Top Banner
HUBUNGAN ANTARA INTENSITAS KOMUNIKASI ORANG TUA DAN ANAK DENGAN MOTIVASI BELAJAR ANAK Hodijah 10502105 ABSTRAK Keberhasilan anak dalam kegiatan belajar pada masa usia sekolah sangat dipengaruhi oleh berbagai motivasi, dan salah satu diantaranya adalah motivasi belajar. Menurut Brophy dalam Woolfolk (2004), motivasi belajar adalah suatu kecenderungan siswa untuk melakukan kegiatan akademi yang berarti dan berguna, untuk meraih hasil yang baik dari kegiatan tersebut. Dengan motivasi belajar, setiap anak memotivasi dirinya untuk belajar bukan hanya untuk mengetahui tetapi lebih kepada untuk memahami hasil pembelajaran tersebut. Motivasi belajar anak dipengaruhi oleh beberapa faktor. Menurut Wlodkowski dan Jaynes (2004), diantaranya adalah budaya sebagai dasar ataupun acuan yang dipegang dari setiap individu untuk berperilaku di lingkungannya, keluarga tempat individu bernanung dan berinteraksi dengan anggota keluarga yang memberikan pengaruh satu dengan lainnya, sekolah atau institusi yang merupakan tempat dimana terjadinya proses pembelajaran, dan kepribadian dari individu tersebut. Intensitas komunikasi merupakan tingkat kedalaman penyampaian pesan dari individu sebagai anggota keluarga kepada yang lainnya (Djamarah, 2004). Intensitas komunikasi mencakup aspek-aspek seperti : kejujuran, keterbukaan, pengertian, percaya, yang mutlak diantara kedua belah pihak dan dukungan (Olson, 1992). Intensitas komunikasi dapat diukur dari apap-apa dan siapa yang dibicarakan, pikiran, perasaan, objek tertentu, orang lain atau dirinya sendiri. Intensitas komunikasi dalam keluarga adalah penting, karena dapat mempererat hubungan- hubungan keluarga dan dapat memberikan rasa aman pada mereka, situasi demikian juga dapat membantu perkembangan motivasi belajarnya ( Gunarsa, 2004) Oleh karena fenomena ini sangat dekat dengan keseharian peneliti karena berada dalam ruang lingkup dunia pendidikan maka peneliti ingin menguji apakah ada hubungan antara intensitas komunikasi orang tua dan anak dengan motivasi
13

HUBUNGAN ANTARA INTENSITAS KOMUNIKASI ORANG TUA ...

Jan 15, 2017

Download

Documents

duongxuyen
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: HUBUNGAN ANTARA INTENSITAS KOMUNIKASI ORANG TUA ...

HUBUNGAN ANTARA INTENSITAS KOMUNIKASI ORANG TUA DAN

ANAK DENGAN MOTIVASI BELAJAR ANAK

Hodijah

10502105

ABSTRAK

Keberhasilan anak dalam kegiatan belajar pada masa usia sekolah sangat

dipengaruhi oleh berbagai motivasi, dan salah satu diantaranya adalah motivasi

belajar. Menurut Brophy dalam Woolfolk (2004), motivasi belajar adalah suatu

kecenderungan siswa untuk melakukan kegiatan akademi yang berarti dan berguna,

untuk meraih hasil yang baik dari kegiatan tersebut. Dengan motivasi belajar, setiap

anak memotivasi dirinya untuk belajar bukan hanya untuk mengetahui tetapi lebih

kepada untuk memahami hasil pembelajaran tersebut. Motivasi belajar anak

dipengaruhi oleh beberapa faktor. Menurut Wlodkowski dan Jaynes (2004),

diantaranya adalah budaya sebagai dasar ataupun acuan yang dipegang dari setiap

individu untuk berperilaku di lingkungannya, keluarga tempat individu bernanung

dan berinteraksi dengan anggota keluarga yang memberikan pengaruh satu dengan

lainnya, sekolah atau institusi yang merupakan tempat dimana terjadinya proses

pembelajaran, dan kepribadian dari individu tersebut.

Intensitas komunikasi merupakan tingkat kedalaman penyampaian pesan dari

individu sebagai anggota keluarga kepada yang lainnya (Djamarah, 2004). Intensitas

komunikasi mencakup aspek-aspek seperti : kejujuran, keterbukaan, pengertian,

percaya, yang mutlak diantara kedua belah pihak dan dukungan (Olson, 1992).

Intensitas komunikasi dapat diukur dari apap-apa dan siapa yang dibicarakan,

pikiran, perasaan, objek tertentu, orang lain atau dirinya sendiri. Intensitas

komunikasi dalam keluarga adalah penting, karena dapat mempererat hubungan-

hubungan keluarga dan dapat memberikan rasa aman pada mereka, situasi demikian

juga dapat membantu perkembangan motivasi belajarnya ( Gunarsa, 2004)

Oleh karena fenomena ini sangat dekat dengan keseharian peneliti karena

berada dalam ruang lingkup dunia pendidikan maka peneliti ingin menguji apakah

ada hubungan antara intensitas komunikasi orang tua dan anak dengan motivasi

Page 2: HUBUNGAN ANTARA INTENSITAS KOMUNIKASI ORANG TUA ...

belajar anak. Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas VI SD Negeri Kalimulya

I Depok berjumlah 60 orang.

Metode pengumpulan data dilakukan dengan metode angket yaitu skala

intensitas komunikasi dan skala motivasi belajar dengan menggunakan teknik analisis

korelasi. Analisis data dilakukan dengan menggunakan bantuan program SPSS

Ver.11.5 for Windows

Berdasarkan hasil penelitian diketahui hasil analisis data yang dilakukan

dengan menggunakan teknik korelasi Product Moment dari Pearson (1-Tailed),

diketahui bahwa koefisien korelasi yang diperoleh r = 0,364 dengan taraf signifikansi

sebesar 0, 002 (P<0,05) hasil tersebut menunjukkan ada korelasi positif yang

signifikan yang menyatakan bahwa ada hubungan antara intensitas komunikasi orang

tua dan anak dengan motivasi belajar anak.

Keywords : Intensitas komunikasi, Motivasi belajar

1.PENDAHULUAN

Pendidikan anak dewasa ini semakin menjadi perhatian utama dan prioritas

para orang tua. Karena bagaimanapun pendidikan adalah hal mutlak yang harus di

jalani setiap manusia, baik anak-anak, remaja, dewasa maupun orang tua. Pendidikan

dimulai dalam lingkungan keluarga kemudian sekolah. Sekolah sebagai lembaga

pendidikan yang merupakan unit sentral tersendiri menjadi pusat lembaga yang

dipercaya oleh orang tua untuk mendidik anak-anaknya dalam jangka waktu cukup

lama. Orang tua menyerahkan beban dan tugas pendidikan ke sekolah karena diyakini

dapat membimbing dan mengarahkan anak-anaknya dalam belajar. Setiap orang tua

menginginkan anak-anaknya berprestasi baik di sekolah, di tempat kursus dan lain

sebagainya. Seiring dengan hal itu banyak pertanyaan yang timbul mengapa orang tua

khawatir anak-anaknya tidak berprestasi, apakah motivasi belajarnya rendah atau

mutu pendidikan di sekolah yang kurang baik atau aktifitas orang tua yang terlalu

sibuk sehingga sedikit waktu untuk belajar bersama mereka.

Sebuah data dari dinas pendidikan menunjukkan sekitar 27 % anak-anak di

seluruh Indonesia putus sekolah sebelum lulus sekolah menengah (SMU). Beberapa

laporan panel dan komisi nasional yang mengkaji pendidikan umum di indonesia

setuju bahwa prestasi sekolah anak-anak berada di bawah standar. Alasan utama yang

Page 3: HUBUNGAN ANTARA INTENSITAS KOMUNIKASI ORANG TUA ...

dikemukakan banyak diantara mereka kurang memiliki motivasi belajar di sekolah

(Kompas, 22 Juli 2005).

Menurut Woolfolk (2004), siswa yang bermotivasi untuk belajar adalah sisiwa

yang cenderung untuk menemukan aktifitas akademi yang berarti dan bermanfaat,

serta berusaha untuk mendapatkan manfaat yang diharapakan dari aktifitas-aktifitas

akademi tersebut. Pendapat lain menambahkan, bahwa motivasi belajar mempunyai

peranan yang khas dalam meningkatkan gairah, merasa senang, semangat untuk

belajar, dan berfungsi sebagai pendorong usaha dalam mencapai prestasi (Sprinthall

& Sprinthall, 1990). Namun demikian dalam masyarakat kita makna belajar tereduksi

menjadi hanya berupa aktifitas di dalam kelas, harus ada buku, guru, dan siswa serta

target-target yang harus dikuasai. Dengan pemahaman ini, maka kata belajar menjadi

sangat membosankan yang dimunculkan bukan motivasi internal, tetapi motivasi

eksternal (Republika, tanggal 15 Januari 2005).

Anak yang memiliki motivasi belajar tinggi akan mempunyai banyak energi

untuk melakukan kegiatan belajar (Sprinthall & Sprinthall 1990). Anak dengan

motivasi belajar tinggi memiliki ciri-ciri seperti tekun menghadapi tugas, ulet

menghadapi kesulitan, menunjukkan minat terhadap bermacam-macam masalah, lebih

senang bekerja mandiri, cepat bosan pada tugas-tugas yang rutin, senang mencari dan

memecahkan soal-soal.

Perbedaan motivasi belajar pada setiap anak dapat dipengaruhi oleh banyak

faktor, salah satunya adalah komunikasi dalam keluarga. Penelitian pertama yang

dilakukan oleh Henderson (dalam Wlodkowski dan Jaynes 2004), menunjukkan

bahwa mulai dari pelajar tingkat dasar hingga perguruan tinggi mendapatkan banyak

keuntungan dari keluarga yang menekankan dan mendorong kegiatan belajar

disekolah. Upaya untuk membangun motivasi belajar anak memiliki pengaruh yang

mendalam pada setiap tingkat perkembangan anak, yang tetap bertahan hingga

perguruan tinggi dan kehidupan setelahnya. Penelitian kedua yang dilakukan oleh

Bloom (dalam Wlodkowski dan Jaynes 2004) terhadap sejumlah professional muda

(usia 28 tahun sampai 35 tahun) yang berhasil dalam kariernya seperti ahli

matematika, neurology, pianis menunjukkan ciri-ciri yang sama yaitu adanya

keterlibatan dan dorongan orang tua mereka dalam belajar. Salah satu dorongan yang

mempengaruhi yaitu melalui komunikasi yang mendalam.

Olson (1992), membedakan komunikasi dalam lima taraf, yaitu taraf basa basi,

membicarakan orang lain, menyatakan gagasan dan pendapat, mengungkapkan isi hati

Page 4: HUBUNGAN ANTARA INTENSITAS KOMUNIKASI ORANG TUA ...

atau perasaan dan komunikasi puncak. Intensitas komunikasi yang dalam dapat

tercapai apabila taraf komunikasi telah mencapai komunikasi puncak, yang ditandai

dengan kejujuran, keterbukaan, pengertian dan saling percaya yang mutlak diantara

kedua belah pihak dan tidak ada lagi ganjalan-ganjalan seperti rasa takut, rasa

khawatir, karena kepercayaan itu disia-siakan dan dukungan. Adapun intensitas

komunikasi yang dangkal, berada pada taraf basa basi. yaitu komunikasi yang terjadi

dalam waktu yang sangat singkat, dalam hitungan menit. Pada taraf ini komunikasi

tidak terjadi dalam arti yang sebenarnya, sebab setiap pihak tidak membuka diri untuk

lebih jauh membicarakan sesuatu.

Berbeda dengan intensitas komunikasi yang dangkal dalam keluarga, di mana

komunikasi itu tidak disertai dengan kejujuran, keterbukaan, percaya, tidak

memberikan dukungan dan hanya sekedar saling bertukar informasi, tidak saling

membuka diri antara orang tua dan anak. Hal ini menyebabkan anak kurang dapat

bertanggung jawab terhadap tugas yang harus dikerjakannya, kurang bekerja keras,

tidak menyukai umpan balik, dan tidak tertantang untuk menyelesaikan tugas secepat

mungkin, serta kurang mampu menetapkan tujuan realistik yang sesuai dengan

kemampuannya. Hal ini sesuai dengan pendapat Sudono (2000), yang mengemukakan

bahwa untuk memotivasi anak agar gairah belajarnya meningkat ialah dengan

mengakui kebutuhan sosial mereka dan membuat mereka merasa berguna. Hal ini

dapat terwujud jika orang tua mampu membina hubungan yang baik melalui

komunikasi yang intensif dan diwarnai suasana santai dengan saling berbagi, saling

mendengarkan dan mengungkapkan isi hati. Sebaliknya jika orang tua tidak mampu

mempertahankan kesinambungan komunikasi yang intensif dengan anak, maka

motivasi belajarpun dapat terhambat. Komunikasi merupakan hal yang dilakukan oleh

setiap orang dalam kehidupan, terkadang dianggap sederhana, namun untuk mencapai

tujuan komunikasi yang efektif tidak semudah yang kita bayangkan.

Berdasarkan penjelasan diatas, maka penulis tertarik untuk menguji secara

empiris apakah ada hubungan antara intensitas komunikasi orang tua dan anak dengan

motivasi belajar anak.

2. TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Motivasi Belajar

Menurut Hillgard & Russel dalam Soemanto (1998), motivasi dapat

diartikan sebagai proses perubahan tenaga dalam diri seseorang, yang ditandai

oleh dorongan efektif dan reaksi-reaksi mencapai tujuan. Sedangkan menurut

Page 5: HUBUNGAN ANTARA INTENSITAS KOMUNIKASI ORANG TUA ...

Woodworth & Marquis dalam Abror (1993), mengatakan bahwa motivasi adalah

satu set motif atau kesiapan yang menjadikan individu cenderung melakukan

kegiatan-kegiatan tertentu dan untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu.

Menurut kebanyakan definisi, motivasi mengandung tiga komponen pokok,

yaitu menggerakkan, yang berarti menimbulkan kekuatan pada individu,

mengarahkan, yang berarti menyalurkan tingkah laku terhadap sesuatu, menopang

tingkah laku manusia, yakni lingkungan sekitar harus menguatkan (Reinforce)

intensitas, dan arah dorongan-dorongan dan kekuatan-kekuatan individu

(Purwanto, 2003).

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa motivasi adalah dorongan-

dorongan dari dalam diri seseorang, yang menjadikan individu cenderung

melakukan kegiatan-kegitan tertentu dan untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu

pula.

Menurut Brophy (dalam Woolfolk, 2004) motivasi belajar adalah suatu

kecenderungan siswa untuk melakukan kegiatan akademi yang berarti dan

berguna, untuk meraih hasil yang baik dari kegiatan tersebut.

Menurut Winkle (dalam Abror 1993), motivasi belajar adalah keseluruhan

daya penggerak psikis di dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar

dan memberikan arah pada kegitan belajar itu demi mencapai suatu tujuan.

Menurut Wlodkowski & Jaynes (2004), bahwa motivasi belajar merupakan

suatu proses internal yang ada dalam diri seseorang yang memberikan gairah atau

semangat dalam belajar, mengandung usaha untuk mencapai tujuan belajar,

dimana terdapat pemahaman dan pengembangan belajar.

Dari uraian diatas, yang dimaksud dengan motivasi belajar dari penelitian

ini adalah keseluruhan daya penggerak psikis dalam diri siswa yang menimbulkan

kegiatan belajar dan memberikan arah pada kegiatan belajar, sehingga anak tidak

hanya belajar namun juga menghargai dan menikmati belajarnya.

B. Jenis - Jenis Motivasi

Sprinthall & Sprinthall (1990), menggolongkan motivasi ke dalam dua

bagian :

a. Motivasi Intrinsik

Motivasi intrinsik adalah motif-motif yang menjadi aktif atau berfungsinya

tidak perlu dirangsang dari luar, karena berasal dari dalam diri siswa sendiri

yang dapat mendorongnya melakukan tindakan belajar, yang termasuk dalam

Page 6: HUBUNGAN ANTARA INTENSITAS KOMUNIKASI ORANG TUA ...

motivasi intrinsik siswa adalah perasaan menyenangi materi, dan

kebutuhannya terhadap materi tersebut. Misalnya, untuk kehidupan masa

depan siswa yang bersangkutan.

b. Motivasi ekstrinsik

Motivasi ekstrinsik adalah hal dan keadaan yang datang dari luar diri siswa

yang juga mendorongnya untuk melakukan kegiatan belajar, seperti pujian

dan hadiah, peraturan atau tata tertib sekolah, suri tauladan orang tua, guru,

dan seterusnya. Merupakan contoh konkret motivasi ekstrinsik yang dapat

menolong siswa dalam belajar. Namun demikian Sprinthall & Sprinthall

(1990), menyimpulkan bahwa dalam proses interaksi belajar-mengajar, baik

motivasi intrinsik maupun motivasi ekstrinsik diperlukan untuk mendorong

anak agar tekun belajar.

C. Aspek-Aspek Motivasi Belajar

Worrel dan Stillwel (dalam Harliana 1998), mengemukakan beberapa aspek-

aspek yang membedakan motivasi belajar tinggi dan rendah, yaitu :

a. Tanggung jawab

b. Tekun terhadap tugas, berkonsentrasi untuk menyelesaikan tugas dan tidak

mudah menyerah

c. Memiliki sejumlah usaha, bekerja keras dan menghabiskan waktu untuk

kegiatan belajar

d. Memperhatikan umpan balik

e. Waktu penyelesaian tugas

f. Menetapkan tujuan yang realistis

Menurut Sardiman (2004) menerangkan bahwa motivasi yang ada pada diri

setiap orang memiliki ciri-ciri atau karakteristik sebagai berikut :

a. Tekun menghadapi tugas (dapat bekerja terus-menerus dalam waktu yang

lama, tidak pernah berhenti sebelum selesai).

b. Ulet menghadapi kesulitan (ulet dalam memecahkan berbagai masalah dan

hambatan, tidak lekas putus asa).

c. Tidak memerlukan dorongan dari luar untuk berprestasi sebaik mungkin (tidak

cepat puas dengan prestasi yang telah dicapainya).

d. Menunjukkan minat terhadap bermacam-macam masalah “untuk orang

dewasa” (peka dan responsif terhadap berbagai masalah umum, misalnya

masalah pembangunan, agama, politik, ekonomi, keadilan, pemberantasan

Page 7: HUBUNGAN ANTARA INTENSITAS KOMUNIKASI ORANG TUA ...

korupsi, penentangan terhadap setiap tindak kriminal, amoral, dan

sebagainya).

e. Lebih senang bekerja mandiri.

f. Cepat bosan pada tugas-tugas yang rutin (hal-hal yang bersifat mekanis,

berulang-ulang begitu saja, sehingga kurang kreatif).

g. Dapat mempertahankan pendapat (kalau sudah yakin akan sesuatu dan

dipandangnya cukup rasional).

h. Tidak mudah melepaskan hal yang diyakini itu.

i. Senang mencari dan memecahkan masalah soal-soal.

D. Faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi belajar

Menurut Dimyati & Mudjiono (1999), terdapat beberapa unsur yang

mempengaruhi motivasi belajar siswa, antara lain:

a. Cita-cita atau aspirasi siwa.

b. Kemampuan siswa

c. Unsur-unsur dinamis dalam belajar dan pembelajaran

Menurut Wlodkowski & Jaynes (2004), motivasi belajar dipengaruhi

beberapa faktor, antara lain :

a. Budaya

b. Keluarga

c. Sekolah

E.Pengertian Intensitas Komunikasi Orang Tua dan Anak

Menurut Susanto (dalam Prabowo, 1997). Komunikasi mengandung

pengertian memberitahukan dan menyebarkan, untuk menggugah partisipasi

orang lain, agar hal-hal yang diberitahukan itu menjadi milik bersama

(Commoness)

Menurut Berelson & Steiner (dalam Effendy, 2002). Komunikasi adalah

proses yang disampaikan, bukan hanya sekedar informasi, tetapi juga gagasan,

emosi, dan keterampilan.

Menurut Miller (dalam Effendy 2002), memperluas pengertian komunikasi

dengan tujuan perubahan perilaku, ini berarti bahwa komunikasi menurutnya

bukan hanya sekedar upaya memberitahu, tetapi juga upaya mempengaruhi agar

seseorang atau sejumhlah orang melakukan kegiatan atau tindakan tertentu.

Dari uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa komunikasi merupakan proses

penyampaian informasi dari individu ke individu lain, dengan tujuan perubahan

Page 8: HUBUNGAN ANTARA INTENSITAS KOMUNIKASI ORANG TUA ...

perilaku dan mempengaruhi orang lain agar melakukan kegiatan atau tindakan

tertentu.

Menurut Chaplin (2000), Intensitas yaitu kedalaman atau reaksi emosional

dan kekuatan yang mendukung suatu pendapat atau sikap. keluarga lainnya

Menurut Gunarsa (2004), bahwa intensitas komunikasi dapat diukur dari

apa-apa dan siapa yang saling dibicarakan, pikiran, perasaan, objek tertentu, orang

lain atau dirinya sendiri. Ditambahkannya lagi, bahwa intensitas komunikasi yang

mendalam ditandai oleh kejujuran, keterbukaan, dan saling percaya, sehingga

menimbulkan respon dalam bentuk perilaku atau tindakan.

Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa intensitas komunikasi orang

tua dan anak adalah tingkat kedalaman dalam penyampaian pesan dari orang tua

kepada anak, atau dari anak kepada orang tua yang dikuti oleh kejujuran,

kepercayaan, keterbukaan, penerimaan, dukungan sehingga menimbulkan respon

dalam bentuk perilaku.

E. Aspek-Aspek Komunikasi Interpersonal Dalam Keluarga

Olson (1992), berpendapat bahwa komunikasi interpersonal dalam keluarga

mengandung beberapa aspek keterampilan yaitu :

a. Aspek keterampilan mendengar atau listening skills, yaitu meliputi

kemampuan berempati dan mendengar dengan penuh perhatian

b. Aspek keterampilan berbicara atau speaking skills, yaitu meliputi berbicara

untuk diri sendiri dan tidak untuk berbicara untuk orang lain

c. Keterbukaan diri atau self disclosure

d. Aspek kejelasan atau Clarity

e. Aspek kontinuitas atau continuity tracking, yaitu kemampuan seseorang untuk

tetap bertahan dalam suatu topik pembicaraan

f. Aspek respek atau respect

g. Aspek hormat atau regard

Olson (1992), membedakan komunikasi dalam lima taraf, yaitu taraf basa

basi, membicarakan orang lain, menyatakan gagasan dan pendapat,

mengungkapkan isi hati atau perasaan dan komunikasi puncak. Sedangkan

intensitas komunikasi yang mendalam berada pada taraf komunikasi puncak

F. Faktor-Faktor yang mempengaruhi intensitas komunikasi dalam keluarga

Page 9: HUBUNGAN ANTARA INTENSITAS KOMUNIKASI ORANG TUA ...

Menurut Djamarah (2004), ada beberapa faktor yang mempengaruhi

intensitas komunikasi dalam keluarga

a. Citra diri dan citra orang lain

b. Suasana Psikologis

c. Lingkungan Fisik

d. Kepemimpinan

e. Bahasa

f. Perbedaan Usia

3. METODE PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan metode pendekatan kuantitatif. Pendekatan

kuantitatif melakukan penelitian dengan cara menyebar angket atau kuesioner

kepada subjek yang dituju.

Dalam penelitian ini menggunakan skala intensitas komunikasi orangtua-

anak dan skala motivasi belajar.

Subjek dalam penelitian ini adalah anak sekolah dasar, dengan jenis kelamin

26 anak laki-laki dan 34 anak perempuan berusia 11-13 tahun, kelas 6 SD Negeri

Kalimulya 1.

4. HASIL PENELITIAN

a. Uji Normalitas

Dari hasil uji normalitas menggunakan Kolmogorov Smirnov pada skala

intensitas komunikasi orang tua dan anak diperoleh signifikansi = 0,200 (P>0,05),

hal ini menunjukkan bahwa distribusi skor intensitas komunikasi pada subjek

penelitian adalah normal. Sedangkan hasil uji normalitas pada skala motivasi

belajar diperoleh signifikansi = 0,200 (P>0,05), hal ini menunjukkan bahwa

distribusi skor motivasi belajar pada subjek penelitian adalah normal.

b. Uji Linearitas

Hasil uji linearitas pada intensitas komunikasi orang tua dan anak dengan

motivasi belajar anak menunjukkan hasil yang linear dengan nilai F = 8,858, dan

nilai signifikansinya sebesar 0,004 (P<0,05). Dengan demikian dapat dikatakan

ada hubungan yang linier antara intensitas komunikasi orang tua dan anak dengan

motivasi belajar anak.

Page 10: HUBUNGAN ANTARA INTENSITAS KOMUNIKASI ORANG TUA ...

4. Hasil Analisis Data

Dari hasil analisis data yang dilakukan dengan menggunakan teknik korelasi

Product Moment dari Pearson (1-tailed), diketahui bahwa koefisien korelasi yang

diperoleh r = 0,364 dengan taraf signifikansi sebesar 0,002 (P<0,05 ). Hasil

tersebut menunjukan ada hubungan positif yang signifikan antara intensitas

komunikasi orang tua dan anak dengan motivasi belajar anak. Dengan demikian

hipotesis yang berbunyi bahwa terdapat hubungan positif antara intensitas

komunikasi orang tua dan anak dengan motivasi belajar anak diterima.

Berdasarkan hasil analisis data, terdapat hubungan positif yang signifikan

antara intensitas komunikasi orang tua dan anak dengan motivasi belajar anak.

Hal ini berarti jika seorang siswa/siswi memiliki intensitas komunikasi antara

orang tua dan anak, maka akan menghasilkan motivasi belajar yang tinggi.

Sebaliknya jika seorang siswa/siswi kurang memiliki intensitas komunikasi antara

orang tua dan anak maka akan menghasilkan motivasi belajar yang rendah.

Hasil penelitian ini sejalan dengan pendapat dari Wlodkowski & Jaynes

(2004), yang mengatakan bahwa suasana hubungan yang harmonis dan

komunikasi yang mendalam diantara keluarga acapkali menjadi sumber yang

mempengaruhi motivasi belajar dan dorongan berprestasi pada anak. Bahkan dari

sini anak tidak hanya dapat belajar, namun juga menghargai dan menikmati arti

belajar. Sementara itu Sudono (2000), mengemukakan bahwa untuk memotivasi

anak agar gairah belajarnya meningkat ialah dengan mengakui kebutuhan sosial

mereka dan membuat mereka merasa berguna. Hal ini dapat terwujud jika orang

tua mampu membina hubungan yang baik melalui komunikasi yang intensif dan

diwarnai suasana santai dengan saling berbagi, saling mendengarkan dan

mengungkapkan isi hati.

Dari hasil penelitian ini juga diketahui perbandingan mean empirik dan mean

hipotetik variabel intensitas komunikasi dan variabel motivasi belajar yang dapat

dilihat pada tabel 6 dibawah ini.

Tabel 6

Mean Empirik dan Mean Hipotetik

Skala Mean Empirik Mean Hipotetik Standar Deviasi

Intensitas Komunikasi 113,05 92,5 18,5

Motivasi Belajar 127,15 92,5 18,5

Page 11: HUBUNGAN ANTARA INTENSITAS KOMUNIKASI ORANG TUA ...

Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa pada variabel intensitas

komunikasi, mean empirik sebesar 113,05 yang lebih tinggi dari mean hipotetik +

1 SD (92,5+18,5), hal ini menunjukkan bahwa subjek dalam penelitian ini

memiliki intensitas komunikasi yang mendalam dengan orang tua mereka.

Hal ini kemungkinan karena adanya hubungan komunikasi mengenai

pendidikan di rumah yang dilakukan oleh orang tua dan pendidikan di sekolah

yang dilakukan oleh pendidik, yaitu dengan adanya buku penghubung yang

berupa laporan harian dimana buku penghubung tersebut berisi laporan dan

informasi tentang kegiatan harian, kemajuan perkembangan motorik, kreatifitas

siswa, perilaku, tanggung jawab dan lain sebagainya. Hal tersebut diatas menjadi

pekerjaan rumah bagi orang tua dan dapat lebih memperhatikan kebutuhan

psikologis buah hati mereka yang diwujudkan melalui komunikasi yang intensif

antara orang tua dan anak.

Faktor lain yang kemungkinan mempengaruhi intensitas komunikasi orang tua

dan anak karena adanya PTA (ParentsTeachers Assosiation) adalah suatu wadah

dimana semua pendidik berkumpul, pendidik disini dimaksudkan yaitu orang tua

dan guru. PTA berfungsi sebagai media komunikasi guru dan orang tua, selain itu

juga menjadikan tanggung jawab pendidikan bukan hanya kepada guru di sekolah

tetapi menjadi tanggung jawab orang tua pula di rumah. Selain dalam pendidikan,

PTA juga sangat berperan di lembaga tersebut seperti ikut pertisipasi dalam

kegiatan-kegiatan sekolah seperti peringatanhari besar islam, hari besar nasional,

fieldtrip dan kegiatan lain yang bersifat kemasyarakatan.

Adapun pada variabel motivasi belajar mean empirik sebesar 127,15 yang

lebih tinggi dari mean hipotetik + 1 SD (92,5+18,5). Hal ini menunujukkan bahwa

subjek penelitian memiliki motivasi belajar yang tinggi. Menurut Gunarsa (2004),

Untuk dapat belajar secara sungguh-sungguh seseorang harus mempunyai

motivasi belajar terlebih dahulu yang timbul karena keinginannya sendiri. Karena

dalam kegiatan belajar berlangsung, dan keberhasilannya bukan hanya ditentukan

oleh aspek inteligensi saja, tetapi juga aspek psikologis lainnya salah satunya yaitu

motivasi belajar.

Faktor lain yang kemungkinan mempengaruhi tingginya motivasi belajar

adalah adanya syarat kelulusan untuk kelas VI pada Tahun Ajaran 2006/2007

adalah > 5,01 dengan nilai rata-rata > 6,0 untuk 5 mata pelajara UAN yaitu

Page 12: HUBUNGAN ANTARA INTENSITAS KOMUNIKASI ORANG TUA ...

matematika, bahasa Indonesia, IPA, IPS, PPKn. Sementara untuk kelas II,

III,V,dan VI menggunakan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) sedangkan

untuk kelas I dan IV menggunakan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan

(KTSP), pada setiap mata pelajaran terdapat nilai minimum untuk ulangan harian

maupun ujian semester. Nilai minimum tersebut berbeda tiap mata pelajaran.

Apabila siswa belum mencapai nilai minimum tersebut, maka diharuskan

mengikuti remidial atau pengulangan dari guru mata pelajaran yang bersangkutan

sampai mencapai nilai minimum tersebut. Adanya syarat kelulusan yang tinggi

kemungkinan bisa menjadi motivasi ekstrinsik bagi siswa.

Faktor lain yang mempengaruhi tingginya motivasi belajar siswa

kemungkinan adalah karena siswa SD Negeri Kalimulya I merupakan siswa

pilihan dan telah melalui proses seleksi ketika mendaftar pada SD Negeri

Kalimulya I.

4. SARAN

Berdasarkan hasil penelitian, maka peneliti dapat memberikan saran-saran

sebagai berikut:

1. Untuk menciptakan intensitas komunikasi yang mendalam, orang tua dapat

memperhatikan aspek-aspek intensitas komunikasi seperti keterbukaan,

pengertian, kejujuran, kepercayaan serta dukungan untuk menciptakan

intensitas komunikasi yang mendalam antara orang tua dan anak sehingga

selalu tercipta hubungan harmonis antara keduanya.

2. Dari hasil penelitian diketahui bahwa terdapat factor-faktor lain yang

menentukan motivasi belajar. Dengan demikian dinilai perlu untuk

disarankan kepada peneliti lain untuk meneliti faktor-faktor lain yang

mempengaruhi motivasi belajar diluar faktor intensitas komunikasi, seperti

faktor sekolah, budaya, dan juga individu itu sendiri.

3. Untuk penelitian selanjutnya, penulis menyarankan untuk mencoba meneliti

sekolah yang umum atau bukan kategori sekolah unggulan.

5. DAFTAR PUSTAKA Abror,R. 1993. Psikologi Pendidikan. Yogyakarta: PT. Tiara Wacana Berk, L.E. 2005. Developmental Psychology : Infants, children and adolescents. 5th

ed. USA: Pearson Education

Page 13: HUBUNGAN ANTARA INTENSITAS KOMUNIKASI ORANG TUA ...

Chaplin, C.P. 2000. Kamus Lengkap Psikologi. Alih Bahasa : Kartini Kartono. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada

Dimyati dan Mudjiono. 1999. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta Djamarah, S.B. 2004. Pola Komunikasi Orang tua dan Anak Dalam Keluarga :

sebuah Perspektif Pendidikan Islam. Cet. I. Jakarta: Rineka Cipta Effendy, O.U. 2002. Hubungan Masyarakat; suatu Studi Komunikologis cet. 6,

Bandung: Remaja Rosda Karya Gunarsa, S.D dan Gunarsa, Y.S.D. 2004. Psikologi Praktis Anak, Remaja dan

Keluarga, Cet. 7 Jakarta: PT. BPK Gunung Mulia Olson, D.H (ed). (1992). Familiy Inventories (Manual) : Family Social Science USA:

University Of Minnessota Prabowo, H. 1997. Psikologi Pendidikan. Depok : Universitas Gunadarma. Sardiman, A.M. 2004. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar Ed.1, Cet.II. Jakarta:

Raja Grafindo Persada Soemanto, W. 1998. Psikologi Pendidikan : Landasan Kerja Pemimpin Pendidikan

cet. 4. Jakarta: Rineka Cipta Sprinthall, N.A, Sprinthall, R.C, 1990, Educational Psychology : A Developmental

approach ed.5. New York: Mc. Grawhill. Sudono. 2000. Keluarga Kunci Sukses Anak, cet.I. Jakarta: Kompas Tubbs, S.L dan Moss, S. 2001. Human Communication ; prinsip-prinsip dasar. Alih

Bahasa Dedy Mulyana. Bandung: Remaja Rosda Karya Wlodkowski, RJ & Jaynes, J.H. 2004. Motivasi Belajar cet. I. Depok: Cerdas Pustaka Woolfolk, A.E, 2004, Educational Psychology 9th ed. United State of America: Mc.

Grawhill Yusuf. S. 2004. Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Cetakan ke-4.Bandung:

PT. Remaja Rosda Karya