Page 1
i
HUBUNGAN ANTARA LOYALITAS DAN SIKAP
TERHADAP PERILAKU AGRESI PADA SUPORTER
SEPAKBOLA PANSER BIRU SEMARANG
SKRIPSI
disajikan sebagai salah satu syarat
untuk memperoleh gelar Sarjana Psikologi
oleh
Anisa Kurnia Dewi
1511415022
JURUSAN PSIKOLOGI
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2020
Page 2
ii
HUBUNGAN ANTARA LOYALITAS DAN SIKAP
TERHADAP PERILAKU AGRESI PADA SUPORTER
SEPAKBOLA PANSER BIRU SEMARANG
SKRIPSI
disajikan sebagai salah satu syarat
untuk memperoleh gelar Sarjana Psikologi
oleh
Anisa Kurnia Dewi
1511415022
JURUSAN PSIKOLOGI
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2020
Page 5
v
MOTO DAN PERSEMBAHAN
Moto:
If everyone does some good, think of what a good world this will be “Jika semua
orang melakukan hal baik, pikirlah akan sebaik apa dunia ini jadinya.” (Jackie
Chan)
Not only do i think being nice and kind is easy, but being kind, in my opinion is
important “Menurut saya, bersikap baik itu tidak hanya mudah, tetapi bersikap baik
menurut saya juga penting” (Dwayne Johnson)
Jika kita bisa menjadi orang baik yang bisa bermanfaat untuk banyak orang, lalu
kenapa memilih menjadi orang jahat ? (Penulis)
Persembahan:
1. Papa Agus dan Mama Ruli yang selalu
mendoakan, memberi dukungan serta
semangat setiap waktu.
2. Kakak Rista dan adik Nabila tercinta yang
selalu memberi motivasi dan semangat
Page 6
vi
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah Yang Maha Esa yang telah menganugerahkan
nikmat dan kekuatan kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi yang
berjudul “Hubungan Antara Loyalitas dan Sikap Terhadap Perilaku Agresi pada
Suporter Sepakbola Panser Biru Semarang”. Kepada semua pihak yang dengan
setia dan penuh kesabaran mendukung lewat ide, semangat yang telah diberikan
kepada penulis. Ucapan terimakasih penulis sampaikan kepada :
1. Dr. Achmad Rifai RC, M.Pd Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas
Negeri Semarang.
2. Rahmawati Prihastuty, S.Psi., M.Si., Ketua Jurusan Psikologi Fakultas Ilmu
Pendidikan Universitas Negeri Semarang.
3. Luthfi Fathan Dahriyanto, S.Psi.,M.A. selaku dosen pembimbing, yang dengan
penuh kasih, kesabaran, kesetiaan dalam memberikan motivasi dan waktu untuk
membimbing penulis.
4. Drs. Sugeng Hariyadi, S.Psi., M.S. selaku dosen wali rombel 1, terimakasih
untuk kasih, kepedulian, perhatian, semangat, dan kesabaran yang telah
diberikan kepada penulis selama menempuh studi.
5. Seluruh Dosen dan Staf Jurusan Psikologi yang telah berkenan berbagi ilmu dan
pengetahuan kepada penulis.
6. Seluruh subjek penelitian yang telah membantu penulis dalam melakukan
penelitian yaitu mengisi skala.
Page 7
vii
7. Papa, Mama, Kakak, Adik terimakasih untuk doa, kasih sayang, semangat ketika
saya putus asa, kesetiaan dalam mendengarkan keluh kesah saya, dan kesabaran
dalam menanti berita kesuksesan saya menjadi sorang sarjana.
8. Seluruh sahabat saya yang sudah membantu selama proses penyusunan skripsi
ini terkhusus Nisya, Mayzora, Susi, Tutut.
9. Teman-teman Psikologi Universitas Negeri Semarang Rombel 1 yang selalu
menemani penulis sejak awal menjadi mahasiswa hingga menjadi sarjana.
10. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu, yang telah memberikan
dukungan yang berarti untuk penulis. Semoga Allah membalas kebaikan kalian
semua. Aamiin.
Akhirnya, penulis mengucapkan terimakasih setulus hati kepada semua
pihak yang telah membantu penyusunan skripsi ini. Penulis berharap skripsi ini
memberikan manfaat kepada siapapun yang membacanya.
Semarang, 13 Januari 2020
Penulis
Page 8
viii
ABSTRAK
Dewi, Anisa Kurnia. 2020. Hubungan Antara Loyalitas dan Sikap Terhadap
Perilaku Agresi pada Suporter Sepakbola Panser Biru Semarang. Skripsi. Jurusan
Psikologi. Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Semarang. Pembimbing 1
Luthfi Fathan Dahriyanto, S.Psi.,MA
Kata Kunci : Loyalitas, Sikap, Perilaku Agresi, Panser Biru Semarang
Loyalitas suporter merupakan hal yang penting dalam mendukung klub
sepakbola. Terkadang terdapat emosional yang lebih di dalam sebuah loyalitas.
Rasa emosional tersebut yang nantinya akan menentukan apakah suporter
mendukung atau tidak terhadap adanya perilaku agresi antar suporter di dalam
lapangan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara loyalitas dan
sikap terhadap perilaku agresi suporter Panser Biru Semarang.
Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif korelasional. Sampel
penelitian ini berjumlah 272 suporter Panser Biru Semarang dengan teknik
sampling yang digunakan adalah incidental sampling. Data penelitian diambil
dengan menggunakan dua skala yaitu skala loyalitas yang terdiri dari 28 butir valid
dan skala sikap terhadap perilaku agresi yang terdiri dari 25 butir valid. Koefisien
reliabilitas skala loyalitas yaitu sebesar 0,906 dan koefisien reliabilitas skala sikap
terhadap perilaku agresi sebesar 0,786.
Metode analisis yang digunakan yaitu dengan meggunakan teknik analisis
korelasi rank spearman dengan menggunakan program pengolah data. Hasil dari
olah data menunjukkan adanya hubungan antara loyalitas dan sikap terhadap
perilaku agresi dengan nilai signifikansi 0,000 (p< 0,05) dan koefisien korelasi
sebesar 0,64. Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan
hubungan positif yang signifikan antara loyalitas dan sikap terhadap perilaku agresi
suporter Panser Biru Semarang.
Page 9
ix
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL .................................................................................... i
PERNYATAAN ........................................................................................... ii
PENGESAHAN ............................................................................................ iii
MOTO DAN PERSEMBAHAN .................................................................. v
KATA PENGANTAR .................................................................................. vii
ABSTRAK .................................................................................................... viii
DAFTAR ISI ................................................................................................ ix
DAFTAR TABEL ........................................................................................ xiv
DAFTAR GAMBAR .................................................................................... xvii
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. xviii
1 PENDAHULUAN ...................................................................................... 1
1.1. Latar Belakang ...................................................................... 1
1.2. Rumusan Masalah ................................................................................. 13
1.3. Tujuan Penelitian .................................................................................. 13
1.4. Manfaat Penelitian ................................................................................ 13
1.4.1 Manfaat Teoritis ..................................................................................... 13
1.4.2 Manfaat Praktis ...................................................................................... 13
2 LANDASAN TEORI .................................................................................. 15
2.1 Sikap Terhadap Perilaku Agresi ................................................................ 15
2.1.1 Pengertian Sikap .................................................................................... 15
2.1.2 Struktur Sikap ........................................................................................ 15
Page 10
x
2.1.3 Pembentukan Sikap ................................................................................ 17
2.1.4 Fungsi Sikap .......................................................................................... 18
2.1.5 Pengertian Perilaku Agresi ..................................................................... 20
2.1.6 Jenis-jenis Perilaku Agresi ..................................................................... 21
2.1.7 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Agresi ............................... 25
2.1.8 Sikap Terhadap Perilaku Agresi ............................................................. 30
2.2 Loyalitas Suporter ..................................................................................... 31
2.2.1 Pengertian Loyalitas Suporter ................................................................. 31
2.2.2 Aspek Loyalitas ..................................................................................... 32
2.2.3 Dimensi Loyalitas .................................................................................. 34
2.3 Penelitian Terdahulu ................................................................................. 35
2.4 Kerangka Berfikir ..................................................................................... 38
2.5 Hipotesis Penelitian ................................................................................... 40
3 METODE PENELITIAN ........................................................................... 41
3.1 Jenis Dan Desain Penelitian ...................................................................... 41
3.2 Variabel Penelitian .................................................................................... 42
3.2.1 Identifikasi Variabel Penelitian............................................................... 42
3.2.2 Definisi Operasional ............................................................................... 43
3.3 Populasi Dan Sampel ................................................................................ 45
3.3.1 Populasi ................................................................................................. 45
3.3.2 Sampel ................................................................................................... 45
3.4 Teknik Pengumpulan Data ....................................................................... 46
3.4.1 Skala Sikap Terhadap Perilaku Agresi .................................................... 46
Page 11
xi
3.4.2 Skala Loyalitas Suporter......................................................................... 47
3.5 Validitas Dan Reliabilitas .......................................................................... 49
3.5.1 Validitas ................................................................................................. 49
3.5.2 Reliabilitas ............................................................................................. 52
3.6 Teknik Analisis Data ................................................................................. 54
4 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ........................................... 56
4.1 Persiapan Penelitian .................................................................................. 56
4.1.1 Orientasi Kancah Penelitian ................................................................... 56
4.1.2 Penentuan Sampel .................................................................................. 56
4.1.3 Penyusunan Instrumen Penelitian .......................................................... 58
4.1.4 Uji Coba Instrumen (Try Out) ............................................................... 60
4.2 Pelaksanaan Penelitian .............................................................................. 60
4.2.1 Pengumpulan Data ................................................................................. 60
4.2.2 Pelaksanaan Skoring .............................................................................. 61
4.3 Hasil Penelitian ......................................................................................... 62
4.3.1 Data Demografi ...................................................................................... 62
4.3.1.1 Subjek Berdasarkan Usia .................................................................... 62
4.3.2 Analisis Inferensial................................................................................. 62
4.3.2.1 Hasil Uji Hipotesis .............................................................................. 62
4.3.3 Analisis Deskriptif ................................................................................. 63
4.3.3.1 Gambaran Umum Loyalitas Suporter Panser Biru Semarang .............. 63
4.3.3.2 Gambaran Loyalitas Suporter Tiap Aspek ........................................... 65
4.3.3.2.1 Gambaran Loyalitas Suporter Berdasarkan Aspek Taat Pada
Aturan ............................................................................................... 65
Page 12
xii
4.3.3.2.2 Gambaran Loyalitas Suporter Berdasarkan Aspek Tanggung
Jawab ................................................................................................ 67
4.3.3.2.3 Gambaran Loyalitas Suporter Berdasarkan Aspek Kemauan
Untuk Bekerjasama ........................................................................... 68
4.3.3.2.4 Gambaran Loyalitas Suporter Berdasarkan Aspek Rasa
Memiliki ............................................................................................ 70
4.3.3.2.5 Gambaran Loyalitas Suporter Berdasarkan Aspek Hubungan
Antar Pribadi .................................................................................... 72
4.3.3.2.6 Gambaran Loyalitas Suporter Berdasarkan Aspek Kesukaan
Terhadap Tugas Organisasi .............................................................. 74
4.3.3.2.7 Gambaran Secara Ringkas Aspek-Aspek Dalam Loyalitas
Suporter ............................................................................................ 76
4.3.3.3 Gambaran Umum Sikp Terhadap Perilaku Agresi .............................. 77
4.3.3.4 Gambaran Spesifik Sikap Terhadap Perilaku Agresi Berdasarkan
Tiap Aspeknya ...................................................................................... 78
4.3.3.4.1 Gambaran Sikap Terhadap Perilaku Agresi Berdasarkan Aspek
Kognitif ............................................................................................. 78
4.3.3.4.2 Gambaran Sikap Terhadap Perilaku Agresi Berdasarkan Aspek
Afektif ................................................................................................ 80
4.3.3.4.3 Gambaran Sikap Terhadap Perilaku Agresi Berdasarkan Aspek
Konatif .............................................................................................. 82
4.3.3.4.4 Gambaran Secara Ringkas Aspek-Aspek Dalam Sikap Terhadap
Perilaku Agresi ................................................................................. 84
4.4 Pembahasan .............................................................................................. 85
4.4.1 Pembahasan Analisis Inferensial Loyalitas dan Sikap Terhadap
Perilaku Agresi Panser Biru Semarang ................................................... 85
4.4.2 Pembahasan Analisis Deskriptif Loyalitas dan Sikap Terhadap
Perilaku Agresi Panser Biru Semarang ................................................... 87
4.5 Keterbatasan Penelitian ............................................................................. 91
Page 13
xiii
5 PENUTUP .................................................................................................. 93
5.1 Simpulan ................................................................................................... 93
5.2 Saran ......................................................................................................... 94
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 96
LAMPIRAN .................................................................................................. 100
Page 14
xiv
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1.1 Daftar Kerusuhan Yang Melibatkan Suporter PSIS................ 6
3.1 Blueprint Skala Sikap Terhadap Perilaku Agresi.................... 47
3.2 Blueprint Skala Loyalitas Suporter......................................... 48
3.3 Hasil Uji Validitas Skala Sikap Terhadap Perilaku................. 50
3.4 Sebaran Nomor Item Skala Sikap .......................................... 50
3.5 Hasil Uji Validitas Skala Loyalitas......................................... 51
3.6 Sebaran Nomor Loyalitas Suporter......................................... 52
4.1 Gambaran Umum Subjek Berdasar Usia................................ 62
4.4 Hasil Uji Hipotesis.................................................................. 63
4.5 Statistik Deskriptif Loyalitas Suporter................................... 64
4.6 Distribusi Frekuensi Loyalitas Suporter................................. 65
4.7 Statistik Deskriptif Sikap Terhadap Perilaku Agresi.............. 63
4.8 Distribusi Frekuensi Sikap Terhadap Perilaku Agresi............ 63
4.9 Statistik Deskriptif Loyalitas Berdasar Aspek Taat Pada
Aturan......................................................................................
65
4.10 Distribusi Frekuensi Loyalitas Berdasar Aspek Taat Pada
Aturan......................................................................................
65
4.11 Statistik Deskriptif Loyalitas Berdasarkan Aspek Tanggung
Jawab.......................................................................................
65
Page 15
xv
4.12 Distribusi Frekuensi Loyalitas Berdasarkan Aspek Tanggung
Jawab.......................................................................................
68
4.13 Statistik Deskriptif Loyalitas Berdasarkan Aspek Kemauan
Untuk Bekerjasama................................................................. 69
4.14 Distribusi Frekuensi Loyalitas Berdasarkan Aspek Kemauan
Untuk Bekerjasama.................................................................
70
4.15 Statistik Deskriptif Loyalitas Berdasarkan Aspek Rasa
Memiliki...................................................................................
71
4.16 Distribusi Frekuensi Loyalitas Berdasarkan Aspek Rasa
Memiliki...................................................................................
71
4.17 Statistik Deskriptif Loyalitas Berdasarkan Aspek Hubungan
Antar Pribadi............................................................................
72
4.18 Distribusi Frekuensi Loyalitas Berdasarkan Aspek Hubungan
Antar Pribadi............................................................................
73
4.19 Statistik Deskriptif Loyalitas Berdasarkan Aspek Kesukaan
Terhadap Tugas Organisasi......................................................
74
4.20 Distribusi Frekuensi Loyalitas Berdasarkan Aspek Kesukaan
Terhadap Tugas Organisasi......................................................
75
4.21 Ringkasan Deskriptif Spesifik Tiap Aspek Dari Loyalitas
Suporter....................................................................................
76
4.22 Statistik Deskriptif Sikap Terhadap Perilaku Agresi
Berdasarkan Aspek Kognitif....................................................
79
4.23 Distribusi Frekuensi Sikap Terhadap Perilaku Agresi
Berdasarkan Aspek Kognitif....................................................
79
4.24 Statistik Deskriptif Sikap Terhadap Perilaku Agresi
Berdasarkan Aspek Afektif......................................................
80
4.25 Distribusi Frekuensi Sikap Terhadap Perilaku Agresi
Berdasarkan Aspek Afektif......................................................
81
4.26 Statistik Deskriptif Sikap Terhadap Perilaku Agresi
Berdasarkan Aspek Konatif.....................................................
82
4.27 Distribusi Frekuensi Sikap Terhadap Perilaku Agresi
Berdasarkan Aspek Konatif.....................................................
83
Page 16
xvi
4.28 Ringkasan Deskriptif Spesifik Tiap Aspek Dari Sikap
Terhadap Perilaku Agresi.........................................................
84
Page 17
xvii
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
2.1 Kerangka Berpikir.............................................................. 39
4.2.1 Gambaran Loyalitas Berdasarkan Aspek Taat Pada
Aturan...................................................................................
67
4.2.2 Gambaran Loyalitas Berdasarkan Aspek Tanggung
Jawab....................................................................................
68
4.2.3 Gambaran Loyalitas Berdasarkan Aspek Kemauan Untuk
Bekerjasama.........................................................................
70
4.2.4 Gambaran Loyalitas Berdasarkan Aspek Rasa
Memiliki...............................................................................
72
4.2.5 Gambaran Loyalitas Berdasarkan Aspek Hubungan Antar
Pribadi..................................................................................
74
4.2.6 Gambaran Loyalitas Berdasarkan Aspek Kesukaan
Terhadap Tugas Organisasi..................................................
75
4.2 Ringkasan Deskriptif Spesifik Tiap Aspek Loyalitas
Suporter................................................................................
76
4.4.1 Gambaran Sikap Terhadap Perilaku Berdasarkan Aspek
Kognitif................................................................................
80
4.4.2 Gambaran Sikap Terhadap Perilaku Berdasarkan Aspek
Afektif..................................................................................
82
4.4.3 Gambaran Sikap Terhadap Perilaku Berdasarkan Aspek
Konatif.................................................................................
83
4.3 Ringkasan Deskriptif Spesifik Tiap Aspek Loyalitas
Suporter................................................................................
84
Page 18
xviii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1 Skala Penelitian Psikologi................................................. 102
2 Tabulasi Skor Penelitian.............................................. .... 110
3 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Setelah Try Out ......... 135
4 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Setelah Penelitian ...... 143
5 Hasil Uji Hipotesis Penelitian........................................... 148
6 Statistik Deskriptif............................................................. 150
7 Surat Keterangan Jurnal..................................................... 160
8 Dokumentasi Penelitian..................................................... 162
Page 19
1
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Persatuan Sepakbola Indonesia Semarang atau PSIS Semarang adalah klub
sepak bola yang bermarkas di kota Semarang Indonesia dengan tempat berlatih dan
bertanding di Stadion Jatidiri Semarang. Julukan untuk klub sepakbola ini adalah
"Laskar Mahesa Jenar". Klub yang berdiri sejak tahun 1932 adalah klub pertama di
Liga Indonesia yang pernah menjadi juara Divisi Utama (1999) dan kemudian
terdegradasi ke divisi I pada musim berikutnya (2000). PSIS kemudian berhasil
menjuarai kompetisi Divisi I nasional (2001), dan berhak berlaga kembali di
kompetisi Divisi Utama Liga Indonesia. PSIS Semarang juga tercatat sebagai klub
ketiga yang pernah menjuarai Liga Perserikatan dan Divisi Utama Liga Indonesia,
setelah Persib Bandung dan Persebaya Surabaya.
Keberadaan klub PSIS Semarang tidak terlepas dari suporter yang selalu ada
untuk memberikan dukungan dan semangat para pemain. Ketika supporter dikaji
dalam bahasa teoritis, kata support yang berarti dukungan, Chaplin (dalam Prakoso,
2013) mengatakan bahwa “Ada dua arti yang penting, pertama support adalah
mengatakan atau menyediakan sesuatu untuk memenuhi kebutuhan orang lain, dan
kedua support adalah memberikan sebuah dorongan atau pengorbanan semangat
dan nasihat kepada orang lain dalam satu situasi pembuatan keputusan”. Kehadiran
suporter merupakan pilar penting yang ada dalam suatu pertandingan sepakbola
Page 20
2
karena tanpa adanya suporter bisa menyebabkan pertandingan sepakbola menjadi
kurang menarik, hambar dan tanpa makna.
Pada dasarnya suporter mempunyai dua peranan, yaitu sebagai penampil dan
penonton. Sebagai penampil yang ikut menentukan alur jalannya pertandingan
sepakbola, suporter menetapkan identitas yang membedakannya dengan penonton
biasa. Suporter jauh lebih banyak bergerak, bersuara dan berkreasi di dalam stadion
dibanding penonton yang terkadang hanya ingin menikmati pertandingan sepakbola
dari kedua tim yang bertanding. Suporter dengan peran penyulut motivasi dan
penghibur biasanya membentuk kerumunan dan menempati area atau tribun
tertentu di dalam stadion. Peranan suporter yang biasa disebut sebagai pemain
kedua belas, sangat dibutuhkan oleh suatu kesebelasan untuk meningkatkan
motivasi bertanding pemain. Aksi dan yel-yel nyanyian serta berbagai kreasi yang
ditampilkan oleh kelompok suporter juga cukup menghibur. Namun di sisi lain,
perilaku buruk yang ditunjukkan suporter bisa menghancurkan reputasi dan nama
baik tim sepakbola dengan perilaku agresi mereka.
Menurut Ramazanoglu (2005), sepakbola dapat meningkatkan sebuah identitas
pemenang sehingga dapat memicu permainan agresif, konflik dan kekerasan dalam
fitur-fitur khasnya. Agresi dalam olahraga merupakan suatu fenomena sosial dan
psikologis yang perlu dipertimbangkan baik dalam perspektif partisipasi olahraga
aktif dan dalam konteks penonton olahraga (Slepicka, 2012).
Kemunculan agresi didefinisikan oleh para psikolog sebagai bentuk perilaku
yang dimaksudkan untuk menyakiti atau merugikan seseorang yang bertentangan
dengan kemauan orang tersebut. Ketika pihak yang dirugikan menghendaki hal
Page 21
3
tersebut terjadi, agresi melibatkan setiap bentuk penyiksaan termasuk penyiksaan
psikologis atau emosional seperti menakut-nakuti, serta memepermalukan atau
mengancam. Agresi merupakan bentuk tingkah laku kekerasan yang dilakukan oleh
seseorang atau sekelompok orang yang bertujuan untuk menyakiti (Oktaviani,
2017).
Perilaku agresi merupakan luapan emosi sebagai reaksi terhadap kegagalan
individu yang ditampakkan dalam bentuk pengerusakan terhadap orang atau benda
dengan unsur kesengajaan yang dieskpresikan dengan kata-kata (verbal) dan
perilaku non verbal (Scheneiders dalam Putri, 2013). Perilaku agresi ini secara
umum diartikan sebagai suatu bentuk penyaluran yang dapat merugikan orang lain
maupun diri sendiri, karena penyaluran ini bersifat menganggu atau merusak.
Perilaku agresi bukan ditentukan sejak lahir untuk menjadi agresif oleh faktor
pembawaannya, melainkan adanya faktor-faktor lain yang terlibat dalam interaksi
dengan lingkungan sosial. Berdasarkan hasil penelitian Sinatrya dan Darminto
(2013) didapatkan bahwa perilaku agresi dipicu oleh beberapa faktor. Diantaranya
faktor frustasi, faktor pihak ketiga, lingkungan dan faktor provokasi. Faktor tersebut
terjadi karena adanya kekecewaan yang mendalam yang dirasakan. Wasit
berpengaruh pada perilaku agresi yang ditimbulkan. Terkadang mereka juga
frustasi karena timnya kalah. Faktor lingkungan berpengaruh apabila cuaca tidak
mendukung atau panas maka akan lebih cepat naik emosinya.
Hal ini ditunjukkan dengan tingginya kerusuhan antar suporter klub sepakbola
di Indonesia. Suryanto (dalam Hutama, 2015) mengungkapkan bahwa dalam
evaluasi 136 pertandingan sepakbola terjadi kerusuhan sebanyak 2,6% atau sekitar
Page 22
4
tiga hingga empat kali kerusuhan. Hal tersebut menunjukkan belum tercapainya
tujuan kelompok suporter secara umum, yaitu mendukung tim disertai sportivitas
tinggi sesuai dengan program fair-play yang dikeluarkan FIFA.
Masalah mengenai perilaku agresi dapat terlihat bahwa masalah ini menimpa
beberapa suporter sepakbola sebagian wilayah di Indonesia. Dari hasil penelitian
menunjukkan 5,59% dari 200 orang subyek melakukan bentuk perilaku agresi
dengan menyerang secara verbal atau simbolis, Suroso (dalam Putri, 2013). Sebuah
penelitian di Kota Surabaya menjelaskan bahwa sekitar 65% suporter melakukan
perilaku agresi yang dikarenakan perasaan frustasi dari kekalahan tim yang mereka
idolakan mengalami kekalahan. Penelitian ini menunjukkan bahwa perilaku agresi
pada suporter dapat mengakibatkan bentrok antar suporter, pelemparan barang ke
dalam lapangan dan dapat merusak fasilitas pada stadion (Utomo dan Warsito,
2012).
Pada kelompok suporter Panser Biru sendiri, perilaku agresi secara verbal
ditunjukkan dengan menyanyikan lagu-lagu yang bersifat provokatif secara
bersama-sama ketika wasit melakukan kesalahan dalam mengambil keputusan pada
saat pertandingan berlangsung. Agresivitas verbal timbul akibat adanya tindakan
yang dilakukukan dari komunitas lain dengan cara memprovokasi terlebih dahulu
dengan kata-kata yang kasar pada saat nonton bareng berlangsung. Provokasi ini
timbul akibat kondisi situasional pada saat nonton bareng berlangsung, pada saat
kondisi tim tertinggal dan adanya kepututusan-keputusan wasit yang dinilai
merugikan tim (Anam, 2018).
Page 23
5
Selain itu, Panser Biru juga menunjukkan perilaku agresi fisik terhadap
kelompok suporter lawan dan juga aparat kepolisian. Seperti yang dipaparkan oleh
Silwan (2012) bahwa pada tahun 2006 Panser Biru terbukti telah melakukan
pengrusakkan sejumlah fasilitas stadion dan terlibat perkelahian dengan kelompok
suporter Persita Tangerang saat menjalani laga tandang. Kemudian pada tahun
2011, Panser Biru juga melakukan pelemparan terhadap kelompok suporter Mitra
Kukar pada saat menjalani laga kandang di stadion Jatidiri Semarang. Tindakan
agresi tersebut sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Safitri dan Ardianto
(2015) yang mengemukanan bawa faktor lain yang dapat menyebabkan tingginya
intensi agresi adalah adanya rasa kekecewaan dan frustrasi. Rasa kecewa karena
mengalami kekalahan atau kecewa terhadap sikap polisi yang terlalu berlebihan
dalam menjaga keamanan. Perselisihan antar suporter Persis Solo dengan suporter
PSIS Semarang saat final piala Polda Jawa Tengah. Tiba-tiba suporter Persis Solo
dan PSIS saling melempar botol dan petasan di beberapa penjuru stadion, saat
striker PSIS Semarang mencetak gol. Kemudian pertandingan dihentikan beberapa
menit, perselisihan tidak kunjung reda dan berakhir sweeping kendaraan bermotor
plat AD di Semarang.
Kemudian selanjutnya ada sebuah penelitian yang dilakukan oleh Silwan
(2012) dengan judul “Aggressive Behavior Pattern, Characteristics and Fanaticism
Panser Biru Group PSIS Semarang ” memperoleh hasil bahwa perilaku agresi yang
terjadi pada saat tandang cukup banyak terjadi beberapa tahun silam yaitu tahun
2001-2005 berjumlah 9 kali bentrok yang terparah pada tahun 2006 dengan Jepara
Page 24
6
sedangkan perilaku agresi verbal terjadi 3 kali. Kemudian berikut ini tabel
kerusuhan yang terjadi 5 tahun belakangan ini yaitu sejak 2013-2018.
Tabel 1.1 Daftar Kerusuhan Yang Melibatkan Suporter PSIS
Perilaku agresi dapat diukur dengan menggunakan sikap. Myers (dalam Lutfi,
2007) menyatakan bahwa perilaku seseorang dapat diprediksi melalui sikap.
Kemudian sikap dikatakan sebagai predisposisi yang dipelajari untuk merespon
secara konsisten dalam cara tertentu berkenaan dengan objek tertentu. Lalu menurut
Ajzen dan Fishbein (dalam Lutfi, 2007), individu yang memiliki behavioral belief,
normative belief dan kontrol perilaku yang positif terhadap perilaku agresi maka
dapat diprediksi bahwa individu tersebut akan melakukan tindakan agresi. Seperti
hasil wawancara yang sudah dilakukan oleh peneliti terhadap suporter Panser Biru
Semarang yang akan melakukan tandang di Magelang pada 5 Februari 2019 lalu :
Page 25
7
Kalau misal ada kericuhan pas kita nonton PSIS lalu kita diserang ya
harus melawan to mbak, mosok diserang kita diem aja kan yang rugi kita.
Wong lagian kita juga rame-rame, sama-sama orang banyak jadi jangan
mau kalah.
(AW/Laki-laki/05-02-2019)
Dari petikan wawancara di atas dapat dijelaskan dengan menggunakan
teori-teori yang dikemukakan oleh para ahli. Berkowitz (dalam Sari, 2016)
menyatakan bahwa agresi merupakan sebuah bentuk perilaku untuk menyerang
pihak lainnya dengan tujuan tertentu yang dapat menyakiti individu baik secara
fisik yaitu memukul, melempar, menendang dan menggigit maupun secara verbal
yaitu dengan membentak, menghina, menyanyikan lagu-lagu rasis serta
melontarkan kata-kata kotor. Hal tersebut terdapat pada penggalan petikan “Kalau
misal ada kericuhan pas kita nonton PSIS lalu kita diserang ya harus melawan to
mbak” yang dimaksudkan bahwa sikap para suporter tersebut tidak acuh ketika
agresi terjadi.
Sikap melawan untuk melakukan pembalasan juga tersirat pada penggalan
petikan di atas “... mosok diserang kita diem aja kan yang rugi kita. Sama-sama
orang banyak jadi jangan mau kalah”. Penggalan tersebut dimaksudkan bahwa ada
sikap pembalasan dari kelompok suporter tersebut pada saat kericuhan terjadi
sehingga mereka merasa tidak diinjak-injak. Biasanya dalam melakukan sebuah
pembalasan yang dilakukan oleh suporter pada suporter lainnya, dilakukan lebih
berat dari pelanggaran awal yang sudah dialaminya.
Namun meskipun begitu, mereka juga tetap berusaha untuk melindungi diri
dari serangan-serangan yang diberikan oleh lawan supaya tidak terluka terlalu
parah. Sebisa mungkin kelompok suporter tersebut melindungi diri, pasti tidak
Page 26
8
sedikit dari mereka yang terluka akibat agresi yang ada. Dan hal tersebut semata-
mata pembuktian dari rasa solidaritas yang mereka miliki. Menurut Durkheim
(dalam Pramudika, 2016) menyatakan bahwa solidaritas merupakan sebuah
keadaan saling percaya antar anggota kelompok maupun komunitas. Solidaritas
juga terlihat pada kelompok suporter pendukung PSIS yang terdapat pada
penggalan petikan “... Wong lagian kita juga rame-rame”. Solidaritas juga nampak
dari jawaban beberapa suporter lainnya saat diwawancara oleh peneliti yaitu,
mereka mengatakan bahwa PSIS merupakan klub kebanggaannya sejak kecil
karena mereka asli orang Semarang, sehingga apabila ada kelompok suporter yang
mengejek atau menantang pastinya mereka tidak akan tinggal diam. Mereka selalu
bersama-sama untuk meningkatkan rasa solidaritas dan kekeluargaan antar
suporter.
Kemudian hasil wawancara yang telah dilakukan oleh peneliti juga
didukung oleh hasil penelitian dari Alghaffar (2017) yang dalam penelitiannya
menghasilkan pernyataan bahwa sebanyak 62% responden selalu menghadiri setiap
pertandingan ketika klub sepakbola yang didukungnya bertanding. Kemudian
mereka bernyanyi provokasi serta mendorong perlawanan dari suporter lawan.
Mereka juga tak segan untuk membalas serangan dari suporter lawan yang
disebabkan dari hasil pertandingan yang tidak sesuai harapan serta dari lagu yang
berisikan ejekan dengan cara melempari batu dan botol minuman, terlibat tawuran
pun sudah menjadi hal yang biasa karena tersulut emosi.
Dengan mengetahui perubahan sikap seseorang akan dapat diprediksi
perubahan perilakunya. Peneliti mengkaji sikap seperti yang dijelaskan di atas
Page 27
9
karena dengan mengetahui sikap akan dapat memprediksi perilaku seseorang
(Myers dalam Lutfi, 2007).
Sebagai seorang suporter harus pandai-pandai mengambil sikap dalam
situasi apapun terutama dalam situasi ramai dan tidak kondusif dalam tribun, sesuai
pendapat Allport (dalam Sarwono, 2015:81) bahwa sikap merupakan sebuah
kesiapan mental dimana terdapat proses yang berlangsung dalam diri seseorang
bersama dengan pengalaman individual masing-masing mengarahkan dan
menentukan respons terhadap berbagai objek dan situasi. Sehingga seorang
suporter seharusnya mampu untuk menentukan sikap apa yang akan ia pilih,
mengikuti suporter lainnya dengan melakukan tindak agresi atau tetap pada
pendiriannya bahwa mendukung klub kesayangan tidak perlu dengan cara yang
tidak baik untuk menunjukkan loyalitas pada klub yang dibela.
Loyalitas memiliki arti setia, taat, komitmen dan juga pengorbanan.
Loyalitas merupakan suatu hal yang penting, seperti yang disimpulkan oleh
Mahony (2000) bahwa ada dua alasan utama mengapa loyalitas sangat penting
untuk organisasi olahraga atau tim olahraga. Pertama, penggemar yang loyal akan
terus mendukung timnya terlepas dari hasil yang baik atau buruk. Kedua,
penggemar yang loyal akan menambah konsumsi mereka sehingga tidak hanya
mengkonsumsi core product (tiket pertandingan), tetapi juga secondary product
(baju, aksesoris tim, produk media, serta yang lainnya), yang berfungsi untuk
kesejahteraan klub nantinya. Loyalitas lebih banyak bersifat emosional. Sehingga
yang dimaksud dengan loyalitas suporter yaitu bagaimana kesetiaan atau komitmen
dari seorang suporter di dalam mendukung klub kebangaannya. Loyalitas suporter
Page 28
10
sepakbola bukan hanya diukur berdasarkan dari fisik sebuah perjuangan saja,
namun juga masih banyak faktor lainnya. Loyalitas suporter juga tidak melulu harus
mengikuti away match ataupun harus hadir disaat home match. Sifat loyalitas tanpa
batas yang ditunjukkan adalah dengan mendukung tim kesebelasan kebanggaanya
kapanpun dan dimanapun dan kegiatan nonton bareng dengan sesama suporter
lainnya. Sebenarnya meskipun dengan hadirnya suporter di home maupun away
match merupakan dukungan yang sangat berarti bagi klub yang di dukung tapi
sesungguhnya loyalitas suporter itu adalah kondisi dimana para suporter bisa
memberikan sesuatu yang berguna bagi klub yang dibanggakan.
Sesuatu yang diberikan tidak harus berupa materi namun juga bisa non
materi seperti doa untuk kemenangan klub yang didukung, kritikan pada pemain
maupun suporter lainnya, serta pemikiran yang dapat membangun dunia sepakbola.
Sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Sitepu (2011) bahwa loyalitas
dan solidaritas anggota suporter terhadap kelompok juga terkait dengan lamanya ia
bergabung, intensitas pertemuan dengan sesama anggota, dan kontribusi kelompok
terhadap kehidupan mereka. Menurut Rivaldho (2015), loyalitas suporter dapat
ditingkatkan dengan mengadakan kegiatan yang dilakukan oleh manajerial beserta
pemain dan juga suporter. Hal tersebut dapat dilakukan salah satunya dengan
menciptakan berbagai acara dengan para suporter sehingga para suporter merasa
lebih terlibat dalam tim yang didukung tersebut.
Di Inggris loyalitas bagi para suporter yang sangat tinggi atau biasa disebut
hooliganisme ditunjukkan dengan perilaku agresif dan brutal para pendukung tim
sepak bola. Hooligan merupakan suporter sepak bola yang sangat fanatik dimana
Page 29
11
para hooligan ini selalu menonton setiap pertandingan klub kesayangan mereka
dengan mengenakan atribut lengkap bahkan mereka bisa menangis ketika klub
kesayangan mereka mengalami kekalahan. Perkembangan hooligan ini menyebar
dengan cepat keseluruh belahan dunia termasuk ke Indonesia. Indonesia yang
mempunyai budaya sepak bola yang kuat dan membuat para suporter di Indonesia
menjadi fanatik kepada klub yang mereka dukung. Suporter Indonesia ini
mempunyai budaya yang keras layaknya hooligan di Inggris, para suporter
Indonesia ini tak segan menyerang suporter klub lawan ketika klub yang mereka
dukung mengalami kekalahan. Loyalitas yang ditunjukkan mereka memang harus
diacungi jempol karena ketika klub kesayangan mereka bertanding di luar pulau,
mereka ikut menemani walaupun harus pergi jauh melintasi lautan. Selain itu saat
ini banyak dari suporter sepak bola Indonesia yang bangga dengan kata hooligan
yang disematkan kepada mereka. Masuknya pengaruh hooliganisme suporter sepak
bola di Indonesia memang menimbulkan sisi negatif dan positif. Sisi negatif dari
masuknya pengaruh hooligan terhadap suporter sepak bola Indonesia ialah dimana
banyak gaya anarkis yang dilakukan oleh hooligan ditiru oleh para suporter sepak
bola di Indonesia, selain itu suporter sepak bola di Indonesia menjadi lebih sulit
diatur dan cenderung bersifat agresif. Sisi positif dari masuknya pengaruh
hooliganisme terhadap suporter sepak bola Indonesia ialah selalu bernyanyi yel-yel
lagu tim yang mereka dukung serta bernyanyi kompak untuk membangkitkan
semangat pemain (dalam Besa, 2016).
Loyalitas seorang suporter diuji ketika klub yang didukungnya mengalami
kekalahan, sebagai suporter yang setia baiknya tidak mudah beralih ke klub lain
Page 30
12
bila klub yang didukung mengalami kekalahan. Karena belakangan ini banyak
ditemukan suporter yang hanya mendukung klubnya pada saat di atas lebih dikenal
dengan glory hunter tetapi pada saat klubnya di bawah mereka meninggalkan klub
tersebut dan mengganti dukungan kepada klub lain.
Effendy (2018) melakukan sebuah penelitian terhadap suporter sepakbola
Panser Biru Banyumanik Semarang yang berjudul “Hubungan Antara Empati
Dengan Perilaku Agresif Pada Suporter Sepakbola Panser Biru Banyumanik
Semarang” dengan sample berjumlah 166 orang suporter. Pengambilan sampel
menggunakan teknik convenience sampling. Hasil yang didapatkan dalam
penelitian tersebut adalah adanya hubungan negatif yang signifikan antara empati
dengan perilaku agresif. Semakin tinggi empati maka semakin rendah perilaku
agresif dan sebaliknya, semakin rendah empati maka akan semakin tinggi perilaku
agresif.
Dari penelitian tersebut dapat menjadikan acuan bagi peneliti serta dapat
digunakan untuk memperkaya teori yang digunakann dalam mengkaji penelitian
yang dilakukan. Dengan demikian, agar berbeda dengan penelitian yang sudah ada
sebelumnya, peneliti merasa tertarik untuk mengkaji dan meneliti lebih lanjut
fenomena tersebut dengan variabel bebas (independent) yang berbeda, sehingga
peneliti memilih judul: “Hubungan Antara Loyalitas dan Sikap Terhadap
Perilaku Agresi pada Suporter Panser Biru Semarang”
Page 31
13
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang, maka rumusan masalah yang ingin
diteliti yaitu apakah ada hubungan antara loyalitas dengan sikap terhadap perilaku
agresi pada suporter panser biru semarang ?
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan yang akan dicapai dari penelitian ini adalah untuk :
a. Mendeskripsikan korelasi antara loyalitas dengan sikap terhadap perilaku agresi
pada suporter panser biru semarang
b. Mengetahui gambaran deskriptif loyalitas suporter panser biru semarang
c. Mengetahui gambaran deskriptif sikap terhadap perilaku agresi panser biru
Semarang.
1.4 Manfaat Penelitian
a. Manfaat Teoritis
Mengetahui dan memberikan gambaran mengenai korelasi antara loyalitas
dengan sikap terhadap perilaku agresi pada suporter panser biru semarang.
b. Manfaat Praktis
Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan sumbangan positif bagi:
1. Suporter, sehingga nantinya para suporter mampu bersikap dengan tepat
demi kelangsungan masa depan klub yang didukung.
2. Pengelola atau panitia pelaksana pertandingan, sehingga panitia
pertandingan mampu menjaga keamanan setiap pertandingan yang
dilaksanakan sehingga dapat berjalan dengan lancar.
Page 32
14
3. PSSI (Persatuan Sepakbola Seluruh Indonesia), sehingga PSSI mampu
bersikap tegas memberikan sanksi terhadap suporter yang melakukan tindak
agresi.
Page 33
15
BAB 2
LANDASAN TEORI
2.1 Sikap Terhadap Perilaku Agresi
2.1.1 Pengertian Sikap
Sikap menurut Chaplin (dalam Dewi, 2008) adalah suatu kecenderungan
untuk mereaksi terhadap orang, institusi, atau kejadian baik secara positif maupun
negatif. Sikap dapat menuntun seseorang untuk berperilaku secara relatif konsisten
terhadap objek yang sama, karena dalam sikap terkandung unsur kepercayan dan
unsur pengetahuan seseorang tentang objek yang sama, yang disertai reaksi
emosional terhadap objek yang dihadapi. Brecker dkk (dalam Azwar, 2000:4)
mendefenisikan sikap sebagai afek atau penilaian positif atau negatif terhadap suatu
objek. Sikap seseorang terhadap suatu objek selalu berperan sebagai perantara
antara responnya dan objek yang bersangkutan.
Menurut Allport (dalam Sarwono, 2009:81), sikap merupakan kesiapan
mental yaitu suatu proses yang berlangsung dalam diri seseorang bersama dengan
pengalaman individual masing-masing, kemudian mengarahkan dan menentukan
respons terhadap berbagai objek dan situasi. Menurut Sarwono (2009: 201) sikap
(attitude) adalah istilah yang mencerminkan rasa senang, tidak senang, atau
perasaan biasa-biasa saja (netral) dari seseorang terhadap sesuatu. Sedangkan
menurut Eagly dan Chaiken masih dalam buku Sarwono, menyatakan bahwa sikap
merupakan sebuah tendensi psikologis yang diekspresikan dengan mengevaluasi
entitas tertentu dengan beberapa derajat kesukaan atau ketidaksukaan.
Page 34
16
Dari pendapat berbagai ahli maka dapat disimpulkan bahwa sikap
merupakan suatu proses penilaian positif maupun negatif, suka atau tidak suka
terhadap suatu objek.
2.1.2 Struktur Sikap
Ada 3 komponen struktur sikap (Sarwono, 2009:154) yaitu:
1. Komponen Kognitif
Yaitu komponen yang berkaitan dengan pemikiran dan ide-ide yang
berkenaan dengan objek sikap. Isi pemikiran seseorang tersebut dapat meliputi hal-
hal yang diketahuinya sekitar objek sikap dapat berupa pengetahuan, pandangan,
keyakinan, yang berhubungan dengan bagaimana orang mempersepsi terhadap
objek sikap tadi.
2. Komponen Afektif
Yaitu komponen yang berhubungan dengan perasaan atau emosi seseorang
terhadap objek sikap. Adanya komponen afeksi dari sikap dapat diketahui melalui
rasa senang atau tidak senang terhadap objek sikap. Rasa senang merupakan hal
yang positif, sedangkan rasa tidak senang merupakan hal yang negatif. Isi perasaan
atau emosi pada penilaian seseorang terhadap objek sikap inilah yang mewarnai
sikap menjadi suatu dorongan atau kekuatan.
3. Komponen Perilaku
Yaitu komponen yang berhubungan dengan kecenderungan bertindak
terhadap objek sikap. Komponen ini dapat dapat diketahui melalui respons subjek
yang berkenaan dengan objek sikap. Respons yang dimaksud dapat berupa sebuah
tindakan atau perbuatan yang dapat diamati dan dapat berupa intensi atau niat untuk
Page 35
17
melakukan perbuatan tertentu sehubungan dengan objek sikap. Intensi merupakan
predisposisi atau kesiapan untuk bertindak terhadap objek sikap. Jika orang
mengenali dan memiliki pengetahuan yang luas tentang objek sikap yang disertai
dnegan perasaan positif mengenai kognisinya, maka ia akan cenderung mendekati
objek sikap tersebut. Sebaliknya bila orang memiliki anggapan, pengetahuan dan
keyakinan negatif yang disertai dengan perasaan tidak senang terhadap objek sikap,
maka ia cenderung menjauhinya.
2.1.3. Pembentukan Sikap
Menurut Azwar (2013:17) terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi
pembentukan sikap, yaitu:
1. Pengalaman Pribadi
Sikap akan lebih mudah terbentuk apabila pengalaman pribadi terjadi dalam
situasi yang melibatkan emosi, penghayatan terhadap pengalaman akan lebih
mendalam dan lebih lama berbekas. Namun suatu pengalaman tunggal jarang sekali
dapat menjadi dasar suatu pembentukan sikap, karena biasanya individu tidak
melepaskan pengalaman yang sedang dialaminya dari pengalaman-pengalaman
lain yang terdahulu, yang relevan.
2. Pengaruh orang lain yang dianggap penting
Pada umumnya, individu cenderung untuk memiliki sikap yang konformis
atau searah dengan sikap orang yang dianggapnya penting. Kecenderungan ini
antara lain dimotivasi oleh keinginan untuk berafiliasi dan keinginan untuk
menghindari konflik dengan orang yang dianggap penting tersebut.
Page 36
18
3. Pengaruh kebudayaan
Tanpa disadari kebudayaan telah menanamkan garis pengaruh sikap kita
terhadap berbagai masalah. Sebuah kebudayaan telah mewarnai sikap anggota
masyarakatnya, karena kebudayaanlah yang memberi corak pengalaman individu-
individu masyarakat asuhannya.
4. Media Massa
Sebagai sarana komunikasi, berbagai bentuk media massa mempunyai
pengaruh besar dalam pembentukan opini dan kepercayaan seseorang. Pesan-pesan
sugestif yang dibawa oleh media massa, apabila cukup kuat akan memberi dasar
afektif dalam menilai sesuatu hal sehingga terbentuklah arah sikap tertentu.
5. Lembaga pendidikan dan lembaga agama
Konsep moral dan ajaran dari lembaga pendidikan dan lembaga agama
sangat menentukan sistem kepercayaan, maka dari itu tidaklah mengherankan jika
pada gilirannya konsep tersebut mempengaruhi sikap.
6. Pengaruh Faktor emosional
Tidak semua sikap ditentukan oleh situasi lingkungan dan pengalaman
pribadi. Kadang-kadang, suatu bentuk sikap merupakan pernyataan yang didasari
oleh emosi yang berfungsi sebagai semacam penyaluran frustasi atau pengalihan
bentuk mekanisme pertahanan ego.
2.1.4 Fungsi Sikap
Sikap sangat diperlukan dan mempunyai fungsi dalam kehidupan setiap
individu. Menurut Baron (dalam Sarwono dan Meinarno, 2012:86) menyatakan
terdapat lima fungsi sikap, sebagai berikut :
Page 37
19
1. Fungsi Pengetahuan
Sikap dapat membantu kita untuk menginterpretasikan stimulus baru dan
menampilkan respons yang sesuai. Contohnya, para suporter sepakbola diajarkan
untuk selalu waspada dan berhati-hati terhadap perilaku agresi yang terjadi
dilapangan sehingga nantinya apabila hal tersebut benar-benar terjadi ia mampu
untuk mengambil sikap yang sesuai.
2. Fungsi Identitas
Sikap berfungsi segabai ciri khas yang membedakan kita dengan yang
lainnya. Seperti Panser Biru yang menggunakan kaos serta atribut lainnya berwarna
biru sebagai ciri khas warna dari PSIS Semarang.
3. Fungsi Harga Diri
Sikap yang kita miliki mampu menjaga atau meningkatkan harga diri.
Seperti sikap suporter yang patuh terhadap aturan-aturan saat pertandingan
berlangsung maupun ketika diluar lapangan bertujuan agar tidak berperilaku
menyimpang untuk menjaga harga diri para suporter di depan publik.
4. Fungsi Pertahanan Diri (Ego Defensif)
Sikap berfungsi untuk melindungi diri dari penilaian negatif tentang diri
kita. Menghindarkan diri serta melindungi dari hal-hal yang mengancam egonya
atau apabila ia mengetahui fakta yang tidak mengenakkan, maka sikap dapat
berfungsi sebagai makanisme pertahanan ego yang akan melindunginya dari
kepahitan kenyataan tersebut. Seperti apabila terjadi kerusuhan disaat menyaksikan
pertandingan sepakbola, sikap dapat membantu kita sebagai mekanisme untuk
mempertahankan diri.
Page 38
20
5. Fungsi Memotivasi Kesan (Impression Motivation)
Sikap berfungsi untuk mengarahkan orang lain untuk memberikan penilaian
atau kesan yang positif tentang diri kita. Misalnya Panser Biru berkendara dengan
tertib saat akan menyaksikan pertandingan PSIS di luar kota.
2.1.5 Pengertian Perilaku Agresif
Orpinas dan Frankowski (2001:53), menyatakan perilaku agresi yang paling
umum dilakukan adalah agresi verbal (menggoda, menyebut nama panggilan,
mendorong untuk melawan, mengancam untuk menyakiti) dan agresi fisik
(mendorong, menampar, menendang, memukul), serta marah. Maguire dan Pastore,
1998 (dalam Orpinas dan Frankowski, 2001:50), kekerasan adalah salah satu
perilaku yang paling umum remaja hadapi, karena mereka berada pada resiko
tertentu, baik menjadi korban atau pelaku tindakan kekerasan. Berkowitz, 1993,
2001 (dalam Sarwono (2012:148)), menyatakan bahwa agresi merupakan tindakan
melukai yang disengaja oleh seseorang atau institusi terhadap orang atau institusi
lain yang sejatinya disengaja. Dayakisni dan Hudaniah (2012:171), menyatakan
bahwa agresi dapat artikan sebagai suatu serangan yang dilakukan oleh organisme
terhadap organisme lain, objek lain bahkan dirinya sendiri.
Sarwono (2012:148-151), menyatakan ada beberapa perspektif dalam
menjelaskan agresi, yaitu biologi, psikoanalisis dan behavioristik. (1) Perspektif
biologis menekankan pada tingkah laku hewan sebagai rujukan tingkah laku
manusia karena agresivitas manusia sama halnya dengan agresivitas hewan dan
fungsi-fungsi alami organ tubuh. (2) Perspektif psikodinamika melihat agresi
merupakan bagian dari insting dasar, yaitu insting hidup (eros) dan insting mati
Page 39
21
(thanatos/death instinct). Insting mati ini yang membawa manusia pada dorongan
agresif. (3) Perspektif behavioristik melihat bahwa tingkah laku agresi adalah salah
satu bentuk tingkah laku yang rumit. Oleh karena itu dibutuhkan pembelajaran yang
artinya bahwa agresivitas tidaklah alami.
Berdasarkan pengertian perilaku agresif yang telah diungkapkan oleh
beberapa ahli di atas, maka disimpulkan bahwa perilaku agresif adalah perilaku
yang dilakukan oleh seseorang secara fisik maupun verbal untuk melukai diri
sendiri, orang lain atau benda baik disengaja maupun tidak yang dapat
menimbulkan kekerasan.
2.1.6 Jenis-Jenis Perilaku Agresif
Menurut Deaux (dalam Putri, 2013), ada dua macam agresi, yaitu : (1) agresi
fisik adalah agresi yang dilakukan untuk melukai orang lain, secara fisik, meliputi
memukul teman, menarik baju teman dengan kasar, meninju teman, menyikut
teman, melempar teman dengan benda, berkelahi, merusak barang milik teman,
menganggu teman, mengancam teman dengan mengacungkan tinju, membuang
barang milik teman, mencakar teman, memaksa teman memenuhi keinginannya,
dan melukai diri sendiri, (2) agresi verbal adalah agresi yang dilakukan untuk
melukai orang lain secara verbal, meliputi mengejek teman, menghina teman,
mengeluarkan kata-kata kotor, bertengkar mulut, menakut-nakuti teman, memangil
teman nada kasar, mengancam dengan kata-kata mengkritik, menyalahkan, dan
menertawakan.
Buss, 1987 (dalam Dayakisni & Hudaniah, (2012:188-189)) membagi
agresi menjadi delapan jenis, sebagai berikut :
Page 40
22
1. Agresi fisik, aktif, langsung
Agresi fisik, aktif, langsung adalah tindakan agresi fisik yang dilakukan oleh
individu dengan cara berhadapan langsung dan melakukan kontak fisik terhadap
target, seperti: memukul, mendorong, dan melempar batu.
2. Agresi fisik, pasif, langsung
Agresi fisik, pasif, langsung adalah tindakan agresi fisik yang dilakukan oleh
individu dengan berhadapan dengan target agresi. Namun, tidak terjadi kontak
fisik secara langsung, misalnya: demonstrasi, aksi mogok, dan aksi diam.
3. Agresi fisik, aktif, tidak langsung
Agresi fisik, aktif, tidak langsung adalah tindakan agresi fisik yang dilakukan
oleh individu dengan tidak melakukan kontak fisik secara langsung, melainkan
merusak harta benda korban, membakar, atau menyewa tukang pukul, dan
sebagainya.
4. Agresi fisik, pasif, tidak langsung
Agresi fisik, pasif, tidak langsung adalah tindakan agresi fisik yang dilakukan
oleh individu dengan tidak berhadapan langsung dan tidak terjadi kontak fisik
dengan target agresi, misalnya: bersikap tidak peduli, apatis, dan masa bodoh.
5. Agresi verbal, aktif, langsung
Agresi verbal, aktif, langsung adalah tindakan agresi verbal yang dilakukan oleh
individu dengan berhadapan langsung pada target agresi dan melakukan kontak
verbal secara langsung, misalnya: menghina, memaki, mengejek, dan marah.
Page 41
23
6. Agresi verbal, pasif, langsung
Agresi verbal, pasif, langsung adalah tindakan agresi yang dilakukan oleh
individu dengan berhadapan langsung kepada target agresi. Namun, tidak terjadi
kontak verbal secara langsung, misalnya: menolak untuk berbicara dengan target
agresi.
7. Agresi verbal, aktif, tidak langsung
Agresi verbal, aktif, tidak langsung adalah tindakan agresi yang dilakukan oleh
individu dengan tidak berhadapan langsung dengan target agresi, misalnya:
menyebar fitnah dan mengadu domba.
8. Agresi verbal, pasif, tidak langsung
Agresi verbal, pasif, tidak langsung adalah tindakan agresi yang dilakukan oleh
individu dengan cara tidak berhadapan langsung dan tidak terjadi kontak verbal
langsung kepada target agresi, misalnya: tidak memberi dukungan suara dan
tidak menggunakan hak suara.
Menurut Buss, 1961 (dalam Baron dan Richardson (1977:10))
mengkategorikan agresi menjadi delapan kelompok yaitu:
a. Fisik-aktif-langsung, contohnya: menusuk, meninju atau menembak orang lain.
b. Fisik-aktif-tidak langsung, contohnya: menaruh ranjau untuk orang lain,
menyewa seorang pembunuh untuk membunuh musuh.
c. Fisik-pasif-langsung, contohnya: secara fisik mencegah orang lain untuk
mendapat tujuan yang diinginkn atau melakukan tindakan yang diinginkan
(seperti demonstrasi).
Page 42
24
d. Fisik-pasif-tidak langsung, contohnya: menolak untuk melakukan sesuatu
(seperti menolak melakukan sesuatu selama kegiatan).
e. Verbal-aktif- langsung, contohnya: menghina atau mengejek orang lain.
f. Verbal-aktif-tidak langsung, contohnya: menyebarkan rumor buruk atau gosip
mengenai individu lain.
g. Verbal-pasif-langsung, contohnya: menolak berbicara dengan orang lain untuk
menjawab pertanyaan.
h. Verbal-pasif-tidak langsung, contohnya: membuat komentar tertentu (seperti
tidak mau dikritik orang lain).
Moyer, 1971 (dalam Koeswara, (1988:6)) membagi tipe-tipe agresi menjadi
tujuh tipe sebagai berikut:
a. Agresi predatori, yaitu agresi yang dibangkitkan oleh kehadiran objek alamiah
(mangsa).
b. Agresi antarjantan, yaitu agresi yang secara tipikal dibangkitkan oleh kehadiran
sesama jantan pada suatu species.
c. Agresi ketakutan, yaitu agresi yang dibangkitkan oleh tertutupnya kesempatan
untuk menghindar dari ancaman.
d. Agresi tersinggung, yaitu agresi yang dibangkitkan oleh perasaan tersinggung
atau kemarahan.
e. Agresi pertahanan, yaitu agresi yang dilakukan oleh organisme dalam rangka
mempertahankan daerah kekuasaan dari ancamab atau gangguan anggota
species-nya sedndiri.
Page 43
25
f. Agresi maternal, yaitu agresi yang spesifik pada species atau organisme betina
(induk) yang dilakukan dalam upaya melindungi anak-anaknya dari berbagai
ancaman.
g. Agresi instrumental, yaitu agresi yang dipelajari, diperkuat dan dilakukan untuk
mencapai tujuan-tujuan tertentu.
2.1.7 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perilaku Agresif
Koeswara (1988:83-113), mengatakan ada beberapa faktor pengaruh agresi
manusia yaitu:
1. Frustasi
Frustasi adalah situasi di mana individu terhambat atau gagal dalam usaha
mencapai tujuan tertentu yang diinginkannya atau mengalami hambatan untuk
bebas bertindak dalam rangka mencapai tujuan. Berkowitz, frustasi hanyalah salah
satu prasyarat bagi kemunculan agresi, yang tidak atau belum tentu menghasilkan
tingkah laku agresif aktual apabila tidak terdapat prasyarat lain yang bertindak
sebagai pemicu. Berkowitz (1969), frustasi bisa mengarahkan individu kepada
bertindak agresif karena frustasi bagi individu merupakan situasi yang tidak
menyenangkan dan ingin mengatasii atau menghindari dengan berbagai cara,
termasuk cara agresif. Individu akan memilih tidakan agresif sebagai reaksi atau
cara untuk mengatasi frustasi apabila terdapat stimulus yang menunjang ke arah
tindakan agresif.
2. Stres
Para peneliti bidang fisiologi mendefinisikan stres sebagai reaksi, respon
atau adaptasi fisiologis terhadap stimulus eksternal atau perubahan lingkungan
Page 44
26
(Selye, 1946, Mason, 1971). Sedangkan para ahli psikologi, psikiatri dan sosialogi
mengatakan stres bukan sebagai respon melainkan sebagai stimulus. Engle (1953)
mendefinisikan stres menunjukkan segenap proses, baik yang bersumber pada
kondisi-kondisi internal maupun lingkungan eksternal yang menuntut penyesuaian
atas organisme. Adapun stres bisa muncul berupa stimulus eksternal (sosiologi atau
situasinal) dan stimulus internal (intrapsikis).
3. Deindividuasi
Lorenz menekankan bahwa deindividuasi bisa mengarahkan individu
kepada keleluasaan dalam melakukan agresi sehingga agresi akan lebih menjadi
intens. Zimbardo, Haney dan Banks (1976) dari hasil penelitiannya menyimpulkan
bahwa deindividuasi memiliki efek behavioral yang kuat terhadap individu-
individu, yakni efek-efek agresi, kecemasan dan depresi. Dunn dan Rogers (1979),
Diener (1980), Mann, Newton dan Innes (1982), deindividuasi memperbesar
keleluasaan melakukan agresi atau memperbesar kemungkinan terjadinya agresi,
karena deindividuasi menyingkirkan atau mengurangi peran beberapa aspek yang
terdapat pada individu yakni identitas diri atau personalitas individu pelaku maupun
identitas diri korban agresi dan keterlibatan emosional individu pelaku agresi
terhadap korban.
4. Kekuasaan dan kepatuhan
Lord Acton, kekuasan cenderung disalahgunakan, penyalahgunaan
kekuasaan yang mengubah kekuasaan menjadi kekuatan yang memaksa, mimiliki
efek langsung maupun tidak langsung terhadap kemunculan agresi. Tadeschi, Smith
dan Brown (1974), mencatat agresi manusia adalah suatu cara dari manusia untuk
Page 45
27
mencoba memperoleh apa-apa yang diinginkannya jika cara-cara lain tidak
mendatangkan hasil. Peranan kekuasaan sebagai pengaruh kemunculan agresi tidak
dapat dipisahkan dari salah satu aspek penunjang yakni pengabdian atau kepatuhan
(compliance).
5. Efek senjata
Berkowitz dan LePage menyimpulkan dari penelitiannya bahwa kehadiran
senjata api memiliki efek meningkatkan kecenderungan dan intensitas agresi.
Berkowitz, mengnyatakan bahwa efek senjata terhadap kecenderungan agresi
individu ditentukan oleh perpepsiindividu tersebut terhadap sejata apa itu.
6. Provokasi
Moyer (1971), provokasi bisa memcetuskan agresi karena provokasi dilihat
sebagai ancaman yang harus dihadapi dengan respons agresi untuk meniadakan
bahaya yang diisyaratkan oleh ancaraman tersebut. Dalam mengahadapi provokasi
yang mengancam, para pelaku agresi agaknya cenderung berpegang pada prinsip
bahwa daripada diseranf lebih baik mendahului menyerang atau daripada dibunuh
lebih baik membunuh.
7. Alkohol dan obat-obatan
Alkohol berpengaruh mengarahkan individu kepada agresi dan tingkah laku
antisosial lainnya, karena alkohol dalam takaran tinggi melemahkan kendali dari
preminumnya. Sedangkan dalam takaran rendah, alkohol diketahui melemahakan
aktivitas sistem saraf pusat dan menghasilkan efek sedatif. Judith dan David Brook,
pengaruh obat-obatan terhadap agresivitas itu boleh jadi dan memang sering
bersifat tidak langsung. Artinya, para pemakai obat-obatan psikoaktif yang telah
Page 46
28
mencapai taraf ketergantungan, sering terlibat tindak-tindak kriminal yang disertai
kekerasan dalam upaya memperoleh dana bagi pemenuhan mereka akan obat-
obatan tersebut.
8. Suhu udara
Carlsmith dan Anderson (1979), menyimpulkan bahwa pada musim panas
terjadi lebih banyak tingkah laku agresif karena pada musim panas hari-hari lebih
panjang serta individu0individu memiliki keleluasaan bertindak yang lebih besar
daripada musim-musim yang lain.
Sarwono (2012: 152-157), mengatakan ada beberapa faktor penyebab agresi
pada manusia, yaitu:
1. Sosial
Di dalam faktor sosial terdapat frustrasi yang dapat menjadi penyebab
agresi. Tidak tercapainya keinginan menimbulkan perasaan tidak nyaman yang
kemudian terwujud menjadi frustrasi. Kemudian kondisi frustasi akan
menimbulkan kemarahan yang mengakibatkan menjadi tingkah laku agresif.
Provokasi verbal atau fisik adalah salah satu penyebab agresi. Manusia cenderung
untuk membalas dengan derajad agresi yang sama atau sedikit lebih tinggi daripada
yang diterimanya. Faktor lainnya adalah alkohol dapat menaikkan agresivitas.
Minum alkohol ini dilakukan secara bersama-sama, tidak sendirian.
2. Personal
Pola tingkah laku berdasar kepribadian. Orang dengan pola tingkah laku tipe
A cenderung lebih agresif daripada orang dengan tipe B. Tipe A identik dengan
karakteristik terburu-buru dan kompetitif. Tingkah laku yang ditunjukkan orang
Page 47
29
bertipe B adalah bersikap sabar, kooperatif, non kompetisi, non agresif. Orang
bertipe A cenderung lebih melakukan hostile aggression merupakan agresi yang
bertujuan untuk melukai atau menyakiti korban. Sedangkan orang bertipe B
cenderung lebih melakukan instrumental aggression adalah tingkah laku agresif
yang dilakukan dengan tujuan tidak untuk melukai atau menyakiti korban. Adanya
perbedaan pada jenis kelamin, laki-laki lebih agresif daripada perempuan. Bahwa
anak laki-laki menunjukan ekspresi dominan, merespon menampilkan hingga
memulai tingkah laku agresif, anak laki-laki lebih menampikan agresi dalam bentuk
fisik dan verbal. Sedangkan pada anak perempuan agresivitas diwujudkan secara
tidak langsung, dengan bentuk menyebarkan gosip atau kabar buruk, atau dengan
menolak atau menjahui seseorang sebagian dari lingkungan pertemanan.
3. Kebudayaan
Lingkungan berperan terhadap tingkah laku, maka muncul penyebab agresi
adalah faktor kebudayaan. Lingkungan geografis, seperti daerah pesisir atau pantai
menunjukkan karakter lebih keras daripada masyarakat yang hidup dipedalaman.
Nilai dan norma yang mendasari sikap dan tingkah laku masyarakat juga berperan
terhadap agresivitas satu kelompok.
4. Situasional
Dalam sebuah penelitian kondisi cuaca yang panas lebih sering
memunculkan aksi agresi. Hal ini muncul ketika udara panas menimbulkan rasa
tidak nyaman yang berujung meningkatkan agresi sosial.
5. Sumber daya
Page 48
30
Sumber daya yang mendukung mampu untuk menumbuhkan perdagangan,
sehingga sering memunculkan perselesihan hingga peperangan.
6. Media masa
Media masa televisi yang merupakan media tontonan dan secara alami
mempunyai kesempatan lebih bagi untuk mengamati apa yang disampaikan secara
jelas. Tayangan-tayangan yang penuh kekerasan tampaknya menjadi salah satu hal
yang memicu agresivitas.
2.1.8 Sikap Terhadap Perilaku Agresi
Sikap selalu dikaitkan dengan perilaku yang berada di dalam batas
kewajaran dan kenormalan yang merupakan respon atau reaksi terhadap suatu
stimulus. Sikap pada hakikatnya hanyalah merupakan predisposisi atau tendensi
untuk bertingkah laku, sehingga belum dapat dikatakan sebuah tindakan atau
aktivitas. Sikap merupakan suatu respon evaluatif. Respon hanya akan timbul
apabila individu dihadapkan pada suatu stimulus yang menghendaki adanya reaksi
individual. Respon evaluatif berarti bahwa bentuk reaksi yang dinyatakan sebagai
sikap itu timbulnya didasari oleh proses evaluasi dalam diri individu yang memberi
kesimpulan terhadap stimulus dalam bentuk nilai baik-buruk, positif-negatif,
menyenangkan tidak menyenangkan, yang kemudian mengkerucut sebagai potensi
reaksi terhadap objek sikap tersebut.
Objek sikap yang dimaksud dalam penelitian ini adalah perilaku agresi.
Perilaku agresi dapat diketahui dengan melihat sikap seseorang terhadap indikator
perilaku agresi. Menurut Delut (dalam Dayakisni dan Hudaniyah, 2006:188) salah
satu indikator perilaku agresi adalah menyerang orang lain. Apabila ingin
Page 49
31
mengetahui sikap individu terhadap perilaku agresi maka dapat diketahui ketika
individu merespon indikator perilaku agresi dengan norma subjektif yang dimiliki,
sikap terhadap perilaku dan kontrol terhadap perilaku. Respon individu terhadap
perilaku agresi melalui suatu proses evaluasi yang rumit, yang pada akhirnya
individu menentukan apakah mendukung atau tidak mendukung.
Sikap terhadap perilaku agresi merupakan kecenderungan suporter untuk
bereaksi dengan cara yang baik atau buruk terhadap perilaku agresi. Sikap suporter
yang positif terhadap perilaku agresi bisa dikarenakan pengaruh dari lingkungan
sekitar dan kurang pahammnya mengenai dampak buruk yang muncul akibat
perilaku agresi. Sedangkan suporter yang bersikap negatif terhadap perilaku agresi
dikarenakan sudah paham akan kerugian-kerugian yang muncul akibat dari perilaku
agresi itu sendiri
Jadi sikap terhadap perilaku agresi (dalam Lutfi, 2007) adalah keputusan
individu bahwa melakukan perilaku agresi itu baik atau buruk, dan apakah individu
mendukung atau menolak melakukan perilaku agresi. Semakin tinggi individu
memiliki sikap terhadap perilaku agresi maka akan semakin tinggi individu akan
melakukan perilaku agresi. Kemudian sebaliknya apabila sikap individu terhadap
perilaku agresi rendah maka semakin rendah pula individu dalam melakukan
perilaku agresi.
2.2 Loyalitas Suporter
2.2.1 Pengertian Loyalitas Suporter
Wicaksono (dalam Heryati, 2016) menyatakan loyalitas adalah setia pada
sesuatu dengan rasa cinta, sehingga dengan rasa loyalitas yang tinggi sesorang
Page 50
32
merasa tidak perlu untuk mendapatkan imbalan dalam melakukan sesuatu untuk
orang lain atau organisasi tempat dia meletakan loyalitasnya. Robin dan Coulter
(dalam Nandania, 2013) berpendapat bahwa loyalitas adalah kesediaan untuk
melindungi dan menyelamatkan fisik dan perasaan seseorang. Hal ini sejalan
dengan definisi loyalitas yang diberikan oleh Siswanto, loyalitas adalah tekad dan
kesanggupan menaati, melaksanakan serta mengamalkan sesuatu yang ditaati
dengan penuh kesadaran dan tanggung jawab.
Kemudian menurut Jusuf (dalam Nandania, 2013) juga berpendapat bahwa
loyalitas merupakan sebuah sikap yang timbul akibat keinginan untuk setia dan
berbakti pada kelompoknya.
Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa loyalitas suporter
merupakan sebuah kesetiaan, kecintaan, ketaatan yang dimiliki oleh seorang
suporter di dalam menjaga, mendukung dan membela klub sepakbola yang mereka
banggakan.
2.2.2 Aspek Loyalitas
Aspek-aspek loyalitas dikemukakan oleh Siswanto (dalam Soegandhi, 2013),
antara lain yaitu:
1. Taat pada peraturan.
Seorang yang loyal akan selalu taat pada sebuah peraturan. Sesuai dengan
pengertian loyalitas, ketaatan ini timbul dari kesadaran anggota jika peraturan yang
dibuat semata-mata disusun untuk memperlancar jalannya pelaksanaan organisasi.
Kesadaran ini membuat anggota akan bersikap taat tanpa merasa terpaksa atau takut
terhadap sanksi yang akan diterimanya apabila melanggar peraturan tersebut.
Page 51
33
Dalam organisasi suporter sepakbola Panser Biru juga tentunya terdapat peraturan-
peraturan yang harus ditaati oleh seluruh anggotanya. Adanya peraturan tersebut
memiliki tujuan untuk meningkatkan rasa solidaritas antar anggota Panser Biru
dalam mendukung PSIS Semarang.
2. Tanggung jawab pada organisasi.
Ketika seorang anggota memiliki sikap sesuai dengan pengertian loyalitas,
maka secara otomatis ia akan merasa memiliki tanggung jawab yang besar terhadap
organisasinya. Anggota akan berhati-hati dalam mengerjakan tugas-tugasnya,
namun sekaligus berani untuk mengembangkan berbagai inovasi demi kepentingan
Organisasi. Setiap anggota Panser Biru diharapkan memiliki inovasi dan kontribusi
untuk organisasi suporter sepakbola tersebut untuk kemajuan bersama.
3. Kemauan untuk bekerja sama.
Anggota yang memiliki sikap sesuai dengan pengertian loyalitas, tidak
segan untuk bekerja sama dengan anggota lain. Bekerja sama dengan anggota yang
lainnya dalam satu organisasi suporter memungkinkan seorang anggota mampu
mewujudkan impian organisasi untuk dapat mencapai tujuan yang tidak mungkin
bisa dicapai oleh seorang anggota secara invidual.
4. Rasa memiliki
Adanya rasa ikut memiliki anggota terhadap organisasi akan membuat
anggota memiliki sikap untuk ikut menjaga dan bertanggung jawab terhadap
organisasi suporter Panser Biru sehingga pada akhirnya akan menimbulkan sikap
sesuai dengan pengertian loyalitas demi tercapainya tujuan organisasi.
5. Hubungan antar pribadi
Page 52
34
Anggota yang memiliki loyalitas tinggi akan mempunyai hubungan antar
pribadi yang baik terhadap anggota lainnya. Sesuai dengan pengertian loyalitas,
hubungan antar pribadi ini meliputi hubungan sosial dalam pergaulan sehari-hari
suporter selama berinteraksi.
6. Kesukaan terhadap tugas organisasi
Sebagai manusia, anggota pasti akan mengalami masa-masa jenuh terhadap
tugas organisasi yang dilakukannya. Seorang anggota yang memiliki sikap sesuai
dengan pengertian loyalitas akan mampu menghadapi permasalahan ini dengan
bijaksana. Hal ini hanya dapat dilakukan oleh suporter apabila ia benar-benar
mencintai tugas dan keberadaannya dalam organisasi suporter tersebut.
2.2.3 Dimensi Loyalitas
Menurut Mehta et al (dalam Heryati, 2016), Loyalitas pada dasarnya adalah
keterikatan emosional. Loyalitas memiliki dua dimensi diantaranya adalah dimensi
internal dan eksternal.
1. Dimensi internal
Dimensi internal merupakan komponen emosional yang meliputi
a. Rasa peduli (feeling of caring), rasa peduli merupakan sebuah keberpihakan kita
untuk melibatkan diri dalam persoalan, keadaan atau kondisi yang terjadi di
sekitar kita. Termasuk peduli kepada para pemain PSIS Semarang apabila
memang pada kenyataannya para pemain belum bisa memenangkan
pertandingan. Perduli untuk mengetahui sebenernya apa yang menyebabkan
kekalahan tersebut apakah pemain banyak yang mengalami cidera atau para
pemain merasa kurang termotivasi atau sebagainya.
Page 53
35
b. Rasa kedekatan (feeling of affiliation), rasa kedekatan antar suporter sangat
mempengaruhi suasana yang muncul di dalam mendukung klub kesayangan
mereka. Semakin erat kedekatan yang mereka ciptakan untuk bersama-sama
mendukung PSIS Semarang maka akan semakin kompak.
c. Rasa akan tanggung jawab (feeling of commitment), rasa akan tanggung jawab
merupakan sebuah rasa memiliki dengan sepenuh hati bahwa ia adalah anggota
dari sebuah organisasi suporter sepakbola Panser Biru maka sudah seharusnya
ia berusaha untuk melakukan tugas-tugasnya dengan tanggung jawab serta
menjaga nama baik organisasi tersebut.
2. Dimensi eksternal
Dimensi eksternal terdiri dari perilaku yang menampilkan komponen
emosional dan merupakan bagian dari loyalitas yang paling banyak berubah.
2.3 Penelitian Terdahulu
Dalam penelitian yang dilakukan oleh penulis tentunya membutuhkan
penelitian-penelitian terdahulu yang dapat digunakan sebagai acuan untuk
memperkaya teori dan memastikan bahwa penelitian yang dilakukan oleh penulis
berbeda dengan penelitian-penelitian yang sudah ada. Berikut ini adalah penelitian
terdahulu yang terkait dengan penelitian kali ini diantaranya adalah penelitian yang
dlakukan oleh Hutama (2015) dengan judul Hubungan Antara Kohesivitas
Kelompok dengan Perilaku Agresi Pada Kelompok Suporter Panser Biru
Semarang. Penelitian tersebut dilakukan kepada 50 orang suporter dengan cara
membagikan 2 kuesioner yaitu kuesioner kohesivitas kelompok dan kuesioner
perilaku agresi. Dan hasil dari analisa data penelitian tersebut diperoleh hubungan
Page 54
36
(r) sebesar 0,304 dengan sig = (p<0,05) yang berarti terdapat hubungan positif
signifikan antara kohesivitas kelompok dengan perilaku agresi suporter Panser Biru
Semarang.
Kemudian ada penelitian dari Agriawan (2016) dengan judul Hubungan
Fanatisme dengan Perilaku Agresi Suporter Sepak Bola. Jumlah subjek yang
digunakan sebanyak 120 orang dengan status sebagai suporter Aremania, Bonek
Mania, serta Ultras. Dengan menggunakan skala agresivitas dan juga skala
fanatisme. Hasil penelitian menunjukkan adanya hubungan positif yang terjadi
antara fanatisme dengan perilaku agresi pada kelompok suporter sepakbola (r=
0,315 dan p= 0,000) dengan sumbangsih efektif sebesar 9,9%. Hal ini memiki arti
bahwa semakin fanatik suporter sepakbola tersebut maka semakin tinggi tingkat
agresivitanya.
Selanjutnya ada penelitian dari Putri (2013) dengan judul Hubungan antara
Identitas Sosial dan Konformitas dengan Perilaku Agresi Pada Suporter Sepakbola
Persisam Putra Samarinda. Dalam penelitiannya, menggunakan 75 subjek yang
seluruhnya adalah suporter Persisam Putra Samarinda. Hampir sama dengan
penelitian yang lainnya, pengumpulan data menggunakan skala identitas sosial,
skala konformitas dan juga skala agresi. Berdasarkan hasil uji analisis regresi mode
penuh menunjukkan hubungan yang sangat signifikan antara identitas sosial dan
konformitas dengan perilaku agresi pada suporter sepakbola Persisam Putra
Samarinda dengan F = 6.367, R2 = 0.150, dan p = 0.003. Berdasarkan hasil
penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara identitas sosial dan
Page 55
37
konformitas dengan perilaku agresi pada suporter sepakbola Persisam Putra
Samarinda.
Hampir sama dengan penelitian yang dilakukan oleh Putri, Utomo (2012)
meneliti mengenai konformitas dan perilaku agresi ditambah dengan frustasi.
Sehingga judul dari penelitian Utomo adalah Hubungan antara Frustasi dan
Konformitas dengan Perilaku Agresi pada Suporter Bonek Persebaya. Subjek yang
digunakan dalam penelitian tersebut adalah 60 Bonek yang berjenis kelamin laki-
laki dan berusia remaja yang tegabung dalam anggota YSS (Yayasan Suporter
Surabaya) di Lidah Wetan, Surabaya. Hasil dari penelitian tersebut menunjukkan
adanya hubungan yang signifikan dan positif antara Frustasi dan Konformitas
dengan Perilaku Agresi.
Untuk variabel loyalitas, peneliti menggunakan penelitian dari Muhammad
dan Luika sebagai acuan. Penelitian Muhammad (2018) berjudul Dampak Insiden
Kematian Choirul Huda Terhadap Peningkatan Loyalitas Suporter Pada Pembelian
Jersey Kiper Persela. Subjek dalam penelitian tersebut adalah suporter Persela atau
disebut LA mania yang memiliki jersey kiper. Penelitian tersebut menggunakan
pendekatan kualitatif dengan melakukan observasi awal, studi lapangan dan
penggalian data serta pengolahan analisis data. Hasil yang didapatkan menyatakan
bahwa figur Choirul Huda ini memiliki pengaruh positif dalam peningkatan jumlah
pembelian jersey kiper persela dan mampu untuk mmpengaruhi suporter LA mania
dalam membeli jersey tersebut.
Kemudian judul dari penelitian Luika (2017) adalah Analisis Faktor
Loyalitas Suporter Arema. Penelitian ini merupakan penelitian yang dilakukan pada
Page 56
38
200 responden suporter Arema atau disebut aremania menggunakan pendekatan
kuantitaif deskriptif dengan Principal Component Analysis (PCA), teknik analisis
data dari PCA menghasilkan pemuatan faktor dan pengelompokan beberapa
variabel yang didukung oleh uji asumsi klasik dan analisis regresi linier berganda
yang hasilnya paling berpengaruh baik partial maupun simultan. Dan hasil dalam
penelitian tersebut menunjukkan bahwa komponen yang secara simultan
mempengaruhi loyalitas Aremania yang pertama adalah komponen internal, kedua
komponen hiburan, tiga komponen kepercayaan, dan empat komponen eksternal.
Sedangkan komponen yang pertama yaitu komponen internal yang terdiri dari Fan
Bonding, Emotional Intelligence, Anticedent Kognitif, Centering, dan Playing
Factor adalah komponen yang paling mempengaruhi secara parsial atau yang
paling signifikan loyalitas Aremania.
2.4 Kerangka Berpikir
Suporter merupakan pemain kedua belas bagi klub yang didukung karena
mereka mampu untuk mendorong dan membangkitkan semangat dari para pemain
dari klub tersebut. Mereka yang tergabung di dalam sebuah komunitas suporter
sepakbola tentu memiliki tanggung jawab dan kemauan untuk mentaati peraturan
di dalam komunitas tersebut. Bagaimana hubungan antar pribadi yang dijalin antar
suporter serta seberapa besar rasa memiliki di dalam komunitas tersebut nantinya
akan mengarah pada loyalitas yang diberikan dalam komunitas tersebut untuk
mendukung klub kesayangan.
Loyalitas dapat dipengaruhi oleh keadaan internal maupun eksternal dari
seorang suporter. Keadaan internal berasal dari sikap perilaku dan tujuan yang
Page 57
39
dimiliki seorang suporter sedangkan keadaan eksternal berasal dari situasi
lingkungan sekitar. Tinggi rendahnya sebuah loyalitas dapat dilihat dari sikap
positif atau negatif terhadap perilaku agresi. Sikap terhadap perilaku agresi (dalam
Lutfi, 2007) adalah keputusan individu bahwa melakukan perilaku agresi itu baik
atau buruk, dan apakah individu mendukung atau menolak melakukan perilaku
agresi. Semakin tinggi individu memiliki sikap positif terhadap perilaku agresi
maka akan semakin tinggi individu akan melakukan perilaku agresi. Kemudian
sebaliknya apabila sikap individu terhadap perilaku agresi negatif maka semakin
rendah pula individu dalam melakukan perilaku agresi. Berdasarkan deskripsi di
atas, kerangka berpikir dalam penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut :
Bagan 2.1 Kerangka Berpikir
Pendukung PSIS Semarang
Aspek-Aspek Loyalitas :
1. Taat pada peraturan
2. Tanggung jawab pada organisasi
3. Kemauan untuk bekerjasama
4. Rasa memiliki
5. Hubungan antar pribadi
6. Kesukaan terhadap tugas organisasi
Loyalitas
Internal
eksternal
Tinggi Rendah
Sikap positif atau
negatif terhadap
perilaku agresi
Page 58
40
2.5 Hipotesis
Hipotesis merupakan pernyataan tentatif tentang hubungan antara satu atau
lebih variabel dengan variabel lain (Purwanto, 2016:77). Hipotesis yang diajukan
dalam penelitian ini adalah ada hubungan antara loyalitas dan sikap terhadap
perilaku agresi pada suporter panser biru Semarang.
Page 59
93
BAB 5
PENUTUP
5.1 Simpulan
Berdasarkan pada hasil penelitian yang ada, maka dapat diambil simpulan
sebagai berikut:
1. Terdapat hubungan yang signifikan antara variabel loyalitas dengan sikap
terhadap perilaku agresi. Kemudian diperoleh koefisien korelasi sebesar 0.643
yang artinya variabel loyalitas dan sikap terhadap perilaku agresi memiliki
hubungan atau korelasi yang positif. Maka dapat disimpukan bahwa terdapat
hubungan positif yang signifikan antara loyalitas dan sikap terhadap perilaku
agresi. Sehingga hipotesis penelitian yang menyatakan ada hubungan antara
loyalitas dan sikap terhadap perilaku agresi suporter Panser Biru Semarang,
terbukti.
2. Sikap terhadap perilaku agresi supporter Panser Biru Semarang termasuk
dalam kategori tinggi dengan prosentase 95%. Hal tersebut menunjukkan
bahwa mereka memiliki sikap positif atau sikap mendukung adanya perilaku
agresi.
3. Loyalitas suporter Panser Biru Semarang juga termasuk dalam kategori tinggi
yaitu 93%. Hal tersebut menunjukkan bahwa mereka memiliki rasa kesetiaan
yang tinggi dalam mendukung PSIS.
Page 60
94
5.2 Saran
Berdasar pada penelitian yang telah dilakukan, peneliti memberikan saran
sebagai berikut:
1. Bagi Subjek Penelitian (Suporter Panser Biru Semarang)
Subjek memiliki loyalitas yang tinggi terhadap tim kesayangan yang mereka
dukung yaitu PSIS. Hal tersebut sangat perlu untuk dipertahankan sehingga
bagaimanapun kondisi PSIS, sedang berada di klasemen atas maupun bawah,
sedang berjaya ataupun terpuruk, Panser Biru harus tetap memberikan
dukungan. Namun di sisi lain, sangat disarankan untuk sedikit demi sedikit
mengurangi adanya perilaku agresi untuk meminimalisir hal-hal yang tidak
diinginkan, serta kerugian yang akan dialami banyak pihak seperti masyarakat,
managemen atau tim PSIS yang bahkan bisa dikenakan sanksi. Sejatinya
sebagai seorang suporter yang profesional, tidak seharusnya individu
mendukung adanya tindak agresi seperti merusak fasilitas maupun ikut dalam
bentrokan antar suporter apabila tim kesayangannya mengalami kekalahan.
Perilaku yang ditunjukkan seharusnya perilaku mendukung yang positif.
Menjadi suporter yang dewasa salah satunya mendukung tim kesayangan
dengan penuh kecintaan terhadap tim dan tidak melakukan tindakan anarkis.
Individu boleh menyukai sesuatu yang diidolakannya tetapi tidak harus dengan
tindak agresi.
2. Bagi Organisasi Suporter
Bagi organisasi suporter lainnya yang memiliki kecintaan dan loyalitas
terhadap klub sepakbola yang didukung sebaiknya tidak mengarahkannya
Page 61
95
kepada perilaku agresi yang dapat merugikan banyak pihak. Banyak hal-hal
positif yang bisa dilakukan untuk sama-sama saling mendukung tanpa harus
melukai satu sama lain. Sudah saatnya untuk menciptakan situasi yang aman
dan kondusif bagi persepakbolaan Indonesia.
3. Bagi Penelitian Selanjutnya
Bagi peneliti selanjutnya yang ingin melakukan penelitian mengenai dunia
sepakbola sebaiknya lebih bisa memperhatikan subjek yang akan diteliti.
Lakukan pendekatan supaya nantinya pernyataan yang mereka berikan dalam
mengisi skala bisa valid. Selain itu, pilihlah waktu yang tepat dalam
menyebarkan skala supaya subjek tidak tergesa-gesa dalam mengisi skala.
Proses penyebaran skala agar dapat diberikan kepada subjek secara bertahap,
sehingga didapatkan jawaban dengan kualitas yang lebih baik dan tidak
dipengaruhi oleh faktor kelelahan dalam menjawab aitem.
Page 62
96
DAFTAR PUSTAKA
Agriawan, D. (2016). Hubungan Fanatisme Dengan Perilaku Agresi Suporter
Sepak Bola. Skripsi. Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah
Malang. Alghaffar, R. (2017). Perilaku Agresif Pada Suporter Sepakbola. Skripsi.
Universitas Muhammadiyah Surakarta Psikologi.
Anam, H. (2018). Hubungan Fanatisme Dan Konformitas Terhadap Agresivitas
Verbal Anggota Komunitas Suporter Sepakbola Di Kota Denpasar.
Journal Psikologi, Vol 5, No 5, 132-144, ISSN: 2354-5607. Azwar, S. (2000). Sikap Manusia, Teori dan Pengukurannya. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.
________ . (2001). Metode Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
________ . (2013). Sikap Manusia, Teori dan Pengukurannya edisi ke 2.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Azwar, S. (2017). Reliabilitas Dan Validitas. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Baron. R., & Richardson, D. R. (1977). Human Aggression. Plenum: New York.
Retrieved from http://books.google.co.id
Besa, MR. (2016). Pengaruh Hooliganisme Terhadap Gaya Hidup Para Suporter
Sepakbola Indonesia. Skripsi. Universitas Pasundan
Chaplin, J. (2002). Kamus Lengkap Psikologi . Jakarta: PT. Raja Grafindo. Dayakisni & Hudaniyah. (2006). Psikologi Sosial. Malang: UMM Pres
___________________ . (2012). Psikolosi Sosial. Malang: UMM Press.
Dewi, I. (2008). Hubungan Sikap Terhadap Anak Autis Dengan Motivasi
Orangtua Untuk Menyembuhkan Anak Autis . Skripsi. Universitas Islam
Syarif Kasim , 31-36. Effendy, M. (2018). Hubungan Antara Empati Dengan Perilaku Agresif Pada
Suporter Sepakbola Panser Biru Banyumanik Semarang. Journal Empati,
Vol 7, No 3, 140-150
Hapsari, Indria. (2015). Fanatisme dan Agresifitas Suporter Klub Sepakbola.
Journal Psikologi, Vol 8, No 1
Page 63
97
Heryati, Agustina. (2016). Pengaruh Kompensasi Dan Beban Kerja Terhadap
Loyalitas Karyawan Di Departemen Operasi PT. Pupuk Sriwidjaja
Palembang. Journal , Vol 1, No 2, ISSN: 2540-816X.
Hutama, G. (2015). Hubungan Antara Kohesivitas Kelompok Dengan Perilaku
Agresi Kelompok Suporter Panser Biru Semarang. Skripsi. Universitas
Kristen Satya Wacana, 10-37.
Imaniar. (2017). Inilah nama-nama Suporter PSIS, Yang Menjadi Korban Bentrok
di Colomadu Karanganyar. Retrieved from https://jateng.tribunnews.com/ diunduh tanggal 24 Januari 2019.
Insetyonoto & Yudha, I. (2015). Kronologi Kerusuhan PSIS Semarang vs Persis
Solo. Retrieved from www.solopos.com diunduh pada tanggal 9 Maret 2019.
Junaedi, Fajar. (2014). Amuk Suporter PSIS Dalam Narasi Media. Journal Ilmu
Komunikasi, Vol 11, No 1, 1-10.
Koeswara, E. (1988). Agresi Manusia. Bandung: PT. Eresco. Luika, Emmanuel. (2017). Analisis Faktor Loyalitas Suporter Arema. Journal
Akuntansi, Vol 3, No 3. Lutfi. (2007). Hubungan Kepribadian Otoriter dengan Sikap Terrhadap Perilaku
Agresi pada Suporter Persebaya. Skripsi. University of Surabaya
Mahony, D. F., Madrigal, R., & Howard, D. (2000). Using the psychological
commitment to team (PCT) scale to segment sports consumers based on
loyalty. Sport Marketing Quarterly, 15-25.
Muhammad, Fahmi. (2018). Dampak Insiden Kematian Choirul Huda Terhadap
Peningkatan Loyalitas Suporter Pada Pembelian Jersey Kiper Persela.
Skripsi. Universitas Pesantran Tinggi Darul Ulum.
Nandania. (2013). Peran Kepercayaan Organisasi dengan Loyalitas Karyawan di
BCA Malang Raya. Skripsi. Universitas Islam Negeri Maulana Malik
Ibrahim Malang.
Oktaviani, Eka Sari. (2017). Hubungan Sabar Dan Harga Diri Dengan Agresivitas
Suporter Bola. Journal Psikoislamedia , Vol 2, No 1, ISSN: 2548-4044.
Orpinas, P., & Frankowski, R. (2001). The Aggression Scale: A Self-Report
Meansure of Aggressive Behavior for Young Adolescents. Journal of
Early Adolescence, Vol 21, No. 1, 50-67.
Page 64
98
Paramitasari, R. (2012). Hubungan antara Kematangan Emosi dengan
Kecenderungan Memaafkan Pada Remaja Akhir. Jurnal Psikologi
Pendidikan Dan Perkembangan . Vol 1 , No. 2.
Prabowo, R. (2014). Bentrokan Suporter PSIS, Belasan Orang Terluka. Retrieved
from https://www.bola.com/ diunduh tanggal 24 Januari 2019.
Prakoso, B. (2013). Fanatisme Suporter Sepakbola Persija Jakarta. Skripsi.
Fakultas Psikologi Universitas Diponegoro, 1-10
Pramudika, V. (2016). Komunitas Suporter Panser Girl Kota Semarang Kajian
Identitas Dan Solidaritas. Skripsi. Universitas Negeri Semarang
Purwanto, E. (2016). Metodologi Penelitian Kuantitatif. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar. Putri, K. (2013). Hubungan Antara Identitas Sosial Dan Konformitas Dengan
Perilaku Agresi Pada Suporter Sepakbola Persisam Putra Samarinda. e-
Journal Psikologi, 241-253. ISSN: 0000-0000
Putri, Dhella. (2014). Hubungan Antara Fanatisme Terhadap Klub Dengan
Kecenderungan Perilaku Agresif Pada Suporter Klub Sepakbola Nonton
Bareng Di Yogyakarta. Skripsi. Universitas Gadjah Mada Yogyakarta. Putro, K. (2017). Memahami Ciri dan Tugas Perkembangan Masa Remaja.
Journal Aplikasi Ilmu Agama, Vol 17, No. 1, 25-32. ISSN: 1411-8777 Ramazanoglu. (2005). Aggressiveness Behaviours of Soccer Spectator and
Prevention of These Behaviours. Finat University Journal of So-cial
science. Cilt: 15, 279-287.
Rivaldho, A. A. (2015). Loyalitas Terhadap Tim Olahraga : Mengintegrasikan
Pendekatan Pemasaran Relasional Dan Hirarki Efek (Studi Pada Persib
dan Persija). Skripsi. Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Universitas Indonesia.
Safitri, D., & Andrianto, A. (2015). Hubungan antara kohesivitas dengan intensi
agresi pada suporter sepak bola. Jurnal psikologi Islami,2(1), 11-23. ISSN:
2502-728X
Santrock, John. (2012). Life-Span Development Perkembangan Masa Hidup Edisi
Ketigabelas Jilid 1. Jakarta: Erlangga
Saputra, I. (2018). Kerusuhan di Mangkang, Suporter PERSIS Minta Maaf ke
Warga Semarang. Retrieved from https://www.solopos.com/ diunduh
tanggal 24 Januari 2019.
Page 65
99
Sari, DK. (2016). Kesesakan dan Agresivitas Remaja Di Kawasan Tambak. Jurnal
Empati, Vol 5, No 1, 10-13
Sarwono, S., & Meinarno, E. (2009). Psikologi Sosial. Jakarta: Salemba Humanika.
_____________________. (2012). Psikologi Sosial. Jakarta : Salemba Humanika.
Silwan, A. (2012). Aggressive Behaviour Pattern,Characteristicts And Fanaticism
Panser Biru Group PSIS Semarang. Journal of Physical Education And
Sport, 27-35.
Sinatrya, E., & Darminto, E. (2013). Agresifitas Suporter Sepak Bola Persebaya
pada saat Pertandingan Berlangsung. Jurnal Psikologi, Vol 1, No 2.
Sitepu, Y. S. (2011). Konstruksi Identitas Suporter Sepakbola Di Indonesia .
Jurnal Ilmu Sosial- Fakultas Isipol UMA, Vol 4, No 1, 1-19, ISSN:2085-
0328
Soegandhi, VM. (2013). Pengaruh Kepuasan Kerja Dan Loyalitas Kerja Terhadap
Organizational Citizenship Behavior Pada Karyawan PT. Surya Timur
Sakti Jatim. Universitas Kristen Petra, Vol 1, No 1
Slepicka, P. (2012). Psychosocial Aspects Of Agression In Sport. Czech
Kinanthropology, Vol 16, No 2. Suryabrata, S. (2005). Pengembangan Alat Ukur Psikologis. Yogyakarta: C.V
Andi offset. Utomo & Waristo . H., (2012). Hubungan antara frustasi dan konformitas dengan
perilaku agresi pada suporter bonek persebaya. Jurnal Penelitian Psikologi
. Vol 1 , No. 2. Wibowo, Aris. (2018). Bentrok, Suporter PSIS dan Persija Saling Lempar.
Retrieved from http://www.rmoljateng.com/ diunduh tanggal 24 Januari
2019.
Zebua, S.P.I., Suprapto, M.H., & Elisabeth, M.P. (2014). Menelaah Fenomena
Suporter Persebaya : Hubungan Harga Diri dan Kolektivitas dengan
Tindakan Agresi. Jurnal Gema Aktualita, Vol 3, No 1.