KOMUNIKASI ANTARPRIBADI ANTARA ORANG TUA TERHADAP ANAK PENDERITA ADHD (Attention Deficit Hyperactifity Disorder) Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S.Sos) Oleh: Lolo Monica Safitri 1111051000072 JURUSAN KOMUNIKASI PENYIARAN ISLAM FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1439 H / 2018 M
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
KOMUNIKASI ANTARPRIBADI ANTARA ORANG TUA TERHADAP ANAK PENDERITA ADHD (Attention Deficit Hyperactifity Disorder)
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)
Oleh:
Lolo Monica Safitri
1111051000072
JURUSAN KOMUNIKASI PENYIARAN ISLAM
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1439 H / 2018 M
i
ii
iii
iv
ABSTRAK
Lolo Monica Safitri
Komunikasi Antarpribadi Antara Orangtua Terhadap Anak Penderita ADHD (Attention Deficit Hyperactifity Disorder)
Komunikasi dalam perkembangannya menjadi sesuatu yang sangat penting di kehidupan sehari-hari. Agar tercipta hubungan yang baik maka komunikator sebagai penyampai pesan harus menyampaikan maksud dengan baik pula, yang kemudian dapat diterima, dimengerti, dan selanjutnya ditanggapi oleh komunikan. Dalam proses komunikasi tidak terlepas dari hambatan-hambatan komunikasi yang sering mengakibatkan komunikasi tidak berhasil. Namun komunikasi belum terlihat efektif jika terdapat beberapa hambatan di dalamnya, seperti hambatan psikologis yang diderita anak penderita ADHD (Attention Deficit Hyperactifity Disorder).
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui komunikasi antar pribadi yang efektif antara orangtua dan anak penderita ADHD(Attention Deficit Hyperactifity Disorder) serta bentuk komunikasi apa yang digunakan dalam berkomunikasi dikegiatan sehari-hari anak penderita ADHD.
Metode penelitian yang digunakan oleh peneliti adalah metode penelitian deskriptif kualitatif dengan melakukan pengamatan langsung atau observasi, wawancara dan dokumentasi, informan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu empat orang tua yang anaknya mengidap ADHD (Attention Deficit Hyperactifity Disorder). Penelitian ini dilakukan selama kurang lebih tiga bulan yaitu pada tanggal 3 April 2018 sampai tanggal 13 Juni 2018.
Hasil penelitian yang didapat menunjukkan bahwa komunikasi antara orang tua dan anak yang menderita ADHD sudah cukup efektif, dikarenakan dari upaya-upaya yang telah dilakukan orang tua dalam mengajak anak berkomunikasi sesuai dengan poin-poin teori yang sudah dipaparkan dalam teori FIRO yang dikebangkan oleh Schuax. Namun dalam realita terdapat beberapa kendala yang dialami orang tua dalam membangun komunikasi dengan anak penderita ADHD. Bentuk komunikasi yang digunakan dalam penelitian ini ialah, komunikasi interpersonal. Dengan komunikasi interpersonal kedua pihak mampu mengkomunikasikan secara jelas apa yang ingin disampaikan, memiliki kesamaan pikiran dan tujuan. Keadaan ini ditandai oleh adanya kepercayaan dan keterbukaan, ditambah jika komunikasi antarpribadi sambil diimbangi dengan poin-poin dalam teori FIRO yakni inklusi (mempertahankan komunikasi), kontrol, dan afeksi (kasih sayang) yang dilakukan orang tua kepada anak penderita ADHD.
Kata kunci: Komunikasi, Komunikasi Antarpribadi, Komunikasi orangtua dan Anak ADHD
v
KATA PENGANTAR
Bismillahahirrahmaanirrahiim
Alhamdulillahwassyukru lillaah atas limpahan rahmat,
nikmat dan hidayah-Nya sehingga penyusunan skripsi yang
berjudul “Komunikasi Antarpribadi Antara Orangtua Terhadap
Anak Penderita ADHD (Attention Deficit Hyperactifity
Disorder)” dapat terselesaikan dengan baik. Shalawat serta salam
kepada Baginda besar Nabi Muhammad SAW, atas segala
perjuangan menuntun umat-Nya ke jalan yang di Ridhai Allah
SWT.
Proses penulisan skripsi ini penulis sadari banyak
mengalami kesulitan. Namun berkat bantuan, bimbingan,
kerjasama dari berbagai pihak dan berkat kekuatan yang Allah
SWT berikankepada penulis makakesulitan-kesulitan yang
dihadapi tersebut dapat teratasi. Untuk itu,penulis ingin
menyampaikan rasa terima kasih kepada:
vi
1. Bapak Dr. Arief Subhan, MA. selaku Dekan Fakultas
Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta.
2. Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Komunikasi UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta, Dr. H. Arief Subhan, M.A.
Wakil Dekan I Bidang Akademik, Dr. Suparto, M. Ed,
Ph.D. Wakil Dekan II Bidang Administrasi Umum, DR.
HJ. Roudhonah, MA serta Wakil Dekan III Bidang
Kemahasiswaan, H. Sunandar, M.A.
3. Ketua jurusan Komunikasi Penyiaran Islam Drs. Masran
dan Sekertaris jurusan Komunikasi Penyiaran Islam Drs.
Fita Faturohmah, yang telah bersedia meluangkan
waktunya untuk sekedar berkonsultasi dan meminta
bantuan dalam perkuliahan.
4. Dr. Yopi Kusmiati, M.Si selaku Dosen Pembimbing.
Terima kasih banyak ibu telah memberikan bimbingan
dan arahan dalam penyusunan skripsi ini.
5. Drs. Jumroni,M.si dan Dr.H. Sunandar, MA selaku
penguji. Terimakasih atas saran dan masukannya.
vii
6. Segenap dosen Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam
dan seluruh Civitas Akademik yang telah memberi
wawasan keilmuan dan membimbing penulis selama
mengikuti perkuliahan di UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta.
7. Pimpinan dan staf Perpustakaan Utama dan Perpustakaan
Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
8. Ayahanda Subur Tarmono dan Ibunda Maemunah
tercinta. Keberhasilanku menyelesaikan skripsi ini adalah
bukti nyata bahwa satu lagi doa mama papa yang
dikabulkan oleh Allah untuk kesuksesan anakmu. Terima
kasih yang tak terhingga atas segala dukungan, doa dan
kasih sayangnya.
9. Ibu Utami, Ibu Yeni, Ibu Usy, dan Bapak Maspuri selaku
informan. Terimakasih atas waktu, keramahannya
menerima penulis. Semoga setiap kebaikan menjadi amal
jariyah yang dicatat oleh Allah SWT. aamiin.
10. Untuk Adik ku Firda Afifah Kamilah dan sepupu terbaik
ku Devi Imelda serta Petrik Priangga, Indah dan Eka Putri
viii
yang selalu support serta Gendut si kucing pemalas yang
ikut mewarnai kehidupan penulis di rumah.
11. Untuk Andika Febriana, S.sos dan Arianne Sarah, S.sos
yang telah menemani dan memberi dukungan penuh pada
penulis. Terimakasih sudah membantu dan berjuang
bersama. Sukses selalu. Aamiin
12. Untuk teman-teman seperjuangan di Komunikasi dan
Penyiaran Islam Islam 2011, khususnya untuk KPIC
2011, juga kepada kakak serta adik kelas semua yang
telah banyak memberikan masukan kepada penulis.
Terima kasih banyak semuanya. Sukses selalu. aamiin.
13. Untuk teman-teman seperjuangan di KMLA Garuda
FIDKOM juga kepada senior serta adik angkatan semua
yang telah banyak memberikan masukan kepada penulis.
Terima kasih banyak semuanya. Sukses selalu. aamiin.
14. Serta semua pihak yang telah membantu yang tidak dapat
penulis sebutkan satu persatu namun tidak mengurangi
rasa terima kasih penulis.
Akhir kata, dengan segala kerendahan hati penulis
menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih terdapat banyak
ix
kekurangan dan jauh dari kesempurnaan. Hal ini disebabkan oleh
keterbatasan penulis yang masih perlu mengisi diri dengan ilmu
pengetahuan. Untuk itu, kritik dan saran yang bersifat
membangun penulis harapkan demi kesempurnaan skripsi ini.
Jakarta, 28 Juni 2018
Penulis
Lolo Monica Safitri
x
DAFTAR ISI
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING.......................... i
antara orang tua terhadap anak penderita ADHD, yakni
dengan:
a. Meluangkan waktu untuk berkomunikasi dengan
anak.
Beberapa upaya dan usaha telah dilakukan orang tua
dirumah, seperti yang dilakukan oleh orang tua F. Orang tua
F mengupayakan dengan banyak meluangkan waktu untuk
mengajak F berbicara mengenai kegiatan sekolah F sehari-
harinya. Dikarenakan kedua orang tua F yang sibuk bekerja
122
dan kegiatan F yang full day disekolah saat ini. Untuk
perkembangan F sendiri, sejauh ini F sudah berkembang
jauh lebih baik, sudah mulai mengerti dan memahami
sesuatu yang tak boleh dilakukan.
Melalui waktu untuk berkomunikasi yang
diluangkan kedua orang tua F membuahkan hasil, dengan
perkembangan F yang sudah lancar berbicara walaupun
artikulasi nya belum terlalu jelas, berbeda dengan sekitar
satu atau dua tahun lalu saat F masih belum jelas sama sekali
dalam berbicara.
Hal ini sebagaimana ungkapan dari orang tua F, ibu NURA
“ saat ini kami lebih meluangkan waktu untuk berkomunikasi penuh dengan F, karena F sedang aktif-aktifnya berbicara dan rasa ingin tahunya selalu muncul. Seperti bertanya tentang dia disekolah, sama temen-temen juga guru-gurunya, anaknya juga kan suka ngomong tapi artikulasinya gak jelas, jadi sekalian dibetulin kalo kita ajak ngomong”1
Berdasarkan hasil pengamatan penulis, dikarenakan
orang tua F sering meluangkan waktu untuk berbicara
dengan F dimulai dari hal-hal kecil, terlihat hubungan orang
1 Wawancara Pribadi dengan ibu NURA (Tangerang: 1 April 2018)
122
tua dan anak terlihat lebih erat dan dekat. Seperti
spontanitasnya F bercerita dan berbicara tentang harinya,
setelah melihat orang tuanya pulang dari kantor.
Seperti yang dilakukan orang tua F, upaya ini pun
dilakukan oleh orang tua A. Upaya yang dilakukan orang tua
A, agar komunikasi lebih efektif yakni dengan selalu ada
disamping A. karena kondisi A sangat menyulitkan orang
tua A dalam berkomunikasi, dengan posisi A yang belum
mampu berbicara sama sekali. Namun tidak menyurutkan
usaha ibu A dalam mengenalkan sesuatu atau mengajaknya
berbicara.
Karena kondisi A yang sulit beraktifitas bebas,
biasanya A sehari-harinya hanya bermain atau berbaring di
depan televisi saja. Ketika waktu santai tersebut digunakan
ibu U untuk sekedar berbicara atau mebonton video
bersama.
Hal ini sebagaimana ungkapan orang tua A, ibu U
“ saya suka ajak dia ngomong, tapi kadang respon dia cuma senyum atau ngomong “heeh heeh”. Terkadang kita nonton aja video di youtube, ngasih
122
tau kalo ada juga yang kedaannya lebih parah dari dia. Kan ada yang gabisa tangan sama kakinya gak ada tapi masih bisa ngelakuin banyak hal, kalau dia kan masih sempurna tangan kaki cuma kaku aja”2
Sehari-harinya ibu U, selalu mengajarkan kata
“mama” agar A dapat berbicara walaupun perkata, karena
selama ini jika A menginginkan sesuatu hanya menunjuk
atau memberi isyarat saja, seperti jika A ingin minum, A
akan berusaha mengambil sendiri namun jika mengalami
kesulitan dia akan mengerang sambil menunjukkan tempat
minum, lalu ibu U akan berucap “mau minum?” yang
dijawab anggukan oleh A.
Sama halnya dengan yang dilakukan oleh orang tua
F dan orang tua A, orang tua G juga berupaya meluangkan
waktu dengan anaknya. Upaya membangun komunikasi
efektif orang tua G, yakni menyempatkan mengajak
mengobrol dengan G. dikarenakan kondisi orang tua G yang
sibuk bekerja, jadi G dapat berkumpul atau meluangkan
waktu bersama saat sore hari selepas mereka bekerja.
2 Wawancara Pribadi dengan Ibu U. (Tangerang: 2 Mei 2018).
122
Sehari-harinya G dititipkan di peinitipan anak, dimaksud
agar G tetap bisa berkomunikasi dengan teman sebayanya.
Sebagaimana yang diungkapkan oleh orang tua G, bapak M
“ kalo dirumah suka kita ajak ngomong kayak biasanya, ajak maen juga. Kalo sebelum tidur kita tuntun do’a-do’a, ya biar lancar aja ngomongnya. Karena awalnya dia speece delay”.3
Berdasarkan pengamatan peneliti, orang tua G
sering memberitahu apa yang boleh dan tidak boleh
dilakukan, seperti sambil menunggu diterapi orang tua G
menunjukkan game atau video sambil berbicara dengan
G, yang dengan kegiatan tersebut membuat G tenang
menumggu gilirannya.
Upaya yang dilakukan oleh orang tua F, orang tua
A dan orang tua G, juga dilakukan oleh orang tuanya H.
Upaya membangun komunikasi efektif yang dilakukan
orang tua H ialah, selalu meluangkan waktu untuk
mengajak H bicara, ketika H tidak mau berbicara jika
menginginkan sesuatu, orang tua H selalu memberi
3 Wawancara Pribadi dengan Bapak M, (Tangerang: 2 mei 2018)
122
kesempatan H untuk berbicara terlebih dahulu, namun
terkadang hal tersebut membuat H mengurungkan niatnya
menginginkan sesuatu. Untuk itu, orang tua H mulai
bicara pada H ketika H mempunyai gelagat atau tindakan
jika memerlukan bantu, tetapi tetap membiarkan H
berbicara sendiri.
Hal ini sebagaimana ungkapan dari orang tua H, ibu Y
“ Dia sulit sekali untuk bicara, kalau mau minta sesuatu cuma nunjuk aja, waktu itu misalnya mau minum, karena saya suka ngasih minum di botol Tupperware jadi dia cuma bawa botolnya ke kita, maksudnya minta tolong dibukain mau minum, tapi karna gak ada omongan kita suruh ngomong dulu, dia tetep gamau. Jadi ya gak jadi minum. Tapi lama-lama kita selalu Tanya dia mau apa, akhirnya dikit-dikit mau ngomong.”4
Lambat laun hal tersebut membuahkan hasil, yang
membuat H sedikit demi sedikit mulai berbicara dan
bertanya jika melihat sesuatu yang membuat dirinya
penasaran. Upaya yang dilakukan orang tua H juga
melatih kontak mata jika mengajak H berbicara, agar
4 Wawancara Pribadi dengan Ibu Y. (Tangerang: 4 Juni 2018).
122
lebih fokus jika ditanya dan menjawab pertanyaan, juga
melatih fokus H saat berbicara. Seperti hal nya ibu H
mengajari H mengenalkan huruf, walaupun H tidak fokus
namun tidak menyurutkan ibu H dalam menyebutkan
huruf tersebut, lambat laun tanpa disadari H hafal dengan
sendirinya.
b. Tidak menggunakan handphone.
Selain meluangkan waktu berkomunikasi dengan
anak-anaknya, upaya yang dilakukan selanjutnya yakni
dengan pembatasan menggunakan handphone juga
gadget. Hal sebagaimana dilakukan oleh orang tua F.
Agar lebih efektif dalam berkomunikasi, kedua
orang tua F sepakat tidak menggunakan handphone saat
berada dirumah, jadi lebih meluangkan waktu untuk
bercerita. Keputusan itu juga dibuat, karena F yang tidak
diperbolehkan bermain gadget, karena F sudah mengerti
jika bermain handphone akan membuat dirinya emosi.
“kalau dirumah kita gak menggunakan hanphone, dia juga tau dari ustadzahnya kalau sering main hp akan membuat kita emosi. Makanya saya kalau
122
dirumah tidak bisa buka-buka pesan, kalaupun ada WA hanya menengok sebentar. Kecuali jika F dan adiknya sudah tidur. Kalau adiknya bermain handphone dia tahu diri, dan akan menjauh. Kalau kita sibuk dengan handphone dia selalu bilang “jangan main hp, nanti emosi, nanti emosi”.5
Berdasarkan hasil pengamatan penulis, hal ini
ditandai dengan ucapan F yang selalu menegur orang-
orang di dalam rumah saat memegang handphone dengan
ucapan “ jangan main hp, jangan main hp, nanti emosi”,
pada saat itu dengan kondisi ayah F menerima telpon dan
menggunakannya di dalam kamar, namun dengan waktu
yang lama, karena yang ia tahu bahwa handphone dapat
membuat orang sulit mengendalikan emosi, maka dari itu
ia tidak menggunakan handphone karena ia sadar bahwa
dirinya sering merasa emosi.
Selain orang tua F, upaya ini juga dilakukian oleh
orang tua H, Untuk dirumah, H dibatasi dalam
menggunakan gadjet, karena dikhawatirkan dapat
mengalihkan fokus H nantinya, kecuali untuk
5 Wawancara Pribadi dengan Ibu NURA. (Tangerang: 1 april 2018).
122
pembelajaran mengenal huruf, angka atau kata, itupun
didampingi orang tua H.
Hal ini sebagaimana ungkapan orang tua H, ibu Y
“ Dirumah kita batasi main handphone, karena takutnya bisa mengalihkan fokusnya dia. Jadi kalau liat handphone berdua sama kakaknya, itupun saya beritahu kakaknya juga untuk melihat aplikasi yang baik saja. Dia bermain handphone saat makan diluar, karena kan suka tidak makan, jadi untuk menghilangkan bosa menunggu kita makan, ya kita kasih untuk bermain game.”6
Hal tersebut juga didasari pengamatan penulis, saat
H menunggu waktu terapi pada waktu istirahat, H tidak
terpengaruh dengan kakaknya yang bermain dengan
handphone. H lebih senang melihat video bersama kakaknya
sambil terus diingatkan oleh orang tuanya untuk menonton
vidoe yang baik. H lebih memilih bermain dengan mobil-
mobilannya di ruang tunggu, ketimbang terus bersama
kakaknya.
6 Wawancara Pribadi dengan ibu Y. (Tangerang: 4 Juni 2018)
122
c. Menemani bermain
Upaya selanjutnya yang dilakukan yakni dengan
mengajak mereka bermain, karena dengan bermain
spontanitas ucapan serta komunikasi dapat dibangun dan
dibentuk seiring berjalannya waktu.
Upaya ini dilakukan oleh orang tua F, setelah
pulang kerja, jika pulang lebih awal ibu F masih
meluangkan waktu untuk menemani F bersepeda di depan
rumah, karena F belum mempunyai keseimbangan dalam
bermain sepeda. Berjalanpun terkadang belum lurus.
Setelah magrib biasanya ibu F mengajarkan F mengaji
atau membaca serta melatih kontak mata F seperti orang-
orang pada umumnya yang jika berbicara dapat
memandang mata atau menatap lawan bicaranya.
Hal ini sebagaimana diungkapkan oleh orang tua F, ibu
NURA
“ kalau habis magrib biasnya kita bermain latihan kontak mata, atau merangkak yang bisa merangsang punggungnya dia, karena waktu bayi ada masa yang terlewat sama dia, makanya dia gak bisa jaga keseimbangan sekarang. Lalu kita juga
122
bermain tebak kata, kalau pulang kerja saya gak kesorean biasanya saya masih suka nemenin dia dan adiknya main sepeda keliling komplek”.7
Berdasarkan hasil pengamatan peneliti, ada beberapa
waktu orang tua F yang sering menemani F bermain di luar,
ketika ibu F pulang kerja lebih awal, namun biasanya cukup
ditemani bul’enya saja. Jika F tidak memakan coklat, maka
diperbolehkan main keluar, namun jika pada hari tersebut F
mengkonsumsi coklat maka tidak diizinkan keluar rumah.
Seperti pada waktu tersebut, peneliti menemani F dan
informan bermain setelah F mengkonsumsi coklat, pada
akhirnya F berperilaku sangat aktif dan mengarah
mencelakai orang lain, seperti melempar batu. Untuk itu ibu
F selalu mengingatkan, dan membuat kesepakatan kembali
jikalau suatu hari F mengkonsumsi coklat apa yang harus F
lakukan.
d. Mengajarkan etika komunikasi
Upaya selanjutnya yang dilakukan yakni dengan
mengajarkan etika komunikasi, karena pada dasarnya
anak kecil mudah sekali meniru perbuatan baik maupun
7 Wawancara Pribadi dengan ibu NURA (Tangerang: 1April 2018)
122
buruk, juga perkataan baik dan buruk. Untuk itu orang tua
F mengajarkan bagaimana seharusnya berkomunikasi
dengan orang lain, juga orang yang lebih dewasa
Orang tua F terkadang kesulitan dengan sikap
kritis yang dimiliki F, dikarenakan F sangat suka
membaca maka orang tua F harus mampu menjawab
setiap pertanyaan yang ingin diketahui F. namun
terkadang kekritisan F dalam berfikir membuat orang tua
F gelisah, jika F sudah dihadapkan dengan orang lain
yang berbeda tindakan seperti yang dilakukan F juga
keluarganya. Seperti misalnya jika magrib tiba, ia dan
ayahnya pergi ke masjid, dia akan menyuruh orang-orang
sepanjang jalan untuk shalat ke masjid. Atau saat ada
kajian di masjid, yang sudah memasuki waktu adzan ia
akan dengan kritis memotong pembicara jika sudah
melewati waktunya. Untuk itu orang tua F ekstra
mengingatkan F untuk hati-hati dalam bicara, walaupun
itu tindakan benar namun terkadang beberapa orang
menganggap sebelah mata dan berfikir F berani berbicara
karena diajarkan kedua orang tuanya.
122
Hal ini sebagaimana diungkapkan oleh orang tua F, ibu
NURA
“ kadang kita suka khawatir mbak, kalau F bermain di luar terkadang suka bicara semau dia. Makanya terus kita ingatkan berbicara yang sopan, berfikir dulu sebelum bicara, karena dapat menyakiti hati orang lain. Pernah suatu kali F mengikuti pengajian di masjid, namun ustad yang ceramah sudah melewati waktu adzan, F spontanitas memotong ustad dan berbicara “ustad sudah waktunya, sudah waktunya adzan” terkadang ya takut F dibilang gak sopan, atau kita disangka gak ngajarin”8
Berdasarkan pengamatan peneliti, orang tua F
selalu berupaya mengingatkan F untuk mengucapkan
kata-kata yang baik. Seperti pada saat itu peneliti datang
untuk mengetahui informasi dan kondisi F, namun F tidak
menyukai dan merasa malu jika kondisinya diketahui
orang lain, maka dari itu F mengungkapkan
ketidaksukaannya dengan berbicara “stop jangan disini,
jangan disini” sambil membanting pintu kamar. Lalu ibu
F langsung menasehati F, tidak lama ia datang meminta
8 Wawancara Pribadi dengan ibu NURA (Tangerang:1 April 2018)
122
maaf, yang pada akhirnya peneliti dapat bermain dengan
F keeseokan harinya.
Dari pemaparan diatas, dapat disimpulkan bahwa
orang tua harus mempunyai usaha ekstra untuk
membangun komunikasi-komunikasi kecil yang dapat
merangsang anak untuk berbicara atau mengutarakan apa
yang ingin diucapkan anak, terlebih untuk anak ADHD
sendiri mempunyai kendala dan hambatan untuk berbicara
dengan lancar dan baik. Ketika orang tua meluangkan
segala perhatiannya kepada anak, maka anak merasa
dihargai dengan begitu anak jadi lebih mudah didekati,
dan diberikan pembelajaran kearah yang positif dan baik,
dengan begitu orang tua dapat menyisipkan nila-nilai
penting tentang hidup juga keislaman yang dapat
mempengaruhi kehidupan anak di masa depan.
Dengan menyadari anak yang ingin
mempertahankan komunikasinya dengan orang tua,
menimbulkan keinginan untuk selalu berkomunikasi,
terlebih lagi jika orang tua cepat menanggapi hal yang
diinginkan oleh anak, dengan begitu proses komunikasi
122
akan lebih mudah dilakukan walaupun antara anak
penderita ADHD dan orang tua memiliki hambatan yang
cukup sulit dalam komunikasi sehari-hari.
Pemaparan diatas juga menjelaskan bahwa
komunikasi yang dibangun orang tua dan anak yang
menderita ADHD sudah cukup efektif, dikatakan cukup
efektif dikarenakan adanya kendala-kendala yang dialami
orang tua dalam mengajak anak berkomunikasi. Namun
para orang tua selalu berupaya untuk meningkatkan
komunikasi dengan anaknya, melalui interaksi kecil yang
berlanjut kedalam percakapan besar.
Seperti dalam teori FIRO, yang peneliti jabarkan
dalam bab dua bahwa untuk membangun hubungan yang
baik antara orang tua dan anak secara ideal dapat
dibangun melalui tiga hal, yaitu inklusi yang didasari
untuk mempertahankan komunikasi dalam keluarga,
kontrol yaitu dengan mengarahkan anak ke hal-hal yang
baik melalui kesepakatan yang dibuat bersama atau
kontrol secara pribadi dari orang tua yang tetap membuat
anak nyaman dengan keputusan tersebut, dan yang
122
terakhir yaitu afeksi yang merupakan kasih sayang, hal
yang sangat penting dalam hubungan keluarga yakni
dengan menyalurkan kasih dan sayang sesama anggota
keluarga, ketika anak merasa memiliki kasih sayang
penuh dengan orang tuanya, maka tanpa rasa sungkan
anak tersebut akan dekat dengan orang tuanya tersebut.
Terlebih lagi dengan kondisi anak penderita
ADHD yang sangat membutuhkan support, kasih sayang
serta kepercayaan penuh agar anak dapat berkembang
dengan baik. Dengan begitu komunikasi akan dirasa
sangat lancar untuk dilakukan dan menjadi efektif,
walaupun anak tersebut memiliki kendala dalam berbicara
yang membuat feed back tidak berjalan lancar, namun jika
orang tua turut serta dalam memahami kondisi anak,
kendala tersebut akan dengan sendirinya mudah ditangani
dengan tahu kebiasaan anak jika menimbulkan tindakan-
tindakan yang seperti biasanya dilakukan.
Anak ADHD memiliki kesulitan dalam
mengungkapkan sesuatu, untuk itu orang tua butuh
kedekatan ekstra untuk mengajak anak berkomunikasi.
122
Pada umumnya anak memiliki kedekatan silang dengan
orang tuanya, seperti anak perempuan yang dekat dengan
ayahnya, dan anak lelaki yang lebih dekat dengan ibunya.
Namun untuk anak ADHD yang peneliti lihat, anak
ADHD cenderung dekat dengan orang tua yang selalu
didekatnya, dalam artian yang selalu ada dalam
kesehariannya. Komunikasi dengan anak ADHD sendiri
kerap dimulai dari orang tua nya, berbeda dengan anak
yang selalu mencari perhatian agar diajak berbicara
dengan orang tuanya atau ditegur, anak ADHD cenderung
lebih diam berbicara namun aktif dalam kegiatan yang
tidak peduli dengan tanggapan dengan orang sekitar.
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan
tersebut, berikut tabel yang menggambarkan upaya
membangun komunikasi yang dilakukan orang tua
terhadap anak penderita ADHD.
122
Tabel 1
Upaya membangun komunikasi yang dilakukan orang tua
terhadap anak ADHD (Attention Deficit Hyperactifity
Disorder)
No Nama
Infoman
Upaya yang dilakukan Orang tua
Meluangkan
waktu untuk
berkomunika
si
Tidak
menggunak
an
Handphone
Mengajak
bermain
Mengajarkan
etika
berkomunika
si
1 Orang tua
F
2 Orang tua
A
3 Orang tua
G
4 Orang tua
H
Sumber : Diolah dari hasil penelitian
122
B. Bentuk komunikasi yang dibangun orang tua kepada
anak penderita ADHD dalam kegiatan sehari-hari
Jenis komunikasi yang digunakan anak ADHD
sehari-hari berupa komunikasi verbal (ucapan) maupun
non verbal (gerakan), namun kebanyakan dari anak
ADHD akan melakukan komunikasi dengan cara non
verbal karena anak ADHD mengalami kesulitan dalam
bicara maupun mencari kosakata yang tepat untuk
diucapkan. Alasan tersebutlah yang mengharuskan orang
tua memahami setiap gerakan atau tingkah laku anak
ketika anak tersebut ingin mengungkapkan sesuatu.
Adapun bentuk komunikasi yang dibangun dalam
penelitian ini yaitu,
a. Komunikasi Antarpribadi
Komunikasi Antarpribadi dilakukan oleh orang tua F,
dengan selalu terjadinya komunikasi pada saat meluangkan
waktu untuk menemani F, serta bermain, dan mengajarkan F
cara berbicara yang baik.
Hal ini sebagaimana ungkapan dari orang tua F, ibu NURA
122
“ saat ini kami lebih meluangkan waktu untuk berkomunikasi penuh dengan F, karena F sedang aktif-aktifnya berbicara dan rasa ingin tahunya selalu muncul. Seperti bertanya tentang dia disekolah, sama temen-temen juga guru-gurunya, anaknya juga kan suka ngomong tapi artikulasinya gak jelas, jadi sekalian dibetulin kalo kita ajak ngomong”9
Berdasarkan hasil pengamatan peneliti, komunikasi
orang tua F dan F sendiri sudah lancar sebagaimana manusia
pada umumnya, komunikasi juga berlangsung dua arah
dengan feedback yang cepat, namun terkadang F kesulitan
berbicara dengan kata yang tidak ia pahami. Seperti yang
penulis amati, ketika dirumah F terus mengadukan kegiatan
adiknya yang ia temani bermain.
Selain orang tua F, orang tua G juga melakukan
komunikasi antarpribadi, hal ini sering terjadi pada saat
menemani G bermain dan belajar sebelum tidur.
Hal ini sebagaimana ungkapan orang tua G, bapak M
“ kalo dirumah suka kita ajak ngomong kayak biasanya, ajak maen juga. Kalo sebelum tidur kita tuntun do’a-do’a, ya biar lancar aja ngomongnya. Karena awalnya dia speece delay”.10
9 Wawancara Pribadi dengan ibu NURA (Tangerang: 1 April 2018) 10 Wawancara Pribadi dengan Bapak M, (Tangerang: 2 mei 2018)
122
Berdasarkan pengamatan penulis, komunikasi orang
tua G dan G sendiri, masih agak sulit dilakukan, pasalnya G
agak terlihat pendiam, walaupun orang tua G selalu
mengajaknya berbicara dengan bertanya atau memerintah, G
menjawab dengan perlahan. Seperti pada saat itu, penulis
ingin berkenalan dengan G, namun G hanya diam dan lebih
mementingkan handphone, maka terjadi negoisasi antara
orang tua G dan G, dari situ terlihat komunikasi antarpribadi
yang dilakukan orang tua G, dan G.
Komunikasi antarpribadi juga dilakukan oleh orang
tua H, sama halnya yang dilakukan oleh orang tua F dan
orang tua G. Saat ini baik H maupun orang tua H, sudah
mulai lancar berkomunikasi walaupun pengucapan H masih
belum teratur dan banyak kosakata yang belum ia ketahui.
“ untuk komunikasi, alhamdulillah sudah mulai lancar dan banyak sekali perkembangan. Saat ini dia mulai bisa berbicara jika menginginkan sesuatu. Mulai menanggapi ucapan kakaknya juga, walaupun terkadang dia juga gak mau ngomong sama sekali”.
Berdasarkan pengamatan penulis, komunikasi
antarpribadi yang dilakukan orang tua H dan H masih sedikit
122
dilakukan, namun orang tua H melatih H, untuk
mengucapkan kata-kata jika menginginkan sesuatu, dan akan
menuruti jika H mengutarakan apa yang diinginkan dengan
kata-kata, seperti misalnya ketika H ingin minum namun ia
hanya menyodorkan botol, namun orang tua H bertanya
bagaimana seharusnya yang diucapkan dengan kata-kata jika
ingin minum, yang pada akhirnya H mengucapkan kata-kata
tersebut.
b. Komunikasi Nonverbal.
Komunikasi nonverbal dilakukan oleh orang tua A
dengan anaknya yang berinisial A, dikarenakan kondisi A
yang belum mampu mengucapkan kata-kata.
Sehari-harinya ibu U, selalu mengajarkan kata
“mama” agar A dapat berbicara walaupun perkata. Karena
selama ini jika A menginginkan sesuatu hanya menunjuk
atau memberi isyarat saja, seperti jika A ingin minum, A
akan berusaha mengambil sendiri namun jika mengalami
kesulitan dia akan mengerang sambil menunjukkan tempat
122
minum, lalu ibu U akan berucap “mau minum?” yang
dijawab anggukan oleh A.
“ saya suka ajak dia ngomong, tapi kadang respon dia cuma senyum atau ngomong “heeh heeh”. Terkadang kita nonton aja video di youtube, ngasih tau kalo ada juga yang kedaannya lebih parah dari dia. Kan ada yang gabisa tangan sama kakinya gak ada tapi masih bisa ngelakuin banyak hal, kalau dia kan masih sempurna tangan kaki cuma kaku aja”11
Berdasarkan pengamatan penulis, komunikasi yang
dilakukan orang tua A dengan A hanya menggunakan
komunikasi nonverbal, walaupun orang tua A tetap
menggunakan kata-kata namun diirngi dengan gerakan/
bahasa tubuh agar A dapat memahami apa yang dimaksud.
Seperti ketika menunggu waktu terapi, karena bosan A terus
berusaha membuka pintu ruangan dokter, namun karena
dikunci, ia hampir diluar kendali, untuk itu orang tua A
memberi tahu bahwa dokter belum datang dan pintu masih
dikunci dengan memperagakan seperti halnya kita memberi
tahu pintu dikunci.
11 Wawancara Pribadi dengan Ibu U. (Tangerang: 2 Mei 2018).
122
Seperti yang peneliti jabarkan diatas, komunikasi
interpersonal dapat menjadi hubungan yang baik dan positif
antara orang tua dan anak jika memiliki kedekatan. Seperti
dalam penjabaran teori FIRO, dimana inklusi
(mempertahankan komunikasi), kontrol, dan afeksi (kasih
sayang) menjadi faktor pendukung terbentuknya komunikasi
interpersonal yang efektif.
Namun faktanya dilapangan, dari empat orang
informan serta anaknya yang mengidap ADHD tidak
sepenuhnya melakukan teori FIRO tersebut, dibawah ini
peneliti jabarkan hasil dari observasi dan interview yang
peneliti lakukan tentang penerapan perilaku antarpribadi
orang tua dan anak penderita ADHD.
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan
tersebut, berikut tabel yang menggambarkan penerapan
perilaku antarpribadi orang tua dan anak ADHD
122
Tabel 2
Tabel penerapan perilaku antarpribadi orang tua dan anak
ADHD
No Nama orang
tua
Anak
ADHD
Perilaku antarpribadi
Inklusi Kontrol Afeksi
1 Ibu U F
2 Ibu U A
3 Bapak M G
4 Ibu Y H
Sumber : Diolah dari hasil observasi
Dari penjabaran diatas, berdasarkan observasi
lapangan dan interview dengan informan, didapati
perbedaan cara orang tua menerapkan tindakan
antarpribadi menurut teori FIRO, dimana dua diantaranya
melakukan ketiga tindakan antarpribad (inklusi, kontrol,
feksi)i, dan dua lainnya hanya menggunakan dua tindakan
antarpribadi (inklusi, afeksi), kecuali kontrol.
122
Kontrol sendiri dimaksud dengan keputusan-
keputusan yang dibuat orang tua guna menjaga dan
mempertahankan hubungan dengan wewenang dan
kekuasaan. Tingkah kontrol sendiri bisa bervariasi dari
terlalu disiplin sampai terlalu bebas dan tidak disiplin.
Dua orang tua diatas hanya tidak mengontrol anak
penderita ADHD untuk masalah makanan dan gadget saja,
karena seperti yang peneliti keyahui berdasarkan hasil
lapangan diet makanan diperlukan untuk anak ADHD
agar menahan melonjaknya emosi dalam diri anak
ADHD, juga gadget yang dapat memicu emosi dan
mengalihkan fokus para penderita ADHD.
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan
tersebut, berikut tabel yang menggambarkan bentuk
komunikasi antara orang tua terhadap anak penderita
ADHD.
122
Tabel 3
Bentuk komunikasi antara orang tua terhadap anak penderita ADHD
No Nama
Informan
Bentuk Komunikasi
Komunikasi Antarpribadi
Komunikasi Nonverbal
1 Orang tua F
2 Orang tua A
3 Oarang tua G
4 Orang tua H Sumber : Diolah dari hasil penelitian
121
BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa :
1. Upaya yang dilakukan orang tua anak penderita
ADHD yakni dengan:
1) Meluangkan waktu untuk bermain.
Upaya ini dilakukan oleh orang tua F, orang
tua A, orang tua G, juga orang tua H
2) Tidak menggunakan handphone.
Upaya ini dilakukan oleh orang tua F
3) Menemani bermain.
Upaya ini dilakukan oleh orang tua F
4) Mengajarkan etika komunikasi.
Upaya ini dilakukan oleh orang tua F
2. Bentuk komunikasi yang digunakan dalam penelitian
ini ialah,
1) Komunikasi antarpribadi
Komunikasi antarpribadi ini dilakukan oleh
orang tua F, orang tua G, juga orang tua H
122
2) Komunikasi Nonverbal
Komunikasi antarpribadi yang dilakukan oleh
orang tua A
B. SARAN
Dari kesimpulan diatas, peneliti mencoba memberikan
masukan dan saran kepada para orang tua yang anaknya
mengidap ADHD agar terjalinnya komunikasi yang efektif:
1. Harus lebih sabar dalam berkomunikasi dengan anak yang
mengidap ADHD, dikarenakan keterbatasan kosakata dan
artikulasi kalimat yang sulit dimengerti bagi kebanyakan
orang.
2. Memberikan dukungan serta fasilitas untuk anak yang
mengidap ADHD, agar memiliki perkembangan yang
baik dengan cara melakukan terapi sejak dini.
3. Apabila anak penderita ADHD dititipkan oleh ART,
sebaiknya diawasi dengan CCTV.
4. Orang tua dari anak ADHD hendaknya menyadari
sepenuh hati bahwa keberadaan anak adalah amanah dari
Allah yang harus disyukuri dan sekaligus ladang amal.
Baihaqi, MIF dan M. Sugiarmin, Memahami dan Membantu anak ADHD. Bandung: PT Refika Aditama, 2006
Budyatna, Muhammad dan Ganiem,Leila Mona. Teori Komunikasi
Antarpribadi, Jakarta: Kencana, 2014 Djamarah, Sayiful Bahri. Pola Asuh Orang Tua dan Komunikasi dalam
Keluarga, Jakarta: Rineka Cipta, 2014 Devito, Joseph A. Komunikasi Antar Manusia. Jakarta: Karisma
Publishing Grup Fajar, Mahaerni. Ilmu Komunikasi Teori dan Praktik, Yogyakarta:
Graha Ilmu, 2009 Gunawan, Imam. Metode Penelitian Kualitatif Teori dan Praktik,
Jakarta: Bumi Aksara, 2013
Littlejhon, Stephen W. Teori Komunikasi, Edisi 9, Jakarta:Salemba
Humanika, 2008
Milles, Matthew dan Huberman, Qualitative Data Analysis (London: Sage Publication, 1984) diterjemahkan oleh Tjejep Rohendi, Jakarta, Universitas Indonesia Press.
M Hardjana, Agus. Komunikasi Interpersonal dan Interpersonal.
Yogyakarta:Kansius. 2003
Mingkara, Haria. Peran Guru dan Orang tua dalam Mendidik Anak Hiperaktif serta Cara Menangani Anak Hiperaktif. 2014
124
Mulyana, Dedi. Komunikasi Efektif Suatu Pendekatan Lintas Budaya. Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2005
Noor, Juliansyah. Merode Penelitian SkripsiTesis Disertasi dan Karya
Ilmiah, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2012 Pawito. Penelitian Komunikasi Kualitatif. Yogyakarta: LKIS, 2007