LAPORAN PRAKTIKUMFISIOLOGI BIOTA AIR
HEMATOLOGI
NAMA: NURUL FADHILLAH AZISNIM: L221 12 103KELOMPOK: III
(TIGA)ASISTEN: ANDI MASRIAH, S.PiYUSRIFAAT AMRANMULKAN
ARSYUDDIN
LABORATORIUM FISIOLOGI BIOTA AIRJURUSAN PERIKANANFAKULTAS ILMU
KELAUTAN DAN PERIKANANUNIVERSITAS HASANUDDINMAKASSAR2014
I. PENDAHULUANLatar BelakangSebagaimana ilmuilmu terapan yang
lain, pengembangan ilmu dan teknologi perikanan sangat ditentukan
oleh pengetahuan dasar yang memadai, antara lain fisiologi.
Fisiologi sebagai salah satu cabang biologi yang berkaitan dengan
fungsi dan kegiatan kehidupan dapat lebih mudah dipahami, bila
organisasi dan fungsi sel diketahui (Fujaya, 2008).Pengukuran
hematologi merupakan pengukuran yang meliputi pengukuran kadar
hemoglobin, perhitungan total eritrosit, penghitungan total
leukosit dan pengukuran hematkorit. Hematokrit adalah istilah yang
menunjukan besarnya volume sel-sel eritrosit seluruhnya didalam 100
mm3 darah dan dinyatakan dalam persen (%). Nilai hematokrit adalah
suatu istilah yang artinya prosentase berdasarkan volume dari
darah, yang terdiri dari sel-sel darah merah. Dalam industri
perikanan pemantauan terhadap tingkat kesehatan ikan sangat
diperlukan. Pemantauan kesehatan ini dapat menggunakan hematologi
dan analisis kimia darah. Hematologi dapat mengetahui penyakit yang
menginfeksi serta mengidentifikasi hewan (Hoffbrand dan Pettit,
1987 dalam Adinegara, 2012).Hematologi berasal dari bahasa Romawi
hemat yang berarti darah dan ology yang berati belajar atau
mempelajari, sedangkan Klontz berpendapat bahwa hematology adalah
ilmu yang mempelajari aspek anatomi, fisiologi, dan patologi darah.
Darah adalah cairan yang terkandung dalam sistem kardiovaskular.
Unsur cairan darah adalah plasma dan unsur-unsur pembentuk darah
adalah eritrosit, leukosit dan trombosit. Fungsi utama darah antara
lain oksigenasi jaringan, gizi jaringan, pemeliharaan keseimbangan
asam-basa, dan pembuangan produk limbah metabolisme dari jaringan.
Dengan demikian, setiap disfungsi darah dapat memiliki efek buruk
pada aktivitas fisiologis dari seluruh tubuh. Juga, disfungsi
fisiologis tertentu dalam tubuh tercermin sebagai perubahan dalam
konstituen darah sebagai indikator diagnostik (Noercholis dkk.,
2013).Darah merupakan matrik cairan dan merupakan jaringan pengikat
terspesialisasi yang dibentuk dari sel-sel bebas. Darah terdiri
atas sel-sel dan fragmen-fragmen sel yang terdapat secara bebas
dalam medium yang bersifat cair yang disebut plasma darah. Darah
terdiri atas dua komponen utama yaitu komponen cair yang disebut
plasma dan berbagai unsur yang dibawa dalam plasma yaitu sel-sel
darah. Sel-sel darah terdiri dari eritrosit atau sel darah merah,
yaitu sel yang mengangkut oksigen (media transport) yang dilakukan
oleh hemoglobin, leukosit atau sel darah putih yaitu sel yang
berperan dalam kekebalan dan pertahanan tubuh dan trombosit yaitu
sel yang berperan dalam homeostasis. Plasma darah merupakan bagian
yang cair dari darah yang terdiri dari 99 % air dan 8-9 % protein.
Darah sangat penting bagi organisme, jika kekurangan atau kelebihan
sel darah mengakibatkan tidak normalnya proses fisiologis suatu
organisme sehingga menimbulkan suatu penyakit (Bryon and Doroth,
1973 dalam Adinegara, 2012).Sistem peredaran darah, organ utamanya
adalah jantung yang bertindak sebagai pompa tekan merangkap pompa
hisap. Darah ditekan mengalir keluar dari jantung melalui pembuluh
arteri ke seluruh tubuh sampai ke kapiler darah, kemudian dihisap
melalui pembuluh vena dan kembali ke jantung. Sistem peredaran
darah ini disebut sistem peredaran darah tunggal (Burhanuddin,
2008).Jantung adalah suatu organ yang berupa benda berongga dan
terletak dalam ronga ruang mediastinal atau bagian posterior
lengkung insang. Organ ini merupakan suatu pompa yang terdiri atas
otot licin yang secara ritmis berkontraksi untuk memompa darah dari
vena ke arteri. Untuk melaksanakan fungsi ini jantung mempunyai
suatu sistem klep yang menyebabkan darah mengalir ke satu arah.
Jantung pada ikan dibangunkan oleh dua ruangan yang terletak di
bagian posterior lengkung insang, di bagian depan rongga badan dan
di atas Ithmus. Kedua ruang tersebut ialah atrium (auricle) yang
berdinding tipis dan ventricle yang berdinding tebal serta kuat
(Burhanuddin, 2008).Berdasarkan uraian di atas, untuk lebih
memahami bagaimana cara menghitung jumlah eritrosit serta
persentase gumpalan darah perlu dilakukan praktikum mengenai
hematologi untuk membandingkan teori yang ada dengan praktik yang
dilakukan. Tujuan Dan KegunaanTujuan dari praktikum ini adalah
untuk mengetahui bentuk sel darah merah dan kondisi ikan melalui
perhitungan jumlah sel darah serta persentase gumpalan
darah.Kegunaan praktikum ini agar mahasiswa dapat memahami metode
yang digunakan untuk mengamati bentuk sel darah, persentase
gumpalan darah dan jumlah sel darah.
II. TINJAUAN PUSTAKAMorfologi dan Klasifikasi Ikan NilaIkan Nila
merupakan jenis ikan air tawar. Pada mulanya, ikan Nila berasal
dari perairan tawar di Afrika. Di Asia penyebaran ikan Nila pada
mulanya berpusat dibeberapa negara seperti Filipina dan Cina. Dalam
perkembangan selanjutnya, ikan Nila meluas dibudidayakan di
berbagai negara, antara lain Taiwan, Thailand, Vietnam, Bangladesh,
dan Indonesia. Pengembangan ikan Nila di perairan tawar di
Indonesia dimulai tahun 1969. Jenis atau strain ikan Nila yang
pertama kali didatangkan ke Indonesia adalah Nila hitam asal
Taiwan. Tahun 1981 didatangkan lagi jenis atau strain ikan Nila
merah hibrida. Kedua jenis ikan Nila ini telah meluas dibudidayakan
diseluruh wilayah perairan nusantara (Amirudin, 2012).Berdasarkan
morfologinya, ikan Nila umumnya memiliki bentuk tubuh panjang dan
ramping, dengan sisik berukuran besar. Matanya besar, menonjol, dan
bagian tepinya berwarna putih. Gurat sisi (linea literalis)
terputus di bagian tengah badan kemudian berlanjut, tetapi letaknya
lebih ke bawah dari pada letak garis yang memanjang di atas sirip
dada. Sirip punggung, sirip perut, dan sirip dubur mempunyai
jari-jari keras dan tajam seperti duri. Sirip punggungnya berwarna
hitam dan sirip dadanya juga tampak hitam. Bagian pinggir sirip
punggung berwarna abu-abu atau hitam. Ikan Nila memiliki lima jenis
sirip, yaitu sirip punggung (dorsal fin), sirip dada (pectoral
fin), sirip perut (venteral fin), sirip anus (anal fin), dan sirip
ekor (caudal fin). Sirip punggung memanjang, dari bagian atas tutup
insang hingga bagian atas sirip ekor. Ada sepasang sirip dadadan
sirip perut yang berukuran kecil. Sirip anus hanya satu buah dan
berbentuk agak panjang. Sementara itu, sirip ekornya berbentuk
bulat danhanya berjumlah satu buah (Amirudin, 2012).
Gambar 1. Ikan Nila (Oreochromis niloticus)
(www.zipcodezoo.com).Kingdom: AnimaliaPhylum: ChordataClass:
OsteichthyesOrder: PerciformesFamily: CichlidaeGenus:
OreochromisSpesies: Oreochromis niloticus (Sumber
:www.zipcodezoo.com)Sistem Peredaran Darah Ikan NilaDarah berupa
cairan yang dibangunkan oleh plasma darah, sel darah dan substansi
lain yang terlarut di dalamnya. Plasma darah berupa cairan zat
putih telur yang mengandung bagian-bagian dari sel darah, mineral
terlarut. Di luar pembuluh darah, darah akan membeku disebabkan
oleh kerja ensim trhombokinase yang bereaksi dengan garam kalsium
menjadi trombin yang aktif. Ikan memiliki kadar protein plasma
berupa albumin (pengontrol tekanan osmotik), lipoprotein (pembawa
lemak), globulin (pengikat heme), ceruloplasmin (pengikat Cu),
fibrinogen (bahan pembeku darah), dan iodurophorine (Burhanuddin,
2008).Darah terdiri atas sel-sel dan cairan darah atau plasma.
Sel-sel darah terdapat dalam plasma yang terdiri dari tiga macam,
yaitu Erythrocyte, Leucocyte dan Thrombocyte. Ketiga macam sel
darah tersebut dibentuk dalam sistem reticuloendothelial.
Pembentukan sel-sel tersebut pada hewan muda terjadi di dalam
kantung yolk, kemudian dalam hati, spleen, dan lymfa. Setelah hewan
dewasa, di sumsum tulang dibentuklah sel darah merah. Sel darah
terdiri atas sel-sel diskret yang memiliki bentuk khusus dan fungsi
yang berbeda, sedangkan komponen dari plasma selain fibrinogen,
juga terdapat ion-ion anorganik dan organik untukfungsi metabolik
tubuh (Burhanuddin, 2008).Fungsi utama darah yaitu transportasi
bahan materi yang dibutuhkan bagian tubuh atau yang tidak
diperlukan dibawa ke organ pembuangan. Darah, juga menjaga masuknya
bahan penyakit, memperbaiki bahan jaringan yang rusak, mengantarkan
bahan pertumbuhan, dan membawa oksigen ke jaringan-jaringan tubuh.
Dengan adanya hormon dalam aliran peredaran darah, seolah-olah
darah berfungsi seperti sistem saraf tambahan (Burhanuddin,
2008).Pertukaran oksigen dari air dengan CO2 terjadi pada bagian
semipermiable yaitu pembuluh yang terdapat di daerah insang. Selain
dari itu, di daerah insang terjadi pengeluaran kotoran yang
bernitrogen dan insang juga mengeleminir mineral yang berdifusi.
Jantung mengeluarkan darah yang relatif kurang oksigen dan berkadar
CO2 tinggi. Seperti pada golongan vertebrata lainnya, ikan
mempunyai sistem peredaran darah tertutup, artinya darah tidak
pernah keluar dari pembulunya, jadi tidak ada hubungan langsung
dengan sel tubuh sekitarnya. Sistem peredaran darah pada ikan
bersifat tunggal, artinya hanya terdapat satu jalur sirkulasi
peredaran darah (Burhanuddin, 2008).Sistem peredaran darah, organ
utamanya adalah jantung yang bertindak sebagai pompa tekan
merangkap pompa hisap. Darah ditekan mengalir keluar dari jantung
melalui pembuluh arteri ke seluruh tubuh sampai ke kapiler darah,
kemudian dihisap melalui pembuluh vena dan kembali ke jantung.
Sistem peredaran darah ini disebut sistem peredaran darah tunggal
(Burhanuddin, 2008).Secara umum sistem peredaran darah pada ikan
mirip sistem hidraulis yang terdiriatas sebuah pompa, pipa, katup,
dan cairan. Meskipun, jantung ikan terdiri atas empat bagian, namun
pada kenyataannya mirip dengan satu silinder atau pompa piston
tunggal. Akibat adanya perbedaan tekanan sehingga terjadi aliran
darah. Untuk menjamin aliran darah terus berlangsung, maka daerah
dipompa dengan perbedaan tekanan. Tekanan jantung lebih besar dari
tekanan arteri dan, tekanan arteri lebih besar dari tekanan
arterionale (Burhanuddin, 2008).HaematologiUpaya pemeriksaan darah
untuk mengetahui penyebab serangan penyakit telah mulai
dikembangkan sejak tahun 1920-an, saat ini pemeriksaan darah telah
menjadi bagian penting dalam proses diagnosa penyakit. Hematologi
adalah ilmu yang mempelajari tentang darah, organ-organ pembentuk
darah dan penyakit darah baik pada manusia dan binatang mamalia
(Herlina, 2008).Hematologi berasal dari bahasa Romawi yaitu hemat
yang berarti darah dan ology yang berati belajar atau mempelajari,
sedangkan Klontz berpendapat bahwa hematologi adalah ilmu yang
mempelajari aspek anatomi, fisiologi, dan patologi darah. Darah
adalah cairan yang terkandung dalam sistem kardiovaskular. Unsur
cairan darah adalah plasma dan unsur-unsur pembentuk darah adalah
eritrosit, leukosit dan trombosit. Fungsi utama darah antara lain
oksigenasi jaringan, gizi jaringan, pemeliharaan keseimbangan
asam-basa, dan pembuangan produk limbah metabolisme dari jaringan.
Dengan demikian, setiap disfungsi darah dapat memiliki efek buruk
pada aktivitas fisiologis dari seluruh tubuh. Juga, disfungsi
fisiologis tertentu dalam tubuh tercermin sebagai perubahan dalam
konstituen darah, yang dapat digunakan sebagai indikator diagnostic
(Noercholis dkk., 2013).Pemeriksaan profil darah untuk mengetahui
serangan patogen dimungkinkan karena menurut Malole walaupun ikan
adalah vertebrata yang paling primitif tetapi memiliki sistem immun
untuk melindungi diri terhadap infeksi. Ikan-ikan yang hidup
dilingkungan hangat (warm environment) membutuhkan respons immun
yang sangat sempurna karena semua agen patogen pada ikan yaitu
partikel virus, bakteri, fungi, toxin dan parasit mengandung
antigen. Sedangkan menurut Wuryastuti pemeriksaan darah pada ikan
merupakan salah satu prosedur yang dapat mempunyai arti penting
(Herlina, 2008).Peningkatan kekebalan tubuh pada ikan sehat yang
berpotensi karier maupun ikan terinfeksi virus dapat dilakukan
melalui pemeriksaan jumlah sel darah dan differensiasi Leukosit.
Lagi menurut Malole ikan yang mengalami serangan penyakit akan
meningkatkan kekebalan tubuhnya dengan memperbanyak sel darah putih
sehingga konsentrasi darah putih akan meningkat dari kadar normal.
Sedangkan penghitungan komposisi sel darah putih dapat digunakan
untuk diagnosa awal serangan penyakit ikan dengan hipotesa sebagai
berikut :1. Apabila terdapat banyak lymposit dan monosit maka
dicurigai ikan tersebut terinfeksi virus;2. Apabila terdapat banyak
eosinofilikan dicurigai terinfeksi parasit;3. Apabila terdapat
banyak netrofilikan dicurigai terinfeksi bakteri;4. Apabila
terdapat banyak basofil ikan dicurigai terinfeksi jamur (Herlina,
2008).
III. METODELOGI Waktu dan TempatPraktikum Haematologi ini
dilaksanakan pada hari Selasa, tanggal 11 Maret 2014, pada pukul
08.00 10.00 WITA, bertempat di Laboratorium Fisiologi Biota Air,
Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan, Jurusan Perikanan,
Universitas Hasanuddin, Makassar.Alat dan BahanAlat dan bahan yang
digunakan dalam praktikum Haematologi , antara lain:Tabel 1. Alat
yang digunakan dalam praktikum Hematologi serta
fungsinya.No.AlatKegunaan
1.MikroskopMelihat bentuk dan jumlah darah.
2.Tabung reaksiMeletakkan mikrohaematokrit yang akan
disentrifugasi.
3.Objek glassTempat diletakkannya darah ikan untuk
pewarnaan.
4.MistarMenghitung panjang darah.
5.SpoitMengambil darah pada ikan.
6.HaemacytometerMenghitung jumlah sel darah merah.
7.BaskomTempat penyimpanan es batu.
8.MikrohematokritTempat darah ikan yang akan disentrifugasi.
9.Papan preparatTempat ikan pada saat mengambil sample
darah.
10.SentrifugeMemisahkan plasma darah dengan gumpalan darah.
11.Deg glassMeratakan darah pada objek glass.
Tabel 2. Bahan yang digunakan dalam praktikum Hematologi serta
fungsinya.No.BahanKegunaan
1.Air tawarMedium pada tempat hidup ikan dan pembiusan ikan.
2ParafinMenyumbat mikrohaematokrit.
3.EDTAAnti koagulan darah.
4.HaematoxylinMemberikan warna pada inti sel.
5.EosinMewarnai sitoplasma.
6.Metylen blueMengencerkan darah dan memberi warna pada sel
darah merah (eritrosit).
7.Alkohol 70 %Memfiksasi darah.
8.Darah ikan Nila (Oreochromis niloticus)Bahan pengamatan.
9.Es BatuMembuat ikan pingsan.
10.TissuePembersih alat.
Prosedur KerjaProsedur kerja praktikum Haematologi adalah
sebagai berikut :Teknik Pewarnaan Sel DarahMengambil darah pada
ikan melalui jantung dengan menggunakan spoit yang telah dimasukkan
larutan EDTA. Kemudian meneteskannya diatas 2 buah Objek glass dan
ratakan dengan menggunakan deg glass, lalu mendiamkannya hingga
kering. Kemudian merendam / memfiksasi dalam alkohol 70% Selama 5
menit, lalu membilasnya menggunakan akuades dan diamkan hingga
kering. Kemudian mencelupkannya ke dalam Eosin selama 5 menit untuk
mewarnai sitoplasma, lalu membilasnya menggunakan akuades dan
diamkan hingga kering. Selanjutnya mencelupkan kembali salah satu
objek glass tersebut di dalam Hematoxylin selama 5 menit, kemudian
bilas dengan akuades dan diamkan hingga kering. Setelah itu, amati
di bawah mikroskop. Mengambil gambar atau foto hasil pengamatan
tersebut.Teknik Pemisahan Sel Darah dan Plasma DarahMengambil darah
dari jantung dengan menggunakan spoit, lalu memasukkannya ke dalam
mikrohematokrit yang telah disumbat salah satu ujungnya dengan
paraffin yang telah dilelehkan. Kemudian meletakkan mikrohematokrit
di dalam tabung reaksi/tabung test yang telah disediakan dan
sentrifugasi selama 60 detik dengan kecepatan 6431 RPM. Setelah
itu, mengukur panjang gumpalan darah dan panjang total darah. Perlu
diingat pula untuk memperhatikan lapisan buffy yang terbentuk
antara gumpalan darah dan plasma darah.
Teknik Menghitung Jumlah Total Eritrosit (Sel Darah
Merah)Mengambil darah ikan melalui jantung sebanyak 2 mL dengan
menggunakan spoit, yang telah diisi dengan metylen blue, lalu
menghomogenkannya di dalam spoit. Setelah itu, meneteskan darah
yang telah diencerkan pada hemasitometer, lalu meratakannya dengan
deg glass dan keringkan. Kemudian, meletakannya pada kedua sisi
hemacytometer. Selanjutnya, mengamati dibawah mikroskop dan
menghitung jumlah sel darahnya.Analisis DataHasil praktikum
Hematologi dianalisis dengan menggunakan rumus berikut:
Total Eritrosit = N X 104Keterangan: N = jumlah sel darah yang
diamati.
IV. HASIL DAN PEMBAHASANHasilTeknik PewarnaanTeknik Pewarnaan
sel darah merah pada Ikan Nila maka bentuk sel darah merah Ikan
Nila terlihat pada Gambar 2 dan 3
21Keterangan :1. Membran sel2. SitoplasmaGambar 2. Sel darah
merah ikan nila (Oreochromis niloticus) setelah diberi pewarnaan
eousin
321 Keterangan : 1. Membran sel 2. Inti sel 3. SitoplasmaGambar
3. Bentuk sel darah merah (eritrosit) ikan nila (Oreochromis
niloticus) setelah diberi pewarnaan hematoxylin.
Teknik Pemisahan Sel Darah dan Plasma DarahDari hasil percobaan
yang dilakukan mengenai pemisahan sel darah dan plasma darah
diperoleh hasil sebagai berikut :Diketahui : panjang gumpalan
darah= 1 cmPanjang total gumpalan darah= 1,5 cm
No.PengukuranHasil
1Panjang total darah1,5 cm
2Panjang gumpalan darah1cm
3Persentase gumpalan darah67
Tabel 3. Hasil pengamatan hematrosit ikan NilaTeknik Menghitung
Jumlah Total EritrositDari hasil pengamatan yang dilakukan, maka
jumlah sel darah merah ikan Nila (Oreochomis niloticus) yaitu 7 sel
dimana jumlah total eritrosit tersebut dihitung dengan menggunakan
rumus yaitu :Eritrosit = N x 104sel/mL= 7 x
104sel/mLPembahasanTeknik PewarnaanDarah pada berbagai hewan
vertebrata memerlukan sistem sirkulasi yang terdiri atas
kapiler-kapiler dan jantung sebagai pemompa aliran darah agar dapat
berfungsi sebagaimana mestinya, dapat diketahui bahwa pengambilan
darah pada hewan dapat melalui kapiler darah atau jantung
(Adinegara, 2012). Dari teori tersebut, maka pada pengambilan
sampel darah pada ikan Nila (Oreochromis niloticus) pada bagian
insang atau di sekitar jantung.Pada Gambar 2 dapat dilihat bahwa
keadaan sel darah merah ikan Nila (Oreochromis niloticus) setelah
di celupkan ke dalam eosin adalah eritrosit masih berwarna merah
berbentuk lonjong. Ikan sebagaimana vertebrata lain, memiliki sel
darah merah (eritrosit) berinti dengan bentuk dan ukuran bervariasi
antara satu dengan yang lainnya (Fujaya, 2008). Gambar tersebut
diatas menunjukan bentuk sel darah yang diambil dari darah ikan
Nila (Oreochromis niloticus) dan diamati dibawah mikroskop. Pada
percobaan ini kita menggunakan eosin dan hematoxylin sebagai zat
pewarna, karena eosin dapat mewarnai plasma darah sehingga kita
dapat melihat bentuk dari plasma tersebut. Eosin dapat mewarnai
plasma darah karena adanya perbedaan sifat keasaman antara plasma
dengan eosin dimana plasma darah bersifat basa sementara plasma
darah bersifat asam.Pada Gambar 3, setelah dicelupkan pada
hematoxylin jelas tampak pada pengamatan inti sel berwarna biru
kehijauan sedangkan membran sel masih berwarna merah dan berbentuk
lonjong. Pada gambar di atas diperlihatkan bahwa setelah dicelupkan
pada hematoxylin jelas tampak pada pengamatan inti sel berwarna
biru sedangkan membran sel masih berwarna merah dan berbentuk
lonjong. Dimana hematoxylin digunakan untuk melihat inti plasma
karena hematoxylin dapat mewarnai inti plasma darah. Hematoxylin
dapat mewarnai inti plasma karena hematoxylin bersifat basa
sementara inti sel bersifat asam.Teknik Pemisahan Sel Darah dan
Plasma DarahFungsi utama dari sel-sel darah merah, yang juga
dikenal sebagai eritrosit adalah mengangkut hemoglobin, dan
seterusnya mengangkut oksigen dari paru-paru ke jaringan. Selain
mengangkut hemoglobin, sel-sel darah merah juga mempunyai fungsi
lain. Contohnya, ia mengandung banyak sekali karbonikanhidrase,
yang mengkatalisis reaksi antara karbon dioksida dan air, sehingga
meningkatkan kecepatan reaksi bolak-balik ini beberapa ribu kali
lipat. Cepatnya reaksi ini membuat air dalam darah bereaksi dengan
banyak sekali karbon dioksida, dan dengan demikian mengangkutnya
dari jaringan menuju paru-paru dalam bentuk ion bikarbonat (HCO3-).
Hemoglobin yang terdapat sel dalam sel juga merupakan dapur
asam-basa (seperti juga pada kebanyakan protein), sehingga sel
darah merah bertanggung jawab untuk sebagian besar daya pendapatan
seluruh darah. Setelah sel darah pada ikan nila dipisahkan dengan
plasma darah (sentrifugasi) yang diletakkan pada mikrohematokrit
dan dilakukan pengukuran, maka diperoleh data bahwa panjang total
darah yaitu 1 cm, panjang gumpalan darah yaitu 1,5 cm serta
persentase gumpalan darah yaitu mencapai 67 (Fujaya, 2008).Apabila
ikan terkena penyakit atau nafsu makannya menurun, maka nilai
hematokrit darahnya menjadi tidak normal, jika nilai hematokrit
rendah maka jumlah eritrosit pun rendah (Alamanda dkk., 2006).
Berdasarkan dari hasil pengamatan di ketahui bahwa ikan nila di
dapatkan hasil persentase gumpalan darah sebanyak 67 ini berarti
ikan Nila dalam keadaan sehat karena persentase gumpalan darahnya
lebih besar dari standar volume gumpalan darah yang di
tentukan.Teknik Menghitung Jumlah Total EritrositHemoglobin dalam
darah merupakan alat transportasi oksigen, karbondioksida dan
makanan (Anderson dan Siwicki, 1993). Kemampuan mengangkut ini
bergantung pada jumlah hemoglobin, jika kadar hemoglobin meningkat
maka asupan makanan dan oksigen dalam darah dapat diedarkan ke
seluruh jaringan tubuh ikan yang pada akhirnya akan menunjang
kehidupan dan pertumbuhan ikan. Menurunnya kadar hemoglobin darah
dapat dijadikan petunjuk mengenai rendahnya kandungan protein
pakan, defisiensi vitamin atau ikan mendapat infeksi (Anderson
& Siwicki, 1993 dalam Siregar, 2009). Besar kecilnya (HB) yang
terkandung eritrosit menunjukan kapasitas pengangkutan oksigen oleh
darah (Hastuti, 2010).Total eritrosit yang diperoleh dari darah
ikan nila adalah 70.000 sel/mm3. Jumlah eritrosit normal adalah
20.000-3.000.000 sel/mm3. Hal ini menunjukkan bahwa darah Ikan Nila
yang digunakan sebagai bahan praktikum masih dalam taraf normal.
Jumlah eritrosit dipengaruhi oleh jenis kelamin, umur, kondisi
tubuh, variasi harian, dan keadaan stress pada ikan yang menyerang
(Adinegara, 2012).
V. KESIMPULAN DAN SARANKesimpulanBerdasarkan hasil percobaan
yang telah dilakukan di laboratorium fisiologi hewan air, maka
dapat disimpulkan bahwa:1. Sel darah merah (eritrosit) pada ikan
Nila berbentuk oval dan berinti dengan membran sel dan membran inti
yang nampak terlihat dan bergerigi. Plasma berwarna merah dan inti
sel berwarna biru tua.2. Persentase gumpalan darah yaitu 67,
sehingga dapat disimpulkan ikan dalam keadaan sehat.3. Jumlah total
eritrosit yang didapatkan adalah 70.000 sel/mL, sehingga dapat
dikatakan bahwa ikan tersebut dalam keadaan
normal.SaranLaboratoriumKalau bisa, laboratorium dapat dilengkapi
dengan alat kebersihan agar tidak kesulitan lagi saat membersihkan
laboratorium serta peralatan praktikum yang
diperbarui.PraktikumSebaiknya praktikum benar-benar di lakukan
sesuai prosedur dan melengkapi alat dan bahan tepat waktu sesuai
jadwal praktikum.AsistenAndi Masriah, S.pi :Pertahankan ketegasan
dan kedisiplinannya kakak.Yusrifaat Amran :Kakak iyus tolong banyak
bicara dan lebih aktif lagi terhadap praktikan.
Mulkan Arsyuddin:Kakak Mulkan pertahankan kebaikan dan
keramahannya.
DAFTAR PUSTAKAAdinegara, A. 2012. Hematologi. Universitas
Jenderal Soedirman. Purwokerto.Amirudin, A. 2012. Modul Reproduksi
Ikan Nila (Oreochromis niloticus). Universitas Negeri
Yogyakarta.Yogyakarta.Alamanda, I. E., .N S. Handajani dan A.
Budiharjo. 2006. Penggunaan Metode Hematologi dan Pengamatan
Endoparasit Darah untuk Penetapan Kesehatan Ikan Lele Dumbo
(Clarias gariepinus) di Kolam Budidaya Desa Mangkubumen Boyolali.
Jurnal Biodiversitas Vol. 8, No. 1, 34-38Burhanuddin, A. I. 2008.
Peningkatan Pengetahuan Konsepsi Sistematika Dan Pemahaman System
Organ Ikan Yang Berbasis SCL Pada Mata kuliah Ikhtiologi. Fakultas
Ilmu Kelautan dan Perikanan. Universitas Hasanuddin.
Makassar.Fujaya, Y. 2008. Fisiologi Ikan. PT. Rineka Cipta.
Jakarta.Hastuti, S, dan Subandiyono. 2010. Performa Hematologis
Ikan Lele Dumbo (Clarias gariepinus) Dan Kualitas Air Media Pada
Sistim Budidaya Dengan Penerapan Kolam Biofiltrasi. Jurnal Saintek
Perikanan Vol. 6, No. 2, 2011, 1 5Herlina. 2008. Hematologi Ikan.
Jurnal Info Karikan Vol. 5 No.1, 27-30Noercholis, A., M. A. Muslim
dan Maftuch. 2013. Ekstraksi Fitur Roundness untuk Menghitung
Jumlah Leukosit dalam Citra Sel Darah Ikan. Jurnal EECCIS Vol. 7,
No. 1, Juni 2013.Siregar, .Y. I dan Adelina. 2009. Pengaruh Vitamin
C terhadap Peningkatan Hemoglobin (Hb) Darah dan Kelulushidupan
Benih Ikan Kerapu Bebek (Cromileptes altivelis). Jurnal Natur
Indonesia 12(1), Oktober 2009: 75-81Zipcodezoo.com. Diakses pada
tanggal 12 Maret 2014 pukul 19.30 WITA di Makassar.