PBL SKENARIO 2DEMAM BERKEPANJANGAN
KELOMPOK : B-14Ketua
:
M. Dwi Prayogi
1102008314Sekretaris:
Chintia Ramadhani E.
1102008309Anggota:
M. Fadly Salahuddin
1102009182
M. Fauzi
1102009183
M. Ichsan
1102009185
Ramacil Afsan A.Notoprawiro1102009235Ratna Dila
1102009236
Ratna Sari
1102009273
Siti Isye Nasrifah,Hj
1102009267Siti Solehah
1102009270
UNIVERSITAS YARSI
FAKULTAS KEDOKTERAN 2010/2011
Jalan Let. Jend. Suprapto. Cempaka Putih, Jakarta Pusat
10510
DEMAM BERKEPANJANGAN
Maman, 25 tahun, mengeluh sering demam dalam 6 bulan terakhir.
Diikuti rasa mual dan perut kembung. 2 bulan belakangan perutnya
semakin membesar. Kemudian beliau segera memeriksakan diri ke
poliklinik YARSI. Pada anamnesa dijumpai riwayat pekerjaan bertani
serta sering menggunakan pestisida tanpa memakai sarung tangan dan
masker. Pada pemeriksaan Fisik didapatkan :
TD 120/80 mmHg, frekuensi nadi 100 x/menit, frekuensi pernafasan
28 x/menit, suhu tubuh 38,80C, TB=170 cm, BB=50, konjungtiva
palpebra inferior pucat.
Pemeriksaan jantung dan paru dalam batas normal.
Pemeriksaan abdomen dijumpai lien yang membesar Haecket
II-Schuffner 4.
Hasil pemeriksaan darah rutin dijumpai Hb 10 gr/dl, Leukosit
45.000/ ul, Ht 32%, sediaan hapus darah tepi ditemukan : blast 80%,
promielosit 2%, mielosit 2%, netrofil batang 5%, netrofil segmen
6%, eosinofil 0%, basofil 0%,limfosit 5%, monosit 5%.
Dokter mengatakan bahwa Maman mengalami leukimia dan disarankan
pemeriksaan lanjutan Sitokimia, sitogenetika/ Analisa Kromosom TIU
1. Memahami dan Menjelaskan Mielopoiesis dan Limfopoesis1.1
LeukositLeukosit atau sel darah putih (White Blood Cell), adalah
unit-unit yang dapat bergerak (mobile) dalam sistem pertahanan
tubuh. Berbagai jenis sel darah Putih, disebut leukosit, memiliki
nukleus dan tidak berwarna dalam keadaan segar seperti halnya
eritrosit. Bentuknya bulat dalam peredaran darah, tetapi berupa sel
amoeboid pleimorfik dalam jaringan, atau pada substrat padat in
vitro. Leukosit digolongkan sebagai leukosit granular atau
nongranular, tergantung ada tidaknya granula spesifik di dalam
sitoplasmanya. Berdasarkan morfologi inti dibagi menjadi
polimorfonuklear dan mononuklear. Sementara berdasarkan asalnya
dibagi menjadi myeloid dan limfoid. Gbr.1 Sel LeukositLeukosit
granulosit memiliki bentuk inti tidak teratur, dalam sitoplasmanya
terdapat granulas spesifik. Granula sitoplasma ini mempunyai
afinitas terhadap zat warna yang spesifik (zat warna Romanovsky )
yang menandai ketiga jenis ini : neutrofil, eosinofil, dan basofil.
Leukosit agranulosit mempunyai inti dengan bentuk teratur,
sitoplasma tidak memiliki granula spesifik, tetapi memungkinkan
memiliki granulas non spesifik seperti granula azurofilik.
Tergantung pada bentuk inti dan sifat perwarnaan sitoplasmanya,
agranulosit dibagi menjadi monosit dan limfosit.
Gbr.2 Klasifikasi leukosit dan persentasenya dalam darah
Jumlah leukosit dalam sirkulasi darah berkisar anatra 5000-
9000/mm darah, tetapi jumlah ini bervariasi sesuai umur, bahkan
pada waktu yang berbeda sepanjang hari. Jumlah leukosit dalam
jaringan dan organ ( tempat leukosit melakukan fungsinya ) sangat
besar, tetapi tidak dapat dihitung. Variasi kecil dalam jumlah
leukosit tidak mempunyai arti klinik, tetapi menandakan adanya
infeksi di dalam tubuh, meningkatkan leukosit sampai 20.000 bahkan
40.000/mm. Jumlah relatif berbagai jenis leukosit, disebut hitung
jenis leukosit, biasanya cukup konstan neutrofil 50-60%, eosinofil
1-3%, 0-1%, limfosit 25-33%, dan monosit 3-7%.
1.1.A Neutrofil
Sel berinti yang bersirkulasi sekitar 60 70% dalam sirkulasi.
Masa hidup singkat, sekitar 10 jam dalam sirkulasi. Diameter 12
mikrometer dengan inti terdiri atas 2 5 lobus, satu sama lain
saling dikaitkan dengan benang kromatin. Neutrofil immatur memiliki
inti yang tidak bersegmen yang berbentuk tapal kuda. Granula halus
dan terdapat zona kromatin jarang ditengah inti. Neutrofil yang
lebih dari 5 lobus dinamakan hipersegmentasi keadaan ini dapat
terjadi karena proses penuaan atau dalam keadaan patologis. Granula
berwarna salmon-pink oleh pewarnaan Romanovsky. Terdapat 2 jenias
granula, granula azurofilik dan granula spesifik. Granula
azurofilik tampak pertama kali pada stadium pematangan promielosit,
menghilang seiring dengan terjadinya pembelahan, pada neutrofil
matang dia kehilangan zat warnanya, granula ini mengandung enzim
lisosom dan peroksidase. Granula spesifik tamapak pada stadium
mielosit, berukuran lebih kecil dan mengandung fosfatase alkali
serta zat zat nakterisidal (protei kationik)nyang dinamakan
fagositin. Setelah segmentasi intinya, neutrofil berada dalam
stadium akhir diferensiasi, memiliki kemampuan sintesis protein
yang terbatas. Ini adalah sel terminak yang melakukan fungsi
fagositik, ia tidak mempu menggantikan protein yang digunakannya
dan akhirnya mati.
Neutrofil berbentuk sferis saat tidak aktif dan beredar, tetapi
bentuknya berubah ketika menempel pada susbtrat padat, dimana
mereka bermigrasi dengan pseudopodia. Setelah melekat pada
permukaan jaringan penyokong, granulosit mengalami proses yang
dinamakan ekspansi, ditandai oleh emisi sitoplasmik yang menonjol
ke segala arah yang diubah menjadi jumbaian hialoplasma (sitoplasma
tanpa granula). Pada proses ini dasar sel tidak melekat pada
substrat, tetapi mempertahankan dirinya diatas permukaan dan hanya
menyentuh substrat dengan tonjolan tonjolan filamentosa
hialoplasma.
Partikel yang difagosit oleh neutrofil dikelilingi oleh
pseudopodia yang bersatu mengelilingi. Akhirnya partikel akan
menempati suatu vakuola (fagosom) yang dibatasi oleh membran yg
berasal dari permukaan sel. Segera setelah itu granula
menggabungkan membrannya pada membran fagosom dan mengosongkan
isinya ke dalam fagosom, sehingga melindungi sitoplasma dari kontak
enzim dalam granula. Enzim pada granula ini penting untuk
menghancurkan dinding sel bakteri.
Dibawah pengaruh zat toksik tertentu seperti streptolisin
(toksin streptococcus), membran granula pecah mengakibatkan proses
pembengkakkan diikuti aglutinasi organel sel dan destruksi
neutrofil.Neutrofil memiliki metabolisme yang sangat aktif dan
mampu melakukan glikolisis yang baik secara aerob maupun anaerob.
Merea terutama tergantung pada proses akhir untuk suplai energinya.
Siklus krebs kurang penting disini, mengingat sedikitnya jumlah
mitokondria. Kemampuan neutrofil untuk hidup dalam lingkungan
anaerob sangat menguntungkan, karena mereka dapat membunuh bakteri
dan mampu membersihkan debris pada jaringan nekrotik. Fagositosis
oleh neutrofil merangsang aktivitas glikogenolisis.
1.1.B Eosinofil
Eosinofil jumlahnya jauh lebih sedikit daripada neutrofil, hanya
merupakan 1 4% leukosit dalam darah normal. Inti biasanya berlobus
2. Sifat identik utama eosinofil adalah adanyaa granula ovoid yang
diwarnai oleh eosin (granula asidofilik). Granula ini berukuran
lebih besar dari granula neutrofil. Granula adalah lisosom yang
mengandung fosfatase asam, katepsin, dan ribonuklease, tetapi tidak
mengandung lisozim. Peningkatan eosinofil di sirkulasi darah
(eosinofilia) sering dikaitkan dengan keadaan-keadaan alergi dan
dengan infeksi parasit internal (contoh cacing). Eosinofil
mempunyai pergerakan amoeboid dan mampu melakukan fagositosis,
walaupun fagositosisnya lebih lambat, tetapi lebih selektif
daripada neutrofil. Eosinofil mengandung profibrinolisin, yang
menduga bahwa mereka memegang peranan mempertahankan darah dari
pembekuan, khususnya bila perubahan cairnya diubah oleh proses
proses patologis. Kortikosteroid (hormon dari korteks adrenal)
menimbulkan penurunan jumlah eosinofil darah dengan cepat, tetapi
hormon ini tidak mempunyai efek pada eosinofil sumsum tulang.
Kortikosteroid mungkin mengganggu pelepasan granulosit dari sumsum
tulang ke aliran darah.
1.1.C Basofil
Jumlah basofil normal hanya 0 1% dari leukosit. Mempunyai inti
besar dengan bentuk pilihan ireguler. Sitoplasma basofil terisi
oleh granula granula yang lebih besar daripada granula yang
terdapat dalam granulosit lainnya. Seringkali granula menutupi
intinya. Granula ini betuknya ireguler dan berwarna metakromatik.
Ukuran granula bervariasi. Granula basofil berisi histamin dan
heparin, yang akan lepas segera setelah IgE menempel pada
reseptornya. Akibat kerja antigen tertentu, basofil dapat melepas
granula granulanya, seperti yang terjadi pada mast cell. Dalam
keadaan tertentu basofil merupakan jenis sel utama di tempat
peradangan. Keadaan ini dinamakan hipersensitivitas kulit basofil.
Basofil bergerak amoeboid dan melakukan fagositosis, dalam hal ini
mereka tidak sangat aktif.
1.1.D Limfosit
Merupakan sel sferis dengan garis tengah 6 8 mikrometer,
limfosit dengan ukuran ini disebut limfosit kecil. Kromatin inti
padat dan tampak sebagai kelompokkan kasar, sehingga inti berwarna
gelap pada sediaan biasa. Sitoplasma limfosit sangat sedikit, ia
sedikit basofilik, pada SHDT berwarna biru muda. Ia mungkin
mengandung granula azurofilik dengan pewarnaan romanovsky.
Sitoplasmanya sedikit mengandung organel, tapi mengandung banyak
ribosom bebas dan poliribosom.
Gbr 3. LimfositKriteria untuk membedakan limfosit besar dan
limfosit kecil adalah: Limfosit besar memiliki banyak sitoplasma
dan poliribosom yang lebih banyak. Walaupun morfologinya sama,
limfosit darah merupakan sel yang heterogen.
sel prekursor limfosit yang terdapat dalam sumsum tulang pada
kehidupan fetus dan postnatal mampu berdiferensiasi dan menjadi sel
sel imunokompeten pada tempat tempat diluar sumsum tulang.
Undifferentiated cell yang dirangsang dalam thymus disebut sel
limfosit T. Sementara yang berdiffernsiasi dalam sumsum tulang
disebut sel limfosit B.
Dalam darah sebagian sel limfosit adalah sel T yang bertanggung
jawab terhadap reaksi imun yang diperantarai sel, tidak bergantug
pada antibodi yang beredar bebas. Penolakan cangkokan adalah salah
satu contoh reaksi imun yang diperantarai sel. Limfosit T memegang
peranan penting dalam penentuan tipe dan jumlah antibodi yang
dihasilkan oleh beberapa limfosit B. Limfosit B menimbulkan memory
cell. Ini adalah limfosit yang sebelumnya telah terkena antigen
tetapi tidak berdiferensiasi menjadi sel plasma. Bila mereka
mengadakan kontak dengan antigen yang sama lagi, sel yang
teraktivasi ini akan membelah dengan cepat dan menghasilkan sel
plasma yang mensintesis antibodi terhadap antigen.
1.1.E Monosit
Ini sel ini berbentuk oval, berbentuk kaki kuda, atau berbentuk
ginjal, dan umumnya terletak konsentris. Kromatin inti kurang padat
dan menunjukkan susunan yang lebih fibriler daripada limfosit.
Karena penyebaran kromatinnya yang halus, inti monosit diwarnai
lebih muda daripada inti limfosit besar, monosit umumnya berbentuk
lebih besar dari limfosit. Inti monosit biasanya mengandung 2 3
anak inti yang diwarnai dengan campuran jenias Romanovsky.
Sitoplasma monosit bersifat basofilik dan seringkali mengandung
granula azurofilik yang sangat halus. Granula ini dapat tersebar di
seluruh sitoplasma, memberikan warna abu abu kebiruan pada sediaan
hapus yang diwarnai. Granulas azurofilik monosit adalah
lisosom.
Gbr.4 MonositMonosit ditemukan dalam darah, jaringan penyambung,
dan rongga rongga tubuh. Mereka tergolong sistem fagositik
mononuklear (RES) dan mempunyai tempat tempat reseptor pada
permukaan membrannya untuk imunoglobulin dan komplemen. Monosit
beredar melalui aliran darah dan memapu menembus dinding kapiler,
masuk ke dalam jaringan penyambung, dan berdiferensiasi menjadi sel
sel fagositik sistem makrofag. Waktu paruh monosit dalam darah
adalah 20 40 hari, dan tidak ada bukti yang kuat adaya resirkulasi
setelah mereka masuk jaringan. Dalam jaringan mereka bereaksi
dengan limfosit dan memegang peranan pentting dalam pengenalan dan
interaksi sel imunocompeten dengan antigen.1.1.F Fungsi Leukosit1.
Menahan invasi oleh patogen (mikroorganisme penyebab penyakit,
misalnya bakteri dan virus) melalui proses fagositosis.
2. Mengidentifikasi dan menghancurkan sel-sel kanker yang
bermunculan di tubuh.
3. Bertugas untuk mengfagositosis debris yang berasal dari
penyembuhan luka dan perbaikan jaringan.
MieloidMonoblast
Promonosit
MONOSIT
Limfosit B
LimphoidLimfoblastprolimfosit LIMFOSIT
Limfist T (Timus)
Gbr. 5 Pembentukan Limfosit dan Monosit
TIU 2. Memahami Dan Menjelaskan leukimia akut2.1 Leukimia
Definisi
Leukemiamerupakan kanker sel darah.Pertumbuhan sel darah putih
yang abnormal.Jenis Leukemia
Jenis leukemia dapat dikelompokkan berdasarkan seberapa cepat
penyakit ini berkembang dan semakin memburuk.Leukemia adalah baik
kronis (yang biasanya semakin memburuk lambat) atau akut (yang
biasanya semakin memburuk cepat):
Leukemia kronis:awal penyakit, sel-sel leukemia masih bisa
melakukan beberapa pekerjaan yang normal sel darah putih.Orang
mungkin tidak memiliki gejala apapun pada awalnya.Dokter sering
menemukan leukemia kronis selama pemeriksaan rutin - sebelum ada
gejala.
Perlahan-lahan, leukemia kronik memburuk.Karena jumlah sel-sel
leukemia dalam darah meningkat, orang mengalami gejala, seperti
pembengkakan kelenjar getah bening atau infeksi.Ketika gejala
muncul, mereka biasanya ringan pada awalnya dan memburuk secara
bertahap.
Leukemia akut:Sel-sel leukemia tidak dapat melakukan kerja
normal sel darah putih.Jumlah sel leukemia meningkat pesat.leukemia
akut biasanya memburuk dengan cepat.
Jenis leukemia juga dapat dikelompokkan berdasarkan jenis sel
darah putih yang terpengaruh.Leukemia dapat mulai dalam sel-sel
lymphoid atau sel myeloid.Lihat gambar sel-sel ini.Leukemia yang
mempengaruhi sel-sel limfoid disebut limfoid, limfositik, atau
lymphoblastic leukemia.Leukemia yang mempengaruhi sel-sel myeloid
disebut myeloid, myelogenous, atau myeloblastic leukemia.
Ada empat jenis umum leukemia:
Leukemia limfositik kronis(CLL): CLL mempengaruhi sel-sel
limfoid dan biasanya tumbuh perlahan-lahan.Hal ini menyumbang lebih
dari 15.000 kasus baru dari leukemia setiap tahun.Paling sering,
orang didiagnosis dengan penyakit ini di atas usia 55.Ini hampir
tidak pernah mempengaruhi anak-anak.
Leukemia myeloid kronis(CML): CML mempengaruhi sel-sel myeloid
dan biasanya tumbuh lambat pada awalnya.Ini account untuk hampir
5.000 kasus baru dari leukemia setiap tahun.Hal ini terutama
mempengaruhi orang dewasa.
Limfositik akut (lymphoblastic) leukemia(ALL): SEMUA
mempengaruhi sel-sel limfoid dan tumbuh cepat.Hal ini menyumbang
lebih dari 5.000 kasus baru dari leukemia setiap tahun.SEMUA adalah
jenis yang paling umum dari leukemia pada anak-anak muda.Hal ini
juga mempengaruhi orang dewasa.
Leukemia myeloid akut(AML): AML mempengaruhi sel-sel myeloid dan
tumbuh cepat.Hal ini menyumbang lebih dari 13.000 kasus baru dari
leukemia setiap tahun.Hal ini terjadi pada orang dewasa dan
anak-anakFaktor Risiko
Bila Anda diberitahu bahwa Anda memiliki kanker, wajar
bertanya-tanya apa yang mungkin telah menyebabkan penyakit.Tidak
ada yang tahu penyebab pasti leukemia.Dokter jarang tahu mengapa
ada orang yang mendapat leukemia dan lain tidak.Namun, penelitian
menunjukkan bahwa faktor risiko tertentu yang meningkatkan
kemungkinan bahwa seseorang akan mendapatkan penyakit ini.
Faktor risiko mungkin berbeda untuk berbagai jenis leukemia:
Radiasi: Orang yang terpapar tinggi tingkat radiasi yang sangat
jauh lebih besar kemungkinannya untuk mendapatkan leukemia myeloid
akut, leukemia myeloid kronis, atau leukemia limfositik akut.
Ledakan bom atom:Sangat radiasi tingkat tinggi telah disebabkan
oleh ledakan bom atom (seperti yang di Jepang selama Perang Dunia
II).Orang, terutama anak-anak, yang bertahan hidup ledakan bom atom
akan meningkatkan risiko leukemia.
Terapi radiasi: Sumber lain terkena radiasi tingkat tinggi
adalah pengobatan untuk kanker dan kondisi lainnya.Terapi radiasi
dapat meningkatkan risiko leukemia.
Diagnostik sinar-x:x Gigi-ray dan lainnya diagnostik x-sinar
(sepertiscan CT) mengekspos orang untuk menurunkan kadar banyak
radiasi.Ini belum diketahui apakah tingkat rendah radiasi untuk
anak-anak atau orang dewasa terkait dengan leukemia.Para peneliti
sedang mempelajari apakah memiliki banyak sinar-x dapat
meningkatkan risiko leukemia.Mereka juga belajar apakah CT scan
selama masa kanak-kanak dikaitkan dengan peningkatan risiko
leukemia.
Merokok: rokok Merokok meningkatkan risiko leukemia myeloid
akut.
Benzene:Paparan terhadap benzena di tempat kerja dapat
menyebabkan leukemia myeloid akut.Hal ini juga dapat menyebabkan
leukemia myeloid kronis atau leukemia limfositik akut.Benzene
digunakan secara luas dalam industri kimia.Ini juga ditemukan dalam
asap rokok dan bensin.
Kemoterapi: Pasien kanker diobati dengan beberapa jenis
obat-obat melawan kanker kadang-kadang kemudian mendapatkan
leukemia myeloid akut atau leukemia limfositik akut.Misalnya,
dirawat dengan obat yang dikenal sebagai agen atau inhibitor
alkilasi topoisomerase dihubungkan dengan kesempatan kecil kemudian
berkembang leukemia akut.
Sindrom Downdan beberapa penyakit warisan lain:sindrom Down dan
beberapa penyakit lain mewarisi meningkatkan risiko pengembangan
leukemia akut.
Myelodysplastic sindrom dan kelainan darah tertentu
lainnya:Orang dengan kelainan darah tertentu akan meningkatkan
risiko leukemia myeloid akut.
Human T-cell leukemia virus tipe I (HTLV-I):Orang dengan infeksi
HTLV-I beresiko peningkatan langka jenis leukemia yang dikenal
sebagai T-cell leukemia dewasa.Meskipun virus HTLV-I dapat
menyebabkan penyakit ini jarang terjadi, orang dewasa-sel leukemia
T dan jenis-jenis leukemia tidak menular.
Sejarah keluarga leukemia:Ini jarang lebih dari satu orang dalam
keluarga untuk memiliki leukemia.Ketika itu tidak terjadi,
kemungkinan besar untuk melibatkan leukemia limfositik
kronis.Namun, hanya beberapa orang dengan leukemia limfositik
kronis memiliki ayah, ibu, kakak, adik, atau anak yang juga
memiliki penyakit.
Memiliki satu atau lebih faktor risiko tidak berarti bahwa
seseorang akan mendapatkan leukemia.Kebanyakan orang yang memiliki
faktor risiko penyakit tidak pernah berkembang.2.2 Leukimia
Mieloblastik AkutDefinisi
1. Leukimia Mieloblastik Akut
Suatu penyakit yang ditandai dengan transformasi neoplastik dan
gangguan diferensiasi sel-sel progenitor dari seri
mieloidEtiologi
Secara Umum Penyebab leukemia sampai sekarang belum jelas, tapi
beberapa faktor diduga menjadi penyebab, antara lain :1. Genetik,
keturunan
2. Adanya Penyimpangan KromosomInsidensi leukemia meningkat pada
penderita kelainan kongenital, diantaranya pada sindroma Down,
sindroma Bloom, Fanconis Anemia, sindroma Wiskott-Aldrich, sindroma
Ellis van Creveld, sindroma Kleinfelter, D-Trisomy sindrome,
sindroma von Reckinghausen, dan neurofibromatosis (Wiernik, 1985;
Wilson, 1991). Kelainan-kelainan kongenital ini dikaitkan erat
dengan adanya perubahan informasi gen, misal pada kromosom 21 atau
C-group Trisomy, atau pola kromosom yang tidak stabil, seperti pada
aneuploidy.
3.Saudara kandungDilaporkan adanya resiko leukemia akut yang
tinggi pada kembar identik dimana kasus-kasus leukemia akut terjadi
pada tahun pertama kelahiran. Hal ini berlaku juga pada keluarga
dengan insidensi leukemia yang sangat tinggi (Wiernik,1985).
4.Faktor LingkunganBeberapa faktor lingkungan di ketahui dapat
menyebabkan kerusakan kromosom dapatan, misal : radiasi, bahan
kimia, dan obat-obatan yang dihubungkan dengan insiden yang
meningkat pada leukemia akut
1. Etiologi Leukimia Limfoblastik AkutPenyebab LLA pada dewasa
sebagian besar tidak diketahui. Faktor keturunan dan sindroma
predisposisi genetik lebih berhubungan dengan LLA pada anak-anak.
Faktor lingkungan dan kondisi klinis yang berhubungan dengan LLA:
1) radiasi ionik, 2) paparan dengan benzene kadar tinggi dapat
menyebabkan aplasia sumsum tulang, kerusakan kromosom, dan
leukimia, 3) merorok sedikit meningkatklan risiko LLA pada usia
diatas 60 tahun, 4) obat kemoterapi, 5) infeksi virus Epstein Bar
berhubungan kuat dengan LLA L3, 6) pasien dengan sindroma Down dan
Wiskott Aldrich mempunyai risiko yang meningkat untuk menjadi
LLA
Patogenesis dan Patofisiologi
1. Leukimia Limfoblastik Akut
Leukimia ( keganasan hematologik akibat proses neoplastik yang
disertai gangguan diferensiasi (maturation arrest) pada sel
hematopoetik sehingga terjadi ekspansi kelompok sel ganas dalam
sumsusm tulang, yang kemudian sel leukimia beredar secara
sistemik.ALL ( keganasan klonal dari sel-sel prekursor limfosit
Sel induk pluripoten
Sel Induk Limfoid
Sel induk Mieloid
Perkusor Perkusor
PerkusorPerkusorPerkusor
sel-B
sel-T
granulositeritroid megakariosit
monosit
Limfosit B
Limfosit T
2. Leukimia Mieloblastik Akut
Dimulai dari transformasi sel ganas sel induk hematologic atau
turunanya. Proliferasi ganas sel induk ini menghasikan sel leukemia
akan mengakibatkan:
1. Penekanan hemopoesis normal sehingga terjadi bone marrow
failure
2. Infiltrasi sel leukemia ke dalam organ sehingga menimbulkan
organomegali
3. Katabolisme sel meningkat sehinggak terjadi keadaan
hiperkatabolik
Klasifikasi Leukimia1. Acute myeloid / nonlymphoblastic leukimia
(AML/ANLL), kalsifikasi FAB:
a. MO-myeloblastic without differentiation
b. M1- myeloblastic without maturation
c. M2- myeloblastic witht maturation
d. M3-acute promyelocytic
e. M4-acute myelomonocytic
f. M5-monocytic
g. M6-erythroleukimia
h. M7-acute megakaryocytic leukimia
2. Acute Limphoblastic leukimia (ALL)
a. Common-ALL (50%)
b. Null-ALL
c. Thy-ALL (25%)
d. B-ALL (5%)
Varian menurut FAB(French-American-British):
L1: ALL dengan sel limfoblas kecil-kecil (84% dari ALL)
L2: Sel lebih besar, inti ireguler kromatin bergumpal, nukleoli
prominen dan sitoplasma agak banyak (14% dari ALL)
L3: mirip dengan limfoma Burkitt, yaitu sitoplasma basofi dengan
banyak vakuola (1% dari ALL)
Kebanyakan ALL pada dewasa mempunyai morfologi L2, sedangkan
tipe L1 banyak pada anak-anak
3. Sindrom preleukimia/sindrom mielodisplastik
Gambaran secara umum Patofisiologi dan Patogenesis ALL dan
AMLPopulasi sel leukemik ALL dan banyak AML mungkin diakibatkan
proliferasi klonal dengan pembelahan berturut-turut dari sel blas
tunggal yang abnormal. Sel-sel ini gagal berdiferensiasi normal
tetapi sanggup membelah lebih lanjut. Penimbunannya mengakibatkan
pertukaran sel prekursor hemopoietik normal pada sumsum tulang, dan
akhirnya mengakibatkan kegagalan sumsum tulang. Keadaan klinis
pasien dapat berkaitan dengan jumlah total sel leukemik abnormal di
dalam tubuh. Gambaran klinis dan mortalitas pada leukemia akut
berasal terutama dari neutropenia, trombositopenia, dan anemia
karena kegagalan sumsum tulang (Hoffbrand and Petit, 1996).Blokade
maturitas pada AML menyebabkan terhentinya diferensiasi sel-sel
mieloid pada sel muda (blast) dengan akibat terjadi akumulasi blast
di sumsum tulang. Akumulasi blast di dalam sumsum tulang akan
mengakibatkan gangguan hematopoiesis normal dan pada gilirannya
akan mengakibatkan sindrom kegagalan sumsum tulang (bone marrow
failure syndrome) yang ditandai dengan adanya sitopenia (anemia,
leukopenia, dan trombositopenia). Selain itu, infiltrasi sel-sel
blast akan menyebabkan tanda/gejala yang bervariasi tergantung
organ yang diinfiltrasi, misalnya kulit, tulang, gusi, dan menings
(Kurnianda, 2007).Pada umumnya gejala klinis ALL menggambarkan
kegagalan sumsum tulang atau keterlibatan ekstramedular oleh sel
leukemia. Akumulasi sel-sel limfoblas ganas di sumsum tulang
menyebabkan kurangnya sel-sel normal di darah perifer dan gejala
klinis dapat berhubungan dengan anemia, infeksi, dan perdarahan.
Demam atau infeksi yang jelas dapat ditemukan pada separuh pasien
ALL, sedangkan gejala perdarahan pada sepertiga pasien yang baru
didiagnosis ALL (Fianza, 2007).(Fianza, Panji Irani. Leukemia
Limfoblastik Akut.)(Sudoyo, Aru W. Setiyohadi, Bambang. Alwi,
Idrus. 2009)(Hoffbrand, A.V. Petit, J.E. 1996. Kapita Selekta
Haematologi. Jakarta: EGC.)
(I Made Bakta. 2007)
Manifestasi 1. Manifestasi klinik Leukimia Limfoblastik Akut
Gambaran klinis terjadi akibat hal-hal berikut ini :
Kegagalan sumsum tulang-anemia (pucat,letargi, dan dispnea);
netropenia (demam, malaise, gambaran infeksi mulut, tenggorok,
kulit, pernapasan, perianal atau infeksi lain); dan trombositopenia
(memar spontan, purpura, gusi berdarah, dan menorhagia)
Infiltrasi organ-nyeri tulang, limfadenopati, splenomegali
sedang, hepatomegali, dan sindrom meningeal (sakit kepala,mual dan
muntah, penglihatan kabur dan diplopia). Pemeriksaan fundus dapat
memperlihatkan adanya papiledema dan kadang-kadang perdarahan.
Manifestasi yang lebih jarang terjadi adalah pembengkakan
testis.
Manifestasi klinis leukemia limfositik : penekanan unsur sumsum
tulang normal. Karena itu, infeksi, perdarahan dan anemia merupakan
manifestasi utama. Sepertiga pasien tampak dengan infeksi dan
perdarahan waktu didiagnosis. Malaise, demam, letargi, kehilangan
berat badan, dan keringat pada malam hari juga dapat menjadi gejala
yang tampak. Karena menyerang daerah ekstramedular, pasien ini
mengalami limfadenopati dan hepatosplenomegali. Nyeri tulang dan
artralgia, lebih sering pada anak-anak.
2. Manifestasi klinik Leukemia Mieloblastik Akut Rasa lelah,
perdarahan dan infeksi disebabkan oleh sindrom kegagalan sumsum
tulang sebagaimana disebutkan di atas. Perdarahan biasanya terjadi
dalam bentuk purpura atau petekia yang sering dijumpai di
ekstremitas bawah atau berupa epiktasis, perdarahan gusi dan
retina. Perdarahan yang lebih jarang terjadi kecuali pada kasus
yang disertai DIC. Kasus DIC ini paling sering dijumpai pada kasus
AML tipe M3. Infeksi sering terjadi di tenggorokanm paru paru,
kulit dan daerah peri rektal, sehingga organ-organ tersebut perlu
diperiksa secara teliti pada pasien AML dengan demam. Pada pasien
dengan leukosit tinggi (> 100 ribu/mm3), sering terjadi
leukostatis, yaitu terjadinya gumpalan leukosit yang menyumbat
aliran pembuluh darah vena maupun arteri. Gejala yang sering
terjadi adalah gangguan kesadaran, sesak nafas, priapismus dan
nyeri dada. Angka leukosit yang tinggi sering menybabkan gangguan
metabolik berupa hiperurisemia dan hipoglikemia. Hiperurisemia
terjadi karena sel leukosit yang berproliferasi secara cepat dalam
jumlah yang besar. Hipoglikemia ter karena konsumsi gula in vitro
dari sampel darah yang akan diperiksa, sehingga akan dijumpai
hipoglikemia yang asimptomatik karena hipoglikemia tersebut hanya
terjadi in vitro tetapi tidak in vivo pada tubuh pasien.Infiltrasi
sel blast akan menyebabkan gejala yang bervariasi tergantung organ
yang di infiltrasi. Infiltrasi sel blast di kulit menyebabkan
leukimia kutis yang berupa benjolan yang tidak berpigmen dan tanpa
rasa sakit, bila di jaringan lunak akan menybabkan nodul dibawah
kulit (kloroma). Infiltrasi pada tulang akan menyebabkan nyeri
tulang yang spontan atau dengan stimulus ringan. Pembengkakan gusi
sering dijumpai sebagai manifestasi infiltrasi sel blast dalam
gusi. Meskipun jarang pada AML juga dapat dijumpai infiltrasi sel
blast ke daerah menings dan untuk penegakan diagnosis diperlukan
pemeriksaan sitologi dari cairan srebrospinal yang diambil dari
prosedur pungsi lumbal.Diagnosis Dan Diagnosis banding
1. Leukimia Limfoblastik AkutDiagnosis dan klasifikasi LLA sama
berdasarkan karakteristik morfologi yang menggunakan klasifikasi
FAB (French-american-british) :
1. Tipe L1 memperlihatkan adanya sel blas kecil yang seragam
dengan sitoplasma yang sedikit
2. Tipe L2 terdiri dari sel blas yang berukuran lebih besar
dengan anak inti dan sitoplasma yang lebih jelas dan lebih
heterogen
3. Blas L3 besar dengan anak inti yang jelas, sitoplasma yang
sangat basofilik, dan vakuol sitoplasma
Pemeriksaan hematologic memperlihatkan adanya anemia normositik
normokromik dengan trombositopenia pada sebagian besar kasus.
Jumlah leukosit total dapat menurun, normal, atau meningkat.
Pemeriksaan sediaan apus darah biasanya memperlihatkan adanya
sel blas dalam jumlah yang bervariasi.
Sumsum tulang hiperselular dengan blas leukemik >30%
Sel-sel blas tersebut dicirikan oleh morfologi, uji imunologik,
dan analisis sitogenetik
Pungsi lumbal untuk pemeriksaan cairan serebrospinal harus
dilakukan dan dapat menunjukkan bahwa tekanan cairan spinal
meningkat dan mengadung sel leukemia
ALLAML
Sitokimia
Mieloperoksidase
Sudan black
Esterase non spesifik
Periodic acid-schiff
Fosfatase asam-
-
-
+ (positivitas blok kasar pada ALL)
+ pada ALL-T (pewarnaan golgi)+(termasuk batang Auer)
+(termasuk batang Auer)
+ pada M4, M6
+ (blok halus pada M6)
+ pada M6 (difus)
Mikroskop elektron-+(pembentukan granula awal)
Gen immunoglobulin dan TCRALL precursor B :penataan klonal gen
immunoglobulin
ALL-T : penataan klonal gen TCR (T cell receptor)Konfigurasi
germline gen immunoglobulin dan TCR
Diagnosis banding meliputi AML, anemia aplastik, infiltrasi
sumsum tulang oleh keganasan lain, infeksi seperti mononucleosis
infeksiosa dan pertusis, arthritis rematoid juvenilis, serta
purpura trombositopenia imun.
2. Leukemia Mieloblastik Akut
Yang ideal, diagnosis dan klasifikasi LMA didasarkan pada hasil
pemeriksaan morfologik, histokimia, imunofenotipe, dan kariotipe.
Dari berbagai pemeriksaan ini, penentuan kariotipe merupakan yang
terpenting untuk memperkirakan prognosis.
Histokimia : kasus dengan diferensiasi mielositik biasanya
positif untuk enzim mieloperoksidase, yang dideteksi dengan
menginkubasikan sel bersama substrat peroksidase. Batang Auer
memperlihatkan reaksi peroksidase positif yang kuat, yang dapat
membantu pendeteksiannya apabila struktur ini jarang.
Imunofenotipe : pada LMA, ekspresi penanda imunologik bersifat
heterogen. Sebagian besar mengekspresikan kombinasi antigen terkait
myeloid, misalnya CD13, CD14, CD15, atau CD64. Penanda semacam ini
bermanfaat untuk membedakan LMA dengan LLA.
Diagnosis
Klasifikasi berdasarkan morfologi dan sitokiia terbagi menjadi 6
subtipe.Untuk pengecatan sitokimia yang terpenting adalah
mieloperoksidase dan sudan black pada M1,M2,M3,M4,M6.
M0leukimia mieloblastik akut dengan diferensiasi minimal
M1leukimia mieloblastik akut tanpa maturasi
M2leukimia mieloblastik akut dengan maturasi
M3leukimia promielositik akut
M4leukimia mielomonositik akut
M5leukimia monositik akut
M6eritroleukimia
M7leukimia megakariositik akut
Pemeriksaan imunofenotip dapat digunakan untuk melihat adanya
antigen dan antibodi.Analisis sitogenik pada keganasan hematologi
melihat kelaina dan perubahan yang ditandai dengan hilangnya
kromosom atau tanpa hilangnya kromosom.Kelainan sitogenik pada t
(8,21),t(15,17),inv(16),translokasi 11 q 23 sering terjadi pada
keadaan leukimia mieloblastik akut.Yang sering terjadi adalah
trisomi,delesi,ataupun kelainan kariotip yang kompleks.
Klasifikasi leukimia mieloblastik akut berdasarkan WHO :
ILeukimia dengan tranlokasi sitogenik rekuren
Leukimia dengan t(8,21)(q22,q22),AML 1(CBF A)/ETO
APL dengan t(15,17)(q22,q11-12) dan varian PML/RAR A
Leukimia dengan eosinofil sumsum tulang abnormal
inv(16)(p13q22)atau t(16,16)(p13,q11),CBF B/ MHY 11
Leukimia dengan abnormalitas 11q23
IILeukimia dengan muultineage displasia dengan atau tanpa
sindroma myelodisplasia
IIILeukimia dengan sindroma myelodisplastik yang berkaitan
dengan terapi obat alkilasi
Akibat EpidofodilotoksinIVLeukimia tidak
terspesifikasi,diferensiasi minimal,tanpa maturasi,dengan
maturasi,dengan diferensiasi monositik,monositik akut,eritroid
akut,megakariositik akut,basofilik akut,panmielosis akut dengan
mielofibrosis.Diagnosis banding meliputi anemia aplastik,
infiltrasi sumsum tulang oleh keganasan lain, infeksi seperti
mononucleosis infeksiosa dan pertusis, arthritis rematoid
juvenilis, serta purpura trombositopePenatalaksanaan1. Leukimia
Mieloblastik AkutLakukan screening awal untuk melihat adanya
infeksi,gangguan fungsi jantung, dan koagulopati.Jika memiliki
kadar leukosit >100.000 dilakukan leukporesis untuk menghindari
leukostasi dan sindroma tumor lisis akibat terapi induksi.
Eradiksi sel leukemik memerlukan 2 fase kemoterapiyakni induksi
dan konsolidasi.Induksi merupakan regimen kemoterapi intensif yang
bertujuan untuk mengeradiksi sel leukemik sehingga terjadi remisi
komplit.Sel leukemik yang ter deteksi hanya jika > 109 log sel
maka walau sudah di kemoterapi diperlukan adanya fase konsolidasi
dengan menggunakan dosis yang sama ataupun lebih besar.
Kemoterapi standardnya dengan kemoterapi induksi yakni 100 mg/m2
sitorubin diberikan melalu infus selama 7 hari.dan dounorubisin
45-60 mg/m2/hari IV selama 3 hari.Bila pada hari ke 28 terjadi
residual disease maka perlu dipertimbangkannya terjadinya gagal
terapi primer.
Pilihan terapi bagi pasien dengan gangguan fungsi jantung adalah
dengan high dose citarabin ARA C dimana diberikan bersama sitorubin
2-3g/m2 infus IV selama 1-2 jam setiap 12 jam selama 12 dosis2
Leukimia Limfoblastik AkutA.Terapi spesifik:dalam bentuk
kemoterapiTahapan pengobatan kemoterapi:1.Fase induksi
remisiKemoterapi intensif untuk mencapai remisi, yaitu suatu
keadaan dimana gejala klinis menghilang, disertai blast dalam
sumsum tulang kurang dari 5%. Dengan pemeriksaan morfologik tidak
dapat dijumpai sel leukimia dalam sumsum tulang dan darah
tepi.Induksi remisi:a.Obat yang dipakai terdiri atas: Vincristine
(VCR): 1,5 mg/m/minggu, i.v Prednison (Pred): 6 mg/ m/hari, oral
L.Asparaginase(L asp): 10.000 U/m Daunorubicin (DNR): 25
mg/m/minggu-4 minggub.Regimen yang dipakai dengan resiko standar:
Pred + VCR Pred + VCR + L aspc.Regimen dengan resiko tinggi atau
LLA pada orang dewasa: Pred + VCR + DNR dengan atau tanpa L asp DNR
+ VCR + L asp dengan atau tanpa siklofosfamid (GIMEMA)2.Fase
postremisiFase pengobatan untuk mempertahakan remisi selama
mungkinyang pada akhirnya akan menuju kesembuhan, dapat dicapai
dengan:a.Kemoterapi lanjutan:i.Terapi konsolidasiii.Terapi
pemeliharaan iii.Late intensificationb.Transpantasi sumsum tulang,
penyembuhan permanen pada sebagian penderita yang berusia dibawah
40 tahun.B.Terapi suportif:untuk mengatasi kegagalan sumsum tulang,
baik karena proses leukimia sendiri atau sebagai akibat
terapi.1.Terapi untuk mengatasi anemia: transfusi PRC untuk
mempertahankan hemoglobin sekitas 9-10 g/dL. Untuk calon
transplantasi sumsum tulang, transfusi darah sebaiknya
dihindari.2.Terapi untuk mengatasi infeksi: sama seperti anemia
aplastik Antibiotika adekuat Transfusi konsentrat granulosit
Perawatan khusus (isolasi) Hemopoietic growth factor (G-CSF atau
GM-CSF)3.Terapi untuk mengatasi pendarahan Transfusi konsentrat
trombosit Pada M3 diberikan heparin untuk mengatasi DICPrognosis1.
Leukimia Limfoblastik AkutSebelum adanya pengobatan untuk leukemia,
penderita akan meninggal dalam waktu 4 bulan setelah penyakitnya
terdiagnosis.
Lebih dari 90% penderita penyakitnya bisa dikendalikan setelah
menjalani kemoterapi awal.Banyak penderita yang mengalami
kekambuhan, tetapi 50% anak-anak tidak memperlihatkan tanda-tanda
leukemia dalam 5 tahun setelah pengobatan. Anak berusia 3-7 tahun
memiliki prognosis paling baik.Anak-anak atau dewasa yang jumlah
sel darah putih awalnya kurang dari 25.000 sel/mikroL darah
Kebanyakan pasien LLA dewasa mencapai remisi tapi tidak sembuh
dengan kemoterapi saja, dan hanya 30% yang bertahan hidup
lama.Kebanyakan pasien yang sembuh dengan kemoterapi adalah usia 15
20 tahun dengan faktor prognostik baik lainnya. Overall
disease-free survival rate untuk LLA dewasa kira-kira 30% faktor
prognostik untuk lamanya remisi LLA dewasaKomplikasiUntuk Leukimia
Akut, kematian mungkin terjadi karena infeksi (sepsis) atau
perdarahan yang tidak terkontrol.Daftar PustakaAnonim.
2010.Leukimia di-download dari
http://www.medicinenet.com/leukemia/article.htm pada tanggal Kamis,
18 November 2010 pukul 07.18 WIB.Bakta, I Made. 2006. Hematologi
Klinik Ringkas. Jakarta: EGC
Fawcett, Don W. 200. Buku Ajar Histologi Edisi 12( A Textbook of
Histology). Jakarta : EGC
Sherwood, L. 2001. Fisiologi Manusia: dari Sel ke Sistem, edisi
2, ab. Brahm U. Pendit. Jakarta: EGC
Sudoyo, Aru W, dkk. 2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid
II, Edisi V. Jakarta Pusat: Interna Publishing Pusat penerbitan
Ilmu Penyakit Dalam.
AML (M0)
CML
STEM CELL
Common
ALL
Pre-B ALL
B-ALL
Thy-ALL
Erythro
Leukimia
(M6)
Acute
Megakariocytic
(M7)
AML
(M1-5)
B-ALL
CLL
Mycosisfunguides
T-prolympocytic
T-CLL