-
HUBUNGAN ANTARA BODY IMAGE DENGAN KECEMASAN BERBICARA
DI DEPAN UMUM (PUBLIC SPEAKING ANXIETY) PADA MAHASISWA
FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA
OLEH
DON ESA ALDIANO
802012039
TUGAS AKHIR
Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Guna Memenuhi Sebagian Dari
Persyaratan
Untuk Mencapai Gelar Sarjana Psikologi
Program Studi Psikologi
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA
SALATIGA
2016
-
PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS AKHIR UNTUK
KEPENTINGAN AKADEMIS
Sebagai civitas akademika Universitas Kristen Satya Wacana
(UKSW), saya yang
bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Don Esa Aldiano
NIM : 802012039
Program Studi : Psikologi
Fakultas : Psikologi, Universitas Kristen Satya Wacana
JenisKarya : Tugas Akhir
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan
kepada UKSW
hal bebas royalti non-eksklusif (non-exclusive royalty
freeright) atas karya ilmiah saya
berjudul:
HUBUNGAN ANTARA BODY IMAGE DENGAN KECEMASAN BERBICARA
DI DEPAN UMUM (PUBLIC SPEAKING ANXIETY) PADA MAHASISWA
FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA
Dengan hak bebas royalti non-eksklusif ini, UKSW berhak
menyimpan, mengalih
media/mengalihformatkan, mengelola dalam bentuk pangkalan data,
merawat dan
mempublikasikan tugasakhir saya, selama tetap mencantumkan nama
saya sebagai
penulis/pencipta.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.
Mengetahui,
Pembimbing
Rudangta Arianti Sembiring, M.Psi
Dibuat di: Salatiga
Pada tanggal: 30 Agustus 2016
Yang menyatakan,
Don Esa Aldiano
-
PERNYATAAN KEASLIAN TUGAS AKHIR
Yang bertanda tangan dibawah ini:
Nama : Don Esa Aldiano
NIM : 802012039
Program studi : Psikologi
Fakultas : Psikologi, Universitas Kristen Satya Wacana
Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa tugas akhir, judul:
HUBUNGAN ANTARA BODY IMAGE DENGAN KECEMASAN BERBICARA
DI DEPAN UMUM (PUBLIC SPEAKING ANXIETY) PADA MAHASISWA
FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA
Yang dibimbing oleh:
Rudangta Arianti Sembiring, M.Psi
Adalah benar-benar hasil karya saya.
Di dalam laporan tugas akhir ini tidak terdapat keseluruhan atau
sebagian tulisan atau
gagasan orang lain yang saya ambil dengan cara menyalin atau
meniru dalam bentuk
rangkaian kalimat atau gambar serta simbol yang saya akui
seolah-olah sebagai karya
sendiri tanpa memberikan pengakuan kepada penulis atau sumber
aslinya.
Salatiga, 30 Agustus 2016
Yang memberi pernyataan,
Don Esa Aldiano
-
LEMBAR PENGESAHAN
HUBUNGAN ANTARA BODY IMAGE DENGAN KECEMASAN BERBICARA
DI DEPAN UMUM (PUBLIC SPEAKING ANXIETY) PADA MAHASISWA
FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA
Oleh
Don Esa Aldiano
802012039
TUGAS AKHIR
Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Guna Memenuhi Sebagian Dari
Persyaratan Untuk
Mencapai Gelar Sarjana Psikologi
Disetujui pada tanggal 30 Agustus 2016
Oleh
Pembimbing
Rudangta Arianti Sembiring, M.Psi
Diketahui oleh,
Kaprogdi
Dr. Chr. Hari Soetjiningsih, MS.
Disahkan oleh,
Dekan
Prof. Dr. Sutarto Wijono, MA.
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA
SALATIGA
2016
-
HUBUNGAN ANTARA BODY IMAGE DENGAN KECEMASAN BERBICARA
DI DEPAN UMUM (PUBLIC SPEAKING ANXIETY) PADA MAHASISWA
FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA
Don Esa Aldiano
Rudangta Arianti Sembiring
Program Studi Psikologi
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA
SALATIGA
2016
-
i
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara body
image dengan
kecemasan berbicara di depan umum pada mahasiswa yang menginjak
remaja akhir.
Untuk mencapai tujuan tersebut, peneliti menggunakan pendekatan
kuantitatif dengan
menyebarkan 3 skala pada mahasiswa, yaitu skala body image,
skala kepercayaan diri
sebagai penghubung, dan skala kecemasan berbicara di depan umum.
Responden
penelitian ini diambil dari populasi mahasiswa Fakultas
Psikologi Universitas Kristen
Satya Wacana yang menginjak usia remaja (18-21 tahun).
Penelitian ini menunjukan
bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara body image dan
kecemasan berbicara
di depan umum pada mahasiswa yang diteliti, yang ditunjukan
dengan nilai sig = 0,723
(p > 0,05). Hal tersebut menandakan tidak adanya hubungan
antara body image dengan
kecemasan berbicara di depan umum pada responden penelitian.
Kata kunci : body image, kepercayaan diri, kecemasan berbicara
di depan
umum, mahasiswa
-
ii
ABSTRACT
This study aims to determine the relationship between body image
and public speaking
anxiety to college student who reach late adolescence. To
achieve these objectives, the
researchers used a quantitative approach by deploy 3 scales on
the college student, the
scale of body image and self-confidence scale as a liaison, and
public speaking anxiety
scale. The respondents of this study were taken from the
population of college students
of the Faculty of Psychology Satya Wacana Christian University
step on late adolescent
(18-21 years). This study shows that there is no significant
relationship between body
image and public speaking anxiety on college students, shown
with sig = 0.723 (p
>0.05). This indicates the absence of a relationship between
body image and anxiety of
public speaking on the respondent.
Keyword : body image, self-confidence, public speaking anxiety,
college-
students
-
1
PENGANTAR
Pendahuluan
Penampilan selalu berkaitan erat dengan perubahan fisik yang
dialami
mahasiswa yang menginjak masa remaja akhir, remaja sangat
memperhatikan tubuhnya
dan mengembangkan citra mengenai tubuhnya itu (Mueller dalam
Santrock, 2012).
Secara lebih spesifik Haditono (dalam Monks, 1998) mengatakan
bahwa masa remaja
akhir berumur 18 – 21 tahun. Dengan tampil menarik mahasiswa
akan merasa dapat
tampil dengan lebih meyakinkan dalam berbagai situasi.
Penampilan menjadi perhatian
utama bagi mahasiswa, khususnya berkaitan dengan tubuh secara
fisik dibanding aspek-
aspek lain dari kehidupan mahasiswa itu sendiri.
Body image (citra diri) merupakan gambaran mental, evaluasi atau
sikap
subjektif yang dimiliki seseorang terhadap tubuhnya. Evaluasi
atau sikap tersebut bisa
berupa perasaan puas dan positif atau bisa juga berupa perasaan
tidak puas dan negatif
terhadap tubuh secara keseluruhan termasuk bentuk tubuh, ukuran
tubuh, dan berat
tubuh. Widiatmojo (2006) menjelaskan bahwa citra tubuh (body
image) meliputi
persepsi mengenai daya tarik fisik, persepsi mengenai ukuran dan
berat tubuh, serta
persepsi mengenai kepuasan terhadap aspek-aspek fisik tubuh.
Cash & Deagle (dalam
Jones, 2001) berpendapat bahwa body image adalah tingkat
kepuasan seseorang
terhadap fisiknya yang sekarang (ukuran, bentuk, penampilan
secara umum).
Cash (dalam Jones, 2001 ) menyebutkan beberapa dimensi dari body
image,
yaitu evaluasi penampilan (mengukur perasaan menarik atau tidak
menarik, mengukur
kepuasan atau ketidak puasan terhadap penampilan), orientasi
penampilan (mengukur
perhatian individu terhadap penampilannya), kepuasan area tubuh
(mengukur kepuasan
individu terhadap aspek-aspek tertentu dari penampilannya),
kecemasan menjadi gemuk
-
2
(menggambarkan kecemasan terhadap kegemukan, kewaspadaan akan
berat badan), dan
persepsi terhadap ukuran tubuh (menggambarkan bagaimana
seseorang mempersepsi
dan menilai berat badannya, dari yang sangat kurus sampai dengan
yang sangat gemuk).
Menurut Chaplin (1999) body image adalah ide seseorang mengenai
penampilan
badannya di hadapan orang lain. Body image adalah bagaimana cara
seseorang
memandang terhadap tubuhnya sendiri. Orang yang memiliki body
image positif
mencerminkan tingginya penerimaan jati diri, rasa percaya diri
dan kepeduliannya
terhadap kondisi badannya. Sedangkan kepercayaan diri dibutuhkan
dalam proses
komunikasi khususnya saat berbicara di depan umum. Kurangnya
kepercayaan diri
adalah salah satu faktor penyebab timbulnya kecemasan berbicara
di depan umum
(Thalisi dalam Lidyawati, 2005).
Menurut hasil observasi dan wawancara yang dilakukan oleh
peneliti, peneliti
melihat bahwa mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Kristen
Satya Wacana sangat
memperhatikan penampilannya. Menurut hasil wawancara yang
peneliti dengan
beberapa mahasiswa, para mahasiswa tersebut merasa bahwa salah
satu hal yang
membuat mereka cemas saat dituntut untuk berbicara di depan umum
adalah mengenai
penampilan. Mereka merasa cemas saat harus memilih pakaian yang
akan mereka
gunakan saat ada presentasi, mereka juga merasa harus
mempersiapkan diri serapih dan
semenarik mungkin. Mereka juga merasa bahwa berat badan mereka
bertambah dan hal
tersebut membuat mereka kurang percaya diri, dan hal tersebut
tentu saja menimbulkan
kecemasan saat harus berbicara di depan umum.
Banyak faktor yang berhubungan langsung dengan kepercayaan diri
seseorang,
salah satunya adalah penampilan fisik. Penampilan fisik sangat
erat hubungannya
dengan gambaran dan persepsi individu terhadap bentuk tubuhnya.
Gambaran dan
-
3
persepsi inilah yang disebut body image. Schilder (dalam Grogan,
2008) menjelaskan
bahwa body image adalah gambaran mengenai tubuh yang terbentuk
dalam pikiran
seseorang, atau dengan kata lain gambaran tubuh menurut dirinya
sendiri.
Menurut George dan Cristian (Santrock, 2003) kepercayaan diri
sendiri adalah
kemampuan berfikir rasional (rational belief) berupa
keyakinan-keyakinan, ide-ide dan
proses berpikir yang tidak mengandung unsur keharusan yang
menuntut individu
sehingga menghambat proses perkembangan dan ketika menghadapi
problem atau
persoalan mampu berpikir, menilai, menimbang, menganalisa,
memutuskan dan
melakukan. Rasa percaya diri (self confidence) adalah dimensi
evaluatif yang
menyeluruh dari diri.
Lauster (2006) mendefinisikan kepercayaan diri sebagai suatu
sikap atau
perasaan yakin akan kemampuan diri sendiri sehingga seorang
tidak terpengaruh oleh
orang lain. Menurutnya, kepercayaan diri adalah bagian dari
sifat kepribadian seseorang
yang sangat penting, karena hal ini berpusat dari pengalaman
serta kejadian masa lalu
yang telah dialami oleh individu itu sendiri sehingga baik atau
buruknya rasa percaya
diri pada seseorang didasari oleh pengalaman yang sudah ia
dapatkan.
Teori Lauster (2006) tentang kepercayaan diri mengemukakan
ciri-ciri percaya
diri, yaitu percaya pada kemampuan sendiri (keyakinan atas diri
sendiri terhadap segala
fenomena yang terjadi yang berhubungan dengan kemampuan individu
untuk
mengevaluasi serta mengatasi fenomena yang terjadi tersebut),
bertindak mandiri dalam
mengambil keputusan (dapat bertindak dalam mengambil keputusan
terhadap diri yang
dilakukan secara mandiri atau tanpa adanya keterlibatan orang
lain dan mampu untuk
meyakini tindakan yang diambil), memiliki rasa positif terhadap
diri sendiri (adanya
penilaian yang baik dari dalam diri sendiri, baik dari pandangan
maupun tindakan yang
-
4
dilakukan yang menimbulkan rasa positif terhadap diri dan masa
depannya), dan berani
mengungkapkan pendapat (adanya suatu sikap untuk mampu
mengutarakan sesuatu
dalam diri yang ingin diungkapkan kepada orang lain tanpa adanya
paksaan atau rasa
yang dapat menghambat pengungkapan tersebut).
Menurut Rakhmat (2002) tidak semua kecemasan berbicara
disebabkan kurang
percaya diri, tetapi di antara berbagai faktor yang paling
menentukan adalah percaya
diri. Chaplin (1999) berpendapat bahwa kecemasan merupakan
perasaan campuran
berisikan ketakutan dan keprihatinan mengenai rasa-rasa
mendatang tanpa sebab khusus
untuk ketakutan tersebut. Hal tersebut sama dengan pernyataan
Priest (dalam
Rizkitawati, 2007) yang menggambarkan kecemasan sebagai sebuah
rasa takut, rasa
ketidaktentuan, bingung, serta ketidakpastian yang umum dialami
oleh individu sebagai
respons terhadap situasi yang mengancam Menurut Thalisi (dalam
Rizkitawati, 2007)
beberapa faktor yang menimbulkan kecemasan adalah faktor
individu (rasa kurang
percaya diri) dan faktor lingkungan, (hubungan individu dengan
orang lain).
Ada beberapa gejala umum yang sering dilaporkan oleh mereka yang
mengalami
kesulitan dalam berbicara di depan umum. Reaksi-reaksi kecemasan
berbicara di depan
umum (Whalen dan Rogers, 2004), antara lain reaksi fisiologis
(terganggunya pola-pola
normal dari aktivitas fisiologik yang ada), reaksi psikologis
(reaksi yang berhubungan
dengan gejala emosional), dan reaksi perilaku seperti hilang
ingatan (termasuk
ketidakmampuan pembicara untuk mengingat fakta atau angka secara
tepat, dan
melupakan hal-hal yang sangat penting, ataupun bentuk-bentuk
kekacauan umum yang
lain, seperti ucapan yang salah, tersumbatnya pikiran yang
membuat individu tidak tahu
apa yang harus diucapkan, mengulang kata, kalimat, atau pesan
sehingga pembicara
terdengar seperti radio atau kaset rusak, berbicara tidak
lancar, tidak berani menatap
-
5
pendengar, memegang sesuatu untuk mencari kekuatan, meminta
individu lain untuk
menyampaikan idenya, melakukan gerakan tangan yang tidak
terkontrol dan
sebagainya).
Berdasarkan uraian di atas,, mahasiswa yang memiliki body image
tinggi
seharusnya memiliki kepercayaan diri yang tinggi, dan seharusnya
memiliki tingkat
kecemasan yang rendah saat diharuskan berbicara di depan
umum.
Bagan 1.0
Keterangan dari bagan di atas (lihat Bagan 1.0) adalah
kepercayaan diri menjadi
variabel penghubung antara body image dengan kecemasan berbicara
di depan umum.
Body image dan beberapa variabel lainnya saling mendukung dan
berhubungan dengan
kepercayaan diri, dan kepercayaan diri memiliki hubungan pula
dengan kecemasan
berbicara di depan umum.
Pertanyaan penelitian yang diajukan adalah, apakah body image
memiliki
hubungan negatif signifikan dengan kecemasan berbicara di depan
umum, dengan
kepercayaan diri sebagai variabel penghubung?
Bertindak
Mandiri
Body
Image
Percaya
kemampuan
sendiri, dll
Kepercayaan
Diri
Kecemasan
Berbicara di
Depan
Umum
-
6
Hipotesis penelitian yang diajukan untuk menjawab pertanyaan
tersebut adalah
sebagai berikut :
1. Adanya hubungan positif yang signifikan antara body image
dengan
kepercayaan diri pada mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas
Kristen
Satya Wacana.
2. Adanya hubungan negatif yang signifikan antara kepercayaan
diri dengan
kecemasan berbicara di depan umum pada mahasiswa Fakultas
Psikologi
Universitas Kristen Satya Wacana.
3. Adanya hubungan negatif yang signifikan antara body image
dengan
kecemasan berbicara di depan umum pada mahasiswa Fakultas
Psikologi
Universitas Kristen Satya Wacana.
METODE PENELITIAN
Rancangan Penelitian
Rancangan dalam penelitian ini adalah menggunakan pendekatan
kuantitatif.
Pendekatan kuantitatif adalah penelitian yang banyak menggunakan
angka-angka, mulai
dari pengumpulan data, penafsiran terhadap data serta penampilan
dari hasilnya
(Arikunto, 2010). Jenis dari penelitian ini adalah kuantitatif
korelasional yang bertujuan
untuk mengetahui hubungan antara variabel bebas dengan variabel
terikat. Dalam
penelitian ini variabel yang ingin diketahui adalah hubungan
antara body image,
kepercayaan diri, dan kecemasan berbicara di depan umum (public
speaking anxiety).
-
7
Variabel Penelitian
Variabel dalam penelitian ini adalah body image sebagai variabel
terikat (Y) ,
kepercayaan diri sebagai variabel penghubung dan kecemasan
berbicara di depan umum
(public speaking anxiety) sebagai variabel bebas (X).
Definisi Operasional
1. Body image merupakan suatu gambaran atau persepsi individu
terhadap
bentuk tubuhnya yang diliputi perasaan puas maupun tidak puas
terhadap
bentuk dan ukuran tubuh secara keseluruhan yang bisa diukur atau
dilihat
melalui evaluasi penampilan, orientasi penampilan, kepuasan area
tubuh,
kecemasan menjadi gemuk, dan persepsi terhadap ukuran tubuh
(menurut
Cash dalam Jones, 2001).
2. Kepercayaan diri adalah merupakan suatu sikap atau perasaan
yakin atas
kemampuan sendiri sehingga individu yang bersangkutan tidak
terlalu cemas
dalam setiap tindakan, dapat bebas melakukan hal-hal yang
disukai dan
bertanggung jawab atas segala perbuatan yang dilakukan. Dengan
memiliki
ciri-ciri percaya pada kemampuan diri sendiri, bertindak mandiri
dalam
mengambil keputusan, memiliki rasa positif terhadap diri
sendiri, dan berani
mengungkapkan pendapat (menurut Lauster, 2006).
3. Kecemasan berbicara di depan umum (public speaking anxiety)
adalah suatu
keadaan tidak menyenangkan yang dialami seseorang , sebagai
akibat dari
perasaan khawatir berkaitan dengan proses public speaking atau
pada saat
berbicara di depan banyak orang. Reaksi-reaksi kecemasan
berbicara di
depan umum, antara lain reaksi fisiologis, reaksi psikologis,
dan reaksi
perilaku (menurut Whalen dan Rogers, 2004).
-
8
Populasi, Sampel, dan Teknik Sampling
Populasi dalam penelitian ini adalah semua mahasiswa Fakultas
Psikologi
Universitas Kristen Satya Wacana angkatan 2014 dan 2015.
Populasi berjumlah 185
orang (angkatan 2014) dan 197 orang (angkatan 2015) dengan total
populasi berjumlah
384 orang.
Karakteristik subjek penelitian yang digunakan dalam penelitian
ini adalah :
a. Mahasiswa yang masih termasuk Remaja Akhir (Usia 18-21)
b. Mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Kristen Satya Wacana
angkatan 2014
dan 2015
Mengingat keterbatasan peneliti untuk menjangkau seluruh
populasi, maka
peneliti hanya meneliti sebagian dari populasi yang dijadikan
sebagai subjek penelitian
yang lebih dikenal dengan nama sampel. Sampel yang peneliti
ambil berjumlah 41
orang. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah teknik
Incidental Sampling.
Accidental Sampling menurut (Sugiyono 2009), adalah teknik
penentuan sampel
berdasarkan faktor spontanitas atau kebetulan, artinya siapa
saja yang secara tidak
sengaja bertemu dengan peneliti dapat digunakan sebagai sampel
dan juga yang
kebetulan ditemui itu cocok sebagai data, dimana sampel yang
dipakai adalah
mahasiswa Fakultas Psikologi UKSW yang memiliki rentang usia
antara 18 – 21 tahun.
Teknik Pengumpulan Data
Penelitian ini menggunakan metode pengumpulan data berupa skala
psikologi
yang terdiri dari 3 skala, yaitu Skala Body Image, Skala
Kepercayaan Diri, dan Skala
Kecemasan Berbicara di Depan Publik . Item dalam skala-skala
tersebut dikelompokkan
dalam pernyataan favorable dan unfavorable (untuk skala
kepercayaan diri dan skala
-
9
kecemasan berbicara di depan publik) dengan menggunakan 4
alternatif jawaban dari
Skala Likert.
Untuk memperoleh data dari penelitian ini, peneliti menggunakan
skala
penilaian guna mengukur body image, kepercayaan diri, dan
kecemasan berbicara di
depan publik. Skala body image yang dibuat oleh Cash (2002)
yaitu BISS (Body Image
States Scale) yang dimodifikasi oleh peneliti mencangkup dimensi
dari body image
(Cash dalam Jones, 2001) yaitu evaluasi penampilan, orientasi
penampilan, kepuasan
area tubuh, kecemasan menjadi gemuk, persepsi terhadap ukuran
tubuh. Sedangkan
untuk mengukur kepercayaan diri, peneliti menggunakan angket
milik Ika (2012) yang
disusun menurut Lautser (2006) dengan komponen percaya pada
kemampuan diri
sendiri, bertindak mandiri dalam mengambil keputusan, memiliki
rasa positif terhadap
diri sendiri, berani mengungkapkan pendapat. Untuk skala
terakhir yaitu kecemasan
berbicara di depan umum, peneliti menggunakan adaptasi angket
milik Rizkitawati
(2007) yang disusun menurut reaksi-reaksi kecemasan menurut
Whalen dan Rogers
(2004) yaitu aspek fisiologis, aspek psikologis, dan aspek
kognitif.
Reliabilitas dan Seleksi Item
Perhitungan reliabilitas Skala Body Image yang terdiri dari 6
item menggunakan
metode test-retest dengan melibatkan 58 partisipan, tiga puluh
satu partisipan diambil
dari sampel penelitian, dua puluh tujuh partisipan lainnya di
luar sampel penelitian,
namun tetap menggunakan mahasiswa yang menginjak usia remaja
akhir) dinyatakan
semuanya valid dengan koefisien korelasi item totalnya` bergerak
antara 0,336 sampai
dengan 0,679 , dengan reliabilitas sebesar 0,802 (reliabilitas
sangat tinggi). Selanjutnya
pada perhitungan reliabilitas dan daya diskriminasi item Skala
Kepercayaan Diri yang
dihitung berdasarkan perhitungan oleh Ika (2012) yang terdiri
dari 26 item dinyatakan
-
10
semuanya valid dengan koefisien korelasi item totalnya bergerak
antara 0,316 sampai
dengan 0,595 , dengan realibilitas sebesar 0,886 (reliabilitas
sangat tinggi). Sedangkan
berdasarkan pada perhitungan reliabilitas dan daya diskriminasi
item Skala Kecemasan
Berbicara di Depan Umum yang terdiri dari 28 item diuji
menggunakan SPSS v17.0
sebanyak dua kali, diperoleh item yang gugur sebanyak 1 item
pada pengujian pertama,
dan tidak ada item gugur setelahnya pada pengujian kedua, dengan
koefisien korelasi
item totalnya bergerak antara 0,291 sampai dengan 0,766 , dengan
realibilitas sebesar
0,908 (reliabilitas sangat tinggi).
Teknik Analisis Data
Menggunakan analisis korelasi Spearman’s Rho dengan kriteria
tolak H0 jika
angka sig. < 0,05.
HASIL PENELITIAN
Analisis Deskriptif
Azwar menyatakan bahwa “tujuan kategorisasi adalah untuk
menempatkan
individu ke dalam kelompok terpisah secara berjenjang menurut
suatu kontinum
berdasar atribut yang diukur” (Azwar, 2012). Untuk membuat
kategorisasi diperlukan
mean teoretik dan satuan standar deviasi populasi. Berikut
adalah rumus yang
digunakan untuk membuat kategorisasi dalam penelitian ini.
Skor Maksimal Instrumen = Jumlah soal x skor skala terbesar
Skor Minimal Instrumen = Jumlah soal x skor skala terkecil
Mean teoretik (µ) = 1/2 (Skor maksimal + Skor Minimal)
Standar Deviasi Populasi (σ) = 1/6 (Skor maksimal – Skor
minimal)
-
11
Berdasarkan perhitungan di atas, setiap responden akan
digolongkan ke dalam empat
kategori sebagai berikut.
Tabel 1.0
Rumus Empat Kategori
Rentang Skor Kategori
X > µ + 1σ Tinggi
µ < X ≤ µ + 1σ Cukup Tinggi
µ - 1σ < X ≤ µ Cukup Rendah
X ≤ µ - 1σ Rendah
Keterangan:
X = Skor total tiap responden
1. Body Image
Kategorisasi Body Image
Skor Maksimal = 6 x 4 = 24
Skor Minimal = 6 x 1 = 6
µ = 1/2 (24 + 6)
= 15
σ = 1/6 (24 – 6)
= 3
Kategori untuk body image adalah sebagai berikut :
Tabel 1.1
Kategori Body Image
Rentang Skor Kategori Jumlah
X > 18 Tinggi 7
15 < X ≤ 18 Cukup Tinggi 26
12 < X ≤ 15 Cukup Rendah 6
X ≤ 12 Rendah 2
Berdasarkan perhitungan di atas (lihat Tabel 1.1), mean teoritis
untuk skala body
image adalah 15, dan standar deviasi populasi untuk skala body
image adalah 3. Pada
hasil penelitian 7 orang memiliki body image yang tinggi, 26
orang memiliki body
image cukup tinggi, 6 orang memiliki body image cukup rendah,
dan 2 orang memiliki
body image yang rendah.
-
12
2. Kepercayaan Diri
Kategorisasi Kepercayaan Diri
Skor Maksimal = 26 x 4 = 104
Skor Minimal = 26 x 1 = 26
µ = 1/2 (104 + 26)
= 65
σ = 1/6 (104 – 26)
= 13
Kategori untuk body image adalah sebagai berikut :
Tabel 1.2
Kategori Kepercayaan Diri
Rentang Skor Kategori Jumlah
X > 78 Tinggi 11
65 < X ≤ 78 Cukup Tinggi 22
52 < X ≤ 65 Cukup Rendah 8
X ≤ 52 Rendah 0
Berdasarkan perhitungan di atas (lihat Tabel 1.2), mean teoritis
untuk skala
kepercayaan diri adalah 65, dan standar deviasi populasi untuk
skala kepercayaan diri
adalah 13. Pada hasil penelitian 11 orang memiliki kepercayaan
diri yang tinggi, 22
orang memiliki kepercayaan diri cukup tinggi, dan 8 orang
memiliki body image cukup
rendah.
3. Kecemasan Berbicara di Depan Umum
Kategorisasi Kecemasan Berbicara di Depan Umum
Skor Maksimal = 27 x 4 = 108
Skor Minimal = 27 x 1 = 27
µ = 1/2 (108 + 27)
= 67,5
σ = 1/6 (108 – 27)
= 13,5
-
13
Kategori untuk body image adalah sebagai berikut :
Tabel 1.3
Kategori Kecemasan Berbicara di Depan Umum
Rentang Skor Kategori Jumlah
X > 81 Tinggi 2
67,5 < X ≤ 81 Cukup Tinggi 10
54 < X ≤ 67,5 Cukup Rendah 25
X ≤ 54 Rendah 4
Berdasarkan perhitungan di atas (lihat Tabel 1.3), mean teoritis
untuk skala
kecemasan berbicara adalah 67,5, dan standar deviasi populasi
untuk skala kecemasan
berbicara adalah 13,5. Pada hasil penelitian 2 orang memiliki
kecemasan berbicara yang
tinggi, 10 orang memiliki kecemasan berbicara cukup tinggi, 25
orang memiliki
kecemasan berbicara cukup rendah, dan 4 orang memiliki kecemasan
berbicara yang
rendah.
Berdasarkan uraian deskriptif di atas, peneliti dapat
menyimpulkan bahwa
sebagian besar partisipan dalam penelitian memiliki body image
dan kepercayaan diri
yang cukup tinggi, serta kecemasan berbicara di depan umum yang
cukup rendah.
Namun sebagian kecil masih memiliki body image dan kepercayaan
diri yang cukup
rendah, serta kecemasan yang cukup tinggi.
Uji Validitas
Uji validitas dilakukan menggunakan Content-Related Validity.
Content-Related
Validity melihat tingkat validitas alat ukur dengan cara
mengevaluasi kesesuaian item
dengan materi (bahan) yang akan dibuat tes. Untuk tingkat
validitas ketiga alat ukur
(skala body image, skala kepercayaan diri, dan skala kecemasan
berbicara di depan
publik) sudah baik dikarenakan sudah mencangkup setiap bagian
dari teori yang
digunakan dalam pembuatan alat ukur.
-
14
Uji Asumsi
Uji asumsi yang dilakukan dalam penelitian ini meliputi uji
normalitas dan uji
linearitas. Uji normalitas yang digunakan dalam penelitian ini
dihitung dengan
menggunakan rumus One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test.
Berdasarkan hasil
pengujian normalitas diperoleh hasil skor body image
berdistribusi normal yaitu p >
0,05 (sig = 0,90). Untuk variabel kepercayaan diri diperoleh
hasil berdistribusi normal
dengan koefisien sebesar 0,748 dengan probabilitas (p) atau
signifikansi sebesar 0,631
(p > 0,05). Sementara itu, variabel kecemasan berbicara di
depan umum diperoleh hasil
berdistribusi normal dengan koefisien sebesar 0,683 dengan
probabilitas (p) atau
signifikansi sebesar 0,739 (p > 0,05).
Uji linieritas antara body image dengan kepercayaan diri
didapatkan hasil f
sebesar 1,229 dan signifikan sebesar 0,322, uji linieritas
antara kepercayaan diri dengan
kecemasan berbicara di depan umum didapatkan hasil f sebesar
1,364 dan signifikan
sebesar 0,259 dan untuk uji linieritas antara body image dengan
kecemasan berbicara di
depan umum didapatkan hasil f sebesar 2,774 dan signifikan
sebesar 0,019 (di bawah
0,05) maka dinyatakan tidak linier.
-
15
Uji Korelasi
Mengingat uji linieritas di atas, peneliti akhirnya menggunakan
uji korelasi
Spearman’s Rho dan mendapatkan hasil seperti ini :
Tabel 2.0
Hasil uji korelasi Spearman’s Rho
Berdasarkan hasil perhitungan uji korelasi Spearman’s Rho (lihat
Tabel 2.0)
diketahui bahwa antara kecemasan berbicara di depan umum dengan
kepercayaan diri
menunjukkan koefisien korelasi r = -0,654 dengan signifikansi
sebesar 0,001 (p < 0,05).
Hal ini menunjukkan bahwa ada hubungan negatif yang signifikan
antara kecemasan
berbicara di depan umum dengan kepercayaan diri pada mahasiswa
Fakultas Psikologi
UKSW, namun diketahui bahwa antara kecemasan berbicara di depan
umum dan
kepercayaan diri tidak menunjukkan bahwa ada hubungan yang
signifikan dengan body
image dikarenakan nilai signifikansi sebesar 0,723 dan 0,299 (p
> 0,05). Hal tersebut
menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara
body image dengan
kedua variabel lainnya yaitu kepercayaan diri dan kecemasan
berbicara di depan publik.
-
16
PEMBAHASAN
Melalui hasil analisis deskriptif, sebagian besar partisipan
memiliki tingkat body
image yang cukup tinggi, sebagian besar juga memiliki tingkat
kepercayaan diri yang
cukup tinggi, dan sebagian besar juga memiliki tingkat kecemasan
yang cukup rendah.
Hasil uji korelasi diketahui bahwa antara body image dengan
kepercayaan diri tidak
menunjukkan adanya korelasi positif yang signifikan. Hal
tersebut dikarenakan faktor
yang berhubungan dengan kepercayaan diri tidak hanya body image.
Body image
hanyalah salah satu dari sekian banyaknya faktor yang mendukung
dan berhubungan
dengan kepercayaan diri. Masih banyak faktor lainnya sebagai
penentu serta
berhubungan dengan kepercayaan diri seseorang, sehingga dalam
memperoleh
kepercayaan diri tersebut, seseorang membutuhkan faktor lainnya
seperti percaya pada
kemampuan sendiri, bertindak mandiri dalam mengambil keputusan,
dan berani
mengungkapkan pendapat (Lauster, 2006).
Sedangkan pada hasil uji korelasi diketahui bahwa antara
kecemasan berbicara
di depan umum dengan kepercayaan diri menunjukkan adanya
korelasi negatif yang
signifikan sebesar -0,654 (p
-
17
(dalam Rizkitawati, 2007) mengenai penyebab kecemasan yaitu
faktor individu yang
memiliki rasa kurang percaya diri.
Ketika kepercayaan diri yang merupakan penghubung antara body
image dan
kecemasan berbicara di depan umum tidak terbukti memiliki
korelasi yang signifikan
dengan body image, maka hasil yang sama pun didapatkan ketika
peneliti mencoba
mencari korelasi antara body image dengan kecemasan berbicara di
depan umum.
Argumen awal peneliti adalah body image memiliki hubungan yang
signifikan dengan
kepercayaan diri, dan kepercayaan diri memiliki hubungan yang
signifikan dengan
kecemasan berbicara di depan umum. Namun ketika peneliti
menemukan hasil bahwa
body image tidak memiliki hubungan yang signifikan dengan
kepercayaan diri, maka
hasil penelitian menyatakan bahwa body image tidak memiliki
hubungan yang
signifikan dengan kecemasan berbicara di depan umum, dimana
kepercayaan diri
merupakan variabel penghubung antara body image dengan kecemasan
berbicara di
depan umum ternyata membutuhkan faktor-faktor lain agar body
image bisa
berhubungan langsung dengan kepercayaan diri, seperti percaya
pada kemampuan
sendiri, bertindak mandiri dalam mengambil keputusan, dan berani
mengungkapkan
pendapat (dalam Lautser, 2006).
-
18
PENUTUP
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang diuraikan
sebelumnya, maka
dapat disimpulkan bahwa :
1. Tidak terdapat hubungan positif signifikan antara Body Image
dengan
Kepercayaan Diri.
2. Terdapat hubungan negatif signifikan antara Kepercayaan Diri
dengan Kecemasan
Berbicara di Depan Umum.
3. Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara Body Image
dengan Kecemasan
Berbicara di Depan Umum.
Saran
1. Bagi Mahasiswa yang Menginjak Masa Remaja Akhir.
Kepercayaan Diri terbukti memiliki hubungan negatif dengan
Kecemasan
Berbicara di Depan Umum, maka kepada mahasiswa disarankan untuk
agar tetap
mempertahankan rasa kepercayaan dirinya agar mampu mengurangi
kecemasan
berbicara di depan umum, hal tersebut sesuai dengan hasil
analisis deskriptif
peneliti dimana sebagian besar partisipan (mahasiswa) memiliki
kepercayaan diri
yang cukup tinggi, dan memiliki kecemasan yang cukup rendah.
Namun sebagian
kecil masih memiliki kepercayaan diri yang cukup rendah, serta
kecemasan yang
cukup tinggi, salah satu cara untuk meningkatkan kepercayaan
diri adalah dengan
menumbuhkan sikap menghargai diri sendiri dan berpikir positif
tentang
penampilan diri sendiri, hal tersebut ditujukan agar mampu
mengurangi
kecemasan berbicara di depan umum.
-
19
2. Bagi Peneliti Selanjutnya
Bagi peneliti selanjutnya yang akan mengembangkan penelitian ini
diharapkan
melakukan penelitian ke fakultas lain maupun universitas selain
Fakultas
Psikologi Universitas Satya Wacana, untuk mendapatkan data yang
dapat
melengkapi penelitian ini. Bagi peneliti selanjutnya juga
diharapkan
menambahkan aspek lainnya yang berhubungan dengan kepercayaan
diri, misal
percaya pada kemampuan sendiri, bertindak mandiri dalam
mengambil keputusan,
berani mengungkapkan pendapat untuk membantu menghubungkan body
image
dengan kepercayaan diri.
-
20
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, S. (2010). Prosedur penelitian. Suatu Pendekatan
Praktik. Jakarta: Rineka
Cipta.
Astanti, I.Y. (2012). Arah hubungan antara kepercayaan diri dan
gejala kecemasan
komunikasi interpersonal pada siswa kelas VIII MTs NU Salatiga
tahun ajaran
2011/2012. Naskah Publikasi. Salatiga : Program Studi Bimbingan
dan
Konseling, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas
Kristen Satya
Wacana Salatiga.
Ayuni, A.F. (2014). Hubungan antara harga diri dengan body image
pada wanita
akseptor KB. (naskah diunduh dari
:http://digilib.uinsby.ac.id/304/)
Azwar, S. (2012). Penyusunan skala psikologi. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.
Cash T.F. & Fleming E.C. (2012). Beyond body image as a
trait. The Development and
Validation of the Body Image States Scale. Virginia: Old
Dominion University.
Cash T.F. & Pruzinsky. (2002). Body image. A Handbook of
Theory, Research and
Clinical Practice. New York: Guilford Press.
Chaplin, J. P. (1999). Kamus lengkap psikologi. Jakarta: PT.
Grafindo.
Feist, J. & Feist, G.J. (2010). Teori kepribadian. Theories
of Personality, Ed 7 Buku 2.
Jakarta : Penerbit Salemba Humanika.
Grogan, S. (2008). Body image. Understanding Body
Dissatisfaction in Men, Women,
and Children. New York: Routledge.
Hadi, S. (2015). Metodologi riset. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.
Hurlock, E.B. (1999). Psikologi perkembangan. Suatu Pendekatan
Sepanjang Rentang
Kehidupan. Jakarta: Erlangga.
Jones, D. C. (2001). Social comparison and body image.
Attractiveness Comparison to
Models and Peers among Adolescent Girls and Boys- Statistical
Data Included.
Sex Roles : A Journal of Research.
Lauster, P. (2006). Tes kepribadian. Jakarta: Bumi Aksara.
Lidyawati, Y. (2005). Kecemasan menghadapi kematian pada orang
lanjut usia yang
tinggal di panti wreda. Skripsi (tidak diterbitkan). Salatiga:
Fakultas Psikologi
UKSW.
Masyhuri, (1991). Asas-asas komunikasi. Semarang: IKIP Semarang
Press.
Minnick, W.C. (1979). Public speaking. U.S.A: Houghton Mufflin
Company.
Monks, F. J. (1998) Psikologi perkembangan. Pengantar dalam
berbagai bagiannya.
Yogyakarta: Gajah Mada University Press.
http://digilib.uinsby.ac.id/304/
-
21
Perdana, A.W. (2012). Hubungan body image dengan penyesuaian
diri pada remaja.
Skripsi Publikasi. Salatiga : Fakultas Psikologi Universitas
Kristen Satya Wacana.
Pusat Bahasa (Indonesia). (2008). Kamus besar bahasa Indonesia.
Jakarta: PT.
Gramedia Pustaka Utama.
Putri, T.A. (2015). Hubungan antara body image dengan
kepercayaan diri mahasiswi
yang mengalami obesitas. Skripsi Publikasi. Surakarta : Fakultas
Psikologi
Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Rakhmat, J. (2011). Psikologi komunikasi. Bandung: Remaja
Karya.
Rizkitawati, A. (2007). Hubungan antara perilaku asertif dengan
kecemasan public
speaking pada mahasiswa psikologi Universitas Kristen Satya
Wacana Salatiga.
Skripsi (tidak diterbitkan). Salatiga : Perpustakaan Pusat
Universitas Kristen Satya
Wacana.
Rogers, N. (2004). Berani bicara di depan publik. Bandung:
Penerbit Nuansa Cendikia
Santrock, J.W. (2012). Life-span development, (Ed 13) Jilid 1.
Jakarta : Penerbit
Erlangga.
Sarwono, SW. (2010). Psikologi remaja (edisi revisi). Jakarta:
Raja Grasindo Persada.
Sugiyono. (2009). Metode penelitian pendidikan. Bandung:
Penerbit Alfa Beta.
Tatuh, M.C. (2012). Hubungan antara kepercayaan diri dengan
motivasi berprestasi
pada siswa di SMA Negeri 1 Salatiga. Skripsi Publikasi. Salatiga
: Fakultas
Psikologi Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga.
Wahyuni, S. (2014). Hubungan antara kepercayaan diri dengan
kecemasan berbicara di
depan umum pada mahasiswa psikologi. Skripsi diunduh dari :
http://ejournal.psikologi.fisip-unmul.ac.id/
http://ejournal.psikologi.fisip-unmul.ac.id/site/wpcontent/uploads/2014/04/JURNAL%20SRI%20WAHYUNI%20(04-16-14-04-07-51).pdf