7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kajian Empirik 1. Ika Pratiwi (2012) judul” Analisis Pengaruh Budaya Organisasi,Insentif, Motivasi dan Disiplin pada Kinerja Karyawan Karyawan(Studi di RSUD Ratu Zalecha Martapura Kalimantan Selatan) tahun 2012 . Persamaan penelitian ini adalah sama – sama meneliti tentang kinerja(Variabel terikat). Hasil penelitian menunjukkan budaya organisasi, insentif, motivasi dan disiplin secara bersama- sama berpengaruh terhadap kinerja karyawan di instalasi farmasi dan rekam medik Ratu Zalecha Martapura. Perbedaan penelitian ini adalah variabel bebas dan sampel penelitian. Sampel penelitian Ika Pratiwi adalah karyawan Instalasi farmasi dan Rekam medis tetapi penelitian ini mengambil sampel Instalasi Rawat Jalan dan Instalasi Gawat Darurat. 2. Suwastini dengan judul “Pengaruh Kepuasan Kerja, Motivasi ke rja, Gaya Kepemimpinan dan Budaya Kerja terhadap Kinerja Karyawan Rumah Sakit Royal Progres Jakarta”. Analisis hipotesis menggunakan Regresi Linear. Metode Penelitian dengan sebaran angket dengan Skala Likert, populasi adalah seluruh karyawan rumah sakit dan populasi sebanyak 143 orang. Hasil penelitian menunjukkan terdapat pengaruh signifikan kepuasan kerja, motivasi kerja, gaya kepemimpinan dan budaya kerja terhadap kinerja karyawan baik secara parsial maupun bersama-sama. 3. Misbahul Munir dengan judul “Pengaruh Motivasi Kerja, Kepuasan Kerja, Budaya Organisasi terhadap Kinerja Karyawan Rumah Sakit Umum Daerah Tugurejo Semarang”. Analisa hipotesis dengan multiple regresi, metode penelitian dengan menyebarkan angket yang telah disusun dengan Skala Likert, sampel sebanyak 100 orang (metode sensus). Hasil penelitian adalah terdapat pengaruh yang signifikan motivasi kerja, kepuasan kerja, budaya organisasi dan kepemimpinan terhadap kinerja karyawan.
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kajian Empirik
1. Ika Pratiwi (2012) judul” Analisis Pengaruh Budaya Organisasi,Insentif,
Motivasi dan Disiplin pada Kinerja Karyawan Karyawan(Studi di RSUD Ratu
Zalecha Martapura Kalimantan Selatan) tahun 2012 . Persamaan penelitian ini
adalah sama – sama meneliti tentang kinerja(Variabel terikat). Hasil penelitian
menunjukkan budaya organisasi, insentif, motivasi dan disiplin secara bersama-
sama berpengaruh terhadap kinerja karyawan di instalasi farmasi dan rekam
medik Ratu Zalecha Martapura. Perbedaan penelitian ini adalah variabel bebas
dan sampel penelitian. Sampel penelitian Ika Pratiwi adalah karyawan Instalasi
farmasi dan Rekam medis tetapi penelitian ini mengambil sampel Instalasi Rawat
Jalan dan Instalasi Gawat Darurat.
2. Suwastini dengan judul “Pengaruh Kepuasan Kerja, Motivasi kerja,
Gaya Kepemimpinan dan Budaya Kerja terhadap Kinerja Karyawan Rumah Sakit
Royal Progres Jakarta”. Analisis hipotesis menggunakan Regresi Linear. Metode
Penelitian dengan sebaran angket dengan Skala Likert, populasi adalah seluruh
karyawan rumah sakit dan populasi sebanyak 143 orang. Hasil penelitian
menunjukkan terdapat pengaruh signifikan kepuasan kerja, motivasi kerja, gaya
kepemimpinan dan budaya kerja terhadap kinerja karyawan baik secara parsial
maupun bersama-sama.
3. Misbahul Munir dengan judul “Pengaruh Motivasi Kerja, Kepuasan
Kerja, Budaya Organisasi terhadap Kinerja Karyawan Rumah Sakit Umum
Daerah Tugurejo Semarang”. Analisa hipotesis dengan multiple regresi, metode
penelitian dengan menyebarkan angket yang telah disusun dengan Skala Likert,
sampel sebanyak 100 orang (metode sensus). Hasil penelitian adalah terdapat
pengaruh yang signifikan motivasi kerja, kepuasan kerja, budaya organisasi dan
kepemimpinan terhadap kinerja karyawan.
8
4. Marlene Merke Mamasah berjudul “Pengaruh Gaya Kepemimpinan
Transformasional dan Transaksional terhadap Kepuasan Kerja dan dampaknya
terhadap Kinerja Karyawan Rumah Sakit Adi Husada Surabaya” .Metode
penelitian menggunakan explanatory yaitu penelitian yang menguji hipotesis
yang telah dirumuskan sebelumnya. Populasi adalah seluruh perawat
Departemen Pelayanan Medis . Sampel sebanyak 191 orang dengan teknik
purposive sampling. Analisa menggunakan Regresi Linear Berganda. Hasil
penelitian menunjukkan gaya kepemimpinan transformasional tidak berpengaruh
secara siknifikan terhadap kepuasan kerja dan kinerja karyawan namun gaya
kepemimpinan transaksional berpengaruh secara siknifikan terhadap kepuasan
kerja melalui kinerja karyawan.
Penelitian – penelitian diatas dapat diringkas dalam tabel berikut:
9
Tabel 2.1 Ringkasan kajian empirik
No Peneliti Judul Variabel bebas Alat Analisis
Hasil Penelitian
1 Ika Pratiwi (2012)
Analisis Pengaruh Budaya Organisasi,Insentif,Motivasi,dan Disiplin pada Kinerja Karyawan Karyawan(Studi di RSUD Ratu Zalecha Martapura Kalimantan Selatan)
1.Budaya Organisasi 2.Insentif 3.Motivasi 4.Disiplin 5.Kinerja
1.Regresi linear 2.uji F atau ANOVA 3.Uji t
1.Pengaruh signifikan masing-masing variabel bebas terhadap kinerja 2.Pengaruh signifikan bersama variabel bebas terhadap kinerja
2 Suwastini (2011) Pengaruh Kepuasan Kerja,Motivasi Kerja,Gaya Kepemimpinan dan Budaya Kerja terhadap Kinerja Karyawan RS Royal Progress Jakarta
1.Kepuasan Kerja. 2.Motivasi Kerja 3.Gaya Kepemimpinan 4.Budaya Kerja 5.Kinerja karyawan
Analisia regresi linear
Terdapat pengaruh kepuasan kerja,motivasi,gaya kepemimpinan dan budaya kerja terhadap kinerja karyawan
3 Misbachul Munir (2013)
Pengaruh Motivasi Kerja, Kepuasan Kerja,Budaya Organisasi dan Kepemimpinan terhadap Kinerja Karyawan RS Tugu Rejo Semarang
1.Motivasi Kerja 2.Kepuasan Kerja 3.Budaya Organisasi 4.Kepemimpinan 5.Kinerja karyawan
Analisa regresi berganda
Terdapat pengaruh motivasi kerja,kepuasan kerja,budaya organisasi dan kepemimpinan terhadap kinerja
4 Marlene M.Mamesah (2009)
Pengaruh Gaya Kepemimpinan Transformasional dan Transaksional terhadap Kepuasan Kerja dan dampaknya terhadap Kinerja Karyawan RS Adi Husada Surabaya
1.Tidak terdapat pengaruh gaya kepemimpinan transformasional terhadap kinerja. 2.Terdapat pengaruh gaya kepemimpinan transaksional terhadap kepuasan kerja dan kinerja
2.2. Kajian Teori
2.2.1 Rumah Sakit
2.2.1.1 Pengertian Rumah Sakit
Rumah sakit adalah sebuah institusi pelayanan kesehatan bagi
masyarakat dengan karateristik tersendiri yang dipengaruhi oleh perkembangan
ilmu pengetahuan kesehatan,kemajuan teknologi,dan kehidupan sosial ekonomi
masyarakat yang harus tetap mampu meningkatkan pelayanan yang lebih
bermutu dan terjangkau oleh masyarakat agar terwujud derajat kesehatan yang
setinggi-tingginya.
10
Pengertian rumah sakit menurut WHO (World Health Organization)
adalah suatu bagian penyeluruh dari organisasi sosial dan medis berfungsi
memberikan pelayanan kesehatan yang lengkap kepada masyarakat, baik kuratif
maupun rehabilitatif dimana pelayanan menjangkau keluarga dan lingkungan,
rumah sakit juga merupakan pusat latihan tenaga kesehatan,serta penelitian
biososial. Disamping memberikan pelayanan yang komprehensif kepada
masyarakat rumah sakit juga sebagai pusat pendidikan calon tenaga kesehatan
Menurut Undang-Undang Rumah Sakit Nomor 44 Tahun 2009 Pasal 1
Ayat 1, Rumah sakit merupakan institusi pelayanan kesehatan yang
menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang
menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan dan gawat darurat.
2.2.1.2 Fungsi Rumah Sakit
Berdasarkan undang-undang Republik Indonesia Nomor 44 tahun 2009
tentang Rumah Sakit, rumah sakit mempunyai fungsi dalam menjalankan
tugasnya yaitu:
a. Penyelenggaraan pelayanan pengobatan dan pemulihan kesehatan
sesuai standar pelayanan rumah sakit
b. Pemeliharaan dan peningkatan kesehatan perorangan melalui
pelayanan kesehatan yang paripurna sesuai kebutuhan medis.
c. Penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan sumber daya manusia
dalam rangka peningkatan kemampuan dalam pemberian pelayanan
kesehatan.
d. Penyelenggaraan penelitian dan pengembangan serta penapisan
teknologi bidang kesehatan dalam rangka peningkatan pelayanan
kesehatan dengan memperhatikan ilmu pengetahuan bidang
kesehatan.
11
2.2.1.3 Pengertian Instalasi Rawat Jalan Rumah sakit.
Instalasi rawat jalan merupakan salah satu divisi rumah sakit yang
mempunyai pengaruh besar pada perkembangan profesional yang berpengaruh
terhadap pemasukan dan biaya total rumah sakit. Instalasi rawat jalan menjadi
show window rumah sakit yang berarti penampilan dan kinerja rumah sakit dilihat
pertama sekali dari penampilan rawat jalan.
Instalasi rawat jalan adalah pelayanan medis kepada seorang pasien
untuk tujuan pengamatan, diagnosa, pengobatan maupun rehabilitasi dan
pelayanan kesehatan lainnya tanpa mengharuskan pasien menjalani rawat inap.
Keuntungannya pasien tidak perlu mengeluarkan biaya tambahan untuk rawat
inap(opname). Instalasi rawat jalan dipimpin oleh seorang kepala instalasi yang
bertanggung jawab kepada wakil direktur pelayanan medik yang bertugas
menyediakan fasilitas terselenggaranya pelayanan medik dari berbagai disiplin
ilmu terkait. Intalasi rawat jalan juga menjadi tempat pelatihan dan pendidikan
tenaga kesehatan.
2.2.1.5.Instalasi Rawat Jalan RSUD Ratu Zalecha Martapura.
Instalasi rawat jalan RSUD Ratu Zalecha Martapura memiliki 16 poliklinik
yaitu:
1. Poliklinik Penyakit Dalam
2. Poliklinik Bedah
3. Poliklinik Bedah Ortopedi
4 .Poliklinik Gizi Klinik
5. Poliklinik Penyakit Saraf
6. Poliklinik Anak
7. Poliklinik Tumbuh Kembang Anak
8. Poliklinik Penyakit Jantung
9. Poliklinik Kebidanan dan Penyakit Kandungan
10. Poliklinik Penyakit Kulit dan Kelamin
12
11. Poliklinik Penyakit THT(Telinga Hidung dan Tenggorokan)
12 .Poliklinik Penyakit Paru dan pernafasan
13. Poliklinik Penyakit Mata
14.Poliklinik Rehabilitasi Medik(Fisioterapi)
15.Poliklinik Psikologi
16.Poliklinik Penyakit Gigi dan Mulut.
17.Poliklinik Haemodialisa
Poliklinik-poliklinik dipimpin oleh seorang kepala ruangan poliklinik yang
bertanggung jawab dan melaksanakan tugas berada di bawah kepala instalasi
rawat jalan. Kepala ruangan poliklinik bertugas merencanakan, melaksanakan
dan mengawasi kelancaran kegiatan pelayanan asuhan keperawatan serta
pendayagunaan sarana dan prasarana di masing-masing poliklinik agar efesien
dan efektif. Kepala instalasi rawat jalan mempunyai tugas pengawasan,
pengendalian dan pengorganisasian kegiatan pelayanan medis, perawatan,
ketatausahaan, pemeliharaaan sarana, pendidikan dan penelitian di lingkungan
instalasi rawat jalan.
Dalam melaksanakan tugasnya, kepala instalasi dan kepala ruangan
poliklinik wajib menerapkan prinsip koordinasi, integrasi, simplikasi dan
sinkronisasi baik dalam lingkungan instalasi maupun dengan organisasi lain di
lingkungan rumah sakit. Setiap pimpinan satuan organisasi di lingkungan
instalasi bertanggung jawab memimpin dan mengkoordinasikan bawahannya
masing-masing dan memberikan bimbingan serta petunjuk-petunjuk bagi
pelaksanaan tugas.
Pimpinan satuan organisasi di lingkungan instalasi wajib mengikuti dan
mematuhi petunjuk serta bertanggung jawab kepada atasan langsungnya dan
menyampaikan laporan berkala tepat waktu. Setiap laporan yang diterima wajib
diolah dan dipergunakan sebagai bahan laporan kepada Direktur Rumah sakit
13
dan bahan evaluasi dalam rangka peningkatan kinerja di lingkungan instalasi.
Kepala Instalasi dalam memberikan bimbingan kepada bawahan wajib
mengadakan rapat secara rutin/berkala.
Penyelenggaraan pelayanan instalasi Rawat Jalan didukung oleh tenaga
medis(SMF), tenaga perawat, pekarya kesehatan dan tenaga administrasi.
Tenaga medis (dokter) dalam melaksanakan tugas profesinya di instalasi rawat
jalan bertanggung jawab secara operasional kepada kepala instalasi sedangkan
secara teknis/medis bertanggung jawab kepada ketua SMF masing-masing.
Tenaga perawat dalam melaksanakan tugasnya secara operasional dan profesi
bertanggung jawab kepada kepala instalasi melalui kepala ruangan poliklinik.
Tenaga medis yang melayani poliklinik berjumlah 22 orang dokter
spesialis, 3 dokter umum dan 4 dokter gigi serta 50 orang tenaga paramedis
yang melayani sekitar 220 orang pasien setiap harinya. Poliklinik buka setiap hari
kecuali hari libur dan besar dari jam 08.00 sampai dengan jam 13.00
2.2.2 Kinerja
Rivai,Veithizal (2009 hal 549) mengemukakan bahwa kinerja adalah
prilaku nyata yang ditampilkan setiap orang sebagai prestasi kerja yang
dihasilkan seorang karyawan sesuai dengan perannya dalam perusahaan.
Sedangkan Pabundu (2006) mendefinisikan kinerja sebagai hasil-hasil fungsi
pekerjaan atau kegiatan seseorang atau kelompok dalam suatu organisasi yang
dipengaruhioleh berbagai faktor untuk mencapai tujuan organisasi dalam
periode waktu tertentu.
Dari definisi kinerja diatas, dapat diketahui bahwa unsur-unsur yang
terdapat dalam kinerja terdiri dari (Pabundu, 2006):
1. Hasil-hasil fungsi pekerjaan
2. Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap prestasi karyawan
seperti, motivasi, kecakapan, persepsi peranan dan sebagainya.
14
3. Pencapaian tujuan organisasi.
4. Periode waktu tertentu.
Kinerja juga berarti hasil yang dicapai oleh seseorang baik
kuantitas maupun kualitasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan
kepadanya. Selain itu kinerja seseorang dipengaruhi oleh tingkat pendidikan,
inisiatif, pengalaman kerja dan motivasi pegawai.Terhadap kinerja seseorang
harus dilakukan suatu penilaian kinerja agar merasa dihargai. Mathis dan
Jackson (2006) menyatakan bahwa penilaian kinerja adalah proses
mengevaluasi seberapa baik karyawan melakukan pekerjaan mereka jika
dibandingkan dengan seperangkat standar, dan kemudian mengkomunikasikan
informasi tersebut terhadap karyawan. Terdapat beberapa metode untuk
menilai kinerja dalam Mathis dan Jackson (2006):merupakan salah satu sumber
daya yang terdapat dalam organisasi, meliputi semua orang yang melakukan
aktivitas. Jadi secara sederhana pengertian MSDM adalah mengelola Sumber
Daya Manusia.
2.2.3 Kepemimpinan
Menurut Northouse dalam Witjaksono (2003:3) kepemimpinan adalah
suatu proses dimana individu mempengaruhi kelompok untuk mencapai tujuan
umum. Kepemimpinan mempunyai sebuah kekuasaan yang luar biasa dan
kepemimpinan bisa membuat perbedaan antara sukses dan kegagalan dalam
hal apa saja yang dikerjakan baik bagi diri sendiri maupun kelompok.
Thoyib, A (2005:64) berpendapat bahwa seorang pemimpin yang memiliki
karakteristik selalu memiliki upaya untuk menciptakan hal baru (selalu berinovasi)
dan gagasan- gagasan yang dimiliki pemimpin haruslah gagasan yang baru.
Pemimpin harus selalu berupaya untuk mengembangkan apa yang ia lakukan,
percaya kepada bawahan dan selalu menyalakan api kepercayaan pada anggota
organisasi. Gagasan seorang pemimpin harus memiliki perspektif jangka
15
panjang, menentang status quo, tidak puas dengan apa yang ada dan
bertanggung jawab atas apa yang dilakukan oleh bawahannya serta
mengerjakan yang benar.
Pada dasarnya, kepemimpinan merupakan kemampuan pemimpin untuk
mempengaruhi karyawan dalam sebuah organisasi. Dalam memberikan penilaian
terhadap gaya kepemimpinan yang diterapkan pemimpin, karyawan melakukan
proses kognitif untuk menerima, mengorganisasikan dan memberi penafsiran
terhadap pemimpin.
Salah satu teori yang menekankan pada suatu perubahan dan yang
paling komprehensif berkaitan dengan kepemimpinan adalah teori kepemimpinan
transformasional dan transaksional.
Menurut Robbins (2006:432) kepemimpinan adalah kemampuan untuk
mempengaruhi kelompok menuju pencapaian sasaran. Organisasi membutuhkan
kepemimpinan dan manajemen yang kuat untuk meraih efektifitas yang optimal.
Selanjutnya menurut Robbins (2006:433) bahwa teori ciri kepribadian
adalah teori yang mengkaji ciri-ciri karakteristik pribadi yang membedakan
pemimpin dari bukan pemimpin. Terdapat enam karakter yang membedakan
pemimpin dan bukan pemimpin adalah ambisi dan semangat, hasrat untuk
memimpin, kejujuran dan integritas, kepercayaan diri, kecerdasan dan
pengetahuan yang relevan dengan pekerjaan.
Robbins (2006:435) berpendapat teori perilaku kepemimpinan adalah
teori yang mengemukakan bahwa perilaku khusus membedakan antara
pemimpin dan bukan pemimpin. Pendekatan perilaku terhadap pemimpin
akan mempunyai implikasi yang sangat berbeda dari implikasi pendekatan ciri.
Perbedaan antara teori ciri dan teori perilaku, dalam penerapan, terletak pada
asumsi yang mendasari. Seandainya teori ciri itu sahih (valid), maka
kepemimpinan pada dasarnya dibawa sejak lahir. Di lain pihak, seandainya
terdapat perilaku spesifik yang menjadi ciri khas pemimpin, maka kita dapat
16
mengajarkan kepemimpinan, kita dapat merancang program-program yang
menanamkan pola perilaku ini ke dalam individu yang berhasrat menjadi
pemimpin yang efektif.
Dalam berorganisasi setiap pemimpin memiliki gaya pendistribusian tugas
yang berbeda-beda yang dalam hal ini dapat disebut juga sebagai pola
kepemimpinan dan di setiap organisasi yang satu dengan yang lain pasti
tidak sama namun jika ada persamaan mungkin hanya sedikit sekali.
Menurut Ranupandojo dan Husnan (1995:224) gaya kepemimpinan
sebagai pola tingkah laku yang dirancang untuk mengintegrasikan tujuan
organisasi dengan tujuan individu guna mencapai suatu tujuan tertentu. Biasanya
pada gaya kepemimpinan inilah yang menyebabkan seseorang dipilih sebagai
pemimpin atau manajer, sebab hal ini sangat berhubungan erat dengan tujuan
perusahaan yang akan dicapai, jenis-jenis kegiatan yang harus dipimpin,
karakteristik para tenaga kerja, usaha dan lain-lain.
Berkenaan dengan hal tersebut di atas, maka akan diuraikan
mengenai gaya kepemimpinan yang erat hubungannya antara
anggota atau karyawan dengan kepemimpinan itu sendiri. Gaya
kepemimpinan meliputi: 1) Kepemimpinan pendukung, yaitu gaya kepemimpinan
dimana pemimpin selalu bersedia menjelaskan, mudah didekati dan
menunjukkan diri sebagai orang sejati bagi karyawan. 2) Kepemimpinan
partisipasi, yaitu gaya kepemimpinan dimana pemimpin selalu meminta dan
menggunakan saran- saran bawahannya, menciptakan kerja sama yang serasi,
menumbuhkan loyalitas dan partisipasi para bawahan. Gaya kepemimpinan ini
selalu memotivasi agar merasa ikut memiliki organisasi, namun demikian
pengambilan keputusan tetap berada pada pemimpin. 3) Kepemimpinan
delegasi, yaitu gaya kepempimpinan yang menyerahkan tanggung jawab atas
pelaksanaan pekerjaan pada bawahan. Hal ini berarti pemimpin menginginkan
para bawahan dapat mengendalikan diri dalam menyelesaikan pekerjaannya,
17
bawahan dapat mengambil keputusan dengan lebih leluasa dalam melaksanakan
tugasnya karena adanya pendelegasian dari pemimpin.
Berdasar pada beberapa pendapat di atas dapat dikatakan bahwa
penentuan gaya kepemimpinan seseorang sebenarnya terletak pada bagaimana
peran pengikut memberikan penilaian perilaku dari pemimpin ketika mereka
berhubungan dengan pengikutnya. Hal ini berarti untuk mengetahui efektifitas
pemimpin tergantung pada tanggapan para pengikutnya atas perilaku pemimpin
yang bersangkutan pada saat mereka saling berinteraksi. Apabila para pengikut
memberikan tanggapan positif dan berusaha memenuhi harapan pemimpinnya
dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan maka dapat disebut sebagai
kepemimpinan yang efektif. Dengan demikian dapat diketahui bahwa tidak
ada gaya kepemimpinan yang mutlak baik dan buruk, yang penting adalah tujuan
dapat tercapai dengan baik karena kepemimpinan dipengaruhi oleh banyak faktor
seperti bawahan (karyawan), organisasi, karakter pemimpin dan situasi yang
ada.
2.3.1.1 Kepemimpinan Transformasional
Bass dalam Natsir (2004:2-3) mengemukakan bahwa kepemimpinan
transformasional berkenaan dengan pengaruh pemimpin atau atasan
terhadap bawahan. Para bawahan merasakan adanya kepercayaan,
kebanggaan, loyalitas dan rasa hormat kepada atasan dan mereka termotivasi
untuk melakukan melebihi apa yang diharapkan. Aviolo dalam Kaihatu dan
Rini (2007:51) mengemukakan bahwa fungsi utama dari seorang pemimpin
transformasional adalah memberikan pelayanan sebagai katalisator dari
perubahan (catalyst of change) namun saat bersamaan sebagai seorang
pengawas dari perubahan (a controller of change) dan meskipun terdapat
beberapa perbedaan dalam mendefinisikan kepemimpinan transformasional
18
akan tetapi secara umum mereka mengartikannya sebagai agen perubahaan
(an agent of change).
Menurut Bass dalam Tondok dan Andarika (2004:38) terdapat empat
karakteristik kepemimpinan transformasional yaitu:1. Karisma. Pemimpin
transformasional memberikan contoh dan bertindak sebagai role model
dalam perilaku, sikap dan komitmen bagi bawahannya. 2. Inspirasional
(Inspirasi). Pemimpin transformasional memotivasi dan memberi inspirasi