BAB 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dialisa adalah suatu proses dimana solute dan air mengalami difusi secara pasif melalui suatu membran berpori dari kompartemen cair menuju kompartemen lainnya. Prinsip dasar teknik tersebut yaitu difusi solute dan air dari plasma ke larutan dialisa sebagai respon terhadap perbedaan konsentrasi atau tekanan tertentu (Price dan Wilson, 1995). Hemodialisa memerlukan sebuah mesin dialisa dan sebuah filter khusus yang dinamakan dializer (suatu membran semipermeabel) yang digunakan untuk member-sihkan darah, darah dikeluarkan dari tubuh penderita dan beredar dalam sebuah mesin diluar tubuh. Hemodialisa memerlukan jalan masuk ke aliran darah, maka dibuat suatu hubungan buatan antara arteri dan vena melalui pembedahan (NKF, 2006). Pasien-pasien dialisis kebanyakan menjalankan terapi ini di rumah sakit. Akan tetapi, tidak sedikit dari pasien tersebut yang menjalankan terapi ini di rumah. Terdapat sekitar 354.754 pasien di Amerika yang menjalani terapi dialisis, 325.229 diantaranya menja- lankan terapi hemodialisis di rumah sakit, 2.455 1
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
BAB 1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dialisa adalah suatu proses dimana solute dan air mengalami difusi secara pasif
melalui suatu membran berpori dari kompartemen cair menuju kompartemen
lainnya. Prinsip dasar teknik tersebut yaitu difusi solute dan air dari plasma ke
larutan dialisa sebagai respon terhadap perbedaan konsentrasi atau tekanan
tertentu (Price dan Wilson, 1995). Hemodialisa memerlukan sebuah mesin dialisa
dan sebuah filter khusus yang dinamakan dializer (suatu membran
semipermeabel) yang digunakan untuk member-sihkan darah, darah dikeluarkan
dari tubuh penderita dan beredar dalam sebuah mesin diluar tubuh. Hemodialisa
memerlukan jalan masuk ke aliran darah, maka dibuat suatu hubungan buatan
antara arteri dan vena melalui pembedahan (NKF, 2006).
Pasien-pasien dialisis kebanyakan menjalankan terapi ini di rumah sakit. Akan
tetapi, tidak sedikit dari pasien tersebut yang menjalankan terapi ini di rumah.
Terdapat sekitar 354.754 pasien di Amerika yang menjalani terapi dialisis,
325.229 diantaranya menja-lankan terapi hemodialisis di rumah sakit, 2.455
menjalankan terapi hemodialisis di rumah mereka, dan 26.114 sisanya
7. Resiko kekurangan volume cairan dengan faktor resiko penggunaan dialisat
hipertonik dengan pembuangan cairan berlebihan dari volume sirkulasi.
8. Resiko infeksi dengan faktor resiko kontaminasi kateter selama pemasangan,
kontaminasi kulit pada sisi pemasangan kateter.
21
3.3 Rencana Tindakan Keperawatan
Tujuan Intervensi Rasional
Diagnosa keperawatan: Ansietas berhubungan dengan krisis situasional; ancaman pada konsep diri; perubahan status kesehatan.1. Menyatakan perasaan
waspada adan penurunan ansietas sampai pada tingkat yang dapat diatasi.
2. Menunjukkan keterampilan pemecahan masalah dan penggunaan sumber secara efektif.
3. Tampak rileks, dapat tidur/istirahat dengan tepat
1. Kaji tingkat ansietas klien. Perhatikan tanda pengingkaran depresi, atau penyempitan focus perhatian.
2. Jelaskan prosedur/asuhan yang akan diberikan.
3. Akui kenormalan perasaan klien saat ini.4. Dorong klien untuk mengajukan
pertanyaan dan menyatakan masalah.
5. Ajarkan klien teknik relaksasi nafas dalam.
6. Dorong orang terdekat berpartisipasi dalam asuhan.
7. Berikan petunjuk mengenai sumber-sumber penyokong yang ada, seperti keluarga, konselor, dan sebagainya.
8. Berikan obat penenang sesuai order.
1. Membantu menentukan jenis intervensi yang akan diberikan.
2. Meningkatkan pengetahuan klien terhadap prosedur tindakan.
3. Mengetahui penyebab ansietas pada klien.4. Membuat perasaan terbuka dan
bekerjasama serta memberikan informasi yang akan membantu dalam identifikasi/mengatasi masalah.
5. Menurunkan kecemasan pada klien.
6. Meningkatkan perasaan berbagi, menguatkan perasaan berguna, memberikan kesempatan untuk mengakui kemampuan individu, dan dapat mengurangi kecemasan.
8. Untuk menghilangkan ansietas pada klien.Diagnosa keperawatan: Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis, kebutuhan perawatan dan pengobatan berhubungan dengan kurang terpajan informasi.
22
1. Menyatakan pemahaman tentang kondisi dan hubungan tanda/gejala dan proses penyakit.
2. Secara benar melakukan prosedur yang diperlukan dan menjelaskan alasan tindakan.
1. Kaji tingkat pengetahuan klien.2. Dorong dan beri kesempatan klien untuk
bertanya.
3. Berikan penjelasan dengan sederhana sesuai kebutuhan klien.
5. Beritahu pasien/keluarga tentang dialisis di rumah sesuai indikasi.
1. Mengetahui tingkat pengetahuan klien.2. Meningkatkan proses belajar,
meningkatkan pengetahuan untuk pengambilan keputusan.
3. Memudahkan klien menerima informasi yang dibutuhkan.
4. Meningkatkan pengetahuan klien terhadap pola diet, intake nutrisi dan cairan.
5. Meningkatkan pengetahuan dan pemahaman klien dan keluarga dalam melakukan terapi di rumah.
Diagnosa keperawatan: Nyeri akut berhubungan dengan prosedur invasif; pemasukan kateter malalui dinding abdomen/iritasi kateter; penempatan kateter yang tidak tepat.1. Menyatakan penurunan
nyeri/ketidaknyamanan.2. Menunjukkan postur/ekspresi
wajah rileks, mampu untuk tidur/istirahat dengan tepat.
1. Kaji skala nyeri pada pasien, intensitas dan faktor pencetus.
2. Jelaskan bahwa ketidaknyamanan awal biasanya hilang setelah pertukaran pertama
3. Awasi nyeri yang mulai selama aliran dan berlanjut selama fase ekuilibrasi.
4. Perhatikan keluhan nyeri pada area bahu. Cegah udara masuk ke rongga peritoneum selama infuse.
5. Tinggikan kepala tempat tidur pada interval tertentu. Berikan perawatan
1. Membantu dalam mengidentifikasi sumber nyeri dan intervensi yang tepat.
2. Penjelasan dapat menurunkan ansietas, dan meningkatkan relaksasi selama prosedur.
3. Nyeri akan terjadi pada waktu ini jika dialisat asam menyebabkan iritasi kimia terhadao membrane peritoneal.
4. Masuknya udara ke dalam abdomen dapat mengiritasi diafragma dan mengakibatkan nyeri pada bahu.
5. Perubahan posisi dapat menghilangkan ketidaknyamanan abdomen dan otot umum.
23
punggung dan masase jaringan.6. Hangatkan dialisat pada suhu tubuh
sebelum diinfuskan.7. Awasi nyeri abdomen berat/terus
menerus, dan peninggian suhu (khususnya setelah dialisis dihentikan).
8. Dorong penggunaan teknik relaksasi (nafas dalam, distraksi).
6. Meningkatkan kecepatan pembuangan urea melalui dilatasi pembuluh darah.
7. Indikasi terjadinya peritonitis.
8. Mengembalikan perhatian, meningkatkan rasa nyaman.
Diagnosa keperawatan: Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan terapi pembatasan, prosedur dialisis yang lama.
1. Mempertahankan mobilits/fungsi optimal.
2. Menunjukkan peningkatan kekuatan dan bebas dari komplikasi (kontraktur, dekubitus)
6. Mempertahankan kelenturan sendi, mencegah kontraktur, membantu
24
7. Buat rencana program aktivitas dengan masukan dari pasien.
menurunkan tegangan otot.7. Meningkatkan energy pasien dan perasaan
sejahtera dan terkontrol.
Diagnosa keperawatan: Resiko cidera dengan faktor resiko kehilangan akses vaskuler akibat pembekuan; perdarahan karena lepasnya sambungan secara tidak sengaja.1. Mempertahankan jalan
masuk vaskuler paten.1. Awasi potensi aliran AV internal pada
interval sering: Palpasi getaran distal.
2. Perhatikan warna darah dan/atau pemisahan sel dan serum sebelumnya.
3. Evaluasi keluhan nyeri, kebas/kesemutan; perhatikan pembengkakan ekstremitas distal pada jalan masuk.
4. Hindari trauma pada pirau; contoh menangani selang dengan perlahan, pertahankan posisi kanula. Batasi aktivitas ekstremitas.
5. Pasang dua klem kanula pada balutan pirau, sediakan torniket. Bila kanula terpisah, klem pertama pada arteri kemudian kanula vena. Bila selang lepas
1. Getaran disebabkan oleh turbulen darah arterial tekanan aliran yang masuk ke sistem tekanan vena yang lebih rendah dan harus dipalpasi di atas sisi keluarnya vena.
2. Perubahan warna dari merah sedang sampai merah gelap keunguan menunjukan aliran darah lembam/pembekuan dini. Pemisahan dalam selang indikatif pembekuan. Darah merah gelap kemudian cairan kuning jernih menunjukan pembentukan bekuan lengkap.
4. Dari beberapa bukti yang didapati pada pemeriksaan, dapat dengan segera tindakan/intervensi penanggulangan selanjutnya.
5. Mencegah kehilangan darah masif bila kanula terpisah atau pirau berubah posisi sambil menunggu bantuan medik.
25
dari vena, klem kanula yang masih ditempatnya lakukan tekanan langsung pada sisi perdarahan. Pasang torniket diatasnya atau kembangkan balon pada tekanan diatas TD sistolik pasien.
6. Hindari kontaminasi pada sisi akses. Gunakan teknik aseptik dan masker bila memberikan perawatan pirau, mengganti balutan, dan bila melakukan proses dialisa.
6. Tanda infeksi/sepsis yang memerlukan intervensi medik cepat
Diagnosa keperawatan: Resiko kelebihan volume cairan dengan faktor resiko tidak adekuatnya gradient osmotic dialisat; retensi cairan (malposisi kateter); pemasukan oral/IV berlebihan.1. Mempertahankan berat badan
kering dalam batas normal, pasien tidak edema, bunyi nafas jelas dan kadar natrium dalam batas normal.
1. Ukur semua sumber pemasukan dan pengeluaran. Timbang dengan rutin.
2. Awasi TD, nadi.
3. Perhatikan adanya edema perifer/sakral. Pernapasan gemericik, dispnea, ortopnea, distensi vena leher, perubahan EKG menunjukan hipertrofi ventrikel.
1. Membantu mengevaluasi status cairan khususnya bila dibandingkan dengan berat badan. Peningkatan berat badan antara pengobatan harus tidak lebih dari 0,5 kg/hari.
2. Hipertensi dan takikardia antara hemodialisis dapat diakibatkan oleh kelebihan cairan dan/atau gagal jantung.
3. Kelebihan cairan karena tidak efisiennya dialisa atau hipervolemia berulang diantara pengobatan dialisa dapat menyebabkan/eksaserbasi gagal jantung, seperti diindikasi oleh tanda/gejala kongesti vena sistemik dan/atau pernafasan.
4. Kadar natrium tinggi dihubungkan dengan
26
4. Awasi kadar natrium serum. Batasi pemasukan natrium sesuai indikasi.
5. Batasi pemasukan peroral cairan indikasi, pemberian jangka waktu memungkinkan cairan sepanjang periode 24 jam.
6. Perhatikan perubahan mental.
kelebihan cairan, edema, hipertensi, dan komplikasi jantung
5. Hemodialisa intermiten mengakibatkan retensi/kelebihan cairan antara prosedur dan dapat memerlukan pembatasan cairan. Jarak cairan membantu mengurangi haus.
6. Kelebihan cairan /hipervolemia, berpotensi untuk edema serebral (sindrom disekuilibrium).
Diagnosa keperawatan: Resiko kekurangan volume cairan dengan faktor resiko penggunaan dialisat hipertonik dengan pembuangan cairan berlebihan dari volume sirkulasi.1. Mempertahankan
keseimbangan cairan dibuktikan oleh berat badan dan tanda vital stabil, turgor kulit baik, membran mukosa lembab, tidak ada perdarahan
1. Ukur sama sumber pemasukan dan pengeluaran.
2. Awasi TD, nadi, dan tekanan hemodinamik bila tersedia selama dialisa.
3. Tempatkan pasien pada posisi telentang/trandelenburg sesuai kebutuhan.
4. Kaji adanya perdarahan terus menerus atau perdarahan besar pada sisi akses, membran mukosa, insisi/luka. Hematemesis/guaiak feses, drainase gaster.
5. Berikan cairan IV (contoh garam faal)/volume ekspander (contoh albumin)
1. Membantu mengevaluasi status cairan, khususnya bila dibandingkan dengan berat badan.
3. Memaksimalkan aliran balik vena bila terjadi hipotensi.
4. Heparinisasi sistemik selama dialisa meningkatkan waktu pembekuan dan menempatkan pasien pada resiko perdaahan, khususnya selama 4 jam pertama setelah prosedur.
5. Cairan garam faal/dekstrosa, elektrolit, dan NaHCO3 mungkin diinfuskan dalam sisi
27
selama dialisa sesuai indikasi.
6. Penurunan kecepatan ultrafiltrasi selama dialisa sesuai indikasi.
7. Berikan protamin sulfat bila diindikasikan.
vena hemofolter CAV bila kecepatan ultrafiltrasi tinggi digunakan untuk membuang cairan ekstraseluler dan cairan toksik.
6. Menurunkan jumlah air selama dibuang dan dapat memperbaiki hipotensi/hipovolemia.
7. Mungkin dilakukan untuk mengembalikan waktu pembekuan ke normal atau bila terjadi pelepasan heparin (sampai 16 jam setelah hemodialisasi).
Diagnosa keperawatan: Resiko infeksi dengan faktor resiko kontaminasi kateter selama pemasangan, kontaminasi kulit pada sisi pemasangan kateter.1. Mengidentifikasi intervensi
untuk mencegah/menurunkan resiko infeksi.
2. Tidak mengalami tanda/gejala infeksi.
1. Observasi teknik aseptic dan gunakan masker selama pemasangan kateter, ganti baluta dan kapan pun system dibuka. Ganti selang sesuai indikasi.
2. Ganti balutan sesuai indikasi dengan hati-hati tidak mengubah posisi kateter. Perhatikan karakter, warna, bau drainase dari sekitar sisi pemasangan.
3. Observasi warna dan kejernihan keluaran.4. Berikan pelindung betadine pada distal,
klem bagian kateter bila terapi dialisis intermitten digunakan.
5. Kolaborai untuk pemberian antibiotic profilaksis.
1. Mencegah introduksi organisme dan kontaminasi lewat udara yang dapat menyebabkan infeksi.
2. Lingkungan yang lembab meningkatkan pertumbuhan bakteri. Drainase purulen pada sisi insersi menunjukkan adanya infeksi local.