Page 1
HUBUNGAN ANTARA DEPENDENCY RATIO, DISPARITAS,
DAN AKSESIBILITAS TERHADAP KEMISKINAN DI
KABUPATEN SRAGEN
Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I
pada Jurusan Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Oleh :
APRILIA PUTRI WULANDARI
B300152033
PROGRAM STUDI EKONOMI PEMBANGUNAN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2019
Page 2
i
HALAMAN PERSETUJUAN
HUBUNGAN ANTARA DEPENDENCY RATIO, DISPARITAS, DAN
AKSESIBILITAS TERHADAP KEMISKINAN DI KABUPATEN SRAGEN
PUBLIKASI ILMIAH
Oleh:
APRILIA PUTRI WULANDARI
B300152033
Telah diperiksa dan disetujui untuk diuji oleh:
Dosen Pembimbing
Muhammad Arif, SE. MEc. Dev
Page 3
ii
HALAMAN PENGESAHAN
HUBUNGAN ANTARA DEPENDENCY RATIO, DISPARITAS, DAN
AKSESIBILITAS TERHADAP KEMISKINAN DI KABUPATEN SRAGEN
oleh:
APRILIA PUTRI WULANDARI
B300152033
Telah Dipertahankan Didepan Dewan Penguji
Fakultas Ekonomi Dan Bisnis
Universitas Muhammadiyah Surakarta
Hari ...........................................
Dan Dinyatakan Telah Memenuhi Syarat
Dewan Penguji:
1. Muhammad Arif, SE. MEc. Dev ( )
(Ketua Dewan Penguji)
2. ( )
(Anggota I Dewan Penguji)
3. ( )
(Anggota II Dewan Penguji)
Dekan,
Dr. Syamsudin, M. M
NIDN: 017025701
Page 4
iii
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam naskah publikasi ini tidak
terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu
perguruan tinggi dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau
pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan orang lain, kecuali secara tertulis
diacu dalam naskah dan disebutkan dalam daftar pustaka.
Apabila kelak terbukti ada ketidakbenaran dalam pernyataan saya di atas,
maka akan saya pertanggungjawabkan sepenuhnya.
Surakarta, 31 Juli 2019
Penulis
APRILIA PUTRI WULANDARI
B300152033
Page 5
1
HUBUNGAN ANTARA DEPENDENCY RATIO, DISPARITAS, DAN
AKSESIBILITAS TERHADAP KEMISKINAN DI KABUPATEN SRAGEN
Abstrak
Kemiskinan merupakan salah satu masalah dalam perekonomian Indonesia yang
kompleks dan mendasar. Hal ini disebabkan karena kondisi kemiskinan disuatu
negara atau daerah merupakan salah satu cerminan tingkat kesejahteraan
penduduk. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh dari variabel
Dependency Ratio, Disparitas, dan Aksesibilitas sebagai variabel bebas terhadap
Kemiskinan di Kabupaten Sragen sebagai variabel terikat. Analisis Penelitian ini
menggunakan data sekunder dan metode analisis yang digunakan adalah analisis
regresi data cross section. Hasil penelitian menunjukkan bahwa wilayah dengan
Tingkat Kemiskinan tertinggi berada di desa Ngargotirto, Kecamatan
Sumberlawang dan wilayah Kemiskinan terendah berada di desa Sribit,
Kecamatan Sidoharjo. Variabel Dependency Ratio dan Disparitas tidak
berpengaruh signifikan sedangkan Aksesibilitas berpengaruh signifikan terhadap
Kemiskinan. Hasil uji secara simultan (Uji F) menunjukkan bahwa Dependency
Ratio, Disparitas, Aksesibilitassecara simultan atau bersama-sama berpengaruh
terhadap Tingkat Kemiskinan di Kabupaten Sragen.
Kata Kunci: Kemiskinan, Dependency Ratio, Disparitas, Aksesibilitas
Abstract
Poverty is one of the problems in Indonesia's complex and fundamental economy.
This is because the condition of poverty in a country or region is a reflection of
the level of welfare of the population. This study was conducted to determine the
effect of the variable Dependency Ratio, Disparity, and Accessibility as the
independent variable on Poverty in Sragen Regency as the dependent variable.
Analysis of this study uses secondary data and the analytical method used is
regression analysis of cross section data. The results showed that the region with
the highest Poverty Level was in the village of Ngargotirto, Sumberlawang
District and the lowest Poverty area was in the village of Sribit, District
Sidoharjo. The variable Dependency Ratio and Disparity have no significant
effect while Accessibility has a significant effect on Poverty. Simultaneous test
results (Test F) show that Dependency Ratio, Disparity, Accessibility
simultaneously or jointly influence the Poverty Level in Sragen Regency.
Keywords: Poverty, Dependency Ratio, Disparity, Accessibility
1. PENDAHULUAN
Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator yang amat penting dalam
menilai kinerja suatu perekonomian, terutama untuk melakukan analisis tentang
Page 6
2
hasil pembangunan ekonomi yang telah dilaksanakan suatu negara atau suatu
daerah. Ekonomi dikatakan mengalami pertumbuhan apabila produksi barang dan
jasa meningkat dari tahun sebelumnya. Dengan demikian, pertumbuhan ekonomi
menunjukkan sejauh mana aktivitas perekonomian dapat menghasilkan tambahan
pendapatan atau kesejahteraan masyarakat pada periode tertentu. Pertumbuhan
ekonomi suatu negara atau suatu wilayah yang terus menunjukkan peningkatan,
maka dari itu menggambarkan bahwa perekonomian negara atau wilayah tersebut
berkembang dengan baik.
Dibanyak negara syarat utama bagi terciptanya penurunan kemiskinan
yang tetap adalah pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi memang tidak
cukup untuk mengentaskan kemiskinan tetapi biasanya pertumbuhan ekonomi
merupakan sesuatu yang sangat dibutuhkan, walaupun begitu pertumbuhan
ekonomi yang bagus pun menjadi tidak akan berarti bagi masyarakat miskin jika
tidak diiringi dengan penurunan yang tajam dalam pendistribusian atau
pemerataannya (Wongdesmiwati, 2009).
Kemiskinan merupakan masalah yang dihadapi oleh negara di dunia,
terutama negara sedang berkembang. Indonesia merupakan salah satu negara
berkembang, oleh karena itu salah satu hal yang menjadi permasalahan yang ada
di Indonesia adalah kemiskinan. Kemiskinan merupakan masalah yang kompleks
yang dipengaruhi oleh berbagai faktor yang saling berkaitan, antara lain tingkat
pendapatan masyarakat, pengangguran, kesehatan, pendidikan, akses terhadap
barang dan jasa, lokasi, geografis, gender, dan lokasi lingkungan. Kemiskinan
tidak lagi dipahami hanya sebatas ketidakmampuan ekonomi, tetapi juga
kegagalan memenuhi hak-hak dasar dan perbedaan perlakuan bagi seseorang atau
sekelompok orang dalam menjalani kehidupan secara bermartabat. Hak-hak dasar
yang diakui secara umum meliputi terpenuhinya kebutuhan pangan, kesehatan,
pendidikan, pekerjaan, perumahan, air bersih, pertanahan, sumber daya alam,
lingkungan hidup, rasa aman dari perlakuan atau ancaman tindak kekerasan, dan
hak berpartisipasi dalam kehidupan sosial politik. Banyak dampak negatif yang
disebabkan oleh kemiskinan, selain timbulnya banyak masalah-masalah sosial,
Page 7
3
kemiskinan juga dapat mempengaruhi pembangunan ekonomi suatu negara.
(Sukmaraga, 2011).
Kemiskinan merupakan salah satu persoalan yang tidak pernah luput dari
perhatian pemerintah suatu negara dibelahan dunia manapun. Kemiskinan bahkan
menjadi persoalan fenomenal dalam bidang ekonomi yang menjadi titik acuan
keberhasilan pemerintah negara dari waktu ke waktu, terlebih pada negara yang
sedang berkembang. Indonesia sebagai salah satu negara yang masuk kategori
berkembang menyadari bahwa pentingnya memperhatikan masalah kemiskinan
dan mengusahakan segala upaya untuk menekannya dalam jangka panjang untuk
meningkatkan perekonomian dan tingkat kemiskinan.
Istilah kemiskinan muncul ketika seseorang atau sekelompok orang tidak
mampu mencukupi tingkat kemakmuran ekonomi yang dianggap sebagai
kebutuhan minimal dari standar hidup tertentu. Dalam arti proper, kemiskinan
dipahami setiap keadaan kekurangan uang dan barang untuk meminjam
kelangsungan hidup. Dalam arti luas, Chambers (dalam Chriswardani Suryawati,
2005) mengatakan bahwa kemiskinan adalah suatu intergrated concept yang
memiliki lima dimensi yaitu: 1) kemiskinan (proper), 2) ketidakberdayaan
(powerless), 3) kerentanan menghadapi situasi darurat (state of emergency), 4)
ketergantungan (dependency), 5) keterasingan (isolation) baik secara geografis
maupun sosiologis.
Kemiskinan disebabkan salah satunya karena penurunan angka kelahiran
yang lebih dari pada penurunan angka kematian. Peningkatan jumlah penduduk
pada setiap tahunnya dapat menyebabkan terjadinya perubahan struktur umur
penduduk sehingga jumlah penduduk usia produktif terus meningkat dan
menurunnya penduduk usia nonproduktif (0-14) serta kecenderungan naiknya
penduduk manula (>65) keadaan ini menggambarkan terjadinya penurunan rasio
usia ketergantungan. Jika rasio ketergantungan terus menunjukkan penurunan,
maka hal tersebut mempunyai dampak ekonomi dengan adanya bonus demografi
yaitu keadaan dimana rasio ketergantungan menunjukkan angka yang paling
rendah dan tingginya penduduk usia produktif.
Page 8
4
Dependency ratio atau rasio ketergantungan merupakan salah satu
indikator demografi penting yang secara kasar dapat menunjukkan keadaan
ekonomi suatu negara. Mantra (2000) menyatakan bahwa semakin tinggi rasio
ketergantungan maka semakin buruk beban tanggungan penduduk, karena
sebagian dari pendapatan yang diperoleh terpaksa harus dikeluarkan untuk
memenuhi kebutuhan mereka yang belum produktif. Pada umumnya, negara-
negara yang sedang berkembang dengan tingkat fertilitas yang tinggi mempunyai
angka rasio beban tanggungan yang tinggi. Namun di Indonesia rasio
ketergantungan menunjukkan penurunan sejak tahun 1990 dimana rasio usia
ketergantungan (age dependency ratio) Indonesia mencapai 68 persen dan terus
menerus hingga tahun 2015 tercatat sebanyak 48 persen.
2. METODE
Penelitian ini menggunakan metode regresi dengan model Ordinanry Least
Squares (OLS). Data yang digunakan adalah data cross section. Dengan
responden seluruh desa di wilayah kabupaten Sragen sebanyak 207 desa. Untuk
menghasilkan nilai parameter model, maka model asumsi klasik harus diuji
meliputi uji Uji Normalitas, Uji Linearitas, Uji Multikolinieritas, Uji Autokolerasi,
Uji Heteroskedastisitas. Analisis dengan Uji Hipotesis meliputi Uji Signifikansi
Simultan (Uji Statistik F), Uji Parsial (Uji Statistik t), Uji Koefisien Determinasi
(R2). Data yang digunakan adalah data sekunder dengan tipe data cross section.
Variabel Dependen yaitu Kemiskinan di Kabupaten Sragen. Dan Variabel
Independen yaitu Dependency Ratio, Disparitas, Aksesibilitas.
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Deskripsi Data Penelitian
Pada gambar 1 diterangkan bahwa wilayah administrasi Kabupaten Sragen
menurut Badan Pusat Statistik Kabupaten Sragen, terbagi menjadi 4 wilayah,
dimana bagian utara meliputi wilayah Sumberlawang, Mondokan, Sukodono,
Gesi. Wilayah selatan terdiri dari kecamatan Sragen, Karang Malang, kedawung
dan Sambirejo, sedangkan di wilayah timur terdiri dari kecamatan Gondang,
Page 9
5
Jenar, Ngrampal, Sambungmacan, dan Tangen, di wilayah barat terdiri dari
kecamatan Gemolong, Kalijambe, Masaran, miri, Plupuh, Sidoharjo, dan Tanon.
Gambar 1. Sebaran Kemiskinan Kabupaten Sragen
Sumber: Data diolah
Kabupaten Sragen memiliki penduduk sebanyak 883.464 jiwa. Dengan
luas total Kabupaten Sragen yaitu 941,55 km2, maka Sragen memiliki kepadatan
sebesar 938,31 jiwa/km2. Penduduk di Kabupaten Sragen hampir menyebar secara
merata di setiap kecamatannya. Penduduk paling banyak berada di pusat kotanya
yaitu di Kecamatan Sragen dan penduduk paling rendah berada di Kecamatan
Gesi.
Gambar 2 dapat dilihat bahwa kepadatan penduduk tertinggi teridentifikasi
pada Kecamatan Sragen dengan angka sebesar 1663 sampai dengan 2525. Di sisi
lain kepadatan penduduk terendah terdapat di Kecamatan Gesi, Jenar, dan Tangen
dengan angka sebesar 419 sampai dengan 502.
Page 10
6
Gambar 2. Kepadatan Penduduk Kabupaten Sragen
Sumber: (Arif, Muhammad, dkk, 2019. Distribusi Spasial Masyarakat
Terkategori Miskin Dalam Basis Data Terpadu Kabupaten
Sragen).
Grafik 3. Dependency Ratio Wilayah Sragen bagian Utara Di Kecamatan Gesi,
Mondokan, Sukodono, dan Sumberlawang
Sumber: Badan Pusa tStatistik, diolah
Berdasarkan Grafik 3 diatas dapat dilihat bahwa angkadependency ratio di
wilayah Sragen bagian utara apabila di rata-rata dependency ratio di kecamatan
Page 11
7
tersebut memiliki nilai rata-rata sebesar 55,8%. Dalam analisis diketahui tingkat
dependency ratio tertinggi di desa Juwok Kecamatan Sukodono yaitu sebesar
75%, dan diikuti oleh desa Pilangsari sebesar 65% di Kecamatan Gesi. Dan
dependency ratio terendah berada pada desa Tanggan sebesar 42%.
Grafik 4. Dependency Ratio di Wilayah Sragen bagian Selatan Di Kecamatan
Karangmalang, Kedawung, Sambirejo, dan Sragen
Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah
Berdasarkan Grafik diatas dapat dilihat bahwa dependency ratio di
wilayah Sragen bagian selatan memiliki nilai rata-rata yakni sebesar 48%. Dalam
analisis diketahui pula bahwa tingkatdependency ratio tertinggi adalah sebesar
58% di desa SukorejoKecamatan Sambirejo. Di sisi laindependency ratio terendah
berada pada desa Kroyo di kecamatan Karangmalang sebesar 39%. Di kedua desa
tersebut komposisi nya lebih banyak pada penduduk non produktif <15 tahun
yakni sebesar 27% dibandingkan dengan penduduk non produktif >65 tahun
hanya sebesar 9% di desa Sukorejo Kecamatan Sambirejo. Tidak jauh berbeda, di
desa Kroyo Kecamatan karangmalang komposisinya lebih banyak yang usia <15
tahun yakni sebesar 23%. Sehingga diperkirakan bahwa nilai dependency ratio
lebih banyak dipengaruhi oleh pengeluaran pada sektor pendidikan, kebutuhan
pokok termasuk sandang pangan.
Pada Grafik 5 dependency ratiodi Kabupaten Sragen bagian barat apabila
di rata-rata angka dependency ratio di kecamatan tersebut memiliki nilai rata-rata
Page 12
8
yakni sebesar 48,8%. Tingkatdependency ratio tertinggi berada di desa Kalangan
Kecamatan Gemolong di sebesar 75%, diikuti oleh desa Brangkal sebesar 71% di
Kecamatan Gemolong. Dan dependency ratio terendah di desa Doyong
Kecamatan Miri sebesar 32%. Di ketiga desa tersebut komposisinya lebih banyak
pada penduduk non produktif yang usianya <15 tahun. Oleh karena itu nilai
dependency ratio lebih banyak dipengaruhi oleh pengeluaran pada sektor
pendidikan, kebutuhan pokok termasuk sandang dan pangan. Artinya per KK atau
perkeluarga sebagai tulang punggung memiliki tanggungan terhadap anak yang
usianya <15 tahun.
Grafik 5. Dependency Ratio di Wilayah Sragen bagian Barat Di Kecamatan
Gemolong, Kalijambe, Masaran, dan Miri
Sumber: Badan Pusat Statistik
Grafik 6. Dependency Ratio di Wilayah Sragen bagian Barat Di Kecamatan
Plupuh, Sidoharjo, dan Tanon
Page 13
9
Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah
Berdasarkan Grafik diatas dapat dilihat bahwa dependency ratio wilayah
Sragen bagian barat di Kecamatan Tanon memiliki dependency ratio tertinggi di
bandingkan dengan kecamatan lainnya sebesar 67% di desa Sambi Duwur. Dan
dependency ratio terendah berada di desa Singopadu kecamatan Sidoharjo sebesar
38%.
Grafik 7. Dependency Ratio Wilayah Sragen bagian Timur Di Kecamatan
Gondang, Jenar, dan Ngrampal
Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah
Berdasarkan Grafik 7 diatas dapat dilihat bahwa angka dependency ratio
di kabupaten Sragen bagian timur memiliki nilai rata-rata sebesar 50,58%.
Sedangkan angkadependency ratio tertinggi berada di desa Wonotolo kecamatan
Gondangsebesar 60%, dan di desa Klandungan Kecamatan Ngrampal 60%. Di sisi
lain dependency ratio terendah teridentifikasi pada desa Plosorejo Kecamatan
Gondang sebesar 42%.
Page 14
10
Grafik 8. Dependency Ratio di Wilayah Sragen bagian Timur Di Kecamatan
Sambungmacan, dan Tangen
Su
mber: BadanPusatStatistik, diolah
Berdasarkan Grafik 8 diatas dapat dilihat bahwa dependency ratio tertinggi
berada di desa Plumbon kecamatan Sambungmacan sebesar 60%, diikuti oleh
desa Sigit Kecamatan Tangen sebesar 58%. Pada sisi laindependency ratio
terendah berada di desa Bedoro Kecamatan Sambungmacan sebesar 46%. Di
ketiga desa tersebut komposisinya adalah lebih banyak pada penduduk non
produktif yang usianya <15 tahun. Sehingga diperkirakan bahwa nilai dependency
ratio lebih banyak dipengaruhi oleh pengeluaran pada sektor pendidikan dan
kebutuhan pokok termasuk sandang dan pangan.
Grafik 9. Disparitas di Wilayah Sragen bagian Utara Di Kecamatan Gesi,
Mondokan, Sukodono, dan Sumberlawang
Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah
Page 15
11
Dapat dilihat Grafik 9 diatas bahwa disparitas di wilayah Sragen bagian
utara terdiri dari empat Kecamatan, yakni Kecamatan Gesi, Mondokan,
Sukodono, dan Sumberlawang. Apabila dirata-rata dari banyaknya jumlah
disparitas di empat kecamatan tersebut memiliki nilai rata-rata sebesar 0,21%.
Pada Kecamatan Sumberlawang menunjukkan tingkat disparitas tertinggi pada
desa Mojopuro sebesar 0,27%. Hingga angka disparitas terendah sebesar 0,2%
berada di Kecamatan Mondokan desa Pare, Kecamatan Gesi desa Poleng,
Kecamatan Sukodono di desa Baleharjo, dan Gebang. Kemudian di Kecamatan
Sumberlawang yang rata-rata disparitas sebesar 0,2%. Sehingga disimpulkan
bahwa disparitas di wilayah Sragen bagian Utara tergolong cukup rendah.
Grafik 10. Disparitas di Wilayah Sragen bagian Selatan Di Kecamatan
Karangmalang, Kedawung, Sambirejo, dan Sragen
Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah
Dapat dilihat Grafik 10 diatas bahwa Disparitas di wilayah Sragen bagian
selatan apabila dirata-rata dari banyaknya jumlah disparitas di kecamatan tersebut
memiliki nilai rata-rata sebesar 0,24%. Pada Kecamatan Sragen menunjukkan
tingkat disparitas tertinggi pada desa Sragen Tengah sebesar 0,35%, diikuti oleh
desa Kroyo Kecamatan Karangmalang sebesar 0,33%. Hingga disparitas terendah
di beberapa desa di empat kecamatan sebesar 0,22%.
Page 16
12
Grafik 11. Disparitas di Wilayah Sragen bagian Barat Di Kecamatan Gemolong,
Kalijambe, Masaran, dan Miri
Sumber: Badan Pusat Statistika, diolah
Dapat dilihat pada Grafik 11 disparitas wilayah Sragen bagian baratapabila
dirata-rata dari banyaknya jumlah disparitas di kecamatan tersebut memiliki nilai
rata-rata sebesar 0,22%. Jika dilihat di Kecamatan Gemolong memiliki disparitas
tertinggi di bandingkan dengan yang lainnya sebesar 0,31%, diikuti desa Ngembat
padas 0,28% dan desa Masaran Kecamatan Masaran sebesar 0,28%. Pada sisi lain
disparitas terendah berada di Kecamatan Miri desa Gilirejo sebesar 0,19%.
Grafik 12. Disparitas di Wilayah Sragen bagian Barat Di Kecamatan Plupuh,
Sidoharjo, dan Tanon
Sumber: Badan Pusat Statistika, diolah
Page 17
13
Berdasarkan Grafik 12 diatas dapat dilihat bahwa disparitas tertinggi di
desa Jetak Kecamatan Sidoharjo sebesar 0,28%, diikuti oleh desa Duyungan dan
Sidoharjo 0,27%, dan desa Gabugan Kecamatan Tanon 0,27%. Sedangkan
disparitas terendah sebesar 0,21% berada di beberapa desa di Kecamatan Plupuh,
Sidoharjo, dan Tanon.
Berdasarkan grafik 13 dilihat Disparitas di wilayah Sragen bagian timur
apabila dirata-rata dari banyaknya jumlah disparitas di kecamatan tersebut
memiliki nilai rata-rata sebesar 0,22%. Jika dilihat di Kecamatan Gondang
memiliki disparitas tertinggi di bandingkan dengan yang lainnya sebesar 0,3% di
desa Gondang. Di sisi lain disparitas terendah berada di desa Banyuurip
Kecamatan Jenar sebesar 0,19%. Oleh karena itu, disparitas di wilayah Sragen
bagian Timur tergolong cukup rendah.
Grafik 13. Disparitas di Wilayah Sragen bagian Timur Di Kecamatan Gondang,
Jenar, dan Ngrampal
Sumber: Badan Pusat Statistika, diolah
Page 18
14
Grafik 14. Disparitas di Wilayah Sragen Bagian Timur Di Kecamatan
Sambungmacan, dan Tangen
Sumber: Badan Pusat Statistika, diolah
Berdasarkan Grafik diatas dapat dilihat bahwa disparitas di wilayah Sragen
bagian timur, di desa Banaran kecamatan Sambungmacan memiliki disparitas
tertinggi dibadingkan dengan lainnya sebesar 0,27%, diikuti oleh desa
Sambungmacan sebesar0,24%. Di sisi lain disparitas terendah berada di desa
Denanyar dan Sigit Kecamatan Tangen sebesar 0,2%.
Grafik 15. Aksesibilitas Wilayah Sragen bagian Utara Di Kecamatan Gesi,
Mondokan, Sukodono, dan Sumberlawang
Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah
Page 19
15
Dari Grafik 15 diatas dapat dilihat bahwajarak aksesibilitas di wilayah
Sragen bagian utara memiliki rata-rata jarak aksesibilitas sebesar 23,53 km.
Dalam analisis diketahui pula bahwa aksesibilitas tertinggi berada di desa
TlogotirtoKecamatan Sumberlawang 36,00 km jarak dari desa ke pusat wilayah.
Di sisi lain jarak terendah atau teridentifikasi di desa Jati Tengah Kecamatan
Sukodono yang berjarak 12,00 km dari desa ke pusat wilayah.
Grafik 16. Aksesibilitas di Wilayah Sragen bagian Selatan Di Kecamatan
Karangmalang, Kedawung, Sambirejo, dan Sragen
Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah
Dari Grafik 16 diatas dapat dilihat aksesibilitas jarak di wilayah Sragen
bagian selatan memiliki nilai rata-rata sebesar 5,38 km.Dalam analisis diketahui
pula bahwa aksesibilitas tertinggi berada di desa Sukorejo KecamatanSambirejo
berjarak 25,00 km. Sedangkan aksesibilitas terendah berada di desa Sragen
Tengah kecamatan Sragen yang memiliki jarak terdekat ke pusat wilayah yang
hanya berjarak 0,10 km, dan diikuti desa Sragen Kulon berjarak 1,00 km dari desa
ke pusat wilayah.
Page 20
16
Grafik 17. Dependency Ratio di Wilayah Sragen bagian Barat Di Kecamatan
Gemolong, Kalijambe, Masaran, dan Miri
Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah
Dapat dilihat pada Grafik 17 aksesibilitas di wilayah Sragen di bagian
barat memiliki rata-rata jarak aksesibilitas sebesar 29,90 km. Dalam analisis
diketahui pula bahwa aksesibilitas jarak tertinggi berada di desa Gilirejo
Kecamatan Miri yang berjarak 44,00 km, diikuti oleh desa Wonorejo Kecamatan
Kalijambe berjarak 42,00 km dari desa ke pusat wilayah. Di sisi lain aksesibilitas
terendah berada di Kecamatan Masaran desa Gebang berjarak 10,00 km dari desa
ke pusat wilayah.
Pada Grafik 18 diatas dapat dilihat bahwa di desa Sidokerto Kecamatan
Plupuh memiliki aksesibilitas jarak tertinggi dibandingkan dengan lainnya yang
berjarak 29,00 km dari desa ke pusat wilayah. Sedangkan aksesibilitas jarak
terdekat berada di desa Jetak Kecamatan Sidoharjo yang berjarak 5,00 km, diikuti
desa Sidoharjo berjarak 5,10 km dari desa ke pusat wilayah.
Page 21
17
Grafik 18. Aksesibilitas di Wilayah Sragen bagian Barat Di Kecamatan Plupuh,
Sidoharjo, dan Tanon
Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah
Grafik 19. Aksesibilitas Wilayah Sragen bagian Timur Di Kecamatan Gondang,
Jenar, dan Ngrampal
Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah
Page 22
18
Dapat dilihat pada Grafik 19 aksesibilitas di wilayah Sragen di bagian
timur memiliki nilai rata-rata sebesar 13,25 km.Aksesibilitas jarak tertinggi berada
di desa Banyuurip Kecamatan Jenar yang berjarak 28,00 km dari desa ke pusat
wilayah. Dan jarak terdekat berada di desa Bandung Kecamatan Ngrampal dan
Pilangsari yang hanya berjarak 4,00 km dari desa ke pusat wilayah.
Grafik 20. Aksesibilitas di Wilayah Sragen bagian Timur Di Kecamatan
Sambungmacan, dan Tangen
Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah
Berdasarkan Grafik 20 diatas dapat dilihat bahwa aksesibilitas di wilayah
Sragen bagian timur, yakni Kecamatan Sambungmacan dan Tangen. Apabila di
rata-rata aksesibilitas jarak desa ke pusat wilayah di kecamatan tersebut memiliki
rata-rata sebesar 15,63 km. Dalam analisis diketahui pula bahwa aksesibilitas
tertinggi berada di Kecamatan Tangen di desa Denanyar dan Galeh berjarak 23,00
km dari desa ke pusat wilayah. Dan jarak terdekat berada di desa Karanganyar
kecamatan Sambungmacan yang berjarak 8,00 km dari desa ke pusat wilayah.
Page 23
19
3.2 Hasil Analisis
Tabel 2. Hasil Estimasi Model Ekonometrika
LOG POVt = 6.813380 + 0.003042DRi + 1.009718GRi + 0.005093AKi
(0.0000)*(0.4305)**(0.3276)**(0.0677)**
R2= 0.023438, DW-Stat. = 1.536307, F-Stat. = 1.624061;
Prob. F-Stat. = 0.184956
Uji Diagnosis
(1) Multikolienaritas
DR: 1.102504; GR: 1.216250; AK: 1.260965
(2) Normalitas
JB(2) = 2.499259; Prob. (JB) = 0.286611
(3) Otokorelasi
χ2 (3) = 17.46502; Prob. (χ
2) = 0.0002
(4) Heteroskedastisitas
χ2 (10) = 24.69483; Prob. (χ
2) = 0.0033
(5) Linieritas
F(2,201) = 2.079319; Prob. (F) = 0.1509
Sumber: BPS, diolah. Keterangan: **Signifikan pada α = 0.05**, *Tidak
signifikan pada α = 0.05*
Tabel 3. Hasil Uji VIF
Variabel VIF Kriteria Kesimpulan
DR 1.102504 <10 Tidak menyebabkan multikolinieritas
GR 1.216250 <10 Tidak menyebabkan multikolinieritas
AK 1.260965 <10 Tidak menyebabkan multikolinieritas
Keterangan : dimana nilai DR, GR, AK, kurang dari 10, maka dapat dinyatakan
bahwa tidak terdapat masalah multikolinearitas dalam model prediksi.
Dari Tabel 2, terlihat nilai p, probabilitas, atau signifikansi empirik
statistik JB adalah sebesar 2.499259>0,05 ; jadi H0 diterima, distribusi residual
normal.
Dari Tabel 2, terlihat nilai p, probabilitas, atau signifikansi empirik
statistik χ2 uji BG sebesar 0.0002 (<0,05); jadi H0 ditolak kesimpulan terdapat
otokorelasi dalam model.
Dari Tabel 2, terlihat nilai p, probabilitas, atau signifikansi empirik
statistik χ2 uji White adalah sebesar 0.0033(<0,05) ; jadi H0 ditolak, kesimpulan
terdapat heteroskedastisitas dalam model.
Dari Tabel 2, terlihat nilai p, probabilitas, atau signifikansi empirik
statistik Fuji Ramsey Reset terlihat memiliki nilai sebesar 0.1454 (>0,05) ; jadi
dapat disimpulkan bahwa ada variabel bebas linear dan ada variabel terikat.
Page 24
20
Dari Tabel 2, terlihat nilai p, probabilitas, atau signifikansi empirik
stastistik F pada estimasi model memiliki nilai 0,023 yang berarti < 0,05; jadi H0
ditolak, kesimpulan model yang dipakai dalam penelitian eksis.
Koefisien determinasi (R2) menunjukan daya ramal dari model terestimasi.
Dari Tabel 2 terlihat nilai R2 sebesar 0.023 artinya 2,3% variasi varaiabel POV
dapat dijelaskan oleh variabel DR, GR dan AK . Sisanya 97,7% dipengaruhi oleh
variabel-variabel atau faktor-faktor lain yang tidak dimasukkan dalam model.
Tabel 4. Hasil Uji Validitas Pengaruh Variabel Independen
Variabel sig. T Kriteria Kesimpulan
DR 0.4305 ≥ 0,1 Tidak memiliki pengaruh signifikan
GR 0.3276 ≥0,1 Tidak memiliki pengaruh signifikan
AK 0,0677 ≤0,1 Memiliki pengaruh signifikan
Dari Tabel 4 terlihat bahwa variabel yang memiliki pengaruh signifikan
terhadap Kemiskinan di Kabupaten Sragen adalah variabel Aksesibilitas (AK).
Sedangkan variabel Dependency Ratio (DR) dan Disparitas (GR) tidak memiliki
pengaruh signifikan terhadap Kemiskinan di Kabupaten Sragen. Variabel
Dependency Ratio (DR) memiliki koefisien regresi sebesar 0,003042 dengan
signifikansi sebesar 0,1 maka, Dependency Ratio mempengaruhi kemiskinan di
Kabupaten Sragen. Variabel Disparitas (GR) memiliki koefisien regresi sebesar
1,009718 dengan signifikansi 0,1 maka, Disparitas tidak mempengaruhi
kemiskinan di Kabupaten Sragen. Variabel Aksesibilitas (AK) memiliki koefisien
sebesar 0,005093 dengan signifikansi 0,1 maka, Aksesibilitas mempengaruhi
kemiskinan di Kabupaten Sragen
3.3 Pembahasan
Dependency ratio memiliki hubungan yang positif namun tidak berpengaruh
signifikan terhadap kemiskinan. Hasil ini sejalan dengan penelitian Muhammad
Hatta (2017), Abdul Azis (2017) yang berjudul “Analisis Faktor Determinan
Tingkat Kemiskinan di Indonesia Periode 2005-2015” dalam penelitiannya
menjelaskan bahwa hasil estimasi koefisien dependency ratio, menunjukkan
pengaruh positif terhadap tingkat kemiskinan namun tidak signifikan secara
parsial, berdasarkan estimasi dependency ratio hubungannya positif namun tidak
signifikan dan tidak berpengaruh secara parsial sesui dengan uji t, namun secara
Page 25
21
simultan berpengaruh. Di sebabkan karena dependency ratio lebih banyak pada
usia non produktif <15 atau pada usia sekolah sehingga kepala keluarga
menganggung biaya sekolah, akan tetapi ada biaya dana bantuan Boss maka
pengeluaran Rumah Tangga tidak jadi berkurang karna ada bantuan dana Boss
tersebut.
Disparitas memiliki hubungan yang positif namun tidak berpengaruh
signifikan terhadap kemiskinan. Hal ini sama seperti penelitian Sudarlan (2015)
yang berjudul “Pertumbuhan Ekonomi, Ketimpangan, dan Kemiskinan di
Indonesia” dalam penelitiannya menjelaskan bahwa kemiskinan tidak mempunyai
pengaruh terhadap ketimpangan, hal ini berarti bahwa meningkatnya atau
menurunnya jumlah penduduk miskin tidak akan mempengaruhi tingkat
ketimpangan.
Aksesibilitas berpengaruh positif dansignifikan terhadap kemiskinan. Hal
ini sama seperti dalam penelitian Suharto (2009:15) dalam Nur Aviva Andrianik
(2015), menunjukkan bahwa semakin baik aksesibilitas, maka semakin kecil
kemungkinan terjadi kemiskinan. Kemiskinan berhubungan dengan kesulitan
memenuhi kebutuhan sosial (social exclusion), ketergantungan dan
ketidakmampuan untuk berpartisipasi dalam masyarakat. Kemiskinan dalam arti
ini dipahami sebagai situasi kelangkaan pelayanan sosial dan rendahnya
aksesibilitas lembaga-lembaga pelayanan sosial, seperti lembaga pendidikan,
kesehatan, dan informasi. Kemiskinan merupakan fenomena yang terjadi akibat
rendahnya penghasilan masyarakat.
4. PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan yang telah dilakukan, maka dapat
ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut :
a. Berdasarkan hasil estimasi data cross section terpilih model yang terbaik yaitu
OLS Ordinary Least Squares.
b. Berdasarkan hasil pengujian asumsi klasik diketahui data normal, tidak
terdapat masalah multikolinearitas, terdapat masalah otokorelasi dan
Page 26
22
heteroskedastisitas serta dalam spesifikasi model (linearitas) H0 diterima
sehingga spesifikasi model benar (model linier dengan variabel terikat).
c. Berdasarkan hasil uji eksistensi model (Uji F) yang digunakan untuk menguji
eksistensi model, diperoleh hasil signifikan statistik F sebesar 0,023 < 0,05,
maka model yang dipakai eksis.
d. Nilai koefisien determinasi berdasarkan cross sectionsebesar 0.023, artinya
2,3% variasi varaiabel POV dapat dijelaskan oleh variabel DR, GR dan AK .
Sisanya 97,7% dipengaruhi oleh variabel-variabel atau faktor-faktor lain yang
tidak dimasukkan dalam model.
e. Uji Validitas Pengaruh (Uji t) secara cross section menunjukkan bahwa
Dependency Ratio (DR) tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap
Kemiskinan (POV), Disparitas (GR) tidak memiliki pengaruh signifikan
terhadap Kemiskinan (POV), dan Aksesibilitas (AK) memiliki pengaruh
signifikan terhadap Kemiskinan (POV).
f. Dependency Ratio (DR) berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap
Kemiskinan, hal ini sejalan dengan penelitian terdahulu yang menunjukkan
bahwa hasil estimasi koefisien dependency ratio, menunjukkan pengaruh
positif namun tidak signifikan dan tidak berpengaruh secara parsial sesuai
dengan uji t, namun secara simultan berpengaruh.
g. Disparitas (GR) berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap
Kemiskinan, hal ini sama seperti penelitian terdahulu yang menjelaskan
bahwa kemiskinan tidak mempunyai pengaruh terhadap ketimpangan, hal ini
berarti bahwa meningkatnya atau menurunnya jumlah penduduk miskin tidak
akan mempengaruhi tingkat ketimpangan.
h. Aksesibilitas (AK) berpengaruh positif dan signifikan terhadap Kemiskinan,
hal ini sama seperti penelitian terdahulu yang menunjukkan bahwa semakin
baik aksesibilitas, maka semakin kecil kemungkinan terjadi kemiskinan
4.2 Saran
Berdasarkan kesimpulan dan keterbatasan diatas peneliti memberikan beberapa
saran sebagai berikut:
Page 27
23
a. Bagi pembaca, hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan
pengetahuan terkait dengan kemiskinan yang ada di Sragen serta faktor-faktor
yang mempengaruhinya. Khususnya yang berminat untuk mengetahui lebih
jauh tentang kemiskinan di Sragen (melakukan penelitian) maka perlu
modifikasi atau menambah variabel-variabel independen. Sehingga akan lebih
objektif dan bervariasi dalam melakukan penelitian serta memperbaruhi
periode penelitian.
b. Bagi pemerintah daerah Kabupaten Sragen, sebagai acuan dalam pengambilan
kebijakan di masa yang akan datang dalam upaya mengurangi jumlah
kemiskinan yang ada di Sragen.
c. Pemerintah daerah dalam kebijakan pembangunannya agar memprioritaskan
pada daerah yang relatif tertinggal, pada daerah yang aksesibilitas nya kurang
memadahi. Pemerintah daerah dalam membangun infrastuktur agar lebih
merata dan menyebarkan pusat-pusat pertumbuhan dan investasi.
d. Selain itu diharapkan pemerintah daerah meningkatkan sosialisai program
Keluarga Berencana (KB) pada masyarakat miskin guna memperlambat laju
pertumbuhan penduduk yang berdampak pada dependency ratio dan
mengambil kebijakan dalam pembinaan penduduk lanjut usia.
DAFTAR PUSTAKA
Aviva, Nur. 2015. “Pengaruh Status Sosial, Ekonomi, dan Aksesibilitas Terhadap
Tingkat Kemiskinan Di Desa Ngapung Kecamatan Lengkong Kabupaten
Nganjuk” Jurnal Swara Bhumi. Vol.2 No.3 Hal.1-6.
BPS Kabupaten Sragen (2017). Sragen Dalam Angka 2018.
BPS Kecamatan Gemolong (2017). Sragen Dalam Angka 2018.
BPS Kecamatan Gesi (2017). Sragen Dalam Angka 2018.
BPS Kecamatan Gondang (2017). Sragen Dalam Angka 2018.
BPS Kecamatan Jenar (2017). Sragen Dalam Angka 2018.
BPS Kecamatan Kalijambe (2017). Sragen Dalam Angka 2018.
BPS Kecamatan Karangmalang (2017). Sragen Dalam Angka 2018.
BPS Kecamatan Kedawung (2017). Sragen Dalam Angka 2018.
BPS Kecamatan Masaran (2017). Sragen Dalam Angka 2018.
Page 28
24
BPS Kecamatan Miri (2017). Sragen Dalam Angka 2018.
BPS Kecamatan Mondokan (2017). Sragen Dalam Angka 2018.
BPS Kecamatan Ngrampal (2017). Sragen Dalam Angka 2018.
BPS Kecamatan Plupuh (2017). Sragen Dalam Angka 2018.
BPS Kecamatan Sambirejo (2017). Sragen Dalam Angka 2018.
BPS Kecamatan Sambungmacan (2017). Sragen Dalam Angka 2018.
BPS Kecamatan Sidoharjo (2017). Sragen Dalam Angka 2018.
BPS Kecamatan Sragen (2017). Sragen Dalam Angka 2018.
BPS Kecamatan Sukodono (2017). Sragen Dalam Angka 2018.
BPS Kecamatan Sumberlawang (2017). Sragen Dalam Angka 2018.
BPS Kecamatan Tangen (2017). Sragen Dalam Angka 2018.
BPS Kecamatan Tanon (2017). Sragen Dalam Angka 2018.
Chambers, Robert. 1998. Pengembangan Desa Mulai Dari Belakang. LP3ES:
Jakarta.
Hatta, Muhammad dan Aziz Abdul. 2017. “Analisi Faktor Determinan Tingkat
Kemiksinan Di Indonesia Periode 2005-2015” Jurnal Riset Edisi XIX.
Vol.3 No.008
Suharto, Edi. 2009. Membangun Masyarakat Memperdayakan Masyarakat.
Bndung: PT Refika Aditama.
Sukmaraga, Prima 2011. Analisis Pengaruh Indeks Pembangunan Manusia,
PDRBPer Kapita, dan Jumlah Pengangguran Terhadap Jumlah Penduduk
Miskin Di Provinsi Jawa Tengah. Semarang; Skripsi Fakultas Ekonomi
Universitas Diponegoro.
Wongdesmiwati. 2009. “Pertumbuhan Ekonomi dan Pengentasan Kemiskinan di
Indonesia Tahun 1990-2004:Analisis Ekonometrika” Jurnal Ekonomi
Pembangunan.