1 HILIRISASI HASIL PENELITIAN OBAT BAHAN ALAM Drh. Rachmi Setyorini, MKM Kasubdit Penilaian Uji Praklinik/Klinik OT, SK, Kos dan Dokumen Informasi Produk Kosmetik BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN RI 12 Agustus 2020
1
HILIRISASI HASIL PENELITIAN OBAT BAHAN
ALAM
Drh. Rachmi Setyorini, MKM
Kasubdit Penilaian Uji Praklinik/Klinik OT, SK, Kos danDokumen Informasi Produk Kosmetik
BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN RI
12 Agustus 2020
OUTLINE
Pendahuluan01
02
03
Peluang Pengembangan dan Hilirisasi
Hasil Penelitian Obat Bahan Alam
Peran Badan POM dalam
Pengembangan Obat Bahan Alam
Terobosan Badan POM
terkait Pengembangan dan
Pemanfaatan Hasil Riset
04
3
PENDAHULUAN
Definisi Obat Tradisional menurutUndang-Undang Republik IndonesiaNo.36 tahun 2009 tentang Kesehatan
Obat tradisional adalah bahan atauramuan bahan yang berupatumbuhan, bahan hewan, bahanmineral, sediaan sarian (galenik) ataucampuran dari bahan tersebut, yangsecara turun-temurun telah digunakanuntuk pengobatan dan dapatditerapkan sesuai dengan norma yangberlaku di masyarakat
4
OBAT TRADISIONAL
PELUANG PENGEMBANGAN dan HILIRISASI HASIL
PENELITIAN OBAT BAHAN ALAM
5
Potensi Bahan Alam Indonesia dan Peran Strategis Riset dan Hilirisasi Obat Bahan Alam Indonesia
6
• Meningkatkan taraf kesehatan masyarakat, Pencegahan
• Paradigma jamu mudah diperoleh, murah dan minimal menimbulkan efek samping, meningkatkan daya tahan tubuh
Mendukung perkembangan dan peningkatan penguasaan teknologi, khususnya di bidang herbal
• Industri padat karya salah satu penggerak roda ekonomi di Indonesia
• 86,65% usaha Obat Bahan Alam Indonesia adalah UMKM
Bukti kearifan lokal warisan budaya bangsa Indonesia
SOSIAL & BUDAYA EKONOMI
KESEHATANTEKNOLOGI
PENTINGNYA PENGEMBANGAN OBAT BAHAN ALAM
Keanekaragaman hayati
> 30.000 spesies tanaman,
menempatkan Indonesia ke
5 BESAR NEGARA
MEGABIODIVERSITAS[LIPI, 2015]
Ristoja menghimpun
informasi RAMUAN 32.104,
TUMBUHAN OBAT 2.848
SPESIES tersebar pada
405 etnis di 34 propinsi
POTENSIRiset Hilirisasi
Peluang, Tantangan, dan Strategi Memasukkan Obat Modern Asli Indonesia dalam Pelayanan Kesehatan Formal
7
STRATEGI Membentuk Satgas Percepatan
Pengembangan dan Pemanfaatan Fitofarmaka (KepMenkoPMK No 22/2019)
Mendorong revisi Permenkes No. 54 Tahun 2018 tentang Penyusunan dan Penerapan Formularium Nasional (Fornas) dalam Penyelenggaraan Program Jaminan Kesehatan agar OMAI masuk ke dalam Fornas
Memasukkan obat bahan alam yang terbukti bermanfaat secara klinis(Fitofarmaka) ke dalam JKN
Mendorong pemanfaatan obatbahan alam dalam sistem kesehatan nasional
Pengganti kekosonganketersediaan obat
kimia
Misalnya penelitianobat herbal sebagai
anti COVID-19
Sebagai komplementerobat kimia
misalnyaimunomodulator pada
pasien COVID-19
Sebagai adjuvant (on top) obat kimia
misalnya pada penderita Covid-19 dengan comorbid diabetes melitus, hipertensi dapat diberikan
fitofarmaka untuk diabetes melitus, hipertensi.
TANTANGAN
Banyaknya penelitian obat tradisional yang belum terhilirisasi
8
Jamu
Obat Herbal Terstandar
Fitofarmaka
8
>11.000 produk
24 produk
71 produk
Sumber : Database Badan POM per 23 Juli 2020
▪ Berasal dari jamu▪ Keamanan dan khasiat
dibuktikan secara ilmiahmelalui uji pra-klinik(toksisitas & farmakodinamik)
▪ Bahan baku & produk jaditerstandar
▪ Sertifikat CPOTB▪ Mutu Produk
▪ Bukti dukung berasaldari bukti empiris
▪ Keamanan dan khasiatdibuktikan secara ilmiahmelalui uji klinik
▪ Bahan baku & produk jaditerstandar
▪ Sertifikat CPOTB▪ Uji pra-klinik (toksisitas &
farmakodinamik)▪ Mutu produk
Evidence based
Keputusan KBPOM No. HK.00.05.4.2411 tahun 2004 Ketentuan PokokPengelompokan dan Penandaan Obat Bahan Alam Indonesia
PENGGOLONGAN OBAT BAHAN ALAM SAAT INI
OMAI
Alur Penelitian Bahan Baku Menuju Produk dengan Data dukung Ilmiah
StandardisasiBahan Baku
Uji Praklinik
(Uji toksisitas, Uji farmakodinamik)
• Obat Herbal Terstandar
Uji Klinik • Fitofarmaka
Docking dan uji in vitro :
- dilakukan sebelum uji praklinik
- menjadi dasar untuk uji-uji selanjutnya
- tidak bisa digunakan sebagai data dukung klaim saat pendaftaran produk di BPOM
9
10
SKEMA PENGEMBANGAN BAHAN ALAM MENUJU PRODUK OHT / FITOFARMAKA
TANTANGAN UJI KLINIK
Terbatasnya fasilitas yang dimiliki RS/site uji baik untuk laboratorium, sarana perawatan, dll
Kurangnya kesiapan serta pemahaman peneliti dan site penelitian untuk melaksanakan uji klinik sesuai dengan standar Cara Uji Klinik yang Baik
Adanya regulasi terkait pelayanan kesehatan yang tidak dapat mengakomodir pasien sebagai subjek penelitian uji klinik
Data uji praklinik tidak sejalan dengan uji klinik yang akan dilakukan
Hilirisasi Produk Penelitian/ Riset
Pemanfaatan hasil penelitianuntuk dapat dimanfaatkanoleh masyarakat luas
Penelitian dan pihakterkait:- Harus jelas tujuan akhir- Memahami regulasi
produk yang dituju- Perencanaan yang baik
akan menjadi
supporting data
untuk produk
yang akan
diregistrasi
OHT /
FITOFARMAKA
Uji Klinik terdiri atas :
Uji klinik pra pemasaranmeliputi uji klinik fase I, II, dan III Uji klinik pasca pemasaranuji klinik fase IV
Pelaksanaan Uji Klinik: Persetujuan/Notifikasi
Uji klinik pra pemasaranwajib mendapatkan persetujuan Kepala Badan POM Uji klinik pasca pemasaranwajib menyampaikan notifikasi kepada Kepala Badan POM Persetujuan Pelaksanaan Uji Klinik (PPUK) yang diberikan oleh Kepala Badan berlaku 2 (dua) tahun
sejak tanggal diterbitkan Jika pelaksanaan uji klinik melebihi 2 (dua) tahun dapat diperpanjang dengan alasan yang jelas
PerKa BPOM No.21 Tahun 2015
tentang Tata Laksana Persetujuan Uji Klinik
Adalah kegiatan penelitian yang memiliki nilai ilmiah dan
etik dengan mengikutsertakan subjek manusia disertai
adanya intervensi produk uji, untuk menemukan atau
memastikan efek klinik, farmakologik dan/atau
farmakodinamik dan/atau mengidentifikasi reaksi yang
tidak diinginkan, atau mempelajari ADME dengan tujuan
memstikan keamanan dan efektifitas produk yang diteliti.
UJI KLINIK
11
PERMASALAHAN DALAM PROSES REGISTRASI
TERKAIT HASIL RISET YANG DIGUNAKAN SEBAGAI
EVIDENCE BASED
Standardisasi Bahan Baku dalam Produk
Jadi
Metode uji praklinik dan uji klinik
Hasil uji praklinik dan uji klinik
Sumber perolehan bahan baku yang berbeda-beda
Kadar pelarut yang digunakan berbeda-beda di tiap uji
Tidak ditetapkan marker/senyawa aktif dalam bahan baku
dll
12
Uji Praklinik produk jadi:1. Data uji farmakodinamik belum
menggambarkan penyakit yang akan diujikan
2. Terdapat kejadian serius di organ hewanuji seperti ginjal dan lever berdasarkan ujihistopatologi termasuk pada kontrolnormal
Uji Klinik produk jadi:1. Uji klinik dilaksanakan tanpa Persetujuan
Pelaksanaan Uji Klinik (PPUK)2. Tujuan dan parameter keberhasilan tidak
sesuai3. Metode uji tidak sesuai4. Kriteria inklusi dan eksklusi belum sesuai5. Jumlah subjek yang kurang atau
perhitungan sample size salah6. Endpoint efikasi tidak sesuai dengan
tujuan uji
Data Praklinik:Metode uji farmakodinamik yangdigunakan bukan yang lazimdigunakan untuk klaim khasiatyang diajukan.Gambaran penyakit pada hewanuji menjadi tidak jelas hasil ujitidak dapat digunakan.
Data Klinik:1. Endpoint parameter tidak
sejalan dengan klaim khasiatyang diajukan
2. Kriteria inklusi dan eksklusisubjek yang digunakan tidaksesuai dengan klaim calonfitofarmaka yang diajukan
Contoh Kekurangan saat EvaluasiRegistrasi
CONTOH KEKURANGAN METODE UJI
DIHUBUNGKAN SAAT EVALUASI REGISTRASI
Contoh Kekurangan pada Protokol/Data Hasil Uji
13
Ekstrak/fraksiUji non-klinik
in vitro & in
vivo
Formulasi,
scale-up(GMP/CPOTB)
Protokol Uji
Klinik pada
manusia
Produksi
skala
komersial
Evaluasi
dan Izin EdarRegistrasi di
BPOM
Fase III: Uji Klinik
dengan jumlah
subjek >
(konfirmasi
keamanan &
khasiat )
Fase II: Uji
Klinik pada
subjek sakit /
pasien (khasiat)
Fase I: Uji
Klinik pada
subjek sehat
(keamanan)
PersetujuanPelaksanaan Uji Klinik
Disubmit ke
GCP
Pemberian Sertifikat CPOTB
Upload melalui aplikasi asrot.pom.go.id/asrot
Penilaian Khasiat, Keamanan, Mutu (termasuk penilaian hasil uji klinik)
Untuk Jamu, bisa tidak dilakukan
Fase 3 dapat digabung dengan Fase 2 (Fase 2/3)
Persetujuan Komisi Etik
PERCEPATAN HILIRISASI PENELITIAN HERBAL
14
2
PERAN BADAN POM
15
PERAN BPOM DALAM PENGAWASAN OBAT DAN MAKANAN
Manufacturing
facility
PRODUCT Drug
Registration
Marketing
AuthorizationDISTRIBUTION
CONSUMERS
PRODUCT SAMPLING &
LAB TESTING
Communication &
Information
REGULATORY INSPECTION
GMP& GDP
INDUSTRY
GMP
CERTIFICATE
Drug labelling &
advertisement
control
Product
PRE-
MARKET
CONTROL
POST-
MARKET
CONTROL
R n D
5ICH WHO EMA
16
PERCEPATAN RISET PADA PANDEMI COVID-19
Fleksibilitas untuk Obat Bahan Alam yang Memiliki Riwayat Empiris :Uji Pra Klinik pada hewan coba Khusus saat pandemi Covid-19, untuk produk-produk Jamu yang empiris dan sudah memiliki NIE, serta
klaimnya sejalan dengan penanganan Covid-19, uji pra klinik tidak perlu dilakukan selama ada bukti keamanan produk tersebut.
Dosis uji pada manusia, dapat menggunakan dosis pada penggunaan empiris
Uji Klinik Fase I dapat tidak dilakukan bila profil keamanan dan manfaat pada hewan coba sudah sesuai. Bila profil toksisitas dapat diterima serta profil farmakodinamik menunjukkan potensi yang meyakinkan,
maka uji di fase II dan III dapat digabung (perlu pencermatan case by case).
Mendorong Pelaksanaan Uji Klinik : Pendampingan penyusunan protokol uji dan pendampingan pelaksanaan uji klinik Penyusunan pedoman penelitian obat herbal dalam upaya menghadapi Covid-19 Coaching clinic Pelatihan CUKB bagi peneliti
17
KERJASAMA PENTAHELIX DALAM
PENGEMBANGAN OBAT BAHAN ALAM
18
Koordinasi dan Kerja Sama Riset dan Inovasi Obat Herbal
19
• Implementasi Inpres 6 tahun2016
• Pembentukan Satgas berdasarkanKepMenko PMK Nomor 22/2019
• 5 Bidang Satgas: (1) bahan baku, (2) teknologi manufaktur dan standardisasi, (3) uji pra klinik dan uji klinik, (3) pengembanganpelayanan kesehatan tradisional, (5) produksi dan promosifitofarmaka
• Pengawalan penelitian dan hilirisasi fitofarmaka.
• Berkoordinasi dengan LIPI, BRIN, IPB, UGM, PDPOTJI untukpengembangan obat herbal dalam peningkatan daya tahantubuh pasien COVID-19
• Mendorong penelitian terhadap bahan herbal yang dilakukan oleh berbagai instansi, akademisi, peneliti maupun pelaku usaha.
• Fleksibilitas uji klinik untuk herbal– memiliki riwayat empiris– memiliki izin edar sebagai jamu
dengan klaim yang sejalan untuk COVID19
Satgas PercepatanPengembangan dan
Pemanfaatan Fitofarmaka
Dukungan pada Riset dan Inovasi untuk
Penanggulangan COVID-19
PERAN BPOM: PEMBENTUKAN SATUAN TUGAS PERCEPATAN PENGEMBANGAN DAN PEMANFAATAN FITOFARMAKA
Instruksi Presiden Nomor 6 Tahun 2016 tentang Percepatan Pengembangan Industri
Farmasi dan Alat Kesehatan
MoU Badan POM dengan Kementerian Riset Dikti terkait
Percepatan Penelitian dan Pengembangan Obat dan Makanan
di IndonesiaKepala Badan POM untuk :
Prioritas BPOM sejalan dengan rencana aksi
tindak lanjut Inpres 6/2016, yaitu:
Pengembangan bahan baku obat, produk
biologi, dan fitofarmaka.
1Memfasilitasi pengembangan obat dalam rangkamendukung akses dan ketersediaan obat untukmasyarakat sebagai upaya peningkatan pelayanankesehatan dalam rangka Jaminan Kesehatan Nasional;
Mendukung investasi pada sektor industri farmasi dan alatkesehatan melalui fasilitasi dalam proses sertifikasifasilitas produksi dan penilaian atau evaluasi obat; dan
Mendorong pelaku usaha untuk meningkatkan kepatuhan terhadap regulasi dan standar dalam rangka menjamin keamanan mutu dan khasiat serta meningkatkan daya saing industri farmasi.
2
3
LATAR BELAKANG
20
Telah diterbitkan Persetujuan Pelaksanaan Uji Klinik (PPUK) pada tanggal 27 Mei 2020 untuk produk uji Cordycep (POM TR 162397831) dan Deteflu (POM TR 152388391) yang telah didampingi dimulai dari penyusunan protokol.
Uji klinik ini melibatkan peneliti dari LIPI, PDPOTJI, danUGM dengan industri PT. Kalbe Farma. Uji klinik dilakukandi RS Darurat Wisma Atlet Kemayoran.
BPOM melakukan pendampingan terhadap pelaksanaan ujiklinik ini. Inspeksi uji klinik dilakukan pada 4-6 Agustus 2020.
Pendampingan Penelitian Produk Herbal sebagai Immunomodulator dalam Penanggulangan
COVID-19
22
Pendampingan BPOM Terhadap Uji Klinikterkait COVID-19
Penelitian Instansi Terkait Peran BPOM
Penelitian ekstrak daun jambu biji sebagai immunomodulator dalam penanganan COVID-19
BRIN, IPB dan industri PT. SOHO. Site Uji di RS UI dan RS. Persahabatan Jakarta.
• Pendampingan penyusunan protokol
• Evaluasi protokol uji klinik
Penelitian Health Tone OilObat Tradisional Impor dari Armenia untuk immunomodulator
PT. RHEA. Site Uji di Rumah Sakit Hasan Sadikin dan RSD WismaAtlet .
• Pendampingan penyusunan protokol
• Evaluasi protokol uji klinik
Penelitian pengembangan ekstrak etanol ketepeng cina (Cassia alata) dan ekstrak benalu (Dendrophthoe pentandra (L.) Miq) sebagai alternatif pengobatan infeksi Covid-19,
LIPI Pendampingan penyusunanprotokol uji
23
Lanjutan Pendampingan ...........
Penelitian Instansi Terkait Peran BPOM
Penelitin MelaleucaAlternifolia Concentrate (MAC Oil) sebagai immunomodulator
site uji RS Persahabatan dan RSD Wisma Atlet
Pendampingan penyusunan protokol
Penelitian VCO sebagai Imunomodulator pada pasien Covid-19
SetJend Pertahanan NasionalTim peneliti RS POLRISite Uji RS Bhayangkara TK.I R. Said SukantoRS Bhayangkara Brimob RS Wisma Altet dan RS Pertamina
Pendampingan penyusunan protokol
Penelitian Galobe, untuk produk: Golarend, Pangiar, Laorend, Bintang Laut Merah
STIKMAH Tobelo-Halmahera UtaraRS Kandou-ManadoRSUD Chasan Boeoirie-Ternate
Pendampingan pengembangan produk melalui penelitian sampai uji klinik herbal
Penelitian produk mengandung Eucalyptus untuk pasien COVID19
Balitbangtan, RS Unhas Pendampingan penyusunan protokol
24
Bursa Hilirisasi Inovasi Herbal Indonesia
Tujuan Kegiatan percepatan hilirisasi dankomersialisasi hasil penelitian Jamu dan Fitofarmaka, termotivasinya para peneliti untuk melakukanpenelitian di bidang obat herbal serta memberikesempatan kepada para peneliti di bidang obatherbal untuk menginformasikan dan mempromosikan hasil penelitiannya kepada pelaku usaha dan masyarakat
Bursa HilirisasiInovasi Herbal Indonesia 2020tanggal 19 - 20 Februari 2020
25
TEROBOSAN BADAN POM DALAM
MENDUKUNG PENGEMBANGAN DAN
PEMANFAATAN HASIL RISET
26
IMPLEMENTASI INPRES 6/2016: SATGAS
• Pembentukan Satgas ditetapkan denganKepMenko PMK Nomor 22/2019
• Tahun 2019 sedang berjalan 8 penelitianterdiri dari 5 uji pra klinik dan 3 uji klinik
• Fitofarmaka diharapkan dapat dimasukkan kedalam sistem JKN.
• Saat ini, pembentukan Satgas PercepatanPengembangan dan Pemanfaatan Jamu sedangberproses
27
Satuan Tugas Percepatan Pengembangandan Pemanfaatan Fitofarmaka dan Jamu
PENDAMPINGAN PERCEPATAN
HILIRISASI FITOFARMAKA
Workshop Uji Praklinik Bimtek CUKB
Pendampingan Uji Klinik di Surabaya
Pendampingan Uji Klinik di Ciledug
Pendampingan Uji Klinik di Yogyakarta
Konsultasi Uji Klinik
28
LANGKAH YANG TELAH & AKAN DILAKUKAN
OLEH BADAN POM DALAM PERCEPATAN
PENGEMBANGAN DAN PEMANFAATAN
FITOFARMAKA
FGD
MoU dengan Kementerian Riset,
Teknologi dan Pendidikan Tinggi, terkait
pendanaaan penelitian 19 Nov 2018
Pembahasan Satuan Tugas Percepatan
Pengembangan dan Pemanfaatan Fitofarmaka dengan
K/L terkait, tersusunnya draft SK Satgas14 Des 2018
Rapat Pleno Satuan Tugas 11
April 2019
12 April 2018November
2018
Desember 2018
September-Des 2019
April 2019
- SK Menko PMK No. 22 Tahun 2019
tentang Satuan Tugas Percepatan,
Pengembangan dan Pemanfaatan
Fitofarmaka
- Rapat progres tiap bidang Satuan
Tugas 14 Okt 2019
- Pendampingan uji pra klinik / klinik
- Coaching klinik/ Sosialisasi ke
Perguruan Tinggi
- Evaluasi kandidat Penelitian untuk
tahun 2020
- Pengajuan pendanaan penelitian
- Rapat progres tiap bidang
Satuan Tugas
- Pendampingan uji pra klinik /
klinik
- Pendampingan penyusunan
protokol Penelitian untuk
tahun 2020
- Pengajuan pendanaan
penelitian
- Penyusunan Tim Sekretariat
Jan-Juli 2020
29
30
Dukungan Percepatan Hilirisasi Pengembangan dan PemanfaatanFitofarmaka :1. Pemetaan Pengembangan Obat Herbal yang akan dan telah teruji secara
Praklinik dan Klinik.2. Pembahasan antara peneliti, akademisi dan pelaku usaha terkait metode
uji toksisitas dan uji farmakodinamik obat herbal3. Pendampingan dalam rangka pengajuan proposal pendanaan penelitian
melalui kemenristekdikti (program pengembangan teknologi industri(PPTI) dan insentif riset sistem inovasi (INSINAS)
4. Pendampingan kepada pelaku usaha dalam pelaksanaan uji praklinik danuji klinik
5. Pendampingan kepada pelaku usaha dalam pemgembangan produk danscale up
Riset fitofarmaka• Jumlah riset: 22• Target riset: izin edar produk• Indikasi obat herbal: Obat KB pria, Antihipertensi,
Antidislipidemia, Antihiperurisemia, Gangguan fungsi hati, Antidiabetes, dll.
Pendampingan Hilirisasi Penelitian
Jenis Penelitian Jumlah Keterangan
Uji Praklinik yang sudah berjalan (Uji toksisitas kronis)
3 Penelitian
Penelitian di Laboratorium dihentikan terkait pandemi Covid-19
Uji Praklinik yang belum berjalan
9 Penelitian
Penelitian di Laboratorium tidak dapat dilakukan terkait pandemi Covid-19
Uji Klinik yang telah berjalan
4 Penelitian
Penelitian tetap berlanjut, tetapi tidak ada pengambilan/penambahan subyek baru
Uji Klinik yang belum berjalan
6 Penelitian
Penelitian belum berjalan terkendala dana dan teknis
Progress Uji Praklinik dan Uji Klinik Dalam Masa Pandemi COVID-19Hasil Pendampingan SatGas Percepatan Pengembangan dan Pemanfaatan
Fitofarmaka
Pendampingan Uji Klinik oleh Satgas Percepatan Pengembangan dan Pemanfaatan Fitofarmaka
AKSES ONLINE : https://perpustakaan.pom.go.id/index.php?p=show_detail&type=ebook&id=28676
BADAN POM MENERBITKAN 10 (SEPULUH) BUKU INFORMASI DI BIDANG OBAT TRADISIONAL DAN SUPLEMEN KESEHATANDALAM RANGKA MENGHADAPI COVID-19
31
Mari kita dorong pemanfaatan obat bahan alam yang telah teruji secara ilmiah
(Obat Herbal Terstandar dan Fitofarmaka)
32
33
Terima Kasih