and the obtained
results of r = 0.567 (p < 0.05) with a significance of 0.000 (p < 0.05). Effective
contribution of variable students' perception of verbal persuasion academic self-
efficacy of teachers to students is 32.1%. The results showed there was a positive
relationship between students' perception of verbal persuasion academic self-efficacy of
teachers with students.
Key Words : Students' perception of verbal persuasion teacher, Student academic
self -efficacy
1
PENDAHULUAN
Pendidikan merupakan sarana untuk mencapai manusia unggul melalui kinerja
yang berkualitas dan otonom sebagai manusia yang bermartabat (Sindhunata, 2000)
pendidikan juga berfungsi untuk menghilangkan segala sumber penderitaan rakyat dari
kebodohan dan ketertinggalan (UU no 2 tahun 1989). Oleh karena itu, pendidikan
memiliki tugas untuk mengembangkan kemampuan seseorang seoptimal mungkin.
Sebagai siswa, kesuksesan dalam menempuh pendidikan merupakan hal yang sangat
penting, karena dengan kesuksesan dalam pendidikan akan memberikan siswa
kesempatan untuk meningkatkan kualitas hidup, baik secara finansial, sosial maupun
emosional (Ahmad, 2009).
Berdasarkan Peraturan Pemerintah RI Nomor 29 Tahun 1990 pasal 1,
pendidikan menengah mengutamakan perluasan pengetahuan dan peningkatan
keterampilan siswa. Oleh karena itu, peran pendidikan menengah menjadi penting
karena adanya pengembangan keterampilan-keterampilan siswa untuk kemudian
dilanjutkan pada tingkat pendidikan tinggi. Selain itu, Direktorat Pembinaan Sekolah
Menengah Atas Direktorat Jenderal Pendidikan Menengah Kementerian Pendidikan
Nasional memiliki visi dan misi yang menekankan bahwa sekolah menengah bertujuan
untuk mengembangkan peserta didik agar lebih siap untuk terjun ke masyarakat.
Dalam penyelenggaraan pendidikan yang sesuai untuk mencapai tujuan dari
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Atas, dibutuhkan adanya peranan yang besar
dari guru dalam proses belajar mengajar. Guru merupakan seseorang yang dapat
mempengaruhi, menginspirasi, dan memotivasi anak didiknya, terlepas dari adanya
peranan orangtua (Kusumah, 2011). Guru memiliki tanggung jawab terhadap proses
2
pendidikan siswanya, akan tetapi tanggung jawab tersebut harus dapat diimbangi
dengan kepercayaan siswa terhadap kualitas kemampuan yang ia miliki.
Kemampuan remaja dalam menyelesaikan tugas-tugas akademik yang dihadapi
tidak hanya dipengaruhi potensi kognitif yang dimiliki oleh remaja seperti inteligensi,
tetapi juga sangat dipengaruhi oleh keyakinan remaja mengenai kemampuan dirinya
dalam menyelesaikan tugas-tugas tersebut. Menurut Bandura (dalam Locke, dkk, 1984)
penilaian seseorang mengenai seberapa besar kemampuannya dalam menghadapi suatu
situasi inilah yang disebut dengan self-efficacy. Efikasi diri berkenaan dengan konstruk
multidimensi yang berbeda-beda dalam berbagai fungsi dan dominan. Efikasi diri juga
berkaitan dengan pengharapan bahwa seseorang dapat menunjukkan penguasaan
terhadap suatu perilaku atau suatu bidang tertentu (Bandura, 2006). Konstruk efikasi
diri ini harus dipelajari menurut dominan spesifik yang relevan, agar dapat menjadi alat
prediksi kesuksesan individu pada domain tertentu (Bandura, 1997). Selain keyakinan
terhadap kemampuan diri dalam menyelesaikan tugas, bagaimana individu yakin akan
cara mereka menampilkan atau menyelesaikan suatu tugas, seringkali merupakan hal
yang lebih penting (Bandura, 2006).
Terkait dengan bidang akademik, Schunk & Pajares (2001) mengungkapkan
bahwa mereka dapat dengan sukses meraih tingkatan yang telah ditentukan dengan
menyelesaikan tugas-tugas akademik atau mencapai tujuan akademik yang spesifik.
Bandura, dalam Aswendo (2010), menyatakan bahwa Self-efficacy academic dapat
didefinisikan sebagai keyakinan yang dimiliki seseorang tentang kemampuan atau
kompetensinya untuk mengarahkan motivasi, kemampuan kognisi, dan mengambil
tindakan yang diperlukan untuk mengerjakan tugas, mencapai tujuan, dan mengatasi
tantangan akademik. Oleh karena itu, tingginya self-efficacy academic sangat
3
dibutuhkan oleh seorang siswa dalam kegiatan belajar mengajar. Banyak hal yang akan
dipengaruhi oleh tingginya self-efficacy yang dimiliki oleh siswa, salah satunya verbal
persuasion. Selain itu, tingginya self-efficacy academic juga dapat meningkatkan
motivasi dan meningkatkan prestasi siswa.
Menurut Bandura (1986) terdapat empat macam faktor yang dapat
mempengaruhi self-efficacy academic, yaitu mastery experiences, vicarious
experiences, verbal persuasion, dan physiological and emotional states. Partisipasi
(kemauan menerima), komunikasi persuasif (pesan yang relevan), individualiasasi
(komunikasi personal), feedback (umpan balik perilaku individual secara kontinyu),
reinforcement (penguatan perilaku individual berkala), facilitation (perubahan pada
lingkungan), pujian dan diskusi adalah beberapa dari metode verbal persuasion
(Bartholomew, 2006). Selain itu ada juga metode verbal persuasion yang dapat
dilakukan yaitu melalui ceramah, di mana terdapat argumen yang dapat meyakinkan
pendengar untuk mengikuti ajakan yang terkandung dalam pesan verbal yang
disampaikan. Bandura (dalam Feist & Feist, 2008) menyatakan bahwa sebuah nasihat
bagi self-efficacy terkait dengan status dan otoritas dari pemberi nasihat. Sehingga dapat
merujuk seseorang untuk lebih giat lagi mengerjakan tugas dengan nasihat
dibandingkan beberapa faktor lainnya. Menurut Bandura (1977), persuasi verbal lebih
banyak digunakan karena faktor kemudahan dan ketersediaannya.
Menurut Bandura (Gist (1987); dan Wood & Bandura (1989), tanpa
mempermasalahkan sampai sejauh mana persuasi verbal dapat mendorong atau
meningkatkan self-efficacy academic sehingga orang mencoba dengan keras untuk
berhasil; persuasi verbal dapat meningkatkan perkembangan ketrampilan dan perasaan
akan self-efficacy academic. Verbal persuasion itu penting, dimana siswa dapat
4
mendapatkan dukungan secara moril dari lingkungan sekitar agar mengembangkan
kemampuannya dan menunjukkan kepercayaan diri untuk mampu mengerjakan tugas-
tugas akademik. Serta di sekolah tersebut sebagian siswanya masih kurang motivasi
secara persuasi verbal, terlebih motivasi dari keluarganya.
Menurut Chan & Lam (2010) feedback yang diberikan guru kepada siswa
merupakan persuasi verbal yang akan mempengaruhi self efficacy siswa. Feedback dari
guru merupakan variabel lingkungan yang mempengaruhi efikasi diri yang merupakan
variabel individu (Schunk & Zimmerman, 1997; Schunk, 2003). Dari Chan & Lam
tersebut, fenomena siswa kelas XI SMA Kristen Widya Wacana dalam memenuhi
ketentuan-ketentuan akademiknya maupun verbal persuasi dari lingkungan sekitar,
nampak kurang yakin dengan kemampuannya yang ditunjukkan melalui kurangnya
usaha keras dari siswa dan cepat menyerah dengan masalah-masalah atau tugas-tugas
yang ada.
Penelitian Melati (2012) menyatakan bahwa terdapat adanya pengaruh verbal
persuasion terhadap self-efficacy pada guru SMA, sementara hasil wawancara peneliti
dengan beberapa siswa ataupun guru pada tanggal 10 Januari 2015, hasilnya masih
kurang menunjukan adanya dampak verbal persuasion terhadap self-efficacy. Maka dari
itu, peneliti ingin meneliti apakah ada hubungan signifikan antara persepsi siswa
terhadap verbal persuasion guru dengan self-efficacy academic siswa kelas XI di SMA
Kristen Widya Wacana Purwodadi?
5
TINJAUAN PUSTAKA
A. Self-efficacy Academic
Konsep self-efficacy pertama kali dimunculkan oleh Bandura (1997). Ia
mendefinisikan bahwa self-efficacy pada dasarnya adalah hasil dari proses
kognitif berupa keputusan, keyakinan, atau pengharapan tentang sejauh mana
individu memperkirakan kemampuan dirinya dalam melaksanakan tugas atau
tindakan tertentu yang diperlukan untuk mencapai hasil yang diinginkan. Terkait
dengan bidang akademik, Schunk & Pajares (2001) mengungkapkan bahwa self-
efficacy academic merupakan keyakinan individu bahwa mereka dapat dengan
sukses meraih tingkatan yang telah ditentukan dengan menyelesaikan tugas-
tugas akademik atau mencapai tujuan akademik yang spesifik. Bandura, dalam
Aswendo (2010), menyatakan bahwa self-efficacy academic dapat didefinisikan
sebagai keyakinan yang dimiliki seseorang tentang kemampuan atau
kompetensinya untuk megarhakan motovasi, kemampuan kognisi, dan
mengambil tindakan untuk mengerjakan tugas, mencapai tujuan, dan mengatasi
tentangan akademik.
B. Aspek-aspek Self-efficacy Academic
Self-efficacy yang dimiliki seseorang berbeda-beda, dapat dilihat
berdasarkan beberapa aspek yang mempunyai implikasi penting pada perilaku.
Bandura (1986) mengemukakan ada tiga aspek self-efficacy, yaitu:
1. Magnitude. Aspek pertama ini berkaitan dengan tingkat kesulitan suatu
tugas yang dilakukan. Apabila tugas-tugas yang dibebankan kepada individu
disusun menurut tngkat kesulitannya, maka perbedaan efikasi diri secara
6
individual mungkin terbatas pada tugas-tugas yang sederhana, mengengah
atau tingkat kesulitan yang tinggi. Individu akan melakukan tindakan-
tindakan yang dirasakan mampu untuk dilaksanakannya dan akan
menghindari tugas-tugas atau situasi yang diperkirakan di luar batas
kemampuan yang dimiliki.
2. Generality. Faktor kedua ini berhubungan dengan luas bidang tugas atau
tingkah laku. Beberapa pengalaman berangsur-angsur atau secara berlahan
dapat menimbulkan penguasaan terhadap pengharapan pada bidang tugas
atau tingkah laku yang khusus, sedangkan pengalaman lain membangkitkan
keyakinan yang meliputi berbagai bidang tugas.
3. Strength. Aspek ketiga berkaitan dengan tingkat kekuatan atau kemantapan
seseorang terhadap keyakinannya. Tingkat efikasi diri yang lebih rendah
mudah digoyangkan oleh pengalaman-pengalaman yang memperlemahnya,
sedangkan individu yang memiliki efikasi diri yang kuat akan tekun dalam
meningkatkan usahanya, meskipun dijumpai pengalaman yang
memperlemahnya.
Faktor-faktor Self-Efficacy Academic
Terdapat empat faktor yang dapat mempengaruhi self-efficacy (Bandura,
1986), yaitu:
1. Mastery experiences, adalah pengalaman-pengalaman sukses yang pernah
dialami oleh seseorang. Hal ini dapat secara efektif menyebabkan
peningkatan self-efficacy, sedangkan pengalaman kegagalan akan
7
menurunkan self-efficacy. Jika pengalaman tersebut diperoleh dengan usaha
yang keras, maka peningkatan self-efficacy akan terjadi secara signifikan.
2. Vicarious experiences, adalah pengalaman-pengalaman di mana seorang
individu memiliki keyakinan untuk berhasil pada dirinya setelah melihat
adanya role model yang telah mengalami kesuksesan sebelumnya. Semakin
mirip karakteristik model, maka akan semakin kuat vicarious learning yang
terjadi pada seorang individu.
3. Verbal persuasion, adalah cara untuk menguatkan keyakinan seseorang
mengenai kemampuan yang ia miliki untuk mencapai kesuksesan. Faktor ini
akan dijelaskan lebih lanjut pada subbab berikutnya.
4. Physiological and emotional states, adalah keadaan di mana seseorang
mengkondisikan bahwa stres dan kecemasan yang ia alami sebagai tanda
adanya kegagalan. Oleh karena itu, seseorang akan cenderung menghindari
aktivitas yang dapat membuat dirinya merasa stres dan cemas.
C. Persepsi siswa terhadap Verbal Persuasion Guru
Persepsi siswa merupakan proses perlakuan siswa terhadap informasi
tentang suatu objek melalui pengamatan dengan indra yang dimiliki, sehingga
siswa dapat memberi arti serta mengintepretasikan objek yang diamati. Pada
hakekatnya sikap merupakan suatu interelasi dari berbagai komponen dimana
komponen-komponen tersebut menurut Allport ada tiga (dalam Mar’at, 1991),
yaitu:
1. Komponen Kognitif yaitu komponen yang tersusun atas dasar
pengetahuan atau informasi yang dimiliki seseorang tentang obyek